• Tidak ada hasil yang ditemukan

Air Rebusan Jagung (Zea mays) Utuh Beserta Kulit Menurunkan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus norvegicus).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Air Rebusan Jagung (Zea mays) Utuh Beserta Kulit Menurunkan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus norvegicus)."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

i

AYU HELMI YANUARTI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

AIR REBUSAN JAGUNG (

Zea mays

) UTUH BESERTA

KULIT MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL TIKUS

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Air Rebusan Jagung (Zea mays) Utuh Beserta Kulit Menurunkan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus norvegicus) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

.

Bogor, September 2014

Ayu Helmi Yanuarti

(4)
(5)

v

ABSTRAK

AYU HELMI YANUARTI. Air Rebusan Jagung (Zea mays) Utuh Beserta Kulit Menurunkan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus norvegicus). Dibimbing oleh Rimbawan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air rebusan jagung utuh beserta kulit terhadap penurunan kadar kolesterol pada tikus. Tikus dibagi ke dalam empat kelompok, yakni kelompok kontrol (K) yang diberi air masak, kelompok perlakuan 2 (K1), 3 (K2), dan 4 (K3) yang diberi air yang berasal dari rebusan dua, tiga, dan empat tongkol jagung utuh beserta kulit. Tikus diberi diet tinggi lemak (41%) dan tinggi kolesterol (97.6 mg/100 g) selama 3 minggu dan selanjutnya komposisi diet diubah menjadi lemak 58% dan kolesterol 131.2 mg/100g selama 3 minggu. Pengukuran perbedaan kadar kolesterol dilakukan pada akhir minggu keenam pemberian diet tinggi kolesterol dan satu minggu setelah intervensi air rebusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air rebusan dari dua tongkol jagung (K1) dapat menurunkan kadar kolesterol secara signifikan (p<0.05) sebesar 38.1% pada minggu ketujuh. Perlakuan pada K2 dan K3 kurang efektif dalam menurunkan kadar kolesterol. Penurunan diduga karena kandungan senyawa fitokimia yang terdapat pada air rebusan jagung. Konsumsi pakan tikus pada seluruh perlakuan mengalami peningkatan (p>0.05) dan bobot badan mengalami penurunan (p>0.05) pada semua kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol.

Kata kunci: fitokimia, jagung utuh beserta kulit, total kolesterol

ABSTRACT

AYU HELMI YANUARTI. Boiled Water of Corn (Zea mays) on The Cob with Husk Lowering Cholesterol Level in White Rat (Rattus norvegicus). Supervised by RIMBAWAN.

This research was conducted to determine the effect of boiled water of corn (Zea mays) on the cob with husk in rat (Rattus norvegicus). Rats were divided into four treatment i.e control group (K) given boiled water, group 2 (K1),group 3 (K2), and group 4 (K3) given water resulting from two, three, and four boiled whole corn . Rats were given a high-fat diet (41%) and high cholesterol (97.6 mg/100g) for 3 weeks continued with diet containing 58% fat and 131.2 mg / 100g cholesterol. Cholesterol measurements were conducted on the sixth weeks of feeding and one week of treatments. The results showed that the intervention with boiled water taken from two corn cob treatment reduce the cholesterol levels significantly 38.1% (p <0.05). Treatment of K2 and K3 were not as effective as K1 in lowering cholesterol. This reduction is assumed as the result of phytochemicals in boiled water of whole corn on the cob with husk. The diet consumed by rat increased in all treatments (p>0.05) and body weight decrease in all treatment group except control (p>0.05).

(6)
(7)

vii

AYU HELMI YANUARTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

AIR REBUSAN JAGUNG (

Zea mays

) UTUH BESERTA

KULIT MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL TIKUS

(8)
(9)
(10)
(11)

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Air Rebusan Jagung (Zea mays) Utuh Beserta Kulit Menurunkan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus norvegicus)” ini dapat diselesaikan.

Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta saran selama penyusunan skripsi ini, serta kepada ibu leily Amalia, S.TP, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberi saran terhadap skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Susilawati sebagai tenaga kesehatan yang banyak memberikan dukungan, saran, dan bantuan selama penelitian. Terima kasih kepada Pemda Banyuwangi telah memberikan bantuan berupa beasiswa pendidikan.

Terima kasih yang tulus ikhlas terutama kepada kedua orang tua dan adik tercinta ayahanda Suharno, ibunda Suratmi, dan adikku Herwin Winarko yang telah banyak memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan semangat. Terima kasih pula kepada Fiky Dwi dan Annisa Yuniar telah memberikan dukungan penuh selama penulis menempuh pendidikan. Teman-teman alih jenis angkatan 5 dan teman-teman seperjuangan Fitriana Sundari, Agustina, dan Ali yang telah memberikan semangat dan membantu selama npengumpulan data.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

(12)
(13)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Tujuan Umum 2

Tujuan Khusus 2

METODE 2

Desain, Waktu, dan Tempat 2

Alat 2

Bahan 3

Pembuatan Air Rebusan Jagung Utuh Beserta Kulit 3

Ransum Kontrol 4

Pembuatan Ransum Tinggi Kolesterol 4

Tahapan Penelitian 4

Pengukuran Kadar Kolesterol Tikus 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kandungan Fitokimia dalam Air Rebusan Jagung Utuh Beserta Kulit 7

Masa Induksi Pakan Tinggi Kolesterol 12

Konsumsi Pakan dan Bobot Badan 12

Kolesterol Darah 15

Masa Intervensi Minuman Air Jagung Utuh Beserta Kulit 17

Konsumsi pakan dan Bobot badan 17

Kolesterol Darah 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

(14)

DAFTAR TABEL

1 Kelompok tikus berdasarkan jenis minuman intervensi 3 2 Komposisi ransum standar yang diberikan pada tikus percobaan 4 3 Kandungan phytochemical pada rambut jagung dengan berbagai proses

ekstraksi 8

4 Kandungan serat dalam air rebusan jagung utuh beserta kulit 11 5 Rataan konsumsi pakan dan bobot badan hewan coba selama induksi pakan

tinggi kolesterol 14

6 Konsumsi pakan pada masa intervensi air rebusan jagung utuh beserta kulit 17 7 Bobot badan pada masa intervensi air rebusan jagung utuh beserta kulit 17 8 Kolesterol darah tikus percobaan sebelum dan sesudah intervensi air rebusan

jagung utuh beserta kulit 19

DAFTAR GAMBAR

1 Jadwal kegiatan selama penelitian 5

2 Bagan alur perlakuan 6

3 Dari kiri: jagung utuh, rambut jagung, dan kulit (klobot) jagung 7 4 Struktur kimia dari kolesterol dan phytosterol 12 5 Kuning telur dan lemak kambing sebagai pakan sumber kolesterol yang

diberikan 14

6 Konsentrasi kolesterol pada hari ke-25 hingga ke-45 pada masa induksi

pakan hiperkolesterolemia 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji statistik bobot badan menggunakan paired-samples T test 25 2 Uji statistik sisa pakan menggunakan paired-samples T test 25

3 Uji ANOVA penurunan total kolesterol darah 26

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Era globalisasi saat ini, semakin banyak orang menjalani perubahan gaya hidup dan pola makan. Hal ini menjadikan Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang masih banyak ditemukan, namun di pihak lain masalah gizi lebih juga cenderung meningkat, terutama di kota-kota besar. Angka obesitas atau kegemukan di seluruh dunia meningkat dari tahun ke tahun. Sihadi dan Djaiman (2005) menyebutkan bahwa lebih dari 300 juta orang dewasa di dunia mengalami obesitas. Bahkan di Amerika 280 000 orang meninggal setiap tahun akibat obesitas. Di Jakarta diperkirakan 10 dari 100 orang mengalami obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya gangguan kolesterol darah, sementara kadar kolesterol yang tinggi merupakan salah satu penyebab tejadinya penyakit jantung.

Kolesterol merupakan sterol utama dalam tubuh manusia. Kolesterol adalah komponen struktur membran sel dan lipoprotein plasma dan juga bahan awal pembentukan asam empedu serta hormon steroid. Separuh lebih dari jumlah kolesterol berasal dari sintesis, sedangkan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Kolesterol hanya ditemukan dalam makanan yang bersumber dari hewan seperti telur, makanan yang mengandung susu, dan daging(Nilawati et al. 2008).

