• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN INKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN INKLUSIF"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

AHMAD NAWAWI

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

SIAPAKAH?

ANAK LUAR BIASA

(7)

PENDIDIKAN INKLUSIF

Pendidikan inklusif adalah Layanan

pendidikan yang mengikutsertakan anak

berkebutuhan khusus (ABK) belajar

(8)

PENDIDIKAN INKLUSIF

“Pendidikan inklusif berarti bahwa sekolah

harus MENERIMA/mengakomodasi semua anak, tanpa kecuali ada perbedaaan secara fisik, intelektual, sosial, emosional, bahasa, atau kondisi lain, termasuk anak penyandang cacat dan anak berbakat, anak jalanan, anak yang bekerja, anak dari etnis, budaya, bahasa, minoritas dan kelompok anak-anak yang

(9)

PENDIDIKAN INKLUSIF

 yang dimaksud dengan pendidikan inklusif

adalah system penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan

memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan

pendidikan secara bersama-sama dengan

(10)

LANDASAN PENDIDIKAN

INKLUSIF

 DI DUNIA

1948: Deklarasi universal hak asasi manusia;1989: Konvensi PBB tentang hak anak;

 1990: Deklarasi dunia tentang pendidikan

untuk semua, Jomtien;

1993: Peraturan standar tentang Persamaan

Kesempatan bagi para penyandang cacat;

 1994: Pernyataan Salamanca dan Kerangka

(11)

DI DUNIA

 1999: Tinjauan 5 tahun Salamanca;

 2000: Kerangka Aksi Forum Pendikan Dunia,

Dackar;

 2000: Tujuan Pembangunan Millenium yang

berfokus pada penurunan angka Kemisnikan dan Pembangunan;

 2001: Flagship Pendidikan Untuk Semua

(12)

DI INDONESIA

 Fasafah negara “BHINEKA TUNGGAL IKA”

 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1)

yang menegaskan “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”;

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (2)

(13)

DI INDONESIA

 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga

(14)

UU no. 20 th 2003

 PENJELASAN PASAL 15:

 Pasal 15

 Pendidikan khusus merupakan

penyelenggaraan pendidikan untuk peserta

didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif atau berupa satauan pendidikan khusus pada tingkat

(15)

UU No. 23 tahun 2002

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak, Pasal 51

yang menegaskan “anak yang

menyandang cacat fisik dan atau

mental diberikan kesempatan yang

sama dan aksesbilitas untuk

(16)

UU No. 4 th 1997

ttg PENYANDANG CACAT

 BAB III Pasal 6: Setiap penyandang cacat

berhak memperoleh:

 1. Pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis,

dan jenjang pendidikan;

BAB IV Pasal 11: Setiap penyandang cacat

mempunyai kesamaan kesempatan untuk

(17)

UU No. 4 th 1997

ttg PENYANDANG CACAT

 BAB IV Pasal 12: Setiap lembaga pendidikan

memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, jenis, dan jenjang

(18)

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009

 TENTANG PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI

PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI

KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT

(19)

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009

 PASAL 3 ayat (1):

 “Setiap peserta didik yang memiliki kelainan

fisik, emosional, mental, dan sosial atau

memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu

(20)

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009

PASAL 3 ayat (2):

“Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) terdiri atas:

tunanetra;

berkesulitan belajar;lamban belajar;

autis;

memiliki gangguan motorik;

menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif

lainnya;

(21)

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009

PASAL 7: “Satuan pendidikan

penyelenggara pendidikan inklusif

menggunakan kurikulum tingkat

satuan pendidikan yang

mengakomodasi kebutuhan dan

kemampuan peserta didik sesuai

(22)

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009

PASAL 8: “Pembelajaran pada

pendidikan inklusif

mempertimbangkan

prinsip-prinsip pembelajaran yang

(23)

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009

 PASAL 11 ayat (1): “Satuan pendidikan

penyelenggara pendidikan inklusif berhak memperolah bantuan profesional sesuai dengan kebutuhan dari pemerintah

kabupaten/kota. “

Ayat (2): “Pemerintah, pemerintah daerah,

dan/atau masyarakat dapat memberikan

(24)

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009

PASAL 12: “Pemerintah, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan inklusif sesuai dengan kewenangannya.”

 PASAL 13: “Pemerintah memberikan penghargaan

kepada pendidik dan tenaga kependidikan pada

satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif, satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif, dan/atau pemerintah daerah yang secara nyata

(25)

PERMENDIKNAS NO. 70 TH 2009

Pasal 14

 “Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan

inklusif yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini diberikan sanksi administratif sesuai

(26)
(27)
(28)

MAHA SUCI ALLOH

YANG TELAH MENCIPTAKAN

SEMUANYA BERPASANG-PASANGAN (AL QUR’AN 23:36)

(29)
(30)
(31)

Exceptional children are those who require special education and related services if they are to

realize their full human potential (Hallahan and Kauffman, 1986:5)

Penyandang cacat adalah mereka yang

(32)
(33)

 Kelainan Fisik Tunanetra

Tunarungu Tunadaksa

 Kelianan Emosi/Sosial/Perilaku Tunalaras

 Kelainan Kecerdasan/Mental Tunagrahita

Berbakat

(34)
(35)

• Kebutuhan individu (individual needs)

• Tidak bisa belajar kalau bising

• Tidak bisa tidur kalau lampu menyala

• Kebutuhan pengecualian (exceptional needs)

• Membaca dengan meraba • Berbahasa isyarat

• Kebutuhan umum (common needs)

• Tidak dapat konsentrasi karena sedang sedih • Menyediri karena minder

(36)
(37)

ALB:

Diidentifikasi berdasarkan jenis kecacatan

Sebagian dari ABK

ABK:

• Diidentifikasi berdasarkan jenis kebutuhan

• Bukan sekedar pengganti istilah ALB

(38)

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNALARAS

(39)

Anak Lambat

Belajar Anak

(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

Pendidikan khusus adalah pengajaran yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan individu penyandang cacat. Dalam pendidikan khusus

mencakup beberapa komponen yang harus

diperhatikan oleh guru pada saat bekerja dengan penyandang cacat. Komponen tersebut meliputi

lingkungan fisik (misalnya menyediakan jalan tanjakan yang dapat dilalui oleh anak dengan cacat fisik),

prosedur pengajaran, isi/materi pengajaran, dan

(45)
(46)
(47)

 Pendidikan Luar Biasa

Bahasa Belanda

 Pendidikan Khusus

Bahasa Inggris

(48)
(49)

Pasal 5

(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta

masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

(50)

Pasal 32

(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi

(51)

 Pasal 15

Pendidikan khusus merupakan

penyelenggaraan pendidikan untuk peserta

didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif atau berupa satauan pendidikan khusus pada tingkat

(52)

 Segregasi SLB

 Integrasi

Sekolah Terpadu (integrasi)

 Inklusi

(53)

PLB (special education)

Integrasi

Inklusi

Pendidikan bagi penyandang cacat

Penyandang cacat belajar di sekolah reguler

Tidak mempersoalkan seting / tempat

Mengubah penyandang cacat menyesuaikan sistem

Pendidikan untuk semua (memperhatikan kebutuhan khusus)

Mengubah sistem untuk semua anak

Segregasi

(54)

Center for Studies on Inclusive Education (CSIE)

Hak belajar bersama

Tidak harus dipisah karena cacat

Tuntutan diakhiri segregasi

Kekurangan dan kelebihan

Prestasi akademik dan sosial baik

Semua pengajaran dapat dilakukan

Lebih efisien

Segregasi tidak nyaman

Hidup dalam masyarakat normal

(55)
(56)
(57)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sintesis dilakukan untuk memperoleh keseluruhan prioritas, pertimbangan- pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan dengan menggunakan eigen vector [19]. Eigen vector

Urut 1 dan Nomor Urut 5, oleh karena Pihak Terkait menilai bahwa pokok permohonan keberatan a quo bersentuhan langsung dengan kepentingan hukum Pihak Terkait

 Untuk KU 3.3 tentang kemampuan mahasiswa dalam menggunakan analisis kerekayasaan dalam desain komponen mekanik, hasil penilaian menunjukkan kelemahan mahasiswa

Penelitian ini dilatar belakangi menurunnya jumlah hotel di Kabupaten Semarang. Hal ini mengindikasikan hotel tersebut tidak dapat memuaskan pelanggan. Secara umum

Pada halaman ini pengunjung bisa melihat beberapa hasil produk Kerajinan adat Bali langsung dengan harganya bila mau melakukan order maka cara bertransaksi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara mengetahui tentang penggunaan pembayaran non tunai, namun masih kurang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran zakat, infaq dan sedekah dalam pemberdayaan masyarakat miskin melalui program hibah rumah siap huni yang dilakukan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan yang lebih bagi pihak perbankan khususnya Bank Umum Syariah mengenaipembiayaan murabahah,