• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air Terjun Silimalima di Kabupaten Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air Terjun Silimalima di Kabupaten Tapanuli Selatan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, O., dan Patana, P. 2002. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan Non-marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan Studi Kasus Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan). Laporan Penelitian. Program Ilmu Kehutanan – Universitas Sumatera Utara. Tidak diterbitkan.

Fandeli, C. 2000. Konsep dan Pengertian Ekowisata Fandeli C dan Mukhlison [editor]. Pengusahaan Ekowisata . Yogyakarta. Fakultas Kehutanan UGM. UKSDA Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Fandeli, C., dan Mukhlison, 2000. Pengusahaan Ekowisata. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Ginting, I. A. 2012. Penilaian dan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit. USU: Skripsi. Medan.

Hakim, L. 2004. Dasar-dasar Ekowisata. Bayumedia Publishing. Malang, Jawa Timur.

Hisyam, M.S. 1998. Analisa SWOT Sebagai Langkah Awal Perencanaan Usaha. Makalah. Jakarta: SEM Institute.

Karisma, B. M. 2010. Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan dan Tata Kelolanya (Kasus di Desa Malasari

Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat). IPB: Skripsi. Bogor.

Karsudi, R., Soekmadi, dan H. Kartodiharjo. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. JMHT Vol.XVI, (3): 148-154.

Kementrian Dalam Negeri. 2014. Data Penduduk Kecamatan Marancar Tahun

2014 Per Desa/Kelurahan Berdasarkan Pendidikan. Republik Indonesia.

Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.

Merryna, A. 2009. Analisis Willingness to Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran. Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). IPB: Skripsi. Bogor

Nurrochmat, D. R. 2005. Strategi Pengelolaan Hutan: Upaya Menyelamatkan Rimba yang Tersisa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

(2)

Pemerintah Kecamatan Marancar. 2015. Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2000 Tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pembangunan Pemukiman Terpadu Tahun 2000. KNLH. Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2012 tentang Perubahan PP No 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan. Lembaran Negara RI Tahun 2012 No 140. Sekretariat Negara. Jakarta.

Rahmawati, D. 2005. Ekowisata di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular) [diakses dari: www.eprints.undip.ac.id pada tanggal 21 Desember 2014 pukul 14:29 WIB].

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

_________. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus - Integrated Marketing Communications . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 1997 No. 68. Sekretariat Negara. Jakarta.

Simon, H. 2008. Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (Cooperative Forest Management). Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Suharsimi, A. 2010. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi). Rineka Cipta. Jakarta.

Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor.

Sujatmiko, E. 2014. Kamus IPS: Cetakan I. Aksara Sinergi Media. Surakarta.

Wood, M. E. 2002. Ecotourism: Principles, Practices and Policies for Sustainability. United Nation Publication.

Wollenberg, E, Brian B., Douglas S., Sonya D. dan Moira . Mengapa Kawasan Hutan Penting bagi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia? [pdf], (http://www.pustaka.ut.ac.id, diakses tanggal 20 November 2015)

(3)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan

Juni 2015. Lokasi kegiatan penelitian adalah air terjun Silimalima Kecamatan

Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.

Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel pengembangan ekowisata

(ecotourism). Dalam penelitian diteliti ini akan dianalisa bagaimana variabel

pengembangan dapat mendukung pengembangan objek wisata air terjun

Silimalima.

Pengembangan objek wisata air terjun Silimalima di Desa Simaninggir,

Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan diharapkan dapat memberikan

Gambaran tantangan bagaimana sektor pariwisata dapat berkontribusi secara

nyata terhadap kelestarian fungsi utama hutan sebagai salah satu kawasan

penyedia sumberdaya air dan memberdayakan kesejahteraan masyarakat lokal di

Desa Simaninggir, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan..

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Peta wilayah administrasi kabupaten, kecamatan, data primer dan data

sekunder yang berkaitan dengan lokasi penelitian.

(4)

3. Laporan dan tesis hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan

berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk membantu

melengkapi pengamatan langsung di lapangan.

4. Kamera untuk dokumentasi lahan dan panorama yang disajikan obyek wisata.

Obyek dan Data Penelitian

1. Obyek Penelitian

Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek

wisata, masyarakat setempat, serta kalangan lain yang ada di wilayah studi,

dengan obyek penelitian :

a. Aparat desa, tokoh masyarakat, petani dan masyarakat setempat yang

berada disekitar hutan.

b. Kawasan hutan dan kawasan obyek wisata.

2. Data Penelitian

Data penelitian yang diambil adalah data sekunder dan data primer. Data

sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian

atau data umum yang ada dari instansi pemerintahan desa dan kecamatan.

Sedangkan data primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi

masyarakat, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

1. Pengambilan Sampel

1.1. Sampel Desa

Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah

metode purposive sampling (pengambilan sampel bertujuan). Desa yang diteliti

(5)

yang memiliki potensi wisata alam dan merupakan desa yang memiliki pengaruh

langsung oleh adanya tujuan wisata air terjun Silimalima.

1.2. Sampel Responden

Penelitian dilakukan dengan metode wawancara. Responden dalam

penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap mengetahui dengan baik tentang

potensi pengembangan ekowisata tersebut. Pemilihan responden dilakukan

dengan metode purposive sampling. Responden harus berusia minimal 18 tahun,

pendidikan minimal SMP dan telah mengunjungi sedikitnya 3 tempat ekowisata.

Jumlah sampel pengunjung yang diambil merupakan 15% dari jumlah

total pengunjung bulanan yang biasanya mencapai 240 pengunjung

(Pemerintah Kecamatan Marancar), yaitu 36 sampel. Untuk responden dari

masyarakat diambil 10% dari jumlah penduduk Desa Simaninggir yang berjumlah

950 orang (Badan Pusat Statistik, 2014), yaitu 95 orang. Untuk responden dari

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Tapanuli Selatan diambil sebanyak 63%

dari jumlah total pegawai yang berjumlah 30 orang yaitu 19 orang sehingga total

seluruh responden adalah 150 orang. Menurut Suharsimi (2010), apabila

subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan populasi. Tetapi jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15%

atau 15-25% atau lebih.

2. Teknik dan Tahapan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan sebagai berikut :

a. Identifikasi jenis dan inventarisasi obyek wisata (obyek wisata dan

(6)

b. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan obyek wisata untuk memperoleh

informasi mengenai potensi obyek wisata.

c. Wawancara dan diskusi terhadap para responden yang mewakili dan para pihak

pemangku kepentingan dalam pengelolaan obyek wisata.

d. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya diedit dan

ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan

analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif

sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk

mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek wisata.

Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Pengembangan kepariwisataan tak bisa lepas dari faktor-faktor internal

dan eksternal yang mempengaruhinya. Untuk dapat memahami faktor-faktor

internal dan eksternal tersebut dengan lebih detail, maka dilakukan klasifikasi

faktor internal ke dalam faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness),

sedangkan faktor eksternal dikelompokkan ke dalam faktor peluang (opportunity)

dan ancaman (threat). Analisis faktor internal-eksternal ini sangat bermanfaat

untuk dipergunakan dalam perumusan strategi dan program pengembangan

kepariwisataan (Rangkuti, 2005).

Analisis Data

Obyek dan daya tarik (flora, fauna dan obyek lainnya) yang telah

diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman

Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun

(7)

Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut:

S = N x B

Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria

N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria

B = bobot nilai

Kriteria daya tarik diberi 6 karena daya tarik merupakan faktor utama

alasan seseorang melakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena

merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan

wisata. Untuk akomodasi serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena hanya

bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata. Hasil pengolahan data tersebut

kemudian diuraikan secara deskriptif.

Kriteria penilaian obyek dan daya tarik wisata alam (modifikasi Pedoman

Analisis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata, Direktorat Jenderal Perlindungan

Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2003):

Tabel 1. Kriteria Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata (bobot 6)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1. Keunikan sumber daya alam:

(8)

3. Kegiatan wisata alam yang dapat

dilakukan:

a. Menikmati keindahan alam b. Melihat flora dan fauna c. Trekking

a. Tidak ada arus berbahaya

b. Tidak ada perambahan dan

f. Tidak ada tanah longsor

≥5 Ada

a. Udara yang bersih dan sejuk b. Bebas dari bau yang mengganggu c. Bebas dari kebisingan

d. Tidak ada lalu lintas yang mengganggu

e. Pelayanan terhadap pengunjung yang baik

f. Tersedianya sarana dan prasarana

≥5 Ada

(9)

Tabel 2. Kriteria Penilaian Aksesibilitas (bobot 5)

Ket : Skor total maksimum = bobot aksesibilitas x nilai unsur aksesibilitas = 600

Tabel 3. Kriteria Penilaian Akomodasi (bobot 3) No Unsur/Sub

Ket : Skor total maksimum = bobot akomodasi x nilai unsur akomodasi = 180

(10)

2. Sarana penunjang a. Rumah makan b. Pusat

perbelanjaan/pasar c. Bank

d. Toko cinderamata e. Transportasi

50 40 30 20 10

Ket : Skor total maksimum = bobot sarana dan prasarana x nilai unsur sarana dan prasarana = 300

Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu

kriteria apabila setiap sub kriteria memiliki nilai maksimum yaitu 5. Hasil

penilaian tersebut adalah sebagai berikut :

Nilai indeks kelayakan suatu obyek wisata = Skor kriteria X 100%

Skor Total kriteria

Karsudi et al. (2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka

akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan

ekowisata adalah sebagai berikut:

- Tingkat kelayakan > 66,6% : layak dikembangkan

- Tingkat kelayakan 33,3% - 66,6% : belum layak dikembangkan

- Tingkat kelayakan < 33,3% : tidak layak dikembangkan

Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT

Teknik penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling

(sampel bertujuan). Sampel purposive adalah sampel yang didasarkan atas adanya

tujuan tertentu. Jumlah responden untuk pengunjung ditetapkan sebesar 150

responden baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara serta

masyarakat sekitar.

Hasil kuisioner kemudian dianalisis dengan memberikan bobot dan rating

terhadap masing-masing kriteria. Bobot diberi nilai mulai dari 1 (sangat penting)

(11)

berjumlah 1. Kemudian untuk menghitung rating, untuk masing-masing faktor

(peluang dan kekuatan) diberi skala mulai dari 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (tidak

baik), dan 1 (sangat baik) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap

organisasi. Sementara untuk rating ancaman dan kelemahan diberi nilai -4 sampai

dengan -1. Bentuk skoring dan pembobotan faktor internal dan eksternal dapat

dilihat pada Tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Skoring dan pembobotan faktor internal

No Kekuatan (strength) Bobot Rating Skor

1 2 Dst

Total Kekuatan (strength)

No Kelemahan (weakness) Bobot Rating Skor

1 2 Dst

Total Kelemahan (weakness)

Total kekuatan – total kelemahan = S – W

Tabel 6. Skoring dan pembobotan faktor eksternal

No Peluang (opportunity) Bobot Rating Skor

1 2 Dst

Total peluang (opportunity)

No Ancaman (threat) Bobot Rating Skor

1 2 Dst

Total ancaman (threat)

Total peluang – total ancaman = O – T

Skoring dan pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan posisi Air

Terjun Silima-lima dalam diagram analisis SWOT. Diagram SWOT dapat dilihat

(12)

III I

IV II

Gambar 1. Bagan Analisis SWOT

Keterangan gambar :

1. Kuadran I : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha memiliki

peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung

kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

2. Kuadran II : meskipun menghadapi berbagai ancaman, usaha masih memiliki

kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan

cara strategi diversifikasi usaha (produk pasar).

3. Kuadran III : usaha menghadapi peluang pasar yang sangat besar, akan tetapi

di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Strategi yang

harus diterapkan adalah meminimalkan masalah internal sehingga dapat

merebut peluang yang lebih baik.

4. Kuadran IV : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, usaha

tersebut mengahadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Peluang

Eksternal

Ancaman Eksternal

Kekuatan Internal Kelemahan

(13)

Tabel 7.Matriks SWOT

Strategi SO Strategi WO

Menggunaan kekuatan

Strategi ST Strategi WT

Menggunakan kekuatan

Penentuan empat macam strategi pengembangan berdasarkan faktor

internal dan faktor eksternal dilakukan dengan model sebagai berikut:

1. Strategi S – O, dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut

dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi S – T, dibuat dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk

mengatasi segala ancaman yang ada.

3. Strategi W – O, dibuat dengan memanfaatkan peluang dan meminimalkan

kelemahan yang ada.

4. Strategi W – T, dibuat untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman.

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Air Terjun Silimalima

Air terjun Silimalima merupakan air terjun dengan ketinggian + 80 meter

yang kawasannya berada di Areal Penggunaan Lain (APL) (peta pada Lamiran 6)

yang pengawasan dan perlindungannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Tapanuli Selatan. Secara administratif, air terjun Silimalima terletak di Kecamatan

Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan

Marancar sendiri merupakan bagian dari Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Wilayah

III (Batangtoru) bersamaan dengan Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan

Batangtoru, Kecamatan Muara Batangtoru dan Kecamatan Angkola Sangkul

(Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2015).

Karakteristik Kawasan Air Terjun Silimalima

Air terjun Silimalima berada diantara lembah- lembah tebing yang curam

dengan batuan besar di sekelilingnya. Kawasan air terjun ini dikelilingi oleh hutan

sekunder dan perkebunan masyarakat sekitar. Lokasi wisata air terjun Silimalima

dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan acara lomba lintas alam karena memiliki

jalur-jalur trekking yang cukup menantang namun tidak begitu ekstrim. Menurut

Dinas Pemuda dan Pariwisata Tapanuli Selatan kawasan air terjun Silimalima ini

juga cocok dimanfaatkan dalam event-event olahraga outdoor. Promosi wisata

yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan menggunakan brosur,

kalender dan juga penyiaran di radio-radio. Selain itu tengah disiapkan pula

cinderamata bernama ucok-butet sebagai kenang-kenangan yang akan dijadikan

(15)

Analisis Faktor Internal dan Eksternal

A. Daya Tarik

Daya tarik wisata merupakan tujuan utama wisatawan untuk datang

mengunjungi suatu tempat wisata. Daya tarik yang dimiliki oleh Air Terjun

Silimalima dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Penilaian Daya Tarik Air Terjun Silimalima

Unsur Uraian Bobot Nilai Skor - Tidak ada jalan ramai - Tidak ada pemukiman

- Tidak ada tanah longsor

6 25 150

Kenyamanan - Udara yang bersih dan sejuk - Bebas dari bau mengganggu - Bebas dari kebisingan

