• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Dengan Pemberian ZPT Atonik Pada Media Campuran Pasir Dengan Blotong Tebu Di Pre Nursery

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Dengan Pemberian ZPT Atonik Pada Media Campuran Pasir Dengan Blotong Tebu Di Pre Nursery"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN POLA PETUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DENGAN PEMBERIAN ZPT ATONIK PADA MEDIA CAMPURAN PASIR DENGAN

BLOTONG TEBU DI PRE NURSERY

SKRIPSI

OLEH:

ANGGA REKSA 030301021/BDP/AGR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERUBAHAN POLA PETUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DENGAN PEMBERIAN ZPT ATONIK PADA MEDIA CAMPURAN PASIR DENGAN

BLOTONG TEBU DI PRE NURSERY

SKRIPSI

OLEH:

ANGGA REKSA 030301021/BDP/AGR

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi :Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq ) Dengan Pemberian ZPT Atonik Pada

Media Campurabn Pasir Dan Blotong Tebu di Pre Nursery Nama : Angga Reksa

NIM : 030301021

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Rosita Sipayung MP) (Dr.Dra.Ir Chairani Hannum, MS)

Ketua Anggota

Mengetahui :

(Ir. Edison Purba. Ph. D)

Ketua Departemen Budidaya Pertanian

(4)

ABSTRACT

The objective of this experiment were to growth of pattern of oil palm weed to ZPT Atonik with the mixed of desert and blotong tebu at pre nursery. This research is done in field of Agriculture Fakulty of North Sumatera University, Medan, May to July month 2007. Faktorial Randomized Block Design was used with 2 faktorial. The first factor was ZPT Atonik which consisted of 4 levels, namely A0 : 0cc/L, A2 : 1,5cc/L, A2 : 2cc/L . Second factor namely M0 : 0:3, M1 : 2:1, M2 : 1:2, and M4 : 0:3 The result of experment was Atonik real to wards respons to parameter result of leaf, , diameter crop, wet weigth leaf, wet weight root, and dry weigth leaf. Media real towards to higth plant, dry weigth leaf and not real towards result of leaf, diameter crop, wet weigth leaf, and dry weigth root. Interaktion Atonik and Media not real towards to all parameter result of leaf, high plant, diameter crop, wet weigth leaf, wet weight root, dry weigth leaf, and dry weight root.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pola pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dengan ZPT Atonik pada Media campuran pasir dengan blotong tebu di pre nursery, dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Pada bulan Mei sampai juli 2007. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah ZPT Atonik yang terdiri dari 3 taraf yaitu : A0 : 0cc/L, A2 : 1,5cc/L, A2 : 2cc/L. Faktor kedua Media pasir dengan blotong tebu yang terdiri dari 4 taraf yaitu :. M0 : 0:3, M1 : 2:1, M2 : 1:2, and M4 : 0:3 Hasil yang diperoleh adalah pemberian Atonik memberikan respon yang nyata terhadap parameter pengamatan yaitu Luas daun, tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk. Pemberian media pasir dengan blotong tebu memberikan respon yang nyata terhadap bobot kering akar dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang lain. Interaksi antara Atonik dan media pasir dengan blotong tebu memberikan respon tidak nyata terhadap semua parameter yaitu jumlah daun, tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan luas daun.

Kata Kunci : ZPT Atonik, Media, Kelapa Sawit, Bibit.

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahman, Rahim dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Dengan Pemberian ZPT Atonik dan Campuran Media Pasir dengan Blotong Tebu di Pre Nursery” yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Ir. Rosita Sipayung MP sebagai Ketua dan ibu Dr.Dra.Ir Chairani Hanum MS sebagai Anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda Rusdianto dan Ibunda Nurjainah Bang Arif dan kak Susi, Tarto, Bembeng, B’Herman, Mujahid2 BKM, teman ’03, DPC PKS Medan Baru, Serta LDK USU terima kasih atas bantuan dan persahabatannya yang sangat indah. Untuk B’Zaki, eka, Royhan, B’Yudha, B’Yudhi, Ogie, Suherman dll Kalian telah banyak memberikan motivasi penting bagi hidup saya. kepada Dosen pembimbing Ibu Ir. Rosita Sipayung MP dan Ibu Dr.Dra.Ir Chairani Hanum MS saya ucapkan terima kasih banyak.

(7)

ANGGA REKSA, dilahirkan di Medan pada tanggal 10 April 1985 dari Ayahanda Rusdianto dan Ibunda Nuejainah, merupakan putra ke-2 dari 2 bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Kuala Simpang dan pada tahun 2003 lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP) pada program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) unit usaha Marihat Pematang Siantar pada bulan juni sampai dengan juli 2007.

(8)

Hal

ABSTRACT ... .. i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ...Bota ni Kelapa Sawit ... 5

... Syara t Tumbuh ... 8

(9)

Pembibitan Kelapa Sawit ... 12

Penggunaan Media Pasir ... 12

Bahan Organik Blotong Tebu ... 13

Zat Pengatur Tumbuh Atonik ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Bahan Penelitian ... 18

... Alat Penelitian ... 18

Metode Penelitian ... 18

Model Analisis Penelitan ... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 21

Persiapan Areal dan Pembuatan Naungan ... 21

Penyiapan Media Tanam... 21

Penanaman Bibit ... 21

Aplikasi ZPT Atonik ... 21

Pemeliharaan ... 22

Penyiraman ... 22

Penyulaman ... 22

Penyiangan ... 22

Pengendalian hama dan penyakit. ... 22

Pengamatan Parameter ... 23

Tinggi Tanaman (cm) ... 23

Jumlah Daun (helai) ... 23

Diameter Batang (mm) ... 23

Luas Daun (cm2) ... 23

Bobot Basah Tajuk (g) ... 23

Bobot Basah Akar (g) ... 24

Bobot Kering Tajuk (g) ... 24

Bobot Kering Akar (g) ... 24

(10)

Hasil ... 25

Respon ZPT Atonik dan Media Terhadap Tinggi Tanaman... 25

Respon ZPT Atonik dan Media terhadap Diameter Batang... 25

Respon ZPT Atonik dan Media terhadap Luas Daun ... 27

Respon ZPT Atonik dan Media terhadap Jumlah Daun ... 28

Respon ZPT Atonik dan Media terhadap Bobot Basah Tajuk... 29

Respon ZPT Atonik dan Media terhadap Bobot Basah Akar ... 30

Respon ZPT Atonik dan Media terhadap Bobot Kering Tajuk... 31

Respon ZPT Atonik dan Media terhadap Bobot Kering Akar... 32

Pembahasan ... 34

Perubahan pola pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian ZPT Atonik ... 34

Perubahan pola pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Media Pasir dan Blotong Tebu... 35

Perubahan pola pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian ZPT Atonik dan Media Pasir dan Blotong Tebu... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA

(11)

No Judul Hal

1. Rataan Tinggi Tanaman dalam Hubungan nya dengan Perlakuan Pemberian ZPT Atonik dan Perbandingan Media ... 25 2. Rataan Diameter Batang dalam Hubungan nya dengan Perlakuan

Pemberian ZPT Atonik dan Perbandingan Media ... 26 3. Rataan Luas Daun dalam Hubungan nya dengan Perlakuan Pemberian

ZPT Atonik dan Perbandingan Media... 27 4. Rataan Jumlah Daun dalam Hubungan nya dengan Perlakuan Pemberian

ZPT Atonik dan Perbandingan Media... 28 5. Rataan Bobot Basah Tajuk dalam Hubungan nya dengan Perlakuan

