• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Jalur Interpretasi di Kawasan Wisata Gunung Padang, Sumatera Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Jalur Interpretasi di Kawasan Wisata Gunung Padang, Sumatera Barat."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN JALUR INTERPRETASI DI KAWASAN

WISATA GUNUNG PADANG SUMATERA BARAT

LERISSA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Jalur Interpretasi di Kawasan Wisata Gunung Padang, Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada peguruan tinggi mana pun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

(4)

LERISSA. Perencanaan Jalur Interpretasi di Kawasan Wisata Gunung Padang Sumatera Barat. Dibimbing oleh EVA RACHMAWATI dan AKHMAD ARIFIN HADI.

Gunung Padang merupakan salah satu kawasan wisata alam di Kota Padang, Sumatera Barat. Potensi Gunung Padang dapat digunakan sebagai penyampai informasi tentang kelestarian kawasan kepada pengunjung melalui kegiatan interpretasi. Beberapa potensi yang keberadaannya belum disadari dapat diinterpretasikan dengan jalur interpretasi yang didukung dengan perencanaan lanskap jalur interpretasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan jalur melalui potensi kawasan dan preferensi pengunjung. Data yang dikumpulkan meliputi potensi objek, preferensi pengunjung dan identifikasi jalur eksisting, dengan metode wawancara, studi pustaka dan pengamatan lapang. Data kemudian dianalisis dan dinilai dengan penilaian jalur dan objek sebagai dasar perencanaan intepretasi. Gunung Padang memiliki 20 jenis flora, empat jenis mamalia, sembilan jenis burung, lima jenis aspek sejarah budaya dan tiga daya tarik fisik yang terdapat pada tiga jalur eksisting. Objek yang paling disenangi responden yaitu panorama alamnya dan materi interpretasi yang diinginkan yaitu mengenai sejarah atau kondisi Gunung Padang. Konsep dasar perencanaan jalur kemudian dikembangkan menjadi konsep tata ruang, sirkulasi dan konsep aktivitas fasilitas.

Kata kunci: gunung Padang Sumatera Barat, jalur interpretasi

ABSTRACT

LERISSA. Interpretive Trail Planning in Tourism Area of Padang Mountain West Sumatera. Supervised by EVA RACHMAWATI and AKHMAD ARIFIN HADI.

Padang Mountain is one of tourism areas in West Sumatera. This place’s resources could become great visitor destination and could be seen as messages about conserving this area through interpretive activity. Some of these resources were not noticeable yet because unaccessable. It should be connected by trail, especially by interpretive trail and supported by landscape planning. The purposes of this study were to arrange interpretive trail plan by the potentials object and visitor preference. Data that had been collected consist of potential objects, visitor preference and existing trail through interview, literature study and direct observation. Various data would be analyzed and scored with trail and object scores as a base interpretation plan. Padang Mountain has 20 species of flora, four species of mammals, nine species of birds, five historic, cultural and physical things, which could be found in three existed trail. Visitor’s preference shows that panoramic site is the most favorite of all the potentials objects. Padang Mountain’s history and condition is the most chosen subject for interpretive learning. Interpretive landscape trail plan’s base concept will be developed into room arrangement concept, circulation concept and activities & facilities concept.

(5)

LERISSA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Nama : Lerissa NIM : E34090121

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Eva Rachmawati, SHut, MSi Pembimbing I

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perencanaan Jalur Interpretasi di Kawasan Wisata Gunung Padang, Sumatera Barat”. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Eva Rachmawati, SHut, MSi dan Bapak Akhmad Arifin Hadi, SP, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih juga diucapkan kepada Ibu Ir. Anida Krisstini, MSi dan Bapak Trisna Putra SS, MSc selaku staf Humas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Padang, serta Bapak Slamet dan Bapak Sanusi, yang telah membantu selama pengunpulan data. Ungkapan terimakasih yang tak terhingga untuk papa, mama, abang Zyan, Percy, teman- teman seperjuangan saya Iin, Deka, Tatan, Puji, Damay dan Azis Maulana atas doa, usaha dan kasih sayangnya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberi manfaat dan kebaikan bagi semua pihak.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Bahan 2

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 7

Sintesis Data 13

Perencanaan Interpretasi 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 14

Jalur Eksisting Kawasan Gunung Padang 15

Potensi Objek Interpretasi Kawasan 20

Preferensi Pengunjung 28

Perencanaan Jalur Interpretasi 30

Perencanaan Lanskap Jalur Interpretasi 39

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 49

(10)

1 Jenis alat, bahan dan software yang digunakan dalam penelitian 3 2 Jenis data, informasi dan metode pengumpulan data 4 3 Kategori kelompok umur pengunjung dan proporsi sampel

peng-ambilan responden 5

4 Kriteria penilaian pemilihan jalur interpretasi 7 5 Interval hasil penilaian objek interpretasi 10 6 Kriteria penilaian objek interpretasi aspek flora 11 7 Kriteria penilaian objek interpretasi aspek sejarah 12 8 Kriteria penilaian objek interpretasi aspek fauna 13 9 Penilaian jalur yang berpotensi sebagai jalur interpretasi 16 10 Daftar jenis tumbuhan menarik, status konservasi, lokasi pada jalur

dan kualitasnya. 21

11 Daftar jenis fauna, status konservasi, lokasi pada jalur

dan kualitasnya. 22

12 Hasil penilaian objek interpretasi dan lokasi pada jalur aspek sejarah 26

13 Karakteristik responden 28

14 Pengelolaan keselamatan 38

15 Tema interpretasi pada setiap jalur 39

16 Jenis ruang, aktivitas dan fasilitas dalam perencanaan kawasan 41

DAFTAR GAMBAR 7 Peta potensi objek interpetasi di jalur Wisata Utama Gunung Padang 17 8 Peta potensi objek interpetasi di jalur alternatif puncak 18 9 Peta potensi objek interpetasi di jalur pemukiman 19 10 Pemandangan Samudera Hindia dilihat dari Gunung Padang 23

11 Bebatuan besar 23

12 Kuburan Cina 24

13 Reruntuhan benteng dan meriam Jepang 24

14 Makam Sitti Nurbaya 25

15 Peta fasilitas sarana dan prasarana eksisting 27 16 Jenis fasilitas, sarana dan prasarana eksisting 28 17 Fasilitas yang dibutuhkan pengunjung (atas); Material jalur yang

diinginkan responden pengunjung (bawah) 30

(11)

23 Peta jalur interpretasi di Kawasan Wisata Gunung Padang 37 24 Peta perencanaan lanskap Kawasan Wisata Gunung Padang 40 25 Ilustrasi (a) Ruang Penerimaan, (b) Ruang Pelayanan, (c) Ruang

Interpretasi, (d) Ruang Rekreasi dan (e) Ruang Konservasi 42 26 Peta perencanaan interpretasi pada jalur wisata utama 43 27 Peta perencanaan interpretasi pada jalur alternatif puncak 44 28 Peta perencanaan interpretasi pada jalur pemukiman 45 29 Peta perencanaan interpretasi pada jalur baru I 46 30 Peta perencanaan interpretasi pada jalur baru III 47 31 Peta perencanaan interpretasi pada jalur baru IV muara 48

DAFTAR LAMPIRAN

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gunung Padang merupakan salah satu kawasan wisata alam yang berada di Kota Padang, Sumatera Barat. Kawasan ini dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang (Padang Tourism Official Guide 2012). Potensi wisata yang menjadi tujuan pengunjung Gunung Padang adalah keindahan alam, peninggalan sejarah dan objek utamanya yaitu Makam Sitti Nurbaya. Gunung Padang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga dari puncak bukit bisa dinikmati indahnya Pantai Padang, gerbang Samudera. Selain itu, Gunung Padang juga memiliki keanekaragaman hayati fauna dan flora dari berbagai tipe vegetasi perwakilan ekosistem pantai serta ekosistem hutan dataran rendah.

Potensi-potensi ini dapat digunakan sebagai penyampai informasi tentang kelestarian kawasan dan sumberdaya didalamnya kepada pengunjung. Kelestarian dan pemanfaatan kawasan diharapkan tetap terjaga melalui kegiatan interpretasi. Interpretasi adalah pelayanan kepada pengunjung berupa rantai komunikasi antara pengunjung dengan sumberdaya yang ada (Sharpe 1982). Potensi-potensi tersebut tersebar di kawasan wisata Gunung Padang, tetapi tidak semua potensi yang menarik bisa diakses oleh pengunjung. Beberapa potensi yang keberadaannya belum disadari atau belum diperhatikan, dapat diinterpretasikan dengan bantuan jalur interpretasi. Jalur interpretasi menurut MBRS (2005) merupakan salah satu cara menikmati kawasan alam sehingga menciptakan hubungan yang kuat dengan lingkungan sekitarnya. Dengan jalur interpretasi tersebut, informasi mengenai kawasan dalam kegiatan wisata yang meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk melestarikan kawasan wisata alam dapat tercapai.

