ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP SERTA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PETANI UNTUK
MENGGUNAKAN SUMBER PEMBIAYAAN FORMAL
USAHA TANI DI KABUPATEN ASAHAN
TESIS
Oleh
SITI AISYAH
NIM. 107039008
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP SERTA FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI MINAT PETANI UNTUK
MENGGUNAKAN SUMBER PEMBIAYAAN FORMAL
USAHA TANI DI KABUPATEN ASAHAN
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SITI AISYAH
NIM. 107039008
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul : Analisis Persepsi dan Sikap Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Petani untuk Menggunakan Sumber Pembiayaan Formal Usaha Tani Di Kabupaten Asahan
Nama : Siti Aisyah
NIM : 107039008
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Ketua
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)
Anggota
(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)
Ketua Program Studi,
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)
Dekan
Telah diuji pada Tanggal :
Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MINAT PETANI UNTUK MENGGUNAKAN
SUMBER PEMBIAYAAN FORMAL USAHA TANI DI KABUPATEN
ASAHAN
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Januari 2013 yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
SITI AISYAH, Analisis Persepsi Dan Sikap Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani Dalam Menggunakan Sumber Pembiayaan Formal Usaha Tani di Kabupaten Asahan (Dibawah bimbingan Dr. Ir. TAVI SUPRIANA, MS sebagai Ketua dan Bapak Dr. Ir. SATIA NEGARA LUBIS, M.Ec sebagai Anggota)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis persepsi dan sikap serta faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan formal dalam proses usaha tani di Kabupaten Asahan. Data dikumpulkan dari 100 orang responden melalui kuesioner dan wawancara dengan metode judgment sampling yang termasuk bagian dari non probabilitas sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan, produktivitas, status lahan, pengalaman tani, jumlah tenaga kerja, jumlah pinjaman, jangka waktu, tingkat bunga, mekanisme/prosedur, lokasi dan jaminan/agunan. Untuk menganalisis persepsi dan sikap digunakan analisis multiatribut Fishbein, untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi minat menggunakan sumber pembiayaan formal digunakan analisis regresi logit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa urutan prioritas untuk perbaikan kinerja manajerial adalah jaminan/agunan,mekanisme/prosedur,lokasi, jumlah pinjaman, tingkat bunga, dan jangka waktu. Analisis regresi menunjukkan bahwa secara serempak variabel bebas yang terdiri dari usia, tingkat pendididikan, tingkat pendapatan, luas lahan,produktivitas, status lahan, pengalaman bertani, jumlah tenaga kerja, jumlah pinjaman, mekanisme prosedur, tingkat bunga, lokasi, dan jaminan signifikan mempengaruhi variabel terikat. Sementara uji secara parsial menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah usia, jumlah tenaga kerja, jaminan/agunan, mekanisme/prosedur, lokasi, jumlah pinjaman, tingkat bunga
ABSTRACT
SITI AISYAH, The Analysis of Perception, Attitude and Factors Influencing the Farmer’s Interest in Using Formal Funding Sources of Farming Business in Asahan District (Under the supervision of Ir. TAVI SUPRIANA, MS (Chair) and Dr. Ir. SATIA NEGARA LUBIS, M.Ec (Member)
The purpose of this study was to find out and analyze perception, attitude and factors influencing the farmer’s interest in using formal funding sources in the process of farming business in Asahan District. The data were obtained through questionnaire distribution and interview with 100 respondents selected by using judgment sampling technique which belongs to non-probability sampling. The variables used in this study were age, education level, income level, land area, productivity, land status, farming experience, number of workers, amount of loan, length of time, interest rate, mechanism/procedure, location and Analysis collateral. Fishbein Multiattribute was used to analyze perception and attitude, while logit regression analysis was used to analyze the factors influencing the farmer’s interest in using formal funding sources.
The result of this study showed that the sequence of priority for the improvement of managerial performance was collateral, mechanism/procedure, location, amount of loan, interest rate and length of time. The result of regression analysis showed that simultaneously independent variables consisting of age, education level, income level, land area, productivity, land status, farmer’s experience, number of workers, amount of loan, mechanism/procedure, interest rate, location and collateral had significant influence on the dependent variables. Partially, the result of the test showed that the variables with significant influence were age, number of workers, collateral, mechanism/procedure, location, amount of loan and interest rate.
RIWAYAT HIDUP
SITI AISYAH, lahir di Kabanjahe, pada tanggal 23 November 1968 dari
Bapak Alm. Muhammad Suyatno dan Ibu Hj. Sinen.
Penulis merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1975 masuk Sekolah Dasar Negeri 5 Kabanjahe, tamat tahun 1981.
2. Tahun 1981 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Kabanjahe,
tamat tahun 1984.
3. Tahun 1984 masuk Sekolah Lanjutan Atas Negeri 1 Kabanjahe, tamat tahun
1987.
4. Tahun 1987 diterima di Universitas Sumatera Utara pada Fakultas Pertanian
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, tamat tahun 1992.
5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir.
Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada seluruh pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Asahan yang menangani
masalah pertanian khususnya padi sawah yang telah memberikan segala informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Januari 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN. ... ix
I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Penggunaan Sumber Pembiayaan... 16
2.1.5.1. Faktor Internal ... 17
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 33
3.4. Metode Analisis Data ... 34
3.4.1. Analisis Multi Atribut Fishbein ………. 35 3.4.2 Analisis Regresi Binary Logistic... 38
3.5. Defenisi Operasional Variabel ... 42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 44
4.1.1. Luas dan letak Geografis ... 44
4.1.2. Keadaan Penduduk... 45
4.1.3. Penggunaan Tanah ... 46
4.1.4. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi ... 47
4.2. Deskripsi Data atau Variabel ... 47
4.2.1. Usia ... 48
4.2.2. Tingkat Pendidikan Terakhir ... 49
4.2.3. Tingkat Pendapatan Usaha Tani ... 50
4.2.4. Luas Lahan Petani ... 51
4.3.1. Analisis Persepsi, Sikap Responden Terhadap Penggunaan Sumber Pembiayaan Formal ... 55
4.3.1.1. Analisis Persepsi Tingkat Kepentingan Responden Terhadap Penggunaan Sumber Pembiayaan Formal... 55
4.3.1.2. Analisis Persepsi Tingkat Kepercayaan Responden Terhadap Penggunaan Sumber Pembiayaan Formal..57
4.3.1.3. Sikap Responden Terhadap Penggunaan Sumber Pembiayaan Formal ... 58
4.3.1.4. Variabel Jumlah Pinjaman ... 59
4.3.1.5. Variabel Jangka Waktu ... 60
4.3.1.6. Variabel Tingkat Bunga... 60
4.3.1.7. Variabel Mekanisme/Prosedur ... 61
4.3.1.8. Variabel Lokasi... 61
4.3.1.9. Variabel Jaminan/Agunan ... 62
4.3.2. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Minat penggunaan sumber pembiayaan usaha tani ... 62
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Luas Tanam dan Panen Komoditi Padi di Kabupaten Asahan Tahun 2012 32
2. Rincian Kecamatan, Desa dan Jumlah Sampel ... 33
