• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU DISIPLIN PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU DISIPLIN PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU DISIPLIN

PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN

SKRIPSI

Oleh :

Anton

201210230311145

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU DISIPLIN

PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

Anton 201210230311145

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Hubungan dukungan sosial dengan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren.

2. Nama Peneliti : Anton

3. NIM : 201210230311145 4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 20 Juli 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 04 Agustus 2016

Dewan Penguji.

Ketua Penguji : Dr. Nida Hasanati, M.Si. ( )

Anggota Penguji : 1. Siti Maimunah, S.Psi., MA. ( ) 2. Muhammad Shohib, S.Psi., M.Si. ( ) 3. Adhyatman Prabowo, M.Psi. ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nida Hasanati, M.Si. Siti Maimunah, S.Psi., MA.

Malang,

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anton

Nim : 201210230311145

Fakultas : Psikologi

PerguruanTinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah ini yang berjudul :

Hubungan dukungan sosial dengan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren :

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 25 Juli 2016

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang Menyatakan

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan dukungan sosial dengan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan motivasi dari berbagai pihak yang turut mendukung tersusunnya skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Nida Hasanati, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi arahan dan bimbingan pada penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

3. Siti Maimunah, S.Psi., MA selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi arahan dan bimbingan pada penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

4. Tri Muji Ingarianti, S.Psi., M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Para dosen dan staff TU Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan pembelajaran serta proses pendewasaan.

6. Kedua orang tua penulis Yahya dan Ana dan semua keluarga yang telah memberikan dukungan dalam segala aspek mulai awal perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini. 7. Hana Nida Khafiya dan keluaraga yang memberikan motivasi dan dukungan untuk

menyelesaikan skripsi.

8. Ustad Ajir dan Ustad Muslimin selaku pengasuh dan pengurus Pondok Pesantren Daarul Ukhwah Malang atas bantuan dan izin yang diberikan dalam pengambilan data penelitian.

9. Para santri Pondok Pesantren Daarul Ukhwah Malang yang telah bersedia menjadi subjek penelitian..

10.Wandi dan Taufiq yang membantu proses pengambilan data penelitian.

11.Ahmad Sulaiman, S.Psi dan Muhammad Slamet, S.Psi yang membantu menyelesaikan analisis data penelitian.

12.Teman-Teman Fakultas Psikologi angkatan 2012 khususnya kelas C yang memberikan semangat, dukungan serta berbagi ilmu dan saling melengkapi kekurangan masing-masing.

(6)

iv

14.Semua pihak yang telibat membantu, mendoakan dan memberi dukungan terhadap penulis, yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran sebagai perbaikan dalam skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya bagi para pembaca.

Malang, 25 Juli 2016

Penulis

(7)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

TINJAUAN TEORI ... 6

Perilku disiplin ... 6

Dukungan sosial ... 9

Hubungan dukungan sosial dengan perilaku disiplin pada santri ... 11

METODE PENELITIAN... ... 12

Rancangan Penelitian ... 12

Subjek Penelitian dan Deskripsi Subjek... 12

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 13

Prosedur Penelitian ... 13

HASIL PENELITIAN... 14

DISKUSI ... 15

SIMPULAN DAN IMPLIKASI... ... 18

(8)

vi

DAFTAR TABEL

TABEL 1

Data pelanggaran santri tahun ajaran 2015 - 2016 ... 3

TABEL 2

Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas ... 12

TABEL 3

Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 13

TABEL 4

Deskripsi Subjek Penelitian... 14

TABEL 5

Deskripsi dukngan sosial dengan perilaku disiplin ... 14

TABEL 6

Uji normalitas data dukungan sosial dengan perilaku disiplin... 15

TABEL 7

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Sakal try out ... 23

LAMPIRAN 2

Identitas subyek dan Rekapitulasi skala hasil try out ... 28

LAMPIRAN 3

Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 37

LAMPIRAN 4

Blue print Skala ... 42

LAMPIRAN 5

Sakal penelitian ... 47

LAMPIRAN 6

Identitas subyek, Rekapitulasi skkala dan data penelitian ... 52

LAMPIRAN 7

Output spss hasil penelitian ... 75

LAMPIRAN 8

(10)

1

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU DISIPLIN

PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Anton

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

anton.mumtaz@gmail.com

Pondok pesantren merupakan lingkungan yang padat dengan rutinitas dan disiplin, para santri dituntut untuk mengikuti semua rutinitas itu dan mematuhi semua disiplin tersebut. Disiplin yang ketat membuat para santri merasa terkekang sehingga banyak yang melakukan pelanggaran disiplin seperti tidak sholat jama’ah dan keluar pesantren tanpa izin. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku disiplin sehingga untuk memiliki perilaku disiplin tinggi, dibutuhkan dukungan sosial yang positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan perilaku disiplin pada santri. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan menggunakan skala dukungan sosial dan perilaku disiplin yang dianalisa menggunakan korelasi

product moment. Jumlah subjek sebanyak 177 santri Pondok Pesantren Daarul Ukhwah Malang dengan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial dengan perilaku disiplin (r = 0,446, p = 0,000) dan sumbangan efektif dukungan sosial terhadap perilaku disiplin 19,8%.

Kata kunci : Dukungan sosial, Perilku disiplin

Islamic boarding school is a bustling neighborhood with routine and discipline, the students in charge to follow all the routines and comply with all these disciplines. Strict discipline to make the students feel constrained so many disciplinary offenses such as not praying and exiting boarding without permission. Social support is one of the external factors that influence the behavior of discipline so as to have high discipline behavior, positive social support is needed. The purpose of this study was to examine the relationship between social support and behavioral discipline in students. The design which is used in this research is a quantitative correlation with the use of a scale of social support and behavioral discipline are analyzed using product moment correlation. The number of subjects as much as 177 islamic boarding school students Daarul Ukhwah Malang with the use of a proportionate stratified random sampling technical . The results showed there was positive and significant relationship between social support and behavioral discipline (r = 0.446, p = 0.000) and the effective contribution of social support to the behavior of discipline 19,8%.

(11)

2

Pondok pesantern Islam telah dikenal di Nusantara ini sejak tahun 1853, dengan jumlah murid sekitar 16.556 dan tersebar pada 13 kabupaten di Jawa (Yacub, 1985). Jumlah pondok pesantren di Indonesia dari tahun ketahun makin meningkat, pada tahun 1981 telah terdaftar 5.661 pondok pesantren dengan 938.597 santri yang diasuhnya (Yacub, 1985). Mastuhu (dalam Rahmawati, 2013) menyatakan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang bersifat tradisional untuk memahami, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup sehari-hari. Pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan non-formal memiliki peran dan fungsi antara lain: (1) Pondok pesantren sebagai lembaga keagamaan yang mempunyai fungsi pemeliharaan, pengembangan penyiaran, dan pelestarian Islam. Implikasinya dari semua itu adalah pembangunan akhlak dan mental masyarakat diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berbudi tinggi, tahu nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia, alam, dan Tuhan yang merupakan tujuan akhir hidup dan kehidupan, (2) Pondok pesantren sebagai lembaga sosial berati dengan perantara jalur pendidikan pesantren diharapkan mampu menghasilkan sumber daya agama islam dengan ilmu-ilmu yang menyangkut kehidupan bermasyarakat, (3) Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tumbuh dari dan dalam masyarakat untuk melayani berbagai kebutuhan masyarakat, yang motif tujuan serta usahanya bersumber pada agama islam menurut Nataatmaja (dalam Muniroh, 2013).

Karakteristik suatu pesantren ditandai dengan adanya pondok (asrama), masjid, pengajaran dengan kitab-kitab Islam yang klasik, santri dan kiai (Yacub, 1985). Unsur-unsur yang terdapat dalam pesantren yaitu: pondok (asrama santri), masjid, santri, pengajaran kitab klasik/ kitab kuning, kiai dan ustadz, madrasah/ sekolah, sistem tata nilai (tradisional atau modern) sebagai ruh pesantren menurut Sriharini (dalam Megarani, 2010).

