• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TERHADAP PENEGAKAN HUKUM PERKARA PELANGGARAN PASAL 112 AYAT (3) TENTANG ATURAN BELOK KIRI IKUTI ISYARAT LAMPU LALU LINTAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN TERHADAP PENEGAKAN HUKUM PERKARA PELANGGARAN PASAL 112 AYAT (3) TENTANG ATURAN BELOK KIRI IKUTI ISYARAT LAMPU LALU LINTAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana

dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktifitas

di berbagai bidang yang menggunakan sarana jalan raya semakin meningkat

yang akan memberi dampak positif dan negative.

Masalah lalu lintas merupakan masalah yang dihadapi oleh negara‐negara yang maju dan juga negara‐negara berkembang seperti Indonesia. Namun, di Indonesia, permasalahan yang sering dijumpai pada masa sekarang menjadi

lebih parah dan lebih besar dari tahun‐tahun sebelumnya, baik mencakup kecelakaan, kemacetan dan polusi udara serta pelanggaran lalu lintas.1 Oleh karena itu upaya preventif dalam menjaga keamanan dan keselamatan di jalan

harus menjadi prioritas yang diutamakan.

Aparat penegak hukum (polisi lalu lintas) berperan sebagai pencegah (politie toezicht) dan sebagai penindak (politie dwang) dalam fungsi politik. Di samping itu polisi lalu lintas juga melakukan fungsi regeling (misalnya, pengaturan tentang kewajiban bagi kendaraan bermotor tertentu untuk melengkapi dengan segitiga pengaman) dan fungsi bestuur khususnya dalam hal perizinan atau begunstiging (misalnya, mengeluarkan (SIM) Surat Izin Mengemudi).2

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan mengamanatkan bahwa peran dan fungsi polisi dibidang lalu lintas adalah

pendidikan masyarakat lantas (education), rekayasa lantas (enginering),

(2)

penegakan hukum (law enforcement), registrasi dan identifikasi pengemudi dan

kendaraan bermotor (regestration and identification), dan sebagai pusat K3I

(komando, kendali, koordinasi dan informasi) lalu lintas.

Fungsi dan peran tersebut bertujuan untuk mewujudkan keamanan,

keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, meminimalisisir korban

fatalitas sebagai akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas, kepatuhan masyarakat

terhadap hukum dan peraturan lalu lintas, serta meningkatkan pelayanan

masyarakat dibidang lalu lintas.

Tata cara berlalu lintas secara umum telah diatar dalam Bab IX Bagian

Keempat Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Dalam bagian keempat tersebut, telah diatur bahwa setiap

orang yang menggunakan jalan wajib berperilaku tertib dan/atau mencegah

hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu

lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan (pasal

105). Ketentuan yang diatur dalam pasal 105 secara umum bertujuan untuk

menjaga keselamatan dan kelancaran berlalu lintas.

Berkaitan keselamatan dan kelancaran lalu lintas, banyak kondisi dimana

pengguna jalan tidak mampu menjaga keduanya ketika menggunakan jalan.

Bahkan, pengaturan lalu lintas pun kadang tidak mencerminkan untuk menjaga

dua kondisi tersebut secara bersamaan. Banyak sekali dijumpai permasalahan

yang berkaitan dengan pelanggaran hukum, mulai dari yang ringan hingga

yang berat.3

(3)

Beberapa contohnya adalah (1) pengendara kendaraan bermotor yang

berhenti di persimpangan pada saat fase lampu merah; (2) pengendara

kendaraan bermotor yang akan masuk ke jalur utama; dan (3) ketentuan belok

kiri jalan terus.

Namun demikian, masih banyak yang melanggar adanya aturan tersebut,

misalnya mengenai aturan belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas atau belok

kiri langsung. Banyak kita jumpai rambu - rambu, “belok kiri boleh jalan terus”, atau “belok kiri ikuti isyarat lampu APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu

Lintas)”. Tujuan utama pemasangan rambu - rambu ini adalah untuk

meningkatkan kelancaran lalu lintas di persimpangan. Dengan adanya rambu -

rambu ini, pengemudi yang akan berbelok kiri boleh langsung berbelok kiri

tanpa harus menunggu lampu menyala hijau.

Memang tidak semua persimpangan diberikan rambu - rambu belok kiri

jalan terus atau belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas. Hal ini menyebabkan

pengendara menjadi bingung, apakah akan langsung berbelok atau menunggu

lampu hijau. Untuk itulah, sebaiknya pengaturan setiap simpang diseragamkan

dengan menggunakan lampu. Selain itu, perlu disosialisasikan aturan ketika berbelok kiri yaitu “boleh langsung belok kiri jika kendaraan dari arah kanan

tidak ada yang melaju”. Dengan demikian, marka “belok kiri jalan terus”

tersebut berlaku dengan syarat “tidak ada kendaraan yang melaju dari arah

kanan atau depan”.

Memang demikian adanya, banyak pengemudi yang langsung berbelok

(4)

dengan kendaraan yang melaju dari arah kanan atau depan agar bisa tetap

langsung berbelok kiri dan terus melaju. Walaupun terkadang berbeda antara

mobil dengan motor. Mobil kadang ada yang berhenti terlebih dahulu dan ada

juga yang langsung berbelok kiri, sedangkan motor semuanya langsung

berbelok kiri.

Dalam aturan lalu lintas yang lama pasal 59 ayat 3 PP No.43 Tahun 1993

tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, bahwa pengemudi dapat langsung

belok kiri pada setiap persimpangan jalan, kecuali ditentukan oleh rambu –

rambu atau alat pemberi isyarat lalu lintas pengatur belok kiri. Dalam konteks

ini menimbulkan permasalahan yang diantaranya kesulitan bagi pejalan kaki

yang akan menyeberang di persimpangan tersebut atau seringkali kendaraan

yang belok kiri langsung mengabaikan kendaraan lain dari arah yang

mendapatkan lampu hijau.

Namun dalam hal keselamatan jalan, hal ini perlu ditinjau kembali.

Bilamana terjadi kecelakaan antara kendaraan yang berbelok kiri dengan

kendaraan yang melaju dari arah kanan karena fase lampu hijau, maka yang

harus bertanggung jawab adalah kendaraan yang berbelok kiri. Ini tentunya

tanpa syarat, karena kendaraan yang dari arah kanan memang seharusnya

diutamakan hak jalannya. Ketika tidak ada rambu - rambu “belok kiri jalan terus”, maka aturan yang berlaku adalah kendaraan (baik mobil maupun motor)

boleh berbelok kiri ketika tidak ada kendaraan yang melaju dari arah kanan.

Hal ini sama dengan ketika dipasang rambu-rambu stop atau beri kesempatan.

(5)

dengan yang baru yaitu UU.No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

Hal ini sudah di atur di dalam pasal 112 ayat (3) yang dimana “pada

persimpangan Jalan yang dilengkapi APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu

Lintas), pengemudi kendaraan dilarang langsung berbelok kiri, kecuali

ditentukan lain oleh Rambu Lalu Lintas atau APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu

Lintas)”. Namun masih banyak yang tidak mengetahui adanya aturan tersebut

sehingga banyak yang mengabaikan dan melanggar aturan tersebut.

Padahal dalam sanksinya yang dimana diatur didalam pasal 106 ayat (4) huruf c juncto pasal 287 ayat (2) UU. No.22 Tahun 2009 “ Setiap orang yang

mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan perintah

atau larangan yang dinyatakan dengan APPIL (Alat Pemberi Isyarat Lalu

Lintas) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf c dipidana

dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak

Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)”.