3. Distribusi Penduduk Kecamatan Rawang Panca Arga dan Kecamatan Meranti Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 45
4. Luas Baku Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan di Kecamatan Rawang Panca Arga dan Kecamatan Meranti Tahun 2012 ... 46
5. Luas Baku Lahan Bukan Sawah Menurut Penyebaran dan Penggunaan Tanah Pertanian di Kecamatan Rawang Panca Arga dan Kecamatan Meranti Tahun 2012 ... 46
6. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi di Kecamatan Rawang Panca Arga dan Kecamatan Meranti Tahun 2012... 47
7. Tingkat Kepentingan Responden Terhadap Penggunaan Sumber Pembiayaan Formal ... 56
8. Tingkat Kepercayaan Responden Terhadap Penggunaan Sumber Pembiayaan Formal ... 58
9. Sikap Responden Terhadap Penggunaan Sumber Pembiayaan Formal ... 58
10. Omnibus Tests of Model Coefficients ... 64
11. Output Uji parsial Variables in the Equation ... 65
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Persentase Realisasi Penyerapan KKP ... 3
2. Persentase Realisasi Penyaluran KUR ... 4
3. Tahap-Tahap Proses Minat Pembelian ... 8
4. Model Perilaku dan Sikap Fishbein... 15
5. Kerangka Pemikiran Konseptual... 30
6. Angka Persentase Berdasarkan Kelompok Usia Responden ... 49
7. Angka Persentase Tingkat Pendidikan Responden ... 50
8. Persentase Tingkat Pendapatan Usaha Tani ... 51
9. Persentase Luas Lahan Petani ... 52
10. Persentase Tingkat Produktivitas Responden ... 52
11. Persentase Status Lahan ... 53
12. Persentase Tingkat Pengalaman ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Kuesioner Penelitian... 82
2. Output Regresi Logit ... 91
3. Data Responden Analisis Regresi Logit... 92
ABSTRAK
SITI AISYAH, Analisis Persepsi Dan Sikap Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani Dalam Menggunakan Sumber Pembiayaan Formal Usaha Tani di Kabupaten Asahan (Dibawah bimbingan Dr. Ir. TAVI SUPRIANA, MS sebagai Ketua dan Bapak Dr. Ir. SATIA NEGARA LUBIS, M.Ec sebagai Anggota)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis persepsi dan sikap serta faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan formal dalam proses usaha tani di Kabupaten Asahan. Data dikumpulkan dari 100 orang responden melalui kuesioner dan wawancara dengan metode judgment sampling yang termasuk bagian dari non probabilitas sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan, produktivitas, status lahan, pengalaman tani, jumlah tenaga kerja, jumlah pinjaman, jangka waktu, tingkat bunga, mekanisme/prosedur, lokasi dan jaminan/agunan. Untuk menganalisis persepsi dan sikap digunakan analisis multiatribut Fishbein, untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi minat menggunakan sumber pembiayaan formal digunakan analisis regresi logit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa urutan prioritas untuk perbaikan kinerja manajerial adalah jaminan/agunan,mekanisme/prosedur,lokasi, jumlah pinjaman, tingkat bunga, dan jangka waktu. Analisis regresi menunjukkan bahwa secara serempak variabel bebas yang terdiri dari usia, tingkat pendididikan, tingkat pendapatan, luas lahan,produktivitas, status lahan, pengalaman bertani, jumlah tenaga kerja, jumlah pinjaman, mekanisme prosedur, tingkat bunga, lokasi, dan jaminan signifikan mempengaruhi variabel terikat. Sementara uji secara parsial menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah usia, jumlah tenaga kerja, jaminan/agunan, mekanisme/prosedur, lokasi, jumlah pinjaman, tingkat bunga
ABSTRACT
SITI AISYAH, The Analysis of Perception, Attitude and Factors Influencing the Farmer’s Interest in Using Formal Funding Sources of Farming Business in Asahan District (Under the supervision of Ir. TAVI SUPRIANA, MS (Chair) and Dr. Ir. SATIA NEGARA LUBIS, M.Ec (Member)
The purpose of this study was to find out and analyze perception, attitude and factors influencing the farmer’s interest in using formal funding sources in the process of farming business in Asahan District. The data were obtained through questionnaire distribution and interview with 100 respondents selected by using judgment sampling technique which belongs to non-probability sampling. The variables used in this study were age, education level, income level, land area, productivity, land status, farming experience, number of workers, amount of loan, length of time, interest rate, mechanism/procedure, location and Analysis collateral. Fishbein Multiattribute was used to analyze perception and attitude, while logit regression analysis was used to analyze the factors influencing the farmer’s interest in using formal funding sources.
The result of this study showed that the sequence of priority for the improvement of managerial performance was collateral, mechanism/procedure, location, amount of loan, interest rate and length of time. The result of regression analysis showed that simultaneously independent variables consisting of age, education level, income level, land area, productivity, land status, farmer’s experience, number of workers, amount of loan, mechanism/procedure, interest rate, location and collateral had significant influence on the dependent variables. Partially, the result of the test showed that the variables with significant influence were age, number of workers, collateral, mechanism/procedure, location, amount of loan and interest rate.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permodalan merupakan salah satu faktor produksi penting dalam usaha
pertanian. Perkembangan suatu usaha tani dipengaruhi ketersediaan modal. Modal
sendiri umumnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan suatu usaha. Oleh
karena itu, ketersediaan modal dari pihak luar sebagai sumber pembiayaan sangat
diperlukan. Pembiayaan dalam pertanian adalah cara mendapatkan dana selain
modal sendiri bagi usahatani serta menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
Intensitas penanaman modal dalam usahatani merupakan masalah yang ada dalam
pembiayaan, yang dapat berpengaruh pada kontinuitas usahatani
Keberadaan sumber pembiayaan dalam bentuk kredit sangat penting dalam
pengembangan produktivitas pada sektor pertanian terutama untuk petani skala
kecil. Ketersediaan kredit/pembiayaan yang memadai dapat menciptakan
pembentukan modal bagi usahatani sehingga dapat meningkatkan produksi,
pendapatan, dan menciptakan surplus yang dapat digunakan untuk membayar
kembali kredit yang diperoleh. Sumber pembiayaan (kredit) pertanian tersebut
dapat diperoleh dari lembaga keuangan formal maupun lembaga keuangan
non-formal.
Kredit formal terbagi atas kredit non program atau komersial seperti BRI
Unit Desa, BPR, koperasi, dan pegadaian dan kredit program seperti KUT dan
KKP-E, dan pasar kredit informal seperti pelepas uang, pedagang input/output
usaha pertanian, tapi dalam batas batas tertentu modal merupakan faktor kritikal.
Tidak jarang ditemui bahwa kekurangan biaya merupakan kendala yang
menghambat petani dalam mengelola dan mengembangkan Usaha tani.
Kecukupan modal melalui bantuan pembiayaan dapat berfungsi efektif
untuk mencapai tingkat optimal dalam skala usaha dan adopsi teknologi maupun
pasca panen Keberadaan sumber pembiayaan dalam bentuk kredit sangat penting
dalam pengembangan produktivitas pada sektor pertanian terutama untuk petani
skala kecil. Ketersediaan kredit/pembiayaan yang memadai dapat menciptakan
pembentukan modal bagi usahatani sehingga dapat meningkatkan produksi,
pendapatan, dan menciptakan surplus yang dapat digunakan untuk membayar
kembali kredit yang diperoleh. Menyadari pentingnya modal bagi usahatani,
pemerintah meluncurkan berbagai jenis pembiayaan untuk sektor pertanian.