Dalam menjalani hidup di pondok pesantren, kiai dan ustadz berperan sebagai orang tua bagi para santri untuk memberikan arahan dalam menjalani padatnya rutinitas di pondok pesantren yang digembleng selama 24 jam. Santri dituntut untuk menyesuikan diri dan berdisiplin agar bisa bertahan hidup di pondok pesantren (Mustofa, 2015). Berbagai upaya dilakukan untuk mengoptimalkan peran serta fungsi pesantren, termasuk menciptakan kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan yang harus dilaksanakan oleh setiap santri, diharapkan santri dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan teratur dan sesuai dengan tata tertib yang berlaku di lingkungan. Banyaknya peraturan yang diberlakukan di pesantren dapat pula berpotensi minimbulkan peluang adanya pelanggaran disiplin. Pada kenyataannya masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh santri.

(12)

3

yaitu: (1) Siswa yang tinggal di asarama memberikan kesempatan bagi mereka berbuat bandel dan menindas yang lemah di bawahnya, (2) Siswa yang tinggal di asrama disediakan fasilitas rekresi sehingga siswa beralih pada apa yang dapat menghibur mereka bahkan minum alkohol.

Fenomena yang terjadi di pondok pesantren al-ikhlas ujung di kabupaten Bone, bonepos.com (27 maret 2015) warga jama’ah masjid al markas al ma’arif dikagetkan dengan pencurian sandal yang dilakukan santri yang berinisial as, setelah dilakukan klarifikasi oleh pihak pesantern ternyata benar santri tersebut telah melanggar peraturan dan sudah sering melanggar sebelumnya, akibat pelanggarannya santri tersebut langsung dipulangkan ke orang tuanya. Bahkan terjadi pengkroyokan sesama santri di pondok pesantern yang seharusnya sesama santri menjadi teman, pengkroyokan yang terjadi dengan alasan dendam. Peristiwa pengeroyokan yang dilakukan 12 santri kepada temannya di pondok pesantren darul ulum jombang, jawa timur, membuat santri yang dikroyok berinisial am meninggal, sehingga 12 santri tersebut dikeluarkan dari pondok pesantern karena mereka telah melanggar peraturan dan disiplin pondok pesantren. Mereka pun harus mengikuti proses hukum yang berlaku. (Metronews.com, 01 Maret 2016).

Peristiwa lain terjadi di pondok pesantren Al Urwatul Wutsqo di Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Jombang, bahwa tiga santri dihukum karena menenggak minuman keras (miras) terus ketiganya pun dicambuk masing-masing 35 kali. Santri MA juga pernah merasakan rotan karena melakukan pelanggaran dengan pulang tanpa seizin ponpes. Hukuman cambuk juga berlaku bagi warga sekitar, salah satu warga merasakan hukuman cambuk sebnayak seratus kali karena berpacaran dengan salah seorang santriwati di ponpes tersebut, lalu keduanya pergi dan tidak pulang selama sehari. (Jppn.com, 09 Desember 2014).

Berbagai peristiwa tersebut menunjukkan masih banyak pelanggarn disiplin yang di lakukakan di pondok pesantren, begitu juga pelanggaran disiplin yang dilakukan para santri Pondok pesantren Daarul Ukhuwah Malang terletak di Jl. Raya jagung. Bamban, Asrikaton – Pakis – Malang dengan jumlah santri 358 terdiri dari santri Madrasah Tsanawiyah ada 274 santri dan Madrash Aliyah ada 84 santri. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah satu pengurus asrama pada 17 April 2016 bahwa masalah-masalah disiplin yang sering dilanggar santri biasanya masalah bahasa, tidak sholat berjama’ah dan keluar tanpa izin serta pelanggaran lain seperti merokok, membawak hp dan membolos. Bagi santri yang melanggar peraturan akan dikenanakan denda berupa uang, dan sistem di pondok tersebut tidak mengunakan hukuman pukulan dan sejenisnya bagi santri yang melanggar. Hasil wawancara tersebut didukung dengan data-data pelanggaran santri selama satu tahun.

Tabel 1. Data pelanggaran santri tahun ajaran 2015 - 2016

(13)

4

Dari hasil wawancara dan data di atas, terlihat bahwa dari 358 santri sebanyak 103 santri melakukan pelanggaran disiplin sekitar ¼ dari total santri dan pelanggaran terbanyak dilakukan santri ghoib atau kabur dari pesantren tanpa izin. Dapat disimpulkan bahwa perilaku disiplin di Pondok Pesantren Daarul Ukhwah Malang masih lemah sehingga peneliti tertarik untuk meneliti perilaku disiplin karena pembinaan disiplin santri ini tidak bertujuan untuk mengekang santri melainkan menyiapkan santri untuk manjadi generasi muda yang penuh tanggung jawab sehingga dalam menyelesaikan problema kehidupan, untuk dirinya, keluarga, agama, dan negara.

Menurut Noor (2006) kedisiplinan yang selama ini dianggap baik dan positif itu antara lain: (1) Melatih para santri dalam melaksanakan kewajiban agama, seperti shalat berjamaah, dan puasa sunah. Apabila santri melanggar, tidak melaksanakan kegiatan, dikenakan hukuman ringan yang sifatnya mendidik, (2) Para santri tidak diperkenankan bergaul dengan masyarakat luar secara bebas, (3) Dibatasi hubungan laki-laki dengan perempuan dengan sangat ketat hanya mereka yang mempuanyai hubungan darah (muhrim) yang dibolehkan bertemu, dan (4) Pemisahan tempat tinggal (asrama) santri, antara laki-laki dan perempuan tidak berdampingan, dikondisikan agar lokasinya berjauhan. Asrama perempuan biasanya berdampingan dekat dengan rumah kyai.

Dalam perkembangannya, pondok pesantren juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu bentuk kelemahan berupa tingkat kedisiplinan menurut Depag RI (dalam Pujawati 2016).

Gunarsa (1995) mengatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran kedisiplinan siswa antara lain keterlambatan, membolos, perkelahian, dan menyontek, maka fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya kedisiplinan di pondok pesantren.

Perilaku tidak disiplin pada fenomena di pondok pesantren banyak dilakukan oleh santri pada fase remaja. Santri adalah remaja yang berada dalam masa peralihan yaitu masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, disertai dengan banyak perubahan baik fisik, kognitif dan sosial (Papalia, Olds dan Feldman 2009). Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003) remaja termasuk dalam tahap perkembangan identitas dan kebingungan identitas

(identity versu identity confusion). Pada tahap ini remaja dihadapkan dengan banyak peran baru dan ststus orang dewasa. Tingkah laku yang kurang baik yang sering kali ditunjukkan oleh anak remaja yaitu: 1) Mengadakan pelanggaran-pelanggaran; pelanggaran ini dapat dibagi tiga macam: (a) pelanggaran di sekolah, (b) pelanggaran di rumah, (c) pelanggaran dalam masyarakat, 2) Kenakalan remaja; empat kategori kenakalan besar yaitu: (a) merugikan orang lain atau diri sendiri, (b) merusak atau mengambil milik orang lain, (c) bersikap tidak dapat diatur, (d) bertindak yang dapat menimbulkan bahaya pada dirinya sendiri atau orang lain (Soesilowindradini, 1995).

Pentingnya disiplin diajarkan pada remaja adalah diharpkan remaja mampu melahirkan kepribadian dan jati diri, serta sifat-sifat positif. Remaja yang disiplin akan memilki etos kerja tinggi serta tanggung jawab dan komitmen yang kuat, pada akhirnya akan mengantarkan remaja menjadi sumber daya manusia yang berkualitas (Zulkarnain, 2008).

