FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA DUKUN BAYI TERLATIH DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013
TESIS
Oleh
RISTIKA JULIANTY SINGARIMBUN 117032202/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE FACTORS INFLUENCING THE PERFORMANCE OF TRAINED TRADITIONAL BIRTH ATTENDANT IN DELIVERY ASSISTANCE IN THE WORKING AREA OF KEJURUAN MUDA HEALTH CENTER,
ACEH TAMIANG DISTRICT IN 2013
THESIS
By
RISTIKA JULIANTY SINGARIMBUN 117032202/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA DUKUN BAYI TERLATIH DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013
THESIS
BY
RISTIKA JULIANTY SINGARIMBUN 117032202/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA M E D A N
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA DUKUN BAYI TERLATIH DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
RISTIKA JULIANTY SINGARIMBUN 117032202/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA DUKUN BAYI TERLATIH DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN
PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJURUAN MUDA
KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Ristika Julianty Singarimbun
Nomor Induk Mahasiswa : 117032202
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (Asfriyati, S.K.M, M.Kes
Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
pada Tanggal : 24 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA DUKUN BAYI TERLATIH DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2013
ABSTRAK
Jumlah pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi di Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2011 sebesar 38,5%. Jumlah kematian ibu pada pertolongan dukun bayi sebesar 1,3%, sedangkan kematian bayi sebesar 1,6%. Hal ini mencerminkan bahwa kinerja dukun bayi dalam pertolongan persalinan belum optimal. Banyak faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja dukun bayi seperti faktor individu (umur, lama menjadi dukun bayi terlatih), faktor psikologi (sikap, motivasi) dan pengetahuan.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik atau explanatory dengan desain cross sectional yang bertujuan menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dukun bayi terlatih. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda. Populasi penelitian sebanyak 26 dukun bayi terlatih dan seluruhnya dijadikan sampel. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukun bayi memiliki kinerja yang baik yaitu 65,4%, sedangkan 34,6% tidak melakukan sesuai prosedur yang telah diajarkan pada saat pelatihan. Motivasi merupakan satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap kinerja dukun bayi dalam melakukan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang (p=0,002). Nilai probabilitas dukun bayi dalam pertolongan persalinan dalam analisis multivariat bahwa jika motivasi dukun bayi tinggi maka nilai probabilitas kinerja dukun bayi baik dalam melakukan pertolongan persalinan sebesar 88,88%.
Disarankan pimpinan Puskesmas untuk memberikan motivasi kepada seluruh dukun bayi yang ada di wilayah kerjanya agar kinerja seluruh dukun bayi menjadi baik dalam pertolongan persalinan.
ABSTRACT
The number of delivery assistance carried out by traditional birth attendant in Aceh Tamiang District in 2011 was 38.5%. Maternal Mortality Rate due to delivery assistance carried out by traditional birth attendant was 1.3% while Infant Mortality rate was 1.6%. This reflects that the performance of traditional birth attendant in delivery assistance is not yet optimal. The factors assumed to have influenced the performance of traditional birth attendant were individual factor (age, the length of service as trained traditional birth attendant), psychological factor (attitude and motivation), and knowledge.
The purpose of this analytical explanatory survey study with cross-sectional design carried out in the working area of Kejuruan Muda Health Center was to explain the factors influencing the performance of trained traditional birth attendant. The population of this study was 26 trained traditional birth attendants and all of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.
The result of this study showed that 65.4% of the trained traditional birth attendants had good work performance while the other 34.6% did not perform in accordance with the procedures taught in the training. Motivation was the only variable influencing the performance of trained traditional birth attendant in carrying out delivery assistance in the working area of Kejuruan Muda Health Center, Aceh Tamiang District (p = 0.002). The probability value of trained traditional birth attendant in carrying out delivery assistance according to the result of multivariate analysis was that if the motivation of trained traditional birth attendant is high, the probability value of trained traditional birth attendant in good carrying out delivery assistance was 88.88%.
The management of Kejuruan Muda Health Center is suggested to motivation to all of the traditional birth attendants in the performance of the entire working area in order to be good midwife in attendance all the birth.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini yang berjudul: “Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Dukun Bayi Terlatih
Dalam Melakukan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013.”
Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan
kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang penuh
perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan,
petunjuk, hingga selesainya penulisan tesis ini.
5. Asfriyati, S.K.M, M.Kes, selaku Pembimbing Kedua yang telah meluangkan
waktu dan memberi motivasi, bimbingan, arahan, petunjuk hingga selesainya
6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si dan Dra. Syarifah, M.S, selaku Tim Pembanding
yang telah bersedia menguji dan memberi masukan guna penyempurnaan tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Kepala Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang telah
memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
9. Seluruh keluarga tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan,
semangat, motivasi, pada penulis terutama dalam penyusunan tesis ini.