Jenis-jenis kredit program untuk pembiayaan pertanian yang saat ini diluncurkan
Kementerian Pertanian adalah adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
(KKP-E), Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK-SUP 05), Kredit Usaha Rakyat
(KUR)
Data dari Kementerian Pertanian (2010) menunjukkan bahwa sampai
bulan Juni 2009. Realisasi penyerapan kredit KKP-E terbesar adalah untuk
budidaya tebu, yaitu Rp 5,99 trilyun (73,55%), diikuti oleh pengembangan ternak
(13,47%), pengembangan padi jagung, jagung dan kedelai (6,90%), pengadaan
pangan (1,64%), pengembangan ubi kayu, ubi jalar, koro (0,69%), dan
Gambar 1. Persentase Realisasi Penyerapan KKP
Realisasi penyaluran SUP sampai Februari 2009 adalah Rp 6.307.029,99
juta untuk seluruh sektor. Penyaluran untuk sektor pertanian sebesar Rp
499.777,47 juta (7,92%), sedangkan peyaluran terbesar adalah untuk sektor
perdagangan sebanyak Rp 4.123.862,33 juta atau 65,38 persen (Kementerian
Pertanian, 2010).
Realisasi penyaluran KUR pada tanggal 30 Juni 2009 oleh bank pelaksana
(Mandiri, Syariah Mandiri, BNI, Bukopin, BRI, BRI Mikro, BTN) sebesar Rp
14.882.664 juta. Penerima KUR sebanyak 2.025.087 orang. Dari total kredit
tersebut sektor pertanian memperoleh Rp 3.958.159 juta (26.60%) dengan
penerima kredit sebanyak 613.780 orang atau rata-rata Rp 6,45 juta per orang.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran memperoleh kredit terbesar, yaitu Rp
8.177.065 juta (54,94%) dengan debitur sebanyak 1.123.379 orang atau rata-rata
Gambar 2. Persentase Realisasi Penyaluran KUR
Dari data diatas dapat dilihat bahwa penggunaan sumber pembiayaan
sektor formal program kredit KKP-E terutama untuk pertanian hortikultura dan
jahe, ubi kayu, ubi jalar, koro, pengadaan pangan, padi, jagung, kedelai masih
sangat minim. Demikian juga jika dilihat Realisasi penyaluran pada SUP
penyaluran untuk sektor pertanian hanya sebesar 7,92%. Sementara realisasi
penyaluran KUR juga belum optimal. Angka angka yang ditunjukkan data diatas
juga dapat mengindikasikan bahwa pada sektor pertanian, terutama pada pertanian
pangan, hortikultura petani juga menggunakan sumber-sumber pembiayaan non
formal dalam menjalankan usaha taninya. Karakteristik, persepsi dari pelaku
usaha/petani ikut menentukan dalam mengambil minat dalam menggunakan sektor
pembiayaan. Persepsi merupakan pengalaman belajar tentang obyek peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Serta bentuk komunikasi intrapersonal terjadi dalam diri
seseorang, dan mempengaruhi seseorang dalam berfikir, bertindak, serta
berkomunikasi dengan pihak lain (Rahmat, 2004). Minat menggunakan program
pembiayaan formal atau non formal juga diperkirakan akibat adanya pengaruh dari
petani masing-masing maupun Faktor-Faktor Eksternal yang diluar diri petani sebagai
konsumen sumber pembiayaan
Karakteristik perilaku, persepsi petani dalam menggunakan sumber
pembiayaan terhadap usaha taninya berbeda-beda di tiap-tiap daerah. Hal ini akan
mempengaruhi minat petani dalam menggunakan sumber pembiayaan baik itu
secara formal atau pembiayaan secara non formal untuk usaha tani tersebut. Oleh
karena itu, dibutuhkan Informasi mengenai Karakteristik perilaku, persepsi, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam menggunakan sumber
pembiayaan bagi usaha taninya disuatu daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan penelitian di berbagai daerah di indonesia. Tak hanya bertumpu di
Jabotabek dan Pulau Jawa. Informasi ini juga harus di peroleh dari berbagai
wilayah meliputi berbagai pulau di Indonesia. Salah satu kota besar di indonesia
yang menarik diteliti adalah Kabupaten Asahan di Sumatera Utara. Berdasarkan
data pertanian, Asahan merupakan kabupaten yang memiliki tren peningkatan
produksi tanaman pangan beras di tiap tahunnya. Dalam produktivitasnya para
petani di Kabupaten Asahan juga dihadapkan kepada sumber pembiayaan formal
dan non formal dalam proses produksi. Petani di Kabupaten Asahan juga memiliki
tingkat variasi keanekaragaman dari berbagai suku seperti Batak, Melayu, Jawa,
Minang Kabau, Aceh, dan lainnya, hal ini dapat memberikan banyak informasi
mengenai perilaku petani dalam menggunakan sumber-sumber pembiayaan
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
berikut :
1. Bagaimana persepsi, sikap petani terhadap penggunaan sumber pembiayaan
formal usaha tani.
2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap minat petani untuk
menggunakan sumber pembiayaan formal.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis persepsi, sikap petani terhadap sumber pembiayaan formal
usaha tani.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani untuk
menggunakan sumber pembiayaan formal dalam proses produksi.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan pada bidang prilaku
konsumen khususnya mengenai Pembiayaan Usaha tani dengan analisa Persepsi dan
berbagai faktor yang mempengaruhi minat petani untuk menggunakan sumber
pembiayaan formal. Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan dan
pengetahuan, dan juga sekaligus menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Perilaku Konsumen
Menurut Sumarwan (2004) suatu perusahaan harus mampu memahami
perilaku konsumen dengan sebaik mungkin agar memasarkan produknya dengan
baik. Perusahaan dapat memperkirakan respon dari konsumen terhadap produk
yang ditawarkan oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi
pemasaran yang tepat. Perilaku konsumen mencakup proses konsumen dalam
mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan suatu produk atau jasa . Dari beberapa
definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka Simamora (2002) menarik
kesimpulan bahwa :
1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.
2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses minat sebelum pembelian serta
tindakan dalam memperoleh, memakai, mengonsumsi, dan menghabiskan
produk.
3. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti
jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana
barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang
tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang dimiliki oleh konsumen,
kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mengevaluasi alternatif, dan
apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang
Schiffman dan Kanuk (1994) dalam
Proses minat pembelian meliputi beberapa tahapan. Menurut Engel et al.
(1994) terdapat lima tahapan minat pembelian yang dilakukan konsumen, yaitu
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan
evaluasi pascapembelian.
Sumarwan (2004) mendefinisikan
perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk
dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhannya. Mowen dan Minor
(1998) juga mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang
proses pembelian dan pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi,
pembuatan barang dan produk, pengalaman, dan ide-ide.
Sumber : Engel et al. (1994)
Gambar 3. Tahap-Tahap Proses Minat Pembelian
Engel et al. (1994) mendefinisikan pengenalan kebutuhan sebagai suatu persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual
yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses minat. Ketika
ketidaksesuaian yang ada melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan pun
dikenali. Namun seandainya ketidaksesuaian itu ada di bawah tingkat ambang,
maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi.
Menurut Kotler (2002), proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali
sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat timbul karena adanya
rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal merupakan kebutuhan
dasar konsumen seperti rasa lapar, haus dan lain-lainnya yang akan timbul suatu
saat pada suatu tingkat tertentu dan menjadi sebuah dorongan yang memotivasi
orang itu untuk segera memuaskan dorongan tersebut. Pemasar perlu
mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan
mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat
mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu
kategori produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran
yang memicu minat konsumen.
Menurut Schiffman-Kanuk (2000) studi tentang perilaku konsumen
difokuskan kepada bagaimana individu membuat minat untuk menghabiskan
ketersediaan sumber daya yang mereka miliki, seperti waktu, uang dan usaha,
untuk mengkonsumsi barang kebutuhan terkait termasuk didalamnya jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli
itu, kapan mereka membeli itu, dimana mereka membeli itu dan seberapa sering
mereka membeli itu. Pendapat yang sejalan dinyatakan oleh Solomom (1995)
yang menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi bidang yang sangat luas.
