• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI RANTAI PASOKAN KOMODITAS BAMBU DI KECAMATAN MINGGIR SLEMAN (STUDI PADA UKM KERAJINAN BAMBU DI DESA BRAJAN SENDANGAGUNG, MINGGIR, SLEMAN, YOGYAKARTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI RANTAI PASOKAN KOMODITAS BAMBU DI KECAMATAN MINGGIR SLEMAN (STUDI PADA UKM KERAJINAN BAMBU DI DESA BRAJAN SENDANGAGUNG, MINGGIR, SLEMAN, YOGYAKARTA)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

EVALUASI RANTAI PASOKAN KOMODITAS BAMBU DI KECAMATAN MINGGIR SLEMAN

(Studi pada UKM Kerajinan Bambu di Desa Brajan Sendangagung, Minggir, Sleman, Yogyakarta)

EVALUATION OF SUPPLY CHAIN COMMODITY BAMBOO IN DISTRICT STEP ASIDE SLEMAN

(Study On Bamboo Craft In The Village Brajan Sendangagung, Minggir Sleman, Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi

Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

SATRIO NUR PRATOMO 20090410058

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(Al-Baqarah 282)

“Akumengamatisemuasahabat, dantidakmenemukansahabat yang lebihbaikdaripadamenjagalidah. Sayamemikirkantentangsemuapakaian,

tetapitidakmenemukanpakaian yang

lebihbaikdaripadatakwa.Akumerenungkantentangsegalajenisamalbaik, namuntidakmendapatkan yang

lebihbaikdaripadamemberinasihatbaik.Akumencarisegalabentukrezki, tapitidakmenemukanrezki yang lebihbaikdaripadasabar”.

(Umar bin Kattab)

“Jikaseseorangbelummenemukansesuatuuntukdiperjuangkanhinggaakhirhayatnya, makakehidupannyatidakberharga”.

(Martin Luther King)

“Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat mereka berbahagia di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk

dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan”.

(6)

vi

Kupersembahkan karya kecil ini kepada: Kedua Orang Tua ku Tersayang

Gimin

Suti Atmini &

Kakakku semua

Saudara-saudaraku Wake agent

Sahabatku Threeisland

&

(7)

vii INTISARI

“Evaluasi Rantai Pasokan Komoditas Bambu Di Kecamatan Minggir Sleman”. Tujuan penelitian yang diharapkan oleh peneliti adalah untuk mengetahui permasalahan kinerja rantai pasokan dengan Teknik Focus Group Discusion (FGD) dan Analisis Fishbone pada komoditas Bambu Di Kecamatan Minggir Sleman.

(8)

viii ABSRACT

" Evaluation of Supply Chain commodities Bamboo In Sub Minggir Sleman " . The purpose of research is expected by the researchers is to find out the

problems with the supply chain performance technique Focus Group Discussion ( FGD ) and Fishbone Analysis on commodities Bamboo In Sub Minggir Sleman.

(9)

ix

KATA PENGAHANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan kemudahan, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

judul: “EVALUASI RANTAI PASOKAN KOMODITAS BAMBU

DI KECAMATAN MINGGIR SLEMAN (Studi pada UKM Kerajinan Bambu di Desa Brajan Sendangagung, Minggir, Sleman, Yogyakarta)”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi masyarakat dalam pengambilan keputusan investasi yang baik. Sebagai bahan informasi dalam membuat kebijakan sehubungan dengan perbankan dan memberikan ide pengembangan bagi peneliti selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesemapatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tuaku yang kusayangi yang telah memberikan doa, semangat dan msukan dalam penulisan skripsi ini.

(10)

x

3. Ibu Munjiati Munawaroh, S.E.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi dengan penuh kesabaran memberikan pimbingan dan pengarahan selama proses menyelesaiakan skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang membimbing penulis selama menempuh studi.

5. Bapak dan Ibu Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang membantu penulis selama menempuh studi.

6. Sahabat –sahabat dan teman-teman serta semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan, dan semangat kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, September 2016

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Batasan Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Usaha Kecil Dan Menengah (UKM). ... 10

(12)

xii

3. Diagram Fishbone ... 19

4. Supply Chain Managemen (SCM) ... 22

B. Penelitian terdahulu ... 29

BAB III. METODA PENELITIAN ... 33

A. Obyek dan Subyek Penelitian ... 33

B. Jenis Data... 33

C. Metode Pengumpulan Data ... 34

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 34

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36

F. Uji Kualitas Penelitian Kualitatif ... 38

G. Analisis Data ... 40

1. Analisis Focus Group Discusion (FGD). ... 41

2. Analisis Fishbone ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi UKM Kerajinan Bambu Desa Brajan Kecamatan Minggir Sleman ... 47

1.Profil Setra Kerajinan Bambu Brajan ... 47

2.Produk UKM Sentra Kerajinan Bambu Brajan ... 51

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 53

1. Hasil FGD dengan Pengrajin ... 53

2. Hasil FGD dengan Petani ... 59

3. Hasil FGD dengan Konsumen ... 62

(13)

xiii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peran Perbaikan Kualitas dalam Perusahaan ... 18

Gambar 2.2 Diagram Fishbone ... 21

Gambar 2.3 Struktur Suppy Chain yang Disederhanakan ... 23

Gambar 2.4 Model Suppy Chain Management (SCM) ... 27

Gambar 3.1 Fishbone Diagram ... 46

Gambar 4.1 Produk UKM Sentra Kerajinan Bambu Brajan ... 51

(16)

Skripsi yang berjudul :

EVALUASI RANTAI PASOKAN KOMODITAS BAMBU DI KECAMATAN

MINGGIR SLEMAN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Satrio Nur Pratomo

Dipertahankan di depan Dewan penguji

Pada tanggal 25 Agustus 2A1.6

Skripsi tersebut telah diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Ekonomi

Yogyakarta, 2 September 2A16

Ketua Tim Pensuii

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

{t t n^ULt'-ri 5.:

Cf

z

Yang Terdiri Dari

(17)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Dalam era globalisasi ini, distribusi dan logistik telah memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perdagangan dunia. Terlebih lagi persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi ini menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya khususnya dari segi distribusi dan logistik. Esensi dari persaingan adalah terletak dari bagaimana sebuah perusahaan dapat mengimplementasikan proses-proses dari penciptaan produk atau jasa yang lebih murah, memiliki mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and faster) dibandingkan pesaing bisnisnya.

Perusahaan merupakan badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang

(18)

2

mendistribusikan material dan produk pada tempat yang tepat (proper place) dan kuantitas yang sesuai (proper quantities) untuk tujuan organisasi atau perusahaan (Chase dan Jacobs, 2011).

Konsep tentang pengelolaan logistik sendiri mengikuti prinsip dasar dari manajemen operasi. Dalam kegiatannya mengelola bahan baku, persediaan, serta barang jadi hasil produksi, kegiatan logistik harus optimal. Artinya, jika memperoleh manfaat, keuntungan atau kebaikan selalu diusahakan semaksimal mungkin. Sedangkan jika harus menanggung pengorbanan, membayar, atau menanggung kerugian sebaiknya di usahakan seminimal mungkin (Subagyo, 2009).

