• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MURID TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH

DASAR YANG MEMILIKI DAN YANG TIDAK MEMILIKI USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH :

ADRI DESLITA SITUMORANG NIM: 091000100

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah program upaya kesehatan yang terdapat di sekolah yang memiliki tujuan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) murid. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kurang baik dapat mengakibatkan murid lebih mudah terpapar penyakit seperti diare dan kecacingan. Hal ini dapat mengganggu daya tangkap murid terhadap pelajaran yang diberikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan murid tentang PHBS di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah yang tidak memiliki UKS.

Lokasi penelitian di Kota Medan, populasi adalah murid kelas III-V di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah yang tidak memiliki UKS, sampel berjumlah 70 murid dari masing-masing sekolah yang dipilih secara acak sederhana. Data dikumpulkan melalui kuesioner, untuk data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji T dan data yang tidak terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji nonparametrik Mann Whitney.

Hasil penelitian yang didapat bahwa mean skor fasilitas sanitasi dasar adalah 15. Sekolah yang memiliki UKS memiliki fasilitas sanitasi yang baik dengan skor 14 dan sekolah yang tidak memiliki UKS memiliki fasilitas sanitasi yang baik pula dengan skor 16, pelaksanaan UKS baik dan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada murid di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah tidak memiliki UKS dalam hal pengetahuan (p= 0,001), sikap (p= 0,001),dan tindakan (p=0,001) tentang PHBS.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan murid mengenai PHBS di sekolah memiliki UKS dan tidak memiliki UKS. Sebagai rekomendasi dalam penelitian ini maka diharapkan sekolah yang tidak memiliki UKS dapat bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk membuka UKS.

(3)

ABSTRACT

School Health Unit was a health improvement program located in schools with the aim of increasing Clean and Healthy Life Behaviour students. Without a Clean and Healthy Life Behaviour students more easily exposed to diseases such as diarrhea and worm infestation. It can reduce student ability to receive their lessons.

This study aims to determine there was difference or not in students knowledge, attitudes and practice about Clean and Healthy Life Behaviour in the school who had and hasn’t had School Health Unit.

Research site was in Medan. Population in this study were class III-V in a elementary school who had School Health Unit and a elementary school who hasn’t had School Health Unit, the samples were 70 students from each school. The sampling technique used was stratified random sampling. Data was obtained by questionnaires and interviews, analyzed using the T test for normally distributed data and Mann Whitney test for data not normally distributed.

The research results showed that basic sanitation score mean were 15, basic sanitation in a school who had School Health Unit was good with score 14 and a school who hasn’t had School Health Unit was good too with score 16, implementation of School Health Unit in a school who had School Health Unit was good, and there are differences (p ≤ 0.05) in students knowledge(p=0,001), attitudes (p=0,001) and practice (p=0,001)about Clean and Healthy Life Behaviour in a school who had and hasn’t had School Health Unit.

Based on the results of the study, concluded that there are differences in students knowledge, attitudes, and actions about Clean and Healthy Life Behaviour in the school who have School Health Unit and a school who hasn’t had School Health Unit. For recommendation in this research it is expected that the school without School Health Unit make cooperation with local goverment clinic to opening School Health Unit.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Adri Deslita Situmorang

Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 27 Desember 1990

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln.Jamin Ginting gg Sarmin no.5 Kota Medan Nama Orangtua : Ayah : S.O. Situmorang

Ibu : R. Simanungkalit

Riwayat Pendidikan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: ”Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013.” Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, M.kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Ibu dr.Devi Nuraini Santi, M.kes selaku Dosen Pembimbing II dan Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama Kak Dian selaku pegawai Departemen Kesehatan Lingkungan.

6. Ibu Sumiati Ginting,S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 060889 dan Bapak Drs.Abdul Wahid, M.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 060884 Kota Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Teristimewa kepada kedua orangtua yang sangat Saya kasihi, Saan Ojahan Situmorang dan Retima Simanungkalit serta adik-adik Yosi, Joel dan Ria yang tidak pernah lelah memberikan dukungan baik secara moral ataupun materil dengan penuh kasih sayang sehingga Saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kelompok kecil “InnerBeing” (Kak Puji, Sonde, Manda, Indri, Marta) yang selama 4 tahun telah bersama dan saling memberi dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir.

(7)

10. Yan Mahesa Damanik yang selalu bersedia mendengar keluhan Saya dan memberikan semangat serta membantu dalam penulisan skripsi ini.

11. Keluarga gang Sarmin nomor 5 (Erika, Yuni, Ines, Yosi, Santi, Desi, Nanda, Shinta, Detta dan Lois) yang banyak memberikan hiburan saat mengerjakan skripsi ini.

12. Teman- teman PBL ( Desima, Kak Rindi, Ayu, Kak Nad, Kak Iba) yang telah menjadi teman berbagi cerita bersama.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2013 Penulis

(8)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MURID TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH

DASAR YANG MEMILIKI DAN YANG TIDAK MEMILIKI USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

Yang dipersiapkan dan disidangkan oleh : ADRI DESLITA SITUMORANG

NIM. 091000100

Skripsi Ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk disidangkan di Hadapan Tim penguji Bagian Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Sekolah Dasar... 8

2.1.1 Pengertian Sekolah Dasar ... 8

2.1.2 Fungsi dan Peranan Sekolah ... 9

2.2 Usaha Kesehatan Sekolah ... 10

2.2.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah ... 10

2.2.2 Sejarah UKS ... 11

2.2.3 Tujuan, Sasaran dan Peran UKS ... 13

2.2.4 Ruang Lingkup UKS ... 14

2.2.5 Hasil Program UKS yang Diharapkan ... 19

2.3 Sanitasi Dasar Sekolah ... 20

2.3.1 Pengertian Sanitasi Dasar ... 20

2.3.2 Upaya Sanitasi Dasar di Sekolah ... 20

2.3.2.1 Penyediaan Air Bersih ... 20

2.3.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia (jamban) ... 22

2.3.2.3 Pengelolaan Sampah ... 23

2.3.2.4 Saluran Pembuangan Air Limbah ... 25

2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 26

2.4.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 26

2.4.2 Tujuan, Manfaat dan Sasaran PHBS ... 27

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi PHBS ... 28

2.4.4 Indikator PHBS ... 29

2.4.5 Masalah Kesehatan yang Dapat Dikurangi dengan PHBS ... 31

2.5 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kesehatan ... 33

2.5.1 Pengetahuan ... 33

(10)

2.5.3 Tindakan ... 36

2.6 Kerangka Konsep ... 38

2.7 Hipotesa Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 40

3.2.2 Waktu Penelitian ... 40

3.3 Populasi dan Sampel ... 41

3.3.1 Populasi ... 41

3.3.2 Sampel ... 41

3.3.2.1 Besar Sampel ... 41

3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel... 42

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Data Primer ... 44

3.4.2 Data Sekunder ... 44

3.5 Definisi Operasional... 44

3.6 Aspek Pengukuran ... 45

3.6.1 Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah ... 45

3.6.2 Sanitasi dasar Sekolah ... 46

3.6.3 Pengetahuan ... 47

3.6.4 Sikap ... 47

3.6.5 Tindakan ... 48

3.7 Analisa Data ... 49

3.7.1 Analisa Univariat ... 49

3.7.2 Analisa Bivariat ... 49

BAB IV HASIL ... 50

4.1 Gambaran Umum Sekolah Memiliki UKS dan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 50

4.2 Analisa Univariat ... 52

4.2.1 Distribusi Murid Berdasarkan Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin ... 52

4.2.2 Sanitasi Dasar di Sekolah Memiliki UKS dan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 53

4.2.3 Pelaksanaan UKS di Sekolah Memiliki UKS ... 54

4.2.4 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehta (PHBS) di Sekolah Memiliki UKS dan Tidak Memiliki UKS ... 56

4.3 Uji Normalitas ... 57

4.4 Analisa Bivariat ... 58

(11)

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1 Gambaran Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin ... 60

5.2 Fasilitas Sanitasi Dasar ... 61

5.2.1 Sanitasi Dasar di Sekolah yang Memiliki UKS ... 61

5.2.1.1 Sarana Air Bersih ... 61

5.2.1.2 Sarana Jamban ... 62

5.2.1.3 Sarana Tempat Sampah ... 63

5.2.1.4 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 64

5.2.2 Fasilitas Sanitasi Dasar di Sekolah yang Tidak Memiliki UKS ... 65

5.2.2.1 Sarana Air Bersih ... 65

5.2.2.2 Sarana Jamban ... 66

5.2.2.3 Sarana Tempat Sampah ... 67

5.2.2.4 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 68

5.3 Pelaksanaan UKS di Sekolah Memiliki UKS ... 69

5.3.1 Pendidikan Kesehatan ... 69

5.3.2 Pelayanan Kesehatan ... 70

5.3.3 Penyehatan Kesehatan Lingkungan Sekolah ... 71

5.4 Gambaran Perbandingan Pengetahuan Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid di Sekolah Memiliki UKS dengan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 72

5.5 Gambaran Perbandingan Sikap Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid di Sekolah Memiliki UKS dengan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 73

5.6 Gambaran Perbandingan Tindakan Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid di Sekolah Memiliki UKS dengan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 76

6.1 Kesimpulan ... 76

6.2 Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Pengambilan Sampel dari Tiap Kelas pada

Sekolah Dasar Tidak Memiliki UKS ... 43

Tabel 3.2 Pengambilan Sampel dari Tiap Kelas pada Sekolah Dasar Memiliki UKS ... 43

Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Nilai pada Pernyataan Sikap ... 48

Tabel 4.1 Distribusi Murid Berdasarkan Karakterisktik Umur dan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.2 Skor Sanitasi Dasar Sekolah Memiliki UKS dan Tidak Memiliki UKS ... 53

Tabel 4.3 Penilaian Pelaksanaan UKS di Sekolah Memiliki UKS ... 55

Tabel 4.4 Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Murid Mengenai PHBS ... 56

Tabel 4.5 Uji Normalitas ... 57

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Lampiran 2 Lembar Observasi Sanitasi Dasar Sekolah

Lampiran 3 Kuesioner Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Lampiran 5 Surat Balasan

Lampiran 6 Output SPSS

Lampiran 7 Skor pengetahuan, sikap dan tindakan murid di kedua sekolah

(15)

ABSTRAK

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah program upaya kesehatan yang terdapat di sekolah yang memiliki tujuan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) murid. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kurang baik dapat mengakibatkan murid lebih mudah terpapar penyakit seperti diare dan kecacingan. Hal ini dapat mengganggu daya tangkap murid terhadap pelajaran yang diberikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan murid tentang PHBS di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah yang tidak memiliki UKS.

Lokasi penelitian di Kota Medan, populasi adalah murid kelas III-V di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah yang tidak memiliki UKS, sampel berjumlah 70 murid dari masing-masing sekolah yang dipilih secara acak sederhana. Data dikumpulkan melalui kuesioner, untuk data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji T dan data yang tidak terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji nonparametrik Mann Whitney.

Hasil penelitian yang didapat bahwa mean skor fasilitas sanitasi dasar adalah 15. Sekolah yang memiliki UKS memiliki fasilitas sanitasi yang baik dengan skor 14 dan sekolah yang tidak memiliki UKS memiliki fasilitas sanitasi yang baik pula dengan skor 16, pelaksanaan UKS baik dan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada murid di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah tidak memiliki UKS dalam hal pengetahuan (p= 0,001), sikap (p= 0,001),dan tindakan (p=0,001) tentang PHBS.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan murid mengenai PHBS di sekolah memiliki UKS dan tidak memiliki UKS. Sebagai rekomendasi dalam penelitian ini maka diharapkan sekolah yang tidak memiliki UKS dapat bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk membuka UKS.

(16)

ABSTRACT

School Health Unit was a health improvement program located in schools with the aim of increasing Clean and Healthy Life Behaviour students. Without a Clean and Healthy Life Behaviour students more easily exposed to diseases such as diarrhea and worm infestation. It can reduce student ability to receive their lessons.

This study aims to determine there was difference or not in students knowledge, attitudes and practice about Clean and Healthy Life Behaviour in the school who had and hasn’t had School Health Unit.

Research site was in Medan. Population in this study were class III-V in a elementary school who had School Health Unit and a elementary school who hasn’t had School Health Unit, the samples were 70 students from each school. The sampling technique used was stratified random sampling. Data was obtained by questionnaires and interviews, analyzed using the T test for normally distributed data and Mann Whitney test for data not normally distributed.

The research results showed that basic sanitation score mean were 15, basic sanitation in a school who had School Health Unit was good with score 14 and a school who hasn’t had School Health Unit was good too with score 16, implementation of School Health Unit in a school who had School Health Unit was good, and there are differences (p ≤ 0.05) in students knowledge(p=0,001), attitudes (p=0,001) and practice (p=0,001)about Clean and Healthy Life Behaviour in a school who had and hasn’t had School Health Unit.

Based on the results of the study, concluded that there are differences in students knowledge, attitudes, and actions about Clean and Healthy Life Behaviour in the school who have School Health Unit and a school who hasn’t had School Health Unit. For recommendation in this research it is expected that the school without School Health Unit make cooperation with local goverment clinic to opening School Health Unit.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 diselenggarakan menurut GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan sedari dini. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang sekolah paling dasar dalam pendidikan formal di Indonesia.

Jumlah Sekolah Dasar negeri di Indonesia pada tahun 2012 lebih kurang sebanyak 144.228 Sekolah Dasar. Jumlah tersebut belum termasuk Sekolah Dasar swasta/madrasah. Jumlah anak usia sekolah di Indonesia 30 persen dari jumlah penduduk. Berdasarkan hal tersebut maka anak usia sekolah merupakan pemberi atau modal utama dalam pembangunan nasional yang perlu dilindungi serta dijaga kesehatannya (Mulyawan, 2012).

(18)

Berdasarkan hal tersebut pemerintah pada tahun 1980 Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Kesehatan secara resmi mengeluarkan surat keputusan tentang kebijaksanaan dan pengembangan UKS serta surat keputusan mengenai Tim Pembina UKS. Pada tahun 1984 diterbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB 4 Menteri) antara Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, untuk lebih memantapkan pembinaan UKS secara terpadu (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah program terpadu lintas 16embil dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah maupun di madrasah. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdapat disekolah, guna menangani murid yang mengalami kecelakaan ringan di sekolah (upaya pertolongan pertama pada kecelakaan), untuk melayani kesehatan dasar bagi murid selama sekolah (pemberian imunisasi), untuk pemantauan pertumbuhan anak (Effendi, 1998).

(19)

Program pemeriksaan yang dilakukan pada tahun 2007 melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Tanjung Pinang, sebanyak 4.859 murid SD diperiksa dan didapat hasil 89,3 % murid mengalami ganguan gigi berupa karies. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Depkes, 2007).

Berdasarkan laporan pusat promosi kesehatan diketahui bahwa 75% kesehatan dibangun oleh lingkungan yang sehat dan kebiasaan hidup bersih sehat. Tidak ada yang bisa dikerjakan pada kondisi sakit, bahkan aktivitas sehari-hari juga tidak dapat dilakukan bila kondisi fisik, psikis dan lingkungan yang makin buruk (Depkes, 2007). Di Kota Medan terdapat lebih kurang 550 Sekolah Dasar. Kecamatan Medan Baru terdapat 25 Sekolah Dasar (Badan Akreditasi Nasional 2011). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 mengenai pembinaan anak sekolah, setiap sekolah baik dalam tingkat SD, SMP, maupun SMA harus memiliki ruang UKS beserta anggota dan pembina UKS, namun pada kenyataannya hanya terdapat dua Sekolah Dasar yang memiliki UKS. Ketidakberadaan UKS dalam suatu sekolah dasar menjadi masalah, murid di sekolah tidak mendapatkan pendidikan hidup bersih dan sehat yang merupakan salah satu dari Trias dan tujuan UKS. Keberhasilan pembinaan dan pengembangan UKS pada akhirnya akan terlihat pada perilaku hidup sehat dan derajat kesehatan murid. Ini merupakan dampak yang diharapkan dari keseluruhan pola pembinaan dan pengembangan UKS (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

(20)

air limbah. Pengetahuan serta sikap yang baik mengenai hidup bersih dan sehat bila tidak didukung dengan terpenuhinya sanitasi dasar sekolah maka sekolah yang sehat tidak akan terwujud.

