PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI MELON (
Cucumis melo
L
.
) MELALUI
APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK
T E S I S
OLEH :
097001009/AET
CANAKYA SUMAN
PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI MELON (
Cucumis melo
L
.
) MELALUI
APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK
T E S I S
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian Pada Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
OLEH :
CANAKYA SUMAN
097001009/AET
PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis
: PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI MELON (
Cucumis melo
L
.
)
MELALUI APLIKASI PUPUK ORGANIK
DAN ANORGANIK
Nama Mahasiswa
:
CANAKYA SUMAN
Nomor Pokok
:
097001009
Program Studi
:
Agroekoteknologi
Menyetujui:
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Hamidah Hanum, M.P
Ketua
Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si
Anggota
Ketua Program Studi
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P.
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S.
Telah diuji pada tanggal : 26 Juni 2013
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua
: Dr. Ir. Hamidah Hanum, M.P
Anggota
: Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si
Dr. Ir. Chairani Hanum, M.S.
ABSTRACT
CANAKYA SUMAN, 2013. Increased Growth and Production of Melon
(Cucumis melo L.) through Organic and Inorganic Fertilizer Application. Supervised by Hamidah Hanum and Lollie Agustina Agustina P. Putri. . The we continously of inorganic fertilizers in long time could damage the soil and inhibited the growth and productivity of plant. In addition to the scarcity and high price of inorganic fertilizer is also a serious problem for farmers, it is necessary to do research that environmentally friendly which is about combining organic and inorganic fertilizers. The purpose of this study was to obtain a formula of mixtured organic and inorganic fertilizers that could supply the needs of N, P, K to the plant so that could increase growth and production of melon. The experiment was conducted in the District of Batang Kuis, Deli Serdang regency, since June until September 2011. The method used was split plot design, the pattern Randomized Trial consisting of 2 factors. The first factor as main plot was Inorganic Fertilizer consiststed of 4 levels as main plots are not given inorganic fertilizer, level of organic fertilizers (Urea combining: SP36: KCl) consists of: 15 : 15 : 30, 30 : 30 : 60, 45 : 45 : 90 g / plot. The second factor as subplot was Organic Fertilizer consists of 5 levels, which is not in the given organic fertilizer, level of organic fertilizer (combining Chicken Manure: Cow Manure : Straw) consists of: 750 : 750 : 1500, 1500 : 1500 : 3000, 2250 : 2250 : 4500, 3000 : 3000 : 6000 g / plot. The results showed that the combination treatment gives the best effect on the levels of N, K soil and levels of N, P, K plant is of 45 : 45: 90 g / plot and organic fertilizers 3000 : 3000 : 6000 g / plot. As for the weight of the fruit is the best treatment combination of inorganic fertilizer 15 : 15 : 30 g / plot and organic fertilizers 3000 : 3000 : 6000 g / plot.
ABSTRAK
CANAKYA SUMAN, 2013. Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Melon (Cucumis melo L.) melalui Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik.
Dibimbing oleh Hamidah Hanum and Lollie Agustina P. Putri.
Pemakaian pupuk anorganik yang terus menerus dalam jangka panjang akan merusak tanah dan dapat mengganggu pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain itu kelangkaan serta tingginya harga pupuk anorganik juga menjadi masalah yang serius bagi petani, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang ramah lingkungan dengan memadukan pupuk organik dan anorganik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu formula campuran pupuk organik dan anorganik yang dapat memenuhi kebutuhan N,P dan K tanaman melon sehingga pertumbuhan dan produksi melon meningkat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011 di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi, dengan pola Percobaan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 2 factor. Faktor pertama adalah Pemupukan Anorganik terdiri dari 4 taraf sebagai petak utama yaitu tidak di beri pupuk Anorganik, taraf Pupuk organik (campuran Urea : pupuk SP36 : pupuk KCl) terdiri dari: 15 : 15 : 30, 30
: 30 : 60, 45 : 45 : 90 g/plot. Faktor kedua adalah Pemupukan Organik terdiri dari lima taraf sebagai anak petak, yaitu tidak di beri pupuk organik, taraf pupuk organik (campuran Pukan Ayam : Pukan Sapi : Jerami) terdiri dari: 750 : 750 : 1.500, 1500 : 1500 : 3000, 2250 : 2250 : 4500, 3000 : 3000 : 6000 g/plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap ketersediaan N,K tanah dan kadar N,P,K tanaman adalah campuran pupuk anorganik 45 : 45 : 90 g/plot dan pupuk organik 3000 : 3000 : 6000 g/plot. Sedangkan untuk bobot buah kombinasi perlakuan terbaik adalah campuran pupuk anorganik 15 : 15 : 30 g/plot dan pupuk organik 3000 : 3000 : 6000 g/plot.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis yang berjudul
PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MELON (Cucumis melo
L.) MELALUI APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK. Tesis
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister pada Program Studi
Agroekoteknologi, Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir.
Hamidah Hanum, M.P., selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Lollie
Agustina P. Putri, M.Si., selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini, baik saat pelaksanaan
penelitian, yaitu berupa saran, literature dan dukungan secara moril.
Demi kesempurnaan penulis di masa mendatang penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat bermanfaat untuk
penulisan selanjutnya.
Medan, 01 Januari 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis pada Progrm
Studi Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir.
Hamidah Hanum, M.P., selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Lollie
Agustina P. Putri, M.Si., dan Ibu Dr. Ir. Chairani Hanum, M.P., selaku dosen penguji
yang telah banyak memberikan saran, masukan dan bimbingan yang sangat berguna
bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara
Bapak Prof. Dr. Ir. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM), Sp.A (K)., Direktur
Pascasarjana USU Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S., serta
segenap staf pengajar yang telah membuka wawasan dan memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat berharga serta seluruh civitas akademik yang telah
mendukung kelancaran studi bagi penulis.
Kepada istri tercinta Murni Ningsih, BBA., penulis menghaturkan terima
kasih yang tak terhingga karena dengan tiada hentinya memberikan dukungan
material dan moril selama penelitian dan penyelesaian penulisan tesis ini. Tak lupa
memberikan dukungan moril untuk menyelesaikan studi ini dan do’a kami selalu
untuk ayah dan bunda tercinta.
Kepada Kak Wik, Kak Mila, Kak Ana, Pak Zul, Syahril, dan rekan-rekan
sekelas yang tidak tersebut satu per satu, terima kasih atas segala perhatian dan
bantuan yang telah diberikan.
Medan, Januari 2014
RIWAYAT HIDUP
Canakya Suman, dilahirkan sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pada tanggal 21 Juli 1980 di Medan. Menempuh pendidikan formal mulai dari sekolah
dasar di SD Sutomo I Medan selesai pada 1993, melanjutkan ke SMP Sutomo I
Medan dan selesai pada tahun 1996. pendidikan pada sekolah menengah atas
ditempuh di SMU Sutomo I Medan yang diselesaikan pada tahun 1999 dan lulus pada
Jurusan Agronomy, National Taiwan University pada tahun 2004.
Pada tahun 2004-2006 penulis mendapat pengalaman bekerja menjadi petugas
Lapangan kerja di PT. CIPTA SUKSES MAKMUR di Kabupaten Deli Serdang. 2006
– 2009 penulis menjadi petugas lapangan kerja di PT MACAN SAMUDRA di
kabupaten Langkat. 2009 penulis menjadi Penyaluran Pupuk Anorganik dan Organik
di Medan. Selanjutnya pada tahun 2010 hingga saat ini penulis menjadi Petugas
Lapangan di PT. KRISNA AGUNG YUDHA ABADI di Medan.
