DAFTAR PUSTAKA
Affandi, O., dan Patana, P. 2002. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Non-marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan Studi Kasus Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan). Laporan Penelitian. Program Ilmu Kehutanan – Universitas Sumatera Utara. Tidak diterbitkan.
Fandeli, C. 2000. Konsep dan Pengertian Ekowisata Fandeli C dan Mukhlison [editor]. Pengusahaan Ekowisata . Yogyakarta. Fakultas Kehutanan UGM. UKSDA Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Fandeli, C., dan Mukhlison, 2000. Pengusahaan Ekowisata. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Ginting, I. A. 2012. Penilaian dan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit. USU: Skripsi. Medan.
Hakim, L. 2004. Dasar-dasar Ekowisata. Bayumedia Publishing. Malang, Jawa Timur.
Hisyam, M.S. 1998. Analisa SWOT Sebagai Langkah Awal Perencanaan Usaha. Makalah. Jakarta: SEM Institute.
Karisma, B. M. 2010. Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan dan Tata Kelolanya (Kasus di Desa Malasari
Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat). IPB: Skripsi. Bogor.
Karsudi, R., Soekmadi, dan H. Kartodiharjo. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. JMHT Vol.XVI, (3): 148-154.
Kementrian Dalam Negeri. 2014. Data Penduduk Kecamatan Marancar Tahun
2014 Per Desa/Kelurahan Berdasarkan Pendidikan. Republik Indonesia.
Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
Merryna, A. 2009. Analisis Willingness to Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran. Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). IPB: Skripsi. Bogor
Nurrochmat, D. R. 2005. Strategi Pengelolaan Hutan: Upaya Menyelamatkan Rimba yang Tersisa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Pemerintah Kecamatan Marancar. 2015. Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2000 Tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pembangunan Pemukiman Terpadu Tahun 2000. KNLH. Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2012 tentang Perubahan PP No 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan. Lembaran Negara RI Tahun 2012 No 140. Sekretariat Negara. Jakarta.
Rahmawati, D. 2005. Ekowisata di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular) [diakses dari: www.eprints.undip.ac.id pada tanggal 21 Desember 2014 pukul 14:29 WIB].
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
_________. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus - Integrated Marketing Communications . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 1997 No. 68. Sekretariat Negara. Jakarta.
Simon, H. 2008. Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (Cooperative Forest Management). Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Suharsimi, A. 2010. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi). Rineka Cipta. Jakarta.
Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
Sujatmiko, E. 2014. Kamus IPS: Cetakan I. Aksara Sinergi Media. Surakarta.
Wood, M. E. 2002. Ecotourism: Principles, Practices and Policies for Sustainability. United Nation Publication.
Wollenberg, E, Brian B., Douglas S., Sonya D. dan Moira . Mengapa Kawasan Hutan Penting bagi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia? [pdf], (http://www.pustaka.ut.ac.id, diakses tanggal 20 November 2015)
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan
Juni 2015. Lokasi kegiatan penelitian adalah air terjun Silimalima Kecamatan
Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel pengembangan ekowisata
(ecotourism). Dalam penelitian diteliti ini akan dianalisa bagaimana variabel
pengembangan dapat mendukung pengembangan objek wisata air terjun
Silimalima.
Pengembangan objek wisata air terjun Silimalima di Desa Simaninggir,
Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan diharapkan dapat memberikan
Gambaran tantangan bagaimana sektor pariwisata dapat berkontribusi secara
nyata terhadap kelestarian fungsi utama hutan sebagai salah satu kawasan
penyedia sumberdaya air dan memberdayakan kesejahteraan masyarakat lokal di
Desa Simaninggir, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan..
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Peta wilayah administrasi kabupaten, kecamatan, data primer dan data
sekunder yang berkaitan dengan lokasi penelitian.
3. Laporan dan tesis hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan
berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk membantu
melengkapi pengamatan langsung di lapangan.
4. Kamera untuk dokumentasi lahan dan panorama yang disajikan obyek wisata.
Obyek dan Data Penelitian
1. Obyek Penelitian
Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek
wisata, masyarakat setempat, serta kalangan lain yang ada di wilayah studi,
dengan obyek penelitian :
a. Aparat desa, tokoh masyarakat, petani dan masyarakat setempat yang
berada disekitar hutan.
b. Kawasan hutan dan kawasan obyek wisata.
2. Data Penelitian
Data penelitian yang diambil adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian
atau data umum yang ada dari instansi pemerintahan desa dan kecamatan.
Sedangkan data primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi
masyarakat, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Metode Pengumpulan Data
1. Pengambilan Sampel
1.1. Sampel Desa
Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah
metode purposive sampling (pengambilan sampel bertujuan). Desa yang diteliti
yang memiliki potensi wisata alam dan merupakan desa yang memiliki pengaruh
langsung oleh adanya tujuan wisata air terjun Silimalima.
1.2. Sampel Responden
Penelitian dilakukan dengan metode wawancara. Responden dalam
penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap mengetahui dengan baik tentang
potensi pengembangan ekowisata tersebut. Pemilihan responden dilakukan
dengan metode purposive sampling. Responden harus berusia minimal 18 tahun,
pendidikan minimal SMP dan telah mengunjungi sedikitnya 3 tempat ekowisata.
Jumlah sampel pengunjung yang diambil merupakan 15% dari jumlah
total pengunjung bulanan yang biasanya mencapai 240 pengunjung
(Pemerintah Kecamatan Marancar), yaitu 36 sampel. Untuk responden dari
masyarakat diambil 10% dari jumlah penduduk Desa Simaninggir yang berjumlah
950 orang (Badan Pusat Statistik, 2014), yaitu 95 orang. Untuk responden dari
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Tapanuli Selatan diambil sebanyak 63%
dari jumlah total pegawai yang berjumlah 30 orang yaitu 19 orang sehingga total
seluruh responden adalah 150 orang. Menurut Suharsimi (2010), apabila
subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan populasi. Tetapi jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15%
atau 15-25% atau lebih.
2. Teknik dan Tahapan Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan sebagai berikut :
a. Identifikasi jenis dan inventarisasi obyek wisata (obyek wisata dan
b. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan obyek wisata untuk memperoleh
informasi mengenai potensi obyek wisata.
c. Wawancara dan diskusi terhadap para responden yang mewakili dan para pihak
pemangku kepentingan dalam pengelolaan obyek wisata.
d. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya diedit dan
ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan
analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif
sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk
mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek wisata.
Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Pengembangan kepariwisataan tak bisa lepas dari faktor-faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhinya. Untuk dapat memahami faktor-faktor
internal dan eksternal tersebut dengan lebih detail, maka dilakukan klasifikasi
faktor internal ke dalam faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness),
sedangkan faktor eksternal dikelompokkan ke dalam faktor peluang (opportunity)
dan ancaman (threat). Analisis faktor internal-eksternal ini sangat bermanfaat
untuk dipergunakan dalam perumusan strategi dan program pengembangan
kepariwisataan (Rangkuti, 2005).
