KARAKTERISTIK PAYANG GEMPLO (
SEINE NET
) DI
PELABUHAN PERIKANAN PANTAI DADAP,
KABUPATEN INDRAMAYU
ROCHMANIAH
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Karakteristik Payang Gemplo (Seine Net) di Pelabuhan Perikanan Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2015
Rochmaniah
ABSTRAK
ROCHMANIAH. Karakteristik Payang Gemplo (Seine Net) di Pelabuhan Perikanan Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh RONNY IRAWAN WAHJU dan ZULKARNAIN.
Payang gemplo terdiri dari 3 bagian yaitu bagian sayap, badan dan kantong. Ukuran mata jaring pada bagian kantong adalah 0,1 cm dan 0,4 cm, bagian badan 10,5-35 cm dan sayap 40 cm. Target tangkapan utama adalah ikan teri nasi (Stolephorus sp.) dan ikan pelagis kecil. Metode penangkapan payang ini menggunakan satu kapal (one boat system) dan operasi penangkapan dilakukan pada waktu siang hari (one day fishing) menggunakan kapal dengan ukuran 3 sampai 5 GT.
Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan teri nasi (Stolephorus sp.) yang merupakan target tangkapan utama sebesar 43,73%. Sedangkan hasil tangkapan sampingan terdiri dari ikan lain sebesar 22,74%, pepetek (Leiognathus dussumieri) sebesar 11,37%, kembung (Rastrelliger sp.) sebesar 10,2%, tembang (Sardinella gibbosa) sebesar 4,90%, layur (Trichiurus savala) sebesar 2,90%, serta ikan bawal (Pampus argentus) dan selar (Selaroides sp.) masing-masing sebesar 2,07%. Berdasarkan analisis indeks keanekaragaman Shannon-Wiener menunjukkan bahwa nilai indeks sebesar 1,24 atau > 0,1 yang berarti alat tangkap payang teri di Dadap memiliki nilai selektivitas yang rendah.
Kata kunci : Payang Gemplo, Pelabuhan Perikanan Pantai Dadap, Teri Nasi.
ABSTRACT
ROCHMANIAH. Characteristics of Payang Gemplo (Seine Net) in Dadap Coastal Fishing Port, Indramayu District. Supervised by RONNY IRAWAN WAHJU and ZULKARNAIN.
Payang gemplo consists of three parts, such as wings, body and bag. Mesh size in the bag is 0,1cm and 0,4 cm, body is 10,5-35 cm and wing is 40 cm. The main catch is an anchovy (Stolephorus sp.) and small pelagic fish. Catching method of payang uses one boat system and fishing operations carried out during the day (one day fishing) with a boat size of 3 to 5 GT.
The composition of the catch comprises of anchovy (Stolephorus sp.) as a target catch with 43,73%. While the bycatch consists of other fish 22,74%, such as pony fish (Leiognathus dussumieri) 11,37%, long jawed mackerel (Rastrelliger sp.) 10,2%, sardine (Sardinella gibbosa) 4,90%, hair tail (Trichiurus savala) 2,90%, and pomfret fish (Pampus argentus) and mackerel (Selaroides sp.) each for 2,07%. Based on the analysis of the Shannon-Wiener diversity index indicated value of the index at 1,24 or > 0,1 which means payang gemplo fishing gear in Dadap is categorized low selectivity.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
KARAKTERISTIK PAYANG GEMPLO (
SEINE NET
) DI
PELABUHAN PERIKANAN PANTAI DADAP,
KABUPATEN INDRAMAYU
ROCHMANIAH
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Karakteristik Payang Gemplo (Seine Net) di Pelabuhan Perikanan Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu
Nama : Rochmaniah NIM : C44110003
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Dr Ir Ronny Irawan Wahju, MPhil Pembimbing I
Dr Ir Zulkarnain, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Karakteristik Payang Gemplo (Seine Net) di Pelabuhan Perikanan Pantai Dadap, Kabupaten Indramayu” ini dapat terselesaikan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Bapak Dr Ir Ronny Irawan Wahju, MPhil dan Bapak Dr Ir Zulkarnain, MSi sebagai Dosen pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan nasihat, masukan dan saran.
2. Bapak Dr Ir Budy Wiryawan, MSc sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan dan saran.
3. Orang Tua, Saudara, Teman, Sahabat PSP 48 yang telah banyak memberikan masukan dan saran, serta semangat doa dan dukungannya selama ini.