Adapun contoh kasus yang pernah terjadi sebagai berikut :

(6)

Polisi menjelaskan bahwa kalau lampu merah menyala di perempatan, pengemudi harap berhenti. Tapi Salamet Wahedi juga bersikukuh bahwa dia sengaja jalan terus belok kiri. Alasannya (1) Salamet Wahedi tidak tahu bahwa di perempatan itu, belok kiri harus mengikuti isyarat lampu. Karena menurutnya, Salamet wahedi tidak melihat rambu itu. Untuk alasan ini, polisi sedikit berang. Menurutnya, di perempatan itu sudah terpasang rambu yang menunjukkan belok kiri ikuti isyarat lampu. Tapi Salamet Wahedi bersikukuh bahwa dia dari arah barat tidak melihat itu. Sehingga, dengan mengingat rambu lampu merah perempatan di jalan Dr. Cipto, yang berbunyi belok kiri jalan terus, Salamet Wahedi memutuskan untuk jalan terus dengan belok kiri. Polisi dan Salamet Wahedi pun bersitegang. Keduanya pun meluncur ke lampu merah di jalan Pandian. Ternyata plang rambu “Belok Kiri Mengikuti Isyarat Lampu” itu memang ada, tapi pemasangannya tidak sebagaimana mestinya. Plang itu terletak di atas lampu merah-hijau-kuning dan menghadap ke arah selatan, sehingga kalau dari arah barat tidak terlihat.

Di pos Polisi Halim Perdana Kusumah, Salamet Wahedi menjelaskan bahwa dia benar-benar tidak melihat plang rambu itu, dan mengambil keputusan untuk jalan terus dengan belok kiri seperti yang biasa ia lakukan di lampu perempatan jalan Dr. Cipto, karena di perempatan Dr. Cipto terpasang rambu “Belok Kiri Jalan Terus”. Salamet wahedi menjelaskan bahwa dirinya benar-benar tidak tahu karena sudah lama ia tidak pulang kampung. Sehingga ia tidak mengetahui kebijakan rambu-rambu lalu-lintas di Sumenep, apalagi plang rambu di perempatan Jalan Pandian itu terpasang salah. Penjelasan Salamet Wahedi, ternyata tak membuat polisi untuk mengendurkan presurenya. Polisi tetap bersikukuh untuk menilang Salamet Wahedi, dan Salamet Wahedi tetap bersikukuh tidak mau ditilang karena keputusannya semata-mata tidak disengaja dan juga karena salahnya pemasangan plang rambu itu.4

Ketika melihat kasus diatas, maka kemungkinan yang terjadi bahwa

banyak yang melanggar aturan tersebut dikarenakan tidak tahu mengenai

aturan yang menjelaskan tentang belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas

kecuali ditentukan dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) dan juga

tidak ada pemasangan rambu pada setiap persimpangan yang menjelaskan

belok kiri ikuti lampu lalu lintas, sehingga banyak sekali yang

mengabaikannya.

(7)

Dan juga tidaklah efektif meskipun sudah ada aturan tersebut tetapi

kebiasaan masyarakat masih tidak mentaatinya. Selain itu ketika banyak sekali

pengemudi sepeda motor yang melanggar, tidak ada penegak hukum (polisi

lalu lintas) yang melakukan pengawasan atau yang berjaga pada setiap

persimpangan yang dimana rasio penegak hukum disini sangat kurang

dibanding jumlah pengemudi sepeda motor yang sangat banyak.

Berdasarkan adanya kenyataan tersebut diatas yang melatar belakangi

penulis untuk memilih judul : TINJAUAN TERHADAP PENEGAKAN

HUKUM PERKARA PELANGGARAN PASAL 112 AYAT (3)

TENTANG ATURAN BELOK KIRI IKUTI ISYARAT LAMPU LALU

LINTAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN

2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (STUDI DI

WILAYAH HUKUM KOTA MALANG)

B.Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, perumusan masalah merupakan hal yang penting,

agar dalam penelitian dapat lebih terarah dan terperinci sesuai dengan tujuan

yang dikehendaki. Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan penegakan hukum dalam hal aturan belok kiri ikuti

isyarat lampu lalu lintas yang banyak dilanggar oleh pengendara kendaraan

bermotor?

2. Apa faktor – faktor yang menyebabkan lemahnya penegakan hukum dalam

(8)

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penegakan hukum

dalam hal aturan belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas yang banyak

dilanggar oleh pengendara kendaraan bermotor.

2. Peneitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan

lemahnya penegakan hukum dalam hal aturan belok kiri iktuti isyarat lampu

lalu lintas.

D.Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Manfaat dan kegunaan yang ingin dicapai oleh penulis dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis,

dengan memberikan sebuah wawasan baru atau memberikan gambaran

yang berguna bagi pengembangan dan penelitian secara lebih jauh

terhadap ilmu hukum, sehingga diharapkan akan mendapatkan hasil yang

bermanfaat dan berguna untuk masa yang akan datang.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan informatif yaitu

(9)

pemaparan dan pengetahuan kepada para pengguna jalan raya tentang

aturan mengenai belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas.

2. Kegunaan Penulisan

a. Bagi Penulis

Selain sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum,

harapannya melalui penelitian ini dapat menambah wawasan penulis

tentang berlalu lintas di jalan raya, sehingga nantinya dapat dimanfaatkan

untuk penegakkan hukum yang lebih baik.

b. Bagi Penegak Hukum

Dengan diadakannya penelitian ini, harapannya penelitian ini akan

menjadi sebuah informasi kepada para penegak hukum. Menyajikan

bahan pertimbangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam

bidang transportasi, terlebih kepada instansi pemerintahan yang bergerak

di bidang transportasi.

c. Bagi Masyarakat

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, harapannya masyarakat dapat

memahami lebih baik tentang tertib berlalu lintas dan masyarakat

memahami aturan belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas.

E.Metode Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penulisan skripsi

ini, penulis mengunakan metode sebagai berikut :

(10)

Sebagai penelitian hukum, maka penelitian ini termasuk penelitian

yuridis sosiologis. Secara Yuridis yaitu pendekatan `dari peraturan –

peraturan hukum positif di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

khususnya aturan belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas bagi pengendara

sepeda motor dalam berlalu lintas di jalan raya. Secara Sosiologis yaitu

pendekatan yang dilakukan dengan menghubungkan dengan kenyataan yang

ada dalam praktek dan aspek hukum yang digunakan untuk mengkaji

permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan penegakan hukum

dalam hal aturan belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas yang banyak

dilanggar oleh pengendara kendaraan bermotor dan faktor – faktor yang

mendorong pengendara kendaraan bermotor melakukan pelanggaran

mengenai aturan belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas.

2. Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah hukum Kota Malang. Beberapa

lokasi yang dijadikan pengambilan data adalah sebagai berikut :

a. Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang yang beralamat

di Jalan Raden Intan No. 1 Kota Malang.

b. Markas Polisian Resort (Malpores) Kota Malang yang beralamat di

Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 19 Kota Malang yakni di bagian

Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Malang.

c. Beberapa Jalan yang terdapat persimpangan di Kota Malang yaitu :

1) Jalan Sumbersari, Simpang ITN Kota Malang.

(11)

3) Jalan Ahmad Yani, Simpang Blimbing Kota Malang.

4) Jalan Ahmad Yani, Simpang Borobudur Kota Malang.

5) Jalan Panglima Sudirman, Simpang Rampal Kota Malang.

6) Jalan Plaosan, Simpang Plaosan Kota Malang.

7) Jalan Raya Dieng, Simpang Dieng Kota Malang.

8) Jalan R. Panji Suroso, Simpang Araya Kota Malang.

9) Jalan Basuki Rahmad, Simpang Sarinah Kota Malang.

10)Jalann Basuki Rahmad, Simpang Rajabali Kota Malang.

Lembaga / Instansi yang disebutkan diatas berkaitan dengan pelaksanaan

penegakan hukum dalam hal aturan belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas

yang banyak dilanggar oleh pengendara kendaraan bermotor dan faktor –

faktor yang mendorong pengendara kendaraan bermotor melakukan

pelanggaran mengenai aturan belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para

informan sebagai data primer dan tulisan atau dokumen - dokumen yang

mendukung pernyataan informan. Untuk memperoleh data data yang

relavan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari lokasi penelitian yang

diperoleh dari waktu Bulan Januari Tahun 2015 sampai Bulan Agustus

(12)

dengan Penegakan Hukum Perkara Pelanggaran Pasal 112 Ayat (3)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan yang dimana didapat dari penyebaran questioner kepada

100 responden dari pengendara sepeda motor di Kota Malang, hasil

wawancara dan data pelanggaran mengenai aturan belok kiri ikuti isyarat

lampu lalu lintas yang terjadi selama Tahun 2014 yang diperoleh dari

Satlantas Polresta Malang, serta hasil wawancara dan data jumlah

pemasangan rambu belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas di setiap

persimpangan Kota Malang yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota

Malang selama Tahun 2015.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh dari literatur, hasil

penelitian, jurnal ilmiah, dokumen dokumen, buku, majalah, buletin,

peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No.22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dang Angkutan Jalan, maupun berita-berita sajian

media cetak yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dibahas.

4. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Yaitu penulis melakukan kegiatan pengamatan secara langsung pada

(13)

melangggar rambu – rambu belok kiri jalan terus atau ikuti isyarat lampu

lalu lintas.

b. Interview / Wawancara

Interview/Wawancara yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data melalui tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan

Responden yang dianggap mengetahui banyak tentang masalah

penelitian, dengan menggunakan Daftar Pertanyaan / Questioner. Daftar

Pertanyaan / Quesioner adalah daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan

yang terkait dengan masalah penelitian.yang nantinya untuk dijawab.

Wawancara yang akan peneliti lakukan, yaitu :

1) Pihak Satlantas Kota Malang yang diwakili oleh Brigadir Adi

Candra selaku Anggota Satlantas Kota Malang,

2) Pihak Dinas Perhubungan Kota Malang yang diwakili oleh Bapak

Oong Ngodjiono selaku Kasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas

Dishub Kota Malang.

3) Pengendara Sepeda Motor yang menjadi responden yang dipilih

dengan metode random sampling (sampel acak).

c. Studi Dokumen

Studi Dokumen, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengambil /

mempelajari data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan (Dishub) dan

Satuan Lalu Lintas (Satlantas) yaitu data - data terkait pelanggaran lalu

(14)

berupa penilangan dan / atau peneguran, serta data jumlah rambu yang

menunjukkan belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas.

5. Metode Analisa data

Metode yang digunakan adalah metode analisa Deskriptif yaitu

menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesauai dengan

permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini. Analisa data dalam

penelitian ini nantinya juga akan dikaitkan dengan semakin banyaknya

pengguna sepeda motor, sementara tidak diimbangi dengan sosialisasi

mengenai adanya pengaturan mengenai aturan belok kiri tersebut sehingga

banyak terjadi pelanggaran.

F.Rencana Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam empat bab,

dimana setiap bab dibagi atas beberapa sub-bab, sistematika penulisannya

secara singkat adalah sebagai berikut :

BAB I Bab ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan topik dari

penulisan skripsi dan sekaligus menjadi pengantar umum di dalam

memahami penulisan secara keseluruhan yang terdiri dari latar

belakang masalah, identifikasi masalah\, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Bab ini akan menguraikan dan menjelaskan berbagai teori-teori

(15)

menjawab rumusan mengenai Penegakan Hukum Perkara

Pelanggaran Pasal 112 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

BAB III Bab ini berisi penulis akan menjawab, menguraikan dan

menganalisa secara rinci dan jelas terkait rumusan masalah yang

berhubungan dengan objek yang diteliti yaitu berkenaan dengan

Penegakan Hukum Perkara Pelanggaran Pasal 112 Ayat (3)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan.

BAB IV Bab terakhir ini adalah kesimpulan yang merupakan kristalisasi

hasil analisis dan intepretasi yang dirumuskan dalam bentuk

(16)

(Studi di Wilayah Hukum Kota Malang)

PENULISAN HUKUM

Oleh :

DEKA AGASTYA LAKTAMA 201110110311036

FAKULTAS HUKUM

(17)

KIRI IKUTI ISYARAT LAMPU LALU LINTAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS

DAN ANGKUTAN JALAN

(Studi di Wilayah Hukum Kota Malang)

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Dalam Bidang Ilmu Hukum

Oleh :

DEKA AGASTYA LAKTAMA 201110110311036

FAKULTAS HUKUM

(18)
(19)
(20)

rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Tinjauan

Terhadap Penegakan Hukum Perkara Pelanggaran Pasal 112 Ayat (3) Tentang

Aturan Belok Kiri Ikuti Isyarat Lampu Lalu Lintas Ditinjau Dari Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Di

Wilayah Hukum Kota Malang)” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tidak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan

menuju zaman yang terang benderang dengan naungan Ilahi dan kesucian ilmu

pengetahuan.

Terima kasih juga sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

memberikan sumbangsihnya selama penulisan skripsi ini dibuat, terutama kepada:

1. Kedua Orang Tua Penulis, yakni Agus Sujiartono, S.Pd dan Lilis Wardiyani.

Terimakasih atas segala doa, cinta dan kasih sayang, dukungan, motivasi, dan

semangat yang telah diberikan sepenuhnya untuk Penulis. Terimakasih atas

segala hal yang telah beliau ajarkan kepada Penulis.

2. Kedua Adik Penulis, Rifki Lestyana Putra dan Ryan Roufi Ghazalih.

Terimakasih karena sudah menjadi adik yang baik bagi Penulis, menyayangi

dan mencintai Penulis, dan terimakasih atas segala dukungan dan semangat

(21)

4. Bapak Dekan FH-UMM Dr. Sulardi, SH. M.Si., Bapak Pembantu Dekan I

FH-UMM Dr. Tongat, SH., M.Hum., Ibu Pembantu Dekan II FH-UMM Fifik

Wirayani, SH. M.Si., M.Hum dan Bapak Pembantu Dekan III FH-UMM

Sofyan Arief, SH., M.Kn

5. Bapak Wasis Suprayitno, SH., M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak

Bayu Dwiwiddy Jatmiko, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II, yang

senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dam masukan

dalam penulisan skripsi ini.

6. Kepala Kepolisian Resort Kota Malang dan Kepala Dinas Perhubungan Kota

Malang, yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan

penelitian.

7. Para Narasumber yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membantu

penulis dalam melakukan penelitian, yakni Brigadir Adi Candra selaku

Anggota Satlantas Polresta Malang dan Bapak Oong Ngoedijono selaku Kasi

Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Dishub Kota Malang.

8. Para responden yang telah berkenan untuk berpartisipasi dalam pengisian

questioner yang Penulis bagikan.

9. Ibu Catur Wido Haruni, SH., M.Si., M.Hum, selaku Dosen Wali Penulis

(22)

11. Para Staff Perpustakaan, Tata Usaha Fakultas Hukum, dan Laboratorium

Fakultas Hukum, terimakasih atas waktu dan pelayanan yang baik serta

bantuan dan arahannya selama penulis mengurus administrasi akademik di

Fakultas Hukum.

12. Orang terdekat Penulis Vicke Agnes Setya Wardani, terimakasih atas waktu,

semangat, perhatian, kasih sayang dan motivasinya selama proses penulisan.

13. Sahabat Penulis, Chikka Adistya Krisi, Anggi Febrina Venifera, Ridho

Alfian, Suliswanto, Yulisha Eva Oktaviani terimakasih atas, cerita,

persaudaraan, perhatian, dan dukungan yang diberikan kepada Penulis.

14. Teman-teman seperjuangan penulis, Aininia Azizah, Gasandi Rahman

Renfaan, Faradilla Astikasari Imaniar, Ikhsan Kabir, Agus Sudiro, Arief

Arjuna, Alamsyah, Nursalim, Noka Novita, Dwi Fitri Handayani, Angga Eka,

Firman Faruk yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan studi dengan

baik dan tepat waktu.

15. Teman-teman kelas A angkatan 2011, Ridho Alfian, Vivi Agustina,

Nusantoro Ajie B. K, Aditya Arief Pratama, Fadhil Firmansyah, Putri Yunita,

Eviana Anggraeni, Ferary Ayu. N, Sri Retno, Zubaidi, Furqon, Syaiful Bahri,

Faisol Akbar, A. Safik, Yekti Karunia, Des Yandra A. P, Sony Akbar A. P,

Ferry Prasetyo. Chandra Dewangga, Anggun Fadhillah Sumenda, Nusantoro

(23)

penulis mengalami kesulitan, dan terimakasih untuk motivasinya.

Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas segala

kebaikan dalam bentuk yang lebih baik. Dengan segala keterbatasan dan

kerendahan hati Penulis yang menyadari bahwa karya ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat Penulis

harapkan demi kelayakan dan kesempurnaan untuk kedepannya agar bisa diterima

secara penuh oleh khalayak umum.

Malang, 29 Agustus 2015 Penulis,

(24)

Lembar Cover / Sampul Dalam ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ... iv

Ungkapan Pribadi / Motto ... v

Abstraksi ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar isi ... xii

Daftar Tabel / Bagan ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penulisan ... 8

D.Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 8

E.Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Penegakan Hukum ... 16

A.1.Pengertian Penegakan Hukum ... 16

A.2.Penegakan Hukum Lalu Lintas ... 20

A.3.Faktor Penegakan Hukum ... 22

B.Tinjauan Tentang Lalu Lintas dan AngkutanJalan ... 23

B.1.Pengertian Lalu Lintas ... 23

B.2.Komponen Lalu Lintas ... 24

B.3.Asas dalam Lalu Lintas ... 25

B.4.Tujuan diselenggarakannya Lalu Lintas ... 26

(25)

D. Tinjauan Pasal 112 Ayat (3) UU. No. 2009... 31

D.1. Pengertian APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) ... 31

D.2. Belok Kiri Dalam UU. No.22 Tahun 2009 ... 32

D.3. Pengemudi Kendaraan Bermotor ... 33

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian ... 34

A.1.Kota Malang ... 34

A.2.Polresta Malang ... 35

A.3.Dinas Perhubungan Kota Malang ... 40

B.Pelaksanaan Penegakan Hukum Bagi Pengendara Kendaraan Bermotor Dalam Hal Pelanggaran Aturan Belok Kiri Ikuti Isyarat Lampu Lalu Lintas ... 43

C.Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Lemahnya Penegakan Hukum Dalam Hal Aturan Belok Kiri Iktuti Isyarat Lampu Lalu Lintas ... 52

C.1.Faktor Pengemudi Sepeda Motor ... 53

C.2.Faktor Penegak Hukum Lalu Lintas……… ... 72

C.3.Faktor Dishub Sebagai Pelaksana Pemasangan Rambu Lalu Lintas ... 73

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78

Daftar Pustaka ... 80

(26)

Lampiran 2. Kartu Kendali

Lampiran 3. Bukti Penelitian dari Polresta Malang.

(27)

Achmad Ali. 1998. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum. Jakarta.

Penerbit PT Yarsif Watampone.

Arief Barda Nawawi. 1998. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan

Pengembangan Hukum Pidana. Bandung. Penerbit PT.Citra Aditya Bakti.

Arif Budiarto dan Mahmudal, 2007. Rekayasa Lalu Lintas, Penerbit UNS Press.

Baharuddin Lopa. 2001. Permasalahan Pembinaan dan Penegakan Hukum.

Jakarta. Penerbit Bulan Bintang.

Beni Ahmad Saebani. 2007. Sosiologi Hukum. Bandung. Penerbit Pustaka Setia.

Bernard Arief Sidharta. 1999. Refleksi Tentang Struktur Hukum Sebuah

Penelitian Tentang Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Hukum Sebagai

Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia. Bandung.

Penerbit Mandar Maju.

C.S.T.Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonessia. Jakarta.

Penerbit Balai Pustaka.

Desi Anwar. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya. Penerbit Amelia.

Drs. Farouk Muhammad. 1999. Praktik Penegak Hukum (Bidang Lalu Lintas).

Jakarta. Penerbit Balai Pustaka.

Drs. Kunarto. 2007. Merenungi Kritik Terhadap Polri (Masalah Lalu Lintas).

Penerbit Cipta Manunggal.

Eko Hadi Wiyono. Wiyono. 2007. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Jakarta.

(28)

Dan Pengembangan Perhubungan. Jakarta. Penerbit Warta Penelitian

No.4,5,6/Th V/Juli,Agustus, September.

Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. Jakarta. Penerbit PT.

Grasindo

Mahmud Mulyadi. Politik Hukum Pidana. Bahan Kuliah di Fakultas Hukum

USU.

Marka. 2004. Keselamatan Lalu Lintas. Edisi XXV.

Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian. 2009.

Fungsi Teknis Lalu Lintas. Semarang. Penrbit Kompetensi Utama.

Moeljatno. 1992. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta. Penerbit Bumi

Aksara.

Muslan Abdurrahman. 2009. Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum. Malang.

Penerbit UMM Press.

Otje Salman dan Anthon F. Susanto. 2004. Beberapa Aspek Sosiologi Hukum.

Bandung. Penerbit PT. Alumni, Edisi Kedua, Cetakan Kesatu.

Satjipto Rahardjo. 1987. Permasalahan Hukum Di Indonesia. Bandung. Alumni.

Satjipto Rahardjo. Satjipto Rahardjo. 2009. Hukum Progresif Sebuah Sistesa

Hukum Indonesia Yogyakarta. Penerbit Genta Publishing.

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah. 1982. Sosiologi Hukum dalam

(29)

Penerbit Bina Aksara.

Soerjono Soekanto 2. 1989. Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah

– Masalah Sosial. Bandung. Penerbit Citra Aditya Bakti

Soerjono Soekanto. 2004. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum. Jakarta. Penerbit PT.Raja Grafindo Persada.

Sudikno Mertokusumo. Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Yogyakarta.

Penerbit PT Citra Aditya Bhakti.

Wirjono Prodjodikoro. 2003. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung.

Penerbit Refika Aditama.

W.J.S. Poerwodarminto. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Penerbit Balai Pustaka.

Undang-Undang :

Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Internet :

Wikipedia. Lampu Lalu Lintas. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses: Tanggal 14

Januari 2014. Pukul 21.00 WIB.

Wikipedia. Kota Malang. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses : Tanggal 16

(30)

Laksamana (Staf Pengajar STIH Swadaya Medan). 2010. Kesadaran Berlalu

Lintas Untuk Mencegah Angka Kecelakaan. Medan. Jurnal Ilmiah Abdi

Ilmu. Vol. III No. 1. https://library.pancabudi.ac.id. Diakses : Tanggal 09

Desember 2014. Pukul 22.45 WIB.

Slamet Wahedi. Enggan ditilang SIM ditahan. http://www.OkaraSetWahedi.com.

Referensi

Dokumen terkait

Maka definisi konsepsioanl dari penelitian ini adalah kinerja pegawai SAMSAT dalam pemberian pelayanan publik pada kantor SAMSAT Pembantu Samarinda Seberang dimana

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang Hygiene Sanitasi pada Pedagang Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Dasar Di Kecamatan Bongomeme

dikelompokan sesuai dengan kebutuhan terhadap anak yang emosionalnya lebih tinggi dan aktif guru memberikan kegiatan yang membuat emosionalnya lebih stabil. Mengelompokan

  komunikasi pendidikan, sekarang staf ahli salah satu Direktur Jenderal 

Hal inilah yang terjadi pada proses implementasi Peraturan Daerah (Perda) No 3 Tahun 2016 tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Bawah Lima Tahun (KIBBLA),

Kekayaan temuan artefak emas asal Kawasan Percandian Muarajambi merupakan bukti bahwa kawasan ini pernah menjadi bagian penting dalam interaksi budaya dan perkembangan

Pembuatan Bioetanol dari Mahkota Buah Nenas Varietas Queen dengan Menggunakan Mikroba Saccharomyces cerevisiae.. (Eliciah Furi Ningrum, 2015, 46 Halaman, 5 Tabel, 12 Gambar,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan karyawan PT Gramedia Asri Media mengenai brand Gramedia. I.4