• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di UPT Puskesmas Hiliduho Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di UPT Puskesmas Hiliduho Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias Tahun 2015"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN WAWNCARA

BAGAIMANA IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)

DI UPT PUSKESMAS HILIDUHO KABUPATEN NIAS TAHUN 2015

A. PERTANYAAN PUSKESMAS I. Identitas Puskesmas

d. sarana da prasarana bersumber daya masyarakat 5. Sumber Dana

III. Tabel Isian Puskesmas untuk faktor SDM 1. Sumber Daya Manusia

No Pendidikan Jumlah

1 Dokter Umum

2 SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat) 3 Akper (Akademi Keperawatan) 4 Akg (Akademi Keperawatan Gigi) 5 Akbid (Akademi Kebidanan) 6 Perawat

(2)

2. Pembiayaan

No Sumber Dana Jumlah (Rp)

1. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) - BOK

- BPJS/JKN

2. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)

3. Peruntukkan Dana BOK

No Kegiatan

Peruntukkan Dana BOK

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Biaya

2. Kegiatan penunjang upaya kesehatan

(3)

4. Distribusi kegiatan peruntukkan dari dana BOK

No Jenis Kegiatan Bentuk Kegiatan Sasaran

1. Upaya Kesehatan

e. Kesehatan Ibu, Anak dan KB 6.Pelayanan ANC

g. Pelayanan Kesehatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

2. Program Kesehatan Lainnya a. Penjaringan 4. Program Tim Terpadu

(4)

5. Cakupan SPM dari peruntukkan dana BOK 1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)

2. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani

3.

Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan memiliki Kompetensi Kebidanan

4. Cakupan Pelayanan Nifas

5. Cakupan Neonatus dengan komplikasi ditangani 6. Cakupan Kunjungan Bayi 7. Cakupan Desa UCI

8. Cakupan Pelayanan Anak Balita

9. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat Perawatan

10.

Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak 6-24 Bulan dari Keluarga Miskin

11. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkatan 12. Cakupan Peserta KB Aktif

13.

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit

f. Penemuan penderita TB Paru (dots) BTA +

g.Penemuan penderita malaria klinis h.Penemuan penderita diare

i. Penemuan penderita kasus pneumonia ringan/berat

j. Pencegahan dan penanggulangan kasus rabies

(5)

B. PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN I. Identitas Informan

a. Nama :

b. Jabatan :

c. Pendidikan : d. Lama menduduki jabatan :

II. Pertanyaan untuk Input a. Sumber daya manusia

1. Apakah anda sebelumnya pernah mengelola administrasi keuangan?

2. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan administrasi keuangan?

3. Bagaimana mengenai SDM Pengelolaan dana BOK ini? 4. Bagaimana menurut anda SDM yang ada sekarang bila

dinilai dari sisi kuantitas dan kualitas?

b. Dana

1. Berapa jumlah dana BOK yang diterima puskesmas untuk tahun 2015?

2. Darimana saja sumber dana yang diterima puskesmas?

3. Menurut anda cukupkah dana BOK yang dialokasikan untuk puskesmas ini?

4. Seandainya tidak cukup, apa alasan anda meminta penambahan dana?

5. Berapa dana yang ideal menurut anda untuk mencukupi kebutuhan operasional puskesmas?

e. Sarana dan prasarana

Bagaimana menurut anda kelengkapan sarana di puskesmas ini dalam menunjang pelaksanaan kegiatan puskesmas dan kegiatan

(6)

III. Pertanyaan untuk Proses

1. Apakah anda membuat perencanan tentang dana BOK ini?

2. Bagaimana anda membuat perencaan puskesmas untuk dana BOK? 3. Bagaimana anda membuat prioritas masalah?

4. Apakah anda melibatkan penanggung jawab program dalam perencanaan?

5. Pada waktu apa anda membuat perencanaan?

6. Apakah anda melaksanakan Lokakarya Mini puseksmas? 7. Apa yang anda lakukan dalam lokakarya mini?

8. Berapa kali anda melaksanakan lokakarya mini?

9. Bagaimana anda melakukan pengawasan terhadap dana BOK ini? 10.Bagaimana proses pelaporan pertanggung jawaban dana BOK? 11.Apakah anda menemui kendala dalam pelaporan dana BOK? 12.Apakah pengelola BOK bekerja sesuai dengan tugas nya? 13.Apakah laporan anda sering terlambat ke dinas kesehatan? 14.Apa hambatannya?

IV. Pertanyaan tentang Output

1. Bagaimana sistem pengalokasian dana BOK di puskesmas anda? 2. Bagaiman proses penyaluran dana BOK yang anda terima ? 3. Berapa lama waktu pengajuan SPU dengan cairnya dana? 4. Bagaiman menurut anda tentang ketepatan turunnya dana BOK

denga rencana kegiatan anda?

5. Kalau terlambat? Apa dampaknya terhadap kegiatan anda? 6. Dana BOK diperuntukkan untuk kegiatan apa saja?

(7)
(8)
(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA

Adisaswito, W, 2014. Sistem Kesehatan. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Akib, Haedar, 2010, Implementasi Kebijakan : Apa, Mengapa dan Bagaimana, Jurnal Administrasi Kebijakan Publik, Volume 1 Nomor 1 tahun 2010, Makassar.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias, Tahun 2015.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI, Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas, Tahun 2006.

Kementerian kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta.

, 2012. Tata Cara Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Bantuan Operasional Kesehatan Tahun 2012, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

, 2015. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan Tahun 2015, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta

Moleong, J, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

UPT Puskesmas Hiliduho Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias, Profil, Tahun 2015.

Nurcahyani Rita, Marhaeni Dewi, Arisanti Nita, Implementasi Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011, Tesis

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/ARTIKEL-BOK.pdf/ diakses tanggal 11 Juni 2015.

(11)

Sumantri, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kencana. Jakarta.

Subarsono, A.,G. 2010. Cetakan kelima. Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Septyantye Ulma Putri, Cahyadin Malik, 2013. Hubungan Realisasi Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dengan Indikator Gizi KIA di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Jurnal Kebijakan kesehatan Indonesia, Volume 02 Nomor 04 Desember 2013, http://jurnal.kebijakankesehatanindonesia.net/ diakses tanggal 09 Juni 2015.

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskritif dengan menggunakan desain penelitian Kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan lengkap tentang Implementasi Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di UPT Puskesmas Hiliduho Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Puskesmas Hiliduho Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2015. 3.3 Informan Penelitian

(13)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Menurut Sumantri (2013) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil wawancara, obeservasi dan dokumen.

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh peneliti terhadap responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program BOK di UPT Puskesmas Hiliduho.