10.Seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara khususnya minat studi Kesehatan Reproduksi yang telah
menyumbangkan masukan dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik
dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Medan, September 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ristika Julianty Singarimbun berumur 25 tahun dilahirkan di
kota Medan Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 08 Juli 1988. Penulis beragama
Islam, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Drs. Marino Singarimbun dan
Suryati Kaban, saat ini penulis belum menikah.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Swasta Timbul
Jaya 2 Medan dan tamat pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 31 Medan tamat tahun 2003, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2
Medan tamat tahun 2006. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tamat tahun 2011. Pada tahun
2011-2013 penulis menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Pada tahun 2012-2013, penulis bekerja sebagai customer service di Rumah
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Permasalahan ... 9
1.3.Tujuan Penelitian ... 9
1.4.Hipotesis ... 9
1.5.Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Konsep Kinerja ... 11
2.2. Dukun Bayi ... 19
2.3. Pertolongan Persalinan ... 27
2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Dukun Bayi Terlatih ... 34
2.5. Landasan Teori ... 38
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 42
3.1. Jenis Penelitian ... 42
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
3.3. Populasi dan Sampel ... 42
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 43
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 46
3.6. Metode Pengukuran ... 47
3.7. Metode Analisis Data ... 50
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 53
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 53
4.2. Analisis Univariat ... 56
4.3. Analisis Bivariat ... 68
4.4. Analisis Multivariat ... 73
BAB 5. PEMBAHASAN ... 76
5.1. Kinerja Dukun Bayi dalam Pertolongan Persalinan ... 76
5.2. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kinerja Dukun Bayi Terlatih dalam Melakukan Pertolongan Persalinan ... 81
5.3. Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Dukun Bayi Terlatih dalam Melakukan Pertolongan Persalinan ... 84
5.4. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dukun Bayi Terlatih dalam Melakukan Pertolongan Persalinan ... 86
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
6.1. Kesimpulan ... 89
6.2. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman 3.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 44 3.2. Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 46 3.3. Metode Pengukuran Variabel Penelitian ... 50 4.1. Nama Desa dan Dusun di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013... 54 4.2. Jumlah Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 ... 55 4.3. Jumlah Dukun Bayi Terlatih di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 ... 56 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Identitas di Wilayah Kerja
Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 .... 57 4.5. Distribusi Jawaban Responden Variabel Pengetahuan di Wilayah
Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
2013 ... 58 4.6. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pertolongan Persalinan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2013 ... 59 4.7. Distribusi Jawaban Responden Variabel Sikap di Wilayah Kerja
Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 .... 60 4.8. Distribusi Jawaban Responden Variabel Sikap di Wilayah Kerja
Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 .... 61 4.9. Distribusi Jawaban Responden Variabel Motivasi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 .... 62 4.10. Distribusi Jawaban Responden Variabel Motivasi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013 .... 63 4.11. Distribusi Jawaban Responden Variabel Kinerja Dukun Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
4.12. Distribusi Jawaban Responden Variabel Kinerja Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2013 ... 65 4.13. Tabel Silang Hubungan Umur dengan Kinerja Dukun Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2013 ... 68 4.14. Tabel Silang Hubungan Lama Menjadi Dukun Bayi dengan Kinerja
Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2013 ... 69
4.15. Tabel Silang Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2013 ... 70
4.16. Tabel Silang Hubungan Sikap Dengan Kinerja Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2013 ... 71
4.17. Tabel Silang Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2013 ... 72
4.18. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda ... 74
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Diagram Skematis Teori Perilaku Dan Kinerja dari Gibson (1987) ... 15
2.2. Kerangka Teori... 40
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 96
2. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Data ... 102
3. Output SPSS Validitas Reliabilitas Data ... 103
4. Master Data Penelitian ... 120
5. Output SPSS Data Penelitian ... 121
6. Surat-surat Izin Penelitian ... 130
ABSTRAK
Jumlah pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi di Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2011 sebesar 38,5%. Jumlah kematian ibu pada pertolongan dukun bayi sebesar 1,3%, sedangkan kematian bayi sebesar 1,6%. Hal ini mencerminkan bahwa kinerja dukun bayi dalam pertolongan persalinan belum optimal. Banyak faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja dukun bayi seperti faktor individu (umur, lama menjadi dukun bayi terlatih), faktor psikologi (sikap, motivasi) dan pengetahuan.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik atau explanatory dengan desain cross sectional yang bertujuan menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dukun bayi terlatih. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda. Populasi penelitian sebanyak 26 dukun bayi terlatih dan seluruhnya dijadikan sampel. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukun bayi memiliki kinerja yang baik yaitu 65,4%, sedangkan 34,6% tidak melakukan sesuai prosedur yang telah diajarkan pada saat pelatihan. Motivasi merupakan satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap kinerja dukun bayi dalam melakukan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang (p=0,002). Nilai probabilitas dukun bayi dalam pertolongan persalinan dalam analisis multivariat bahwa jika motivasi dukun bayi tinggi maka nilai probabilitas kinerja dukun bayi baik dalam melakukan pertolongan persalinan sebesar 88,88%.
Disarankan pimpinan Puskesmas untuk memberikan motivasi kepada seluruh dukun bayi yang ada di wilayah kerjanya agar kinerja seluruh dukun bayi menjadi baik dalam pertolongan persalinan.
ABSTRACT
The number of delivery assistance carried out by traditional birth attendant in Aceh Tamiang District in 2011 was 38.5%. Maternal Mortality Rate due to delivery assistance carried out by traditional birth attendant was 1.3% while Infant Mortality rate was 1.6%. This reflects that the performance of traditional birth attendant in delivery assistance is not yet optimal. The factors assumed to have influenced the performance of traditional birth attendant were individual factor (age, the length of service as trained traditional birth attendant), psychological factor (attitude and motivation), and knowledge.
The purpose of this analytical explanatory survey study with cross-sectional design carried out in the working area of Kejuruan Muda Health Center was to explain the factors influencing the performance of trained traditional birth attendant. The population of this study was 26 trained traditional birth attendants and all of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.
The result of this study showed that 65.4% of the trained traditional birth attendants had good work performance while the other 34.6% did not perform in accordance with the procedures taught in the training. Motivation was the only variable influencing the performance of trained traditional birth attendant in carrying out delivery assistance in the working area of Kejuruan Muda Health Center, Aceh Tamiang District (p = 0.002). The probability value of trained traditional birth attendant in carrying out delivery assistance according to the result of multivariate analysis was that if the motivation of trained traditional birth attendant is high, the probability value of trained traditional birth attendant in good carrying out delivery assistance was 88.88%.
The management of Kejuruan Muda Health Center is suggested to motivation to all of the traditional birth attendants in the performance of the entire working area in order to be good midwife in attendance all the birth.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidak ada sejarah yang mencatat kapan pertama kali pertolongan persalinan
dilakukan oleh bidan di Indonesia. Dahulu, para ibu umumnya melahirkan tanpa
bantuan orang lain. Gangguan kesehatan pada masa kehamilan dan kesulitan selama
persalinan yang mengakibatkan ancaman bagi jiwa ibu dan bayi mendorong keluarga
meminta pertolongan pada orang lain yang dianggap mampu yaitu dukun bayi atau
dukun paraji. Saat ini, dukun bayi sebagian besar ditemukan di desa-desa. Peran
dukun bayi dalam pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan pertolongan persalinan
cukup besar. Jumlah persalinan yang ditolong dukun bayi lebih banyak dibandingkan
oleh bidan dan dokter. Dukun bersalin sangat dekat dengan masyarakat desa karena
keahliannya dalam melakukan pertolongan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku
(Nurhayati dkk., 2012).
Dukun bayi di perdesaan biasanya juga berperan sebagai; (1) edukator,
konselor, tabib; (2) melindungi kehamilan dari gangguan roh jahat; (3) meramu
jamu-jamuan untuk mempermudah proses kelahiran; (4) membersihkan dan mengubur
plasenta; (5) sumber informasi pelayanan kesehatan bagi ibu dan keluarga; (6)
men-dampingi ibu selama proses melahirkan dan nifas; membantu pekerjaan rumah tangga
di tempat ibu yang melahirkan; (7) menjembatani masyarakat dengan sistem
formal. Pendampingan tersebut berlangsung sampai bayi berumur 2 tahunan, namun
pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 hingga 10 hari pasca melahirkan (Martha,
2011).
Pertolongan persalinan di seluruh dunia masih didominasi oleh dukun beranak
(traditional birth attendants, TBA) yaitu sekitar 70% sekitar tahun 1990-an dan dalam
10 tahun terakhir menurun menjadi 30-40% terutama di negara berkembang, seperti
Afrika, India, Bangladesh, Pakistan, dan termasuk Indonesia (Manuaba dkk., 2011).
Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 terjadi
peningkatan jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menjadi 73%,
tetapi angka ini masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Depkes yaitu 90% pada
tahun 2010. Menurut Riskesdas (2010) sebanyak 55,4% persalinan terjadi di fasilitas
kesehatan, 44,6 % melahirkan di rumah. Ibu hamil yang melahirkan di rumah, 51,9%
ditolong oleh bidan, 48,1% oleh dukun bayi. Bila dilihat berdasarkan Provinsi,
penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang terendah adalah di Sulawesi
Tenggara (8,7%), dan tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (91,3%). Terdapat
kesenjangan yang sangat lebar persentase ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan
antara perkotaan dan perdesaan (64,8% versus 35,2%) (Kemenkes RI, 2010).
Adanya asumsi bahwa melahirkan di dukun lebih mudah dan murah
merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non
kesehatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, persentase
pertolongan persalinan oleh dukun sebesar (27,4%) menempati urutan kedua setelah
Penyebab masih banyaknya pertolongan persalinan oleh dukun bayi adalah otonomi
daerah bervariasi, sarana yang tersedia belum sesuai standar, belum semua petugas
kesehatan memiliki kompetensi (Karwati, 2011).
Keberadaan dukun bayi di Indonesia tidak mungkin dihapuskan dalam waktu
singkat, sehingga harus ditempuh jalan dengan memberi pendampingan bidan di desa
untuk meningkatkan pelayanan obstetri yang lebih bermutu dan menyeluruh.
Menurut data SDKI 2007 terjadi peningkatan jumlah persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan menjadi 73%, tetapi angka ini masih jauh dari target yang
ditetapkan oleh Depkes yaitu 90% pada tahun 2010. Penelitian Manuaba di Bali
(2009) pertolongan persalinan oleh dukun tidak terlatih sangat kecil yaitu 4,5%,
sedangkan oleh dukun terlatih 64,5%, sisanya oleh tenaga kesehatan 31%. (Manuaba
dkk., 2011).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh tahun 2010, bahwa
pada tahun 2009 persentase bayi dengan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan
sekitar 88,68%. Persentase ini terdiri atas 12,71% dokter, 75,43% bidan dan tenaga
medis lain sebesar 0,54%. Sekitar 9,15% persalinan ditolong oleh dukun bayi
(dukun bersalin), sebanyak 1,87% ditolong oleh famili/keluarga, dan sebesar 0,30%
ditolong lainnya (BPS NAD, 2010).
Berdasarkan profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang bahwa jumlah
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi pada tahun 2011 sebanyak
2.412 (38,5%) dari jumlah sasaran 6.265 ibu bersalin. Jumlah kematian ibu pada
sebanyak 39 bayi (1,6%). Faktor utama ibu yang berkontribusi terhadap kematian
ibu dan bayi adalah hipertensi maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan
kelahiran (17,5%), ketuban pecah dini dan perdarahan antepartum masing-masing
12,7% (Dinkes Kabupaten Aceh Tamiang, 2012).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh
Tamiang bahwa jumlah dukun bayi sebanyak 26 orang dan seluruhnya sudah pernah
mengikuti pelatihan dan dinyatakan lulus. Cakupan pertolongan persalinan yang
ditangani oleh dukun terlatih di wilayah kerja Puskesmas Kejuruan Muda masih
cukup tinggi yaitu 44,6% (Puskesmas Kejuruan Muda, 2012). Masih banyaknya
ibu di pedesaan lebih senang memanfaatkan pelayanan dukun bayi dikarenakan
sesuai dengan sistem sosiokultural yang ada di daerah pedesaan tersebut. Dukun
bayi berasal dari daerah sekitar yang dikenal oleh masyarakat sekitarnya. Mereka
telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem organisasi sosial dan sistem
keagamaan yang berlaku (Zalbawi, 1996).
Fenomena dukun bayi merupakan salah satu bagian yang cukup besar
pengaruhnya dalam menentukan status kesehatan ibu dan bayi, karena sekitar 40%
kelahiran bayi di Indonesia dibantu oleh dukun bayi. Keadaan ini semakin
diperparah karena umumnya dukun bayi yang menolong persalinan tersebut bukan
dukun terlatih. Dalam konteks budaya (tradisi) masyarakat kita sering terdapat
kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang merugikan kesehatan bagi wanita hamil
Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan
mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang
aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi
(Prawirohardjo, 2006). Tetapi dengan pengetahuan yang bersifat turun temurun
seorang dukun menolong persalinan, tanpa memerhatikan keamanan, kebersihan, dan
kenyaman sebagaimana mestinya. Akibatnya, terjadi berbagai bentuk komplikasi dan
dapat terjadi kematian di tempat atau dalam perjalanan menuju tempat rujukan.
Menjadi dukun bayi dilakukan secara turun temurun dalam keluarga atau
karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan
patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu
apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak
menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan
kurang professional. Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti
kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan anak, hal ini mengindikasikan bahwa
kinerja dukun bayi terlatih belum optimal.
Menurut Gibson, dkk (2003), job performance atau kinerja adalah hasil dari
pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan keefektifan kinerja
lainnya. Sementara menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil kerja
personil maupun dalam suatu organisasi. Penampilan hasil karya tidak terbatas
kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga
Gibson (1987) menyampaikan model teori kinerja dan melakukan analisis
terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu yaitu
variabel individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis. Variabel individu
meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis, yaitu umur,
jenis kelamin, status pernikahan, tempat tinggal, dan masa kerja, variabel organisasi
terdiri sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.
Sedangkan variabel psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar,
dan motivasi. Menurut Stoner (1994), prestasi atau kinerja individu disamping
dipengaruhi oleh motivasi dan pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor persepsi
peran yaitu pemahaman individu tentang perilaku apa yang diperlukan untuk
mencapai prestasi individu. Kemampuan (ability) menunjukkan kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan dan tugas.
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dukun terlatih telah
dilakukan oleh Prawati (1994), yang meneliti di Kecamatan Pamoran Kabupaten
Semarang mendapatkan hasil bahwa tingkat kinerja dukun bayi dalam kategori
sedang. Pengetahuan dukun bayi tentang penanggulangan Tetanus Neonatorum
ternyata termasuk dalam kategori sedang. Faktor yang berkaitan dengan tingkat
pengetahuannya adalah pendidikan formal dukun bayi, frekuensi bimbingan petugas
puskesmas dan frekuensi kunjungan dukun bayi di Kecamatan Pamoran.