Kolesterol yang berlebihan akan menyebabkan gumpalan dalam saluran pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah terganggu dan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh. Hiperkolesterolemia dapat meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis, penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah yang lain. Kadar kolesterol total normal yaitu kurang dari 200 mg/dL (WHO 2006). Kadar kolesterol yang mencapai 260 mg/dL darah dapat meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 3 kali lipat. Peningkatan kadar kolesterol yang tinggi menyebabkan fungsi fisiologi tubuh terganggu, sehingga diperlukan intervensi untuk menurunkan kadar kolesterol agar tidak terjadi risiko yang lebih berat. Intervensi dapat dilakukan secara medis dan tradisional. Intervensi secara medis berupa pemberian obat-obatan untuk menurunkan kolesterol darah, seperti obat golongan statin (Adesta 2010). Secara tradisional, intervensi dilakukan melalui pemanfaatan kandungan fitokimia yang terdapat pada pangan fungsional seperti jagung yang memiliki komponen pangan fungsional meliputi serat pangan yang dibutuhkan tubuh, asam lemak esensial, isoflavon, mineral (Ca, Mg, K, Na, P, Ca dan Fe), antosianin, betakaroten (provitamin A), komposisi asam amino esensial, dan lainnya (Suarni dan Yasin 2011)

(16)

Masyarakat di daerah Banyuwangi, Jawa Timur mempercayai pengunaan air rebusan dari jagung tanpa melalui pengupasan terlebih dahulu efektif untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Rambut jagung telah digunakan sejak dahulu sebagai obat tradisional. Sebagian masyarakat di daerah Gorontalo menggunakan rambut jagung untuk mengobati penyakit diabetes, kolesterol, asam urat dan batu ginjal (Samin et al. 2014). Biji, rambut, dan kulit jagung memiliki manfaat masing-masing untuk kesehatan, dan jika seluruh manfaat tersebut digabungkan akan memberikan pengaruh yang baik untuk tubuh khususnya pada penderita hiperkolesterolemia. Sejauh ini belum ada dasar yang kuat dan bukti ilmiah tentang potensi air rebusan jagung utuh beserta kulit sebagai agen anti kolesterolemik. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai uji efektifitas jagung (Zea mays) terhadap menurunan kadar kolesterol darah dalam tikus putih (Rattus norvegicus).

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh air rebusan jagung utuh beserta kulit terhadap penurunan kadar kolesterol pada tikus putih (Rattus norvegicus).

Tujuan Khusus

1. Menganalisis perubahan konsumsi pakan dan bobot badan selama intervensi air rebusan jagung utuh beserta kulit.

2. Menganalisis kadar kolesterol darah tikus sebelum dan sesudah dilakukan intervensi menggunakan jagung utuh beserta kulit.

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini menggunakan desain penelitian experimental design. Desain eksperimen yang digunakan adalah The Randomized Pretest - Posttest Control Goup Design. Pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada hewan percobaan dilakukan di Laboratorium Percobaan Hewan dan Analisis kandungan serat dilakukan di Laboratorium Analisa Makanan dan Biokimia, Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB. Analisis kadar kolesterol darah dilakukan di Laboratorium Klinik Muhammadiyah, Kampung Bubulak, Bogor Barat. Waktu dilaksanakan penelitian ini adalah bulan Maret hingga Juni 2014.

Alat

(17)

3

kolesterol adalah jarum suntik, pisau bedah, kapas, kasa, plester, tabung eppendorf, dan sentrifus. Alat yang digunakan untuk analisis total kolesterol adalah dengan menggunakan spektrofotometer Viccos MD-150A Biochemical Analyzer. Alat yang digunakan untuk pemeliharaan tikus adalah kandang tikus, alat suntik tanpa jarum, dan neraca analitik. Alat yang digunakan untuk analisis serat adalah gelas piala, penangas air, inkubator, gelas ukur, pipet mikro, pipet tetes, pipet Mohr, enlenmeyer, penyedot vakum, kertas saring, oven, tanur, desikator, dan cawan porselen.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah ransum standar berupa pakan komersial BRAVO-512, kuning telur, mentega, margarin, tikus putih, tongkol jagung utuh, air, dan reagen. Bahan untuk analisis serat adalah akuades, etanol, termamil, pepsin, pankreatin, aseton, HCl, dan NaOH. Tikus putih jantan galur Sprague Dawley umur 2 bulan yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Pembuatan Air Rebusan Jagung Utuh Beserta Kulit

Jagung yang digunakan dalam percobaan adalah jagung jenis jagung manis. Jagung manis (sweet corn) memiliki kandungan fitokimia flavonoid, antosianin, total fenol, dan antioksidan yang serupa dengan jagung berbiji kuning jenis mutiara (flint corn), jagung gigi kuda (dent corn), dan jagung pod (Sarepoua et al. 2013). Jagung didapatkan langsung dari petani di daerah Ciapus, Bogor. Umur jagung dari masa tanam yaitu dua bulan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang.

Metode pembuatan minuman intervensi dari jagung utuh beserta kulit adalah dengan perebusan masing-masing dua, tiga, dan empat tongkol jagung dengan air 3 liter hingga tersisa 1 000 ml. Air rebusan jagung diletakkan secara

hot filling pada wadah termos yang telah disediakan.

. Obesitas sangat berkaitan dengan keadaan kolesterol yang tinggi, sehingga pemberian air rebusan jagung utuh beserta kulit diasumsikan 1 000 ml untuk 80 kg berat badan. Air rebusan jagung yang diberikan ke tikus (berat 200-300 g) adalah 2.4-3.7 ml (12 ml/kg BB).

Tabel 1 Kelompok tikus berdasarkan jenis minuman intervensi Kelompok

Perlakuan Kode Jumlah (tongkol jagung)

(18)

Ransum Kontrol

Ransum tikus yang diberikan adalah ransum yang berasal dari pakan standar ayam dengan nama komersial BRAVO-512 dengan kandungan gizi menyerupai kebutuhan gizi tikus. Pakan standar diberikan pada masa adaptasi dan masa intervensi menggunakan air rebusan jagung utuh beserta kulit. Pakan yang diberikan adalah 20 g tiap tikus per hari.

Tabel 2 Komposisi ransum standar yang diberikan pada tikus percobaan

Nutrisi Pakan Kadar Ransum (%)

BRAVO-512* Standar**

**Laboratorium Nutrisi Non Ruminansia Fak. Peternakan Unand

Komposisi ransum kontrol harus memenuhi kebutuhan nutrisi tikus percobaan. Hal ini dimaksudkan agar tikus berada dalam kondisi sehat dan tidak mengalami defisiensi, sehingga perlakuan selanjutnya terhadap tikus mendapatkan hasil sesuai dengan harapan.

Pembuatan Ransum Tinggi Kolesterol

Bahan yang digunakan untuk meningkatkan kadar kolesterol pada tikus percobaan adalah lemak kambing 10 %, kuning telur 5% (ransum A) dengan harapan dapat meningkatkan kolesterol tikus selama tiga minggu. Perubahan komposisi pakan dilakukan dengan komposisi kuning telur 10%, mentega (butter) 10%, dan margarin 5% (ransum B). Perubahan dilakukan karena komposisi ransum awal tidak meningkatkan kolesterol tikus dan penambahan lemak kambing kurang disukai oleh tikus. Perubahan komposisi pakan diharapakan dapat meningkatkan asupan makan dan kadar kolesterol tikus.

Tahapan Penelitian

(19)

5

tinggi kolesterol dan enam hari perlakuan intervensi menggunakan ransum kontrol.