Analisis Data
Obyek dan daya tarik (flora, fauna dan obyek lainnya) yang telah
diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman
Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun
Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
S = N x B
Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria
N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria
B = bobot nilai
Kriteria daya tarik diberi 6 karena daya tarik merupakan faktor utama
alasan seseorang melakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena
merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan
wisata. Untuk akomodasi serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena hanya
bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata. Hasil pengolahan data tersebut
kemudian diuraikan secara deskriptif.
Kriteria penilaian obyek dan daya tarik wisata alam (modifikasi Pedoman
Analisis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata, Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2003):
Tabel 1. Kriteria Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata (bobot 6)
No Unsur/Sub Unsur Nilai
1. Keunikan sumber daya alam:
3. Kegiatan wisata alam yang dapat
dilakukan:
a. Menikmati keindahan alam b. Melihat flora dan fauna c. Trekking
a. Tidak ada arus berbahaya
b. Tidak ada perambahan dan
f. Tidak ada tanah longsor
≥5 Ada
a. Udara yang bersih dan sejuk b. Bebas dari bau yang mengganggu c. Bebas dari kebisingan
d. Tidak ada lalu lintas yang mengganggu
e. Pelayanan terhadap pengunjung yang baik
f. Tersedianya sarana dan prasarana
≥5 Ada
Tabel 2. Kriteria Penilaian Aksesibilitas (bobot 5)
Ket : Skor total maksimum = bobot aksesibilitas x nilai unsur aksesibilitas = 600
Tabel 3. Kriteria Penilaian Akomodasi (bobot 3) No Unsur/Sub
Ket : Skor total maksimum = bobot akomodasi x nilai unsur akomodasi = 180
2. Sarana penunjang a. Rumah makan b. Pusat
perbelanjaan/pasar c. Bank
d. Toko cinderamata e. Transportasi
50 40 30 20 10
Ket : Skor total maksimum = bobot sarana dan prasarana x nilai unsur sarana dan prasarana = 300
Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu
kriteria apabila setiap sub kriteria memiliki nilai maksimum yaitu 5. Hasil
penilaian tersebut adalah sebagai berikut :
Nilai indeks kelayakan suatu obyek wisata = Skor kriteria X 100%
Skor Total kriteria
Karsudi et al. (2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka
akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan
ekowisata adalah sebagai berikut:
- Tingkat kelayakan > 66,6% : layak dikembangkan
- Tingkat kelayakan 33,3% - 66,6% : belum layak dikembangkan
- Tingkat kelayakan < 33,3% : tidak layak dikembangkan
Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling
(sampel bertujuan). Sampel purposive adalah sampel yang didasarkan atas adanya
tujuan tertentu. Jumlah responden untuk pengunjung ditetapkan sebesar 150
responden baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara serta
masyarakat sekitar.
Hasil kuisioner kemudian dianalisis dengan memberikan bobot dan rating
terhadap masing-masing kriteria. Bobot diberi nilai mulai dari 1 (sangat penting)
berjumlah 1. Kemudian untuk menghitung rating, untuk masing-masing faktor
(peluang dan kekuatan) diberi skala mulai dari 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (tidak
baik), dan 1 (sangat baik) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
organisasi. Sementara untuk rating ancaman dan kelemahan diberi nilai -4 sampai
dengan -1. Bentuk skoring dan pembobotan faktor internal dan eksternal dapat
dilihat pada Tabel 5 dan 6.
Tabel 5. Skoring dan pembobotan faktor internal
No Kekuatan (strength) Bobot Rating Skor
1 2 Dst
Total Kekuatan (strength)
No Kelemahan (weakness) Bobot Rating Skor
1 2 Dst
Total Kelemahan (weakness)
Total kekuatan – total kelemahan = S – W
Tabel 6. Skoring dan pembobotan faktor eksternal
No Peluang (opportunity) Bobot Rating Skor
1 2 Dst
Total peluang (opportunity)
No Ancaman (threat) Bobot Rating Skor
1 2 Dst
Total ancaman (threat)
Total peluang – total ancaman = O – T
Skoring dan pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan posisi Air
Terjun Silima-lima dalam diagram analisis SWOT. Diagram SWOT dapat dilihat
III I
IV II
Gambar 1. Bagan Analisis SWOT
Keterangan gambar :
1. Kuadran I : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha memiliki
peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).
2. Kuadran II : meskipun menghadapi berbagai ancaman, usaha masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
cara strategi diversifikasi usaha (produk pasar).
3. Kuadran III : usaha menghadapi peluang pasar yang sangat besar, akan tetapi
di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Strategi yang
harus diterapkan adalah meminimalkan masalah internal sehingga dapat
merebut peluang yang lebih baik.
4. Kuadran IV : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, usaha
tersebut mengahadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Peluang
Eksternal
Ancaman Eksternal
Kekuatan Internal Kelemahan
Tabel 7.Matriks SWOT
Strategi SO Strategi WO
Menggunaan kekuatan
Strategi ST Strategi WT
Menggunakan kekuatan
Penentuan empat macam strategi pengembangan berdasarkan faktor
internal dan faktor eksternal dilakukan dengan model sebagai berikut:
1. Strategi S – O, dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi S – T, dibuat dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk
mengatasi segala ancaman yang ada.
3. Strategi W – O, dibuat dengan memanfaatkan peluang dan meminimalkan
kelemahan yang ada.
4. Strategi W – T, dibuat untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Air Terjun Silimalima
Air terjun Silimalima merupakan air terjun dengan ketinggian + 80 meter
yang kawasannya berada di Areal Penggunaan Lain (APL) (peta pada Lamiran 6)
yang pengawasan dan perlindungannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Tapanuli Selatan. Secara administratif, air terjun Silimalima terletak di Kecamatan
Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan
Marancar sendiri merupakan bagian dari Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Wilayah
III (Batangtoru) bersamaan dengan Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan
Batangtoru, Kecamatan Muara Batangtoru dan Kecamatan Angkola Sangkul
(Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2015).
