• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggap tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) dan padi (Oryza sativa L.) pada pertanaman turnpangsari di lahan sawah dengan menggunakan pola baris padi dan varietas kedelai yang berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggap tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) dan padi (Oryza sativa L.) pada pertanaman turnpangsari di lahan sawah dengan menggunakan pola baris padi dan varietas kedelai yang berbeda"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

TANGGAP TANAMAN

KEDELAI

(Glycine

max (L.) Merr.) DAN PADI

(Oryza sativa

L.)

PADA PERTANAMAN TUMPANGSARI DI LAHAN SAWAH

DENGAN MENGGUNAKAN POLA BARIS PADI DAN

VARIETAS KEDELAI YANG BERBEDA

OLEH

:

DWIANA WASGITO PURNOMO

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(74)

ABSTRAK

DWIANA WASGITO PURNOMO. Tanggap Tanaman Kedelai dan Padi pada

Pertanaman Turnpangsari di Lahan Sawah dengan Menggunakan Pola Baris Padi

dan Varietas Kedelai yang Babeda. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ

sebagai ketua dan MUNIF GHULAMAHDI sebagai anggota.

Lahan sawah dapat dimanfaatkan untuk budidaya kedelai jenuh air secara

tumpangsari dengan padi. Pengaturan pola baris padi dan penggunaan varietas

kedelai yang tepat akan menentukan produktivitas pertanaman tumpangsari

kedelai dan padi. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Babakan Sawah

milik IPB pada bulan April sampai September 2001. Penelitian ini menggunakan

Rancangan Petak Terpisah dengan pola baris padi sebagai petak utama yaitu pola

2, 3, 4, dan 5 baris padi; sedangkan varietas kedelai sebagai anak petak yaitu

varietas Willis dan Bromo.

Secara umum pertanaman tumpangsari kedelai-padi dengan pola tiga baris

padi menghasilkan perturnbuhan dan produksi kedelai tabaik, sedangkan per-

tumbuhan dan produksi padi terbaik dihadkan dengan pola ernpat baris padi.

Pertanaman tumpangsari kedela- varietas Willis dengan pola ernpat baris padi

menghasilkan keuntungan tertinggi dengan nilai nisbah kesetaraan lahan sebesar

.

1.3 57 dan peningkatan pendapatan sebesar 39.12 sampai 60.03 % dari pertanaman monokulturnya. Tenaga kerja yang dicurahkan pada pertanaman tumpangsari
(75)

TANGGAP TANAMAN

KEDELAI (Glycine

max (L.) Merr.) DAN PADI (Olyza sativa L.)

PADA PERTANAMAN TUMPANGSARI DI LAHAN SAWAH

DENGAN MENGGUNAKAN POLA BARIS PADI DAN

VARIETAS KEDELAI YANG BERBEDA

OLEH

DWIANA WASGITO PURNOMO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Agronomi

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(76)

SURAT

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

" TANGGAP TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) DAN

PADI (Olyto sativa L.) PADA PERTANAMAN TUMPANGSARI DI LAHAN SAWAH DENGAN MENGGUNAKAN POLA BARIS PADI DAN VARIETAS KEDELAI YANG BERBEDA

"

adalah benar hasil karya saya sendiri. Semua sumber data dan informasi yang

digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenammya.

Bogor, 24 Januati 2002

(77)

Judul Tesis : Tanggap Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) dan Padi

(Oryza sativa L.) pada Pertanaman Turnpangsari di Lahan

Sawah dengan Menggunakan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda

Nama : Dwiana Wasgito Purnomo

NRP : 99053

Program Studi : Agronomi

Menyetujui

1 . Komisi Pembirnbing

Dr. It-. Hi. Sandra Arifin Aziz. MS

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Sudirman Yahva M.Sc

(78)

Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 21 April 1968 sebagai anak

kedua dari tujuh bersaudara, merupakan putra dari pasangan Saryono

Siswowardoyo ( a h ) dengan Mudjidjatin. Penulis menikah dengan Ir. Iva

Pumomo pada tahun 1 993.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi Fakultas Perta-

nian Universitas Cenderawasih, lulus tahun 1992. Pada tahun 1999, penulis

diterima sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada

Program Studi Agronomi dengan memperoleh beasiswa BPPS dari Dikti

Depdikbud. Penulis bekerja sebagai Dosen di Fakultas Pertanian Universitas

(79)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronomi.

Usaha peningkatan hasil kedelai sering dihadapkan pada kendala

ketersediaan lahan produktif yang semakin berkurang. Lahan-lahan sawah yang

tersedia dapat dirnanfaatkan untuk budidaya kedelai jenuh air yang &tanam secara

tumpangsari dengan padi. Penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut dengan

melakukan penelitian yang berjudul " Respon tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) dan padi (Oryza sativa L.) pada pertanaman tumpangsari di lahan sawah

dengan menggunakan pola baris padi dan varietas kedelai yang berbeda "

Penulis menyampaikan penghargaan kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Sandra Arifin

Aziz, MS dan Bapak Dr.1r. Munif Ghulamahdi, MS selaku pembimbing; d m

ucapan terima kasih disampaikan pula kepada bapak Koko dan bapak Adang serta

seluruh pihak yang telah mernbantu pelaksanaan penelitian. Ungkapan bahagia

penulis persembahkan buat orang-orang tercinta : istriku Ir. Ivy Purnomo, Ibu, Bapak (dm) dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan tesis ini, insya Allah pada kesempatan lain dapat diperbaiki dengan

memperhatikan saran d m kritik dari pembaca. Semoga tesis ini bemanfaat.

Bogor, Januari 2002

(80)

DAFTAR IS1

Halaman

...

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

PENDAHULUAN ...

Latar Belakang ...

Tujuan Penelitian ...

Hipotesis ...

TINJAUAN PUSTAKA ...

Budidaya Tanaman Di Lahan Sawah ...

Sistem Pertanaman Turnpangsari ...

Faktor Jenis dan Varietas Tanaman Pada Sistem Tumpangsari ...

Faktor Jarak Tanam Pada Sistem Tumpangsari ...

METODE PENELITIAN ...

Tempat dan Waktu ...

Bahan dan Alat ...

...

Metode Penelitian

Pelaksanaan Penelitian ...

Pengamatan ...

HASIL DAN PEMBAHASAN ...

\ Keadaan Tanaman di Lapang ...

Komponen Pertumbuhan Tanaman Kedelai ...

Komponen Produksi Tanaman Kedelai ...

Komponen Pertumbuhan Tanaman Padi ...

Komponen Produksi Tanaman Padi ...

Evaluasi Sistem Pertanaman Turnpangsari ...

KES IMPULAN DAN SARAN ...

Kesimpulan ...

Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

vii

(81)

DAFTARTABEL

Halaman

Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas

...

Kedelai yang Berbeda 2 1

Rata-rata Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Bintil Akar dan Jumlah Cabang Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda ... 23

Rata-rata Waktu Berbunga, Jumlah Polong Bernas, Jumlah Polong Hampa, Bobot Biji Panen dan Bobot 100 Biji Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tum- pangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda ... 2 5

Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas

...

Kedelai yang Berbeda 27

Rata-rata Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar, dan Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda ... 29

Rata-rata Pengamatan Komponen Produksi Tanaman Padi pada Per- tanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola

...

Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda 3 1

Pengaruh Pola Baris Padi pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai- padi di Lahan Sawah Terhadap Total Bobot Kering Tajuk Relatif clan

Hasil Relatif ... 34

Evaluasi Sistem Pertanaman Monokultur dan Tumpangsari

di

Lahan Sawah dari Tanaman Kedelai dan Padi yang Didasarkan pada Hasil

...

(82)

DAFTAR GAMBAR

Bentuk Petak Percobaan Sistem pert an am^ Tumpangsari Kedelai

...

dan Padi di Lahan Sawah 14

Pertumbuhan Tanaman Kedelai Umur 14 Hari Setelah Tanam Saat Mulai Dilakukan Penggenangan ... 18

Pertumbuhan Tanaman Kedelai Umur 21 Hari Setelah Tanam Saat

...

Pemindahan Bibit Padi ke Lapang 18

Pertumbuhan Tanaman Kedelai Umur 49 Hari Setelah Tanam ... 19

Pertumbuhan Tanaman Padi dan Kedelai Umur 70 Hari Setelah Tanam ... 19 Bobot Kering Tajuk Tanaman Kedelai Umur 10 MST pada Perta- naman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris

...

Padi yang Berbda 24

Bobot Biji Panen per Petak Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tum- pangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Berbeda ... 26

Bobot Kering Tajuk T m a m Padi LJmw 12 MST pada Pertmaman

Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Berbeda ... 30

Bobot Gabah Pangn per Pet& Tmaman Padi pada Pertanaman Tum- pangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Berbeda ... 33

Kurva Total Bobot Kering Tajuk Relatif Akibat Persaingan Tanaman pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah ... 35

Kurva Total Hasil Relatif Akibat Persaingan Tanaman pada Perta-

...

naman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah 35

Sebaran Curahan Tenaga Kerja pada Setiap Kegiatan Dalam Usaha- tani Kedelai dan Padi yang Ditanam Secara Monokultur maupun Tunpangsari

...

,.

...

39

Sebaran Curahan Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Kegiatan Usaha- tani Kedelai dan Padi yang Ditanam Secara Tumpangsari ... 40

Sebaran Curahan Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Kegiatan Usaha-

...

(83)

DAFTAR LAMPIRAN

... 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Willis dan Bromo 45

-

...

2. Deskripsi Tanaman Padi Varietas IR 64 46

3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai ... 47 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pola Baris Padi dan Varietas

Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi

...

48 5. Pendapatan per Hektar Usaha Pertanaman Tumpangsari Kedelai

...

Varietas Willis dan Padi di Lahan Sawah 49

6. Pendapatan per Hektar Usaha Pertanaman Tumpangsari Kedelai Varietas Bromo dan Padi di Lahan Sawah

...

50 7. Pendapatan per Hektar Usaha Pertanaman Monokultur Kedelai dan

...

(84)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsumsi kedelai untuk kebutuhan pangan - manusia dan pakan ternak meningkat 2.41 persen per tahunnya, padahal produksi nasional terus menurun

sekitar 0.81 pasen per tahun, sehingga dalam lima tahun terakhir pemerintah

masih mengimpor biji kedelai rata-rata 0.8 juta ton per tahun (Bulog, 2000).

Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan perluasan areal penanaman

maupun peningkatan produksi per satuan luas, namun sejak beberapa tahun

terakhir lahan pertanian telah banyak dikonversi menjadi lahan industri dan

perumahan yang dapat berakibat semakin turunnya produksi kedelai. Selama

sepuluh tahun (1983 - 1993) terjadi penyusutan lahan produktif di pulau Jawa

seluas 0.9 juta hektar (BPS, 1995). Semalun sempitnya lahan produktif dapat

dijadikan pertimbangan untuk mencoba berbagai cara manipulasi tanarnan dan

lingkungan dalarn usaha peningkatan produksi tanaman.

Teknik budidaya jenuh air merupakan cara manipulasi lingkungan yang

berpangkal dari prinsip pengaturan sistim tata air, dimana air diberikan tens

menerus dengan tinggi muka air tetap sehingga lapisan tanah di bawah perakaran

menjadi jenuh air (Hunter et al., 1980; Sumamo, 1986). Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa tanaman kedelai dapat tumbuh dan berproduksi lebih baik

pada kondisi jenuh air dibandingkan cara irigasi biasa maupun tadah hujan

(Sumamo, 1986; Griffin dan Saxton, 1996 ; Ghulamahdi, 1999).

Penerapan teknik budidaya jenuh air dapat dilakukan pada areal

penanaman dengan irigasi cukup baik maupun pada areal dengan drainase kurang

(85)

2

sebagian dapat dimanfaatkan untuk penanaman kedelai dan padi secara turnpang

sari. Pola tumpangsari dapat meningkatkan prod&vitas lahan karena faktor-

faktor tumbuh yang ada dapat dimanfaatkan seefisien mungkin dengan cara

L

menanam dua atau lebih jenis tanaman secara serentak pada sebidang tanah yang

sama dengan pengaturan jarak tanam tertentu (Eff'endy dan Mc. Intosch, 1976;

Gomez dan Gomez, 1 983).

Tumpangsari kedelai dan padi dimunglunkan karena kombinasi tersebut

dapat menimbulkan efek komplementer yang menguntungkan. Kedelai dapat

memfiksasi nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhlzobium japonrcum,

sedangkan padi merupakan konsumen nitrogen dalam jurnlah besar. Selain itu

umur panen kedelai yang lebih cepat akan memberikan kesempatan kepada padi

untuk memanfaatkan cahaya penuh pada fase pengisian dan pematangan gabah.

Intensitas cahaya yang rendah pada fase pengisian dan pematangan dapat

menurunkan karbohidrat yang terbentuk dan meningkatkan nitrogen yang larut

dalam gabah, sehingga akan meningkatkan gabah hampa (Bharali et al., 1995).

Kendala ekologi yang dihadapi pada pola tumpangsari adalah adanya

persaingan dalam pernanfaatan faktor-faktor tumbuh antar spesies maupun antar

tanaman. Proporsi pemanfaatan faktor-faktor tumbuh oleh jenis atau tanaman

yang satu terhadap lainnya menunjukkan besarnya persaingan yang terjadi.

Semakin besar tingkat persaingan yang terjadi akan menurunkan pertumbuhan

dan hasil tanaman. Persaingan dalam pemanfaatan cahaya, unsur hara dan air

lebih mudah terlihat pengaruhnya pada pola tumpangsari, sehingga diperlukan

pemilihan varietas, jenis tanaman dan jarak tanam yang tepat (Gomez dan Gomez,

(86)

Pemilihan varietas kedelai berkaitan dengan umur tanaman kedelai dan

kemampuan adaptasi pada budidaya jenuh air di lahan sawah. Respon varietas ke-

delai pada budidaya jenuh air berbeda-beda. Ghulamahdi (1999) melaporkan

-

bahwa pada budidaya jenuh air, penggunaan varietas kedelai yang berumur pan-

jang mempunyai pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi dibandingkan yang

berumur pendek. Namun pada kondisi lingkungan tanaman ganda, persaingan

antar spesies akan semakin besar dengan lama keberadaannya secara bersama-

sama. Kesesuaian jenis tanaman dan lingkungannya sangat dibutuhkan dalam

mendukung peningkatan produktivitas sistem pertanaman tumpangsari. Tanaman

kedelai mempunyai tajuk yang lebih lebar, sehingga diperlukan pengaturan pola

baris padi dan pemilihan varietas kedelai yang sesuai untuk mengurangi tingkat

persaingan pada pertanaman tumpangsari kedelai-padi di lahan sawah.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggap tanaman kedelai dan

padi terhadap sistem pertanaman tumpangsari di lahan sawah dengan mengguna-

kan pola baris padi dan varietas kedelai yang berbeda. Selain itu penelitian ini

juga bertujuan untuk menganalisis keuntungan sistem pertanaman tumpangsari

antara kedelai dan padi di lahan sawah.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menentukan varietas kedelai

yang ditanam dengan pola baris padi yang optimum dalam sistem pertanaman

(87)

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Pola baris padi yang digunakan pada sistem pm-tanaman tumpangsari kedelai-

padi di lahan sawah nyata mempengasuhi pertumbuhan dan produksi tanaman

kedelai dan padi.

2. Varietas kedelai yang digunakan pada sistem pertanaman tumpangsari ke-

delai-padi di lahan sawah nyata mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

tanaman kedelai dan padi.

3. Interaksi antara pola baris padi dan varietas kedelai yang digunakan pada sis-

tern pertanaman tumpangsari kedelai-padi di lahan sawah nyata mempenga-

(88)

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Tanaman Di Lahan Sawah

Budidaya Kedelai Jenuh Air

Pemanfaatan lahan yang tergenang untuk penanaman palawija dikenal

dengan sistem surjan. Bedengan yang digunakan cukup besar sehingga

-

memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya jenuh air.

Budidaya jenuh air telah dilaksanakan pada tanaman kedelai dan juga pada

tanaman jagung, ukuran bedengannya lebih kecil yaitu lebar 25 - 30 cm dan

tinggi 15 -20 a.

Budidaya kedelai jenuh air merupakan penanaman kedelai dengan

pemberian air terus-menerus diantara bedengan dengan tinggi muka air tetap

sehingga lapisan tanah dibawah perakaran menjadi jenuh air (Hunter et al., 1980;

Sumamo, 1986). Ketinggian muka air dipertahankan beberapa sentimeter di

bawah permukaan tanah, berbeda dengan budidaya padi sawah yang tinggi

permukaan airnya berada di atas permukaan tanah.

Tanaman kedelai akan mengalami proses akhatisasi dan biasanya terlihat

selama dua minggu setelah tanah jenuh air dan selanjutnya dapat memperbaiki

pertumbuhannya (Hunter et al., 1980). Pada saat jenuh air, suplai oksigen untuk

respirasi akar menurun, terbentuknya senyawa beracun dan kandungan N dalam

jaringan tanaman menurun (Crawford, 1978). Pori-pori tanah akan terisi air

menyebabkan tidak terjadi pertukaran gas sehingga konsentrasi oksigen

diperakaran menurun. Bakteri anaerob akan mereduksi nitrat menjadi komponen

(89)

6

berkurang, maka akan terjadi redistribusi N dari daun tua ke daun muda (Drew

dan Sisworo, 1978).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kedelai dapat

turnbuh dan berproduksi lebih baik pada kondisi jenuh air dibandingkan cara

irigasi biasa maupun tadah hujan (Sumarno, 1986; Griffin dan Saxton, 1996 ;

Ghulamahdi, 1999). Pada budidaya kedelai dengan cara irigasi biasa maupun

\

tadah hujan, tanaman akan mengalami cekaman air sebelum irigasi diberikan atau

tidak ada hujan, sebaliknya tanaman akan kelebihan air bila musim hujan.

Kondisi yang tidak stabil ini menyebabkan perkembangan bintil akar dan aktivitas

nitrogenase menurun. Pemberian air yang terus-menerus dengan tinggi

permukaan air tetap dapat menciptakan lingkungan yang stabil dan menjamin

ketersediaan air. Pada budidaya jenuh air, pembentukan bintil a k a meningkat

yang selanjutnya meningkatkan aktivitas nitrogenase d m meningkatkan serapan

hara dam (Nathanson et al., 1984; Sumarno, 1986; Ghulamahdi, 1999).

Mekanisme adaptasi tanaman pada kondisi jenuh air dimulai dengan ,

meningkatnya kandungan ACC (1 aminocyclopropene 1 carboxylic acid) yang

diikuti meningkatnya kandungan ethylene akar (Jackson, 1997; Ghulamahdi,

1999). Zat etilen akan mengaktifkan enzim selulase yang menentukan

perkembangan jaringan aerencima sehingga akan meningkatkan permeabilitas 0 2

ke perakaran tanaman (Kawase, 1981).

Secara morfologi, tanaman yang toleran akan membentuk akar adventif.

Pada keadaan anaerob, translokasi auksin dan asimilat ke perakaran terharnbat

sehingga terjadi akumulasi pada pangkal batang dan merangsang pembentukan

(90)

7

akar adventif ini akan meningkatkan jumlah akar rambut, sehingga meningkatkan

luas pexmukaan serapan ham oleh akar.

Budidaya Padi Sawah

Budidaya padi umumnya dilakukan di lahan sawah, karena tanaman padi

mempunyai kernampuan adaptasi terhadap kelebihan air. Lahan sawah dibatasi oleh galengan sehingga mampu menahan air untuk memenuhi kebutuhan

tanaman selama masa pertumbuhan.

\

Tanaman padi mempunyai tiga fase pertumbuhan yaitu fase vegetatif, fase

reproduktif dan fase pemasakan. Fase vegetatif akan mengalami pertumbuhan

yang cepat dimulai dari pertumbuhan bibit sampai terbentuknya anakan

maksimal, kemudian akan lambat sampai inisiasi malai (Kim et al., 1991).

Pembentukan anakan dimulai pada minggu kedua setelah transplanting dan

jumlah anakan maksimal akan dicapai pada minggu ke enarn. Fase vegetatif yang

panjang dapat membentuk anakan lebih banyak, namun ketersediaan air dan unsur

hara merupakan faktor pembantas bagi pembentukan dan pertumbuhan anakan.

Pada budidaya pa& sawah sebelum transplanting dilakukan pelumpuran

agar tercipta struktur tanah yang gembur sehingga akar mudah tumbuh d m

berkembang. Penggenangan dilakukan seminggu setelah transplanting sampai

masak fisiologis.

Penggenangan akan mengubah lingkungan tanaman dari keadaan aerob

menjadi anaerob yang mempunyai kandungan oksigen rendah. Keadaan ini akan

(91)

8

(Crawford, 1978). Nitrat dalam keadaan anaerob akan direduksi menjadi N2 dan

N 2 0 yang tidak tersedia bagi tanaman.

Untuk mengurangi p e n g d negatif oleh penggenangan perlu dilakukan

pergantian air melalui air irigasi. Air dialiri terus menerus sehingga zat-zat

beracun yang terbentuk dapat tecuci.

Sistem Pertanaman Tumpangsari

Sejak petani mengenal sistern budidaya pertanian, telah diterapkan

penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada aidang lahan, yang dikenal

dengin sistem bercocok tanam ganda. Tumpangsari merupakan salah satu bentuk

sistern bercocok tanam ganda yang dilakukan dalam jarak tanam yang teratur.

Penanaman dilakukan secara serentak dalam barisan-barisan yang berselang-

seling antara setiap jenis tanaman (Effendy dan Mc. Intosch, 1976; Gomez dan

Gomez, 1983).

Keuntungan yang dapat diperoleh dari penanaman pola tumpangsari antara

lain : produktivitas lahan per satuan luas lebih tinggi, pernanfaatan faktor

lingkungan lebih efisien, memperkecil resiko kegagalan hasil, mempertahankan

kesuburan tanah, clan penyediaan pangan lebih teratur (IRRI, 1973; Gomez dan

Gomez, 1983).

Secara umum hasil setiap jenis tanaman pada pola tumpangsari lebih

rendah dibandingkan hasil setiap jenis tanaman pada pola monokulturnya. Hasil

per jenis tanaman yang diperoleh pada pola tumpangsari lebih rendah, namun

secara komunitas per satuan luas lahan yang sama, hasil yang diperoleh akan lebih

(92)

Evaluasi pengaruh sistem pola tumpangsari terhadap hasil tanaman secara

keseluruhan cukup sulit, karena sifat dan ukuran hasil dari setiap jenis tanaman

berbeda. Pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menghttung nisbah

kesetaraan lahan. Nisbah kesetaraan lahan (NKL) menggambarkan areal lahan

yang dibutuhkan untuk total produksi monokultur yang setara dengan 1 hektar

produksi tumpangsari pada tingkat pengelolaan tertentu. Nilai NKL yang lebih

besar dari satu menunjukkan bahwa pola tumpangsari lebih menguntungkan

dibandingkan pola monokultur (Effendy dan Mc. Intosch, 1976).

L

Adanya persaingan merupakan masalah yang tidak dapat dihindari pada

pola tumpangsari. Semakin besar tingkat persaingan yang terjadi akan

berpengaruh negatif terhadap hasil tanaman yang diperoleh. Besarnya tingkat

persaingan tergantung dari tingkat ketersediaan faktor tumbuh bagi tanaman yang

meliputi iklim, unsur hara dan air; dan sifat komunitas tanaman yang meliputi

kebutuhan, populasi dan susunan tanaman (IRRI, 1973; Effendy dan Mc. Intosch,

1976). Persaingan dalam pemanfaatan cahaya, unsur hara dan air lebih mudah .

terlihat pengaruhnya pada pola tumpangsari, sehingga diperlukan pemilihan

varietas, jenis tanaman dan jarak tanam yang tepat (Gomez dan Gomez, 1983).

Faktor Jenis dan Varietas Tanaman Pada Sistem Tumpangsari

Jenis tanaman pada sistem pola tumpangsari dapat berupa tanaman

semusim atau atau tanaman semusim diantara tanaman tahunan.. Pernilihan

kombinasi tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi per

tanaman. Effendy dan Mc. Intosch (1976) mengatakan bila tanaman tumbuh

(93)

10

spesies atau antara tanaman. Persaingan terjadi apabila masing-masing spesies

tanaman memerlukan kebutuhan hidup yang sama, sedangkan faktor tumbuh yang

tersedia terbatas.

Tumpangsari kedelai dan padi dimungkmkan karena kombinasi tersebut

dapat menirnbulkan efek komplementer yang menguntungkan. Kedelai dapat

memfiksasi nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium japonicum,

sedangkan padi merupakan konsumen nitrogen dalam jurnlah besar. Selain itu

umur panen kedelai yang lebih cepat akan memberdm kesempatan kepada padi

untuk memanfaatkan cahaya penuh pada fase pengisian dan pematangan gabah.

Intensitas cahaya yang rendah pada fase pengisian dan pematangan dapat

m e n d a n karbohidrat yang terbentuk dan meningkatkan nitrogen yang larut

dalam gabah, sehingga akan meningkatkan gabah hampa ( B M i et al., 1995).

Ketersediaan asimilat berkorelasi dengan pengisian gabah. Ketersediaan asimilat

yang cukup akan meningkatkan persentase gabah bernas (Kobata et al., 2000).

Faktor Jarak Tanam Pada Sistem Tumpangsari

Pengaturan jarak tanam tergantung dari sifat tanaman, iklim, kesuburan

tanah dan sistem pertanaman yang digunakan. Jarak tanam yang digunakan pada

sistem tumpangsari akan berbeda dengan sistem monokultur. Jarak tanam akan

mempengaruhi populasi tanaman per satuan luas. Peningkatan populasi tanaman

sampai batas tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman, namun peningkatan

selanjutnya akan m e n d a n hasil karena terjadi persaingan terhadap faktor

(94)

11

Jarak tanam yang terlalu rapat pada pola tumpangsari akan menyebabkan

persaingan yang tinggi, terutama terhadap kebutuhan intensitas cahaya matahari

dan unsur hara. Kebutuhan intensitas cahaya untuk setiap fase pertumbuhan

tanaman berbeda, awal pertumbuhan relatif lebih kecil kemudian meningkat dan

mencapai maksimurn pada fase pembesaran buah, selanjutnya akan menurun

sampai panen (Cabuslay et al., 1995). Tanaman padi membutuhkan intensitas

cahaya matahari mulai dari fase vegetatif sampai pengisian gabah sekitar 400 -

600 kaVcm2hari (Kim et al., 1991). Apabila intensitas cahaya rendah pada fase

reproduksi dan fase pernatangan akan menurunkan hasil gabah (Vijayalakshmi et

al., 1 99 1 ; Bharali et al., 1 995).

Hasil penelitian pola tumpangsari jagung dengan kedelai menunjukkan

bahwa penggunaan jarak tanam jagung 40 crn x 100 cm merupikm jarak tanam

optimal, karena menghasilkan nilai NKL tertinggi (Sutiyono, 1982), sedangkan

pola tumpangsari jagung dan ubi kayu, penggunaan jarak tanam jagung 50 cm x

100 cm menghasilkan berat biji kering tertinggi (Guritno, 1984). Pada pola

tumpangsari jagung manis dengan kacang hijau di bawah pertanaman kelapa

menunjukkan bahwa penggunaan jarak tanam jagung 25 cm x 100 cm

(95)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Sawah Babakan Dramaga

milik Institut Pertanian Bogor, berlangsung dari bulan April sampai September

2001.

Bahan dan Alat

Bahan d m peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meniputi : benih kedelai varietas Wilis dan Bromo; bemh padi varietas IR 64; pestisida; Bio-Lestari

sebagai perangsang bintil akar kedelai; pupuk urea, TSP dan KCl; peralatan olah

tanah, meteran, timbangan, oven , dan peralatan tulis menulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dengan Rancangan Petak Terpisah yang

diaplikasikan pada rancangan lingkungan acak kelompok. Pola baris padi

digunakan sebagai petak utama yang terdiri dari : B1 (2 baris padi dan 1 baris kedelai), B2 (3 baris padi dan 1 baris kedelai ), B3 (4 baris padi dan 1 baris kedelai) dan B4 (5 baris padi dan 1 baris kedelai), sedangkan varietas kedelai

digunakan sebagai anak petak yang terdiri dari : varietas Wilis dan varietas Bromo. Dari kedua faktor perlakuan tersebut diperoleh 8 kombinasi perlakuan,

setiap kombinasi tersebut diulang 4 kali sehingga diperlukan 32 petak percobaan.

Model matematis dari rancangan yang digunakan adalah :

(96)

Y ijk = nilai pengamatan akibat pengaruh jumlah baris padi ke-i dan

varietas kedelai ke-j pada ulangan ke-k.

P

= nilai rata-rata umum

p k = pengaruh kelompok ke-k

a i = pengaruh perlakuan pola baris padi ke-i

6 ik = pengaruh acak dari perlakuan pola baris padi ke-i pada

kelompok ke-k

I3 j = pengaruh palakuan varietas kedelai ke-j

aa ij = pengaruh interaksi dari perlakuan pola baris padi ke-i dan

varietas kedelai ke-j

E ijk = pengaruh acak dari varietas kedelai ke-j pada perlakuan pola

baris padi ke-i dan kelompok ke-k

Untuk menghltung nilai njsbah kesetaraa.n lahan dip&lukan perlakuan

i

sistem pertanaman monokultur

A

bagai pembanding yang terdiri dari : MI (kedelai varietas Wilis monokultur); M2 (kedelai varietas Bromo monokultur);

dan M3 (padi varietas IR 64 monokultur). Masing-masing perlakuan pembanding

diulang 2 kali sehingga diperlukan 6 petals percobaan tambahan.

Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam untuk mengetahui

pengaruh dari perlakuan yang dicobakan. Bila hasil analisis tersebut berpengaruh

nyata, maka dilanjutkan uji beda rata-rata menggunakan uji wilayah berganda

(97)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan

Tanah diolah kemudian dibuat petak utama berukuran 4 m x 10 m dan

didalamnya dibuat anak petak berukuran 4 m x 5 m. Setiap petak dikelilingi oleh

s a l m air dengan kedalaman 20 cm dan lebar 30 cm. Untuk penanaman kedelai

dibuat guludan setinggi

*

15 cm dan lebar k 30 cm , jumlah guludan disesuaikan

dengan perlakuan jumlah baris padi. Bentuk petak percobam sistem pertanaman

turnpang sari kedelai dan padi dapat dilihat pada Gambar 1.

kedelai

7

Galengad

saluran air

Gambar 1. Bentuk Petak Percobam Sistem Pertanaman Tumpangsari Kedelai dan Padi di Lahan Sawah.

Persemaian Padi

Sebelum penyemaian, benih padi diberi perlakuan perendaman selama 1

hari kemudian dicampur dengan insektisida Marshal dengan dosis 15 g/kg benih.

Penanaman dilakukan dengan cara disebar dalam alur-alur, jarak antara alur

*

10

cm. Sebagai pupuk dasar diberi 200 kg urea

+

100 kg TSP + 100 kg KCVha.

Penanaman

Benih kedelai sebelum ditanam dicampur dengan insektisida Marshal

sebanyak 15 g/kg benih untuk mencegah serangan lalat Agromyza phaseoli ,dan

(98)

15

Waktu penanaman kedelai dilakukan bersamaan dengan persemaian benih padi.

Benih kedelai ditanam langsung di lapangan dengan jarak tanam dalam baris 10

cm dan antar baris sesuai dengan perlakuan jumlah baris padi, setiap titik ditanam

sebanyak 2 biji. Pada monokultur kedelai ditanam dengan jarak tanam 10 x 50

cm.

Penanaman bibit padi dilakukan setelah berumur 2 1 hari dengan jarak ta-

nam 25 x 25 cm, setiap titik ditanam sebanyak 2 bibit. Pada monokultur padi la-

han kering, benih padi ditanam langsung di lapangan sebanyak 2 benih setiap titik

dengan jarak tanam 25 x 25 cm.

Pemupukan

Pupuk diberikan dengan dosis 50 kg urea + 100 kg TSP + 100 kg KCVha

(untuk tanaman kedelai) dan 200 kg urea

+

100 kg TSP

+

100 kg KCVha (untuk tanaman padi). Pemberian pupuk didasarkan pada jumlah baris tanaman per luas

lahan, setiap baris tanarnan diberikan sebanyak 10 g urea

+

20 g TSP

+

20 g KC1 (untuk tanaman kedelai) dan 20 g urea

+

10 g TSP

+

10 g KC1 (untuk tanaman padi). Pemupukan tanaman kedelai dilakukan sekaligus saat tanam, sedangkan

pada tanaman padi dilakukan dua kali yaitu : pertama diberikan pada saat tanam sebanyak 113 bagian urea ditambah seluruh bagian TSP dan KCl, kedua diberikan

pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam sebanyak 2/3 bagian urea.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penggenangan, penyiang-

(99)

setinggi 5 cm dan diberikan melalui irigasi secara terus menerus sejak tanaman

kedelai berumur 14 hari setelah tanam sampai panen.

Penyiangan gulma dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat tanaman

berumur 3 dan 6 minggu setelah tanam. Pengendalian terhadap gangguan hama

dan penyakit dilakukan secara intensif dengan penyemprotan pestisida setiap 2

minggu sekali sejak tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman contoh yang berada dalam

petak panen yang berukuran 3.0 x 4.5 m , kecuali untuk pengamatan destruktif diambil 2 tanaman dari petak yang berada dalam garis 50 cm memotong baris

tanaman. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah :

a. Pertumbuhan dan hasil kedelai, meliputi :

1. Tinggi tanaman , pengukuran dilakukan pada umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu setelah tanam (MST)

2. Bobot kering tajuk, diamati pada umur 4, 6, 8, dan 10 MST terhadap ,

seluruh bagian tanaman kecuali akar.

3. Bobot kering aka, diamati pada umur 4,6,8, dan 10 MST.

4. Bobot kering bintil akar, diamati pada umur 4,6,8, dan 10 MST

5. Jumlah cabang per tanaman

6. Umur berbunga, dihitung saat 50 % tanaman telah berbunga 7. Jumlah polong bernas per tanaman

8. Jumlah polong hampa per tanaman

9. Bobot biji panen per tanaman dan per petak

(100)

b. Pertumbuhan dan hasil padi, meliputi :

1. Tinggi tanaman diukur pada umur 4,6,8,10, dan 12 MST

2. Bobotkeringtajuk,diamatipadaumur 4,6,8,10,dan 12 MST

3. Bobot kering akar, diamati pada umur 4,6,8,10, dan 12 MST

4. Jumlah anakan, dihitung pada umur 12 MST terhadap semua anakan yang tumbuh pada setiap rumpun tanaman

5. Jumlah malai, dihitung terhadap malai yang terbentuk per rumpun.

6. Jumlah gabah, dihitung terhadap gabah yang terbentuk per malainya

7. Persentase gabah bernas per malai

8. Bobot gabah panen per rumpun dan per petak

9. Bobot 1000 butir gabah.

c. Evaluasi sistem pertanaman tumpangsari dilakukan melalui pendekatan :

1. Interaksi biologi antara kedelai dan padi pada pertanaman tumpangsari,

didasarkan pada total bobot kering tajuk relatif dan hasil relatif dari

kedelai dan padi yang dihttung dengan rumus :

TR =

dimana :

TR = total bobot kerip relatif atqu total b s i l relatif

Ytr .. = bobot kenne tat& atau has11 kedela tumoanewul

iE4-a~''

"

*

-

Y,I = obot kemg tajuk atau hasil .kedelai monokultur

I?/-@

Y* - -

b

obot kmng tajuk atau hasil padi tumpangsari

\?'-Bun)

Yd = obot ~g tajuk atau hasil padi monokultur

2. Nisbah kesetaraan lahan (NKL), dihitung dengan rumus :

hail kedelai tumpangsari (tonha) hail padi tumpangsari (tonha)

+

hasil kedelai monokultur (tonha) hasil padi monokultur (tonha)

(101)

HASIL

DAN PEMBAHASAN

Keadaan Tanaman di Lapang

Penanaman kedelai dan padi dilakukan secara berm=.

Kedelai

ditanam langsung di lapang,

sedangkm

padi ditanam dipememaim.

Secara

umum

benih

kedelai maupun padi

yang

ditanam dapat berkecarnbah

dan

tumbuh baik.

-

Penggenangan

dilakukan

dengan

air

irigasi

secara

terus

menerus

sejak

tamman

kedelai berumur 14 hari setelah tanam (Gambar 2), satu

minggu

keinudian bibit

padi

yang

berumur

21

hari

setelah

tanam

dipindabkan ke

lapang (Gambar

3).

Pertumbuhan

Tmmm

Kedelai

Umur

14

Hari

Setelah

Tanam

Saat

[image:101.1133.166.873.609.1583.2]

Mudai

Dilakukm

Penggenangan.

Gambar

3.

Patumbuhan

Tanman

Kedelai

Umur

21

Hari

Setelah

Tanm

Saat

(102)

5.

Fertumbuhan

tanaman

padi

(103)

20

Penanggulangan dilakukan dengan pemberian sungkup yang tabuat dari kain

jenis tiie terhadap tanaman contoh.

Komponen Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Hasil rekapitulasi sidlk ragam ('l'abel Lamplran 3) menunjukkan bahwa

pola baris padi yang digunakan pada pemaman tumpangsari kedeiai-padi nyata

mempengaruh perhunbuhan tanaman kedeiai, kecuaii tinggi tanaman umur 2

MST, bobot kemg tajuk umur 10 MS?, bobot kemg akar umur 4 dan 6 MS I, serta bobot kemg akar umur 4 MST. Pertumbuhan dua vanetas kedela berbeda

sesuai dengan desiaipsinya, kecuaii tinggi tanaman umur 2,4, dan 6 MST. Tick&

terdapat interaitsi antara p01a bms pad1 dan vmetas kede1a.I yang digunaitan pada

pertanaman tumpangsan kedela-pad1 dl lahan sawah.

'Tinggi 'l'anaman

Pola bms pad1 nyata mempengaruh tmgg tanaman kedela yang ditanam

secara tumpangsan dengan padi, kecuali pada urnur 2 mmggu setelah tanaman

(MST). Pada umur 2 MST pertumbuhan tajuk tanaman kedeiai beium saiing

menutupi, seiain itu tanaman padi beium dipindahkan ice iapangan sehingga beium

m e m p e n g d tingg tanaman Meiai.

'I'anaman kedela yang atanam secara tumpangsan dengan pola dua bans

padi menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola

baris padi iainnya (Tabei i j. Jar& baris kedeiai yang iebih rapat pada permaman

t u r n p a n g s ~ dengan poia dua baris padi menyebabkan persaingan yang iebih

besar terhadap ruang tumbuh dan faktor tumbuh terutama cahaya matahan. Pada

(104)

secara morfologi, yaitu pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi dan tajuk yang

leblh ramping .

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda

Perlakuan Umur tanaman

2 MST 4MST 6MST 8MST 10 MST

Tinggi tanaman (cm) Pola Baris padi :

-

dua baris 13.9 35.3 a 50.6 a 63.4 a 72.8 a

-

tiga baris 15.9 30.9ab 45.7 ab 58.7 a 68.5 a

-

empat baris 12.7 25.2 b 41.8 ab 54.6 ab 63.9 ab

-

lima baris 13.3 25.7 b 38.4 b 49.3 b 58.4 b Varietas Kedelai :

-

Willis 13.0 27.2 41.4 53.1 b 61.8 b

-

Bromo 14.9 31.3 46.8 59.8 a 70.0 a Keterangan angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,

menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 0.05.

Kedua varietas kedelai yang ditanam nyata mernperlihatkan pertumbuhan

tinggi tanaman sesuai dengan deskripsinya (Tabel Lampiran 1). Secara morfologi

tanaman kedelai varietas Bromo akan tunabuh lebih tinggi dibandingkan dengan

varietas Willis.

Bobot Kering Tajuk, Akar dan Bintil Akar Serta Jumlah Cabang

Secara umum pola baris padi nyata mempengaruhi bobot kering tajuk, akar

dan bintil akar tanaman kedelai yang ditanam secara turnpangsari dengan padi,

kecuali bobot kering tajuk urnur 10 MST, akar urnur 4 dan 8 MST, serta bintil

akar umur 4 MST. Perturnbuhan tajuk tanaman kedelai pada umur 10 MST sudah

menurun sehingga tidak lagi d i p e n g d oleh pola baris padi. Hal yang sama

juga terjadi pada akar dan bintil akar, dimana pada awal pertumbuhan padi belum

[image:104.546.96.481.156.373.2]
(105)

22

Tanaman kedelai yang ditanam secara tumpangsari dengan pola tiga baris

padi menghasilkan bobot kering tajuk yang paling tinggi dibandingkan dengan

pola baris padi lainnya (Tabel 2), selanjutnya penambahan baris padi akan

menurunkan bobot kering tajuk tanaman kedelai (Gambar 6). Hal ini karena

ruang tumbuh tanaman kedelai semakin sempit akibat persaingan dengan tanaman

kedelai sendiri maupun dengan tanaman padi, sehingga pertumbuhan tajuk

tanaman kedelai terhambat. Selain itu jumlah cabang yang terbanyak pada

tanaman kedelai yang ditumpangsdan pada padi dengan pola tiga baris padi

(Tabel 2) juga akan meningkatkan bobot kering tajuk.

Perturnbuhan tajuk juga ditunjang oleh pertumbuhan akar dan bintil aka

yang baik. Pada Tabel 2 terlihat bahwa tanaman kedelai yang ditanam secara

tumpangsari dengan pola tiga baris padi menghasilkan bobot kering akar dan

bind aka yang paling tinggi. Banyaknya bintil akar yang terbentuk berkaitan

dengan pertumbuhan akar adventif Pada kondisi jenuh air, pertumbuhan akar

adventif akan menjaga sistem udara dalam tanaman tetap efisien, sehingga %

memungkmkan terbentuknya bintil akar (Nathanson et al., 1984 ; Tampubolon et al., 1989).

Bobot kering tajuk, akar dan bintil akar tanaman kedelai varietas Bromo

lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Willis. Hal ini saling berkaitan karena

pertumbuhan a k a yang lebih banyak pada kedelai varietas Bromo akan menam-

bah luas permukaan akar dan jumlah bintil akar sehingga serapan hara untuk per-

tumbuhan tajuk meningkat. M e m t Ghulamahdi (1999) jumlah akar yang

semakin banyak akan meningkatkan serapan hara daun terutama N, P dan K.

(106)

tajuk. Pada Tabel 2 t e r m bahwa tanaman kedelai varietas Bromo menghasilkan

jurnlah cabang lebih banyak sehingga akan meningkatkan bobot kering tajuk.

Tabel 2. Rata-rata Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Bintil

Akar, dan Jurnlah Cabang Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tumpang- sari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda

Perlakuan Umur tanaman

4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Bobot kering tajuk (gltanaman)

Pola Baris padi :

-

duabaris 2.98 b 8.00 b 15.00 b 19.87

- tigabaris 4.26 a 10.65 a 18.98 a 22.75

-

em~atbaris 3.53 ab 8.86 ab 16.29 ab 2 1.44

-

litnibaris 3.20 b 7.42 b 13.94 b 17.92 Varietas Kedelai :

-

Willis 3.12 b 7.82 b 14.64 b 18.44 b

-

Bromo 3.86 a 9.65 a 17.47 a 22.55 a -

Bobot kering akar (ghanaman)

Pola Baris padi :

-

dua baris 0.46 1.38 2.01 ab 2.20 ab

-

tigabaris 0.68 1.73 2.44 a 2.76 a

-

empat baris 0.60 1.52 2.14 ab 2.39 ab

-

l&bari~ 0.56 1.18 1.68 b 1.84 b Varietas Kedelai :

-

Willis 0.51 b 1.28 b 1.86 b 2.06 b

-

Bromo 0.64 a 1.61 a 2.27 a 2.54 a -

Bobot kering bintil akar (g/tanaman) Pola Baris padi :

-

dua baris 0.18 0.32 b 0.62 ab 0.64 b

-

tiga baris 0.27 0.43 a 0.81 a 0.93 a

-

empat baris 0.25 0.42 a 0.79 a 0.92 a

-

lima baris 0.20 0.29 b 0.56 b 0.57 b Varietas Kedelai :

-

Willis 0.20 b 0.33 b 0.63 b 0.68 b

-

Bromo 0.25 a 0.40 a 0.76 a 0.85 a .

Jumlah cabang Pola Baris padi :

-

duabaris 3.5 b

-

tiga baris

--

--

--

4.5 a

-

empat baris 3.4 a

-

limabaris 2.9 b .

Varietas Kedelai :

-

Willis

--

--

--

2.9 b

-

Bromo 4.2 a [image:106.551.67.491.170.682.2]
(107)

2 baris 3 bark 4 bark 5 baris pola baris padi

Gmbiir 6. 80b~i K ~ h g Tajuk Tanman Keddai Umur 10 MST pada Perta-

iianan Turnpangsari Kedelai-padf dengii Poia 8ais Padi yang

Berbeda.

Komponen produksi Tanaman Kedelai

Basil T&q&uiai s.d& (Tabe; kai-*al 3) *iieumj-m bAwa

p ~ l a baris padi nyata mempengaruhi komponen produksi tanaman kedelai, kecuali

jumlah polong dan bobot 100 biji. Secara umurn komponen produksi yang

dihasilkan nyata sesuai dengan perbedaan varietas yang digunakan. Tidak terdapat

interaksi antara pola baris padi d m varietas kedelai yang digunakan terhadap '

komponen produksi tanaman kedelai.

Pola baris padi yang semakin sedikit nyata memperpanjang waktu berbunga

dari tanaman kedelai yang ditanam secara turnpangsari dengan padi (Tabel 3).

Hal ini berkaitan dengan jarak baris keddai yang semakin rapat, aka.

mengalubatkan intersepsi cahaya matahari oleh tajuk kedelai meningkat sehingga

akan memperlambat waktu berbunga. Menurut Ball et al. (2000) tanaman yang

ditanam dengan jarak baris yang rapat akan meningkatkan intersepsi cahaya

(108)

ditanam dengan populasi tanaman yang tinggi aka- memperpanjang masa

vegetatif sehingga tanaman berbunga lebih lama (Board, 2000).

Tabel 3. Rata-rata Waktu Berbunga, Jumlah Polong Bernas, Jumlah Polong Hampa, Bobot Biji Panen dan Bobot 100 Biji Tanaman Kedelai pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda

Waktu Jumlah Jumlah Bobot biji Bobot Perlakuan berbunga polong polong panen / petak 100 biji

(HST) bernas hampa (g13.5m-') (9)

Pola baris padi :

-

dua baris 40.5 b 36.6 ab 2.5 1887.90 a 11.73

-

tiga baris 39.6 b 40.5 a 2.1 1444.50 b 11.90

-

empat baris 38.3 ab 31.9 bc 2.2 1210.60 bc 12.44

-

Lima baris 34.1 a 26.8 c 2.6 987.60 c 11.53

Varietas kedelai :

-

Willis 39.6 b 31.4 b 2.2 1286.75 b 10.02 b

I

-

Bromo 36.6 a 36.5 a 2.4 1478.56 a 13.78 a

1

Keterangan : angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,

menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji DMRT 0.05.

Pola baris padi tidak nyata mempengaruhi jumlah polong hampa, namun

nyata mempengaruhi jumlah polong bernas. Secara keselu- ruhan jumlah polong tertinggi dihasikan tanaman kedelai yang ditanam secara turnpangsari dengan

pola tiga baris p d . Hal ini lebih disebabkan oleh banyaknya cabang yang

dihasikan, sehingga menambah jumlah ruas sebagai tempat tumbuhnya bunga

yang akan berkembang menjadi polong.

Bobot biji panen per pet& pada tanaman kedelai nyata dipengaruhi oleh

pola baris padi. Semakin sedikit jumlah baris pada pola baris padi akan

menambah baris kedelai atau menambah jumlah tanaman kedelai per petaknya

sehingga bobot biji panen per petaknya meningkat (Gambar 7).

Tanaman kedelai yang ditumpangsarikan pada padi dengan pola dua baris

[image:108.546.101.482.167.389.2]
(109)

26

padi lainnya. Sebaliknya, bobot 100 biji kedelai akan meningkat dengan

bertambahnya baris padi hingga empat baris, namun akan menurun pada lima

baris padi karena tanaman kedelai tertekan oleh pertumbuhan tanaman padi yang

lebih tinggi.

[image:109.549.218.409.215.349.2]

2 bark 3 bark 4 baris 5 bark pola bark padi

Gambar 7. Bobot Biji Panen Tanaman Kedelai pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Babeda

Tanaman kedelai varietas Bromo nyata berbunga lebih cepat,

menghasilkan polong bernas, biji panen dan bobot 100 biji lebih banyak

dibandingkan varietas Willis. Hal ini sesuai dengan deskripsi dari kedua varietas

kedelai tersebut, dimana varietas Bromo lebih cepat berbunga dan memiliki

cabang yang banyak, sehingga memunglunkan jumlah polongnya lebih banyak,

walaupun jumlah polong hampa yang dihasilkan juga banyak. Selain itu dengan

bobot 100 biji dan jumlah polong bernas yang lebih banyak, kedelai varietas

Bromo mampu menghasilkan bobot biji panen per petak lebih banyak.

Komponen Pertuhbrthan Tanaman Padi

Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 4) menunjukkan bahwa

pola baris padi yang digunakan pada pertanaman turnpangsari kedelai-padi di

(110)

kering tajuk umur 4 dan 6 MST, serta bobot kering akar umur 4 dan 6 MST.

Varietas kedelai yang digunakan pada pertanaman tumpangsari kedelai-padi di

lahan sawah nyata m e m p e n g d pertumbuhan tanaman padi, kecuali tinggi

tanaman umur 4 MST, bobot kering tajuk umur 12 MST, bobot kering akar umur

12 MST dan umur berbunga. Tidak terdapat interaksi antara pola baris padi dan

varietas kedelai yang digunakan pada pertanaman tumpangsari kedelai-pa&

terhadap pertumbuhan tanaman padi.

Yiggi Tanaman

Pofa baris padi nyata mempengaruhi tinggi tanaman pa& yang ditanam

secara tumpangsari dengan kedelai. Pada awal pertumbuhan tanaman padi sampai

umur 8 MST persaingan terhadap kebutuhan cahaya matahari lebih banyak terjadi

antara tanaman padi dengan kedelai seiain dengan padi sendiri, sehingga

pertumbuhan tanaman padi

akan

lebih tinggi pada pola 2 atau 3 baris padi.

Sebaliknya pada umur 10 dan 12 MST tampak bahwa persaingan lebih banyak

tq-adi antara tanaman padi sendiri selain dengan kedelai, sehingga makin '

bertambah jumiah baris padi

akan

m e n i n m a n tinggi tanaman padi (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Pertanaman Tumpangsari Kedelai- padi di Lahan Sawah dengan Pola Bans Pa& dan Varietas Kedelai yang

Berbeda

Pmakuag 4MST Umur tanaman

6MST 8MST 10NTST 1 2 M S ' F ~ Tinggi tanaman (cm)

Pola Baris padi :

-

dua baris 37.7 a 49.9 bc 63.7 b 79.8 b

-

tiga baris 33.9 ab 56.8 a 79.5 a 87.0 ab

-

ernpat baris 32.4 b 53.4 ab 69.7 at, 93.4 ab

-

Bromo 34.1 54.7 a 76.4 a 95.1 a Keterangan : angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,
(111)

28

Pertumbuhan tanaman padi lebih tinggi bila ditanam secara tumpangsari

dengan tanaman kedelai varietas Bromo dibandingkan dengan kedelai varietas

Willis (Tabel 4). Tanaman kedelai varietas Bromo memiliki bentuk tajuk yang

lebih rimbun menyebabkan intersepsi cahaya matahari meningkat. Tanaman padi

akan tumbuh lebih tinggi sebagai respon dalam mekanisme toleransi terhadap

kekurangan cahaya matahari.

Bobot Kering Tajuk

,

Bobot Kering Akar dan Jumlah Anakan

Pola baris padi nyata mempengaruhi bobot kering tajuk dan akar pada

umur 8, 10, dan 12 MST, selain itu juga mempengaruhi jumlah anakan. Pada

umur 4 dan 6 MST tanaman padi masih berada pada fase awal pertumbuhan,

sehingga belum dipengaruhi oleh pola baris padi (Tabel 5). Semakin bertam-

bahnya umur tanaman padi, maka persaingan dengan tanaman kedelai maupun

tanaman padi sendiri terhadap ruang tumbuh dan faktor tumbuh semakin besar.

Pertambahan baris padi hingga empat baris akan meningkatkan bobot

kering tajuk tanaman padi yang ditanam secara tumpangsari dengan kedelai,

selanjutnya pada pola lima baris bobot kering tajuknya akan menurun (Gambar 8).

Pada Gambar 3 terlihat bahwa pertumbuhan tajuk tanaman padi pada pola 2 dan 3

baris padi akan tertekan oleh pertumbuhan tajuk tanaman kedelai yang lebih rapat

sehingga bobot keringnya lebih rendah. Sebaliknya pada pola lima baris padi,

pertumbuhan tajuk tanaman padi lebih dipengaruhi oleh persaingan antara

tanaman padi sendiri sehingga bobot kering tajuknya menurun.

Pertambahan bobot kering tajuk juga dapat disebabkan oleh jumlah anakan

(112)

banyak jumlah anakan yang dihasilkan oleh tanaman padi, maka bobot kering

tajuknya akan meningkat. Perihal yang sama terjadi pada bobot kering akar yang

juga dapat dipengaruhi oleh jumlah anakan. Jumlah anakan pada tanaman padi

dapat memunglunkan tumbuhnya akar baru sehingga akan meningkatkan bobot

kering aka.

Tabel 5. Rata-rata Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar dan Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda

Perlakuan Umur tanaman

4MST 6MST 8MST 10 MST 12 MST

Bobot kering tajuk (g) Pola Baris padi :

dua baris 4.34 7.26 17.95 b 31.23 b 37.18 b

-

tiga baris 4.62 9.36 18.98 b 34.17 b 41.73 b

-

empat baris 4.03 8.68 25.73 a 44.28 a 52.84 a

-

lima baris 3.63 8.05 20.97 ab 37.75 ab 45.60 ab Varietas Kedelai :

-

Willis 4.57 a 9.20 a 22.73 a 39.93 a 47.85

-

Bromo 3.74 b 7.48 b 19.08 b 33.78 b 40.82 Bobot kering akar (g)

Pola Baris padi :

-

dua baris 1.68 2.47 3.95 b 5.53 b 6.20 b

-

tiga baris 1.95 3.45 4.52 b 6.32 b 6.96 b

-

empat baris 1.59 3.12 5.84 a 8.13 a 8.93 a

-

lima baris 1.37 2.82 4.89 ab 7.00 ab 7.60 ab Varietas Kedelai :

Willis 1.70 a 3.24 a 5.20 a 7.32 a 8.04

-

Bromo 1.50 b 2.69 b 4.42 b 6.17 b 6.80 Jumlah anakan per rumpun

Pola Baris padi :

-

dua baris 16.9 b

-

tiga baris

--

--

--

--

29.4 a

-

empat baris 30.0 a

-

lima baris 29.9 a

Varietas Kedelai :

-

Willis

--

--

--

--

28.4 a

-

Bromo 24.6 b

1

Keterangan : angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,

[image:112.549.72.492.232.685.2]
(113)
[image:113.549.188.367.121.239.2]

2 bark 3 bark 4 bark 5 bark pola baris padi

Gambar 8. Bobot Kering Tajuk Tanaman Padi Umur 12 MST pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi dengan Pola Baris Padi yang Berbeda.

Kemampuan tanaman kedelai varietas Bromo untuk menghasilkan tajuk

yang lebar dan rimbun menyebabkan ruang tumbuh semakin sempit dan intersepsi

cahaya matahari oleh tajuk semakin meningkat sehingga akan menghambat

pembentukan anakan padi. Perihal ini terbukti dari jumlah anakan pada tanaman

padi yang ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai varietas Bromo lebih sedikit

dibandingkan bila ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai varietas Willis.

Selanjutnya jurnlah anakan yang lebih banyak pada tanaman padi yang

ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai varietas Willis akan meningkatkan

bobot kering tajuk dan akar tanaman padi (Tabel 5).

Komponen Produksi Tanaman Padi

Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 4) menunjukkan bahwa pola baris

padi nyata mempengaruhi seluruh komponen produksi tanaman padi yang

diamati.. Varietas kedelai yang digunakan pada pertanaman turnpangsari kedelai-

padi nyata mempengaruhi komponen produksi tanaman padi, kecuali persentase

(114)

baris padi dan varietas kedelai yang digunakan pada pertanaman tumpangsari

kedelai-padi terhadap semua komponen produksi tanaman padi yang diamati.

Jumlah malai per rumpun terbanyak dihasilkan oleh tanaman padi pada

pertanaman tumpangsari kedelai-padi dengan pola empat baris padi (Tabel 6).

Bila dilihat dari jumlah anakan yang dihasilkan lebih banyak, maka kemungkinan

mtuk menghasilkan malai juga lebih besar. Namun jumlah malai yang banyak

belum tentu menghasilkan gabah per rumpun yang banyak. Hasil ini terlihat pada

Tabel 6 bahwa jumlah gabah terbanyak per malai justru dihasilkan oleh tanaman

padi yang ditanam dengan pola tiga baris, walaupun jumlah malainya relatif lebih

sedikit. Perihal ini dimunglunkan karena dengan jumlah malai yang sedikit, maka

hasil fotosintesis lebih banyak digunakan untuk pembentukan gabah.

[image:114.546.72.486.399.636.2]

-

lirnabaris 23.4 a 74.0 ab 86.84 a 37.13 a 4943.8 a 27.19ab Varietas kedelai :

Tabel 6. Rata-rata Pengamatan Komponen Produksi Tanaman Padi pada Perta- naman Turnpangsari Kedelai-padi dengan Pola Baris Padi dan Varietas Kedelai yang Berbeda

Willis 21.4 a 82.6 a 81.08 37.50 a 4519.4 a 27.70

1

Jumlah Jumlah Persentase Bobot gabah Bobot Bobot

Perlakuan malai per gabah per gabah panen per gabah panen 1000 rumpun malai bernas (%) rumpun per petak gabah

(go (g 1 3.5 m-2) (g) Pola baris padi :

-

dua baris 12.1 b 65.5 b 68.85 b 27.75 b 2586.3 b 23.1 1 b

-

tigabaris 21.8 a 86.5 a 71.74 b 33.50 ab 4455.0 a 25.55 ab

-

empat baris 23.6 a 82.0 a 81.74 ab 40.63 a 4700.0 a 29.57 a

Bromo 19.1 b 71.4 b 73.51 32.00 b 3823.1 b 25.61

1

Ketemgan : angka yang diikuti huruf berbeda pada lajur yang sama,

,

menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT 0.05.

Persentase gabah bernas tertinggi dihasilkan oleh tanaman padi yang

ditanam dengan pola dua baris pada pertanaman tumpangsari kedelai-padi. Bila

(115)

32

gabah per malai akan meningkatkan persentase gabah bernasnya. Perihal ini dapat

terjadi karena ketersediaan hasil fotosintesis untuk pengisian setiap gabahnya

lebih banyak, sehingga &an meningkatkan persentase gabah bernas. Menurut

Kobata et al. (2000) ketersediaan asitnilat berkorelasi positif dengan persentase

gabah bernas tanaman padi. Selain itu serangan burung yang terjadi di lapang

juga mengurangi persentase gabah bernas karena mereka mengisap cairan pati

dari gabah muda. Dari pengamatan di lapang ternyata burung-burung tersebut

lebih suka menyerang pertanaman tumpangsari yang lebih banyak tanaman

kedelainya karena digunakan untuk tempat hinggap.

Bobot gabah panen per rumpun tertinggi dihasilkan oleh tanaman padi

pada pertanaman tumpangsari kedelai-padi yang ditanam dengan pola empat baris

padi, namun secara total per petaknya bobot gabah panen tertinggi dihasilkan

oleh tanaman padi yang ditanam dengan pola lirna baris. Pengaruh pola baris

padi terhadap bobot gabah panen p a rumpun lebih ditentukau oleh bobot 1000

butir dan jumlah total gabah bernas yang dapat dihitung dari jumlah gabah per

.

malai, jumlah malai per rumpun dan persentase gabah bernas. Sedangkan

pengaruh pola baris padi terhadap bobot gabah panen per petak lebih ditentukan

oleh jumlah atau populasi tanaman padi. Pertambahan baris dalam pola baris padi

menyebabkan populasi tanarnan padi bertambah sehingga bobot gabah panen per

petaknya juga bertambah (Gambar 9).

Tanaman padi yang ditanam secara tumpangsari dengan dua varietas

kedelai yang berbeda akan memperlihatkan respon yang nyata pada jumlah malai

per rumpun, jumlah gabah per malai, bobot gabah panen per rumpun, dan bobot

(116)

33

besar terjadi setelah tanaman kedelai dipanen, namun komponen produksi yang

lhasilkan tanaman padi tidak terlepas dari perhunbuhan vegetatifhya. Misalnya

jumlah anakan dapat menentukan jumlah malai, yang selanjutnya akan mempe-

ngaruhi jumlah dan bobot gabah panen.

2 bark 3 bark 4 bark 5 bark

[image:116.553.189.399.214.356.2]

pola bark padi

Gambar 9. Bobot Gabah Panen Tanaman Padi pada Pertanaman Turnpangsari Kedelai-padi di Lahan Sawah dengan Pola Baris Padi yang Berbeda.

Pada pertanaman turnpangsari antara tanaman kedelai varietas Willis d m

tanaman padi terlihat bahwa tanaman padi marnpu menghasilkan jumlah malai,

jumlah gabah dan persentase gabah bernas lebih banyak dibandingkan bila

ditumpangsarikan dengan kedelai varietas Bromo. Hal ini karena pertumbuhan

tajuk tanaman kedelai yang tidak terlalu rimbun akan menguangi intersepsi

cahaya matahari oleh tajuk tanaman kedelai sehingga kebutuhan cahaya matahari

yang diperlukau tanaman padi lebih mencukupi. Selanjutnya jumlah total gabah

bernas dan bobot 1000 butir gabah yang dihasilkan tanaman pa& yang

ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai varietas Wil

Gambar

Gambar 3. Patumbuhan Tanman Kedelai Umur 21 Hari Setelah Tanm Saat
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari
Tabel 2. Rata-rata Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Bintil
Tabel 3. Rata-rata Waktu Berbunga, Jumlah Polong Bernas, Jumlah Polong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal Konsumen sudah diberikan waktu untuk menyampaikan pendapatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Konsumen tidak memberikan pendapatnya maka Pelaku Usaha Jasa

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kelas eksperimen yang akan diberi tindakan lebih tinggi, namun untuk lebih melihat ada atau tidaknya pengaruh penerapan

Sub Rekening Efek Syariah yang selanjutnya disebut “Sub Rekening Efek 009” adalah Sub Rekening Efek yang digunakan oleh nasabah Pemegang Rekening untuk menyimpan Efek dan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

pembajak pesawat masih hidup, para saksi mata melihat dan mendengar rentetan ledakan saat gedung roboh, ribuan arsitek dan insinyur menolak gedung tinggi menjulang ini dapat

Dari sekian banyak kota di Indonesia, Kota Bandung merupakan salah satu kota yang sudah dapat men-cover kebutuhan stok darah hariannya Namun dari hasil wawancara

[r]

Hasil ini menunjukan posisi strategi berada dalam kuadran ( I ) dimana faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan dan faktor peluang lebih besar dari