4. Pihak Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu dan KUD di PPP Dadap yang telah membantu dalam proses penelitian.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Penelitian Terdahulu 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE PENELITIAN 2
Tempat dan Waktu 2 Alat dan Bahan Penelitian 3 Metode Pengambilan Data 3 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian di PPP Dadap 5
Unit Penangkapan Payang 5 Kapal Payang Gemplo 6 Alat Tangkap Payang Gemplo 7 Metode Operasi Penangkapan Payang Gemplo 10
Hasil Tangkapan Payang di Indramayu 12
Komposisi Hasil Tangkapan Payang Gemplo di Dadap 13
SIMPULAN DAN SARAN 16
Simpulan 16 Saran 17 DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP 27
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan kapal dan alat tangkap payang di Indramayu 5 2 Jumlah kapal payang gemplo di Dadap berdasarkan ukuran GT 7 3 Hasil pengukuran beberapa bagian alat tangkap payang gemplo 7 4 Rata-rata nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener 14
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 2
2 Sketsa ukuran kapal payang gemplo di Dadap 6
3 Sketsa alat tangkap payang gemplo di Dadap 8
4 Desain dan konstruksi payang gemplo di Dadap 9
5 Posisi jaring di atas kapal sebelum setting 10
6 Pengoperasian payang gemplo secara umum di Dadap 11 7 Produksi total alat tangkap payang di Kabupaten Indramayu 12 8 Produksi rata-rata (2009-2013) alat tangkap payang gemplo berdasarkan
jenis ikan di Kabupaten Indramayu 13
9 Persentase komposisi hasil tangkapan payang gemplo di Dadap 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan analisis hasil tangkapan payang gemplo di Dadap 19
2 Gambar armada payang gemplo di Dadap 22
3 Gambar ikan hasil tangkapan payang gemplo 23
4 Gambar alat tangkap payang gemplo 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat dimana pada bagian utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Ikan teri (Stolephorus sp.) merupakan salah satu potensi sumberdaya ikan pada perairan Laut Jawa. Salah satu Pelabuhan tempat pendaratan ikan teri adalah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap yang terletak di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Sebagian besar nelayan Dadap menggunakan alat tangkap secara tradisional seperti alat tangkap purse seine, mini purse seine, dan payang.
Alat tangkap payang yang digunakan oleh nelayan Dadap dengan target hasil tangkapan ikan teri biasa disebut payang gemplo. Payang merupakan alat tangkap yang banyak digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di sekitar permukaan air. Metode penangkapan payang ini menggunakan satu kapal (one boat system) dan operasi penangkapan dilakukan selama satu hari pada waktu siang (one day fishing) (Fitriani 2012). Menurut Saptaji (2005), jumlah nelayan dalam satu unit penangkapan payang di daerah Pelabuhanratu suka bumi adalah 15-25 orang.
Pada berbagai daerah di Indonesia telah dilakukan penelitian terkait alat tangkap payang gemplo, seperti Studi tentang perikanan payang gemplo pada Kabupaten Rembang (Kusuma 2000). Pada Perairan Cirebon payang yang digunakan adalah payang jabur dengan hasil tangkapan ikan teri (Supriyadi 2008). Sedangkan pada Perairan Pamekasan Madura alat tangkap payang yang digunakan untuk menangkap ikan teri nasi (Stolephorus sp.) (Fitriyani et al. 2012). Namun di desa Dadap Kabupaten Indramayu perikanan payang untuk menangkap ikan teri belum banyak diketahui. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian tentang karakteristik alat tangkap payang gemplo untuk mendapatkan informasi mengenai desain dan konstruksi, komposisi hasil tangkapan, dan selektivitas pada alat tangkap payang gemplo yang digunakan oleh nelayan Dadap Indramayu.
Penelitian Terdahulu
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan alat tangkap payang gemplo
2. Mendeskripsikan armada payang gemplo dan operasi penangkapannya 3. Memberikan informasi mengenai komposisi hasil tangkapan payang gemplo
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberi gambaran mengenai desain dan konstruksi serta kondisi alat tangkap payang gemplo yang digunakan nelayan Dadap
2. Memberi informasi mengenai komposisi dan hasil tangkapan payang gemplo yang diperoleh nelayan Dadap
3. Memberi informasi dan masukan bagi nelayan payang gemplo di Dadap dan kepada pihak-pihak terkait
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2014 sampai Maret tahun 2015 di PPP Dadap, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
3
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Kuisioner untuk nelayan
2. Kamera untuk dokumentasi
3. Botol sampel untuk menyimpan ikan 4. Alkohol 96 % untuk mengawetkan ikan 5. Penggaris sebagai alat ukur
Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei dan experimental fishing. Menurut Nazir (1988) metode survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Sedangkan metode experimental fishing yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan purposive sampling. Metode sampling ini dilakukan dengan mengambil sampel secara sengaja dan acak yang dapat mewakili populasi sehingga tujuan penelitian yang diinginkan tercapai (Sugiyono 2009). Populasi yang diteliti adalah unit penangkapan payang yang terdapat di wilayah PPP Dadap, Kabupaten Indramayu. Unit yang diteliti sebanyak 15 unit penangkapan payang yang terdiri dari armada dan alat tangkapnya.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui wawancara langsung kepada pihak terkait serta ikut dalam operasi penangkapan ikan untuk mendapatkan informasi terkait operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap payang. Sedangkan data sekunder yang diperoleh bersumber dari Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu.
Pengumpulan data kegiatan penelitian ini dilakukan dengan 4 tahapan: 1. Wawancara, dilakukan dengan memberi pertanyaan yang telah dipersiapkan di
dalam kuesioner penelitian yang ditujukan untuk nelayan payang gemplo, pihak KUD di PPP Dadap, dan pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai unit penangkapan payang gemplo yang ada di PPP Dadap. 2. Pengukuran kapal dan alat tangkap payang gemplo, dilakukan dengan
mengambil sampel 1 unit armada payang gemplo yang dapat mewakili populasi armada payang gemplo di Dadap. Data diperoleh dengan mengukur dimensi kapal dan mengukur alat tangkap payang gemplo.
3. Mengikuti trip unit penangkapan payang gemplo, dilakukan dengan mengikuti kegiatan nelayan dalam 1 armada payang gemplo selama melaut, berangkat dari dermaga pukul 05.30 WIB sampai 07.00 WIB. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana metode pengoperasian alat tangkap payang gemplo di Dadap.
4
pengamatan dengan tahapan memisahkan hasil tangkapan perjenis ikan ke dalam bakul-bakul, kemudian ditimbang perjenis ikan, dan mencatat berat per jenis ikan yang ditangkap pada tiap-tiap kapal yang berlabuh. Data komposisi hasil tangkapan dilakukan sebanyak 20 kali ulangan dengan unit armada kapal yang berbeda.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk melihat desain dan konstruksi alat tangkap payang gemplo, serta armada penangkapan payang gemplo dan operasi penangkapannya yang ada di lokasi penelitian yaitu dengan pendekatan deskriptif. Mendeskripsikan bagaimana bentuk desain dan konstruksi dari alat tangkap ini secara umum. Setelah itu mendeskripsikan armada penangkapan payang gemplo yang ada dan bagaimana operasi penangkapan ikan dengan menggunakan payang gemplo.
Data komposisi hasil tangkapan di uji dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener yang ditujukan untuk mengestimasi keanekaragaman jenis ikan hasil tangkapan payang gemplo dilihat dari bobot spesies oleh suatu jenis alat tangkap. Analisis ini digunakan untuk menentukan tingkat selektivitas alat tangkap terhadap target penangkapannya (Wiyono 2011). Rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wiener sebagai berikut:
Keterangan:
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener pi : Proporsi spesies ke-i
ni : Jumlah bobot spesies ke-i (kg) N : Jumlah bobot semua spesies (kg) S : Jumlah spesies
i : 1,2,3,....n
Nilai indeks keanekaragaman tersebut kemudian digunakan untuk menentukan tingkat selektivitas suatu jenis alat tangkap terhadap spesies yang ditangkap dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:
H’ > 0,1 : Keanekaragaman tinggi, selektivitas alat tangkap rendah
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian di PPP Dadap
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap terletak di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Sebelah Barat Desa Dadap berbatasan dengan Desa Juntikebon dan Desa Juntinyuat. Pada sebelah Timur Desa Dadap berbatasan dengan Desa Benda, sebelah Selatan Desa Dadap berbatasan dengan Desa Sendang, dan sebelah Utara Berbatasan dengan Laut Jawa. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap merupakan satu-satunya pelabuhan perikanan yang mempunyai konstruksi menjorok ke laut. Kondisi dermaga yang menjorok ke laut tersebut membuat kapal-kapal perikanan merasa aman dan nyaman untuk bersandar di PPP Dadap.
Desa Dadap memiliki luas sebesar 215 ha yang terdiri atas 86 ha tanah darat (6 ha pekarangan dan 80 ha lain-lain) dan 129 ha tanah sawah. Desa Dadap merupakan dataran rendah karena memiliki ketinggian hanya 1 m di atas permukaan laut (dpl). Letak Desa Dadap berada tepat di pinggir laut menyebabkan mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu 2011).
Unit Penangkapan Payang
Pada berbagai daerah payang dikenal dengan sebutan yang berbeda-beda, seperti payang uras di Bali, pukat banting di Aceh, dan jala lompo di Sumatera Utara (Supriyadi 2008). Alat tangkap payang termasuk ke dalam klasifikasi pukat kantong lingkar (Seine net) yang umumnya terdiri atas bagian kantong dan sayap (Hakim et al. 2014). Pada daerah Indramayu alat tangkap payang yang ada terbagi menjadi dua, yaitu payang dengan menangkap jenis ikan-ikan pelagis seperti ikan tongkol, dan payang untuk menangkap jenis ikan teri yang biasa disebut dengan payang gemplo. Sejak tahun 2000-an di Desa Dadap, Kabupaten Indramayu nelayan Dadap menggunakan payang gemplo. Jenis alat tangkap payang ini berbeda dengan payang pada umumnya, dimana nelayan Dadap memodifikasi kantong payang dengan menggunakan bahan waring yang berukuran 1 mm. Hal tersebut dikarenakan target utama nelayan Dadap adalah jenis ikan teri nasi yang relatif berukuran kecil. Unit penangkapan payang terdiri dari kapal dan alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan kapal dan alat tangkap payang di Indramayu
Unit Payang Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 Kapal 1.298 1.300 1.304 1.311 1.315 Alat tangkap 942 976 1.126 1.135 1.143
6
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh perkembangan kapal dan alat tangkap payang di Kabupaten Indramayu selama tahun 2009 sampai 2013 mengalami kenaikan. Pada Tabel 1 jumlah kapal dan alat tangkap payang tahun 2009 sebesar 1.298 dan 942, sedangkan pada tahun 2013 meningkat dengan jumlah kapal dan alat tangkap payang sebesar 1.315 dan 1.143 unit. Hal tersebut dikarenakan nelayan Kabupaten Indramayu menganggap Unit penangkapan payang masih produktif untuk menghasilkan hasil tangkapan yang optimal dan masih menguntungkan. Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa alat tangkap payang merupakan alat tangkap yang memiliki produktifitas tinggi.
Kapal Payang Gemplo
Berdasarkan hasil pengamatan di daerah penelitian, kapal yang digunakan dalam unit penangkapan payang gemplo merupakan kapal yang terbuat dari bahan kayu. Kapal payang merupakan salah satu jenis kapal ikan yang mengoperasikan alat tangkap payang dengan cara mengejar ataupun melingkari kelompok ikan (Saptaji 2005). Kapal payang gemplo yang ada di Dadap rata-rata berukuran 9 m x 3,5 m x 1,5 m (LxBxD) seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kapal tersebut menggunakan tenaga penggerak motor tempel berkekuatan 20 sampai 40 PK. Bertambahnya kekuatan mesin akan mempercepat kapal dalam melakukan pelingkaran gerombolan ikan pada saat pengoperasian alat tangkap, sehingga operasi penangkapan ikan menjadi lebih efektif dan efisien.
Gambar 2. Sketsa ukuran kapal payang gemplo di Dadap
7 rumah-rumahan (deck house) dengan tujuan agar daerah di atas dek cukup luas saat alat tangkap dioperasikan, sehingga tidak mengganggu nelayan saat bekerja (Suharyadie 2004).
Tabel 2. Jumlah kapal payang gemplo di Dadap berdasarkan ukuran GT
Ukuran Kapal Jumlah
3 GT 159
4 GT 17
5 GT 13
Total 189
Sumber: Data Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat 189 unit kapal dengan ukuran kapal 3 sampai 5 GT. Persentase payang gemplo pada tahun 2013 di Dadap berarti sebesar 14,37% dari total armada payang di Kabupaten Indramayu yang dapat di lihat pada Tabel 1. Sebagian besar kapal payang di Dadap didominasi oleh kapal dengan ukuran 3 GT yaitu sebanyak 159 unit yang dapat dilihat pada Tabel 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa unit penangkapan payang yang ada di Dadap termasuk dalam unit penangkapan skala kecil terlihat dari ukuran kapal yang relatif kecil. Meskipun memiliki ukuran kapal yang berbeda, tetapi ukuran alat tangkap payang gemplo yang digunakan nelayan Dadap relatif sama. Jumlah kapal yang ada di Dadap berbanding lurus dengan jumlah alat tangkap yang ada, Hal tersebut berarti dalam satu armada payang gemplo di Dadap terdapat satu unit alat tangkap payang gemplo.
Alat Tangkap Payang Gemplo
Berdasarkarkan hasil observasi unit penangkapan payang gemplo di Desa Dadap, alat tangkap ini memiliki 3 bagian utama yaitu bagian sayap, badan dan kantong yang dapat dilihat pada Gambar 3. Panjang total alat tangkap payang gemplo ini adalah 157,5 m (Gambar 4) dengan dilengkapi pelampung dan pemberat. Beberapa hasil Pengukuran bagian alat tangkap payang gemplo dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengukuran beberapa bagian alat tangkap payang gemplo
Bagian alat tangkap Hasil Pengukuran Mata jaring waring bagian kantong 1 mm dan 4 mm
Diameter tali pengikat ujung kantong 0,4 cm
Ketebalan jaring PE 0,53 mm (no. 12) Ketebalan jaring plastik 1,25 mm (no. 15)
Pelampung bahan PVC Panjang: 43 cm, lebar : 14 cm Ketebalan tali pemberat cor semen 0,4 cm
Pemberat cor semen 1 kg (total 19 buah)
Pemberat timah Panjang : 1,7 cm (berat total : 4 kg) Ketebalan tali selambar 1,53 cm
8
Pelampung pada alat tangkap payang gemplo di Dadap terbuat dari bahan PVC (Polyvinyl chloride) dengan jumlah 4 buah dan digunakan pada bagian kiri dan kanan badan jaring. Sedangkan untuk pelampung yang terbuat dari bahan gabus dengan jumlah 1 buah digunakan pada salah satu bagian ujung sayap sebagai pelampung tanda. Pemberat pada alat tangkap payang gemplo terbuat dari bahan semen yang dimasukkan ke dalam jerigen oli digunakan pada bagian kiri badan jaring sebanyak 8 buah dan kanan badan jaring sebanyak 8 buah, serta 1 buah dibagian kaki jaring, seperti yang terdapat pada Gambar 3 (bagian B: Pemberat cor semen). Sedangkan pemberat yang terbuat dari bahan timah digunakan pada bagian bawah keliling mulut kantong jaring. Satu buah pemberat diletakan pada bagian ujung kantong jaring yang terbuat dari bahan batu atau pun pemberat lainnya. Payang gemplo ini juga dilengkapi dengan tali selambar, tali ris atas dan tali ris bawah. Namun pada sebagian alat tangkap di Dadap tidak memiliki tali ris atas dan tali ris bawah, melainkan hanya tali selambar dengan panjang 15 m, seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 3. Sketsa alat tangkap payang gemplo di Dadap
9 pada payang jenis ini. Safruddin (2013) menerangkan bahwa jumlah pelampung pada jenis payang pada umumnya di Pelabuhanratu sebanyak 35-36 buah. Pada Gambar 3 bagian D terlihat bahwa jumlah tali selambar sisi kiri dan kanan berbeda, dimana jumlah tali selambar yang terdapat pelampung tanda hanya ada 1, sedangkan tali selambar yang terakhir diturunkan saat operasi berlangsung terdapat pada bagian buritan kapal berjumlah 2. Hal tersebut dikarenakan tali selambar pada pelampung tanda tidak memiliki beban besar dibandingkan tali selambar kedua yang digunakan untuk menahan beban pada operasi penangkapan dilakukan saat penurunan jaring berlangsung untuk mengelilingi ikan. Gambar 3 pada bagian B, E dan F merupakan pemberat dengan jenis yang bahan yang berbeda, yaitu pemberat cor semen, timah, dan batu. Ketiga jenis pemberat diletakan pada bagian yang berbeda, seperti cor semen diletakan pada bagian badan dan kaki jaring payang gemplo, untuk pemberat timah diletakan pada keliling mulut jaring payang gemplo, sedangkan pemberat batu di letakan pada ujung kantong jaring. Meskipun diletakan pada bagian jaring yang berbeda, namun ketiga pemberat yang digunakan memliki fungsi yang sama yaitu untuk menyempurnakan bentuk jaring pada saat operasi penangkapan berlangsung, sehingga jaring dapat digunakan sesuai yang diinginkan nelayan.
10
Pada Gambar 4 dapat dilihat di bagian sayap payang gemplo terdapat pembagian bahan pembuat jaring yaitu ¾ bagian sayap bagian terbuat dari bahan PE multifilament dan ¼ bagian terbuat dari bahan plastik. Hal tersebut digunakan untuk menyeimbangkan jaring pada bagian sayap agar seimbang pada saat proses penangkapan berlangsung. Perbedaan yang lebih menonjol dari payang gemplo dengan jenis payang umumnya yaitu ukuran mata jaring pada bagian kantongnya. Pada jenis payang gemplo di Dadap menggunakan waring sebagai bahannya dengan ukuran mata 1 mm, hal tersebut dikarenakan payang gemplo untuk menangkap ikan teri nasi yang berukuran sangat kecil. Sedangkan pada jenis payang pada umumnya seperti di Pelabuhanratu memiliki ukuran mata pada bagian kantong sebesar 5 cm karena untuk menangkap ikan tongkol yang relatif cukup besar (Safruddin 2013).
Metode Operasi Penangkapan Payang Gemplo
Operasi penangkapan ikan dengan payang gemplo ini tidak jauh berbeda dengan payang secara umum. Penangkapan dilakukan one day fishing yaitu melakukan trip hanya dalam 1 hari. Nelayan Dadap hanya melakukan operasi penangkapan ikan pada siang hari. Hal tersebut dikarenakan semua nelayan payang gemplo ini tidak memiliki alat bantu penerangan cahaya berupa lampu petromaks. Nelayan payang biasanya bila melihat hasil tangkapan nelayan lain yang diperoleh sedikit maka merekapun tidak melaut, ataupun dikarenakan cuaca yang buruk. Kondisi cuaca buruk biasanya terjadi pada bulan Desember sampai bulan Januari, yang merupakan puncaknya musim angin barat.
Berdasarkan wawancara terhadap beberapa nelayan Dadap di Kabupaten Indramayu, pengoperasian payang gemplo biasanya dilakukan oleh 6-9 orang nelayan dengan pembagian tugas masing-masing, yaitu sebagai berikut:
1. Satu orang nelayan bertugas memegang kemudi serta bertugas sebagai fishing master untuk menentukan lokasi penangkapan ikan.
2. Satu orang bertugas untuk menurunkan jaring pada saat setting.
3. Satu orang nelayan bertugas untuk berenang kedalam lingkaran jaring untuk mencegah ikan lepas serta mengecek kondisi jaring di dalam air apakah sudah dalam kondisi sempurna untuk ditarik ke atas kapal.
4. Satu orang nelayan bertugas untuk menata dan menyusun jaring setelah hauling selesai untuk setting selanjutnya.
5. Semua nelayan bisa menjadi crew untuk menarik jaring payang gemplo pada saat hauling
11 Pengoperasian payang gemplo di Dadap Kabupaten Indramayu dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, penurunan jaring dan pengangkatan jaring. Nelayan payang memulai aktivitas pada pagi hari sekitar jam 5 pagi waktu setempat dengan mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhan ketika melaut. Setelah semua sudah dipersiapkan lalu dipindahkan ke atas kapal, seperti: motor tempel, persedian BBM, dan yang lainnya. Pada Tahap Persiapan posisi di atas kapal seperti pada Gambar 5. Nomor 1 pada gambar merupakan tumpukan jaring, nomor 2 merupakan pemberat, nomor 3 merupakan mesin kapal, dan nomor 4 merupakan kemudi. Ketika berlayar menuju fishing ground para ABK mempersiapkan alat tangkap disisi kiri kapal, dengan menyusun sayap jaring, badan dan kantong jaring. Setelah terlihat tanda-tanda adanya ikan, juru mudi mengarahkan kapal lalu melingkarinya.
Kapal bergerak dengan mengelilingi gerombolan ikan yang sudah terlihat, sekaligus penurunan jaring (setting) dimulai pada bagian haluan kapal dari penurunan pelampung tanda dengan jumlah tali selambar 1 buah pada salah satu sisi sayap dilanjutkan dengan penurunan bagian badan, kemudian kantong dan bagian badan sisi lainnya, dilanjutkan penurunan sayap sisi lainnya, dan terakhir penurunan tali selambar sebanyak 2 buah tali pada bagian buritan kapal yang bertujuan untuk memperkuat saat penarikan. Penurunan jaring dilakukan secra cepat agar gerombolan ikan tidak keluar dari lingkaran tersebut. Setelah itu kapal dengan kecepatan penuh menuju pelampung tanda yang telah diturunkan diawal. Pelampung tanda segera dinaikan oleh salah satu orang ABK dengan kondisi mesin kapal dimatikan. Setelah kedua bagian sayap merentang sempurna tahapan selanjutnya adalah hauling dengan cara penarikan kantong jaring dan menaikan kantong tersebut ke atas kapal. Pada saat hauling penarikan antara jaring sisi bagian kiri dan kanan harus dilakukan secara bersamaan untuk membuat bentuk jaring tetap sempurna. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah ikan lari keacarah vertikal, karena jika terjadi maka akan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang didapat nelayan (Gunawan 2004). Secara umum proses pengoperasian alat tangkap payang gemplo di Dadap dapat dilihat pada gambar berikut ini.