Perencanaan jalur interpretasi yang menunjang kegiatan wisata tersebut memerlukan kajian yang dapat menginventarisasi potensi objek interpretasi di seluruh kawasan, mengidentifikasi jalur yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai jalur interpretasi dan mempertimbangkan karakteristik dan keinginan pengunjung mengenai kenyamanan, keamanan dan kemudahan dalam jalur (Ham 2002 dalam Heriyaningtyas 2009). Perencanaan jalur interpretasi juga perlu didukung dengan perencanaan lanskap jalur interpretasi, dengan tujuan mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional estetik dan lestari untuk mendukung kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya (Nurisjah dan Pramukanto 2008 diacu dalam Saepulloh 2009).

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun suatu perencanaan jalur interpretasi alam di kawasan wisata Gunung Padang. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah yang ditempuh yaitu:

1. Mengidentifikasi jalur yang sudah ada untuk dikembangkan sebagai jalur interpretasi

(14)

3. Mengidentifikasi preferensi pengunjung 4. Membuat perencanaan lanskap interpretasi.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah memberi masukan dalam perencanaan jalur interpretasi untuk pengelola kawasan, sehingga dapat memberikan kepuasan pengunjung serta kesadaran terhadap kelestarian alam di kawasan wisata Gunung Padang.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilasanakan di Kawasan Wisata Alam Gunung Padang, Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2013. Peta lokasi penelitian disajikan pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

(15)

Tabel 1 Jenis alat, bahan dan software yang digunakan dalam penelitian

Alat Bahan Software

GPS Garmin Vista HCx Kuesioner Google Sketch Up 8.0

Meteran Panduan wawancara Map Source 4.0

Binocular Literatur Photoscape 1.0

Kamera digital Canon EOS 500D

Peta dasar Gunung Padang (topografi, sungai, fungsi lahan)

Map info Professional 10.0

Tape recorder Fieldguide mamalia dan burung

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui metode studi pustaka, wawancara, dan pengamatan lapang. Tahapan kerja dari penelitian ini terdiri dari lima langkah, yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan (Gold 1980). Berikut diagram langkah-langkah kerja dalam penelitian ini (Gambar 2)

Gambar 2 Tahapan proses penelitian modifikasi Gold (1980)

Overlay

1. Analisis fisik jalur eksisting 2. Analisis objek interpretasi 3. Analisis preferensi pengunjung

Peta komposit

Konsep Konsep dasar jalur interpretasi pengembanganKonsep Data

(16)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi potensi objek interpretasi, identifikasi jalur yang sudah ada dan preferensi pengunjung Gunung Padang (Tabel 2).

Tabel 2 Jenis data, informasi dan metode pengumpulan data

No Jenis Data Informasi yang dikumpulkan Metode

1 Identifikasi jalur yang sudah ada 1. Kondisi fisik

jalur

Desain dan keamanan jalur: keamanan, topografi, lebar dan panjang jalur, waktu tempuh, bentuk jalur dan permukaan jalur.

Pengamatan lapang

2. Fasilitas sarana dan prasarana

Jenis, jumlah, posisi dan kondisi. Pengamatan lapang dan wawancara 2 Potensi Objek Interpretasi

1. Daya tarik biologi

a) Flora (jenis, morfologi, endemisitas, status konservasi, manfaat, tingkat perjumpaan, lokasi)

Wawancara,studi pustaka dan pengamatan lapang b) Fauna (jenis, morfologi, waktu perjumpaan,

status konservasi, endemisitas)

2. Daya tarik fisik a) Panorama alam (pantai, bebatuan, bukit dan lainnya)

Pengamatan lapang dan wawancara. 3. Daya tarik

sosial budaya

a) Masyarakat (aktivitas, kesenian, mata pencaharian, mitos yang berkembang)

Pengamatan lapang dan wawancara.

b) Peninggalan bersejarah, makam, area

keramat, legenda, mitos dan lainnya. 3 Pengunjung di Gunung Padang

1) Karakteristik Nama, umur, jenis kelamin, asal, pendidikan dan pekerjaan.

Kuesioner dan wawancara 2) Tujuan a) Tujuan utama datang ke Gunung Padang

b) Kegiatan yang dilakukan

c) Objek yang disenangi dan alasannya

3) Preferensi a) Materi interpretasi yang diinginkan b) Jalur yang sering dilewati dan alasannya. c) Penilaian terhadap jalur

d) Fasilitas yang diinginkan e) Material jalur

4) Harapan dan saran

Harapan dan saran untuk pengembangan wisata alam

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu:

1. Studi Pustaka

Metode ini digunakan untuk memperoleh data sekunder. Studi pustaka diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku, jurnal, skripsi, website yang dapat menyediakan data untuk kegiatan penelitian.

2. Wawancara dan Penyebaran Kuesioner

(17)

a. Pengunjung

Kegiatan wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan kuesioner. Ukuran sampel pengunjung ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (1990) dalam Umar (2003), yaitu:

Keterangan:

n = ukuran sampel yang dibutuhkan N = ukuran populasi pada waktu tertentu e = batas ketelitian (10%)

Penentuan ukuran populasi (N) menggunakan data jumlah pengunjung pada tahun 2012, yaitu 6400 orang. Maka ukuran sampel yang didapatkan yaitu sebanyak 98 orang. Selanjutnya, responden dikelompokkan dengan metode stratified random sampling, yaitu metode mengambil sampel dengan memperhatikan suatu tingkatan dalam populasi. Data populasi dikelompokkan dengan tingkatan anak-anak, remaja, dewasa awal dan dewasa akhir (Santrock 1996). Proporsi sampel berdasarkan kelompok umur yang ditentukan sama setiap kelas umur yaitu sebesar 25% (Tabel 3).

Tabel 3 Kategori kelompok umur pengunjung dan proporsi sampel pengambilan responden

No. Kategori Umur Kelompok Umur Pengunjung

Wawancara dilakukan secara langsung dengan panduan wawancara. Sasaran wawancara ditentukan dengan metode snowball yaitu penentuan responden dengan peran tertentu yang dapat memberikan informasi yang bertujuan dengan penelitian (Buangin 2011). Responden berjumlah delapan orang masyarakat yang tinggal, beraktivitas dan berperan dalam kawasan wisata Gunung Padang.

c. Pengelola Kawasan

Pengelola yang diwawancarai yaitu Humas Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Padang yang ahli dibidang budaya dan wisata.

3. Pengamatan Lapang

Pengamatan lapang bertujuan untuk mencari data yang menunjang kegiatan penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengaan mengamati, mengukur, mencatat dan mendokumentasikan foto mengenai kondisi jalur, fasilitas sarana prasarana dan potensi objek di kawasan dan sepanjang jalur. Koordinat objek, jalur dan sarana prasarana ditandai dengan GPS. Selain itu dilakukan juga verifikasi keberadaan potensi dari hasil wawancara dengan pengelola dan masyarakat.

(18)

1) Identifikasi jalur yang sudah ada

Identifikasi kondisi fisik jalur dilakukan dengan cara mengamati desain dan keamanan jalur (keamanan, topografi, lebar dan panjang jalur, waktu tempuh, bentuk dan permukaan jalur) dan mengamati fasilitas sarana dan prasarana. Inventarisasi terhadap sarana dan prasarana mencakupi seluruh kawasan dan lokasinya didokumentasikan dan ditandai dengan GPS. Sarana prasarana yang ditemukan dilihat kondisi fisik kelayakannya.

Identifikasi juga dilakukan dengan mengamati tingkat kesulitan di setiap kelerengan pada jalur yang ada ataupun jalur yang akan dibuat berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan (Heriyaningtyas 2009). Kegiatan ini dilakukan agar pemilihan jalur prioritas sesuai dengan kemampuan pengunjung sesuai kelas umur dan kondisi jalur yang digunakan.

2) Inventarisasi potensi objek interpretasi

Objek interpretasi adalah segala sesuatu di dalam suatu kawasan yang digunakan sebagai objek dalam menyelenggarakan interpretasi (Muntasib 2003). Jenis objek interpretasi yang diinventarisasi yaitu potensi flora, fauna, panorama alam, sejarah dan budaya, dengan lokasi yang tidak terdapat bahaya seperti jurang, sarang lebah, pohon tumbang dll.

a) Flora

Metode yang digunakan yaitu eksplorasi yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada seluruh kawasan dan sepanjang jalur. Eksplorasi dilakukan dengan berjalan mencakupi seluruh kawasan, dan eksplorasi untuk jalur dengan mencatat jenis flora yang menarik di sepanjang jalur. Jenis flora yang berpotensi menjadi objek interpretasi yaitu tumbuhan yang unik atau bermanfaat. Data yang didapatkan berupa data jenis, morfologi, endemisitas, status konservasi, manfaat, tingkat perjumpaan dan lokasi.

b) Fauna

Inventarisasi keanekaragaman jenis fauna dilakukan pada dua taksa yaitu mamalia dan burung. Pengamatan dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada seluruh kawasan dan setiap jalur. Metode yang digunakan untuk inventarisasi mamalia dan burung di seluruh kawasan yaitu metode Rapid assessment. Metode ini merupakan metode pengamatan cepat untuk mengetahui jenis- jenis mamalia dan burung yang terdapat pada lokasi pengamatan. Pengamatan dilaksanakan pada waktu aktif burung dan mamalia, yaitu pagi (06.00-09.00) dan sore hari (16.00-18.00).