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diteliti. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati pelaksanaan program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di UPT Puskesmas Hiliduho. 3.5 Instrumen Penelitian

(14)

3.6 Metode Analisa Data

Menurut Moleong (2012) yang mengutip pendapat Miles dan Huberman (1986) bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktifitas analisis data yang dilakukan adalah data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa domain yang dibuat berdasarkan hubungan semantik (semantic relationship) sebab akibat (cause effect). Untuk meningkatkan validitas data maka dilakukan triangulasi yaitu :

1. Triangulasi sumber yaitu menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.

2. Triangulasi metode atau teknik dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda.

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

UPT Puskesmas Hiliduho merupakan Puskesmas Rawat Inap yang terletak di Desa Fadorolauru Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias, Luas wilayah kerja UPT Puskesmas Hiliduho ± 68,40 km2 yang terdiri dari 16 Desa yaitu Desa

Onozitoli Dulu, Desa Sinarikhi, Desa Ombolata Salo’o, Desa Sisobalauru, Desa

Tuhegafoa II, Desa Ononamolo I Botomuzoi, Desa Fadorolauru, Desa Dima,

Desa Mazingo Tanose’o, Desa Sisobahili I Tanose’o, Desa Hiligodu Tanose’,

Desa Hiliduho, Desa Lasara Tanose’o, Desa Onowaembo Hiligara, Desa

Silimabanua dan Desa Ombolata Sisarahili. Terletak 142 m diatas permukaan laut sehingga topografinya sebagian besar berbukit terjal. Jarak Kecamatan ini dengan Ibukota Kabupaten Nias ± 16 Km. Adapun batas-batas wilayah UPT Puskesmas Hiliduho adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gunungsitoli 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Hiliserangkai dan Kecamatan Botomuzoi

(16)

4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Hiliduho sebanyak 9.400 jiwa dari 16 Desa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.577 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.823 jiwa. Dimana mayoritas penduduk beragama Kristen Protestan dan Katolik.

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Hiliduho Tahun 2014

No. Desa Luas

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias Tahun 2015

Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk Dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin dan Desa di Kecamatan Hiliduho Tahun 2014

(17)

Tabel 4.2 (Lanjutan)

No. Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

6. Ononamolo I Botomuzoi 280 262 542

7. Fadorolauru 561 589 1.150

8. Dima 242 239 481

9. Mazingo Tanose’o 409 449 858

10. Sisobahili I Tanose’o 382 415 797

11. Hiligodu Tanose’o 270 305 575

12. Hiliduho 195 205 400

13. Lasara Tanose’o 311 337 648

14. Onowaembo Hiligara 241 232 473

15. Silimabanua 242 259 501

16. Ombolata Sisarahili 275 237 512

Jumlah 4.577 4.823 9.400

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias Tahun 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat di Desa Fadolauru sebanyak 1.150 jiwa dan jumlah penduduk yang paling kecil terdapat di Desa Onozitoli Dulu sebanyak 171 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah perempuan lebih banyak dibanding jumlah laki-laki yaitu jumlah perempuan sebanyak 4.823 jiwa sedangkan jumlah laki-laki sebanyak 4.577 jiwa. 4.1.3 Karateristik Informan

(18)

Tabel 4.3 Distribusi informan berdasarkan karakteristik

Informan Jabatan Pendidikan Jenis Kelamin

I Kepala Puskesmas SPK Laki-laki

II Pengelola BOK Puskesmas D-III Perempuan

III Penanggung jawab program

KIA-KB D-III Perempuan

IV Penanggung jawab program

Imunisasi D-III Perempuan

V Penanggung jawab progam Gizi D-III Perempuan VI Penanggung jawab program

Promkes S1 Perempuan

VII Pengelola BOK Dinas Kesehatan SI Perempuan Sumber : UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015

4.2 Masukan (input)

Dalam pelaksanaan kegiatan BOK berbagai masukan (input) berupa SDM Kesehatan, Dana dan Sarana Prasarana Kesehatan merupakan bagian yang diteliti adalah seperti berikut ini.

4.2.1 Sumber Daya Kesehatan (SDM) Puskesmas

(19)

Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Hiliduho di Kecamatan Hiliduho Tahun 2015

No. Tenaga Kesehatan Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Dokter Umum S1 1 1

2. SKM (Sarjana Kesehatan

Masyarakat) S1 1 1

3. Akper (Akademi Keperawatan) D-III 3 3

4. Akg (Akademi Keperawatan

Gigi) D-III 1 1

5. Akbid (Akademi Kebidanan) D-III 8 8

6. Perawat SPK 3 7 10

7. Bidan PTT D-III 15 15

Sumber : UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari aspek kuantitas jumlah tenaga kesehatan sudah cukup jika dibandingkan dengan jumlah desa yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Hiliduho sebanyak 16 desa. Dalam pelaksanaan kegiatan BOK seluruh tenaga kesehatan yang ada telah dilibatkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Halini disebabkan karena tidak ada petugas pengelola keuangan maka kepala UPT Puskesmas Hiliduho menunjuk salah seorang staf yang berpendidikan Akedemi Kebidanan sebagai pengelola keuangan.

(20)

Tabel 4.5 Hasil Wawancara mengenai SDM Pengelolaan Dana BOK di UPT dilaksanakan oleh seorang staf yang berpendidikan akademi kebidanan karena kami tidak memiliki tenaga dari manajemen keuangan, terpaksa kami berdayakan tenaga yang ada.

Informan II (Pengelola BOK Puskesmas)

Sebenarnya ya.. dalam pengelolaan dana BOK untuk tahun 2015 ini, saya hanya mengetahui tentang POA dan jadwal kegiatan saja.. mengenai pertanggung jawaban keuangannya dibuat oleh Kepala Puskesmas...

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pengelolaan keuangan dana BOK di UPT Puskesmas Hiliduho dilaksanakan oleh seorang tenaga bidan. Dalam proses pembuatan dokumen pertanggung jawaban keuangan dana BOK dibuat oleh Kepala Puskesmas selaku Ketua Pengelola Dana BOK di Puskesmas.

4.2.2 Dana

Biaya operasional puskesmas yang bersumber dari APBD Kabupaten Nias dan biaya operasional puskesmas yang bersumber dari APBN Pusat seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Sumber pendanaan di UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015

No Sumber Dana Jumlah (Rp)

1. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)

- BOK 113.000.000

- BPJS/JKN 126.242.760

(21)

Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dana BOK yang

dialokasikan untuk UPT Puskesmas Hiliduho tahun 2015 sebesar Rp. 113.000.000.- dan dana APBD Kabupaten Nias sebesar Rp. 60.839.600.

Dari hasil penelitian dan studi dokumentasi yang dilaksanakan kepada UPT Puskesmas Hiliduho, dana BOK yang digunakan sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dan tidak ada duplikasi kegiatan dengan dana APBD Kabupaten Tahun 2015.

Tabel 4.7 Hasil Wawancara Mengenai Kecukupan Dana

Informan Pendapat

Informan I (Kepala Puskesmas)

Dananya cukup.. Setiap tahun dana BOK yang kami terima terus mengalami peningkatan..

Informan II (Pengelola

BOK Puskesmas) Dana BOK untuk tahun 2015 ini cukup lah.. Informan III (Penanggung

jawab program KIA-KB) Dananya sudah cukup... Informan IV (Penanggung

jawab program Imunisasi) Cukup lah.... Informan V (Penanggung

jawab program Gizi)

Dananya cukup untuk program-program yang kami usulkan

Informan VI (Penanggung jawab program Promkes)

Sudah sangat cukup... dana BOK untuk tahun 2015 ini lumayan besar...

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, seluruh informan mengatakan dana BOK yang dialokasikan sudah cukup untuk mendanai program-program yang diusulkan. Meski demikian, puskesmas tetap berharap ada penambahan jumlah dana agar kinerja yang dihasilkan lebih maksimal.