Karakteristik Kawasan Air Terjun Silimalima
Air terjun Silimalima berada diantara lembah- lembah tebing yang curam
dengan batuan besar di sekelilingnya. Kawasan air terjun ini dikelilingi oleh hutan
sekunder dan perkebunan masyarakat sekitar. Lokasi wisata air terjun Silimalima
dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan acara lomba lintas alam karena memiliki
jalur-jalur trekking yang cukup menantang namun tidak begitu ekstrim. Menurut
Dinas Pemuda dan Pariwisata Tapanuli Selatan kawasan air terjun Silimalima ini
juga cocok dimanfaatkan dalam event-event olahraga outdoor. Promosi wisata
yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan menggunakan brosur,
kalender dan juga penyiaran di radio-radio. Selain itu tengah disiapkan pula
cinderamata bernama ucok-butet sebagai kenang-kenangan yang akan dijadikan
Analisis Faktor Internal dan Eksternal
A. Daya Tarik
Daya tarik wisata merupakan tujuan utama wisatawan untuk datang
mengunjungi suatu tempat wisata. Daya tarik yang dimiliki oleh Air Terjun
Silimalima dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Penilaian Daya Tarik Air Terjun Silimalima
Unsur Uraian Bobot Nilai Skor - Tidak ada jalan ramai - Tidak ada pemukiman
- Tidak ada tanah longsor
6 25 150
Kenyamanan - Udara yang bersih dan sejuk - Bebas dari bau mengganggu - Bebas dari kebisingan
- Tidak ada lalu lintas yang mengganggu
6 25 150
Skor Total 130 780
Kawasan wisata alam Air Terjun Silimalima memiliki keunikan
juga adanya aliran sungai seperti yang tampak pada Gambar 2. Sumberdaya alam
yang menonjol di kawasan ini adalah adanya batuan besar dan aliran air Sungai
Aek Sirabun yang merupakan aliran sub DAS Aek Sirabun dari DAS Batangtoru
(Gambar 3) (Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan, 2015). Kegiatan wisata yang
dapat dilakukan antara lain menikmati keindahan alam, mandi, bermain air,
trekking, penelitian/pendidikan dan kegiatan olahraga seperti lintas alam. Gambar
4 menunjukkan bagaiman pengunjung dapat menikmati panorama yang ada di
sekitar Air Terjun Silimalima. Pengunjung juga dapat bermain air ataupun mandi
di sungai yang memiliki arus yang tenang dengan kedalaman 1-1,5 meter
(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
Gambar 2. Keunikan Sumberdaya Alam Berupa Air Terjun Silimalima dan Batuan Besar
Gambar 4. Pengunjung Menikmati Air Terjun
Kawasan Air Terjun Silimalima merupakan kawasan yang terbebas dari
pemukiman penduduk. Di kawasan ini tidak ditemukan adanya industri ataupun
pencemar lainnya karena untuk memasuki kawasan wisata Air Terjun Silimalima
harus dilakukan dengan berjalan kaki sejauh +800 meter melewati jalan setapak
yang dikelilingi perkebunan warga dan sawah. Pada beberapa tempat terdapat
sungai ataupun aliran air persawahan yang harus diseberangi dengan lebar <3
meter (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
Vegetasi yang tampak saat melewati hutan dan perkebunan serta pertanian
milik warga melalui jalan setapak dan antara lain pohon durian (Durio zibethinus),
pohon jambu (Eugenia aquea), pohon kweni (Mangifera odorata),
pohon manggis (Garcinia mangostana), pohon mangga (Mangifera indica),
pohon rambutan (Nephelium lappaceum), pohon belimbing (Averrhoa carambola)
pohon melinjo (Gnetum gnemon), pohon duku (Lansium domesticum), pohon
sengon (Parasianthes falcataria), pohon jambu biji (Psidium guajava), pohon
jambu bol (Syzygium malaccense), pohon sukun (Artocarpus communis), pohon
nangka (Artocarpus heterophyllus), pohon jengkol (Archidendron paucicflorum),
pohon karet (Hevea braziliensis) dan pohon tanjung (Mimusop elengi).
(Carica papaya), kecombrang (Nicolaia speciosa), kelapa (Cocos nucifera),
jagung (Zea mays), singkong (Manihot esculenta), padi (Oryza sativa), talas
(Colocasia esculenta), pakis (Sicas rumpii), tebu (Sacharum officinarum), cabai
(Capsicum annum), cabai rawit (Capsicum frutescens) dan juga salak
(Salacca zalacca) (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015)
Masyarakat sekitar juga menanam tanaman pertanian di kebun-kebun
milik mereka seperti kemiri (Aleurites moluccana), rimbang (Salanum ferrogium),
terong (Solenum menlongena), kentang (Solanum tuberosum), jahe
(Zingiber officinale), lada (Piper nigrum), pala (Myristica fragrans), kacang tanah
(Arachis hypogea), kacang panjang (Vigna sinensis), mentimun
(Cucumis sativus), buncis (Vaseolus vulgaris), kacang merah (Vigna umbellate),
dan sirih (Piper betle). Tanaman kehutanan lainnya yang ada di hutan di sekitar
kawasan Air Terjun Silimalima antara lain pohon meranti (Shorea acuminata),
pohon kapur (Dryobalanops aromatic), pohon resak (Vatica pauciflora), pohon
mahang (Macaranga javanica), pohon rasamala (Altingia excela) dan pohon terap
(Artocarpus elasticus) (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
Kawasan Air Terjun Silimalima cukup aman karena tidak ditemukan
adanya perambahan dan penebangan liar, pencurian, maupun kepercayaan yang
mengganggu dan juga belum pernah ditemukan kasus tanah longsor. Kawasan
wisata Air Terjun Silimalima memiliki udara yang bersih dan sejuk, bebas dari
bau yang mengganggu, bebas dari kebisingan, dan tidak ada lalu lintas yang
mengganggu karena kawasan air terjun ini cukup jauh dari jalan raya.
Ketidakamanan pada kawasan ini disebabkan karena adanya beberapa arus
ditemukan adanya penyakit yang berbahaya seperti malaria dan demam berdarah
(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
Sebelum melewati pintu masuk jalur trekking pengunjung dapat
menikmati panorama alam yang indah dari dataran yang berada di dekat jurang
seperti yang tampak pada Gambar 5. Dari pintu masuk jalur trekking akan tampak
dua buah bukit yang masih ditutupi oleh vegetasi hutan yang masih alami. Seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 6, dari masing-masing bukit ini tampak 2 buah air
terjun yang memiliki daya tariknya masing-masing. Air Terjun Silimalima berada
pada bukit yang di sebelah kanan (Gambar 6), dan merupakan air terjun yang
terbesar diantara keduanya (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
Gambar 5. Pintu Masuk Jalur Trekking
B. Aksesibilitas
Hasil penilaian aksesibilitas untuk menuju Desa Simaninggir dari Kota
Padang Sidimpuan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Penilaian Aksesibilitas Menuju Air Terjun Silimalima
Unsur/Sub Unsur Uraian Bobot Nilai Skor
Kondisi jalan Cukup 5 25 125
Jarak dari kota >15 km 5 10 100
Tipe jalan Jalan Aspal Lebar <3 m 5 25 125
Waktu tempuh dari kota
1-3 jam 5 30 150
Skor Total 90 450
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kondisi jalan dari
Kota Padang Sidimpuan hingga Desa Simaninggir cukup baik. Jalan terbuat dari
aspal dengan lebar 2 - 2,5 meter. Kondisi jalan dapat dilihat pada Gambar 7 dan
Gambar 8. Jarak yang ditempuh dari Kota Padang Sidimpuan menuju Desa
Simaninggir yaitu sekitar 20 km dengan waktu tempuh sekitar 1-2 jam. Sepanjang
perjalanan menuju Desa Simaninggir dari Kota Padang Sidimpuan ke Desa
Simaninggir akan melalui perbukitan, hutan, perkebunan, pedesaan, dan sesekali
melewati tepi jurang-jurang yang dipenuhi oleh vegetasi hutan.