(19)

Gambar 3 Metode Fix Circular Plot untuk pengamatan burung

Metode yang digunakan untuk pengamatan mamalia disepanjang jalur yaitu metode Transek Jalur (Line Transect). Panjang jalur eksisting sekitar 300-700 meter, dengan lebar jalur yang tidak ditentukan (Gambar 4). Data dicatat dari perjumpaan langsung dengan satwa mamalia yang berada dalam jalur pengamatan (Bismark 2011).

Gambar 4 Metode Line transect untuk pengamatan mamalia

c) Panorama alam

Pengumpulan data potensi panorama alam dilakukan dengan berjalan di seluruh kawasan dan sepanjang jalur sampai ditemukan potensi yang dapat dijadikan objek interpretasi seperti air terjun, pantai, goa, dll. d) Sejarah dan budaya

Potensi sejarah-seperti peninggalan sejarah, benda purbakala, legenda dan mitos-diinventarisasi dengan cara berjalan di sepanjang jalur dan kawasan. Verifikasi juga dilakukan apabila terdapat potensi budaya seperti: kesenian, mata pencaharian dan aktivitas dari hasil wawancara dengan masyarakat yang menambah nilai wisata dari Gunung Padang.

Analisis Data

1. Analisis fisik jalur yang sudah ada

(20)

Tabel 4 Kriteria penilaian pemilihan jalur interpretasi

Aspek Faktor pemilihan Objek Kriteria Skor Keterangan 1) Desain dan

keamanan jalur interpretasi (60%)

a) Keamanan Aman 3 Tidak terdapat bahaya disepanjang jalur. Bahaya (natural hazards) yang dimaksud disini menurut Sharpe (1982) yaitu:

a.Tebing yang curam

b. Daerah yang rawan longsor

c. Terlalu dekat dengan kumpulan air yang dalam (kolam, danau, sungai)

d. Jalan berlumpur atau licin

e. Tumpang tindih dengan jalur lain yang berbeda fungsi, contoh: rel kereta api, track sepeda

f. Benda-benda yang berbahaya, contoh: pohon nyaris tumbang, sarang lebah, dll.

Kurang aman 2 Terdapat 1-3 jenis bahaya di sepanjang jalur Berbahaya 1 Terdapat >3 jenis bahaya disepanjang jalur b) Topografi (Booth

1983)

Datar 3 Kelerengan antara 1-5%

Berlereng 2 Kelerengan antara 5-10% Bergelombang 1 Kelerengan antara 10-15%

Curam 1 Kelerengan >15%

c) Lebar jalur (Sharpe 1982)

Baik 3 Lebar jalur >1,2 m

Cukup 2 Lebar jalur antara 0,6m-1,2m Sempit 1 Lebar jalur <0,6m

d) Panjang jalur/ waktu tempuh (Sharpe 1982 dan Veverka 1994)

Baik 3 Panjang jalur antara 1,2km-1,6km, dengan waktu tempuh >45 menit Cukup 2 Panjang jalur 0,8km-1,2km, dengan waktu tempuh 30-45 menit Kurang 1 Panjang jalur <0,8km, dengan waktu tempuh <30 menit. e) Bentuk jalur (Ham

(1992) (Gambar 5)

Model lingkaran

3 Jalur berbentuk lingkaran, dimana pintu masuk dekat atau sama dengan pintu keluar

(21)

Tabel 4 Kriteria penilaian pemilihan jalur interpretasi (lanjutan)

Aspek Faktor pemilihan Objek Kriteria Skor Keterangan

Model linear 2 Jalur berbentuk garis lurus, jalur ini merupakan jalur dua arah. Model eight 1 Jalur berbentuk angka delapan.

f) Permukaan jalur Baik 3 Jalur memiliki permukaan yang keras untuk dipijak dan memiliki drainase yang baik.

Sedang 2 Permukaan jalur kuat dan keras untuk dipijak, tetapi drainase buruk. Buruk 1 Permukaan jalur licin dan rapuh, memiliki drainase buruk sehingga

gampang longsor.

Cukup 3 Sarana prasarana pada jalur setidaknya terdiri dari papan informasi, papan interpretasi, tanda petunjuk arah dan shelter (Sharpe 1982 dan Veverka 1993).

Kurang 2 Sarana prasarana <4 jenis diatas.

Tidak ada 1 Tidak ada sarana dan prasarana yang ditemukan di sepanjang jalur. 3) Objek interpretasi

Banyak 3 Jalur mengarah ke lebih dari lima potensi Cukup 2 Jalur mengarah ke 3-5 potensi

Tidak ada 1 Jalur tidak memiliki potensi b) Jalur yang sering

dilalui pengunjung

Sering 3 Jalur sering dilalui pengunjung karena terdapat objek yang disukai. Jarang 2 Jalur jarang dilalui pengunjung karena kurang menyukai objek yang

terdapat pada jalur.

Tidak pernah 1 Jalur tidak pernah dilalui pengunjung karena objek tidak disukai

pengunjung.

Sumber : Sharpe (1982), MBRS (2005), Veverka (1993), Booth (1983) dan Fandeli & Muhammad (2009) dengan penyesuaian.

(22)

Gambar 5 Bentuk jalur menurut Ham (1992) diacu dalam MBRS (2005)

Hasil dari skoring penilaian jalur interpretasi digolongkan ke dalam tiga kelas kualitas, yaitu jalur kualitas tinggi yang berpotensi sebagai jalur interpretasi, jalur kualitas sedang yang bisa dikembangkan sebagai jalur interpretasi, dan jalur kualitas rendah yang tidak bisa dijadikan jalur interpretasi. Selang interval tiga kelas tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus statistik Sturges (Tentua 2010).

Keterangan : I = Interval kelas

Range = Selisih nilai antar kelas (nilai tertinggi- nilai terendah)

K = Jumlah kelas.

Maka didapatkan interval kualitas jalur dengan kategori rendah antara 6,9 sampai 4,2, kategori sedang antara 9,7 sampai 7, dan kategori tinggi antara 12,6 sampai 9,8.

2. Analisis objek interpretasi

Data hasil inventarisasi diolah secara deskriptif, kemudian objek dianalisis kelayakannya sebagai objek interpretasi dengan penilaian berdasarkan kriteria pada tabel 6, 7 dan 8. Analisis ini menggunakan metode skoring dengan skor 10-30, dimana nilai 30 adalah yang tertinggi dan nilai 10 terendah.

Hasil dari skoring penilaian objek interpretasi digolongkan ke dalam tiga kelas kualitas objek, yaitu kualitas rendah, sedang, dan tinggi. Objek kualitas rendah yaitu objek yang tidak bisa dijadikan sebagai objek interpretasi karena tidak memenuhi kriteria. Kualitas sedang yaitu objek yang belum memenuhi kriteria sebagai objek interpretasi, sehingga butuh pengembangan lebih lanjut. Objek kualitas tinggi untuk yang memenuhi kriteria sebagai objek interpretasi. Selang interval tiga kelas tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus statistik Sturges (Tentua 2010) (Tabel 5).

Tabel 5 Interval hasil penilaian objek interpretasi

Objek/Kualitas Rendah Sedang Tinggi

Flora 40-66,7 66,8-93,4 93,5-120

Fauna 30-50 51-70 71-90

Sejarah 40-66,7 66,8-93,4 93,5-120

(23)

Tabel 6 Kriteria penilaian objek interpretasi aspek flora

No Faktor pemilihan Objek Kriteria Skor Keterangan

1 Status perlindungan Kritis 30 Tumbuhan yang memiliki status konservasi IUCN redlist: CR dan EN dan/atau termasuk jenis yang dilindungi dalam PP no 7 tahun 1999

Terancam 20 Tumbuhan yang memiliki status konservasi IUCN redlist: VU dan NT dan/atau termasuk jenis yang dilindungi dalam PP no 7 tahun 1999

Tidak terancam 10 Tumbuhan yang tidak memiliki status IUCN atau memiliki status IUCN redlist: LC, DD dan NE dan/atau tidak termasuk jenis yang dilindungi dalam PP no 7 tahun 1999. 2 Endemisitas Endemik 30 Spesies tumbuhan yang hanya ditemukan pada tingkat lokal, yaitu pada wilayah

tertentu saja.

Endemik nasional 20 Spesies tumbuhan yang hanya ditemukan pada wilayah yang meliputi seluruh Indonesia saja.

Non endemik 10 Spesies tumbuhan yang hanya ditemukan pada tingkat Regional, yaitu pada wilayah yang meliputi dua atau lebih negara tertentu.

3 Manfaat Bermanfaat

secara ilmiah

30

Tumbuhan yang memiliki manfaat dan dibuktikan secara ilmiah Bermanfaat bagi

masyarakat

20 Tumbuhan yang memiliki manfaat bagi masyarakat sekitar, contoh tumbuhan obat yang sering dipakai masyarakat sekitar.

Tidak

dimanfaatkan

10

Tumbuhan yang tidak memiliki manfaat secara langsung bagi manusia 4 Tingkat perjumpaan Rendah 30 Spesies tumbuhan yang ditemukan 0-2 kali di sekitar kawasan

Sedang 20 Spesies tumbuhan yang ditemukan 3-4 kali di kawasan

Tinggi 10 Spesies tumbuhan yang ditemukan >4 kali di kawasan

Sumber: Rinjani (2012), IUCN Redlist dan Sharpe (1982) dengan penyesuaian.