(19)

Chopra dan Meindl (2011) menjelaskan bahwa bahasan rantai pasokan tidak hanya tentang pabrikasi suatu produk dan bahan baku, tetapi juga membahas masalah transportasi, pergudangan, penjual retail, dan tentu saja konsumen produk tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai (value) dari produk yang dihasilkan, sehingga akan berdampak positif terhadap daya saing perusahaan serta dapat menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif bagi konsumen.

Komoditas akan kebutuhan barang kerajinan bambu sangat prospektif untuk mengisi kebutuhan pasar domestik maupun internasional, mengingat potensi permintaan pasarnya baik didalam maupun di luar negeri cukup tinggi. komoditas bambu memiliki manfaat yang beragam selain dapat diolah menjadi berbagai macam barang kerajinan, bambu juga memiliki manfaat sebagai tanaman obat selain itu tanah yang tumbuh di sekitar bambu memiliki manfaat sebagai pupuk dan batang tanaman bambu juga bisa dipakai untuk pembuatan rumah.

(20)

4

Salah satu aspek penting dalam rangka pengembangan komoditas bambu yaitu dengan penerapan manajemen rantai pasokan.Manajemen rantai pasokan adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya supplier, pabrik, toko, distributor atau retailer, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistic.

Manajemen rantai pasokan memiliki peran yang penting, karena dapat menjamin sistem pemasaran yang dapat berjalan dengan efisien. Keuntungan dari manajemen rantai pasokan baik bagi petani bambu dan pengrajin adalah terjaminnya harga dan pasar yang ada pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan baik petani maupun pengrajin. Manfaat bagi perusahaan mitra adalah terjaminnya pasokan produksi yang sesuai dari segi jenis, jumlah, kualitas, dan kontinuitas sesuai tujuan pasar (Saptana dkk, 2006).

(21)

Salah satu tempat usaha sentra kerajinan bambu di Yogyakarta berada di Kecamatan Minggir Sleman, khususnya di Desa Brajan. Desa Brajan merupakan desa yang terletak di Kelurahan Sendangagung Kecamatan Minggir Sleman Yogyakarta. Walaupun hanya desa sebuah kecil namun masyarakatnya telah memiliki karya yang terkenal tidak hanya di Indonesia akan tetapi juga telah menembus pasar internasional sebagai sentra penghasil kerajinan bambu. Akan tetapi sistem rantai pasokan yang selama ini terjadi pada komoditas bambu dinilai terlalu panjang, sehingga berdampak pada pendapatan petani dan para pengrajin.

Selain sistem dinilai terlalu panjang, problematika lain juga terjadi pada sentra kerajinan bambu seperti kurangnya tenaga kerja, pemberdayaan karyawan dan perhatian dari pemerintah daerah yang dirasa kurang. Kurangnya tenaga kerja juga disebabkan oleh karena masyarakat atau pemuda di daerah sentra kerajinan bambu tidak mau mengikuti jejak orang tuanya sebagai pengrajin bambu, masalah ketenagakerjaan menjadi problema yang perlu diselesaikan, salah satu solusi agar percapaian masalah teratasi dengan evaluasi kinerja rantai pasokan terhadap sentra industri kerajinan bambu. Evaluasi rantai pasokan perlu dilakukan sebagai jalan alternatif dalam penyelesaian masalah terhadap hasil produksi bambu sehingga pendapatan para petani, pengrajin dan potensi yang ada dapat dimaksimalkan.

(22)

6

yang dinikmati konsumen serta mengurangi jumlah biaya yang digunakan dalam proses manufaktur. Dalam perkembangan berikutnya, faktor kinerja atau performansi supply chain pada perusahaan menjadi hal penting untuk dinilai dan dievaluasi guna mengetahui apakah telah berjalan sesuai dengan perencanaan manajemen serta telah memberikan value yang sesuai dengan ketentuan yang dijanjikan pada produk.

Menurut Chopra dan Meindl (2011), nilai atau value dari rantai pasokan saling berkaitan positif dengan supply chain profitability atau supply chain surplus, yang merupakan selisih antara pendapatan yang diterima dari

konsumen dan seluruh biaya yang timbul dalam kegiatan rantai pasok. Sehingga, dengan meningkatnya value suatu barang dalam proses rantai pasokan, maka kemungkinan meningkatnya profit bagi perusahaan juga akan semakin besar. Hal inilah yang mendorong manajemen perusahan untuk menerapkan SCM dalam pengelolaan operasional perusahaan mereka.

(23)

suatu permasalahan. Menurut Heizer dan Render (2011), konsep dasar pada diagram fishbone adalah permasalahan mendasar yang diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya sedangkan penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya.

Hal ini tentu dapat mempresentasikan penyebab dari masalah yang terjadi pada rantai pasokan komoditas bambu di Kecamatan Minggir. Adanya evaluasi rantai pasokan diharapkan mampu mengatasi masalah yang terjadi,

mengingat komoditas bambu memiliki peranan dan manfaat yang banyak di segi kehidupan masyarakat terutama peranan pada aspek ekonomi, oleh

karena itu penelitian ini mengambil judul “Evaluasi Rantai Pasokan Komuditas Bambu di Kecamatan Minggir Sleman (Studi pada UKM Kerajinan Bambu di Desa Brajan Sendangagung, Minggir, Sleman, Yogyakarta).

B. Batasan Masalah Penelitian

1.Penelitian ini hanya dilakukan pada Komoditas Bambu di Kecamatan Minggir Sleman.

2.Variabel yang diteliti hanya terbatas pada evaluasi kinerja rantai pasokan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

(24)

8

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi rantai pasokan pada UKM kerajinan bambu di Kecamatan Minggir Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoristis dan praktis.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan literatur dan riset sejenis dengan topik manajemen rantai pasokan.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam menyampaikan informasi tentang evaluasi kinerja dan rancang ulang manajemen rantai pasokan terhadap komoditas bambu, dan sebagai sarana pembelajaran bagi para pelaku usaha khususnya yang menyangkut tentang evaluasi kinerja dan rancang ulang manajemen rantai pasokan pada komoditas bambu.

3. Bagi Pemerintah Daerah

(25)

kerajinan bambu. Sehingga system rantai pasokan yang berjalan akan lebih terdorong dan akan memberikan manfaat baik bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat yang berdampak pada pendapatan daerah.

4. Bagi Masyarakat

(26)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)

UMKM adalah gambaran morphologis dari UMKM yang bersangkutan dilihat dari aspek usaha dan sifat kewirausahaan dari pengusaha UMKM tersebut. Dari aspek usaha profil UMKM dapat dilihat dari kemampuannya dalam menciptakan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan, efisiensi penggunaan modal, serta laba yang diperoleh. Sedangkan dari aspek pembangunan Profil UMKM dapat dlihat dari kemampuannya memanfaatkan bahan-bahan limbah, kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja dan kemampuannya dalam memberikan sumbangan terhadap Product Domestik Bruto (PDB).