Pada tahun 2009, penulis memperoleh kesempatan menempuh pendidikan
program magister program studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian Universitas
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ………... i
ABSTRAK ………. ii
KATA PENGANTAR ……….. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ……… iv
RIWAYAT HIDUP ………... vi
DAFTAR ISI ……….. vii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
DAFTAR TABEL ………. x
DAFTAR LAMPIRAN ………. xi
PENDAHULUAN ………. 1
Latar Belakang ……… 1
Perumusan Masalah ……… 4
Tujuan Penelitian ……… 5
Hipotesis Penelitian ……… 5
Manfaat Penelitian ……….. 5
TINJAUAN PUSTAKA ……… 6
Peranan Pupuk Organik Terhadap Kesuburan Tanah ……… 6
Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Fisik Tanah ……… 6
Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah ……….. 8
Peranan Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah ……….. 13
Tinjauan Umum Tanaman Melon ………... 14
Syarat Tumbuh Tanaman Melon ……… 15
Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk ………... 15
Kandungan Unsur Hara Pupuk kandang ……… 17
Pupuk Kompos Jerami Padi ……… 18
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ……….. 21
Tempat dan Waktu Penelitian ……… 21
Bahan dan Alat ……….. 21
Metode Penelitian ……….. 21
Pelaksanaan Penelitian ……….. 23
Persiapan Lahan ………. 23
Persiapan Kompos ……….. Pemupukan dan Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak ………. 24 24 Perlakuan Benih ……….. 24
Pembibitan ... 25
Penanaman Tanaman ... 25
Pemeliharaan Tanaman ... 26
Panen ... 27
Pengamatan dan Pengumpulan Data ………... 27
HASIL PENELITIAN ………. 30
PEMBAHASAN ……… 44
KESIMPULAN DAN SARAN ……… 54
Kesimpulan ………. 54
Saran ………... 54
DAFTAR PUSTAKA ……… 55
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Rata-rata pH tanah pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik dan
Organik ……….. 31
2 Rata-rata Kandungan N tanah pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
dan Organik ………... 32
3 Rata-rata Kandungan P tanah pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
dan Organik ………... 33
4 Rata-rata Kandungan K tanah pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
dan Organik ………... 34
5 Rata-rata Kadar N Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
dan Organik ………. 35
6 Rata-rata Kadar P Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
dan Organik ………... 36
7 Rata-rata Kadar K Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
dan Organik ………. 37
8 Rata-rata Tinggi Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
dan Organik ………... 38
9 Rata-rata Jumlah Bunga pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik dan
Organik ……….. 39
10 Rata-rata Diameter Bunga pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
dan Organik ………... 39
11 Rata-rata Luas Daun pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik dan
Organik ...………... 40
12 Rata-rata Berat Kering Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk
Anorganik dan Organik ………. 41
13 Rata-rata Produksi Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
dan Organik ………... 42
14 Rata-rata Kandungan Gula pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tabel Analisa Pupuk Kandang ……….. 59
2. Bagan Penelitian di Lapangan ………... 60
3. Deskripsi Varietas Melon Sky Rocket ………... 61
4. Tabel Pengamatan pH Tanah ………. 62
5. Tabel Sidik Ragam Pengamatan pH Tanah ………... 62
6. Tabel Pengamatan Kandungan N Tanah ………... 63
7. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kandungan N Tanah ………. 63
8. Tabel Pengamatan Kandungan P Tanah ……… 64
9. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kandungan P Tanah ……….. 64
10. Tabel Pengamatan Kandungan K Tanah ………... 65
11. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kandungan K Tanah ……….. 65
12. Tabel Pengamatan Kadar N Tanaman ………... 66
13. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kadar N Tanaman ……… 66
14. Tabel Pengamatan Kadar P Tanaman ……… 67
15. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kadar P Tanaman ……….. 67
16. Tabel Pengamatan Kadar K Tanaman ………... 68
17. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kadar K Tanaman ……… 68
18. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman ………. 69
19. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Tinggi Tanaman ……….. 69
21. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Jumlah Bunga ……….. 70
22. Tabel Pengamatan Diameter Buah ……… 71
23. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Diameter Buah ……… 71
24. Tabel Pengamatan Luas Daun ………... 72
25. Tabel Sidik Ragam Luas Daun ……….. 72
26. Tabel Pengamatan Berat Kering Tanaman ……… 73
27. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Berat Kering Tanaman ……… 73
28. Tabel Pengamatan Bobot Buah ………. 74
29. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Bobot Buah ………. 74
30. Tabel Pengamatan Kandungan Gula ………. 75
31. Tabel Sidik Ragam Kandungan Gula ……… 75
32. Tabel Daftar Hasil Analisa Tanah Awal Kecamatan Batang Kuis ………… 76
ABSTRACT
CANAKYA SUMAN, 2013. Increased Growth and Production of Melon
(Cucumis melo L.) through Organic and Inorganic Fertilizer Application. Supervised by Hamidah Hanum and Lollie Agustina Agustina P. Putri. . The we continously of inorganic fertilizers in long time could damage the soil and inhibited the growth and productivity of plant. In addition to the scarcity and high price of inorganic fertilizer is also a serious problem for farmers, it is necessary to do research that environmentally friendly which is about combining organic and inorganic fertilizers. The purpose of this study was to obtain a formula of mixtured organic and inorganic fertilizers that could supply the needs of N, P, K to the plant so that could increase growth and production of melon. The experiment was conducted in the District of Batang Kuis, Deli Serdang regency, since June until September 2011. The method used was split plot design, the pattern Randomized Trial consisting of 2 factors. The first factor as main plot was Inorganic Fertilizer consiststed of 4 levels as main plots are not given inorganic fertilizer, level of organic fertilizers (Urea combining: SP36: KCl) consists of: 15 : 15 : 30, 30 : 30 : 60, 45 : 45 : 90 g / plot. The second factor as subplot was Organic Fertilizer consists of 5 levels, which is not in the given organic fertilizer, level of organic fertilizer (combining Chicken Manure: Cow Manure : Straw) consists of: 750 : 750 : 1500, 1500 : 1500 : 3000, 2250 : 2250 : 4500, 3000 : 3000 : 6000 g / plot. The results showed that the combination treatment gives the best effect on the levels of N, K soil and levels of N, P, K plant is of 45 : 45: 90 g / plot and organic fertilizers 3000 : 3000 : 6000 g / plot. As for the weight of the fruit is the best treatment combination of inorganic fertilizer 15 : 15 : 30 g / plot and organic fertilizers 3000 : 3000 : 6000 g / plot.
ABSTRAK
CANAKYA SUMAN, 2013. Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Melon (Cucumis melo L.) melalui Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik.
Dibimbing oleh Hamidah Hanum and Lollie Agustina P. Putri.
Pemakaian pupuk anorganik yang terus menerus dalam jangka panjang akan merusak tanah dan dapat mengganggu pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain itu kelangkaan serta tingginya harga pupuk anorganik juga menjadi masalah yang serius bagi petani, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang ramah lingkungan dengan memadukan pupuk organik dan anorganik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu formula campuran pupuk organik dan anorganik yang dapat memenuhi kebutuhan N,P dan K tanaman melon sehingga pertumbuhan dan produksi melon meningkat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011 di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi, dengan pola Percobaan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 2 factor. Faktor pertama adalah Pemupukan Anorganik terdiri dari 4 taraf sebagai petak utama yaitu tidak di beri pupuk Anorganik, taraf Pupuk organik (campuran Urea : pupuk SP36 : pupuk KCl) terdiri dari: 15 : 15 : 30, 30
: 30 : 60, 45 : 45 : 90 g/plot. Faktor kedua adalah Pemupukan Organik terdiri dari lima taraf sebagai anak petak, yaitu tidak di beri pupuk organik, taraf pupuk organik (campuran Pukan Ayam : Pukan Sapi : Jerami) terdiri dari: 750 : 750 : 1.500, 1500 : 1500 : 3000, 2250 : 2250 : 4500, 3000 : 3000 : 6000 g/plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap ketersediaan N,K tanah dan kadar N,P,K tanaman adalah campuran pupuk anorganik 45 : 45 : 90 g/plot dan pupuk organik 3000 : 3000 : 6000 g/plot. Sedangkan untuk bobot buah kombinasi perlakuan terbaik adalah campuran pupuk anorganik 15 : 15 : 30 g/plot dan pupuk organik 3000 : 3000 : 6000 g/plot.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.
Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan
penyedap rasa dan memberikan aroma yang khas pada produk seperti sirup, permen
dan sabun. Pada tahun 2005 produksi melon di Indonesia meningkat dari
58.440 ton menjadi 59.814 ton pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Hortikultura,
2009). Menurut Dinas Pertanian Propinsi DIY (2009), konsumsi buah melon akan
mencapai 1.34–1.50 kg/kapita/tahun pada tahun 2005–2008. Oleh karena itu,
diperlukan buah melon dengan kualitas yang baik yang ditentukan oleh rasa manis
(kandungan gula), tekstur daging buah, aroma daging buah dan penampakan buah
(bentuk buah, bobot buah dan netting bagi varietas yang memiliki net) (Harjadi,
1989).
Melon memiliki nilai ekonomi yang cukup besar dalam pemasarannya namun
didalam budidayanya tanaman ini memerlukan penanganan yang cukup intensif.
Salah satu usaha untuk peningkatan produksi tanaman melon dapat dilakukan dengan
penggunaan pupuk. Tanaman melon memerlukan persyaratan tumbuh antara lain
tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan pH tanah mendekati
netral (6-6,8) (Samadi, 2004).
Peranan pupuk sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian,
yang dimaksudkan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman. Tanaman melon sangat membutuhkan pupuk N untuk pertumbuhannya,
pembentukan buah, dan pupuk K sangat dibutuhkan untuk mendapatkan buah
berkualitas tinggi serta mendukung pertumbuhan, pembungaan dan pembentukan
buah.
Penambahan bahan organik sangat membantu dalam memperbaiki tanah yang
terdegadasi, karena pemakaian pupuk organik dapat mengikat unsur hara yang
mudah hilang serta membantu dalam penyediaan unsur hara tanah sehingga efisiensi
pemupukan menjadi lebih tinggi. Rukmana (1995), bahwa untuk mencapai hasil yang
maksimal, pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi dengan pupuk buatan
supaya keduanya saling melengkapi. Salah satu pupuk yang mengandung N tinggi
adalah urea (45%N). Hal ini sesuai dengan pendapat Hegde dan Dwivedi (1993),
bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat membantu meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk anorganik melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi
tanah serta mempunyai pengaruh nyata pada hasil tanaman. Pemberian pupuk organik
saja belum menjamin kecukupan unsur hara bagi tanaman tetapi dapat memberikan
kondisi yang lebih baik bagi pertumbuhan akar sehingga penyerapan unsur hara
optimal. Ditambahkan oleh Hairiah et al., (2000), bahwa bahan organik dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan mengurangi kehilangan unsur hara
yang ditambahkan melalui pemupukan sehingga dapat meningkatkan efisiensi
pemupukan. Oleh karena itu guna meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk perlu
adanya penelitian tentang pemberian pupuk organik dengan anorganik, dengan
maksud mengurangi pengunaan dosis pupuk anorganik tanpa menurunkan
Kecenderungan petani untuk saat ini adalah menggunakan pupuk anorganik
karena alasan kepraktisannya. Padahal penggunaan pupuk anorganik mempunyai
beberapa kelemahan yaitu antara lain harga relatif mahal, dan penggunaan dosis yang
berlebihan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apalagi kalau penggunaannya
secara terus-menerus dalam waktu lama akan dapat menyebabkan produktivitas lahan
menurun. Pada dasarnya pupuk anorganik yang ditambahkan kedalam tanah tidak
akan dapat menambah jumlah koloid tanah sehingga dapat mempengaruhi sifat kimia
tanah, seperti kation yang dapat dipertukarkan pada komplek jerapan tanah baik
dalam jumlah maupun macam kation sehingga pupuk anorganik terus menerus dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman dan bahkan cenderung menurunkan produksi
tanaman tersebut. Sebagai contoh pemberian pupuk Sendawa Chili (NaNO3) secara
terus menerus dapat mendispersikan agregat-agregat tanah sehingga tanah tidak
beragegasi dan mudah menjadi padat (Damanik et al., 2011).
Alternatif usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah
pertanian secara berkelanjutan adalah dengan pemberian bahan organik. Penambahan
bahan organik ke dalam tanah dapat dilakukan dengan pemberian sisa atau limbah
tanaman dan kotoran hewan. Pemanfaatan limbah tersebut dapat mengurangi dampak
pencemaran lingkungan dan menekan biaya produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sutanto (2002), bahwa peningkatan harga pupuk anorganik mendorong kita untuk
menggunakaan pupuk organik sebagai teknologi alternatif karena mempunyai harga
relatif lebih murah dan memberikan pengaruh positif terhadap tanah dan lingkungan.
Jenis pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk
kandang ayam terdapat 65.8 kg N, 13.7 kg P, dan 12.8 kg K. Untuk pupuk kandang
sapi mengandung 23.4 kg N, 10.8 kg P, dan 6.9 kg K. Sedangkan pupuk kompos
jerami memiliki kandungan hara 41.3 kg N, 5.8 kg P, dan 89.17 kg K. Ditinjau dari
kandungan hara yang dikandung pupuk kandang ayam, pupuk ini mempunyai hara
yang lebih tinggi di bandingkan dengan pupuk kndang sapi dan pupuk kompos
jerami. Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk
organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degadasi kesuburan
hayati tanah. Bahan organik dalam hal ini pupuk kandang dapat menambah
ketersediaan unsur Kalium, salah satunya adalah pemberian pupuk kandang ayam
yang dapat menyumbangkan unsur kalium sebesar 0.89% (Tan, 1993). Karena pupuk
kandang merupakan humus yang banyak mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan di dalam tanah, banyak menahan air sehingga unsur hara kalium yang
terfiksasi oleh koloid liat akan terlepas memenuhi permukaan koloid liat dan larutan
tanah dan lebih mudah diserap oleh bulu akar.
Perumusan masalah
Tanaman melon membutuhkan urea 125 gram per tanaman, SP-36 75 gram per
tanaman dan KCl 75 gram per tanaman. Hal tersebut menimbulkan permasalahan
karena mahalnya harga pupuk anorganik.
Untuk menguranginya dapat digunakan pupuk organik dari berbagai sumber
seperti: pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk kompos jerami.
anorganik. Tetapi belum diketahui bagaimana formula dari ketiga pupuk organik
tersebut yang dapat mengurangi pupuk anorganik.
Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan kombinasi jenis pupuk organik dan anorganik yang
tepat dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi melon.
Hipotesis
1. Ada pengaruh aplikasi pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi
melon.
2. Ada pengaruh aplikasi pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan
produksi melon.
3. Ada pengaruh kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik terhadap
pertumbuhan dan produksi melon.
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai rekomendasi untuk menentukan
formula pupuk organik agar dapat memenuhi kebutuhan N, P dan K pada budidaya
tanaman melon, dalam rangka mendukung pengembangan usaha tani budidaya
tanaman melon di daerah sentra produksi tanaman melon, atau bagi mereka yang
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Pupuk Organik Terhadap Kesuburan Tanah Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Fisik Tanah
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah,
yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu
menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur
tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan
dengan tekstur tanah yang diperlakukan.
Pada tanah liat yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan kuat
menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga
kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah. Komponen organik seperti asam humat dan
asam fulvat dalam hal ini berperan sebagai sementasi pertikel liat dengan membentuk
komplek liat-logam-humus (Stevenson, 1982).
Pada tanah berpasir bahan organik dapat diharapkan merubah struktur tanah
dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan derajat struktur
dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau
kasar (Scholes et al., 1994). Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang
semula tidak berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah,
dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap
tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air. Pori pori
tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro, pori meso dan pori makro. Pori-pori
mikro sering dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal sebagai pori drainase
lambat, dan pori makro merupakan pori drainase cepat. Tanah pasir yang banyak
mengandung pori makro sulit menahan air, sedang tanah liat yang banyak
mengandung pori mikro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan kandungan
air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang
baik. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan
pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan
meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982). Hasil penelitian
menunjukkan, penambahan bahan humat 1% pada Latosol mampu meningkatkan
35,75% pori air tersedia dari 6,07% menjadi 8,24% 8 volume (Herudjito, 1999).