(14)

5

tersebut. Tu’u (2004) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah (1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang menyimpang, (2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

Dolet Unaradjan (dalam Anggraini, 2014) menyebutkan bahwa terbentuknya kedisiplinan sebagai tingkah laku yang berpola dan teratur dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (a) Faktor internal adalah unsur yang berasal dari dalam diri individu. (b) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini memiliki tiga unsur; 1) Keadaan keluarga, 2) Keadaan sekolah, 3) Keadaan masyarakat. Masyarakat sebagai lingkungan yang lebih luas ikut serta dalam menetukan berhasil tidaknya dalam membina kedisiplinan karena situasi masyarakat tidak selamanya stabil. Dalam lingkup pesantren kiai, ustadz, dan santri sebagai bagian masyarakat lingkungan pesantren, yang diharapkan dapat memberikan dukungan sosial dalam disiplin. Hendriyani (dalam Ellyazar, 2013) menjelaskan kedisiplinan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal di antaranya adalah pembawaan, kesadaran, minat, motivasi, dan pola pikir. Sedangkan faktor eksternal adalah dukungan sosial dalam bentuk keteladanan, nasihat, latihan, lingkungan, dan kelompok. Beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara dukungan sosial dan perilaku disiplin, penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari, Rusman, dan Nurdin (2011) hasilnya ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan sosial dan disiplin belajar terhadap hasil belajar Ekonomi pada siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Jika lingkungan sosial baik dan disiplin belajarnya tinggi, maka hasil belajar yang dicapai siswa akan maksimal. Sebaliknya, jika lingkungan sosial buruk dan disiplin belajar rendah, maka hasil belajar yang diperoleh siswa pun akan rendah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kurniasari dan Indrawati (2012) menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial keluarga dengan disiplin berlalu lintas pada remaja. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin tinggi disiplin berlalu lintas, demikian juga sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial keluarga maka semakin rendah disiplin berlalu lintas pada remaja. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Kusumadewi (2011) memperoleh hasil bahwa dukungan sosial peer group dan kontrol diri secara bersam-sama mempunyai hubungan yang sedang dengan kepatuhan terhadap peraturan. Individu yang mendapatkan dukungan sosial peer group yang baik disertai dengan kontrol diri yang baik pula akan memiliki sikap yang positif dalam berperilaku di lingkungan masyarakat.

(15)

6

Dukungan informasi, seperti memberikan nasehat dan berbagi pengetahuan baru dan (4) Dukungan persahabatan, seperti memberikan waktu bertukar pendapat dan berbagi perasaan (Sarafino, 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Brought dan Pears (2012) menjelaskan bahwa dukungan sosial dari lingkunagn dan orang-rang sekitar terutama atasan memberikan dampak yang lebih besar pada tingkat kepuasan kerja dibandingkan dengan rekan kerjannya. Rahma (2011) juga menambahkan bahwa dukungan emosional dapat meberikan rasa aman, merasa dihargai, dicintai, dan dapat meningkatkan kesejahteraan psikologi terhadap orang. Utami (2013) menjelaskan bahwa individu yang mendapat dukungan emosional tinggi dapat meningkatkan dorongan yang tinggi pula, dan dukungan penghargaan dapat meningkatkan kepercayaan diri, individu yang mempunyai keperyaan diri tinggi akan mengembangkan sikap baiknya dan mengeksekusi sikap buruknya dari individu lain. Sedangkan dukungan informatif dengan memberikan pengetahuan dan bimbingan dapat mengembangkan pengalaman individu yang luas dalam menghadapi permaslahan hidup.

Saputri (2013) menjelaskan bahwa dukungan sosial di pondok pesantern berupa pengertian dan perhatian dari orang-orang sekitar dapat memberikan semangat bagi santri yang mulai bosan menjalani kegiatan rutinitas pondok pesantren, sedangkan memberikan saran pada santri untuk bersikap terbuka dalam mengkomunikasikan permaslahan yang dialaminya dan memberikan bantuan yang dibutuhkan akan mendorong santri mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang sekitar, memiliki pandangan tentang masa depan, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan berusaha untuk berperilaku disiplin.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian adalah, “Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan perilaku displin pada santri di pondok pesantren?”. Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan perilaku displin pada santri di pondok pesantren. Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, dimana secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu dalam ranah Psikologi khususnya dibidang Pendidikan dan Sosial. Sedangkan manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana bagi pesantren dalam memahami perilaku displin pada santri serta sebgai masukan dan pertimbangn dalam penelitian tentang perilaku displin yang dihubungkan dengan dukungaan sosial. Selain itu penelitian ini diharapakan mampu memberikan masukan terutama bagi para santri untuk dapat mengendalikan segala bentuk perilakunya dalam menjalin hidup di pondok pesantren, khusunya perilaku yang mengarah pada pelanggaran tata tertib di pondok pesantren.

PERILAKU DISIPLIN

(16)

7

peraturan-peraturan bagi tingkah laku, (Millan dalam Tu’u, 2004). Menurut kamus besar bahasa Indonesia (dalam Wulandari, 2015), menyatakan bahwa disiplin adalah: (a) Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya), (b) Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib, (c) Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.

Sinclair (dalam ellyazar, 2013) memberikan arti kata disiplin dalam beberapa pengertian, yaitu: (1) Sebagai praktek membuat orang mematuhi aturan atau standar perilaku, dan memberikan sanksi terhadap mereka yang tidak mematuhinya, (2) Kualitas kemampuan berperilaku dan bekerja dengan cara yang terkendali, yang melibatkan aturan dan standar tertentu, (3) Acuan yang diberlakukan untuk suatu aktivitas demi keberhasilan, (4) Perilaku yang dikendalikan secara ketat untuk mematuhi peraturan-peraturan atau standar.

Prijodarminto (1994) mengatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (dalam Wulandari 2015), disiplin hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku disiplin merupakan sikap perbuatan atau tingkah laku individu yang sesuai dengan ketentuan peraturan dan norma yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis. Sikap dan tingkah laku tersebut berbentuk dalam kesadaran dan keyakinan diri baik melalui proses latihan dan pendidikan maupun dari pemahaman norma (aturan) di lingkungannya.

Menurut Bahri (dalam Fajrin, 2013) disiplin dikelompokkan sebagai berikut: (1) Disiplin pribadi, yaitu pengarahan diri ke setiap tujuan yang diinginkan melalui latihan dan peningkatan kemampuan. Disiplin pribadi merupakan perintah yang datang dari hati nurani disertai kerelaan untuk melakukan disiplin, (2) Disiplin sosial yaitu perwujudan dari adanya disiplin pribadi yang berkembang melalui kewajiban pribadi dalam hidup bermasyarakat. Disiplin sosial berawal dari tingkat kemampuan dan kemauan mengendalikan diri dalam mengamalkan nilai, ketentuan, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah, masyarakat dan negara, (3) Disiplin nasional yaitu kemampuan dan kemauan untuk mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh negara, (4) Disiplin ilmu, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan sebagai ilmuwan, (5) Disiplin tugas, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan oleh atasan atau kepala sekolah

Aspek-aspek disiplin menurut Marcal (dalam Muniroh, 2013) yaitu : a. Ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan

(17)

8

b. Kesadaran untuk melaksanakan tugas sesuai dengan pedoman

Kesadaran adalah keadaan mengerti yang mengarah kepada pemahaman siswa dalam melaksanakan tugas sesuai pedoman. Pedoman-pedoman yang diberlakukan di sekolah merupakan salah satu upaya untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang lebih baik. Oleh karena itu, seharusnya siswa menydari bahwa pedoman-pedoman itu adalah suatu hal yang akan mengantarkannya menuju kebaikan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

c. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Siswa merupakan individu-individu yang telah dikenai berbagai peraturan maupun larangan yang berlaku di sekitarnya. Maka ketika ia melakukan atau pun melanggar peraturan yang ada harus disertai dengan tanggung jawab yang berarti ia mau atau siap menanggung resiko dari setiap hal yang diperbuatnya

d. Kejujuran

Kejujuran berasal dari kata jujur yang berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang dan tulus, ikhlas

Dari uraian aspek disiplinan diatas dapat dirumuskan indikator kedisiplinan sebagai berikut: a. Mentaati segala peraturan yang ditetapkan oleh pesantren.

b. Bersungguh-sungguh mengikuti aturan pesantren. c. Tidak melanggar peraturan yang berlaku di pesantren.

d. Melaksanakan tugas dengan sendirinya tanpa harus diperintah.

e. Menyadari bahwa mematuhi peraturan adalah untuk kebaikannya sendiri. f. Mengikuti kegiatan belajar mengajar sesuai prosedur.

g. Bersedia menerima hukuman ketika melakukan kesalahan. h. Melakukan kewajiban dengan baik

i. Ikut memlihara kebersihan, kenyamanan, dan ketertiban lingkungan pesantren. j. Berkata jujur kepada ustadz, pengurus, pengasuh atau pun teman.

k. Tidak mengambil sesuatu yang bukan hak miliknya.

l. Tidak melakukan kecurangan dalam kegiatan pesantren atau lainnya.