12
Gambar 6 dapat dilihat bahwa gambar yang menunjukkan huruf A kegiatan merupakan pengejaran schooling ikan. Huruf B merupakan kegiatan penurunan pelampung tanda dan tali selambar sisi sebelah kiri. Huruf C merupakan kegiatan penurunan badan jaring, kantong dan tali selambar sisi bagian kanan. Huruf D merupakan kegiatan kapal menuju ke pelampung tanda dengan melingkari gerombolan ikan, dan huruf E merupakan tahap penarikan jaring ke atas kapal (Hauling). Pada saat hauling ada perlakuan khusus dari nelayan, yaitu seorang nelayan menceburkan diri kedalam laut di dalam area jaring payang gemplo yang telah diturunkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan ikan agar tetap berada didalam jaring, sehingga akan mengurangi kemungkinan kelolosan ikan lebih banyak dan hasil tangkapan yang didapatkan nelayan payang gemplo optimum.
Hasil Tangkapan Payang di Indramayu
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh jumlah unit penangkapan payang di Indramayu terus menerus mengalami peningkatan. Hal tersebut mempengaruhi jumlah produksi yang diperoleh daerah tersebut, seperti pada Gambar berikut ini.
Gambar 7. Produksi total alat tangkap payang di Kabupaten Indramayu Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Gambar tersebut menunjukkan bahwa produksi ikan hasil tangkapan payang di Indramayu Selama 5 tahun dari 2009 sampai 2013 mengalami kenaikan dan penurunan produksi. Pada tahun 2010 merupakan produksi alat tangkap payang tertinggi dari tahun 2009 di Idramayu yaitu sebesar 22.247 ton dari produksi 17.556 ton, kemudian mengalami penurunan produksi pada tahun 2011 dan 2012 yaitu sebesar 18.525 ton dan 14.692 ton. Kenaikan produksi alat tangkap payang terjadi kembali pada tahun 2013 namun lebih kecil dari tahun 2010 yaitu sebesar 17.741 ton.
13
Gambar 8. Produksi rata rata (2009-2013) alat tangkap payang berdasarkan jenis ikan di Kabupaten Indramayu
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi berdasarkan jenis ikan hasil tangkapan payang pada tahun 2009 sampai 2013 di Indramayu diperoleh ikan-ikan bermacam jenis (ikan lainnya) dengan produksi tertinggi yaitu sebesar 4.528 ton. Sedangkan untuk produksi paling rendah yaitu jenis ikan kuro dengan jumlah produksi sebesar 20 ton. Pada jenis ikan teri yang merupakan hasil tangkapan utama pada payang gemplo di dadap hanya mendapatkan produksi sebesar 989 ton. Hal tersebut dikarenakan jenis alat tangkap payang yang ada di Indramayu tidak semua yang dimodifikasi menjadi payang gemplo dengan kantong berbahan waring.
Komposisi Hasil Tangkapan Payang Gemplo di Dadap
14
Hasil analisis keanekaragaman alat tangkap payang gemplo di Dadap dapat dilhat pada Tabel berikut ini.
Tabel 4. Rata-rata nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Ulangan (-) pi ln pi Ulangan (-) pi ln pi
Sumber : Hasil perhitungan analisis indeks keanekaragaman Shanon-Wiener Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis keanekaragaman, rata-rata nilai indeks keanekaragaman Shanon-wiener (H’) yang diperoleh dari pengamatan sebanyak 20 kali ulangan yaitu sebesar 1,24 dengan nilai maksimum 1,56 dan nilai minimum 0,58. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman mempunyai nilai > 0,1 yang berarti alat tangkap payang gemplo di Dadap memiliki nilai selektivitas yang rendah. Wiyono (2011) menerangkan bahwa jika nilai indeks keanekaragaman suatu alat tangkap memiliki nilai > 0,1 maka alat tangkap tersebut termasuk dalam kategori alat penangkap ikan yang memiliki nilai selektivitas yang rendah dengan keanekaragaman jenis ikan hasil tangkapan yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan teknis operasi penangkapan dari payang itu sendiri yaitu menangkap semua jenis ikan yang ada di daerah sapuannya di daerah pantai. Menurut Mahiswara (2004) perairan dekat pantai memiliki keanekaragaman sumberdaya ikan yang cukup tinggi karena daerah perairan tersebut kaya akan nutrisi dan unsur hara yang terbawa dari aliran sungai sampai ke muara di perairan dekat pantai.
Negara Indonesia yanga merupakan Negara dengan iklim tropis, dimana terdapat kenekaragaman hayati yang tinggi dengan jumlah tiap spesies yang cukup sedikit. Namun berbeda dengan Negara beriklim subtropis yang memiliki keanekaragaman hayati rendah namun jumlah tiap spesies relatif tinggi. Berdasarkan hal tersebut berarti analisis indeks keanekaragaman Shanon-Wiener ini kurang cocok dilakukan di Negara yang beriklim tropis. Hal ini dikarenakan hasil analisis indeks Shanon-Wiener dari suatu alat tangkap yang dilakukan di Indonesia akan menghasilkan nilai selektivitas yang rendah. Dapat dilihat dari keanekaragaman yang tinggi dari suatu alat tangkap, seperti halnya alat tangkap payang gemplo pada daerah Dadap Kabupaten Indramayu.
15 gemplo yang terdapat di Dadap yaitu dengan cara nelayan mengoperasikan payang gemplo pada waktu malam hari. Pengoperasian alat tangkap pada malam hari dengan menggunakan alat bantu penerangan seperti lampu akan mengundang ikan-ikan yang memiliki ciri fototaksis positif, sehingga hanya ikan dengan ciri ini yang akan tertangkap dengan adanya lampu tersebut. Salah satu ikan yang memiliki ciri fototaksis positif yaitu ikan teri nasi yang merupakan target utama hasil tangkapan nelayan payang gemplo di Dadap. Fototaksis positif pada ikan teri nasi merupakan ketertarikan ikan terhadap cahaya lampu, sehingga ikan dapat berkumpul di bawah cahaya lampu. Kemunculan ikan teri pada saat operasi malam hari dengan alat bantu cahaya juga disebabkan oleh keberadaan makanannya yang biasanya berkumpul di bawah lampu seperti plankton, udang, dan ikan-ikan yang lebih kecil (Gustaman et al. 2012).
Gambar 9. Persentase komposisi hasil tangkapan Payang Gemplo di Dadap Gambar 9 dapat dilihat bahwa komposisi hasil tangkapan terbesar yang diperoleh nelayan Dadap adalah Teri nasi (Stolephorus sp.) sebesar 527 kg dengan persentase 43,73% yang merupakan ikan hasil tangkapan utama, sedangkan komposisi terbesar kedua adalah jenis ikan lain-lain dengan persentase 22,74% (274 kg). Komposisi hasil tangkapan terbesar ketiga sampai dengan terkecil secara berurutan yaitu Pepetek (Leiognathus dussumieri) sebesar 137 kg (11,37%), kembung (Rastrelliger sp.) sebesar 123 kg (10,2%), tembang (Sardinella gibbosa) sebesar 59 kg (4,90%), layur (Trichiurus savala) sebesar 35 kg (2,90%), serta ikan bawal (Pampus argentus) dan selar (Selaroides sp.) dengan komposisi yang sama yaitu sebesar 25 kg (2,07%).
Sebagai hasil tangkapan utama jenis ikan teri nasi ini sangat mudah dibedakan dengan jenis ikan lainnya, karena ukuran yang sangat kecil dengan tubuh berwarna putih transparan. Menurut Supriyadi (2008) identifikasi teri nasi berdasarkan ciri umum ikan tersebut yaitu dari warnanya yang putih transparan, ukuran relatif kecil dibandingkan dengan teri lainnya, belum terlihat bagian perutnya, kepala lebih pendek, dan selempang lateral relatif lebih kecil dan kurang jelas terlihat (transparan). Nama ilmiah untuk jenis ikan teri nasi (berdasarkan ciri
16
morfologis dan morfometri) belum dapat diidentifikasi tuntas. Hal ini diduga ikan teri nasi merupakan stadia juvenile (ikan muda) dari ikan-ikan teri besar lainnya.
Penangkapan ikan teri nasi tetap intensif bahkan terus mengalami perkembangan, terlihat dari semakin meningkatnya jumlah alat tangkap setiap tahunnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh harga jual ikan teri yang cukup tinggi sehingga nelayan Dadap tetap melakukan operasi penangkapan ikan dengan payang gemplo. Penangkapan ikan secara terus menerus akan mengakibatkan efek membahayakan bagi stok persediaan ikan di laut (over fishing), sehinga perlu dilakukannya pengelolaan sumberdaya perikanan yang benar agar populasi ikan dapat dimanfaatkan tanpa merusak ketersediaan stok ikan di laut (Mulyani et al. 2005). Pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan adanya peraturan yang jelas mengenai upaya penangkapan ikan (effort) yang dilakukan oleh pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, serta pengaturan hasil yangkapan ikan maksimum per trip yang diperoleh nelayan Dadap.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Payang gemplo termasuk jenis alat tangkap dalam klasifikasi seine net yaitu terdiri dari 3 bagian seperti sayap, badan dan kantong. Ukuran mata jaring pada bagian kantong adalah 0,1 cm dan 0,4 cm, bagian badan 10,5-35 cm dan sayap 40 cm. Hal yang membedakan payang gemplo dengan payang pada jenis umumnya adalah mesh size yang lebih kecil dan jumlah pelampung yang lebih seidkit.
Kapal payang gemplo di Dadap rata-rata berukuran 9 m x 3,5 m x 1,5 m (LxBxD). Kapal tersebut menggunakan tenaga penggerak motor tempel berkekuatan 20 sampai 40 PK. Ukuran kapal yang digunakan adalah 3-5 GT
17
Saran
Unit penangkapan payang gemplo di Dadap Kabupaten Indramayu perlu dikaji lebih lanjut terkait aspek biologi dari ikan hasil tangkapannya yang didasarkan pada jenis dan ukuran. Pada pengoperasiannya perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait potensi dan pemanfaatan sumberdaya ikan teri yang ada di Kabupaten Indramayu.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Geografi dan Iklim Kecamatan Juntinyuat. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu.
Fitriani N, Pursetyo K T. 2012. Teknik Penangkapan Ikan Teri Nasi (Stelopherus sp.) dengan Alat Tangkapan Payang di Perairan Pamekasan Jawa Timur. Jurnal Of Marine And Coastal Science. 1(3):9.
Gunawan A. 2004. Analisis Pola Musim Penangkapan dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Teri di Kabupaten Tuban Jawa Timur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gustaman G, Fauziyah, Isnaini. 2012. Efektifitas Perbedaan Warna Cahaya Lampu terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap di Perairan Sungsang Sumatera Selatan. Maspari Journal. 4(1): 92-102.
Hakim LG, Asriyanto, Fitri ADP. 2014. Analisis Payang Ampera (Seine Net) Modifikasi dengan Window Permukaan terhadap Hasil Tangkapan Ikan Daun Bambu (Chorinemus sp.) di Perairan Kabupaten Kendal. Jurnal Of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 3(2): 54-61. Kusuma HA. 2000. Studi Tentang Perikanan Payang Teri dan Kemungkinan
Pengembangannya di Kabupaten Rembang Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mahiswara. 2004. Analisis Hasil Tangkapan Sampingan Trawl Udang yang Dilengkapi Perangkat Seleksi TED Tipe Super Shooter [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mulyani S, Subiyanto, Bambang AN. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri dengan Alat Tangkap Payang Jabur Melalui Pendekatan Bio-Ekonomi di Perairan Tegal. Jurnal Pasir Laut. 1(1): 53-68.
Nazir M. 1998. Metode Penelitian. Bandung (ID): Ghalia Indonesia.
Safruddin A. 2013. Identifikasi Keselamatan Kerja Nelayan pada Aktivitas Payang di Pelabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saptaji T. 2005. Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan Unit Penangkapan Payang di Palabuhanratu, Sukabumi. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siddharta T. 2004. Perikanan Payang dengan Rumpon di Pasuruan Kabupaten Serang Banten [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung (ID): Alfabeta.
18
Supriyadi. 2008. Dampak Perikanan Payang terhadap Kelestarian Stok Ikan Teri Nasi (Stolephorus spp.) di Perairan Kabupaten Cirebon dan Alternatif Pengelolaannya [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wiyono ES. 2011. Karakteristik Hasil Tangkapan Alat Tangkap “Illegal” di Pantai Utara Jawa Barat. Jurnal Bumi Lestari. 11(2): 208-214.
19 Lampiran 1. Perhitungan analisis hasil tangkapan payang gemplo di PPP Dadap
21
16
Teri Nasi 12 0.38 -0.98 0.37
Pirik, Pepetek 20 0.63 -0.47 0.29
Jumlah 32 Jumlah 0.66
17
Teri Nasi 18 0.49 -0.72 0.35
Selar, Bentong 2 0.05 -2.92 0.16
Pirik, Pepetek 7 0.19 -1.66 0.32
Lain- lain 10 0.27 -1.31 0.35
Jumlah 37 Jumlah 1.18
18
Teri Nasi 8 0.27 -1.32 0.35
Lain- lain 22 0.73 -0.31 0.23
Jumlah 30 Jumlah 0.58
19
Teri Nasi 10 0.24 -1.41 0.34
Pirik, Pepetek 10 0.24 -1.41 0.34
Selar, Bentong 3 0.07 -2.61 0.19
Lain- lain 18 0.44 -0.82 0.36
Jumlah 41 Jumlah 1.24
20
Teri Nasi 19 0.40 -0.91 0.37
lain-lain 28 0.60 -0.52 0.31
22
23 Lampiran 3. Gambar ikan hasil tangkapan payang gemplo
Ikan teri nasi
Ikan selar
Ikan layur
24
Lampiran 4. Gambar alat tangkap payang gemplo
Waring ukuran 1 mm
Waring ukuran mata 4 mm
Ujung kantong payang
25
Jaring bahan plastik
Pelampung bahan PVC
Pelampung Bahan PVC
26
Pemberat cor semen dan batu
Pemberat Timah
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rochmaniah lahir di Kota Bogor pada tanggal 22 Oktober 1993 dari pasangan Bapak Rohman dan Ibu Sunarti. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di TK Islam Ikhwaniyah Depok dan lulus pada tahun 1999. Penulis melanjutkan Sekolah Dasar di MI Hayatul Islamiyah Depok dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di MTS Hidayatul Umam Depok dan lulus pada tahun 2008. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di MAN 11 Jakarta dan lulus pada tahun 2011. Melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur Undangan, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap pada tahun 2011 sebagai angkatan 48.
Selama belajar di IPB, penulis aktif sebagai anggota kepengurusan di salah satu organisasi di asrama yaitu MEGA ENTERPRENEUR pada periode tahun 2011-2012. Penulis juga ikut serta dalam berbagai kegiatan kepanitiaan yang diselenggarakan di kampus. Penulis terdaftar sebagai salah satu anggota kepengurusan HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) Divisi Badan Internal Kesekretariatan pada periode 2013-2014 dan periode 2014-2015. Pada tahun 2014 penulis juga mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) sebagai salah satu anggota di dalam tim tersebut.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian
dan menyusun skripsi dengan judul “Karakteristik Payang Gemplo (Seine Net) di