(24)

Tabel 7 Kriteria penilaian objek interpretasi aspek sejarah

No Faktor pemilihan Objek Kriteria Skor Keterangan

1 Nilai estetik Tinggi 30 Objek yang mempunyai nilai estetik yang menunjukkan aspek desain dan arsitektur khas suatu daerah, dengan kondisi masih baik.

Sedang 20 Objek yang mempunyai nilai estetik, tetapi tidak menunjukkan aspek desain dan arsitektur suatu daerah, tetapi kondisi nya masih baik.

Rendah 10 Objek yang tidak mempunyai nilai estetik.

2 Nilai edukatif Tinggi 30 Objek yang mempunyai nilai edukatif yaitu menunjukkan gambaran kegiatan manusia di masa lalu di tempat itu dan menyisakan bukti-bukti yang asli. Bisa mencakup teknologi, arkeologi, filosofi, adat istiadat, selera dan kegunaan sebagaimana halnya juga teknik atau bahan-bahan tertentu.

Sedang 20 Objek yang juga mempunyai nilai edukatif, tapi lebih bersifat pasif, contohnya: tugu, monumen, patung, objek wisata yang mempunyai atraksi wisata temporal, dan lain-lain.

Rendah 10 Objek yang nilai edukatifnya sangat rendah, contohnya: objek sejarah yang beralih fungsi atau kurang bersifat publik.

3 Nilai sosial atau spiritual Tinggi 30 Nilai sosial atau spiritual yaitu keterikatan emosional kelompok masyarakat tertentu terhadap aspek spiritual, tradisional, politis atau suatu peristiwa.

Sedang 20 Objek yang memiliki nilai sosial saja atau nilai spiritual saja. Rendah 10 Objek yang tidak memiliki nilai sosial dan spiritual.

4 Nilai historis Tinggi 30 Nilai historis yaitu asosiasi suatu bangunan bersejarah dengan pelaku sejarah, gagasan atau peristiwa tertentu. Objek yang mempunyai hubungan langsung dengan

pemerintahan bangsa lain.

Sedang 20 Objek yang memiliki nilai historis dan memiliki peranan penting bagi perkembangan sejarah budaya bangsa Indonesia.

Rendah 10 Objek yang menjadi sentra aktivitas kebudayaan bagi masyarakat setempat.

Sumber: Bowron dan Harris (1994) dan Iqbal (2010) dengan penyesuaian.

1

(25)

Tabel 8 Kriteria pemilihan objek interpretasi aspek fauna

No Faktor

pemilihan Objek

Skor Kriteria Keterangan

1. Status perlindungan

30 Kritis Satwa yang memiliki status konservasi IUCN redlist: CR dan EN dan/atau termasuk jenis yang dilindungi dalam PP no 7 tahun 1999. 20 Terancam Satwa yang memiliki status konservasi IUCN

redlist: VU dan NT dan/atau termasuk jenis yang dilindungi dalam PP no 7 tahun 1999. 10 Tidak

terancam

Satwa yang tidak memiliki status IUCN atau memiliki status IUCN redlist: LC, DD dan NE dan/atau tidak termasuk jenis yang dilindungi dalam PP no 7 tahun 1999.

2. Endemisitas 30 Endemik Spesies satwa yang hanya ditemukan pada tingkat lokal, yaitu pada wilayah tertentu saja. 20 Endemik

nasional

Spesies satwa yang hanya ditemukan pada wilayah yang meliputi seluruh Indonesia, tapi tidak terdapat di negara lain.

10 Non- endemik

Spesies satwa yang hanya ditemukan pada tingkat Regional, yaitu pada wilayah yang meliputi dua atau lebih negara tertentu. 3. Tingkat

perjumpaan

30 Rendah Spesies satwa yang ditemukan 0-2 kali di sekitar kawasan.

20 Sedang Spesies satwa yang ditemukan 3-4 kali di kawasan.

10 Tinggi Spesies satwa yang ditemukan >4 kali di kawasan.

Sumber: IUCN Redlist, Sharpe (1982) dan MBRS (2005) dengan penyesuaian.

3. Analisis preferensi pengunjung

Hasil kuesioner pengunjung akan dianalisis deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data preferensi pengunjung dapat menunjang dalam memilih objek interpretasi dan perencanaan jalur interpretasi sehingga dikembangkan menjadi perencanaan lanskap jalur interpretasi.

Sintesis Data

Tahap sintesis yaitu tahap yang memberikan solusi dari masalah yang ditemukan pada tahap analisis. Tahap ini berupa penggabungan antara potensi sumberdaya kawasan (flora, fauna, sejarah dan budaya, gejala alam, sarana dan prasarana, keinginan pengunjung) dengan kondisi fisik kawasan (topografi, tanah, letak bahaya, jalur interpretasi yang sudah teridentifikasi). Hasilnya yaitu peta komposit sebaran potensi sumberdaya kawasan.

(26)

melalui jalur-jalur tersebut. Dari hasil sintesis, kemudian sebagai dasar tahap perencanaan jalur interpretasi disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pengunjung.

Perencanaan Interpertasi

Pada perencanaan interpretasi, jalur-jalur yang memiliki kriteria sedang dan tinggi serta jalur baru hasil sintesis akan dijadikan jalur interpretasi. Pada setiap jalur akan ditentukan kondisi fisik jalur, media dan tema interpretasinya. Selanjutnya dilakukan pembuatan konsep dasar untuk perencanaan lanskap interpretasi kawasan. Dari konsep tersebut dikembangkan menjadi konsep pengembangan yang terdiri dari konsep ruang, konsep sirkulasi dan konsep aktivitas dan fasilitas. Rencana lanskap dilengkapi dengan ilustrasi pendukung berupa gambar suasana dan gambar referensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Sejarah Gunung Padang

Kota Padang adalah salah satu kota tertua di pantai Sumatera di Lautan Hindia. Sejak Selat Malaka tidak lagi aman dari persaingan perdagangan oleh bangsa asing serta banyaknya peperangan dan pembajakan, maka arus perdagangan berpindah ke pantai barat Pulau Sumatera. Sejak saat itu daerah pesisir yang dekat dengan sumber komoditi seperti lada, cengkeh, pala dan emas dibangun pelabuhan-pelabuhan.

Pada zaman Belanda, Kota Padang dipilih Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) sebagai pintu perdagangan emas dan perkebunan berkelas internasional. Belanda datang dan berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan pada tahun 1660. Tahun 1667 Belanda menguasai daerah sekitarnya termasuk Gunung Padang yang dekat dengan Pelabuhan Muara dengan alasan keamanan. Pada 31 Desember 1799 seluruh kekuasaan VOC diambil alih oleh pemerintah Belanda dengan membentuk pemerintah kolonial dan Kota Padang dijadikan pusat kedudukan residen (Padang Tourism Official Guide 2012). Pada masa VOC tersebut, Pelabuhan Muara sempat menjadi center ekspor perdagangan emas dan produk perkebunan semisal teh, kopi, dan rempah-rempah. Kemudian, setelah pelabuhan dipindahkan ke Teluk Bayur, tepatnya pada awal abad ke-20, ekspor batu bara dan semen pun mulai dilakukan melalui pelabuhan ini. Setelah Belanda, Jepang pun menyusul untuk menjajah Indonesia. Daerah-daerah strategis pengintaian musuh diambil alih Jepang, termasuk Gunung Padang.

(27)

Status Kepemilikan

Penetapan kawasan Gunung Padang sebagai kawasan wisata dalam kotamadya daerah tingkat II Padang berdasarkan SK Walikota Padang nomor SK. 188.45.37-1992. Gunung Padang berada dibawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang.

Kondisi Fisik

Kawasan Gunung Padang secara geografis terletak diantara 100o20’- 100o21’ BT dan 0o57’- 0o58’ LS. Gunung Padang secara administratif termasuk dalam kecamatan Padang Selatan. Menurut hasil pencitraan lanskap, luas kawasan Gunung Padang yaitu 21,11 Ha, sebagian wilayah Gunung Padang tersebut dijadikan tempat wisata dengan luas kawasan 4,11 Ha. Tinggi Gunung Padang yaitu +140 mdpl. Jenis tanah di kawasan Gunung Padang merupakan jenis batuan yang gampang gembur, dengan tanah yang rawan longsor. Peruntukan daerah digunakan sebagai pariwisata, daerah pembangunan, perkebunan dan pemukiman.

Jalur eksisting Kawasan Gunung Padang

Hasil observasi lapang ditemukan tiga jalur yang tersedia pada kawasan. Tiga jalur tersebut adalah:

1. Jalur Wisata Utama Gunung Padang

Jalur ini merupakan jalur utama yang dilewati pengunjung untuk menuju puncak bukit. Posisi jalur terletak pada sebelah utara Gunung Padang. Panjang jalur dari pintu gerbang hingga puncak yaitu 757,7 m. Jalur ini sudah diperkeras dengan semen dan susunan batu, dengan lebar 1,1 m-2,42 m. Jalur ini hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh +30-50 menit.

Kondisi fisik jalur secara umum belum bermasalah, sehingga masih aman untuk dilewati. Permasalahan fisik yang terjadi yaitu beberapa lokasi pada jalur mengalami kerusakan diakibatkan oleh pertumbuhan akar pohon yang timbul ke permukaan.

2. Jalur Alternatif Puncak

Jalur kedua ini digunakan sebagai jalan akses menuju rumah untuk beberapa warga. Jalur ini bukan sebagai jalur wisata, tetapi beberapa pengunjung melewatinya agar lebih cepat sampai dari/ke puncak. Permukaan jalur berupa tanah sehingga licin dilalui pada pagi hari karena basah oleh embun. Panjang jalur ini +361,7 m dengan lebar jalur 50cm-1m. Jalur ini hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. Waktu tempuh untuk jalur ini selama +20-30 menit. Kondisi fisik jalur tidak terawat karena bukan sebagai jalur wisata. Selain permukaan jalur yang licin, lebar jalur tidak mencukupi untuk dua orang berjalan sejajar.

3. Jalur Pemukiman

Jalur ketiga yaitu jalur menuju ke pemukiman warga. Panjang jalur sekitar +332,4 m, dengan lebar 1,3 – 1,7 m dan permukaan yang sudah diperkeras dengan semen. Jalur dapat dilalui dengan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh +10 menit, sedangkan untuk berjalan kaki dapat ditempuh selama +20 menit.

(28)

motor dengan intensitas yang tinggi. Pengunjung yang berjalan kaki harusnya berhati-hati karena adanya pengendara motor yang lewat. Ketiga jalur ini diilustrasikan pada gambar 6.

Gambar 6 Peta jalur eksisting di kawasan wisata Gunung Padang

Jalur eksisting sebagai Jalur Interpretasi

Ketiga jalur tersebut dinilai desain, keamanan, sarana dan prasarana, serta objek interpretasinya. Dari hasil penilaian tersebut didapatkan jalur yang berpotensi menjadi jalur interpretasi (Tabel 9).

Tabel 9 Penilaian jalur yang berpotensi sebagai jalur interpretasi

No Nama Jalur Skor Total Kualitas

Jalur 1.a 1.b 1.c 1.d 1.e 1.f 2.a 3.a 3.b

1 Jalur wisata

utama 2 3 3 1 2 3 2 3 3 10 Tinggi

2 Jalur alternatif

puncak 2 2 2 1 2 2 2 3 2 8 Sedang

3 Jalur

pemukiman 2 3 2 1 2 3 2 2 1 8.8 Sedang

(29)
(30)
(31)
(32)

Potensi Objek Interpretasi Kawasan

Objek interpretasi dapat digolongkan menjadi dua macam pokok, yaitu objek interpretasi berupa potensi sumberdaya alam dan potensi sejarah atau budaya (Dirjen PHPA 1988). Selain menginventaris objek yang berpotensi sebagai objek interpretasi, lokasi ditemukannya juga harus dipastikan aman sehingga penginterpretasian potensi tidak terbatas bahaya (Morales dan Herrera (1986) dalam MBRS (2005)). Berikut potensi yang ditemukan di sepanjang jalur dan seluruh kawasan.

1) Daya Tarik Biologi

a) Flora

Gunung Padang memiliki ekosistem seperti hutan pantai, hutan dataran rendah dan muara. Beragam ekosistem ini menjadi habitat bagi flora fauna yang beragam. Flora yang dianggap menarik selama observasi lapang yaitu sebanyak 20 jenis tumbuhan (Tabel 10).

Pohon pala dan pohon cengkeh merupakan tumbuhan yang menjadi komoditi utama ekspor bagi penjajah Belanda dahulu, sehingga banyak ditanam di lokasi ini. Berdasarkan tabel diatas, jenis flora yang mendapatkan kriteria sedang dan tinggi yaitu pakis haji (Cycas sp.), pohon pala (Myristica fragrans) dan pohon cengkeh (Syzygium aromaticum). Jenis-jenis tersebut akan dijadikan objek interpretasi alam untuk kawasan wisata Gunung Padang.

b) Fauna

Fauna yang menjadi objek penelitian yaitu mamalia dan burung. Hasil pengamatan didapatkan sembilan jenis burung dan empat jenis mamalia (Tabel 11). Jenis fauna yang mendapatkan skor sedang dan tinggi yaitu lutung simpai (Presbytis melalophos), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), burung empuloh ragum (Alophoixus ochraeus), burung elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster) dan burung kepudang sungu Sumatera (Coracina striata). Selain itu, terdapat Biawak (Varanus salvator) yang banyak ditemukan di pinggir muara. Jenis-jenis tersebut akan dijadikan objek interpretasi alam untuk kawasan wisata Gunung Padang.

2) Daya Tarik Fisik

Daya tarik fisik yang menjadi objek interpretasi hasil pengamatan lapang yaitu:

a. Panorama alam

(33)

Tabel 10 Daftar jenis tumbuhan menarik, status konservasi, lokasi pada jalur dan kualitasnya.

1 Cokelat Theobroma cacao Sterculiaceae  Tidak dilindungi 60 Rendah

2 Durian Durio zibethinus Bombaceae  Tidak dilindungi 60 Rendah

3 Jambak Jambu Bol Syzygium malaccense Myrtaceae   Tidak dilindungi 60 Rendah

4 Karambia Kelapa Cocos nucifera Arecaceae    Tidak dilindungi 60 Rendah

5 Pakis haji Cycas sp Cycadaceae   NT 80 Sedang

6 Pandan Pandanus tectorius Pandanaceae   Tidak dilindungi 60 Rendah

7 Manau Rotan Daemonorops draco Arecaceae  Tidak dilindungi 60 Rendah

8 Palo Pala Myristica fragrans Myristicaceae    Tidak dilindungi 70 Sedang

9 Cengkeh Syzygium aromaticum Myrtaceae   Tidak dilindungi 70 Sedang

10 Bunga katarak Isotoma longiflora Campanulaceae  Tidak dilindungi 60 Rendah

11 Pinang Areca catechu Arecaceae  Tidak dilindungi 60 Rendah

12 Anau Aren Arenga pinnata Arecaceae  Tidak dilindungi 60 Rendah

13 Siriah Sirih Piper betle Piperaceae   Tidak dilindungi 60 Rendah

14 Laban Vitex pubescens Verbenaceae Tidak dilindungi 60 Rendah

15 Lansano Angsana Pterocarpus indicus Fabaceae  VU 60 Rendah

16 Mahoni daun besar Swietenia macrophylla Meliaceae   VU 60 Rendah

17 Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae  Tidak dilindungi 60 Rendah

18 Saga Adenanthera pavonina Fabaceae  Tidak dilindungi 60 Rendah

19 Ketapang Terminalia catappa Combretaceae  Tidak dilindungi 50 Rendah

20 Cemara Laut Casuarina equisetfiolia Casuarinaceae  Tidak dilindungi 50 Rendah

Keterangan : Jalur 1: Jalur wisata utama Gunung Padang Jalur 3: Jalur pemukiman

Jalur 2: Jalur alternatif puncak 1 = IUCN redlist dan/atau PP no 7

(34)

Tabel 11 Daftar jenis fauna, status konservasi, lokasi pada jalur dan kualitasnya.

No Nama Jenis Nama Latin Famili Jalur Status Konservasi1 Total

Skor

Kualitas Objek

1 2 3

Mamalia

1 Lutung simpai Presbytis melalophos Cercopithecidae  EN 80 Tinggi

2 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Cercopithecidae  LC 60 Sedang

3 Tupai kekes Tupaia javanica Sciuridae   LC 50 Rendah

4 Bajing kelapa Callosciurus notatus Tupaiidae  LC 50 Rendah

Burung

1 Empuloh ragum Alophoixus ochraeus Pycnonotidae   Tidak dilindungi 60 Sedang

2 Kapinis rumah Apus nipalensis Apodidae    LC 30 Rendah

3 Kucica kampung Copsychus saularis Turdidae  LC 50 Rendah

4 Elang laut perut putih Haliaeetus leucogaster Accipitridae  LC/ Dilindungi 70 Sedang

5 Burung gereja eurasia Passer montanus Ploceidae  LC 30 Rendah

6 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Cuculidae   LC 50 Rendah

7 Kepudang-sungu Sumatera Coracina striata Campephagidae  LC 60 Sedang

8 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae   LC 40 Rendah

9 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae  LC 40 Rendah

Keterangan : Jalur 1: Jalur wisata utama Gunung Padang Jalur 3: Jalur pemukiman

Jalur 2: Jalur alternatif puncak 1 = IUCN redlist dan/atau PP no 7

(35)

Gambar 10 Pemandangan Samudera Hindia dilihat dari Gunung Padang

b. Batu besar

Batu-batu yang berukuran besar ini tersebar di seluruh kawasan. Salah satu yang terbesar yaitu yang membentuk sebuah ceruk menyerupainya goa yang didalamnya terdapat makam Sitti Nurbaya. Menurut wawancara dengan pengelola kawasan, batuan ini merupakan jenis batuan basal. Batu-batuan ini ditemukan pada jalur wisata utama Gunung Padang dan jalur pemukiman.