Ilmu ini mempelajari seluruh proses yang terlibat dan terkait bila
individu-individu atau kelompok memilih, membeli, memakai atau menggunakan suatu
produk, jasa pelayanan, gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan mereka.
Menurut Peter-Olson (1999), menegaskan bahwa perilaku konsumen
merupakan proses interaksi antara sikap affektif, sifat kognitif, sikap behavioral
semua aspek kehidupannya. Sikap kognitif merefleksikan sikap pemahaman,
sikap affektif merefleksikan sikap tindakan nyata. Minat itu sendiri bagian dari
unsur melekat pada diri individu konsumen yang disebut dimana ia merujuk
kepada tindakan fisik yang nyata yang dapat dilihat dan dapat diukur oleh orang
lain. (Peter-Olson, 1999). Sebuah minat menurut Peter-Olson (1999 : 150),
merupakan suatu pilihan diantara dua atau lebih alternarif tindakan.
Dikaitkan dengan penelitian ini maka pembiyaan kredit sebagai sumber
dana yang digunakan untuk usaha tani merupakan produk yang dipasarkan. Dalam
penelitian ini yang menjadi Konsumen adalah Petani yang ingin menggunakan
sumber pembiayaan pada Usaha Taninya.
2.1.2 Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah merupakan suatu pemisahan pasar pada
kelompok-kelompok pembeli menurut jenis produk tertentu dan memerlukan
bauran pemasaran sendiri (Kotler, 2002). Persaingan usaha yang semakin ketat
menyebabkan perusahaan berusaha untuk memahami tentang konsumen dengan
melakukan segmentasi. Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan
segmentasi pasar sebagai berikut:
1. Informasi lebih jauh mengenai bauran pemasaran tertentu yang diinginkan
dan dibutuhkan suatu kelompok konsumen tertentu.
2. Dapat dijadikan masukan untuk tercapainya suatu metode pemasaran yang
tepat untuk setiap segmen yang terbentuk.
3. Untuk mengalokasikan sumberdaya produk dalam kebijaksanaan program
Menurut Kotler (1997), dasar-dasar segmentasi pasar dapat dilakukan
dengan memperhatikan ciri-ciri konsumen, antara lain:
1. Segmentasi Geografis
Merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda seperti
negara, negara bagian, wilayah, propinsi, kota atau lingkungan.
2. Segmentasi Demografis
Pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-variabel
demografis seperti usia, ukuran keluarga, jenis kelamin, penghasilan,
pekerjaan, pendidikan, agama, ras, keturunan, kewarganegaraan dan kelas
sosial.
3. Segmentasi Psikografis
Merupakan pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok yang berbeda
berdasarkan gaya hidup dan kepribadian.
4. Segmentasi Perilaku
Merupakan pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok yang berbeda
berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian, atau tanggapan konsumen
terhadap suatu produk.
2.1.3 Persepsi dan Sikap Konsumen
Menurut Kotler (2000) persepsi adalah proses bagaimana seorang individu
memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan masukan informasi untuk
menciptakan gambaran lengkap mengenai sesuatu hal. Persepsi tidak hanya
bergantung kepada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.
dimana individu-individu terekpos pada informasi, menyediakan kapasitas
prosesor yang lebih luas dan mampu menginterpretasikan informasi tersebut.
Simamora (2002) mengemukakan bahwa persepsi adalah suatu proses,
dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan
stimuli ke dalam gambaran dunia yang berarti menyeluruh. Stimuli dapat
digolongkan ke dalam dua tipe, yaitu stimuli fisik (physical stimuli) dan stimuli yang berasal dari dalam individu sendiri. Stimuli fisik dipengaruhi dari
lingkungan sekitar sedangkan stimuli yang berasal dari dalam individu sendiri ada
dalam bentuk predisposisi, seperti harapan (expectation), motivasi (motives), dan pembelajaran (learning) yang didasari pada pengalaman individu sebelumnya. Kombinasi dari kedua tipe tersebut mampu menghasilkan gambaran yang bersifat
pribadi karena manusia merupakan individu yang memiliki pengalaman,
keinginan, kebutuhan, hasrat, serta pengharapan yang unik akan menghasilkan
suatu persepsi tersendiri. Persepsi pada masing-masing individu berbeda
meskipun realitas sama. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dalam perceptual selection, perceptual organization, dan perceptual interpretation.
Persepsi konsumen mempunyai peranan penting dalam pemasaran suatu
produk. Dengan adanya persepsi maka suatu produk akan diartikan oleh
konsumen dalam bentuk asosiatif yang dapat membantu konsumen
mengintepretasikan dunia disekitarnya. Persepsi masing-masing individu dapat
berbeda atas objek yang sama karena persepsi yang diterima oleh konsumen dapat
terjadi dalam berbagai bentuk antara lain seperti persepsi terhadap kualitas
sendiri, pengalaman orang lain, atau bahkan dari beberapa hal yang dilihat sendiri
oleh konsumen.
Mcguire dalam Engel at al. (1995) mengatakan bahwa setiap individu akan memiliki persepsi yang berbeda mengenai suatu hal yang sama karena
terciptanya sebuah persepsi melalui beberapa proses berikut :
1. Pemaparan, pencapaian kedekatan terhadap suatu stimuli sedemikian rupa
sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari kelima indera
manusia.
2. Perhatian, alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk.
3. Pemahaman, tafsiran atas stimulus.
4. Penerimaan, dampak persuasif stimulus kepada konsumen.
5. Retensi, pengalihan makna stimulus dan persuasi ke ingatan jangka panjang.
Sikap konsumen merupakan suatu konsep yang penting dalam studi
perilaku konsumen. Banyak pemasar telah melakukan penelitian terhadap sikap
konsumen terhadap produk serta merek. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa
sikap (attitudes) konsumen merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat konsumen. Schifman dan Kanuk (2007) dalam Simamora (2002) mendefinisikan bahwa sikap adalah ekspresi perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak
setuju terhadap suatu obyek. Sementara itu Alport (1996) dalam Simamora (2002) menyatakan sikap sebagai predisposisi yang dipelajari (learned predispotition) untuk berespon terhadap obyek atau kelas obyek dalam suasana menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten. Definisi mengenai
sikap merupakan evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan seseorang.
Adapun yang dimaksud dengan evaluasi adalah tanggapan pada tingkat intensitas
dan gerakan-gerakan yang relatif rendah. Evaluasi dapat diciptakan oleh sistem
afektif maupun kognitif. Tanggapan afektif meliputi emosi, perasaan, dan suasana
hati, sedangkan pemrosesan kognitif dari pengambilan minat menunjukkan bahwa
suatu evaluasi menyeluruh dibentuk ketika konsumen mengintegrasikan antara
pengetahuan, arti, atau kepercayaan tentang konsep sikap.
2.1.4 Model Sikap Multiatribut Fishbein
Model struktural sikap adalah model yang dibangun untuk memahami
hubungan antara sikap dan perilaku. Salah satu model sikap konsumen yang
paling sering dipakai adalah model sikap multiatribut Fishbein (Schiffman dan
Kanuk, 2007). Model sikap multiatribut Fishbein mengidentifikasi tiga faktor
utama untuk memprediksi sikap konsumen. Faktor pertama adalah keyakinan
seseorang terhadap atribut yang menonjol dari suatu obyek, faktor kedua adalah
keyakinan seseorang bahwa suatu atribut dari suatu obyek memiliki ciri khas
tertentu, dan faktor ketiga adalah evaluasi dari masing-masing keyakinan akan
atribut yang menonjol, dimana keyakinan tersebut diukur melalui seberapa baik
atau tidaknya keyakinan konsumen terhadap atribut-atribut tersebut. Model sikap
Gambar 4. Model Perilaku dan Sikap Fishbein
Komponen sikap bersifat internal individu, yang berkaitan langsung
dengan obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya. Komponen sikap
memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku karena akan menentukan
tindakan apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Komponen norma subyektif bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh
terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengalikan
antara nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi
terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai kuatnya
suatu keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam
mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Motivasi merupakan dorongan dalam
diri seseorang untuk setuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap perilakunya. Keyakinan akan atribut yang
menonjol
Evaluasi atribut
Keyakinan normatif Norma subyektif
Faktor lain Perilaku Maksud perilaku
Sikap
Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut, sehingga
setiap produk, baik barang maupun jasa dapat dideskripsikan dengan
menyebutkan atribut-atributnya. Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap
atribut barang atau jasa merupakan kekuatan harapan dan keyakinan konsumen
terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu barang atau jasa (Limbong dan Sitorus,
1987). Mowen dan Minor (1998) menyatakan bahwa kekuatan kepercayaan
terhadap suatu atribut produk dicerminkan oleh pengetahuan konsumen terhadap
suatu produk dan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. Perusahaan perlu
memahami atribut dari suatu produk yang diketahui konsumen dan atribut mana
yang digunakan untuk mengevaluasi suatu produk. Pengetahuan tersebut berguna
dalam mengkomunikasikan atribut suatu produk kepada konsumen. Kepercayaan
konsumen terhadap suatu produk, atribut, dan manfaat produk menggambarkan
persepsi konsumen. Oleh karena itu, kepercayaan masing-masing konsumen
terhadap suatu produk atau merek pasti berbeda-beda (Sumarwan, 2004).
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Penggunaan Sumber Pembiayaan
Dari berbagai pendapat uraian yang telah dikemukakan banyak pakar
tersebut diatas menunjukkan bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh
lingkungan internal konsumen, yaitu faktor yang berkaitan langsung dengan
konsumen sebagai seorang individu juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal
konsumen, yaitu faktor yang hidup dan berkembang secara dinamis disekitar diri
individu konsumen Faktor internal merupakan komponen-komponen tertentu
tersendiri yang mempengaruhi minat petani untuk menggunakan sumber
pembiayaan.
2.1.5.1Faktor Internal
Faktor internal yang merupakan ciri pribadi yang melekat pada diri seseorang,
baik yang muncul dari kawasan kepribadiannya maupun yang dimiliki karena status
dan peranannya, akan memunculkan kekuatan atau dorongan untuk bertindak
terutama yang menguntungkan dirinya.
Lionberger (1968) mengatakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi
adalah usia, tingkat pendidikan, luas lahan, tingkat pendapatan, partisipasi dalam
kelompok, aktivitas mencari informasi, keberanian mengambil resiko, sikap terhadap
perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, sifat fatalisme dan dogmatisme (sistem
kepercayaan yang tertutup).
Soekartawi (2005) menjelaskan bahwa terdapat peubah yang mempengaruhi
proses pengambilan minat yaitu: usia, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola
hubungan, sikap terhadap perubahan, pendapatan usahatani, luas usahatani, status
pemilikan tanah, prestise masyarakat, sumber informasi yang digunakan dan jenis
produk yang akan digunakan.
Dalam penelitian ini faktor internal yang menjadi variabel penduga yang
dapat mempengaruhi seseorang dalam memberikan respons terhadap stimuli yang
diterimanya, dan akan mengubah perilakunya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Usia
Usia mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir serta dapat
menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaan
bahwa petani yang lebih tua tampaknya kurang termotivasi menerima hal-hal baru
daripada mereka yang relatif umur muda. Petani yang berumur lebih muda
biasanya lebih bersemangat dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Semakin
tua (di atas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi dan
cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah diterapkan oleh
warga masyarakat setempat (Mardikanto, 2009). Menurut Padmowihardjo (1994),
bahwa umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang disebabkan oleh
umur itu adalah faktor psikologis. Semakin tinggi umur semakin menurun kerja
otot, sehingga terkait dengan fungsi kerja indera yang semuanya mempengaruhi
daya belajar. Rakhmat (2005) mengatakan bahwa kelompok orang tua melahirkan
pola yang pasti berbeda dengan anak-anak muda. Umur merupakan aspek yang
berhubungan terhadap kemampuan fisik, psikologis dan biologis seseorang serta
berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam belajar, baik dalam
mengaktualisasikan hasil belajar dalam pengalaman hidup maupun hakekat serta
jenis dari struktur sikap pemprosesan informasi yang dipunyainya. Umur adalah
jumlah tahun hidup petani, artinya semakin tua umur petani semakin rendah
tingkat adopsinya.
2. Tingkat Pendidikan
Salah satu faktor yang dapat merubah pola pikir dan daya nalar petani
adalah pendidikan. Semakin tinggi pendidikan akan semakin rasional pola pikir
dan semakin berkembang daya nalarnya. Pada umumnya seseorang yang
berpikiran lebih baik dan berpengetahuan teknis yang banyak akan lebih mudah
dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik. Pendidikan formal diperoleh dari
penyuluhan pembangunan atau pendidikan luar sekolah dan bentuk-bentuk
interaksi terprogram lainnya dalam proses belajar sosial untuk mewujudkan
kualitas kehidupan. Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan dalam
keluarga atau hasil interaksi dengan lingkungan (Sumardjo, 2008). Pendidikan
baik formal maupun nonformal adalah sebagai sarana untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan.
Pada umumnya petani yang berpendidikan lebih baik dan berpengetahuan
teknis yang lebih banyak, akan lebih mudah dan lebih mampu berkomunikasi
dengan baik. Mosher (1987) mengemukakan bahwa dalam memajukan usahatani
yang dilaksanakan, petani membutuhkan kemampuan berpikir dan pengetahuan
mereka untuk mengelola usahataninya. Hamundu (1997) mengemukakan bahwa
semakin tinggi pendidikan petani akan semakin mudah menerima dan bekerja
dengan konsep yang abstrak. Dengan demikian pendidikan merupakan proses
yang dijalani seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang
kemudian menghasilkan perubahan perilaku.
3. Tingkat Pendapatan
Pendapatan rumah tangga petani merupakan total keseluruhan pendapatan
baik yang berasal dari usahatani maupun yang bukan dari usahatani. Pendapatan
dari usahatani yang rendah menyebabkan petani mencari tambahan di luar
usahataninya.
4. Luas Lahan
Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan
penggunaan lahan. Hernanto (1996) mengatakan bahwa luas lahan usahatani dapat
digolongkan menjadi tiga bagian, yakni lahan yang sempit dengan luas lahan
kurang dari setengah hektar, lahan yang sedang dengan luas lahan antara setengah
hektar sampai dua hektar dan lahan yang luas lebih dari dua hektar. Sehubungan
dengan itu Wiriaatmadja (1977) menjelaskan bahwa petani yang memiliki tanah
yang luas memiliki sifat dan kegemaran untuk mencoba hal baru dan akan selalu
berusaha sendiri mencari informasi yang diperlukan. Luas Lahan Juga menjadi
pertimbangan dalam menggunakan sumber pembiayaan yang diperlukan sesuai
dengan Jumlah dana yang dibutuhkan.
