• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

38

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN Yth, Saudara/i

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus

menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Setelah itu, hasil skor

yang didapat dari responden akan dianalisis. Bila telah didapatkan hasil, maka

dapat diupayakan usaha yang lebih optimal sehubungan dengan hasil yang telah

didapat.

Untuk memperoleh keterangan di atas, suatu alat penelitian yang disebut

kuesioner dan metode angket akan digunakan. Kuesioner yang diberikan terdiri

dari 21 pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Identitas responden akan

dirahasiakan dan data penelitian hanya digunakan untuk keperluan penelitian serta

tidak akan dipublikasi dalam bentuk apapun.

Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa

paksaan maupun tekanan dari siapapun. Seandainya Saudara/i menolak untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan terdapat sanksi apapun.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan

Saudara/i yang terpilih menjadi sukarelawan pada penelitian ini, dapat mengisi

lembar persetujuan ikut dalam penelitian yang telah dipersiapkan.

Jika masih terdapat hal-hal yang kurang jelas sehubungan dengan

penelitian ini, Saudara/i dapat menghubungi saya, Caterine (HP: 085362123876).

Atas perhatian Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(2)

39

Lampiran 2

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti secara terperinci dan jelas tentang penelitian “Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,_______________2015 Yang membuat pernyataan

(3)

40

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi FK USU Tahun Masuk 2012

A. IDENTITAS RESPONDEN

Usia:

Usia Menarche (Haid Pertama) :

B. DATA ANTROPOMETRI

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Indeks Massa Tubuh (IMT) :

C. SIKLUS MENSTRUASI

1. Bagaimana frekuensi siklus menstruasi Anda 3 bulan terakhir?

a. 21-35 hari

b. <20 hari

c. >35 hari

Tuliskan :

D. DATA TAMBAHAN

1. Apakah Anda sudah menikah?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah Anda sudah pernah melahirkan?

(4)

41

3. Apakah Anda mempunyai penyakit yang berhubungan dengan hormonal?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, sebutkan:

E. STRES

Kuesioner ini dikutip dari DASS 42 ( Depression Anxiety and Stress Scales) oleh Lovibond yang telah dialihbahasakan oleh Damanik dan dimodifikasi menjadi 14 poin).

Beri tanda centang () pada kolom yang sesuai dengan keadaan Anda.

NO Pernyataan Tidak menjadi marah karena hal-hal sepele.

2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.

3 Saya merasa sulit untuk bersantai. 4 Saya menemukan diri saya mudah

merasa kesal.

5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas. 6 Saya menemukan diri saya menjadi

tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan setelah sesuatu membuat saya kesal.

11 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.

12 Saya sedang merasa gelisah.

(5)

42

sedang saya lakukan.

(6)

CURRICULUM VITAE

Nama : Caterine Aprilia Manurung

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/TanggalLahir : Sidamanik, 04 April 1994

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Alamat :Jl. Harmonika no. 64, Padang Bulan, Medan

Nomor Handphone : 085362123876

Alamat Email : chaterinemanurung@yahoo.com

RiwayatPendidikan :

1. SDN 091409 Sidamanik (2000-2006)

2. SMPN 1 Sidamanik (2006-2009)

3. SMA Swasta RK. Budi Mulia Pematangsiantar (2009-2012)

(7)

Data Induk Responden

C1 28 8 Normal Normal 16.8 Underweight

C2 36 15 Normal Tidak Normal 22.4 Normal

C3 28 6 Normal Normal 22.2 Normal

C4 28 10 Normal Normal 21.4 Normal

C5 28 20 Sedang Normal 27.6 Overweight

C6 28 3 Normal Normal 21.1 Normal

C7 28 13 Normal Normal 20 Normal

C8 36 10 Normal Tidak Normal 32.4 Overweight

C9 36 28 Berat Tidak Normal 24.3 Overweight

C10 28 22 Sedang Normal 18 Underweight

C11 28 16 Ringan Normal 20.7 Normal

C12 28 11 Normal Normal 18.4 Underweight

C13 28 5 Normal Normal 22 Normal

C14 28 9 Normal Normal 26.5 Overweight

C15 28 17 Ringan Normal 22.4 Normal

C16 28 2 Normal Normal 25.5 Overweight

C17 28 10 Normal Normal 26.7 Overweight

C18 28 5 Normal Normal 17.5 Underweight

C19 28 11 Normal Normal 20 Normal

C20 28 15 Normal Normal 22.3 Normal

C21 28 9 Normal Normal 18.5 Normal

C22 28 5 Normal Normal 17.1 Underweight

C23 28 8 Normal Normal 20.6 Normal

C24 28 13 Normal Normal 22 Normal

(8)

C25 28 0 Normal Normal 26.4 Overweight

C26 28 15 Normal Normal 18.3 Underweight

C27 28 11 Normal Normal 20.4 Normal

C28 28 5 Normal Normal 24.3 Overweight

C29 20 9 Normal Tidak Normal 32 Overweight

C30 28 8 Normal Normal 21.2 Normal

C31 28 13 Normal Normal 18.4 Underweight

C32 28 19 Sedang Normal 18.9 Normal

C33 28 22 Sedang Normal 26.2 Overweight

C34 28 14 Normal Normal 17.8 Underweight

C35 28 17 Ringan Normal 16.4 Underweight

C36 20 6 Normal Tidak Normal 21.4 Normal

C37 20 24 Sedang Tidak Normal 25 Overweight

C38 20 22 Sedang Tidak Normal 17 Underweight

C39 28 27 Berat Normal 31.2 Overweight

C40 28 8 Normal Normal 24 Overweight

C41 36 16 Ringan Tidak Normal 17.6 Underweight

C42 28 9 Normal Normal 20 Normal

C43 20 22 Sedang Tidak Normal 22.5 Normal

C44 36 21 Sedang Tidak Normal 23 Overweight

C45 28 21 Sedang Normal 23.1 Overweight

C46 28 6 Normal Normal 20 Normal

C47 28 7 Normal Normal 18.4 Underweight

C48 28 13 Normal Normal 20.5 Normal

C49 28 34 Sangat Berat Normal 25.2 Overweight

C50 28 18 Ringan Normal 28.8 Overweight

(9)

C52 28 15 Normal Normal 20.3 Normal

C53 28 16 Ringan Normal 25 Overweight

C54 28 6 Normal Normal 21.9 Normal

C55 28 15 Normal Normal 24.2 Overweight

C56 28 6 Normal Normal 26.4 Overweight

C57 28 20 Sedang Normal 18 Underweight

C58 28 4 Normal Normal 19.7 Normal

C59 28 16 Ringan Normal 21 Normal

C60 28 16 Ringan Normal 16 Underweight

C61 28 14 Normal Normal 26.3 Overweight

C62 20 10 Normal Tidak Normal 25.3 Overweight

C63 28 29 Berat Normal 21.4 Normal

C64 28 6 Normal Normal 17.6 Underweight

C65 28 13 Normal Normal 19.9 Normal

C66 28 28 Berat Normal 20.5 Normal

C67 28 16 Ringan Normal 22.2 Normal

C68 20 15 Normal Tidak Normal 21 Normal

C69 28 8 Normal Normal 21.9 Normal

C70 36 25 Sedang Tidak Normal 19.2 Normal

C71 28 12 Normal Normal 24 Overweight

C72 28 25 Sedang Normal 19.1 Normal

C73 36 12 Normal Tidak Normal 21.7 Normal

C74 28 6 Normal Normal 19.2 Normal

C75 28 12 Normal Normal 23.4 Overweight

C76 20 7 Normal Tidak Normal 20 Normal

C77 28 10 Normal Normal 29.7 Overweight

(10)

