38
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN Yth, Saudara/i
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus
menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Setelah itu, hasil skor
yang didapat dari responden akan dianalisis. Bila telah didapatkan hasil, maka
dapat diupayakan usaha yang lebih optimal sehubungan dengan hasil yang telah
didapat.
Untuk memperoleh keterangan di atas, suatu alat penelitian yang disebut
kuesioner dan metode angket akan digunakan. Kuesioner yang diberikan terdiri
dari 21 pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Identitas responden akan
dirahasiakan dan data penelitian hanya digunakan untuk keperluan penelitian serta
tidak akan dipublikasi dalam bentuk apapun.
Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa
paksaan maupun tekanan dari siapapun. Seandainya Saudara/i menolak untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan terdapat sanksi apapun.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan
Saudara/i yang terpilih menjadi sukarelawan pada penelitian ini, dapat mengisi
lembar persetujuan ikut dalam penelitian yang telah dipersiapkan.
Jika masih terdapat hal-hal yang kurang jelas sehubungan dengan
penelitian ini, Saudara/i dapat menghubungi saya, Caterine (HP: 085362123876).
Atas perhatian Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
39
Lampiran 2
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti secara terperinci dan jelas tentang penelitian “Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan,_______________2015 Yang membuat pernyataan
40
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi FK USU Tahun Masuk 2012
A. IDENTITAS RESPONDEN
Usia:
Usia Menarche (Haid Pertama) :
B. DATA ANTROPOMETRI
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Indeks Massa Tubuh (IMT) :
C. SIKLUS MENSTRUASI
1. Bagaimana frekuensi siklus menstruasi Anda 3 bulan terakhir?
a. 21-35 hari
b. <20 hari
c. >35 hari
Tuliskan :
D. DATA TAMBAHAN
1. Apakah Anda sudah menikah?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah Anda sudah pernah melahirkan?
41
3. Apakah Anda mempunyai penyakit yang berhubungan dengan hormonal?
a. Ya b. Tidak
Jika Ya, sebutkan:
E. STRES
Kuesioner ini dikutip dari DASS 42 ( Depression Anxiety and Stress Scales) oleh Lovibond yang telah dialihbahasakan oleh Damanik dan dimodifikasi menjadi 14 poin).
Beri tanda centang () pada kolom yang sesuai dengan keadaan Anda.
NO Pernyataan Tidak menjadi marah karena hal-hal sepele.
2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
3 Saya merasa sulit untuk bersantai. 4 Saya menemukan diri saya mudah
merasa kesal.
5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas. 6 Saya menemukan diri saya menjadi
tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan setelah sesuatu membuat saya kesal.
11 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.
12 Saya sedang merasa gelisah.
42
sedang saya lakukan.
CURRICULUM VITAE
Nama : Caterine Aprilia Manurung
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/TanggalLahir : Sidamanik, 04 April 1994
Warga Negara : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Alamat :Jl. Harmonika no. 64, Padang Bulan, Medan
Nomor Handphone : 085362123876
Alamat Email : chaterinemanurung@yahoo.com
RiwayatPendidikan :
1. SDN 091409 Sidamanik (2000-2006)
2. SMPN 1 Sidamanik (2006-2009)
3. SMA Swasta RK. Budi Mulia Pematangsiantar (2009-2012)
Data Induk Responden
C1 28 8 Normal Normal 16.8 Underweight
C2 36 15 Normal Tidak Normal 22.4 Normal
C3 28 6 Normal Normal 22.2 Normal
C4 28 10 Normal Normal 21.4 Normal
C5 28 20 Sedang Normal 27.6 Overweight
C6 28 3 Normal Normal 21.1 Normal
C7 28 13 Normal Normal 20 Normal
C8 36 10 Normal Tidak Normal 32.4 Overweight
C9 36 28 Berat Tidak Normal 24.3 Overweight
C10 28 22 Sedang Normal 18 Underweight
C11 28 16 Ringan Normal 20.7 Normal
C12 28 11 Normal Normal 18.4 Underweight
C13 28 5 Normal Normal 22 Normal
C14 28 9 Normal Normal 26.5 Overweight
C15 28 17 Ringan Normal 22.4 Normal
C16 28 2 Normal Normal 25.5 Overweight
C17 28 10 Normal Normal 26.7 Overweight
C18 28 5 Normal Normal 17.5 Underweight
C19 28 11 Normal Normal 20 Normal
C20 28 15 Normal Normal 22.3 Normal
C21 28 9 Normal Normal 18.5 Normal
C22 28 5 Normal Normal 17.1 Underweight
C23 28 8 Normal Normal 20.6 Normal
C24 28 13 Normal Normal 22 Normal
C25 28 0 Normal Normal 26.4 Overweight
C26 28 15 Normal Normal 18.3 Underweight
C27 28 11 Normal Normal 20.4 Normal
C28 28 5 Normal Normal 24.3 Overweight
C29 20 9 Normal Tidak Normal 32 Overweight
C30 28 8 Normal Normal 21.2 Normal
C31 28 13 Normal Normal 18.4 Underweight
C32 28 19 Sedang Normal 18.9 Normal
C33 28 22 Sedang Normal 26.2 Overweight
C34 28 14 Normal Normal 17.8 Underweight
C35 28 17 Ringan Normal 16.4 Underweight
C36 20 6 Normal Tidak Normal 21.4 Normal
C37 20 24 Sedang Tidak Normal 25 Overweight
C38 20 22 Sedang Tidak Normal 17 Underweight
C39 28 27 Berat Normal 31.2 Overweight
C40 28 8 Normal Normal 24 Overweight
C41 36 16 Ringan Tidak Normal 17.6 Underweight
C42 28 9 Normal Normal 20 Normal
C43 20 22 Sedang Tidak Normal 22.5 Normal
C44 36 21 Sedang Tidak Normal 23 Overweight
C45 28 21 Sedang Normal 23.1 Overweight
C46 28 6 Normal Normal 20 Normal
C47 28 7 Normal Normal 18.4 Underweight
C48 28 13 Normal Normal 20.5 Normal
C49 28 34 Sangat Berat Normal 25.2 Overweight
C50 28 18 Ringan Normal 28.8 Overweight
C52 28 15 Normal Normal 20.3 Normal
C53 28 16 Ringan Normal 25 Overweight
C54 28 6 Normal Normal 21.9 Normal
C55 28 15 Normal Normal 24.2 Overweight
C56 28 6 Normal Normal 26.4 Overweight
C57 28 20 Sedang Normal 18 Underweight
C58 28 4 Normal Normal 19.7 Normal
C59 28 16 Ringan Normal 21 Normal