- Tidak ada lalu lintas yang mengganggu

6 25 150

Skor Total 130 780

Kawasan wisata alam Air Terjun Silimalima memiliki keunikan

(16)

juga adanya aliran sungai seperti yang tampak pada Gambar 2. Sumberdaya alam

yang menonjol di kawasan ini adalah adanya batuan besar dan aliran air Sungai

Aek Sirabun yang merupakan aliran sub DAS Aek Sirabun dari DAS Batangtoru

(Gambar 3) (Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan, 2015). Kegiatan wisata yang

dapat dilakukan antara lain menikmati keindahan alam, mandi, bermain air,

trekking, penelitian/pendidikan dan kegiatan olahraga seperti lintas alam. Gambar

4 menunjukkan bagaiman pengunjung dapat menikmati panorama yang ada di

sekitar Air Terjun Silimalima. Pengunjung juga dapat bermain air ataupun mandi

di sungai yang memiliki arus yang tenang dengan kedalaman 1-1,5 meter

(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

Gambar 2. Keunikan Sumberdaya Alam Berupa Air Terjun Silimalima dan Batuan Besar

(17)

Gambar 4. Pengunjung Menikmati Air Terjun

Kawasan Air Terjun Silimalima merupakan kawasan yang terbebas dari

pemukiman penduduk. Di kawasan ini tidak ditemukan adanya industri ataupun

pencemar lainnya karena untuk memasuki kawasan wisata Air Terjun Silimalima

harus dilakukan dengan berjalan kaki sejauh +800 meter melewati jalan setapak

yang dikelilingi perkebunan warga dan sawah. Pada beberapa tempat terdapat

sungai ataupun aliran air persawahan yang harus diseberangi dengan lebar <3

meter (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

Vegetasi yang tampak saat melewati hutan dan perkebunan serta pertanian

milik warga melalui jalan setapak dan antara lain pohon durian (Durio zibethinus),

pohon jambu (Eugenia aquea), pohon kweni (Mangifera odorata),

pohon manggis (Garcinia mangostana), pohon mangga (Mangifera indica),

pohon rambutan (Nephelium lappaceum), pohon belimbing (Averrhoa carambola)

pohon melinjo (Gnetum gnemon), pohon duku (Lansium domesticum), pohon

sengon (Parasianthes falcataria), pohon jambu biji (Psidium guajava), pohon

jambu bol (Syzygium malaccense), pohon sukun (Artocarpus communis), pohon

nangka (Artocarpus heterophyllus), pohon jengkol (Archidendron paucicflorum),

pohon karet (Hevea braziliensis) dan pohon tanjung (Mimusop elengi).

(18)

(Carica papaya), kecombrang (Nicolaia speciosa), kelapa (Cocos nucifera),

jagung (Zea mays), singkong (Manihot esculenta), padi (Oryza sativa), talas

(Colocasia esculenta), pakis (Sicas rumpii), tebu (Sacharum officinarum), cabai

(Capsicum annum), cabai rawit (Capsicum frutescens) dan juga salak

(Salacca zalacca) (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015)

Masyarakat sekitar juga menanam tanaman pertanian di kebun-kebun

milik mereka seperti kemiri (Aleurites moluccana), rimbang (Salanum ferrogium),

terong (Solenum menlongena), kentang (Solanum tuberosum), jahe

(Zingiber officinale), lada (Piper nigrum), pala (Myristica fragrans), kacang tanah

(Arachis hypogea), kacang panjang (Vigna sinensis), mentimun

(Cucumis sativus), buncis (Vaseolus vulgaris), kacang merah (Vigna umbellate),

dan sirih (Piper betle). Tanaman kehutanan lainnya yang ada di hutan di sekitar

kawasan Air Terjun Silimalima antara lain pohon meranti (Shorea acuminata),

pohon kapur (Dryobalanops aromatic), pohon resak (Vatica pauciflora), pohon

mahang (Macaranga javanica), pohon rasamala (Altingia excela) dan pohon terap

(Artocarpus elasticus) (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

Kawasan Air Terjun Silimalima cukup aman karena tidak ditemukan

adanya perambahan dan penebangan liar, pencurian, maupun kepercayaan yang

mengganggu dan juga belum pernah ditemukan kasus tanah longsor. Kawasan

wisata Air Terjun Silimalima memiliki udara yang bersih dan sejuk, bebas dari

bau yang mengganggu, bebas dari kebisingan, dan tidak ada lalu lintas yang

mengganggu karena kawasan air terjun ini cukup jauh dari jalan raya.

Ketidakamanan pada kawasan ini disebabkan karena adanya beberapa arus

(19)

ditemukan adanya penyakit yang berbahaya seperti malaria dan demam berdarah

(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

Sebelum melewati pintu masuk jalur trekking pengunjung dapat

menikmati panorama alam yang indah dari dataran yang berada di dekat jurang

seperti yang tampak pada Gambar 5. Dari pintu masuk jalur trekking akan tampak

dua buah bukit yang masih ditutupi oleh vegetasi hutan yang masih alami. Seperti

yang dapat dilihat pada Gambar 6, dari masing-masing bukit ini tampak 2 buah air

terjun yang memiliki daya tariknya masing-masing. Air Terjun Silimalima berada

pada bukit yang di sebelah kanan (Gambar 6), dan merupakan air terjun yang

terbesar diantara keduanya (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

Gambar 5. Pintu Masuk Jalur Trekking

(20)

B. Aksesibilitas

Hasil penilaian aksesibilitas untuk menuju Desa Simaninggir dari Kota

Padang Sidimpuan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Penilaian Aksesibilitas Menuju Air Terjun Silimalima

Unsur/Sub Unsur Uraian Bobot Nilai Skor

Kondisi jalan Cukup 5 25 125

Jarak dari kota >15 km 5 10 100

Tipe jalan Jalan Aspal Lebar <3 m 5 25 125

Waktu tempuh dari kota

1-3 jam 5 30 150

Skor Total 90 450

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kondisi jalan dari

Kota Padang Sidimpuan hingga Desa Simaninggir cukup baik. Jalan terbuat dari

aspal dengan lebar 2 - 2,5 meter. Kondisi jalan dapat dilihat pada Gambar 7 dan

Gambar 8. Jarak yang ditempuh dari Kota Padang Sidimpuan menuju Desa

Simaninggir yaitu sekitar 20 km dengan waktu tempuh sekitar 1-2 jam. Sepanjang

perjalanan menuju Desa Simaninggir dari Kota Padang Sidimpuan ke Desa

Simaninggir akan melalui perbukitan, hutan, perkebunan, pedesaan, dan sesekali

melewati tepi jurang-jurang yang dipenuhi oleh vegetasi hutan.