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM):

a.Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(27)

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c.Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kriteria UMKM menurut Undang-Undang Nomo 20 Tahun 2008 disajikan pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1. Kriteria UMKM

No Keterangan Kriteria

Asset Omset

1 Usaha Mikro Maks. Rp 50 juta Maks. Rp 500 juta 2 Usaha Kecil > Rp 50 juta-Rp 500

juta

>Rp 500 juta-Rp 2,5 milyar

3 Usaha Menengah > Rp 500 juta-Rp 10 milyar

>Rp 2,5 milyar-Rp 50 milyar

Sumber: www.depkop.go.id

(28)

12

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

b. Milik Warga Negara Indonesia.

c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar. d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun. g. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).

Kriteria usaha kecil dan mikro menurut World Bank dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :

a. Small Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 30 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta.

(29)

2. Total Quality Management (TQM) a.Pengertian Total Quality Management

Menurut Garrison (2006:23) “kendala atau constraint adalah segala sesuatu yang menghambat Anda untuk mendapatkan apa yang anda inginkan”. Oleh karena itu, pengelolaan berdasarkan Theory of

Constraints menjadi faktor kunci sukses. Perusahaan dituntut untuk dapat mengatasi kendala agar kinerja manajerialnya dapat menjadi lebih baik sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu alat yang dianggap dapat membantu memperbaiki kinerja manajerial dalam mencapai tujuan peningkatan laba adalah TQM.

TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja manajerialnya. TQM juga dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu. Menurut Ishikawa dalam Nasution (2005:22) “TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan pelanggan”.

Menurut Purwanto dalam Suharyanto (2005:7) “TQM pada

dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan „a culture of continous improvement‟ di antara para karyawan dengan menerapkan berbagai

(30)

14

merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya”.

b.Karakteristik Total Quality Management

Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis dalam Nasution (2005: 22).

1)Fokus Pada Pelanggan

Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. 2)Obsesi terhadap Kualitas

(31)

3)Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

4)Komitmen Jangka Panjang

TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses. 5)Kerjasama Tim (Teamwork)

Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

6)Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

(32)

16

sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.

7)Pendidikan dan Pelatihan

Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

8)Kebebasan yang Terkendali

Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan „rasa memiliki‟ dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik. 9)Kesatuan Tujuan

(33)

diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.

10) Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan „rasa memiliki‟ dan tanggung jawab

atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.

c.Manfaat Total Quality Management

Manfaat TQM adalah memperbaiki kinerja manajerial dalam mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan perusahaan.

TQM digunakan untuk memperbaiki posisi persaingan perusahaan di pasar dan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan dalam

(34)

18

[image:34.595.134.503.387.719.2]

Perbaikan kualitas yang dilakukan oleh perusahaan tidak lain bertujuan untuk meningkatkan penghasilan perusahaan dan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan laba perusahaan agar perusahaan dapat terus berjalan dan tetap hidup dalam persaingan perdagangan yang semakin ketat saat sekarang ini. Perbaikan kualitas juga dapat meningkatkan citra perusahaan di mata pelanggan. Berikut ini adalah diagram yang menunjukkan peran perbaikan kualitas dalam perusahaan untuk memperbaiki posisi persaingan dalam pasar perdagangan dan meningkatkan ketelitian dalam menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan.

Gambar 2.1

(35)

3. Diagram Fishbone

Diagram fishbone sering juga disebut diagram Ishikawa. Penyebutan diagram ini sebagai diagram ishikawa karena yang mengembangkan model diagram ini adalah Dr. Kaoru Ishikawa pada sekitar tahun 1960-an. Penyebutan diagram ini sebagai diagram fishbone karena diagram ini menyerupai bentuk tulang ikan yang bagiannya meliputi sirip tulang dan duri.

Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut Heizer dan Render (2011), konsep dasar pada diagram fishbone adalah permasalahn mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya sedangkan penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya.

Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan sebagai start awal meliputi bahan baku, mesin dan peralatan, sumber daya manusia,

(36)

20

Heizer dan Render (2011) menyatakan diagram fishbone ini dapat diperluas menjadi diagram sebab akibat (cause and effect diagram), perluasan diagram fishbone dapat menggunakan teknik menayakan “mengapa sampai lima kali (five whys)”. Manfaat diagram fishbone dapat

digunakan untuk menganalisis permasalahan baik pada level individu,tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan dan manfaat dari pemakaian diagram fishbone ini dalam menganalisis masalah, manfaat diagram fishbone antara lain:

a. Menfokuskan individu, tim, atau organisasi pada pemasalahan utama. Penggunaan diagram fishbone dalam tim untuk menganalisis permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.

b.Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan organisasi. Diagram fishbone dapat mengilustrasikan pemasalahan utama secara ringkas sehingga organisasi akan mudah menangkap permasalahn utama.

(37)

Pengiriman Persediaan bahan baku tidak cukup Kebijakan Kondisi peralatan Koordinasi Kurangnya tenaga kerja

d.Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah dimenentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan lebih mudah mendapat duungan dari anggota lain.

e. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram fishbone akan memudahkan anggota tim pada penyebab masalah, juga dapat dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah dimenentukan.

f. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dan masalah. Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada diagram fishbone yang dibuat.

g.Memudahkan tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan diskusi lebih terarah pada penyebab dan masalahnya.

Gambar 2.2 Diagram Fishbone

Sumber : Heizer dan Render (2011)

[image:37.595.120.542.464.741.2]
(38)

22

4. SupplyChain Managemen (SCM) a. Pengertian Supply Chain Management.

Menurut Pujawan (2010) Supply chain adalah metode atau pendekatan intrgratif untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistic.

Menurut Pujawan (2010) prinsip penting pada supply chain biasanya ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) kehilir (downstream). Seperti bahan baku yang dikirimkan supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi mereka kirim ke distributor, lalu ke retailer, kemudian ke konsumen. Yang ke dua adalah aliran uang dan sejenisnya dari hilir ke hulu. Yang ke tiga aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir dan sebaliknya. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku sering di butuhkan perusahaan yang akan mengirimkan ataupun yang menerima.

Pada gambar 2.3 memberikan ilustrasi tentang sebuah supply chain yang sederhana. Sebuah supply chain akan memiliki

(39)

Hulu/upsrtream hilir/downstream

Aliran proyek Aliran biaya Aliran informasi

Gambar 2.3

Struktur supply chain yang disederhanakan

Latar belakang munculnya konsep Supply Chain Management (SCM) bermula dari praktek tradisional dalam bisnis serta perubahan lingkungan bisnis.

1) Praktek Tradisional

Produk atau jasa yang kita gunakan adalah hasil dari serangkaian proses panjang yang melewati beberapa tahap fisik maupun non fisik. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya melalui beberapa proses pencarian bahan baku, proses produksi dan proses distribusi atau transportasi. Proses-proses ini melibatkan berbagai pihak yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

supplier manufaktur distributor

(40)

24

2) Perubahan Lingkungan Bisnis

Lingkungan bisnis senantiasa berubah dan perubahan tersebut semakin lama semakin cepat. Akselerasi perubahan ini disebabkan berkembangnya secara faktor-faktor laonnya:

a) Konsumen semakin kritis, membutuhkan produk atau jasa yang semakin berkualitas dengan harga yang murah dan bisa diperoleh dengan mudah.

b) Infrastruktur telekomunikasi, informasi, tarnsportasi, dan perbankan yang semakin canggih sehingga memungkinkan berkembangnya model-model baru dalam manajemen aliran material/produk. Muncul internet sehingga memungkinkan

transaksi-transaksi yang dikenal dengan elektronik commerce (E-Commerce).

c) Kesadaran akan pentingnya aspek social dan lingkungan.

Ketiga faktor di atas ditambah dengan adanya globalisasi dan perubahan peta ekonomi dunia kearah meningkatnya kemampuan ekonomi Negara dunia ketiga.

b.Fungsi Supply Chain Management (SCM)

Ada dua fungsi Supply Chain Management (SCM), yaitu:

(41)

fisik, yaitu ongkos material, ongkos penyimpanan, ongkos produksi, ongkos transportasi dan sebagainya.

2)Supply Chain Management (SCM) sebagai mediasi pasar, yakni memastikan apa yang disuplai oleh supply chain mencerminkan aspirasi pelanggan atau pemakai akhir tersebut. Fungsi kedua dengan biaya-biaya survey pasar, perancangan produk, serta biaya-biaya akibat tidak terpenuhinya aspirasi konsumen yang disediakan oleh supply chain.

c. Konsep Supply Chain Management

Konsep Supply Chain Management merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistic. Konsep lama melihat logistic sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan, dan pemecahan dititik beratkan pada pemecahan secara intern diperusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini logistic dilihat sebagai masalah yang luas membentang secara panjang, sejak dari bahan dasar hingga bahan jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan rantai penyediaan. d.Tujuan dan Kegunaan Supply Chain Management

(42)

26

transportasi hingga distribusi penyediaan bahan baku, proses kerja dan barang jadi. Adapun penggunaan menerapkan Supply Chain Management (SCM) menurut Indrajid dan Djokopranoto adalah:

1)Mengurangi inventori barang dengan berbagai cara:

Inventory merupakan bagian terbesar dari aset perusahaan yang

bekisar antara 30-40%, sedang biaya penyimpanan barang antara 20-30% dari barang yang disimpan.

2)Menjamin kelancaran penyediaan barang

Rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai merupakan suatu mata rantai yang panjang dan perlu dikelola dengan bauk.

3)Menjamin mutu

Jaminan mutu ini juga merupakan sebagian dari mata rantai panjang yang harus dikelola dengan baik karena barang jadi dimenentukan tidak hanya oleh proses produksi barang tersebut, tapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan dan pengiriman.

e. Model Supply Chain Management (SCM)

Dari penjelasan dari pelaku-pelaku supply chain dapat dikembangkan suatu model supply chain yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat membentuk mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Model supply chain dikembangkan dengan cukup baik pada tahun 1994 oleh

(43)

Gambar 2.4 Model Supply Chain Management (SCM) Sumber : Pujawan (2010)

Dengan ilustrasi tersebut supplier telah dimasukkan untuk menunjukkan hubungan yang lengkap dari sebuah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mecari mengubah dan mendistribusikan barang dan jasa bagi pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoktimalkan supply chain adalah dengan mnciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang efektif dan efisien menghasilkan pergerakan kepuasan maksimal pada para pelanggan.

f. Strategi Supply Chain Management (SCM)\

Terdapat lima strategi yang dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian yaitu sebagai berikut:

1) Many Supplier (Banyak pemasok)

Strategi ini memainkan antara pemasok satu dengan pemasok yang lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para pemasok bersaing secara agresif, meskipun banyak pendekatan negosiasi yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang bukan menjadi tujuan. Dalam hal ini tanggung jawab dibebankan pada para pemasok untuk

Supplier

supplier

(44)

28

mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan ramalan biaya, kualitas dan pengiriman.

2) Few Supplier (Sedikit pemasok)

Dalam strategi ini, perusahaan melakukan hubungan jangka panjang dengan para pemasok yang komit. Dengan sedikit pemasok maka biaya pengganti partner cukup besar. Sehingga pemasok dan pembeli akan menghadapi resiko akan menjadi tawanan lainnya. Kerja pemasok yang buruk akan menjadi resiko yang dihadapi diluar bisnis bersama.

3) Vertical Integram

Artinya pengembangan potensi memproduksi barang atau jasa sebelum dibeli, atau benar-benar menjadi pemasok atau distributor. Vertical integration dapat berupa:

a) Integrasi dibelakang (Backward Integration) berarti penggunaan pada sumber daya, misalnya perusahaan baja mengakuisisi pabrik baja.

b) Integrasi ke depan (Forward Integration) berarti penggunaan pada konsumennya, misalnya perusahaan mobil mengakuisisi dealer yang semula sebagai distributor.

4) Kairetsu Network

(45)

kepemilikan atau pinjaman. Pemasok kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal dengan Kairetsu. Para anggota kairetsu dapat beroperasi dengan subkontrak rantai dari pemasok yang lebih baik.

5) Virtual Company (Perusahaan maya)

Virtual Company mengandalkan berbagai hubungan pemasok

untukmemberikan dari sedikit pemasok untuk memberikan pelayanan pada saatyang diperlukan.Perusahaan maya mempunyai batasan organisasi yangtidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya Perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yangcenderung berubah.

Di dalam organisasi Informasi dan sistem informasi skala besararus informasi antara dua atau lebih organisasi.Tujuan utamanya adalah proses transaksi yang efisien, pengiriman pesanan, pembayaran tagihan menjadi suatu kolaborasi dan komunikasi.Pada penelitian yang berjudul Aplikasi Kombinasi Algoritma Genetika dan Data Envelopment

(46)

30

Penjadwalan Flowshop Multi Kriteria penjadwalan merupakan hal penting dalan sistem produksi. Sistem produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flowshop dan jobshop.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Enggasari Muhammad, Amri dan Cut Eli Yuslidar (2012) yang meneliti tentang “Evaluasi Pengelolaan Kinerja Rantai Pasok Dengan Pendekatan Scor Model Pada Swalayan Asiamart Lhokseumawe”. Tujuan

(47)

Berdasarkan penelitian Enggasari Muhammad, Amri dan Cut Eli Yuslidar (2012), memiliki persamaan penelitian dalam hal variabel penelitian yaitu Kinerja Rantai Pasok. Dan perbedaannya adalah dalam hal obyek dan

tempat penelitian, dimana penelitian ini dilakukan pada kerajinan bambu di Kecamatan Minggir Yogyakarta dan sebelumnya dilakukan pada Swalayan

Asiamart Lhokseumawe. Selain itu perbedaannya adalah teknik analisis data, penelitian ini menggunakan Analisis Focus Group Discusion (FGD) dan Analisis fishbone, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan analisis pendekatan SCOR model.

Stevany Carter Wuwung (2013) yang meneliti tentang “Manajemen Rantai Pasokan Produk Cengkeh Pada Desa Wawona Minahasa Selatan”.

(48)

32

(49)

33 A. Obyek dan Subyek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah UKM kerajinan bambu di Desa Brajan Kecamatan Minggir Sleman. Sedangkan subyek yang diteliti adalah para pengrajin bambu, petani dan konsumen bambu di Kecamatan Minggir yang masing-masing sebanyak 6 orang.

B. Jenis Data 1. Data Primer

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Pengumpulan data dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD). Data yang diperoleh berupa hasil wawancara mengenai rantai pasokan yang terjadi di kerajinan bambu Desa

Brajan Kecamatan Minggir. 2. Data Sekunder

(50)

34

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Focus Group Discusion (FGD) atau bisa disebut sebagai metode riset atau pun metode

pengumpulan data. Sebagai sebuah metode penelitian, maka FGD adalah sebagai upaya sistematis dalam pengumpulan data dan informasi. Sebagaimana makna dari Focus Group Discusion, maka terdiri dari tiga kunci yaitu: (Irwanto, 2006).

1.Diskusi – Bukan wawancara atau obrolan 2.Kelompok – Bukan individual

3.Terfokus – Bukan bebas

Dengan demikian, FGD suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Dalam FGD suatu informan diharapkan berkumpul disuatu tempat, dan proses pengambilan data atau informasi dilakukan melalui seorang fasilitator. Berbeda dengan wawancara, dalam diskusi fasilitator tidak selalu bertanya, tetapi mengemukakan suatu persoalan, suatu kasus, suatu kejadian sebagai bahan diskusi. Jelas dalam prosesnya ia akan sering bertanya, tetapi itu hanya sebagian keterampilan mengelola diskusi agar tidak disominasi oleh sebagian peserta (Irwanto, 2006:2).

D. Teknik Pengambilan Sampel

(51)

sebagai metode riset maupun metode pengumpulan data atau riset untuk memahami sikap dan perilaku khalayak didefinisikan sebagai ”suatu proses

pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu dengan diskusi kelompok” (Irwanto, 2006:1).

Dengan kata lain FGD merupakan proses pengumpulan informasi bukan melalui wawancara, bukan perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa topik spesifik. Dalam penelitian ini peneliti melakukan FGD dengan menggunakan narasumber sebanyak 4 kelompok yang terdiri dari enam orang pada tiap masing-masing kelompoknya sebagai narasumber. Para nara sumber ini adalah para pelaku usaha kerajinan bambu, para petani bambu, para pengrajin bambu dan konsumen bambu di daerah Minggir.

Berdasarkan penjabaran di atas maka teknik pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan kriteria tertentu sebagai sumber data (Sugiyono, 2005). Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peserta dipilih yang benar-benar relevan (atau berpengalaman) dengan persoalan yang dikaji.

2. Semakin homogen, sebenarnya semakin tidak perlu diadakan FGD maksudnya apabila peserta diskusi mempunyai umur dan pekerjaan yang sama maka hasil pekerjaan FGD tersebut tidak obyektif.

(52)

36

maka peneliti akan sulit mengolah hasil FGD karena perbedaan pandangan masalah yang diteliti akan sangat bervariasi.

4. Pengalaman dalam hal materi yang hendak dipahami sebaiknya ada heterogenitas (walaupun tidak terlalu besar), sedangkan faktor lain seperti agama, jenis kelamin, status sosial ekonomi dapat sangat homogen.

5. Sebaiknya tidak saling mengenal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja operasi yang dilakukan terhadap sistem rantai pasokan yang selama ini berjalan di UKM kerajinan bambu. Oleh karena itu peneliti memilih informan dari sumber yang terkait dengan pelaku usaha kerajinan bambu.

E. Definisi Operasional 1. Evaluasi

(53)

hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.

2. Kinerja

Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Simanjuntak (2005) yang mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.

3. Rantai Pasokan

Definisi rantai pasokan menurut Pujawan (2010) Supply chain manajemen adalah metode atau pendekatan interaktif untuk mengelola aliran produk, informasi, dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik.

Menurut Pujawan (2010) prinsip penting dalam SCM adalah transparansi informasi dan kolaborasi baik antar fungsi di internal

perusahaan maupun dengan pihak-pihak diluar perusahaan di sepanjang Supply chain managemen mencakup pengembangan produk,

(54)

38

F. Uji Kualitas Penelitian Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif bukanlah berdasar tabel atau angka-angka hasil pengukuran atau penilaian secara langsung yang mana dianalisis secara statistic.Data kualitatif adalah data yang berupa informasi kenyataan yang terjadi dilapangan (Bungin, 2007:64).

Bogdan dan Taylor dalam Moleong mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara utuh. Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari keutuhan (Moleong, 2005:4).

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.Kualitatif deskriptif merupakan penelitian kualitatif yang berisi data-data berupa data-data, gambar dan bukan angka-angka. Semua dikumpulkan dan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian laporan penelitian berisikan kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong, 2005:11). Peneliti mendeskripsikan dan menkontruksikan hasil diskusi wawancara terhadap subyek yang menjadi penelitian.

(55)

berfikir secara abstrak (berfikir yang belum ada wujudnya) dalam rangka membangun kecakapan interaksi kritisnya melalui deskrisi.

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antar yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kontruksi manusia dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2009). Uji keabsahan data kualitatif meliputi uji kredibilitas (validitas internal) Transverability, (validitas internal), Dependability dan confirmability. Pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dalam menentukan keabsahan data penelitian yang bersumber dari pengrajin, petani dan konsumen.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain: Perpanjangan pengamatan, Peningkatan ketekunan, Penggunaan bahan referensi, Analisis kasus negatif, dan membercheck (Sugiyono 2009). Namun disebabkan oleh keterbatasan waktu dan tenaga. Uji keabsahan yang akan dilakukan antara lain:

1. Uji Kredibilitas (Credibility)

Uji kredibilitas yang dilakukan adalah : a. Peningkatan Ketekunan

(56)

40

kepastian data urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

b. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi yang dimaksud adalah pendukung data yang digunakan oleh peneliti, antara lain: artikel-artikel dari berbagai buku, majalah, dan internet.

2. Pengujian Dependability (Reliabilitas) dan Confirmability (Obyektifitas) Pengujian Dependability dilakukan dengan melakukan audit secara keseluruhan proses penelitian, pengujian dilakukan oleh auditor independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Pengujian Confirmability disebut juga pengujian obyektifitas, penelitian dapat dikatakan obyektif bila telah disepakati oleh banyak orang, pengujian ini dilakukan dengan diskusi tanya jawab dengan petani,pengrajin bambu. Pengujian Dependability dan Confirmability dilakukan dengan bersamaan (Sugiyono, 2009).

G. Analisis Data

(57)

dalam penelitian ini bukan merupakan data statistik melainkan data yang bersifat deskriptif, dengan kata-kata bukan angka (Prastowo, 2010:13). Analisis data dalam penelitian ini meliputi :

1. Analisis Focus Group Discusion (FGD)

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode FGD yaitu diskusi terfokus terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok petani dan kelompok pengrajin yang tiap kelompok akan diambil sebanyak enam peserta yang di fasilitasi oleh satu orang moderator dan di bantu oleh notulen atau notulis. Peserta FGD saling memberikan informasi yang mereka dapatkan. Dan diakhir diskusi mereka dapat memberikan saran-saran. Semua kegiatan FGD akan dilakukan dengan wawancara untuk mendapatkan informasi tentang kinerja rantai pasokan pada UKM bambu sehingga akan didapatkan upaya apa yang telah dilakukan terhadap UKM bambu yang selama ini berjalan. Teknik dari FGD ini akan diperkuat dengan observasi langsung kepada petani, pengrajin bambu di Kecamatan Minggir Sleman.

Dalam penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan Focus Group Discusion (FGD) yaitu :

a.Tahap Persiapan Penelitian

(58)

42

nantinya akan berkembang dalam diskusi. Pedoman pertanyaan interview dan FGD yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembibing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman pertanyaan interview dan FGD. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman pertanyaan interview dan FGD dan mempersiapkan diri untuk melakukan interview dan diskusi. Peneliti selanjutnya mencari informan yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dan FGD dilaksanakan peneliti bertanya kepada informan tentang kesiapanya untuk wawancara dan berdiskusi.

b. Tahap pelaksanaan penelitiaan

Pada tahap pelaksanaan ini dikelompokkan ke dalam tiga bagian informan, yaitu pengrajin, petani, dan kosnumen.

1)Pengrajin

(59)

2)Petani

Informan yang kedua adalah petani, pada informan ini terdiri dari 6 orang petani. Sama dengan kelompok pengrajin, sebelum acara

diskusi dilakukan, peneliti membuat kesepakatan dengan informan mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara dan diskusi berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah subjek bersedia untuk diajak berdiskusi, peneliti bersama-sama petani melakukan diskusi yang di dalamnya terdapat seorang moderator (peneliti) yang akan memandu peserta untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan sesuai dengan topik yang dibicarakan.

3)Konsumen

(60)

44

Setelah wawancara dan diskusi dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan diskusi dalam bentuk tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data di akhir bab ini. Setelah itu, peneliti membuat kesimpulan dan memberikan saran-saran untuk pengrajin bambu di Kecamatan Minggir Yogyakarta khususnya dan para pengrajin bambu lain pada umumnya. 2. Analisis Fishbone

Analisis fishbone merupakan alat yang efektif dalam membantu peneliti untuk menyelesaikan permasalahan dengan menganalisis situasi yang ada. Analisis fishbone membuat grafik yang menyerupai tulang ikan

ditemukan oleh Ishikawa, ahli manajemen kualitas dari jepang. Pada

penelitian ini menggunakan diagram fishbone untuk membantu peneliti

melihat secara jelas alasan mengapa situasi atau permasalahan tersebut

muncul dengan mencatat semua faktor yang mempengaruhinya yang ada di

rantai pasok pada perusahaan kerajinan bambu di Kecamatan Minggir Yogyakarta. Diagram Fishbone membentuk cabang-cabang menuju sumber permasalahan yang ada. Diagram fishbone membantu peneliti untuk melihat

permasalahan secara holistic (keseluruhan) sehingga permasalahan terlihat

lebih jelas dan permasalahan kecil yang dapat berkontribusi kepada hal yang

lebih besar dapat teridentifikasi. Dengan mengetahui permasalahan secara

menyeluruh, hal tersebut memudahkan peneliti untuk mengambil tindakan

(61)

a. Menentukan permasalahan spesifik yang akan dibahas.

b. Menentukan karakteristik dari probem tersebut dan jadikan hal tersebut adalah tulang belakang (backbone) dari diagram fishbone.

c. Menentukan penyebab utama dari permasalahan tersebut. Bagi dalam kategori, seperti: manusia (man), mesin (machine), sumber daya (material), metode (method) dan sebagainya. Letakkan sebab-sebab tersebut di large bone yang ada di backbone.

d. Di setiap penyebab utama, analisislah hal-hal yang berkontribusi

kepada penyebab utama tersebut dan letakkan penyebab tersebut di middle bones

e. Analisis kembali dan definisikan penyebab dari penyebab yang ada di middle bones dan kemudian letakkan di small bones.

f. Mengecek kembali secara keseluruhan permasalahan tersebut dan buat kesimpulan atas permasalahan tersebut.

(62)

46

Pengiriman Persediaan

bahan baku tidak cukup

Kebijakan

Kondisi peralatan

[image:62.595.117.541.113.370.2]

Koordinasi tenaga kerja Kurangnya

Gambar 3.1 Fishbone Diagram Sumber : Heizer dan Render (2011)

Terjadi masalah Mesin

Bahan Baku

(63)

47

A. Deskripsi UKM Kerajinan Bambu Desa Brajan Kecamatan Minggir Sleman

1. Profil Sentra Kerajinan Bambu Brajan

(64)

48

Kerajinan Bambu merupakan salah satu industri kreatif Yogyakarta yang memiliki nilai seni dan budaya yang sangat tinggi serta digemari banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara. UKM Kerajinan Bambu merupakan icon Dusun Brajan sebagai Desa Wisata Budaya dan Sentra Kerajinan Bambu di Yogyakarta. Lokasi Workshop UKM terletak di Dusun Brajan Desa Sendangagung Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman atau sebelah barat Kota Yogyakarta. Beberapa UKM merupakan Mitra Binaan PT JASA RAHARDJA, Universitas Islam Indonesia dan didukung oleh DIKTI RI dengan pengembangan pada aspek desain, teknologi produksi dan pemasaran. Produk-produk UKM Brajan sangat digemari karena memiliki keunggulan pada kualitas dan seni yang tinggi (high quality). Keunggulan Produk Bambu brajan pada Desain produk yang selalu baru dan senantiasa mengikuti trend market eskport karena di desain oleh desainer profesional. Proses produksi UKM di brajan didukung dengan ketersediaan lebih dari 100 perajin dan teknologi produksi, pengawetan dan pengeringan bambu yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Siap melayani berbagai pesanan (order) dalam jumlah besar via langsung dan online melalui website.

(65)

Indonesia, namun juga telah menembus pasar internasional. Karya yang khas dari desa ini adalah kerajinan bambu.

Di desa Brajan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai perajin bambu. Awalnya jenis kerajinan yang dihasilkan tidak banyak jenisnya, hanya berupa besek dan ceting atau tempat nasi. Namun seiring dengan perkembangan jaman kerajinan bambu mengalami deversifikasi hingga saat ini telah menghasilkan lebih dari 110 jenis kerajinan bambu.

Kerajinan bambu inilah yang membawa desa Brajan menjadi lebih berkembang dan sampai saat ini diakui sebagai desa wisata. Wisatawan dapat berkunjung untuk mempelajari karya-karya kerajinan dari bambu, sekaligus dapat membeli oleh-oleh hiasan dan kerajinan dari bahan dasar bambu khas desa Brajan.

Selain kerajinan dari bambu, Brajan juga memiliki kesenian yang menjadi potensi wisata. Kesenian tersebut antara lain adalah Kuntulan (seni religius Islami). Campursari, Kerawitan, Cokekan, Shalawatan. Dan juga keindahan alam pedesaan yang masih alami dan keramahan masyarakatnya akan menjadi pengalaman tersendiri bagi para wisatawan.

(66)

50

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bambu para pengrajin di Desa Brajan Kecamatan Minggir Sleman mendapatkan pasokan dari

wilayah Nanggulan dan Sentolo Kulonprogo, para pengrajin langsung mendapatkan bambu dari petani langsung tidak melalui perantara, sehingga dari sisi harga pengrajin akan memperoleh harga yang lebih muran daripada harus melalui pemasok. Namun pada saat-saat tertentu pengrajin juga memperoleh pasokan bambu dari pemasok pada waktu mendapatkan pesanan-pesanan dalam jumlah besar dan mendadak, dan dilain pihak kondisi bahan baku yang ada di petani juga menipis dikarenakan sudah dibeli oleh para pemasok bambu. Dengan mendapatkan pasokan langsung dari petani sudah pastinya sudah menghapus rantai pasokan yang harus melalui pemasok, sehingga hal tersebut sudah menurunkan biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh pengrajin.