C60 28 16 Ringan Normal 16 Underweight
C61 28 14 Normal Normal 26.3 Overweight
C62 20 10 Normal Tidak Normal 25.3 Overweight
C63 28 29 Berat Normal 21.4 Normal
C64 28 6 Normal Normal 17.6 Underweight
C65 28 13 Normal Normal 19.9 Normal
C66 28 28 Berat Normal 20.5 Normal
C67 28 16 Ringan Normal 22.2 Normal
C68 20 15 Normal Tidak Normal 21 Normal
C69 28 8 Normal Normal 21.9 Normal
C70 36 25 Sedang Tidak Normal 19.2 Normal
C71 28 12 Normal Normal 24 Overweight
C72 28 25 Sedang Normal 19.1 Normal
C73 36 12 Normal Tidak Normal 21.7 Normal
C74 28 6 Normal Normal 19.2 Normal
C75 28 12 Normal Normal 23.4 Overweight
C76 20 7 Normal Tidak Normal 20 Normal
C77 28 10 Normal Normal 29.7 Overweight
C79 28 13 Normal Normal 21.5 Normal
C80 28 14 Normal Normal 18.8 Normal
C81 28 2 Normal Normal 28.6 Overweight
C82 28 11 Normal Normal 19.7 Normal
C83 28 17 Ringan Normal 21.3 Normal
C84 28 10 Normal Normal 23.1 Overweight
C85 28 18 Ringan Normal 22.2 Normal
C86 36 9 Normal Tidak Normal 28.3 Overweight
C87 28 12 Normal Normal 17.6 Underweight
C88 28 0 Normal Normal 20.7 Normal
C89 28 10 Normal Normal 21.6 Normal
C90 28 9 Normal Normal 29.4 Overweight
C91 28 14 Normal Normal 17.2 Underweight
C92 28 14 Normal Normal 22.5 Normal
C93 28 26 Berat Normal 32.8 Overweight
C94 28 14 Normal Normal 19.7 Normal
C95 28 17 Ringan Normal 17 Underweight
C96 28 22 Sedang Normal 24.8 Overweight
C97 28 13 Normal Normal 20.1 Normal
C98 20 15 Normal Tidak Normal 24.9 Overweight
C99 28 11 Normal Normal 20.9 Normal
C100 28 21 Sedang Normal 21.2 Normal
C101 20 13 Normal Tidak Normal 20.5 Normal
C102 28 11 Normal Normal 22.6 Normal
C103 28 8 Normal Normal 27.8 Overweight
C104 28 21 Sedang Normal 22 Normal
C106 28 6 Normal Normal 20.7 Normal
C107 28 8 Normal Normal 18 Underweight
C108 28 7 Normal Normal 16.3 Underweight
C109 28 8 Normal Normal 20.7 Normal
C110 28 7 Normal Normal 25 Overweight
C111 28 7 Normal Normal 23.6 Overweight
C112 28 11 Normal Normal 19.7 Normal
C113 28 9 Normal Normal 20.4 Normal
C114 28 18 Ringan Normal 28.5 Overweight
C115 28 21 Sedang Normal 17.9 Underweight
C116 28 10 Normal Normal 21.3 Normal
C117 28 28 Berat Normal 18.6 Normal
C118 28 9 Normal Normal 23.2 Overweight
C119 28 2 Normal Normal 21.2 Normal
C120 28 7 Normal Normal 19.5 Normal
C121 20 21 Sedang Tidak Normal 22.1 Normal
C122 28 12 Normal Normal 17 Underweight
C123 28 17 Ringan Normal 18.7 Normal
C124 28 7 Normal Normal 19.2 Normal
C125 20 19 Sedang Tidak Normal 22.8 Normal
C126 28 17 Ringan Normal 19.1 Normal
C127 28 15 Normal Normal 25.5 Overweight
C128 28 9 Normal Normal 24 Overweight
C129 28 18 Ringan Normal 21.2 Normal
C130 28 13 Normal Normal 27 Overweight
C131 28 26 Berat Normal 25 Overweight
C133 28 23 Sedang Normal 21.2 Normal
C134 28 7 Normal Normal 19.2 Normal
C135 28 13 Normal Normal 16.2 Underweight
C136 28 6 Normal Normal 16.2 Underweight
C137 28 11 Normal Normal 27.2 Overweight
C138 28 9 Normal Normal 26.8 Overweight
C139 28 25 Sedang Normal 24.6 Overweight
C140 28 19 Sedang Normal 22.5 Normal
C141 28 4 Normal Normal 19.7 Normal
C142 28 13 Normal Normal 22.5 Normal
C143 28 12 Normal Normal 23 Overweight
C144 28 5 Normal Normal 22 Normal
C145 28 17 Ringan Normal 18.7 Normal
C146 28 9 Normal Normal 21.6 Normal
C147 28 7 Normal Normal 19.6 Normal
C148 28 4 Normal Normal 20.8 Normal
C149 28 18 Ringan Normal 22 Normal
C150 28 4 Normal Normal 20.1 Normal
C151 28 15 Normal Normal 18.4 Underweight
C152 36 10 Normal Tidak Normal 19.7 Normal
C153 28 10 Normal Normal 20 Normal
C154 28 14 Normal Normal 18.8 Normal
C155 28 14 Normal Normal 18.2 Underweight
C156 28 14 Normal Normal 24 Overweight
C157 28 18 Ringan Normal 18.6 Normal
C158 28 12 Normal Normal 24.6 Overweight
C160 20 15 Normal Tidak Normal 18.5 Normal
C161 28 17 Ringan Normal 19.7 Normal
C162 20 11 Normal Tidak Normal 19.8 Normal
C163 28 8 Normal Normal 21 Normal
C164 20 12 Normal Tidak Normal 20.8 Normal
C165 28 12 Normal Normal 21.8 Normal
C166 28 4 Normal Normal 21.9 Normal
C167 28 17 Ringan Normal 22.4 Normal
C168 36 10 Normal Tidak Normal 22.6 Normal
C169 28 9 Normal Normal 18.5 Normal
C170 36 11 Normal Tidak Normal 21.7 Normal
C171 20 8 Normal Tidak Normal 21.2 Normal
C172 36 18 Ringan Tidak Normal 18.6 Normal
C173 28 14 Normal Normal 19.2 Normal
C174 28 3 Normal Normal 15.8 Underweight
C175 28 3 Normal Normal 20.8 Normal
C176 20 9 Normal Tidak Normal 19.9 Normal
C177 28 14 Normal Normal 17.9 Underweight
C178 28 11 Normal Normal 20 Normal
C179 20 20 Sedang Tidak Normal 19.1 Normal
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Predicted Value
N 180
Normal Parametersa,b Mean 27,6888889 Std. Deviation ,06948037
Most Extreme Differences
Absolute ,081
Positive ,081
Negative -,044
Kolmogorov-Smirnov Z 1,085
Asymp. Sig. (2-tailed) ,190
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Statistics
Kelompok tingkat stres
N
Valid 180
Missing 0
Kelompok tingkat stres
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Normal 127 70,6 70,6 70,6
ringan 22 12,2 12,2 82,8
sedang 22 12,2 12,2 95,0
berat 8 4,4 4,4 99,4
sangat berat 1 ,6 ,6 100,0
Frequencies
Statistics
Klasifikasi siklus menstruasi
N
Valid 180
Missing 0
Klasifikasi siklus menstruasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
normal 149 82,8 82,8 82,8
tidak normal 31 17,2 17,2 100,0
Total 180 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Klasifikasi IMT
N Valid 180
Missing 0
Klasifikasi IMT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Normal 104 57,8 57,8 57,8
Underweight 28 15,6 15,6 73,3
Overweight 48 26,7 26,7 100,0
Nonparametric Correlations
Correlation Coefficient 1,000 ,012
Sig. (2-tailed) . ,869
N 180 180
Tingkat stres responden
Correlation Coefficient ,012 1,000
Sig. (2-tailed) ,869 .
N 180 180
Klasifikasi IMT * Klasifikasi siklus menstruasi Crosstabulation
Count
Klasifikasi IMT 2 * Klasifikasi siklus menstruasi Crosstabulation
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1,524a 1 ,217
Continuity Correctionb 1,071 1 ,301
Likelihood Ratio 1,560 1 ,212
Fisher's Exact Test ,237 ,150
Linear-by-Linear Association 1,516 1 ,218
N of Valid Cases 180
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,09.
36
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, T. A., Rahayu, I. T., & Sholichatun, Y. 2007. Psikologi Klinis.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Damanik, E. D. 2011. Pengujian Reliabilitas, Validitas, Analisis Item dan
Pembuatan Norma.
Available from: http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-94859.pdf
Ganong, W. F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. 2011. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 12.
Singapura: Elsevier.
Hidayat, D. R. 2009. Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta: TIM.
Lovibond, S. H., & Lovibond, P. F. 1995. Depression, Anxiety, and Stress Scales.
Available from: http://serene.me.uk/test/dass-42.pdf
Manuaba, I. A., Manuaba, I. B., & Manuaba, I. B. 2010. Buku Ajar Penuntun
Kuliah Ginekologi. Jakarta: TIM.
Maramis, W. F. 1995. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Price, S. A., & Wilson, L. M. 2014. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
37
Primastuti, H. N. 2012. Hubungan Obesitas dengan Ketidakteraturan Siklus
Menstruasi. Skripsi , 33-36.
Available from: http://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/26060
Rakhmawati, A. 2012. HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN
GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA WANITA DEWASA
MUDA. Artikel Penelitian , 5-6. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/38607/1/504_ASNIYA_RAKHMAWATI_G2C00
8010.pdf
Ranabir, S., & Reetu, K. 2011. Stress and Hormones. Indian Journal of
Endocrinology and Metabolism , 2-4. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3079864/
Saerang, A. 2014. Hubungan Antara Stres Dengan Pola Menstruasi Pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Angkatan 2010. Jurnal e- Clinic . Available from:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/5759
Sastrawinata, S. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Fakultas Kedokteran Unpad.
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2013. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto.
21
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DIFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka peneliti
mengembangkan kerangka konsep yang terdiri dari 2 variabel, yaitu:
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 : Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
23
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan
antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September s/d Oktober 2015.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian
ini yaitu mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.
4.3.2 Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability
sampling. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive
sampling, dimana semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang
24
Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswi FK USU tahun masuk 2012 yang aktif mengikuti kuliah
b. Mahasiswi FK USU yang bersedia sebagai responden
2. Kriteria Eksklusi
a. Responden yang tidak mengisi dengan lengkap jawaban kuesioner
b. Mempunyai penyakit hormonal
c. Responden yang sudah menikah dan melahirkan
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
n = besar sampel
N = Populasi (329 orang)
d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05)
n = 180
25
4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data secara langsung (data
primer) berupa kuesioner yang telah di uji validasi dan realibilitasnya, kemudian
diisi oleh responden (mahasiswi) secara langsung.
4.4.1 Data Sekunder
Jumlah mahasiswi tahun masuk 2012 diperoleh dari bagian
kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, sebelum
meninggalkan tempat penelitian, kelengkapan jawaban kuesioner diperiksa
terlebih dahulu oleh peneliti. Kedua coding yaitu memberikan kode angka tertentu
pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis.
Ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer
dengan menggunakan SPSS. Keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek
kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak
(Notoatmodjo, 2012).
Data penelitian yang diperoleh akan dianalisa dengan analisis univariat
dan bivariat. Univariat untuk mendistribusikan semua data berdasarkan usia haid
pertama, BMI, tingkat stres, dan siklus menstruasi. Bivariat untuk menunjukkan
hubungan kedua variabel dimana sebelumnya semua data akan diuji
normalitasnya dengan menggunakan kolmogorov smirnov test. Jika data
berdistribusi normal (p> 0,05) maka digunakan uji korelasi pearson, sedangkan
26
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang terletak di jalan dr. Mansyur NO. 5, Medan, Sumatera Utara.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi FK USU tahun masuk
2012 yang berjumlah 180 orang, satu orang telah dikeluarkan karena adanya
penyakit yang berhubungan dengan hormonal.
5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Deskripsi karakteristik responden berdasarkan umur dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok (Tabel 5.1)
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
f %
Umur
19 tahun 19 10,6 20 tahun 25 13,8 21 tahun 124 68,8
22 tahun 12 6,8 Jumlah 180 100
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan umur,
27
(68,8%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu umur 22 tahun sebanyak 12 orang
(6,8%).
5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarche
Deskripsi karakteristik responden berdasarkan usia menarche dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.2).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Menarche f % Usia Menarche
12 tahun 46 25,6 13 tahun 55 30,5 14 tahun 79 43,9 Jumlah 180 100
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan umur
menarche, dimana responden yang terbanyak yaitu menarche pada umur 14 tahun
sebanyak 79 orang (43,9%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu menarche pada
umur 12 tahun sebanyak 46 orang (25,6%).
5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Stres
Deskripsi karakteristik responden berdasarkan tingkatan stres dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.3).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Stres Tingkatan Stres n (%) Tidak stres 127 70,6 Ringan 22 12,2 Sedang 22 12,2 Berat 8 4,4 Sangat berat 1 0,6 Jumlah 180 100
Dari Tabel 5.3 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan tingkatan stres,
28
Sedangkan yang paling sedikit yaitu dengan stres berat sebanyak 1 orang (0,6%).
Jumlah responden yang mengalami stres sebanyak 53 orang.
5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi
Deskripsi karakteristik responden berdasarkan siklus menstruasi dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.4).
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi Siklus Menstruasi n (%) Normal 149 82,8 Tidak normal 31 17,2 Jumlah 180 100
Tabel 5.4 menunjukkan jumlah responden dengan siklus menstruasi
normal lebih banyak daripada responden dengan siklus menstruasi tidak normal.
5.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Deskripsi karakteristik responden berdasarkan indeks massa tubuh dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok (Tabel 5.5).
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan IMT
Indeks Massa Tubuh n (%) Normal 104 57,8 Overweight 48 26,7 Underweight 28 15,6 Jumlah 180 100
Dari tabel 5.5 dapat dilihat jumlah responden berdasarkan indeks massa
tubuh, dimana yang terbanyak yaitu responden dengan IMT normal sebanyak 104
29
5.1.2.6 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Tingkat Stres Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Tingkatan Stres
Tingkat Stres Siklus Menstruasi Jumlah
Normal Tidak Normal
n % n % Tidak Stres 107 84,2 20 15,7 127 Ringan 20 90,9 2 9,1 22 Sedang 14 63,6 8 36,4 22 Berat 7 87,5 1 12,5 8 Sangat berat 1 100 0 0 1 Jumlah 149 31 180
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang berada pada keadaan tidak
stres lebih banyak mengalami siklus menstruasi yang tidak normal (15,7%).