C79 28 13 Normal Normal 21.5 Normal

C80 28 14 Normal Normal 18.8 Normal

C81 28 2 Normal Normal 28.6 Overweight

C82 28 11 Normal Normal 19.7 Normal

C83 28 17 Ringan Normal 21.3 Normal

C84 28 10 Normal Normal 23.1 Overweight

C85 28 18 Ringan Normal 22.2 Normal

C86 36 9 Normal Tidak Normal 28.3 Overweight

C87 28 12 Normal Normal 17.6 Underweight

C88 28 0 Normal Normal 20.7 Normal

C89 28 10 Normal Normal 21.6 Normal

C90 28 9 Normal Normal 29.4 Overweight

C91 28 14 Normal Normal 17.2 Underweight

C92 28 14 Normal Normal 22.5 Normal

C93 28 26 Berat Normal 32.8 Overweight

C94 28 14 Normal Normal 19.7 Normal

C95 28 17 Ringan Normal 17 Underweight

C96 28 22 Sedang Normal 24.8 Overweight

C97 28 13 Normal Normal 20.1 Normal

C98 20 15 Normal Tidak Normal 24.9 Overweight

C99 28 11 Normal Normal 20.9 Normal

C100 28 21 Sedang Normal 21.2 Normal

C101 20 13 Normal Tidak Normal 20.5 Normal

C102 28 11 Normal Normal 22.6 Normal

C103 28 8 Normal Normal 27.8 Overweight

C104 28 21 Sedang Normal 22 Normal

(11)

C106 28 6 Normal Normal 20.7 Normal

C107 28 8 Normal Normal 18 Underweight

C108 28 7 Normal Normal 16.3 Underweight

C109 28 8 Normal Normal 20.7 Normal

C110 28 7 Normal Normal 25 Overweight

C111 28 7 Normal Normal 23.6 Overweight

C112 28 11 Normal Normal 19.7 Normal

C113 28 9 Normal Normal 20.4 Normal

C114 28 18 Ringan Normal 28.5 Overweight

C115 28 21 Sedang Normal 17.9 Underweight

C116 28 10 Normal Normal 21.3 Normal

C117 28 28 Berat Normal 18.6 Normal

C118 28 9 Normal Normal 23.2 Overweight

C119 28 2 Normal Normal 21.2 Normal

C120 28 7 Normal Normal 19.5 Normal

C121 20 21 Sedang Tidak Normal 22.1 Normal

C122 28 12 Normal Normal 17 Underweight

C123 28 17 Ringan Normal 18.7 Normal

C124 28 7 Normal Normal 19.2 Normal

C125 20 19 Sedang Tidak Normal 22.8 Normal

C126 28 17 Ringan Normal 19.1 Normal

C127 28 15 Normal Normal 25.5 Overweight

C128 28 9 Normal Normal 24 Overweight

C129 28 18 Ringan Normal 21.2 Normal

C130 28 13 Normal Normal 27 Overweight

C131 28 26 Berat Normal 25 Overweight

(12)

C133 28 23 Sedang Normal 21.2 Normal

C134 28 7 Normal Normal 19.2 Normal

C135 28 13 Normal Normal 16.2 Underweight

C136 28 6 Normal Normal 16.2 Underweight

C137 28 11 Normal Normal 27.2 Overweight

C138 28 9 Normal Normal 26.8 Overweight

C139 28 25 Sedang Normal 24.6 Overweight

C140 28 19 Sedang Normal 22.5 Normal

C141 28 4 Normal Normal 19.7 Normal

C142 28 13 Normal Normal 22.5 Normal

C143 28 12 Normal Normal 23 Overweight

C144 28 5 Normal Normal 22 Normal

C145 28 17 Ringan Normal 18.7 Normal

C146 28 9 Normal Normal 21.6 Normal

C147 28 7 Normal Normal 19.6 Normal

C148 28 4 Normal Normal 20.8 Normal

C149 28 18 Ringan Normal 22 Normal

C150 28 4 Normal Normal 20.1 Normal

C151 28 15 Normal Normal 18.4 Underweight

C152 36 10 Normal Tidak Normal 19.7 Normal

C153 28 10 Normal Normal 20 Normal

C154 28 14 Normal Normal 18.8 Normal

C155 28 14 Normal Normal 18.2 Underweight

C156 28 14 Normal Normal 24 Overweight

C157 28 18 Ringan Normal 18.6 Normal

C158 28 12 Normal Normal 24.6 Overweight

(13)

C160 20 15 Normal Tidak Normal 18.5 Normal

C161 28 17 Ringan Normal 19.7 Normal

C162 20 11 Normal Tidak Normal 19.8 Normal

C163 28 8 Normal Normal 21 Normal

C164 20 12 Normal Tidak Normal 20.8 Normal

C165 28 12 Normal Normal 21.8 Normal

C166 28 4 Normal Normal 21.9 Normal

C167 28 17 Ringan Normal 22.4 Normal

C168 36 10 Normal Tidak Normal 22.6 Normal

C169 28 9 Normal Normal 18.5 Normal

C170 36 11 Normal Tidak Normal 21.7 Normal

C171 20 8 Normal Tidak Normal 21.2 Normal

C172 36 18 Ringan Tidak Normal 18.6 Normal

C173 28 14 Normal Normal 19.2 Normal

C174 28 3 Normal Normal 15.8 Underweight

C175 28 3 Normal Normal 20.8 Normal

C176 20 9 Normal Tidak Normal 19.9 Normal

C177 28 14 Normal Normal 17.9 Underweight

C178 28 11 Normal Normal 20 Normal

C179 20 20 Sedang Tidak Normal 19.1 Normal

(14)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Predicted Value

N 180

Normal Parametersa,b Mean 27,6888889 Std. Deviation ,06948037

Most Extreme Differences

Absolute ,081

Positive ,081

Negative -,044

Kolmogorov-Smirnov Z 1,085

Asymp. Sig. (2-tailed) ,190

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Statistics

Kelompok tingkat stres

N

Valid 180

Missing 0

Kelompok tingkat stres

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Normal 127 70,6 70,6 70,6

ringan 22 12,2 12,2 82,8

sedang 22 12,2 12,2 95,0

berat 8 4,4 4,4 99,4

sangat berat 1 ,6 ,6 100,0

(15)

Frequencies

Statistics

Klasifikasi siklus menstruasi

N

Valid 180

Missing 0

Klasifikasi siklus menstruasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

normal 149 82,8 82,8 82,8

tidak normal 31 17,2 17,2 100,0

Total 180 100,0 100,0

Frequencies

Statistics

Klasifikasi IMT

N Valid 180

Missing 0

Klasifikasi IMT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Normal 104 57,8 57,8 57,8

Underweight 28 15,6 15,6 73,3

Overweight 48 26,7 26,7 100,0

(16)

Nonparametric Correlations

Correlation Coefficient 1,000 ,012

Sig. (2-tailed) . ,869

N 180 180

Tingkat stres responden

Correlation Coefficient ,012 1,000

Sig. (2-tailed) ,869 .

N 180 180

Klasifikasi IMT * Klasifikasi siklus menstruasi Crosstabulation

Count

Klasifikasi IMT 2 * Klasifikasi siklus menstruasi Crosstabulation

(17)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 1,524a 1 ,217

Continuity Correctionb 1,071 1 ,301

Likelihood Ratio 1,560 1 ,212

Fisher's Exact Test ,237 ,150

Linear-by-Linear Association 1,516 1 ,218

N of Valid Cases 180

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,09.

(18)

36

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, T. A., Rahayu, I. T., & Sholichatun, Y. 2007. Psikologi Klinis.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Damanik, E. D. 2011. Pengujian Reliabilitas, Validitas, Analisis Item dan

Pembuatan Norma.

Available from: http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-94859.pdf

Ganong, W. F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C. 2011. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 12.

Singapura: Elsevier.

Hidayat, D. R. 2009. Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga

Kesehatan. Jakarta: TIM.

Lovibond, S. H., & Lovibond, P. F. 1995. Depression, Anxiety, and Stress Scales.

Available from: http://serene.me.uk/test/dass-42.pdf

Manuaba, I. A., Manuaba, I. B., & Manuaba, I. B. 2010. Buku Ajar Penuntun

Kuliah Ginekologi. Jakarta: TIM.

Maramis, W. F. 1995. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University

Press.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Price, S. A., & Wilson, L. M. 2014. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

(19)

37

Primastuti, H. N. 2012. Hubungan Obesitas dengan Ketidakteraturan Siklus

Menstruasi. Skripsi , 33-36.

Available from: http://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/26060

Rakhmawati, A. 2012. HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN

GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA WANITA DEWASA

MUDA. Artikel Penelitian , 5-6. Available from:

http://eprints.undip.ac.id/38607/1/504_ASNIYA_RAKHMAWATI_G2C00

8010.pdf

Ranabir, S., & Reetu, K. 2011. Stress and Hormones. Indian Journal of

Endocrinology and Metabolism , 2-4. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3079864/

Saerang, A. 2014. Hubungan Antara Stres Dengan Pola Menstruasi Pada

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Angkatan 2010. Jurnal e- Clinic . Available from:

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/5759

Sastrawinata, S. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Fakultas Kedokteran Unpad.

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2013. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian

Klinis. Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto.

(20)

21

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DIFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka peneliti

mengembangkan kerangka konsep yang terdiri dari 2 variabel, yaitu:

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 : Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

(21)
(22)

23

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat analitik dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan

antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September s/d Oktober 2015.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian

ini yaitu mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.

4.3.2 Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability

sampling. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive

sampling, dimana semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi

kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang

(23)

24

Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswi FK USU tahun masuk 2012 yang aktif mengikuti kuliah

b. Mahasiswi FK USU yang bersedia sebagai responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Responden yang tidak mengisi dengan lengkap jawaban kuesioner

b. Mempunyai penyakit hormonal

c. Responden yang sudah menikah dan melahirkan

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

n = besar sampel

N = Populasi (329 orang)

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05)

n = 180

(24)

25

4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data secara langsung (data

primer) berupa kuesioner yang telah di uji validasi dan realibilitasnya, kemudian

diisi oleh responden (mahasiswi) secara langsung.

4.4.1 Data Sekunder

Jumlah mahasiswi tahun masuk 2012 diperoleh dari bagian

kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, sebelum

meninggalkan tempat penelitian, kelengkapan jawaban kuesioner diperiksa

terlebih dahulu oleh peneliti. Kedua coding yaitu memberikan kode angka tertentu

pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis.

Ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer

dengan menggunakan SPSS. Keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek

kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak

(Notoatmodjo, 2012).

Data penelitian yang diperoleh akan dianalisa dengan analisis univariat

dan bivariat. Univariat untuk mendistribusikan semua data berdasarkan usia haid

pertama, BMI, tingkat stres, dan siklus menstruasi. Bivariat untuk menunjukkan

hubungan kedua variabel dimana sebelumnya semua data akan diuji

normalitasnya dengan menggunakan kolmogorov smirnov test. Jika data

berdistribusi normal (p> 0,05) maka digunakan uji korelasi pearson, sedangkan

(25)

26

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang terletak di jalan dr. Mansyur NO. 5, Medan, Sumatera Utara.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi FK USU tahun masuk

2012 yang berjumlah 180 orang, satu orang telah dikeluarkan karena adanya

penyakit yang berhubungan dengan hormonal.

5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan umur dapat dibagi menjadi

beberapa kelompok (Tabel 5.1)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

f %

Umur

 19 tahun 19 10,6  20 tahun 25 13,8  21 tahun 124 68,8

 22 tahun 12 6,8 Jumlah 180 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan umur,

(26)

27

(68,8%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu umur 22 tahun sebanyak 12 orang

(6,8%).

5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarche

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan usia menarche dapat dibagi

menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.2).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche f % Usia Menarche

 12 tahun 46 25,6  13 tahun 55 30,5  14 tahun 79 43,9 Jumlah 180 100

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan umur

menarche, dimana responden yang terbanyak yaitu menarche pada umur 14 tahun

sebanyak 79 orang (43,9%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu menarche pada

umur 12 tahun sebanyak 46 orang (25,6%).

5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Stres

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan tingkatan stres dapat dibagi

menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.3).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Stres Tingkatan Stres n (%) Tidak stres 127 70,6 Ringan 22 12,2 Sedang 22 12,2 Berat 8 4,4 Sangat berat 1 0,6 Jumlah 180 100

Dari Tabel 5.3 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan tingkatan stres,

(27)

28

Sedangkan yang paling sedikit yaitu dengan stres berat sebanyak 1 orang (0,6%).

Jumlah responden yang mengalami stres sebanyak 53 orang.

5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan siklus menstruasi dapat

dibagi menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi Siklus Menstruasi n (%) Normal 149 82,8 Tidak normal 31 17,2 Jumlah 180 100

Tabel 5.4 menunjukkan jumlah responden dengan siklus menstruasi

normal lebih banyak daripada responden dengan siklus menstruasi tidak normal.

5.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Deskripsi karakteristik responden berdasarkan indeks massa tubuh dapat

dibagi menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.5).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh n (%) Normal 104 57,8 Overweight 48 26,7 Underweight 28 15,6 Jumlah 180 100

Dari tabel 5.5 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan indeks massa

tubuh, dimana yang terbanyak yaitu responden dengan IMT normal sebanyak 104

(28)

29

5.1.2.6 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Tingkat Stres Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Tingkatan Stres

Tingkat Stres Siklus Menstruasi Jumlah

Normal Tidak Normal

n % n % Tidak Stres 107 84,2 20 15,7 127 Ringan 20 90,9 2 9,1 22 Sedang 14 63,6 8 36,4 22 Berat 7 87,5 1 12,5 8 Sangat berat 1 100 0 0 1 Jumlah 149 31 180

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang berada pada keadaan tidak

stres lebih banyak mengalami siklus menstruasi yang tidak normal (15,7%).

5.1.2.7 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Indeks Massa Tubuh Tabel 5.7 Distribusi frekuensi siklus menstruasi menurut IMT

IMT Siklus Menstruasi Jumlah

Normal Tidak Normal n % n %

Normal 83 79,8 21 20,2 104 Overweight 40 83,3 8 16,7 48 Underweight 26 92,8 2 7,2 28 Jumlah 149 31 180

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden dengan indeks massa tubuh

(29)

30

5.1.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi Tabel 5.8 Analisis Uji Korelasi Spearman

Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi

Variabel Stres Siklus Menstruasi

Stres 0,869

Sikls Menstruasi 0,869

Melalui uji normalitas, didapat bahwa data pada penelitian ini tidak

berdistribusi normal. Hubungan stres dengan siklus menstruasi pada penelitian ini

diidentifikasi dengan dengan uji statistik Spearman.

Tabel 5.8 menunjukkan nilai p = 0,869 (p>0,05). Dengan demikian

hipotesis pada penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa tidak ada hubungan stres

dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.

5.2 Pembahasan 5.2.1 Tingkatan Stres

Melalui Tabel 5.3, dapat dilihat bahwa tingkatan stres pada mahasiswi FK

USU tahun masuk 2012 lebih banyak pada keadaan tidak stres. Dimana responden

yang tidak stres sebanyak 127 orang (70,6%), sedangkan responden dengan stres

sebanyak 53 orang (29,4%). Responden dengan stres terbagi menjadi beberapa

tingkatan. Responden dengan stres ringan sebanyak 22 orang (12,2%), stres

sedang 22 orang (12,2%), stres berat 8 orang (4,4%), dan stres sangat berat 1

orang (0,6%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rakhmawati (2012) dimana dilakukan penelitian pada 60 wanita umur 19-25

(30)

31

responden dalam keadaan stres. Responden yang tidak stress sebanyak 63,3% dan

dengan tingkatan stress sebanyak 36,7%.

Namun ditemukan hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Nur’Aini (2011) pada mahasiswi salah satu asrama putri Universitas Andalas. Dari 178 responden ditemukan stres sedang lebih banyak yaitu sebanyak 75,28%.

Purwati (2012) mendapatkan perbedaan tingkatan stres berdasarkan usia, jenis

kelamin, indeks prestasi, dan kondisi kesehatan pada mahasiswa jalur regular di

Universitas Indonesia. Hal ini menerangkan bahwa stres pada mahasiswa dapat

dipengaruhi oleh banyak faktor.

Ditemukan juga hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh

Rozaq (2014) pada mahasiswa dalam proses mengerjakan skripsi di UIN Sunan

Ampel, dimana ditemukan stres berat sebanyak 30,7% dan stres sedang sebanyak

69,3% dari responden yang berjumlah 26 orang. Dalam penelitiannya tidak

ditemukan responden yang tidak stres.

5.2.2 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi dalam penelitian ini lebih banyak dalam keadaan

normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4 dimana jumlah responden dengan

siklus menstruasi normal sebanyak 149 orang (82,8%), sedangkan responden

dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak 31 orang (17,2%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shoufiah (2015)

pada mahasiswa usia 18-21 tahun, dimana ditemukan responden dengan siklus

menstruasi normal sebanyak 54,5% sedangkan responden dengan siklus

menstruasi tidak normal sebanyak 45,5% dari keseluruhan responden yang

berjumlah 132 orang.

Pinasti (2012) melalui penelitiannya pada Siswi di SMA N 1 Kendal

menemukan hasil yang sejalan dengan penelitian ini. Dalam penelitiannya

(31)

32

sebanyak 56,1%, sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak teratur

sebanyak 43,9% dari 66 orang responden.

Dewi,dkk (2014) menemukan hasil yang berbeda melalui penelitiannya

pada mahasiswi tahun keempat STIKES Wira Medika Bali. Dalam penelitiannya

ditemukan responden dengan siklus menstruasi normal sebanyak 24,2%,

sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak75,8% dari

keseluruhan responden yang berjumlah 66 orang.

Hasil yang berbeda juga ditemukan melalui penelitian yang dilakukan oleh

Toduho, dkk (2014). Penelitian ini dilakukan pada siswi SMAN 3 Tidore yang

berjumlah 68 orang. Melalui penelitiannya ditemukan reponden dengan siklus

menstruasi normal sebanyak 38,2%, sedangkan responden dengan siklus

menstruasi tidak normal sebanyak 61,8%.

5.2.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus

menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Namun dalam penelitian

ini tidak ditemukan hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada

mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Dapat dilihat melalui Tabel 5.8 yaitu

dengan nilai p = 0,869 (p>0,05). Hasil penelitian menunjukkan responden dengan

siklus menstruasi yang tidak teratur lebih banyak pada keadaan tidak stres dan

indeks massa tubuh yang normal. Hal ini dapat akibat adanya faktor lain yang

dapat mempengaruhi siklus menstruasi seperti aktivitas fisik, indeks massa tubuh,

hormonal, dan konsumsi obat-obat yang dapat menghambat siklus menstruasi.

Beberapa penelitian menyimpulkan adanya hasil yang signifikan

hubungan antara stres dengan siklus menstruasi. Menurut Nasution (2011),

terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi. Responden dalam penelitian

berjumlah 139 orang. Hasil penelitian menunjukkan 79,1% responden dengan

stres didapati 23,7% responden mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur

(32)

33

tidak teratur. Berdasarkan hasil uji Chi Square ditemukan hubungan yang

signifikan antara stres dengan siklus menstruasi dimana p value 0,003 (p < 0,05).

Shoufiah (2015), melalui penelitiannya pada mahasiswi jalur umum usia

18-21 tahun menemukan adanya hubungan antara stres dengan siklus menstruasi.

Ditemukan bahwa dari 65 responden yang tidak mengalami stres, sebanyak 72,3%

mengalami siklus menstruasi normal dan sebanyak 27,7% mengalami siklus

menstruasi yang tidak normal. Sedangkan dari 67 responden yang mengalami

stres, sebanyak 37,3% mengalami siklus menstruasi normal dan sebanyak 62,7%

mengalami siklus menstruasi yang tidak normal.

Melalui beberapa penelitian, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh telah

berhasil dibuktikan sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi siklus

menstruasi. Sri Mulyani, dkk (2008), menyimpulkan bahwa aktivitas fisik

intensitas tinggi bisa sebagai faktor risiko terhadap gangguan siklus menstruasi

walaupun hanya bersifat sementara. Ini berarti aktivitas fisik intensitas tinggi

tidak selalu menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. Karena aktivitas fisik

intensitas tinggi yang menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur yaitu yang

menyebabkan stres psikologis, deplesi massa tubuh, defisit kalori kronis,dan

lain-lain. Melalui penelitiannya, ditemukan 34 orang dengan aktivitas fisik intensitas

rendah dan sedang, dimana 24 responden dengan siklus menstruasi teratur dan 10

responden dengan siklus menstruasi tidak teratur. Sedangkan untuk aktivitas fisik

intensitas tinggi sebanyak 11 orang, dimana 7 responden dengan siklus menstruasi

teratur dan 4 responden dengan siklus menstruasi tidak teratur (p = 0,717).

Primastuti (2012), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

obesitas dengan siklus menstruasi. Obesitas berisiko 3,5 kali lipat menyebabkan

siklus menstruasi menjadi tidak teratur (OR = 3,5). Dari total 176 orang

responden, 30 responden memiliki BMI > 25kg/m2 (obesitas) dan 46 sampel

memiliki IMT antara 18,5-24,9 kg/m2. Hasil pengujian data untuk hubungan

obesitas dengan siklus menstruasi menggunakan uji Chi Square menunjukkan

(33)

34

melalui jaringan adiposa yang secara aktif mempengaruhi rasio hormon estrogen

dan androgen (Rakhmawati, 2012).

Gudmundsdottir, dkk (2011) membuktikan adanya hubungan antara

aktivitas fisik dengan siklus menstruasi (p = 0,033), riwayat merokok dengn siklus

menstruasi (p = 0,05), stres psikologis dengan siklus menstruasi (p = 0,00) dan

pendidikan dengan siklus menstruasi (p = 0,132).

5.2.4 Kelemahan Penelitian

Di dalam penelitian ini terdapat kelemahan yang dapat menyebabkan

hipotesa ditolak. Kuesioner stres diisi bersamaan waktunya dengan kuesioner

siklus menstruasi 3 bulan terakhir yang dapat menyebabkan bias pada data.

Dimana kemungkinan 3 bulan sebelum pengumpulan data siklus menstruasi

responden belum dipengaruhi oleh stres psikologis ketika data dikumpulkan.

Sehingga stres dengan siklus menstruasi responden tidak dapat dihubungkan.

Penelitian mungkin akan signifikan apabila siklus menstruasi responden di-follow

up dengan kalender menstruasi selama 3 bulan, supaya data siklus menstruasi

lebih nyata dan tidak dikarang oleh responden sampai tingkat stres ditemukan dan

(34)

35

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tidak terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi

FK USU tahun masuk 2012 (p>0,05)

2. Stres responden terdiri dari berbagai tingkatan, dimana lebih banyak

responden yang tidak stres

3. Siklus menstruasi responden lebih banyak siklus menstruasi yang normal

6.2 Saran

1. Penelitian dilakukan dengan follow up menstruasi selama 3 bulan dengan

menggunakan kalender menstruasi

2. Mahasiswi FK USU dengan kelainan siklus menstruasi melakukan

evaluasi pribadi untuk mengetahui penyebab kelainan siklus menstruasi

3. Mahasiswi FK USU dengan keadaan stres harus mengatasi stres

(35)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres

2.1.1 Definisi Stres

Stres adalah respon nonspesifik generalisata tubuh terhadap setiap faktor

yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan kemampuan kompensasi

tubuh untuk mempertahankan homeostasis (Sherwood, 2012). Sebagian stres ini

akan mengakibatkan besar dari stres ini akan mengaktifkan respon tanggapan

(counteractions) di tingkat molekul, sel, atau sistemik yang cenderung

memulihkan sebelumnya, yaitu, respon tersebut adalah reaksi homeostasis

(Ganong, 2012).

2.1.2 Patofisiologi Stres

Respon terhadap stres dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh

hipotalamus. Hipotalamus menerima masukan stresor fisik atau emosi dari hampir

semua bagian otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respons,

hipotalamus secara langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis, mengeluarkan

CRH ( Corticotropin Releasing Hormon) untuk merangsang pengeluaran ACTH

dan kortisol, serta memicu pelepasan vasopresin. Stimulasi simpatis, pada

gilirannya menyebabkan sekresi epinefrin, yang sama-sama memiliki efek pada

sekresi insulin dan glukagon oleh pankreas. Selain itu, vasokonstriksi arteriol

aferen ginjal oleh katekolamin secara tidak langsung merangsang renin dengan

mengurangi aliran darah beroksigen ke ginjal. Renin, selanjutnya, mengaktifkan

sistem renin-angiotensin-aldosteron. Dengan cara ini, hipotalamus

mengintegrasikan respon sistem saraf simpatis dan sistem endokrin selama stres

(Sherwood, 2012).

Agen penginduksi respon secara tepat disebut sebagai stresor, sementara

stres merujuk kepada keadaan yang ditimbulkam oleh stresor. Jenis-jenis

(36)

5

dapat menginduksi respon stres: fisik (trauma, pembedahan, panas atau dingin

hebat); kimia (penurunan pasokan O2,ketidakseimbangan asam-basa); fisiologik

(olahraga berat, syok hemoragik, nyeri); infeksi (invasi bakteri); psikologis atau

emosional (rasa cemas, ketakutan, kesedihan); dan sosial (konflik perorangan,

perubahan gaya hidup (Sherwood,2012).

2.1.3 Perubahan Hormon Akibat Stres

Adapun hormon-hormon yang mengalami perubahan selama stres, yaitu :

a. Kortisol

Kortisol berperan kunci dalam adaptasi terhadap stres. Segala jenis stres

merupakan rangsangan utama bagi peningkatan sekresi kortisol. Meskipun peran

persis kortisol dalam adaptasi terhadap stres belum diketahui namun penjelasan

yang spekulatif tetapi masuk akal adalah sebagai berikut. Manusia primitif atau

hewan yang terluka atau menghadapi situasi yang mengancam nyawa harus

bertahan tanpa makan. Pergeseran dari penyimpanan protein dan lemak ke

peningkatan simpanan karbohidrat dan ketersediaan glukosa darah yang

ditimbulkan oleh kortisol akan membantu melindungi otak dari malnutrisi selama

periode puasa terpaksa tersebut. Juga, asam-asam amino yang dibebaskan oleh

penguraian protein akan menjadi pasokan yang siap digunakan untuk

memperbaiki jaringan jika terjadi cedera fisik. Karena itu, terjadi peningkatan

cadangn glukosa, asam amino, dan asam lemak yang dapat digunakan sebagai

kebutuhan.

Peningkatan drastis sekresi kortisol, yang diperantarai oleh susunan saraf

pusat melalui peningkatan aktivitas sistem CRH-ACTH, terjadi sebagai respon

terhadap segala jenis situasi stres. Besar peningkatan konsentrasi kortisol plasma

umumnya setara dengan intensitas stimulasi stres berat menyebabkan peningkatan

(37)

6

b. Katekolamin

Stimulasi sumbu hipofisis - adrenal dikaitkan dengan pelepasan katekolamin.

Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung, aliran darah ke otot rangka,

retensi natrium, penurunan motilitas usus, vasokonstriksi kulit, peningkatan

glukosa, dilatasi bronkiolus, dan aktivasi perilaku.

Perbedaan antara persepsi keadaan internal atau eksternal menyebabkan

tanggapan stres yang melibatkan beberapa sistem homeostatis. Keadaan seperti

hipoglikemia, hipoksia, perdarahan, kolaps sirkulasi menimbulkan aktivasi SAMS

termasuk stimulasi jantung, splanchnic, kulit, dan vasokonstriksi ginjal. Dalam

situasi ini, aktivitas SAMS berkoordinasi dengan sistem saraf parasimpatis, sistem

hipofisis-adrenocortical, dan mungkin beberapa sistem neuropeptida (Ranabir, S.,

& Reetu, K., 2011).

c. Vasopresin dan Renin-Angiotensin-Aldosteron

Secara bersama-sama, hormon-hormon ini meningkatkan volume plasma

dengan mendorong retensi garam dan H2O. Peningkatan volume plasma

diperkirakan berfungsi sebagai tindakan protektif untuk mempertahankan tekanan

darah seandainya terjadi kehilangan cairan plasma melalui perdarahan atau

berkeringat berlebihan selama periode bahaya. Vasopresin dan angiotensin juga

memiliki efek vasopresor langsung, yang dapat bermanfaat dalam

mempertahankan tekanan arteri jika terjadi kehilangan darah akut. Vasopresin

juga dipercayai mampu mempermudah proses belajar, yang berdampak pada

adaptasi terhadap stres di mana mendatang (Sherwood, 2012).

d. Gonadotropin

Stres menyebabkan penekanan gonadotropin dan hormon steroid lainnya yang

akan menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Tekanan psikologis dan sosial

yang akut dan kronis dapat mengganggu sekresi hormon reproduksi dalam

berbagai spesies primata, bukan hanya manusia. Gangguan ini bisa halus, yang

(38)

7

penurunan tingkat kesuburan dan perilaku reproduksi. Faktor-faktor yang

berkontribusi terhadap variabilitas respon sumbu reproduksi termasuk jenis stres,

besarnya dan durasi stres, persepsi stres oleh individu, status sosial individu,

tingkat bersamaan perilaku agresif yang ditampilkan oleh individu, dan aktivitas

reproduksi. Namun, lebih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk memahami

mekanisme yang mendasari penurunan sumbu reproduksi oleh tekanan psikologis

dan sosial, serta mekanisme yang mendasari perbedaan kerentanan terhadap

gangguan stres yang disebabkan fungsi reproduksi dalam individu. Terlalu lama

stres dapat menyebabkan gangguan fungsi reproduksi . Perjalanan gonadotrophin

releasing hormon ke hipofisis menurun karena peningkatan sekresi CRH (Ranabir,

S., & Reetu, K., 2011).

e. Hormon Tiroid

Fungsi tiroid biasanya menurun selama kondisi stres. Stres menghambat

sekresi thyroid- stimulating hormone (TSH) melalui aksi glukokortikoid pada

sistem saraf pusat. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa stres akut

dan berulang dapat mengubah sekresi hormon (Ranabir, S., & Reetu, K.., 2011).

f. Hormon Pertumbuhan

Kegagalan pertumbuhan tanpa etiologi bisa terkait dengan gangguan perilaku

dan stres psikososial. Kondisi ini meliputi gagal tumbuh, pengerdilan sekunder,

kekurangan gizi kronis, dan hipopituitarisme idiopatik. Beberapa anak

menunjukkan pertumbuhan yang memuncak spontan ketika dihindarkan dari

sumber stres (Ranabir, S., & Reetu, K.., 2011).

2.1.4 Sumber Stres

Kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau sumber,

dalam istilah yang lebih umum disebut stressor. Stressor adalah keadaan atau

situasi, obyek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Secara umum, stressor

(39)

8

a. Stressor Fisik

Bentuk dari stressor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising,

polusi udara, keracunan, obat-obatan (bahan kimiawi).

b. Stressor Sosial

i. Stressor sosial, ekonomi dan politik, misalnya tingkat inflasi yang tinggi,

tidak ada pekerjaan, pajak yang tinggi, perubahan teknologi yang cepat,

kejahatan.

ii. Keluarga, misalnya peran seks, iri,cemburu, kematian anggota keluarga,

masalah keuangan, perbedaan gaya hidup dengan pasangan atau anggota

keluarga yang lain.

iii. Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan yang

kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatihan, aturan kerja.

iv. Hubungan interpersonal dan lingkungan, misalnya harapan sosial yang

terlalu tinggi, pelayanan yang buruk, hubungan sosial yang buruk.

c. Stressor Psikologik

1. Frustasi

Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada

hambatan.

2. Ketidakpastian

Apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti

mengenai masa depan atau pekerjaannya. Atau merasa selalu bingung dan

tertekan, rasa bersalah, perasaan khawatir dan inferior (Dede, 2009).

2.1.5 Gejala Stres

Gejala terjadinya stres secara umum terdiri dari 2 (dua) gejala, yaitu:

a. Gejala Fisik

Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah :

nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah,

(40)

9

b. Gejala Psikis

Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat

marah, ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menyelesaikan

tugas, perilaku impulsive, reaksi berlebihan terhadap hal sepele, daya kemampuan

berkurang, tidak mampu santai pada saat yang tepat, tidak tahan terhadap suara

atau gangguan lain, dan emosi tidak terkendali (Dede, 2009).

2.1.6 Tingkatan Respon Terhadap Stres

Hans Selye membagi stres menjadi tiga, yaitu:

a. Eustress

Eustress adalah respon stres ringan yang menimbulkan rasa bahagia,

senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi

bersifat positif, misalnya lulus ujian, atau kondisi ketika menghadapi perkawinan.

b. Distress

Distress merupakan respon stres yang buruk dan menyakitkan, sehingga

tidak mampu lagi diatasi.

c. Optimal Stress

Optimal stress atau Neustress adalah stres yang berada antara eustress

dan distress, merupakan respon stres yang menekan namun masih seimbang

sehingga seseorang merasa tertantang untuk menghadapi masalah dan memacu

untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani

bersaing (Dede, 2009).

2.1.7 Tahapan Stres

Tahapan Stres menurut Amberg (dalam) memiliki enam tahapan, yaitu:

a. Stres Tingkat I

Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya

disertai perasaan-perasaan sebagai berikut:

1. Semangat besar

(41)

10

3. Energi dan gugup yang berlebihan, kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan

lebih dari biasanya

4. Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang bertambah semangat, tanpa

disadari bahwa cadangan energinya sedang menipis

b. Stres Tingkat II

Pada tahap ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan

timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang

hari. Keluhan yang sering digunakan sebagai berikut:

1. Merasa letih sewaktu bangun pagi

2. Merasa letih sesudah makan siang

3. Merasa lelah menjelang sore hari

4.Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut

kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar

5. Perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk (belakang leher)

6. Perasaan tidak santai

c. Stres Tingkat III

Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai gejala sebagai

berikut:

1. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ke belakang)

2. Otot-otot terasa lebih tegang

3. Perasaan tegang yang semakin meningkat

4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali,

atau bangun terlalu pagi

5. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)

6. Pada tahap ini eksekutif harus berkonsultasi pada dokter, psikolog, kecuali

kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat

(42)

11

d. Stres Tingkat IV

Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk ditandai

dengan gejala sebagai berikut:

1. Untuk bertahan sepanjang hari terasa lebih sulit

2. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan terasa semakin sulit

3. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan

kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat

4. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini

hari

5. Perasaan negativistik

6. Kemampuan konsentrasi menurun tajam

7. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa

e. Stres Tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahap IV,

dengan gejala sebagai berikut:

1. Keletihan yang mendalam (physical dan psychological exhaution)

2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sedehana saja terasa kurang mampu

3. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang

air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang

4. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik

f.Stres Tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat

darurat. Tidak jarang eksekutif dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejala dalam

tahap ini cukup mengerikan.

Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan karena zat adrenalin yang

dikeluarkan akibat stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah, nafas sesak,

megap-megap, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran. Tenaga untuk

(43)

12

2.1.8 Klasifikasi Stres

Klasifikasi stres menurut Stuart dan Sundeen (1998) adalah sebagai berikut:

a. Stres Ringan

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi

ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai

kemungkinan yang terjadi.

b. Stres sedang

Pada stres tingkat ini individu lebih cenderung memfokuskan hal penting

saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan

persepsinya.

c. Stres Berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung

memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan

lain dan memerlukan banyak pengarahan.