4 Pemberian ransum kontrol 5 Pemberian ransum A 6 Pemberian ransum B

7 Pengambilan darah 1

8 Pengambilan darah 2

9 Pengambilan darah 3

Gambar 1 Jadwal kegiatan selama penelitian

Besar sampel pada penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Federer (Arjadi et al. 2014):

(n – 1) x (t –1) ≥ 15 Keterangan :

n = Jumlah sampel tiap kelompok perlakuan t = Jumlah kelompok perlakuan

Berdasarkan rumus tersebut dapat dilakukan perhitungan besar sampel sebagai berikut :

(20)

Pengukuran Kadar Kolesterol Tikus

Pengambilan darah dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu setelah perlakuan dengan ransum hiperkolesterol ( hari ke-25 dan ke-45) dan setelah dilakukan intervensi (hari ke-53). Pengambilan darah dilakukan dengan cara tail vein blood sample collection, yaitu pengambilan darah melalui vena yang berada pada ekor tikus. Metode ini direkomendasikan untuk mengambilan darah dengan volume 2 mL (Parasuraman et al. 2010) dilakukan pada pengambilan darah pertama dan kedua. Darah yang diambil dari setiap ekor tikus berkisar antara 1.5-2 mL. pengambilan darah terakhir dari jantung yang sebelumnya tikus di euthanasia

terlebih dahulu. Darah yang diperoleh ditampung pada vial 3 mL (Giri 2008). Setelah didiamkan pada suhu ruang selama 60 menit, darah disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Kemudian supernatan yang diperoleh berupa serum dipisahkan dari pelet menggunakan pipet mikro. Analisis konsentrasi kolesterol darah tikus menggunakan metode enzimatik kolorimetri CHOD-PAP dengan menggunakan kit (DiaSys®) pada laboratorium yang digunakan dan diukur

dengan spektrometer menggunakan panjang gelombang 546 nm. Gambar 2 Bagan alur perlakuan Masa adaptasi 10 hari diberi pakan

kontrol

Masa induksi pakan tinggi kolesterol ransum B selama 20 hari (hingga hari ke-45) Masa induksi pakan tinggi kolesterol

ransum A selama 25 hari

Masa intervensi air rebusan jagung utuh beserta kulit selama 6 hari diberi pakan kontrol (hingga

(21)

7

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer, yaitu data konsumsi pakan, bobot badan, dan total kolesterol darah tikus coba. Seluruh data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk nilai rata-rata ± standar deviasi. Data konsumsi pakan dan bobot badan dianalisis menggunakan uji statistik Paired-samples T test dan data total kolesterol menggunakan uji statistik Analysis of variance (ANOVA).

Definisi Operasional

Air rebusan jagung adalah air rebusan yang dibuat dari jagung tanpa dilepas kulitnya.

Intervensi adalah perlakuan yang diberikan kepada sampel berupa minuman air rebusan jagung utuh beserta kulit.

Kolesterol metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah.

Kolesterol tinggi adalah kadar kolesterol dalam darah yang melebihi batas normal (>200 mg/dl)

Pakan tinggi kolesterol adalah pakan standar yang ditambahkan kolesterol dan lemak melebihi kebutuhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Fitokimia dalam Air Rebusan Jagung Utuh Beserta Kulit

Air rebusan jagung utuh beserta kulit merupakan hasil dari perebusan jagung utuh yang terdiri dari kulit luar (klobot), rambut jagung, dan biji jagung. Masing-masing dan setiap bagian dari jagung, dari kulit luar hingga rambut jagung memiliki manfaat untuk masyarakat (Millind dan Isha 2013).

Rambut jagung adalah bunga betina dari jagung yang tersusun dalam suatu tongkol yang terdapat dalam ketiak daun (Tjitrosoepomo 1994). Menurut Duke (1975) rambut-rambut yang lebih tinggi pada ujung tongkol, yang mulai pertumbuhannya lebih lambat dapat muncul pertama karena jarak yang harus

(22)

mereka lewati lebih pendek. Jika tidak diserbuki, rambut-rambut dapat terus memanjang. Rambut jagung merupakan sumber komponen bioaktif. Kandungan flavonoid dari 40 rambut jagung di cina telah diidentifikasi menggunakan LC (Liquid Chromatography) dan kolorimeter (Ren et al. 2009). Penelitian Solihah et al. (2013) menunjukkan bahwa terdapat flavonoid, saponin, plobatannin, fenol, dan alkaloid dalam rambut jagung yang di ekstrak baik menggunakan air maupun metanol. Kandungan terpenoid terdeteksi hanya jika di ekstrak menggunakan metanol. Millind dan Isha (2013) juga menyatakan bahwa jagung mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, asam maizenat, vitamin B1, K, dan mineral seperti

kalium, pospor, dan zinc. Biji jagung secara alami memiliki kandungan phytosterol yang dapat menurunkan penyerapan kolesterol dan konsentrasi kolesterol LDL-C (Ostlund et al. 2002). Kandungan kulit jagung (klobot) terdiri dari abu 6,04%, lignin 15,7%, selulosa 36,81%, dan hemiselulosa 27,01%. Klobot juga memiliki kadar karbohidrat berkisar antara 38 hingga 55% (Ningsih 2012). Sebagian kandungan kulit jagung adalah serat tidak larut air. Penelitian Wungkana

et al. (2013) bahkan mengungkapkan bahwa terdapat senyawa tanin dalam bonggol jagung yang mempunyai efektivitas menangkal radikal bebas lebih baik daripada senyawa fenol lainnya.

Sumber: Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences 2011.

(23)

9

(5000 mg) per hari. Mekanisme aksi dari beta sitosterol dalam menurunkan kolesterol dalam darah adalah:

1. Beta-Sitosterol menurunkan penyerapan lemak makanan di dalam usus Triasilglieserol yakni lemak utama dalam makanan masuk kemudian di dalam usus mengalami pemecahan menjadi asam lemak dan 2-monoasilgliserol oleh lipase yang dihasilkan dari pankreas, kemudian mengalami emulsifikasi oleh garam empedu dan dikemas dalam bentuk misel. Lemak makanan lain yaitu kolesterol dan vitamin larut lemak juga dikemas dalam misel tersebut. Misel kemudian berpindah menembus lapisan air ke mikrovili pada permukaan sel epitel usus. Dengan adanya Beta-sitosterol maka asam lemak bebas seperti triasilgliserol akan terikat dan tidak dapat diubah menjadi asam lemak dan 2 monoasilgliserol pada emulsifikasi oleh garam empedu menjadi misel.

2. Beta-Sitosterol menghambat pembentukan kolesterol di dalam hati Dengan cara menghambat aktivitas enzim HMG-KoA reduktase yang berperan penting dalam penentu kecepatan reaksi reduksi HMG-KoA menjadi mevalonat yang akan digunakan untuk pembentukan kolesterol.

Tanin merupakan senyawa fenolik yang terdapat di buah-buahan dan tanaman lainnya dan tidak beracun ketika dikonsumsi oleh tikus dengan dosis kurang dari 5000 mg/kg atau pada manusia dengan dosis 500 mg/kg berat badan. Tanin adalah polyphenol yang larut dalam air dan dan biasanya terdapat dalam bentuk asam tanat (Solihah 2012) dan larut dalam air (Chanchay dan Poosaran 2009). Sebuah studi melaporkan suplementasi tanin dapat menurunkan total kolesterol dan trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL. Tanin digunakan untuk menurunkan LDL-C and trigliserida tanpa menyebabkan penurunan HDL-C. Tanin dapat menghambat akumulasi makrofag lipid kompleks pada dinding endothelial pada arteri dan dapat mencegah aterosklerosis. Lipid darah, khususnya kolesterol dan trigliserida adalah lipid yang sangat berkaitan erat dengan lipid yang berada dalam makanan. Senyawa aktif seperti tanin memiliki pengaruh yang sangat kuat tehadap metabolisme lipid tersebut (Salajpal et al. 2008). Zat antinutrisi berupa tanin yang terdapat dalam liang teh dapat pula menurunkan kadar total kolesterol. Tanin memiliki kemampuan dalam mengikat asam empedu di usus dan dibuang melalui feses. Hal ini dapat menurunkan total kolesterol darah. Ditambahkan pula oleh tanin dapat menghambat kerja HMG-CoA reduktase dan asil-koenzim A kolesterol asiltransferase (ACAT) yang merupakan enzim untuk mensintesis kolesterol dan absropsi kolesterol serta pelepasannya ke darah (Dhesti dan Widyaningsih 2014).

(24)

68-77.4 µg RE/g, sedangkan pada jagung muda yang tidak dipisahkan antara rambut, kulit, dan biji kandungan flavonoid antara 80.4- 83.6 µg RE/g (Sarepoua

et al. 2013).

Saponin merupakan salah satu komponen bioaktif yang terdapat pada rambut jagung. Saponin terbagi menjadi senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah. Senyawa ini berasa pahit menusuk dan dapat menyebabkan bersin dan bersifat racun bagi hewan berdarah dingin. Saponin memiliki efek yang cukup berarti dalam memperbaiki profil lipid melalui interaksi dengan kolesterol. Efek ini didapatkan melalui ikatan antara saponin dengan kolesterol dan asam empedu. Saponin mengurangi kolesterol tubuh dengan mencegah reabsorbsi dan meningkatkan ekskresi (Nugraha 2008). Saponin dapat mengurangi kerusakan endotel dengan cara menurunkan kadar kolesterol dan LDL melalui peningkatan sintesa asam empedu LDL sehingga meminimalisir terjadinya LDL oksidasi. Penelitian Hakim (2010) juga menyebutkan bahwa saponin memiliki efek dalam menurunkan kadar kolesterol pada percobaan dengan hewan, dengan cara menghambat reabsorbsi asam empedu.

Fenol merupakan senyawa alami dalam tanaman dan salah satu kelompok antioksidan yang menghambat berbagai tahap proses kanker. Secara farmakologi, fenol memberikan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular. Fenol dapat melindungi terhadap oksidasi lipoprotein (Solihah et al. 2012). Fenol mempunyai fungsi sebagai antioksidan yang berfungsi sebagai pereduksi radikal bebas, selain itu juga mempunyai peranan penting dalam menghambat mikroba atau sebagai antibiotik. Menurut Dhesti dan Widyaningsih (2014), senyawa fenol serta serat yang terkandung dalam liang teh berbasis cincau hitam efektif dalam menurunkan kolesterol dan dapat memperbaiki profil lipid darah. Fenol mampu menghambat modifikasi oksidasi LDL yang dapat menyebabkan arterosklerosis. Penelitian Sarepoua et al. (2013) menunjukkan bahwa jagung manis memiliki kandungan total fenol antara 80.8- 85.8 µg GAE/g, sedangkan kandungan pada jagung muda tanpa pemisahan bagian adalah 115.0-11.4 GAE/g.

Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar. Serat pangan adalah sisa dari dinding sel tumbuhan yang tidak terhidrolisis atau tercerna oleh enzim pencernaan manusia yaitu meliputi hemiselulosa, selulosa, lignin, oligosakarida, pektin, gum, dan lapisan lilin (Santoso 2011).

(25)

11

menurunkan rangsangan sintesis kolesterol dan lipoprotein, dan (4) penghambatan sintesis kolesterol oleh asam lemak rantai pendek yang dihasilkan dari fermentasi serat larut di dalam kolon. Penyerapan asam empedu yang diikat serat mempengaruhi penyerapan kembali asam empedu dari usus, karena dapat mengubah proporsi asam empedu yang dikembalikan ke hati dengan cara mengikat asam empedu, dengan menurunnya kadar asam empedu hati maka akan membentuk asam empedu baru dari kolesterol yang diambil dari darah (Dhesti dan Widyaningsih 2014).

Tabel 4 Kandungan serat dalam air rebusan jagung utuh beserta kulit Dosis

Hasil analisis serat menggunakan metode enzimatis menunjukkan bahwa kandungan serat paling tinggi terdapat pada K3, yaitu pada air rebusan empat tongkol jagung. Serat dapat membantu dalam penurunan kadar kolesterol darah. Menurut Pribadi (2008) kebutuhan serat kasar tikus adalah ±5%. Kebutuhan serat sehari pada komposisi pakan tikus telah terpenuhi dari ransum yang diberikan, yaitu ±5% atau ±1 g per hari. Pemberian serat dari tikus pada K1 rata-rata adalah 1.6 mg, K2 rata-rata 2.5 mg, dan K3 rata-rata 2.6 mg per hari. Penambahan serat dari minuman intervensi yang diberikan sangat sedikit dibanding dengan kebutuhan tikus, yaitu 0.16-0.26 % dari kebutuhan serat sehari. Penelitian Hernawati et al. (2013) menunjukkan bahwa tikus yang diberi makan dengan karagenan sebesar 46% dari kebutuhan makan sehari dapat menurunkan kadar kolesterol sebesar 18.78%. Karagenan memiliki kandungan serat hingga 50%. Serat yang terkandung pada air rebusan jagung utuh beserta kulit sebanyak 600 ml kepada manusia dewasa dengan berat badan kurang lebih 50 kg adalah sebesar 24.6 g serat

Biji jagung atau disebut dengan kernel berbentuk bulat dan tumbuh melekat di tongkol jangung. Jumlah biji jagung dalam satu tungkol berkisar 300-1000 biji jagung. Biji jagung tersusun dari empat bagian terbesar, yaitu pericarp (5%), endosperm (82%), lembaga (12%), dan tip cap (1%) (Indhirawati 2013). Jagung memiliki kandungan antosianin dan phytosterol yang berparan dalam penurunan kolesterol.

Antosianin merupakan senyawa larut air dan pigmen utama yang memberi warna pada biji-bijian. Semakin gelap warna menunjukkan bahwa kandungan antosianin semakin tinggi. Jagung ungu memiliki kandungan antosianin yang sangat tinggi dibandingkan dengan jagung berwarna kuning. Antosianin yang terkandung dalam jagung mempunyai manfaat untuk menekan asam lemak dan biosintesis triasilgliserol sehingga mengurangi akumulasi triasilgliserol dalam jaringan white adipose ( Luo dan Wang 2012).

(26)

pericarp, dan germ dengan kandungan yang berbeda-beda. Sterol yang dikonsumsi dari jagung adalah sitosterol, stigmasterol, dan campesterol. Manfaat yang didapat dari phytosterol adalah menurunkan penyerapan kolesterol dan LDL-C. Karena struktur yang mirip dengan kolesterol, manfaat phytosterol dalam mekanisme kolesterol adalah penghambatan sintesis kolesterol dan penyerapan kolesterol melalui usus, sehingga terjadi peningkatan pengeluaran kolesterol dalam feses.

Sebuah studi melaporkan bahwa penyerapan kolesterol manusia 38% lebih tinggi pada kelompok yang diberikan diet minyak jagung dengan phytosterol yang telah dihilangkan daripada minyak jagung original selama dua minggu. Ketika minyak jagung yang telah dihilangkan kandungan phytosterol ditambahkan lagi hingga menjadi minyak jagung original, penyerapan kolesterol mengalami penurunan secara signifikan.

Masa Induksi Pakan Tinggi Kolesterol

Konsumsi Pakan dan Bobot Badan

Tikus putih merupakan hewan yang lazim digunakan dalam percobaan mengenai kolesterol dan biasanya jenis kelamin hewan ini yang digunakan adalah jantan untuk meminimalkan resiko gangguan hormonal dan kehamilan (Harini dan Astirin 2009). Di awal percobaan di masa induksi, hewan uji mendapatkan perlakuan yang sama, sehingga belum dilakukan pengelompokan.

Manusia memproduksi garam empedu di hati dari kolesterol, dikeluarkan ke dalam kantung empedu kemudian menuju usus halus. Tikus tidak memiliki kantung empedu, sehingga garam empedu dikeluarkan langsung ke dalam usus halus. Tikus memproduksi garam empedu yang disebut dengan asam muricholic, yang mana tidak diproduksi oleh manusia. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa asam muricholic bertanggung jawab terhadap kemampuan tikus untuk mengeliminasi kolesterol dengan cepat dari tubuh. Tikus sangat tahan terhadap perubahan kolesterol dalam tubuh. Untuk memproduksi lesi dalam tubuh, tikus harus diberikan pakan dengan gabungan dari kolesterol, thiouracil (obat anti-tiroid), kasein, asam kolat (garam empedu). Manusia hanya membutuhkan tambahan lemak pada makanan untuk membentuk lesi (Dene 2011).

(27)

13

Kolesterol pada pangan bersumber pada bahan makanan sumber protein hewani, terutama oragan hewan seperti jeroan, kuning telur, dan otak. Selain itu, kolesterol juga terdapat pada hasil olahan pangan hewani seperti susu, mentega, dan keju, sedangkan bahan pangan yang berasal dari dari tumbuhan seperti sayur dan buah tidak mengandung kolesterol (Freeman 2005). Lemak kambing dan kuning telur merupakan salah satu sumber kolesterol dari luar. Pakan dengan komposisi kuning telur 1.5%, lemak kambing 10%, minyak goreng curah 1% (total kolesterol 51.8 mg/100g pakan dan total lemak 30%) akan meningkatkan kolesterol darah secara bermakna (p<0.05) sebesar 44.48% menjadi 151.06 ± 8.14 mg/dl dibandingkan dengan konsentrasi awalnya 83.62 ± 24.15 mg/dl (Giri, 2009). Lemak kambing juga merupakan salah satu sumber kolesterol dengan kandungan yang tinggi, yaitu 3.2 mg/g (Das et al. 2009). Penelitian Hardiningsih dan Nurhidayat (2005) menyatakan bahwa konsentrasi kolesterol rata-rata kuning telur adalah 13.12 mg/g, artinya dalam setiap 1 g kuning telur terkandung 0.0131 g kolesterol. Giri (2009) menambahkan, telur keadaan kering (tepung kuning telur) memiliki kandungan kolesterol sebesar 91.3 mg/gram (Giri, 2009).