(21)

Gambar 8. Jalan di Desa Simaninggir

Setelah menempuh perjalanan sampai ke Desa Simaninggir, pengunjung

harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati perkebunan dan

sawah milik masyrakat serta hutan. Pengunjung akan menyeberangi sebuah sungai

dan juga beberapa parit serta aliran air irigasi sawah dengan jembatan sederhana

yang terbuat dari kayu seperti terlihat pada Gambar 9. Setelah melewati pintu

masuk ke Air Terjun Silimalima seperti yang tampak pada Gambar 5 di atas,

pengunjung akan mulai melewati jalur trekking melintasi hutan seperti yang

terlihat pada Gambar 10 (Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

(22)

Gambar 10. Jalur Trekking Menuju Air Terjun Silimalima

C. Akomodasi

Ketersediaan akomodasi untuk menuju Desa Simaninggir dari

Kota Padang Sidimpuan dan serta penginapan bagi pengunjung di lokasi wisata

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Penilaian Akomodasi di Kawasan Air Terjun Silimalima

Unsur/Sub Unsur Jumlah Nilai Skor

Akomodasi > 4 30 90

Kamar Tidak Ada 10 30

Skor Total 40 120

Gambar 11. Angkutan untuk Menuju Desa Simaninggir

Akomodsi dari Kota Padang Sidimpuan ke Desa Simaninggir hanya ada

satu trayek angkutan umum dengan jumlah angkutan 8 unit. Angkutan kota

yang ada berupa mobil jenis carry berwarna biru. Saat ini masih belum

(23)

pengunjung yang ingin menghabiskan waktu lebih lama di lokasi wisata ini

(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

D. Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana penunjang yang ada sudah cukup lengkap karena

letak Desa Simaninggir tidak terlalu jauh dari Kota Padang Sidimpuan maupun

Kecamatan Batangtoru yang sarana dan prasarananya cukup lengkap. Hasil

pengamatan mengenai sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang

Unsur/Sub Unsur Jumlah Nilai Skor

Sarana penunjang 3 40 120

Prasarana penunjang 3 40 120

Skor Total Aksesibilitas 80 240

Sarana penunjang yang dapat ditemui dalam radius 15 km adalah rumah

makan, pasar (Gambar 12) dan tansportasi. Sedangkan prasarana penunjang

antara lain puskesmas (Gambar 13), mesjid dan jaringan listrik (Gambar 14)

(Pemerintah Kecamatan Marancar, 2015).

(24)

Gambar 13. Puskesmas Kecamatan Marancar

Gambar 14. Mesjid Desa Simaninggir yang Telah Dimasuki Jaringan Listrik

Tabel 12. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Air Terjun Silimalima

Hasil penilaian objek dan daya tarik wisata alam yang telah dilakukan

dapat dilihat pada Tabel 12. Tingkat kelayakan rata-rata dari semua faktor yang

telah diberikan penilaian adalah 72,72%. Berdasarkan data tersebut, jika

dibandingkan dengan Taman Wisata Alam Sibolangit yang memiliki nilai

kelayakan 93,40% (Ginting, 2012) Air Terjun Silimalima memiliki nilai

kelayakan yang lebih rendah di semua aspek. Daya tarik Air Terjun Silimalima

bernilai 72,22%, sedangkan daya tarik Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki No Kriteria Bobot

(25)

nilai kelayakan daya tarik sebesar 86,11%. Aksesibilitas Air Terjun Silimalima

memiliki nilai kelayakan 72% sedangkan Taman Wisata Alam Sibolangit

memiliki nilai kelayakan aksesibilitas 87,5%. Hasil penilaian kelayakan

pengembangan akomodasi Air Terjun Silimalima adalah 66,67%, sedangkan

akomodasi Taman Wisata Alam Sibolangit bernilai kelayakan sebsar 100%.

Begitu juga dengan sarana dan prasarana penunjang dimana Air Terjun

Silimalima memiliki nilai kelayakan pengembangan 90% sedangkan Taman

Wisata Alam Sibolangit memiliki nilai 100%. Hal ini dikarenakan lokasi Taman

Wisata Alam Sibolangit yang berada di Jalur Lintas Sumatera Utara, sedangkan

Air Terjun Silimalima berada di Desa Simaninggir yang letaknya sedikit

terpelosok. Perbandingan ini dapat dilihat pada Tabel 13a dan Tabel 13b.

Tabel 13a. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Air Terjun Silimalima

Tabel 13b. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam TWA Sibolangit

(Sumber: Ginting, 2012)

Meskipun memiliki nilai kelayakan yang lebih rendah, Air Terjun

Silimalima masih tetap layak untuk dikembangkan. Pembenahan pada berbagai

aspek seperti aksesibilitas, akomodasi serta sarana dan prasarana sangat perlu No Kriteria Bobot

Tingkat Kelayakan 72,72 Layak

No Kriteria Bobot

(26)

dilakukan agar keberadaan Air Terjun Silimalima sebagai destinasi wisata alam

tidak kalah ataupun tertinggal dari wisata alam lainnya sehingga wisatawan pun

tetap tertarik untuk mengunjungi Air Terjun Silimalima. Kerjasama pemerintah

dengan masyarakat sekitar akan sangat diperlukan dalam hal ini.

Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan 13 poin kekuatan,

8 poin kelemahan, 5 poin peluang serta 4 poin ancaman. Hasil yang didapatkan

dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Analisis Faktor Internal dan Eksternal Air Terjun Silimalima

No Kekuatan (strength) No Kelemahan (weakness)

1 2

Panorama alam yang indah Lokasi wisata nyaman dan asri

1

Udara yang bersih dan sejuk Lokasi yang strategis Aman untuk dikunjungi Air terjun terbesar di Tapsel Air terjun terindah di Tapsel Kondisi jalan yang baik

Tidak cocok untuk wisata keluarga Kurangnya penyuluhan kepada masyarakat

No Peluang (opportunity) No Ancaman (threat) 1

2 3 4 5

Lokasi penelitian flora dan fauna Lokasi wisata pelajar

Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan melakukan perhitungan bobot

dan rating terhadap setiap kriteria yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

(27)

kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal serta peluang dan ancaman

sebagai faktor eksernal.

Tabel 15. Evaluasi Kualitatif Faktor Internal

No Kekuatan (strength) Bobot Rating Skor

1 Panorama alam yang indah 0,08 +4 0,32

Lokasi wisata yang nyaman dan asri Adanya flora dan fauna yang menarik Udara yang bersih dan sejuk

Aman untuk dikunjungi

Air terjun terbesar di Tapanuli Selatan Air terjun terindah di Tapanuli Selatan Kondisi Jalan yang baik

No Kelemahan (weakness) Bobot Rating Skor

1

Adanya coretan-coretan yang mengurangi keindahan

Kurang cocok untuk wisata keluarga Kurangnya penyuluhan kepada masyarakat

0,10

Tabel 16. Evaluasi Kualitatif Faktor Eksternal

No Peluang (opportunities) Bobot Rating Skor

1 2 3 4 5

Lokasi penelitian flora dan fauna Lokasi wisata pelajar

Total Peluang (opportunities) 1 +18 +3,60

No Ancaman (thread) Bobot Rating Skor

(28)

Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal pada Tabel 14, dapat dilihat

bahwa nilai eveluasi faktor internal (sumbu X ) adalah 0,62. Hasil evaluasi faktor

eksternal (sumbu Y) pada Tabel 15 adalah 0,50. Nilai ini kemudian disajikan

dalam diagram SWOT sperti yang tertera pada Gambar 12.

Y

X

Gambar 15. Posisi Air Terjun Silimalima pada Kuadran Analisis SWOT

Gambar 12 menunjukkan bahwa posisi kawasan Air Terjun Silimalima

berada pada kuadran 1, hal ini mengindikasikan bahwa Air Terjun Silimalima

berada pada posisi yang menguntungkan dimana kekuatan yang dimiliki oleh Air

Terjun Silimalima dapat menutupi kelemahan dan ancamannya. Posisi ini juga

membuat Air Terjun Silimalima dapat mengambil semua peluang yang ada.