2.2. Menstruasi

2.2.1 Siklus Menstruasi Normal

Menstruasi disebabkan oleh pengurangan mendadak progesteron dan

estrogen pada akhir siklus haid ovarium. Efek pertama adalah penurunan

rangsangan sel-sel endometrium oleh kedua hormon tersebut, diikuti dengan cepat

oleh involusi endometrium itu sendiri sampai sekitar 65 persen tebal sebelumnya.

Selama 24 jam sebelumnya mulai menstruasi, pembuluh darah yang menuju ke

lapisan mukosa endometrium menjadi vasospastik, mungkin karena beberapa efek

involusi, seperti pengeluaran zat vasokonstriktor. Vasospasme dan kehilangan

rangsang hormonal mulai menimbulkan nekrosis pada endometrium. Sebagai

akibatnya, darah merembes dalam lapisan vaskular endometrium, area perdarahan

mulai terbentuk setelah 24 sampai 36 jam. Lambat laun, lapisan luar endometrium

(44)

13

mulainya menstruasi, semua lapisan superfisisal endometrium telah mengalami

deskuamasi. Jaringan deskuamasi dan darah dalam kubah uterus memulai

kontraksi uterus yang mengeluarkan isi uterus.

Selama menstruasi normal, sekitar 35 ml darah dan 35 mL cairan serosa

hilang. Cairan menstruasi ini dalam keadaan normal tidak membeku, karena

fibrinolisin dikeluarkan bersama dengan endometrium yang nekrotik.

Dalam tiga sampai tujuh hari setelah menstruasi mulai, perdarahan

berhenti karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi penuh

(Guyton, 2011).

Menurut Sarwono (2011), siklus menstruasi terbagi atas :

1. Fase Folikular

Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium.

FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium.

Umumnya hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel de Graaf dan

yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel

yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel-sel granulosa menyintesis

progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular selama paruh pertama siklus

menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel

teka interna yang mengelilinginya. Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada

teka interna. Jalur biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron dan

pregnenolon melalui 17-hidroksilasi turunan dari androstenedion, testosteron, dan

estreadiol. Kandungan enzim aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini

mempercepat perubahan androgen menjadi estrogen.

Di dalam folikel, oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada

waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih

banyak ke dalam sistem ini. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan

(45)

14

2. Fase Ovulasi

Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi pascakeluarnya oosit

dan folikel. Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan

oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam pascapuncak kadar

estrogen (estradiol) dan 10-12 jam pascapuncak LH. Di lapangan awal lonjakan

LH digunakan sebagai pertanda/indikator untuk menentukan waktu kapan

diperkirakan ovulasi bakal terjadi. Ovulasi terjadi sekitar 34-36 jam pascaawal

lonjakan LH.

Lonjakan LH yang memacu sekresi prostaglandin, dan progesteron

bersama lonjakan FSH yang mengaktivasi enzim proteolitik, menyebabkan

dinding folikel “pecah”. Kemudian sel granulosa yang melekat pada membran

basalis, pada seluruh dinding folikel, berubah menjadi sel luteal. Pada tikus

menjelang ovulasi, sel granulosa kumulus yang melekat pada oosit, menjadi

longgar akibat enzim asam hialuronik yang dipicu oleh lonjakan FSH. FSH

menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH bersama faktor yang dikeluarkan

oosit, memacu proliferasi sel granulosa mural, sel granulosa yang melekat pada

dinding folikel.

3. Fase Luteal

Menjelang dinding folikel “pecah” dan oosit keluar saat ovulasi, sel

granulosa membesar, timbul vakuol dan penumpukan pigmen kuning, lutein

proses luteinisasi, yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum. Selama 3 hari

pascaovulasi, sel granulosa terus membesar membentuk korpus luteum bersama

sel teka dan jaringan stroma di sekitarnya. Vaskularisasi yang cepat, luteinisasi

dan membrana basalis yang menghilang, menyebabkan sel yang membentuk

korpus luteum sulit dibedakan asal muasalnya.

Pascalonjakan LH, pembuluh darah kapiler mulai menembus lapisan

granulosa menuju ke tengah ruangan folikel dan mengisinya dengan darah. LH

memicu sel granulosa yang telah mengalami luteinisasi, untuk menghasilkan

(46)

15

dan angiopetin memacu angiogenesis, dan pertumbuhan pembuluh darah ini

merupakan hal yang penting pada proses luteinisasi. Pada hari ke 8-9 pascaovulasi

vaskularisasi mencapai puncaknya bersamaan dengan puncak kadar progesteron

dan estradiol.

Pertumbuhan folikel pada fase folikuler yang baik akan menghasilkan

korpus luteum yang baik/normal pula. Jumlah reseptor LH di sel granulosa yang

terbentuk cukup adekuat pada pertengahan siklus/akhir fase folikuler, akan

menghasilkan korpus luteum yang baik. Korpus luteum mampu menghasilkan

baik progesteron, estrogen, maupun androgen. Kemampuan menghasilkan steroid

seks korpus luteum sangat tergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal.

Kadar progesteron meningkat tajam segera pascaovulasi. Kadar progesteron dan

estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari pascalonjakan LH, kemudian

menurun perlahan, bila tidak terjadi pembuahan. Bila terjadi pembuahan, sekresi

progesteron tidak menurun karena adanya stimulus dari human Chorionic

Gonadotropin (hCG), yang dihasilkan oleh sel trofoblast buah kehamilan.

2.2.2 Kelainan Menstruasi

Sebagian wanita yang tidak subur mengalami siklus anovulatorik; mereka

tidak mengalami ovulasi, tetapi mendapat haid dengan interval yang relatif teratur.

Siklus anovulatorik hampir selalu terjadi pada 1-2 tahun pertama setelah

menarche dan juga sebelum menopause.

Amenorea berarti tidak adanya periode haid. Bila perdarahan menstruasi

tidak pernah terjadi, keadaan tersebut dinamai amenorea primer. Beberapa wanita

dengan amenorea primer memiliki payudara berukuran kecil dan tanda kegagalan

pematangan seksual lainnya. Terhentinya siklus pada wanita yang sebelumnya

mengalami daur yang normal disebut amenorea sekunder. Penyebab tersering

amenorea sekunder adalah kehamilan. Penyebab lain amenorea adalah rangsangan

emosi, perubahan lingkungan, kelainan hipotalamus, gangguan hipofisis, kelainan

(47)

16

pada beberapa wanita dengan amenorea hipotalamus, frekuensi pulsatil GnRH

melambat akibat aktivitas opioid yang berlebihan di hipotalamus.

Istilah hipomenorea dan menoragia masing-masing mengacu pada darah

haid yang sedikit dan berlebihan, pada daur yang teratur. Metroragia adalah

perdarahan dari uterus yang terjadi di antara periode haid, dan oligomenorea

adalah frekuensi haid yang berkurang (Sylvia, 2002; Lorraine, 2002).

Menurut Manuaba, 2010 beberapa kelainan siklus menstruasi adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Kelainan Menstruasi

Bentuk Kelainan Manifestasi Kliniknya Sebabnya

Hipermenorea  Perdarahan banyak saat haid,

gumpalan melebihi 8 hari.

Hipomenorea  Perdarahan sedikit dan

lamanya kurang dari 3 hari.

(48)

17

Polimenorea  Frekuensi menstruasi pendek

kurang dari 21 hari.

Oligomenorea  Siklus menstruasi panjang

melebihi 35 hari.

 Jumlah dan lama perdarahan relatif sama.

 Patrun ovulatoir menstruasi fertilitas tidak terganggu.

Amenorea  Terhentinya menstruasi lebih

dari 3 bulan.

(49)

18 Kontak berdarah  Perdarahan yang terjadi saat

hubungan seksual.

 Kelainan pada uterus  Keganasan

(50)

19  Pembagiannya, yaitu: primer dismenorea dan sekunder

2.2.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi

Dalam penelitian sebelumnya tentang hubungan antara stres dan siklus

menstruasi, ditemukan adanya keterkaitan keduanya. Sebuah analisis

cross-sectional satu tahun data dari 206 wanita menunjukkan adanya korelasi antara

(51)

20

kehidupan dengan stres, dan karakteristik siklus, termasuk panjang selang, durasi

berdarah, dan variabilitas dalam kedua hal tersebut.

Ada juga hipotesis lain yang mengatakan bahwa wanita dengan tingkat stres

yang lebih tinggi akan lebih mungkin mengalami siklus yang tidak normal dan

berhubungan dengan panjang fase folikuler dan panjang fase luteal. Ada

kecenderungan non-signifikan bagi perempuan untuk melaporkan tingkat stres

yang lebih tinggi selama siklus oligomenorea dan jelas dibandingkan dengan

siklus normal (Mansfield Et al, 2004).

Menurut Primastuti (2012), terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas

dan siklus menstruasi. Obesitas meningkatkan faktor risiko dari ketidakteraturan

siklus menstruasi hingga 3,5 kali lipat. Responden yang memiliki siklus

menstruasi tidak teratur sebesar 18,42% dengan rincian 6,58% ber-BMI normal

dan 11,84% ber-BMI obesitas. Sedangkan yang memiliki siklus menstruasi teratur

sebesar 81,58 didominasi oleh responden ber-BMI normal sebesar 53,95% dan

27,63% ber-BMI obesitas.

Menurut Saerang (2010), terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus

menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado.

Dibuktikan dengan hasil penelitian dimana terdapat sebagian besar responden

mengalami tingkat stres normal dengan jumlah 54 responden (60%) dan sebagian

besar responden mengalami siklus menstruasi teratur dengan 69 responden

(52)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

kehidupan. Pada tahap ini terjadi proses pematangan pertumbuhan dan

perkembangan baik secara fisik maupun psikologis. Pematangan pertumbuhan

dan perkembangan secara fisik ini meliputi berbagai organ salah satunya yaitu

organ reproduksi. Kesehatan reproduksi pada tahap ini sangatlah penting karena

berkaitan erat dengan fertilitas (Rakhmawati, 2012).

Jika tercapai pubertas (akil balik), maka terjadilah perubahan-perubahan pada

ovarium yang mengakibatkan pula perubahan-perubahan besar pada seluruh

badan wanita tersebut. Pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun. Kejadian yang

terpenting pada pubertas ialah haid atau menstruasi. Paling awal terjadinya

pertumbuhan payudara (thelarche), kemudian tumbuh rambut kemaluan

(pubarche), disertai dengan tumbuhnya rambut di ketiak. Wanita dewasa yang

sehat dan tidak hamil, setiap bulan teratur mengeluarkan darah dari alat

kandungannya. Hal ini lah yang disebut menstruasi (Sastrawinata, 2012).

Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya

gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim dan payudara, infertilitas serta

fracture tulang. Perubahan panjang dan gangguan keteraturan siklus menstruasi

menggambarkan adanya perubahan hormon reproduksi. Pemendekan masa

folikuler menyebab siklus menstruasi menjadi lebih singkat (polimenore)

berhubungan dengan penurunan kesuburan dan kegugguran, sedangkan

pemanjangan siklus menstruasi (oligomenore) berhubungan dengan kejadian

anovulasi, invertilitas, dan keguguran. Siklus menstruasi dikatakan normal jika

jarak antara hari pertama keluarnya darah menstruasi dan hari pertama menstruasi

(53)

2

Faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain

gangguan hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, stres, usia, dan

penyakit metabolik seperti Diabetes Melitus (Rakhmawati, 2012).

Menurut Primastuti (2012), terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas

dan siklus menstruasi. Obesitas meningkatkan faktor risiko dari ketidakteraturan

siklus menstruasi hingga 3,5 kali lipat. Responden yang memiliki siklus

menstruasi tidak teratur sebesar 18,42% dengan rincian 6,58% ber-BMI normal

dan 11,84% ber-BMI obesitas. Sedangkan yang memiliki siklus menstruasi teratur

sebesar 81,58 didominasi oleh responden ber-BMI normal sebesar 53,95% dan

27,63% ber-BMI obesitas.

Menurut Saerang (2010), terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus

menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado.

Dibuktikan dengan hasil penelitian dimana terdapat sebagian besar responden

mengalami tingkat stres normal dengan jumlah 54 responden (60%) dan sebagian

besar responden mengalami siklus menstruasi teratur dengan 69 responden

(76,7%).

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah sering sekali membuat mahasiswi

merasa kesulitan dan berakhir dengan stres. Pada saat ini kemungkinan besar

terjadi peningkatan jumlah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara (FK USU) tahun masuk 2012 dengan masalah siklus menstruasi akibat stres

yang berlebihan dalam mempersiapkan Karya Tulis Ilmiah.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan

antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012

yang sedang menyusun dan mempersiapkan Karya Tulis Ilmiah.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi

(54)

3

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan stres dengan siklus menstruasi

pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Mengetahui tingkatan stres pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012

2. Mengetahui siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Menambah wawasan tentang siklus menstruasi untuk pembaca.

2. Mengetahui masalah-masalah siklus menstruasi akibat stres.

3. Bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

hubungan stres dengan siklus menstruasi.

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang

(55)

ii

ABSTRAK

Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim dan payudara, infertilitas serta fracture tulang. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh berbagi faktor seperti stres, gangguan hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, usia, dan penyakit metabolik seperti Diabetes Melitus. Stres cenderung semakin meningkat pada mahasiswa tahun akhir. Ini dapat menyebabkan terganggunya siklus menstruasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012.

Penelitian ini bersifat analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012. Jumlah sampel sebanyak 180 orang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data tingkat stress dilakukan dengan pengisian kuesioner DASS 42 dan data siklus menstruasi diisi pada identitas responden.

Hasil penelitian dengan uji analisis Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi, dengan nilai p=0,896 (p>0,05).

Kesimpulan pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan stress dengan siklus menstruasi .

Gambar

Tabel 3.1 : Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Stres
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus     Menstruasi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk pada pengertian indikator sebagai tolok ukur dalam penilaian dan tujuan pembelajaran yang menggambarkan proses dan hasil belajar, maka dapat

[r]

Penelitian tentang ”Pengembangan Model Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan berpikir kritis, dan pemahaman konsep Siswa SMA”, merupakan bagian dari

Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi, yaitu guru mencoba merenungkan atau mengingat

[r]

4. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari segi kemampuan maupun waktunya. Metodologi yang digunakan harus terencana cermat, sehingga tindakan

Atap dan plafond) dan Pemasangan Dinding Aluminium Composite Panel Lokasi : Jalan Sutomo No.2 Tebing Tinggi1. Tahun Anggaran :

Pendapat lain mengenai model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dikemukakan oleh Anugraheni (2018:11) bahwa model pembelajaran Problem Based Learning atau model