Hurlock (dalam Lestari, 2011) menyebutkan 4 (empat) unsur pokok yang digunakan untuk mendidik anak agar berperilaku dengan standar dari keluarga sosial mereka yaitu:

a. Peraturan

Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku oleh orang tua, guru ataupun teman bermain. Peraturan berfungsi untuk memperkenalkan pada anak bagaimana harus berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dan melarang anak untuk berperilaku yang tidak diinginkan oleh anggota keluarga dan masyarakat.

b. Hukuman

Hukuman diartikan sebagai suatu ganjaran yang diberikan pada seseorang karena melakukan kesalahan, perlawanan atau pelanggaran. Hukuman digunakan supaya anak tidak mengulangi perbuatan yang salah.

c. Penghargaan

Penghargaan yaitu setiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik, tidak perlu berbentuk materi tetapi dapat berupa pujian, senyuman ataupun tepukan dipunggung. Penghargaan berfungsi supaya anak mengetahui bahwa tindakan tersebut baik dan anak akan termotivasi untuk belajar berperilaku yang lebih baik lagi.

(18)

9

Konsistensi dapat diartikan sebagai tingkat keseragaman atau stabilitas, yaitu suatu kecenderungan menuju kesamaan. Konsistensi harus ada dalam peraturan, hukuman dan penghargaan. Tujuan dari pada konsistensi adalah anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala sesuatu yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.

Semiawan (dalam Lestari, 2011) menyebutkan ada beberapa faktor lain lagi yang dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin individu yaitu:

1. Hubungan emosional yang kualitatif dan kondusif sebagai landasan untuk membentuk disiplin.

2. Keteraturan yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjalankan berbagai aturan.

3. Keteladanan yang berawal dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin di rumah, seperti belajar tepat waktu.

4. Lingkungan yang berfungsi untuk pengembangan disiplin, baik lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

5. Ketergantungan dan kewibawaan yang harus dimiliki oleh setiap guru dan orang tua untuk memahami dinamisme perkembangan anak.

DUKUNGAN SOSIAL

Zanden (1984) mengemukakan bahwa kehidupan manusia berisi interaksi sosial, suatu proses yang diarahkan, dirangsang, dipengaruhi oleh orang lain. Cara berperilaku dipengaruhi oleh relasi-relasinya dengan orang lain merupakan bentuk dukungan sosial. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada dua kebutuhan dasar sosial manusia, yaitu kebersamaan dan dimiliki serta kebutuhan untuk memperoleh dukungan sosial dari lingkungannya.

Aronson (dalam Ellyazar, 2013) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan pengalaman menerima pertolongan dari orang lain, seperti dari keluarga dan teman-teman. Dukungan sosial terjadi ketika merasakan sikap dan tindakan orang lain yang tanggap dan mau memperhatikan apa yang diperlukan. Taylor (2009) berpendapat bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain yang memberikan perhatian dan merupakan bagian dari jaringan komunikasi serta saling memiliki kewajiban. Katc dan Kahn (dalam Ellyazar, 2013) berpendapat bahwa dukungan sosial adalah perasaan positif, menyukai, kepercayaan, perhatian, pengakuan, dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu dari orang lain, yaitu orang yang berarti dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Dukungan sosial merupa-kan transaksi interpersonal yang mencakup afeksi positif, penegasan dan bantuan.

(19)

10

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau perhatian yang berasal dari orang lain memberikan pengaruh terhadap orang yang mendapatkan dukungan tersebut.

Sarafino (dalam Isyafiyatun, 2015) menjelaskan bahwa dukungan sosial mempunyai empat aspek yaitu:

1. Dukungan emosi/ Emotional support

Meliputi bentuk kepedulian, empati, perhatian yang positif, cinta kasih kepada seseorang yang sedang mengalami kesulitan dalam hidupnya.

2. Dukungan Instrumental/ Instrumental support

Berupa bantuan yang langsung bisa dirasakan dan dimanfaatkan saat keadaan sulit dan mendesak seperti uang, pekerjaan, dan tenaga.

3. Dukungan informasi/ Informational support

Termasuk memberikan nasehat, petunjuk, sugesti positif saat keadaan menekan dan memberikan feedback terhadap sesuatu yang dilakukan.

4. Dukungan persahabatan/ Companionship support

Memberikan waktu untuk berbagi perasaan, tukar pikiran, menikmati kebersamaan dengan seseorang atau kelompok.

Dalam penelitian ini aspek-aspek yang akan digunakan adalah aspek yang mengacu pendapatnya Sarafino yaitu emotional support, instrumental support, informational support dan companionship support.

Berkaitan dengan sumber dukungan sosial, Kahn & Antonoucci (dalam Ellyazar, 2013) membaginya menjadi tiga kategori yaitu:

1. Sumber dukungan sosial yang stabil sepanjang waktu, misalnya keluarga dekat, pasangan (suami/isteri), atau teman dekat,

2. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah, misalnya teman kerja, tetangga, sanak kelaurga dan teman sepergaulan,

3. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi

dukungan.

Pendapat lain menurut Taylor (2009) menyatakan dukungan sosial bisa bersumber dari pasangan atau patner, anggota keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman sekelompok, komunitas religi dan teman kerja saat ditempatkan kerja. Sedangkan menurut Goldberger & Bresznitez (dalam Appola, 2012) berpendapat bahwa sumber dekungan sosial adalah orang tua, saudara kandung, anak-anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat rekan sekerja, atau juga dari tetangga.

(20)

11

membuat seseorang mengalami ketergantungan berlebihan terhadap hal tersebut. Dukungan sosial memungkinkan pelepasan emosional, yang merupakan fungsi papan pengumuman, verbalisasi perhatian verbal selama waktu stres dapat menjernihkan perasaan, untuk mengembangkan strategi untuk mengelolanya lebih efektif dan memulai pemecahan masalah secara aktif, tetapi orang dapat terperangkap dalam ventilasi emosi yang tidak berkontribusi secara langsung pada perasaan kontrol situasi yang lebih baik.

Hubungan antara dukungan sosial dengan perilaku displin pada santri di pondok pesantern

Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan formal bernuansa religius dengan peserta didik yang lebih dikenal dengan sebutan santri memiliki salah satu keunikan yaitu santri belajar dan tinggal di dalam asrama yang disediakan oleh pihak pesantren. Santri yang belajar di pondok pesantren berada pada rentang usia remaja dengan karakteristik yang berbeda-beda. Sama halnya dengan remaja pada umumnya, santri juga memiliki permasalahan umum yang sering dihadapi salah satunya adalah masalah perilaku disiplin.

Remaja atau santri yang tinggal di dalam pondok pesantren dihadapkan pada sejumlah tata tertib peraturan yang harus dipatuhi dan berbeda dengan sekolah pada umumnya. Ketatnya kedisiplinan yang ditegakkan oleh pengurus pondok pesantren membuat santri terkadang merasa terbebani oleh tata tertib tersebut. Peraturan yang diterapkan meliputi tata tertib terkait kegiatan akademik maupun tata tertib yang mengatur kegiatan dan kebutuhan sehari-hari, seperti kewajiban datang tepat waktu di sekolah, kewajiban berkomunikasi dalam bahasa Arab atau Inggris di lingkungan pesantren, larangan membawa dan menggunakan handphone

ketika berada di lingkungan pondok pesantren, larangan bergaul dengan lawan jenis, kewajiban mengikuti sholat berjama’ah di masjid, larangan keluar dari asrama tanpa perizinan, tidak boleh terlambat kembali ke pondok pada saat jadwal keluar kompleks, kewajiban pemakaian baju panjang baik seragam maupun pakaian sehari-hari, dan lain sebagainya. Ketaatan beribadah misalnya, semua santri diwajibkan untuk melakukan sholat wajib lima waktu berjam’ah di masjid. Jika ada santri yang tidak melakukan sholat jama’ah di masjid maka akan mendapatkan sanksi atauhukuman tertentu dari pengurus.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku disiplin santri adalah pengaruh ustadz dan santri lain. lingkungan pondok pesantren yang mewajibkan setiap santri tinggal di asrama dan jauh dari orang tua menjadikan santri menghabiskan waktu dengan ustadz dan santri lain. Menurut pendapat Stern (dalam Darlik, 2000) berpendapat faktor yang mempengaruhi kedisiplinan salah satunya adalah faktor dari luar yaitu lingkungan, dimana faktor lingkungan terutama dukungan sosial dapat mempengaruhi seseorang untuk bersikap disiplin. Setiap hari mulai dari bangunn tidur hingga tidur lagi santri bersama dengan santri lainnya dan ustadz mislanya sholat berjammah ketemu mereka, antre makan ketemu santri lainnya, izin keluar pesantren ketemu ustadz, pemeblajaran di kelas ketemu santri lain dan ustadz serta ceramah satu minggu sekali ketemu mereka.

(21)

12

sosial sendiri dibagi menjadi empat yaitu dukungan emosional seperti emapti dan perhatian, instrumental sepert bantuan atau fasilitas yang memberikan manfaat, informasi seperti nasehat dan petunjuk dan persahabatan seperti memberikan waktu bertukar pikiran dan perasaan (Sarafino, 2006), sehingga mereka itu adalah bagian dari dukungan sosial. Wentzel (dalam Appolo, 2012) bahwa sumber-suber dukungan sosial berasal dari orang yang memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, saudara, tetangga, teman-teman dan guru-guru di sekolah.

Hipotesis

Hipotesis yang ingin dibuktikan pada penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014). Penelitian korelasional adalah penelitian untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Arikunto, 2010).

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Daarul Ukhwah Malang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportionate stratified random sampling, yang mana populasinya mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional. Jumlah populasi santri Pondok Pesantren Daarul Ukhwah sebanyak 358 terdiri dari 274 santri Tsanawiyah dan 84 santri Aliyah. Dari 358 santri akan diadakan uji skala pada 51 santri. Sampel yang akan digunakan sebanyak 177 santri (berdasarkan tabel penetuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Issac & Michael dengan taraf keslahan 5 % dalam Sugiyono, 2014). Jumlah sample di bawah didapat dengan pengelompokan jumlah santri perkelas dibagi dengan jumlah santri keseluruan lalu dikalikan jumlah sampel.

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas

No Kelas Jumlah Santri Hasil stratified Sampel

1 1 Tsanawiyah 115 0,32 57

2 2 Tsanawiyah 81 0,22 40

3 3 Tsanawiyah 78 0,21 39

4 1 Aliyah 57 0,15 28

5 2 Aliyah 27 0,07 13

(22)

13

Variabel dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini menguji dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Adapun yang menjadi variabel bebas (X) yaitu Dukungan Sosial dan variabel terikat (Y) adalah Perilaku Displin. Dukungan sosial merupakan suatu bentuk perhatian, kasih sayang, penghargaan, dan bantuan baik nyata maupun tingkah laku yang diterima individu dari orang-orang terdekatnya (teman sebaya, guru atau ustad) yang akan sangat berpengaruh bagi individu yang menerima dukungan tersebut. Perilaku Displin merupakan suatu bentuk tingkah laku di mana seseorang menaati suatu peraturan dan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya.

Adapun data penelitian diperoleh dari instrument penelitian menggunakan model pengukuran dengan skala. Pengukuran variabel dukungan sosial, diukur menggunakan skala adaptasi dari Isyafiyatun (2015) yang berdasarkan teori Sarafino dengan empat aspek, yaitu (1) Emosional, (2) Instrumental, (3) Informational dan, (4) Companionship. Jumlah item awal sebanyak 38 butir, setelah dilakukan uji coba menjadi 34 butir item dengan indeks validitas antara 0,241-0,705 dan reliabilitas yang didapatkan sebesar 0,898. Selanjutnya untuk variabel perilaku displin diukur menggunakan skala adaptasi dari Muniroh (2013) yang berdasarkan teori Marcal dengan aspek-aspek yang digunakan yaitu : (1) Ketaatan atau kepatuhan tehdap peraturan, (2) Kesadaran melaksanakan tugas sesuai pedoman, (3) Tanggung jawab, dan (4) Kejujuran. Jumlah item sebanyak 40 butir item, dengan reliabilitas yang didapatkan sebesar 0,924. Jumlah item awal sebanyak 40 butir, setelah dilakukan uji coba menjadi 26 butir item dengan indeks validitas antara 0,250 - 0,657 dan reliabilitas yang didapatkan sebesar 0,874.

Tabel 3. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Jumlah Item

Secara umum prosedur penelitian dan pengambilan data dilakukan dengan tiga prosedur utama, sebagai berikut :

Persiapan, tahap ini diawali dengan menyusun instrumen penelitian berupa skala likert. Untuk skala Dukungan sosial menggunakan alat ukur adaptasi dari Isyafiyatun (2015). Sedangkan skala Perilaku displin menggunakan skala adaptasi dari Muniroh (2013). Selanjutnya dilakukan penyebaran angket untuk try out ke santri kelas satu, dua, dan tiga Madrasah Tsanawiyah maupun Aliyah di Pondok Pesantren Daarul Ukhwah Malang dari tanggal 15-16 Juni 2016. Uji coba tersebut dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas alat ukur. Pengukuran validitas dilakukan dengan menginputkan hasil uji coba pada tiap item instrument

(23)

14

Tahap kedua dalam prosedur penelitian adalah melakukan pengambilan data yang dilakukan dengan cara membagikan skala yang telah valid kepada santri di Pondok Pesantren Daarul Ukhwah Malang. Setelah data diperoleh, peneliti melakukan entry data yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses analisa data menggunakan program IBM SPSS Statistic 21.

Tahap ketiga yaitu analisa, sebelum melakukan analisa data, peneliti terlebih dahulu melakukan uji kenormlan data menggunakan uji analisis kolmogorov-sminov Z yang nantinya akan menentukan teknik analisa data yang akan digunakan untuk menguji korelasi kedua variabel penelitian. Setelah didapatkan hasil uji bahwa data normal maka dapat dilanjutkan dengan uji korelasi menggunakan product moment yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel X dan variabel Y.

HASIL PENELITIAN

Setelah penelitian dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang akan dipaparkan dengan tabel tebel berikut. Tabel pertama merupakan karakteristik subjek yang menjadi sampel dalam penelitian.

Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Usia

Merujuk pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 177 orang subjek, berdasarakan jenis usia, subjek paling banyak pada usia 12 – 15 tahun sebanyak 120 orang (67,8%) . Untuk kategori kelas, subyek paling banyak pada kelas 1 Tsnawiyah sebanyak 57 orang (32%) dan yang paling sedikit pada kelas 2 Aliyah sebanyak 13 orang (7%).

Tabel 5. Deskripsi dukungan sosial dengan perilaku disiplin

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Dukungan Sosil

Tinggi T-Score > 50 88 49 %

(24)

15

Total 177 100 %

Perilaku Disiplin

Tinggi T-Score > 50 89 51 %

Rendah T-Score < 50 88 49 %

Total 177 100%

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahun bahwa dukungan sosial yang diterimai santri tergolong rendah sebanyak 89 subjek (51%) dan yang tergolong tinggi sebanyak 88 subjek (49%), jadi dapat disimpulkan bahwa santri yang mendapat maupun yang tidak mendapat dukungan sosial persentasenya tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk perikau disiplin yang dimiliki santri tergolong tinggi sebanyak 89 orang (51%) dan yang tergolong rendah sebanyak 88 subjek (49%), jadi dapat disimpulkan bahwa santri yang berperilaku disiplin maupun yang tidak berperilaku disiplin persentasenya tidak jauh berbeda.

Tabel 6. Uji normalitas data dukungan sosial dengan perilaku disiplin

Variabel P (Sig)

Dukungan sosial Perilaku disiplin

0,511 0,204

Uji kenormalan data dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z Test. Hasil uji normalitas memperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z dukungan sosial sebesar 0,511 (p>0,05) dan perilaku disiplin sebesar 0,204 (p>0,05). Sehingga, hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal maka dapat digunakan uji

parametrik menggunakan analisa data product moment yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel X dan variabel Y.

Tabel 7. Korelasi dukungan sosial dengan perilaku disiplin

Kategori Perilaku disiplin

R r2 Taraf keslahan Sig Ket

Dukungan sosial

0,446 0,198 1% (0,01) 0,000 Signifikan

Berdasarkan hasil uji analisis product moment diperoleh hasil r = 0,446 dan p < 0.01 (p = 0,000), dapat dikatakan ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan perilaku disiplin. Kemudian nilai koefisien determinasi (r²) sebesar 0,198. Hal ini menunjukkan perilaku disiplin dipengaruhi oleh dukungan sosial sebesar 19,8 % sedangkan 80,2 perilaku disiplin dipengaruhi oleh faktor lain.

DISKUSI

(25)

16

perilaku disiplin juga akan rendah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rahmawati dan Lestari (2012) menjelaskan bahwa lingkungan teman sebaya yang positif dan dukungan yang diberikan teman sebaya dapat meningkatkan kepatuhan santri terhadap aturan dan mengurangi tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh santri di pondok pesantren di Surakarta. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh individu remaja awal atau berusia 12 - 15 tahun sebanyak 120 orang (67,8%). Masa remaja merupakan masa tumpang tindih dengan masa pubertas, dimana remaja mengalami ketidak stabilan sebagai dampak dari perubahan-perubahan biologis yang dialaminya (Hurlock, 1999). Erikson (dalam Salkind, 2009) mengatakan bahwa usia remaja adalah usia dimana seseorang mengalami kebingungan peran. Mereka dipenuhi dengan berbagai keinginan untuk mengalami kebingunagn peran. Hurlock (1999) menegemukakan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa ini anatara lain meningginya emosi yang pada awal remaja biasnaya terjadi lebih cepat.

Remaja usia empat belas tahun seringkali mudah marah, mudah dirangsang dan emosinya cenderung meledak-ledak, serta tidak berusaha untuk mengendalikan perasaanya. Kadangkalah mereka melakukan perilku disiplin yang tidak sesuai dengan lingkungan. Padatnya rutinitas dan tuntutan hidup yang dijalani santri di pondok pesantren membuat para santri mersa terkekang akhirnya melakukan pelanggaran perilaku. Ada tiga peranan penting dalam membentuk perilaku anak bertindak baik, yaitu (1) ada nilai pendidikan, (2) memberikan motivasi kepada anak untuk mengulangi kembali tindakan tersebut, (3) memperkuat perilaku yang disetujuai secara sosial (Elizabeth, dalam Af’idah, 2011).

Dalam lingkungan pondok pesantren masalah-maslah yang seringkali dihadapi oleh para santri lebih ke ranah sekolah atau peraturan pesantren. Banyaknya peraturan disiplin dalam kegiatan yang terdapat di pondok pesantren mulai dari bangun tidur hinggga tidur lagi seperti sholat jama’ah di masjid, keluar pesantren wajid izin dan lain-lain ditambah dengan tugas dan peraturan disiplin yang ada di sekolah, berangkat ke kelas harus tepat waktu, tidak boleh membuat kegaduhan di kelas saat jam pelajaran. Disiplin yang ketat membuat sebagian santri kurang mampu untuk mentaati peraturan disiplin dikarenakan mereka merasakan tertekan sehingga di perlukannya dukungan dari orang lain untuk memberikan nasehat dan arahan agar berkurangnya pelanggaran disiplin di pondok pesantren. Ustadz dan teman-teman yang berada di pondok merupkan salah satu sumber dukungan sosial.

(26)

17

Dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial terutama dukungan sosial mempengaruhi perilaku disiplin. Stern (dalam Darlik, 2000) berpendapat faktor yang mempengaruhi kedisiplinan salah satunya adalah faktor dari luar yaitu lingkungan, dimana faktor lingkungan terutama dukungan sosial dapat mempengaruhi seseorang untuk bersikap disiplin. Dukungan sosial sering disebut hubungn timbal balik atau pertukaran ganda. Dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima menurut Ninuk (dalam Rafidh dan Wibowo, 2012).

Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan bantuan bagi santri untuk mentaati disiplin yang ada di pondok pesantren dengan memiliki dukungan sosial yang tinggi maka para santri tidak akan merasakan terkekang dalam memtuhi peraturan displin di pondok pesantren, dukungan sosial dapat membantu para santri dari segi yang berbeda-beda mislanya dukungan sosial emosional seperti kasih sayang dan perhatian yang didapatkan santri dari teman-teman dan ustadz yang membuat santri merasa nyaman menjalani hidup di pesantren, nasehat-nasehat yang disampingkan ustadz sebagai bekal ilmu dalam mempengaruhi pola pikir santri untuk mentaati disiplin yang ada. Setiap hari santri diberikan informasi mengenai hal yang terkait dengan pesantren terutama tentang disiplin guna membuat santri lebih taat dengan disiplin yang ada, ustadz dan pengurus tidak henti-hentinya mengigatkan tentang displin dengan berbagai cara salah satunya ceramah, teman-teman yang baik menjadi inspirasi bagi santri untuk hidup lebih baik.

Hubungan yang erat dengan teman-teman sesama pesantren memberikan kontribusi yang positif untuk mentaati disiplin, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Alfianti (2011) memperoleh hasil bahwa hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kepatuhan terhadap peraturan pengunaan bahasa bilingual pada santri Islamic Bording School of Al Multazam Mojokerto, semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya yang diperoleh santri maka semakin tinggi pula kepatuhan santri tehdapa peraturan pengunaan bahasa bilingual, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial teman sebaya yang diperoleh individu maka semaakin rendah pula kepatuhan santri terhadap peraturan pengunaan bahasa

bilingual.

Sarason (dalam Innovani, 2002) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa orang-orang yang mendapat dukungan sosial yang tinggi mengalami hal-hal yang positif dalam kehidupannya, memiliki harga diri yang tinggi dan mempunyai pandangan yang lebih optimis terhadap kehidupannya dari pada orang-orang yang rendah dukungan sosialnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Prijodarminto (dalam Tu’u, 2004) menyatakan bahwa disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku tercipta melalui proses binaan dari keluarga, pendidikan dan pengalaman. Berarti dukungan sosial sangat diharapkan untuk meningkatkan kedisiplinan santri.

(27)

18

2012) mengemukakan bahwa dukungan sosial yang baik dipengaruhi suasa hati yang positif, sedangakn dukungan sosial yang tidak memberikan dampak apapun itu dipengaruhi suasana hati yang negatif atau kurang baik. Begitu juga dengan perilaku displin menunjukkan sebagian besar responden memiliki perilaku disiplin yang tinggi sebanyak 89 orang (51%) dari 177 orang (100%), dapat disimpulkan bahwa rata-rata santri Pondok Pesantren Daarul Ukhwah Malang menunjukan berperilaku disiplin, yang tidak jauh berbeda dengan yang tidak berdisiplin. Ini menunjukkan perbedaan tinggi rendah variabel dukungan sosial dan perilaku disiplin hanya dibedakan satu orang sesuai tabel 5, tapi kalau dilihat satu-satu dari semua datanya bisa saja satu orang ini dukungan sosialnya tinggi perilaku disiplinnya rendah begitu juga sebaliknya ataupun semuanya tinggi-tinggi dan rendah-rendah.