Gambar 11 Bebatuan besar

c. Kuburan cina

(36)

Gambar 12 Kuburan cina

3) Daya Tarik Sejarah dan Budaya

a. Budaya Masyarakat

Kegiatan masyarakat yang dapat dijadikan objek interpretasi yaitu kegiatan memancing. Kegiatan ini dilakukan di yang berbatasan langsung dengan Gunung Padang. Beberapa pengunjung juga bertujuan memancing di lokasi ini.

b. Situs Sejarah atau Mitos yang Berkembang

Situs sejarah yang ditemukan di kawasan yaitu benteng dan meriam Jepang, dan lobang Jepang. Benteng Jepang dibangun sekitar tahun 1942-1945, dahulunya berbentuk bangunan berupa persegi empat, polygon dan setengah lingkaran (Padang Tourism Official Guide 2012). Kini reruntuhan benteng yang tersisa terdiri dari empat bagian. Bagian pertama berupa bunker, bagian kedua berupa bangunan kosong yang didalamnya terendam air. Bagian ketiga berupa bangunan yang lebih besar, didalamnya terdapat sebuah meriam yang digunakan tentara Jepang sebagai senjata penghalau musuh yang masuk dari Samudera Hindia. Kondisi meriam Jepang pada saat penelitian cukup terawat karena situs dilindungi oleh benteng. Bagian terakhir benteng berupa bangunan yang berdinding tebal bertuliskan DOW dibagian atas. Kondisi reruntuhan benteng ini tidak terawat sehingga ditumbuhi lumut dan tumbuhan liar pada sisi dindingnya.

(37)

Situs sejarah kedua yaitu goa atau lobang Jepang (Gambar 11). Goa ini merupakan lobang tempat persembunyian dan pengintaian peninggalan tentara Jepang (Padang Tourism Official Guide 2012). Pintu goa ditemukan di punggung bukit, +100 meter dari puncak Gunung Padang. Menurut wawancara dengan pengelola Gunung Padang, lokasi pintu goa yang sulit dicapai membuat pengelola tidak mengembangkan potensinya.

Objek wisata utama Gunung Padang yaitu Makam Sitti Nurbaya. Kisah Sitti Nurbaya merupakan sebuah novel yang berjudul asli Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada tahun 1922. Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara Samsul Bahri dan Sitti Nurbaya, tetapi terpisah ketika Samsul dipaksa pergi ke Batavia. Ayah Sitti Nurbaya yang memiliki banyak hutang terpaksa meminjam uang kepada Datuk Maringgih, seorang saudagar yang merupakan antagonis utama dalam novel. Nurbaya kemudian menawarkan diri untuk dipersunting Datuk Maringgih agar ayahnya hidup bebas dari hutang. Akhir cerita, Nurbaya dibunuh oleh Maringgih dengan lemang beracun. Samsul yang menjadi anggota tentara kolonial Belanda, membunuh Maringgih dalam suatu revolusi. Keduanya lalu meninggal akibat luka setelah berduel.

Sitti Nurbaya dipercayai bersemayam di makam yang terletak di Gunung Padang. Makam ini masih diperdebatkan oleh masyarakat Padang kebenarannya karena kisah Sitti Nurbaya merupakan sebuah cerita fiksi. Tetapi sebagian warga yakin kisah ini diangkat dari kisah nyata. Lokasi makam ini berada didalam celah sempit dari dua batu besar yang membentuk goa pada ketinggian +91 mdpl. Makamnya berupa batu nisan berwarna putih, ditutupi kain yang sudah lusuh berwarna putih dan biru. Di dinding goa terdapat tulisan untuk tidak mengabadikan gambar makam. Suasana di lokasi ini terasa mencekam menurut pengunjung karena kurangnya cahaya matahari yang masuk.

Gambar 14 Makam Sitti Nurbaya

(38)

dikunjungi oleh orang yang berdoa meminta sesuatu. Penilaian objek daya tarik sejarah ditampilkan pada tabel 12.

Tabel 12 Hasil penilaian objek interpretasi dan lokasi pada jalur aspek sejarah

No Jenis Jalur Total Kualitas Objek

Keterangan : Jalur 1: Jalur wisata utama Gunung Padang Jalur 2: Jalur alternatif puncak

Jalur 3: Jalur pemukiman

Berdasarkan tabel diatas objek peninggalan sejarah yang dijadikan objek interpretasi yaitu legenda Sitti Nurbaya, meriam, benteng, dan goa Jepang.

Fasilitas Sarana dan Prasarana

a. Pintu gerbang

Pintu gerbang kawasan Gunung Padang berupa gapura dengan atap menyerupai gonjong (tanduk kerbau) khas Minang Kabau yang terbuat dari besi. Pada gerbang terdapat tulisan Kawasan Wisata Gunuang Padang. Gerbang ini ditempel papan informasi biaya retribusi masuk sebesar Rp. 5000,- untuk dewasa dan Rp. 3000,- untuk anak-anak.

b. Shelter/tempat beristirahat

Terdapat lima tempat beristirahat di jalur utama. Pertama terletak di awal jalur, dekat dengan pantai Padang. Sarana ini berbentuk gazebo beratap seng tanpa tempat duduk. Lokasi ini sering digunakan pengunjung sebagai tempat memancing. Tempat beristirahat kedua berupa gazebo dengan atap seng dan tempat duduk yang terbuat dari susunan batu. Tempat istirahat ketiga berbentuk tempat duduk setengah lingkaran yang terbuat dari susunan batu. Kondisi tempat duduk ini masih layak. Tempat beristirahat keempat berupa gazebo dengan atap dari daun kelapa, dan tempat duduk yang terbuat dari semen. Tempat duduk kelima berbentuk tempat duduk setengah lingkaran yang terbuat dari susunan batu. Seluruh shelter ini masih layak untuk dipakai, hanya kebersihannya kurang diperhatikan.

c. Batu refleksi

Batu-batu refleksi ini terdapat di jalur utama dengan panjang 4 meter. Batu refleksi ini digunakan oleh pengunjung yang bertujuan untuk berolahraga.

d. Tempat parkir

(39)

e. Tempat duduk

Tempat duduk di kawasan Gunung Padang ini masih dalam keadaan baik, terbuat dari susunan bata dan semen. Tempat duduk ini berkapasitas dua orang, terdapat di pintu masuk, dan puncak Gunung Padang.

f. Kamar kecil

Kamar kecil hanya tersedia di puncak Gunung Padang. Kondisi saat penelitian, kamar kecil tersebut masih dalam keadaan baik, cuma tidak terdapat sumber air.

g. Lokasi kemping

Puncak Gunung Padang atau biasa disebut taman Sitti Nurbaya pernah dijadikan lokasi kemping dengan luas 9216m2. Kekurangannya, tidak terdapat sumber air di puncak ini.

h. Lokasi pemancingan

Beberapa tujuan kunjungan pengunjung kawasan Gunung Padang yaitu untuk memancing. Lokasi pemancingan ikan ini terletak di jalan utama wisata. i. Kedai makanan dan minuman

Kawasan Gunung Padang dilengkapi dengan tiga kedai makanan dan minuman untuk para pengunjung. Dua kedai terletak di dekat pintu gerbang dan menuju pemukiman, dan yang ketiga terletak di puncak Gunung Padang.

(40)

Gambar 16 Jenis fasilitas, sarana dan prasarana eksisting

Preferensi Pengunjung Kawasan Gunung Padang

Data preferensi pengunjung digunakan sebagai dasar untuk rekomendasi perencanaan jalur.

Karakteristik Pengunjung

Tabel 13 Karakteristik responden

No Karakteritik Persentasi (%)

1 Jenis Kelamin

a. Pria 61.22

b. Wanita 38.78

2 Asal daerah

a. Kota Padang 59.18

b. Luar Kota Padang 40.82

3 Pendidikan terakhir

a. Belum Sekolah 4.08

b. SD 23.47

c. SMP 15.31

d. SMA 31.63

e. PT 25.51

4 Pekerjaan

1. Pelajar/ mahasiswa 41.84

2. Pengusaha/ wiraswasta 21.43

3. PNS 6.12

(41)

Penentuan responden wawancara dilakukan secara acak (hanya perbandingan kelas umur yang sama), sehingga didapatkan karakteristik pengunjung yang beragam. Saat pengambilan data, responden berjenis kelamin pria lebih banyak ditemukan dibandingkan wanita. Kota asal responden lebih banyak dari kota Padang yaitu 60 orang dibandingkan dengan luar kota Padang sebanyak 38 orang. Hal ini dikarenakan pengambilan data dilakukan di saat belum libur sekolah. Tabel 13 menjelaskan karakteristik responden yang dijumpai.

Tujuan Pengunjung

Tujuan utama kunjungan paling dominan untuk responden kelas umur anak dan dewasa akhir adalah berolahraga. Hal ini dikarenakan Gunung Padang memiliki trail yang biasanya dijadikan untuk tracking. Pengunjung yang rutin datang saat akhir pekan biasanya bertujuan untuk olahraga. Pada kelas umur remaja dan dewasa awal, tujuan utama responden yaitu untuk menikmati pemandangan alam.

Kategori objek yang paling disenangi di kawasan Gunung Padang bagi semua kelas umur yaitu panorama alamnya. Sedangkan tujuan yang paling sedikit dipilih yaitu objek kebudayaan masyarakat. Kebudayaan masyarakat menjadi objek yang paling tidak menarik bagi sebagian besar pengunjung karena masyarakat sekitar Gunung Padang umumnya merupakan pendatang dari pulau Nias. Kebudayaan yang berbeda dan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap kegiatan wisata menjadikan kurangnya minat pengunjung.

