PERILAKU WUS TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT OSTEOPOROSIS DI KELURAHAN BERINGIN
KECAMATAN MEDAN SELAYANG KOTA MEDAN TAHUN 2010
SKRIPSI
OLEH
NIM. 061000041 HELVANA PRATAMI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERILAKU WUS TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT
OSTEOPOROSIS DI KELURAHAN BERINGIN
KECAMATAN MEDAN SELAYANG
KOTA MEDAN TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
NIM. 061000041
HELVANA PRATAMI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul:
PERILAKU WUS TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT OSTEOPOROSIS DIKELURAHAN BERINGIN
KECAMATAN MEDAN SELAYANG KOTA MEDAN TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh
NIM. 061000041 HELVANA PRATAMI
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Juli 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi) (
NIP 19680616 199303 2 003 NIP 19670613 199303 140 Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi)
Penguji II Penguji III
(Ernawati Nasution, SKM, MKes)
NIP 19700212 199501 2 001 NIP 19620529 198903 2 001
(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes)
Medan, Juli 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan,
ABSTRAK
Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang dimana terjadi pengurangan yang sangat cepat dalam pembentukan massa tulang. Osteoporosis lebih berisiko pada wanita daripada pria, oleh karena itu tindakan pencegahannya harus dilakukan sejak dini terutama oleh wanita usia subur (WUS).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku WUS berkenaan dengan pencegahan penyakit osteoporosis di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua WUS yang berada di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang. Sampel berjumlah 95 orang, yang dipilih secara purposif, kriteria WUS adalah mereka yang sudah menikah sebab kebutuhan kalsium mereka lebih banyak.
Dari penelitian didapatkan 67,4% pengetahuan WUS berada pada kategori baik, 56,8% mempunyai sikap dengan kategori baik dan sebanyak 53,7%. tindakan responden dikategorikan baik. Dari hail uji chi square didapatkan hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan dan sikap WUS.
Disarankan agar petugas kesehatan berperan aktif dalam mensosialisaikan penyakit osteoporosis, selain itu WUS harus secara rutin melakukan olahraga dan mengonsumsi susu untuk tindakan pencegahan penyakit osteoporosis.
ABSTRACT
Osteoporosis is a metabolic bone diseases in which the reabsorption rate exceeds in bone mass formation. Osteoporosis is more risk to the woman than man, so that preventive action should be done early, especially by the WUS (woman in reproductive age).
The purposive of this research is to know the WUS behavior regarding to prevention of osteoporosis in Beringin Village Medan Selayang Sub-District. This research is descriptive study with cross-sectional design. The population of the study was all WUS that living at Beringin Village, Medan Selayang Sub-District. Through the purposive sampling technique there are 95 WUS were selected to be the sample. The criteria of WUS was those who have married because they need more calsium.
The result of research showed that 67.4% WUS knowledge is in the good category, 56.8% had a good attitude and as many as 53.7%. WUS categorized as good practice. The data obtained were analyzed by using Chi-square test and from the result of test showed that there was a significant relationship between education and knowledge and so do attitudes of WUS.
It is recommended to socialization this disease it is need support of the active role of health workers, in addition WUS must routinely exercise and consume more milk to occurance of osteoporosis.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Helvana Pratami
Tempat/ Tanggal Lahir : Padang, 05 Februari 1988
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Nama oranng Tua : Rizal dan Nefrida (Almh)
Anak ke : 1(pertama) dari 2 (dua) bersaudara
Alamat Rumah : Jln. Pemuda No. 13C Bukittinggi Sumatera Barat
Riwayat Pendidikan
1. TK Angkasa Padang Sumatera Barat (1993-1994)
2. SD Negeri No.32 Bungo Pasang Padang Sumatera Barat (1994-2000) 3. SMP Negeri 13 Padang Sumatera Barat (2000-2003)
4. SMA Negeri 1 Padang Sumatera Barat (2003-2006)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Perilaku WUS Terhadap Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010 adalah wujud
persembahan penulis atas ilmu yang diperoleh selama ini khususnya di FKM-USU.
Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Y.
Aritonang MSi selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian
MSi selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang dalam penulisan skripsi ini telah
banyak meluangkan waktu serta penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan
masukan kepada penulis.
Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Jumirah Apt. Mkes, selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Mayarakat
3. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen penguji II dan Ibu Dr. Ir.
Zulhaida Lubis M.Kes selaku dosen penguji III yang telah banyak memberikan
kritik dan saran yang dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Drs. Eddy Syahrial MS, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
6. Terima kasih kepada Bapak Zul Ahyudi Solin AP, MSi, selaku Lurah Kelurahan
Beringin yang telah memberikan izin penelitian dan pengambilan data kepada
penulis di wilayah penelitian.
7. Teristimewa untuk orangtuaku, ayahanda dan ibunda yang telah membesarkan,
mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang dan tak henti mendoakan
penulis hingga skripsi ini terselesaikan.
8. Untuk adikku tersayang Dimas Nugraha, yang selalu menjadi semangat bagi
penulis, terima kasih atas doa dan dorongan.
9. Terima kasih untuk nenek, tante, oom dan sepupuku yang telah memberi
dorongan, bantuan dan doanya untuk kelancaran skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku Dini, Minda, Liza, Azmi, Pha-en, Aulia, Deri, Yati, Geni,
Ade, Bang Ade Nst dan Ni Suci yang telah memotivasi dan memberi semangat
kepada penulis.
11. Terima kasih kepada Abdul Mukhlis yang telah memberi semangat, motivasi dan
12. Teman-teman FKM stambuk 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan
teman-teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang memberikan semangat
dan masukan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.
Medan, Juli 2010 Penulis
3.5. Definisi Operasional... 25
5.4. Hubungan Perilaku Dengan Karakterisrik WUS ... 61
5.4.1. Hubungan Pengetahuan Dengan Karakteristik WUS .. 61 Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jumlah Konsumsi Kalsium Yang Dianjurkan
Tabel 2.2. Sumber Makanan Kalsium
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Beberapa Pertanyaan Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
Tabel 4.7. Distribusi Sikap Responden Terhadap Beberapa Pernyataan Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Beberapa
Pertanyaan Mengenai Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
Tabel 4.10. Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Sikap Responden Tentang Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
Tabel 4.11.Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Tindakan Responden Tentang Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
Tabel 4.13. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Karakteristik Responden Tentang Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan
Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
Tabel 4.14. Hubungan Antara Sikap Dengan Karakteristik Responden Tentang Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
ABSTRAK
Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang dimana terjadi pengurangan yang sangat cepat dalam pembentukan massa tulang. Osteoporosis lebih berisiko pada wanita daripada pria, oleh karena itu tindakan pencegahannya harus dilakukan sejak dini terutama oleh wanita usia subur (WUS).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku WUS berkenaan dengan pencegahan penyakit osteoporosis di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua WUS yang berada di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang. Sampel berjumlah 95 orang, yang dipilih secara purposif, kriteria WUS adalah mereka yang sudah menikah sebab kebutuhan kalsium mereka lebih banyak.
Dari penelitian didapatkan 67,4% pengetahuan WUS berada pada kategori baik, 56,8% mempunyai sikap dengan kategori baik dan sebanyak 53,7%. tindakan responden dikategorikan baik. Dari hail uji chi square didapatkan hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan dan sikap WUS.
Disarankan agar petugas kesehatan berperan aktif dalam mensosialisaikan penyakit osteoporosis, selain itu WUS harus secara rutin melakukan olahraga dan mengonsumsi susu untuk tindakan pencegahan penyakit osteoporosis.
ABSTRACT
Osteoporosis is a metabolic bone diseases in which the reabsorption rate exceeds in bone mass formation. Osteoporosis is more risk to the woman than man, so that preventive action should be done early, especially by the WUS (woman in reproductive age).
The purposive of this research is to know the WUS behavior regarding to prevention of osteoporosis in Beringin Village Medan Selayang Sub-District. This research is descriptive study with cross-sectional design. The population of the study was all WUS that living at Beringin Village, Medan Selayang Sub-District. Through the purposive sampling technique there are 95 WUS were selected to be the sample. The criteria of WUS was those who have married because they need more calsium.
The result of research showed that 67.4% WUS knowledge is in the good category, 56.8% had a good attitude and as many as 53.7%. WUS categorized as good practice. The data obtained were analyzed by using Chi-square test and from the result of test showed that there was a significant relationship between education and knowledge and so do attitudes of WUS.
It is recommended to socialization this disease it is need support of the active role of health workers, in addition WUS must routinely exercise and consume more milk to occurance of osteoporosis.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak, meskipun kadang bisa
dicegah atau dihindari (Foster, 2006).
Seiring dengan kemajuan pembangunan nasional yang dilaksanakan di
Indonesia, terjadi transisi demografi, epidemiologi dan sosial ekonomi dengan akibat
peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup dan perubahan pola penyakit di
masyarakat yang mengarah ke penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya
hidup atau perilaku modern. Akibat pengaruh globalisasi, kenaikan pendapatan dan
perubahan lingkungan akibat peningkatan polusi dari industri membawa pengaruh
pada pola penyakit (Yuniarti,1999).
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan.
Keinginan semua orang adalah bagaimana menjalani hari tua yang berkualitas. Hal
ini dapat dipertimbangkan mengingat usia harapan hidup penduduk semakin
meningkat. Di Indonesia sendiri tahun 1999-2000 rata-rata usia hidup adalah 64-67
tahun, tahun 2000-2005 akan meningkat menjadi 67-68 tahun (Anonim, 2000). Pada
tahun 2008 usia harapan hidup Indonesia meningkat menjadi 70,7 tahun (Anonim,
2009)
Dengan naiknya angka harapan hidup orang Indonesia, maka jumlah lansia
osteoporosis yang akan menjadi masalah besar di masa yang akan datang (Sartono,
2005). Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua di bawah penyakit
jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Saat ini osteoporosis telah menjadi
issue global dalam bidang kesehatan. Di negara berkembang insidensi osteoporosis
terus meningkat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup (Saraswati, 2000).
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata
yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Orang yang menderita penyakit ini
menunjukkan keadaan tulang menjadi tipis, rapuh dan akhirnya menjadi patah.
Osteoporosis merupakan masalah kesehatan yang serius karena hampir 1 dari 4
wanita berusia diatas 65 tahun, 1 dari 2 wanita berusia diatas 80 tahun dan 1 dari 10
wanita berusia diatas 80 tahun akan mengalami penyakit ini (Lane, 2001).
Risiko osteoporosis semakin meningkat mengingat gaya hidup penduduk
Indonesia antara lain: menghindari panas, terik matahari akibat takut kulit menjadi
hitam, menggunakan sunblock dan menggunakan pendingin ruangan (AC) dalam
ruangan tertutup serta kaca berlapis anti panas, mengakibatkan paparan sinar matahari
ke kulit menjadi sedikit sehingga tubuh mengalami kekurangan vitamin D (Ayu,
2004).
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Penyebabnya adalah pengaruh
hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
Untuk mencukupi kebutuhan kalsium tersebut maka tubuh mengambil simpanan
kalsium dari tulang. Akibatnya beberapa bagian tulang menjadi kosong dan bagian
Data terbaru dari International Osteoporosis Foundation (IOF) menyebutkan
sampai tahun 2000 diperkirakan dua ratus juta wanita mengalami osteoporosis. Setiap
tahun jumlahnya akan terus meningkat. Data Badan Kesehatan Amerika Serikat tahun
1997 memperkirakan sekitar 25 juta penduduk Amerika Serikat menderita
osteoporosis dan 80% diantaranya adalah wanita (Hartono, 2000).
Hasil dari beberapa penelitian menyatakan bahwa 30-40% kehidupan wanita
akan mengalami fraktur, sedangkan pada pria hanya sebesar 13% (Lane,2001). Di
Amerika Serikat kasus patah tulang osteoporosis mencapai 1,5 juta orang. Angka
tersebut diperkirakan meningkat pada 2020 (Anonim, 2004). Dari hasil The Asian
Audit Epidemiology, Cost & Burden Osteoporosis in Asia 2009 yang diluncurkan IOF dalam empat dekade terakhir penderita patah tulang pinggul meningkat hingga
300% (Anonim, 2008). Di Indonesia jumlah wanita usia lanjut pada tahun 2000
bertambah sebanyak 15,5 juta orang. Yang berisiko patah tulang osteoporosis sebesar
14,7 persen. Dari angka ini yang mengalami fraktur osteoporosis sebanyak 227.850
orang.
Sejak tahun 1999-2002 telah dilakukan penelitian di Indonesia di 14 propinsi
bahwa wanita dengan tulang keropos lebih banyak (21,74%) dibandingkan dengan
pria (14,8%). Dari hasil analisa dari Puslitbang Gizi dan Makanan Departemen
Kesehatan melaporkan bahwa masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai
tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%. Resiko ini dijumpai pada 14 propinsi dan
5 propinsi di antaranya memiliki resiko osteoporosis tertinggi yaitu Sumatera Selatan
(27,7%), Jawa Tengah (24,02%), Daerah Istimewa Yogyakarta (23,5%), Sumatera
osteoporosis terendah adalah Kalimantan Timur (10,5%) (Depkes RI, 2004). Dari
laporan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), sebanyak 41,8% pria dan
90% wanita sudah memiliki gejala osteoporosis. Sedangkan 28,8% pria dan 32,3 %
wanita sudah menderita osteoporosis (Anonim, 2008).
Tahun 1999-2002 di Sumatera Utara risiko osteoporosis mancapai 22,82%
dan menjadi penyakit berbahaya terutama pada wanita menopause. Ditemukan 89
kasus (usia antara 17-30 tahun) akibat kecelakaan lalu lintas dan pada usia diatas 40
tahun ditemukan sebanyak 25 kasus ini juga akibat kecelakaan lalu lintas di Rumah
Sakit Umum Kisaran pada tahun 2004 (Ayu, 2004). Data di Rumah Sakit Umum dr.
Pirngadi Medan menyebutkan jumlah penderita patah tulang pada tahun 2008
sebanyak 174 orang. Selain itu berdasarkan data di Rumah Sakit Adam Malik Medan
dijumpai 6 kasus penyakit osteoporosis yang tercatat dari bulan Mei 2009-Juni 2010.
Penelitian yang dilakukan oleh Zega terhadap staf pegawai dan staf pengajar
Universitas Sumatera Utara (USU) pada tahun 2007, menunjukkan bahwa masih
rendahnya konsumsi susu kalsium dimana hanya 33,70%. Selain itu, sebanyak
77,17% staf pengawai dan staf pengajar jarang mengkonsumsi makanan yang tinggi
kandungan kalsiumnya (Zega ,2007).
Seiring berkembangnya zaman, sekarang ini penyakit osteoporosis bukan
hanya beresiko pada wanita yang sudah menopause tetapi juga wanita usia subur
(WUS). WUS berdasarkan konsep Departemen Kesehatan (2006) adalah wanita
dalam usia reproduktif, yaitu usia 15-49 tahun baik yang berstatus kawin, janda,
Osteoporosis menjadi suatu ancaman bagi WUS terlebih lagi akibat adanya
perubahan gaya hidup dan rendahnya pengetahuan WUS mengenai pencegahan
penyakit khusus seperti osteoporosis. Gejala yang ditimbulkan osteoporosis tidak
dapat dideteksi, sehingga banyak wanita menganggap bahwa keadaan tulang mereka
masih sempurna. Dari data yang diperoleh diatas banyak orang yang beresiko
menderita osteoporosis. Untuk itu diperlukannya upaya pencegahan dini, antara lain
dengan mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan
pengobatannya tepat dan segera (Ayu, 2004).
Tujuan utama dari pencegahan dini adalah agar dapat dilakukan pengobatan
yang setepat-tepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan
sempurna dan mencegah terjadinya kecatatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
Pengobatan yang tepat dan cepat perlu dilakukan mengingat pengobatan yang
terlambat akan mengakibatkan usaha penyembuhan menjadi lebih sulit.
Kelurahan Beringin merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Medan
Selayang yang berada di Kota Medan. Letak wilayah yang berada di ibukota provinsi
dan strategis menjadikan masyarakat di daerah ini mudah mendapatkan informasi
baik formal maupun informal. Jumlah WUS pada wilayah ini cukup tinggi sehingga
dikhawatirkan berisiko terkena penyakit osteoporosis. Data mengenai penderita
penyakit osteoporosis tidak tercatat di puskesmas setempat, alasannya penyakit
osteoporosis bukan penyakit penyakit menular.
Berdasarkan hasil observasi awal dengan cara wawancara pada beberapa
WUS, peneliti memperoleh kesimpulan sementara bahwa tindakan WUS masih
mengenai pencegahan osteoporosis meliputi kurangnya olahraga, perubahan gaya
hidup seperti mengkonsumsi makanan cepat saji, merokok, kurang mengkonsumsi
makanan yang berkalsium tinggi dan tidak mengkonsumsi susu kalsium. Beberapa
lansia di daerah ini juga menunjukkan ciri-ciri terkena penyakit osteoporosis yaitu
bentuk tubuh membungkuk. Selain itu di wilayah kerja puskesmas setempat belum
pernah dilakukan pemerikasaan kepadatan tulang dan alat pemeriksa tulang yang
belum tersedia.
Dari uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai perilaku
WUS terhadap pencegahan penyakit osteoporosis di Kelurahan Beringin Kecamatan
Medan Selayang tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku WUS terhadap
pencegahan penyakit osteoporosis di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan
Selayang Kota Medan Tahun 2010.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran perilaku WUS terhadap pencegahan penyakit
osteoporosis di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun
2010.
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan WUS terhadap pencegahan penyakit
osteoporosis di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan
tahun 2010.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap WUS terhadap pencegahan penyakit
osteoporosis di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan
tahun 2010.
3. Untuk mengetahui gambaran tindakan WUS terhadap pencegahan penyakit
osteoporosis di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan
tahun 2010.
4. Untuk melihat hubungan antara karakteristik WUS dengan pengetahuan, sikap
dan tindakan WUS terhadap pencegahan penyakit osteoporosis di Kelurahan
Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan tahun 2010.
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagai bahan informasi bagi para wanita khususnya WUS dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Penyakit Osteoporosis 2.1.1. Osteoporosis
Menurut Hartono (2000) osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya
masa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Akibatnya
tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Menurut Dr. Robert P. Heaney dalam Reitz
(1993) penyakit osteoporosis paling umum diderita oleh orang yang telah berumur,
dan paling banyak menyerang wanita yang telah menopause.
Osteoporosis merupakan penyakit metabolik tulang atau disebut juga
penyakit tulang rapuh atau tulang keropos. Osteoporosis diistilahkan juga dengan
penyakit silent epidemic karena sering tidak memberikan gejala hingga akhirnya
terjadi fraktur (patah) (Dalimartha, 2002).
Lokasi patah tulang yang sering terjadi adalah di daerah bongkol tulang paha
atas, tulang belakang dan di daerah tulang lengan bawah. Kondisi ini erat kaitannya
dengan posisi beban yang dipikul oleh tulang tersebut. Selain itu sikap tubuh yang
salah saat berdiri, berjalan ataupun mengangkat barang akan memberi tekanan yang
berlebihan pada struktur tulang yang keropos (Hartono, 2000).
Cara terbaik untuk membangun tulang yang sehat sebelum menopause adalah
dengan mengonsumsi makanan yang kaya kalsium dan mendapatkan standarnya
800-1000 mg kalsium/hari. Hormon seks wanita yaitu estrogen bisa mencegah kehilangan
menyebabkan kehilangan tulang lebih besar pada tahun setelah menopause
(Llewellyn-Jones ,2005).
2.1.2 Faktor Resiko Osteoporosis
Faktor risiko terjadinya osteoporosis antara lain faktor genetik, nutrisi
(rendahnya asupan kalsium, magnesium, dan fosfor, sering minum alkohol, kopi,
mengonsumsi garam berlebih serta protein yang berlebih), gaya hidup (merokok,
rendahnya aktivitas fisik), pengaruh pola hormon endokrin tertentu khususnya pada
mereka yang memiliki berat badan berlebih, serta penggunaan obat-obatan tertentu
(obat-obat antikejang, pengencer darah, kemoterapi, dll) (Biben, 2009).
2.1.3. Pengelompokan Osteoporosis
Menurut Yatim (2001) ada beberapa jenis osteoporosis, yaitu :
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer dikelompokkan atas dua, yaitu osteoporosis tipe 1 dan
osteoporosis tipe 2. Osteoporosis tipe 1 disebut juga osteoporosis idiopatik, bisa
terjadi pada orang dewasa, baik pria maupun wanita. Sedangkan osteoporosis tipe 2
disebut juga senileosteoporosis, banyak terjadi pada usia diatas 70 tahun, kejadiannya
pada wanita 2 kali lebih banyak dibandingkan pada pria dengan usia yang sama.
Proses terjadinya akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan makin
bertambahnya usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan
pembentukan regenerasi sel tulang yang baru.
Faktor resiko osteoporosis sekunder adalah gangguan hormon, pengaruh dari
zat kimia seperti nikotin yang terdapat pada rokok, obat tidur, corticosteroid dan
pengaruh dari penyakit lain. Jenis penyakit lain yang dapat mempercepat terjadinya
ostoeporosis adalah diabetes mellitus, pembesaran kelenjar tiroid (hipertiroidisme)
dan penyakit saraf (Anonim, 2008).
2.1.4. Upaya Pencegahan Osteoporosis
Menurut Bustam (1997) upaya untuk memberikan pengobatan secara khusus
telah dilakukan dengan segala upaya namun hasil yang diperoleh belum sesuai
dengan harapan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat ini. Upaya
pencegahan yang menyeluruh mulai dari upaya pendidikan kesehatan masyarakat
sampai upaya rehabilitasi perlu diberikan.
Ada berita baik terhadap osteoporosis dan gejala yang terkait dengannya
seperti kehilangan tinggi badan, postur membungkuk dan tulang rapuh sering kali
dianggap sebagai hal normal dari proses penuaan, sekarang dapat dipertimbangkan
sebagai sesuatu yang dapat dicegah. Mengidentifikasi dan mengerti faktor resiko diri
sendiri penting bagi pencegahan osteoporosis dan kita memiliki kekuasaan untuk
mengendalikannya seperti merokok, diet yang buruk dan aktifitas fisik yang tidak
cukup (Tagliaferri, 2007).
Menurut Hartono (2000) pencegahan osteoporosis dapat dimulai dengan
menerapkan pola hidup sehat. Informasi tentang pencegahan osteoporosis ini dapat
diketahui melalui media elektronik (radio, televisi) ataupun media cetak (majalah,
Hal yang dapat dilakukan dalam tindakan pencegahan osteoporosis adalah
sebagai berikut :
1. Mencukupi Konsumsi Kalsium
Ada tiga fase dalam kehidupan perempuan, yang pertama adalah fase
pertumbuhan (dibawah usia 20 tahun). Fase ini merupakan masa yang paling baik
untuk pertumbuhan tulang. Masa ini disebut puncak massa tulang, di mana tulang
mengalami masa pembentukan kepadatan yang paling tinggi. Fase kedua yaitu
reproduksi (30-50 tahun), di mana pada masa ini tulang membutuhkan kalsium yang
sangat tinggi karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Pada fase ini juga
terjadi puncak kepadatan tulang, yaitu sekitar usia 25-35 tahun. Pada fase ini kalsium
lebih banyak keluar daripada yang masuk. Selanjutnya adalah fase menopause (di
atas usia 50 tahun), pada masa ini terjadi kepadatan tulang yang sangat cepat
sehingga tulang kehilangan hormon esterogen yang berfungsi membentuk tulang
(Anonim, 2008). Untuk mempertahankan aktifitas dan memastikan fungsi tepat dari
proses remodeling tulang, kita harus secara teratur mengkonsumsi sejumlah kalsium
yang cukup dengan diet yang baik atau melalui tambahan.
Dengan selalu menjaga jumlah kalsium yang cukup dapat menghindarkan
orang dari resiko rapuh tulang dan retak tulang akibat osteoporosis. Cara yang paling
efektif dalam memanfaatkan kalsium adalah dengan mengkonsumsi jumlah kalsium
yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Apabila kebutuhan kalsium tubuh tidak
tercukupi, tubuh akan mengisap kalsium dari kerangka tubuh untuk mempertahankan
fungsi vital ini. Bila asupan kalsium tidak mencukupi dalam jangka waktu lama,
Untuk menunjang kesehatan tulang dan aktifitas tubuh yang lain setiap
individu tidak memiliki kebutuhan yang sama. Usia dan kondisi kesehatan menjadi
faktor yang menentukan. Untuk mencukupi kebutuhan kalsium perlu diperhatikan
produk pangan yang dimakan (Tagliaferri, 2007). Cara yang paling efektif adalah
dengan menyesuaikan kebutuhan sehari-hari kalsium. Berikut akan disajikan dalam
bentuk tabel jumlah konsumsi harian kalsium berdasarkan umur dan beberapa jenis
makanan yang mengandung kalsium tinggi.
Tabel 2.1. Jumlah Konsumsi Kalsium Harian Yang Disarankan Kelompok Populasi Umur Jumlah (mg/hari)
Bayi 0 – 6 bulan 400
7 - 12 bulan 600
Anak-anak 1 – 3 tahun 800
4 – 6 tahun 800
7 – 10 tahun 800
11 – 14 tahun 1200
15 – 18 tahun 1200
Dewasa 19 – 24 tahun 1200
25 – 50 tahun 800
> 50 tahun 800
Bumil 1200
Busui 1200
Tabel 2.2 Sumber Makanan Kalsium
13. Salmon kalengan dalam tulang 180 1 cangkir
14. Brokoli tangkai 160-170 1 cangkir
15. Es krim 176 150 gr
Sumber : Disadur dari Greenwood, S, 1992. Menopause Naturally (edisi revisi), Volacano. CA: Volcano Press, dalam Ernes, 2006. Tips Kesehatan (revisi), Restu Agung, dalam Octavia, R, 2007. Pola Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Kalsium Pada Ibu Rumah Tangga di Asrama Polisi Pasar Merah Medan, Skripsi FKM-USU
2. Cukup Konsumsi Vitamin D
Vitamin D adalah nutrisi yang sama pentingnya bagi tulang yang sehat.
Pengaruh vitamin D dalam memperlambat proses terjadinya osteoporosis sangatlah
meningkatkan penyerapan mineral kalsium dari sistem pencernaan serta mengurangi
pembuangannya dari ginjal.
Kita mendapatkan sedikit vitamin D dari diet (dari suplemen) dan vitamin D
juga dibuat di kulit melalui paparan langsung pada matahari. Sumber vitamin D
utama dalam makanan adalah produk susu fortified, kuning telur, ikan air asin dingin,
dana makanan laut seperti atlantic makerel, halibut, herning, salmon, udang dan tuna
(Tagliaferri, 2007).
Kemampuan memproduksi vitamin D melalui kulit berkurang dengan
bertambahnya usia. Untuk itu diperlukan tambahan makanan yang cukup
mengandung vitamin D, seperti susu dan produk olahannya. Dosis harian vitamin D
adalah 400 IU. Dosis ini dapat ditingkatkan hingga 800 IU, terutama jika tidak cukup
mendapat vitamin D dari makanan atau kurang terpapar sinar matahari.
3. Penggunaan Bhiposponat
Keuntungan bhiposponat adalah kemampuannya untuk mencegah
berkurangnya tulang. Bhiposponat mempengaruhi atau membatasi reapsorpsi tulang
dengan menduduki permukaan tulang dan mencegah sel osteoclast, yang
menguraikan tulang agar tidak melekat pada tulang atau tidak melepaskan enzim
yang melarutkan tulang (Lane, 2001).
Golongan bhiposponat adalah Risedronate, Alendronate, Pamidronate,
Clodronate, Zoledronate (Zoledronic acid), Asam Ibandronate. Alendronat berfungsi
sebagai mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause,
mengurangi angka kejadian patah tulang. Dengan densitrometry tulang, resiko
osteoporosis dapat dideteksi dan perawatan dapat dimulai (Dalimartha, 2002).
4. Olahraga Yang Teratur
Osteoporosis selama ini diidentikkan dengan penyakit orang tua, padahal
tanpa olahraga teratur, osteoporosis juga bisa menyerang usia muda. Kesibukan dari
rutinitas sehari-hari terkadang membuat banyak orang berpikir dua kali untuk
berolahraga (Siswono, 2008)
Tidak dapat dipungkiri bahwa olahraga besar manfaatnya untuk tubuh.
Olahraga dapat menurunkan konsentrasi lemak di dalam darah, selain itu juga dapat
mencegah penyakit jantung dan mengandung efek positif bagi kesehatan tulang.
Dengan berolahraga bukan hanya kekuatan otot yang terpelihara, tetapi bagian dalam
tulang (sumsum tulang) juga dipicu aktif untuk menghasilkan sel-sel darah merah.
Kedua kondisi ini akan menyebabkan berkurangnya pengambilan senyawa kalsium
dari tulang (Hartono, 2000).
Gaya hidup yang pasif cenderung mengurangi massa tulang. Olahraga yang
berat dapat mempertahankan masa tulang dan olahraga yang teratur mengurangi
resiko patah tulang panggul (Lane, 2001).
5. Memperbaiki Kebiasaan Hidup
Kebiasaan-kebiasaan hidup yang buruk seperti merokok, minum-minuman
beralkohol dapat mempengaruhi kesehatan. Belum diketahui secara pasti merokok
dapat mempengaruhi terjadinya penyakit osteoporosis. Ada dugaan zat-zat dalam
rokok seperti tembakau dapat meracuni tulang, mempengaruhi hormon estrogen
dengan kebiasaan merokok. Studi epidemiologi menunjukkan tiga perempat kasus
osteoporosis muncul pada wanita perokok (Khomsan, 2003).
Hasil penelitian Krall dan Dawson-Hughes (1999), yang dilakukan pada pria
dan wanita manula, menunjukkan bahwa kebiasaan merokok berkaitan dengan
kerapuhan tulang pada pangkal paha dan seluruh tubuh dan salah satu faktor yang
berkontribusi adalah kurang efisiennya absorpsi kalsium. Selanjutnya hasil penelitian
Vogt (1999), menemukan adanya zat antiestrogenik akibat merokok yang berperanan
penting pada kerusakan tulang (Suryono, 2009).
2.1.5. Tindakan Pengobatan
Bagi penderita osteoporosis tindakan pengobatan yang dapat dilakukan berupa
obat anti sakit, alat bantu (berupa kursi roda, tongkat penyangga dan peralatan
fisioterapi dan produksi tulang), istirahat dan kesabaran dokter maupun penderita
karena penyembuhannya sangat lambat dan membutuhkan waktu (Ayu, 2004).
Menurut Lane (2001) biaya tatalaksana patah tulang osteoporosis di Inggris
tercatat 942 juta poundsterling per tahun dan cenderung meningkat. Di Amerika,
tatalaksana patah tulang osteoporosis diperkirakan mencapai 10-15 milyar dollar
pertahun. Sedangkan di Indonesia belum ada catatan pasti mengenai biaya
2.1.6. Pola Makan dan Osteoporosis
Berdasarkan hasil penelitian Tucker et al. dalam Suryono (2002, 2008), pola
makan yang lebih banyak buah dan sayuran dapat mempertahankan tulang dari
kerusakan, sedangkan banyak mengonsumsi manisan diketahui mempunyai
kepadatan tulang yang rendah baik pada pria maupun wanita manula (umur 69 – 93
tahun).
Hasil penelitian Sellmeyer et al. dalam Suryono (2001, 2008), menyebutkan
bahwa wanita usia tua (>65 tahun) dengan konsumsi bahan pangan yang lebih tinggi
protein hewani daripada nabati lebih cepat menderita keropos tulang paha dan lebih
besar menderita risiko kerusakan tulang panggul daripada yang mengonsumsi lebih
rendah pangan hewani. Kenyataan ini menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi
protein nabati (sayuran) dan penurunan asupan protein hewani akan dapat
menurunkan kerapuhan tulang dan resiko kerusakan tulang panggul.
Konsumsi kopi dilaporkan dapat menyebabkan adanya resiko tinggi dalam
pengurangan massa tulang pada wanita. Akan tetapi, pada umumnya studi hanya
memfokuskan perhatian pada kandungan kafein yang ada. Sedangkan pada teh, yang
juga mengandung kafein, mempunyai kandungan zat yang lain seperti flavonoid,
yang dapat mempengaruhi massa tulang dengan cara yang berbeda (Suryono, 2008).
2.2. Perilaku Pencegahan Penyakit
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
diamati secara langsung (Notoadmodjo, 2007). Perilaku menurut Mantra dalam
Emmy (1994, 2007) adalah respon (tanggapan) individu yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya.
Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam
Notoatmodjo (2007), perilaku manusia dibagi ke dalam tiga domain yaitu kognitif
(cognitive), efektif (affective), dan psikomotor (pshycomotor). Dalam
perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan, yakni :
1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude).
3. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubngan dengan materi
pendidikan yang diberikan (practice).
2.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah info, fakta, hukum prinsip, proses dan kebiasaan yang
terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman.
Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak
dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya ataupun pengetahuan diperoleh
langsung melalui catatan-catatan (buku – buku, kepustakaan). Pengetahuan
merupakan hasil aktifitas tertentu. Semakin sering kita menghadapi tuntutan
persiapan kita dimodifikasi dengan realita baru dalam lingkungan (Jalaluddin dan
Abdullah, 2002).
Prevelensi penyakit osteoporosis di Indonesia lebih tinggi dibandingkan
dengan dunia. Yang menyebabkan tingginya jumlah penderita osteoporosis di
Indonesia adalah rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ini. Hal ini
disebabkan karena rendahnya pendidikan, kurangnya informasi tentang osteoporosis
dan bertambahnya usia (Darwis, 2008).
Pengetahuan osteoporosis ini meliputi pengetahuan mengenai pencegahan
penyakit itu sendiri. Orang yang telah menderita penyakit osteoporosis sebelumnya
tidak mengetahui bagaimana awal terjadinya penyakit ini. Masyarakat awalnya tidak
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakit osteoporosis. Sebagian
masyarakat hanya mengetahui bahwa penyakit osteoporosis adalah penyakit yang
menyerang tulang. Masyarakat tidak mengetahui seberapa besar resiko osteoporosis
yang dialami oleh wanita terlebih lagi setelah memasuki masa menopause dengan
asupan kalsium yang kurang disaat remaja (Suryono, 2009). Pengetahuan masyarakat
mengenai pencegahan penyakit osteoporosis hanya sebatas mengonsumsi susu secara
teratur setiap harinya. Karena pada umumnya masyarakat hanya mengetahui sumber
kalsium hanya terdapat di dalam susu (Anonim, 2008).
Dari hasil penelitian, pengetahuan wanita menopause terhadap pencegahan
osteoporosis yang dilakukan di Kota Madiun didapatkan bahwa sebagian besar (63%)
responden memiliki pengetahuan buruk dan sebagian kecil (37%) responden memiliki
Semarang Barat. Dari hasil penelitian didapatkan pengetahuan responden tentang
osteoporosis terbanyak berkategori sedang (43.2%) (Hapsari, 2000).
2.2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat
dan emosi yang bersangkutan (senang/tidak senang, setuju/tidak setuju, baik/tidak
baik dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2007).
Sikap seseorang terhadap pencegahan penyakit osteoporosis menentukan
bagaimana seseorang itu bertindak dalam hal pencegahan penyakit itu sendiri.
Meskipun tingkat pengetahuan ibu rumah tangga rendah terhadap pencegahan
osteoporosis namun sikap ibu rumah tangga baik terhadap pencegahan osteoporosis.
Akan tetapi, sebagian besar ibu rumah tangga tidak setuju apabila pencegahan
osteoporosis harus dilakukan oleh semua wanita (Ayu, 2004).
2.2.3. Tindakan
Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari
tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh
suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Tindakan pencegahan osteoporosis seiring dengan tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai pengetahuan pencegahan penyakit osteoporosis itu sendiri
yang telah menderita penyakit ini tetapi bagi siapa saja. Penyakit ini bersifat silent
epidemic, di mana datangnya penyakit ini tidak dapat dipastikan (Dalimartha, 2002).
Cara yang paling tepat untuk mencegah osteoporosis adalah melalui upaya
pencegahan sedini mungkin dengan membudayakan Perilaku Hidup Sehat yang
intinya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium, berolahraga secara
teratur, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol (Anonim, 2008).
Pendidikan sangat penting diberikan tidak hanya untuk pasien yang telah
terdeteksi dengan penyakit osteoporosis tetapi juga untuk semua wanita, termasuk
remaja puteri. Pasien dianjurkan untuk mencukupi jumlah konsumsi kalsium dan
vitamin D yang terdapat pada makanan atau suplemen yang dikonsumsi setiap
harinya. Selain itu pencegahan osteoporosis juga meliputi pengurangan merokok,
alkohol dan kafein. Melakukan latihan teratur setiap harinya juga sama pentingnya
(Zychowicz, 2003).
2.3. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Pengetahuan WUS
Sikap WUS
Tindakan WUS terhadap pencegahan penyakit osteoporosis
Karakteristik WUS
− Umur
− Pendidikan − Pekerjaan
Berdasarkan kerangka konsep di atas karakteristik WUS dapat mempengaruhi
terbentuknya pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pencegahan penyakit
osteoporosis. Karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) WUS akan
membentuk pengetahuan WUS, selanjutnya pengetahuan yang dimiliki WUS akan
mempengaruhi sikap dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap tindakan
pencegahan. Sementara itu, pengetahuan juga bisa langsung mempengaruhi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong-lintang
untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku WUS tentang penyakit osteoporosis
di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota
Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian di daerah ini adalah masih rendahnya
tindakan pencegahan osteoporosis yang dilakukan WUS seperti jarang olahraga,
adanya perubahan gaya hidup (merokok dan mengkonsumsi makanan cepat saji) dan
jarang mengkonsumsi susu.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Bulan Juni 2010.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WUS yang berusia
15 - 49 tahun yang berada di Kelurahan Beringin yang berjumlah 1647 orang.
3.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dan
n = N
1+ N (d2) Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi (1647 orang)
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
Maka : n = 1647
1 + 1647(0,1)2 n = 94,2 ≈ 94
Maka jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 95 orang.
Teknik pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan
kriteria WUS bertempat tinggal di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang
yang berumur antara 15-49 tahun dan telah menikah. Hal ini dikarenakan kebutuhan
kalsium wanita yang telah menikah lebih banyak dibandingkan dengan yang belum
menikah terlebih lagi wanita tersebut sedang hamil atau dalam masa menyusui.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer yang digunakan adalah pengetahun, sikap dan tindakan WUS
tentang penceghan penyakit osteoporosis yang sebelumnya telah dipersiapkan pada
kuesioner dan identitas responden yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari kantor kelurahan yaitu jumlah penduduk dan
agama penduduk.
3.5. Definisi Operasional
1. WUS adalah perempuan yang berusia antara 15 – 49 tahun baik yang belum
menikah, sudah menikah dan janda.
2. Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup WUS yang dihitung sejak ia
lahir sampai ulang tahun terakhirnya.
3. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh WUS.
4. Pekerjaan adalah aktifitas atau kegiatan rutin yang dilakukan oleh WUS setiap
harinya yang menghasilkan uang.
5. Pendapatan adalah besarnya masukan WUS/suami diukur berdasarkan UMR
yang dihitung dengan uang dalam waktu 1 bulan.
a. ≥ UMR: ≥Rp. 1.020.000
b. < UMR: < Rp. 1.020.000
6. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui WUS tentang penyakit
osteoporosis.
7. Sikap merupakan tanggapan WUS tentang penyakit osteoporosis.
8. Tindakan merupakan bentuk nyata tindakan WUS dalam pencegahan penyakit
3.6.Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1. Instrumen
Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan responden terhadap pencegahan
penyakit osteoporosis sebagai WUS yang bertempat tinggal di Kelurahan Beringin
Kecamatan Medan Selayang.
3.6.2. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden
terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan nilai yang ada.
Penilaian dalam penilitian ini dibagi dalam 3 kategori (baik, sedang, kurang) yang
berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden (Arikunto, 2002).
Adapun kategori penilaian dalam penelitian ini antara lain :
- Baik, apabila nilai yang diperoleh > 66% dari nilai tertinggi.
- Sedang, apabila nilai yang diperoleh 33%-66% dari nilai tertinggi.
- Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 33% dari nilai tertinggi.
1. Pengetahuan
Pengetahuan diukur melalui 14 pertanyaan, bila jawaban responden benar
diberi nilai 2, jawaban yang mendekati benar diberi nilai 1, dan jawaban tidak tahu
diberi nilai 0. Sehingga nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 28.
Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklassifikasikan dalam 3 kategori yaitu
- Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >19.
- Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 9–19.
- Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh <9.
2. Sikap
Sikap diukur melalui 15 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman,
responden yang menjawab benar akan diberi nilai 1, sedangkan responden yang
menjawab salah diberi nilai 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden
adalah 15. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklassifikasikan dalam 3
kategori yaitu baik, sedang dan kurang (Arikunto, 2002) :
- Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >10.
- Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 5–10.
- Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh <5.
3. Tindakan
Tindakan diukur melalui 12 pertanyaan, responden yang menjawab benar
diberi nilai 2, jawaban yang mendekati benar diberi nilai 1, dan jawaban tidak tahu
diberi nilai 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 24.
Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklassifikasikan dalam 3 kategori yaitu
baik, sedang dan kurang (Arikunto, 2002) :
- Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh >16.
- Tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh antara 8–16.
- Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh <8.
-4. Food frekuensi
Digunakan untuk mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi responden dalam
satu bulan terakhir, di mana responden memberi tanda ceklist () pada jawaban yang
mereka pilih.
3.7. Teknik Pengolahan Dan Analisa Data 3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan komputer.
Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan kuesioner dengan tujuan agar
data yang masuk dapat diolah secara benar. Setelah data diperoleh, penulis
melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data. Data yang diperoleh
selanjutnya ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
3.7.2. Analisa Data
Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisa secara deskriptif dan di uji secara
statistik dengan menggunakan uji Chi Square dan menggunakan program SPSS 11.5.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis
Kelurahan Beringin mempunyai luas wilayah ± 79 ha, merupakan salah satu
kelurahan di wilayah Kecamatan Medan Selayang yang berada di sebelah Selatan
Kota Medan. Adapun batas wilayah Kelurahan Beringin adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kelurahan Titi Rante
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Kuala Bekala
3. Sebelah Barat : Kelurahan PB Selayang II
4. Sebelah Timur : Kelurahan Sari Rejo
Kelurahan Beringin memiliki 6 lingkungan. Letak kelurahan ini sangat
strategis karena banyak sarana pendukung yang memadai seperti sarana ibadah,
tempat perbelanjaan, angkutan umum, sekolah umum, perguruan tinggi swasta,
apotik, praktek dokter/bidan, sarana hiburan seperti warung internet, game online dan
sarana kecantikan seperti salon.
4.1.2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk Kelurahan Beringin berdasarkan data dari Kantor
Kelurahan Beringin Tahun 2009 adalah sebanyak 12.975 jiwa. Penduduk laki-laki
berjumlah 6.386 jiwa, sedangkan penduduk perempuan berjumlah 6.589 jiwa (Profil
Sebaran agama penduduk di Kelurahan Beringin dapat dilihat pada tabel 4.3.
dibawah ini:
Tabel 4.3. Distribusi Agama Penduduk Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2009
Distribusi karakteristik responden di Kelurahan Beringin dapat dilihat pada
tabel 4.4. dibawah ini :
Berdasarkan tabel 4.4 diatas terlihat bahwa sebanyak 59 orang (51.6%) berada
pada kelompok umur 15-≤32 tahun. Terdapat 51 orang (53.7%) yang memiliki
tingkat pendidikan SMA/sederajat dan hanya 2 orang (2,1%) yang berpendidikan
tamat SD. Dari hasil penelitian sebagian besar responden yaitu 34 orang (35,5%)
tidak bekerja (IRT) dan yang paling sedikit bekerja sebagai buruh dan dosen yaitu
masing-masing sebanyak 1 orang (1,1%). Responden dengan tingkat penghasilan
tinggi yaitu lebih dari Rp. 1.020.000 sebanyak 72 orang (75,8%) dan yang memiliki
penghasilan kurang dari Rp. 1.020.000 sebanyak 23 orang (24,2%).
4.3. Perilaku Responden 4.3.1. Pengetahuan Responden
Distribusi pengetahuan responden mengenai pencegahan penyakit
osteoporosis dapat dilihat pada tabel 4.4. dibawah:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
No. Tingkat Pengetahuan Responden Jumlah (Orang)
Dari hasil penelitian pada tabel 4.5. diatas diketahui bahwa sebanyak 64 orang
(67,4%) memiliki pengetahuan baik dan responden yang mempunyai kategori kurang
hanya 3 orang (3,2%). Dibawah ini akan disajikan tabel distribusi jawaban responden
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pertanyaan Yang Diajukan Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
1. Pengertian Osteoporosis: a. Patah tulang yang disebabkan oleh kekurangan kalsium b. Kerapuhan tulang disebabkan oleh kekurangan kalsium c. Patah tulang karena usia lanjut
16 16,8 72 75,8 7 7,4
Jumlah 95 100,0
2. Orang yang beresiko menderita penyakit osteoporosis: a. Anak-anak yang menderita polio
b. Orang yang sebelumnya memiliki orangtua yang menderita penyakit osteoporosis c. Wanita yang telah berhenti menstruasinya dan kurang berolahraga
13 13,7 19 20,0 63 66,3
Jumlah 95 100,0
3. Penyebab Penyakit Osteoporosis:
a. Kurang mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium b. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berpengawet
c. Mempunyai gaya hidup yang buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol
74 77,9 12 12,6 9 9,5
Jumlah 95 100,0
4. Gejala awal timbulnya penyakit osteoporosis: a.Pegal-pegal dibagian perut b.Pegal dan nyeri dibagian punggung
5. Pencegahan osteoporosis: a. Mengonsumsi kalsium setiap hari sesuai kebutuhan b.Mengonsumsi makanan yang banyak proteinnya
6. Penyakit osteoporosis dapat dipengaruhi oleh penyakit lain: a.Iya b.Tidak
66 69,5 29 30,5
Jumlah 95 100,0
7. Jenis penyakit lain penyebab osteoporosis: a.Pembesaran kelenjar tiroid b.Penyakit saraf
8. Osteoporosis dapat diturunkan kepada anak: a.Dapat b.Tidak dapat
9. Tulang yang rentan osteoporosis: a.Tulang punggung dan tulang pinggul b.Tidak tahu
10. Jenis olahraga untuk mengurangi osteoporosis: a.Olahraga berat seperti angkat beban b.Fitness, basket dan renang c.Lari pagi, jalan cepat dan senam
8 8,4 17 17,9 70 73,7
Jumlah 95 100,0
11. Jenis KB yang membantu pertumbuhan tulang: a.KB suntik b.Semua Jenis KB
12. Cara mendapatkan vitamin D: a.Terpapar sinar matahari pagi setiap harinya b.Konsumsi suplemen vitamin D
13. Makanan kandungan kalsium tinggi: a.Kopi, teh, minuman beralkohol
b.Buah dan sayuran yang mengandung kalsium c.Jeruk, wortel, selai kacang dan roti gandum
4 4,2 58 61,1 33 34,7
Jumlah 95 100,0
14. Alasan kopi dan alkohol menghambat pertumbuhan tulang: a.Bisa meracuni tulang
b.Dapat menghambat proses penyerapan kalsium oleh tubuh c.Tidak tahu
12 12,6 58 61,1 25 26,3
Berdasarkan tabel diatas, tingkat pengetahuan responden yang baik terlihat
dari kemampuan responden menjawab pertanyaan mengenai pengertian penyakit
osteoporosis, dimana 72 orang (75,8%) menjawab bahwa pengertian penyakit
osteoporosis adalah kerapuhan tulang yang disebabkan oleh kekurangan kalsium,
orang yang menderita osteoporosis memiliki tulang yang rapuh karena masa tulang
mereka sedikit dan mempunyai struktur tulang yang buruk. Responden telah mengerti
hal ini sebab adanya kemudahan responden mendapatkan sumber informasi tentang
hal tersebut, yang diperoleh dari media cetak dan elektronik.
Masa tulang wanita lebih ringan daripada pria dan setelah memasuki masa
menopause wanita lebih banyak kehilangan masa tulang sebab hormon estrogen telah
berhenti berproduksi. Sebanyak 63 orang (66,3%) menjawab wanita yang telah
berhenti menstruasinya dan kurang berolahraga merupakan orang yang beresiko
terkena penyakit osteoporosis. Menurut beberapa orang responden dengan melakukan
olahraga seperti jalan kaki setiap hari bisa mengurangi terjadinya risiko patah tulang
yang bisa memicu terjadinya penyakit osteoporosis.
Dari 95 orang sebanyak 74 orang (77,9%) menjawab bahwa penyebab
terjadinya penyakit osteoporosis adalah karena kurang mengonsumsi makanan yang
mengandung kalsium. Kalsium merupakan unsur penting dalam pembentukan tulang.
Selama ini masyarakat hanya mengenal susu dan produk olahan lainnya sebagai
sumber kalsium satu-satunya bagi tubuh. Selain susu, kalsium juga banyak
terkandung pada sumber makanan lain seperti ikan teri asin, tahu dan jenis
dengan mengonsumsi makanan berpengawet bisa menyebabkan penyakit
osteoporosis.
Pengetahuan responden yang baik juga terkait dengan mengertinya responden
bahwa seseorang yang menderita osteoporosis disertai dengan gejala-gejala tertentu
salah satunya yaitu adanya rasa pegal dan nyeri yang dirasakan di bagian punggung.
Hal tersebut sesuai dengan jawaban dari 70 orang (73,7%) yang menyatakan gejala
awal timbulnya penyakit osteoporosis adalah pegal-pegal dan nyeri dibagian
punggung. Pengurangan masa tulang juga dapat menjadi tanda bahwa seseorang
terkena penyakit osteoporosis hal ini sesuai dengan jawaban dari 21 orang (22,1%),
namun alat untuk melakukan pemerikasaan tulang belum banyak dijumpai di rumah
sakit.
Dengan mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium setiap hari kita
dapat mengurangi resiko penyakit osteoporosis hal ini sesuai dengan hasil penelitian
di mana sebanyak 76 orang (80,0%) menjawab seperti pernyataan diatas. Sebanyak
11 orang (11,6%) menjawab mengonsumsi makanan yang banyak proteinnya dapat
membantu mengurangi resiko osteoporosis. Terdapat jenis protein tertentu yang
menghambat kerja kalsium, yaitu protein hewani seperti daging sapi. Kandungan
asam yang terdapat pada daging lebih banyak daripada sayuran. kandungan asam
tersebut dapat melarutkan kalsium pada tulang dan membuangnya melalui urin.
Belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa penyakit osteoporosis
dapat ditimbulkan oleh penyakit lain. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
yang diperoleh, di mana sebagian besar responden yaitu 66 orang (69,5%)
29 orang (30,5%) menyatakan penyakit lain tidak dapat menyebabkan terjadinya
penyakit osteoporosis.
Diabetes mellitus dan pembesaran kelenjar tiroid adalah salah satu jenis
penyakit yang dapat menyebabkan osteoporosis. Berdasarkan hasil penelitian hanya
17 orang (17,9%) yang menjawab benar mengenai penyakit yang dapat menyebabkan
osteoporosis, sedangkan 12 orang (12,6%) menjawab penyakit saraf. Penelitian
mengenai hal ini masih terus dilakukan dan juga masih sedikit hasil penelitian yang
dipublikasikan sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahuinya.
Selama ini osteoporosis dikenal sebagai penyakit yang disebabkan oleh gaya
hidup yang salah seperti kurang berolahraga, pola makan yang salah dan kebiasaan
yang buruk. Sekarang ini osteoporosis diketahui dapat diturunkan dari orang tua
kepada anaknya, namun hanya sebesar 5-7% resiko terjadi pada anak dengan orang
tua yang menderita osteoporosis. Berdasarkan hasil penelitan hanya 24 orang (25,3%)
yang menjawab dengan benar mengenai hal tersebut.
Dari hasil penelitian sebanyak 36 orang (37,9%) menjawab tulang punggung,
tulang pinggul dan pergelangan tangan lebih beresiko terkena osteoporosis dan masih
ada 29 orang (30,5%) yang menjawab tidak tahu. Untuk memperjelas awal kejadian
osteoporosis pada penderitanya dapat terlihat dari tulang punggung yang rapuh serta
punggung penderita terlihat membungkuk. Pada akhirnya keadaan ini dapat
menganggu aktifitas.
Olahraga ringan seperti jalan kaki ±2 kilometer setiap hari, lari dan senam
dapat membuat tulang menjadi lebih kuat. Bagian dalam tulang (sumsum tulang) juga
menyebabkan berkurangnya pengambilan senyawa kalsium dari tulang. Sebanyak 70
orang (73,7%) menjawab bahwa lari pagi, jalan cepat dan senam dapat membantu
proses pembentukan tulang.
Alat kontrasepsi yang sudah dikenal oleh masyarakat adalah pil KB, IUD dan
KB suntik. Kebanyakan wanita sering menggunakan jenis pil disebabkan karena efek
mudah menggunakannya dibandingkan dengan jenis KB yang lain. Dari hasil
penelitian yang dilakukan ternyata 68 orang (71,6%) menjawab bahwa penggunaan
pil KB dapat membantu pertumbuhan tulang. Pil KB dapat menambah jumlah
hormon estrogen dalam tubuh. Hormon ini ikut membantu proses pembentukan masa
tulang.