Gambar 8. Jalan di Desa Simaninggir
Setelah menempuh perjalanan sampai ke Desa Simaninggir, pengunjung
harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati perkebunan dan
sawah milik masyrakat serta hutan. Pengunjung akan menyeberangi sebuah sungai
dan juga beberapa parit serta aliran air irigasi sawah dengan jembatan sederhana
yang terbuat dari kayu seperti terlihat pada Gambar 9. Setelah melewati pintu
masuk ke Air Terjun Silimalima seperti yang tampak pada Gambar 5 di atas,
pengunjung akan mulai melewati jalur trekking melintasi hutan seperti yang
terlihat pada Gambar 10 (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
Gambar 10. Jalur Trekking Menuju Air Terjun Silimalima
C. Akomodasi
Ketersediaan akomodasi untuk menuju Desa Simaninggir dari
Kota Padang Sidimpuan dan serta penginapan bagi pengunjung di lokasi wisata
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Penilaian Akomodasi di Kawasan Air Terjun Silimalima
Unsur/Sub Unsur Jumlah Nilai Skor
Akomodasi > 4 30 90
Kamar Tidak Ada 10 30
Skor Total 40 120
Gambar 11. Angkutan untuk Menuju Desa Simaninggir
Akomodsi dari Kota Padang Sidimpuan ke Desa Simaninggir hanya ada
satu trayek angkutan umum dengan jumlah angkutan 8 unit. Angkutan kota
yang ada berupa mobil jenis carry berwarna biru. Saat ini masih belum
pengunjung yang ingin menghabiskan waktu lebih lama di lokasi wisata ini
(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
D. Sarana dan Prasarana Penunjang
Sarana dan prasarana penunjang yang ada sudah cukup lengkap karena
letak Desa Simaninggir tidak terlalu jauh dari Kota Padang Sidimpuan maupun
Kecamatan Batangtoru yang sarana dan prasarananya cukup lengkap. Hasil
pengamatan mengenai sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang
Unsur/Sub Unsur Jumlah Nilai Skor
Sarana penunjang 3 40 120
Prasarana penunjang 3 40 120
Skor Total Aksesibilitas 80 240
Sarana penunjang yang dapat ditemui dalam radius 15 km adalah rumah
makan, pasar (Gambar 12) dan tansportasi. Sedangkan prasarana penunjang
antara lain puskesmas (Gambar 13), mesjid dan jaringan listrik (Gambar 14)
(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).
Gambar 13. Puskesmas Kecamatan Marancar
Gambar 14. Mesjid Desa Simaninggir yang Telah Dimasuki Jaringan Listrik
Tabel 12. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Air Terjun Silimalima
Hasil penilaian objek dan daya tarik wisata alam yang telah dilakukan
dapat dilihat pada Tabel 12. Tingkat kelayakan rata-rata dari semua faktor yang
telah diberikan penilaian adalah 72,72%. Berdasarkan data tersebut, jika
dibandingkan dengan Taman Wisata Alam Sibolangit yang memiliki nilai
kelayakan 93,40% (Ginting, 2012) Air Terjun Silimalima memiliki nilai
kelayakan yang lebih rendah di semua aspek. Daya tarik Air Terjun Silimalima
bernilai 72,22%, sedangkan daya tarik Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki No Kriteria Bobot
nilai kelayakan daya tarik sebesar 86,11%. Aksesibilitas Air Terjun Silimalima
memiliki nilai kelayakan 72% sedangkan Taman Wisata Alam Sibolangit
memiliki nilai kelayakan aksesibilitas 87,5%. Hasil penilaian kelayakan
pengembangan akomodasi Air Terjun Silimalima adalah 66,67%, sedangkan
akomodasi Taman Wisata Alam Sibolangit bernilai kelayakan sebsar 100%.
Begitu juga dengan sarana dan prasarana penunjang dimana Air Terjun
Silimalima memiliki nilai kelayakan pengembangan 90% sedangkan Taman
Wisata Alam Sibolangit memiliki nilai 100%. Hal ini dikarenakan lokasi Taman
Wisata Alam Sibolangit yang berada di Jalur Lintas Sumatera Utara, sedangkan
Air Terjun Silimalima berada di Desa Simaninggir yang letaknya sedikit
terpelosok. Perbandingan ini dapat dilihat pada Tabel 13a dan Tabel 13b.
Tabel 13a. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Air Terjun Silimalima
Tabel 13b. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam TWA Sibolangit
(Sumber: Ginting, 2012)
Meskipun memiliki nilai kelayakan yang lebih rendah, Air Terjun
Silimalima masih tetap layak untuk dikembangkan. Pembenahan pada berbagai
aspek seperti aksesibilitas, akomodasi serta sarana dan prasarana sangat perlu No Kriteria Bobot
Tingkat Kelayakan 72,72 Layak
No Kriteria Bobot
dilakukan agar keberadaan Air Terjun Silimalima sebagai destinasi wisata alam
tidak kalah ataupun tertinggal dari wisata alam lainnya sehingga wisatawan pun
tetap tertarik untuk mengunjungi Air Terjun Silimalima. Kerjasama pemerintah
dengan masyarakat sekitar akan sangat diperlukan dalam hal ini.
Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan 13 poin kekuatan,
8 poin kelemahan, 5 poin peluang serta 4 poin ancaman. Hasil yang didapatkan
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Analisis Faktor Internal dan Eksternal Air Terjun Silimalima
No Kekuatan (strength) No Kelemahan (weakness)
1 2
Panorama alam yang indah Lokasi wisata nyaman dan asri
1
Udara yang bersih dan sejuk Lokasi yang strategis Aman untuk dikunjungi Air terjun terbesar di Tapsel Air terjun terindah di Tapsel Kondisi jalan yang baik
Tidak cocok untuk wisata keluarga Kurangnya penyuluhan kepada masyarakat
No Peluang (opportunity) No Ancaman (threat) 1
2 3 4 5
Lokasi penelitian flora dan fauna Lokasi wisata pelajar
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan melakukan perhitungan bobot
dan rating terhadap setiap kriteria yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang
kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal serta peluang dan ancaman
sebagai faktor eksernal.
Tabel 15. Evaluasi Kualitatif Faktor Internal
No Kekuatan (strength) Bobot Rating Skor
1 Panorama alam yang indah 0,08 +4 0,32
Lokasi wisata yang nyaman dan asri Adanya flora dan fauna yang menarik Udara yang bersih dan sejuk
Aman untuk dikunjungi
Air terjun terbesar di Tapanuli Selatan Air terjun terindah di Tapanuli Selatan Kondisi Jalan yang baik
No Kelemahan (weakness) Bobot Rating Skor
1
Adanya coretan-coretan yang mengurangi keindahan
Kurang cocok untuk wisata keluarga Kurangnya penyuluhan kepada masyarakat
0,10
Tabel 16. Evaluasi Kualitatif Faktor Eksternal
No Peluang (opportunities) Bobot Rating Skor
1 2 3 4 5
Lokasi penelitian flora dan fauna Lokasi wisata pelajar
Total Peluang (opportunities) 1 +18 +3,60
No Ancaman (thread) Bobot Rating Skor
Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal pada Tabel 14, dapat dilihat
bahwa nilai eveluasi faktor internal (sumbu X ) adalah 0,62. Hasil evaluasi faktor
eksternal (sumbu Y) pada Tabel 15 adalah 0,50. Nilai ini kemudian disajikan
dalam diagram SWOT sperti yang tertera pada Gambar 12.