Komposisi pakan awal (ransum A) yang diberikan kepada hewan uji untuk mendapatkan kondisi kolesterol tinggi adalah 10% lemak kambing, 5% kuning telur dan pakan standar hingga 20 g. Setelah beradaptasi, di minggu ketiga dilakukan perubahan komposisi pakan tinggi kolesterol menjadi 10% mentega

(butter), 5% margarin, 10% kuning telur sebagai sumber kolesterol dari luar, dan pakan standar hingga 20 g (ransum B). Pada komposisi pakan sebelum dilakukan perubahan, total kolesterol yang terkandung di dalam pakan adalah 97.6 mg/100 g pakan dengan total lemak sebesar 41% dari kebutuhan kalori total tikus. Sebelum diberikan ransum B, pakan dengan komposisi ransum B ditambahkan PTU (propil tiourasil) sebanyak 0.01% selama satu hari untuk meningkatkan konsentrasi kolesterol serum tikus. Menurut Hardiningsih dan Nurhidayat (2005), PTU yaitu suatu zat antitiroid yang dapat menghambat pembentukan hormon tiroid. Hormon tiroid dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan cara meningkatkan pembentukan LDL di hati yang mengakibatkan peningkatan pengeluaran kolesterol dari sirkulasi. Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan katabolisme kolesterol menurun, sehingga terjadi peningkatan kolesterol dalam darah. Setelah diinduksi PTU, pakan dilanjutkan dengan ransum B hingga induksi pakan tinggi kolesterol selesai dilakukan.

(28)

Perubahan komposisi pakan dilakukan agar daya terima pakan oleh tikus percobaan lebih tinggi dan dapat mempercepat kenaikan kolesterol darah tepat pada waktu yang diinginkan. Perubahan juga berdasarkan pada konsumsi pakan yang terus menurun selama dua minggu induksi pakan tinggi kolesterol, sehingga mengakibatkan menurunan bobot badan secara konstan. Peningkatan jumlah kuning telur dan lemak yang ditambahkan untuk mencapai kenaikan bobot badan dan kadar kolesterol yang diinginkan. Menurut Witradharma et al. (2011) konsumsi asam lemak jenuh (ALJ) baik yang memiliki rantai sedang yang bersumber dari VCO (Virgin Coconut Oil) maupun yang memiliki rantai panjang yang bersumber dari lemak sapi dapat meningkatkan kadar kolesterol total. Hal ini disebabkan karena ALJ meningkatkan kadar kolesterol LDL dengan menurunkan reseptor LDL yang berhubungan dengan katabolisme serta meningkatkan formasi LDL plasma dengan menurunkan efek turn over LDL kolesterol. Tsalissavrina et al. (2009) menambahkan bahwa peningkatan kadar kolesterol total dan LDL (Low Density Lipoprotein) darah dapat disebabkan oleh peningkatan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi dalam makanan. Komposisi pakan setelah dilakukan perubahan, total kolesterol yang terdapat dalam pakan adalah 131.2 mg/100 g pakan dengan total lemak sebesar 58% dari kebutuhan kalori total tikus. Tabel 5 Rataan konsumsi pakan dan bobot badan hewan coba selama induksi

pakan tinggi kolesterol

Waktu Bobot badan (gram) Konsumsi pakan (gram) Hari 7 247.83 ± 30.68 15.56 ± 2.83

Hari 14 263.87 ± 33.05 16.41 ± 2.70 Hari 22 282.71 ± 35.00 16.24 ± 2.71 Hari 30 284.63 ± 37.17 16.32 ± 3.23 Hari 37 298.21 ± 37.27 15.94 ± 2.92 Hari 45 308.25 ± 37.78 15.40 ± 3.21

Tikus diadaptasi terlebih dahulu sebelum pemberian makanan tinggi lemak dan kolesterol selama 10 hari. Selama adaptasi tidak dilakukan penimbangan terhadap konsumsi pakan. Pemberian makanan tinggi kolesterol dilakukan selama 45 hari. Rata-rata pakan yang dikonsumsi saat induksi pakan tinggi kolesterol adalah 16 ± 3.01 gram.

Rata-rata bobot tikus pada masa awal pemeliharaan (satu minggu setelah adaptasi) adalah 247.83 ± 30.68 gram, sedangkan setelah enam minggu masa pemeliharaan (dua bulan) bobot badan tikus naik secara signifikan menjadi 308.25

(29)

15

± 37.78 gram (p<0.05). Menurut Zhukova et al. (2014) Kenaikan bobot badan dapat dikarenakan umur tikus yang masih dalam masa pertumbuhan yang pesat didukung dengan pemberian makan yang tinggi lemak. Bobot badan tikus yang mengkonsumsi diet tinggi lemak selama 30 hari, meningkat sebesar 84% lebih tinggi dibandingkan dengan berat awal.

Masa adaptasi, tikus mendapatkan pakan kontrol tanpa penambahan kolesterol dan lemak hingga hari ke-10 (minggu ke-0). Bobot badan terus mengalami kenaikan selama masa induksi pakan tinggi kolesterol. Namun, pada minggu keempat (hari ke-30), perubahan bobot badan mengalami penurunan. Penurunan diduga karena terjadi kesalahan yang dilakukan pada saat penimbangan. Penimbangan dilakukan pada siang hari sebelum tikus diberikan pakan, sehingga bobot badan cenderung tidak berbeda jauh dengan penimbangan sebelumnya. Hal ini juga diduga karena komposisi pakan yang tidak disukai oleh tikus, yaitu aroma lemak kambing yang menyengat dan tekstur yang pekat. Penurunan jumlah protein didalam pakan berhubungan dengan penurunan kecepatan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan. Bila jumlah kalori yang diperoleh dari makanan lebih kecil dari energi yang dikeluarkan (keseimbangan negatif) maka cadangan nutrien tubuh akan digunakan, glikogen, protein tubuh dan lemak akan dihancurkan dan bobot badan akan berkurang (Ganong 2002).

Perubahan komposisi pakan perlu dilakukan untuk meningkatkan daya terima tikus dan memaksimalkan peningkatan kadar koleterol tikus seperti yang diharapkan. Perubahan komposisi pakan dilakukan pada minggu ketiga, rata-rata perubahan bobot badan tikus mulai meningkat pada minggu ketiga. Pertengahan minggu keempat (hari ke-25 setelah adaptasi) dilakukan pengambilan darah untuk melihat kadar kolesterol darah tikus. Hasil menunjukkan bahwa kolesterol tikus masih berada pada tahap normal 68.13 ± 12.97 mg/dl, sehingga induksi menggunakan pakan tinggi kolesterol dilanjutkan hingga minggu keenam.

Kolesterol Darah

Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan yang merupakan lipid berantai panjang dan begian komponen penting dari lipoprotein plasma serta membran sel bagian luar. Kolesterol memiliki cincin tidak jenuh dan merupakan prekursor dari asam empedu, hormon seks dan vitamin D. kolesterol merupakan bagian dari lipid yang disebut sterol yang merupakan penyusun hormone steroid. Kolesterol sangat diperlukan oleh tubuh karena merupakan komponen esensial membran struktural semua sel, komponen utama sel otak dan saraf, membantu penyerapan lemak dan vitamin larut lemak, membentuk vitamin D dan hormone tubuh (Freeman 2005). Nilawati et al. (2008), menyatakan bahwa peran kolesterol di dalam tubuh sangat penting, namun jika terjadi kelebihan kolesterol akan menimbulkan masalah kesehatan. Kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh disebut dengan hiperkolesterolemia, yaitu merupakan refleksi penurunan kapasitas tubuh untuk membuang kolesterol serta tidak adanya kapasitas untuk mengatur produksi kolesterol secara endogen.