Pada tanah liat, pemberian bahan organik akan meningkatkan pori meso dan
menurunkan pori mikro. Dengan demikian akan meningkatkan pori yang dapat terisi
udara dan menurunkan pori yang terisi air, artinya akan terjadi perbaikan aerasi untuk
tanah liat berat. Terbukti penambahan bahan organik (pupuk kandang) akan
meningkatkan pori total tanah dan akan menurunkan berat volume tanah (Wiskandar,
2002).
Aerasi tanah sering terkait dengan pernafasan mikroorganisme dalam tanah dan
akar tanaman, karena aerasi terkait dengan O2 dalam tanah. Dengan demikian aerasi
tanah akan mempengaruhi populasi mikrobia dalam tanah.
Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di samping
Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga
kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar
air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar
kapasitas lapang. Penambahan bahan organik di tanah berpasir akan meningkatkan
kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran
menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air
meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan
tanaman (Scholes et al., 1994).
Pada tanah berliat, dengan penambahan bahan organik akan meningkatkan
infiltrasi tanah akibat dari meningkatnya pori meso tanah dan menurunnya pori
mikro.
Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap
kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah
dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan
negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK).
Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah.
Sekitar 20-70 % kapasitas tukar tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus
(contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KTK tanah
(Stevenson, 1982). Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah
untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk
Humus dalam tanah sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik
merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga humus dianggap mempunyai
susunan koloid seperti liat, namun humus tidak semantap koloid liat, dia bersifat
dinamik, mudah dihancurkan dan dibentuk. Dilaporkan bahwa penambahan jerami 10
ton/ha pada tanah Ultisol mampu meningkatkan 15,18% KTK tanah dari 17,44
menjadi 20,08 cmol (+) /kg (Cahyani, 1996).
Muatan koloid humus bersifat berubah-ubah tergantung dari nilai pH larutan
tanah. Dalam suasana sangat masam (pH rendah), hidrogen akan terikat kuat pada
gugus aktifnya yang menyebabkan gugus aktif berubah menjadi bermuatan positip
(-COOH dan -OH), sehingga koloid yang bermuatan negatif menjadi rendah, akibatnya
KTK turun. Sebaliknya dalam suasana alkali (pH tinggi) larutan tanah banyak OH-,
akibatnya terjadi pelepasan H+ dari gugus organik dan terjadi peningkatan muatan
negatif (-COO-, dan -O-), sehingga KTK meningkat (Hardjowigeno, 2007).
Dilaporkan bahwa penggunaan bahan organik (kompos) memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap karakteristik muatan tanah masam (Ultisol) dibanding dengan
pengapuran (Sufardi et al., 1999). Fraksi organik dalam tanah berpotensi dapat
berperan untuk menurunkan kandungan pestisida secara non biologis, yaitu dengan
cara mengadsorbsi pestisida dalam tanah.
Mekanisme ikatan pestisida dengan bahan organik tanah dapat melalui:
pertukaran ion, protonisasi, ikatan hidrogen, gaya vander Waal’s dan ikatan
koordinasi dengan ion logam (pertukaran ligan). Tiga faktor yang menentukan
adsorbsi pestisida dengan bahan organik :
2. Sifat pestisidanya
3. Sifat tanahnya
Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan
atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang kita
tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal
pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi,
biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses dekomposisi
akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah.
Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukar
tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-asam organik hasil
dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat), sehingga Al
tidak terhidrolisis lagi. Dilaporkan bahwa penambahan bahan organik pada tanah
masam, antara lain Inseptisol, Ultisol dan Andisol mampu meningkatkan pH tanah
dan mampu menurunkan Al tertukar tanah (Suntoro, 2001; Cahyani., 1996; dan Dewi,
1996). Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita
tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah
termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa.
Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas
dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan
bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman
dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu
dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk
Bahan organik sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan mengalami
peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal dengan proses aminisasi, yang
selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik mengurai menjadi amonium
yang dikenal sebagai proses amonifikasi. Amonifikasi ini dapat berlangsung hampir
pada setiap keadaan, sehingga amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik
(mineral) yang utama dalam tanah (Tisdale dan Nelson, 1974).
Nasib dari amonium ini antara lain dapat secara langsung diserap dan
digunakan tanaman untuk pertumbuhannya, atau oleh mikroorganisme untuk segera
dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah
proses bertahap yaitu proses nitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas
dengan menghasilkan nitrit, yang segera diikuti oleh proses oksidasi berikutnya
menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi.
Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melalui
proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang
terfiksasi. Stevenson (1982) menjelaskan ketersediaan P di dalam tanah dapat
ditingkatkan dengan penambahan bahan organik melalui 5 aksi yaitu: 1. Melalui
proses mineralisasi bahan organik terjadi pelepasan P mineral (PO43-),
2. Melalui aksi dari asam organik atau senyawa pengkhelat yang lain hasil
dekomposisi, terjadi pelepasan fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe yang tidak
larut menjadi bentuk terlarut, Al(Fe)(H2O)3(OH)2H2PO4 + Khelat ===> PO42
(larut) +
Kompleks Al-Fe- Khelat (Stevenson, 1982). Bahan organik akan mengurangi serapan
memblokir situs pertukaran. Penambahan bahan organik mampu mengaktifkan proses
penguraian bahan organik asli tanah, kemudian membentuk kompleks fosfo-humat
dan fosfo-fulvat yang dapat ditukar dan lebih tersedia bagi tanaman, sebab fosfat
yang dijerap pada bahan organik secara lemah.
Untuk tanah-tanah berkapur (agak alkalin) yang banyak mengandung Ca dan
Mg fosfat tinggi, karena dengan terbentuk asam karbonat akibat dari pelepasan CO2
dalam proses dekomposisi bahan organik, mengakibatkan kelarutan P menjadi lebih
meningkat, dengan reaksi sebagai berikut :
CO2 + H2O ====== > H2CO3
H2CO3 + Ca3(PO4)2 ====== > CaCO3 + H2PO4
Asam-asam organik hasil proses dekomposisi bahan organik juga dapat
berperan sebagai bahan pelarut batuan fosfat, sehingga fosfat terlepas dan tersedia
bagi tanaman. Hasil proses penguraian dan mineralisasi bahan organik, di samping
akan melepaskan fosfor anorganik (PO43-) juga akan melepaskan senyawa-senyawa
P-organik seperti fitine dan asam nucleic, dan diduga senyawa P-organik ini, tanaman
dapat memanfaatkannya. Proses mineralisasi bahan organik akan berlangsung jika
kandungan P bahan organik tinggi, yang sering dinyatakan dalam nisbah C/P. Jika
kandungan P bahan tinggi, atau nisbah C/P rendah kurang dari 200, akan terjadi
mineralisasi atau pelepasan P ke dalam tanah, namun jika nisbah C/P tinggi lebih dari
300 justru akan terjadi imobilisasi P atau kehilangan P (Stevenson, 1982).
Bahan organik di samping berperan terhadap ketersediaan N dan P, juga
berperan terhadap ketersediaan S dalam tanah. Di daerah humida, S-protein,
akan menghasilkan sulfida yang berasal dari senyawa protein tanaman. Di dalam
tanaman, senyawa sestein dan metionin merupakan asam amino penting yang
mengandung sulfur penyusun protein (Mengel dan Kirkby, 1987). Protein tanaman
mudah sekali dirombak oleh jasad mikro.
Belerang (S) hasil mineralisasi bahan organik, bersama dengan N, sebagian S
diubah menjadi mantap selama pembentukan humus. Di dalam bentuk mantap ini, S
akan dapat terlindung dari pembebasan cepat (Brady, 1990). Seperti halnya pada N
dan P, proses mineralisasi atau imobilisasi S ditentukan oleh nisbah C/S bahan
organiknya. Jika nisbah C/S bahan tanaman rendah yaitu kurang dari 200, maka akan
terjadi mineralisasi atau pelepasan S ke dalam tanah, sedang jika nisbah C/S bahan
tinggi yaitu lebih dari 400, maka justru akan terjadi imobilisasi atau kehilangan S
(Stevenson, 1982).
Peranan Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah
Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah.
Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi
mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan
dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Mikro
flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan
organik, kerena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik
Pengaruh positip yang lain dari penambahan bahan organik adalah
pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai
pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa
perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin (Stevenson, 1982). Senyawa-senyawa ini di
dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan
juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan
asam organik dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat,
ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah
dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh
positip terhadap pertumbuhan tanaman.
Tinjauan Umum Tanaman Melon
Melon (Cucumis melo L.) tergolong ordo Cucurbitales suku Cucurbitaceae
genus Cucumis (Tjitrosoepomo, 2004). Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan
bahwa tanaman melon merupakan tanaman semusim (annual), herbacious, batang
berbentuk segi lima tumpul dengan panjang 1,5 m–3 m, berbulu, bersulur tunggal,
sebagian besar kultivar merambat dan lunak. Daun melon berbentuk bulat bersudut
dengan diameter 8 cm–15 cm, memiliki 5–7 lekukan yang dangkal dan permukaan
daunnya berbulu.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), melon termasuk dalam buah pepo,
yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang menyelimutinya (lendir). Lendir tersebut
terasa manis, kenyal dan tidak banyak mengandung air. Buah melon menghasilkan
biji dalam jumlah yang banyak (300-500 biji), berwarna putih atau kusam, berbentuk
buah dengan bobot 1 gam per biji. Bentuk buah bervariasi antara bulat, bulat lonjong
atau silindris. Bobot buah rata – rata 0,4 – 2,0 kg/buah.
Syarat Tumbuh Melon
Tanaman melon dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik. Ketinggian
tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah 200-900 meter di atas permukaan
laut. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian
lebih dari 900 meter di atas permukaan laut, tetapi tidak berproduksi optimal.
Tanah yang ideal untuk pertumbuhan melon, jenis tanah Andosol/berpasir
yang memiliki porositas dan aerasi yang baik dengan pH 6 – 7 pada tanah yang
masam akan menyebabkan terjadinya Acid Yellowing yang memiliki gejala seperti
tanaman kerdil, pertumbuahan terhambat dengan daun berwarna kuning, sehingga
diperlukan pengapuran sebelum ditanami melon. Tanah gambut, tanah liat berat atau
tanah cadas tidak disarankan untuk ditanami melon.
Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk
Poerwanto (2004) menyatakan, bahwa penjarangan buah sering dilakukan
oleh petani untuk mengoptimalkan kualitas buah. Pada perlakuan penjarangan buah,
nisbah daun terhadap jumlah buah meningkat yang mengakibatkan pertumbuhan buah
lebih optimal dan menurunnya kompetisi dalam memperebutkan asimilat. Hal
tersebut akan meningkatkan ukuran buah, kandungan padatan terlarut dan bobot
kering buah. Menurut Saladin (2002), pada tanaman tomat Galur Harapan IPB yang
dibudidayakan di lapang, dengan penjarangan buah dapat mengurangi persentase
mendapatkan fotosintat makin kecil dengan jumlah buah yang terbatas sehingga dapat
memperkecil tingkat gugur buah.
Pemangkasan merupakan suatu teknik untuk mengatur bentuk tanaman agar
dapat menumbuhkan tunas baru dan memungkinkan melakukan panen pada tingkat
produksi tertentu. Secara fungsional pemangkasan akan mengurangi kapasitas
produksi karbohidrat sehingga menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemangkasan pada tomat memiliki
keuntungan yaitu buah lebih cepat matang, meningkatkan panen awal dan total panen,
mengurangi hama dan penyakit, buah lebih besar dan mempermudah pemanenan
serta penyemprotan pestisida.
Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004), pemangkasan
tanaman melon adalah memangkas dan membuang cabang–cabang yang tidak
produktif dengan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses
produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman.
Hal tersebut akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit, serta
merangsang tumbuhnya tunas – tunas produktif. Pangkas
pucuk (toping) pada tanaman melon dilakukan dengan memangkas batang utama
setelah buah dipilih dengan menyisakan minimum 25 helai daun per satu buah per
tanaman.
Kandungan Unsur Hara Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, baik
berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing
cair yang berupa urin ternak. Pengumpulan kotoran padat memang jauh lebih praktis
dibanding urin ternak. Padahal dari segi kadar haranya, urine jauh lebih tinggi
dibanding feces (Tohari, 2009).
Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak
mempunyai sifat khas tersendiri. Makanan masing-masing ternak berbeda-beda.
Padahal makanan inilah yang menentukan kadar hara. Jika makanan yang diberikan
banyak mengandung hara N, P dan K maka kotoran yang dihasilkan juga akan kaya
dengan zat tersebut.
Selain jenis makanan usia ternak juga menentukan kadar hara dalam
kotorannya. Ternak muda akan menghasilkan feses dan urine yang kadar harannya
rendah terutama N, karena ternak muda memerlukan sangat banyak zat hara N dan
beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringan tubuhnya. Selain mengandung
N, P dan K, pupuk kandang juga mempunyai kandungan unsur hara mikro yang
sangat lengkap walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Makanan yang dimakan
ternak dan umur ternak sangat berpengaruh terhadap kandungan hara yang ada pada
kotoran. Selain itu, pupuk kandang juga dapat memperbanyak beragamnya bakteri
positif tanah yang ada pada lahan kita, dimana bakteri tersebut sebagian adalah
bakteri penambat N, sehingga secara tidak langsung bakteri-bakteri tersebut akan
menyediakan unsur hara bagi tanaman itu sendiri. Kandungan unsur hara pupuk
kandang dapat dilihat pada Lampiran 1.
Rata-rata produktivitas padi nasional adalah 48.95 ton/ha, sehingga jumlah
jerami yang dihasilkan kurang lebih 68.53 ton/ha. Produksi padi nasional tahun 2008
sebesar 57.157 juta ton (Direktorat Jenderal Hortikultura. 2009) dengan demikian
produksi jerami nasional diperkirakan mencapai 80.02 juta ton. Potensi jerami yang
sangat besar ini sebagian besar masih disia-siakan oleh petani. Sebagian besar jerami
hanya dibakar menjadi abu, sebagian kecil dimanfaatkan untuk pakan ternak dan
media jamur merang.
Pemanfaatan jerami dalam kaitannya untuk menyediakan hara dan bahan
organik tanah adalah merombaknya menjadi kompos. Rendemen kompos yang dibuat
dari jerami kurang lebih 60% dari bobot awal jerami, sehingga kompos jerami yang
bisa dihasilkan dalam satu ha lahan sawah adalah sebesar 4.11 ton/ha. Andaikan
semua jerami dibuat kompos akan dihasilkan kompos sebanyak 48.01 juta ton secara
nasional.
Kompos jerami memiliki potensi hara dan nilai ekonomi yang sangat besar.
Pupuk kompos jerami memiliki kandungan hara 41.3 kg N, 5.8 kg P, dan 89.17 kg K.
Pemanfaatan kompos jerami ini oleh petani dapat menghemat pengeluaran negara
untuk subsidi pupuk dan mengurangi konsumsi pupuk kimia nasional. Namun,
potensi ini sepertinya kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah, khususnya
Departemen Pertanian.
Proses Produksi
Umur tanaman melon saat muncul bunga jantan dan bunga betina dengan
berjaring yaitu muskmelon (Cucumis melo var reticulate ) menghasilkan bunga
jantan umur 22-26 hari dan bunga betina 29–34 hari setelah semai (Wajiastuti, 2002).
Dengan berhasilnya penyerbukan maka dimulailah pembentukan buah yang
ditandai oleh pembentukan bakal buah dan dimulai pula perkembangan buah.
Bersamaan ini sering kali terjadi kelayuan dan pengguguran mahkota bunga dan
kadang–kadang benang sari. Perubahan–perubahan ini yang mencirikan perubahan
dari bunga ke buah muda disebut pembentukan buah atau fruit-set (Heddy, et al.,
1994).
Buah melon mengandung banyak bahan nutrisi, maka perlu mobilisasi atau
transport nutrisi dari bagian tanaman yang lain, mobilisasi dari daun–daun untuk
pertumbuhan buah yang bersangkutan (Heddy, et al., 1994).
Varietas Sky Rocket termasuk buah melon berukuran sedang dengan berat
1.0–2.5 kg, dinegara asalnya, Taiwan, mempunyai berat rata-rata 1.5 kg (Lampiran
2). Namun Varietas ini yang ditanam di Indonesia dapat mencapai berat buah
rata-rata 2,0-3,0 kg apabila dipelihara satu buah/tanaman (Prajnanta, 2004).
Menurut Santoso dan Purwoko (1995), kualitas komoditi hortikultura segar
seperti buah dan sayuran dilihat dari penampakan, tekstur, rasa dan aroma, nilai
nutrisi serta keamanan. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas tersebut adalah
faktor genetik, lingkungan prapanen, perlakuan pasca panen dan interaksi antar
berbagai faktor di atas. Harjadi (1989), menambahkan bahwa kualitas buah melon
dipengaruhi oleh karakter eksternal buah. Kualitas tersebut meliputi rasa manis
buah. Penampakan buah yang dimaksud adalah bobot per buah, bentuk buah (bulat/
agak lonjong) dan jaring pada kulit buah bagi varietas yang menghasilkan jaring.
Sismiyati (2003), panen melon dilakukan saat buah melon menunjukkan
tanda-tanda kematangan (aroma harum, warna kulit berubah, tangkai buah retak dan
net mulai tampak jelas pada melon tipe netting). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi
(1999), tingginya kadar padatan terlarut total pada buah melon akan menyebabkan
meningkatnya kualitas buah dan karakter tersebut telah digunakan sebagai indikator
tingkat kemanisan, rasa dan kematangan. Aroma melon yang khas berasal dari
berbagai senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam dan ester yang terbentuk selama
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli
Serdang dengan ketinggian ± 15 meter diatas permukaan laut, dilaksanakan pada
bulan Juni 2011 sampai dengan September 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih melon varietas Sky rocket (dapat dilihat
pada lampiran 2), pupuk Urea, TSP, KCI, pupuk kandang, dolomit, bambu, plastik
bening, mulsa plastik, insektisida, fungisida, bakterisida dan polybag kecil. Alat yang
digunakan adalah cangkul, tali plastik, lanjaran, alat semprot, ember plastik, slang
plastik, timbangan, kertas sampul atau kertas jerami dan gembor.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi
(RPT), dengan pola Percobaan Rancangan Acak Kelompok . Perlakuan terdiri dari
dua faktor yaitu :
Faktor Pemupukan Anorganik terdiri dari empat taraf sebagai petak utama, yaitu :
A0 = Tidak di beri pupuk Anorganik
A1 = Pupuk Urea (N) 15 g/plot + Pupuk TSP (P) 15 g/plot + Pupuk
KCl (K) 30 g/plot
A2 = Pupuk Urea (N) 30 g/plot + Pupuk TSP (P) 30 g/plot + Pupuk
KCl (K) 60 g/plot
A3 = Pupuk Urea (N) 45 g/plot + Pupuk TSP (P) 45 g/plot + Pupuk
KCl (K) 90 g/plot
O0 = Tidak di beri pupuk organik
O1 = Pukan Ayam 750 g/Plot + Pukan Sapi 750 g/plot + Kompos Jerami
1.500 g/plot
O2 = Pukan Ayam 1.500 g/Plot + Pukan Sapi 1.500 g/plot + Kompos
Jerami 3.000 g/plot
O3 = Pukan Ayam 2.250 g/Plot + Pukan Sapi 2.250 g/plot + Kompos
Jerami 4.500 g/plot
O4 = Pukan Ayam 3.000 g/Plot + Pukan Sapi 3.000 g/plot + Kompos
Jerami 6.000 g/plot
Dengan demikian terdapat 20 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan
diulang sebanyak 3 kali, sehingga di peroleh 60 unit percobaan.
A0O0 A1O0 A2O0 A3O0
A0O1 A1O1 A2O1 A3O1
A0O2 A1O2 A2O2 A3O2
A0O3 A1O3 A2O3 A3O3
A0O4 A1O4 A2O4 A3O4
Model matematik dari Rancangan Petak Terbagi adalah :
Yijk = µ + αi + βj + Ɛij + γk + (βγ)jk + Ɛijk
Keterangan :
Yijk = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dari pemberian pupuk organik pada taraf ke j dan pupuk anorganik pada taraf ke-k
µ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh ulangan ke-i ; i = 1, 2, 3, (ulangan)
βj = Pengaruh pemberian pupuk anorganik pada taraf ke- j ; j = 1, 2, 3, 4,
(pemupukan pupuk anorganik)
Ɛij = Pengaruh galat pada ulangan ke-i dan pemberian pupuk anorganik pada
Γk = Pengaruh pupuk organik pada perlakuan ke-k ; k = 1, 2, 3, 4, 5 (pemupukan pupuk organik)
(βγ)jk = Interaksi pemberian pupuk organik pada taraf ke-j dan anorganik pada taraf ke-k
Ɛijk = Pengaruh galat percobaan pada interaksi perlakuan ke-i, perlakuan
pemberian pupuk organik taraf ke-j dan anorganik pada taraf ke-k
Pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilihat dari Sidik ragam.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan
Lahan dibabat dan kemudian dicangkul serta dibersihkan dari rerumputan dan
sisa-sisa tanaman yang mengganggu. Pengolahan tanah dilakukan dua kali.
Pengolahan tanah pertama yaitu dicangkul sedalam 30 cm, dan dibiarkan lebih
kurang selama satu minggu. Pengolahan tanah kedua, tanah dipecah dan kemudian
aplikasikan dengan pupuk organik dengan cara dicampurkan langsung ke tanah dan
sambil dibuat bedengan dengan ukuran panjang 760 cm, lebar 60 cm, parit drainase
lebar 60 cm, tinggi ±30 cm. Parit drainase antar blok perlakuan 50 cm. Kemudian
lahan tersebut dibiarkan selama seminggu. Denah percobaan ada di lampiran 3.
Persiapan kompos
Teknis pengomposan berdasarkan metode anaerob, Bahan organik segar
(pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan jerami) dikumpulkan (ditumpuk)
disuatu tempat dan dibedakan tumpukannya antara kotoran sapi, kotoran ayam dan
jerami. Kemudian tumpukan kotoran sapi dan ayam dicampur tanah. Kemudian
5kg : EM4 1cc dicampur 1g gula dan 1000cc air. Kemudian ditutup dengan plastik
agar tidak terkena hujan dan panas. dibiarkan selama 2 minggu, setelah matang baru
bisa digunakan.
Pemupukan dan Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak
Setelah bedengan siap dibentuk, dilakukan pemupukan dengan pupuk organik.
Pupuk organik yang diberikan adalah campuran pupuk kandang sapi, pupuk kandang
ayam dan pupuk kompos jerami yang telah siap dikomposkan, dosis sesuai perlakuan
dan aplikasinya dilakukan dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Kemudian Pupuk
anorganik diberikan seminggu setelah aplikasi pupuk organik dilakukan. Pupuk
anorganik ini masih ditambah dengan 100 g dolomit dan 2 g insektisida karbofuran
per tanaman. Pupuk Anorganik ditaburkan diatas larikkan yang telah dibuat di
permukaan bedengan, kemudian ditutup dan dibenamkan di dalam tanah.
Tahap berikutnya pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP), dilakukan
pada saat terik matahari agar permukaan MPHP rata dan rapat dengan tanah. Agar
pupuk meresap kedalam tanah dan tidak meracuni tanaman melon saat pindah tanam
perlu dibiarkan selama 3 hari. Pelubangan MPHP dilakukan sesuai jarak tanam.
Perlakuan Benih
Benih melon dibuka dari kemasan, dicuci untuk menghilangkan lendir. Benih
dibungkus plastik yang telah dilubangi dan dicelupkan ke dalam larutan aquades
selama 4 jam. Benih ditiriskan kemudian dibungkus handuk basah, diperam dalam
kaleng pemeraman, kemudian diisi dengan pasir setebal 5 cm dan dilengkapi dengan
lampu pijar 15 watt sebagai pemanas. Lamanya pemeraman ± 24 jam, dijaga agar
Pembibitan
Benih yang telah berkecambah ditanam pada polibag bibit yang berukuran
panjang 15 cm, lebar 5 cm, yang diisi dengan campuran 10 kg tanah, 5 kg pupuk
kandang, 80 g NPK (15-15-15) dan 25 g Curater sampai 90% penuh. Untuk
merangsang pertumbuhan kecambah maka ditutup permukaan persemaian dengan
karung goni basah. Setiap hari permukaan karung ini disiram secukupnya sampai
kecambah muncul di permukaan media. Pembibitan ini diberi sungkup dan
pemeliharaannya terdiri dari pembukaan sungkup, penyiraman, pemupukan,
pengendalian hama penyakit serta sortasi bibit.
Penanaman Tanaman
Dua sampai tiga hari sebelum pindah tanam, bibit disemprot dengan fungisida
Derosal 60 WP 1 g/l air. Pada umur bibit melon 10 hari di polybag kecil (persemaian)
dipindah ke lapangan pertanaman.
Jarak tanam dalam barisan adalah 60 cm dan antara barisan 40 cm pada setiap
bedengan. Dan penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur satu minggu setelah
di pindah ke lapangan.
Pemeliharaan Tanaman
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara
pengendalian hama terpadu (PHT). Pada pertanaman melon sistem lanjaran,
sebaiknya tanaman harus secepatnya dilanjarkan dan selanjutnya diikat pada
lanjaran tersebut. Pengikatan tanaman melon dilakukan secara rutin setiap 2–3 hari
Pengendalian hama, penyakit dan gulma diluar dari jadwal yang ditentukan
dapat dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu. Penyiraman dilakukan pada pagi
atau sore hari sampai tanah cukup lembab, tetapi tidak sampai becek.
Setelah tanaman berdaun 7-8 helai dilakukan pemangkasan pada tunas yang
tumbuh di ketiak daun pertama sampai kelima. Tunas yang tumbuh setelah ruas ke-8
dipangkas dengan tetap menyisakan 2 helai daun. Bila batang utama sudah mencapai
20-25 ruas, dilakukan pangkas pucuk. Waktu yang tepat untuk melakukan
pemangkasan adalah saat udara cerah dan kering. Untuk pemangkasan buah
dipelihara 3-4 calon buah pada setiap tanaman, terutama yang tumbuh pada cabang ke
10 sampai ke 17. Setelah calon buah sebesar telur ayam, pilih 2 calon buah yang
paling baik/bagus yaitu yang berbentuk bulat agak lonjong, sedangkan sisanya
dibuang. Bila buah sudah sebesar bola tenis, cabang buahnya diikat dengan tali rafia.
Panen
Buah melon harus dipanen setelah tua benar karena buah tidak matang bila
diperam. Panen dilakukan pada umur 45 hari setelah pembungaan. Penyemprotan
pestisida dihentikan 2 minggu sebelum panen. Waktu panen dapat ditentukan dengan
mengamati penampakan fisik buah dan umur tanaman. Melon yang sudah matang
ditandai dengan jaring di kulit buah telah terbentuk sempurna, tebal dan rata, ada
retakan di pangkal tangkai buah, warna kulit buah berubah dari hijau tua menjadi
kekuningan, kulit buah terasa halus atau tidak berbulu, muncul aroma yang khas,
serta tangkai buah berwarna kekuningan.
pH tanah diukur dengan alat pH meter di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Utara (BPTP SU). pH tanah diukur 2 kali yaitu sebelum
aplikasi pupuk organik dan pupuk anorganik dan 14 hari setelah aplikasi pupuk
organik dan anorganik. .
2. Kadar N, P dan K Tanah
Kadar N, P dan K tanah di ukur sebelum pelaksanaan penelitian dan di akhir
penelitian. Pengukuran dilakukan sebelum aplikasi pupuk organik dan anorganik.
Setelah penelitian, pengukuran dilakukan pada waktu awal pembentukan buah
(early fruit-set).
3. Kadar N, P dan K Tanaman
Penentuan kadar N, P dan K tanaman melon dilakukan pada awal
pembentukan buah (early fruit-set) daun ke delapan atau daun terdekat dari bunga
betina yang menghasilkan bakal buah yang akan dipelihara. Awal pembentukan
buah atau terbentuknya bunga betina terjadi pada umur 32 hari setelah semai
(Wijiastuti, 2002).
4. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur sebanyak 3 kali yaitu pada waktu tanaman berumur
21 hari, 28 hari dan 35 hari.
Untuk menentukan luas daun, daun tanaman sampel dipetik pada awal
pembentukan buah (early fruit-set). Pengukuran dilakukan di laboratorium
dengan menggunakan alat “leaf area meter”. Pengukuran ini dilakukan ketika
daun sampel masih segar.
6. Jumlah Bunga (kuntum)
Jumlah bunga dihitung pada waktu pembentukan buah (early fruit-set).
Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung bunga betina atau bakal buah
yang tumbuh. Sedangkan bunga jantan yang tumbuh tidak dihitung.
7. Berat Kering Tanaman (g)
Tanaman sampel dibongkar sampai akarnya, dimasukkan ke dalam baskom
berisi air untuk dicuci, setelah bersih dimasukkan ke dalam kantong plastik
bening dan diberi label. Selanjutnya tanaman sampel dipersiapkan untuk
dikeringkan. Batang tanaman dipotong-potong sesuai kantong kertas sampul yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Daun tanaman yang digunakan untuk
pengukuran luas daun disatukan dengan batangnya dan dimasukkan ke dalam
kantong kertas jerami sesuai label. Tanaman sampel dikeringkan pada suhu 65°C
selama 48 jam. Setelah 48 jam, dikeluarkan dari lemari pengering lalu
dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit selanjutnya di timbang. Sampel
dimasukkan kembali ke dalam pengering dengan suhu 65°C selama 12 jam,
kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang lagi.
Bila pada penimbangan pertama dan kedua beratnya sama, berarti pengeringan
8. Bobot dan Diameter Buah (kg dan cm).
Bobot dan diameter buah tanaman ditentukan dengan menimbang berat
buah dalam bobot (kg) dan menghitung diameter buah (cm). Penimbangan bobot
buah dilakukan sampai dua angka dibelakang koma. Penentuan diameter buah
dengan mengukur lilit buah yaitu pada bagian tengah buah.
9. Total Kadar Gula Buah (% Brix).
Buah yang telah dipanen dibelah lalu dari bagian pangkal, tengah dan ujung
buah diambil daging buahnya, kemudian dihancurkan. Selanjutnya ekstrak daging
buah tersebut diteteskan ke lensa Hand Refracktometer untuk mengetahui total
HASIL PENELITIAN Sifat Tanah
Analisis sifat tanah dilakukan setelah 7 hari aplikasi pupuk Anorganik dan 14
hari aplikasi pupuk organik. Parameter tersebut meliputi pH tanah, kandungan N, P
dan K tanah.
1. pH Tanah
Hasil analisa pH tanah setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat
dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian
pupuk anorganik dan pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pH tanah. pH tanah tertinggi dijumpai pada perlakuan pemberian pupuk
anorganik 45 g N/plot + 45 g P2O5/plot + 90 g K2O/plot (A3) yaitu sebesar 5,59
dan yang terendah pada perlakuan tidak diberi pupuk anorganik (A0) dan pada
perlakuan pupuk organik diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan pupuk kandang
ayam 3.000 g/Plot + sapi 3.000 g/plot + jerami 6.000 g/plot (A3O4) yaitu sebesar
5,59 dan terendah diperoleh pada perlakuan tidak diberi pupuk organik (O0) yaitu
sebesar 5,30. Sedangkan interaksi perlakuan antara pemberian pupuk organik dan
pupuk anorganik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pH tanah.
Respon pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap pH tanah dapat
dilihat Tabel 1.
Organik
Pupuk An-organik
Pupuk Organik
Rataan
O0 O1 O2 O3 O4
A0 5,14 5,25 5,29 5,38 5,44 5,30 b
A1 5,20 5,27 5,32 5,41 5,45 5,33 b
A2 5,43 5,45 5,54 5,66 5,72 5,56 a
A3 5,45 5,47 5,58 5,68 5,75 5,59 a
Rataan 5,30 e 5,36 d 5,43 c 5,50 b 5,59 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 1 secara umum dapat dilihat, diperoleh pengaruh yang sangat nyata
pada perlakuan pupuk anorganik dan organik tanah terhadap pH tanah, semakin besar
dosis pupuk anorganik dan organik yang diberikan semakin tinggi pula nilai pH
tanah. Penambahan pupuk anorganik meningkatkan pH tanah sampai batas perlakuan
tertinggi (A3) dan pupuk organik meningkatkan pH tanah hingga perlakuan tertinggi
(O4). Sedangkan interaksi perlakukan pupuk anorganik dan organik walaupun tidak
memberikan pengaruh yang nyata, tetapi akibat pemberian perlakuan pupuk
anorganik dan anorganik cenderung meningkatkan pH tanah.
Kadar N, P dan K Tanah Kandungan N tanah
Hasil analisa kandungan N tanah setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik
dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kandungan N tanah, diperoleh nilai tertinggi untuk perlakuan anorganik
sebesar 0,21% pada perlakuan A3 dan terendah sebesar 0,14% pada perlakuan A0.
Pada perlakuan pupuk organik diperoleh nilai tertinggi sebesar 0,23% pada perlakuan
perlakuan antara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik, memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kandungan N tanah. Kandungan N tanah tertinggi
diperoleh pada kombinasi perlakuan A3O4 yaitu sebesar 0,29% dan nilai terendah
diperoleh pada kombinasi perlakuan A0O0 sebesar 0,09%. Respon pemberian pupuk
[image:49.612.111.523.264.388.2]anorganik dan pupuk organik terhadap kandungan N tanah dapat dilihat Tabel 2.
Tabel 2. Rata- rata Kandungan N Tanah (%) pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk
Anorganik dan Organik
Pupuk An-organik
Pupuk Organik
Rataan
O0 O1 O2 O3 O4
-- (%) --
A0 0,09 ij 0,10 ij 0,15 efg 0,16 def 0,18 cde 0,14
A1 0,10 hij 0,14 fgh 0,18 cde 0,21 bc 0,24 b 0,18
A2 0,12 ghij 0,14 fgh 0,16 def 0,18 cde 0,19 cd 0,16
A3 0,13 fghi 0,18 cde 0,21 bc 0,23 b 0,29 a 0,21
Rataan 0,11 0,14 0,18 0,20 0,23
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 2 secara umum dapat dilihat, diperoleh pengaruh yang sangat nyata
pada perlakuan pupuk anorganik dan organik, pemberian pupuk perlakuan cenderung
meningkatkan kandungan N tanah. Pada perlakuan pupuk anorganik, peningkatan
kandungan N tanah terjadi hingga perlakuan A1, setelah itu menurun akibat
penambahan perlakuan pupuk anorganik sampai batas perlakuan A2, kemudian
meningkat kembali kandungan N tanah hingga perlakuan pupuk anorganik tertinggi
yaitu A3. Sedangkan pada perlakuan pupuk organik, akibat penambahan dosis pupuk
perlakuan cenderung meningkat hingga dosis perlakuan pupuk organik tertinggi yaitu
perlakuan O4. Pada kombinasi perlakuan, pemberian pupuk anorganik dan pupuk
tertinggi (A3O4). Semakin besar dosis kombinasi pupuk anorganik dan pupuk
organik diberikan, semakin tinggi kandungan N tanah.
Kandungan P tanah
Hasil analisa kandungan P tanah setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik
dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap kandungan P tanah. Diperoleh nilai P tanah tertinggi pada pemberian
pupuk anorganik sebesar 25,708 ppm pada A3 dan terendah pada perlakuan A0 yaitu
sebesar 18,644 ppm. Pada perlakuan pupuk organik diperoleh nilai P tanah tertinggi
sebesar 26,766 ppm (O4) dan terendah pada perlakuan O0 sebesar 17,858 ppm.
Interaksi perlakuan antara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kandungan P tanah. Respon pemberian
pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap kandungan P tanah dapat dilihat Tabel
3.
Tabel 3. Rata- rata Kandungan P Tanah (ppm) pada Setiap Taraf Aplikasi
Pupuk Anorganik dan Organik
Pupuk An-organik
Pupuk Organik
Rataan
O0 O1 O2 O3 O4
---ppm---
A0 15,96 17,44 17,29 19,97 22,54 18,64 c
A1 18,37 21,98 23,53 25,91 27,00 23,36 b
A2 17,22 20,98 24,66 23,48 26,47 22,55 b
A3 19,87 22,49 28,42 26,70 31,04 25,70 a
Rataan 17,85 d 20,72 c 23,47 b 24,02 b 26,76 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%
Hasil analisa kandungan K tanah setelah aplikasi pupuk anorganik dan
organik dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik berpengaruh sangat nyata
terhadap parameter kandungan K tanah. Diperoleh nilai tertinggi pada pemberian
pupuk anorganik sebesar 0,34 me/100g (A3) dan terendah pada perlakuan A0 yaitu
sebesar 0,22 me/100g. Pada perlakuan pupuk organik diperoleh nilai tertinggi sebesar
0,42 me/100g (O4) dan terendah pada perlakuan O0 sebesar 0,19 me/100g. Interaksi
perlakuan antara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik menunjukkan
pengaruh yang sangat nyata terhadap kandungan K tanah. Diperoleh nilai tertinggi
pada kombinasi perlakuan A3O4 sebesar 0,56 me/100g dan nilai terendah diperoleh
pada kombinasi perlakuan A0O0 dan A2O0 dengan masing-masing 0,17 me/100g.
Respon pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap kandungan K tanah
[image:51.612.109.520.486.603.2]dapat dilihat Tabel 4.
Tabel 4. Rata- rata Kandungan K Tanah (me/100g) pada Setiap Taraf Aplikasi
Pupuk Anorganik dan Organik.
Pupuk An-organik
Pupuk Organik
Rataan
O0 O1 O2 O3 O4
---Me/100 g---
A0 0,17 i 0,18 hi 0,18 hi 0,24 fgh 0,33 c 0,22
A1 0,20 ghi 0,26 cdefg 0,31 cde 0,33 c 0,46 b 0,31
A2 0,17 i 0,25 defgh 0,28 cdef 0,29 cdef 0,32 cd 0,26
A3 0,23 ghi 0,28 cdef 0,33 c 0,32 cd 0,56 a 0,34
Rataan 0,19 0,24 0,28 0,29 0,42
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%
Kadar Tanaman 1. Kadar N tanaman
Hasil analisa kadar N tanaman setelah aplikasi pupuk anorganik dan