Y
X
Gambar 15. Posisi Air Terjun Silimalima pada Kuadran Analisis SWOT
Gambar 12 menunjukkan bahwa posisi kawasan Air Terjun Silimalima
berada pada kuadran 1, hal ini mengindikasikan bahwa Air Terjun Silimalima
berada pada posisi yang menguntungkan dimana kekuatan yang dimiliki oleh Air
Terjun Silimalima dapat menutupi kelemahan dan ancamannya. Posisi ini juga
membuat Air Terjun Silimalima dapat mengambil semua peluang yang ada.
Situmorang (2007) menyatakan bahwa hasil analisis yang berada pada Kuadran 1
Matriks Posisi Organisasi:
a. Merupakan posisi yang sangat menguntungkan.
b. Subjek mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan
peluang yang ada secara maksimal.
c. Seyogianya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif.
0,50
Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
1. Strategi S-O
Stragtegi S-O merupakan srategi yang dilakukan dengan memanfaatkan
kekuatan sebaik mungkin untuk dapat mengambil peluang yang ada, adapun
strategi yang dapat dilakukan adalah:
a. Memberlakukan pembayaran tiket masuk untuk menambah daerah dan
untuk mengontrol jumlah pengunjung yang masuk ke kawasan Air Terjun
agar kerusakan tanaman dan tanah akibat kelebihan pengunjung dapat
dihindari.
b. Menarik peneliti untuk meneliti flora dan fauna yang ada di Air Terjun
Silimalima lalu memanfaatkan hasil penelitian untuk memberi paket
wisata edukatif kepada pengunjung.
c. Membuat dan menawarkan paket wisata lintas alam edukatif dimana para
pengunjung diajak melakukan lintas alam dengan didampingi interpreter
yang merupakan masyarakat sekitar untuk memberikan
penjelasan-penjelasan mengenai flora dan fauna yang ada di kawasan wisata Air
Terjun Silimalima.
d. Membuat dan menawarkan paket wisata pelajar untuk melakukan kegiatan
di alam terbuka.
e. Memberi cinderamata yang menjadi cirri khas kepada pengunjung sebagai
bagian dari paket wisata.
f. Membuat event tahunan seperti lomba lintas alam di lokasi wisata Air
2. Strategi S-T
Strategi S-T merupakan strategi yang dilakukan dengan memanfaatkan
kekuatan sebaik mungkin untuk dapat mengantisipasi ancaman yang ada, strategi
yang dapat dilakukan adalah:
a. Melakukan penanaman di sekitar lokasi yang memiliki kemungkinan
terjadi longsor dengan tanaman-tanaman yang menarik dan memperindah
kawasan wisata.
b. Menawarkan kenyamanan kepada pengunjung seperti guide, asuransi,
tempat-tempat indah untuk pengambilan Gambar, penitipan barang dan
sebagainya.
c. Menarik pengunjung dengan menawarkan keamanan dan kenyamanan
wisata.
d. Memberikan tanda-tanda berbahaya agar tidak didekati oleh pengunjung
untuk menghindari terjadinya kecelakaan seperti longsor.
e. Melakukan pengelolaan yang lebih baik untuk menambah daya tarik Air
Terjun Silimalima.
3. Strategi W-O
Strategi W-O didapatkan dengan menghilangkan kelemahan yang ada
untuk dapat memanfaatkan semua peluang yang ada. Strategi yang dilakukan
adalah:
a. Menyediakan camping ground untuk pengunjung yang ingin melakukan
kegiatan berkemah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana yang umum seperti toilet, ruang ganti,
yang tidak ingin melewati jalur trekking agar dapat menarik pengunjung
yang ingin melakukan wisata keluarga
c. Melakukan pemasaran wisata yang dapat menarik pengunjung lebih
banyak dan memberikan penawaran-penawaran yang menarik untuk
pengunjung yang datang bukan di akhir pekan agar kunjungan merata
setiap harinya.
d. Melakukan pengelolaan secara profesional sehingga dapat membuat Air
Terjun Silimalima lebih menarik dan juga lebih sesuai bagi pengunjung
yang datang bersama keluarga.
e. Melakukan pembersihan terhadap sampah-sampah dan juga
menghilangkan coretan-coretan yang mengganggu serta membuat papan
himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan ataupun membuat
coretan-coretan yang mengganggu. Jika perlu dilakukan pengadaan
petugas pengawas untuk mengawasi kebersihan dan keindahan kawasan
wisata.
f. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar
mengenai pengelolaan wisata alam sehingga dapat menguntungkan bagi
masyarakat.
4. Strategi W-T
Strategi ini didapat dengan meminimalkan kelemahan untuk
mengantisipasi ancaman yang ada, strategi yang dilakukan adalah:
a. Menambah minat pengunjung dan daya tarik wisata dengan melakukan
b. Pembuatan lokasi berkemah hanya di tempat yang memungkinkan dan
jauh dari lokasi yang memiliki kemungkinan terjadi longsor
c. Melakukan pengelolaan yang profesional sehingga pengunjung lebih
berminat dan tertarik untuk berkunjung.
d. Memberikan arahan waktu yang tepat untuk berkunjung agar pengunjung
tidak terkena hujan saat akan menuju air terjun.
Strategi yang paling sesuai dengan keadaan Air Terjun Silimalima
sekarang adalah dengan menggunakan strategi S-O, yaitu memanfaatkan semua
kekuatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk mengambil semua peluang yang
ada.
Air Terjun Silimalima yang terletak di Desa Simaninggir dapat ditawarkan
sebagai salah satu tujuan wisata alternatif bagi wisatawan yang menginginkan
tempat wisata baru yang masih sangat terjaga kealamiannya. Selain itu Air Terjun
Silimalima juga dapat dijadikan tujuan wisata bagi sekolah-sekolah yang ada di
Kota Padang Sidimpuan, Kecamatan Marancar dan Kecamatan Batangtoru yang
ingin melakukan kegiatan di alam terbuka. Pemerintah juga dapat membuat event
perlombaan lintas alam di Air Terjun Silimalima untuk menarik antusias
masyarakat dan sekaligus menggalakkan program peduli lingkungan. Kawasan air
terjun Silimalima juga dapat ditawarkan sebagai lokasi penelitian flora dan fauna
bagi sekolah-sekolah ataupun universitas dan institusi yang ada di sekitar
kawasan.
Penerapan strategi ini akan berdampak baik bagi perkembangan Air
Terjun Silimalima sebagai destinasi wisata minat khusus dan juga akan membantu
banyaknya pengunjung maka akan menciptakan sebuah pasar yang baru yang
akan mendorong perekonomian masyarakat sekitar. Dengan meningkatnya
perekonomian masyarakat yang disebabkan keberadaan Air Terjun Silimalima
maka keperluan sehari-hari masyarakat pun tidak lagi bergantung dengan hasil
hutan sehingga kelestarian hutan di sekitar daerah tersebut akan terjaga.
Wollenberg et al. (2004) menyatakan bahwa saat ini Indonesia berpeluang
besar untuk dapat menanggulangi kemiskinan dengn memperhatikan bentuk
permasalahan kemiskinan di kawasan hutan, bagaimana intervensi pemerintah
yang dapat mengatasi permasalahan tersebut secara lintas sektoral, dan memantau
perubahan yang terjadi. Memberi perhatian pada hutan dan masyarakat di
kawasan hutan mutlak diperlukan dalam penanggulangan kemiskinan di
Indonesia.
Keberadaan tren kembali ke alam yang menggairahkan investasi wisata
alam akhir-akhir ini perlu disikapi dengan arahan yang tegas dan bijaksana dari
para pengambil keputusan (pemerintah) dan kesadaran yang tinggi dari pengelola
agar fungsi ekologis dan ekonomis tetap terjamin. Penetapan harga harus
melibatkan pemerintah karena hal ini berdampak luas terhadap kelestarian
lingkungan dan masyarakat banyak. Subsidi masih sangat diperlukan untuk
menarik investasi di wisata alam Indonesia. Dan yang terpentin pengembangan
wisata alam harus mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat sekitar
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
Kesimpulan yang didapatkan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kelayakan untuk pengembangan Air Terjun Silimalima adalah senilai
72,72%. Air terjun Silimalima memiliki daya tarik, aksesibilitas, akomodasi,
serta sarana dan prasarana penunjang yang cukup baik dan lengkap sehingga
lebih memungkinkan untuk dilakukannya pengembangan wisata.
2. Berdasarkan hasil analisis SWOT, Air Terjun Silimalima berada pada
Kuadran 1 matriks SWOT yang merupakan posisi yang sangat
menguntungkan dimana Air Terjun Silimalima memiliki peluang dan
kekuatan sehingga peluang yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Posisi ini juga memungkinkan untuk diterapkannya strategi yang mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Saran
Saran untuk pengembangan Air Terjun Silimalima yaitu:
1. Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan Air Terjun Silimalima untuk
dikelola dan dijadikan salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan
melakukan pengembangan dan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di
sekitar lokasi wisata sehingga masyarakat sekitar juga memiliki kesejahteraan
yang lebih baik tanpa merusak hutan yang ada di kawasan wisata tersebut.
2. Air Terjun Silimalima sebaiknya ditawarkan sebagai tujuan wisata alternatif
bagi masyarakat dari luar Desa Simaninggir dan juga dijadikan tempat
penelitian dan wisata pelajar bagi sekolah-sekolah maupun universitas yang
TINJAUAN PUSTAKA
Sumberdaya Hutan
Purnawan (2006) dalam Karisma (2010) menyatakan bahwa hutan dengan
segala ekosistem yang terkandung didalamnya merupakan cerminan keunikan
alam raya secara universal. Hutan yang merupakan tempat berkembangbiak flora
dan fauna serta organisme lain yang memiliki keterkaitan sebagai simbiosis
mutualisme adalah suatu kekayaan alam dan keniscayaan yang tidak bisa
diabaikan. Eksistensi hutan memegang peranan penting dalam menjaga proses
kehidupan, dimana tanah yang subur, mata air yang jernih, udara yang bersih dan
sejuk serta bebas dari pencemaran adalah Gambaran nyata tentang arti pentingnya
hutan bagi makhluk hidup dalam tatanan ruang lingkup yang dinamis dan
berkelanjutan
Keseluruhan manfaat yang dapat diperoleh dari hutan berdasarkan
wujudnya dapat dikelompokkan kedalam barang dan jasa. Keluaran hutan yang
berbentuk barang menyatakan keluaran yang dapat dilihat, dirasakan, diraba, dan
diukur secara langsung, antara lain kayu, rotan, getah, buah, kayu bakar, satwa liar
dan air. Keluaran hutan berupa jasa menyatakan keluaran yang dapat diperoleh
dari hutan yang bersifat maya, antara lain kemampuan hutan untuk memberikan
pemandangan alam, menyerap, dan menyimpan karbon (Suhendang, 2002).
Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang
(hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan,
keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon. Jasa lingkungan
yang ada saat ini suatu saat akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu
instrumen ekonomi yang dapat mengatasi penurunan kualitas lingkungan adalah
pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi
sukarela yang mengGambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan
dengan cara memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat
jasa lingkungan (Merryna, 2009).
Menurut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (2005) beberapa peluang
pengembangan jasa lingkungan antara lain:
1. Carbon offset; merupakan jasa lingkungan yang memberikan kontribusi dalam
upaya mencegah dampak negatif perubahan iklim, dimana pemanfaatan jasa
lingkungan ini nantinya diatur melalui Mekanisme Pembangunan Bersih
(Clean Development Mechanism) di bawah Protokol Kyoto.
2. Pemanfaatan air; dengan adanya indikasi menyusutnya suplai air di bumi,
maka air merupakan jasa lingkungan yang berpeluang untuk dikembangkan.
3.
Eco-tourism; potensi fenomena /keindahan/keunikan alam, keanekaragamanhayati dan budaya memberikan peluang usaha di bidang wisata alam.
Pengertian Ekowisata
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata
yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi
manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat
Ciri Ekowisata
Ada beberapa karakteristik dari ekowisata, yakni sebagai berikut
(Wood, 2002):
1. Bentang alam alaminya masih terpelihara dengan sebuah pemanfaatan yang
terjaga
2. Pembangunan lanskap artifisial/buatan tidak mendominasi
3. Adanya aktifitas perekonomian lokal dalam skala kecil, termasuk warung
makanan dan toko cinderamata
4. Pembuatan zonasi untuk kegiatan rekreasi, seperti lintasan untuk sepeda dan
pejalan kaki
5. Pengembangan beberapa even dan atraksi yang menampilkan budaya lokal
6. Pembangunan fasilitas publik yang bersih dan terjaga, yang dapat
dimanfaatkan oleh wisatawan dan penduduk lokal.
7. Interaksi yang bersahabat antara penduduk lokal dan wisatawan.
Air Terjun
Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu
formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air
terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Beberapa air terjun
terbentuk di lingkungan pegunungan dimana erosi kerap terjadi. Menurut
Sujatmiko (2014), air terjun adalah aliran air yang terbentuk ketika aliran air jatuh
dari tempat yang tinggi. Air yang jatuh akan menggerus dasar sungai hingga
terbentuk cekungan menyerupai kolam. Air terjun dapat juga terjadi karena
Ekowisata Kawasan Hutan
Sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kehutanan dan UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya serta UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
agar diperoleh manfaat yang optimal dari potensi sumber daya alam tersebut.
Kebijaksanaan pembangunan bidang kehutanan didasarkan atas asas manfaat dan
lestari serta konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Salah satu
manfaat yang dapat dikembangkan di dalam kawasan hutan dan perairan, sesuai
fungsinya adalah sebagai obyek rekreasi dan wisata alam (Rahmawati, 2005).
Undang-Undang Dasar No. 23 Tahun 1997, menyebutkan bahwa dalam
rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan
umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk
mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan
kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan
kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 menyatakan bahwa penggunaan
kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya
dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat
dielakkan. Kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan meliputi
kegiatan:
a. Religi;
c. Instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi
baru dan terbarukan;
d. Pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun
relay televisi;
e. Jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;
f. Sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi
umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;
g. Sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan
saluran air bersih dan/atau air limbah;
h. Fasilitas umum;
i. Industri selain industri primer hasil hutan;
j. Pertahanan dan keamanan;
k. Prasarana penunjang keselamatan umum;
l. Penampungan sementara korban bencana alam; atau
m. Pertanian tertentu dalam rangka ketahanan pangan dan ketahanan energi.
Pengembangan Pariwisata
Panduan dan pembangunan destinasi wisata antara lain dapat mengacu
pada konsep pengembangan pemukiman terpadu yang dikeluarkan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup (SK No. 4 tahun 2000 tentang Panduan
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan
Pemukiman Terpadu). Pengembangan yang berwawasan lingkungan harus
memperhatikan lima kaidah berikut:
1. Mempertahankan dan memperkaya ekosistem yang ada.
3. Pengendalian limbah dan pencemar
4. Menjaga kelanjutan sistem sosial-budaya lokal
5. Peningkatan pemahaman konsep lingkungan hidup.
(Hakim, 2004).
Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik
bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan
yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat
dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas
rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya
kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata
(Marpaung, 2002).
Analisis SWOT
Kotler (2009) menyatakan bahwa analisis SWOT (strenghts, weakness,
opportunity, threaths) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran
eksternal dan internal. Menurut Rangkuti (2009) analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian perencanaan strategis
(strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai potensi dan strategi
pengembangan wisata alam antara lain oleh Kartini et al. (2011) dengan judul
penelitian Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda.
Kartini et al. (2011) mendapati bahwa faktor- internal yang mendukung adalah
keragaman atraksi, image kawasan yang sudah terkenal sejak VOC, sifat
keterbukaan, keamanan, dan kemudahan mencapai lokasi. Sementara yang
menghambat adalah belum adanya pusat informasi wisata, sifat terhadap
lingkungan yang sangat rendah, SDM bidang pariwisata masih rendah, dan belum
memadainya infrastruktur pendukung. Faktor-faktor eksternal yang mendukung
adalah aksesibilitas, perkembangan teknologi dan informasi, regulasi, serta
tingginya potensi dan minat wisatawan. Sementara yang menghambat adalah
interusi budaya dan perusakan lingkungan. Strategi prioritas berdasarkan SWOT
adalah pengembangan wisata diving dan snorkeling, membangun jaringan dengan
wisata lain, bekerjasama dengan agen perjalanan, dan membuat website.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Tatag et al. (2011) dengan judul
penelitian Kajian Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata di Cagar Alam
Pulau Sempu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, mendapati bahwa hasil
dari analisis SWOT dan analisis AHP, strategi pengembangannya adalah
mengevaluasi fungsi dan status lahan, membangun persepsi dan konsep
pengembangan ekowisata oleh penentu kebijakan. Pengembangan ekowisata di
dua regional yaitu Cagar Alam Pulau Sempu sebagai penyedia produk wisata dan
atraksi alam sedangkan Pantai Blue Spring sebagai penyedia fasilitas dan
dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi ekowisata, meningktakan
pengetahuan dan kualitas produk maupun SDM.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Tiara dan Darsiharjo (2013) yang
berjudul Analisis Potensi Pariwisata di Pulau Karimun Provinsi Kepulauan Riau
mendapati bahwa strategi yang didapat dari hasil analisis SWOT adalah:
(1) mengembangkan potensi daya tarik wisata misalnya event-event wisata
(2) meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan wisata yang dilakukan.
(3) menambah variasi objek daya tarik wisata yang lebih inovatif seperti olahraga
air, outbond dll (4) memperbaiki kualitas aksesibilitas dan meningkatkan fasilitas
wisata yang terdiri dari tempat peribadatan, sarana informasi dan juga keamanan.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Dharmawan et al. (2014) yaitu
Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan
Kabupaten Tabanan, mendapati bahwa strategi pengembangan yang perlu
dilakukan dalam analisis SWOT adalah: (1) Strategi S-O adalah pengembangan
pada pengunjung desa untuk mempertahankan atraksi dan promosi di Desa
Belimbing. (2) Strategi W-O adalah dengan meningkatkan fasilitas dan
infrastruktur. (3) Strategi S-T adalah menargetkan penduduk lokal untuk
meningkatkan keamanan dan pertahanan. (4) Strategi W-T adalah melakukan
strategi administrasi dan manajemen Desa Belimbing dengan pelatihan bahasa
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumberdaya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Affandi dan Patana (2002) menyatakan bahwa berdasarkan wujud/bentuknya
manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat tangible dan
intangible. Manfaat tangible antara lain kayu, hasil hutan ikutan dan lain-lain.
Sedangkan manfaat intangible antara lain pengaturan tata air, rekreasi,
pendidikan, kenyamanan lingkungan dan sebagainya.
Jasa lingkungan merupakan hasil yang diperoleh dari keberadaan
sumberdaya alam atau lingkungan berupa jasa tata air, penyerapan karbon,
penghasil oksigen, dan sebagainya. Pemandangan yang dihasilkan oleh bentang
alam seperti gunung, danau, pantai sungai dan air terjun juga dapat dikategorikan
sebagai jasa lingkungan yang dapat dirasakan oleh setiap orang yang
menikmatinya. Perjalanan untuk menikmati keindahan bentang alam ini biasa
disebut dengan ekowisata. Fandeli (2000) meyatakan bahwa ekowisata
mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata daerah yang masih alami, dimana
ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya
dengan menjamin keberpihakan kepada masyarakat.
Air terjun Silimalima merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Desa
Simaninggir, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Air terjun
Silimalima memiliki ketinggian kurang lebih 70 meter dan memiliki lanskap yang
sangat indah dan masih sangat terjaga kealamiannya. Selain itu akses ke lokasi
obyek wisata ini cukup baik walau pengunjung perlu berjalan kaki untuk melewati
lereng ke lokasi air terjun. Obyek wisata air terjun Silimalima ini masih sangat
jarang diketahui keberadaannya namun sangat berpotensi untuk menggerakkan
perekonomian masyarakat sekitar. Oleh karenanya perlu dilakukan analisis
mengenai potensi dan strategi pengembangan obyek wisata air terjun ini.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pengumpulan data primer dan sekunder
2. Mencari strategi yang tepat untuk pengembangan Air Terjun Silimalima
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis potensi obyek wisata air terjun Silimalima
2. Menganalisis permasalahan dan strategi pengembangan obyek wisata air
terjun Silimalima dengan metode SWOT.
Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk penerapan
kebijakan dan pengambilan keputusan
2. Sebagai bahan kajian bagi pengelola dalam pengembangan obyek wisata Air
Terjun Silima-lima.
3. Sebagai pedoman bagi masyarakat setempat untuk berperan aktif dalam
pengelolaan obyek wisata air terjun Silimalima.
ABSTRACT
MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analysis of Potential and Development Strategy for Silimalima Waterfall As An Natural Attraction on South Tapanuli Regency. Under Guidence by Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si and Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.
Forest resources have so much benefits for human being. One of the example is environmental services such as natural attraction. Silimalima Waterfall is one of the natural attractions that can be found on Simaninggir Village, Marancar Districts, South Tapanuli Regency, North Sumatera Province. This waterfall needs some developments to be ready to be a natural attraction that will give some benefitis for local communities and to minimize the environmental damage that oftenly caused by the tourism activity. The purpose of the research is to analyze the potential of Silimalima Waterfall and to analyze the problems along with strategies of Silimalima Waterfall development. The research did by giving the questioner about internal and external factors to the respondents, local communities and the employers of the Government’s Youth, Sport, Cultural and Tourism Office. Respondents will choose if they agree or disagree for every available statements. Data results will be treated to find the strengths, weaknesses, opportunities and threats of Silimalima Waterfall as a natural attrction on South Tapanuli Regency.
The result of the research shows that the worthiness percentage of Silimalima Waterfall developments is 72,72%, that make it worthed to do the developments. The result of SWOT Analysist shows that Silimalilma Waterfall is on the first quadrant that means Siimalima Waterfall is on a very profitable position because the strengths that it owns could covers the weaknesses and the threats and also make it possible to take all of the opportunities
ABSTRAK
MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air Terjun Silimalima di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dibimbing oleh Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si dan Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.
Sumberdaya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu contoh nya adalah pemanfaatan jasa lingkungan seperti wisata alam. Air Terjun Silimalima merupakan salah satu obyek wisata alam yang terdapat di Desa Simaningir, Kabupaen Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Air Terjun ini masih memerlukan beberapa pengembangan agar lebih siap untuk dijadikan obyek wisata yang akan memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dan untuk memperkecil kerusakan alam yang sering terjadi akibat adanya kegiatan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi obyek wisata Air Terjun Silimalima dan menganalisis permasalahan serta strategi pengembangan Air Terjun Silimalima. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi daftar pernyataan (kuisioner) mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang ada kepada pengunjung, dinas pariwisata, dan masyarakat sekitar. Data yang didapat kemudian diolah unuk mendapatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atas keberadaan Air Terjun Silimalima sebagai obyek wisata alam di Tapanuli Selatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kelayakan untuk pengembangan Air Terjun Silimalima adalah sebesar 72,72%, sehingga membuatnya layak untuk dikembangkan. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa obyek wisata Air Terjun Silimalima berada pada kuadran 1, hal ini diartikan bahwa obyek wisata Silimalima berada pada posisi yang sangat menguntungkan karena kekuatan yang dimilikinya dapat menutupi kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengambil semua peluang yang ada.
ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
WISATA ALAM AIR TERJUN SILIMALIMA
DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN
SKRIPSI
Oleh:
Mhd. Rizky Azhari Nasution 111201089
Manajemen Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara, Indonesia
pada tanggal 28 Agustus 1993 dari Ayah Fahruddin Nasution, S.P. dan Ibu
Radiatul Adawiyah Ritonga S.Pd. Penulis merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Negeri 2 Padangsidimpuan pada tahun 2011 dan
lulus seleksi masuk USU di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian pada
tahun yang sama melalui program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) Ujian Tertulis.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam Organisasi Badan
Kenajiran Mushola (BKM) Baitul Asjaard Kehutanan Universitas Sumatera Utara
dan juga aktif dalam Komunitas RainForest. Penulis juga sempat mengikuti
program English Club yang diadakan oleh Komunitas RainForest dan JIMMKI.
Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Taman
ABSTRACT
MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analysis of Potential and Development Strategy for Silimalima Waterfall As An Natural Attraction on South Tapanuli Regency. Under Guidence by Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si and Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.
Forest resources have so much benefits for human being. One of the example is environmental services such as natural attraction. Silimalima Waterfall is one of the natural attractions that can be found on Simaninggir Village, Marancar Districts, South Tapanuli Regency, North Sumatera Province. This waterfall needs some developments to be ready to be a natural attraction that will give some benefitis for local communities and to minimize the environmental damage that oftenly caused by the tourism activity. The purpose of the research is to analyze the potential of Silimalima Waterfall and to analyze the problems along with strategies of Silimalima Waterfall development. The research did by giving the questioner about internal and external factors to the respondents, local communities and the employers of the Government’s Youth, Sport, Cultural and Tourism Office. Respondents will choose if they agree or disagree for every available statements. Data results will be treated to find the strengths, weaknesses, opportunities and threats of Silimalima Waterfall as a natural attrction on South Tapanuli Regency.
The result of the research shows that the worthiness percentage of Silimalima Waterfall developments is 72,72%, that make it worthed to do the developments. The result of SWOT Analysist shows that Silimalilma Waterfall is on the first quadrant that means Siimalima Waterfall is on a very profitable position because the strengths that it owns could covers the weaknesses and the threats and also make it possible to take all of the opportunities
ABSTRAK
MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air Terjun Silimalima di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dibimbing oleh Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si dan Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.
Sumberdaya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu contoh nya adalah pemanfaatan jasa lingkungan seperti wisata alam. Air Terjun Silimalima merupakan salah satu obyek wisata alam yang terdapat di Desa Simaningir, Kabupaen Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Air Terjun ini masih memerlukan beberapa pengembangan agar lebih siap untuk dijadikan obyek wisata yang akan memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dan untuk memperkecil kerusakan alam yang sering terjadi akibat adanya kegiatan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi obyek wisata Air Terjun Silimalima dan menganalisis permasalahan serta strategi pengembangan Air Terjun Silimalima. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi daftar pernyataan (kuisioner) mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang ada kepada pengunjung, dinas pariwisata, dan masyarakat sekitar. Data yang didapat kemudian diolah unuk mendapatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atas keberadaan Air Terjun Silimalima sebagai obyek wisata alam di Tapanuli Selatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kelayakan untuk pengembangan Air Terjun Silimalima adalah sebesar 72,72%, sehingga membuatnya layak untuk dikembangkan. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa obyek wisata Air Terjun Silimalima berada pada kuadran 1, hal ini diartikan bahwa obyek wisata Silimalima berada pada posisi yang sangat menguntungkan karena kekuatan yang dimilikinya dapat menutupi kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengambil semua peluang yang ada.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi ini.
Penelitian ini berjudul “Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air
Terjun Silimaliam, di Kabupaten Tapanuli Selatan”. Penelitian ini akan
menjelaskan potensi wisata Air Terjun Silimalima di Kecamatan Tapanuli Selatan
dan analisis pengembangannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si
dan Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut.,M.P. sebagai komisi pembimbing skripsi yang
telah membimbing saya selama penyusunan skripsi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga ditujukan kepada teman-teman di
Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan bantuannya atas penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan di dalam skripsi ini.
Untuk itu penulis terbuka terhadap berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat memberi kontribusi bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Desember 2015