(67)

Sehubungan dengan adanya rantai pasokan tersebut, salah satu pola yang dapat diterapkan dalam manajemen distribusi dan pemasaran adalah manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management – SCM) yang merupakan siklus lengkap produksi dalam hal ini untuk komoditas pisang yaitu dari kegiatan pengelolaan pada setiap mata rantai aktivitas produksi (barang dari jasa) hingga siap untuk digunakan oleh pemakai akhir (end user). Pengertian SCM secara umum adalah pengelolaan tahapan kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah (proses produksi). Mentransformasikan bahan mentah menjadi produk (penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk (pencari, pengumpul, dan pengecer) ke konsumen melalui sistem distribusi.

2. Produk UKM Sentra Kerajinan Bambu Brajan

Caping

Rp. 25.000,-

Kap Lampu Hias

Rp. 80.000,-

Tempat Nasi B

(68)

52

Box Kubus

Rp. 50.000,-

Tempat Tisu lepek

Rp. 3.500,-

Tempat Tisu mobil

Rp. 15.000,-

Burung Garuda

Call

Kap Lampu A

Rp. 35.000,-

[image:68.595.107.516.110.429.2]

Tas Agel

Gambar 4.1

Produk UKM Sentra Kerajinan Bambu Brajan

Contoh produk pada gambar 4.1 hanya sebagian saja dari produk-produk yang diproduk-produksi oleh sentra kerajinan di UKM Kerajinan Bambu Desa Brajan Kecamatan Minggir Sleman, dan masih banyak lagi produk-produk yang lain.

3. Anggota Sentra Kerajinan Bambu Brajan : a. Karya manunggal

(69)

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tanaman bambu memiliki prospek yang sangat menjanjikan di masa depan, ditengah perhatian dunia yang lebih, terhadap perubahan iklim dan perlindungan hutan. Bambu adalah tanaman sumber penghasil, bambu yang dapat tumbuh dengan cepat di bumi dan merupakan tanaman pengganti bambu dari hutan tropis yang saat ini sudah sangat berkurang akibat dari permintaan yang sangat besar dari industri, oleh karena itu perhatian terhadap produksi bambu mulai meningkat. Bagaimanapun juga permintaan bambu secara global tumbuh lebih cepat dari tingkat ketersediaannya, sehingga peluang bisnis perkebunan bambu masih sangat besar dan terbuka.

Penelitian ini dilaksanakan di UKM kerajinan bambu Desa Brajan Kecamatan Minggir Sleman, pada bab ini akan dijelaskan mengenai evaluasi kinerja rantai pasok pada usaha kerajinan tersebut. Hasil penelitian ini dilakukan dengan melakukan Focus group Discussion (FGD) dan menggunakan narasumber sebanyak 4 kelompok yang terdiri dari enam orang pada tiap masing-masing kelompoknya sebagai narasumber. Para nara sumber ini adalah para pelaku usaha kerajinan bambu, para petani bambu, para pengrajin bambu dan konsumen bambu di daerah Minggir. Berikut hasil FGD dengan pihak-pihak yang terlibat dalam kinerja rantai pasok UKM kerajinan bambu Desa Brajan Kecamatan Minggir Sleman.

1. Hasil FGD dengan pengrajin

(70)

54

sejak lama sekitar sepuluh tahunan. Seperti yang dikatakan oleh salah satu pengrajin yang menyatakan bahwa usaha kerajinan bambu yang mereka lakukan sudah berjalan cukup lama yaitu sejak 10 tahun yang lalu.

Dalam menjalankan usaha ini tentunya memerlukan bahan baku yang kemungkinan penyediaannya tidak disediakan sendiri, namun harus melibatkan orang lain dalam untuk penyediaannya atau sebagai pemasok dari usaha UKM kerajinan bambu. Para pengrajin menyatakan bahwa mereka mendapatkan pasokan bambu dari daerah Sendang Agung dan Kulonprogo. Hasil FGD dari pengrajin menyatakan pasokan bambunya berasal dari desa Sendang Agung, namun jika pasokan dari desa tersebut kurang, pengrajin bisa mengambil dari tempat lain yaitu di wilayah Kabupaten Kulonprogo.

Selanjutnya para pengrajin juga mengatakan bahwa konsumen yang datang ke tempat ini berasal dari berbagai daerah, diantaranya adalah Jakarta, Bandung hasil FGD dengan pengrajin menyatakan bahwa pembeli atau konsumen banyak berasal dari beberapa daerah terutama dari daerah Jakarta, selain beberapa daerah lainnya diantaranya adalah Jawa Barat dan Jawa Tengah bahkan berasal dari luar negeri seperti Australia dan Malaysia.

(71)

kali dengan naiknya BBM menyebabkan penjualan mereka menurun. Pengrajin berharap pada pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM agar stabil atau tidak berubah-ubah karena berdampak besar bagi penjualan kerajinan bambu yang mereka jual.

(72)

56

pemesanan yang mendadak dan tinggi menyebabkan kurangnya produk pesanan, dalam hal ini terjalin kerjasama antar UKM untuk memenuhi pesanan tersebut secara bersama.

Agar tidak terjadi keterlambatan pasokan, pengrajin melakukan pesanan jauh-jauh hari sebelum bahan baku benar-benar habis. Ini mereka lakukan agar nantinya tidak kehabisan stok yang berakibat tidak bisa berproduksi dan memenuhi permintaan konsumen. Hasil FGD dengan pengrajin menyebutkan bahwa para pengrajin sebelum terjadinya kehabisan stock barang terlihat bahan bakunya sudah mulai berkurang atau menipis, mereka sesegera mungkin melakukan pemesanan kembali agar tidak terjadi kekosongan bahan baku yang pada akhirnya mereka tidak dapat melakukan produksi kembali. Kondisi ini tentunya akan merugikan sendiri bagi para pengrajin karena mereka akan kehilangan keuntungan.

(73)

Dalam menjalankan usahanya, bukan berarti pengrajin tidak mengalami kendala apapun. Pengrajin mengatakan ada beberapa kendala yang terjadi pada sistem rantai pasokan pada ukm kerajinan bambu ini, permasalahan yang biasa dialami oleh pengrajin ukm bambu sendiri diantaranya bila mana terjadi permintaan dalam jumlah tinggi terkadang stok bahan baku bambu sering tidak mencukupi, sehingga bahan baku biasa dicari sendiri ditempat lain sehingga terjadi perbedaan harga bambu. Selain itu pengaruh yang signifikan adalah terjadinya gejolak perubahan makro ekonomi, seperti perubahan harga bahan bakar minyak atau bbm, sehingga terjadi permainan harga dari pemasok bambu dan juga petani bambu. Kendala lain yang biasa dialami adalah faktor cuaca karena sebelum diolah menjadi suatu bentuk barang kerajinan, seperti lampu hias, rak, topi, dan sebagainya. Bambu ini harus dalam keadaan kering agar bisa dianyam. Seperti hasil FGD dengan pengrajin menyatakan terdapat beberapa kendala, diantaranya adanya permintaan mendadak dalam jumlah yang tinggi dan adanya perubahan harga BBM yang sering menjadi kendala. Permintaan besar tanpa adanya pemesanan terdahulu merupakan salah satu kendala, namun dengan adanya kerjasama dengan sesama UKM kondisi ini dapat teratasi. Selanjutnya perubahan harga BBM juga dapat menjadi kendala, karena menyebabkan adanya kenaikan harga pada faktor-faktor produksi seperti bambu yang menjadi bahan baku utaman dalam kerajinan ini.

(74)

58

akan menambah biaya operasional, mengingat pada akhir-akhir ini terjadi gejolak perubahan harga bahan bakar. Strategi yang biasa dilakukan oleh ukm bambu adalah dengan menjalin kerjasama dengan ukm lain, dan selain itu sistem yang digunakan oleh pengrajin agar dapat memenuhi kebutuhan akan permintaan konsumen biasa menggunakan sistem borong. Dalam artian pendapatan para pengrajin bambu disesuaikan dengan jumlah barang kerajinan yang dapat diselesaikan pengrajin dalam waktu yang ditentukan sehingga terjadi persaingan pembuatan produk anyaman kerajinan bambu ditingkat pengrajin. Selain itu pelatihan terhadap generasi muda pun dilakukan dengan melakukan perlombaan pembuatan barang kerajinan bambu hal ini dilakukan agar terjadi regenerasi sebagai warisan dari orang tua sebagai penerus kerjinan ukm bambu ini.

2. Hasil FGD dengan petani

Saat ini potensi bambu di wilayah Kabupaten Sleman masih terbuka lebar, dilihat dari segi ekonomis, bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam, murah dan mudah didapat, serta dapat diolah menjadi berbagai olahan kerajinan bernilai ekonomis tinggi. Bambu ini dapat dikembangkan sebagai budi daya dengan penanganan yang optimal, sehingga memiliki nilai tambah ekonomi produk yang tinggi, yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan para petani maupun pengrajin tanaman bambu di Sleman yang populasinya cukup besar, meskipun dalam areal yang terpecah pecah.

(75)

naik sejalan dengan pertumbuhan pengrajin khususnya di wilayah Sleman. Petani tersebut menyatakan pesanan bambu dari pengrajin masih berjalan terus dan kecenderungan pemesanan bambu meningkat. Hal ini tentunya menjadi sesuatu yang menggembirakan bagi para petani tentunya, karena permintaan bambu sampai saat ini masih eksis yang berdampak pada pendapatan petani pun juga membaik.

Petani merasa senang, karena pesanannya terhadap bambu sering ada dan berlanjut. Mereka meyakini bahwa usaha tani bambu memiliki prospek yang bagus dan masih berkembang sampai saat ini dan mereka juga yakin bahwa dalam masa-masa mendatang masing bersaing dengan produk lain seperti olahan bambu. Hasil FGD dengan petani menyatakan bahwa mereka yakin dengan menjadi petani bambu jika melihat prospeknya dimasa-masa mendatang. Dengan melihat penjualan bambu yang terjadi saat ini, petani tidak takut atau khawatir mengenai hasil dari bertani bambu, ini didasari oleh pasar yang menunjukkan bahwa produk-produk kerajinan yang berasal dari bambu bisa bersaing dengan produk-produk kerajinan yang tidak berasal dari bambu. Dimana kita tahu bahwa produk-produk kerajinan bambu selain memiliki seni yang tinggi juga menawarkan harga yang terjangkau bagi konsumen.

(76)

60

mengatakan bahwa petani merasa kewalahan jika mereka mendapatkan pesanan bambu dalam jumlah besar dan sifatnya yang mendadak. Kewalahan ini lebih banyak disebabkan oleh tenaga kerja pemanen bambu yang jumlahnya terbatas keberadaanya didaerah sekitar yang lebih banyak memilih pekerjaan lain dalam kesehariannya.

Namun pada dasarnya para pengrajin melakukan pemesanan secara periodik, sehingga tidak menjadikan kesulitan bagi kami dalam menyediakan bambu-bambu yang diminta pengrajin. Para pengrajin sudah melakukan pemesanan terlebih dahulu sebelum mereka kehabisan bahan baku, seperti yang dikatakan petani yang mengatakan bahwa bagi pengrajin pada umumnya sudah melakukan pemesanan jauh-jauh sebelumnya ketika mereka sebelum kehabisan bahan baku. Pemesanan ini secara mudah dapat ia lakukan, karena hanya dengan menelepon saja pemesanan dapat ia lakukan.

(77)

Dalam menjaga permintaan tetap terpenuhi, para petani juga menyediakan stock, namun stock yang mereka lakukan tidak adanya perhitungan khusus hanya dilakukan stock saja. Jadi mereka tidak melakukan optimalisasi dalam penyediaan stocknya,sehingga jika ada permintaan yang banyak dan terkesan mendadak mereka kesulitan untuk memenuhinya. Seperti hasil FGD berikut dengan petani yang mengatakan keberadaan stok apa adanya karena biasanya pembeli berasal dari pengrajin yang rutin dalam melakukan pemesanan. Namun jika ada waktu luang, kami biasanya juga menyediakan stock jika ada pemesanan-pemesanan dalam jumlah sedikit dan mendadak bisa kami penuhi, dengan demikian kebutuhan konsumen terpenuhi dan tidak dikecewakan.

(78)

62

3. Hasil FGD dengan konsumen

Aneka kerajinan berbahan bambu yang dibuat antik atau barang-barang seni yang berkualitas bagus sangat disenangi konsumen baik lokal maupu

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1 Peran Perbaikan Kualitas Dalam Perusahaan
Diagram Gambar 2.2 Fishbone
Gambar 3.1 Fishbone Diagram Sumber : Heizer dan Render (2011)
+3

Referensi

Dokumen terkait

From above works, we can see two facts: the first, although the BVPs of nonlinear FDE have been studied by some authors, to the best of our knowledge, higher-order fractional

Hasil pengujian parsial pada model pertama menunjukan bahwa VACE ( Value Added Capital Employed ), VAHC ( Value Added Human Capital ), SCVA ( Structural Capital Value Added ), dan

Menurut CDC (2012) Faktor resiko ILO adalah faktor pasien meliputi status nutrisi, diabetes tidak terkontrol, merokok, obesitas, infeksi yang terjadi sebelum

a) Lokasi Sementara (Loksem) wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Jakarta Sarat. Masing-masing dari sudin wilayah menyesuaikan jumlah data

Hasil penelitian setelah pemberian permainan origami menunjukkan sebagian besar perkembangan responden setelah diberikan permainan origami adalah perkembangan yang

kontinue mengingat cepatnya kemajuan yang dcdpai teknologi dewasa ini. Guru harus mampu melakukan dalam bentuk tindakan yang berupa teknologi dan keterampilan

[r]

Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan efektivitas teknik relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri menstruasi pada remaja di Madrasah