LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
TENTANG
TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN
PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
PADA PEGAWAI ADMINISTRASI BALAI BESAR
METEOROLOGI,KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi
Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DIPRESENTASIKAN DIDEPAN PANITIA PENGUJI PROGRAM D-III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada hari : Rabu
Tanggal : 23 Desember 2009
Pukul : 09.00 WIB
TIM MAJELIS PENGUJI
Ketua : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si ( )
NIP 131 930 631
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA PEGAWAI ADMINISTRASI BALAI BESAR METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat
serta hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) yang berjudul “TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMOTONGAN
PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA PEGAWAI ADMINISTRASI KANTOR BALAI BESAR METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH I KOTA MEDAN”.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Progam Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis berharap laporan ini dapat
memberikan sumbangan kepada siapapun yang membaca laporan ini untuk mendalami
masalah perpajakan.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan baik dalam hal penyajian data maupun dalam hal penulisan.
Untuk itu, penulis membuka hati untuk menerima saran dan kritik yang membangun
dalam penyempurnaan laporan ini. Namun demikian, penulis juga telah dibantu oleh
berbagai pihak dalam penyelesaian laporan ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
1. Yang pertama dan teristimewa, penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesarnya-besarnya untuk kedua orang tuaku, Ayahanda H.Ir Rusli Hasibuan
dan Ibunda Hj. Irni Hasraeni Ba. Makasih ya Ayah dan Mama..Buat doa-doa,
semangat, dukungan, pengertian dan kesabaran yang luar biasa selama ini. Acun
harap ini bisa buat Ayah dan Mama bangga. Walaupun terlambat.Yang pasti
keterlambatan ini bukan akhir dari semuanya,Doain Acun Ayah, Mama.
2. Bapak Prof. DR. M.Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua Program
Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Kusno Kuntoadji selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan bantuan yang berharga dalam menyelesaikan laporan PKLM ini.
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar serta pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
6. Kak Korbi dan izal, terima kasih buat semua bantuan, informasi, kelancaran
proses administrasi selama masa perkuliahan dan penyelesaian laporan.
7. Terima kasih atas dukungan, saran-saran dan semangatnya buat kakakku
Rusfiana Ireni Hsb.ST dan Abangku Fahmi Idris dan Keponakanku Sauqie
al-musaffa, My Brother Hood ( Mhd Safi’i Hsb dan Reina Rasya Hsb ) You are the
best in my time.
8. Keluarga Besar Hasibuan yang berada dimana aja, terima kasih banyak buat
ejekan, tangisan, kegembiraan dan pujiannya itu semua telah menjadi semangat
9. Untuk sahabat-sahabatku Mhd. Armada Maramis amd, Nirwan Prasetya, Mhd.
Fauzi, Rahmad Hidayat, Ardiansyah SP, Iqbal Perdana SP, Nuzul Hibni, Ardini
Dwi Cahyanti amd, Mely Saharani, Taty Chadizah, Nur Winda Sari Manik S.Ing,
Ranggi Ramadhona Pohan SE, (alm) Randy Alona ST, dan semua
sahabat-sahabat ku yang terbaik, jadilah yang terbaik diantara orang terbaik di hidup ku.
10.Untuk kawan-kawan bermusik yang terbaik therteenz management ( Ryan,
Lukman, Bima, Junaidy, Wawan, Kinoi, Sity, Nanda, Vivi, Bujing, Om dan tante
therteenz studistro ), Evolusi ( Bg Andre, Bg Ucok, Bg ewin, Kak Ajeng ),
Violence ( Ranggi, Amy, Juned ), Vuje ( Ika, Nanda , Reza ), Hezel Nut ( Saviq,
Kihong, Samuel ).keep play your music in a world.
11.PoweRangersFingerFighters (Kimung, Nicky, Kancil, Abdi bedeell, Ketua
Usnul, Deni Penyu-den makasih y buat Laporannya).
12.Kawan-kawan futsal (bang Ucok dan keluarga, pu2, modon, bagus, doni, simson,
Yansen) yang selalu mau membuat ku berolah raga.
13.“screet in my life “ makasi yahh.
14.Kawan seperjuangan berlomba dengan waktu mada, ook, rico gendut, roy
‘opung’ (klen tinggal khan aku sendiri yahhhhh).
15.Kawan-kawan seperjuangan di kelas C 06 ricky, ayah, panji, rio, dodi, khususnya
buat ‘anak2 transferan’ senasib sepenanggungan (yudi ‘lepoh’, aong, benny,
datok, golbet, meo, nuek) bagi yang belum selesai tetap semangat ya kawan2,
kami siap bantu kalian.
17.Semua teman-teman di AXA Finance dan Harta Aman Pratama tbk General
Insurance ( Bpk Novel Sunaryo SE, Bpk Zulizar Hsb SE, Ibu Fauziah amd,
Ganda amd, Ibu Putri SE, Bpk Kiki, Bg. Toni ).Terima Kasih banyak atas
peluang kerja yang udah diberikan kepada saya, sehingga menjadi penambahan
wawasan dan kemampuan saya dalam bekerja di bidang asuransi.
18.Pihak-pihak atau kawan-kawan lain yang belum saya sebutkan, saya mohon
maaf. Terima kasih buat kalian….
Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan PKLM ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap pembacanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Medan, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………...…..i
DAFTAR ISI………...v
DAFTAR BAGAN DAN TABEL………...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM………...5
C. Ruang Lingkup PKLM………...7
D. Metode PKLM………...8
E. Metode Pengumpulan Data...9
F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM...10
BAB II GAMBARAN UMUM BALAI BESAR METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA A. Sejarah Singkat Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan geofisika…...12
B. Struktur Organisasi Balai Besar Meteorologi, Klimatolog dan Geofisika………...16
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
A. Pengertian Pajak...20
B. Pengertian Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 21, dan Pegawai Tetap...21
C. Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...22
D. Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...22
E. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...23
F.1. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...23
F.2. Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...25
F. Pengurang Yang diperbolehkan dalam menghitung PPh Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap...25
1. Biaya Jabatan...25
2. Biaya Pensiun...26
G. Pengurangan Untuk Menghitung Penghasilan Kena Pajak...26
H. Tarif Pajak Penghasilan...28
I. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21...29
B. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Terhadap Pegawai Balai Besar Meteorologi,klimatologi dan
Geofisika ...32
1. Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21...32
2. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21...32
3. Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Terhadap Pegawai Balai Besar Meteorologi,Klimatologi dan
Geofisika...32
C. Prosedur Penyetoran PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Balai Besar
Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika………...39
D. Pendaftaran Pajak Penghasilan...41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...42
B. Saran...43
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 : Struktur Organisasi Balai besar
Meteorologi,Klimatologidan Geofisika…………..……….19
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Tarif PTKP Tahun 2000………..…27
Tabel 2 : Tarif PTKP Tahun 2008………..27
Tabel 3 : Tarif PKP Tahun 2000………...28
BAB I
PENDAHULUN
A.Latar Belakang Peraktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peranan
dalam membentuk clan menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui
teori-teori keahlian yang diterima selama masa perkuliahan clan mengaplikasikannya di
lapangan melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).Universitas
Sumatera Utara khususnya Program Diploma III Administrasi Perpajakan sebagai salah
satu lembaga pendidikan yang menekankan pada pendidikan profesionalisme untuk
membentuk tenaga-tenaga ahli tingkat madya yang kompeten dalam menangani
pekerjaan sesuai bidang pendidikan yang ditekuninya.
Hal ini dimaksudkan agar para Mahasiswa / Mahasiswi lebih mengenal dan
mengetahui keadaan kerja yang sebenarnya khususnya pada bidang perpajakan, serta
dapat mempraktikkan teori-teori yang diterima selama masa perkuliahan.
Pajak merupakan sumber kekuatan pembangunan.Dimana sebagian besar
penerimaan Negara berasal dari sektor ini.Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur
keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun
prasarana yang dibutuhkan masyarakat.Menyadari betapa besarnya peranan pajak,
maka pelaksanaan pajak bukan semata-mata menjadi tugas aparatur pajak tetapi
menjadi kewajiban seluruh warga Negara Melalui pembayaran pajak, warga Negara
memperoleh kesempatan untuk secara langsung mewujudkan pengabdian kewajiban
Dengan adanya dana pajak yang diperoleh dari wajib pajak, maka pemerintah
akan lebih mampu memberikan jaminan kesejahteraan sosial, rasa aman kepada
masyarakat, serta menciptakan berbagai kondisi yang memungkinkan orang pribadi
mengembangkan diri dan usaha.Dengan dana itu pemerintah memberikan kenyamanan
hidup dalam kehidupan bersama sebagai satu bangsa.
Sehubung dengan itu, maka pemerintah berusaha untuk menggalakkan
pelaksanaan pemungut pajak.Sebagai realisasinya pemerintah telah mengeluarkan
Undang-Undang perpajakan baru.Salah-satunya adalah Undang-Undang Nomor 7 tahun
1983 tentang pajak penghasilan.Dikarenakan system perpajakan yang lama ternyata
sudah tidak sesuai dengan tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia.Baik
dari segi kegotong-royongan nasional maupun dari laju pembangunan nasional yang telah
dicapai.
Oleh karena itu pemerintahan menciptakan sistem perpajakan yang baru yaitu
dengan lahirnya Undang-undang perpajakan yang baru, yang terdiri atas: UndangUndang
Nomor 6 tahun 1983 Jo Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 Jo, UndangUndang Nomor
17 tahun 2000 tentang Pajak penghasilan dan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 Jo,
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1985 tentang Bea
Sejalan dengan perkembangan yang ada, disadari banyak masalah yang ternyata
tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada sehingga menuntut perlunya penyempurnaan
terhadap Undang-Undang perpajaican tersebut.Dengan alasan tersebut maka tahun 1994
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9,10,11 dan 12 sebagai
penyempurnaan.Dan penyempurnaan terakhir terhadap Undang-Undang perpajakan
tersebut dilakukan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16,17,18,19 dan 20
tahun 2000. (Mardiasmo, 2000).
Adapun salah satu jenis pajak yang memberikan sumbangsih besar bagi
penerimaan Negara adalah Pajak Penghasilan (PPh).Undang-Undang Nomor 7 tahun1984
sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 dan berubah
kembali menjadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang mengatur pajak atas
penghasilan (laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan.
Pajak penghasilan (PPh) merupakan satu penerimaan Negara yang sangat penting
yang akan digunakan untuk melaksanakan pembangunan, pembayaran utang luar negeri
dan keperluan pembangunan yang lainnya.Jadi pembayaran pajak ini bukan untuk
kepentingan pribadi atau golongan tetapi untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia.Hal
ini sesuai dengan Undang-Undang dasar 1945 pasa123 ayat (23) yang isinya yaitu segala
pajak untuk keperluan Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dengan keluarnya Undang-Undang pajak tersebut atau dengan kata lain dalam
system self assessment, masyarakat diberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang
lebih besar untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 merupakan penghasilan yang dikenakan atas
penghasilan berupa gaji upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan Oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam negeri.Pajak Penghasilan yang dipotong, atau disetor dan di
laporkan oleh pemotong pajak yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana
pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.
Hasil penerimaan Pajak Penghasilan khususnya PPh pasal 21 di arahkan kepada
tujuan untuk kepentingan masyarakat Indonesia.Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21
memegang peranan penting dalam penerimaan Negara dibidang perpajakan.Karena
penerimaan PPh pasal 21 mempunyai andil besar dalam mengisi kas Negara sehingga
pembangunan Negara kita dapat dilaksanakan.
Kantor Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika merupakan
badan Instalasi pemerintah yang bergerak dalam bidang perkiraan cuaca.Yang dimana
setiap karyawan kantor Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika kota
Medan, dikenakan Pajak Penghasilan pasal 21 yang langsung dipotong oleh
bendaharawan.Pajak Pengahasilan pasal 21 yang telah dipotong lalu di setorkan secara
benar oleh bendaharawan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan
dengan pekerjaan dari suatu pemberi kerja atau merupakan pelunasan yang terhutang
untuk tahun pajak yang bersangkutan, sehingga pada akhir tahun pajak terhadap pegawai
tersebut tidak di wajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
Berdasarkan uraian di atas, yang menarik perhatian bagi penulis untuk dijadikan
judul laporan praktik kerja lapangan mandiri adalah Pajak Penghasilan (PPh).Dimana
diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan.Didalam perkembangannya, Pajak
Penghasilan (PPh) telah ikut memainkan peranan penting bagi penambahan pendapatan
Negara.
Oleh sebap itu, penulis menjadikan "Tata Cara Pemungutan/Pemotongan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Pegawai Administrasi Kantor Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Medan".Sebagai objek yang
menarik untuk dijadikan Wadah Praktik Kerja Lapangan Mandiri, yang merupakan
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan
dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas, atau pihak instansi
pemerintahan yang dalam hal ini Kantor Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika Medan yang dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
l.Tujuan PKLM
Pada kegiatan praktik kerja lapangan mandiri (PKLM), yang di laksanakan
oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat
1. Untuk mengetahui tata cara pengadministrasian pemungutan/pemotongan pajak
penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Balai Besar Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Medan.
2. Untuk memperoleh dan melihat secar langsung data mengenai tata cara
pengadministrasian pemungutan/pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21
yang akan dilakukan oleh Kantor Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Medan.
2.Manfaat PKLM
Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa, yaitu :
1. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah di pelajarin ke dalam permasalahan
yang timbul selama melaksanakan PKLM pada Kantor Balai Besar Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Medan.
2. Mempelajari dunia kerja di Kantor Balai Besar Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika.
3. Untuk melihat penerapan disiplin ilmu yang dipelajari dalam dunia
kerja.
4. Sebagai sarana penguji dan persiapan dalam menghadapi dunia kerja.
5. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya
Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Universitas khususnya Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, adalah :
1. Mempromosikan sumber daya manusia yang terdapat di Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara Khususnya
staf pengajar dan mahasiswa yang potensial.
2. Memberikan uji nyata bagi Kurikulum.
3. Untuk mengevaluasi penerapan kurikulum Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
4. Memperbaiki persepsi umum tentang universitas.
Yang menjadi manfaat PKLM bagi instansi pemerintahan khususnya Kantor Balai
Besar Meteorologi, Klimatolagi dan Geofisika Medan yaitu:
1. Mendapatkan masukan dan saran terhadap pelaksanaan administrasi serta sistem
dan prosedur pemungutan/pemotongan pajak penghasilan (PPh) Pasa121.
2. Membina hubungan baik antara Kantor Balai Besar Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Medan dengan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan.
3. Memberikan masukan untuk evaluasi dan penyempurnaan di Program Studi
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) ini adalah :
1. Proses pengadministrasian pemungutan/pemotongan pajak penghasilan (PPh)
Pasal 21 di Kantor Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Medan.
2. Data tentang pemungutan/pemotongan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor
Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Medan.
3. Prosedur pelaksanaan pemungutan/pemotongan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21
di Kantor Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Medan.
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi metode Kerja Peraktik Lapangan Mandiri (PKLM) ini
adalah :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan seperti pemilihan objek PKLM, lokasi
PKLM, pengajuan judul PKLM, pengajuan proposal PKLM, dan surat pengantar.
2. Studi Literatur
Dalam tahap ini penulis melakukan pencarian data dan informasi dengan
membaca landasan teori, mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti :
Peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, buku-buku, majalah
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti
PKLM di Kantor Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Medan.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui dua (2) cara:
a) Data Primer
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang
dianggap mampu memberikan masukandan informasi serta observasi penulis
ke lapangan tempat objek PKLM.
b) Data Sekunder
Yaitu data atau informasi yang di peroleh melalui studi literatur seperti
sumber-sumber pustaka, undang-undang, dokumentasi maupun literatur lain
yang berhubungan dengan objek PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi
Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan
kendala yang di hadapin serta mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data digunakan tiga (3) metode,
yaitu:
l. Wawancara
Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan kepada
pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi
bagi penyusunan laporan ini.
2. Pengamatan
Melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan
terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian, metode ini diharapkan dapat
memberikan masukan data primer.
3. Dokumentasi
Dalam metode ini penulis mempelajari segala sumber pustaka seperti buku dan
undang-undang yang berhubungan dengan objek PKLM dan juga meminta
berbagai dokumen yang berhubungan dengan objek PKLM, yang dapat berupa
F. Sistematis Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan PKLM ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN.
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang PKLM,
tujuan dan manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM, metode PKLM,
metode pengumpulan data, serta sistematis penulisan laporan
PKLM.
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR BALAI BESAR BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA.
Penulis menguraikan tentang sejarah singkat Kantor Balai Besar
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Medan, struktur
organisasi Kantor Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika, serta tugas pokok dan fungsi Kantor Balai Besar
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21.
Dalam bab ini penulis memaparkan dan menguraikan tentang
defenisi pajak penghasilan (PPh) Pasal 21, objek dan bukan objek
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, subjek Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 dan Wajib Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, dasar
pengenaan Pajak, tariff Pajak, cara perhitungan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasa121.
BAB IV ANALISIA DAN EVALUASI.
Pada bagian ini penulis akan menganalisa dan mengevaluasi
tentang pengolaan pemungutan/pemotongan pajak penghasilan
(PPh) Pasal 21 pada Kantor Balai Besar Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan berdasarkan
gambaran-gambaran pada bab sebelumnya, dan berusaha memberikan saran
agar penerimaan pajak khususnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
BAB II
GAMBARA UMUM
BALAI BESAR METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA A.Sejarah Singkat Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Di Indonesia sejak tahun 1785 sudah mulai ada perhatian akan pengumpulan
data-data Meteorologi dan Geofisika, walau saat itu kegiatan pengumpulan data-data Meteorologi
dan Geofisika baru merupakan kegiatan ilmiah yang dikerjakan perorangan maupun
organisasi dan lembaga masa itu.
Baru pada tahun 1866 Observatorium Jakarta mulai bekerja lebih lengkap
merintis Kantor Pusat Peramatan, oleh karena itu tahun 1866 dinyatakan sebagai tahun
lahirnya Lembaga Meteorologi dan Geofisika yang saat itu diberi nama : KONINKLIJK
MAGNETISCHEN METEOROLOGISCH OBSERVATORIUM, hingga perang dunia II
tahun 1942 Meteorologi dan Geofisika bernaung dibawah Departemen Van Merine.
Pada tahun 1942-1945 Meteorologi dan Geofisika berfungsi sebagai penunjang
perang Asia Timur Raya, kemudian Organisasi Meteorologi dan Geofisika namanya
diganti menjadi : KISHO KAUSHO KUSHO.Tahun 1945-1947 Organisasi Meteorologi
dan Geofisika merupakan Lembaga Meteorologi dan Geofisika yang bernaung dibawah
Kementerian Pekerja Umum dan Tenaga Republik Indonesia.
Pada tanggal 21 juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh
Pemerintah Belanda dan dirubah lagi namanya menjadi : METEOROLOGISCHE EN
GEOFISIKASCHE DIENST, yang bernaung pada Departemen Van Verkker Energieen
Sebagai Karyawan yang ingin mempertahankan nama Republik Indonesia, maka
para tokoh Meteorologi saat itu mendirikan pula Kantor Meteorologi dan Geofisika yang
diberi nama Jawatan Meteorologi dan Geofisika, sehingga akhirnya pada tanggal 16
November 1950 Jawatan Meteorologi dan Geofisika mewakili Republik Indonesia
menjadi anggota W.M.O suatu Badan PBB.
Dari tahun 1955-1960 Jawatan Meteorologi dan Geofisika berubah lagi menjadi
Lembaga Meteorologi dan Geofisika yang bernaung di bawah Departemen Perhubungan
dari tahun 1962 Jawatan Meteorologi dan Geofisika kembali berubah menjadi Direktorat
Meteorologi dan Geofisika yang bernaung di bawah Departemen Perhubungan Udara,
yang kemudian pada tahun 1968 menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika.
Sejak 15 Maret 1972 Metorologi dan Geofisika bernaung di bawah Departemen
Perhubungan, kemudian silih berganti hingga berganti saat ini dan ssesuai dengan
perkembangan Pemerintah sekarang, maka pada tanggal 27 September 1979 telah
ditetapkan menjadi satu Badan Meteorologi dan Geofisika yang berada di bawah
Departemen Perhubungan.
Dengan adanya Surat Keputusan Presiden No: 45, 46, 47, dan 48 tahun 2002
tanggal 01 Juli 2002, maka Badan Meteorologi dan Geofisika berubah statusnya menjadi
sebuah Lembaga Pemerintahan Non Departemen ( LPND) yang dipimpin oleh seorang
Badan Meteorologi dan Geofisika mempunyai tugas : Melaksanakan tugas
Pemerintahan di Bidang Meteorologi, Klimatologi, Kwalitas Udara dan Geofisika sesuai
dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melakukan tugasnya, Badan Meteorologi dan Geofisika mempunyai tugas :
1. Pengkajian dan Penyusunan Kebijakan Nasional di Bidang Meteorologi,
Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.
2. Koordinasi Kegiatan Fungsional di Bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
Udara dan Geofisika.
3. Fasilitas dan Pembina terhadap kegiatan Instalasi Pemerintahan dan Swasta di
Bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.
4. Penyelenggara Pengamatan, Pengumpulan dan Penyebaran, Pengelolaan Analisis
serta pelayanan di Bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.
5. Penyelenggara Kegiatan kerjasama di Bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
Udara dan Geofisika.
6. Penyelenggara Pembinaan dan Pelayanan Administrasi Umum di Bidang
Perencanaan Umum, Ketatausahaan, Organisasi dan Tatalaksana, Kepegawaian,
Keuangan, Kearsipan, Hukum, Persandian, Perlengkapan dan Rumah Tangga.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud di atas, Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika mempunyai kewenangan :
1. Penyusunan Rencana Nasional secara Makro dibidangnya.
2. Perumusan Kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara
3. Penetapan Sistem Informasi dibidangnya.
4. Penetapan Standar Teknis Peralatan serta Pelayanan Meteorologi Penerbangan dan
Maritim.
5.Pengaturan Sistem Jaringan Pengamatan Meteorologi dan Klimatologi.
6. Pemberian Jasa Meteorologi dan Klimatologi.
7. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu :
a) Pengamatan dan Pemberian Jasa Meteorologi.
b) Pengamatan dan Pemberian Jasa Kualitas Udara.
c) Pengaturan Sistem Jaringan Pengamatan Geofisika.
d) Penetapan Standar Teknis Peralatan Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
Udara dan Geofisika.
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika membagi wilayah kerja menjadi 5 (lima) Balai Wilayah, yang
mengkoordinir kegiatan stasiun-stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika di
wilayahnya.Adapun kelima balai tersebut antara lain:
1) BBMKG Wilayah I, berkantor di Medan.
2) BBMKG Wilayah II, berkantor di Ciputat Tanggerang.
3) BBMKG Wilayah III, berkantor di Denpansar-Bali.
4) BBMKG Wilayah IV, berkantor di Makassar-Sulawesi.
5) BBMKG Wilayah V, berkantor di Papua.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I berkantor di
daerah-daerah di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Riau, Riau
Kepulauan, dan Sumatera Barat yang masing-masing stasiun telah dilengkapi dengan
alat-alat di lapangan, yang sekarang ini dinamakan yaitu taman alat-alat Meteorologi
yang berisi antara lain Sangkar Meteorologi, Thermohygrograph, Barograph, Cup
Counter Anemometer, Sunshine Recorder Type Campbell Stokes, Piche Evaporimeter,
Penakaran Hujan Obs, Penakar Hujan Hellman (otomatis), Anemometer, Barometer,
Thermometer, Optik Theodolite dan Radiosonde.
B.Struktur Organisasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Susunan organisasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika terdiri
atas:
1. Kepala.
2. Bagian Tata Usaha :
a) Subbagian Persuratan dan Kepegawaian.
b) Subbagian Keuangan dan Perlengkapan.
3. Bidang Observasi :
a) Subbidang Pengumpulan dan Penyebaran.
b) Subbidang Instrumentasi dan Kalibrasi.
4. Bidang Data dan Informasi :
a) Subbidang Manajemen Data.
b) Subbagian Pelayanan Jasa.
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika adalah Unit pelaksanaan
Teknis di lingkungan Balai Basar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika.Dan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika secara administratif dibina oleh Sekertaris Utama dan secara
teknis operasional dibina oleh masing-masing Deputi sesuai dengan bidang tugasnya.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mempunyai tugas
melaksanakan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran data, pengolahan, analisis dan
prakiraan serta riset dan kerja sama, kalibrasi dan pelayanan meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika.Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Balai Besar
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mempunyai fungsi :
1 Koordinasi pengamatan, pengumpulan dan penyebaran data,
pengolahan.Analisis dan prakiraan serta riset dan kerja sama di bidang
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.
2 Penyusunan rencana dan program kegiatan Balai Besar.
3 Pelaksanaan urusan perlengkapan dan urusan ke rumahtanggaan.
Adapun fungsi dari keempat Bagian/Bidang tersebut, yaitu :
1 Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan tugas tata usaha,
kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan penyusunan program serta
laporan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I
Medan.
2 Bidang Observasi
Bidang observasi mempunyai tugas melakukan kegiatan yang meliputi
pengamatan, pengumpulan, dan penyebaran data Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika, dengan melakukan pengukuran Curah Hujan, Kecepatan dan
Arah Angin ( wind direction and speed ), Kelembapan nisbi ( relative
Humidity ), Intensitas Matahari, Penguapan ( Evaporasi ), Tekanan Udara dan
Temperatur.
3 Bidang Data dan Informasi
Bidang Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengolahan, analisis dan prakiraan serta pelayanan jasa Meteorologi, Kualitas
Udara, Curah Hujan, Cuaca Harian dan manejemen data Meteorologi.
4 Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR METEOROLOGI, KLIMATOLOGI
BAB III
DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
A. Pengertian Pajak
Adapun beberapa pengertian pajak menurut ahli antara lain:
1. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah "kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat".
2. Menurut Prof. Dr. Rahmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
bedasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
kontra prestasi secara langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum.
3. Menurut P.J.A Adriani, SH Pajak adalah iuran kas Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk
dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum berhubung dengan tugas
Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri yang melekat pada
pengertian pajak adalah, pajak dapat dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan
kontra prestasi langsung, pajak dipungut oleh pemerintah baik pusat maupun daerah,
pajak diperuntukkan untuk pengeluaran umum.
B. Pengertian Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasa121, dan Pegawai Tetap
Menurut Pasal 4 UU No 17 Tahun 2000, yang dimaksud Penghasilan adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia Maupun dari luar Negeri yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.
Pajak Penghasilan tergolong pajak subjektif yaitu pajak yang mempertimbangkan
keadaan diri Wajib Pajak sebagai faktor utama dalam pengenaan pajak, yang tercermin
pada kemampuan Wajib Pajak untuk membayar pajaknya.
Penentuan daya pikul seseorang sangat subjektif sifatnya karena daya pikulnya
dapat ditentukan dengan berbagai faktor seperti jumlah kekayaan, jumlah tanggungan
keluarga, dan sebagainya.
Menurut Dimsky. K. Judiseno Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi
yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau penghasilan yang
diterimanya dalam satu tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam
hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
Jadi pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah Pajak yang dikenakan
atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium. tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak Orang
C. Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh Negara tentu ada dasar
hukumnya, yang menjadi dasar hukum pemungutan clan pemotongan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasat 21 adalah :
1. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana yang diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 28
Tahun 2007.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 dan dirubah kembali menjadi
UndangUndang PPh No.36 Tahun 2008.
3. Peraturan pemerintah No. 149 Tahun 2000 Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan, pensiun, dan
tunjangan hari tua.
4. Keputusan DIRJEN Pajak No. KEP-545/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000 Tentang
pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan 26
D. Pemotong dan Pemungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasa1 21
Yang bertindak sebagai pemotong Pajak Penghasilan (PPh) 21 antara lain:
l. Pemberi kerja yang terdiri dari Orang Pribadi dan Badan termasuk BUT, badan,
organisasi internasional yang tidak dikecualikan berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan.
2. Bendaharawan Pemerintah termasuk bendaharawan pusat maupun daerah, instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga Negara yang lain dan kedutaan besar
Indonesia di luar negeri.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja clan badan lain
yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua.
4. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain
sebagai imbalan atas kgiatan clan jasa.
5. Perusahaan, Badan, dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain
sebagai imbalan atas kegiatan dan jasa yang dilakukan Orang Pribadi dengan
status sebagai wajib Pajak Luar Negeri.
6. Yayasan (termasuk bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian,
olahraga, kebudayaan) lembaga kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi
massa, organisasi politik dan organisasi lainnya.
7. Perusahaan, badan dan BUT yang membayarkan honorarium atau imbalan lain
kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.
8. Penyelenggara kegiatan yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi I)alam Negeri berkenaan
E. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasa1 21
1. Penghasilan (PPh) Pasal Objek Pajak 21
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, yang
termasuk Objek Pajak Penghasilan :
a. Penghasilan yang diteima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun,
upah, honorarium, premi bulanan, uang lembur, premi asuransi, hadiah, dan
penghasilan teratur lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun.
b. Penghasilan yang diterima secara tidak teratur berupa tunjangan hari raya, tantien,
gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan lainnya yang sifafiya tidak tetap.
c. Upah harian, mingguan, satuan, dan upah borongan.
d. Uang tebusan pensiun, pesangon, tabungan hari tua, dan pembayaran lain yang
sejenis.
e. Honorarium, hadiah, penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21 (Sukan Obek Pajak) :
a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan
kerja, asuransi jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan Wajib Pajak.
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun dan iuran jaminan hari tua.
d. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diberikan pemerintah.
e. Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
Adapun penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 secara final adalah :
a. Uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun dan tunjangan hari tua
atau tabungan yang dibyarkan sekaligus oleh penyelenggara JAMSOSTEK.
b. Uang pesangon.
c. Hadiah dan penghargaan perlombaan.
d. Honorarium dan komisi yang diberikan penjaja barang clan petugas dinas luar
asuransi.
e. Penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun yang
diterima oleh pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI.
2. Subjek Pajak PPh Pasa1 21
Adapun yang menjadi subjek pajak penghasilan yang dipotong PPh 21 adalah
Orang Pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan:
a. Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis.
b. Pegawai Tetap adalah Orang Pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
menerima atau dewan komisaris atau anggota dewan pengawas yang mengelola
perusahaan secara langsung.
c. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri yang memperoleh gaji,
F. Pengurang Yang diperbolehkan dalam menghitung PPh Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap
1. Biaya Jabatan
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 3 UU No 7 tahun 1983 sebagaimana
diubah terakhir dengan UU No 10 Tahun 1994 dan di ubah kembali menjadi UU No 36
Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% dikali dengan penghasilan Bruto.
Dan dimana didalam Peraturan Menteri Keuangan RI No 250 / PMK.03 / 2008 di
dalam Pasal 1 ayat 1 memutuskan bahwa hasil perhitungan anatara penghasilan bruto
dengan ketentuan tarif yang ditetapkan, biaya jabatan setinggi-tingginya Rp.b.000.000 (
enam juta rupiah ) setahun atau Rp.500.000 ( lima ratus ribu rupiah ) sebulan.
2. Biaya Pensiun
Sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 3 UU No. 7 Tahun 1983
sebagaimana diubah menjadi UU No 10 Tahun 1994 dan diubah lagi menjadi UU No 36
Tahun 2008 ditetapkan tarif sebesar 5% dikali dengan penghasilan Bruto.
Dan dimana didalam Peraturan Menteri Keuangan RI No 250 / PMK.03 /2008
didalam Pasal 1 ayat 2 memutuskan bahwa perhitungan antara penghasilan bruto dengan
tarif yang ditetapkan, Biaya Pensiun setinggi-tingginya Rp.2.400.000 ( dua juta empat
G. Pengurangan Untuk Menghitung Penghasilan Kena Pajak
Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak Dalam
Negri, Penghasilan nettonya dikurangi dengan jumlah PTKP.
Besarnya PTKP yang berlaku sesuai dengan pasal 7 UU PPh No.17 Tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan UU PPh No.36 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
1 Januari 2001 (Lama)
Keterangan Setahun Sebulan
1) Wajib Pajak Oran Pribadi R p.13.200.000 Rp. 1.100.000 2) Tambahan Untuk Wajib Rp. 1.200.000 Rp. 100.000 Pajak Kawin
3) Tambahan untuk setiap Rp. 1.200.000 Rp. 100.000 Anggota keluarga sedarah
dan semanda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang ditanggung sepenuhnya, maksimal 3 orang .
1 Januari 2009 ( Baru )
Keteran an Setahun Sebulan
Untuk Wajib Pajak Rp .15.840.000 R .1.320.000
Tambahan Untuk Wajib Rp. 1.320.000 Rp. 110.000
Pa'ak an Kawin
Tambahan untuk seorang Rp. 15.840.000 Rp.1.320.000
yang penghasilannya di gabung dengan penghasilan suami
Tambahan untuk setiap Rp. 1.320.000 Rp. 110.000 anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
H. Tarif Pajak Penghasilan
Tarif Pasal 17 UU No.17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU
No.36 Tahun 2008, dengan ketentuan berikut:
Tarif Pasal 17 UU No.17 Tahun 2000 (Lama)
1 Januari 2001
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 25.000.000 5 %
Diatas Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10 %
Diatas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15 %
Diatas Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25 %
Diatas Rp. 200.000.000 35 %
Tarif UU PPh No.36 Tahun 2008 (Baru)
1 Januari 2009
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000 5 %
Diatas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 250.000.000 15 %
Diatas Rp. 250.000.000 s/d Rp. 500.000.000 25 %
I. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan teratur pegawai
tetap :
1. Penghasilan Netto sebulan dicari dengan cara mengurangkan penghasilan bruto
dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuran, Tunjangan Hari Tua, kemudian
disetahunkan.
2. Apabila Wajib Pajak mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan
netto disetahunkan dengan mengalihkan penghasilan netto sebulan dengan
banyaknya bulan sejak Wajib Pajak mulai bekerja sampai dengan Desember.
3. Penghasiian Netto disetahunkan diatas selanjutnya dikurangi PTKP untuk
memperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP) kemudian menghitung PPh 21
setahun, dengan mengalihkan PKP dengan tarif.
4. Untuk memperoleh PPh 21 sebulan atas penghasilan, jumlah PPh 21 setahun
dibagi dengan banyaknya bulan wajib pajak bekerja.
5. Tarif yang telah ditetapkan adalah tarif Pasal 17 UU PPh Tahun
2009. Berikut ini adalah contoh penghitungan PPh 21 terhadap
pegawai tetap :
Tuan Acun Status menikah dengan satu anak (K/1) bekerja pada PT. X dengan
memperoleh gaji perbulan Rp.2.500.000,.PT. X masuk program Jamsostek, Premi
asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian di tanggung perusahaan sebesar
Rp.100.000 dan Rp.50.000 disamping penanggung kerja menanggung iuran pensiun yang
Penghitungan PPh Pasa121 Tuan Acun sebagai berikut :
Gaji sebulan : Rp.2.500.000
Premi Asuransi Kecelakaan Kerja Rp. 100.000
Premi Asuransi Kematian : Rp. 50.000
(Maksimum yang diperbolehkan Rp.500.000)
2. turan Pensiun = Rp. 25.000
3. luran THT = Rp. 10.000
Jumlah
Penghasilan Netto sebulan =Rp.2.482.500 =Rp. 167.500
Penghasilan Netto setahun 12 x Rp.2.482.500 =Rp.29.790.000
PTKP:
a. Untuk WP Sendiri = Rp. 15.840.000 b. Untuk WP Kawin = Rp.
c. Tambahan 1 anak = Rp.
1.320.000
1.320.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
=Rp.18.480.000
=Rp.11.3 10.000
PPh Terutang setahun :
5% x Rp.11.310.000 =Rp.565.500
PPh Terutang sebulan :
BAB IV
ANALISA DATA DAN EVALUASI
A. Prosedur Pemungutan/Pemotongan dan Pelaporan Pajak Pennghasilan (PPh) Pasal 21 atas Pegawai Administrasi Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I Kota Medan.
Adapun pemungutan/pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 21 atas Pegawai
Administrasi Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I
Kota Medan adalah :
1. UU Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.36 Tahun
2008.
2. Keputusan Menteri Keuangan RI No 521 / KMK.04/1998 yang berubah
menjadi Peraturan Menteri Keuangan RI No 250 / PMK.03/2008
Tentang biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
3. Keputusan Menteri Keuangan No 541 / KMK.04/2000 Tentang
Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak,
tempat pembayaran pajak, tata cara pembayaran, penyetoran dan
pelaporan pajak serta tata cara angsuran dan penundaan pajak.
4. Keputusan Direktorat Jendral Pajak No KEP-545/PJ/2000 Tentang
Petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa
B. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasat 21 Pada Pegawai Administrasi Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Kota Medan.
1. Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Objek pajak penghasilan PPh Pasal 21 pada Pegawai Administrasi Kantor Balai Besar
Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I Kota Medan adalah penghasilan
yang diterima atau diperoleh baik penghasilan secara teratur maupun penghasilan yang
diterima secara tidak tetap antara lain bonus dan tunjangan hari raya.
2. Subjek Pajak Penghasilan Pasa1 21
Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Pegawai Administrasi Kantor Balai
Besar Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I Kota Medan adalah karyawan
tetap pada BBMKG yang melakukan pekerjaan berdasarkan surat ketetapan yang
ditentukan pimpinan dengan menerima atau memperoleh gaji yang telah ditentukan
berdasarkan jabatan dan golongan karyawan BBMKG.
3. Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21 atas Pegawai Kantor Balai Besar Meteorologi, Ktimatologi dan Geofisika Wilayah I Kota Medan.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika adalah Lembaga
Pemerintahan Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden yang diwajibkan menurut Undang-Undang perpajakan untuk membayar pajak
dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
Dalam menghitung pajak PPh Pasal 21 Pegawai Balai Besar Meteorologi,
keuangan Pegawai Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika dengan
penyelesaian secara komputerisasi oleh pegawainya untuk kelengkapan
administrasinya.Dari interview yang dilakukan selama PKLM dapat disimpulkan bahwa
karyawan dipungut PPh Pasal 21 adalah karyawan tetap yang menerima gaji tunjangan
umum, tunjangan jabatan, tunjangan beras, tunjangan hari raya, tunjangan Pegawai Balai
Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, pajak dan tunjangan lainnya.
Cara pemungutan pajak PPh Pasal 21 Pegawai Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Kota Medan melalui Gaji pokok tambahan dengan
tunjangan tersebut maka diperoleh penghasilan bruto sebulan.Untuk mendapatkan
penghasilan netto dapat dicari dengan cara memperhitungkan berapa pajak penghasilan,
iuran wajib pegawai dan sewa rumah dinas/Taperum bagi pegawai tetap yang
menggunakan rumah dinas.Selain itu Pegawai Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika dapat potongan melalui tunjangan istri sebesar 10% dan tunjangan anak
sebesar 2%.
Dari pengamatan yang dilakukan penulis selama melakukan PKLM di Kantor
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I Kota Medan dapat
disimpulkan bahwa pemungutan pajak Penghasilan PPh Pasal 21 telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.Dimana
Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Kota Medan
sebagai pemungutan setiap bulannya terhadap gaji pegawai tetapnya.
Berikut beberapa daftar gaji dan PPh Pasal 21 yang dibayarkan oleh Karyawan
Pegawai Administrasi Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
NO NAMA NIP/GOL
GAJI POKOK + T.KELUARGA (ANAK+ISTRI)
T.JABATAN T.BERAS PENGHASILAN
BRUTTO
Rp.2.025.000 Rp.211.500 Rp.5.695.040 Rp.179.459
2 Drs.Raden
Rp.980.000 Rp.169.200 Rp.4.277.816 Rp.115.747
3 Drs.Richard
Rp.980.000 Rp.126.900 Rp.4.170.144 Rp.105.191
4 Drs.Rahman S
Rp.185.000 Rp.169.200 Rp.3.360.965 Rp.62.497
5 Natalia
Rp.490.000 Rp.169.200 Rp.3.536.093 Rp.71.509
Tabel diatas berdasarkan data yang diambil dari Kantor Balai Besar
Meteorologi, Klimatologi dan Gcofisika Wilayah I Kota Medan untuk bulan Juli
2009.
Berikut ini merupakan tata cara perhitungan PPh pasal 21 pada pegawai /
karyawan Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 KANTOR BALAI BESAR
METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH I KOTA MEDAN
Nama : Drs.Hendar Gunawan,M.Sc
NIP :120100837
Jabatan : Kepala BBMKG Wilayah I
Gaji Pokok : Rp.2.981.500
Tunjangan Pajak :
Tunjangan Istri : Rp. 298.150
Tunjangan Anak : Rp. 178.890
Tunjangan Jabatan : Rp.2.025.000
Tunjangan Beras :
: R p. 211.500 +
Penghasilan Brutto :
Rp.5.695.040
Rp.2.886.706 +
Potongan Pajak :
- Biaya Jabatan 5 % x Peng.Brutto
5 % x Rp. 5.695.040 : Rp. 284.752
- Biaya Pensiun : Rp. 61.102 +
Penghasilan Netto Sebulan :Rp.5.349.186
Penghasilan Netto Setahun 12 x 5.349.186 :Rp.64.190.232
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 2009
- PTKP Sendiri : Rp. 15.840.000
- PTKP Status Kawin : Rp. 1.320.000
- PTKP Anak 3
: Rp. 21.120.000 : Rp. 3.960.000 +
Perhitungan PPh Pasal 21
- Penghasilan Netto Setahun : Rp. 64.190.232
- Penghasilan Tidak Kena Pajak :
Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) : Rp. 43.070.232
Rp. 21.120.000 -
PPh Pasal 21 Setahun :
5 % x Rp. 43.070.232 : Rp. 2.153.511
PPh Pasal 21 Terhutang Sebulan :
Nama : Drs. Raden Syaefuddin
NIP : 120089674
Jabatan : Kepala Tata Usaha
Gaji Pokok : Rp. 2.744.400
Tunjangan Pokok :
- Tunjangan Istri : Rp. 274.440
- Tunjangan Anak : Rp. 109.776
- Tunjangan Jabatan : Rp. 980.000
- Tunjangan Beras : Rp. 169.200
Penghasilan Bruto : Rp. 4.277.816
: Rp. 1.533.416 +
Potongan Pajak
- Biaya Jabatan 5 % x Peng.Bruto
5 % x Rp. 4.277.816 : Rp. 213.890
- Biaya Pensiun : Rp. 98.970 +
Penghasilan Netto Sebulan : Rp. 3.964.956
: Rp. 312.860 –
Penghasilan Netto Setahun : Rp. 47.579.472
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 2009
- PTKP Sendiri : Rp. 15.840.000
- PTKP Anak 2
: Rp. 19.800.000 : Rp. 2.640.000 +
Perhitungan PPh Pasal 21
- Penghasilan Netto Setahun : Rp. 47.579.472
- Penghasilan Tidak Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak ( PKP ) : Rp. 27.779.472 : Rp. 19.800.000 -
PPh Pasal 21 Terhutang Setahun :
5 % x Rp. 27.779.472 : Rp. 1.388.973
PPh Pasal 21 Terhutang Sebulan :
C.Prosedur Penyetoran PPh Pasal 21 Pegawai Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika Wilayah I Kota Medan.
Adapun Prosedur yang dilakukan oleh Pegawai Kantor Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika dalam menyetorkan PPh Pasal 21 yang telah dipungut atas
penghasilan karyawan/pegawai sebagai berikut :
1 Setelah seluruh PPh Pasal 21 dihitung dan dipungut setiap bulannya kemudian
disetorkan oleh pihak Pegawai Administrasi Kantor Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika ke kantor
2 Batas waktu pembayaran atau penyetoran PPh Pasal 21 yang telah dipungut
oleh Pegawai Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Wilayah I Kota Medan adalah :
a) Untuk pembayaran Masa PPh Pasal 21 paling lambat tanggal 10
bulan takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir.
b) Pembayaran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan PPh Pasal 21 dibayar lunas selambatlambatnya tanggal 25
bulan ketiga setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir,
sebelum SPT itu disampaikan.
3 Sarana yang digunakan dalam pembayaran dan penyetoran PPh Pasal 21 yang
terutang adalah dengan menggunakan SSP (Surat Setoran Pajak).Dimana SSP
harus diisi dengan jumlah seluruh PPh Pasal 21 yang terutang atau yang akan
4 SSP yang digunakan terdiri dari 5 rangkap antara lain :
a) Lembar 1 untuk Pegawai Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Wilayah I Kota Medan.
b) Lembar 2 untuk Kantor Pelayanan Pajak.
c) Lembar 3 untuk dilaporkan Pegawai Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika ke Kantor Pelayanan Pajak.
d) Lembar 4 untuk Bank Bukopin.
D.Pendaftaran Pajak Penghasilan
1) Pegawai Administrasi Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Wilayah I Kota Medan sebagai bendaharawan pemerintah.Pegawai
Administrasi Kantor Balai Besar Wilayah I Kota Medan sebagai bendaharawan
pemerintah mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak Kota Medan atau
Kantor Penyuluhan & Pengamatan Potensi Pajak.
2) Pegawai Administrasi Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Wilayah I Kota Medan ke Kantor Pelayanan Penyuluhan &
Konsultasi Perpajakan ( KP2KP ) untuk diberikan NPWP.
3) Bendaharawan menghitung, memungut, menyetor PPh Pasal 21 yang terhutang
setiap bulannya.
4) Bendaharawan memberikan bukti pemungutan PPh Pasal 21, baik diminta atau
tidak pada saat dilakukan pemungutan pajak.
5) Bendaharawan memberikan Bukti pembayaran PPh Pasal 21 Tahunan kepada
Karyawan & pensiunan dalam jangka waktu 2 bulan setelah tahun pajak
berakhir.Apabila Karyawan / Pegawai berhenti bekerja / pension pada bagian
tahun takwin maka bukti potongan diberikan paling lambat 1 bulan setelah
karyawan / pegawai itu berhenti.
6) Bendaharawan mengisi, menandatangani dan menyampaikan SPT PPh Pasal 21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1) Prosedur perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Administrasi Kantor Balai Besar
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Kota Medan dilakukan
dengan cara mengumpulkan semua penghasilan yaitu gaji pokok, tunjangan
keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan beras, bonus dan lain-lain dikurangkan
dengan pengurangan yang diperkenankan antara lain iuran pensiun, biaya
jabatan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang kemudian diperoleh
Penghasilan Kena Pajak.
2) Pegawai Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika bagian
keuangan setelah melakukan perhitungan dan pemungutan/pemotongan PPh
Pasal 21 maka selanjutnya akan disetorkan Ke Bank Bukopin.
3) Pegawai Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika bagian
Keuangan telah melakukan prosedur perpajakannya dengan baik sehingga
mampu menghindari dari upaya-upaya pelanggaran hukum, dalam hal ini
4) Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh Kantor Balai Besar Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika telah dapat diatasi atau diantisipasi oleh pihak
Pegawai Administrasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,
contohnya kesalahan yang sering terjadi yaitu pegawai yang berstatus kawin,
maka Pegawai Administrasi benar memperhatikan keadaan karyawan dan
benar-benar mengetahui peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
5) Dengan menggunakan data yang ada,perhitungan PPh Pasal 21 pada karyawan
/ pegawai Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Kota
Medan sesuai dengan tabel gaji dan PPh Pasa121yang dipotong.
B.Saran
1) Mengingat peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia ini sering
mengalami perubahan, diharapkan kepada pihak Pegawai Administrasi Kantor
Ba1ai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Kota Medan
akan dapat menghitung Pajak Penghasilannya atas PPh Pasal 21 dengan benar
tanpa mengalami kesalahan-kesalahan yang melanggar peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2) Diharapkan pihak Pegawai Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Wilayah I Kota Medan agar dapat meningkatkan ketelitian dan
pengawasan dalam penghitungan, pemungutan/pemotongan, penyetoran serta
pelaporan PPh Pasal 21 berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan yang
berlaku sehingga nantinya tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan
3) Diharapkan lagi Pegawai Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Wilayah I Kota Medan untuk meningkatkan lagi fasilitas penunjang
dalam melaksanakan prosedur pemungutan dengan teknologi otomatis seperti
proses komputerisasi dalam pemotongan gaji karyawan/pegawai sehingga
meminimalisasikan kesalahan dibanding secara manual oleh pihak yang
berwenang.
4) Sebaiknya Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
khususnya di Bidang Administrasi agar memperhatikan kondisi keadaan
karyawan/pegawai dalam menetapkan PTKP, apakah pegawai tersebut
berstatus kawin atau tidak atau mempunyai tanggungan atau tidak sehingga
karyawan/pegawai tidak dirugikan.
5) Dalam era sekarang ini banyak perusahaan / kantor yang berusaha untuk
memperkecil jumlah pajaknya ataupun menggelapkan pajaknya, maka harus
diharapkan kepada perusahaan / kantor untuk dapat terus mengikuti peraturan
perpajakan yang ada dan dapat menghindari kecurangan-kecurangan yang
dapat menjadi sebuah pelanggaran hukum yang nanti akan berdampak buruk
terhadap perusahaan / kantor itu sendiri.
6) Dengan dikeluarkanya Pasal 21 UU PPh Tahun 2008,maka sangat baik apabila
Kepala Kantor Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I
Kota Medan menghimbau kepada karyawan/pegawai atas pentingnya Nomor
Pokok Wajib Pajak, hal ini di karenakan apabila seorang pegawai tidak
memiliki NPWP maka akan dikenakannya sanksi administrasi berupa tarif
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Sihaloho Cyrus,2006, Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grafindo
Persada; Jakarta.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Keputusan menteri Keuangan RI No 521 / KMK.04 / 1998 Tentang Biaya Jabatan Dan Biaya
Pensiun.
Peraturan Menteri Keuangan RI No 250 / PMK / 2008 Tentang Biaya Jabatan Dan Biaya
Pensiun.
Soemitro, Rochmat, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994, P1' Eresco,