4.2.3 Sarana dan Prasarana

(22)

mendukung terwujudnya pelaksanaan kegiatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di wilayah kerja UPT Puskesmas Hiliduho dapat dilihat seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.8 Sarana dan Prasarana kesehatan di UPT Puskesmas Hiliduho

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Puskesmas Rawat Inap 1 unit

2. Puskesmas Pembantu 3 unit

3. Poskesehatan Desa (Poskesdes) 8 unit

4. Posyandu Plus 2 unit

5. Ambulance 1 unit

Jumlah 15

Sumber : UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015

Dari hasil penelitian dan observasi yang dilakukan terhadap kondisi sarana dan prasarana kesehatan di UPT Puskesmas Hiliduho dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.9 Kondisi Sarana dan Prasarana di UPT Puskesmas Hiliduho No Sarana dan Prasarana Kondisi Bangunan Jumlah

Baik Rusak Rusak Berat

1. Puskesmas Rawat Inap 1 0 0 1 unit

2. Puskesmas Pembantu 1 0 0 3 unit

3. Poskesehatan Desa

(Poskesdes) 8 0 0 8 unit

4. Posyandu Plus 2 0 0 2 unit

5. Polindes 4 1 1 6 unit

6. Ambulance 1 0 0 1 unit

Jumlah 21

(23)

Beberapa Sarana dan prasarana kesehatan bersumber daya masyarakat sebagai salah satu penunjang pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Hiliduho berdasarkan distribusi per desa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Sarana dan Prasarana bersumber daya masyarakat berdasarkan Desa di UPT Puskesmas Hiliduho

No Desa

Sarana dan Prasarana Bersumber Daya Masyarakat

Posyandu Polindes Desa Siaga

1. Onozitoli Dulu 1 0 1

Sumber : UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan mengenai kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan kegiatan BOK baik dari segi pelayanan kesehatan maupun kegiatan administrasi sudah lengkap. Hal ini terlihat dari hasil wawancara terhadap kepala puskesmas “Kalau masalah fasilitas lengkap, baik itu untuk kegiatan pelayanan kesehatan maupun untuk kegiatan

(24)

4.3 Proses

4.3.1 Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)

Dalam rangka mencapai tujuan BOK di puskesmas secara optimal, tepat sasaran,efesien dan efektif perlu dilaksanakan perencanaan puskesmas dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di puskesmas. Perencanaan di puskesmas disusun melalui 4 (empat) tahap yang dimulai dari tahap persiapan, tahap analisa situasi, tahap penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) dan tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK).

Dari hasil penelitian dan telaah dokumen di UPT Puskesmas Hiliduho Rencana Usulan Kegiatan (RUK) telah disusun oleh kepala puskesmas untuk kegiatan BOK Tahun 2015. Dalam proses perencanaan penyusunan kegiatan diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan laporan cakupan dari pemegang program puskesmas kemudian menganalisa masalah serta menyusun rencana kegiatan. Dimana dalam proses perencanaan kegiatan ini melibatkan beberapa penanggung jawab program puskesmas. Demikian juga dengan penetapan apa yang menjadi prioritas masalah. Setelah mendapat alokasi dana BOK Tahun 2015 dari PPK BOK Dinas Kesehatan Kabupaten, kemudian menyusun Rencana Kerja Tahunan dengan mendistribusikan dana menjadi kegiatan. Selanjutnya kegiatan yang telah disusun selama satu tahun ditetapkan menjadi Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang akan di tuangkan dalam bentuk POA tahunan maupun POA bulanan sebagai dasar dalam melaksanakan kegiatan.

(25)

wawancara kepada kepala puskesmas sebagai penanggungjawab kegiatan BOK “Kami membuat perencanaan kegiatan BOK berdasarkan dari identifikasi

masalah kesehatan di cakupan program kesehatan yang rendah tahun lalu dan

masalah-masalah kesehatan yang timbul saat ini. Penentuan prioritas masalah

juga berdasarkan dari cakupan program puskesmas. usulan-usulan dari

pemegang program juga menjadi salah satu acuan kami dalam membuat

perencanaan kegiatan BOK ini”

Perencanaan program kegiatan BOK di UPT Puskesmas Hiliduho dimulai dari identifikasi masalah kesehatan dari cakupan program, Kepala Puskesmas selalu melibatkan beberapa penanggungjawab program dalam penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang dituangkan dalam bentuk POA bulanan maupun tahunan.

4.3.2 Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)

(26)

Pelaksanaan Lokakarya mini bulanan dan tribunan puskesmas telah dilaksanakan sesuai dengan POA, hal ini diketahui dari hasil wawancara terhadap informan kepala puskesmas “Kami melaksanakan lokakarya mini setiap akhir bulan sebagai bentuk untuk mengevaluasi kegiatan yang telah selesai dan

pembahasan kegiatan dibulan selanjutnya serta kami melakukan lokakarya mini

tribulanan lintas sektor dengan mengundang camat, kepala desa, kader dan

sektor lain”

Dari hasil telah dokumen kegiatan lokakarya bulanan dan tribulan ini telah dibuat dalam POA tahunan maupun POA Bulanan yang telah diserahkan ke Pengelola BOK Dinas Kesehatan Kabupaten.

4.3.3 Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3)

Pengawasan pengendalian penilaian adalah berupa penilaian pelaporan, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan BOK. Monitoring pencapaian program/kegiatan dan penyerapan keuangan BOK dilakukan pada saat lokakarya mini bulanan. Selanjutnya dari hasil lokakarya mini puskesmas melakukan pembinaan kepada pengelola program/kegiatan puskesmas.

(27)

Tabel 4.11 Hasil Wawancara Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3) terlambat karena kadang ada masalah disetiap pelaksanaan kegiatan dilapangan, contohnya saja pelaksanaan kegiatan penyuluhan di desa, dimana kepala desa sering tidak ada di lapangan jadi bukti untuk pertanggungjawaban kita tentang pelaksanaan kegiatan tidak bisa di tanda tangani pada saat itu, harus menunggu berapa hari lagi untuk bisa ketemu kepala desanya. Saya juga melakukan monitoring di setiap pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Informan II (Pengelola BOK Puskesmas)

Memang sering dilakukan evaluasi setiap pelaksanaan kegiatan.. hambatan nya yahh... laporan pertanggungjawaban kegiatan yang sering terlambat sehingga penyampaian kita ke Dinas Kesehatan terlambat juga

Informan VII (Pengelola BOK Dinas Kesehatan)

Kami dari tim Pengelola BOK Dinas Kesehatan selalu melakukan monitoring dan pengawasan di setiap puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan BOK, laporan pertanggung jawaban kegiatan BOK dari Puskesmas Hiliduho memang kadang-kadang terlambat alasannya kalau kami tanya.. karena laporan dari pelaksanan kegiatan belum ditanda tangani kepala desa tempat mereka melaksanakan kegiatan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan pengawasan telah dilakukan baik dari Kepala Puskesmas maupun monitoring yang dilakukan oleh Tim Pengelola Dinas Kesahatan Kabupaten. 4.4 Keluaran (output)

(28)

melalui peningkatan kinerja puskesmas dan jaringannya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

4.4.1 Alokasi Dana BOK

Setelah DIPA TP BOK diterima oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nias, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pejabat Pembuat Surat Perintah Membayar (PP-SPM), Bendahara Pengeluaran serta Penetapan Tim Pengelola BOK Kabupaten. Selanjutnya KPA menetapkan alokasi dana BOK untuk masing-masing puskesmas. Pembagian alokasi dana BOK karena merupakan kegiatan operasional bagi puskesmas maka sebagai acuannya adalah jumlah desa, jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografis, cakupan programdan jumlah tenaga kesehatan di wilayah puskesmas masing-masing.

Tabel 4.12 Hasil Wawancara Pengalokasian Dana BOK di UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015 tangani oleh Kepala Dinas selaku KPA, besaran dana setiap tahun memang beda-beda, untuk tahun 2015 saja kami menerima alokasi dana sebesar seratus tiga belas juta rupiah (Rp. 113.000.000). tentang besaran dana ini sepengetahuan saya dari tahun ke tahun sesuai denga petunjuk teknis berdasarkan dari jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah desa dll.