5. Produktivitas
Menurut Mubyarto (1995), dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani
membandingkan antara hasil yang diharapkan diterima pada hasil panen
(penerimaan/revenue) dengan biaya (cost) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan
disebut biaya produksi. Usahatani yang baik biasa disebut sebagai usahatani yang
produktif atau efisien. Usahatani yang produktif berarti memiliki produktivitas
tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara
konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur
banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan
kapasitas (tanah). Jika dua usahatani mempunyai produktivitas fisik yang sama,
maka usahatani yang lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai lebih tinggi
6. Status Lahan
Barlow (1978), Lahan termasuk didalamnya lahan sawah, dalam kegiatan
produksi merupakan salah satu faktor produksi tetap.
Secara fisik, lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh
kemungkinan penurunan nilai dan harga serta tidak dipengaruhi oleh faktor
waktu, secara fisik pula lahan merupakan aset yang mempunyai keterbatasan dan
tidak dapat bertambah besar, misalnya dengan melalui usaha reklamasi. Lahan
secara fisik tidak dapat dipindahkan, walaupun fungsi dan penggunaan lahan (land
function and use) dapat berubah tetapi lahannya sendiri bersifat stationer (tetap).
(Sujarto, 1986).
Pola penguasaan lahan dalam pertanian desa oleh Darwis (2008) dalam
Mardiyaningsih (2010) diklasifikasikan statusnya menjadi hak milik, sewa, sakap
(bagi hasil) dan gadai. Pakpahan et al. (1992) dalam Mardiyaningsih (2010)
mendefinisikan sewa, sakap, dan gadai sebagai bentuk penguasaan lahan dimana
terjadi pengalihan hak garap dari pemilik lahan kepada orang lain. Pada
masyarakat pedesaan ketiga bentuk penguasaan lahan tersebut pada umumnya
mempunyai aturan tertentu yang disepakati maupun tanpa menggunakan jaminan
surat-surat berharga yang secara formal disahkan oleh pemerintah (misalnya:
sertifikat lahan). Masyarakat Kampung Sinar Resmi menguasai tanah melalui
berbagai bentuk meliputi milik, sewa, sakap (bagi hasil), dan gadai. Melalui
bentuk-bentuk tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi yang pada
7. Pengalaman Usaha Tani
Pengalaman berusahatani berpengaruh terhadap minat petani untuk
menggunakan sumber pembiayaan. Pengalaman seseorang saling terkait dalam
pengambilan minat. Padmowihardjo (1994) mengatakan bahwa pengalaman
adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun
waktu yang tidak ditentukan sebagai hasil belajar selama hidupnya. Seseorang
akan berusaha menghubungkan hal yang dipelajarinya dengan pengalaman yang
dimiliki dalam proses belajar. Pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan
akan berdampak pada hal yang positif bagi perilaku yang sama yang akan
diterapkan pada situasi berikutnya.
8. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga Kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah
memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di
15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja
disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga
kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di
atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak
2.1.5.2Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang ada dalam mayarakat dan petani khususnya
mempengaruhi minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan. Faktor
faktor eksternal yang dijadikan variabel penduga pada penelitian ini berkaitan
dengan faktor yang berada diluar diri individu petani. Pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Undang-Undang Perbankan
Nomor 10 tahun 1998). Menurut Aryati (2006) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa efektif atau tidaknya suatu penyaluran pembiayaan pada BMT dapat dinilai
berdasarkan beberapa parameter antara lain: persyaratan peminjaman, prosedur
peminjaman, realisasi kredit, besar kecilnya biaya administrasi, pelayanan petugas
bank, lokasi bank, jaminan/agunan, pengetahuan dan partisipasi nasabah/calon
nasabah.
(Hidayat, 2004) mengemukakan Efektivitas pembiayaan berdasarkan
beberapa parameter, antara lain :
a. Prosedur pembiayaan yang menunjukkan kemudahan bagi calon nasabah
untuk memahaminya
b. Persyaratan pembiayaan yang menunjukkan kesanggupan/kemudahan bagi
calon nasabah pembiayaan untuk memenuhinya, termasuk ada/tidak adanya
jaminan
c. Waktu pencairan atau realisasi yang menunjukkan kecepatan pihak
d. Lokasi yang menunjukkan kemudahan bagi nasabah pembiayaan untuk
mengakses sumber permodalan yang disediakan
e. Dampak pembiayaan yang menunjukkan tingkat kemanfaatan pembiayaan
Supriatna (2007) mengemukakan karakteristik skim kredit pembiayaan
terdiri atas nilai plafond, jenis agunan, bentuk kredit, lama pinjaman, tingkat suku
bunga dan bentuk serta cara pembayaran.
Dari beberapa Uraian diatas maka dapat disusun faktor-faktor eksternal
yang menjadi variabel penduga ditawarkan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jumlah Sumber Pembiayaan
Jumlah sumber pembiayaan merupakan berapa banyak dana yang dapat
digunakan untuk menjadi sumber pembiayaan bagi usaha tani. Jumlah sumber
pembiayaan ini akan menjadi pertimbangan petani untuk menggunakan sumber
pembiayaan atau tidak disesuaikan dengan kebutuhan usaha tani dan proses
mengembangkan usaha tani sesuai dengan skala yang akan dicapai.
2. Lama Waktu Pinjaman
Lama waktu pinjaman menunjukkan seberapa besar periode yang
disediakan dalam mengembalikan pinjaman. Lama waktu pinjaman ini menjadi
bahan pertimbangan dalam memutuskan konsumen menggunakan sumber
pembiayaan karena karakteristik usaha tani yang memerlukan periode sampai
dapat menghasilkan nilai keuntungan sehingga dapat mengembalikan pinjaman.
3. Tingkat Bunga
Tingkat bunga merupakan nilai yang ditetapkan melalui perhitungan
bahwa para petani pada umumnya akan mengurangi jumlah pinjaman apabila
suku bunga kreditnya tinggi agar supaya jumlah pengembalian kredit masih
berada di tingkat kemampuan usahanya. Ketika harga jual padi tinggi aksesibilitas
petani terhadap kredit bunga tinggi akan meningkat.
4. Mekanisme/Prosedur Peminjaman
Mekanisme/prosedur peminjaman berkaitan dengan aturan-aturan proses
administrasi dan prosedur yang harus ditempuh dalam melakukan pinjaman dana
sebagai sumber pembiayaan. Semakin sulit aturan, proses administrasi dan
prosedur yang akan ditempuh untuk dipahami dan dijalankan maka semakin
membuat konsumen tidak menggunakan dana sebagai sumber pembiayaan usaha
taninya. Demikian pula sebaliknya apabila aturan proses administrasi semakin
mudah maka semakin merangsang konsumen untuk menggunakan dana sumber
pembiayaan bagi usaha taninya.
5. Lokasi
Lokasi merupakan tempat yang dapat diakses konsumen menjadi sumber
dana pembiayaan bagi usaha tani. Kelayakan tempat, jarak dan kemudahan akses
terhadap lokasi menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam menggunakan
sumber pembiayaan bagi usaha tani.
6. Jaminan
Jaminan ini merupakan sebuah janji untuk membayar pinjaman, hal ini
untuk menanggulangi resiko jika tidak dapat melunasinya. Sehingga wajar
sekiranya diadakan jaminan yang sesuai nilainya dengan besarnya pinjaman, serta
2.2 Penelitian Terdahulu
Hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya khususnya
untuk sumber pembiayaan kredit pertanian dan analisis persepsi dan sikap
konsumen adalah sebagaiberikut :
• Supriatna, (2003), Mengenai aksesibilitas petani kecil pada sumber kredit
pertanian di tingkat desa: studi kasus petani padi di NTB. Penelitian tersebut
bersifat deskriptif diuraikan menurut hasil interprestasi data tabulasi.
bersangkutan. Hasil penelitian Kabupaten Lombok Timur NTB dengan padi
sebagai tanaman dominan, mayoritas petani secara umum mengetahui bahwa
tingkat bunga sumber pembiayaan formal memang lebih rendah, tapi
prosedur administrasi dinilai sulit, waktu penyaluran lama/lambat, dan jumlah
kadangkala tidak sesuai seperti yang diharapkan. Sebaliknya, sumber
pembiayaan informal seperti pedagang, pelepas uang dan kelompok, prosedur
administrasi sederhana, waktu pencairan pinjaman cepat/tepat waktu sesuai
kebutuhan tapi dengan tingkat bunga lebih tinggi. Persamaan dari hasil-hasil
kajian empirik tersebut dengan penelitian yang dilakukan ini yaitu
menganalisis sumber-sumber kredit di tingkat petani dan melihat persepsi
masyarakat terhadap lembaga pembiayaan formal di Kabupaten Asahan.
Perbedaan ini dengan penelitian Supriatna yang telah dilakukan sebelumnya
terdapat pada lokasi, tujuan, alat analisis. Pada penelitian ini analisis persepsi
dilakukan dengan Multiatribut Fishbein.
• Karyanto, (2008), Dengan Judul Kajian Kredit Usaha Tani dalam
Peningkatan Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Studi Kasus Kabupaten
Malang. Tujuan penelitian Karyanto ini adalah untuk mengetahui pengaruh
usaha tani padi, metode analisis data yang dipakai dengan menggunakan
analisis fungsi produksi yang diestimasi dengan model Cobb Douglas,
perbedaan dengan penelitian ini adalah pada aspek tujuan penelitian, alat
analisis, lokasi penelitian. Penelitian ini menitik beratkan tujuan penelitian
untuk mengetahui persepsi, sikap, dan faktor yang mempengaruhi minat
penggunaan sumber pembiayaan. Dengan menggunakan Analisis Multiatribut
Fishbein dan Analisis Logit. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada
aspek kajian dan respondennya yang merupakan sektor kredit pembiayaan
formal petani pedesaan.
• Ratri, (2005), Dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Persepsi dan
Sikap Konsumen terhadap Minuman Teh dalam Kemasan Botol Merek
Frestea di Kota Bogor. Tujuan penelitian mengidentifikasi atribut-atribut
produk apa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengkonsumsi
minuman teh dalam kemasan botol, menganalisa persepsi dan sikap
konsumen terhadap atribut produk serta merumuskan implikasinya terhadap
strategi manajerial bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan. Sampling
dilakukan kepada 100 orang, dimana penentuan nama perumahan yang dipilih
dilakukan secara probabilistic dengan teknik acak sistematis (systematic random) dan pemilihan responden dilakukan secara convenience berdasarkan kesediaan responden untuk diwawancarai. Selanjutnya dari hasil penelitian
diperoleh atribut-atribut yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
mengkonsumsi teh dalam kemasan botol yaitu: harga, volume atau isi, aroma,
cita rasa teh murni, variasi rasa, rasa manis, rasa pahit getir, merek terkenal,
analisis pada penelitian ini adalah analisis multiatribut Fishbein diperoleh
skor yang mengindikasikan bahwa frestea kurang disukai oleh konsumen
dibanding teh botol sosro. Persamaan penelitian ini adalah pada kesamaan
alat analisis yang menggunakan analisis Multiatribut Fishbein tetapi berbeda
pada aspek kajiannya yakni produk teh botol dengan kajian produk sumber
pembiayaan formal. Penelitian ini juga berbeda karena pada penelitian yang
akan dilakukan ini tidak hanya meneliti mengenai persepsi dan sikap tetapi
juga menganalisis faktor. Perbedaan juga terdapat pada lokasi penelitan serta
responden penelitian.
2.3 Kerangka Pemikiran
Permodalan untuk pembiayaan usaha pertanian, secara umum berasal dari 2
sumber yaitu dari modal sendiri dan dari pinjaman atau kredit dari pihak lain. Dari
pinjaman dapat dibagi dalam 3 jenis kredit, yakni (i) kredit program pemerintah,
(ii) kredit dari lembaga formal, seperti perbankan/BPR, dan (iii) kredit dari
lembaga informal, seperti pedagang, pelepas uang, kelompok dan sebagainya.
Lembaga kredit formal (perbankan maupun BPR) memiliki potensi yang
besar karena lembaga ini secara legal formal memiliki wewenang untuk
menghimpun dana simpanan masyarakat. Akan tetapi melihat data realisasi
penyerapan kredit formal yang ada seperti KKP-E, KUR pada sektor pertanian
masih sedikit masyarakat yang mengakses lembaga ini untuk menjadikannya
sumber biaya bagi proses produksi usaha tani. Disisi lain sektor pembiayaan
informal menjadi tawaran menarik bagi petani untuk menggunakannya dalam
proses produksi usaha tani. Minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan
berbagai faktor yang berpengaruh dalam mengajukan pinjaman sebagai sumber
pembiayaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan observasi perilaku konsumen
mengenai berbagai faktor, persepsi sikap konsumen yang dalam hal ini petani
untuk mengetahui hidden needs mereka terhadap penggunaan sumber pembiayaan, Pemahaman terhadap kebutuhan konsumen inilah yang nantinya
akan menjadi dasar untuk mengembangkan produk-produk baru yang dapat
diterima dan ideal di mata konsumen. Observasi perilaku sikap dan persepsi
konsumen (petani) tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi faktor- faktor
yang mempengaruhi minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan yang
secara garis besar terdiri dari faktor internal (usia, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, luas lahan, produktivitas, status lahan, pengalaman, jumlah tenaga
kerja) dan faktor eksternal yang menjadi variabel pembentuk persepsi yakni
(jumlah pinjaman, lama waktu pinjaman, tingkat bunga, mekanisme/prosedur,
lokasi, jaminan). Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram kerangka
2.4 Hipotesis
Diduga usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan,
produktivitas, status lahan, pengalaman, jumlah tenaga kerja, jumlah pinjaman,
lama waktu, tingkat bunga, mekanisme, lokasi, jaminan secara parsial maupun
serempak berpengaruh nyata terhadap minat petani untuk menggunakan sumber
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pemilihan Lokasi
Penelitian dilakukan di Kabupaten Asahan, pada bulan Juni-Juli 2013 di
Kecamatan Meranti dan Rawang Panca Arga. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa daerah lokasi penelitian merupakan sentra produksi tanaman pangan padi sawah di Kabupaten
Asahan.
Tabel 1. Luas Tanam dan Panen Komoditi Padi di Kabupaten Asahan Tahun 2012
3.2. Metode Penenetuan Sampel
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
non probability sampling sebanyak 100 orang, di Kecamatan Rawang Panca Arga 50 sampel, di Kecamatan Meranti 50 sampel, yang merupakan daerah sentra
produksi padi sawah seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Rincian Kecamatan, Desa dan Jumlah Sampel
No Kecamatan Desa Jumlah Sampel
1. Rawang Panca Arga Rawang Pasar IV
3.3. Metode Pengumpulan Data
Tujuan penelitian hanya dapat dijawab jika ada data yang menunjang. Data
yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung,
wawancara dan penyebaran kuesioner. Dalam penelitian ini data primer akan
diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada para konsumen sebagai
2. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut baik oleh
pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain yang diperoleh dari
berbagai sumber studi literatur diantaranya adalah Badan Pusat Statistik,
Instansi Pemerintahan, dan informasi lainnya dari internet, tabloid, majalah
serta hasil-hasil penelitian terdahulu
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan wawancara
langsung (face to face interview) kepada responden. Wawancara dilakukan dengan panduan daftar pertanyaan atau kuesioner yang terstruktur (structured questionnaire). Jenis pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner merupakan pertanyaan non terstruktur (terbuka) dan pertanyaan terstruktur (tertutup).
Pertanyaan terstruktur (tertutup) adalah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa
sehingga responden dibatasi untuk memberi jawaban kepada beberapa alternatif
jawaban tertentu. Pertanyaan non terstruktur (terbuka) adalah bentuk pertanyaan
yang jawabannya ditentukan oleh responden.Teknik penskalaan yang digunakan
adalah non comparative scale, yaitu likert scale dan semantic differential scale
dalam lima dan tujuh variasi jawaban.
3.4. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif,
analisis multiatribut Fishbein dan analisis logit.
Metode analisis yang digunakan untuk tujuan pertama adalah analisis
multiatribut Fishbein dengan melihat nilai persepsi tingkat kepentingan, nilai
persepsi tingkat kepercayaan dan nilai sikap yang terbentuk dari nilai persepsi
tingkat kepentingan dan nilai persepsi tingkat kepercayaan. Atribut yang paling
perhatian utama.
Untuk menjawab tujuan penelitian kedua digunakan analisis logit dengan
memperhatikan nilai taraf signifikasi, uji wald, nilai odd ratio. Untuk uji
kebaikan model digunakan uji hosmer.
3.4.1. Analisis Multi Atribut Fishbein
Analisis multiatribut fishbein digunakan untuk menjawab penelitian
pertama guna mengetahui nilai persepsi dan sikap. Nilai sikap akan terbentuk
setelah terjadi kombinasi antara nilai persepsi tingkat kepentingan dan nilai
persepsi tingkat kepercayaan. Perhitungan variabel dilakukan menggunakan skala
pengukuran interval, dengan instrumen pertanyaan menggunakan skala likert
untuk persepsi tingkat kepentingan responden dan skala Semantic deferential
untuk data persepsi tingkat kepercayaan responden.
Dengan jumlah kelas yang dibuat terdiri dari 5 kelas, maka interval
nilainya adalah (5-1) / 5 = 0,80. Berdasarkan hasil perhitungan kemudian
ditentukan skala penilaian tingkat kepentingan dengan melakukan penjumlahan
yang dimulai dari menjumlahkan bobot terkecil dengan rentang kriteria yang
dihasilkan sehingga diperoleh skala penilaian
Tingkat Kepentingan Produk diperoleh berdasarkan prioritas yang
diberikan oleh responden, kemudian hasil tersebut dipetakan dalam rentang skala.
Perolehan rentang skala tersebut merupakan hasil dari nilai tertinggi (5) dan nilai
terendah (1) dan hasilnya dibagi dengan skala yang dibuat (5). Sehingga hasilnya
1,00 - 1,80 = Sangat Tidak Penting
1,81 - 2,60 = Tidak Penting
2,61 - 3,40 = Biasa Saja
3,41 - 4,20 = Penting
4,21 - 5,00 = Sangat Penting
Data tingkat kepercayaan responden diukur menggunakan skala
pengukuran interval, instrumen pertanyaan menggunakan Semantic Deferintial. Metode ini dibuat dengan menempatkan dua skala penilaian dalam titik ekstrim
yang berlawanan yang biasa disebut bipolar. Biasanya di antara titik ekstrim di dapati 5 atau 7 tititk-titik butir skala dimana responden menilai suatu konsep atau
lebih pada setiap butir skala. Skala ini bentuknya tidak pilihan ganda tetapi
tersusun dalam satu garis kontinu yang jawaban “sangat positifnya” terletak di
bagian kanan garis, dan jawaban “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau
sebaliknya.
Contoh tampilan butir-butir skala semantic diferential sebagai berikut :
Kecil 1 —–,2 ——,3 ——,4 ——,5 ——, Besar
Sulit 1—–, 2——, 3——, 4 ——,5 ——, Mudah
Dengan jumlah kelas yang dibuat terdiri dari 5 kelas, maka interval
nilainya adalah (5-1) / 5 = 0,80. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kemudian
ditentukan skala penilaian dengan melakukan penjumlahan yang dimulai dari
menjumlahkan bobot terkecil dengan rentang kriteria yang dihasilkan sehingga
diperoleh skala penilaian sebagai berikut:
1,00 - 1,80 = Sangat Tidak Dipercaya
1,81 - 2,60 = Tidak Dipercaya
2,61 - 3,40 = Biasa Saja
3,41 - 4,20 = Dipercaya
Setelah didapatkan nilai dari persepsi tingkat kepentingan dan persepsi
tingkat kepercayaan, selanjutnya dapat diketahui pembentukan nilai sikap. Dalam
analisis sikap responden, model sikap multiatribut Fishbein menjelaskan bahwa
sikap konsumen terhadap suatu obyek sangat ditentukan oleh sikap konsumen
terhadap atribut-atribut yang dievaluasi (Sumarwan, 2003). Model ini
mengemukakan bahwa atribut dari obyek tertentu didasarkan pada tingkat
kepentingan dan tingkat kepercayaan mengenai atribut obyek yang bersangkutan,
yang telah diberi bobot. Rumus model ini adalah sebagai berikut (Engel et al., 1994 ).
A0 : sikap keseluruhan konsumen terhadap obyek
bi : kekuatan kepercayaan konsumen bahwa pembiayaan formal memiliki
atribut i
ei : evaluasi konsumen mengenai atribut i
n : atribut-atribut
Variabel asal yang menginterpretasikan atribut produk yang ideal di
mata responden, berasal dari faktor eksternal yang ada pada konsumen yang
terdiri dari antara lain kuantitas/jumlah dana yg dapat diperoleh , tingkat
bunga prosedur administrasi, lokasi, waktu pinjaman, jaminan, variabel- variabel
ini ditentukan berdasarkan referensi dari beberapa penelitian terdahulu
mengenai perilaku konsumen, serta hasil pengamatan pra survei. Atribut-atribut
produk tersebut dinilai telah mencakup keseluruhan atribut produk ideal yang
3.4.2 Analisis Regresi Binary Logistic
Analisis Regresi Binary Logistic digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian kedua. Analisis ini menggunakan analisis Logistic Regresision Model
untuk menunjukkan probabilitas suatu minat masyarakat dalam berhubungan
dengan bank syariah. Probabilitas ini didasarkan pada asumsi mengenai variabel
random yang diteliti berbentuk logistic distribution function model. Menurut
Gujarati (2000) Logistik Model berasal dari Logistic Distribution Function
X2 Tingkat Pendidikan (Tidak Sekolah = 1, SD=2, SMP=3, SMU=4, Diploma =5,
Sarjana=6)
X3 Tingkat Pendapatan (Rupiah)
X4 Luas Lahan (Ha)
X5 Produktivitas (Ton)
X6 Status Lahan (0 = sewa, 1 = milik sendiri)
X7 Pengalaman Bertani (Tahun)
X8 Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
X9Jumlah Pinjaman yang dapat diakses(0= kecil, 1= besar)
X10 Jangka Waktu Pembiayaan (0= Cepat, 1= Lama)
X11 Tingkat Bunga ( 0= Tinggi, 1= Rendah)
X12 Mekanisme dan Prosedur Peminjaman (0= sulit, 1= mudah)
X13 Lokasi Sumber Pembiayaan (0= Jauh, 1= dekat)
X14 Jaminan sumber pembiayaan (0= Memberatkan, 1= Memudahkan)
εi = Kesalahan pengganggu
Untuk menguji hipotesis digunakan model Hosmer and Lemeshow’s