(30)

0,0

induksi pakan hiperkolesterol. Pada minggu ini kolesterol meningkat secara signifikan (p<0.05) sebesar 43% dibanding dengan awal pemeriksaan, sehingga konsentrasi menjadi 97.58 ± 17. 18 mg/dl selama 20 hari. Peningkatan konsentrasi kolesterol sesuai dengan penelitian Giri (2009) pada waktu 13 minggu kolesterol tikus meningkat sebesar 44% dibanding awal pemeriksaan. Komposisi pakan tinggi kolesterol ransum B lebih efektif menaikkan konsentrasi kolesterol pada level yang sama sebesar 4.5 kali lipat. Perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kolesterol darah dapat disebabkan karena pada saat induksi pakan tinggi kolesterol, jumlah total kolesterol yang diberikan lebih tinggi dan penambahan lemak jenuh dan tidak jenuh dari butter dan margarin meningkatkan asupan makan dan kebutuhan lemak tikus percobaan. Umur tikus percobaan pada penelitian Giri (2009) adalah 8 bulan, sedangkan pada penelitian ini adalah dua bulan. Perbedaan umur juga dapat menentukan keoptimalan dalam mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kolesterol. Menurut Kmiec (2006), penuaan pada tikus berkaitan dengan down-regulation pada hipotalamus yang menstimulasi intake makanan dan perubahan ekspresi dari peptida anorexigenik. Situasi ini mungkin yang berkaitan dengan menurunnya napsu makan dan penurunan berat badan.

Peningkatan konsentrasi kolesterol darah pada tikus sesuai dengan penelitian Ma (2006) yang menyatakan bahwa lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol dalam makanan yang dimakan dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol. Mekanisme peningkatan kadar kolesterol total yaitu akibat peningkatan kadar asam lemak bebas dalam plasma yang dapat meningkatkan sekresi VLDL oleh hati. VLDL( Very Low Density Lipoprotein) merupakan prekursor IDL (Intermediate Density Lipoprotein), dan IDL prekursor dari LDL (Low Density Lipoprotein). LDL bertugas untuk mendistribusikan kolesterol dari hati ke jaringan. Untuk dapat memasuki sel, LDL berikatan dengan reseptor LDL yang terletak pada permukaan membran sel. LDL yang berikatan akan mengalami endositosis dan dipecah dalam ribosom. Peningkatan uptake kolesterol ke dalam sel dapat menurunkan jumlah reseptor LDL. Penurunan reseptor LDL dapat menyebabkan jumlah LDL-C dalam sirkulasi meningkat (Fajrin 2010).

(31)

17

Masa Intervensi Minuman Air Jagung Utuh Beserta Kulit

Konsumsi pakan dan Bobot badan

Penelitian dibagi menjadi 3 tahap percobaan. Tahap pertama adalah tahap adaptasi yang dilakukan selama sepuluh hari dengan diberikan pakan standar tanpa tambahan kolesterol dan lemak. Tahap kedua adalah tahap induksi pakan tinggi kolesterol dengan pemberian pakan standar yang telah ditambah dengan kolesterol dan lemak. Selanjutnya adalah tahap ketiga, yaitu tahap pemberian intervensi air rebusan jagung utuh beserta kulit pada kelompok perlakuan dengan dosis yang berbeda-beda dengan pakan yang diberikan adalah pakan standar.

Tahapan penelitian sesuai dengan penelitian Syariah et al. (2011) dengan menggunakan tiga tahapan penelitian, yaitu tahap adaptasi, tahap peningkatan kolesterol, dan tahap intervensi terhadap tikus putih galur Sprague Dawley dalam penurunan kolesterol menggunakan ekstrak buah terong belanda. Berbeda dengan penelitian Fajrin (2010) yang menggunakan dua tahapan penelitian, yaitu tahap adaptasi dan tahap peningkatan konsentrasi kolesterol sekaligus dengan pemberian intervensi. Penggunaan metode yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan. abhuruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar waktu (p<0.05)

Konsumsi tikus percobaan mengalami peningkatan (p<0.05) pada kelompok K, K1, dan K2, namun pada K3 peningkatan terhadap konsumsi pakan tidak signifikan (p>0.05). Pada masa intervensi, pakan yang diberikan adalah berupa pakan standar tanpa penambahan lemak dan kolesterol. Pakan standar diberikan pada masa inkubasi dan intervensi air rebusan jagung utuh beserta kulit. Pakan tinggi kolesterol diberikan pada masa peningkatan konsentrasi kolesterol darah tikus percobaan. Walaupun mengalami peningkatan konsumsi pakan, bobot badan tikus percobaan mengalami penurunan.

Tabel 7 Bobot badan pada masa intervensi air rebusan jagung utuh beserta kulit

Kategori Kelompok

K(gram) K1 (gram) K2 (gram) K3 (gram) Pre-intervensi 301.83 ± 48.43a 317.00 ± 31.83 a 326.33 ± 25.95 a 287.83 ± 38.71 a

Post-intervensi 326.00 ± 43.03 a 314.83 ± 33.90 b 318.67 ± 35.18 b 286.67 ± 42.82 b abhuruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar waktu(p<0.05)

(32)

Arauna et al. (2012) menunjukkan bahwa terapi ekstrak air benalu mangga menyebabkan penurunan peroksidasi lipid dengan adanya senyawa aktif benalu mangga (Dendrophthoe petandra) yaitu antioksidan (flavonoid), kuersetin, tanin dan saponin dapat menurunkan kadar trigliserida darah dengan cara meningkatkan aktivitas enzim LPL dengan mengurangi peroksidasi lipid serta memperbaiki histopatologi hepar tikus (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemia.

Kolesterol Darah

Kolesterol terdapat pada semua jaringan dan lipoprotein plasma, terdapat dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolestril. Unsur ini disintesis dari Acetil-co A dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh lewat empedu sebagai garam kolesterol. Kolesterol dapat disintesis oleh tubuh, sebagian besar kolesterol disintesis oleh hati. Sintesis kolesterol di dalam tubuh disebut dengan sintesis endogen. Menurut Freeman (2005), dalam sehari tubuh dapat mensintesis hingga 1000 mg kolesterol, jumlah ini dinilai cukup untuk keperluan metabolisme tubuh. Oleh karena itu, asupan kolesterol dari luar sebaiknya dibatasi untuk mencegah terjadinya hiperkolesterolemia. Menurut Nilawati et al. (2008), kelebihan kolesterol akan ditimbun kemudian mengendap pada pembuluh darah arteri sehingga menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah yang disebut dengan arterosklerosis. Hal ini dapat berakibat fatal karena mengakibatkan asupan darah ke jantung menjadi terlambat. Keadaan hiperkolesterolemik ditandai dengan kenaikan kadar kolesterol darah diatas normal. Konsentrasi kolesterol manusia akan tetap tinggi walaupun tanpa konsumsi makanan dari luar, hanya sekitar 30-40% kolesterol yang diubah menjadi asam empedu sehingga konsentrasi kolesterol darah tetap tinggi. Faktor lain yang menyebabkan hiperkolesterolemia adalah konsumsi makanan tinggi kolesterol dan asam lemak jenuh serta kondisi menopause pada wanita.

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan tingginya konsentrasi kolesterol dalam darah. Menurut WHO (2006), ada tiga tingkatan kolesterol dalam serum manusia, yaitu kolesterol serum normal dengan kolesterol total kurang dari 200 mg/dL, kolesterol borderline (BHC) dengan kolesterol total 200-239 mg/dl. Kolesterol serum tinggi pada manusia dapat menyebabkan kondisi hiperkolesterolemia sedang tinggi dengan kolesterol total lebih dari sama dengan 240 mg/dl.

Masa intervensi dilakukan selama enam hari dengan pemberian air rebusan jagung utuh beserta kulit dengan dosis yang berbeda-beda. Pengukuran konsentrasi kolesterol dilakukan setelah rata-rata kolesterol mencapai 97.58 ± 17.18 mg/dl (normokolesterolemia). Nilai tersebut cukup untuk melihat penurunan yang terjadi akibat diberikan intervensi air rebusan jagung utuh beserta kulit.

(33)

19

tidak optimal dan cenderung menurun. Sesuai dengan penelitian Evacuasiany et al. (2010) yang menggunakan buah tomat (Lycopersicum esculentum) untuk menurunkan total kolesterol darah pada tikus putih galur Wistar. Dosis tomat yang digunakan adalah 0.27, 2.7, dan 27 g/100 ml, dengan penurunan kolesterol berturut-turut adalah 5.23%, 7.25%, dan 6.58%. Peningkatan konsentrasi pemberian menyebabkan kandungan zat dalam tomat terlalu tinggi atau melebihi yang dibutuhkan, sehingga fungsi dari antosianin dan flavonoid tidak maksimal. Peningkatan suatu zat yang melebihi kebutuhan tubuh akan menurunkan penyerapan tehadap zat tersebut

abhuruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar waktu(p<0.05) 1,2angka yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan

(p<0.05)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian pakan tinggi kolesterol meningkatkan konsentrasi kolesterol tikus sebesar 43% selama dua minggu terakhir masa induksi pakan hiperkolesterol dan meningkatkan rata-rata bobot sebesar 25% dibandingkan dengan bobot awal. Konsumsi tikus terhadap pakan meningkat (p<0.05) pada semua kelompok perlakuan kecuali pada K3 (p>0.05) ketika masa intervensi menggunakan air rebusan utuh beserta kulit, namun bobot badan mengalami penurunan (p>0.05) pada semua kelompok perlakuan kecuali pada kontrol. Air rebusan jagung utuh beserta kulit dengan dua tongkol jagung efektif menurunkan konsentrasi kolesterol darah tikus putih galur Sprague Dawley (p<0.05) pada kelompok 2 (K1) sebesar 38.1%. Peningkatan jumlah jagung tidak berbading lurus dengan penurunan konsentrasi kolesterol darah tikus percobaan dan bahkan cenderung menurun.

(34)

Saran

Perlunya dilakukan analisa lanjutan untuk mengetahui secara kuantitatif kandungan senyawa-senyawa fitokimia yang terkandung dalam air rebusan jagung utuh beserta kulit. Kelompok perlakuan perlu dikembangkan untuk mengetahui bagian dari jagung yang paling berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi kolesterol darah. Perlu dilakukan pengujian HDL, LDL, dan trigliserida untuk melihat apakah intervensi air rebusan jagung utuh beserta kulit juga berpangaruh terhadap profil lipid lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adesta FEA. 2010. Pengaruh pemberian simvastatin terhadap fungsi memori jangka pendek tikus wistar hiperlipidemi. [Artikel ilmiah]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Ahmad M, Zaman F, Sharif T, Zabta M. 2008. Antidiabetic and hypolipidemic effects of aqueous methanolic extract of acacia nilotica pods in alloxan-induced diabetic rabbits. Scand. J. Lab. Anim. Sci, 35 (1), 29-34.

Arauna Y, Aulanni’am, Oktavianie DA. 2012. Studi kadar trigliserida dan

histopatologi hepar hewan model tikus (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemia yang diterapi dengan ekstrak air benalu mangga (Dendrophthoe petandra). Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Arjadi F, Soejono SK, Pangestu M. 2014, Januari-april. Paradoxical sleep deprivation decreases serum testosterone and leydig cells in male rats. Universa Medicina. 33(1): 27-35.

Chanchay N, Poosaran N. 2009. The reduction of mimosine and tannin contents in leaves of Leucaena leucocephala. Asian Journal of Food and Agro-Industry,

137-144.

Das AK, Anjaneyulu ASR, Thomas R, Kondaiah N. 2009. Effect of different fats on the quality of goat meat patties incorporated with full-fat soy paste. Journal of Muscle Foods, 2: 37-53.

Dene. 2011. Test results that don’t apply to humans. [Internet]. [Diunduh 13 Juni 2014]. Tersedia pada: http://personalcaretruth.com/category/personal-care-news/.

Dhesti AP, Widyaningsih TD. 2014. Pengaruh pemberian liang teh berbasis cincau hitam (Mesona palustris BL) terhadap kadar kolesterol tikus wistar.

Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2 (2): 103-109.

(35)

21

Evacuasiany E, Setyawati P, Yoanita. 2010. Effect of tomato (Lycopersicum esculentum mill) on total cholesterol and triglyceride level of dyslipidemia wistar rats. Jurnal Medika Planta, 1 (2): 49-54.

Fajrin FA. 2010. Aktivitas ekstrak etanol ketan hitam untuk menurunkan kadar kolesterol. Jurnal Farmasi Indonesia, 5(2):63-69.

Freeman MW. 2005. The Harvard Medical School Guide to Lowering Your Cholesterol. USA (US): McGraw Hill Inc.

Ganong WF. 2002. Review of Medical physiology. Adji Dharma, penerjemah .Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Jakarta (ID): EGC.

Giri LN 2008. Potensi antioksidan daun salam: kajian in vivo pada tikus hiperkolesterolemia dan hiperglikemia. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hakim RD. 2010. Pengaruh pemberian ekstrak bawang merah (Allium ascalonicum) terhadap kadar kolesterol-LDL serum tikus wistar hiperlipidemia. [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Hardiningsih R, Nurhidayat N 2006. Pengaruh pemberian pakan tinggi kolesterol terhadap bobot badan tikus yang diberi bakteri asam laktat. J. Biodiversitas, 7 (2): 127-130.

Harini M, Astirin OP. 2009. Kadar kolesterol darah tikus putih (rattus norvegicus) hiperkolesterolemik setelah perlakuan VCO. J. Bioteknologi, 6 (2): 55-62. Hernawati, Manalu W, Suprayogi A, Astuti DA. 2013. Suplementasi serat pangan

karagenan dalam diet untuk memperbaiki parameter lipid darah mencit hiperkolesterolemia. Makara Seri Kesehatan, 17 (1): 1-9

Iio, Takagi H, Ogawa Y, Tsukahara T, Chohnan S, Toyoda A. 2014. Effects of chronic social defeat stress on peripheral leptin and its hypothalamic actions.

Bio Med Central J, 15(72).

Indhirawati R. 2008. Potensi pengembangan strawberry popcorn sebagai tanaman hias di Indonesia (Zea mays L. var. everta). Makalah Seminar Umum Budidaya Pertanian. Jogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.

Kim JS, Ju JB, Choi CW, Kim SC. 2006. Hypoglycemic and antihyperlipidemic effect of four korean medicinal plants in alloxan induced diabetic rats. Am J Biochem Biotech, 5(2): 87 – 94.

Kmiec Z. 2006. Central Regulation of Food Intake in Ageing. Journal of Physiology and Pharmacology, 57(6): 7-16.

Luo Y, Wang Q. 2012. 7 Bioactive compounds in corn. Cereals and Pulses: Nutraceutical Properties and Health Benefit, Edisi: 1

Luthfiyah F, Widjajanto E. 2011. Serbuk daun kelor memulihkan kondisi fisik gizi buruk pada tikus model kurang energi protein. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 26 (3): 131-135.

(36)

Malole MBM dan Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. Bogor (ID): PAU IPB

Miller M et al.. 2011. Triglycerides and cardiovascular disease: a scientific statement from the american heart association. Journal of The Heart Association. 132: 2292-2333.

Millind P, Isha D. 2013. Zea maize: a modern craze. Journal of Pharmacy, 4(6): 39-43.

Mkhize N, Mohanlall V, Odhav B. Isolation and quantification of β-sitosterol, ergosterol and stigmasterol from Hypoxis rigidula baker var. rigidula and

Hypoxis hemerocallidea fisch., c.a.mey. & avé-lall (hypoxidaceae).

International Journal of Sciences, 2:118-134.

Mohan LK, Stump SE. 2004. Karause’s food: nutrition and diet therapy. USA(US): Elsevier Co.

Nilawati S, Krisnatuti D, Mahendra B, Djing OG. 2008. Care Yourself Cholesterol. Jakarta (ID): Penebar Plus.

Ningsih ER. 2012. Uji kinerja pada proses pulping kulit jagung dengan variabel

Nurhikmah V. 2010. Pengaruh pemberian seduhan the hitam, the hijau (Camelia sinensis), teh daun murbei (Morrus kanva) dan Campuranny terhadap pengendalian glukosa darah dan urin tikus hiperglikemik. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ostlund J. Richard E, Racette SB, Okeke A, Stenson WF. 2002. Phytosterols that are naturally present in commercial corn oil significantly reduce cholesterol absorption in humans. The American Journal of Clinical Nutrition. 75: 1000-1004.