Penelitian Sambas (2010) di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur
Jawa Barat mendapatkan hasil bahwa pengetahuan dukun terlatih dalam memotong
terhadap cara memotong dan merawat tali pusat sebagian besar (71,83%) termasuk
kategori agak setuju. Cara memotong dan merawat tali pusat sebagian besar (61,97%)
termasuk kategori sedang. Kelengkapan alat-alat dukun Kit sebagian besar responden
57,75% termasuk lengkap. Ada kaitan yang sangat signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan sikap responden terhadap cara memotong dan merawat tali pusat
bayi. ada kaitan yang sangat signifikan pula antara sikap tersebut dengan praktek
responden dalam cara memotong dan merawat bayi begitu juga antara tingkat
pengetahuan dengan praktek ada kaitan yang sangat signifikan
Berdasarkan teori Gibson dan Stoner tentang kinerja di atas maka
faktor-faktor yang memengaruhi kinerja dukun bayi terlatih dalam penelitian ini adalah
umur, masa kerja, pengetahuan, persepsi, dan motivasi. Selanjutnya, penolong
persalinan harus mampu memenuhi tugas sebagai pemberi perawatan, menjalani
pelatihan yang sesuai dengan profesi dan memiliki tingkat keterampilan yang sesuai
dengan tingkat pelayanan. Penolong persalinan harus mampu melakukan intervensi
dasar esensial dan merawat bayi setelah lahir. Dia juga harus mampu merujuk wanita
atau bayi ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika timbul komplikasi yang
memerlukan intervensi, yang melebihi kemampuan pemberi perawatan. Penolong
persalinan juga harus memiliki empati dan kesabaran yang diperlukan untuk
mendukung calon ibu dan keluarganya (Inaku, 2009).
Dari survei pendahuluan yang penulis lakukan di wilayah kerja Puskesmas
Kejuruan Muda dengan mewawancarai bidan Koordinator tentang peran dukun bayi
Puskesmas Kejuruan Muda sebanyak 26 orang dan semuanya dengan status dukun
terlatih. Pada tahun 2012, jumlah persalinan seluruhnya sebanyak 134 orang,
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan 86 orang, sedangkan yang ditolong
oleh dukun bayi sebanyak 48 persalinan. Dari jumlah persalinan yang ditolong oleh
dukun bayi terdapat kasus kematian ibu sebanyak 1 kasus, sedangkan kematian bayi
sebanyak 2 kasus. Pada umumnya, kematian ibu disebabkan terjadi perdarahan dan
infeksi dan terlambat merujuk, selain itu dukun bayi tidak menjalankan apa yang
telah diajarkan pada waktu mengikuti pelatihan. Dukun bayi tetap menggunakan
cara-cara lama atau lebih percaya terhadap apa yang telah dilakukannya selama ini dalam
memberikan pertolongan persalinan kepada ibu bersalin. Ketika peneliti
mewawancarai seorang dukun bayi yang melakukan pertolongan persalinan dengan
kasus kematian, beliau mengatakan bahwa cara-cara yang diajarkan sewaktu
mengikuti pelatihan lebih rumit dari kebiasaan yang telah dilakukannya selama ini
sehingga dirinya tidak menggunakan teknik-teknik yang diajarkan.
Masih terjadinya kasus-kasus seperti di atas yang dilakukan oleh dukun bayi
dalam melakukan pertolongan persalinan diduga karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti umur, lamanya menjadi dukun bayi terlatih, imbalan yang diterima
dalam menolong persalinan, pengetahuan yang memadai, persepsi yang salah tentang
pertolongan persalinan, dan motivasi.
Terjadinya kasus kematian pada ibu dan bayi yang ditolong dukun terlatih
membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti kinerja dukun terlatih dalam
memengaruhinya dengan judul : “Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Dukun
Bayi Terlatih Dalam Melakukan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013.”
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas bahwa kinerja dukun bayi terlatih
dipengaruhi oleh banyak faktor maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor apa saja yang Memengaruhi Kinerja Dukun Bayi Terlatih Dalam
Melakukan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis faktor-faktor umur, masa kerja, pengetahuan, persepsi,
dan motivasi yang memengaruhi kinerja dukun bayi terlatih dalam melakukan
pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh
Tamiang tahun 2013.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh faktor variabel umur, masa kerja, pengetahuan, persepsi, dan motivasi terhadap kinerja dukun bayi terlatih dalam melakukan pertolongan
persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Puskesmas Kejuruan Muda dalam
membuat kebijakan berkaitan dengan kinerja dukun bayi terlatih yang ada di
wilayah kerjanya.
2. Sebagai informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan tentang kinerja
dukun bayi terlatih agar dapat dilakukan pengawasan atau pembinaan yang
intensif pada dukun bayi terlatih.
3. Sebagai masukan bagi kalangan akademik untuk pengembangan ilmu
pengetahuan kesehatan masyarakat, khususnya tentang pelayanan kesehatan
pada ibu dan anak.
4. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian.
5. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan perbandingan bagi peneliti
selanjutnya yang melakukan penelitian dengan topik penelitian sejenis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Kinerja 2.1.1. Definisi
Kinerja berasal dari pengertian performance. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kinerja adalah sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan;
kemampuan kerja (tentang peralatan). Sedang menurut istilah, kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah
tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo, 2007).
Mangkunegara (2005) mengemukakan istilah kinerja berasal dari kata job
performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya.
Menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil kerja personal baik
kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi dan merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja personal. Sementara Fishbien dalam Widodo (2010)
mengemukakan bahwa kinerja seseorang adalah penampilan (Performance) atau
perilaku seseorang dalam menjalankan pekerjaan. Performance dan perilaku adalah
sesuatu yang terbentuk karena ditanamkan oleh orang lain, lingkungan, kondisi sosial
Kinerja mencakup beberapa variabel yang berkaitan; input, perilaku-perilaku
(proses), output dan outcome (dampak). Variabel-variabel tersebut tidak dapat
dipisahkan dan saling berkaitan. Dalam satu organisasi yang terdiri dari
individu-individu yang memiliki karakteristik yang berbeda, perilaku individu-individu dalam
organisasi berpengaruh terhadap output dan outcome yang akan diraih oleh
organisasi. Organisasi akan berhasil mencapai tujuannya apabila perilaku-perilaku
individu dapat diarahkan dan dimotivasi untuk mencapai output tertentu (Tika M.P,
2006).
2.1.2. Teori Kinerja
Beberapa teori kinerja dikemukakan sebagai berikut :
1. Model Vroomian
Vroom mengemukakan bahwa “performance = f (ability x motivation)”.
Menurut model ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antar
kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Hubungan perkalian tersebut
mengandung arti bahwa: jika seseorang rendah pada salah satu komponen maka
prestasi kerjanya akan rendah pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan
hasil dari motivasi yang rendah (Mulyasa, 2003).
2. Model Lawler dan Potter
Lawler dan Potter mengemukakan bahwa “Performance = Effort x Ability x Role
Perceptions”. Effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan seseorang dalam
situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti intelegensi,
sesuatu. Sedangkan role perceptions adalah kesesuaian antara usaha yang
dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang
seharusnya dikerjakan. Hal yang baru dalam model ini adalah “role perceptions”
sebagai jenis perilaku yang paling cocok dilakukan individu untuk mencapai
sukses (Mulyasa, 2003).