Nilai kontribusi dukungan sosiak terhadap perilaku disiplin sebesar 19,8%. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku disipli dipengaruhi oleh dukungan sosial dan dukungan sosial bukanlah faktor utama dari kecenderungan santri berperilaku disiplin yang tinggi. Berarti masih ada faktor lain yaitu sebesar 80,2 % yang tidak diteliti oleh peneliti yang mempengaruhi perilaku disiplin. Adapun faktor lain yang turut mempengaruhi terbentuknya perilaku disiplin atau kepatuhan terhadap peraturan pada remaja diungkapkan oleh Rifa’i (dalam Kusumadewi, 2011) mengenai beberapa faktor penyebab lain yang menimbulkan pelanggaran lingkungan sekolah, di antaranya adalah tata tertib latar belakang remaja, sistem pembelajaran terkait dengan pengajaran guru, kepemimpinan kepala sekolah, pelayanan administrasi atau birokrasi sekolah, serta interaksi sosial remaja di uar sekolah.

Dengan berbagai kelebihan yang telah dijelaskan sebelumnya, bukan berarti penelitian ini tidak memiliki kekurangan. Berbagai keterbatasan juga muncul pada penelitian ini terlebih pada proses pengumpulan datanya. Pada saat pengambilan data, para santri masih dalam suasana libur lebaran dan baru masuk pesantren selama empat hari yang mana pada saat itu kegiatan pondok pesantren masih belum terlalu aktif ditambah dengan belum aktifnya kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga untuk mengambil sampel di dalam masing-masing kelas tidak bisa dilakukan. Dalam pengerjaan skala semua santri yang berjumlah 358 dikumpulkan di dalam masjid dan hanya dipilih 177 santri untuk mengerjakan skala, hal itu membuat santri lebih mudah melakukan percontekan dalam mengisi skala dan diganggu temannya yang lain sehingga pengerjannya tidak optimal, keadaan yang panas dan desak-desakan di dalam masjid membuat santri tidak nyaman dalam pengerjaan skala. Pemilihan subjek dalam penelitian ini tidak dilakukan secara acak, akan tetapi diplih berdasarkan subjek yang duduk di baris depan sebelum pengisian skala subjek dibagi perkelas dengan dikasih jarak sedikit terus setelah itu dibagikan skala penelitian pada santri yang duduk di barisan depan.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

(28)

19

Implikasi dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi para santri bahwa perilaku disiplin sangat penting dalam menjalani padatnya ruitinitas yang ada di pondok pesantren. Mengingat semakin tinggi dukungan sosial yang didapatkan santri maka semakin positif juga perialku disiplin santri di pondok pesantren. Untuk meningkatkan perilaku disiplin santri, maka dibutuhkan dukungan sosial positif dari semua pihak yang berada di lingkungan pondok pesantren pengasuh, ustadz, teman-teman santri, norma dan nilai pesantren untuk meningaktkan perilaku disiplin. Bagi pengasuh dan para ustadz untuk selalu memberikan dukungan sosial yang positif pada santri agar para santri berperilaku disiplin.

Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak sekali terdapat kekurangan, diantaranya perlu diperhatikan apakah perilaku disiplin pada santri hanya di pengaruh dukungan sosial atau ada faktor lain yang sangat penting. Oleh sebab itu, peneliti menyarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan menggunakan variabel lainnya, misalkan saja dengan menggunakan variabel dukungan sosial peer group. Selain itu dapat juga dengan mernmabhkan variabel dari variabel yang sudah ada dan melakukan penelitian dengan subjek yang lebih luas serta menggunakan refrensi yang lebih banyak agar penelitian selanjutnya lebih baik lagi.

REFERENSI

Af’idah, H. (2011). Pembinaan kedisplinan santri di pondok pesantren al munawir komplek krapyak Yogyakarta. Skripsi, UIN Sunan kalijaga, Yogyakarta.

Ahyani, L. N., & Kumalasari. (2012). Hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuain diri remaja di panti asuhan.Jurnal Psikologi Pitutur, volume 1 No.1.

Alfiati, Y. (2011). Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kepatuhan terhadap peraturan pengunaan bahasa billingual pada santri Islamic boarding school of Al Multazam Mojokerto. Naskah publikasi. Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Anggraini, J. A. (2014). Kedisiplinan belajar siswa kelas v sd negeri i parangtritis: studi kasus. Skripsi,Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Apollo & Andi Cahyadi. (2012). Konflik Peran Ganda Perrempuan Menikah Yang Bekerja

Ditinjau Dari Dukungan Sosial Keluarga Dan Penyesuaian Diri. Widya warta, jurnal ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala Madiun No 02 Tahun XXXVI/ Juli 2012 Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka cipta.

Benepos, W. (27 Maret 2015). Santri yang diduga curi sandal di masjiddikembaliakn ke orang tuanya. Retrieved 29 Maret 2016 from, http://www.bonepos.com/santri-yang-diduga-curi-sandal-di.htm#sthash.JXhSf1f.dpuf.

(29)

20

Darlik, S. (2000). Studi Komparasi tingkat kedisiplinan antara siswa yang berasal dari keluarga ABRI dan Non ABRI. Publikasi ilmiah. FKIP Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Widya Mandala, Madiun.

Ellyazar, Y. (2013). Hubungan antara orientasi religius dan dukungan sosial dengan kedisiplinan beribadah pada warga gereja. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No.1, 39-53.

Fajri, P. (2013). Studi deskriptif pemahaman kedisiplinan dalam mentaati tata tertib pada siswa kelas vii di smp negeri 1 mandiraja tahun ajaran 2012/2013. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Gunarsa, & Gunarsa. (1995). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga.

Jakarta: Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: Ssuatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Hasan, A. B. P. (2012). Disiplin beribadah: alat penenag ketika dukungan sosial tidak membantu stres akademik.Jurnal Al-azhar Indonesia seri humaniora, Vol . 1, No. 3. Innovani. (2002). Hubungan antara penerimaan diri dan dukungan sosial dengan aspirasi

masa depan narapidana. Skripsi (tidak diterbitkan), Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala, Yogyakarta.

Isyafiyatun. (2015). Hubungan antara dukungan sosial dan kemandirian pada santri pondok pesantren Al-Luqmaniyah Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri, Yogyakarta.

Jppn.com. (09 Desember 2014). Dicambuk karena miras dan bawa kabur santri. Retrieved 09 Desember 2014 from, http://www.jpnn.com/Dicambuk-karena-Miras-dan-Bawa-Kabur-Santri-.

Kurniasari, A., & Indrawati, S. E. (2012). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan disiplin berlalu lintas pada remaja kelas XI SMA Negeri 3 Semarang. Naskah publikasi. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang.

Kusumadewi. (2011). Hubungan antara dukungan sosial peer group dan kontrol diri dengan kepatuhan terhadap peraturan pada remaja putri di pondok pesantren modern islam assalam sukoharjo. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

(30)

21

Megarani, S.R.R (2010). Strategi pemberdayaan santri di pondok pesantren hidayatullah donoharjo ngaglik sleman Yogyakarta. Skriisi, Jurusan Pengembangan Masyrakat Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Metrotvnews.com. (01 Maret 2016). 12 santri yang keroyok temannya dikeluarkan dari pesantren. Retrieved 29 Maret 2016 from, http://jatim.metrotvnews.com/ 12-santri-yang-keroyok-temannya-dikeluarkan-dari-pesantren.

Moswela, B. (2006). Boarding Schools as Perpetrators of Students‟ Behaviour Problems. J. Soc. Sci., 13(1): 37-41.

Muniroh, L.R. (2013). Hubungan antara kontrol diri dan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren. Skripsi, Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Mustofa. (2015). Ekspresi tulis santri pondok pesantren salaf durrotu aswaja: kajian pragmatik. Skripsi, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Nurullah, A. S. (2012). Received and provided social support: a review of current evidence and future directions. American journal of helth studies : 27 (3).

Papalia, D. E., Olds S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development perkembangan manusia. Jakarta: Salemba Humanika.

Prijodarminto. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: PT. Pradnya paramita.

Pujawati, Z. (2016). Hubungan kontrol diri dan dukungan orang tua dan perilaku disiplin pada santri di pondok pesantren darussa‟adah samarinda.eJournal Psikologi, Volume 4, Nomor 2, 227-236.

Rafidh, I., dan Wibowo, A. (2012). Pengaruh dukungan sosial terhadap kepatuhan akseptor melakukan KB suntik.Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1 Nomor 1, Agustus 2012 : 72-78

Rahma, A. N. (2011). Hubungan efikasi diri dan dukaungan sosial ditinjau dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Psikoislamika, Jurnal Psikologi Islam (JPI),

Vol 8. No. 2. Hal 231-246.

Rahmawati, A. D., & Lestari, S. (2012). Pengaruh teman sebaya terhadap kepatuhan santri di pondok pesantren modern. iSBN : 978-602-71716-3-3. Magister Psikologi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo.

Rahmawati, I. (2013). Pola pembinaan santri dalam mengendalikan perilaku menyimpang di pondok pesantren sabilul muttaqin, desa kalipuro, kecamatan pungging, Mojokerto. Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan, No 1 Vol 1.

(31)

22

Salkind, N. B. (2009). Teori-teori perkembangan manusia: Sejarah kemunculan, konsepsi dasar, analisi kompratif dan aplikasi. Bandung: Penerbit Ujung Media.

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. (Alih bahasa: Shinto B. Adelar). Jakarta: Erlangga.

Saputri, S. A. Hubungan antar religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri kelas VII pondok pesantren tahfidzul qur‟an ibnu „abbas klaten. Jurnal ilmiah Candrajiwa, Vol. 2 no. 3. Hal 22-31.

Sarafino, E.P. (2006). Healthy Psychology: Biopsychosocial Interaction. Seven edition. New York: John Wiley Sons Inc.

Soesilowindradidini. (1995). Psikologi perkembangan (Masa remaja). Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuatitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alafabeta

Tanshzil, S.W. (2012). Model pembinaan pendidikan karakter pada lingkungan pondok pesantren dalam membangun kemandirian dan disiplin santri (Sebuah kajian pengembangan pendidikan kewarganegaraan). Mahasiswa S2 pendidikan kewarganegaraan pascasarjana UPI. Jurnal penelitian pendidikan, Vol. 13 No. 2. Taylor, S. E. 2009. Health Psychology. New York: McGraw-Hill Company, Inc. Tu’u, T. (2004). Peran disiplin pada perilaku dan prestasi siswa. Jakarta: Grasindo.

Utami, N.M.S.N. (2013). Hubungan antara dukangan sosial keluarga dan peneriamaan individu yang mengalami asma. Jurnal Psikologi Udayana,Vol 1 no. 1. Ha 12-21. Wulandari, P. (2015). Pemahaman pelajar tentang disiplin berlalu lintas (Studi di

SMKkesehatan samarinda).Ejournal sosiatri - sosiologi, 3 (3): 52 – 64.

Yacub. (1985). Pondok pesantern dan pembangunan masyarakat desa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Zanden, J.W.V. 1984. Social Psychology. New York: Random House Inc.

(32)

23

LAMPIRAN 1

(33)

24

SKALA TRY OUT

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Jl. Raya Tlogomas No. 246 Telp (0341) 464318 Malang 65144

Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan Hormat,

Dalam rangka penelitian Saya pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, maka saya mohon bantuan Saudara untuk mengisi skala penelitian berikut.

Perlu Saudara ketahui bahwa hasil skala ini benar-benar digunakan untuk tujuan penelitian, dan tidak digunakan untuk maksud-maksud lain. Oleh karena itu, Saudara tidak perlu ragu-ragu untuk menjawab semua pernyataan yang tersedia, karena Saya akan menjamin kerahasiaan jawaban yang Saudara berikan. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sebab semua jawaban mempunyai makna dalam penelitian ini.

Besar harapan Saya dapat menerima kembali skala penelitian yang telah Saudara isi. Atas kesediaan Saudara dalam membantu penelitian ini, Saya ucapkan terimakasih.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Hormat Saya,

Anton Yahya. Petunjuk Pengisian Skala

1. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Saudara, dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang tersedia dengan ketentuan :

SS : Bila Anda Sangat Setuju dengan pernyataan S : Bila Anda Setuju dengan pernyataan

TS : Bila Anda Tidak Setuju dengan pernyataan

STS : Bila Anda Sangat Tidak Setuju dengan Pernyataan

2. Apabila Saudara ingin mengganti jawaban, beri tanda (=) pada jawaban yang telah Saudara buat sebelumnya. Kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban baru.

Contoh :

Jawaban yang ingin diganti Jawaban yang sudah diganti

3. Jawablah semua pernyataan tanpa ada yang terlewati. 4. Isilah identitas Saudara di bawah ini,

Identitas diri (*Lingkari salah satu) :

Nama (Inisial) : Jenis kelamin : Usia :

Kelas* : 1, 2, dan 3 (Tsanawiyah / Aliyah)

Lama di pondok

SS S TS STS

X

(34)

25

Skala 1

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Saya merasa cukup dengan jatah yang diberikan orang tua 2 Saya tidak mempunyai tempat untuk berkeluh kesah

3 Saat saya murung, teman-teman berusaha membuat saya kembali tersenyum

4 Saya mendapatkan nasehat dari ustadz saat akan mengambil keputusan

5 Saya sering membuat keputusan sendiri karena tidak ada orang lain yang peduli dengan masalah saya

6 Ketika pengasuh atau ustadz menyampaikan ceramah, santri diberikan waktu untuk menyampaikan pendapat

7 Teman-teman saya adalah sumber inspirasi

8 Saya merasakan ada kebersamaan yang kuat dengan teman-teman di kegiatan muqayyam yang saya ikuti

9 Saya dan teman-teman tidak pernah merasakan adanya kebersamaan

10 Saya sulit mendapatkan teman yang bisa saling menjaga rahasia

11 Teman-teman tidak memperhatikan keadaan saya

12 Teman-teman saya mengigatkan saat waktunya menyetorkan hafalan seperti al-qur’an, hadits, dan mufrodat

13 Pondok pesantren mempunyai jadwal kegiatan santri yang teratur dan padat

14 Teman-teman tidak mau memberikan nasehat saat saya akan megambil keputusan

15 Teman-teman memberikan pertimbangan terhadap keputusan yang akan saya pilih

16 Teman-teman terkesan cuek dengan ide yang saya sampaikan 17 Teman-teman di pondok pesantren selalu membantu saat saya

mengalami kesulitan

18 Teman-teman satu kamar memberi komentar yang menyakitkan hati

19 Saya menghadapi kesulitan sendiri karena teman-teman enggan membantu

20 Pengasuh tidak sempat mengigatkan saya tentang pentingnya pola hidup sehat

21 Teman-teman menawarkan bantuan saat saya mengalami kesulitan

22 Jadwal kegiatan santri di pondok pesantren tidak teratur 23 Teman-teman tidak bosan memberikan nasehat untuk menjadi

pribadi yang baik

24 Teman-teman tidak pernah mengomentari perbuatan saya 25 Pengasuh memberikan umpan balik atas tindakan yang saya

Gambar

TABEL 4 Deskripsi Subjek Penelitian..................................................................................................
Tabel 1.  Data pelanggaran santri tahun ajaran 2015 - 2016
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas
Tabel 3. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui membangun sistem manajemen mutu, penyelenggaraan upaya

Kegiatan penyediaan data dasar Indeks Kemahalan Kontruksi (IKK) dilakukan melalui Survei Harga Perdagangan Besar Konstruksi (SHPB-K) terhadap berbagai jenis barang dan

Tulisan ini mendiskusikan keterkaitan antara komunikasi dan budaya Islam di Indonesia. Penulis memfokuskan tiga isu yaitu pertama, hubungan antara komuikasi dan budaya;

Berbeda dengan temuan pada ekskavasi tahun 2009 yang didominasi temuan cangkang moluska, baik artefak maupun ekofak, ekskavasi tahun 2010 ini lebih didominasi

Dalam PMK 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Dalam PMK 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka

Bersama ini diumumkan daftar nama peserta yang berhak mengikuti Tes Intelegensi Rekrutmen Umum Tingkat S2/S1/D3 melalui Titian Karir ITB Tahun 2015.Ada pun bagi

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengkaji dan menganalisis tingkat efisiensi penggunaan anggaran keuangan masing-masing fakultas di Universitas Sebelas

Dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara serentak yang dimulai tahun 2015 berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang