TANGGAP TANAMAN
KEDELAI
(Glycine
max (L.) Merr.) DAN PADI
(Oryza sativaL.)
PADA PERTANAMAN TUMPANGSARI DI LAHAN SAWAH
DENGAN MENGGUNAKAN POLA BARIS PADI DAN
VARIETAS KEDELAI YANG BERBEDA
OLEH
:DWIANA WASGITO PURNOMO
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
DWIANA WASGITO PURNOMO. Tanggap Tanaman Kedelai dan Padi pada
Pertanaman Turnpangsari di Lahan Sawah dengan Menggunakan Pola Baris Padi
dan Varietas Kedelai yang Babeda. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ
sebagai ketua dan MUNIF GHULAMAHDI sebagai anggota.
Lahan sawah dapat dimanfaatkan untuk budidaya kedelai jenuh air secara
tumpangsari dengan padi. Pengaturan pola baris padi dan penggunaan varietas
kedelai yang tepat akan menentukan produktivitas pertanaman tumpangsari
kedelai dan padi. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Babakan Sawah
milik IPB pada bulan April sampai September 2001. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Petak Terpisah dengan pola baris padi sebagai petak utama yaitu pola
2, 3, 4, dan 5 baris padi; sedangkan varietas kedelai sebagai anak petak yaitu
varietas Willis dan Bromo.
Secara umum pertanaman tumpangsari kedelai-padi dengan pola tiga baris
padi menghasilkan perturnbuhan dan produksi kedelai tabaik, sedangkan per-
tumbuhan dan produksi padi terbaik dihadkan dengan pola ernpat baris padi.
Pertanaman tumpangsari kedela- varietas Willis dengan pola ernpat baris padi
menghasilkan keuntungan tertinggi dengan nilai nisbah kesetaraan lahan sebesar
.
1.3 57 dan peningkatan pendapatan sebesar 39.12 sampai 60.03 % dari pertanaman monokulturnya. Tenaga kerja yang dicurahkan pada pertanaman tumpangsariTANGGAP TANAMAN
KEDELAI (Glycine
max (L.) Merr.) DAN PADI (Olyza sativa L.)
PADA PERTANAMAN TUMPANGSARI DI LAHAN SAWAH
DENGAN MENGGUNAKAN POLA BARIS PADI DAN
VARIETAS KEDELAI YANG BERBEDA
OLEH
DWIANA WASGITO PURNOMO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Program Studi Agronomi
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
" TANGGAP TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) DAN
PADI (Olyto sativa L.) PADA PERTANAMAN TUMPANGSARI DI LAHAN SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN POLA BARIS PADI DAN VARIETAS KEDELAI YANG BERBEDA
"
adalah benar hasil karya saya sendiri. Semua sumber data dan informasi yang
digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenammya.
Bogor, 24 Januati 2002
Judul Tesis : Tanggap Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) dan Padi
(Oryza sativa L.) pada Pertanaman Turnpangsari di Lahan
Sawah dengan Menggunakan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda
Nama : Dwiana Wasgito Purnomo
NRP : 99053
Program Studi : Agronomi
Menyetujui
1 . Komisi Pembirnbing
Dr. It-. Hi. Sandra Arifin Aziz. MS
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Sudirman Yahva M.Sc
Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 21 April 1968 sebagai anak
kedua dari tujuh bersaudara, merupakan putra dari pasangan Saryono
Siswowardoyo ( a h ) dengan Mudjidjatin. Penulis menikah dengan Ir. Iva
Pumomo pada tahun 1 993.
Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi Fakultas Perta-
nian Universitas Cenderawasih, lulus tahun 1992. Pada tahun 1999, penulis
diterima sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada
Program Studi Agronomi dengan memperoleh beasiswa BPPS dari Dikti
Depdikbud. Penulis bekerja sebagai Dosen di Fakultas Pertanian Universitas
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronomi.
Usaha peningkatan hasil kedelai sering dihadapkan pada kendala
ketersediaan lahan produktif yang semakin berkurang. Lahan-lahan sawah yang
tersedia dapat dirnanfaatkan untuk budidaya kedelai jenuh air yang &tanam secara
tumpangsari dengan padi. Penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut dengan
melakukan penelitian yang berjudul " Respon tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) dan padi (Oryza sativa L.) pada pertanaman tumpangsari di lahan sawah
dengan menggunakan pola baris padi dan varietas kedelai yang berbeda "
Penulis menyampaikan penghargaan kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Sandra Arifin
Aziz, MS dan Bapak Dr.1r. Munif Ghulamahdi, MS selaku pembimbing; d m
ucapan terima kasih disampaikan pula kepada bapak Koko dan bapak Adang serta
seluruh pihak yang telah mernbantu pelaksanaan penelitian. Ungkapan bahagia
penulis persembahkan buat orang-orang tercinta : istriku Ir. Ivy Purnomo, Ibu, Bapak (dm) dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan tesis ini, insya Allah pada kesempatan lain dapat diperbaiki dengan
memperhatikan saran d m kritik dari pembaca. Semoga tesis ini bemanfaat.
Bogor, Januari 2002
DAFTAR IS1
Halaman
...
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
PENDAHULUAN ...
Latar Belakang ...
Tujuan Penelitian ...
Hipotesis ...
TINJAUAN PUSTAKA ...
Budidaya Tanaman Di Lahan Sawah ...
Sistem Pertanaman Turnpangsari ...
Faktor Jenis dan Varietas Tanaman Pada Sistem Tumpangsari ...
Faktor Jarak Tanam Pada Sistem Tumpangsari ...
METODE PENELITIAN ...
Tempat dan Waktu ...
Bahan dan Alat ...
...
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian ...
Pengamatan ...
HASIL DAN PEMBAHASAN ...
\ Keadaan Tanaman di Lapang ...
Komponen Pertumbuhan Tanaman Kedelai ...
Komponen Produksi Tanaman Kedelai ...
Komponen Pertumbuhan Tanaman Padi ...
Komponen Produksi Tanaman Padi ...
Evaluasi Sistem Pertanaman Turnpangsari ...
KES IMPULAN DAN SARAN ...
Kesimpulan ...
Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
vii
DAFTARTABEL
Halaman
Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas
...
Kedelai yang Berbeda 2 1
Rata-rata Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Bintil Akar dan Jumlah Cabang Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda ... 23
Rata-rata Waktu Berbunga, Jumlah Polong Bernas, Jumlah Polong Hampa, Bobot Biji Panen dan Bobot 100 Biji Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tum- pangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda ... 2 5
Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas
...
Kedelai yang Berbeda 27
Rata-rata Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar, dan Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda ... 29
Rata-rata Pengamatan Komponen Produksi Tanaman Padi pada Per- tanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola
...
Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda 3 1
Pengaruh Pola Baris Padi pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai- padi di Lahan Sawah Terhadap Total Bobot Kering Tajuk Relatif clan
Hasil Relatif ... 34
Evaluasi Sistem Pertanaman Monokultur dan Tumpangsari
di
Lahan Sawah dari Tanaman Kedelai dan Padi yang Didasarkan pada Hasil...
DAFTAR GAMBAR
Bentuk Petak Percobaan Sistem pert an am^ Tumpangsari Kedelai
...
dan Padi di Lahan Sawah 14
Pertumbuhan Tanaman Kedelai Umur 14 Hari Setelah Tanam Saat Mulai Dilakukan Penggenangan ... 18
Pertumbuhan Tanaman Kedelai Umur 21 Hari Setelah Tanam Saat
...
Pemindahan Bibit Padi ke Lapang 18
Pertumbuhan Tanaman Kedelai Umur 49 Hari Setelah Tanam ... 19
Pertumbuhan Tanaman Padi dan Kedelai Umur 70 Hari Setelah Tanam ... 19 Bobot Kering Tajuk Tanaman Kedelai Umur 10 MST pada Perta- naman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris
...
Padi yang Berbda 24
Bobot Biji Panen per Petak Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tum- pangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Berbeda ... 26
Bobot Kering Tajuk T m a m Padi LJmw 12 MST pada Pertmaman
Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Berbeda ... 30
Bobot Gabah Pangn per Pet& Tmaman Padi pada Pertanaman Tum- pangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Berbeda ... 33
Kurva Total Bobot Kering Tajuk Relatif Akibat Persaingan Tanaman pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah ... 35
Kurva Total Hasil Relatif Akibat Persaingan Tanaman pada Perta-
...
naman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah 35
Sebaran Curahan Tenaga Kerja pada Setiap Kegiatan Dalam Usaha- tani Kedelai dan Padi yang Ditanam Secara Monokultur maupun Tunpangsari
...
,....
39Sebaran Curahan Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Kegiatan Usaha- tani Kedelai dan Padi yang Ditanam Secara Tumpangsari ... 40
Sebaran Curahan Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Kegiatan Usaha-
...
DAFTAR LAMPIRAN
... 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Willis dan Bromo 45
-
...
2. Deskripsi Tanaman Padi Varietas IR 64 46
3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai ... 47 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pola Baris Padi dan Varietas
Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi
...
48 5. Pendapatan per Hektar Usaha Pertanaman Tumpangsari Kedelai...
Varietas Willis dan Padi di Lahan Sawah 49
6. Pendapatan per Hektar Usaha Pertanaman Tumpangsari Kedelai Varietas Bromo dan Padi di Lahan Sawah
...
50 7. Pendapatan per Hektar Usaha Pertanaman Monokultur Kedelai dan...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsumsi kedelai untuk kebutuhan pangan - manusia dan pakan ternak meningkat 2.41 persen per tahunnya, padahal produksi nasional terus menurun
sekitar 0.81 pasen per tahun, sehingga dalam lima tahun terakhir pemerintah
masih mengimpor biji kedelai rata-rata 0.8 juta ton per tahun (Bulog, 2000).
Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan perluasan areal penanaman
maupun peningkatan produksi per satuan luas, namun sejak beberapa tahun
terakhir lahan pertanian telah banyak dikonversi menjadi lahan industri dan
perumahan yang dapat berakibat semakin turunnya produksi kedelai. Selama
sepuluh tahun (1983 - 1993) terjadi penyusutan lahan produktif di pulau Jawa
seluas 0.9 juta hektar (BPS, 1995). Semalun sempitnya lahan produktif dapat
dijadikan pertimbangan untuk mencoba berbagai cara manipulasi tanarnan dan
lingkungan dalarn usaha peningkatan produksi tanaman.
Teknik budidaya jenuh air merupakan cara manipulasi lingkungan yang
berpangkal dari prinsip pengaturan sistim tata air, dimana air diberikan tens
menerus dengan tinggi muka air tetap sehingga lapisan tanah di bawah perakaran
menjadi jenuh air (Hunter et al., 1980; Sumamo, 1986). Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanaman kedelai dapat tumbuh dan berproduksi lebih baik
pada kondisi jenuh air dibandingkan cara irigasi biasa maupun tadah hujan
(Sumamo, 1986; Griffin dan Saxton, 1996 ; Ghulamahdi, 1999).
Penerapan teknik budidaya jenuh air dapat dilakukan pada areal
penanaman dengan irigasi cukup baik maupun pada areal dengan drainase kurang
2
sebagian dapat dimanfaatkan untuk penanaman kedelai dan padi secara turnpang
sari. Pola tumpangsari dapat meningkatkan prod&vitas lahan karena faktor-
faktor tumbuh yang ada dapat dimanfaatkan seefisien mungkin dengan cara
L
menanam dua atau lebih jenis tanaman secara serentak pada sebidang tanah yang
sama dengan pengaturan jarak tanam tertentu (Eff'endy dan Mc. Intosch, 1976;
Gomez dan Gomez, 1 983).
Tumpangsari kedelai dan padi dimunglunkan karena kombinasi tersebut
dapat menimbulkan efek komplementer yang menguntungkan. Kedelai dapat
memfiksasi nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhlzobium japonrcum,
sedangkan padi merupakan konsumen nitrogen dalam jurnlah besar. Selain itu
umur panen kedelai yang lebih cepat akan memberikan kesempatan kepada padi
untuk memanfaatkan cahaya penuh pada fase pengisian dan pematangan gabah.
Intensitas cahaya yang rendah pada fase pengisian dan pematangan dapat
menurunkan karbohidrat yang terbentuk dan meningkatkan nitrogen yang larut
dalam gabah, sehingga akan meningkatkan gabah hampa (Bharali et al., 1995).
Kendala ekologi yang dihadapi pada pola tumpangsari adalah adanya
persaingan dalam pernanfaatan faktor-faktor tumbuh antar spesies maupun antar
tanaman. Proporsi pemanfaatan faktor-faktor tumbuh oleh jenis atau tanaman
yang satu terhadap lainnya menunjukkan besarnya persaingan yang terjadi.
Semakin besar tingkat persaingan yang terjadi akan menurunkan pertumbuhan
dan hasil tanaman. Persaingan dalam pemanfaatan cahaya, unsur hara dan air
lebih mudah terlihat pengaruhnya pada pola tumpangsari, sehingga diperlukan
pemilihan varietas, jenis tanaman dan jarak tanam yang tepat (Gomez dan Gomez,
Pemilihan varietas kedelai berkaitan dengan umur tanaman kedelai dan
kemampuan adaptasi pada budidaya jenuh air di lahan sawah. Respon varietas ke-
delai pada budidaya jenuh air berbeda-beda. Ghulamahdi (1999) melaporkan
-
bahwa pada budidaya jenuh air, penggunaan varietas kedelai yang berumur pan-
jang mempunyai pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi dibandingkan yang
berumur pendek. Namun pada kondisi lingkungan tanaman ganda, persaingan
antar spesies akan semakin besar dengan lama keberadaannya secara bersama-
sama. Kesesuaian jenis tanaman dan lingkungannya sangat dibutuhkan dalam
mendukung peningkatan produktivitas sistem pertanaman tumpangsari. Tanaman
kedelai mempunyai tajuk yang lebih lebar, sehingga diperlukan pengaturan pola
baris padi dan pemilihan varietas kedelai yang sesuai untuk mengurangi tingkat
persaingan pada pertanaman tumpangsari kedelai-padi di lahan sawah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap tanaman kedelai dan
padi terhadap sistem pertanaman tumpangsari di lahan sawah dengan mengguna-
kan pola baris padi dan varietas kedelai yang berbeda. Selain itu penelitian ini
juga bertujuan untuk menganalisis keuntungan sistem pertanaman tumpangsari
antara kedelai dan padi di lahan sawah.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menentukan varietas kedelai
yang ditanam dengan pola baris padi yang optimum dalam sistem pertanaman
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Pola baris padi yang digunakan pada sistem pm-tanaman tumpangsari kedelai-
padi di lahan sawah nyata mempengasuhi pertumbuhan dan produksi tanaman
kedelai dan padi.
2. Varietas kedelai yang digunakan pada sistem pertanaman tumpangsari ke-
delai-padi di lahan sawah nyata mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman kedelai dan padi.
3. Interaksi antara pola baris padi dan varietas kedelai yang digunakan pada sis-
tern pertanaman tumpangsari kedelai-padi di lahan sawah nyata mempenga-
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Tanaman Di Lahan Sawah
Budidaya Kedelai Jenuh Air
Pemanfaatan lahan yang tergenang untuk penanaman palawija dikenal
dengan sistem surjan. Bedengan yang digunakan cukup besar sehingga
-
memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya jenuh air.
Budidaya jenuh air telah dilaksanakan pada tanaman kedelai dan juga pada
tanaman jagung, ukuran bedengannya lebih kecil yaitu lebar 25 - 30 cm dan
tinggi 15 -20 a.
Budidaya kedelai jenuh air merupakan penanaman kedelai dengan
pemberian air terus-menerus diantara bedengan dengan tinggi muka air tetap
sehingga lapisan tanah dibawah perakaran menjadi jenuh air (Hunter et al., 1980;
Sumamo, 1986). Ketinggian muka air dipertahankan beberapa sentimeter di
bawah permukaan tanah, berbeda dengan budidaya padi sawah yang tinggi
permukaan airnya berada di atas permukaan tanah.
Tanaman kedelai akan mengalami proses akhatisasi dan biasanya terlihat
selama dua minggu setelah tanah jenuh air dan selanjutnya dapat memperbaiki
pertumbuhannya (Hunter et al., 1980). Pada saat jenuh air, suplai oksigen untuk
respirasi akar menurun, terbentuknya senyawa beracun dan kandungan N dalam
jaringan tanaman menurun (Crawford, 1978). Pori-pori tanah akan terisi air
menyebabkan tidak terjadi pertukaran gas sehingga konsentrasi oksigen
diperakaran menurun. Bakteri anaerob akan mereduksi nitrat menjadi komponen
6
berkurang, maka akan terjadi redistribusi N dari daun tua ke daun muda (Drew
dan Sisworo, 1978).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kedelai dapat
turnbuh dan berproduksi lebih baik pada kondisi jenuh air dibandingkan cara
irigasi biasa maupun tadah hujan (Sumarno, 1986; Griffin dan Saxton, 1996 ;
Ghulamahdi, 1999). Pada budidaya kedelai dengan cara irigasi biasa maupun
\
tadah hujan, tanaman akan mengalami cekaman air sebelum irigasi diberikan atau
tidak ada hujan, sebaliknya tanaman akan kelebihan air bila musim hujan.
Kondisi yang tidak stabil ini menyebabkan perkembangan bintil akar dan aktivitas
nitrogenase menurun. Pemberian air yang terus-menerus dengan tinggi
permukaan air tetap dapat menciptakan lingkungan yang stabil dan menjamin
ketersediaan air. Pada budidaya jenuh air, pembentukan bintil a k a meningkat
yang selanjutnya meningkatkan aktivitas nitrogenase d m meningkatkan serapan
hara dam (Nathanson et al., 1984; Sumarno, 1986; Ghulamahdi, 1999).
Mekanisme adaptasi tanaman pada kondisi jenuh air dimulai dengan ,
meningkatnya kandungan ACC (1 aminocyclopropene 1 carboxylic acid) yang
diikuti meningkatnya kandungan ethylene akar (Jackson, 1997; Ghulamahdi,
1999). Zat etilen akan mengaktifkan enzim selulase yang menentukan
perkembangan jaringan aerencima sehingga akan meningkatkan permeabilitas 0 2
ke perakaran tanaman (Kawase, 1981).
Secara morfologi, tanaman yang toleran akan membentuk akar adventif.
Pada keadaan anaerob, translokasi auksin dan asimilat ke perakaran terharnbat
sehingga terjadi akumulasi pada pangkal batang dan merangsang pembentukan
7
akar adventif ini akan meningkatkan jumlah akar rambut, sehingga meningkatkan
luas pexmukaan serapan ham oleh akar.
Budidaya Padi Sawah
Budidaya padi umumnya dilakukan di lahan sawah, karena tanaman padi
mempunyai kernampuan adaptasi terhadap kelebihan air. Lahan sawah dibatasi oleh galengan sehingga mampu menahan air untuk memenuhi kebutuhan
tanaman selama masa pertumbuhan.
\
Tanaman padi mempunyai tiga fase pertumbuhan yaitu fase vegetatif, fase
reproduktif dan fase pemasakan. Fase vegetatif akan mengalami pertumbuhan
yang cepat dimulai dari pertumbuhan bibit sampai terbentuknya anakan
maksimal, kemudian akan lambat sampai inisiasi malai (Kim et al., 1991).
Pembentukan anakan dimulai pada minggu kedua setelah transplanting dan
jumlah anakan maksimal akan dicapai pada minggu ke enarn. Fase vegetatif yang
panjang dapat membentuk anakan lebih banyak, namun ketersediaan air dan unsur
hara merupakan faktor pembantas bagi pembentukan dan pertumbuhan anakan.
Pada budidaya pa& sawah sebelum transplanting dilakukan pelumpuran
agar tercipta struktur tanah yang gembur sehingga akar mudah tumbuh d m
berkembang. Penggenangan dilakukan seminggu setelah transplanting sampai
masak fisiologis.
Penggenangan akan mengubah lingkungan tanaman dari keadaan aerob
menjadi anaerob yang mempunyai kandungan oksigen rendah. Keadaan ini akan
8
(Crawford, 1978). Nitrat dalam keadaan anaerob akan direduksi menjadi N2 dan
N 2 0 yang tidak tersedia bagi tanaman.
Untuk mengurangi p e n g d negatif oleh penggenangan perlu dilakukan
pergantian air melalui air irigasi. Air dialiri terus menerus sehingga zat-zat
beracun yang terbentuk dapat tecuci.
Sistem Pertanaman Tumpangsari
Sejak petani mengenal sistern budidaya pertanian, telah diterapkan
penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada aidang lahan, yang dikenal
dengin sistem bercocok tanam ganda. Tumpangsari merupakan salah satu bentuk
sistern bercocok tanam ganda yang dilakukan dalam jarak tanam yang teratur.
Penanaman dilakukan secara serentak dalam barisan-barisan yang berselang-
seling antara setiap jenis tanaman (Effendy dan Mc. Intosch, 1976; Gomez dan
Gomez, 1983).
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penanaman pola tumpangsari antara
lain : produktivitas lahan per satuan luas lebih tinggi, pernanfaatan faktor
lingkungan lebih efisien, memperkecil resiko kegagalan hasil, mempertahankan
kesuburan tanah, clan penyediaan pangan lebih teratur (IRRI, 1973; Gomez dan
Gomez, 1983).
Secara umum hasil setiap jenis tanaman pada pola tumpangsari lebih
rendah dibandingkan hasil setiap jenis tanaman pada pola monokulturnya. Hasil
per jenis tanaman yang diperoleh pada pola tumpangsari lebih rendah, namun
secara komunitas per satuan luas lahan yang sama, hasil yang diperoleh akan lebih
Evaluasi pengaruh sistem pola tumpangsari terhadap hasil tanaman secara
keseluruhan cukup sulit, karena sifat dan ukuran hasil dari setiap jenis tanaman
berbeda. Pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menghttung nisbah
kesetaraan lahan. Nisbah kesetaraan lahan (NKL) menggambarkan areal lahan
yang dibutuhkan untuk total produksi monokultur yang setara dengan 1 hektar
produksi tumpangsari pada tingkat pengelolaan tertentu. Nilai NKL yang lebih
besar dari satu menunjukkan bahwa pola tumpangsari lebih menguntungkan
dibandingkan pola monokultur (Effendy dan Mc. Intosch, 1976).
L
Adanya persaingan merupakan masalah yang tidak dapat dihindari pada
pola tumpangsari. Semakin besar tingkat persaingan yang terjadi akan
berpengaruh negatif terhadap hasil tanaman yang diperoleh. Besarnya tingkat
persaingan tergantung dari tingkat ketersediaan faktor tumbuh bagi tanaman yang
meliputi iklim, unsur hara dan air; dan sifat komunitas tanaman yang meliputi
kebutuhan, populasi dan susunan tanaman (IRRI, 1973; Effendy dan Mc. Intosch,
1976). Persaingan dalam pemanfaatan cahaya, unsur hara dan air lebih mudah .
terlihat pengaruhnya pada pola tumpangsari, sehingga diperlukan pemilihan
varietas, jenis tanaman dan jarak tanam yang tepat (Gomez dan Gomez, 1983).
Faktor Jenis dan Varietas Tanaman Pada Sistem Tumpangsari
Jenis tanaman pada sistem pola tumpangsari dapat berupa tanaman
semusim atau atau tanaman semusim diantara tanaman tahunan.. Pernilihan
kombinasi tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi per
tanaman. Effendy dan Mc. Intosch (1976) mengatakan bila tanaman tumbuh
10
spesies atau antara tanaman. Persaingan terjadi apabila masing-masing spesies
tanaman memerlukan kebutuhan hidup yang sama, sedangkan faktor tumbuh yang
tersedia terbatas.
Tumpangsari kedelai dan padi dimungkmkan karena kombinasi tersebut
dapat menirnbulkan efek komplementer yang menguntungkan. Kedelai dapat
memfiksasi nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium japonicum,
sedangkan padi merupakan konsumen nitrogen dalam jurnlah besar. Selain itu
umur panen kedelai yang lebih cepat akan memberdm kesempatan kepada padi
untuk memanfaatkan cahaya penuh pada fase pengisian dan pematangan gabah.
Intensitas cahaya yang rendah pada fase pengisian dan pematangan dapat
m e n d a n karbohidrat yang terbentuk dan meningkatkan nitrogen yang larut
dalam gabah, sehingga akan meningkatkan gabah hampa ( B M i et al., 1995).
Ketersediaan asimilat berkorelasi dengan pengisian gabah. Ketersediaan asimilat
yang cukup akan meningkatkan persentase gabah bernas (Kobata et al., 2000).
Faktor Jarak Tanam Pada Sistem Tumpangsari
Pengaturan jarak tanam tergantung dari sifat tanaman, iklim, kesuburan
tanah dan sistem pertanaman yang digunakan. Jarak tanam yang digunakan pada
sistem tumpangsari akan berbeda dengan sistem monokultur. Jarak tanam akan
mempengaruhi populasi tanaman per satuan luas. Peningkatan populasi tanaman
sampai batas tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman, namun peningkatan
selanjutnya akan m e n d a n hasil karena terjadi persaingan terhadap faktor
11
Jarak tanam yang terlalu rapat pada pola tumpangsari akan menyebabkan
persaingan yang tinggi, terutama terhadap kebutuhan intensitas cahaya matahari
dan unsur hara. Kebutuhan intensitas cahaya untuk setiap fase pertumbuhan
tanaman berbeda, awal pertumbuhan relatif lebih kecil kemudian meningkat dan
mencapai maksimurn pada fase pembesaran buah, selanjutnya akan menurun
sampai panen (Cabuslay et al., 1995). Tanaman padi membutuhkan intensitas
cahaya matahari mulai dari fase vegetatif sampai pengisian gabah sekitar 400 -
600 kaVcm2hari (Kim et al., 1991). Apabila intensitas cahaya rendah pada fase
reproduksi dan fase pernatangan akan menurunkan hasil gabah (Vijayalakshmi et
al., 1 99 1 ; Bharali et al., 1 995).
Hasil penelitian pola tumpangsari jagung dengan kedelai menunjukkan
bahwa penggunaan jarak tanam jagung 40 crn x 100 cm merupikm jarak tanam
optimal, karena menghasilkan nilai NKL tertinggi (Sutiyono, 1982), sedangkan
pola tumpangsari jagung dan ubi kayu, penggunaan jarak tanam jagung 50 cm x
100 cm menghasilkan berat biji kering tertinggi (Guritno, 1984). Pada pola
tumpangsari jagung manis dengan kacang hijau di bawah pertanaman kelapa
menunjukkan bahwa penggunaan jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Sawah Babakan Dramaga
milik Institut Pertanian Bogor, berlangsung dari bulan April sampai September
2001.
Bahan dan Alat
Bahan d m peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meniputi : benih kedelai varietas Wilis dan Bromo; bemh padi varietas IR 64; pestisida; Bio-Lestari
sebagai perangsang bintil akar kedelai; pupuk urea, TSP dan KCl; peralatan olah
tanah, meteran, timbangan, oven , dan peralatan tulis menulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini disusun dengan Rancangan Petak Terpisah yang
diaplikasikan pada rancangan lingkungan acak kelompok. Pola baris padi
digunakan sebagai petak utama yang terdiri dari : B1 (2 baris padi dan 1 baris kedelai), B2 (3 baris padi dan 1 baris kedelai ), B3 (4 baris padi dan 1 baris kedelai) dan B4 (5 baris padi dan 1 baris kedelai), sedangkan varietas kedelai
digunakan sebagai anak petak yang terdiri dari : varietas Wilis dan varietas Bromo. Dari kedua faktor perlakuan tersebut diperoleh 8 kombinasi perlakuan,
setiap kombinasi tersebut diulang 4 kali sehingga diperlukan 32 petak percobaan.
Model matematis dari rancangan yang digunakan adalah :
Y ijk = nilai pengamatan akibat pengaruh jumlah baris padi ke-i dan
varietas kedelai ke-j pada ulangan ke-k.
P
= nilai rata-rata umump k = pengaruh kelompok ke-k
a i = pengaruh perlakuan pola baris padi ke-i
6 ik = pengaruh acak dari perlakuan pola baris padi ke-i pada
kelompok ke-k
I3 j = pengaruh palakuan varietas kedelai ke-j
aa ij = pengaruh interaksi dari perlakuan pola baris padi ke-i dan
varietas kedelai ke-j
E ijk = pengaruh acak dari varietas kedelai ke-j pada perlakuan pola
baris padi ke-i dan kelompok ke-k
Untuk menghltung nilai njsbah kesetaraa.n lahan dip&lukan perlakuan
i
sistem pertanaman monokultur
A
bagai pembanding yang terdiri dari : MI (kedelai varietas Wilis monokultur); M2 (kedelai varietas Bromo monokultur);dan M3 (padi varietas IR 64 monokultur). Masing-masing perlakuan pembanding
diulang 2 kali sehingga diperlukan 6 petals percobaan tambahan.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam untuk mengetahui
pengaruh dari perlakuan yang dicobakan. Bila hasil analisis tersebut berpengaruh
nyata, maka dilanjutkan uji beda rata-rata menggunakan uji wilayah berganda
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Lahan
Tanah diolah kemudian dibuat petak utama berukuran 4 m x 10 m dan
didalamnya dibuat anak petak berukuran 4 m x 5 m. Setiap petak dikelilingi oleh
s a l m air dengan kedalaman 20 cm dan lebar 30 cm. Untuk penanaman kedelai
dibuat guludan setinggi
*
15 cm dan lebar k 30 cm , jumlah guludan disesuaikandengan perlakuan jumlah baris padi. Bentuk petak percobam sistem pertanaman
turnpang sari kedelai dan padi dapat dilihat pada Gambar 1.
kedelai
7
Galengad
saluran air
Gambar 1. Bentuk Petak Percobam Sistem Pertanaman Tumpangsari Kedelai dan Padi di Lahan Sawah.
Persemaian Padi
Sebelum penyemaian, benih padi diberi perlakuan perendaman selama 1
hari kemudian dicampur dengan insektisida Marshal dengan dosis 15 g/kg benih.
Penanaman dilakukan dengan cara disebar dalam alur-alur, jarak antara alur
*
10cm. Sebagai pupuk dasar diberi 200 kg urea
+
100 kg TSP + 100 kg KCVha.Penanaman
Benih kedelai sebelum ditanam dicampur dengan insektisida Marshal
sebanyak 15 g/kg benih untuk mencegah serangan lalat Agromyza phaseoli ,dan
15
Waktu penanaman kedelai dilakukan bersamaan dengan persemaian benih padi.
Benih kedelai ditanam langsung di lapangan dengan jarak tanam dalam baris 10
cm dan antar baris sesuai dengan perlakuan jumlah baris padi, setiap titik ditanam
sebanyak 2 biji. Pada monokultur kedelai ditanam dengan jarak tanam 10 x 50
cm.
Penanaman bibit padi dilakukan setelah berumur 2 1 hari dengan jarak ta-
nam 25 x 25 cm, setiap titik ditanam sebanyak 2 bibit. Pada monokultur padi la-
han kering, benih padi ditanam langsung di lapangan sebanyak 2 benih setiap titik
dengan jarak tanam 25 x 25 cm.
Pemupukan
Pupuk diberikan dengan dosis 50 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCVha
(untuk tanaman kedelai) dan 200 kg urea
+
100 kg TSP+
100 kg KCVha (untuk tanaman padi). Pemberian pupuk didasarkan pada jumlah baris tanaman per luaslahan, setiap baris tanarnan diberikan sebanyak 10 g urea
+
20 g TSP+
20 g KC1 (untuk tanaman kedelai) dan 20 g urea+
10 g TSP+
10 g KC1 (untuk tanaman padi). Pemupukan tanaman kedelai dilakukan sekaligus saat tanam, sedangkanpada tanaman padi dilakukan dua kali yaitu : pertama diberikan pada saat tanam sebanyak 113 bagian urea ditambah seluruh bagian TSP dan KCl, kedua diberikan
pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam sebanyak 2/3 bagian urea.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penggenangan, penyiang-
setinggi 5 cm dan diberikan melalui irigasi secara terus menerus sejak tanaman
kedelai berumur 14 hari setelah tanam sampai panen.
Penyiangan gulma dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat tanaman
berumur 3 dan 6 minggu setelah tanam. Pengendalian terhadap gangguan hama
dan penyakit dilakukan secara intensif dengan penyemprotan pestisida setiap 2
minggu sekali sejak tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman contoh yang berada dalam
petak panen yang berukuran 3.0 x 4.5 m , kecuali untuk pengamatan destruktif diambil 2 tanaman dari petak yang berada dalam garis 50 cm memotong baris
tanaman. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah :
a. Pertumbuhan dan hasil kedelai, meliputi :
1. Tinggi tanaman , pengukuran dilakukan pada umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu setelah tanam (MST)
2. Bobot kering tajuk, diamati pada umur 4, 6, 8, dan 10 MST terhadap ,
seluruh bagian tanaman kecuali akar.
3. Bobot kering aka, diamati pada umur 4,6,8, dan 10 MST.
4. Bobot kering bintil akar, diamati pada umur 4,6,8, dan 10 MST
5. Jumlah cabang per tanaman
6. Umur berbunga, dihitung saat 50 % tanaman telah berbunga 7. Jumlah polong bernas per tanaman
8. Jumlah polong hampa per tanaman
9. Bobot biji panen per tanaman dan per petak
b. Pertumbuhan dan hasil padi, meliputi :
1. Tinggi tanaman diukur pada umur 4,6,8,10, dan 12 MST
2. Bobotkeringtajuk,diamatipadaumur 4,6,8,10,dan 12 MST
3. Bobot kering akar, diamati pada umur 4,6,8,10, dan 12 MST
4. Jumlah anakan, dihitung pada umur 12 MST terhadap semua anakan yang tumbuh pada setiap rumpun tanaman
5. Jumlah malai, dihitung terhadap malai yang terbentuk per rumpun.
6. Jumlah gabah, dihitung terhadap gabah yang terbentuk per malainya
7. Persentase gabah bernas per malai
8. Bobot gabah panen per rumpun dan per petak
9. Bobot 1000 butir gabah.
c. Evaluasi sistem pertanaman tumpangsari dilakukan melalui pendekatan :
1. Interaksi biologi antara kedelai dan padi pada pertanaman tumpangsari,
didasarkan pada total bobot kering tajuk relatif dan hasil relatif dari
kedelai dan padi yang dihttung dengan rumus :
TR =
dimana :
TR = total bobot kerip relatif atqu total b s i l relatif
Ytr .. = bobot kenne tat& atau has11 kedela tumoanewul
iE4-a~''
"*
-
Y,I = obot kemg tajuk atau hasil .kedelai monokulturI?/-@
Y* - -
b
obot kmng tajuk atau hasil padi tumpangsari\?'-Bun)
Yd = obot ~g tajuk atau hasil padi monokultur
2. Nisbah kesetaraan lahan (NKL), dihitung dengan rumus :
hail kedelai tumpangsari (tonha) hail padi tumpangsari (tonha)
+
hasil kedelai monokultur (tonha) hasil padi monokultur (tonha)
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Keadaan Tanaman di Lapang
Penanaman kedelai dan padi dilakukan secara berm=.
Kedelai
ditanam langsung di lapang,
sedangkm
padi ditanam dipememaim.
Secara
umum
benih
kedelai maupun padi
yang
ditanam dapat berkecarnbah
dan
tumbuh baik.
-
Penggenangan
dilakukan
dengan
air
irigasi
secara
terus
menerus
sejak
tamman
kedelai berumur 14 hari setelah tanam (Gambar 2), satu
minggu
keinudian bibit
padi
yang
berumur
21
hari
setelah
tanam
dipindabkan ke
lapang (Gambar
3).
Pertumbuhan
Tmmm
Kedelai
Umur
14
Hari
Setelah
Tanam
Saat
[image:101.1133.166.873.609.1583.2]Mudai
Dilakukm
Penggenangan.
Gambar
3.
Patumbuhan
Tanman
Kedelai
Umur
21
Hari
Setelah
Tanm
Saat
5.
Fertumbuhan
tanaman
padi
20
Penanggulangan dilakukan dengan pemberian sungkup yang tabuat dari kain
jenis tiie terhadap tanaman contoh.
Komponen Pertumbuhan Tanaman Kedelai
Hasil rekapitulasi sidlk ragam ('l'abel Lamplran 3) menunjukkan bahwa
pola baris padi yang digunakan pada pemaman tumpangsari kedeiai-padi nyata
mempengaruh perhunbuhan tanaman kedeiai, kecuaii tinggi tanaman umur 2
MST, bobot kemg tajuk umur 10 MS?, bobot kemg akar umur 4 dan 6 MS I, serta bobot kemg akar umur 4 MST. Pertumbuhan dua vanetas kedela berbeda
sesuai dengan desiaipsinya, kecuaii tinggi tanaman umur 2,4, dan 6 MST. Tick&
terdapat interaitsi antara p01a bms pad1 dan vmetas kede1a.I yang digunaitan pada
pertanaman tumpangsan kedela-pad1 dl lahan sawah.
'Tinggi 'l'anaman
Pola bms pad1 nyata mempengaruh tmgg tanaman kedela yang ditanam
secara tumpangsan dengan padi, kecuali pada urnur 2 mmggu setelah tanaman
(MST). Pada umur 2 MST pertumbuhan tajuk tanaman kedeiai beium saiing
menutupi, seiain itu tanaman padi beium dipindahkan ice iapangan sehingga beium
m e m p e n g d tingg tanaman Meiai.
'I'anaman kedela yang atanam secara tumpangsan dengan pola dua bans
padi menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola
baris padi iainnya (Tabei i j. Jar& baris kedeiai yang iebih rapat pada permaman
t u r n p a n g s ~ dengan poia dua baris padi menyebabkan persaingan yang iebih
besar terhadap ruang tumbuh dan faktor tumbuh terutama cahaya matahan. Pada
secara morfologi, yaitu pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi dan tajuk yang
leblh ramping .
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda
Perlakuan Umur tanaman
2 MST 4MST 6MST 8MST 10 MST
Tinggi tanaman (cm) Pola Baris padi :
-
dua baris 13.9 35.3 a 50.6 a 63.4 a 72.8 a-
tiga baris 15.9 30.9ab 45.7 ab 58.7 a 68.5 a-
empat baris 12.7 25.2 b 41.8 ab 54.6 ab 63.9 ab-
lima baris 13.3 25.7 b 38.4 b 49.3 b 58.4 b Varietas Kedelai :-
Willis 13.0 27.2 41.4 53.1 b 61.8 b-
Bromo 14.9 31.3 46.8 59.8 a 70.0 a Keterangan angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 0.05.
Kedua varietas kedelai yang ditanam nyata mernperlihatkan pertumbuhan
tinggi tanaman sesuai dengan deskripsinya (Tabel Lampiran 1). Secara morfologi
tanaman kedelai varietas Bromo akan tunabuh lebih tinggi dibandingkan dengan
varietas Willis.
Bobot Kering Tajuk, Akar dan Bintil Akar Serta Jumlah Cabang
Secara umum pola baris padi nyata mempengaruhi bobot kering tajuk, akar
dan bintil akar tanaman kedelai yang ditanam secara turnpangsari dengan padi,
kecuali bobot kering tajuk urnur 10 MST, akar urnur 4 dan 8 MST, serta bintil
akar umur 4 MST. Perturnbuhan tajuk tanaman kedelai pada umur 10 MST sudah
menurun sehingga tidak lagi d i p e n g d oleh pola baris padi. Hal yang sama
juga terjadi pada akar dan bintil akar, dimana pada awal pertumbuhan padi belum
[image:104.546.96.481.156.373.2]22
Tanaman kedelai yang ditanam secara tumpangsari dengan pola tiga baris
padi menghasilkan bobot kering tajuk yang paling tinggi dibandingkan dengan
pola baris padi lainnya (Tabel 2), selanjutnya penambahan baris padi akan
menurunkan bobot kering tajuk tanaman kedelai (Gambar 6). Hal ini karena
ruang tumbuh tanaman kedelai semakin sempit akibat persaingan dengan tanaman
kedelai sendiri maupun dengan tanaman padi, sehingga pertumbuhan tajuk
tanaman kedelai terhambat. Selain itu jumlah cabang yang terbanyak pada
tanaman kedelai yang ditumpangsdan pada padi dengan pola tiga baris padi
(Tabel 2) juga akan meningkatkan bobot kering tajuk.
Perturnbuhan tajuk juga ditunjang oleh pertumbuhan akar dan bintil aka
yang baik. Pada Tabel 2 terlihat bahwa tanaman kedelai yang ditanam secara
tumpangsari dengan pola tiga baris padi menghasilkan bobot kering akar dan
bind aka yang paling tinggi. Banyaknya bintil akar yang terbentuk berkaitan
dengan pertumbuhan akar adventif Pada kondisi jenuh air, pertumbuhan akar
adventif akan menjaga sistem udara dalam tanaman tetap efisien, sehingga %
memungkmkan terbentuknya bintil akar (Nathanson et al., 1984 ; Tampubolon et al., 1989).
Bobot kering tajuk, akar dan bintil akar tanaman kedelai varietas Bromo
lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Willis. Hal ini saling berkaitan karena
pertumbuhan a k a yang lebih banyak pada kedelai varietas Bromo akan menam-
bah luas permukaan akar dan jumlah bintil akar sehingga serapan hara untuk per-
tumbuhan tajuk meningkat. M e m t Ghulamahdi (1999) jumlah akar yang
semakin banyak akan meningkatkan serapan hara daun terutama N, P dan K.
tajuk. Pada Tabel 2 t e r m bahwa tanaman kedelai varietas Bromo menghasilkan
jurnlah cabang lebih banyak sehingga akan meningkatkan bobot kering tajuk.
Tabel 2. Rata-rata Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Bintil
Akar, dan Jurnlah Cabang Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tumpang- sari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda
Perlakuan Umur tanaman
4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Bobot kering tajuk (gltanaman)
Pola Baris padi :
-
duabaris 2.98 b 8.00 b 15.00 b 19.87- tigabaris 4.26 a 10.65 a 18.98 a 22.75
-
em~atbaris 3.53 ab 8.86 ab 16.29 ab 2 1.44-
litnibaris 3.20 b 7.42 b 13.94 b 17.92 Varietas Kedelai :-
Willis 3.12 b 7.82 b 14.64 b 18.44 b-
Bromo 3.86 a 9.65 a 17.47 a 22.55 a -Bobot kering akar (ghanaman)
Pola Baris padi :
-
dua baris 0.46 1.38 2.01 ab 2.20 ab-
tigabaris 0.68 1.73 2.44 a 2.76 a-
empat baris 0.60 1.52 2.14 ab 2.39 ab-
l&bari~ 0.56 1.18 1.68 b 1.84 b Varietas Kedelai :-
Willis 0.51 b 1.28 b 1.86 b 2.06 b-
Bromo 0.64 a 1.61 a 2.27 a 2.54 a -Bobot kering bintil akar (g/tanaman) Pola Baris padi :
-
dua baris 0.18 0.32 b 0.62 ab 0.64 b-
tiga baris 0.27 0.43 a 0.81 a 0.93 a-
empat baris 0.25 0.42 a 0.79 a 0.92 a-
lima baris 0.20 0.29 b 0.56 b 0.57 b Varietas Kedelai :-
Willis 0.20 b 0.33 b 0.63 b 0.68 b-
Bromo 0.25 a 0.40 a 0.76 a 0.85 a .Jumlah cabang Pola Baris padi :
-
duabaris 3.5 b-
tiga baris--
--
--
4.5 a-
empat baris 3.4 a-
limabaris 2.9 b .Varietas Kedelai :
-
Willis--
--
--
2.9 b-
Bromo 4.2 a [image:106.551.67.491.170.682.2]2 baris 3 bark 4 bark 5 baris pola baris padi
Gmbiir 6. 80b~i K ~ h g Tajuk Tanman Keddai Umur 10 MST pada Perta-
iianan Turnpangsari Kedelai-padf dengii Poia 8ais Padi yang
Berbeda.
Komponen produksi Tanaman Kedelai
Basil T&q&uiai s.d& (Tabe; kai-*al 3) *iieumj-m bAwa
p ~ l a baris padi nyata mempengaruhi komponen produksi tanaman kedelai, kecuali
jumlah polong dan bobot 100 biji. Secara umurn komponen produksi yang
dihasilkan nyata sesuai dengan perbedaan varietas yang digunakan. Tidak terdapat
interaksi antara pola baris padi d m varietas kedelai yang digunakan terhadap '
komponen produksi tanaman kedelai.
Pola baris padi yang semakin sedikit nyata memperpanjang waktu berbunga
dari tanaman kedelai yang ditanam secara turnpangsari dengan padi (Tabel 3).
Hal ini berkaitan dengan jarak baris keddai yang semakin rapat, aka.
mengalubatkan intersepsi cahaya matahari oleh tajuk kedelai meningkat sehingga
akan memperlambat waktu berbunga. Menurut Ball et al. (2000) tanaman yang
ditanam dengan jarak baris yang rapat akan meningkatkan intersepsi cahaya
ditanam dengan populasi tanaman yang tinggi aka- memperpanjang masa
vegetatif sehingga tanaman berbunga lebih lama (Board, 2000).
Tabel 3. Rata-rata Waktu Berbunga, Jumlah Polong Bernas, Jumlah Polong Hampa, Bobot Biji Panen dan Bobot 100 Biji Tanaman Kedelai pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda
Waktu Jumlah Jumlah Bobot biji Bobot Perlakuan berbunga polong polong panen / petak 100 biji
(HST) bernas hampa (g13.5m-') (9)
Pola baris padi :
-
dua baris 40.5 b 36.6 ab 2.5 1887.90 a 11.73-
tiga baris 39.6 b 40.5 a 2.1 1444.50 b 11.90-
empat baris 38.3 ab 31.9 bc 2.2 1210.60 bc 12.44-
Lima baris 34.1 a 26.8 c 2.6 987.60 c 11.53Varietas kedelai :
-
Willis 39.6 b 31.4 b 2.2 1286.75 b 10.02 bI
-
Bromo 36.6 a 36.5 a 2.4 1478.56 a 13.78 a1
Keterangan : angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 0.05.
Pola baris padi tidak nyata mempengaruhi jumlah polong hampa, namun
nyata mempengaruhi jumlah polong bernas. Secara keselu- ruhan jumlah polong tertinggi dihasikan tanaman kedelai yang ditanam secara turnpangsari dengan
pola tiga baris p d . Hal ini lebih disebabkan oleh banyaknya cabang yang
dihasikan, sehingga menambah jumlah ruas sebagai tempat tumbuhnya bunga
yang akan berkembang menjadi polong.
Bobot biji panen per pet& pada tanaman kedelai nyata dipengaruhi oleh
pola baris padi. Semakin sedikit jumlah baris pada pola baris padi akan
menambah baris kedelai atau menambah jumlah tanaman kedelai per petaknya
sehingga bobot biji panen per petaknya meningkat (Gambar 7).
Tanaman kedelai yang ditumpangsarikan pada padi dengan pola dua baris
[image:108.546.101.482.167.389.2]26
padi lainnya. Sebaliknya, bobot 100 biji kedelai akan meningkat dengan
bertambahnya baris padi hingga empat baris, namun akan menurun pada lima
baris padi karena tanaman kedelai tertekan oleh pertumbuhan tanaman padi yang
lebih tinggi.
[image:109.549.218.409.215.349.2]2 bark 3 bark 4 baris 5 bark pola bark padi
Gambar 7. Bobot Biji Panen Tanaman Kedelai pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Babeda
Tanaman kedelai varietas Bromo nyata berbunga lebih cepat,
menghasilkan polong bernas, biji panen dan bobot 100 biji lebih banyak
dibandingkan varietas Willis. Hal ini sesuai dengan deskripsi dari kedua varietas
kedelai tersebut, dimana varietas Bromo lebih cepat berbunga dan memiliki
cabang yang banyak, sehingga memunglunkan jumlah polongnya lebih banyak,
walaupun jumlah polong hampa yang dihasilkan juga banyak. Selain itu dengan
bobot 100 biji dan jumlah polong bernas yang lebih banyak, kedelai varietas
Bromo mampu menghasilkan bobot biji panen per petak lebih banyak.
Komponen Pertuhbrthan Tanaman Padi
Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 4) menunjukkan bahwa
pola baris padi yang digunakan pada pertanaman turnpangsari kedelai-padi di
kering tajuk umur 4 dan 6 MST, serta bobot kering akar umur 4 dan 6 MST.
Varietas kedelai yang digunakan pada pertanaman tumpangsari kedelai-padi di
lahan sawah nyata m e m p e n g d pertumbuhan tanaman padi, kecuali tinggi
tanaman umur 4 MST, bobot kering tajuk umur 12 MST, bobot kering akar umur
12 MST dan umur berbunga. Tidak terdapat interaksi antara pola baris padi dan
varietas kedelai yang digunakan pada pertanaman tumpangsari kedelai-pa&
terhadap pertumbuhan tanaman padi.
Yiggi Tanaman
Pofa baris padi nyata mempengaruhi tinggi tanaman pa& yang ditanam
secara tumpangsari dengan kedelai. Pada awal pertumbuhan tanaman padi sampai
umur 8 MST persaingan terhadap kebutuhan cahaya matahari lebih banyak terjadi
antara tanaman padi dengan kedelai seiain dengan padi sendiri, sehingga
pertumbuhan tanaman padi
akan
lebih tinggi pada pola 2 atau 3 baris padi.Sebaliknya pada umur 10 dan 12 MST tampak bahwa persaingan lebih banyak
tq-adi antara tanaman padi sendiri selain dengan kedelai, sehingga makin '
bertambah jumiah baris padi
akan
m e n i n m a n tinggi tanaman padi (Tabel 4).Tabel 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai- padi di Lahan Sawah dengan Pola Bans Pa& dan Varietas Kedelai yang
Berbeda
Pmakuag 4MST Umur tanaman
6MST 8MST 10NTST 1 2 M S ' F ~ Tinggi tanaman (cm)
Pola Baris padi :
-
dua baris 37.7 a 49.9 bc 63.7 b 79.8 b-
tiga baris 33.9 ab 56.8 a 79.5 a 87.0 ab-
ernpat baris 32.4 b 53.4 ab 69.7 at, 93.4 ab-
Bromo 34.1 54.7 a 76.4 a 95.1 a Keterangan : angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,28
Pertumbuhan tanaman padi lebih tinggi bila ditanam secara tumpangsari
dengan tanaman kedelai varietas Bromo dibandingkan dengan kedelai varietas
Willis (Tabel 4). Tanaman kedelai varietas Bromo memiliki bentuk tajuk yang
lebih rimbun menyebabkan intersepsi cahaya matahari meningkat. Tanaman padi
akan tumbuh lebih tinggi sebagai respon dalam mekanisme toleransi terhadap
kekurangan cahaya matahari.
Bobot Kering Tajuk
,
Bobot Kering Akar dan Jumlah AnakanPola baris padi nyata mempengaruhi bobot kering tajuk dan akar pada
umur 8, 10, dan 12 MST, selain itu juga mempengaruhi jumlah anakan. Pada
umur 4 dan 6 MST tanaman padi masih berada pada fase awal pertumbuhan,
sehingga belum dipengaruhi oleh pola baris padi (Tabel 5). Semakin bertam-
bahnya umur tanaman padi, maka persaingan dengan tanaman kedelai maupun
tanaman padi sendiri terhadap ruang tumbuh dan faktor tumbuh semakin besar.
Pertambahan baris padi hingga empat baris akan meningkatkan bobot
kering tajuk tanaman padi yang ditanam secara tumpangsari dengan kedelai,
selanjutnya pada pola lima baris bobot kering tajuknya akan menurun (Gambar 8).
Pada Gambar 3 terlihat bahwa pertumbuhan tajuk tanaman padi pada pola 2 dan 3
baris padi akan tertekan oleh pertumbuhan tajuk tanaman kedelai yang lebih rapat
sehingga bobot keringnya lebih rendah. Sebaliknya pada pola lima baris padi,
pertumbuhan tajuk tanaman padi lebih dipengaruhi oleh persaingan antara
tanaman padi sendiri sehingga bobot kering tajuknya menurun.
Pertambahan bobot kering tajuk juga dapat disebabkan oleh jumlah anakan
banyak jumlah anakan yang dihasilkan oleh tanaman padi, maka bobot kering
tajuknya akan meningkat. Perihal yang sama terjadi pada bobot kering akar yang
juga dapat dipengaruhi oleh jumlah anakan. Jumlah anakan pada tanaman padi
dapat memunglunkan tumbuhnya akar baru sehingga akan meningkatkan bobot
kering aka.
Tabel 5. Rata-rata Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar dan Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda
Perlakuan Umur tanaman
4MST 6MST 8MST 10 MST 12 MST
Bobot kering tajuk (g) Pola Baris padi :
dua baris 4.34 7.26 17.95 b 31.23 b 37.18 b
-
tiga baris 4.62 9.36 18.98 b 34.17 b 41.73 b-
empat baris 4.03 8.68 25.73 a 44.28 a 52.84 a-
lima baris 3.63 8.05 20.97 ab 37.75 ab 45.60 ab Varietas Kedelai :-
Willis 4.57 a 9.20 a 22.73 a 39.93 a 47.85-
Bromo 3.74 b 7.48 b 19.08 b 33.78 b 40.82 Bobot kering akar (g)Pola Baris padi :
-
dua baris 1.68 2.47 3.95 b 5.53 b 6.20 b-
tiga baris 1.95 3.45 4.52 b 6.32 b 6.96 b-
empat baris 1.59 3.12 5.84 a 8.13 a 8.93 a-
lima baris 1.37 2.82 4.89 ab 7.00 ab 7.60 ab Varietas Kedelai :Willis 1.70 a 3.24 a 5.20 a 7.32 a 8.04
-
Bromo 1.50 b 2.69 b 4.42 b 6.17 b 6.80 Jumlah anakan per rumpunPola Baris padi :
-
dua baris 16.9 b-
tiga baris--
--
--
--
29.4 a-
empat baris 30.0 a-
lima baris 29.9 aVarietas Kedelai :
-
Willis--
--
--
--
28.4 a-
Bromo 24.6 b1
Keterangan : angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,
[image:112.549.72.492.232.685.2]2 bark 3 bark 4 bark 5 bark pola baris padi
Gambar 8. Bobot Kering Tajuk Tanaman Padi Umur 12 MST pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi dengan Pola Baris Padi yang Berbeda.
Kemampuan tanaman kedelai varietas Bromo untuk menghasilkan tajuk
yang lebar dan rimbun menyebabkan ruang tumbuh semakin sempit dan intersepsi
cahaya matahari oleh tajuk semakin meningkat sehingga akan menghambat
pembentukan anakan padi. Perihal ini terbukti dari jumlah anakan pada tanaman
padi yang ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai varietas Bromo lebih sedikit
dibandingkan bila ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai varietas Willis.
Selanjutnya jurnlah anakan yang lebih banyak pada tanaman padi yang
ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai varietas Willis akan meningkatkan
bobot kering tajuk dan akar tanaman padi (Tabel 5).
Komponen Produksi Tanaman Padi
Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 4) menunjukkan bahwa pola baris
padi nyata mempengaruhi seluruh komponen produksi tanaman padi yang
diamati.. Varietas kedelai yang digunakan pada pertanaman turnpangsari kedelai-
padi nyata mempengaruhi komponen produksi tanaman padi, kecuali persentase
baris padi dan varietas kedelai yang digunakan pada pertanaman tumpangsari
kedelai-padi terhadap semua komponen produksi tanaman padi yang diamati.
Jumlah malai per rumpun terbanyak dihasilkan oleh tanaman padi pada
pertanaman tumpangsari kedelai-padi dengan pola empat baris padi (Tabel 6).
Bila dilihat dari jumlah anakan yang dihasilkan lebih banyak, maka kemungkinan
mtuk menghasilkan malai juga lebih besar. Namun jumlah malai yang banyak
belum tentu menghasilkan gabah per rumpun yang banyak. Hasil ini terlihat pada
Tabel 6 bahwa jumlah gabah terbanyak per malai justru dihasilkan oleh tanaman
padi yang ditanam dengan pola tiga baris, walaupun jumlah malainya relatif lebih
sedikit. Perihal ini dimunglunkan karena dengan jumlah malai yang sedikit, maka
hasil fotosintesis lebih banyak digunakan untuk pembentukan gabah.
[image:114.546.72.486.399.636.2]-
lirnabaris 23.4 a 74.0 ab 86.84 a 37.13 a 4943.8 a 27.19ab Varietas kedelai :Tabel 6. Rata-rata Pengamatan Komponen Produksi Tanaman Padi pada Perta- naman Turnpangsari Kedelai-padi dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda
Willis 21.4 a 82.6 a 81.08 37.50 a 4519.4 a 27.70
1
Jumlah Jumlah Persentase Bobot gabah Bobot BobotPerlakuan malai per gabah per gabah panen per gabah panen 1000 rumpun malai bernas (%) rumpun per petak gabah
(go (g 1 3.5 m-2) (g) Pola baris padi :
-
dua baris 12.1 b 65.5 b 68.85 b 27.75 b 2586.3 b 23.1 1 b-
tigabaris 21.8 a 86.5 a 71.74 b 33.50 ab 4455.0 a 25.55 ab-
empat baris 23.6 a 82.0 a 81.74 ab 40.63 a 4700.0 a 29.57 aBromo 19.1 b 71.4 b 73.51 32.00 b 3823.1 b 25.61
1
Ketemgan : angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,,
menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT 0.05.
Persentase gabah bernas tertinggi dihasilkan oleh tanaman padi yang
ditanam dengan pola dua baris pada pertanaman tumpangsari kedelai-padi. Bila
32
gabah per malai akan meningkatkan persentase gabah bernasnya. Perihal ini dapat
terjadi karena ketersediaan hasil fotosintesis untuk pengisian setiap gabahnya
lebih banyak, sehingga &an meningkatkan persentase gabah bernas. Menurut
Kobata et al. (2000) ketersediaan asitnilat berkorelasi positif dengan persentase
gabah bernas tanaman padi. Selain itu serangan burung yang terjadi di lapang
juga mengurangi persentase gabah bernas karena mereka mengisap cairan pati
dari gabah muda. Dari pengamatan di lapang ternyata burung-burung tersebut
lebih suka menyerang pertanaman tumpangsari yang lebih banyak tanaman
kedelainya karena digunakan untuk tempat hinggap.
Bobot gabah panen per rumpun tertinggi dihasilkan oleh tanaman padi
pada pertanaman tumpangsari kedelai-padi yang ditanam dengan pola empat baris
padi, namun secara total per petaknya bobot gabah panen tertinggi dihasilkan
oleh tanaman padi yang ditanam dengan pola lirna baris. Pengaruh pola baris
padi terhadap bobot gabah panen p a rumpun lebih ditentukau oleh bobot 1000
butir dan jumlah total gabah bernas yang dapat dihitung dari jumlah gabah per
.
malai, jumlah malai per rumpun dan persentase gabah bernas. Sedangkan
pengaruh pola baris padi terhadap bobot gabah panen per petak lebih ditentukan
oleh jumlah atau populasi tanaman padi. Pertambahan baris dalam pola baris padi
menyebabkan populasi tanarnan padi bertambah sehingga bobot gabah panen per
petaknya juga bertambah (Gambar 9).
Tanaman padi yang ditanam secara tumpangsari dengan dua varietas
kedelai yang berbeda akan memperlihatkan respon yang nyata pada jumlah malai
per rumpun, jumlah gabah per malai, bobot gabah panen per rumpun, dan bobot
33
besar terjadi setelah tanaman kedelai dipanen, namun komponen produksi yang
lhasilkan tanaman padi tidak terlepas dari perhunbuhan vegetatifhya. Misalnya
jumlah anakan dapat menentukan jumlah malai, yang selanjutnya akan mempe-
ngaruhi jumlah dan bobot gabah panen.
2 bark 3 bark 4 bark 5 bark
[image:116.553.189.399.214.356.2]pola bark padi
Gambar 9. Bobot Gabah Panen Tanaman Padi pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Berbeda.
Pada pertanaman turnpangsari antara tanaman kedelai varietas Willis d m
tanaman padi terlihat bahwa tanaman padi marnpu menghasilkan jumlah malai,
jumlah gabah dan persentase gabah bernas lebih banyak dibandingkan bila
ditumpangsarikan dengan kedelai varietas Bromo. Hal ini karena pertumbuhan
tajuk tanaman kedelai yang tidak terlalu rimbun akan menguangi intersepsi
cahaya matahari oleh tajuk tanaman kedelai sehingga kebutuhan cahaya matahari
yang diperlukau tanaman padi lebih mencukupi. Selanjutnya jumlah total gabah
bernas dan bobot 1000 butir gabah yang dihasilkan tanaman pa& yang
ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai varietas Wil