3. Model Ander dan Butzin
Ander dan Butzin mengajukan model kinerja sebagai berikut: “Future
Performance = Past Performance + (Motivation x ability)”. Jika semua teori
tentang kinerja dikaji, maka di dalamnya melibatkan dua komponen utama yakni
“ability” dan “motivation”. Perkalian antara ability dan motivation menjadi
sangat populer, sehingga mengadakan pengukuran terhadap kinerja berdasarkan
suatu formula: “Performance = Ability x Motivation” (Mulyasa, 2003).
Formula terakhir menunjukkan bahwa kinerja merupakan hasil interaksi
antara motivation dengan ability, orang yang tinggi ability-nya tetapi rendah
motivasinya akan menghasilkan kinerja yang rendah, demikian halnya orang
bermotivasi tinggi tetapi ability-nya rendah (Mulyasa, 2003).
2.1.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja
Menurut A. Dale Timple dalam Mangkunegara (2005), faktor-faktor yang
memengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
(disposisional), yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Faktor
eksternal, yaitu faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari
pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor-faktor internal dan eksternal ini
merupakan jenis-jenis atribusi yang memengaruhi kinerja seseorang.
Menurut Mangkunegara (2005), faktor penentu kinerja seseorang dalam
organisasi adalah faktor individu dan faktor lingkungan.
1. Faktor individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas
yang tinggi antara fungsi psikis dan fisiknya. Konsentrasi yang baik ini
merupakan modal utama individu untuk mampu mengelola dan mendayagunakan
potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja
sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain
uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang,
pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan
dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
Gibson (1987) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang
mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu: (1) variabel individu, yang meliputi
kemampuan dan ketrampilan, fisik maupun mental, latar belakang, pengalaman dan
demografi, umur dan jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan dan
ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu,
kinerja, (2) variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur
dan desain pekerjaan, (3) variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian,
belajar, kepuasan kerja dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian dan belajar
merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur serta kesempatan tentang
pengertiannya sukar dicapai, karena seseorang individu masuk dan bergabung ke
dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, budaya dan ketrampilan
yang berbeda satu sama lainnya. Diagram teori perilaku dan kinerja digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1. Diagram Skematis Teori Perilaku Dan Kinerja dari Gibson (1987) Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan
keterampilan, latar belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan dan
keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku dan kinerja
individu. Variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan
kinerja individu.
Variabel organisasi, menurut Gibson (1987) berefek tidak langsung terhadap
perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub-variabel
sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.
Variabel psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian,
belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1987), banyak dipengaruhi oleh
keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal
yang kompleks dan sulit untuk diukur, juga menyatakan sukar mencapai kesepakatan
tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan
bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan
keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya.
Stoner (1994) menyatakan bahwa kinerja individu disamping dipengaruhi
oleh motivasi dan pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor persepsi peran yaitu
pemahaman individu tentang perilaku apa yang diperlukan untuk mencapai prestasi
individu. Kemampuan (ability) menunjukkan kemampuan seseorang untuk
melakukan pekerjaan dan tugas.
2.1.3. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana
organisasi-organisasi mengevaluasi dan menilai kinerja pegawai. Apabila penilaian
kinerja tersebut dilaksanakan dengan baik, tertib dan benar, dapat membantu
meningkatkan motivasi kerja sekaligus juga meningkatkan loyalitas organisasional
Penilaian kinerja pegawai, pada dasarnya merupakan penilaian yang
sistematik terhadap penampilan kerja pegawai itu sendiri dan terhadap taraf potensi
pegawai dalam upayanya mengembangkan diri untuk kepentingan instansi. Dengan
pelaksanaan penilaian yang ada akan menimbulkan suasana kerja yang sehat,
bersemangat, saling menghargai bidang-bidang lain dan merasa memiliki instansi
sebagai suatu kesatuan. Simamora (2004) mengemukakan tiga hal yang dimasukkan
dalam penilaian kinerja yaitu tingkat kedisiplinan, tingkat kemampuan, serta
perilaku-perilaku inovatif dan spontan. Sedangkan Davis dan Newstrom (2004) menyatakan
agar penilaian kinerja yang dilakukan dapat lebih dipercaya dan objektif, perlu
dirumuskan batasan atau faktor-faktor penilaian kinerja sebagai berikut:
1. Performance, keberhasilan atau pencapaian tugas dalam jabatan.
2. Competency, kemahiran atau penguasaan pekerjaan sesuai dengan tuntutan
jabatan.
3. Job behavior, kesediaan untuk menampilkan perilaku atau mentalitas yang
mendukung peningkatan kinerja.
4. Potency, kemampuan pribadi yang dapat dikembangkan.
Davis dan Newstrom (2004) mengemukakan kegunaan penilaian kinerja
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja; umpan balik kinerja akan mendorong para pegawai,
manager dan bagian personalia untuk mengambil langkah-langkah guna
2. Penentuan kompensasi; hasil evaluasi kinerja dapat membantu dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penentuan kenaikan gaji dan
penetapan bonus.
3. Keputusan penempatan promosi; pemindahan dan demosi umumnya ditentukan
berdasarkan kinerja, promosi yang merupakan ganjaran (reward) hasil kinerja.
4. Kebutuhan pendidikan dan pelatihan; hasil evaluasi kinerja dapat digunakan
untuk menganalisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan karyawan yang
diperlukan.
5. Pengembangan dan perencanaan karir; umpan balik kinerja merupakan pedoman
dalam menentukan keputusan karir sesuai dengan hasil perencanaan kerja.
6. Evaluasi proses penyusunan karyawan (staffing); hasil penilaian kinerja akan
memperlihatkan kekuatan atau kelemahan prosedur penyusunan pegawai.
7. Analisis ketidakakuratan informasi personalia; kinerja yang rendah menunjukkan
kemungkinan terjadinya kesalahan pada informasi analisis pekerja, perencanaan
personalia atau hal lain dalam sistem informasi manajemen personalia.
Ketidakakuratan informasi tersebut akan menyebabkan kesalahan dalam
keputusan perekrutan atau pelatihan.
8. Analisis kesalahan perencanaan pekerja (job design); kinerja yang rendah
menunjukkan kemungkinan terjadi kesalahan pada perencanaan pekerjaan.
9. Kesempatan yang sama; penilaian kinerja yang akurat akan menghindari
10.Tantangan eksternal; kinerja juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar
lingkungan kerja, seperti keluarga, keuangan, kesehatan atau masalah pribadi
lainnya.
11.Umpan balik bagi fungsi sumber daya manusia; kinerja dalam suatu organisasi
menunjukkan tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan fungsi Sumber
Daya Manusia.