Situmorang (2007) menyatakan bahwa hasil analisis yang berada pada Kuadran 1

Matriks Posisi Organisasi:

a. Merupakan posisi yang sangat menguntungkan.

b. Subjek mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan

peluang yang ada secara maksimal.

c. Seyogianya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif.

0,50

(29)

Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

1. Strategi S-O

Stragtegi S-O merupakan srategi yang dilakukan dengan memanfaatkan

kekuatan sebaik mungkin untuk dapat mengambil peluang yang ada, adapun

strategi yang dapat dilakukan adalah:

a. Memberlakukan pembayaran tiket masuk untuk menambah daerah dan

untuk mengontrol jumlah pengunjung yang masuk ke kawasan Air Terjun

agar kerusakan tanaman dan tanah akibat kelebihan pengunjung dapat

dihindari.

b. Menarik peneliti untuk meneliti flora dan fauna yang ada di Air Terjun

Silimalima lalu memanfaatkan hasil penelitian untuk memberi paket

wisata edukatif kepada pengunjung.

c. Membuat dan menawarkan paket wisata lintas alam edukatif dimana para

pengunjung diajak melakukan lintas alam dengan didampingi interpreter

yang merupakan masyarakat sekitar untuk memberikan

penjelasan-penjelasan mengenai flora dan fauna yang ada di kawasan wisata Air

Terjun Silimalima.

d. Membuat dan menawarkan paket wisata pelajar untuk melakukan kegiatan

di alam terbuka.

e. Memberi cinderamata yang menjadi cirri khas kepada pengunjung sebagai

bagian dari paket wisata.

f. Membuat event tahunan seperti lomba lintas alam di lokasi wisata Air

(30)

2. Strategi S-T

Strategi S-T merupakan strategi yang dilakukan dengan memanfaatkan

kekuatan sebaik mungkin untuk dapat mengantisipasi ancaman yang ada, strategi

yang dapat dilakukan adalah:

a. Melakukan penanaman di sekitar lokasi yang memiliki kemungkinan

terjadi longsor dengan tanaman-tanaman yang menarik dan memperindah

kawasan wisata.

b. Menawarkan kenyamanan kepada pengunjung seperti guide, asuransi,

tempat-tempat indah untuk pengambilan Gambar, penitipan barang dan

sebagainya.

c. Menarik pengunjung dengan menawarkan keamanan dan kenyamanan

wisata.

d. Memberikan tanda-tanda berbahaya agar tidak didekati oleh pengunjung

untuk menghindari terjadinya kecelakaan seperti longsor.

e. Melakukan pengelolaan yang lebih baik untuk menambah daya tarik Air

Terjun Silimalima.

3. Strategi W-O

Strategi W-O didapatkan dengan menghilangkan kelemahan yang ada

untuk dapat memanfaatkan semua peluang yang ada. Strategi yang dilakukan

adalah:

a. Menyediakan camping ground untuk pengunjung yang ingin melakukan

kegiatan berkemah.

b. Menyediakan sarana dan prasarana yang umum seperti toilet, ruang ganti,

(31)

yang tidak ingin melewati jalur trekking agar dapat menarik pengunjung

yang ingin melakukan wisata keluarga

c. Melakukan pemasaran wisata yang dapat menarik pengunjung lebih

banyak dan memberikan penawaran-penawaran yang menarik untuk

pengunjung yang datang bukan di akhir pekan agar kunjungan merata

setiap harinya.

d. Melakukan pengelolaan secara profesional sehingga dapat membuat Air

Terjun Silimalima lebih menarik dan juga lebih sesuai bagi pengunjung

yang datang bersama keluarga.

e. Melakukan pembersihan terhadap sampah-sampah dan juga

menghilangkan coretan-coretan yang mengganggu serta membuat papan

himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan ataupun membuat

coretan-coretan yang mengganggu. Jika perlu dilakukan pengadaan

petugas pengawas untuk mengawasi kebersihan dan keindahan kawasan

wisata.

f. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar

mengenai pengelolaan wisata alam sehingga dapat menguntungkan bagi

masyarakat.

4. Strategi W-T

Strategi ini didapat dengan meminimalkan kelemahan untuk

mengantisipasi ancaman yang ada, strategi yang dilakukan adalah:

a. Menambah minat pengunjung dan daya tarik wisata dengan melakukan

(32)

b. Pembuatan lokasi berkemah hanya di tempat yang memungkinkan dan

jauh dari lokasi yang memiliki kemungkinan terjadi longsor

c. Melakukan pengelolaan yang profesional sehingga pengunjung lebih

berminat dan tertarik untuk berkunjung.

d. Memberikan arahan waktu yang tepat untuk berkunjung agar pengunjung

tidak terkena hujan saat akan menuju air terjun.

Strategi yang paling sesuai dengan keadaan Air Terjun Silimalima

sekarang adalah dengan menggunakan strategi S-O, yaitu memanfaatkan semua

kekuatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk mengambil semua peluang yang

ada.

Air Terjun Silimalima yang terletak di Desa Simaninggir dapat ditawarkan

sebagai salah satu tujuan wisata alternatif bagi wisatawan yang menginginkan

tempat wisata baru yang masih sangat terjaga kealamiannya. Selain itu Air Terjun

Silimalima juga dapat dijadikan tujuan wisata bagi sekolah-sekolah yang ada di

Kota Padang Sidimpuan, Kecamatan Marancar dan Kecamatan Batangtoru yang

ingin melakukan kegiatan di alam terbuka. Pemerintah juga dapat membuat event

perlombaan lintas alam di Air Terjun Silimalima untuk menarik antusias

masyarakat dan sekaligus menggalakkan program peduli lingkungan. Kawasan air

terjun Silimalima juga dapat ditawarkan sebagai lokasi penelitian flora dan fauna

bagi sekolah-sekolah ataupun universitas dan institusi yang ada di sekitar

kawasan.

Penerapan strategi ini akan berdampak baik bagi perkembangan Air

Terjun Silimalima sebagai destinasi wisata minat khusus dan juga akan membantu

(33)

banyaknya pengunjung maka akan menciptakan sebuah pasar yang baru yang

akan mendorong perekonomian masyarakat sekitar. Dengan meningkatnya

perekonomian masyarakat yang disebabkan keberadaan Air Terjun Silimalima

maka keperluan sehari-hari masyarakat pun tidak lagi bergantung dengan hasil

hutan sehingga kelestarian hutan di sekitar daerah tersebut akan terjaga.

Wollenberg et al. (2004) menyatakan bahwa saat ini Indonesia berpeluang

besar untuk dapat menanggulangi kemiskinan dengn memperhatikan bentuk

permasalahan kemiskinan di kawasan hutan, bagaimana intervensi pemerintah

yang dapat mengatasi permasalahan tersebut secara lintas sektoral, dan memantau

perubahan yang terjadi. Memberi perhatian pada hutan dan masyarakat di

kawasan hutan mutlak diperlukan dalam penanggulangan kemiskinan di

Indonesia.

Keberadaan tren kembali ke alam yang menggairahkan investasi wisata

alam akhir-akhir ini perlu disikapi dengan arahan yang tegas dan bijaksana dari

para pengambil keputusan (pemerintah) dan kesadaran yang tinggi dari pengelola

agar fungsi ekologis dan ekonomis tetap terjamin. Penetapan harga harus

melibatkan pemerintah karena hal ini berdampak luas terhadap kelestarian

lingkungan dan masyarakat banyak. Subsidi masih sangat diperlukan untuk

menarik investasi di wisata alam Indonesia. Dan yang terpentin pengembangan

wisata alam harus mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat sekitar

(34)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

Kesimpulan yang didapatkan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kelayakan untuk pengembangan Air Terjun Silimalima adalah senilai

72,72%. Air terjun Silimalima memiliki daya tarik, aksesibilitas, akomodasi,

serta sarana dan prasarana penunjang yang cukup baik dan lengkap sehingga

lebih memungkinkan untuk dilakukannya pengembangan wisata.

2. Berdasarkan hasil analisis SWOT, Air Terjun Silimalima berada pada

Kuadran 1 matriks SWOT yang merupakan posisi yang sangat

menguntungkan dimana Air Terjun Silimalima memiliki peluang dan

kekuatan sehingga peluang yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Posisi ini juga memungkinkan untuk diterapkannya strategi yang mendukung

kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Saran

Saran untuk pengembangan Air Terjun Silimalima yaitu:

1. Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan Air Terjun Silimalima untuk

dikelola dan dijadikan salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan

melakukan pengembangan dan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di

sekitar lokasi wisata sehingga masyarakat sekitar juga memiliki kesejahteraan

yang lebih baik tanpa merusak hutan yang ada di kawasan wisata tersebut.

2. Air Terjun Silimalima sebaiknya ditawarkan sebagai tujuan wisata alternatif

bagi masyarakat dari luar Desa Simaninggir dan juga dijadikan tempat

penelitian dan wisata pelajar bagi sekolah-sekolah maupun universitas yang

(35)

TINJAUAN PUSTAKA

Sumberdaya Hutan

Purnawan (2006) dalam Karisma (2010) menyatakan bahwa hutan dengan

segala ekosistem yang terkandung didalamnya merupakan cerminan keunikan

alam raya secara universal. Hutan yang merupakan tempat berkembangbiak flora

dan fauna serta organisme lain yang memiliki keterkaitan sebagai simbiosis

mutualisme adalah suatu kekayaan alam dan keniscayaan yang tidak bisa

diabaikan. Eksistensi hutan memegang peranan penting dalam menjaga proses

kehidupan, dimana tanah yang subur, mata air yang jernih, udara yang bersih dan

sejuk serta bebas dari pencemaran adalah Gambaran nyata tentang arti pentingnya

hutan bagi makhluk hidup dalam tatanan ruang lingkup yang dinamis dan

berkelanjutan

Keseluruhan manfaat yang dapat diperoleh dari hutan berdasarkan

wujudnya dapat dikelompokkan kedalam barang dan jasa. Keluaran hutan yang

berbentuk barang menyatakan keluaran yang dapat dilihat, dirasakan, diraba, dan

diukur secara langsung, antara lain kayu, rotan, getah, buah, kayu bakar, satwa liar

dan air. Keluaran hutan berupa jasa menyatakan keluaran yang dapat diperoleh

dari hutan yang bersifat maya, antara lain kemampuan hutan untuk memberikan

pemandangan alam, menyerap, dan menyimpan karbon (Suhendang, 2002).

Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang

(36)

(hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan,

keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon. Jasa lingkungan

yang ada saat ini suatu saat akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu

instrumen ekonomi yang dapat mengatasi penurunan kualitas lingkungan adalah

pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi

sukarela yang mengGambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan

dengan cara memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat

jasa lingkungan (Merryna, 2009).

Menurut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (2005) beberapa peluang

pengembangan jasa lingkungan antara lain:

1. Carbon offset; merupakan jasa lingkungan yang memberikan kontribusi dalam

upaya mencegah dampak negatif perubahan iklim, dimana pemanfaatan jasa

lingkungan ini nantinya diatur melalui Mekanisme Pembangunan Bersih

(Clean Development Mechanism) di bawah Protokol Kyoto.

2. Pemanfaatan air; dengan adanya indikasi menyusutnya suplai air di bumi,

maka air merupakan jasa lingkungan yang berpeluang untuk dikembangkan.

3.

Eco-tourism; potensi fenomena /keindahan/keunikan alam, keanekaragaman

hayati dan budaya memberikan peluang usaha di bidang wisata alam.

Pengertian Ekowisata

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke

waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata

yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi

manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat

(37)

Ciri Ekowisata

Ada beberapa karakteristik dari ekowisata, yakni sebagai berikut

(Wood, 2002):

1. Bentang alam alaminya masih terpelihara dengan sebuah pemanfaatan yang

terjaga

2. Pembangunan lanskap artifisial/buatan tidak mendominasi

3. Adanya aktifitas perekonomian lokal dalam skala kecil, termasuk warung

makanan dan toko cinderamata

4. Pembuatan zonasi untuk kegiatan rekreasi, seperti lintasan untuk sepeda dan

pejalan kaki

5. Pengembangan beberapa even dan atraksi yang menampilkan budaya lokal

6. Pembangunan fasilitas publik yang bersih dan terjaga, yang dapat

dimanfaatkan oleh wisatawan dan penduduk lokal.

7. Interaksi yang bersahabat antara penduduk lokal dan wisatawan.

Air Terjun

Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu

formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air

terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Beberapa air terjun

terbentuk di lingkungan pegunungan dimana erosi kerap terjadi. Menurut

Sujatmiko (2014), air terjun adalah aliran air yang terbentuk ketika aliran air jatuh

dari tempat yang tinggi. Air yang jatuh akan menggerus dasar sungai hingga

terbentuk cekungan menyerupai kolam. Air terjun dapat juga terjadi karena

(38)

Ekowisata Kawasan Hutan

Sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Kehutanan dan UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya serta UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,

agar diperoleh manfaat yang optimal dari potensi sumber daya alam tersebut.

Kebijaksanaan pembangunan bidang kehutanan didasarkan atas asas manfaat dan

lestari serta konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Salah satu

manfaat yang dapat dikembangkan di dalam kawasan hutan dan perairan, sesuai

fungsinya adalah sebagai obyek rekreasi dan wisata alam (Rahmawati, 2005).

Undang-Undang Dasar No. 23 Tahun 1997, menyebutkan bahwa dalam

rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan

umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk

mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan

kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan

kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.

Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 menyatakan bahwa penggunaan

kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya

dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat

dielakkan. Kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan meliputi

kegiatan:

a. Religi;

(39)

c. Instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi

baru dan terbarukan;

d. Pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun

relay televisi;

e. Jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;

f. Sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi

umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;

g. Sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan

saluran air bersih dan/atau air limbah;

h. Fasilitas umum;

i. Industri selain industri primer hasil hutan;

j. Pertahanan dan keamanan;

k. Prasarana penunjang keselamatan umum;

l. Penampungan sementara korban bencana alam; atau

m. Pertanian tertentu dalam rangka ketahanan pangan dan ketahanan energi.

Pengembangan Pariwisata

Panduan dan pembangunan destinasi wisata antara lain dapat mengacu

pada konsep pengembangan pemukiman terpadu yang dikeluarkan oleh

Kementrian Lingkungan Hidup (SK No. 4 tahun 2000 tentang Panduan

Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan

Pemukiman Terpadu). Pengembangan yang berwawasan lingkungan harus

memperhatikan lima kaidah berikut:

1. Mempertahankan dan memperkaya ekosistem yang ada.

(40)

3. Pengendalian limbah dan pencemar

4. Menjaga kelanjutan sistem sosial-budaya lokal

5. Peningkatan pemahaman konsep lingkungan hidup.

(Hakim, 2004).

Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik

bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan

yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat

dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas

rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya

kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata

(Marpaung, 2002).

Analisis SWOT

Kotler (2009) menyatakan bahwa analisis SWOT (strenghts, weakness,

opportunity, threaths) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran

eksternal dan internal. Menurut Rangkuti (2009) analisis SWOT adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi

perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses

pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,

tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian perencanaan strategis

(strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan

(41)

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai potensi dan strategi

pengembangan wisata alam antara lain oleh Kartini et al. (2011) dengan judul

penelitian Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda.

Kartini et al. (2011) mendapati bahwa faktor- internal yang mendukung adalah

keragaman atraksi, image kawasan yang sudah terkenal sejak VOC, sifat

keterbukaan, keamanan, dan kemudahan mencapai lokasi. Sementara yang

menghambat adalah belum adanya pusat informasi wisata, sifat terhadap

lingkungan yang sangat rendah, SDM bidang pariwisata masih rendah, dan belum

memadainya infrastruktur pendukung. Faktor-faktor eksternal yang mendukung

adalah aksesibilitas, perkembangan teknologi dan informasi, regulasi, serta

tingginya potensi dan minat wisatawan. Sementara yang menghambat adalah

interusi budaya dan perusakan lingkungan. Strategi prioritas berdasarkan SWOT

adalah pengembangan wisata diving dan snorkeling, membangun jaringan dengan

wisata lain, bekerjasama dengan agen perjalanan, dan membuat website.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Tatag et al. (2011) dengan judul

penelitian Kajian Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata di Cagar Alam

Pulau Sempu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, mendapati bahwa hasil

dari analisis SWOT dan analisis AHP, strategi pengembangannya adalah

mengevaluasi fungsi dan status lahan, membangun persepsi dan konsep

pengembangan ekowisata oleh penentu kebijakan. Pengembangan ekowisata di

dua regional yaitu Cagar Alam Pulau Sempu sebagai penyedia produk wisata dan

atraksi alam sedangkan Pantai Blue Spring sebagai penyedia fasilitas dan

(42)

dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi ekowisata, meningktakan

pengetahuan dan kualitas produk maupun SDM.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Tiara dan Darsiharjo (2013) yang

berjudul Analisis Potensi Pariwisata di Pulau Karimun Provinsi Kepulauan Riau

mendapati bahwa strategi yang didapat dari hasil analisis SWOT adalah:

(1) mengembangkan potensi daya tarik wisata misalnya event-event wisata

(2) meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan wisata yang dilakukan.

(3) menambah variasi objek daya tarik wisata yang lebih inovatif seperti olahraga

air, outbond dll (4) memperbaiki kualitas aksesibilitas dan meningkatkan fasilitas

wisata yang terdiri dari tempat peribadatan, sarana informasi dan juga keamanan.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Dharmawan et al. (2014) yaitu

Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan

Kabupaten Tabanan, mendapati bahwa strategi pengembangan yang perlu

dilakukan dalam analisis SWOT adalah: (1) Strategi S-O adalah pengembangan

pada pengunjung desa untuk mempertahankan atraksi dan promosi di Desa

Belimbing. (2) Strategi W-O adalah dengan meningkatkan fasilitas dan

infrastruktur. (3) Strategi S-T adalah menargetkan penduduk lokal untuk

meningkatkan keamanan dan pertahanan. (4) Strategi W-T adalah melakukan

strategi administrasi dan manajemen Desa Belimbing dengan pelatihan bahasa

(43)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

Affandi dan Patana (2002) menyatakan bahwa berdasarkan wujud/bentuknya

manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat tangible dan

intangible. Manfaat tangible antara lain kayu, hasil hutan ikutan dan lain-lain.

Sedangkan manfaat intangible antara lain pengaturan tata air, rekreasi,

pendidikan, kenyamanan lingkungan dan sebagainya.

Jasa lingkungan merupakan hasil yang diperoleh dari keberadaan

sumberdaya alam atau lingkungan berupa jasa tata air, penyerapan karbon,

penghasil oksigen, dan sebagainya. Pemandangan yang dihasilkan oleh bentang

alam seperti gunung, danau, pantai sungai dan air terjun juga dapat dikategorikan

sebagai jasa lingkungan yang dapat dirasakan oleh setiap orang yang

menikmatinya. Perjalanan untuk menikmati keindahan bentang alam ini biasa

disebut dengan ekowisata. Fandeli (2000) meyatakan bahwa ekowisata

mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata daerah yang masih alami, dimana

ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya

dengan menjamin keberpihakan kepada masyarakat.

Air terjun Silimalima merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Desa

Simaninggir, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Air terjun

Silimalima memiliki ketinggian kurang lebih 70 meter dan memiliki lanskap yang

sangat indah dan masih sangat terjaga kealamiannya. Selain itu akses ke lokasi

obyek wisata ini cukup baik walau pengunjung perlu berjalan kaki untuk melewati

(44)

lereng ke lokasi air terjun. Obyek wisata air terjun Silimalima ini masih sangat

jarang diketahui keberadaannya namun sangat berpotensi untuk menggerakkan

perekonomian masyarakat sekitar. Oleh karenanya perlu dilakukan analisis

mengenai potensi dan strategi pengembangan obyek wisata air terjun ini.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengumpulan data primer dan sekunder

2. Mencari strategi yang tepat untuk pengembangan Air Terjun Silimalima

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis potensi obyek wisata air terjun Silimalima

2. Menganalisis permasalahan dan strategi pengembangan obyek wisata air

terjun Silimalima dengan metode SWOT.

Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk penerapan

kebijakan dan pengambilan keputusan

2. Sebagai bahan kajian bagi pengelola dalam pengembangan obyek wisata Air

Terjun Silima-lima.

3. Sebagai pedoman bagi masyarakat setempat untuk berperan aktif dalam

pengelolaan obyek wisata air terjun Silimalima.

(45)

ABSTRACT

MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analysis of Potential and Development Strategy for Silimalima Waterfall As An Natural Attraction on South Tapanuli Regency. Under Guidence by Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si and Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.

Forest resources have so much benefits for human being. One of the example is environmental services such as natural attraction. Silimalima Waterfall is one of the natural attractions that can be found on Simaninggir Village, Marancar Districts, South Tapanuli Regency, North Sumatera Province. This waterfall needs some developments to be ready to be a natural attraction that will give some benefitis for local communities and to minimize the environmental damage that oftenly caused by the tourism activity. The purpose of the research is to analyze the potential of Silimalima Waterfall and to analyze the problems along with strategies of Silimalima Waterfall development. The research did by giving the questioner about internal and external factors to the respondents, local communities and the employers of the Government’s Youth, Sport, Cultural and Tourism Office. Respondents will choose if they agree or disagree for every available statements. Data results will be treated to find the strengths, weaknesses, opportunities and threats of Silimalima Waterfall as a natural attrction on South Tapanuli Regency.

The result of the research shows that the worthiness percentage of Silimalima Waterfall developments is 72,72%, that make it worthed to do the developments. The result of SWOT Analysist shows that Silimalilma Waterfall is on the first quadrant that means Siimalima Waterfall is on a very profitable position because the strengths that it owns could covers the weaknesses and the threats and also make it possible to take all of the opportunities

(46)

ABSTRAK

MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air Terjun Silimalima di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dibimbing oleh Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si dan Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.

Sumberdaya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu contoh nya adalah pemanfaatan jasa lingkungan seperti wisata alam. Air Terjun Silimalima merupakan salah satu obyek wisata alam yang terdapat di Desa Simaningir, Kabupaen Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Air Terjun ini masih memerlukan beberapa pengembangan agar lebih siap untuk dijadikan obyek wisata yang akan memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dan untuk memperkecil kerusakan alam yang sering terjadi akibat adanya kegiatan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi obyek wisata Air Terjun Silimalima dan menganalisis permasalahan serta strategi pengembangan Air Terjun Silimalima. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi daftar pernyataan (kuisioner) mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang ada kepada pengunjung, dinas pariwisata, dan masyarakat sekitar. Data yang didapat kemudian diolah unuk mendapatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atas keberadaan Air Terjun Silimalima sebagai obyek wisata alam di Tapanuli Selatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kelayakan untuk pengembangan Air Terjun Silimalima adalah sebesar 72,72%, sehingga membuatnya layak untuk dikembangkan. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa obyek wisata Air Terjun Silimalima berada pada kuadran 1, hal ini diartikan bahwa obyek wisata Silimalima berada pada posisi yang sangat menguntungkan karena kekuatan yang dimilikinya dapat menutupi kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengambil semua peluang yang ada.

(47)

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

WISATA ALAM AIR TERJUN SILIMALIMA

DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

SKRIPSI

Oleh:

Mhd. Rizky Azhari Nasution 111201089

Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(48)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara, Indonesia

pada tanggal 28 Agustus 1993 dari Ayah Fahruddin Nasution, S.P. dan Ibu

Radiatul Adawiyah Ritonga S.Pd. Penulis merupakan anak ketiga dari lima

bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 2 Padangsidimpuan pada tahun 2011 dan

lulus seleksi masuk USU di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian pada

tahun yang sama melalui program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) Ujian Tertulis.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam Organisasi Badan

Kenajiran Mushola (BKM) Baitul Asjaard Kehutanan Universitas Sumatera Utara

dan juga aktif dalam Komunitas RainForest. Penulis juga sempat mengikuti

program English Club yang diadakan oleh Komunitas RainForest dan JIMMKI.

Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Taman

(49)

ABSTRACT

MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analysis of Potential and Development Strategy for Silimalima Waterfall As An Natural Attraction on South Tapanuli Regency. Under Guidence by Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si and Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.

Forest resources have so much benefits for human being. One of the example is environmental services such as natural attraction. Silimalima Waterfall is one of the natural attractions that can be found on Simaninggir Village, Marancar Districts, South Tapanuli Regency, North Sumatera Province. This waterfall needs some developments to be ready to be a natural attraction that will give some benefitis for local communities and to minimize the environmental damage that oftenly caused by the tourism activity. The purpose of the research is to analyze the potential of Silimalima Waterfall and to analyze the problems along with strategies of Silimalima Waterfall development. The research did by giving the questioner about internal and external factors to the respondents, local communities and the employers of the Government’s Youth, Sport, Cultural and Tourism Office. Respondents will choose if they agree or disagree for every available statements. Data results will be treated to find the strengths, weaknesses, opportunities and threats of Silimalima Waterfall as a natural attrction on South Tapanuli Regency.

The result of the research shows that the worthiness percentage of Silimalima Waterfall developments is 72,72%, that make it worthed to do the developments. The result of SWOT Analysist shows that Silimalilma Waterfall is on the first quadrant that means Siimalima Waterfall is on a very profitable position because the strengths that it owns could covers the weaknesses and the threats and also make it possible to take all of the opportunities

(50)

ABSTRAK

MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air Terjun Silimalima di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dibimbing oleh Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si dan Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.

Sumberdaya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu contoh nya adalah pemanfaatan jasa lingkungan seperti wisata alam. Air Terjun Silimalima merupakan salah satu obyek wisata alam yang terdapat di Desa Simaningir, Kabupaen Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Air Terjun ini masih memerlukan beberapa pengembangan agar lebih siap untuk dijadikan obyek wisata yang akan memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dan untuk memperkecil kerusakan alam yang sering terjadi akibat adanya kegiatan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi obyek wisata Air Terjun Silimalima dan menganalisis permasalahan serta strategi pengembangan Air Terjun Silimalima. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi daftar pernyataan (kuisioner) mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang ada kepada pengunjung, dinas pariwisata, dan masyarakat sekitar. Data yang didapat kemudian diolah unuk mendapatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atas keberadaan Air Terjun Silimalima sebagai obyek wisata alam di Tapanuli Selatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kelayakan untuk pengembangan Air Terjun Silimalima adalah sebesar 72,72%, sehingga membuatnya layak untuk dikembangkan. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa obyek wisata Air Terjun Silimalima berada pada kuadran 1, hal ini diartikan bahwa obyek wisata Silimalima berada pada posisi yang sangat menguntungkan karena kekuatan yang dimilikinya dapat menutupi kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengambil semua peluang yang ada.

(51)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi ini.

Penelitian ini berjudul “Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air

Terjun Silimaliam, di Kabupaten Tapanuli Selatan”. Penelitian ini akan

menjelaskan potensi wisata Air Terjun Silimalima di Kecamatan Tapanuli Selatan

dan analisis pengembangannya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si

dan Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut.,M.P. sebagai komisi pembimbing skripsi yang

telah membimbing saya selama penyusunan skripsi sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga ditujukan kepada teman-teman di

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan bantuannya atas penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan di dalam skripsi ini.

Untuk itu penulis terbuka terhadap berbagai kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini

bermanfaat dan dapat memberi kontribusi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2015

Gambar

Tabel 1. Kriteria Penilaian Objek dan  Daya Tarik Wisata (bobot 6) No Unsur/Sub Unsur
Tabel 3. Kriteria Penilaian Akomodasi (bobot 3) No
Tabel 5. Skoring dan pembobotan faktor internal No Kekuatan (strength)
Gambar 1. Bagan Analisis SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas maka, perlu dilakukan adanya sebuah penelitian empirik yang menganalisis lebih mendalam dan menguji “ Pengaruh Disiplin kerja dan pengalaman kerja

masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai hubungan sistem. teknologi informasi dan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja

The most important connection between them is in particular the object (or the site), so its digital copy, the reference system and the final digital products. For

Cakupan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kerja Aparatur Yang Berada Dalam Kondisi Yang Baik Dan Cukup 1.25.1.25.01.02.. Input : Jumlah Dana Kantor Kominfo Kabupaten Maros

Boundary effect analysis is related to border policy making in the cross-border ethnic area. The border effect literatures show that geographic boundaries have obvious impacts

Input : Jumlah Dana Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Maros 1.500.000,00 -.. Output : Tersedianya Materai

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-4/W3, 2013 ISPRS/IGU/ICA Joint Workshop on Borderlands Modelling

Input : Jumlah Dana Sekretariat KORPRI 5.000.000,00 -.. Output :