Pemberian ZPT Atonik dan Perbandingan Media ... 29 6. Rataan Bobot Basah Akar dalam Hubungan nya dengan Perlakuan

Pemberian ZPT Atonik dan Perbandingan Media ... 30 7. Rataan Bobot Kering Tajuk dalam Hubungan nya dengan Perlakuan

Pemberian ZPT Atonik dan Perbandingan Media ... 31 8. Rataan Bobot Kering Akar dalam Hubungan nya dengan Perlakuan

Pemberian ZPT Atonik dan Perbandingan Media ... 32

(12)

No. Judul Hal

1. Hubungan Antara ZPT Atonik Dengan Diameter Batang 11 MST ... 26 2. Hubungan Antara ZPT Atonik Dengan Luas Daun 11 MST... 28 3. Hubungan Antara ZPT Atonik Dengan Bobot Basah Tajuk 12 MST . .29 4. Hubungan Antara ZPT Dengan Bobot Basah Akar 12 MS ... 30 5. Hubungan Antara ZPT Dengan Bobot Kering Tajuk 12 MST ... 32 6. Hubungan Antara Media Dengan Bobot Kering Tajuk 12 MST ... 33

(13)

No Judul Hal

1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST... 41

2. Data Analisa Sidik Ragam tinggi tanaman 2 MST ... 41

3. Data Pengamatan tinggi tanaman 4 MST... 42

4. Data Analisa Sidik Ragam tinggi tanaman 4 MST ... 42

5. Data Pengamatan tinggi tanaman 6 MST... 43

6. Data Analisa Sidik Ragam tinggi tanaman 6 MST ... 43

7. Data Pengamatan tinggi tanaman 8 MST... 44

8. Data Analisa Sidik Ragam tinggi tanaman 8 MST ... 44

9. Data Pengamatan tinggi tanaman 10 MST... 45

10. Data Analisa Sidik Ragam tinggi tanaman 10 MST ... 45

11. Data Pengamatan tinggi tanaman 12 MST... 46

12. Data Analisa Sidik Ragam tinggi tanaman 12 MST ... 46

13. Data Pengamatan diameter batang 2 MST... 47

14. Data Analisa Sidik Ragam Diameter Batang 2 MST... 47

15. Data Pengamatan Diameter Batang 4 MST ... 48

16. Data Analisa Sidik Ragam Diameter Batang 4 MST... 48

17. Data Pengamatan diameter batang 6 MST... 49

18. Data Analisa Sidik Ragam diameter batang 6 MST ... 49

19. Data Pengamatan Diameter Batang 8 MST ... 50

(14)

21. Data Pengamatan Diameter Batang 10 MST ... 51

22. Data Analisa Sidik Ragam Diameter Batang 10 MST... 51

23. Data Pengamatan Diameter Batang 12 MST ... 52

24. Data Analisa Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST... 52

25. Pengamatan Luas Daun 2 MST... 53

26. Data Analisa Sidik Ragam Luas Daun 2 MST ... 53

27. Data Pengamatan Luas Daun 4 MST ... 54

28. Data Analisa Sidik Ragam Luas Daun 4 MST ... 54

29. Data Pengamatan Luas Daun 6 MST ... 55

30. Data Analisa Sidik Ragam Luas Daun 6 MST ... 55

31. Data Pengamatan Luas Daun 8 MST ... 56

32. Data Analisa Sidik Ragam Luas Daun 8 MST ... 56

33. Data Pengamatan Jumlah Daun 10 MST ... 57

34. Data Analisa Sidik Ragam Jumlah Daun 10 MST... 57

35. Data Pengamatan Luas Daun 11 MST ... 58

36. Data Analisa Sidik Ragam Luas Daun 11 MST ... 58

37. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST ... 59

38. Data Analisa Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST... 59

39. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST ... 60

40. Data Analisa Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST... 60

41. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST ... 61

42. Data Analisa Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST... 61

43. Data Pengamatan Jumlah Daun 8 MST ... 62

(15)

45. Data Pengamatan Jumlah Daun 10 MST ... 63

46. Data Analisa Sidik Ragam Jumlah Daun 10 MST... 63

47. Data Pengamatan Jumlah Daun 11 MST ... 64

48. Data Analisa Sidik Ragam Jumlah Daun 11 MST... 64

49. Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk 12 MST... 65

50. Data Analisa Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk 12 MST ... 65

51. Data Pengamatan Bobot Basah Akar 12 MST... 66

52. Data Analisa Sidik Ragam Bobot Basah Akar 12 MST ... 66

53. Data Pengamatan Bobot kering Tajuk 12 MST ... 67

54. Data Analisa Sidik Ragam Bobot kering Tajuk 12 MST... 67

55. Data Pengamatan Bobot kering Akar 12 MST ... 68

56. Data Analisa Sidik Ragam Bobot kering Akar 12 MST ... 68

(16)

ANGGA REKSA, dilahirkan di Medan pada tanggal 10 April 1985 dari Ayahanda Rusdianto dan Ibunda Nurjainah, merupakan putra ke-2 dari 2 bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Kuala Simpang dan pada tahun 2003 lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP) pada program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) unit usaha Marihat Pematang Siantar pada bulan juni sampai dengan juli 2007.

(17)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahman, Rahim dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Dengan Pemberian ZPT Atonik dan Campuran Media Pasir dengan Blotong Tebu di Pre Nursery” yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Ir. Rosita Sipayung MP sebagai Ketua dan ibu Dr.Dra.Ir Chairani Hanum MS sebagai Anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda Rusdianto dan Ibunda Nurjainah Bang Arif dan kak Susi, Tarto, Bembeng, B’Herman, Mujahid2 BKM, teman ’03, DPC PKS Medan Baru, Serta LDK USU terima kasih atas bantuan dan persahabatannya yang sangat indah. Untuk B’Zaki, eka, Royhan, B’Yudha, B’Yudhi, Ogie, Suherman dll Kalian telah banyak memberikan motivasi penting bagi hidup saya. kepada Dosen pembimbing Ibu Ir. Rosita Sipayung MP dan Ibu Dr.Dra.Ir Chairani Hanum MS saya ucapkan terima kasih banyak.

(18)
(19)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Proposal ini berjudul ”PERUBAHAN POLA PETUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DENGAN PEMBERIAN ZPT ATONIK PADA

MEDIA CAMPURAN PASIR DENGAN BLOTONG TEBU DI PRE

NURSERY” yang merupakan salah satu sayrat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatam ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir. Rosita Sipayung, MP selaku Ketua komisi pembimbing dan ibu Dr.Dra.Ir.Chairani Hanum, MS selaku Anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharap kritik dan saran yang sifat nya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang, akhirnya penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2007

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bagi Indonesia kelapa sawit telah menjadi komoditi subsektor perkebunan yang memiliki peranan penting bagi perekonomian. prospek usaha yang cerah, harga produk yang kompetitif, dan indsustri berbasis kelapa sawit yang beragam dengan skala usaha yang fleksibel, telah menjadikan banyak perusahaan dalam berbagai skala maupun petani yang berminat untuk membangun industi kelapa sawit mulai dari kebun hingga hilir. Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit ditentukan oleh faktor bahan tanaman atau bibit yang memiliki sifat yang unggul. Bibit yang unggul akan menjamin suatu pertumbuhan yang baik dan tingkat produksi yang tinggi apabila perlakuan dilakukan secara optimal. Pembibitan kelapa sawit merupakan hal yang menentukan masa pertumbuhan kelapa sawit.

(21)

Blotong adalah salah satu limbah yang banyak mencemari lingkungan yang berasal dari pabrik gula merupakan proses yang dari pemurnian nira yang masih mengandung kalori, fosfat dan bahan organik. Oleh karena itu blotong cukup pantas dipertimbangkan sebagai pengganti pupuk organik yang dapat menggantikan sebagian pupuk kandang dan kompos dan malahan secara keseluruhan dapat lebih baik dari pada pupuk kandang dan kompos (Baon, 1996). Blotong banyak digunakan sebagai pupuk pada berbagai jenis tanaman, karena berpengaruh baik terhadap pertumbuhan batang selain itu blotong mampu meningkatkan efisiensi hara dari pupuk. Oleh karena itu penggunaan blotong sebagai bahan organik penyusun media sawit dapat dilakukan.

(22)

Atonik adalah suatu zat yang bersifat merangsang pertumbuhan tanaman dan merupakan senyawa nitro arometik berwarna coklat dan berbau khas. Bahan aktif yang terkandung dalam atonik adalah sodium ortho nitrophenolate=0,2%; sodium para nitrophenolate=0,3%; sodium 2-4 dinitrophenolate=0,05%; sodium 5 nitroquatacolate=0,1% dan air=99,35% sebagai bahan pengisi. Disamping itu atonik itu juga mengandung unsur seperti S, Bo, Fe, Mn, Mg, Zn, Cu, Mo dan Ca dalam jumlah yang sedikit (Asahi Chemical, 1980).

Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu dilakukannya penelitian yang

bertujuan untuk melihat perubahan pola pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis. Jacq) dengan pemberian ZPT Atonik pada media campuran pasir

dengan blotong tebu di Pre Nursery.

Tujuan Penelitian,,

Untuk mengetahui perubahan pola pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis. Jacq) dengan pemberian ZPT Atonik pada media campuran pasir dengan blotong tebu di Pre Nursery.

Hipotesa Penelitian

1. Ada pengaruh media campuran pasir dengan blotong tebu terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis. Jacq)

(23)

3. Ada pengaruh interaksi antara media campuran pasir dengan blotong tebu dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Atonik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis. Jacq)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera digantikan dengan akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus kebawah dan sebagian tumbuh mendatar kearah samping. Jika aerasi cukup baik akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter didalam tanah, sedangkan yang tumbuh kesamping bias mencapai radius 16 meter. Kedalaman ini tergantung umur tanaman, system pemeliharaan dan aerasi tanah (Sastrosayono, 2004).

(25)

tanaman kelapa sawit yang ditanam diperkebunan 15-18 meter sedangkan di alam dapat mencapai 30 meter (Risza, 1994).

Biasanya batang adalah tunggal (tidak bercabang) kecuali abnormal. Laju pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh komposisi genetic dan lingkungan., di Malaysia kira 45 cm/ tahun dan bias mencapai 1 m bila kondisi sangat sesuai.tinggi batang bias mencapai 20 meter lebih, umumnya di perkebunan15-18 m. palma yang terlalu tinggi, sulit memanen hasilnya maka dicarilah tanaman yang pendek dengan potensial produksi tinggi melalui persilangan seperti E.guineensis dengan C.oleifera. batang mengandung banyak serat dengan jaringan

pembuluh yang menunjang pohon dan pengangkutan hara (Sianturi, 2001).

Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, daun-daun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang penjang nya 7,5-9 meter dengan jumlah daun yang tumbuh dikedua sisi berkisar 250-400 helai. Pohon kelapa sawit normal dan sehat yang dibudidayakan, pada satu batang terdapat 40– 50 pelepah daun (Risza, 1994).

Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktivitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas permukaan daun mencapai 11m2 (Lubis, 1992). Pohon kelapa sawit normal dan sehat dibudidayakan, pada satu batang terdapat 40-50 pelepah daun (Setyamidjaja, 1997).

(26)

bulan, sedangkan yang muda menghasilkan 4-4 daun setiap bulan. Produksi daun dipengaruhi oleh factor umur, lingkungan genetik, iklim (Sianturi, 2001).

Susunan bunga terdiri dari kalangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan betina terdapat dalam dua tandan yang terpisah. Namun, ada kalanya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak lebih dahulu dari pada bunga betina. Karena itu penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik dapat menerima tepung sari) adalah 24 jam, setelah itu putik akan mengering dan berwarna hitam (Sastrosayono, 2004).

Tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 2,5 tahun. Inisiasi bunga terjadi pada palma dewasa yaitu 33-34 bulan sebelum penyerbukan, biasa terjadi tandan bunga jantan atau bunga betina. Ada yang berdiferensiasi menjadi bunga jantan atau bunga betina, tetapi ada juga menjadi bunga banci (hermafrodit) beberapa factor yang mempengaruhi diferensisi kelamin yaitu genetic dan lingkungan, yang peka terhadap faktor tersebut dapat mengakibatkan aborsi terutama bunga betina (Sianturi, 2001).

(27)

Biji kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian penting. Biji merupakan buah yang telah terpisah dari bagian buah, yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji terdiri atas cangkang, embrio, dan inti atau endosperma. Embrio panjang nya 3mm, berdiameter 1,2 mm berbentuk silindris seperti peluru memiliki 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaan berwarna kuning dan bagian yang lain agak tajam berwarna putih (Sianturi, 2001).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kelapa sawit adalah tanaman tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama dikawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik didaerah tropic, dataran rendah yang panas dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500 mm-3000 mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Penting untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah distribusi hujan yang merata (Rosadi, 1994).

(28)

Kelembaban udara dan angin adalah factor yang penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban udara dapat mengurangi penguapan, sedang angin akan membantu penyerbukan secara alamiah. Angin yang kering akan menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi kelembaban dan dalam waktu yang lama mengakibatkan tanaman layu. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit antara 80%-90% (Tim Penulis PTPN III, 1997).

Tanah

Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah misalnya podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol.

Sifat fisik tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah:

• Solum tebal 80 cm, solum yang tebal akan merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan unsur hara tanaman akan lebih baik.

• Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20 - 60%, debu 10 - 40%, liat 20 - 50%

(29)

dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah merupakan arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10 dimana C 1% dan N 0,1%, daya tukar Mg = 1,2me/100g, daya tukar K = 0,15-0,20 me/100g (Fauzi,dkk, 2004).

Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan adalah serangkaian kegiatan untuk mempersiapkan bahan tanaman meliputi persiapan media, pemeliharaan, seleksi bibit hingga siap untuk ditanam yang dilaksanakan dalam satu tahap atau lebih (Sianturi, 2001)

Pembibitan tanaman kelapa sawit dilakukan dengan system dua tahap yaitu:

1. Pembibitan awal (pre- nursery)

Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag kecil berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan dari batu dan sisa – sisa tanaman.

2. Pembibitan Utama (main- nursery)

Tanah yang sudah dibersihkan dimasukkan kedalam polibag besar berukuran 40-50 cm yang dapat menampung 25 kg tanah.

Pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. bibit disiram 2 kali sehari pagi, sore.

2. rumput didalam polibag dicabut pelan-pelan.

3. bibit dipupuk dengan urea dalam bentuk larutan yang berkonsentrasi 0,2 %

(30)

(Sasatrosayono, 2004).

Penggunaan Media Pasir

Ada 4 fungsi media tanah yang harus mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu, sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara akar dan atmosfer diatas media, dan terakhir harus dapat menyokong tanaman (Nelson, 1981).

Keadaan unsur – unsur didalam kantongan seperti pot akan berbeda dengan dilahan sebab kondisi fisik menjadi factor pembatas didalam kantongan. Aerase merupakan factor terpenting didalam media kantongan sebab kantongan hanya mempunyai kedalaman yang terbatas dibanding dengan tanah lahan sehingga tidak mengalir dengan baik (Joiner, 1981).