Berdasarkan survey dilapangan yang dilakukan di SD Negeri 080689 Kota Medan memiliki 150 murid dengan jumlah pengajar 15 orang, memiliki empat ruang kelas, tiga kamar mandi yang terpisah antara laki-laki, perempuan serta guru, tidak memiliki UKS. Sekolah tidak memiliki kantin di dalam sekolah, ketika jam istirahat murid sekolah dengan bebas membeli jajanan dari pedagang yang berada di luar sekolah. Setiap kelas memiliki jam olahraga yakni satu setengah jam setiap minggunya, sekali seminggu terdapat ekstrakurikuler renang yang dilaksanakan di kolam renang yang ditunjuk guru olahraga. Di Sekolah Dasar ini hanya terdapat satu tempat sampah pada sekolah yang terletak didepan ruang guru, murid-murid masih banyak yang membuang sampah sembarangan. Hanya terdapat empat ruang kelas sehingga murid masuk sekolah secara bergantian, ada kelas yang masuk pagi dan ada kelas yang masuk siang. Murid pergi ke sekolah dengan pakaian yang 18embilan lengkap. Berdasarkan absensi Januari 2013 rata-rata terdapat dua orang murid yang tidak masuk sekolah dikarenakan sakit di masing-masing kelas.

(21)

UKS. Terdapat pendidikan kesehatan berupa penyuluhan hidup bersih dan sehat yang rutin dilakukan setiap semester. Tiap kelas pada sekolah ini memiliki tempat sampah yang terletak masing-masing diluar ruangan. Sekolah ini memiliki kantin yang terdapat didalam sekolah, murid tidak diizinkan keluar sekolah untuk membeli jajanan ketika jam istirahat, hal ini dikarenakan sekolah terdapat di pinggir jalan raya sehingga sekolah tidak ingin mengambil resiko yang membahayakan muridnya. Berdasarkan absensi bulan Januari 2013, terdapat tiga kelas yang terdapat murid absensi dikarenakan sakit, masing-masing kelas satu murid.

Penerapan kebiasaan hidup bersih dan sehat di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12 tahun) seperti kecacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS (Azwar, 1999). Berdasarkan hal tersebut Penulis tertarik meneliti Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

(22)

Sekolah Dasar menjadi salah satu jawaban terhadap masalah PHBS di sekolah. Program UKS yakni pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan penyehatan lingkungan sekolah memberikan murid pengetahuan yang lebih mengenai PHBS, Program UKS menjadi program yang wajib pada setiap sekolah, namun terdapat sekolah yang tidak memiliki UKS. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai perilaku kesehatan murid di sekolah yang tidak memiliki UKS dan sejauh apa UKS dapat mempengaruhi perilaku kesehatan murid di sekolah. Maka dilakukan perbandingan pengetahuan, sikap dan tindakan murid tentang PHBS di Sekolah Dasar yang memiliki dan yang tidak memiliki UKS.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar yang memiliki dan yang tidak memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik umur dan jenis kelamin murid Sekolah Dasar pada pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dan tidak memiliki UKS

2. Mengetahui pelaksaanaan Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar yang memiliki UKS.

(23)

4. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan pada murid sekolah Dasar yang memiliki UKS dan yang tidak memiliki UKS mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

5. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap pada murid Sekolah Dasar yang memiliki UKS dan yang tidak memiliki UKS mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

6. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tindakan pada murid Sekolah Dasar yang memiliki UKS dan yang tidak memiliki UKS mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan Sekolah Dasar mengenai manfaat UKS sehingga dapat mengambil langkah-langkah terhadap pembukaan UKS.

2. Sebagai gambaran kondisi pelaksanaan UKS di sekolah sehingga dapat mengambil langkah-langkah terhadap pengembangan UKS

3. Sebagai gambaran kondisi fasilitas sanitasi dasar di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dan tidak memiliki UKS, sehingga pihak sekolah dapat melengkapi/mempertahankan fasilitas sanitasi dasar yang terdapat di sekolah tersebut.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekolah Dasar

2.1.1 Pengertian Sekolah Dasar

Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Salah satu tingkat pendidikan sekolah adalah Sekolah Dasar (Hasbullah,2005).

Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu sampai kelas enam dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum (Ahmadi, 2001).

(25)

2.1.2 Fungsi dan Peranan Sekolah

Fungsi dan peranan sekolah diatur dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sebagian besar pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukkan betapa penting dan besar pengaruh sekolah (Sarwono,1997).

Fungsi sekolah antara lain sebagai berikut (Hasbullah, 2005):

1. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.

2. Lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. 3. Membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang

beradaptasi dengan baik di masyarakat.

4. Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tersebut kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah anak didik.

(26)

Dari segi yang mengusahakan sekolah terbagi menjadi dua jenis yakni (Hasbullah, 2005):

1. Sekolah negeri

Sekolah negeri adalah sekolah yang diusahakan pemerintah, baik deri segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga pengajar. Penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah ini ditetapkan di dalam Pasal 31 UUD 1945, yang pengaturan penyelenggaraannya diatur menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Instansi penyelenggara pada umumnya adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk sekolah-sekolah umum dan Departemen Agama untuk sekolah yang berciri khas Agama Islam.

2. Sekolah swasta

Sekolah swasta yaitu sekolah yang diusahakan oleh pihak selain pemerintah, yaitu pihak swasta. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 47 ayat (1), yaitu “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional”. Sekolah swasta berdasarkan statusnya terdiri dari disamakan, diakui, terdaftar dan tercatat.

2.2 Usaha Kesehatan Sekolah

2.2.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah

(27)

UKS sebagai media yang diharapkan berperan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia ditingkat sekolah, secara umum UKS menerapkan program pembinaan melalui sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, dan mencakup sekolah agama, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Luar Biasa (Effendy, 2009).

2.2.2 Sejarah Usaha Kesehatan Sekolah

Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 diselenggarakan menurut GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Derajat kesehatan menggambarkan pribadi masyarakat dan lingkungan yang sehat. Usia sekolah merupakan usia terbaik untuk menanamkan perilaku sehat semenjak dini. (Ismoyowati, 2007)

(28)

pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (Effendy,1998)

Pada tahun 1982 ditandatangani Piagam Kerjasama antara Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, tentang Pembinaan Kesehatan Anak dan Perguruan Agama Islam. Pada tahun 1984 diterbitkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB 4 Menteri) antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, dengan tujuan untuk lebih memantapkan pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah secara terpadu, dengan Nomor 0408a/U/1984; Nomor 319/Menkes/SKB/VI/1984; Nomor 60 Tahun 1984 tanggal 3 September 1984, tentang Pokok Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Kemudian Surat Keputusan Bersama tersebut diperbaharui dengan Nomor 0372a/P/1989; Nomor 390a/Menkes/SKB/VI/1989 tanggal 12 Juni 1989 tentang Tim Pembina UKS (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

Pada tahun 2003, seiring dengan perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralisasi menjadi desentralisasi serta perkembangan di bidang pendidikan dan kesehatan, maka dilakukan penyempurnaan SKB 4 Menteri tahun 1984 menjadi: 1. Nomor: 1/U/SKB; Nomor 1067/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor 26 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS.

(29)

2.2.3 Tujuan, Sasaran dan Peran Usaha Kesehatan Sekolah

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya (Tim Pembina UKS Pusat, 2003). Tujuan khusus dari Usaha Kesehatan Sekolah adalah memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan derajat kesehatan murid yang mencakup:

1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.

2. Sehat baik dalam arti fisik, mental maupun sosial.

3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan narkotika, obat dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya.

Sasaran program Usaha Kesehatan Sekolah adalah peserta didik di sekolah/satuan pendidikan luar sekolah, guru, pamong pelajar, pengelola pendidikan lainnya, pengelola kesehatan dan masyarakat. Maka pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah/satuan pendidikan luar sekolah dilaksanakan melalui tiga program pokok yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah. (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

(30)

fisik, mental, dan sosial serta memiliki produktivitas yang optimal dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan secara terus menerus yang dimulai sejak dalam kandungan, balita, usia sekolah sampai usia lanjut (Effendi,1998).

2.2.4 Ruang Lingkup Usaha Kesehatan Sekolah

Ruang lingkup kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis, optimal serta menjadi sumber daya manusia yang berkualitas (Depkes, 2007).

Penekanan kegiatan UKS adalah pada upaya promotif dan preventif, untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS (Sumijatun, 2005).

Kegiatan UKS lebih dikenal dengan sebutan Trias UKS, untuk tatanan Sekolah Dasar (SD) dimana kegiatannya berupa pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat (Effendy, 2009)

1. Pendidikan Kesehatan (Health Education in School)

Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, sosial maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun dimasa yang mendatang (Effendi,1998).

(31)

meningkatkan derajat kesehatannya ke tingkat yang lebih baik. Pemeliharaan kesehatan pribadi yang dapat dilakukan peserta didik dengan mebiasakan hidup bersih dan sehat seperti menjaga kebersihan kulit, memelihara kebersihan kuku, memelihara kebersihan rambut, memelihara kebersihan dan kesehatan mata, memelihara kebersihan mulut dan gigi serta memakai pakaian yang bersih dan serasi (Depkes, 2007).

Pendidikan kesehatan memiliki tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar/ berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dan bahwa perubahan dapat diinduksikan (Slamet, 2007).

Pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah memiliki tujuan, antara lain:

1. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan teratur.

2. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat. 3. Peserta didik dapat memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan

dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.

4. Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan.

5. Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

(32)

7. Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.

8. Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar. 9. Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang

optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.

Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler. Pelaksanaan pendidikan melalui kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu pengetahuan sosial. Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan. Materi pendidikan kesehatan di sekolah dasar yang masuk dalam sains Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kebersihan dan kesehatan pribadi, makanan bergizi, pendidikan kesehatan reproduksi dan pengukuran tingkat kesegaran jasmani (Anonim, 2010).

(33)

Materi pendidikan penyuluhan yang dilakukan dalam kegiatan UKS di sekolah dasar meliputi kegiatan penyuluhan kesehatan anak, gizi, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan dan berbagai penyuluhan yang lainnya. Pada intinya kegiatan pendidikan UKS untuk anak SD/MI dimulai dengan membentuk kebiasaan menggosok gigi dengan benar, mencuci tangan, membersihkan kuku dan rambut serta pendidikan dokter kecil. (Konsultan Manajemen Nasional Bidang Pengembangan Program, 2010)

2. Pelayanan Kesehatan (School Health Service)

Pada pelayanan kesehatan disekolah atau madrasah penekanan utamanya adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya dibawah koordinasi guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat (Sumijatun, 2005).

(34)

P3K dan tindakan rujukan ke puskesmas serta pemberian makanan tambahan anak sekolah (Sumijatun, 2005).

Tujuan umum dari pelayanan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik dna seluruh warga masyarakat sekolah secara optimal.

Tujuan khusus pelayanan kesehatan antara lain :

1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.

3. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit dan kelainan, pengembalian fungsi, dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal.

4. Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan.

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat.

(35)

Program pembinaan lingkungan sekolah antara lain: 1. Lingkungan fisik sekolah

Meliputi penyediaan dan pemeliharaan tempat pembuangan air bersih, pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah, pengadaan dan pemeliharaan air limbah, pemeliharaan kamar mandi, WC, kakus dan urinoir, pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium dan tempat ibadah, pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah (termasuk penghijauan sekolah), pengadaan dan pemeliharaan warung atau kantin sekolah, serta pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.

2. Lingkungan mental dan sikap

Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat dilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan sekolah, sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah.

2.2.5 Hasil Program UKS yang Diharapkan

(36)

mengambil keputusan yang benar untuk menghadapi permasalahan dan tantangan kehidupan, siswa mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam pemeliharaan dan membina kebersihan, kelestarian lingkungan fisik di rumah dan sekolah, siswa mempunyai status kesehatan dan kesegaran jasmani yang baik, siswa bebas dari penyakit menular dan penyakit seksual, siswa bebas dari kebiasaan merokok, minum alkohol dan penyalagunaan napza (Depkes, 2007).

Terhadap lingkungan sekolah diharapkan semua ruangan, termasuk kamar mandi, wc dan pekarangan sekolah bersih, tidak ada sampah, serta tersedia sumber air bersih bagi siswa (Effendi, 1998).

2.3 Sanitasi Dasar Sekolah

2.3.1 Pengertian Sanitasi Dasar di Sekolah

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar,1995).

2.3.2 Upaya Sanitasi Dasar di Sekolah

Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah (Azwar,1995).

2.3.2.1 Penyediaan Air Bersih

(37)

kesehatan manusia. Mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung (Slamet, 2007).

Agar air bersih tidak menyebabkan penyakit bagi manusia maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, sekurang-kurangnya diusahakan mendekati persyaratan yang telah ditentukan. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut (Chandra, 2007)

1. Syarat fisik, persyaratan fisik air minum adalah bening (tidak bewarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara luarnya.

2. Syarat biologis, air harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen. 3. Syarat kimia, air yang sehat harus mengandung zat-zat teretntu didalam jumlah

(38)

Air berperan dalam penularan penyakit. Ada empat macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu; (Chandra, 2007).

1. Water borne disease, yakni penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau carier. Bila air yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat terjadi penjangkitan penyakit pada orang yang bersangkutan.

2. Water based disease, yakni penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai penjamu (host) perantara.

3. Water washed disease, yakni penyakit yang ditularkan pada orang lain melalui persediaan air sebagai pencuci atau pembersih.

4. Vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit vektornya berkembang biak dalam air. Misalnya malaria, yellow fever, demam berdarah dan trypanosomiasis

2.3.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air (Chandra, 2007)

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam mendirikan bangunan jamban adalah (Notoatmodjo,2007):

(39)

2. Bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau serta tidak menjadi tempat hidupnya berbagai binatang 3. Bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, memiliki tempat berpijak yang

kuat, terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model cemplung.

4. Mempunyai lubang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu dialirkan pada sumur penampung dan atau yang terutama diisyaratkan jika mendirikan kakus model pemisahan bangunan kakus dengan tempat penampungan dan atau rembesan.

2.3.2.3 Pengelolaan Sampah

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang bersifat mudah membusuk dan ada yang bersifat tidak mudah membusuk. Kotoran manusia sekalipun padat tidak termasuk kedalam definisi sampah, demikian pula bangkai hewan yang cukup besar (Slamet, 2007). Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,2007).

Atas dasar definisi tersebut maka sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut: 1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah, kebun,

pertanian, dan lainnya

2. Sampah yang tidak dapat membusuk seperti kertas,plastic, karet, gelas, logam dan lainnya

(40)

4. Sampah yang berbahaya terhaddap terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industry yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya

Efek sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsiogenik, teratogenik, dan lain-lainnya. Selain itu terdapat pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industry. Efek tidak langsung dapat dirasakan akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak dalam sampah (Slamet,2007).

Pengolahan sampah meliputi tiga hal pokok yaitu: 1. Penyimpanan sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini aalah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain:

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah

(41)

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

2. Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing sekolah atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap sekolah atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).

3. Pemusnahan sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

1. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah

2. Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tengku pembakaran.

3. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk

2.3.2.4 Saluran Pembuangan Air Limbah

(42)

Air limbah dari sekolah biasanya dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya, maka beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:

1. Tidak sampai mengotori sumber air minum

2. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vektor 3. Tidak mengganggu estetika, baik dari segi pemandangan maupun bau

4. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat untuk rekreasi berenang dan sebagainya.

2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.4.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmodjo, 2007).

(43)

2.4.2 Tujuan, Manfaat dan Sasaran PHBS

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Sasaran PHBS meliputi tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum dan tatanan institusi kesehatan (Albar, 2003).

Menurut Albar, manfaat PHBS di sekolah antara lain:

1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindung dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit

2. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik

3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat)

4. Meningkatkan citra pemerintah daerah dibidang pendidikan 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

(44)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di institusi pendidikan merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, yang ternyata umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes, 2007).

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi PHBS

Terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi PHBS, sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor internal, dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut faktor eksternal (Dachroni, 2002).

1. Faktor Internal

Faktor internal seperti keturunan. Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikian diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya. Faktor internal lainnya yakni motif. Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani.

2. Faktor Eksternal

(45)

unsur-unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu. Faktor eksternal disebut juga faktor lingkungan.

2.4.4 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Indikator PHBS terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat umum, tatanan tempat kerja dan tatanan kesehatan.

(46)

Beberapa indikator PHBS di sekolah dasar (Depkes, 2011), meliputi: 1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika berada di sekolah

2. Menggunakan jamban jika buang air kecil dan buang air besar ketika di sekolah 3. Membuang sampah pada tempatnya

4. Mengikuti kegiatan olahraga 5. Jajan di kantin sekolah 6. Memberantas jentik nyamuk

7. Mengukur berat badan dan tinggi badan setiap bulan 8. Tidak merokok disekolah

Jika murid SD memahami PHBS maka dapat menekan tingginya angka kesakitan seperti penyakit diare, DBD dan penyakit ISPA yang kerap kali datang pada musim panca roba (Slamet, 2007).

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Umum

(47)

2.4.5 Masalah Kesehatan yang Dapat Dikurangi dengan PHBS di Sekolah Masalah kesehatan pada anak usia sekolah yang dapat dicegah dan dikurangi dengan melaksanakan PHBS di sekolah antara lain diare, karies gigi, gizi buruk, penyakit kulit dan kecacingan. Masalah terbanyak yang ditemui pada anak usia sekolah akibat memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang baik adalah diare, karies gigi serta kecacingan (Masita, 2011). Pelaksanaan PHBS yang baik dapat meningkatkan derajat kesehatan peserta didik sehingga diharapkan angka absensi dikarenakan sakit dapat berkurang.

1. Diare

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare biasanya disebabkan oleh racun bakteria tetapi dapat juga akibat dari infeksi virus. Gejala umum diare antara lain tinja cair atau lembek, muntah, biasanya menyertai diare pada gasteoentritis, demam, gejala dehidrasi yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun serta apatis. Penderita diare umumnya dapat sembuh dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu apabila hidup yang bersih, makan makanan yang bergizi serta istirahat, namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat menyebabkan bila tanpa perawatan (Soegijanto,2005).

(48)

2. Karies gigi

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan peripeks yang dapat mengakibatkan nyeri. Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya dan bahkan kematian. (Dechal, 1991).

Karies gigi sering ditemukan pada anak usia sekolah. Penyakit karies gigi pada anak usia sampai 12 tahun sebesar 74,4% (Depkes, 2007). Program pemeriksaan yang dilakukan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) murid SD di Tanjung Pinang sebanyak 4.859 orang pada tahun 2007 didapat hasil 89,3 % murid mengalami ganguan gigi berupa karies. Pencegahan karies gigi pada anak melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat disekolah dapat dilakukan antara lain dengan memilih jajanan sehat. 3. Kecacingan

(49)

Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius karena penyakit ini menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya kembang tumbuh anak karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Akibat lainnya seperti kurang gizi dan terjadinya penurunan fungsi kecerdasan.

Penelitian Onggowaluwu (1998) menunjukkan adanya gangguan fungsi kognitif yang diakibatkan infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah. Kondisi seperti ini tentu akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia. Hasil penelitian Elita (2008) di kabupaten Karo tentang faktor resiko gangguan pertumbuhan pada anak kelas 1 Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara gangguan pertumbuhan anak dengan faktor kecacingan.

Pencegahan kecacingan pada anak melalui dapat dicegah melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah, antara lain dengan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah memakan makanan, memakai pakaian yang rapi dan bersih dan memilih jajanan yang sehat/ membawa bekal makanan dari rumah.

2.5 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kesehatan 2.5.1 Pengetahuan

(50)

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan dan mendifinisikan.

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, memyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari.

(51)

penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis, yaitu kemampuan untuk memjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

2.5.2 Sikap

(52)

1. Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon, diartikan bahwa subjek memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indicator dari sikap.

3. Menghargai, diartikan bahwa subjek mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab, diartikan bahwa subjek bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :

1. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.

2. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.

2.5.3 Tindakan

(53)

dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis (Notoatmodjo, 2007). Tindakan terdiri dari beberapa tindakan yaitu:

1. Persepsi, mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme, bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis ssudah menjadi kebiasaan.

4. Adaptasi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

(54)

2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Ho : Tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS

Sekolah Dasar

Tidak Memiliki UKS Memiliki

UKS

Pelaksanaan UKS

 Baik  Tidak

Baik

PBHS Murid

 Pengetahuan  Sikap  Tindakan

Sanitasi Dasar

 Memenuhi Syarat  Tidak

Memenuhi

Syarat Karakteristik

Murid

 Umur  Jenis

Kelamin

Kurang Baik Baik

Sanitasi Dasar

 Memenuhi Syarat  Tidak

Memenuhi Syarat Karakteristik

Murid

 Umur  Jenis

(55)

Ha: Terdapat perbedaan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS.

Ho: Tidak terdapat perbedaan sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS

Ha: Terdapat perbedaan sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS.

Ho: Tidak terdapat perbedaan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah studi perbandingan (comparative study) yaitu untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan,sikap dan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan pengetahuan,sikap dan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di dua Sekolah Dasar yang terdapat di Kecamatan Medan Baru, yakni Sekolah Dasar Negeri 060889 dan Sekolah Dasar Negeri 060884. Alasan memilih lokasi karena:

1. SDN 060889 merupakan salah satu Sekolah Dasar yang tidak memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang terdapat di Kecamatan Medan Baru.

2. Terdapat dua sekolah yang memiliki UKS di Kecamatan Medan Baru, namun hanya SDN 060884 yang memberi izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

3. Belum pernah dilakukan penelitian serupa di kedua Sekolah Dasar tersebut. 3.2.2 Waktu Penelitian

(57)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah murid kelas III-V SDN 060889 yang berjumlah 70 murid dan murid kelas III-V SDN 060884 Kota Medan yang berjumlah 422 murid.