Vitamin D didapat oleh tubuh tidak hanya dari suplemen tetapi secara alami
dapat diperoleh dari sinar matahari pagi karena dengan bantuan sinar matahari
vitamin D yang terdapat pada kulit dapat diaktifkan. Sebanyak 52 orang (54,7%)
telah mengerti mengenai hal ini, dimana terlihat dari benarnya jawaban yang dipilih
oleh responden bahwa dengan terpapar sinar matahari pagi setiap harinya dari pukul
7-9 pagi tubuh bisa mendapatkan vitamin D.
Dengan memperhatikan kalsium yang terdapat dalam makanan resiko
osteoporosis dapat dikurangi, 58 orang (61,1%) telah mengerti bahwa buah dan
sayuran yang mengandung kalsium harus dikonsumsi setiap hari selain diimbangi
dengan olahraga agar kebutuhan kalsium tubuh tercukupi. Sebanyak 58 orang (61,1%)
menyatakan buah dan sayuran yang mengandung kalsium, terdapat 33 orang (34,7%)
yang menjawab bahwa jenis makanan lain seperti jeruk, wortel, selai kacang dan roti
Alkohol telah diketahui merupakan jenis minuman yang tidak baik bagi
kesehatan, banyak efek yang buruk yang ditimbulkan oleh alkohol seperti bisa
menimbulkan kanker hati dan sulit berkonsentrasi. Sebanyak 58 orang (61,1%)
menjawab dengan benar bahwa kopi dan alkohol dapat menghambat proses
penyerapan kalsium oleh tubuh, masyarakat pada umumnya telah mengetahui efek
yang tidak baik yang ditimbulkan oleh alkohol dan kafein tapi tidak terhadap
penyakit osteoporosis.
4.3.2. Sikap Responden
Distribusi sikap responden mengenai pencegahan penyakit osteoporosis dapat
dilihat pada tabel 4.7. dibawah ini:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Pencegahan Penyakit Osteoporosis Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
No. Tingkat Sikap Responden Jumlah (orang) Persentase (%)
1.
Dari tabel 4.7. diatas, terdapat 51 orang responden (53,7%) memiliki kategori
sikap baik, responden dengan kategori sikap sedang berjumlah 42 orang responden
(44,2%) dan hanya 2 orang responden (2,1%) yang memiliki sikap yang kurang.
Sikap yang baik terbentuk dari pengetahuan yang baik juga. Distribusi jawaban
Tabel 4.8. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Pertanyaan Yang Diajukan Di Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2010
No. Sikap Responden Setuju Tidak Setuju Jumlah
N % N % N %
4. Setiap orang harus melakukan pencegahan penyakit osteoporosis sejak dini.
6. Penggunaan pil KB dapat membantu
perangsangan pertumbuhan tulang. 58 61,1 37 38,9 95 100,0 7. Tulang punggung lebih rentan mengalami
keropos tulang.
77 81,1 18 18,9 95 100,0
8. Makanan dengan kandungan kalsium tinggi hanya terdapat di dalam susu.
65 68,4 30 31,6 95 100,0
9. Orang yang sedang menjalani diet makanan lebih beresiko terkena
osteoporosis karena jumlah kalsium yang dikonsumsi sedikit.
50 52,6 45 47,4 95 100,0
10. Vitamin D dengan bantuan sinar matahari pagi dapat membantu pertumbuhan tulang.
60 63,2 35 36,8 95 100,0
11. Vitamin D dapat diperoleh melalui sayuran yang berwarna hijau.
51 53,7 44 46,3 95 100,0
12. Anda merasa kesulitan menyediakan makanan yang mengandung gizi cukup.
47 49,5 48 50,5 95 100,0
13. Setiap wanita yang telah memasuki masa menopause pasti akan menderita osteoporosis.
31 32,6 64 67,4 95 100,0
14. Mengonsumsi kopi dan alcohol dapat mencegah terjadinya penyakit osteoporosis.
20 21,1 75 78,9 95 100,0
15. Semua olahraga dapat dilakukan oleh penderita osteoporosis.
40 42,1 55 57,9 95 100,0
Sebanyak 85 orang (89,5%) menyatakan setuju bahwa osteoporosis adalah
penyakit yang disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium oleh tubuh. Sikap setuju
responden mengenai pengertian osteoporosis seiring dengan pemahaman responden
Sikap tidak setuju ditunjukkan oleh 59 orang (62,1%) bahwa mengonsumsi
susu yang mengandung kalsium tinggi tidak menjamin kita terbebas dari penyakit
osteoporosis. Kalsium yang dibutuhkan tubuh setiap hari adalah sebanyak 800
miligram, selain itu masih diperlukan zat pembangun lain untuk membangun tulang
agar terhindar dari penyakit osteoporosis seperti vitamin D dan juga fosfor.
Sebagian responden yaitu 74 orang (77,9%) menyatakan tidak setuju penyakit
osteoporosis dapat diturunkan oleh orangtua kepada anaknya sebab berdasarkan
pengetahuan mereka mengenai osteoporosis, penyakit ini lebih sering disebabkan
oleh pengaruh dari gaya hidup yang tidak baik seperti pola konsumsi yang salah,
dimana masyarakat sekarang cenderung mengonsumsi makanan yang rendah
kandungan gizinya.
Setiap tahunnya angka penderita osteoporosis terus bertambah, untuk itu
tindakan pencegahan harus dilakukan lebih dini dengan memperhatikan kecukupan
gizi khususnya kalsium, dimana kalsium yang cukup saat muda mempengaruhi
keadaan tulang saat tua nanti. Hal ini sesuai dengan sikap responden dimana 58 orang
(61,1%) menyatakan setuju bahwa setiap orang harus melakukan pencegahan
penyakit osteoporosis sejak dini.
Pria juga tidak dapat terbebas dari penyakit osteoporosis. Selama ini
masyarakat menganggap osteoporosis identik dengan penyakit yang dialami wanita
yang telah menopause. Sebanyak 88 orang (92,6%) menjawab setuju bahwa pria juga
berisiko terhadap penyakit osteoporosis tetapi kejadiannya banyak pada pria yang
Sebagian besar responden yaitu 58 orang (61,1%) menyatakan setuju bahwa
pengunaan pil KB dapat membantu perangsangan pertumbuhan tulang. Sebab
responden yang menjadi sampel merupakan wanita yang telah menikah, rata-rata dari
sampel telah pernah menggunakan alat kontrasepsi sehingga sedikit banyak mereka
mengetahui manfaat yang diberikan oleh alat kontrasepsi tersebut.
Tulang punggung lebih rentan terjadi patah tulang akibat struktur tulangnya
yang tipis, tulang punggung banyak mengandung tulang trabekular dimana
susunannya lebih tipis dibandingkan dengan tulang kortikal. Sesuai dengan hasil
penelitian 77 orang (81,1%) setuju bahwa tulang punggung lebih rentan mengalami
keropos tulang. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat langsung sebab punggung penderita
membungkuk.
Kalsium tidak hanya terdapat pada bahan hasil olahan susu tetapi juga
terdapat pada makanan laut seperti ikan teri asin, tahu, roti gandum dan jeruk.
Sebanyak 65 orang (68,4%) menyatakan setuju makanan dengan kandungan kalsium
tinggi hanya terdapat di dalam susu. Hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya
pengenalan kepada masyarakat mengenai jenis makanan lain yang memiliki kalsium
tinggi yang setara dengan susu.
Sebanyak 50 orang (52,6%) menyatakan setuju dengan orang yang sedang
menjalani diet makanan lebih beresiko terkena osteoporosis karena jumlah kalsium
yang dikonsumsi sedikit. Orang yang sedang menjalani diet makanan biasanya lebih
banyak mengonsumsi sayuran dan protein nabati dalam menu makanannya dan