Parasuraman S, Raveendran R, Kesavan R. 2010. Blood sample collection in small laboratory animals. J Pharmacol, 1(2): 87-93.

Pribadi GA. 2008. penggunaan mencit dan tikus sebagai hewan model penelitian nikotin.[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Redha A. 2010. Flavonoid: struktur, sifat antioksidatif dan peranannya dalam sistem biologis. Jurnal Belian, 9(2): 196-2001.

Ren SC, Liu ZL, Ding XL. 2009. Isolation and identification of two novel flavone glycosides from corn silk (Stigma maydis). Journal of Medicinal Plant Research, 3(12): 1009-1015.

Ridwan E. 2013. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan.

J Indon Med Assoc. 63(3): 112-116.

(37)

23

Salajpal K, Karolyi D, Dikic M, Kantura V, Kis G, Sinjeri Z. 2008. Influence of acorn intake on blood lipid profile and longisimus muscle characteristics of black slavonian pig. J. Acta agriculturae Slovenica. 2: 99-105.

Samin AA, Bialangi N, Salimi YK. 2014. penentuan kandungan fenolik total dan aktivitas antioksidandari rambut jagung (Zea mays L.) yang tumbuh di daerah gorontalo. Gorontalo (ID): Universitas Gorontalo.

Santoso A. 2011 Maret 23. Serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya bagi kesehatan. Magistra. No. 75: 35-40.

Sarepoua E, Tangwongchai R, Suriharn B, Letrat K. 2013. Relationships between phytochemicals and antioxidant activity in corn silk. International Food Research Journal, 20(5): 2073-2079.

Sarfare S, Menon S, Shailajan S. 2010. Cornsilk as a bioavailable source of betasitosterol: a pharmacokinetic study using HPTLC. Asian Journal of Plant Sciences, 9 (1): 44-50.

Sholihah MA, Rosli WI, Nurhanan AR. 2012. Phytochemicals screening and total phenolic content of malaysian zea mays hair extracts. International Food Research Journal, 19(4): 1533-1538.

Sihadi, Djaiman SPH. 2005. Besarnya risiko kegemukan terhadap kadar gula darah.[Laporan penelitian].Puslitbang Gizi dan Makanan, 28(1): 9-15.

Suarni, Yasin M. 2011. Jagung sebagai sumber pangan fungsional. [Laporan penelitian]. Iptek Tanaman Pangan, 6 (1): 41-56.

Sumardika IW, Jawi IM. 2012. Ekstrak air daun ubi jalar ungu memperbaiki profil lipid dan meningkatkan kadar sod darah tikus yang diberi makanan tinggi kolesterol. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 43(2): 67-70.

Syariah WO, Usmar, Syukur R. 2011. Pengaruh jus buah terong belanda (Cyphomandra betaceae) terhadap kadar kolesterol total tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. Jurnal Farmasi dan Farmakologi, 15(2): 95-98.

Tjitrosoepomo G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Yogyakarta: UGM Press.

Tsalissavrina I, Wahono D, Handayani D. 2006. Pengaruh pemberian diet tinggi karbohidrat dibandingkan diet tinggi lemak terhadap kadar trigliserida dan HDL darah pada Rattus novergicus galur wistar. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 22 (2): 80-89.

Witradharma TW, Lipoeto NI, Asri A. 2011. pengaruh konsumsi berbagai jenis asam lemak terhadap indikator kejadian aterogenesis pada tikus jantan strain wistar. [Tesis]. Padang (ID): Universitas Andalas.

Weng BBC, Lin YC, Hu CW, Kao MY, Wang SH, Lo DY, Lai TY, Kan LS, Chiou RYYC. 2011. Toxicological and immunomodulatory assessments of botryosphaeran (b-glucan) produced by botryosphaeria rhodina rcyu 30101.

Food and Chemical Toxicology Journal. 49:910-916

(38)

Wungkana I, Suryanto E, Momuat L. 2013. Aktivitas antioksidan dan tabir surya fraksi fenolik dari limbah tongkol jagung (Zea mays L.). Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(04): 149-155.

(39)

25

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji statistik bobot badan menggunakan paired-samples T test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 kontrol sebelum 301.83 6 48.433 19.773

kontrol sesudah 326.00 6 47.134 19.242

Pair 2 k1 sebelum 317.00 6 31.831 12.995

k1 sesudah 314.83 6 33.902 13.841

Pair 3 k2 sebelum 326.33 6 25.951 10.595

k2 sesudah 318.67 6 35.183 14.364

Pair 4 k3 sebelum 287.83 6 38.706 15.802

k3 sesudah 286.67 6 42.819 17.481

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 kontrol sebelum & kontrol sesudah 6 .730 .100

Pair 2 k1 sebelum & k1 sesudah 6 .947 .004

Pair 3 k2 sebelum & k2 sesudah 6 .967 .002

Pair 4 k3 sebelum & k3 sesudah 6 .992 .000

Lampiran 2 Uji statistik sisa pakan menggunakan paired-samples T test Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 kontrol sebelum 15.48 6 2.293 .936

kontrol setelah 16.03 6 2.764 1.128

Pair 2 k1 sebelum 16.58 6 2.328 .951

k1 sesudah 16.96 6 3.127 1.276

Pair 3 k2 sebelum 15.86 6 1.525 .623

k2 sesudah 16.22 6 2.158 .881

Pair 4 k3 sebelum 16.20 6 .736 .300

(40)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 kontrol sebelum &

kontrol setelah 6 .971 .001

Pair 2 k1 sebelum & k1 sesudah 6 .959 .003 Pair 3 k2 sebelum & k2 sesudah 6 .822 .045 Pair 4 k3 sebelum & k3 sesudah 6 .622 .187

Lampiran 3 Uji ANOVA penurunan total kolesterol darah

Multiple Comparisons

(I) dosis minuman

jagung (J) dosis minuman jagung

Mean Difference

(41)

27

Penurunan kolesterol Duncan

dosis minuman jagung N

Subset for alpha = 0.05

1 2

kontrol 6 20.83

minuman jagung dosis 3 6 30.33 30.33

Minuman jagung dosis 2 6 31.17 31.17

Minuman jagung dosis 1 6 38.67

Sig. .204 .303

Pengandangan

(42)

Pengambilan Darah Tikus

(43)

29

Pembuatan air rebusan jagung utuh beserta kulit

(44)

Analisis serat

(45)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 24 Januari 1991 dari ayah Suharno dan ibu Suratmi. Penulis lulus dari SMAN 1 Glagah Banyuwangi pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis masuk Diploma IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di jurusan Supervisor Jaminan Mutu Pangan dan lulus pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) PT. Elders Indonesia, Dramaga, Bogor.

Gambar

Tabel 1  Kelompok tikus berdasarkan jenis minuman intervensi
Gambar 1  Jadwal kegiatan selama penelitian
Gambar 2 Bagan alur perlakuan
Tabel 4  Kandungan serat dalam air rebusan jagung utuh beserta kulit
+5

Referensi

Dokumen terkait

48 oleh pimpinan yang mengakibatkan komitmen organisasional karyawan akan meningkat. Pada variabel Budaya organisasi dengan pernyataan “Saya diberi reward apabila

Dalam laporan tahun 2015 ini akan kami paparkan kinerja Perseroan maupun langkah-langkah strategis yang kami ambil demi pencapaiannya, sebagai salah satu wujud

This research was aimed to find out the effectiveness of draw label caption strategy (DLCS) for teaching writing descriptive text at the eight grade students of SMP Muhammadiyah 2

Perbedaan suku bunga ini menjadi keuntungan terbesar bagi bank konvensional, tingkat pemeliharaan yang baik dari manajemen bank adalah salah satu kunci keberhasilan bank dalam

Hal ini membuktikan bahwa dengan melakukan proses impregnasi logam ke dalam lempung dapat memperbesar luas permukaan katalis, Namun pada penggunaan logam La 2%

Hasil penelitian yang telah dilakukan sekaligus dikaitkan dengan tujuan penelitian, serta perumusan masalah dalam penelitian ini, maka peneliti menyimpulkan aplikasi

Tujuan Penelitian 1 Membuktikan bahawa metode Naïve Bayes Classifier dengan Seleksi Fitur Information Gain dapat digunakan dalam pengklasifikasian Analisis Sentimen E-Commerce..

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar curah hujan yang terjadi pada lokasi studi dan berapa besar kapasitas saluran drainase