5.1.2.7 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Menurut Indeks Massa Tubuh Tabel 5.7 Distribusi frekuensi siklus menstruasi menurut IMT
IMT Siklus Menstruasi Jumlah
Normal Tidak Normal n % n %
Normal 83 79,8 21 20,2 104 Overweight 40 83,3 8 16,7 48 Underweight 26 92,8 2 7,2 28 Jumlah 149 31 180
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden dengan indeks massa tubuh
30
5.1.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi Tabel 5.8 Analisis Uji Korelasi Spearman
Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi
Variabel Stres Siklus Menstruasi
Stres 0,869
Sikls Menstruasi 0,869
Melalui uji normalitas, didapat bahwa data pada penelitian ini tidak
berdistribusi normal. Hubungan stres dengan siklus menstruasi pada penelitian ini
diidentifikasi dengan dengan uji statistik Spearman.
Tabel 5.8 menunjukkan nilai p = 0,869 (p>0,05). Dengan demikian
hipotesis pada penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa tidak ada hubungan stres
dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.
5.2 Pembahasan 5.2.1 Tingkatan Stres
Melalui Tabel 5.3, dapat dilihat bahwa tingkatan stres pada mahasiswi FK
USU tahun masuk 2012 lebih banyak pada keadaan tidak stres. Dimana responden
yang tidak stres sebanyak 127 orang (70,6%), sedangkan responden dengan stres
sebanyak 53 orang (29,4%). Responden dengan stres terbagi menjadi beberapa
tingkatan. Responden dengan stres ringan sebanyak 22 orang (12,2%), stres
sedang 22 orang (12,2%), stres berat 8 orang (4,4%), dan stres sangat berat 1
orang (0,6%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rakhmawati (2012) dimana dilakukan penelitian pada 60 wanita umur 19-25
31
responden dalam keadaan stres. Responden yang tidak stress sebanyak 63,3% dan
dengan tingkatan stress sebanyak 36,7%.
Namun ditemukan hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Nur’Aini (2011) pada mahasiswi salah satu asrama putri Universitas Andalas. Dari 178 responden ditemukan stres sedang lebih banyak yaitu sebanyak 75,28%.
Purwati (2012) mendapatkan perbedaan tingkatan stres berdasarkan usia, jenis
kelamin, indeks prestasi, dan kondisi kesehatan pada mahasiswa jalur regular di
Universitas Indonesia. Hal ini menerangkan bahwa stres pada mahasiswa dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor.
Ditemukan juga hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh
Rozaq (2014) pada mahasiswa dalam proses mengerjakan skripsi di UIN Sunan
Ampel, dimana ditemukan stres berat sebanyak 30,7% dan stres sedang sebanyak
69,3% dari responden yang berjumlah 26 orang. Dalam penelitiannya tidak
ditemukan responden yang tidak stres.
5.2.2 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi dalam penelitian ini lebih banyak dalam keadaan
normal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4 dimana jumlah responden dengan
siklus menstruasi normal sebanyak 149 orang (82,8%), sedangkan responden
dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak 31 orang (17,2%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shoufiah (2015)
pada mahasiswa usia 18-21 tahun, dimana ditemukan responden dengan siklus
menstruasi normal sebanyak 54,5% sedangkan responden dengan siklus
menstruasi tidak normal sebanyak 45,5% dari keseluruhan responden yang
berjumlah 132 orang.
Pinasti (2012) melalui penelitiannya pada Siswi di SMA N 1 Kendal
menemukan hasil yang sejalan dengan penelitian ini. Dalam penelitiannya
32
sebanyak 56,1%, sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak teratur
sebanyak 43,9% dari 66 orang responden.
Dewi,dkk (2014) menemukan hasil yang berbeda melalui penelitiannya
pada mahasiswi tahun keempat STIKES Wira Medika Bali. Dalam penelitiannya
ditemukan responden dengan siklus menstruasi normal sebanyak 24,2%,
sedangkan responden dengan siklus menstruasi tidak normal sebanyak75,8% dari
keseluruhan responden yang berjumlah 66 orang.
Hasil yang berbeda juga ditemukan melalui penelitian yang dilakukan oleh
Toduho, dkk (2014). Penelitian ini dilakukan pada siswi SMAN 3 Tidore yang
berjumlah 68 orang. Melalui penelitiannya ditemukan reponden dengan siklus
menstruasi normal sebanyak 38,2%, sedangkan responden dengan siklus
menstruasi tidak normal sebanyak 61,8%.
5.2.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dengan siklus
menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Namun dalam penelitian
ini tidak ditemukan hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada
mahasiswi FK USU tahun masuk 2012. Dapat dilihat melalui Tabel 5.8 yaitu
dengan nilai p = 0,869 (p>0,05). Hasil penelitian menunjukkan responden dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur lebih banyak pada keadaan tidak stres dan
indeks massa tubuh yang normal. Hal ini dapat akibat adanya faktor lain yang
dapat mempengaruhi siklus menstruasi seperti aktivitas fisik, indeks massa tubuh,
hormonal, dan konsumsi obat-obat yang dapat menghambat siklus menstruasi.
Beberapa penelitian menyimpulkan adanya hasil yang signifikan
hubungan antara stres dengan siklus menstruasi. Menurut Nasution (2011),
terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi. Responden dalam penelitian
berjumlah 139 orang. Hasil penelitian menunjukkan 79,1% responden dengan
stres didapati 23,7% responden mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur
33
tidak teratur. Berdasarkan hasil uji Chi Square ditemukan hubungan yang
signifikan antara stres dengan siklus menstruasi dimana p value 0,003 (p < 0,05).
Shoufiah (2015), melalui penelitiannya pada mahasiswi jalur umum usia
18-21 tahun menemukan adanya hubungan antara stres dengan siklus menstruasi.
Ditemukan bahwa dari 65 responden yang tidak mengalami stres, sebanyak 72,3%
mengalami siklus menstruasi normal dan sebanyak 27,7% mengalami siklus
menstruasi yang tidak normal. Sedangkan dari 67 responden yang mengalami
stres, sebanyak 37,3% mengalami siklus menstruasi normal dan sebanyak 62,7%
mengalami siklus menstruasi yang tidak normal.
Melalui beberapa penelitian, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh telah
berhasil dibuktikan sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi siklus
menstruasi. Sri Mulyani, dkk (2008), menyimpulkan bahwa aktivitas fisik
intensitas tinggi bisa sebagai faktor risiko terhadap gangguan siklus menstruasi
walaupun hanya bersifat sementara. Ini berarti aktivitas fisik intensitas tinggi
tidak selalu menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur. Karena aktivitas fisik
intensitas tinggi yang menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur yaitu yang
menyebabkan stres psikologis, deplesi massa tubuh, defisit kalori kronis,dan
lain-lain. Melalui penelitiannya, ditemukan 34 orang dengan aktivitas fisik intensitas
rendah dan sedang, dimana 24 responden dengan siklus menstruasi teratur dan 10
responden dengan siklus menstruasi tidak teratur. Sedangkan untuk aktivitas fisik
intensitas tinggi sebanyak 11 orang, dimana 7 responden dengan siklus menstruasi
teratur dan 4 responden dengan siklus menstruasi tidak teratur (p = 0,717).
Primastuti (2012), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
obesitas dengan siklus menstruasi. Obesitas berisiko 3,5 kali lipat menyebabkan
siklus menstruasi menjadi tidak teratur (OR = 3,5). Dari total 176 orang
responden, 30 responden memiliki BMI > 25kg/m2 (obesitas) dan 46 sampel
memiliki IMT antara 18,5-24,9 kg/m2. Hasil pengujian data untuk hubungan
obesitas dengan siklus menstruasi menggunakan uji Chi Square menunjukkan
34
melalui jaringan adiposa yang secara aktif mempengaruhi rasio hormon estrogen
dan androgen (Rakhmawati, 2012).
Gudmundsdottir, dkk (2011) membuktikan adanya hubungan antara
aktivitas fisik dengan siklus menstruasi (p = 0,033), riwayat merokok dengn siklus
menstruasi (p = 0,05), stres psikologis dengan siklus menstruasi (p = 0,00) dan
pendidikan dengan siklus menstruasi (p = 0,132).
5.2.4 Kelemahan Penelitian
Di dalam penelitian ini terdapat kelemahan yang dapat menyebabkan
hipotesa ditolak. Kuesioner stres diisi bersamaan waktunya dengan kuesioner
siklus menstruasi 3 bulan terakhir yang dapat menyebabkan bias pada data.
Dimana kemungkinan 3 bulan sebelum pengumpulan data siklus menstruasi
responden belum dipengaruhi oleh stres psikologis ketika data dikumpulkan.
Sehingga stres dengan siklus menstruasi responden tidak dapat dihubungkan.
Penelitian mungkin akan signifikan apabila siklus menstruasi responden di-follow
up dengan kalender menstruasi selama 3 bulan, supaya data siklus menstruasi
lebih nyata dan tidak dikarang oleh responden sampai tingkat stres ditemukan dan
35
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi
FK USU tahun masuk 2012 (p>0,05)
2. Stres responden terdiri dari berbagai tingkatan, dimana lebih banyak
responden yang tidak stres
3. Siklus menstruasi responden lebih banyak siklus menstruasi yang normal
6.2 Saran
1. Penelitian dilakukan dengan follow up menstruasi selama 3 bulan dengan
menggunakan kalender menstruasi
2. Mahasiswi FK USU dengan kelainan siklus menstruasi melakukan
evaluasi pribadi untuk mengetahui penyebab kelainan siklus menstruasi
3. Mahasiswi FK USU dengan keadaan stres harus mengatasi stres
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres
2.1.1 Definisi Stres
Stres adalah respon nonspesifik generalisata tubuh terhadap setiap faktor
yang mengalahkan, atau mengancam untuk mengalahkan kemampuan kompensasi
tubuh untuk mempertahankan homeostasis (Sherwood, 2012). Sebagian stres ini
akan mengakibatkan besar dari stres ini akan mengaktifkan respon tanggapan
(counteractions) di tingkat molekul, sel, atau sistemik yang cenderung
memulihkan sebelumnya, yaitu, respon tersebut adalah reaksi homeostasis
(Ganong, 2012).
2.1.2 Patofisiologi Stres
Respon terhadap stres dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh
hipotalamus. Hipotalamus menerima masukan stresor fisik atau emosi dari hampir
semua bagian otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respons,
hipotalamus secara langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis, mengeluarkan
CRH ( Corticotropin Releasing Hormon) untuk merangsang pengeluaran ACTH
dan kortisol, serta memicu pelepasan vasopresin. Stimulasi simpatis, pada
gilirannya menyebabkan sekresi epinefrin, yang sama-sama memiliki efek pada
sekresi insulin dan glukagon oleh pankreas. Selain itu, vasokonstriksi arteriol
aferen ginjal oleh katekolamin secara tidak langsung merangsang renin dengan
mengurangi aliran darah beroksigen ke ginjal. Renin, selanjutnya, mengaktifkan
sistem renin-angiotensin-aldosteron. Dengan cara ini, hipotalamus
mengintegrasikan respon sistem saraf simpatis dan sistem endokrin selama stres
(Sherwood, 2012).
Agen penginduksi respon secara tepat disebut sebagai stresor, sementara
stres merujuk kepada keadaan yang ditimbulkam oleh stresor. Jenis-jenis
5
dapat menginduksi respon stres: fisik (trauma, pembedahan, panas atau dingin
hebat); kimia (penurunan pasokan O2,ketidakseimbangan asam-basa); fisiologik
(olahraga berat, syok hemoragik, nyeri); infeksi (invasi bakteri); psikologis atau
emosional (rasa cemas, ketakutan, kesedihan); dan sosial (konflik perorangan,
perubahan gaya hidup (Sherwood,2012).
2.1.3 Perubahan Hormon Akibat Stres
Adapun hormon-hormon yang mengalami perubahan selama stres, yaitu :
a. Kortisol
Kortisol berperan kunci dalam adaptasi terhadap stres. Segala jenis stres
merupakan rangsangan utama bagi peningkatan sekresi kortisol. Meskipun peran
persis kortisol dalam adaptasi terhadap stres belum diketahui namun penjelasan
yang spekulatif tetapi masuk akal adalah sebagai berikut. Manusia primitif atau
hewan yang terluka atau menghadapi situasi yang mengancam nyawa harus
bertahan tanpa makan. Pergeseran dari penyimpanan protein dan lemak ke
peningkatan simpanan karbohidrat dan ketersediaan glukosa darah yang
ditimbulkan oleh kortisol akan membantu melindungi otak dari malnutrisi selama
periode puasa terpaksa tersebut. Juga, asam-asam amino yang dibebaskan oleh
penguraian protein akan menjadi pasokan yang siap digunakan untuk
memperbaiki jaringan jika terjadi cedera fisik. Karena itu, terjadi peningkatan
cadangn glukosa, asam amino, dan asam lemak yang dapat digunakan sebagai
kebutuhan.
Peningkatan drastis sekresi kortisol, yang diperantarai oleh susunan saraf
pusat melalui peningkatan aktivitas sistem CRH-ACTH, terjadi sebagai respon
terhadap segala jenis situasi stres. Besar peningkatan konsentrasi kortisol plasma
umumnya setara dengan intensitas stimulasi stres berat menyebabkan peningkatan
6
b. Katekolamin
Stimulasi sumbu hipofisis - adrenal dikaitkan dengan pelepasan katekolamin.
Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung, aliran darah ke otot rangka,
retensi natrium, penurunan motilitas usus, vasokonstriksi kulit, peningkatan
glukosa, dilatasi bronkiolus, dan aktivasi perilaku.
Perbedaan antara persepsi keadaan internal atau eksternal menyebabkan
tanggapan stres yang melibatkan beberapa sistem homeostatis. Keadaan seperti
hipoglikemia, hipoksia, perdarahan, kolaps sirkulasi menimbulkan aktivasi SAMS
termasuk stimulasi jantung, splanchnic, kulit, dan vasokonstriksi ginjal. Dalam
situasi ini, aktivitas SAMS berkoordinasi dengan sistem saraf parasimpatis, sistem
hipofisis-adrenocortical, dan mungkin beberapa sistem neuropeptida (Ranabir, S.,
& Reetu, K., 2011).
c. Vasopresin dan Renin-Angiotensin-Aldosteron
Secara bersama-sama, hormon-hormon ini meningkatkan volume plasma
dengan mendorong retensi garam dan H2O. Peningkatan volume plasma
diperkirakan berfungsi sebagai tindakan protektif untuk mempertahankan tekanan
darah seandainya terjadi kehilangan cairan plasma melalui perdarahan atau
berkeringat berlebihan selama periode bahaya. Vasopresin dan angiotensin juga
memiliki efek vasopresor langsung, yang dapat bermanfaat dalam
mempertahankan tekanan arteri jika terjadi kehilangan darah akut. Vasopresin
juga dipercayai mampu mempermudah proses belajar, yang berdampak pada
adaptasi terhadap stres di mana mendatang (Sherwood, 2012).
d. Gonadotropin
Stres menyebabkan penekanan gonadotropin dan hormon steroid lainnya yang
akan menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Tekanan psikologis dan sosial
yang akut dan kronis dapat mengganggu sekresi hormon reproduksi dalam
berbagai spesies primata, bukan hanya manusia. Gangguan ini bisa halus, yang
7
penurunan tingkat kesuburan dan perilaku reproduksi. Faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap variabilitas respon sumbu reproduksi termasuk jenis stres,
besarnya dan durasi stres, persepsi stres oleh individu, status sosial individu,
tingkat bersamaan perilaku agresif yang ditampilkan oleh individu, dan aktivitas
reproduksi. Namun, lebih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk memahami
mekanisme yang mendasari penurunan sumbu reproduksi oleh tekanan psikologis
dan sosial, serta mekanisme yang mendasari perbedaan kerentanan terhadap
gangguan stres yang disebabkan fungsi reproduksi dalam individu. Terlalu lama
stres dapat menyebabkan gangguan fungsi reproduksi . Perjalanan gonadotrophin
releasing hormon ke hipofisis menurun karena peningkatan sekresi CRH (Ranabir,
S., & Reetu, K., 2011).
e. Hormon Tiroid
Fungsi tiroid biasanya menurun selama kondisi stres. Stres menghambat
sekresi thyroid- stimulating hormone (TSH) melalui aksi glukokortikoid pada
sistem saraf pusat. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa stres akut
dan berulang dapat mengubah sekresi hormon (Ranabir, S., & Reetu, K.., 2011).
f. Hormon Pertumbuhan
Kegagalan pertumbuhan tanpa etiologi bisa terkait dengan gangguan perilaku
dan stres psikososial. Kondisi ini meliputi gagal tumbuh, pengerdilan sekunder,
kekurangan gizi kronis, dan hipopituitarisme idiopatik. Beberapa anak
menunjukkan pertumbuhan yang memuncak spontan ketika dihindarkan dari
sumber stres (Ranabir, S., & Reetu, K.., 2011).
2.1.4 Sumber Stres
Kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau sumber,
dalam istilah yang lebih umum disebut stressor. Stressor adalah keadaan atau
situasi, obyek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Secara umum, stressor
8
a. Stressor Fisik
Bentuk dari stressor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising,
polusi udara, keracunan, obat-obatan (bahan kimiawi).
b. Stressor Sosial
i. Stressor sosial, ekonomi dan politik, misalnya tingkat inflasi yang tinggi,
tidak ada pekerjaan, pajak yang tinggi, perubahan teknologi yang cepat,
kejahatan.
ii. Keluarga, misalnya peran seks, iri,cemburu, kematian anggota keluarga,
masalah keuangan, perbedaan gaya hidup dengan pasangan atau anggota
keluarga yang lain.
iii. Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan yang
kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatihan, aturan kerja.
iv. Hubungan interpersonal dan lingkungan, misalnya harapan sosial yang
terlalu tinggi, pelayanan yang buruk, hubungan sosial yang buruk.
c. Stressor Psikologik
1. Frustasi
Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada
hambatan.
2. Ketidakpastian
Apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti
mengenai masa depan atau pekerjaannya. Atau merasa selalu bingung dan
tertekan, rasa bersalah, perasaan khawatir dan inferior (Dede, 2009).
2.1.5 Gejala Stres
Gejala terjadinya stres secara umum terdiri dari 2 (dua) gejala, yaitu:
a. Gejala Fisik
Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah :
nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah,
9
b. Gejala Psikis
Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat
marah, ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menyelesaikan
tugas, perilaku impulsive, reaksi berlebihan terhadap hal sepele, daya kemampuan
berkurang, tidak mampu santai pada saat yang tepat, tidak tahan terhadap suara
atau gangguan lain, dan emosi tidak terkendali (Dede, 2009).
2.1.6 Tingkatan Respon Terhadap Stres
Hans Selye membagi stres menjadi tiga, yaitu:
a. Eustress
Eustress adalah respon stres ringan yang menimbulkan rasa bahagia,
senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi
bersifat positif, misalnya lulus ujian, atau kondisi ketika menghadapi perkawinan.
b. Distress
Distress merupakan respon stres yang buruk dan menyakitkan, sehingga
tidak mampu lagi diatasi.
c. Optimal Stress
Optimal stress atau Neustress adalah stres yang berada antara eustress
dan distress, merupakan respon stres yang menekan namun masih seimbang
sehingga seseorang merasa tertantang untuk menghadapi masalah dan memacu
untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani
bersaing (Dede, 2009).
2.1.7 Tahapan Stres
Tahapan Stres menurut Amberg (dalam) memiliki enam tahapan, yaitu:
a. Stres Tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya
disertai perasaan-perasaan sebagai berikut:
1. Semangat besar
10
3. Energi dan gugup yang berlebihan, kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan
lebih dari biasanya
4. Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang bertambah semangat, tanpa
disadari bahwa cadangan energinya sedang menipis
b. Stres Tingkat II
Pada tahap ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan
timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang
hari. Keluhan yang sering digunakan sebagai berikut:
1. Merasa letih sewaktu bangun pagi
2. Merasa letih sesudah makan siang
3. Merasa lelah menjelang sore hari
4.Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut
kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-debar
5. Perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
6. Perasaan tidak santai
c. Stres Tingkat III
Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai gejala sebagai
berikut:
1. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ke belakang)
2. Otot-otot terasa lebih tegang
3. Perasaan tegang yang semakin meningkat
4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali,
atau bangun terlalu pagi
5. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)
6. Pada tahap ini eksekutif harus berkonsultasi pada dokter, psikolog, kecuali
kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat
11
d. Stres Tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk ditandai
dengan gejala sebagai berikut:
1. Untuk bertahan sepanjang hari terasa lebih sulit
2. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan terasa semakin sulit
3. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan
kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat
4. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini
hari
5. Perasaan negativistik
6. Kemampuan konsentrasi menurun tajam
7. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa
e. Stres Tingkat V
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahap IV,
dengan gejala sebagai berikut:
1. Keletihan yang mendalam (physical dan psychological exhaution)
2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sedehana saja terasa kurang mampu
3. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang
air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang
4. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik
f.Stres Tingkat VI
Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat
darurat. Tidak jarang eksekutif dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejala dalam
tahap ini cukup mengerikan.
Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan karena zat adrenalin yang
dikeluarkan akibat stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah, nafas sesak,
megap-megap, badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran. Tenaga untuk
12
2.1.8 Klasifikasi Stres
Klasifikasi stres menurut Stuart dan Sundeen (1998) adalah sebagai berikut:
a. Stres Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi
ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai
kemungkinan yang terjadi.
b. Stres sedang
Pada stres tingkat ini individu lebih cenderung memfokuskan hal penting
saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan
persepsinya.
c. Stres Berat
Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung
memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan
lain dan memerlukan banyak pengarahan.
2.2. Menstruasi
2.2.1 Siklus Menstruasi Normal
Menstruasi disebabkan oleh pengurangan mendadak progesteron dan
estrogen pada akhir siklus haid ovarium. Efek pertama adalah penurunan
rangsangan sel-sel endometrium oleh kedua hormon tersebut, diikuti dengan cepat
oleh involusi endometrium itu sendiri sampai sekitar 65 persen tebal sebelumnya.
Selama 24 jam sebelumnya mulai menstruasi, pembuluh darah yang menuju ke
lapisan mukosa endometrium menjadi vasospastik, mungkin karena beberapa efek
involusi, seperti pengeluaran zat vasokonstriktor. Vasospasme dan kehilangan
rangsang hormonal mulai menimbulkan nekrosis pada endometrium. Sebagai
akibatnya, darah merembes dalam lapisan vaskular endometrium, area perdarahan
mulai terbentuk setelah 24 sampai 36 jam. Lambat laun, lapisan luar endometrium
13
mulainya menstruasi, semua lapisan superfisisal endometrium telah mengalami
deskuamasi. Jaringan deskuamasi dan darah dalam kubah uterus memulai
kontraksi uterus yang mengeluarkan isi uterus.
Selama menstruasi normal, sekitar 35 ml darah dan 35 mL cairan serosa
hilang. Cairan menstruasi ini dalam keadaan normal tidak membeku, karena
fibrinolisin dikeluarkan bersama dengan endometrium yang nekrotik.
Dalam tiga sampai tujuh hari setelah menstruasi mulai, perdarahan
berhenti karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi penuh
(Guyton, 2011).
Menurut Sarwono (2011), siklus menstruasi terbagi atas :
1. Fase Folikular
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium.
FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium.
Umumnya hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel de Graaf dan
yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel
yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel-sel granulosa menyintesis
progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular selama paruh pertama siklus
menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel
teka interna yang mengelilinginya. Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada
teka interna. Jalur biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron dan
pregnenolon melalui 17-hidroksilasi turunan dari androstenedion, testosteron, dan
estreadiol. Kandungan enzim aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini
mempercepat perubahan androgen menjadi estrogen.
Di dalam folikel, oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada
waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih
banyak ke dalam sistem ini. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan
14
2. Fase Ovulasi
Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi pascakeluarnya oosit
dan folikel. Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan
oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam pascapuncak kadar
estrogen (estradiol) dan 10-12 jam pascapuncak LH. Di lapangan awal lonjakan
LH digunakan sebagai pertanda/indikator untuk menentukan waktu kapan
diperkirakan ovulasi bakal terjadi. Ovulasi terjadi sekitar 34-36 jam pascaawal
lonjakan LH.
Lonjakan LH yang memacu sekresi prostaglandin, dan progesteron
bersama lonjakan FSH yang mengaktivasi enzim proteolitik, menyebabkan
dinding folikel “pecah”. Kemudian sel granulosa yang melekat pada membran
basalis, pada seluruh dinding folikel, berubah menjadi sel luteal. Pada tikus
menjelang ovulasi, sel granulosa kumulus yang melekat pada oosit, menjadi
longgar akibat enzim asam hialuronik yang dipicu oleh lonjakan FSH. FSH
menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH bersama faktor yang dikeluarkan
oosit, memacu proliferasi sel granulosa mural, sel granulosa yang melekat pada
dinding folikel.
3. Fase Luteal
Menjelang dinding folikel “pecah” dan oosit keluar saat ovulasi, sel
granulosa membesar, timbul vakuol dan penumpukan pigmen kuning, lutein
proses luteinisasi, yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum. Selama 3 hari
pascaovulasi, sel granulosa terus membesar membentuk korpus luteum bersama
sel teka dan jaringan stroma di sekitarnya. Vaskularisasi yang cepat, luteinisasi
dan membrana basalis yang menghilang, menyebabkan sel yang membentuk
korpus luteum sulit dibedakan asal muasalnya.
Pascalonjakan LH, pembuluh darah kapiler mulai menembus lapisan
granulosa menuju ke tengah ruangan folikel dan mengisinya dengan darah. LH
memicu sel granulosa yang telah mengalami luteinisasi, untuk menghasilkan
15
dan angiopetin memacu angiogenesis, dan pertumbuhan pembuluh darah ini
merupakan hal yang penting pada proses luteinisasi. Pada hari ke 8-9 pascaovulasi
vaskularisasi mencapai puncaknya bersamaan dengan puncak kadar progesteron
dan estradiol.
Pertumbuhan folikel pada fase folikuler yang baik akan menghasilkan
korpus luteum yang baik/normal pula. Jumlah reseptor LH di sel granulosa yang
terbentuk cukup adekuat pada pertengahan siklus/akhir fase folikuler, akan
menghasilkan korpus luteum yang baik. Korpus luteum mampu menghasilkan
baik progesteron, estrogen, maupun androgen. Kemampuan menghasilkan steroid
seks korpus luteum sangat tergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal.
Kadar progesteron meningkat tajam segera pascaovulasi. Kadar progesteron dan
estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari pascalonjakan LH, kemudian
menurun perlahan, bila tidak terjadi pembuahan. Bila terjadi pembuahan, sekresi
progesteron tidak menurun karena adanya stimulus dari human Chorionic
Gonadotropin (hCG), yang dihasilkan oleh sel trofoblast buah kehamilan.
2.2.2 Kelainan Menstruasi
Sebagian wanita yang tidak subur mengalami siklus anovulatorik; mereka
tidak mengalami ovulasi, tetapi mendapat haid dengan interval yang relatif teratur.
Siklus anovulatorik hampir selalu terjadi pada 1-2 tahun pertama setelah
menarche dan juga sebelum menopause.
Amenorea berarti tidak adanya periode haid. Bila perdarahan menstruasi
tidak pernah terjadi, keadaan tersebut dinamai amenorea primer. Beberapa wanita
dengan amenorea primer memiliki payudara berukuran kecil dan tanda kegagalan
pematangan seksual lainnya. Terhentinya siklus pada wanita yang sebelumnya
mengalami daur yang normal disebut amenorea sekunder. Penyebab tersering
amenorea sekunder adalah kehamilan. Penyebab lain amenorea adalah rangsangan
emosi, perubahan lingkungan, kelainan hipotalamus, gangguan hipofisis, kelainan
16
pada beberapa wanita dengan amenorea hipotalamus, frekuensi pulsatil GnRH
melambat akibat aktivitas opioid yang berlebihan di hipotalamus.
Istilah hipomenorea dan menoragia masing-masing mengacu pada darah
haid yang sedikit dan berlebihan, pada daur yang teratur. Metroragia adalah
perdarahan dari uterus yang terjadi di antara periode haid, dan oligomenorea
adalah frekuensi haid yang berkurang (Sylvia, 2002; Lorraine, 2002).
Menurut Manuaba, 2010 beberapa kelainan siklus menstruasi adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 : Kelainan Menstruasi
Bentuk Kelainan Manifestasi Kliniknya Sebabnya
Hipermenorea Perdarahan banyak saat haid,
gumpalan melebihi 8 hari.
Hipomenorea Perdarahan sedikit dan
lamanya kurang dari 3 hari.
17
Polimenorea Frekuensi menstruasi pendek
kurang dari 21 hari.
Oligomenorea Siklus menstruasi panjang
melebihi 35 hari.
Jumlah dan lama perdarahan relatif sama.
Patrun ovulatoir menstruasi fertilitas tidak terganggu.
Amenorea Terhentinya menstruasi lebih
dari 3 bulan.
18 Kontak berdarah Perdarahan yang terjadi saat
hubungan seksual.
Kelainan pada uterus Keganasan
19 Pembagiannya, yaitu: primer dismenorea dan sekunder
2.2.3 Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi
Dalam penelitian sebelumnya tentang hubungan antara stres dan siklus
menstruasi, ditemukan adanya keterkaitan keduanya. Sebuah analisis
cross-sectional satu tahun data dari 206 wanita menunjukkan adanya korelasi antara
20
kehidupan dengan stres, dan karakteristik siklus, termasuk panjang selang, durasi
berdarah, dan variabilitas dalam kedua hal tersebut.
Ada juga hipotesis lain yang mengatakan bahwa wanita dengan tingkat stres
yang lebih tinggi akan lebih mungkin mengalami siklus yang tidak normal dan
berhubungan dengan panjang fase folikuler dan panjang fase luteal. Ada
kecenderungan non-signifikan bagi perempuan untuk melaporkan tingkat stres
yang lebih tinggi selama siklus oligomenorea dan jelas dibandingkan dengan
siklus normal (Mansfield Et al, 2004).
Menurut Primastuti (2012), terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas
dan siklus menstruasi. Obesitas meningkatkan faktor risiko dari ketidakteraturan
siklus menstruasi hingga 3,5 kali lipat. Responden yang memiliki siklus
menstruasi tidak teratur sebesar 18,42% dengan rincian 6,58% ber-BMI normal
dan 11,84% ber-BMI obesitas. Sedangkan yang memiliki siklus menstruasi teratur
sebesar 81,58 didominasi oleh responden ber-BMI normal sebesar 53,95% dan
27,63% ber-BMI obesitas.
Menurut Saerang (2010), terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus
menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado.
Dibuktikan dengan hasil penelitian dimana terdapat sebagian besar responden
mengalami tingkat stres normal dengan jumlah 54 responden (60%) dan sebagian
besar responden mengalami siklus menstruasi teratur dengan 69 responden
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus
kehidupan. Pada tahap ini terjadi proses pematangan pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikologis. Pematangan pertumbuhan
dan perkembangan secara fisik ini meliputi berbagai organ salah satunya yaitu
organ reproduksi. Kesehatan reproduksi pada tahap ini sangatlah penting karena
berkaitan erat dengan fertilitas (Rakhmawati, 2012).
Jika tercapai pubertas (akil balik), maka terjadilah perubahan-perubahan pada
ovarium yang mengakibatkan pula perubahan-perubahan besar pada seluruh
badan wanita tersebut. Pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun. Kejadian yang
terpenting pada pubertas ialah haid atau menstruasi. Paling awal terjadinya
pertumbuhan payudara (thelarche), kemudian tumbuh rambut kemaluan
(pubarche), disertai dengan tumbuhnya rambut di ketiak. Wanita dewasa yang
sehat dan tidak hamil, setiap bulan teratur mengeluarkan darah dari alat
kandungannya. Hal ini lah yang disebut menstruasi (Sastrawinata, 2012).
Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya
gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim dan payudara, infertilitas serta
fracture tulang. Perubahan panjang dan gangguan keteraturan siklus menstruasi
menggambarkan adanya perubahan hormon reproduksi. Pemendekan masa
folikuler menyebab siklus menstruasi menjadi lebih singkat (polimenore)
berhubungan dengan penurunan kesuburan dan kegugguran, sedangkan
pemanjangan siklus menstruasi (oligomenore) berhubungan dengan kejadian
anovulasi, invertilitas, dan keguguran. Siklus menstruasi dikatakan normal jika
jarak antara hari pertama keluarnya darah menstruasi dan hari pertama menstruasi
2
Faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain
gangguan hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, stres, usia, dan
penyakit metabolik seperti Diabetes Melitus (Rakhmawati, 2012).
Menurut Primastuti (2012), terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas
dan siklus menstruasi. Obesitas meningkatkan faktor risiko dari ketidakteraturan
siklus menstruasi hingga 3,5 kali lipat. Responden yang memiliki siklus
menstruasi tidak teratur sebesar 18,42% dengan rincian 6,58% ber-BMI normal
dan 11,84% ber-BMI obesitas. Sedangkan yang memiliki siklus menstruasi teratur
sebesar 81,58 didominasi oleh responden ber-BMI normal sebesar 53,95% dan
27,63% ber-BMI obesitas.
Menurut Saerang (2010), terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus
menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado.
Dibuktikan dengan hasil penelitian dimana terdapat sebagian besar responden
mengalami tingkat stres normal dengan jumlah 54 responden (60%) dan sebagian
besar responden mengalami siklus menstruasi teratur dengan 69 responden
(76,7%).
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah sering sekali membuat mahasiswi
merasa kesulitan dan berakhir dengan stres. Pada saat ini kemungkinan besar
terjadi peningkatan jumlah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara (FK USU) tahun masuk 2012 dengan masalah siklus menstruasi akibat stres
yang berlebihan dalam mempersiapkan Karya Tulis Ilmiah.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan
antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012
yang sedang menyusun dan mempersiapkan Karya Tulis Ilmiah.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi
3
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan stres dengan siklus menstruasi
pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Mengetahui tingkatan stres pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012
2. Mengetahui siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU tahun masuk 2012
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Menambah wawasan tentang siklus menstruasi untuk pembaca.
2. Mengetahui masalah-masalah siklus menstruasi akibat stres.
3. Bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
hubungan stres dengan siklus menstruasi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang
ii
ABSTRAK
Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim dan payudara, infertilitas serta fracture tulang. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh berbagi faktor seperti stres, gangguan hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, usia, dan penyakit metabolik seperti Diabetes Melitus. Stres cenderung semakin meningkat pada mahasiswa tahun akhir. Ini dapat menyebabkan terganggunya siklus menstruasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012.
Penelitian ini bersifat analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012. Jumlah sampel sebanyak 180 orang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data tingkat stress dilakukan dengan pengisian kuesioner DASS 42 dan data siklus menstruasi diisi pada identitas responden.
Hasil penelitian dengan uji analisis Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan stres dengan siklus menstruasi, dengan nilai p=0,896 (p>0,05).
Kesimpulan pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan stress dengan siklus menstruasi .