3.3.2 Sampel 3.3.2.1 Besar Sampel

Jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian kasus-pembanding (Lemeshow, 2010).

n1= n2= n

n = Z1-α/2 +Z1-β ]}2

(P1-P2)2

P2 tidak diketahui maka dianggap 0,5. Untuk mencari P1 digunakan rumus:

P1 = (OR) P2

(OR) P2+ (1-P2)

n = besar sampel

Z1-α/2 = tingkat kepercayaan (1,96)

Z1-β = tingkat kuasa (0,842)

P1 =Proporsi terpapar

P2 = Proporsi tidak terpapar

OR = Odds-ratio (2) Maka,

P1 = (2) 0,5

(58)

n = 1,96 +0,842 ]}2 (0,67 – 0,5)2

n = 1,964 0,0289 n = 67,95 n = 70

Jumlah sampel yang diambil dari masing-masing sekolah adalah 70 murid. Jumlah ini merupakan total populasi dari SDN 060889.

3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Pada SDN 060889 populasi berjumlah 70 murid yakni murid kelas III- V. Seluruh murid kelas III- V SDN 060889 menjadi sampel dari sekolah yang tidak memiliki UKS.

Pada SDN 060884 dari total populasi 422 murid akan dipilih secara acak sederhana (stratified random sampling) sebanyak 70 murid sebagai sampel dari sekolah yang memiliki UKS. Pengambilan sampel setiap kelas dilakukan dengan proposional, dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang representatif. Pada tiap kelas akan diambil sampel dengan jumlah tertentu secara acak oleh peneliti dengan menggunakan absensi murid.

Tabel 3.3 Pengambilan Sampel dari Tiap Kelas pada Sekolah Dasar Negeri 060889

(59)

No. Kelas Populasi Sampel

1. III 24 24

2. IV 20 20

3. V 26 26

Jumlah 70

Sampel yang diambil dari kelas III sebanyak 24 murid, kelas IV sebanyak 20 murid dan kelas V sebanyak 26 murid.

Tabel 3.2 Pengambilan Sampel dari Tiap Kelas pada Sekolah Dasar Negeri 060884

[image:59.612.143.497.85.164.2]

Pada Sekolah Dasar Negeri 060884, kelas III- V terdapat sembilan kelas, akan diambil 70 murid sebagai sampel. Jumlah sampel pada tiap kelas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

Pada Sekolah Dasar Negeri 060884 sampel yang diambil kelas IIIa, IIIb dan IIIc masing-masing sebanyak delapan murid, kelas IVa sebanyak delapan murid, kelas IVb dan IVc masing-masing sebanyak tujuh murid, kelas Va, Vb dan Vc masing-masing sebanyak delapan murid. Pengambilan sampel tiap kelas dilakukan secara acak oleh peneliti melalui absensi.

No. Kelas Populasi Sampel

1. IIIa 50 (50/422) x 70= 8 IIIb 48 (48/422) x 70= 8 IIIc 45 (45/422) x 70= 8

2. IVa 45 (45/422) x 70= 8

IVb 45 (45/422) x 70= 7

IVc 44 (44/422) x 70= 7

3. Va 51 (51/422) x 70= 8

Vb 49 (49/422) x 70= 8

Vc 45 (45/422) x 70= 8

[image:59.612.135.504.352.485.2]
(60)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui angket serta wawancara kepada responden, berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan dari data observasi serta pengukuran terhadap variabel penelitian tentang pengetahuan, sikap dan tindakan hidup bersih dan sehat murid di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah yang tidak memiliki UKS

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan, administrasi sekolah, dan lain-lain.

3.5 Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka defenisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut :

1. Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu sampai kelas enam dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah adalah suatu program kesehatan yang diterapkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan siswa sekolah dasar dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

(61)

ringan (upaya pertolongan pertama pada kecelakaan/P3K), melayani kesehatan dasar

Gambar

Tabel 3.2 Pengambilan Sampel dari Tiap Kelas pada Sekolah Dasar Negeri
Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Nilai pada Pernyataan Sikap
Tabel 4.1 Distribusi Murid Berdasarkan Karakterisktik Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Sanitasi Dasar Sekolah Memiliki UKS dan Sekolah Tidak Memiliki
+4

Referensi

Dokumen terkait

Analisis QSPM memperingkatkan delapan strategi yang dapat diimplementasikan oleh Fishing Valley dengan prioritas sebagai berikut: (1) meningkatkan kebersihan kolam

Disisi lain perkembangan pinjaman, simpanan masyarakat serta nisbah pinjaman terhadap masyarakat pada BRI Udes, LDKP dan Bank pasar dalam kurun waktu terakhir menunjukkan

Dengan cara yang sama perkiraan harga alat proses yang lainya dapat dilihat dalam tabel LE-3 dan tabel LE-4 untuk perkiraan harga peralatan utilitas pada Pabrik Kelapa Sawit..

casei demikian pula strain dari beberapa persyaratan yang diperlukan untuk menjadikan strain bakteri asam laktat sebagai agensia probiotik adalah bahwa strain tersebut

Menurut pengalaman anda apakah katekis menggunakan metode yang menarik dalam pelaksanaan pembinaan iman

Keperluan yang paling biasa untuk bahan anodik SOFC adalah kekonduksian elektrik yang sangat baik, aktiviti elektrokimia yang baik untuk mengoksidakan fuel,

Beda halnya dengan risiko yang ada pada pembiayaan yang menggunakan akad murabahah dimana pada prakteknya akad ini menjadi akad yang paling dominan digunakan

Atas berkat dan rahmat Allah dapatdiselesaikanskripsi yang berjudul “Peran Polisi Kehutanan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penebangan Liar Di Kabupaten