2.2. Dukun Bayi 2.2.1. Definisi
Koentjaraningrat (2004), dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan
pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan
kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara adat
seremonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang biasanya adalah seorang
wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara
yang bersangkut paut dengan kelahiran itu.
Dukun bayi adalah merupakan sosok yang sangat dipercayai di kalangan
masyarakat. Mereka memberikan pelayanan khususnya bagi ibu hamil sampai dengan
nifas secara sabar. Apabila pelayanan selesai mereka lakukan, sangat diakui oleh
masyarakat bahwa mereka memiliki tarif pelayanan yang jauh lebih murah
dibandingkan dengan bidan. Umumnya masyarakat merasa nyaman dan tenang bila
tetapi ilmu kebidanan yang dimiliki dukun tersebut sangat terbatas karena didapatkan
secara turun temurun (tidak berkembang) (Meilani dkk, 2009).
Dukun bayi memiliki kedudukan istimewa di tengah masyarakat desa, dukun
bayi suka disebut “ibu siang”. Bagaimana layaknya seorang ibu, segala pepatah dan
nasihatnya pasti dituruti. Banyak pantangan yang biasanya dibisikkan ke telinga
calon ibu, apalagi bila perempuan itu mengandung anak pertama. Perlakuan dukun
bayi terhadap perempuan yang baru mengandung/ hamil, biasanya lebih khusus atau
istimewa (Wahyudi, 2008).
Tak berbeda dengan seorang bidan, dukun bayi melakukan pemeriksaan
kehamilan, melalui indra raba. Biasanya perempuan yang mengandung, sejak ngidam
sampai melahirkan, selalu berkonsultasi kepada dukun bayi. Bedanya, di bidan,
perempuan yang mengandunglah yang datang ke tempat praktik bidan. Sedangkan
dukun bayi, ia sendiri yang berkeliling dari pintu ke pintu, memeriksa perut orang
yang berbadan dua. Sejak usia kandungan tujuh bulan, kontrol dilakukan lebih sering.
Dukun bayi menjaga kalau-kalau ada gangguan, baik fisik maupun nonfisik terhadap
ibu dan janinnya. Agar jabang bayi lahir normal, dukun bayi melakukan repositioning
janin dalam kandungan dengan cara pemutaran disertai do’a (Wahyudi, 2008).
Dalam menolong persalinan, kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun bayi
sehingga dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi antara lain: terjadinya robekan
rahim karena tindakan mendorong bayi di dalam rahim dari luar sewaktu melakukan
pertolongan pada ibu bersalin, terjadinya perdarahan pasca persalinan yang disebabkan
karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk ke puskesmas atau
rumah sakit (Syahlan, 2006).
2.2.2. Jenis-jenis Dukun Bayi
Menurut Syafrudin (2009), jenis dukun terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Dukun terlatih : Dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan
dan telah dinyatakan lulus.
2. Dukun tidak terlatih : Dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Penolong persalinan oleh dukun mengenai pengetahuan tentang fisiologis dan
patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena atau
apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak
menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan
kurang profesional. Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayi sampai
pada kematian ibu dan anak (Wiknjosastro, 2007).
2.2.3. Pelatihan Dukun Bayi
Pada tahun 1987, untuk pertama kali di tingkat internasional, diadakan
konferensi di Nairobi, Kenya tentang kematian ibu. Dalam konferensi ini disepakati
peningkatan upaya bagi kesehatan ibu melalui gerakan Safe Motherhood sebagai
salah satu upaya untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan anak. Salah satu
intervensi untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu tersebut adalah
negara-negara berkembang. (Saifuddin dkk., 2001; Jokhio et al., 2005). Sibley et al. (1998)
mengemukakan bahwa efektivitas pelatihan dukun menurut sejarahnya sangat
mempengaruhi kemampuan individu dalam menolong persalinan, tetapi yang terjadi
keamanan persalinan yang ditolong oleh dukun terlatih tidak menjamin keselamatan
ibu dan bayi.
Penelitian yang dilakukan oleh Goodburn et al. (2000) diperoleh hasil bahwa
pelatihan yang diberikan kepada dukun tentang praktek kebersihan yang dikenal
dengan istilah tiga bersih; bersih tangan, bersih tempat, dan bersih alat selama
menolong persalinan tidak dapat mencegah terjadinya infeksi postpartum pada ibu
bersalin. Penemuan Goodburn tersebut didukung pula oleh penelitian yang dilakukan
oleh Smith et al. (2000) bahwa pelatihan dukun merupakan pilihan intervensi yang
tetap dianjurkan oleh sponsor karena dukun bisa diandalkan untuk meningkatkan
akses ke fasilitas dan tenaga kesehatan yang berkualitas, tetapi pelatihan dukun tidak
akan menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dalam jumlah yang
besar (Zulaeha, 2008).
Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka
tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun bayi untuk melakukan pelatihan
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain
itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan
segera minta pertolongan pada bidan. Dukun yang ada harus ditingkatkan
kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun dalam mengurangi
Pelatihan dukun bayi dilakukan oleh Tim Puskesmas yang terdiri dari Dokter
Puskesmas dibantu oleh Bidan Koordinator Puskesmas serta tenaga kesehatan lain.
Pelatihan ini dilaksanakan selama 3 hari, dimana bidan desa juga diikutkan pelatihan
untuk mendampingi dukun. Sesuai dengan yang dijelaskan pada poin (b) bahwa
materi magang dukun mengacu pada buku Pelatihan Dukun dan Buku Pintar Depkes
tahun 1996 yang meliputi: pemeriksaan kehamilan, persiapan alat pertolongan
persalinan, dan pertolongan persalinan. Secara keseluruhan, ketiga materi tersebut
lebih ditekankan pada beberapa hal, seperti:
1. Pengenalan ibu hamil risiko tinggi (bumil risti),
2. Persiapan rujukan ibu hamil dan ibu bersalin (bumil dan bulin),
3. Perawatan bayi neonatal, dan
4. Perawatan ibu nifas.
Selanjutnya dukun bayi yang sudah dilatih melakukan pemagangan.
Pemagangan dukun bayi dilaksanakan setelah selesai pelatihan di puskesmas dan
dilaksanakan selama 5 hari di polindes / poskesdes. Pelaksanaannya dapat satu per
satu atau dua orang dukun sekaligus tergantung fasilitas yang ada di polindes.
Namun, tidak ada target harus mendapatkan persalinan selama magang, karena lebih
2.2.4. Materi Pelatihan Dukun
Materi yang diberikan pada pelatihan dukun bayi adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan perawatan kehamilan
a. Dukun bayi dapat melaksanakan motivasi ibu hamil untuk : periksa diri ke
bidan desa/dokter atau fasilitas kesehatan yang dekat, mendapat imunisasi TT,
b. Dukun bayi dapat menyebutkan tanda-tanda hamil muda dan hamil tua.
c. Dukun bayi dapat melaksanakan anamnese
d. Dukun bayi dapat melaksanakan periksa pandang kehamilan
e. Dukun bayi mampu melaksanakan periksa raba untuk menentukan usia
kehamilan dan letak janin.
f. Dukun bayi dapat melaksanakan perawatan payudara dan melaksanakan
motivasi tentang pemberian ASI sedini mungkin.
g. Dukun bayi mampu menyebutkan tanda-tanda kehamilan dengan risiko dan
merujuknya ke puskesmas.
h. Dukun bayi mampu melaksanakan rujukan ke puskesmas.
i. Dukun bayi mampu melakukan motivasi KB
j. Dukun bayi dapat melaksanakan pembagian tablet zat besi pada ibu hamil
k. Dukun bayi dapat memberikan nasehat tentang makanan bergizi.
2. Mempersiapkan pertolongan persalinan dan memimpin persalinan dengan teknik
sederhana
b. Dukun bayi dapat mempersiapkan lingkungan ibu bersalin dengan benar
termasuk kebutuhan untuk ibu dan bayi.
c. Dukun bayi dapat mempersiapkan alat-alat persalinan sederhana secara bersih.
d. Dukun bayi mampu mencuci tangan sebatas siku dengan sempurna (10 menit)
e. Dukun bayi mampu memimpin persalinan dengan teknik sederhana
1) Dukun bayi dapat membimbing ibu mengejan
2) Dukun bayi mampu merawat tali pusat
3) Dukun bayi dapat menjelaskan tanda-tanda plasenta lepas dan memeriksa
kelengkapan plasenta.
4) Dukun bayi dapat menyebutkan tindakan-tindakan yang dilarang
5) Dukun bayi dapat melaksanakan rujukan.
6) Dukun bayi mampu melaksanakan pencatatan persalinan yang baru
ditolong
7) Dukun bayi mampu membagi vitamin A kepada ibu sesudah bersalin.
3. Merawat bayi baru lahir normal dan prematur
a. Dukun bayi melaksanakan pembersihan mata, mulut dan hidung bayi
b. Dukun bayi mampu memotong dan merawat tali pusat
c. Dukun bayi mampu memandikan bayi dengan benar
d. Dukun bayi mampu menyebutkan tanda-tanda kelainan pada bayi
e. Dukun bayi dapat memberikan nasehat agar ibu menyusui bayi sedini
f. Dukun bayi mampu memotivasi ibu untuk memeriksakan bayinya dan
mendapatkan imunisasi dasar.
g. Dukun bayi mampu merawat bayi prematur
Dukun bayi mampu melaksanakan perawatan bayi prematur dengan berat
badan lebih dari 2 kg dan aktif.
4. Merawat ibu nifas dan ibu menyusui
a. Dukun bayi mampu melaksanakan perawatan perineum
b. Dukun bayi dapat merawat payudara
c. Dukun bayi dapat mengenal kelainan nifas
d. Dukun bayi dapat melakukan motivasi KB
5. Melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil/bersalin/nifas
Dukun bayi mampu melaksanakan penyuluhan tentang :
a. Makanan bergizi untuk ibu hamil/bayi/anak
b. Imunisasi
c. KB
d. Pentingnya ASI
e. Hygiene perorangan
6. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
a. Dukun bayi dapat melaksanakan pencatatan dan pelaporan persalinan,
kematian ibu dan bayi.
b. Dukun bayi dapat mengirimkan laporan persalinan.
7. Melaksanakan Rujukan
Dukun bayi dapat melaksanakan rujukan penderita risiko tinggi pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi dan anak.
(Depkes RI, 2008).
2.3. Pertolongan Persalinan 2.3.1. Definisi Persalinan
Persalinan (partus) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan cara lain
(Wiknjosastro, 2007; Mochtar, 2008). Cara persalinan terbagi atas 2: a) Persalinan
biasa atau partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
(LBK), dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat dan berlangsung < 24 jam
dan tidak melukai ibu dan bayinya. b) Persalinan luar biasa (abnormal) adalah
persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan
operasi caesarea (Mochtar, 2008). Persalinan normal menurut Saifuddin dkk. (2008)
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase belakang kepala dan
berlangsung 18 jam tanpa komplikasi pada ibu dan bayinya. Sebab-sebab mulainya
persalinan (Wiknjosastro, 2007; Mochtar, 2008) sampai saat ini masih merupakan
teori-teori kompleks. Beberapa faktor disebut faktor penyebab persalinan, antara lain
faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, pengaruh tekanan
biofisika juga mengungkapkan dimulainya proses persalinan, misalnya penurunan
kadar esterogen dan progesteron yang terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum
persalinan dimulai.
Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala pertama dimulai dari saat
persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm), proses ini terbagi dalam dua
fase yaitu fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama
fase aktif. Kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir
proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Kala tiga
dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit. Dan kala empat dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan terdiri atas empat kala yaitu kala pertama berlangsung dari awal
gejala sampai serviks berdilatasi sempurna (10 cm). Termasuk awal fase laten, di
mana kontraksi masih tak teratur atau sangat lemah; fase aktif, di mana kontraksi
menjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih kuat; dan fase transisi yang singkat,
yang terjadi tepat sebelum dilatasi dan pendataran sempurna. Lamanya kala pertama
rata-rata 6 sampai 18 jam pada primipara dan 2 sampai 10 jam pada multipara. Kala
dua diawali dengan dilatasi sempurna serviks dan diakhiri dengan kelahiran bayi.
Kontraksi pada kala ini biasanya sangat kuat. Pada multipara kala dua berakhir
sekitar 20 menit dan pada primipara menghabiskan waktu sampai 2 jam untuk bayi
keluarnya bayi dan uterus dan diakhiri dengan keluarnya plasenta, proses ini
biasanya berakhir beberapa menit baik pada multipara maupun primipara. Kala
empat diawali dengan keluarnya plasenta dan berakhir ketika uterus tidak relaksasi
lagi, kala empat lebih panjang pada multipara dari pada primipara, biasanya dari 4
sampai 12 jam (Hamilton, 2005).
2.3.2. Tanda-tanda Mulainya Persalinan
Tanda-tanda mulainya persalinan adalah Lightening yaitu terbenamnya kepala
janin ke dalam rongga panggul karena berkurangnya tempat di dalam uterus dan
sedikit melebarnya simfisis. Sering buang air kecil yang disebabkan oleh tekanan
kepala janin pada kandung kemih. Kontraksi Brakton-Hicks pada saat uterus yang
teregang dan mudah dirangsang yang dapat menimbulkan distenfensi dinding
abdomen sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka
terhadap rangsangan (Farrer, 2001).
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan
sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah di uterus. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
2.3.2. Jenis Penolong Persalinan
Jenis-jenis penolong persalinan adalah :
1. Bidan
Definisi bidan menurut Keputusan Menteri Kesehatan 2007 adalah seseorang
yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah
lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register)
dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
Bidan adalah seseorang dengan persyaratan tertentu telah mengikuti dan
menyelesaikan program pendidikan yang diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. Pengertian Bidan ini mengisyaratkan bahwa
bidan tenaga yang baru, relative sangat muda, dan pengalaman mereka juga belum
banyak dan masih kurang dewasa. Sedangkan dukun bayi tenaga yang cukup
berpengalaman dalam menolong persalinan, masih diterima oleh masyarakat,
maka tidak mustahil jika masyarakat lebih percaya menggunakan dukun bayi
dibanding dengan bidan, dalam hal memeriksa kehamilan dan menolong
persalinan (Salham, 2007).
Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting dalam
bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas dan menolong
persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri, serta memberikan asuhan kepada
bayi baru lahir (prenatal care) (Wiknjosastro, 2007). Asuhan ini termasuk
tindakan pencegahan deteksi kondisi abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan
bantuan medik. Dia mempunyai tugas penting dalam pendidikan dan konseling,
tidak hanya untuk klien tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat (Notoatmodjo,
2007).
Pada saat ini, ada dua jenis bidan, yaitu mereka yang mendapat pendidikan khusus
selama tiga tahun dan perawat yang kemudian dididik selama satu tahun mengenai
kebidanan dan disebut sebagai perawat bidan (Syafrudin, 2009). Salah satu tempat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah BPS (Bidan Praktek
Swasta)
Menurut Meilani dkk (2009) BPS adalah satu wahana pelaksanaan praktik
seorang bidan di masyarakat. Praktik pelayanan bidan perorangan (swasta),
merupakan penyediaan pelayanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup
besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak. Setelah bidan melaksanakan pelayanan di lapangan,
untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan
pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya. Penyebaran dan pendistribusian
badan yang melaksanakan praktik perlu pengaturan agar dapat pemerataan akses
pelayanan yang sedekat mungkin dengan masyarakat yang membutuhkannya.
Tarif dari pelayanan bidan praktik akan lebih baik apabila ada pengaturan yang
jelas dan transparansi, sehingga masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan
Bidan Praktik Perorangan (swasta).
Layanan kebidanan dimaksudkan untuk sebisa mungkin mengurangi intervensi
sebelum melahirkan. Cara kerja mereka yang ideal adalah bekerjasama dengan
setiap wanita dan keluarganya untuk mengidentifikasi kebutuhan fisik, social dan
emosional yang unik dari wanita yang melahirkan. Layanan kebidanan terkait
dengan usaha untuk meminimalisir episiotomy, penggunaan forcep, epidural dan
operasi sesar (Gaskin, 2003)
2. Dokter Spesialis Kandungan
Dokter spesialis kandungan adalah dokter yang mengambil spesialis kandungan.
Pendidikan yang mereka jalani difokuskan untuk mendeteksi dan menangani
penyakit yang terkait dengan kehamilan, terkadang yang terkait dengan proses
melahirkan. Seperti halnya dokter ahli bedah (Gaskin, 2003)
Dokter spesialis kandungan dilatih untuk mendeteksi patologi. Ketika mereka
mendeteksinya, seperti mereka yang sudah pelajari, mereka akan memfokuskan
tugasnya untuk melakukan intervensi medis. Dokter spesialis kandungan
menangani wanita hamil yang sehat, demikian juga wanita hamil yang sakit dan
beresiko tinggi. Ketika mereka menangani wanita hamil yang sehat, mereka sering
melakukan intervensi medis yang seharusnya hanya dilakukan pada wanita hamil
yang sakit atau dalam keadaan kritis. Di sebagian besar negara dunia, tugas dokter
kandungan adalah untuk menangani wanita hamil yang sakit atau dalam keadaan
kritis (Gaskin, 2003).
Baik dokter spesialis kandungan maupun bidan bekerja lebih higienis dengan
ruang lingkup hampir mencakup seluruh golongan masyarakat. Umumnya,
spesialis secara teoritis telah dipersiapkan untuk menghadapi kasus patologis. Jika
mereka sanggup, harus segera merujuk selama pasien masih dalam keadaan cukup
baik (Syafrudin, 2009).
Walaupun mereka dapat menanggulangi semua kasus, tetapi hanya sebagian kecil
saja masyarakat yang dapat menikmatinya. Hal ini disebabkan karena biaya yang
terlalu mahal, jumlah yang terlalu sedikit dan penyebaran yang tidak merata.
Dilihat dari segi pelayanan, tenaga ahli ini sangat terbatas kegunaannya. Namun,
sebetulnya mereka dapat memperluas fungsinya dengan bertindak sebagai
konseptor program obstetri yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh dokter
spesialis atau bidan (Syafrudin, 2009).
3. Dukun Bayi
Dukun bayi menurut definisi WHO adalah “A traditional birth attendant is person
(usually a woman) who assits to mother at child birth and who initially acquires
her skills delivering babies by herself or by working with other traditional birth
attendant”:
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya adalah
seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan
menolong persalinan secara tradisional. Keterampilan tersebut diperoleh secara
turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus ke arah
peningkatan keterampilan serta melalui tenaga kesehatan. Dukun bayi juga
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (Meilani, 2009).
Banyak masyarakat terutama di pedesaan lebih memilih melahirkan di dukun bayi
daripada bidan. Hal ini karena pertimbangan tradisi di desa yang sudah sejak
dahulu jika melahirkan ditolong oleh dukun bayi. Selain itu dukun bayi lebih
cepat dipanggil, mudah dijangkau, biayanya lebih murah, serta adanya hubungan
yang akrab dan bersifat kekeluargaan dengan ibu-ibu yang ditolongnya.
Masih banyak wanita negara berkembang khususnya di pedesaan lebih suka
memanfaatkan pelayanan tradisional dibanding fasilitas pelayanan kesehatan
modern. Dari segi sosial budaya masyarakat khususnya di daerah pedesaan,
kedudukan dukun bayi lebih terhormat, lebih tinggi kedudukannya dibanding
dengan bidan sehingga mulai dari pemeriksaan, pertolongan persalinan sampai
perawatan pasca persalinan banyak yang meminta pertolongan dukun bayi.
Masyarakat tersebut juga sudah secara turun temurun melahirkan di dukun bayi
dan menurut mereka tidak ada masalah (Iskandar, 1996).
2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Dukun Bayi Terlatih 2.4.1 Umur
Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai dengan batas
terakhir masa hidupnya. Faktor umur mempengaruhi seseorang dalam
melaksanakan pekerjaannya. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur