• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MELALUI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DENGAN METODE FOCUS GROUP DISCUSSION DI SMA/SMK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MELALUI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH DENGAN METODE FOCUS GROUP DISCUSSION DI SMA/SMK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENYUSUN PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

MELALUI SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS

SEKOLAH DENGAN METODE FOCUS GROUP DISCUSSION

DI SMA/SMK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

MUHADIS MAHAMERU NIM. 8146132050

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

MUHADIS MAHAMERU. Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Menyusun Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah Dengan Metode Focus Group Discussion di SMA/SMK Kabupaten Kepulauan Anambas. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun panduan kegiatan ekstrakurikuler melalui supervisi manajerial pengawas sekolah dengan metode focus group discussion di SMA/SMK Kabupaten Kepulauan Anambas. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah pada SMA/SMK Negeri di Kabupaten Kepulauan Anambas berjumlah 5 orang kepala sekolah. Subjek ditentukan dengan cara purposive. Instrumen penelitian untuk mengetahui kemampuan kepala sekolah dalam menyusun program kegiatan ektrakurikuler digunakan pedoman daftar cocok dengan jumlah butir sebanyak 7. Sedangkan untuk mengamati kegiatan metode focus group discussion untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam meyusun program kegiatan ektrakurikuler digunakan pedoman daftar cocok dengan jumlah butir sebanyak 23. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah dengan dua siklus. Hasil penelitian adalah penilaian kemampuan kepala sekolah dalam menyusun panduan kegiatan ektrakurikuler pada siklus I yaitu dengan nilai 63,43% dan pada siklus II yaitu dengan nilai 84,57% dan tergolong kategori baik. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa penerapan supervisi pengawas sekolah dengan metode focus group discussion dapat meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun panduan kegiatan ekstrakurikuler di SMA/SMK Kabupaten Kepulauan Anambas. Implikasi dari penelitian ini secara khusus ditujukan kepada supervisor yaitu menerapkan metode focus group discussion untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun panduan kegiatan ektrakurikuler.

(6)

ii

ABSTRACT

MUHADIS MAHAMERU. Upgrades Principal in Extracurricular Activities Guide Sorting Through Managerial Supervision Supervisors Method Focus Group Discussion in High School / Vocational School Kepulauan Anambas District. Thesis. Graduate Program, State University of Medan, 2016.

The purpose of this study is to determine the ability of an increase in the principal guidelines on extracurricular activities through managerial supervision by school inspectors focus group discussion method in SMA / SMK Kepulauan Anambas District. The subject of this research is the principal at the high school / vocational school in Kepulauan Anambas District 5 school principals. The subject is determined by purposive. The research instrument to determine the ability of the principal to arrange extracurricular activities program is a list of guidelines to match the number of grains of 7. The method for observing the activities focus group discussions to improve the ability of school principals in extracurricular activities program sequence used guidelines list match the number of points by 23. this study used action research school with two cycles. The result is an assessment of the ability of principals in extracurricular activities drew the first cycle with the value 63.43% and in the second cycle with the value 84.57% and belongs to both categories. Based on the analysis concluded that the application of the regulatory supervision of schools by the method of focus group discussions can increase the ability of school principals in preparing guidance extracurricular activities in high school/vocational Kepulauan Anambas District. The implication of this research is specifically directed to the supervisor to apply the method of focus group discussion to improve the ability of the principal to arrange extracurricular activities guide.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat kasih

dan anugerahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang

berjudul: Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Menyusun Panduan

Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah

Dengan Metode Focus Group Discussion di SMA/SMK Kabupaten Kepulauan

Anambas.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterimakasih kepada

semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi

dalam menyelesaikan tesis ini. Dengan rasa tulus dan hormat penulis

menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1) Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah,

Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan yang telah memberikan beasiswa bagi penulis sehingga dapat

menimba ilmu di Universitas Negeri Medan.

2) Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku rektor Universitas Negeri Medan dan

semua staf pengajar yang telah memberikan fasilitas dan pembelajaran selama

(8)

iv 3) Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

4) Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd, sebagai pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis untuk kreatif dan tetap bersemangat

selama penyusunan tesis.

5) Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, sebagai pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan, serta meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya kepada

penulis dengan sepenuh hati.

6) Prof. Dr. Siman, M.Pd, sebagai nara sumber yang telah memberikan banyak

ilmu untuk kesempurnaan tesis ini

7) Dr. Saut Purba, M.Pd, sebagai nara sumber yang telah memberikan banyak

ilmu untuk kesempurnaan tesis ini.

8) Dr. Darwin, M.Pd, sebagai nara sumber sekaligus ketua program AP.

Kepengawasan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

9) Ibunda tercinta beserta keluarga besar di Solo. Terima kasih atas doa-doa

yang tidak pernah berhenti memohon yang terbaik untuk putranya.

10)Keluarga baru di Medan, Atok dan ibu Nurleli; Habibullah Hasibuan dan

Kak Fany.

11)Teman-teman seperjuangan AP. Kepengawasan angkatan ketiga, banyak

pembelajaran yang penulis dapat dari kalian semua.

Medan, 8 Juni 2016

(9)

v DAN KERANGKA BERPIKIR ... 14

A. KajianTeoretis ... 14

1. Hakikat Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Menyusun Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 14

a. Kemampuan Kepala Sekolah ... 14

b. Program Ekstrakurikuler ... 18

2. Hakikat Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah ... 30

B. Kerangka Berpikir ... 48

C. Hipotesis Tindakan ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

B. Subjek Penelitian ... 51

C. Definisi Operasional Variabel ... 51

D. Prosedur Penelitian ... 57

E. Kriteria Keberhasilan ... 65

F. Instrumen Penelitian/Alat Pengumpulan Data ... 66

G. TeknikAnalisis Data... 69

H. Indikator Keberhasilan ... 70

I. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

1. Kondisi Awal (Prasiklus) ... 72

2. Siklus I ... 77

3. Siklus II ... 85

(10)

vi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Implikasi ... 96

C. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tabel Indikator Keberhasilan ... 66

Tabel 3.2. Tabel Kisi-kisi Daftar Kemampuan Kepala Sekolah

dalam Program Kegiatan Ekstrakurikuler dengan

Metode FGD ... 66

Tabel 3.3. Tabel Kisi-kisi Daftar Cocok Kemampuan Kepala Sekolah

Dalam Menyusun PanduanProgram Kegiatan

Ekstrakurikuler ... 69

Tabel 3.4. Tabel Kisi-kisi Keterlaksanaan Langkah-langkah

Supervisi Manajerial ... 69

Tabel 4.1 Skor Penilaian Observasi Panduan Program Kegiatan

Ekstrakurikuler ... 74

Tabel 4.2 Skor Penilaian Observasi Panduan

Kegiatan Ekstrakurikuler (Siklus I) ... 80

Tabel 4.3 Persentase Perbandingan Nilai Pada Data Awal

(Prasiklus) dan Siklus I ... 83

Tabel 4.4 Skor Penilaian Observasi Panduan Program Kegiatan

Ekstrakurikuler (Siklus II) ... 87

Tabel 4.5 Persentase Perbandingan Nilai Pada Siklus I dan Siklus II ... 89

Tabel 4.6 Skor Persentase Keseluruhan Rata-rata Pengamatan

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

ix

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Skor Penilaian Observasi Panduan

Kegiatan Ekstrakurikuler (Prasiklus) ... 76

Grafik 4.2. Skor Penilaian Observasi Panduan Kegiatan

Ekstrakurikuler (Siklus I) ... 82

Grafik 4.3 Persentase Perbandingan Nilai Pada Data

Awal (Prasiklus) dan Siklus I ... 84

Grafik 4.4. Skor Penilaian Observasi Panduan Kegiatan

Ekstrakurikuler (Siklus II)... 88

Grafik 4.5 Persentase Perbandingan Nilai Pada

Siklus I dan Siklus II ... 90

Grafik 4.6 Persentase Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 93

Grafik 4.7 Skor Persentase Keseluruhan Rata-rata

Pengamatan Tindakan Pada Prasiklus, Siklus I

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Penilaian Observasi Kemampuan

Kepala Sekolah dalam Proses Menyusun Panduan

Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Metode FGD ... 102

Lampiran 2. Lembar Penilaian Observasi Panduan

Kegiatan Ekstrakurikuler ... 105

Lampiran 3. Lembar Penilaian Observasi Mengidentifikasi

Permasalahan Supervisi Manajerial ... 108

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembukaan Undang–undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk itu setiap warga negara

Republik Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai

minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis,

agama dan gender.

Tantangan dalam pendidikan adalah menyiapkan peserta didik untuk

hidup di zaman millennium ketiga, hal ini disebabkan karena pada zaman

tersebut sebagian besar apa yang terjadi dan kondisinya belum dikenal, penuh

persaingan yang luar biasa, penuh perubahan serta penuh tantangan.

Masalah pokok pendidikan kita dewasa ini adalah peningkatan mutu

pada setiap jenis, jenjang dan jalur pendidikian. Oleh sebab itu, pemerintah

menetapkan delapan standar nasional pendidikan yakni: (1) standar isi, (2)

standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan

tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar

pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan

(PP. No. 19 Tahun 2005). Standar nasional pendidikan sebagaimana

dikemukakan di atas, pada hakekatnya menjadi arah dan tujuan

penyelenggaraan pendidikan. Dengan kata lain, standar nasional pendidikan

harus menjadi acuan sekaligus kriteria dalam menetapkan keberhasilan

(16)

2

Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru,

sarana dan prasarana serta pembiayaan terpenuhi sebagai syaratnya. Guru

sebagai tenaga kependidikan pada masa mendatang akan semakin kompleks,

sehingga menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai

peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Pendidikan yang

bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang profesional.

Tenaga kependidikan mempunyai peran yang sangat strategis

dalam membentuk sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan

peserta didik. Oleh karena itu tenaga kependidikan yang profesional akan

melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga menghasilkan tamatan

yang lebih bermutu. Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak

akan terwujud begitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya,

adapun salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan pengembangan

profesionalisme. Hal ini dibutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai

peran penting dalam hal ini adalah kepala sekolah yang merupakan pimpinan

pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung

dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.

Supervisor merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya

peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah yang kompetitif. Pengawasan

atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan

kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara

individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses

(17)

3

Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah

(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009: 20) dinyatakan bahwa supervisi

manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan

sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas

sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian,

pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan

sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial,

pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator

dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah,

(2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi

sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator

terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

Supervisi manajerial pada saat ini diberi tambahan tugas berupa

implementasi kurikulum 2013 serentak di seluruh sekolah di Indonesia.

Pengawas harus melakukan konsentrasi supervisi manajerial bukan saja

tentang pengelolaan dan administrasi pelaksanaan kurikulum lama (KTSP

2006), tetapi harus melakukan supervisi pada implementasi Kurikulum 2013.

Supervisi manajerial yang berkaitan langsung dengan terselenggaranya

Kurikulum 2013, di antaranya :

a. Manajemen KTSP 2013 dan pembelajaran saintifik.

b. Manajemen ekstrakulikuler wajib dan pilihan

c. Administrasi buku guru dan buku siswa.

d. Analisis ratio PTK dalam program peminatan.

(18)

4

f. Hubungan sekolah dan masyarakat.

g. Layanan kusus peminatan.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam

tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan

ekstrakurikuler yang merupakan salah satu kegiatan dalam program

kurikuler. Panduan kegiatan ekstrakurikuler merupakan program kurikuler

yang alokasi waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa

panduan kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional

(supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan

dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang baik dan penting karena

memberikan nilai tambah bagi para siswa dan dapat menjadi barometer

perkembangan/kemajuan sekolah yang sering kali diamati oleh orangtua

siswa maupun masyarakat dengan adanya kegiatan ekstra tersebut diharapkan

suasana sekolah menjadi lebih hidup.

Menurut Sulisyowati (2012:60) pengembangan diri merupakan

kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari

(19)

5

pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui

kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan

kehidupan sosial, kegiatan belajar dan pengembangan karir serta kegiatan

ekstrakulikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan

perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler dan intrakurikuler.

Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat

mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan

ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti

oleh para siswa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan.

Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di

sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan

memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas

wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap dan nilai-nilai.

Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus Besar Bahasa Indonesia

(2002: 291) yaitu suatu kegiatan yang berada di luar program yang 10 tertulis

di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa.

Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib.

Kegiatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menentukan

kegiatan sesuai dengan bakat dan minat mereka. Berdasarkan penjelasan

tentang ekstrakurikuler tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran yang dilakukan, baik di

(20)

6

memperkaya pengetahuan siswa, mengenal hubungan antar berbagai

pelajaran, serta menyalurkan bakat dan minat.

Saputra, Yudha (1998: 6) mendefinisikan kegiatan ekstrakurikuler

adalah kegiatan di luar jam pelajaran sekolah biasa yang dilakukan di sekolah

atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa

mengenai hubungan antar pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta

melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler

merupakan program yang berupa pengayaan dan perbaikan yang berkaitan

dengan kegiatan intrakurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional

(supplement dan complement) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan

dalam rencana kerja tahunan atau kalender pendidikan satuan pendidikan.

Pengawas dapat merekam data program ekstrakurikuler dengan cara

membaca program ekstrakurikuler yang disusun oleh sekolah. Di dalam

panduan kegiatan ekstrakurikuler tersebut harus tergambar pengelolaan

kepala sekolah, meliputi penentuan ekstrakurikuler pilihan, mengembangkan

kegiatan pramuka, pemilihan pembina dan pelatih handal, menentukan tehnis

pelaksanaan ekstrakurikuler dan pembiayaannya. Pengawas harus

memberikan pembimbingan kepada kepala sekolah agar penyusunan panduan

ekstrakurikuler mengacu pada petunjuk pelaksanaan ekstrakurikuler dalam

Permendikbud No. 81A Lampiran III.

Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada

aspek-aspek pengelolaan dan administrasi Sekolah yang berfungsi sebagai

(21)

7

penyusunan program pengembangan diri melalui ekstrakurikuler. Supervisi

manajerial dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: monitoring dan

evaluasi, FGD, metode Delphi, dan Workshop.

Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan

secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, komite

sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan

refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor

penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk

ini dapat berbentuk focus group discussion (FGD), yang melibatkan

unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan

dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Tujuan FGD adalah untuk

menyatukan stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan)

sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional

yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini

adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan,

untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

Agar FGD dapat berjalan efektif, maka diperlukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Sebelum FGD dilaksanakan, semua peserta sudah mengetahui maksud

diskusi serta permasalahan yang akan dibahas.

2) Peserta FGD hendaknya mewakili berbagai unsur, sehingga diperoleh

pandangan yang beragam dan komprehensif.

3) Pimpinan FGD hendaknya akomodatif dan berusaha menggali

(22)

8

4) Notulen hendaknya benar-benar teliti dalam mendokumentasikan usulan

atau pandangan semua pihak.

5) Pimpinan FGD hendaknya mampu mengontrol waktu secara efektif, dan

mengarahkan pembicaraan agar tetap fokus pada permasalahan.

6) Apabila dalam satu pertemuan belum diperoleh kesimpulan atau

kesepakatan, maka dapat dilanjutkan pada putaran berikutnya. Untuk ini

diperlukan catatan mengenai hal-hal yang telah dan belum disepakati.

Pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi manajerial dengan

metode focus group discussion (FGD) dalam penyusunan panduan kegiatan

ekstrakurikuler dilaksanakan dengan unsur-unsur yang terlibat diantaranya

kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang akademik/kurikulum, wakil

kepala sekolah bidang kesiswaan, guru, pembina kegiatan ekstrakurikuler dan

pelatih kegiatan ekstrakurikuler.

Pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan melalui implementasi

kurikulum 2013 dengan salah satu implementasinya ialah meningkatkan

kegiatan ekstrakurikuler juga wajib dilaksanakan di kabupaten Kepulauan

Anambas. Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan salah satu kabupaten

yang terletak di provinsi Kepulauan Riau.

Kabupaten Kepulauan Anambas terletak antara 2010’0”-3040’0” LU

s/d 105015’0”-106045’0” BT (Sumber: UU No. 33 Tahun 2008). Sebagai

wilayah kepulauan, kabupaten Kepulauan Anambas memiliki karakteristik

yang berbeda dengan wilayah lainnya, hal ini dikarenakan sebagian besar

wilayahnya terdiri dari lautan dan pulau-pulau yang tersebar di perairan Laut

(23)

9

Anambas menurut UU No. 33 Tahun 2008 yang memuat pulau-pulau besar

dan kecil serta pulau terluar dengan batas wilayah adalah :

Sebelah Utara : Laut Cina Selatan

Sebelah Selatan : Kepulauan Tembelan

Sebelah Barat : Laut Cina Selatan

Sebelah Timur : Laut Natuna

Dari hasil verifikasi penamaan pulau yang dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Pemerintahan Umum Departemen Dalam Negeri, kabupaten

Kepulauan Anambas mempunyai 283 pulau, termasuk didalamnya 5 pulau

terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Pulau-pulau

tersebut satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh perairan. Pada gugusan

beberapa pulau kondisi daratannya berbukit-bukit dan landai di bagian

pantainya. Dari jumlah pulau yang ada sekitar 26 pulau berpenghuni dan 212

pulau belum berpenghuni, termasuk didalamnya 5 pulau terluar.

Pembagian wilayah administratif kabupaten Kepulauan Anambas

berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2008 terdiri dari 6 kecamatan, 2

kelurahan dan 32 desa. Ditambah dengan 1 kecamatan yaitu Kecamatan

Siantan Tengah yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten

Natuna Nomor 17 Tahun 2008. Berdasarkan keputusan tersebut letak

masing-masing Ibukota Kecamatan :

(24)

10

Kondisi wilayah kabupaten Kepulauan Anambas untuk melakukan

pergerakan antar wilayah kecamatan hanya dapat dilalui dengan tranportassi

laut. Sedangkan untuk melakukan perjalanan ke provinsi dapat melalui

transportasi laut dan udara. Berdasarkan kondisi kabupaten Kepulauan

Anambas saat ini dengan permasalahan di bidang ekonomi, infrastruktur,

sumberdaya manusia termasuk kapasitas aparatur, serta sosial budaya

masyarakat, dan dengan memperhatikan isu-isu strategis daerah, maka

peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang menjadi prioritas namun

pelaksanaannya perlu kerja yang lebih keras lagi.

Peningkatan mutu pendidikan di kabupaten Kepulauan Anambas

juga tidak dapat lepas dari peran pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru

dalam menjalankan kegiatan pendidikan. Permasalahan yang terjadi pada

kepala sekolah di kabupaten Kepulauan Anambas antara lain kepala sekolah

belum memahami dan menguasai apa yang menjadi tanggung jawabnya yang

berkenaan dengan peningkatan kemampuan manajerialnya. Salah satu

diantaranya adalah di kabupaten Kepulauan Anambas belum ada kepala SMA

atau SMK yang sudah menyusun buku panduan kegiatan ekstrakurikuler di

sekolahnya. Hal ini merupakan permasalahan yang perlu penanganan segera

oleh pengawas sekolah. Untuk itu perlu dilakukan supervisi manajerial yang

dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap kepala sekolah yang ada di

Kabupaten Kepulauan Anambas untuk membantu mereka mengatasi masalah

yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan manajerialnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, diyakini bahwa dengan menerapkan

(25)

11

kemampuan kepala SMA atau SMK dapat meningkat khususnya kemampuan

manajerial dalam menyusun panduan kegiatan ekstrakurikuler. Untuk itu,

dengan merujuk pada metode-metode dalam pelaksanaan supervisi manajerial

maka yang dianggap relevan dalam upaya meningkatkan kemampuan kepala

SMA atau SMK di kabupaten Kepulauan Anambas yakni dengan menerapkan

supervisi manajerial dengan metode focus group discussion. Sebagaimana

disebutkan di atas maka peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian

tindakan dengan judul “Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam

Menyusun Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui Supervisi Manajerial

Pengawas Sekolah Dengan Metode Focus Group Discussion Di SMA/SMK

Kabupaten Kepulauan Anambas”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat

di-identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan supervisi manajerial yang

berkaitan langsung dengan terselenggaranya Kurikulum 2013 di kabupaten

Kepulauan Anambas kususnya manajemen ekstrakurikuler belum optimal.

Pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 khususnya penyusunan panduan

kegiatan ekstrakurikuler berdasarkan Permendikbud No. 81A Tahun 2013

belum dijalankan di SMA dan SMK di Kabupaten Kepulauan Anambas.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka masalah dalam penelitian ini dapat dibatasi. Adapun batasan

(26)

12

program kegiatan ektrakurikuler dengan supervisi manajerial pengawas

sekolah di SMA/SMK Kabupaten Kepulauan Anambas.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan

masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Apakah kemampuan kepala sekolah dapat meningkat dengan penerapan

model supervisi manajerial dengan metode Focus Group Discussion (FGD)

dalam menyusun program kegiatan ekstrakurikuler ?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun

program kegiatan ekstrakurikuler dengan penerapan model supervisi

manajerial dengan metode focus group discussion (FGD).

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat yang di dapat

dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis :

a. Menambah khasanah pengetahuan tentang supervisi manajerial

pengawas sekolah dengan metode focus group discussion (FGD)

dalam meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun

(27)

13

b. Bahan acuan bagi penelitian lebih lanjut tentang supervisi manajerial

pengawas sekolah dengan metode focus group discussion (FGD)

dalam meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam menyusun

panduan kegiatan ekstarakurikuler.

2. Manfaat Praktis :

a. Sebagai bahan masukan bagi pengawas sekolah dalam pelaksanaan

supervisi manajerial dengan metode FGD.

b. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan

kemampuannya khususnya dalam menyusun panduan kegiatan

ekstrakurikuler.

c. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan

kemampuannya khususnya dalam menyusun program kegiatan

(28)

96

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I dan siklus II dapat

disimpulkan bahwa:

1. melalui supervisi manajerial pengawas sekolah dapat meningkatkan

kemampuan kepala sekolah dalam menyusun panduan kegiatan

ekstrakurikuler melalui metode focus group discussion.

2. Penelitian tindakan yang dilakukan adalah supervisi manajerial dengan

metode focus group discussion. Supervisi manajerial dengan metode focus

group discussion merupakan pedoman bagi pengawas sekolah dalam

memberikan bantuan profesional dalam upaya meningkatkan kemampuan

kepala sekolah dalam menyusun program kegiatan ektrakurikuler.

B.Implikasi

Implikasi ddari hasil penelitian ini dinyatakan berdasarkan hasil dan

simpulan penelitian, diantaranya:

1. Keberhasilan penerapan supervisi manajerial pengawas sekolah dengan

metode focus group discussion dalam menyusun panduan kegiatan

ekstrakurikuler di SMA/SMK Kabupaten Kepulauan Anambas

mengimplementasikan perlunya upaya-upaya sosialisasi metode focus group

discussion terhadap para kepala sekolah lain dalam rangka peningkatan

profesionalisme kinerjanya. Implikasi ini tidak terbatas hanya pada (1) kepala

(29)

97

yang berbeda, (2) kemampuan kepala sekolah dalam menyusun panduan

kegiatan ekstrakurikuler tetapi juga pada aspek-aspek kegiatan lainnya seperti

penyusunan program-program kerja lainnya.

2. Penerapan supervisi manajerial metode focus group discussion terbukti dapat

meningkatkan kemampuan kepala SMA/SMK di Kabupaten Kepulauan

Anambas memungkinkan pula diterapkan untuk implementasi supervisi

manajerial metode-metode lainnya, seperti metode monitoring dan evaluasi,

metode delphi, dan metode workshop.

C.Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan para pengawas sekolah agar bersedia melakukan supervisi

manajerial dengan metode focus group discussion sebagai alternatif dalam

rangka peningkatan kemampuan kepala sekolah.

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepala sekolah dapat menerapkan

metode focus group discussion guna meningkatkan kemampuannya

sehingga lebih efektif dan efisien.

3. Dinas Pendidikan kabupaten Kepulauan Anambas sebaiknya memberikan

pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan terhadap kepala

sekolah sehingga kinerja kepala sekolah akan lebih baik.

4. Dinas Pendidikan kabupaten Kepulauan Anambas sebaiknya memberikan

pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan terhadap pengawas

(30)

98

dapat lebih bervariasi dalam penggunaan pendekatan dan metode yang

dilakukan.

5. Bagi peneliti sendiri kiranya dapat dijadikan suatu ketrampilan serta

pengetahuan untuk menambah wawasan dalam melaksanakan supervisi

(31)

99

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1999. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Casio, Wayne, F. 1992. Managing Human Resources. Singapore: Mc Graw Hill

Cushway, Barry,dkk. 2000. Perilaku dan Desain Organisasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Engkoswara. 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Fattah. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah (Strategi Pemberdayaan Sekolah Dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah). Bandung: Andira

Griffin, R.W. 1987. Management. Boston: Houghton Mifflin Press.

Hasibuan, M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hersey Paul, & Kenneth H. Blanchard. 1993. Manaanisational Behavior. New Jersey: Prentice Hall.

Helmawati. 2014. Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah Melalui Manajerial Skills. Jakarta. Rineka Cipta.

Irwanto. 1998. Focus Group Discussion. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Iskandar. 2015. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru. Jurnal Visi Pendidikan, November 2015: hal.1018-1027.

Karwati, Euis. 2013. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Kemendikbud Nomor. 20 Tahun 1998, Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

Mathis, Robert L, & John, H. Jackson. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba.

(32)

100

Mondy, R. Wayne & Premeaux, R. Shane. 1993. Human Resource Management. Massachusetts: Simon-Schuster Publisher.

Prastowo, Andi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabetha

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010,Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Tentang Standar Isi. Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008, Tentang Pembinaan Kesiswaan. Jakarta

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru.

Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007, Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009, Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.

Priansa, D.J. 2014. Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Saputra, Yudha. 1998. Pengembangan Kegiatan KoEkstrakurikuler. Jakarta: Depdikbud.

Stolvitch, Harold, D. & Keeps, Erica. 1992. Handbook of Human Performance Technology. San Fransisco: Jersey-Bass Publisher.

Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Suryasubrata. 1998. Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2012. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah. Bekasi: Binamitra Publishing.

(33)

101

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tim Redaksi. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Undang-Undang No.20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional, 2004. Jakarta: Sinar Grafika.

Usman, M.Uzer. 1993. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdikarya

Williams, EB. 1979. The Scribner-Bantam English Dictionary. Toronto: Bantam

Whitmore, John. 1997. Coaching for performance, Seni mengarahkan untuk mendongkrak kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Tabel  3.2. Tabel Kisi-kisi Daftar Kemampuan Kepala Sekolah
Grafik 4.2. Skor Penilaian Observasi Panduan Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

The main characteristic of Berman’s method is that he sees com- parisons of source and target texts as only a step in the study of a given translation, advocating an approach

La permanenza può essere di diverso genere: di luogo, di appartenenza ad un Istituto, di appartenenza alla Chiesa Cattolica, permanenza nella fede durante

(C) the successful integration of technology and media in early childhood education really depends on good educators.. (D) educators should be selective in choosing

pengadaan barang/jasa pemerintah. Surat menyurat dalam proses pengadaan barang/jasa dapat diibaratkan seperti sebuah lilin, siang hari tidak diperlukan, demikian juga di malam

Hal ini dilihat dari meskipun tingkat kebutuhan wanita karir akan adanya ruang laktasi dan tingkat pengetahuan pemimpin BUMN atau orang yang ditunjuk mengenai PP RI

16 Estu Devi Wulansari, Penentuan Harga Gabah oleh Tengkulak Perspektif Inpres No.3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan gabah dan Hukum Islam (studi kasus di Desa

kebijakan pencantuman label pada barang ini dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru sebagai lembaga yang diberi kewenangan dan bertugas

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa remediasi menggunakan metode learning together memberikan perubahan positif yang signifikan