Banyak memang bahan mineral yang dapat menyediakan 4 fungsi tersebut diatas tetapi belum merupakan media perakaran yang praktis. Pasir sebagai contoh, mempunyai daya pegang air yang rendah juga mempunyai luas permukaan per unit volume yang rendah sehingga frekuensi penyiraman menjadi suatu hal yang sangat penting, daya ikat hara dari pasir yang sangat rendah (Nelson, 1981).

(31)

Bahan Organik Blotong Tebu

Sejak berabad-abad yang lalu petani telah mengenal pupuk organik. Para ilmuan kemudian membuktikanya bahwa peranan bahan organik sangat vital dalam mempertahankan dan menigkatkan produktivitas lahan melalui mekanisme perbaikan sifat fisik , kimia, biologi tanah. Hampir semua lahan yang dimiliki pabrik gula di Indonesia memiliki kadar organik yang baik. Semua sumber daya bahan organik yang dimiliki pabrik gula seperti blotong, kelaras dan ampas hendaknya dapat dioptimalkan penggunaanya, namun demikian agar aplikasi bahan organik ini dapat berdaya guna maka perlu diperhatikan tingkat dekomposisi bahan organik tersebut (Premono dan Widayati, 2000).

Di dalam tanah sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, daun, ranting, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah, serta bercampur dengan tanah. Tumbuhan tidak saja menjadi sumber bahan organic tanah, tetapi juga sumber bahan organik bagi makhluk hidup (Hakim,dkk, 1986).

Pemberian blotong berpengaruh terhadap berat tanah, karena membentuk agregat tanah, sehingga butiran tanah dapat menahan air lebih banyak. Dimana unsur yang diperlukan tanaman akan lebih tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan juga merupakan sumber C- organik yang penting artinya dalam pembentukan humus tanah (Sitepu dan Lubis, 1997)

(32)

kasar dan gula sehingga masih biasa dipergunakan sebagai bahan pakan ternak. komposisi kimia blotong yang dilaporkan Rudiono (2003) meliputi air (60-78%), sukrosa (2,1–7,3%), lilin (2-2,1%), nitrogen (0,2-0,7%), serat (4,3-6,5%), abu (41 %), P2O5 (0,4–1,8%), K2O (0,02%), CaO (0,8-1,1%) (Syukur, 2003).

Blotong (limbah pabrik gula) ternyata cukup efektif menekan laju penguapan air tanah. Sifat higroskopisnya mampu mengikat air hujan dalam jumlah banyak. Salah satu alternatif memanen air hujan dan menyiasati kekeringan, menurut Justika adalah pemanfaatan mulsa blotong. Sifat higroskopis limbah tebu/pabrik gula yang disebabkan kandungan niranya membuat lahan mampu mengikat air hujan lebih banyak. Dengan begitu pembenamannya ke dalam tanah diharapkan dapat menyerap air hujan lebih banyak sehingga kelembaban tanah dapat terjaga lebih lama. Bukan hanya itu, mulsa juga turut mempengaruhi aspek-aspek iklim lainnya. Mulsa dari blotong mampu menekan energi radiasi untuk menguapkan air tanah dan memanaskan udara (Baharsyah, 2007).

Zat Pengatur Tumbuh Atonik

(33)

Atonik merupakan zat pengatur tumbuh tanaman berbentuk larutan dalam air, berwarna coklat, berbau khas (Mastalin Mandiri,1994) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar supaya lebih banyak, mengaktifkan penyerapan unsur hara, meningkatkan keluarnya kuncup, pembuahan serta memperbaiki kualitas hasil panen (Lingga, 1994). Dengan susunan NitroAromatik dan kandungan bahan aktifnya menurut sebagai berikut:

Nitro orto nitrofenol 0,2% Natrium para nitrofenol 0,3% Natrium 5 nitroquaiacolat 0,1% Natrium 2 ,4 dinitrofenol 0,05%

Air pelarut 99,35%

Atonik bukan merupakan fitohormon atau pestisida tetapi masih suatu zat kimia yang dapat merangsang proses biokimia dan fisiologi cadangan pada tanaman karena merangsang tumbuh, zat ini diharapkan dapat menghasilkan produksi dan mutu hasil yang lebih tinggi. Atonik disiapkan berupa larutan yang yang diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 4000 sampai 1 : 1000 (artinya 1 cc larutan atonik dalam 1000 cc air), kemudian disemprotkan ketanaman. Atonik adalah gabungan garan natrium dari 5 nitroquicol dan garam natrium dari para nitrofenol (Kusumo, 1990).

(34)

menyempurnakan proses penyerbukan sehingga memastikan terjadinya biji (Heddy, 1996).

Atonik mengandung zat aktif natirum orto nitrofenol, natrium nitrofenol, natrium 2,4 di nitrofenol, dan natrium 5 nitroguaiakol. Atonik tersebut berkhasiat merangsang pertumbuhan akar tanaman, meningkatkan daya serap akar terhadap unsur hara, mempercepat pertumbuhan daun, keluarnya bunga, dan pembentukan buah juga meningkatkan jumlah dan bobot buah (Sarwono, dkk, 2005).

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m di atas permukaan laut. Penelitian ini berlangsung pada bulan april sampai juni 2007.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kelapa sawit varietas Dura Dumpy hasil persilangan D x P, pasir, blotong tebu, ZPT Atonik, fungisida denvil, 50 SC, insektisida Hostathion 200 EC, polibek hitam berukuran 7 cm x 10 cm, tali plastik, label, air dan bahan – bahan lain yang mendukung.

(35)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak Kelompok (RAK) factorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Factor I :ZPT Atonik (A) dengan 3 taraf, yaitu: A0 :Tanpa ZPT Atonik (kontrol)

A1 :1,5 cc/Liter air

A2 :2,0 cc/Liter air

Factor II :Perbandingan Media (M) dengan 4taraf yaitu: M0 : Pasir : Blotong 0 : 3

M1 : Pasir : Blotong 2 : 1

M2 : Pasir : Blotong 1 : 2

M3 : Pasir : Blotong 3 : 0

Kombinasi perlakuan :

A0M0 A1M0 A2M0

A0M1 A1M1 A2M1

A0M2 A1M2 A2M2

A0M3 A1M3 A2M3

Jumlah Ulangan :3 Ulangan Jumlah Kombinasi :12 Kombinasi

Jumlah Plot :36 Plot

(36)

Jumlah Seluruh Tanaman :144 Tanaman Ukuran Plot :100 cm x 100 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier sebagao berikut :

Yijk = μ+ρi +αj +βk +(α β)jk +∈ij k

Dimana:

Yijk =Hasil pengamatan pada blok ke-i yang mendapat perlakuan ZPT

Atonik pada taraf ke-j dan media tanam pada taraf ke-k

μ =Nilai tengah sebenarnya

ρI =Pengaruh blok ke-i α j =Pengaruh ZPT Atonik

βk =Pengaruh media campuran pasir dengan blotong tebu

(α β)jk =Pengaruh interaksi ZPT Atonik pada taraf ke-j dan media

campuran pasir dengan blotong tebu pada taraf ke-k

∈ij k =Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan ZPT Atonik

pada taraf ke-j dan media campuran pasir dengan blotong tebu pada taraf

(37)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyiapan Areal dan Pembuatan Naungan

Areal yang digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Kemudian dilakukan pembuatan plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100cm, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Naungan terbuat dari bambu sebagai tiang dan pelepah sawit sebagai atap dengan ketinggian 2 m arah timur dan 1,5 m arah barat, panjang naungan 14,5 m dan lebarnya 4,5 m yang memanjang arah utara-selatan

Penyiapan Media Tanam

(38)

Penanaman Bibit

Penanaman bibit dapat dilakukan dengan menanam kecambah kedalam polibek sedalam 2-3 cm, dengan radikula bagian bawah dan plumula bagian atas. Jumlah kecambah perpolibag sebanyak 1 kecambah, kemudian disiram dengan air.

Aplikasi ZPT Atonik

Zat pengatur tumbuh atonik diberikan setelah tanaman berumur 3 minggu dan selanjutnya dengan interval 2 minggu sekali hingga umur 3 bulan sesuai konsentrasi perlakuan. Pemberian membasahi seluruh permukaan atas dan bawah daun tanaman. Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore hari tergantung dengan kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan air bersih.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan mengganti bibit yang abnormal, terserang hama dan penyakit yang cukup parah, atau bibit mati dengan tanaman sisipan yang tersedia.

Penyiangan

(39)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Untuk mengendalikan serangan hama kelapa sawit digunakan insektisida Hostathion 200 EC, untuk mengendalikan jamur digunakan fungisida Danvil 50 SC. Pengaplikasian dilakukan dengan menggunakan handsprayer dengan waktu pengendalian bergantung pada kondisi dilapangan.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah yang telah diberi tanda sampai dengan daun tertinggi. Tinggi tanaman diukur pada saat 2 Minggu Setelah Tanam (MST ) sampai 11 minggu setelah tanam (MST ) dengan interval 1 minggu.

Jumlah Daun (Helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Perhitungan jumlah daun dilakukan sejak berumur 2 MST hingga tanaman berumur 11 MST dengan interval 1 minggu.

Diameter Batang (mm)

Batang tanaman diukur diameter nya pada ketinggian 1 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter batang dilakukan sejak tanaman 2 MST hingga tanaman berumur 11 MST dengan interval 1 minggu.

(40)

Pengukuran luas daun dilakukan pada saat bibit berumur 2 minggu setelah tanam. Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang daun dari pangkal sampai ujung daun dan diukur lebar daun pada bagian daun tengah yang telah membuka sempurna. Kemudian luas ditotalkan, dengan interval 1 minggu.

Bobot Basah Tajuk (g)

Bobot basah tajuk ditimbang setelah tanaman berumur 12 MST yang telah dipisahkan dengan akar tanaman dan dibersihkan, setelah terlebih dahulu dikering anginkan.

Bobot Basah Akar (g)

Bobot basah akar ditimbang setelah tanaman berumur 12 MST yang telah dipisahkan dari tajuk tanaman dan dibersihkan dari tanah setelah terlebih dahulu dikering anginkan.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bobot kering tajuk diitimbang setelah tanaman berumur 12 MST dikeringkan dalam oven pada temperature 70 0C selama 24 jam kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot Kering Akar (g)

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari analisis sidik ragam pemberian perlakuan berbagai dosis ZPT Atonik menunjukkan pengaruh nyata terhadap diameter batang, luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun.

Pada pemberian perlakuan campuran media pasir dengan blotong tebu menunjukkan pengaruh nyata hanya pada parameter bobot kering akar dan berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering akar.

(42)

Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman (cm) dilakukan umur 2-11 MST. Data rataan tinggi tanaman dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 1-20.

Dari daftar sidik ragam diketahui bahwa pemberian perlakuan ZPT Atonik menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman, dan pemberian perlakuan Media menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Hasil rataan tinggi tanaman pada umur 2 sampai dengan 11 (2 s.d 11) MST pada pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan campuran media pasir dan blotong tebu disajikan pada gambar 1.

0 5 10 15 20

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST

Umur T anaman

[image:42.595.130.495.358.548.2]

T ing gi T ana m an (c m )

Gambar 1. Grafik tinggi tanaman bibit kelapa sawit

Diameter Batang (mm)

Pengamatan Diameter batang (mm) dilakukan umur 2 s.d 11 MST. Data rataan diametr batang dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 21-41.

(43)

pemberian perlakuan media menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap diameter batang tanaman. Interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

[image:43.595.113.514.342.743.2]

Hasil uji beda rataan diameter batang pada umur 11 MST pada pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan campuran media pasir dan blotong tebu disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rerata Diameter Batang dalam hubungannya dengan perlakuan pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan Perbandingan Media

7 MST

Perbandingan Komposisi Media Dosis ZPT Atonik (cc/L)

M0 M1 M2 M3

Rerata

A0

...(mm)...

5.62 5.60 5.42 5.33 5.49

A1 4.93 5.27 5.50 5.48 5.30

A2 4.85 5.20 5.70 5.20 5.24

Rerata 5.13 5.36 5.54 5.34

8 MST

A0 5.90 5.87 5.83 5.55 5.79

A1 5.13 5.63 5.70 5.57 5.51

A2 4.97 5.42 5.92 5.50 5.45

Rerata 5.33 5.64 5.82 5.54

9 MST

A0 5.97 5.92 5.87 5.60 5.84

A1 5.33 5.65 5.53 5.67 5.55

A2 5.13 5.53 5.93 5.53 5.53

Rerata 5.48 5.70 5.78 5.60

10 MST

A0 6.02 6.08 6.12 5.83 6.01

A1 5.60 5.83 5.72 5.75 5.73

A2 5.17 5.68 6.12 5.55 5.63

Rerata 5.59 5.87 5.98 5.71

(44)

A0 6,20 6,23 6,23 6,37 6,26a

A1 5,78 6,05 5,92 5,82 5,89b

A2 5,28 5,85 6,20 5,67 5,75b

Rerata 5,76 6,04 6,12 5,95

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berpengaruh nyata pada taraf 5 % menurut uji Jarak Berganda Duncan (DMRT).

[image:44.595.110.513.87.157.2]

Tabel 2 Diketahui bahwa diameter batang yang tertinggi adalah 6,26 dengan perlakuan A0 dan yang terendah adalah 5,75 dengan perlakuan A2. Perlakuan A0 berpengaruh nyata dengan A1 dan A2, tetapi A1 tidak berpengaruh nyata terhadap A2.

Grafik diameter batang bibit kelapa sawit dengan pemberian ZPT Atonik dapat dilihat pada gambar 2.

4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4

0 1.5 2

Atonik (cc/L) D ia m et er B at an g ( m m ) 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST

[image:44.595.138.491.384.565.2]
(45)

Hasil rataan diameter batang pada umur (2 s.d 11) MST pada pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan campuran media pasir dan blotong tebu disajikan pada gambar 3.

0 1 2 3 4 5 6 7

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST

Umur Tanaman

Diameter B

a

[image:45.595.116.504.307.543.2]

tang (mm)

Gambar 3. Grafik diameter batang bibit kelapa sawit

Luas Daun (cm2)

Pengamatan Luas daun (cm2) dilakukan umur 4-11 MST. Data rataan Luas daun dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 42-57.

(46)
[image:46.595.114.512.329.753.2]

Hasil uji beda rataan Luas daun pada umur 7 s.d 11 MST pada pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan campuran media pasir dan blotong tebu disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Rerata Luas Daun dalam hubungannya dengan perlakuan pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan Perbandingan Media

7 MST

Perbandingan Komposisi Media Dosis ZPT Atonik

(cc/L)

M0 M1 M2 M3

Rataan

A0

...(cm2)...

13.68 13.94 12.63 14.79 13.76

A1 15.13 18.13 17.85 18.75 17.47

A2 19.88 16.55 18.62 18.96 18.50

Rataan 16.23 16.21 16.37 17.50

8 MST

A0 14.77 15.08 13.47 15.80 14.78

A1 16.39 19.51 18.80 21.06 18.94

A2 21.58 18.07 19.27 21.66 20.15

Rataan 17.58 17.56 17.18 19.51

9 MST

A0 14.76 15.08 13.54 16.64 14.96

A1 24.68 19.53 30.90 21.06 19.04

A2 21.74 18.02 19.44 20.68 20.16

Rataan 20.39 17.54 21.30 19.46

10 MST

A0 14.86 15.21 13.64 16.12 15.00

A1 17.17 19.71 18.47 21.28 19.16

A2 22.30 18.41 19.11 21.05 20.22

Rataan 18.11 17.78 17.07 19.48

11 MST

A0 15,14 15,33 13,76 16,17 15,10c

A1 17,37 20,27 18,49 21,37 19,38ab

(47)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berpengaruh nyata pada taraf 5 % menurut uji Jarak Berganda Duncan (DMRT).

[image:47.595.119.494.324.511.2]

Dari Tabel 2 Diketahui bahwa Luas yang tertinggi adalah 20,32 dengan perlakuan A2 dan yang terendah adalah 15,10 dengan perlakuan A0. Perlakuan A1 dan A2 tidak berpengaruh nyata tetapi A0 dan A1 tidak berpengaruh nyata dengan A0.

Grafik luas daun kelapa sawit dengan pemberian ZPT Atonik dapat dilihat pada gambar 4.

0 5 10 15 20 25 30

0 1.5 2

Atonik (cc/L) L u a s D a u n (c m 2

) 7 MST

8 MST 9 MST 10 MST 11 MST

Gambar 4. Grafik luas daun bibit kelapa sawit dengan pemberian ZPT Atonik.

(48)

0 5 10 15 20 25

4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST

Umur Tanaman

Lu

as

D

a

un (

c

m

[image:48.595.125.497.90.224.2]

2)

Gambar 5. Grafik luas daun bibit kelapa sawit

Jumlah Daun (Helai)

Pengamatan Jumlah daun (helai) dilakukan umur 4-11 MST. Data rataan jumlah daun dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 58-73.

Dari daftar sidik ragam diketahui bahwa pemberian perlakuan ZPT Atonik berpengaruh tidak nyata terhadap Luas daun tanaman dan pemberian perlakuan media menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tanaman. Interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap Luas daun tanaman.

(49)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

[image:49.595.156.470.94.240.2]

4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Umur Tanaman Jum la h D aun (H el ai )

Gambar 6. Grafik jumlah daun bibit kelapa sawit

Bobot Basah Tajuk (g)

Pengamatan bobot basah tajuk(g) dilakukan umur 12 MST. Data rataan bobot basah tajuk daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 74-75.

Dari daftar sidik ragam diketahui bahwa pemberian perlakuan ZPT Atonik berpengaruh nyata terhadap Bobot Basah Tajuk dan pemberian perlakuan media menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tanaman. Interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap Bobot Basah Tajuk.

Hasil uji beda rataan bobot basah tajuk (g) pada umur 12 MST pada pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan campuran media pasir dan blotong tebu disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Rerata bobot basah tajuk dalam hubungannya dengan perlakuan pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan Perbandingan Media

Perbandingan Komposisi Media Rerata

Dosis ZPT Atonik

(cc/L) M

0 M1 M2 M3

[image:49.595.111.511.618.721.2]

A0 ... 3,02 ...(g). 2,35 ... 3,22 ...

3,55 3,03c

A1 3,85 3,83 5,38 4,47 4,38a

A2 3,30 4,60 4,33 3,52 3,94ab

Rerata 3,39 3,59 4,31 3,84

(50)

Dari Tabel 3 Diketahui bahwa Bobot Basah Tajuk tertinggi adalah 4,38 dengan perlakuan A1 dan yang terendah adalah 3,03 dengan perlakuan A0. A2 berpengaruh nyata dengan A1 dan A0.

Grafik bobot basah tajuk bibit kelapa sawit dengan pemberian ZPT Atonik dapat dilihat pada gambar 7.

y = 1.44 + 0.42x -0.1733x2

R2 = 1

1.4 1.45 1.5 1.55 1.6 1.65 1.7 1.75

0 0.5 1 1.5 2 2

Atonik (cc/L)

Bobot Basah Tajuk (g)

[image:50.595.157.493.272.434.2]

.5

Gambar 7. Grafik bobot basah tajuk bibit kelapa sawit dengan pemberian ZPT Atonik

Gambar 7 memperlihatkan bahwa grafik bobot basah tajuk dengan dosis ZPT Atonik adalah linier positif, dimana semakin tinggi dosis ZPT Atonik maka bobot basah tajuk semakin berat.

Bobot Basah Akar (g)

Pengamatan bobot basah akar (g) dilakukan umur 12 MST. Data rataan bobot basah akar daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 76-77.

(51)

menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap Bobot Basah Akar . Interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap Bobot Basah Akar.

[image:51.595.114.511.265.377.2]

Hasil uji beda bobot basah akar (g) pada umur 12 MST pada pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan campuran media pasir dan blotong tebu disajikan pada tabel 6.

Tabel 4. Rerata Bobot Basah akar dalam hubungannya dengan perlakuan pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan Perbandingan Media

Perbandingan Komposisi Media Rerata

Dosis ZPT Atonik

(cc/L) M

0 M1 M2 M3

[image:51.595.156.495.590.717.2]

A0 ... 0,70 ...(g) 0,60 ... 0,65 ... 1,12 0,77b

A1 1,07 1,03 1,50 1,50 1,28a

A2 1,33 1,18 1,22 1,23 1,24ab

Rerata 1,03 0,94 1,12 1,28

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berpengaruh nyata pada taraf 5 % menurut uji Jarak Berganda Duncan (DMRT).

Dari Tabel 4 Diketahui bahwa Bobot Basah Akar tertinggi adalah 1,28 dengan perlakuan A1 dan yang terendah adalah 0,77 dengan perlakuan A0. Perlakuan A2 tidak berpengaruh nyata terhadap A1 dan A0 tetapi A0 berpengaruh nyata dengan A1.

Grafik bobot basah akar bibit kelapa sawit dengan pemberian ZPT Atonik dapat dilihat pada gambar 8.

y = 0.27 + 0.70x r = 0.91

0 0.5 1 1.5 2

0 0.5 1 1.5 2 2.5

Bobot Basah Akar (g)

(52)

Gambar 8. Grafik bobot basah tajuk bibit kelapa sawit dengan pemberian ZPT Atonik

Gambar 8 memperlihatkan bahwa grafik bobot basah akar dengan dosis ZPT Atonik adalah linier positif, dimana semakin tinggi dosis ZPT Atonik maka bobot basah akar semakin berat.

Bobot Kering Tajuk (g)

Pengamatan bobot kering tajuk (g) dilakukan umur 12 MST. Data rataan bobot kering tajuk daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 78-79.

Dari dafta sidik ragam bahwa pemberian perlakuan ZPT Atonik berpengaruh nyata terhadap Bobot Kering Tajuk dan perlakuan media menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap Bobot Kering Tajuk. Interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap Bobot Kering Tajuk.

[image:52.595.111.511.583.687.2]

Hasil uji beda bobot kering tajuk (g) pada umur 12 MST pada pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan campuran media pasir dan blotong tebu disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Rerata Kering Tajuk dalam hubungannya dengan perlakuan pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan Perbandingan Media

Perbandingan Komposisi Media Rerata

Dosis ZPT Atonik (cc/L)

M0 M1 M2 M3

A0 ... 1,22 ...(g) 1,08 ... 0,97 ...

1,18 1,11b

A1 1,33 1,28 1,13 1,12 1,22b

A2 1,38 1,53 1,28 1,30 1,38a

Rataan 1,31 1,30 1,13 1,20

(53)

Dari Tabel 5 Diketahui bahwa Bobot Kering Tajuk tertinggi adalah 1,38 dengan perlakuan A2 dan yang terendah adalah 1,11 dengan perlakuan A0. Perlakuan A2 tidak berpengaruh nyata terhadap A1 dan A0 tetapi A0 berpengaruh nyata dengan A1.

Grafik bobot kering tajuk bibit kelapa sawit dengan pemberian ZPT Atonik dapat dilihat pada gambar 9.

= 1.09 + 0.12x r = 1

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

0 0.5 1 1.5 2 2

Bobot Kering Tajuk (g)

Atonik (cc/L)

[image:53.595.157.474.256.406.2]

.5

Gambar 9 Grafik bobot kering tajuk bibit kelapa sawit dengan pemberian ZPT Atonik

Gambar 9 memperlihatkan bahwa grafik bobot kering tajuk dengan dosis ZPT Atonik adalah linier positif, dimana semakin tinggi dosis ZPT Atonik maka bobot kering tajuk semakin berat.

Bobot Kering Akar (g)

Pengamatan bobot kering akar (g) dilakukan umur 12 MST. Data rataan bobot kering akar daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 80-81.

(54)
[image:54.595.111.511.209.311.2]

Hasil uji beda bobot kering akar (g) pada umur 12 MST pada pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan campuran media pasir dan blotong tebu disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Rataan Kering Akar dalam hubungannya dengan perlakuan pemberian berbagai dosis ZPT Atonik dan Perbandingan Media

Perbandingan Komposisi Media Rerata

Dosis ZPT Atonik

(cc/L) M

0 M1 M2 M3

A0

... 0,45

...(g) 0,40

... 0,28

...

0,32 0,36

A1 0,47 0,35 0,20 0,33 0,34

A2 0,45 0,37 0,35 0,30 0,37

Rerata 0,46a 0,37ab 0,28b 0,32b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama menunjukkan berpengaruh nyata pada taraf 5 % menurut uji Jarak Berganda Duncan (DMRT).

Dari Tabel 6 Diketahui bahwa Bobot Kering Akar tertinggi adalah 0,46 dengan perlakuan M0 dan yang terendah adalah 0.28 dengan perlakuan M2. Perlakuan M1 tidak berpengaruh nyata terhadap M0, M2, dan M3. M2 Berpengaruh nyata terhadap M3. Tetapi M0 berpengaruh nyata terhadap M2 dan M3.

(55)

0.46

0.37

0.28 0.32

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

M0 M1 M2 M3

Media

[image:55.595.165.455.93.224.2]

Bobot Kering Akar (g)

Gambar 10. Histogram Bobot Kering Akar bibit kelapa sawit pada perbandingan media pasir dengan blotong tebu

[image:55.595.130.449.347.559.2]
(56)

Pembahasan

Perubahan pola pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq)

dengan pemberian ZPT Atonik di pre nursery.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pemberian ZPT Atonik memberikan respon yang nyata terhadap parameter pertumbuhan yang diamati yaitu Diameter Batang, Luas Daun, Bobot Basah Tajuk, Bobot basah Akar, Bobot Kering Tajuk. Ini di karenakan atonik merupakan hormon perangsangan pertumbuhan tanaman. Sebagaimana dinyatakan Asahi chemical (1980) yang menyatakan bahwa atonik adalah suatu zat yang bersifat merangsang pertumbuhan tanaman dan merupakan senyawa nitroaromatik.

(57)

Respon atonik berpengaruh nyata terhadapa parameter diameter batang dan luas daun tetapi ada perbedaan antara kedua parameter tersebut terhadap pemberian atonik. Terlihat pada gambar 2, grafik diameter batang bibit kelapa sawit menunjukkan terjadinya penurunan pada taraf 1,5 cc/l dan 2 cc/l. Sedangkan (gambar 4) grafik luas daun bibit kelapa sawit menunjukkan peningkatan pada taraf 1,5 cc/l dan 2 cc/l. Hal ini diduga karena ZPT Atonik yang diberikan mampu mengaktifkan laju metabloisme, laju translokasi, dan proses penyerapan unsur hara yang berada didaun sehingga perkembangan sel semakin meningkat dan bidang serap daun lebih besar diduga juga turut mempengaruhi peningkatan luas daun.

Diameter batang bibit kelapa sawit terjadi penurunan jika diberi taraf perlakuan atonik, hal ini diduga hormon endogen sudah memenuhi untuk tumbuh. Dengan diberikannya hormon dari luar (exogen) dapat merusak keseimbangan enzym dalam batang bibit kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa atonik bekerja secara biokimia, Atonik mampu mempengaruhi aliran plasma, hormon exogen yang diberikan dari luar juga mampu mempengaruhi keseimbangan enzym dalam tubuh tanaman dan dapat merusak atau dapat juga memicu (triger) pertumbuhan.

(58)

Heddys (1996) yang menyatakan bahwa Atonik bekerja secara biokimia, langsung meresap kedaun, akar, dan kuncup bunga, dan mempengaruhi proses aliran plasma, dan memberikan kekuatan vital untuk mempergiat pertumbuhan.

Respon atonik yang tidak nyata pada parameter jumlah daun diduga karena lebih dominan sifat genetik tanaman ketimbang perlakuan dan lingkungan hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap (1984) yang menyatakan bahwa jumlah daun dipengaruhi oleh sifat genetik dimana bibit kelapa sawit membentuk 1-2 helai daun setiap bulan.

Perubahan pola pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

pada pemberian media campuran pasir dan blotong tebu di pre nursery

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan respon yang nyata terhadap parameter bobot kering akar disebabkan oleh struktur bahan organik yang baik untuk perkembangan akar tanaman dan penyerapan air semakin maksimal. Blotong tebu mampu meningkatkan efisiensi hara dan mampu memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah ditandai dengan kemampuanya menahan air (bersifat higroskopis) dan mampu memperbaiki struktur tanah sehingga tanah gembur dan subur serta perkembangan granulasi tanah semakin baik (Buckman, dan Brady 1982), sehingga perkembangan akar juga akan semakin baik dikarenakan semakin mudahnya akar menyerap aiar dan unsur hara.

(59)

memenuhi kebutuhan bibit kelapa sawit. Khususnya pada tanaman diamana lebih dari 90% dari bobot bahan keringnya terdiri dari 3 elemen yaitu C, H, dan O yang ketiganya bergabung dalam karbohidrat yang dibentuk melalui proses fotoisintesis (Agustina, 2004). Karbohidrat tersebut adalah pangkal pembentukan senyawa organik lain seperti lemak, lignin, protein, selulosa, yang bertindak sebagai penuyusun tubuh tanaman (Subagyo, 1970).

Adanya pengaruh tidak nyata pada beberapa parameter yaitu diameter batang, luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk. Hal ini diduga tidak memberikan unsur hara secara baik karena pasir yang digunakan sangat halus sehingga menyebabkan pemadatan dan pengerasan media. Ashari (1995) menyatakan penggunaan pasir yang sangat halus dapat menyebabkan sementasi bila dicampur dengan media tanah sehingga menyebabkan pengerasan dan pemadatan. Perakaran bibit kelapa sawit pertumbuhannya akan terganggu, drainase dalam media juga akan terganggu, sehingga kesempatan akar untuk mendapatkan air dan unsur hara akan berkurang maka perkembangan akar dan tajuk semakin tidak baik.

Perubahan pola pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq)

dengan pemberian ZPT Atonik dan Media campuran pasir dengan blotong

tebu di prenursery

(60)

tajuk, bobot kering akar, luas daun . Hal ini diduga dikarenakan ketersediaan unsur hara media blotong yang lambat jika dibanding atonik yang cepat memberikan unsur hara karena diaplikasikan lewat daun dan merupakan pemicu metabolisme tumbuhan secara fisiologis.

(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian ZPT Atonik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis. Jaqc) di pre nursery dapat meningkatkan luas daun,

diameter batang, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot basah akar.

2. Pemberian media campuran pasir dengan blotong tebu terhadap pertumbhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis. Jaqc) di pre nursery terbaik pada perbandingan pasir dan blotong tebu 0:3 dapat meningkatkan parameter bobot kering akar, tetapi tidak berpengaruh nyata pada parameter yang lain yaitu :jumlah daun, tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering tajuk.

3. Interaksi ZPT Atonik dan Media campuran pasir dan blotong tebu terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) di prenursery tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yaitu jumlah daun, luas daun, ntinggi tanaman, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar.

Saran

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L., 2004.Dasar Nutrisi Tanaman, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Abidin. 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh, Angkasa, Jakarta.

Asahi Chemical MFG.Co ltd.1980. Atonik a New Plant Stimulant. Japan. Baharsyah, J.S. 2007. Mengonveri Air dengan Limbah Pabrik Gula. Fakultas Pertanian IPB. www. google.com

Baon, J.B. 1996. Blotong Sebagai Bahan Organik dan Hara Bagi Pertanaman Kakao, Balai Penelitian Perkebunan Jember.

Buckman, H.O dan N.C Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman.Bratara Karya Aksara Jakarta.

Daswir dan L, Panjaitan. 1981. Perkembangan Kelapa Sawit diIndonesia. Prosiding Konp.Budidaya Karet dan Kelapa Sawit. BPPM.p189-198. Hakim, N;M.Y. Nyakpa;A.M.Lubis;S.G.Nugraha;M.R. Saul;M.A. Diha;Go Ban Hong dan H.H. Beiley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lam Pung, Lampung.

Heddy, S. 1996. Hormon Pertumbuhan, Program Penulisan Proyek Pelita DEPDIKBUD dan Pelaksanaan Pendidikan Diploma (DIII) Universitas Brawijaya. Rajawali Press. Jakarta.

Joiner, J.N. 1981. Foliage Plant Production, Prent Production. Prentice- Hall Englewood Cliffs, New Jersey.

Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Jasa Guna, Jakarta. Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Murbandono, L. 2003. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. Mastalin Mandiri. 1994. Brosur ZPT Atonik., Jakarta.

Outerbridge, 1997. Limbah Padat DiIndonesia, Masalah atau Sumber Daya? Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

(63)

Organik, Majalah Penelitian Gula. Jakarta.

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta.

Rosadi, I. 1994. Pemanfaatan Tandan Kosong pada Pembibitan Kelapa Sawit Sebagai Pupuk dan Sebagai Penutup Media, Departemen Agronomi IPB www.google.com

Sarwono, B.; L. Sari, ;E. Widyawati;N.Saptarini. 2005. Membuat Tanaman Cepat Berbuah. Penebar Swdaya, Jakarta.

Sastrosayono. 2004. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Setyawibawa , I dan Y.E Widyastuti, 1992. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setyamidjaja, D.1997. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Sianturi, H.S.D. 2001. Budidaya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian USU, Medan. Sitepu, R dan D. Lubis. 1997.Upaya Perbaikan Tanaman Tembakau Deli di Perse maian/Penaburan, Buletin Perkebunan Vol. VIII Edisi september, Perkebun an IX, Medan.

Subagyo, 1970.Dasar –Dasar Ilmu Tanah 2, PT, Soeroengan, Jakarta. Syukur, D.A. 2003. Integrasi Usaha PeternakanSapi Pada Perkebunan Tebu. www.google.com

Tim Penulis PTPN III. 1997. Pemanfaatan Tandan Kosong di Pembibitan Kelapa Sawit, Medan.

(64)

Lampiran 1 : Deskripsi tanaman

Nama latin :Elaeis guineensis. Jacq

Asal :Kebun Elmina Malaysia (E. 26), ditanam pada tahun 1956 dikebun pabatu merupakan variasi dari Dura Dumpy

Sifat :Pertambahan meninggi lambat, lingkar batang yang besar, tandan yang besar.

Kegunaan :Dapat digunakan sebagai minyak goreng, sabun mentega, shampoo

Tinggi tanaman :60,7 cm (umur 1 tahun)

Jumlah TBS :195 kg/pokok/tahun (hasil percobaan dimalaysia menunjukkan bahwa jumlah daun sebanyak 32 sampai 40 memberi TBS tertinggi)

Rendemen :23,9%

Bobot tandan :>8,1 kg (pada tahun ke lima)

(65)
(66)

Lampiran 84: Bagan Plot Tanaman

X X

a

B a

X X b

c

Keterangan

a. jarak Antar Polibek : 25 cm b. Jarak Tanaman Pinggir : 20 cm

(67)

Lampiran 85:Jadwal Kerja Penelitian

Minggu Nama Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Penyiapan Areal dan Pembuatan Naungan X

Penyiapan Media Tanam X

Penanaman Bibit X

Aplikasi ZPT Atonik X X X X X

Pemeliharaan Tanaman Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

Pengamatan Parameter

1. Tinggi Tanaman (cm) X X X X X X X X X X

2. Jumlah Daun (Helai) X X X X X X X X X X

3. Diameter Batang (mm) X X X X X X X X X X

4. Luas Daun (cm2) X X X X X X X X X X

5. Bobot Basah Tajuk (g) X

6. Bobot Basah Akar (g) X

7. Bobot Kering Tajuk (g) X

Gambar

Gambar 1. Grafik tinggi tanaman bibit kelapa sawit
Tabel 1. Rerata Diameter Batang dalam hubungannya dengan perlakuan
Grafik diameter batang bibit kelapa sawit  dengan pemberian ZPT Atonik
Gambar 3. Grafik diameter batang bibit kelapa sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dalam bentuk hasil kuisioner diperoleh persepsi responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendapatan,

Dukungan teori terhadap pengaruh faktor strategi pemasaran berbasis digital dan kualitas sumber daya manusia insani terhadap keputusan membeli suatu produk jasa asuransi jiwa

Berdasarkan hasil uji reabilitas menunjukkan bahwa masing-masing nilai Cronbach Alpha pada setiap variabel lebih besar dari 0,60 yakni kecanduan internet sebesar 0,906,

Isolat BCMV asal Bogor-Cangkurawok, Subang, Solo dan Sleman memiliki homologi dan kekerabatan yang dekat dengan BCMV-BlC dari Taiwan berdasarkan runutan basa nukleotida dan

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini dirancang sebuah sistem informasi yang diberi nama GLoSha ( Grouping Location Sharing ) yang dapat membantu

Desain Sistem Prototype Akuarium yang dibuat pada penelitian ini dirancang dengan menggunakan sensor pH untuk mengetahui kualitas air serta sensor hcsr yang mengukur

Antara yang jelas dapat diperhatikan adalah amalan-amalan berikut yang kini mula menjadi norma dalam kalangan masyarakat Islam di Malaysia iaitu, amalan menyalakan api

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -