q
i
rrr
J O W L
G I " .
PENGUJIAN SIFAT FISIK DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM BROILER BENTUK CRUMBLE SUBSTITUSI DEDAK PADI-POLLAIZD
DENGAN LAMA PENGUKUSAN YANG BERBEDA
SKRIPSI
FACHRAH A. H. BACHMlD
JURUSAN &MU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
Fachrah. A. H. B. 2001. Pengujian Sifat Fisik dan Ketahanan Benturan Ransum Broiler Bentuk Crumble Substitusi Dedak ~adi-Pbllnrri dengan Lama
Pengukusan yang Berbeda. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Temak.
Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc Pembimbing Anggota :
Ir.
Lidy Herawati, MSKetersediaan dedak padi sangat dipengaruhi oleh musim panen padi sehingga perlu dicari bahan baku altematif yang dapat menggantikan dedak padi, antara lain dengan memanfaatkan limbah industri berupa pollard yang merupakan hasil sampingan dari penggilingan gandum.
Sifat fisik pakan memegang peranan penting dalam pengembangan teknologi pakan terutama pakan dalam bentuk olahan seperti crumble. Kendala pemakaian ransum bentuk crumble adalah tingkat terjadinya kerusakan selalna proses pembuatan dan pengangkutan.
Pengukusan menyebabkan terjadinya gelatinisasi yaitu granula akan menarik komponen lain pada bahan sehingga terbentuk crumble yang kompak, padat dan tidak mudah rapuh.
Penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan pollard sebagai pengganti dedak padi dengan lama pengukusan yang berbeda terhadap sifat fisik dan ketahanan benturan ransum broiler starter bentuk crumble.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap berpola faktorial 4
x
4 dengan 5 kali ulangan. Faktor A terdiri dari A1 : tanpa pengukusan, Az : pengukusan selama 15 menit, A3 : pengukusan selama 30 menit,&
:pengukusan selalna 45 menit. Faktor B terdiri dari B, : 15 % dedak padi tanpa
pollard, Bz : 10 % dedak padi
+
5 % pollard, B3 : 5 % dedak padi 'r 10 % pollard,Bq : 15 % pollard tanpa dedak padi.
Peubah yang dialnati adalah kadar air, berat jenis, kerapatan tulnpukan kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan dau ketahanan benturan crunzble.
ABSTRACT
Faclwah. A. H. B. 2001. Physical Characteristics and Collide Resistance Testing of Broiler Ration by Rice Bran-Pollard Substitution with Variant of Duration Distillation Process. Departement of Nutrition and Feed Science, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University.
Main-advisor : Dr.
Ir.
Yuli Rehani, MSc Co-advisor :Ir.
Lidy Herawati, MSThe availability of rice bran depend on harvesting season of rice, therefore need to fmd the alternative raw material which can substitute rice bran. One of the alternative way is to make use the industrial pollutant such as pollard which is by product of wheat mill.
The feed physical characteristics play an important role in the developmnent of feed technology, especially crumble feed product. The risks of using crumlSle type are damage during production process and transportation.
Distillation causes gelatination that granula will b i d another component and it will produce the compact crumble, solid and unfiagile.
The objective of this research was to find out the advantages of pollard as rice bran substitution on physical characteristics with variant of duration distillation also on collide resistance of the crumble type of broiler starter ration.
The experimental design used a random design with 4x4 factorial and 5 replicates. The factors are A, : without distillation, A2 : 15 minutes distillation, A3 :
30 minutes distillation,
Aq
: 45 minutes distillation. TheB
factors are BI : 15 % of rice bran,Bz
: 10 % rice bran and+
5 % pollard,B;
: 5 % rice bran and 10 % pollard,B4 : 15 % pollard without rice bran.
The parameter observed were water content, specific gravity, loose bulk density, compacted bulk density, angle of repose and collide resistance of crumble.
PENGUJIAN SWAT FISK DAN KETAEIANAN BENTURAN RANSUM BROILER BENTUK CRUMBLE SUBSTITUSI DEDAK PADI-POLLARD
DENGAN LAMA PENGUKUSAN YANG BERBEDA
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan -
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Fachrah A. H. Bachmid DO2496003
SURUSAN E M U NUTRlSI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
PENGUJIAN SIFAT FISIK DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM BROILER BENTUK CRUMBLE SUBSTITUSI DEDAK PADI-POLLARD
DENGAN LAMA PENGUKUSAN YANG BERBEDA
Oleh :
Facluah A. H. Bachmid DO2496003
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Konlisi Ujian Lisan
pada tanggal 16 Agustus 2001 -.
Menyetujui,
Penlbimbing Utama
Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc Ir. Lidy Herawati, MS
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB
Peuulis dilakkau pada tauggal 12 Januaii 1978 di Tahuua yaug meiupakan kota kecil yang iudah, terletak di Kabupaten Saugir Talaud propiusi Sulawesi Utara.
Peuulis adalab analc ke delapau daii delapau bersaudara daii Bapak H. Abdullah
Hasau Baclunid dan Ibu Hj. Faiida Bachmid
Jenjaug peudidiian Peuulis, pada t a h u 1990 penulis lulus daii SD Negeii
III
Tidore dau lulus SMP Negeii I Tahuua pada Tahuu 1993, pada tahun 1993 masuk di
SMA Negeii I Tahuna dau tahuu 1994 piudah ke SMA Iusan Kalnil Bogor, lulus
-.
tahuu 1996.
Peuulis terdafiar sebagai ~nahasiswa Iustitut Peitaluan Bogor pada tahuil 1996
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehiigga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian dan studi pustaka untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Petetnakan Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan teriima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Abdullah Hasan Bachrnid dan Ibu Farida Bachmid yang telah
-.
mengasuh, inendidik dan membimbing Penulis dengan pen& kasih sayang,
serta doa yang selalu dipanjatkan setiap saat.
2. Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc dan Ir. Lidy Herawati, MS sebagai dosen
pe~nbi~nbing yang telah banyak meinberikan pengarahan, bilnbingan dan
saran selama penelitian d m penulisan karya ilmiah.
3. Dr. Ir. Iman Rahayu, MS dan Ir. Abdul Djamil H, MS selaku dosen penguji
ujian sidang dan Ir. Sumiati, MS selaku dosen penguji seminar, yang telah
inemberikan saran kritikan dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
4.
Ir.
Dwi Margi Suci, MS selaku panitia ujian sidang, atas waktu dankesediannya inembailtu Penulis.
5. Dr. H. Rahmat Herman, MVSc yang telah nlenyediakan waktunya untuk
konsultasi, dan seluruh dosen Fakultas Peternakan yang telah memberikan
bekal ilmu kepada Penulis selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian
6 . Kakak-kakak tercinta (Fadilah, Fihri, Fauzy, Fachriyah, Faiza, Fachri, Fadli) atas pengertian dan dorongan selama penulis mengikuti pendidiian di Institut
Pertanian Bogor.
7. K'Fadli Makaminan, yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini
dan K'Syawal yang telah mengajarkan cara pengolahan data.
8. Apit Wikantiasi sahabatku yang selalu bersama dalam melakukan penelitian,
penulisan skripsi dan telah banyak memberikan bantuannya.
9. Cutti Sarah dan Palupi Dewi rekan sepenelitian, atas kerja sama dan
kebersamaannya selama ini.
-.
10. Sahabat baikku : Dian Nuraini dan Yeni Rahmawati atas bantuan dan
persahabata~ulya sela~na ini.
11. Warga Lavender House ( Vivid, Reni, Inur, Emang, Ati, Asrima, Ririn, dkk )
dan Darmaratih atas bantuannya dan dorongan semangat selama Penulis
melakukan penelitian sampai penulisan karya ilmiah.
12. M'Ana, Yeni'34 dan selnua rekan INMT yang telah lnelnbantu dan
~nemberikan dorongan kepada Penulis.
13. Staf Laboratoriu~n Industri Makanan Ternak Jurusan INMT yang telah
~nelnbantu sela~na penelitian.
14. Berbagai pihak yang membantu sehingga Penulis dapat menyelesaikan
penulisan karya ilmiah ini.
Bogor, Agustus 2001
DAFTAR IS1
...
ABSTRACT
...
111RIWAYAT HIDUP
...
viKATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR TABEL
...
xiDAFTAR GAMBAR ... xii
.. DAFTAR LAMPIRAN
...
xiii
PENDAHULUAN
...
1Latar Belakang
...
1Tujuan
...
2Hipotesis
...
2...
TINJAUAN PUSTAKA 3 / . ~ Sifat Fisik...
. . .
8Berat Jenis
...
8Kerapatan Tumpukan
...
8Kerapatan Pemadatan Tumpuka11
...
9Sudut Tumpukan
...
10...
Ketahanan Benturan
...
MATEN DAN METODE ...WaMu dan Tempat
...
...
MateriBahan ...
Alat-alat
...
Metode...
Formulasi Ransurn
...
- .
Pe~nbuatan Crumble
...
Pengukuran Sifat Fisik Bahan
...
Berat Jenis...
Kerapatan Tumpukan
...
Kerapatan Pernadatan Tunpukan
...
Sudut Tumpukan
...
I<adar Air...
Perlgujian Kadar Icehalusan dan Ketahanan Benturan
...
Kadar Kehalusan
...
...
Ketahanan Benturarl Crumble...
Rancangall PercobaanHASIL DAN PEMBAHASAN
...
KESIMPULAN DAN SARAN
...
...
DAFTAR PUSTAKAq
i
rrr
J O W L
GI".
PENGUJIAN SIFAT FISIK DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM BROILER BENTUK CRUMBLE SUBSTITUSI DEDAK PADI-POLLAIZD
DENGAN LAMA PENGUKUSAN YANG BERBEDA
SKRIPSI
FACHRAH A. H. BACHMlD
JURUSAN &MU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
Fachrah. A. H. B. 2001. Pengujian Sifat Fisik dan Ketahanan Benturan Ransum Broiler Bentuk Crumble Substitusi Dedak ~adi-Pbllnrri dengan Lama
Pengukusan yang Berbeda. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Temak.
Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc Pembimbing Anggota :
Ir.
Lidy Herawati, MSKetersediaan dedak padi sangat dipengaruhi oleh musim panen padi sehingga perlu dicari bahan baku altematif yang dapat menggantikan dedak padi, antara lain dengan memanfaatkan limbah industri berupa pollard yang merupakan hasil sampingan dari penggilingan gandum.
Sifat fisik pakan memegang peranan penting dalam pengembangan teknologi pakan terutama pakan dalam bentuk olahan seperti crumble. Kendala pemakaian ransum bentuk crumble adalah tingkat terjadinya kerusakan selalna proses pembuatan dan pengangkutan.
Pengukusan menyebabkan terjadinya gelatinisasi yaitu granula akan menarik komponen lain pada bahan sehingga terbentuk crumble yang kompak, padat dan tidak mudah rapuh.
Penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan pollard sebagai pengganti dedak padi dengan lama pengukusan yang berbeda terhadap sifat fisik dan ketahanan benturan ransum broiler starter bentuk crumble.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap berpola faktorial 4
x
4 dengan 5 kali ulangan. Faktor A terdiri dari A1 : tanpa pengukusan, Az : pengukusan selama 15 menit, A3 : pengukusan selama 30 menit,&
:pengukusan selalna 45 menit. Faktor B terdiri dari B, : 15 % dedak padi tanpa
pollard, Bz : 10 % dedak padi
+
5 % pollard, B3 : 5 % dedak padi 'r 10 % pollard,Bq : 15 % pollard tanpa dedak padi.
Peubah yang dialnati adalah kadar air, berat jenis, kerapatan tulnpukan kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan dau ketahanan benturan crunzble.
ABSTRACT
Faclwah. A. H. B. 2001. Physical Characteristics and Collide Resistance Testing of Broiler Ration by Rice Bran-Pollard Substitution with Variant of Duration Distillation Process. Departement of Nutrition and Feed Science, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University.
Main-advisor : Dr.
Ir.
Yuli Rehani, MSc Co-advisor :Ir.
Lidy Herawati, MSThe availability of rice bran depend on harvesting season of rice, therefore need to fmd the alternative raw material which can substitute rice bran. One of the alternative way is to make use the industrial pollutant such as pollard which is by product of wheat mill.
The feed physical characteristics play an important role in the development of feed technology, especially crumble feed product. The risks of using crumlSle type are damage during production process and transportation.
Distillation causes gelatination that granula will b i d another component and it will produce the compact crumble, solid and unfiagile.
The objective of this research was to find out the advantages of pollard as rice bran substitution on physical characteristics with variant of duration distillation also on collide resistance of the crumble type of broiler starter ration.
The experimental design used a random design with 4x4 factorial and 5 replicates. The factors are A, : without distillation, A2 : 15 minutes distillation, A3 :
30 minutes distillation,
Aq
: 45 minutes distillation. TheB
factors are BI : 15 % of rice bran,Bz
: 10 % rice bran and+
5 % pollard,B;
: 5 % rice bran and 10 % pollard,B4 : 15 % pollard without rice bran.
The parameter observed were water content, specific gravity, loose bulk density, compacted bulk density, angle of repose and collide resistance of crumble.
PENGUJIAN SWAT FISK DAN KETAEIANAN BENTURAN RANSUM BROILER BENTUK CRUMBLE SUBSTITUSI DEDAK PADI-POLLARD
DENGAN LAMA PENGUKUSAN YANG BERBEDA
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan -
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Fachrah A. H. Bachmid DO2496003
SURUSAN E M U NUTRlSI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
PENGUJIAN SIFAT FISIK DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM BROILER BENTUK CRUMBLE SUBSTITUSI DEDAK PADI-POLLARD
DENGAN LAMA PENGUKUSAN YANG BERBEDA
Oleh :
Facluah A. H. Bachmid DO2496003
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Konlisi Ujian Lisan
pada tanggal 16 Agustus 2001 -.
Menyetujui,
Penlbimbing Utama
Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc Ir. Lidy Herawati, MS
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB
Peuulis dilakkau pada tauggal 12 Januaii 1978 di Tahuua yaug meiupakan kota kecil yang iudah, terletak di Kabupaten Saugir Talaud propiusi Sulawesi Utara.
Peuulis adalab analc ke delapau daii delapau bersaudara daii Bapak H. Abdullah
Hasau Baclunid dan Ibu Hj. Faiida Bachmid
Jenjaug peudidiian Peuulis, pada t a h u 1990 penulis lulus daii SD Negeii
III
Tidore dau lulus SMP Negeii I Tahuua pada Tahuu 1993, pada tahun 1993 masuk di
SMA Negeii I Tahuna dau tahuu 1994 piudah ke SMA Iusan Kalnil Bogor, lulus
-.
tahuu 1996.
Peuulis terdafiar sebagai ~nahasiswa Iustitut Peitaluan Bogor pada tahuil 1996
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehiigga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian dan studi pustaka untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Petetnakan Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan teriima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Abdullah Hasan Bachrnid dan Ibu Farida Bachmid yang telah
-.
mengasuh, inendidik dan membimbing Penulis dengan pen& kasih sayang,
serta doa yang selalu dipanjatkan setiap saat.
2. Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc dan Ir. Lidy Herawati, MS sebagai dosen
pe~nbi~nbing yang telah banyak meinberikan pengarahan, bilnbingan dan
saran selama penelitian d m penulisan karya ilmiah.
3. Dr. Ir. Iman Rahayu, MS dan Ir. Abdul Djamil H, MS selaku dosen penguji ujian sidang dan Ir. Sumiati, MS selaku dosen penguji seminar, yang telah
inemberikan saran kritikan dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
4.
Ir.
Dwi Margi Suci, MS selaku panitia ujian sidang, atas waktu dankesediannya inembailtu Penulis.
5. Dr. H. Rahmat Herman, MVSc yang telah nlenyediakan waktunya untuk
konsultasi, dan seluruh dosen Fakultas Peternakan yang telah memberikan
bekal ilmu kepada Penulis selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian
6 . Kakak-kakak tercinta (Fadilah, Fihri, Fauzy, Fachriyah, Faiza, Fachri, Fadli) atas pengertian dan dorongan selama penulis mengikuti pendidiian di Institut
Pertanian Bogor.
7. K'Fadli Makaminan, yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini
dan K'Syawal yang telah mengajarkan cara pengolahan data.
8. Apit Wikantiasi sahabatku yang selalu bersama dalam melakukan penelitian,
penulisan skripsi dan telah banyak memberikan bantuannya.
9. Cutti Sarah dan Palupi Dewi rekan sepenelitian, atas kerja sama dan
kebersamaannya selama ini.
-.
10. Sahabat baikku : Dian Nuraini dan Yeni Rahmawati atas bantuan dan
persahabata~ulya sela~na ini.
11. Warga Lavender House ( Vivid, Reni, Inur, Emang, Ati, Asrima, Ririn, dkk )
dan Darmaratih atas bantuannya dan dorongan semangat selama Penulis
melakukan penelitian sampai penulisan karya ilmiah.
12. M'Ana, Yeni'34 dan selnua rekan INMT yang telah lnelnbantu dan
~nemberikan dorongan kepada Penulis.
13. Staf Laboratoriu~n Industri Makanan Ternak Jurusan INMT yang telah
~nelnbantu sela~na penelitian.
14. Berbagai pihak yang membantu sehingga Penulis dapat menyelesaikan
penulisan karya ilmiah ini.
Bogor, Agustus 2001
DAFTAR IS1
...
ABSTRACT
...
111RIWAYAT HIDUP
...
viKATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR TABEL
...
xiDAFTAR GAMBAR ... xii
.. DAFTAR LAMPIRAN
...
xiii
PENDAHULUAN
...
1Latar Belakang
...
1Tujuan
...
2Hipotesis
...
2...
TINJAUAN PUSTAKA 3 / . ~ Sifat Fisik...
. . .
8Berat Jenis
...
8Kerapatan Tumpukan
...
8Kerapatan Pemadatan Tumpuka11
...
9Sudut Tumpukan
...
10...
Ketahanan Benturan
...
MATEN DAN METODE ...WaMu dan Tempat
...
...
MateriBahan ...
Alat-alat
...
Metode...
Formulasi Ransurn
...
- .
Pe~nbuatan Crumble
...
Pengukuran Sifat Fisik Bahan
...
Berat Jenis...
Kerapatan Tumpukan
...
Kerapatan Pernadatan Tunpukan
...
Sudut Tumpukan
...
I<adar Air...
Perlgujian Kadar Icehalusan dan Ketahanan Benturan
...
Kadar Kehalusan
...
...
Ketahanan Benturarl Crumble...
Rancangall PercobaanHASIL DAN PEMBAHASAN
...
KESIMPULAN DAN SARAN
...
...
DAFTAR PUSTAKADAFTAR TABEL
Nomor Halaman
...
1
.
Komposisi Nutrisi Pollard dan Dedak Padi 42
.
Ketersediaan Pollard dan Dedak Padi...
43
.
Perbandigan Kebutuhan Energi Metabolis dan Kebutuhan Protein untuk Ransum Broiler Starter...
54
.
Formulasi Ransum Broiler Starter...
155
.
Cara Pengukuran Kadar Kehalusan...
20.. 6
.
Rataan Hasil Analisis Kadar Air (%)...
257
.
Rataan Hasil Pengukuran Kadar Kehalusan...
27...
8.
Rataan Ukuran Partikel Crunzble (cm) 28 3 9.
Rataan Hasil Pengukuran Berat Jenis (glcm )...
293 10
.
Rataan Pengukuran Kerapatan Tumpukan (g/cm )...
3111
.
Rataan Pengukuran Kerapatan Penladatan Tuinpukan (g/cm3)...
3312
.
Rataan Hasil Pengukuran Sudut Tuinpukatl ( O )...
34Nomor Halaman
1
.
Skema Pembuatan Crumble...
162
.
Cara Mengukur Sudut Tumpukan...
193
.
G r a a Hubungan Antar Ukuran Partikel dan Sudut Tumpukan...
38 4.
Grafik Hubungan Antar Kadar Air dan Kerapatan Tumpukan...
405
.
Grafik Hubungan Antar Kadar Air dan Kerapatan PemadatanNomor Halaman
1
.
Sidik Ragam Kadar Air...
462
.
Sidik Ragam Kadar Kehalusan Crumble...
463
.
Sidik Ragam Ukuran Partikel Crumble...
47...
4
.
Sidii Ragam Berat Jenis 47...
5
.
Sidik Ragam Kerapatan Tumpukan 476
.
Sidik Ragam Kerapatan Peinadatan Tumpukan...
-. 48...
7
.
Sidik Ragam Sudut Turnpukan 48...
8
.
Sidik Ragam Ketahanan Benturan Crumble 49Latar Beiakang
Penyediaan bahan makanan yang berkualitas baik dalam jumlah yang banyak,
murah dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia merupakan salah satu target
utama dalam suatu usaha peternakan untuk mencapai tingkat produksi dan
keuntungan yang optimal. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan cara memanfaatkan limbah industri pertanian.
Pollard merupakan hasil sampingan dari penggilingan gandum, potensial --
digunakan sebagai bahan baku alternatif dari pemakaian dedak padi yang
ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh musim panen padi. Pada saat panen padi,
dedak padi murah dan pada musim tanam, paceklik, kemarau, saat terjadi banjir
ketersediaan dedak padi menurun dan banyak sekali dijumpai pemalsuan dedak yang
dicampur dengall sekam atau yang lainnya sehingga kualitas dedak padi rendah
sekali. Ditinjau dari segi nutrisi @rotein dan serat kasar), pollard lebih
menguntungkan jika dibandingkan dengan dedak padi. Kandungan protein pollard
15.7 %, serat kasar 11 %, energi metabolis 1300 kkallkg ransum, sedangkan
kaudungan protein dedak padi 12.9 %, serat kasar 11.4 %, dan energi rnetabolis 2980
kkalkg ransum (NRC, 1994). Selain itu pollard kaya akan vitamin B komplek
terutama vitamin B2 dan
Biz
yang sangat penting untuk pertumbuhan unggas.Sifat fisik pakan memegang peranan penting dalam pengembangan teknologi
ransum bentuk crunzble adalah terjadi kerusakau selama proses pembuatau dan
peugangkutau.
Peugukusan merupakau salah satu cara yang praktis selain meuiugkatkau daya
cema, proses tersebut meuyebabkan terjadiiya gelatiuisasi dimaua grauula akau
meuarik kompoueu lain pada bahau sehingga terbeutuk crutnble yaug kompak, padat
dan tidak mudah rapuh.
Tujuan
Peuelitiau iui bertujuau mengetahui pengaiuh pengguuaan pollard-sebagai
peuggalrti dedak padi dalam ranslun deugau lama pengukusau yaug berbeda terhadap
sifat fisik dan ketahanan benturau ransum broiler starter beutuk crunzble.
Hipotesis
Peugguuaan pollard dalam ransum yaug meugalauli peuguhxsal~ akau
TINJAUAN PUSTAKA
Pollard
Pollard mernpakan hasil ikutan penggilingan gandum menjadi tepung.
Pemecahan gandum menjadi tepung teiigu akan menghasilkan 74 % tepung terigu
dan litnbahuya be~upa bran, pollard dan bahan lem kayu lapis masing-masing
s e j d a h 10 %, 13 % dan 3 % (Bintang, 1989). Sepeiti haluya dengan dedak pa&
pollard sudah lama diguuakau sebagai makanan ternak teiutama temak unggas
(Heuser, 1955).
Peuggunaan pollard dalam railsum anak ayam terutama untuk meleugkapi
vitaluiu B kolnpleks (Heuser, 1955). I<anduugan iiboflavin (vitamin Bz) dau vitamin
BIZ pollard lebih tiuggi dibaudingkan dengan dedak padi (NRC, 1994). Menuut
Wahju (1985) defisieusi iiboflavin pada ayam dalam masa peitumbuhau
meuyebabkau pertumbuhau lambat kemudian me~ijadi Iemah, kuius, ayam
mengalami curled toe-paralysis dau tidak dapat bergerak. Selanjutuya diiatakau
juga bahwa defisien vitalniu B12 meuyebabkau bulu patah, perosis, peitumbuhau
lalnbat dau mengakibatkan kematian. Hasil aualisis uutiieu pollard dau dedak padi
tercautum pada Tabel 1.
Kualitas proteiu pollard lebib baik dali jaguug tetapi tidak sebaik protein
suplemen yang lain sepeiti kacang kedelai, susu, hasil ikutau pemotongan dagu~g dau
Winter dan Funk (1982) mengemukakan bahwa penggunaan pollard
hendaknya berkisar antara 5 - 15 % dalam ransum ayam broiler, karena pollard
mengandung serat kasar yang relatif tinggi.
Tabel 1. Komposisi Nutrisi Pollard dan Dedak Padi.
Zat Makanan Pollard
'
pollard'
Dedak Padi'
Dedak padiZBahan kering (%) 89 85.35 89 85.55
Protein kasar(%) 15.7 14.70 12.9 11.22
Lemak kasar (%) 4 1.99 13 7.57
Serat kasar (%) 11 6.43 11.4 5.22
Energi Metabolis (kkal/kg) 1300 2252* 2980 2814.7* -.
Abu (%) - 2.66 - 6.37
Kalsium (%)
Phospor (%)
Vitamin B2
Vitamin Bl2 31.0
-
23.0 -Icetwangan : 1: Berdasarkan NRC (1994)
2 : Berdasarkan hasil analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2001)
*
: Berdasarkan konversi menurut NRC (1994):Energi Metabolis dedak padi =. 4 6 . 7 ~ bahan kering - 4 6 . 7 ~ abu - 69.54 x protein
kasar + 42.94 x lemak kasar - 81.95 x serat kasar.
\
Energi Metabolispollard = 40.1 x bahan kering - 4 0 . 1 ~ abu - 165.39 x serat kasar. (kandungan nutrisi unhk konversi energi metabolis berdasarkan hasil analisa Laboratorium Ilmu da6 Teknologi Pakan (2001)) I
Ketersediaan pollard dibandingkan dengan dedak padi dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Ketersediaan Pollard dan Dedak Padi
Tahun Pollard Dedak padi
(ton) (ton)
1996* 556 673 30011
1997** 805 753 22 998
Sulnber :
*
BPS (1996) [image:27.547.34.475.109.767.2]Pengolahan Ransurn
Menurut Scott et al., (1976), ransum starter untnk ayam broiler hendaknya mengandung 21.0 - 24.8 % protein kasar dengan tingkat energi metabolis sebesar 2800 - 3300 kkaYkg ransum dan untuk ayam finisher mengandung 18.1 - 21.1 %
protein kasar dengan tingkat energi metabolis sebesar 2900 - 3400 kkaltkg ransum.
Perbandingan kebutuhan energi metabolis dan kebutuhan protein untuk ransum
broiler starter ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan Kebutuhan Energi Metabolis dan Kebutuhanzrotein untuk Ransum Broiler Starter
Energi Metabolis (kkallkg ransum) Protein (%)
*
Surnber : Scott et al. (1976)V
Cara yang m u m untuk meningkatkan nutrien suatu bahan pakan temak
adalah mengurangi ukuran partikel bahan tersebut dengan memotong, menggiling dan
memadatkan. Konlbinasi ketiga cara tersebut ~nembentuk produk yang disebut pellet
(Sundstol dan Owen, 1984). Gill et al. (1964) melaporkan bahwa pemeletan
melnpunyai pengaruh positif terhadap nilai nutrisi pakan yaitu : (1) meningkatkan
[image:28.541.35.466.0.780.2]malta ternak yang lnempunyai volume salurau pencernaan terbatas yaitu babi dan
uuggas dapat mengkonsumsi rausum lebih bauyak sehiugga ada jalninau lebih bauyak
zat makanau yang masuk. ( 2 ) Meugurangi waktu makan sehgga dapat menghemat
energi. Ternak membutuhkan waktu makan ransum bentuk pellet lebih peudek
dibandiugkan ransum yang berbentuk nzash. Hal iui berarti bahwa ternak dapat
menghemat pengeluaran energi. Energi yaug dihemat iui dapat diguuakan oleh
te~nak uutuk tujuau produksi. (3) Meniugkatkan kesediaan pati sebagai sumber energi. J d a h pati yaug mudah larut (soluble starch) akan meuiugkat jika ransum
dibuat dalam beutuk pellet. ( 4 ) Meuiugkatkan kecernaan zat makanan. Pemeletan
--
memberi pengaruh positif terhadap kecernaan zat makanan terutama pada kecernaan
lemak, proteiu dan serat kasar. ( 5 ) Meningkatkan daya sh11an lemak. Pengaruh
sekuuder dari yemeletan ransum terhadap lemak dan zat makanan yang pelca terhadap
proses oksidasi adalah mengurangi terjadiuya oksidasi oleh olcsigeu bebas terliadap
pakan yang dishpan dan proses ketengikan dapat diperlambat, dengan demikiall
pemeletar~ dapat lneuiugkatkan daya sh1)an bahan. ( 6 ) Meugurangi ransum terbuaang
dibandiug ransum dalaln beutuk ntash.
Iceluhan peternak yang mengatakau bahwa rausutu pellet tidak dapat
dikonsumsi oleh anak ayam yaug mempunyai paluh lebih kecil menyebabkan
terciptanya ransum crunzble (Rasyaf, 1990). Crunzble merupakan tipe pertengallan
antara nzash dan pellet, pemberian crunzble h u l a i pada ayam umur sehali sampai
dipasarkan (North, 1984). Patrick dan Schaible (1980) menyatakan balwa ransum
bentuk crunzble saugat palatable bagi ayam dan memuugkiukan ayam uutuk makan
Kualitas crumble yang baik tidak hanya dilihat dari nilai nutrisinya seperti
protein, lemak, vitamin dan mineral tetapi hams dilihat pula sifat fisiknya (FAO,
1987), ole11 karena itu perlu dicari cara untuk meningkatkan sifat fisik agar terbentuk
crumble yang kompak dan tidak mudah hancur.
Pemasakan sumber karbohidtat menyebabkan granula pati akan kehilangan
kekompakan ikatannya dan kelarutan akan meningkat karena terjadi pembebasan
molekul amilosa yang mempunyai derajat polimerasi rendah. Jumlah kekuatan ikatan
di dalam granula akan berkurang, sebaliknya ikatan antar granula akan semakin kuat
-.
(Cullison, 1968).
Bila granula pati kontak dengan air, granula-granula tersebut membengkak
dan menyerap sejumlah air. Mulanya penambahan air akan inemisahkan kristal
amilosa dan mengacaukan struktumya, kemudiau dengan adanya pemanasan granula
pati nlembengkak luar biasa, volumenya meningkat 25-30 kali lipat. Pemanasan dan
penambahan air menyebabkan amilosa mulai tersebar keluar dari granula dan pati
tersebut tidak dapat kembali seperti kondisi semula, dari proses tersebut dihasilkan
gel (Harper, 1979).
Menurut Winartlo (1995) bahwa gelatinisasi adalah suatu keadaan saat
granula pati membengkak secara luar biasa dan tidak dapat kembali pada kondisi
semula. Granula yang mengembang cenderung untuk saling berikatan membentuk
gel. Proses pembentukan gel dari suspensi pati disebut gelatinisasi (Meyer, 1951).
Gel yang terbentuk akan mengikat komponen bahan ransum sehimgga terbentuk
Sifat Fisik
Menurut KIing d m Woelhbier (1977) dalanz Suadnyana (1998), sifat fisik
yang memegang peranan penting dalam r a u m ternak yaitu :
Berat Jenis
Berat jeuis disebut juga berat spesiiik, melupakan perbandiugan autara massa
bahan terhadap volume (Chung dau Lee, 1985). Berat jeuis memegaug peranan
penting dalam proses pengolahan, penauganan d m peuyimpanan. Berat jeuis
merupakan faktor penentu terhadap kerapatau t u p u k a n dan daya ambang. _Sifat iui
memegaug peranau pentiug dalam proses pemiudahan atau pengangkutau bahau
meugguuakau pneunzetic conveyor atau pada proses pengisiau silo yang tiuggi dengan
meuggunakan daya hisap atau gaya gravitasi. Berat jeuis bersama uhuan paltiltel
bertangguug jawab terhadap homogeuitas penyebarau paltikel dan stabilitas dalaln
suatu pencampuran ransum. Berat jeuis saugat meuentukau tiugkat ketelitiau dalam
proses penakaran secara otomatis seperti pada proses peugemasan dan peugeluaran
bahnn dari dalam silo uutuk dicampw atau digihig (Kliug dan Woebbier, 1977
dalanz Khalil, 1999a).
Kerapatan Tumpukan
Kerapatan tumpukan merupakan perbaudiugan autara berat bahau dengau
volume ruang yang ditempati bahan. Kerapatan tumpukan memegang perauan
pentiug dalam memperhituugkan volume iuaug yaug dibutuhkau suatu bahan dengau
Icerapatan tumpukan juga beiyengaruh terhadap daya campus dau ketelitiau
pengukuran secara otomatis.
Meuurut Ruttloff (1981) dalanz Suadnyaua (1998), peucampurau bahau
ransum dengau ukuran paitikel yaug sama tetapi mempuuyai perbedaan kerapatan
tumpukan yaug besar (lebfi dari 500 kg/m3) akau saugat sulit dicampur dau
ceuderuug terpisah. Bahan ransum yang mempuuyai kerapatau tumpukan yaug
reudah (kurang dari 450 kg/m3) membutuhkau waktu jatuh dau waktu uutuk mengalir
yang lebill lama dan dapat ditimbaug lebfi teliti deugau alat peuakar otomatis, baik
volumetiis maupun gravimetiis, sedaugkau rausum yaug mempuuyai kefapatau
tuu~pukau lebfi daii 1000 kg/m3 akan bersifat sebaliknya.
Meuulut Suadnyana (1998) bahwa uilai kerapatau tuml~ukau meuuiun dengall
semakin meuiugkatuya kauduugau air kareua bahau aka11 mengembang deugau
semakiu tiuggiuya kanduugau air sehgga volume iuaug yaug dibutuhlcan meujadi
besar.
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Kerapatau pemadatau tumpukau melupakau pel-baudiugau autara berat bahau
terhadap volume ruang yang ditempati bahau setelah diakukau proses pemadatau
sepeiti peuggoyangan. Icerapatan pemadatau tumpukan dau kerapatau tumpukau
saugat bei~eugaluh pada kapasitas silo, kontaiuer dan pengemasan.
Perbedaau cara pemadatau akau mempeugaluhi uilai kerapatau pemadatan
saugat meueutukau kapasitas dm alcurasi peugisiau tempat peuyhpauau sepeiti silo,
koutainer dm kemasan.
Sudut Tumpukan
Sudut tumpukau merupakau kiteria kebebasan bergerak partikel yang
terbeutuk saat bahau dicwahkan pada bidang datar melalui sebuah corong. Selnakin
bebas suatu partikel bergerak, maka sudut tumpukan yang terbeutuk semkin kecil.
Pergerakali paltikel yaug ideal dituujukkan oleh ransum beutuk cair dengau sudut
tumpukau sama deugan no1 sedangkan rausum dalam beutuk padat memp~ulyai -. sudut
tuiupukan benkisar autara 20" - 50" (Ruttloff, 1981 dalanz Khalil, 1999b).
Beberapa aplikasi daii sudut tumpukau pada proses peugolahau, peuaugauan
dau peuyimpauau:
a. Sudut tumpukau akan mempeugarubi f2aoabilitj atau daya a h suatu bahan
terutama akau be~yeugaiuh tel.)ladap kecepatau dau efesieusi proses pengosongan
silo secara veitikal pada saat memiudahkau bahau menuju uuit peilimbaugan atau
pada saat peucampuran bahau (Williams, 1991 dau Ruttloff, 1981 dala~n [(ltalil,
1999b).
b. Sudut tumpukau berpeuga~uh terhadap efesiensi peugangkutau bahan secara
mnekauik. Kemudahan dau kecepatau peugangkutau suatu bahan dengau traktor
sekop (shovel) atau conveyor akan sangat dipeugaiubi oleh besainya sudut
tumpukau (Ruttloff, 19h1 dalanz Gautama, 1998). Ruttloff (1981) clnlhnz
Suaduyana (1998), meuyatakan bahwa pada kauduugan air rendah, bahau lebih
tumpukau yaug terbentuk pada kadar air reudah lebib kecil s e h g g a pada saat
pengangkutan bahan tidak jatuh tercecer.
c. Sudut tumpukan berpengamh terhadap ketepatau proses peuakaran baik secara
volumetiis maupuu gravimetris. Jiha ditimbaug, maka ransum dengau sudut
tumpukau yang rendah akau lebih mudah d m akurat dibandiugkan deugau
ransum yaug mempuuyai sudut tumpukan tinggi. Sifat ini erat kaitamya deugau
berat jenis dau kerapatan tumpukau
Geldait et al. (1990) menyatakan bahwa peugukuran sudut tumpukau merupakan metode yang cepat dau produktif uutuk meuentukau laju alirall-babau.
Pada bahan yang aliramya cepat, puucakuya seiing datar sedaugkau pada bahan yaug
aliramya lambat ceudeiuug m e u q u k di pennukaan coroug s e h g g a seiiug
meuyumbat saluxau coroug.
S e m a h halus ukuran paitikel maka bahau akan menjadi Iebib koheszve
s e h g g a flavabilig bahan meujadi reudah (Schulze, 1996), Geldait et al. (1990)
memperkuat peudapat tersebut deugau meuyatakau bahwa semakiu halus ukurau
paltiltel lnaka bahau akau lneuyatu sehiugga bahau tidak bebas bergerak dan
mempuuyai daya alir yaug reudah. Bahau yaug mempuuyai ukuran paitikel 125-150
&on lebib bebas mengalir dau mempuuyai sudut tumpukau yaug kecil
dibaudiugkan fkaksi yaug kuraug daii 125 mikron. Gautalna (1998) juga meuyatakau
Kadar Air
Menurut Wirakaitakusu~nah (1992), sifat fisik bahau pakau bauyak
dipengadi oleh kadar air dan ukurau partikel dari suatu bahau, juga dipeugaiuhi
oleh distribusi ukurau partikel bentuk dan karakteiistik permukaan partikel suatu
bahan. Hal ini diperkuat oleh peudapat Mc E l k e y (1994) baliwa ada dua faktor
yaug mempengaruhi sifat fisikpellet yaitu karakteristik bahan dau ukuran partikel.
Kanduugau air bahau tidak konstan tetapi dipeugaluhi oleh jeuis bahau, suhu
dan kelembabau udara sekitamya (Suadnyaua, 1998). Kadar air maksimum uutuk
ransum uuggas adalah 14% (Direktorat Biua Produksi, 1997). Meuuiut Gautama -.
(1998), kadar air be~yeugaiuh terhadap kerapatan tumpukau dau kerapatau pe~nadatau
tumpukan.
Icetahanan Bentwan
Meuuiut Balagopalau et al. (1988) bahwa ada beberapa faktor yang
mempeugaluhi kualitas ketahauaupellet antara laiu :
1. Kompoueu alamiah, meliputi :
a. Pati
Bila terkeua pauas akau meughasillcan gelatiu dau dapat besfungsi sebagai
perekat
b. Lemak
Mempuuyai ftmgsi sebagai peliciu pada salurau peucetak pellet s e h g g a
c. Serat
Mempunyai h g s i sebagai kerangka pellet, apabila jumlahya sedikit dalam
pakan maka akan menghasilkan pellet yang kuat sedangkan bila jumlahuya
tinggi makapellet yang dihasilkan akan mudah rapuh.
d. Gritz dan pasir
Apabila ada hams dihilangkan karena akan mengganggu proses pemadatan
pellet.
2. Kondisi bahan, meliputi :
a. Kandungan air
b. b a n paltikel
b a n paltikel memegang peranan penting dalam proses pembuatan pellet,
yaltikel bahan yang halus akan menghasilkanpellef yang kuat
c. Temperatur
Mempercepat proses gelatiuisasi. Semakin tiuggi temperatw yang diguuakall
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Industri Makanan Ternak Jurusan
Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,
dimulai pada bulan Febmari sampai April 2001.
Materi
Bahan
Bahan yang digunakan dalalll pe~nbuatall ransurn broiler adalah pollard,
dedak padi, jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, zeolit, CPO (crude palni oil),
premix, CGM (corn gluten meal), CaC03.
AIat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Alat proses
- Mesin giling
- Panci pengukus
- Mesinpellet b. Alat untuk analisa
- Vibrator ball mill
-
Tinlbangan-
Oven-
Gelas ukur 100 ml, pengaduk aquadesFormulasi Ransum
Pembuatan formulasi ransum broiler starter berdasarkan Scott et al. (1976)
dengan menggunaka~~ protein kasar 21 % dan energi lnetabolis 2800 kkallkg ransum.
Pembuatan formulasi menggunakan metode trial and error (coba-coba). Formulasi
ransum broiler starter yang telah dibuat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Formulasi Ransuin Broiler Starter
Bahan B1 B2 B3 -. B4
Pollard 0 5 10 15
Dedak Halus 15 10 5 0
Jagung 42 42 42,05 42
Tepung Ikan 5 5 5 5
Bungkil Kedelai 25.75 25.75 26.25 26.75
Zeolit 3 3.25 3.3 3.25
CPO 2 2 2 2
CGM 5 4.75 4.15 3.75
Premix 0.25 0.25 0.25 0.25
CaC03 2 2 2 2
Total 100 100 100 100
Energi Metabolis (kkallkg) 2873 2835.9 2800 2768.4
Protein Kasar (%) 21.04 21.06 21.09 21.23
Lemak Kasar (%) 6.01975 5.56975 5.12620 4.67875
Serat Kasar (%) 3.87650 4.07325 4.30155 4.53025
Harga (Rptkg) 2012.25 2002.75 1996.20 1992.75
Keterangan: B1 = 15 % dedak padi tanpa pollard
B2 = 5 %pollard + 10 % dedak padi
B3 = 10 %pollard + 5 % dedak padi
[image:38.541.35.465.246.749.2]Pembuatan Crumble
Bahan-bahan yang telah dipersiapkan digiling dan dicampur sesuai dengau
formula. Bahan yang telah dica~npur disesuaikan dengau perlakuan yaitu taupa
pengukusan, pengukusan selama 15 menit, pengukusan selalna 30 menit dan
pengukusan selama 45 menit kemudian dimasukkan ke dalam mesh crunzble
selanjutuya didinginkan dan dilakukan pengujian peubah. Skema pembuatan crunzble
terlihat pada Gambar 1.
Pencampuran
Perlakuan pengultusan
I
Pembuatan crumble
t
Pendinginan
Pengujian peubah
[image:39.547.24.480.52.771.2]Pengukuran Sifat Fisik Bahan
Berat Jenis (IQaW, 1999a)
Berat jenis (BJ) diukur dengan mengguuakan priusip h u b Archimedes,
yaitu dengan melihat perubahau volume aquades pada gelas ukur (100 ml) setelah
memasukkan bahan-bahan yang massanya telah diketahui ke dalam gelas ukm
tersebut kemudian diiakukan pengadukan untuk mempercepat jalannya udara antar
partikel ransum selama pengukuran. Pembacaan volume a& diiakukan setelah
volume menjadi konstan. Perubahan volume aquades merupakan volume bahan
-.
sesuugguhuya. Berat jeuis dhituug dengan mmus:
Bobot bahau BJ =
Pelubahan volume aquades
Icerapatan Tumpultan (Khalil, 1999a)
Icerapatan tumpukan (KT) dhituug dellgall me~icurahkan balian dengan bobot
tertentu ke dalam gelas ukur (100 ml). Metode pemasukall bahau ke dalam gelas
ukur salna setiap pengamatau, baik cara maupuu ketiuggian pericurahau. Pencurahan
ransum dibantu corong plastik dau sendok teh, guua memhimumka~~ penyusutan
volume curah rausum akibat pengaluh daya berat ransum itu sendini saat dicurahkan,
dan teljadiiya guucaugan pada gelas ukur perlu d i d a l i . Kerapatan tumpukan
d i t u u g dengan cara membagi berat ransum dengan volume ruaug yaug
Bobot bahan
KT =
Volume ruang bahan
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
(Khaa
1999a)Kerapatan pemadatan tumpukan (KPT) diteutukan dengan cara yang sama
deugan peuentuau kerapatan tumpukan, tetapi volume bahan dibaca setelah dilakukau
proses pemadatan dengan cara menggoyaug-goyaugkan gelas ukur dengan tangau
sampai volume tidak beiubah lagi. Besa~nya nilai kerapatan pelnadatan tumpukan
sangat tergautuug pada intensitas proses pemadatau sedangkan volume yang -. dibaca
meiupakan volume terkecil yang diperoleh selama penggetaran. Sebaikuya
yemadatan dilakukan dalam waktu tidak lebih d a i i 10 meuit. Kerapatan pemadatan
tumpukan d i t u n g deugan cara membagi berat ransum (gram) dengan volume ruaug
rausum setelah pemadatan (cm3).
KPT = Bobot bahau
Volume iuang setelah pelnadatan
Sudut Tumpukan (IChalil, 1999b)
Pengukuran sudut t u q u k a n dengan menjatuhkan bahan pada ketiuggian
teitentu melalui corong pada bidang datar sepeiti pada Gambar 2. Diameter
tumpukan bahan makshum seteugah kali tinggi jatuhnya bahan. Sebagai alas bidang
datar diguuakan kertas karton benvarna putih. Ketiuggiau tumpukan bahan hams
lahan pada dindiug corong plastik. Pengukuran diameter diiakukau pada sisi yang
sama pada semua peugamatan dengau bautuau mistar d m segi tiga siku-siku.
Sudut tumpukan b&au (6) diuyatakan dengan satuan derajat dan dapat ditentukan
dengau mengukur diameter dasar (d) dan tinggi tumpukan (t) sedangkau (n) adalah
ketiuggian teltentu wtuk m e n j a m a n bahan. Besainya sudut tmpukan dapat
[image:42.547.21.455.23.716.2]dihituug dengau m u s :
Gambar 2. Cara Mengukur Sudut Tumpukan.
1Cad:lr Air (AOAC, 1984)
Pengnkuran kadar air dengan mengguuakan oven 105'C selama 24 jam uutuk
mengetahui kadar air awal bahan. Setiap bahau diletakkau didalam cawan
alumiiwq agar penguapau air terjac'i secara s e q w n a , autar sampel tidak boleh
Perllitungan kadar air dihituug dengan mengguuakan i w u s :
Berat awal- berat akhir
KA = x 100%
Berat awal
Pengujian Kadar Kehalusan dan Ketahanan Benturan
Kadar Kehalusan (Henderson dan Perry, 1976)
Teknik yang dipakai untuk menentukan kadar kehalusan, keseragaman dau
u h a n paitikel crz~nzble adalah deugan vibrator ball nzill gernzan the sieveZnalisis
nomor nzesh 4, 8, 16, 30, 50, 100, 400. Bahan ditirnbang sebauyak 500 gram dan
diletakkan pada bagian paliug atas dali sieve, lalu dilakukan penya~iugau bahan yang
teitinggal pada tiap sai-iugan. Kadar kehalusan dapat diuknr sepeiti pada Tabel 5
Tabel 5. Cara Pengukuran Kadar Kehalusan
Nomor peijanjian German sieve Jumlah c~unzble % crunzble tiap
[image:43.547.49.474.216.751.2]nunzber yang tertinggal sariugau
...
7 4
...
6 8
...
......
...
5 16
...
4 30 ...
...
3 50 ...
...
...
2 100
...
...
1 400
...
...
0 Penaqung
Kadar kehalusan bahan diketahui setelah didapatkan d m diperhituugkan
dengan nomor pe rjanjiau besar sampel (%) pada setiap mesh, dengau rumus:
x("hx ~opeljaujiau) Kadar kehalusau =
100
Besar nilai crumble dapat dikategorikan kedalam nilai kadar kehalusau (KK)
dengau ketentuan sebagai berikut:
1. Niiai kadar kehalusan 4.1 - 7.0: kategori bahau kasar
2. Nilai kadar kehalusan 2.9 - 4.1: kategoli bahan sedaug
3. Niiai kadar kehalusau 0 - 2.9: kategori bahan halus
Ukuran keseragaman diumuskan sebagai perbandigan Kasar : Sedang :
Halus.
Ulcl~rau pei-tikel rata-rata d i t u u g dengan iumus :
Ukuran pa~tikel rata-rata = (0.0041) x
zK"
x 24.5 mn (Tyler, 1959)Ketahanan Benturan Crumble (Balagopalau et al., 1988)
Ketahanan cr7mtble terhadap benturan diukur dengan cara menjaiuhkan
cru~~zble dari ketiuggian 1 meter pada lempeng besi setebal 2 m. Crumble
dijatuhkan secara bersamaan dengan berat 500 gram, lalu cUakukan penyaiiugan
b a n ketabanan cruntble dimmuskan:
Berat crunzble utuh setelah d i j a u a n
% % Ketabanan Benturan Crunzble =
Berat crumble awal
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaau yang digunakan adalab Rancangan Acak Lengkap
r
(RAL) yang perlakumya berpola faktorial4 x 4 dengan pengulangan 5 kali. Faktor
i
A adalah lama pengukusan yaitu :
-.
A, : tanpa pengukusan
A2 : pengulcusan selama 15 menit
A3 : pengukusan selama 30 menit
& : pengukusan selama 45 menit
Faktor B adalah level substitusi dedak padi denganpollard yaitu :
B, : 15 % dedak padi tanpa pollard
BZ
: 5 % pollurd+
10 % dedalc padiB3 : 10 %pollard
+
5 % dedak padiB4 : 15 % pollurd tanpa dedak padi
Metode analisis iui menggunakan model matematik (Steel and Tollie, 1991)
sebagai bel-ikut:
keteraugau :
Yijk = Pengamatan pada unit eksperimen ke-k dengan lama peugukusau ke-i dan
level substitusi dedak padi denganpollard ke-j
a i = Peugamh peugukusan ke-i
pj = Peuga~uh level substitusipollard ke-j
(ap)ij = P e n g a d faktor interaksi peugukusan ke-i dan level substitusipollard ke-j
~ i j k = Pengaiuh galat ekspe~imeu ke-k dengan pengukusan ke-i dau level
substitusi pollard ke-j
Data yaug terkumpul diaualisis dengan sidik ragam (ANOVA) dau jika
HAS= DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisik
Kadar Air
Hasil analisa dali pengnkwan kadar air berkisar antar 8.79 % sampai
13.53 %, nilai tersebut memenuhi persyaratan mutu pakan bahwa kadar air
maksimum uutuk ransum uuggas adalah 14 % (SNI, 1995).
Pengal-uh pengukusan (faktor A), level substitusi dedak padi deugan pollard
(faktor B) dan iuteraksi antar kedua faktor tersebut berdasarkan sidik_-ragam
menunjukkan p e n g a d yang sangat nyata (P<0.01) terhadap kadar air crunzble
(Lampiran 1). Berdasarkan uji Dullcan maka diperoleh nilai rataan kadar air
(Tabel 6) teltiuggi uutuk perlakuan pengukusan (Faktor A) adalah pengukusai~
selama 30 menit (A3). Nilai kadar air yang terendah adalah tanpa perlakuan
peugukusan (At) dengan hasil tidak berbeda nyata dengan pengukusan selama 15
menit (Az).
Berdasarkau level substitusi dedak padi dengau pollard (faktor B) nilai rataau
kadar ail. tertiuggi ditunjukkan oleh rausum yang terdiri dali 10 % dedak padi
+
5 %pollurd (Bz), hasiluya tidak berbeda nyata dengan ransum yang terdiri dari 15 %
dedak padi tanpa pollard (B,). Nilai rataan kadar air terendah ditunjukkan oleh
r a n m yang terdiri dari 5 % dedak padi
+
10 %pollard (BJ).Nilai rataan kadar air tertinggi berdasarkan interaksi antar faktor A dan B adalah perlakuan pengukusan selama 30 meuit dan r a n m yang terdiri dari 10 %
A3Bz tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan pengukusan selama 30 m e i t
dan ransum yang terdiri dari 15 % dedak pa& tanpa pollard (A3B1) dan pengukusan selama 45 meuit d m ransum yang terdiri dari 10 % dedak pa&
+
5 %pollard (A&)dengan nilai masing-masing sebesar 13.11 % dan 13.06 %. Niai terendah
ditunjukkau oleh perlakuau pengukusan selama 45 menit d m ransum yang terdui dari
5 % dedak padi
+
10 %pollard (&B3) dengan nilai rataan sebesar 8.79%.Tabel 6. Rataan Hasil Analisis Kadar Air (%)
Waktu p engukusan Level substitusi dedak padi denganpollard -.
( meuit) B1 B2 B3 B4 Rataan
Rataau 1 1 . 7 7 ~ 1 2 . 0 6 ~ 10.39m 11.24'
Keterangati : Superscript yang berbeda meilul~jukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) B1= 15 % dedak padi tanpa pollard
B2= 10 % dedak padi + 5 % pollard
B3= 5 % dedak padi + 10 %pollard
B4= I 5 % pollard tanpa dedak padi
Nilai kadar air yang tiuggi terdapat pada perlakuan yang mengalami
pengukusan kelnuugkiuan karena saat dilakukan pengukusan grauula membeugkak
kemudian setelah crunzble mengalami pendigiuan sebagian air masih berada di luar
granula yang membengkak. Air tersebut akan lnengadakau ikatan yang erat dengan
molekul-molekul pati pada p e d a a n butir pati yang membengkak. Sebagian air
terbentuk dari butir pati dan endapan amilosa, sehingga crui17ble yang dihasilkan
berkadar air tinggi.
Rataan nilai kadar air yang terendah untuk interaksi antar faktor A dan B
yaitu pada perlakuan A4B3. diduga karena ransum yang terdiri dari 5 % dedak padi
+
10 % pollard pada pengukusan selama 45 menit telah mengalami pembengkakangranula pati yang luar biasa kemudian pecah dan pada saat tersebut granula pati tidak
dapat kembali pada kondisi semula (irre~~ersib/e). Harper (1979), menyatakan bahwa
penambahan air akan memisahkan kristal amilosa dan mengacaukan strukturnya,
kemudian dengan adanya pemanasan granula pati membengkak luar biasa. Semakin
lama pemanasan dan semakin banyak penambahan air, amilosa mulai tersebar keluar
dari granula dan pati tersebut tidak dapat kembali seperti kondisi semula. Pecahnya
granula menyebabkan tidak terbentuk rongga-rongga yang akan dite~npati air pada
bahan. Saat granula pati pecah air akan menguap bercampur dengan uap air
pengukusan dan menyebabkan kadar air yang dihasilkan crrrn7ble rendah.
K a d a r Kehalusan
Rataan nilai uji kadar kehalusan (Tabel 7) berkisar antar 5 83 sampai 6 05
Menurut Tyler (1959) bahwa rataan nilai kadar kehalusan yang berkisar antar 4 1-7 0
dikategorikan kasar, jadi cl-rilnble dalam penelitian ini termasuk kategori kasar.
Berdasarkan hasil sidik ragam dari waktu pengukusan (faktor A), level
substitusi dedak padi dengan pollard (faktor B) dan interaksi antar kedua faktor
tersebut menghasilkan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap kadar 3
teitinggi berdasarkan waktu pengukusan (faktor A) dihasilkan oleh pengukusan
selama 45 menit (&) tapi tidak berbeda nyata dengan pengukusan selama 30 menit
(A3).
Tabel 7. Rataan Hasil Pengukuran Kadar Kehalusan.
Waktu pengukusan Level substitusi dedak padi denganpollurd
( menit) B1 B2 B3 B4 Rataan
Rataan 5.99K 5.97' 5.96' 5.96'
Keteraagan : Superscript yang berbeda menulljukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.0 1) B 1= 15 % dedak oadi tanoa vollard
B2= 10 % dedak padi + 5
36
pollard B3= 5 % dedak padi + 10 % pollardB4= 15 % pollard tanpa dedak padi
Besdasaskau level substitusi dedak padi dengall pollurd (faktor B) hasil rataan
teitiuggi ditunjukkan oleh ransum yang mengandung 15 % dedak padi tanpa pollard
(Bl). Nilai rataan kadar kehalusan te~tinggi berdasarkan iuteraksi faktor A dan B
dicapai oleh perlakuan pengukusau selama 45 menit dan rausum yang tesdiri daii
15 % dedak padi tanpa pollurd (A4B1).
Rataan ukuran paitikel crunzble berkisar antar 0.59 cm sampai 0.69 cm.
Pengamh pengukusan (faktor A), level substitusi dedak padi dengan pollurd (faktos
B) dan interaksi antar kedua faktor tersebut menghasilkan perbedaan yang sangat
[image:50.547.44.475.173.762.2]Duncan nilai rataan ukuran paitikel (Tabel 8) tertinggi berdasarkan waktu
pengukusan (faktor A) dituujukkan oleh pengukusan selama 45 menit (&) tapi tidak
berbeda nyata dengan pengukusan selama 30 menit (A3).
Niai rataan &an partikel crunzble tertinggi berdasarkan level substitusi
dedak pa& dengan pollard (faktor B) dicapai oleh ransum yang terdui dari 15 %
dedak padi tanpa pollard (Bl), sedangkau berdasarkan interaksi antar faktor A dan B
Inaka nilai k a n paitikel tertinggi dituujukkan oleh perlakuan pengukusan selama
45 meuit dan ransum yang terdiri d a ~ i 15 % dedak padi tanpa pollard (&B1).
, Semakiu tiuggi nilai u h a n partikel maka crunzble utuh yang dihasilkan akau lebh
bauyak
Tabel 8. Rataan &an Paitikel Crunzble (cm)
Waktu p engukusan Level substitusi dedak padi deuganpollard
( menit) B 1 B2 B3 B4 Rataau
0 ('41) 0.63' 0.61d 0.59' 0.60" 0.61'
15
(4
0.66" 0 . 6 7 ~ 0.66" 0 . 6 6 ~ 0.66'Rataan 0.66" 0.65~ 0.65' 0.65'
Keterangan : Superscript yang berbeda mel~uujukkan perbedaa~~ yalig saugat nyata (Pc0.01)
B 1= 15 % dedak padi tanpa pollard
B2= 10 % dedak padi + 5 % pollard
B3= 5 % dedak padi + 10 % pollard
B4; 15 % pollard taupa dedak padi
Ransum yang mengalami perlakuan pengukusan meaghasilkan kadar
pengukusan. Hal tersebut karena pengukusan mengakibatkan terjadiuya gelatiuisasi,
saat tersebut granula mengembang dau cendemg untuk saling berikatan membentuk
gel (Meyer, 1951). Gel yang terbentuk akan mengikat komponen bahan ransum
sehingga crunzble yang &asilkan tidak mudah hancur atau mengalami pengikisan
selama pemiudahan,
Berat Jenis
Hasil sidii ragam menunjukkan, waktu pengukusan (faktor A) dan iuteraksi
antar faktor A dan faktor B tidak berbeda nyata, sedangkan level substitusi dedak
-.
dengan pollurd (faktor B) berpengald sangat nyata (WO.01) terhadap uilai berat
jeuis (Lampkan 4). Nilai rataan berat jeuis (Tabel 9) teitiuggi ditunjukkan oleb
ransum yang terdiri dari 5 % dedak padi
+
10 % pollurd (B3), tetapi perlakuau tersebut tidak berbeda dengan perlakuan yang mempunyai komposisi r a n m dengankomposisi 15 % pollard taupa dedak padi (B4). Ransum yang terdini dari 15 %
dedak padi tanpa tambahanpollard (B,) mell~iliki d a i berat jeuis terei~dah.
Tabel 9. Rataan Hasil Pengukuran Berat Jenis (g/cm3)
Waktu pengukusan Level substitusi dedak padi deugaupollard
( menit) B1 B2 B3 B4 Rataar~
0 ('41) 1.25 1.35 1.37 1.39 1.34
15 ('42) 1.31 1.33 1.37 1.37 1.35
30 (A3) 1.30 1.34 1.35 1.32 1.33
45 (A4) 1.30 1.33 1.47 1.39 1.37
Rataan 1.29" 1.34" 1.39" 1.38'~
Keterangan : Superscript yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<O.01) B1= 15 % dedakpadi tanpapollard
B2= 10 % dedak padi
+
5 % pollardB3= 5 % dedak padi
+
10 % pollardPerbedaau nilai berat jeuis pada peuelitiau hi disebabkau pollard mempuuyai
stluktw kimia bahau dengau kanduugan kalsium (Ca) yaug lebih besar (0.14%)
dibaudillgkau dengau dedak padi (0.07%). Hal hi menyebabkau kauduugan Ca
rausum yaug ditambahkan pollard meniugkat sehingga karakteristik ransum meujadi
lebih berat. Suaduyaua (1998), meuyatakau bahwa reudalmya berat jeuis
bahau tidak terlepas dari susunan struktur kimia bahau yaug mempuuyai kandungau
Ca yaug reudah sehiugga karakte~istik bahau tersebut reudah. Semakin tiuggi berat
jeuis akan meningkatkau kapasitas dalam ruang peuyimpanan dau akau memudahkau
peugaugkutau. Peuyimpauan dalam wadah lebih efektif karena akan memndahkau
peugangkutan.
Kerapatan Tumpukan
Hasil sidii ragam menuujukan bahwa waktu peugukusan (faktor A), substitusi
dedakpadi deuganpollar-d (faktor B) dan iuteraksi autar kedua faktor tersebut
mernbeii peugaruh yaug sangat nyata (P<0.01) terhadap kerapatau tumpukan
(Laulpjl.an 5).
Berdasarkau uji lai~jut Duucau diperoleh uilai rataau kerapatau tumpukan
(Tabel 10) teitiuggi uutuk lama peugukusan (faktor A) dituujukkau pada peugukusan
selama 15 menit (Az) dan nilai rataau tereudah dengau peugukusau selama 30 m e i t
(A3). Berdasarkan level substitusi dedak padi dengan pollard (faktor B) nilai rataan
tertiuggi ditunjukkau oleh ransum yang terdiri dari 5 % dedak padi
+
10 % pollard(B3) dau nilai rataan tereudah dituujukkau oleh rausum yaug meuganduug 15 %
Berdasarkan iuteraksi antar faktor A dau B, perlakuan peugukusan selama 45
menit dau ransum yaug terdiri dari 5 % dedak padi
+
10 % pollard (AB3) mempunyai d a i rataan kerapatau tumpukau terbesar yaitu 0.739 g/cm3, tetapi tidakberbeda nyata dengan perlakuan pengukusan selama 15 menit dan ransum yang
terdiri dari dari 5 % dedak padi
+ 10
% pollard (A&) dengan ldai rataau sebesar0.733 g/cm3. Hal ini menuujukkan bahwa perlakuau A B 3 dan perlakuan A2B3
membutuhkan luaug penyimpanan yang paling kecil dibaudigkau dengan perlakuan
laiuuya, karena pada perlakuan pengukusan terjadi proses gelatiuisasi s e h g g a
crunzble yang terbeutuk akan menjadi kompak dan padat
Tabel 10. Rataau Peugukuran Kerapatau Tumpukan (g/cm3)
Waktu pengukusan Level substitusi dedak padi deuganpollard
( meuit) B1 B2 B3 B4 Rataan
Rataau 0.684m 0.693' 0.71 1".694'
Keterangan : Superscript yang berbeda menunjukkan perbedaan yaug s a n g t llyata P 0 . 0 1) B1= 15 % dedak padi taupapollard
B2= 10 % dedak padi + 5 % pollard B3= 5 % dedak padi + 10 % pollard
B4= 15 % pollard tanpa dedak padi
Penuruuau uilai kerapatan tumpukau teiutama pada perlakuan pengukusan
disebabkan oleh kadar air crumble (Tabel 6). Semakin tiuggi kadar air
,
maka ililaimenyebabkan volume iuang yang dibutuhkan kecil karena berat crumble beitambah,
sedaugkan nilai kerapatan tumpukan yang rendah berpengaiuh sebalikuya.
Menurut Ruttloff (1981) d a h z Suadnyana (1998), bahau dengau kerapatan
tnmpukan rendah (450 kg/m3) membutuhkan waktu jatuh dan mengalir lebih lama
sehhgga dapat ditimbang dengan teliti menggunakan alat penakar otomatis,
sedaugkan dengan kerapatan tumpukan yang tinggi (500 kg/m3) bersifat sebalilaiya.
Niai rataan kerapatan tumpukan crunzble dalam penelitiau ini berkisar antar
0.677 g/cm3 sampai 0.739 &m3 tergolong tinggi sehingga kuraug teliti jika
ditimbang deugan peuakar otomatis. . .
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa waktu pengukusan (faktor A), substitusi
dedakpadi denganpollard (faktor B ) dan interaksi antar kedua faktor tersebut
me~nberi peugaiuh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap kerapatan pemadatan
tumpukau (Lampuau 6). Berdasarkan lama peugukusan (faktor A) d a i rataau
kerapatan pe~nadatan tumpukau (Tabel 1 1 ) teitinggi dituujukkan oleh perlakuan
peugukusan selama 15 meuit (A2) dan nilai tereudah yaitu deugan peugulcusan selama
30 menit (A3).
Berdasarkan level substitnsi dedak
padi
dengan pollard (faktor B ) d a i rataauteitinggi dicapai dengau foimnlasi 5 % dedak padi
+
10 % pollard (B3) dan nilairataan tereudah dihasilkan oleh ransum yang terdiri dari 15 % dedak padi tanpa
pollard (B,). Nilai rataan te~tinggi berdasarkan interaksi antar faktor A dan B
5 % dedak padi
+
10 % pollard (.A&) yaitu sebesar 0.803 g/cm3. Semakin tiuggiuilai kerapatan pemadatan twnpukan maka volume iuang yang ditempati cru~rzble
meujadi lebih kecil.
Tabel 11. Rataan Pengukulan Kerapatan Pemadatau Tumpukati @cm3)
Waktu peugukusau Level substitusi dedak padi deuganpollard
( meuit) B1 B2 B3 B4 Rataau
45 (A4) 0 . 7 3 6 ~ ~ 0.738'~ 0.803" 0.739' 0.754"
Rataan 0.733n 0.743" 0 . 7 6 7 ~ 0.748'
Keteraugan : Superscript yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat uyata (P<0.01) B1= 15 % dedak padi tanpa pollard
B2= 10 % dedak padi + 5 % pollard B3= 5 % dedak padi + 10 % pollard
B4= 15 % pollard tanpa dedak padi
Kerapatan turnpukan dau lcerapatau pemadatan tumpukan dari hasil penelitian
iui ceudeiuug member-ikan korelasi positg semaki~l tinggi ldai kerapatan tumpukan maka kerapatan pemadatan tmpukau akau semakilr tiuggi dan sebalikuya. Menurut
HoBGna~ul (1997), tingkat pemadatau selta densitas baban sangat menentukan
kapasitas dan akurasi pengisiau tempat pe~iyimpauau seperti silo, kontaiuer dan
kemasau.
Sudut Tumpukan
Hasil sidik ragam sudut turnpukan meumjukan bahwa waktu peugukusau
[image:56.541.37.468.106.767.2]dan faktor B berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan substitusi dedak padi deugau
pollard (faktor B) tidak berpengaruh nyata (Lampiran 7).
Tabel 12. Rataan Haid Pengukuran Sudut Tmpukan ( O )
Waktu pengukusan Level substitusi dedak padi dengan pollard
( menit) B1 B2 B3 B4 Rataan
0 (All 3 1 . 9 ~ ~ 31.66" 33.37b 33.55" 32.39'
45 (A4) 29.03' 29.59' 29.24" 29.01" 29.22"
-.
Rataau 29.99 29.94 30.06 30.18
Keterangan : Superscript yang berbeda uutuk interaksi menu~ijukkan perbedaan yang tlyata OJ<0.05) Superscripf yaug berbeda orttuk faktor A ~nerrnn~jukkan perbedaan yang sangat 11yata (P<O.Ol)
B1= 15 % dedak padi tanpapoNard
B2= 10 % dedak padi + 5 % pollard
B3= 5 % dedak padi + 10 %pollard
B4= 15 % pollord tanpa dedak padi
Berdasarkan lama pengukusan (faktor A) llilai rataan sudut tumpukan (Tabel
12) teltiuggi ditunjukka oleh perlakuan yang tidak mengalami pengukusan (Al).
Niai terendah diperoleh dengau pengukusau selama 30 menit (A3), tetapi tidak
berbeda nyata deugau pelakuau selama 15 menit (Az) dau 45 inenit
(4).
Niai sudut m p u k a n teithggi berdasarkan hteraksi autar falctor A dau B
ditunjukkan ole11 perlakuan taupa pengukusan dan ransum yang t e ~ d u i dari 15 %
pollard tanpa dedak padi ( A I B ~ ) yaitu sebesar 33.55". Bahan atau crunzble yang mempunyai sudut t u q u k a n tinggi akan mengurangi kecepatan aliran crunzble dan
akan menyatu s e h g g a crunzble tidak bebas bergerak (Geldait et al., 1990). SeIain
aliran telusau, akibat ha1 tersebut maka diperlukau proses peugadukau di dalam silo
agar bahan bisa mengah, sehiugga mekanis