Informan VII

(Pengelola BOK Dinas Kesehatan)

(29)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat diketahui bahwa alokasi dana di UPT Puskesmas Hiliduho tahun 2015 sebesar Rp. 113.000.000 melalui SK Kepala Dinas Kesehatan, dimana penetapannya disesuaikan dengan Petunjuk teknis yaitu dengan memperhatikan kondisi penduduk, jumlah desa, cakupan program, jumlah tenaga kesehatan dan keadaan geografis puskesmas.

4.4.2 Mekanisme Penyaluran Dana BOK

Mekanisme pencairan dan BOK diawali dari penyampaian Surat Permintaan Uang (SPU) dari puskesmas serta penyampaian POA kepada Kuasa Pengguna Anggrana (KPA) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kemudian setelah diproses beberapa hari, Puskesmas sudah bisa mengambil dana yang dibutuhkan melalui rekening puskesmas. Mengenai waktu antara penyampaian SPU dengan penerimaan dana, informan mengatakan bahwa proses tersebut memakan waktu yang agak lama tergantung pada proses verifikasi POA yang dilakukan oleh tim verifikator BOK Dinas Kesehatan Kabupaten Nias baru kemudian usulan dana tersebut dapat diproses.

Dana BOK dari pusat diberikan melalui rekening puskesmas. Kepala Dinas Kesehatan selaku KPA membuat SK penetapan besaran alokasi dana puskesmas. pencairan dana BOK oleh puskesmas disesuiakan dengan POA yang telah diverifikasi tim pengelola BOK Dinas Kesehatan. Hasil wawancara terhadap informan tentang mekanisme penyaluran dana BOK di UPT Puskesmas Hiliduho “Setelah kami menerima SK Penetapan besaran alokasi dana BOK dari Dinas

Kesehatan kami membuka rekening di Bank atas petunjuk dari Bendahara

(30)

dan laporan pertanggungjawaban ke Tim Pengelola BOK Dinas Kesehatan setiap

akhir bulan dan setelah diverifikasi serta disetujui.. selanjutnya kami membuat

Surat Permintaan Uang (SPU) ke Bendahara Pengelola BOK Dinas Kesehatan

untuk disetujui pencairan dana di Bank”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa pencairan dana BOK disesuaikan dengan POA dari puskesmas dan melalui verifikasi oleh tim Pengelola BOK Dinas Kesehatan. Proses selanjutnya pencairan dana melalui pengajuan Surat Permintaan Uang (SPU) kepada Bendahara BOK Dinas Kesehatan Kabupaten setelah disetujui baru dari Pengelola BOK puskesmas dan kepala puskesmas mencairkan dana BOK tersebut di bank sesuai dengan kebutuhan yang disetujui melalui Surat Permintaan Uang (SPU).

Tabel 4.13 Pendapat Informan Tentang Jarak Waktu Pengajuan SPU dengan Pencairan Dana BOK

Informan Pendapat

Informan I (Kepala Puskesmas)

Jarak waktu antara pengajuan SPU dengan cairnya dana memakan waktu satu sampai dua minggu

Informan II (Pengelola BOK Puskesmas)

Sering lama... itu yang sering kami alami, biasanya sampai dua minggu gitu..

(31)

Tabel 4.14 Pendapat Informan mengenai ketepatan turunnya dana dengan jadwal pelaksanaan kegiatan dan dampaknya

Informan Pendapat

Informan I (Kepala Puskesmas)

Dana memang tidak tepat waktunya turun dan hal ini sangat menimbulkan masalah karena beberapa kegiatan tidak bisa dilaksanakan sesuai waktu, contohnya saja kegiatan lokakaryamini terpaksa kami tunda-tunda dan kadang saya duluankan dulu uang sendiri buat biaya pelaksanaanya..

Informan II (Pengelola BOK Puskesmas)

Turunnya dana tidak sesuai dengan rencana pelaksanan kegiatan, sehingga jadi masalah karena terpaksa petugas kerja dulu baru dibayar.. sering menimbulkan pertanyaan dari petugas seakan-akan kami sengaja menahan-nahan dananya.. laporan pertanggung jawaban pun terpaksa lama kami serahkan

Informan III (Penanggung jawab program KIA-KB)

Kegiatan kami jadi tidak sesuai dengan perencanaan akibat dari dananya yang lama turun.. terpaksa tertunda-tunda terus..

Hasil wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa pencairan dana tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan di puskesmas dan hal ini menyebabkan tidak efektif dalam penyerapan dana BOK. Mengenai keterlambatan dana ini dikonfirmasi ke informan Pengelola BOK Dinas Kesehatan Kabupaten “ memang benar, puskesmas sering mengeluh terlambatnya dana turun.. tetapi itu

bukan karena kita hambat-hambat, masalahnya turunnya dana dari pusat juga

terlambat ditambah lagi lamanya dari puskesmas penyampain POA dan SPJ

sehingga proses verifikasi memakan waktu agak lama.. apalagi kalau POA dan

SPJ kurang lengkap, terpaksa kita kembalikan lagi ke puskesmas untuk di

(32)

4.4.3 Peruntukkan Dana BOK

(33)

Tabel 4.15 Peruntukkan Dana BOK di UPT Puskesmas Hiliduho dari Tahu 2013 sampai Tahun 2015

No Kegiatan

Peruntukkan Dana BOK

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Biaya (Rp) (%) Biaya (Rp) (%) Biaya (Rp) (%)

1. Upaya Kesehatan di Puskesmas

a. Kesehatan ibu, anak dan KB 18.750.000 31,80 22.355.000 34,92 27.850.000 24,64

b. Kesehatan Lingkungan 2.070.000 3,50 2.150.000 3,36 5.510.000 4,88

c. Imunisasi 4.130.000 7,00 5.220.000 8,16 11.020.000 9,75

d. Pengendalian Penyakit 1.890.000 3,21 2.010.000 3,14 11.020.000 9,75

e. Progam gizi masyarakat 6.600.000 11,19 6.900.000 10,78 6.800.000 6,02

f. Promosi Kesehatan 8.890.000 15,10 9.560.000 14,94 11.020.000 9,75

Total 42.420.000 71,8 48.195.000 75,30 73.220.000 64,79

2. Kegiatan penunjang upaya kesehatan 3.275.000 5,60 3.075.000 4,80 4.310.000 3,82

3. Manajemen Puskesmas 13.305.000 22,60 12.730.000 19,90 35.470.000 31,39

Total 59.000.000 100 64.000.000 100 113.000.000 100

(34)

Berdasarkan hasil telaah dokumen terhadap POA BOK tahun 2015 di atas kegiatan Upaya Kesehatan Puskesmas dalam mendukung percepatan pencapaian SPM Bidang Kesehatan, dana BOK terbesar digunakan untuk kegiatan Kesehatan ibu, anak dan KB (24,64%), Pemanfaatan dana digunakan untuk kegiatan biaya transport petugas dalam rangka pendataan balita dan ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, pendampingan P4K, kunjungan rumah bumil dan droup out, deteksi resiko tinggi, pendampingan kelas ibu hamil, kemitraan bidan dukun, penyuluhan KB dan kesehatan reproduksi, dan penyuluhan Asi Eksklusif serta kunjungan neonatus. Selanjutnya pemanfaatan dana BOK digunakan untuk kegiatan Imunisasi sebesar 9,75%. Kegiatan imunisasi yang dibiayai dalam bentuk bantuan transportasi petugas puskesmas untuk mengambil vaksin ke Dinas Kesehatan Kabupaten, biaya transport petugas puskesmas untuk medistribusikan vaksin pada saat pelaksanaan posyandu di desa dan transport petugas imunisasi dalam melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAS).

(35)

dan gizi kurang. Pemanfaatan dana BOK untuk kegiatan kesehatan lingkungan sebesar 4,88%. Bentuk kegiatan kesehatan lingkungan berupa pemberian transport petugas dalam melaksanakan pemantauan air bersih dan air minum, melaksanakan pendataan rumah sehat dan sarana sanitasi tingkat desa dan pemicuan stok BABS (buang air besar sembarangan) di masyarakat.

Dari hasil observasi dan telaah dokumentasi terhadap POA UPT Puskesmas Hiliduho tentang distribusi kegiatan yang dilakukan dari dana BOK Tahun 2015 dapat dilihat seperti tabel berikut ini.

Tabel 4.16 Distribusi kegiatan peruntukkan dari dana BOK di UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015

No Jenis Kegiatan Bentuk Kegiatan Sasaran

1. Upaya Kesehatan

a. Kesehatan Ibu, Anak dan KB

1.Pelayanan ANC -Pendataan ibu hamil -Pemeriksaan kehamilan -Pendamping P4K

-Kunjungan rumah bumil termasuk droup out

-Deteksi dini resiko tinggi -Pendamping kelas ibu hamil -Kemitraan bidan dukun

-Promosi Asi Eksklusif dan IMD -Pelayanan Nifas

-Kunjungan rumah droup out -Pemantauan ibu nifas resiko tinggi

Bufas, Bulin, Resti, Suami dan Keluarga 3.Pelayanan KB -Promosi KB dan kesehatan

reproduksi

-Kunjungan rumah tindak lanjut

Bumil, Bufas, bayi dan balita 5.Pelayanan

Kesehatan Bayi/Balita

-Pendataan anak balita < 5 tahun -Pemantauan kesehatan balita -Pemberian vitamin A

-Kunjungan rumah

(36)

Tabel 4.16 (Lanjutan)

No Jenis Kegiatan Bentuk Kegiatan Sasaran

b. Pelayanan Gizi Masyarakat 1.Pendataan dan

perbaikan gizi

-Penyuluhan gizi -Pemantauan status gizi

-Pergerakan keluarga sadar gizi -Promosi Asi Eksklusif dan

makanan pendamping Asi

-Pelacakan gizi buruk dan gizi kurang

c. Pelayanan Kesehatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

1.Pelayanan dan pencegahan TB Paru

-Penyuluhan TB Paru dan PHBS

Individu dan

-Pemantauan air bersih dan air minum

-Pemicuan stok BABS (buang air besar sembarangan)

Masyarakat

2. Program Kesehatan Lainnya

a. Penjaringan -Pendataan kesehatan anak Anak sekolah dasar dan masyarakat b. UKMB -Penyuluhan dan pemanfaatan

TOGA b. Bantuan transport -Mengantar laporan

-Konsultasi

(37)

Dari hasil wawancara, analisa dokumen dan observasi di lapangan yang dilakukan di UPT Puskesmas Hiliduho menyatakan bahwa peningkatan cakupan SPM terjadi peningkatan sejak dilaksanakannya program BOK. Dari hasil studi dokumentasi terhadap laporan yang disampaikan dan dilaporkan UPT Puskesmas Hiliduho kepada Dinas Kesehatan Kabupaten dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.17 Cakupan SPM dari peruntukkan dana BOK di UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015

2. Cakupan Komplikasi Kebidanan

yang ditangani 78 88 90 94

5. Cakupan Neonatus dengan

komplikasi ditangani 48 17 75 85

6. Cakupan Kunjungan Bayi 100 100 95 97

7. Cakupan Desa UCI 99 100 80 100

8. Cakupan Pelayanan Anak Balita 80 90 88 100

9. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat

Perawatan 0 100 100 100

10.

Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak 6-24 Bulan dari Keluarga Miskin

19 23 67 100

11. Cakupan Penjaringan Kesehatan

Siswa SD dan Setingkatan 100 100 97 100

12. Cakupan Peserta KB Aktif 72 82 85 87

13.

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit

a.Penemuan penderita TB Paru (dots) BTA +

b.Penemuan penderita malaria klinis c.Penemuan penderita diare

(38)

BAB V PEMBAHASAN

Pembahasan hasil peneltitian dilakukan melalui evaluasi input, proses dan output. Dalam input dibahas tentang variabel SDM, Dana dan Sarana Prasarana.

Pada proses akan dibahas tentang Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2), dan Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3). Dan output adalah tentang Alokasi Dana BOK, Mekanisme Penyaluran Dana BOK dan Peruntukkan Dana BOK.

5.1 Input

5.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM Kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi, termasuk tenaga kesehatan strategis, tenaga non profesi dan tenaga penunjang/pendukung kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya manajemen kesehatan (Kemenkes, 2015). SDM merupakan faktor utama untuk mencapai tujuan organisasi. SDM Kesehatan terutama yang bekerja di puskesmas adalah ujung tombak dalam pelaksanaan BOK. Mereka sangat berperan dalam upaya pencapaian tujuan BOK dan keberhasilan pelaksanaan BOK di puskesmas. penting sekali untuk memiliki tenaga kesehatan yang terampil dan berkualitas.

(39)

Menurut Juknis BOK 2015 pengelola keuangan BOK puskesmas mempunyai tugas membukukan semua penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas tunai, melaporkan pertanggung jawaban keuangan kepada Bendahara Pengeluaran Satker BOK Dinas Kesehatan Kabupaten serta menyimpan dengan baik dan aman seluruh bukti asli pertanggung jawaban keuangan.

Masalah kurangnya kualitas SDM ini juga dapat dinilai melalui perencanaan yang dibuat oleh UPT Puskesmas Hiliduho terutama dari kondisi POA yang sering harus diperbaiki karena dianggap verifikator belum tepat. Untuk menyelesaikan permasalahan kualitas SDM ini, Dinas Kesehatan Kabupaten sebaiknya lebih meningkatkan kemampuan SDM Puskesmas melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Propinsi baik itu pelatihan yang bersifat teknis fungsional maupun manajerial.

5.1.2 Dana

Peran dana dalam implementasi suatu kebijakan sangatlah penting, meskipun SDM dan sarana pendukung telah tersedia dengan baik dan komunikasi telah tersampaikan dengan jelas, namun bila dana tidak tersedia akan menghalangi terlaksananya kebijakan tersebut dengan baik.

(40)

puskesmas. Pemanfaatan dana BOK harus di sinergikan dan tidak boleh duplikasi dengan dana kapitasi JKN, dana APBD dan sumber dana lainnya.

Sumber dana yang diterima UPT Puskesmas Hiliduho untuk Tahun 2015 sudah cukup. dimana selain dana yang dianggarkan Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan berupa dana BOK, UPT Puskesmas Hiliduho juga menerima dana dari APBD Kabupaten Nias untuk mendukung operasional Puskesmas dalam peningkatan pelayanan kesehatan.

Dari hasil penelitian dan studi dokumentasi yang dilaksanakan, dana BOK yang dialokasikan untuk UPT Puskesmas Hiliduho sudah cukup serta mengalami peningkatan jumlah dana yang diterima dari tahun ke tahun dan tidak ada duplikasi kegiatan dengan dana APBD Kabupaten Nias yang dianggarkan di UPT Puskesmas Hiliduho Tahun 2015.

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah aspek penunjang yang penting untuk mencapai tujuan BOK. Sarana dan prasarana juga menjadi sumber daya yang penting dalam melaksanakan sebuah kebijakan, karena jika tidak disertai dengan sarana dan prasarana pendukung maka tujuan tidak akan dapat tercapai.

(41)

diadakan penambahan sarana dan prasarana yang ada untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal dalam mengimplementasikan dana BOK.

5.2 Proses

Proses mengacu kepada cara bagaimana kebijakan dimulai, dikembangkan atau disusun, dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dari segi proses, kebijakan BOK cukup dapat diterima dan dipahami maksud, tujuan, cara pelaksanaan dan pengawasannya. Dengan dikeluarkannya Juknis yang selalu mengalami perubahan ke arah lebih baik menunjukkan bahwa kebijakan ini benar-benar dikomunikasikan dengan baik ke seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan respon informan yang mengapresiasi adanya perubahan Juknis dan mengaku cukup mendapat sosialisasi tentang BOK. 5.2.1 Perencanaan (P1)

Perencanaan Puskesmas merupakan sebuah tahapan kegiatan yang sangat penting dalam suatu manajemen puskemas. Dalam menentukan sebuah tindakan yang tepat harus diawali dari penentuan masalah, prioritas masalah, alternatif pemecahan masalah dan menentukan intervensi yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

(42)

pernyataan Kepala UPT Puskesmas Hiliduho yang menyatakan bahwa proses penentuan prioritas masalah juga berdasarkan dari cakupan program disesuaikan dengan petunjuk juknis BOK tahun 2015. Pemilihan penentuan prioritas masalah adalah hal yang sangat penting dalam membuat perencanaan agar pemanfaatan dana yang dikeluarkan efektif. Demikian juga dalam pemilihan intervensi masalah yang diambil akan sangat menentukan dalam keberhasilan pemecahan masalah kesehatan tersebut.

Hasil dari penentuan prioritas masalah kesehatan tersebut dibuat dalam POA sebagai Rencana Kerja Tahunan yang akan diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten untuk dapat diverifikasi dan disetujui.

5.2.2 Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)

(43)

terlambat melaksanakan verifikasi sehingga Puskesmas terlambat mengajukan Surat Permintaan Uang (SPU) sesuai dengan jadwal kegiatan.

Dari hasil obsevasi lapangan dan telaah dokumen yang dilakukan terlihat bahwa pelaksanaan lokakarya mini bulanan dilaksanakan oleh Puskesmas setiap akhir bulan untuk mengevaluasi program yang telah terlaksana. Pelaksanaan lokakarya mini sebagai rutinitas menyampaikan laporan bulanan dan pertemuan antara staf. Metode pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas melibatkan staf untuk menyampaikan materi yang berhubungan dengan kesehatan secara khusus menyangkut tugas dan program-program puskesmas sehingga menimbulkan diskusi terhadap masalah-masalah yang di hadapi dilapangan. Beberapa staf Puskesmas bergiliran menyampaikan materi yang disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawabnya di Puskesmas. Sehingga dari hasil diskusi dapat disusun rencana kegiatan prioritas dari masing-masing program yang ada.

(44)

5.2.3 Pengawasan Pengendalian dan Penilaian (P3)

Pengawasan dan monitoring yang dilakukan pada program BOK oleh tim pengelola BOK di setiap tingkat Puskesmas ditunjukan agar pemanfaatan dana BOK dapat dimanfaatkan secara efektif untuk pencapaian tujuan sehingga dapat memberikan hasil seoptimal mungkin. Hasil wawancara menunjukkan pelaksanaan pengawasan telah dilakukan baik dari Kepala Puskesmas maupun monitoring yang dilakukan oleh Tim Pengelola Dinas Kesahatan Kabupaten. Pengawasan terhadap pelaksanaan BOK dilakukan secara langsung dengan memverifikasi laporan dan pencatatan yang telah dibuat. Kepala Puskesmas dapat menjalankan perannya dalam memonitor pelaksanaan BOK di lapangan dan saat dilaksanakannya lokakarya mini.

5.3 Output

5.3.1 Alokasi Dana BOK

BOK merupakan suplemen dana bagi Puskesmas yang diarahkan untuk mendukung kegiatan kesehatan masyarakat dengan tujuan pemerataan akses dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

(45)

Proses pengalokasian dana BOK tersebut sudah sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK dengan memperhatikan jumlah penduduk, luas wilayah, kondisi geografis, cakupan program, jumlah desa serta jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

5.3.2 Mekanisme Penyaluran Dana BOK

Mekanisme pencairan dana BOK diawali dari penyampaian Surat Permintaan Uang (SPU) dari Puskesmas serta penyampaian POA kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kemudian setelah diproses beberapa hari dan disetujui, Bendahara Pengelola BOK Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan memproses Surat Permintaan Uang (SPU) dari Puskesmas agar dana yang dibutuhkan dapat dicairkan melalui rekening Puskesmas.

Mengenai waktu antara penyampaian SPU dengan penerimaan dana, informan mengatakan bahwa proses tersebut memakan waktu yang agak lama. tergantung pada proses verifikasi POA yang dilakukan oleh tim verifikator BOK Dinas Kesehatan Kabupaten baru kemudian usulan dana tersebut dapat diproses.

(46)

Puskesmas kemudian selanjutnya Bendahara pengelola BOK Dinas Kesehatan Kabupaten mempersiapkan Surat Permintaan Uang untuk Puskesmas dalam pencairan dana BOK.

5.3.3 Peruntukkan Dana BOK

Pemanfaatan dana BOK merupakan hal yang sangat penting karena sangat berhubungan dengan pencapaian tujuan. Tujuan untuk meningkatkan pencapaian indikator SPM dan MDGs sangat tergantung pada aspek pemanfaatan ini. Pemelihan kegiatan tentu diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa informan telah megetahui indikator cakupan SPM dan MDGs bidang kesehatan. Sejauh ini pemanfaatan dana BOK di UPT Puskesmas Hiliduho telah sesuai dengan juknis tahun 2015.

Pemanfaatan dana BOK tahun 2015 diperuntukkan untuk upaya kesehatan di puskesmas, kegiatan penunjang upaya kesehatan, manajemen puskesmas. Upaya kesehatan di puskesmas meliputi upaya wajib yakni KIA dan KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit. Selain upaya wajib tersebut dana BOK juga digunakan untuk upaya pengembangan berupa kegiatan UKMB dan penjaringan.

Berdasarkan rekapitulasi POA tahun 2015, UPT Puskesmas Hiliduho paling banyak mengalokasikan dana BOK untuk kegiatan upaya kesehatan di puskesmas yakni 64,79% sedangkana untuk kegiatan penunjang upaya kesehatan yakni 3,82% serta untuk kegiatan manajemen puskesmas yakni 31,39%.

(47)

ANC, pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan KB, pelayanan kesehatan neonatus dan pelayanan bayi/balita, pendataan dan perbaikan gizi, penangulangan gizi buruk dan kurang, pelayanan dan pencegahan TB paru, pencegahan dan pengendalian malaria dan peningkatan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar. Kegiatan ini menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dana BOK untuk meningkatkan cakupan SPM puskesmas dalam bidang kesehatan.

(48)

BAB VI

KESEIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

A. Kesimpulan yang berkaitan dengan input dalam implementasi program BOK di UPT Puskesmas Hiliduho Kabupaten Nias adalah sebagai berikut : 1. Tenaga kesehatan/SDM UPT Puskesmas Hiliduho Kabupaten Nias dalam pelaksanaan program BOK dari aspek jumlah (kuantitas) sudah mencukupi, namun dalam sisi kualitas SDM pengelola BOK yang masih kurang.

2. Dana BOK yang di alokasikan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif dan dana APBD Kabupaten Nias Tahun 2015 untuk kegiatan operasional puskesmas dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan tidak ditemukan kegiatan yang tumpang tindih atau duplikasi kegiatan.

(49)

3. Pelaksanaan kegiatan lokakarya mini bulanan dan tribulan puskesmas telah dilaksanakan sesuai dengan POA BOK, namun dalam penyusunan POA BOK sering mengalami perbaikan.

4. Pencatatan dan Pelaporan BOK yang dilaksanakan oleh UPT Puskemas Hiliduho sering mengalami keterlambatan dalam penyampaian ke Tim pengelola BOK Dinas Kesehatan Kabupaten. C. Kesimpulan yang berkaitan dengan output dalam implementasi program

BOK di UPT Puskemas Hiliduho Kabupaten Nias adalah sebagai berikut : 1. Besaran alokasi dana BOK ditentukan oleh Pemerintah Pusat melalui

Kementerian Kesehatan berdasarkan juknis BOK 2015.

2. Penyaluran dana BOK dari Pusat melalui rekening puskesmas. pencairan dana masih mengalami keterlambatan sehingga mengganggu pelaksanaan kegiatan, keterlambatan pencairan dana terjadi karena terlambatnya puskesmas dalam menyampaikan POA.

(50)

6.2 Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, beberapa saran yang yang dapat dikemukakan adalah sebagai beirikut :

1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Nias agar melaksanakan bimbingan teknis manajemen puskesmas sehingga tahapan penyusunan perencanan puskesmas (P1), Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) serta Pengawasan pengendalian dan penilaian (P3) dapat terlaksana dengan baik dan benar.

2. Kepada Kepala Puskesmas harus bisa memanfaatkan tenaga pengelola BOK dalam pembuatan dokumen pertanggungjawaban keuangan. 3. Kepada Kepala Puskesmas agar meningkatkan cakupan SPM BOK

yang masih rendah untuk mencapai target program kesehatan nasional khususnya MDGs bidang kesehatan.

(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi

2.1.1 Definisi Implementasi

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Implementasi dianggap sebagai wujud utama dan sangat menentukan dalam proses suatu kebijakan. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan (Winarno, 2012). Menurut Akib (2010) yang mengutip pernyataan Edwards III (1984) menyatakan bahwa tanpa implementasi yang efektif keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan aktifitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan output atau outcome bagi masyarakat (Akib, 2010).

Menurut Winarno (2012) yang mengutip pendapat Ripley dan Franklin (1982) bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Implementasi menunjukan pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah.

(52)

pada tingkat program tertentu. Proses implementasi dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegaiatan telah tersusun, dana telah siap dan disalurkan untuk mencapai sasaran (Akib, 2010).

Selanjutnya, Van Meter dan Van Horn (1975) yang dikutip oleh Winarno (2012) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah ataupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan yang telah digariskan.

Dari defenisi-defenisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan diawali dari adanya tujuan atau sasaran, kemudian proses pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan akhirnya diperoleh hasil atau dampak dari implementasi kebijakan tersebut. Hal ini senada dengan pandangan Van Meter dan Van Horn (1980) yang dikutip oleh Akib (2010), bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktifitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.

Adapun defenisi implementasi yang dimaksud oleh peneliti adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan dan implementasi merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(53)

diperkenalkan oleh Edwards III. Edwards III mengajukan pendekatan masalah implementasi terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni :

1. Faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan ? 2. Faktor apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan ?

Dapat dirumuskan bahwa empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi suatu kebijakan (Akib, 2010).

Jika divisualisasikan akan terlihat bahwa suatu kebijakan memiliki tujuan yang jelas yang diformulasikan ke dalam program pelaksanaan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana. Keseluruhan implementasi kebijakan dievaluasi dengan cara mengukur luaran (output) program berdasarkan tujuan program. Luaran program dilihat melalui dampaknya terhadap sasaran yang dituju baik individu, kelompok maupun masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah adanya perubahan dan diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran (Akib, 2010).

Pendapat lain diutarakan oleh Grindle (1980) yang dikutip Subarsono (2010), menyatakan bahwa keberhasilan implementasi pubik dipengaruhi oleh dua variabel yang fundamental, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation).

1. Variabel isi kebijakan (content of policy) mencakup :

(54)

b. Jenis manfaat yang diterima oleh target groups.

c. Sejauh mana perubahan yang diinginkan oleh kebijakan. d. Apakah letak sebuah program sudah tepat.

e. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci.

f. Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai. 2. Variabel lingkungan implementasi (context of implementation) mencakup :

a. Seberapa besar kekuatan, kepentingan dan strategi yang dimiliki para aktor yang terlibat.

b. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa. c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Mazmanian dan Sabatier (1983) juga mengemukakan pendapatnya yang dikutip oleh Subarsono (2010), bahwa keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh 3 variabel, yakni karakteristik dari masalah (tractability of the problems), karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure

implementation) dan variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting

implementations).

1. Karakteristik dari masalah (tractability of the problems) meliputi : a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan b. Tingkat kemajemukan kelompok sasaran

(55)

2.Karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation) meliputi :

a. Kejelasan isi kebijakan

b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis c. Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai

institusi pelaksana

e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan

g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan

3.Lingkungan kebijakan (nonstatutory variables affecting implementations) meliputi :

a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi b. Dukungan publik terhadap suatu kebijakan

c. Sikap kelompok pemilih

d. Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementor

(56)

antara tugas yang dipersyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program.

Berdasarkan pola piker Korten dapat dipahami bahwa jika tidak terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi kebijakan maka kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika output program tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran maka jelas outputnya tidak dapat dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program maka organisasinya tidak dapat menyampaikan output program dengan tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran maka kelompok sasaran tidak mendapatkan output program. Oleh karena itu, kesesuaian antara 3 unsur implementasi kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai rencana yang telah dibuat (Akib, 2010).

(57)

sudah ditemukan kebijakan yang terpilih perlu diwadahi oleh organisasi pelaksana yang memiliki kewenangan dan sumber daya yang mendukung pelaksanaan program. Penciptaan situasi dan lingkungan kebijakan yang mendukung sangat dibutuhkan dalam pencapaian keberhasilan. Karena diasumsikan bahwa jika lingkungan berpandangan positif terhadap suatu kebijakan maka diharapkan akan menghasilkan dukungan positif yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi kebijakan. Sebaliknya, jika lingkungan berpandangan negative akan dapat mengancam kesuksesan implementasi kebijakan (Akib, 2010).

2.1.2 Implementasi Model George Edwards III

Teori yang dikemukakan oleh Edwards ini disebut juga dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Menurut Edwards, ada 4 (empat) faktor yang

mempengaruhi implementasi suatu kebijakan yang antara satu faktor dengan faktor lain saling memengaruhi, yaitu :

1. Faktor Komunikasi

Suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan (Akib, 2010). Semua hal tersebut dapat diperoleh melalui komunikasi yang efektif. Ada beberapa hal yang mempengaruhi komunikasi, yaitu :

a. Transmisi

(58)

Hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi antara lain karena adanya pertentangan pendapat antara pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan, penyampaian informasi yang melewati berlapis-lapis hierarki birokrasi dan adanya persepsi dan ketidakmauan para pelaksana untuk mengetahui persyaratan suatu kebijakan (Winarno, 2012).

b. Kejelasan

Komunikasi yang diterima oleh implementor haruslah jelas, akurat dan tidak membingungkan, sehingga dapat dihindari terjadinya interpretasi yang salah. Menurut Edwards ada 6 faktor yang mendorong ketidakjelasan komunikasi kebijakan, yaitu : kompleksitas kebijakan publik, keinginan untuk tidak mengganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya consensus mengenai tujuan-tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai suatu kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban kebijakan dan sifat pembentukan kebijakan pengadilan (Winarno, 2012).

c. Konsistensi

Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah yang diberikan harus konsistensi dan jelas karena perintah yang tidak konsistensi akan mendorong pelaksana mengambil tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan.

(59)

2. Faktor Sumber Daya

Walaupun isi kebijakan sudah di komunikasikan dengan jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif (Subarsono, 2010). Indicator untuk menilai kecukupan sumber daya adalah :

a. Staf

Sumber daya yang paling esensial dalam mengimplementasikan kebijakan adalah staf. Sumber daya yang efektif tidak hanya dinilai dari sisi jumlah staf namun juga kompetensi atau kecakapan sumber daya manusianya.

b. Informasi

Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan, informasi ada dalam 2 bentuk. Pertama, informasi mengenai bagaimana melaksanakan suatu kebijakan. Kedua, data dalam bentuk peraturan pemerintah. Para implementor mesti mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam mengimplementasikan kebijakan melengkapi undang-undang yang diperlukan sebagai dasar legitimasi.

c. Wewenang

Kewenangan merupaka otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Kewenangan harus bersifat formal untuk menghindari gagalnya proses implementasi karena dipandang oleh publik implementor tersebut tidak terlegitimasi.

3. Faktor Disposisi

(60)

suatu kebijakan maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Namun sebaliknya, bila tingkah laku atau perspektif implementor berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses diperhatikan berkaitan denga disposisi ini adalah :

a. Pengangkatan birokrat

Dalam memilih atau mengangkat pejabat pelaksana kebijakan sebaiknya berdasarkan kemampuan atau kapabilitas bukan berdasarkan atas kepentingan-kepentingan lain. Karena personil yang tidak mendukung akan menghambat dalam pelaksanaan kebijakan.

b. Insentif

Mengubah personil dalam birokrasi pemerintah merupakan pekerjaan yang sulit dan tidak menjamin proses implementasi dapat berjalan lancer. Salah satu teknik yang dikemukakan Edwards adalah dengan memanipulasi insentif. Dengan memberikan insentif diharapkan akan menjadi faktor pendorong yang membuat implementor melaksanakan perin tah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi (self-interest), organisasi atau kebijakan substantif.

4. Faktor Struktur Birokrasi

(61)

karakteristik yang dapat meningkatkan kinerja struktur birokrasi, yaitu membuat Standard Operating Procedures (SOP) dan Fragmentasi (Winarno, 2012).

2.2 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 2.2.1 Definisi BOK

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementrian Kesehatan dan merupakan bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang disalurkan melalui mekanisme tugas pembantuan untuk percepatan pencapaian target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringanya, serta UKMB khususnya Poskesdes/Polindes, Posyandu, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif (Kemenkes RI, 2015).

(62)

Upaya pembiayaan ini diwujudkan melalui program Bantuan Operasional Kesehatan (Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, 2013).

2.2.2 Tujuan Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Adapun tujuannya menurut buku Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Tahun 2015 adalah :

1. Tujuan Umum

Mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015.

2.Tujuan Khusus

a. Menyediakan dukungan dana operasional program bagi Puskesmas, untuk pencapaian program kesehatan prioritas nasional.

b. Menyediakan dukungan dana bagi penyelenggaraan manajemen Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan Provinsi dalam pelaksanaan program kesehatan prioritas nasional.

c. Mengaktifkan penyelenggaraan manajemen Puskesmas mulai dari perencanaan, penggerakan/pelaksanaan lokakarya mini sampai dengan evaluasi.

2.2.3 Ruang Lingkup Kegiatan BOK

(63)

pencapaian target MDGs. Selain itu dana BOK juga dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan manajemen BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Ruang lingkup kegiatan yang boleh didanai dari BOK menurut Buku Petunjuk Teknis BOK 2015, adalah sebagai berikut :

1. Dinas Kesehatan Provinsi

Dinas Kesehatan Provinsi memperoleh dana dukungan manajemen BOK yang digunakan untuk kegiatan antara lain :

a. Penyelenggaraan pertemuan koordinasi (perencanaan, penggerakan, evaluasi) tingkat provinsi yang melibatkan Kabupaten/Kota/Puskesmas, lintas program dan lintas sektor.

b. Penyelenggaraan rapat teknis pengelolaan BOK.

c. Penyelenggaraan pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan BOK lingkup administrasi dan program ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas dan jaringannya serta UKMB.

d. Pelaksanaan konsultasi/koordinasi teknis program BOK ke pusat. 2.Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memperoleh dana dukungan manajemen BOK yang dipergunakan untuk kegiatan antara lain :

a. Penyelenggaraan pertemuan koordinasi (perencanaan, penggerakan, evaluasi) tingkat Kabupaten/Kota yang melibatkan Puskesmas, lintas program dan lintas sektor.

(64)

c. Penyelenggaraan pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan BOK lingkup administrasi dan program ke Puskesmas dan jaringannya serta UKMB.

d. Pelaksanaan konsultasi/koordinasi teknis program BOK ke Provinsi. e. Pelaksanaan konsultasi/rekonsiliasi ke Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN)/Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara (Kanwil DJPBN).

f. Pelaksanaan konsolidasi laporan keuangan BOK ke pusat (berdasarkan undangan)

3.Puskesmas

a. Minimal 60% dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk program kesehatan priorita melalui berbagai kegiatan yang berdaya ungkit tinggi untuk pencapaian tujuan MDGs bidang kesehatan.

b. Maksimal 40% dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen Puskesmas.

Rincian ruang lingkup program kesehatan dan manajemen Puskesmas meliputi :

1.Program Kesehatan Prioritas

Program kesehatan prioritas yang terkait pencapaian MDGs diarahkan pada pencapaian target :

a. MDG 1

(65)

b. MDG 4

Upaya menurunkan angka kematian balita. c. MDG 5

Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua.

d. MDG 6

(a) Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome).

(b) Upaya memwujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan.

(c) Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru malaria dan TB.

e. MDG 7

Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak.

Adapun kegiatan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB). b. Pelayanan Gizi

Gambar

Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk Dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin dan Desa di Kecamatan Hiliduho Tahun 2014
Tabel 4.2 (Lanjutan)
Tabel 4.3 Distribusi informan berdasarkan karakteristik
Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Hiliduho di Kecamatan Hiliduho Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat suatu bagian lurus bertemu dengan bagian melengkung, jarak longitudinal antara lampu taxiway edge harus dikurangi secara progresif, sesuai dengan butir 9.23.3.5 dan

In this paper, the production and application of the large scale topographic map for the aerial mapping of the micro unmanned aerial vehicle (UAV) is used in

[r]

Figure 17 shows the target detection at three different distances, (a) is taken at 3m distance, where RADAR and SONAR correctly detect the target, LiDAR is yet failing to

Kanggo nyukupi kebutuhan pokok babagan pangan, para among tani pada nandur pari.. Anggone nandur ing

Since their image points have different disparity in neighboring stereo pairs, the 3D coordinates of interest points in neighboring left epipolar image space are

d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini Pedoman

A dalah suatu proses atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan pegawai yang melalui tahapan yang mencakup identifikasi dan evaluasi