Preferensi Pengunjung

Pengunjung yang datang di kawasan wisata Gunung Padang akan mendapatkan pengetahuan lebih setelah adanya pelayanan interpretasi alam. Materi interpretasi yang paling banyak diinginkan oleh responden kelas umur anak-dewasa awal yaitu dengan berjalan mengitari kawasan dan dijelaskan mengenai sejarah atau kondisi Gunung Padang. Responden kelas umur dewasa akhir dominan memilih materi dengan aktivitas melihat-lihat wisma cinta alam atau pameran tentang Gunung Padang.

Kelengkapan sarana dan prasarana di dalam kawasan masih kurang. Fasilitas yang paling dibutuhkan pengunjung yaitu papan arah (17%), peta kawasan (13%) dan papan interpretasi (16%). Dari pengamatan lapang, sarana yang paling dibutuhkan yaitu papan petunjuk arah. Lokasi makam Sitti Nurbaya yang tersembunyi susah ditemukan bagi pengunjung baru, karena tidak adanya petunjuk arah. Pada pilihan lainnya, pengunjung membutuhkan tempat sampah dan penerangan untuk Makam Siti Nurbaya (Gambar 17).

Preferensi jalur untuk keeempat kelas umur lebih menyukai jalur wisata utama. Hal ini karena jalur tersebut sudah terdapat objek yang menarik dengan cukup fasilitas dan kondisi jalan yang baik. Sedangkan jalur pemukiman merupakan jalur yang tidak pernah dilalui responden semua kelas umur. Hal ini dikarenakan objek di jalur tersebut tidak menarik bagi responden.

(42)

Gambar 17 Fasilitas yang dibutuhkan pengunjung (atas); Material jalur yang diinginkan responden pengunjung (bawah)

Perencanaan Jalur Interpretasi

Jalur Baru yang Berpotensi sebagai Jalur Interpretasi

Jalur baru ditentukan berdasarkan letak objek yang berpotensi sebagai objek interpretasi dan keamanan disekitar objek tersebut. Dengan kata lain, calon jalur harus memenuhi kriteria jalur interpretasi. Lokasi sebaran objek dijelaskan pada gambar 18. Berdasarkan pengamatan lapang dan peta komposit yang tersedia, jalur baru yang dapat dijadikan jalur interpretasi yaitu:

a. Jalur baru I

Jalur ini terletak di antara jalur utama wisata Gunung Padang dan jalur alternatif puncak. Pemilihan jalur sebagai jalur interpretasi karena keberadaan kelompok monyet sebagai objek interpretasi dan jalur tidak terlalu curam. Panjang jalur dari pintu gerbang hingga ujung jalur pada yaitu 357 meter, dengan lebar jalur +45-60 cm. Kondisi fisik jalur ditumbuhi dengan rumput liar dan pepohonan yang cukup rapat.. Waktu tempuh jalur alternatif I ini yaitu selama +30-40 menit. b. Jalur baru II

Jalur alternatif II ini terletak disebelah utara, jalur ini merupakan perpotongan jalur utama, dari Makam Sitti Nurbaya menuju puncak. Jalur dipilih sebagai jalur interpretasi karena terdapat potensi fisik berupa batu-batu besar yang menarik untuk dikunjungi. Panjang jalur sekitar +249,1 meter, dengan lebar jalur +30-50 cm. Kondisi fisik jalur yang berbatu membuat jalan menjadi licin di udara

(43)

lembab ataupun sedang hujan. Waktu tempuh jalur ini cukup singkat yaitu hanya sekitar +10-15 menit.

c. Jalur baru III

Jalur alternatif III terletak pada sebelah barat jalur pemukiman. Jalur ini dipilih sebagai jalur interpretasi karena terdapat keragaman jenis burung dan flora serta pemandangan nya yang indah. Panjang jalur ini sekitar +504,6 meter, dengan lebar jalur +40-60 cm. Jalur dihalangi oleh rumput-rumput liar dan berlereng di awal jalur.

d. Jalur baru IV (Jalur Muara)

Jalur Muara merupakan jalur terakhir yang diusulkan sebagai jalur interpretasi. Terdapat potensi yang menarik apabila proses intepretasi dilakukan juga di lingkar luar pulau dengan menggunakan jalur air. Fasilitas yang dapat disediakan yaitu kapal motor yang disewakan kepada pengunjung. Panjang jalur muara ini +349,8 meter sampai ke ujung paling utara pulau. Kapal tidak berkeliling Gunung Padang karena ombak yang besar dan batu karang yang membahayakan perjalanan kapal motor.

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

Jalur Interpretasi

Perencanaan interpretasi merupakan hasil dari keseluruhan observasi lapang dan analisis terhadap potensi sumberdaya, pengunjung dan pengelola. Dari hasil analisis tersebut lokasi kegiatan interpretasi Gunung Padang terletak pada enam jalur yang menggambarkan kondisi fisik dan biologi kawasan. Enam jalur interpretasi tersebut adalah :

1. Jalur wisata utama dan Jalur baru II

Perencanaan jalur dilakukan dengan menyatukan jalur wisata utama dengan jalur baru II sebagai jalur interpretasi penunjang. Penyatuan jalur bertujuan agar objek yang diinterpretasikan lebih banyak dan jalur yang tersedia tidak membuat pengunjung cepat bosan.

2. Jalur alternatif puncak Gunung Padang 3. Jalur pemukiman

4. Jalur baru I 5. Jalur baru III

6. Jalur baru IV (muara)

Kondisi Fisik Jalur

Potensi bahaya pada setiap jalur interpretasi akan dikelola untuk mengurangi bentuk kecelakaan pada pengunjung. Kriteria jalur interpretasi yang baik yaitu tidak adanya bahaya yang dapat mengganggu kegiatan interpretasi. Jenis bahaya dan pengelolaan keselamatannya terdapat pada tabel 14.

Tabel 14 Pengelolaan keselamatan

No Nama Jalur Jenis Bahaya Pengelolaan Keselamatan

1 Jalur Wisata Utama dan Jalur baru II

1) Beberapa titik jalan yang rusak karena pergerakan akar

1) Jalan terlalu sempit Pelebaran jalan hingga 1,2 meter 2) Jalan licin Penyusunan substrat tapak dan

pemasangan tali pengaman 4 Jalur baru I 1) Pertumbuhan rumput liar Pemangkasan secara teratur 5 Jalur baru III 1) Jalur menanjak Penyusunan substrat tapak dan

(49)

Media Interpretasi

Media interpretasi yang digunakan adalah teknik perpaduan antara personal dan non-personal. Media personal adalah dengan pemandu pada lokasi/objek wisata yang diperlukan penjelasan mengenai seluk beluk objek tersebut. Sedangkan media non-personal digunakan antara objek satu dengan yang lain (atau di sepanjang jalur interpretasi). Tujuannya agar wisatawan dapat berinterpretasi sendiri dengan menggunakan media dan fasilitas yang telah disediakan. Contoh media non-personal adalah: tanda interpretasi, papan interpretasi, leaflet, booklet, maupun tayangan video (Sharpe 1982).

Analisis preferensi pengunjung menunjukkan sebagian besar pengunjung memerlukan media interpretasi berupa pelayanan petugas atau pemandu interpretasi. Hal ini dikarenakan sebagian pengunjung yang berasal dari luar kota Padang dan membutuhkan interpreter yang ahli untuk lebih memahami pesan dari objek-objek interpretasi tersebut.

Perencanaan media interpretasi untuk kawasan wisata Gunung Padang berdasarkan kondisi fisik alam dan keinginan pengunjung, dibutuhkan media berupa papan petunjuk arah, pal jarak, pusat informasi, menara pengamatan, papan nama dan papan informasi interpretasi. Papan petunjuk arah dipasang di setiap awal jalur dan persimpangan jalan. Pal jarak dipasang di setiap 100 meter pada jalur. Pusat informasi adalah tempat yang menerangkan secara keseluruhan keadaan sumberdaya fisik dan biologi kawasan wisata dan juga keadaan sosial budaya masyarakat sekitar. Menara pengamatan fasilitas yang membantu interpretasi dalam pengamatan satwa atau pemandangan alam dari ketinggian tertentu.

Tema Interpretasi Kawasan

Tema ditentukan untuk setiap jalur berdasarkan potensi objek dan kesesuaian jalur menurut prioritas kelompok umur. Melalui perencanaan tema yang baik, pengunjung akan memperoleh kesan dan pengalaman untuk mereka bawa pulang. Tema interpretasi tersebut ditampilkan pada tabel 15.

(50)

Tabel 15 Tema interpretasi pada setiap jalur

Semua kelas umur Situs budaya Makam Sitti Nurbaya dan situs sejarah peninggalan Jepang berupa meriam dan bangunan, Pemandangan alam dan puncak Gunung Padang.

Jalur alternatif penunjang Dewasa awal Jalur pendakian yang menantang, batu-batu

besar 2 Jalur alternatif puncak "Pengenalan Jenis Burung

Penghuni Gunung Padang"

Remaja-Dewasa awal-Dewasa akhir

Burung empuloh ragum, burung Kepudang sungu Sumatera, burung Elang laut-perut putih, dan Goa Jepang.

3 Jalur pemukiman "Kuburan Cina sebagai cagar budaya yang patut dilestarikan"

Remaja-Dewasa awal-Dewasa akhir

Kuburan Cina dan kegiatan warga mempersiapkan jala untuk memancing. 4 Jalur alternatif I "Pengenalan Primata Penghuni

Gunung Padang"

Remaja-Dewasa awal

Monyet ekor panjang, Lutung Simpai, pemandangan samudera hindia. 5 Jalur alternatif III "Pohon Pala dan Cengkeh sebagai

Komoditas Utama Perdagangan

6 Jalur alternatif IV (Muara) "Menjaga Kelestarian Ekosistem Muara"

Semua kelas umur Biawak, lokasi pemancingan, pemandangan Pantai Padang.

3

(51)

Perencanaan Lanskap Jalur Interpretasi

Penyusunan Konsep

Konsep Dasar Jalur

Konsep dasar perencanaan jalur dalam penelitian ini yaitu Kawasan Wisata Alam Gunung Padang sebagai kawasan hutan yang kaya akan sumberdaya alam, sejarah budaya dan pemandangan alam yang indah, yang dapat dinikmati oleh semua umur. Konsep dasar perencanaan jalur yang telah dibuat kemudian dikembangkan menjadi konsep tata ruang, konsep sirkulasi dan konsep aktivitas fasilitas.

Konsep Pengembangan

a. Konsep Tata Ruang

Konsep tata ruang dibuat berdasarkan konsep dasar perencanaan sebagai kawasan wisata yang dapat dinikmati oleh semua umur.

1) Ruang Penerimaan

Klasifikasi jalur sirkulasi di lokasi penelitian yaitu jalur sirkulasi interpretasi dan jalur sirkulasi biasa. Jalur sirkulasi interpretasi digunakan untuk pengunjung agar mereka lebih memperoleh pengalaman dan pemahaman yang tepat sasaran sesuai dengan tujuan interpretasi. Jalur sirkulasi biasa digunakan oleh pengelola untuk kegiatan pengelolaan kawasan. Selain itu jalur ini juga digunakan oleh masyarakat sekitar untuk aktivitas sehari-hari.

c. Konsep aktivitas dan fasilitas

Konsep aktivitas terdiri dari dua yaitu aktivitas interpretasi dan aktivitas non-interpretasi. Aktivitas interpretasi yaitu aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan interpretasi di jalur interpretasi kawasan Gunung Padang. Aktivitas non-interpretasi yaitu aktivitas yang dilakukan oleh pengelola dan masyarakat. Aktivitas yang dilakukan berbeda-beda untuk setiap jalur interpretasi sesuai dengan tema di setiap jalur.

Konsep fasilitas juga terdiri dari dua, yaitu fasilitas media interpretasi dan fasilitas penunjang kegiatan interpretasi. Fasilitas media interpretasi digunakan untuk menunjang kegiatan interpretasi, contoh: papan interpretasi, dll. Fasilitas penunjang kegiatan interpretasi yaitu fasilitas yang mendukung pengunjung dalam melakukan kegiatan interpretasi, contoh: binokuler, dll.

(52)
(53)

Tabel 16 Jenis ruang, aktivitas dan fasilitas dalam perencanaan kawasan

No Ruang Aktivitas Fasilitas

1 Ruang Penerimaan Pembelian tiket, penerimaan pengunjung, pemberian dan penerimaan informasi dan persiapan memasuki kawasan wisata.

Information center, kios tiket, pos keamanan, tempat parkir, gerbang, peta kawasan dan papan informasi.

2 Ruang Pelayanan Istirahat, makan dan minum, menyewakan

jasa/fasilitas dan beribadah.

Information center, toilet, telepon umum, kafetaria, atm center, musholla, kantor pengelola, shelter, dek dermaga, pool perahu, tempat penyewaan jasa guide, alat pancing, senter dan helm.

3 Ruang Interpretasi

a) Ruang interpretasi Makam Sitti Nurbaya

Interpretasi budaya melalui legenda Sitti Nurbaya

Plaza, papan interpretasi, dan jalur sirkulasi. b) Ruang interpretasi Meriam dan

reruntuhan bangunan Jepang

Interpretasi sejarah melalui peninggalan masa penjajahan dan pengenalan ornamen goa.

Plaza, papan interpretasi dan jalur sirkulasi. c) Ruang interpretasi Goa Jepang Interpretasi sejarah melalui peninggalan masa

penjajahan

Papan interpretasi dan peta isi goa. d) Ruang interpretasi pemandangan

alam

Sight seeing, duduk-duduk, photo hunting, piknik, melukis, menggambar, dll.

Papan interpretasi, decking, tali pengaman, jalur sirkulasi, tempat duduk dan teropong.

e) Ruang interpretasi satwa Pengamatan mamalia, bird watching,

pengenalan keragaman satwa di kawasan dan manfaatnya.

Papan interpretasi, buku panduan pengenalan objek, binoculer dan menara pengamatan.

f) Ruang interpretasi flora Pengenalan jenis flora dan manfaatnya Papan interpretasi, papan nama jenis dan jalur sirkulasi.

g) Ruang interpretasi kegiatan masyarakat

Memancing bersama masyarakat. Papan interpretasi.

4 Ruang Rekreasi Bermain dan istirahat. Areal bermain, gazebo, rumah pohon, menara

pengamatan, shelter, tempat duduk dan tempat sampah.

5 Ruang Konservasi/ Ruang Manajemen

Pengelolaan kawasan dan kelestarian objeknya Jalur sirkulasi biasa.

4

(54)

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 25: Ilustrasi (a) Ruang Penerimaan, (b) Ruang Pelayanan, (c) Ruang Interpretasi, (d) Ruang Rekreasi dan (e) Ruang Konservasi

4

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Potensi objek interpretasi yang terdapat di kawasan Gunung Padang yaitu 20 jenis flora, empat jenis mamalia, sembilan jenis burung, lima jenis aspek sejarah budaya dan daya tarik fisik berupa panorama alam, batu-batuan besar dan kuburan cina.

2. Kawasan Gunung Padang memiliki tiga jalur eksisting, yaitu jalur wisata utama, jalur alternatif puncak, dan jalur pemukiman.

3. Preferensi pengunjung dalam kategori objek yang paling disenangi di kawasan Gunung Padang bagi semua kelas umur yaitu panorama alamnya. Materi interpretasi yang paling banyak diinginkan oleh sebagian besar responden yaitu dengan berjalan mengitari kawasan dan dijelaskan mengenai sejarah atau kondisi Gunung Padang. Keempat kelas umur lebih menyukai jalur wisata utama. Fasilitas yang paling dibutuhkan menurut pengunjung yaitu papan arah (17%), peta kawasan (13%) dan papan interpretasi (16%). Pengunjung dominan memilih bahan beton (37%) dan bebatuan (28%) sebagai material jalur yang baik.

4. Perencanaan lanskap jalur interpretasi dengan konsep dasar “Kawasan wisata alam gunung padang sebagai kawasan hutan yang kaya akan sumberdaya alam, sejarah budaya dan pemandangan alam yang indah, yang dapat dinikmati oleh semua umur”. Konsep dasar perencanaan jalur kemudian dikembangkan menjadi konsep tata ruang, konsep sirkulasi dan konsep aktivitas fasilitas.

Saran

1.

Monitoring objek dan fasilitas interpretasi dilakukan secara berkala.

2.

Media promosi tentang Kawasan Gunung Padang perlu diperluas, agar pengunjung luar kota mengetahui.

3.

Pelatihan pemandu bagi warga sekitar yang ingin ikut serta.

DAFTAR PUSTAKA

Bibby C, Martin J, Stuart M. 2000. Teknik-teknik Lapangan Survei Burung. Bogor (ID): Birdlife Indonesia Programe.

Bismark M. 2011. Prosedur Operasi Standar (SOP) Untuk Survei Keragaman Jenis Pada Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan : Bogor (ID).

Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. New York (US): Waveland Inc.

Gambar

Tabel 1 Jenis alat, bahan dan software yang digunakan dalam penelitian
Tabel 2 Jenis data, informasi dan metode pengumpulan data
Tabel 4 Kriteria penilaian pemilihan jalur interpretasi
Tabel 4 Kriteria penilaian pemilihan jalur interpretasi (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sikap ini -sebagaimana kita ketahui bersama- telah menjadi kebiasaan, bila ada salah seorang ustadz yang tidak suka dengan ustadz lain, maka ustadz pertama

Metode yang digunakan untuk menetapkan kadar alkohol yang dihasilkan dari limbah buah nangka dalam penelitian ini adalah metode berat jenis.. Berat jenis didefinisikan

Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa. Pelajaran yang diulang akan memberikan

1) Sekurang-kurangnya 30 % (tiga puluh persen) pendapatan dalam APBA dan APBK dialokasikan untuk penyelenggaraan pendidikan. 2) Pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud

pengambilan keuntungan terbagi menjadi beberapa pembiayaan, yaitu profit sharing (mudharabah dan musyarakah), profit margin (murabahah dan istishna), dan sewa

Sasaran yang ingin di capai melalui program teknologi tepat guna (TTG) adalah agar teknologi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Agustus 2017 terjadi pada empat kelompok pengeluaran, di mana kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami Inflasi tertinggi sebesar

P: Apakah anda menyediakan anggaran khusus setiap bulan untuk dapat melakukan perawatan wajah dan mengkonsumsi produk kecantikan dari klinik kecantikan tersebut.. I: