• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kadar Hematokrit dengan tingkat Keparahan pada Preeklamsia Berat di RSUP H Adam malik Medan. RSUD dr Pirngadi Medan dan RS jejaring FK USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kadar Hematokrit dengan tingkat Keparahan pada Preeklamsia Berat di RSUP H Adam malik Medan. RSUD dr Pirngadi Medan dan RS jejaring FK USU"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KADAR HEMATOKRIT DENGAN

TINGKAT KEPARAHAN PADA PREEKLAMSIA BERAT

DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN,

RSUD DR PIRNGADI MEDAN DAN

RS JEJARING FK USU

TESIS

OLEH :

MUHAMMAD WAHYU WIBOWO

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP H.ADAM MALIK

(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, Sp.OG(K)

DR. dr. Sarma N Lumbanraja, Sp.OG (K)

PENYANGGAH :

dr. Sanusi Piliang, Sp.OG

dr. Ahmad Khuwailid, Sp.OG

dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), Sp.OG (K)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam

Magister

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat kasih dan

karunia-Nya penulisan tesis magister ini dapat diselesaikan. Dan selawat

beriringan dengan salam saya sampaikan kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh magister keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya

dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya

tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan

bacaan khususnya tentang :

“ Hubungan Kadar Hematokrit dengan tingkat Keparahan pada Preeklamsia Berat di RSUP H Adam malik Medan. RSUD dr Pirngadi Medan dan RS

jejaring FK USU”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H

(CTM&H), SpA.(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

(4)

kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran

Klinis dan Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), Ketua Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU Medan; DR. dr. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG),

SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan;

dr. Henri Salim Siregar, M.Ked(OG), SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter

Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. M. Rhiza Tala,

M.Ked(OG), SpOG(K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri

dan Ginekologi FK-USU Medan; yang telah bersama-sama berkenan

menerima saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinis Obstetri

dan Ginekologi.

3. Prof. dr. R Haryono Roeshadi, SpOG(K) selaku pembimbing tesis saya, yang

telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada saya dalam melakukan

penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya bersama dengan

DR. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG(K) yang telah meluangkan waktu yang

sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan

tesis ini hingga selesai bersama dr. Sanusi Piliang, SpOG; dr. Ahmad

Khuwailid, SpOG ; dan dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku

penyanggah dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran telah

meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa,

(5)

4. Terima Kasih kepada dr. Rusli P Barus, SpOG(K) selaku pembimbing Referat

Mini Magister saya yang berjudul “Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim (AKDR) sebagai Pilihan Kontrasepsi dalam Mencegah

Kehamilan”

5. dr. T M Ichsan, Sp.OG. selaku Bapak Angkat yang telah banyak mengayomi,

membimbing dan memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada

saya dalam menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.

6. Dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk

membimbing saya dalam penyelesaikan uji statistik tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya

sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha Pengasih membalas

budi baik guru-guru saya tersebut.

8. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan

Magister Kedokteran di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

9. Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi

RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana

kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran

(6)

10. Kepada dr. Ika Sulaika, dr. H. Edi Rizaldi, dr. Hotbin purba, dr. Edward

Manurung, dr. Kiko Marpaung, dr. Erwin Edi Sahputra Harahap, dr. Abdur Rohim Lubis, dr. Ricca Puspita rahim, M.Ked(OG), dr. M. Rizal sangadji, dr.

Julita adriani Lubis, dr. Novrial, dr. Ivo Fitrian C, M.Ked(OG), dr. Ray christy

Barus, dr. Nureliani Amni, dr. Fifianti Putri Adela, dr. Hiro Hidaya Danial

Nasution dr. Anindita Novina, M.Ked(OG), saya menyampaikan terima kasih

atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama ini serta kebersamaan kita

selama pendidikan Magister Kedokteran.

11. Seluruh teman sejawat PPDS senior maupun junior yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, dorongan semangat

dan doa yang telah diberikan selama ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan

kepada kedua Orang Tua saya yang tersayang dan terkasih, Ayahanda dr. H.

Soekimin, SpPA dan Ibunda dr. Hj. Sa’adah, yang telah membesarkan,

membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari

sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta

memberikan motivasi dan semangat kepada saya selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga juga saya

sampaikan kepada Bapak Mertua H. Husen Setiadi, SE dan Ibu Mertua Hj. Euis

Yudamsih, SPd yang telah banyak membantu, mendoakan dan memberikan

dorongan dan perhatian kepada saya selama mengikuti pendidikan Magister

(7)

Buat Istriku yang tercinta dan tersayang, dr. Resna Sismayanti tiada kata

lain yang bisa saya sampaikan selain rasa terima kasih atas kesabaran, dorongan, semangat, pengorbanan dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan

pendidikan Magister Kedokteran ini.

Kepada abangku, dr. Bambang Prayugo, SpB dan adik - adikku tercinta,

Aminda Tri Handayani, S.Psi, M.Psi dan Yuni Nurul Fajriah serta keluarga

terima kasih atas bantuan, dorongan semangat dan doa yang telah diberikan.

Akhirnya kepada seluruh keluarga handai taulan yang tidak dapat saya

sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung,

yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan

banyak terima kasih.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.

Wabillahittaufiq wal hidayah Wr. Wb

Medan, Agustus 2013

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK

BAB I. Pendahuluan

1.1. Latar belakan

penelitian.……….... 1

1.2. Rumusan masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan umum... 3

1.3.2. Tujuan khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB II. Tinjauan Pustaka 2.1. Defenisi... 5

2.2. Faktor risiko... 7

2.3. Patofisiologi... 7

2.4. Perubahan pada sistem organ... 9

2.4.1. Sistem kardiovaskuler... 9

2.4.2. Sistem koagulasi... 9

2.4.3. Fungsi renal... 10

2.4.4. Hepar ... 11

2.4.5. Otak ... 11

(9)

2.6. Perubahan volume plasma pada preeklamsia... 13

2.7. Hubungan viskositas, hematokrit, dan hemoglobin pada preeklamsia... 14

2.8. Penatalaksanaan... 16

2.9. Komplikasi... 20

2.9.1. Komplikasi maternal... 20

2.9.2. Komplikasi janin... 20

2.10. Prognosis... 21

2.10.1. Terhadap maternal... 21

2.10.2. Terhadap janin... 21

2.11. Prediksi dan pencegahan preeklamsia ... 21

2.12. Kerangka teori ... 23

2.13. Kerangka konsep... 24

BAB III. Metodologi Penelitian 3.1. Rancangan penelitian... 25

3.2. Tempat dan waktu penelitian... 25

3.3. Kriteria penelitian... 25

3.3.1. Kriteria inklusi... 25

3.3.2. Kriteria eksklusi... 25

3.4. Besar sampel penelitian... 25

3.5. Alat ukur penelitian... 26

3.6. Defenisi operasional... 26

3.7. Pengolahan data... 28

3.8. Prosedur penelitian... 28

3.9. Etika penelitian... 29

3.10. Alur penelitian... 30

BAB IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Karakteristik pasien preeklamsia berat... 33

4.2. Perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan setelah persalinan... 35

4.3. Perbedaan tekanan darah diastolik sebelum dan setelah persalinan... 35

4.4. Perbedaan kadar hematokrit sebelum dan setelah persalinan... 36

(10)

BAB V. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan... 39 5.2. Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

1. K

lasifikasi hipertensi dalam kehamilan..………... 6

2. P

erbandingan invasi trofoblas pada kehamilan normal dan preeklamsia... 7

3. E

ndoteliosis kapiler glomerulus ... 10

4. H

ubungan inadekuasi trofoblas terhadap gangguan organ... 12

DAFTAR DIAGRAM

1. P

enatalaksanaan preeklamsia berat...………...……… 19

2. A

lur hasil penelitian... 31

DAFTAR TABEL

1. K

arakteristik pasien preeklamsia berat..………...………...……….. 33

2. A

nalisis perubahan tekanan sistolik sebelum dan setelah persalinan... 34

3. A

(11)

4. Analisis perubahan kadar hematokrit sebelum dan setelah persalinan... 35 5. Perbandingan tekanan darah sistolik berdasarkan keparahan pada

preeklamsia berat... 36 6. Perbandingan tekanan darah diastolik berdasarkan keparahan pada

preeklamsia berat... 36 7. Perbandingan kadar hematokrit berdasarkan keparahan pada

preeklamsia berat... 36

DAFTAR LAMPIRAN

1. L

embar pengesahan etika penelitian...………...………... 43

2. A

nalisa statistika... 44

3. T

abel Induk... 56

HUBUNGAN KADAR HEMATOKRIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PADA PREEKLAMSIA BERAT DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN, RSUD DR

PIRNGADI MEDAN DAN RS JEJARING FK USU

Wibowo M. Wahyu, R. Haryono Roeshadi, Sarma Lumbanraja, Sanusi Piliang, M. Khuwailid, Deri Edianto

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera - RSUP H. Adam Malik Medan Abstrak

LATAR BELAKANG: Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu yang tinggi disamping kasus perdarahan dan infeksi. Di Indonesia hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab dari 30-40% kematian perinatal. Keadaan hemokonsentrasi ini berhubungan dengan viskositas darah dan hematokrit merupakan penentu penting terhadap viskositas darah. Viskositas darah dan resistensi vaskular mempengaruhi resistensi perifer aliran darah, dimana mengalami peningkatan pada hipertensi primer. Pengamatan yang cermat terhadap beberapa indikator prediksi preeklamsia, seperti kadar hematokrit dapat mencegah dari keadaan yang tidak diinginkan.

(12)

post dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test) dan pengujian data untuk mencari hubungan kadar hematokrit dengan derajat preeklamsia dilakukan dengan uji Chi-square.

HASIL: Dari total 55 kasus yang dievaluasi, sebagian besar kasus preeklamsia berat terjadi pada kelompok usia 21 – 35 tahun sebanyak 43 kasus (78.2%) kasus, belum pernah melahirkan sebanyak 22 kasus (40%), dengan pendidikan terakhir SLTA sebanyak 35 kasus (63.6%), riwayat asuhan antenatal yang cukup sering (4 – 8x selama kehamilannya) yaitu dijumpai pada 30 kasus (54.5%), usia kehamilan yang aterm 30 kasus (54.5%), dan gambaran bayi dengan berat badan yang normal pada 29 kasus (52.7%). Dari data penelitian dijumpai penurunan tekanan sistolik yang signifikan pada saat sebelum dan setelah 24 jam persalinan dari 174.91 + 2.619 mmHg menjadi 150.09 + 2.994 mmHg (p<0.001). Tekanan darah diastolik juga menunjukkan penurunan yang signifikan pada saat sebelum dan setelah 24 jam. persalinan dari 107.27 mmHg menjadi 93.36 mmHg (p<0.001). Kadar hematokrit menunjukkan penurunan yang signifikan pada saat sebelum dan setelah 24 jam persalinan dari 34.018 + 0.690 persen menjadi 30.140 + 0.656 persen (p<0.001). Tidak dijumpai perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik, diastolik dan kadar hematokrit berdasarkan derajat keparahan pada preeklamsia berat baik sebelum persalinan maupun setelah 24 jam persalinan (p>0.05).

KESIMPULAN: Dijumpai perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik, diastolik dan kadar hematokrit pada saat sebelum dan setelah 24 jam persalinan. Tekanan darah dan kadar hematokrit tidak diperngaruhi oleh tingkat keparahan dari preeklamsia berat.

KATA KUNCI: Preeklamsia berat, eklamsia, sindroma HELLP, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan kadar hematokrit

RELATION BETWEEN HEMATOCRIT LEVEL WITH THE SEVERITY OF HEAVY PREECLAMPSIA IN H ADAM MALIK HOSPITAL, DR PIRNGADI

HOSPITAL AND FK USU NETWORK HOSPITAL

Wibowo M. Wahyu, R. Haryono Roeshadi, Sarma Lumbanraja, Sanusi Piliang, M. Khuwailid, Deri Edianto

Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine Universitas Sumatera - Dr H. Adam Malik Medan

Abstract

BACKGROUND: Hypertension in pregnancy is one of the causes of maternal morbidity and mortality is high in addition to cases of bleeding and infection. In Indonesia hypertension in pregnancy is the cause of 30-40% of perinatal deaths. Hemokonsentrasi state is related to blood viscosity and hematocrit is an important determinant of the blood viscosity. Blood viscosity and peripheral vascular resistance affect the blood flow resistance, which has increased in primary hypertension. Careful observation of the several indicators prediction of preeclampsia, such as hematocrit levels can prevent from unwanted circumstances.

(13)

relationship of hematocrit levels with the degree of preeclampsia performed with Chi-square test.

RESULTS: Of the total 55 cases were evaluated, most cases of severe preeclampsia occurs in the age group 21-35 years were 43 cases (78.2%) cases, have never given birth were 22 cases (40%), with a recent high school education were 35 cases (63.6%), history of antenatal care is often enough (4 - 8x during pregnancy) that is found in 30 cases (54.5%), gestational age at term 30 cases (54.5%), and delivery baby with a normal weight in 29 cases (52.7%). Of research data found a significant decrease in systolic blood pressure at the time before and after 24 hours of delivery of 174.91 + 2.619 mmHg to 150.09 + 2.994 mmHg (p<0.001). Diastolic blood pressure also showed a significant reduction in the time before and after 24 hours delivery of 107.27 mmHg to 93.36 mmHg (p <0.001). Hematocrit levels showed a significant reduction in the time before and after 24 hours of delivery of 34.018 + 0.690 percent to 30.140 + 0.656 percent (p<0.001). There were no significant differences in systolic blood pressure, diastolic and hematocrit levels based on the severity of severe preeclampsia both before birth and after 24 hours of labor (p>0.05).

CONCLUSION: Found a significant difference in systolic blood pressure, diastolic and hematocrit levels at the time before and after 24 hours of delivery. Blood pressure and hematocrit levels not influenced by the severity of severe preeclampsia.

(14)

4. Analisis perubahan kadar hematokrit sebelum dan setelah persalinan... 35

5. Perbandingan tekanan darah sistolik berdasarkan keparahan pada

preeklamsia berat... 36

6. Perbandingan tekanan darah diastolik berdasarkan keparahan pada

preeklamsia berat... 36

7. Perbandingan kadar hematokrit berdasarkan keparahan pada

preeklamsia berat... 36

DAFTAR LAMPIRAN

1. L

embar pengesahan etika penelitian...………...………... 43

2. A

nalisa statistika... 44

3. T

abel Induk... 56

HUBUNGAN KADAR HEMATOKRIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PADA PREEKLAMSIA BERAT DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN, RSUD DR

PIRNGADI MEDAN DAN RS JEJARING FK USU

Wibowo M. Wahyu, R. Haryono Roeshadi, Sarma Lumbanraja, Sanusi Piliang, M. Khuwailid, Deri Edianto

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera - RSUP H. Adam Malik Medan

Abstrak

LATAR BELAKANG: Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu yang tinggi disamping kasus perdarahan dan infeksi. Di Indonesia hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab dari 30-40% kematian perinatal. Keadaan hemokonsentrasi ini berhubungan dengan viskositas darah dan hematokrit merupakan penentu penting terhadap viskositas darah. Viskositas darah dan resistensi vaskular mempengaruhi resistensi perifer aliran darah, dimana mengalami peningkatan pada hipertensi primer. Pengamatan yang cermat terhadap beberapa indikator prediksi preeklamsia, seperti kadar hematokrit dapat mencegah dari keadaan yang tidak diinginkan.

(15)

post dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test) dan pengujian data untuk mencari hubungan kadar hematokrit dengan derajat preeklamsia dilakukan dengan uji Chi-square.

HASIL: Dari total 55 kasus yang dievaluasi, sebagian besar kasus preeklamsia berat terjadi pada kelompok usia 21 – 35 tahun sebanyak 43 kasus (78.2%) kasus, belum pernah melahirkan sebanyak 22 kasus (40%), dengan pendidikan terakhir SLTA sebanyak 35 kasus (63.6%), riwayat asuhan antenatal yang cukup sering (4 – 8x selama kehamilannya) yaitu dijumpai pada 30 kasus (54.5%), usia kehamilan yang aterm 30 kasus (54.5%), dan gambaran bayi dengan berat badan yang normal pada 29 kasus (52.7%). Dari data penelitian dijumpai penurunan tekanan sistolik yang signifikan pada saat sebelum dan setelah 24 jam persalinan dari 174.91 + 2.619 mmHg menjadi 150.09 + 2.994 mmHg (p<0.001). Tekanan darah diastolik juga menunjukkan penurunan yang signifikan pada saat sebelum dan setelah 24 jam. persalinan dari 107.27 mmHg menjadi 93.36 mmHg (p<0.001). Kadar hematokrit menunjukkan penurunan yang signifikan pada saat sebelum dan setelah 24 jam persalinan dari 34.018 + 0.690 persen menjadi 30.140 + 0.656 persen (p<0.001). Tidak dijumpai perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik, diastolik dan kadar hematokrit berdasarkan derajat keparahan pada preeklamsia berat baik sebelum persalinan maupun setelah 24 jam persalinan (p>0.05).

KESIMPULAN: Dijumpai perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik, diastolik dan kadar hematokrit pada saat sebelum dan setelah 24 jam persalinan. Tekanan darah dan kadar hematokrit tidak diperngaruhi oleh tingkat keparahan dari preeklamsia berat.

KATA KUNCI: Preeklamsia berat, eklamsia, sindroma HELLP, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan kadar hematokrit

RELATION BETWEEN HEMATOCRIT LEVEL WITH THE SEVERITY OF HEAVY PREECLAMPSIA IN H ADAM MALIK HOSPITAL, DR PIRNGADI

HOSPITAL AND FK USU NETWORK HOSPITAL

Wibowo M. Wahyu, R. Haryono Roeshadi, Sarma Lumbanraja, Sanusi Piliang, M. Khuwailid, Deri Edianto

Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine Universitas Sumatera - Dr H. Adam Malik Medan

Abstract

BACKGROUND: Hypertension in pregnancy is one of the causes of maternal morbidity and mortality is high in addition to cases of bleeding and infection. In Indonesia hypertension in pregnancy is the cause of 30-40% of perinatal deaths. Hemokonsentrasi state is related to blood viscosity and hematocrit is an important determinant of the blood viscosity. Blood viscosity and peripheral vascular resistance affect the blood flow resistance, which has increased in primary hypertension. Careful observation of the several indicators prediction of preeclampsia, such as hematocrit levels can prevent from unwanted circumstances.

(16)

relationship of hematocrit levels with the degree of preeclampsia performed with Chi-square test.

RESULTS: Of the total 55 cases were evaluated, most cases of severe preeclampsia occurs in the age group 21-35 years were 43 cases (78.2%) cases, have never given birth were 22 cases (40%), with a recent high school education were 35 cases (63.6%), history of antenatal care is often enough (4 - 8x during pregnancy) that is found in 30 cases (54.5%), gestational age at term 30 cases (54.5%), and delivery baby with a normal weight in 29 cases (52.7%). Of research data found a significant decrease in systolic blood pressure at the time before and after 24 hours of delivery of 174.91 + 2.619 mmHg to 150.09 + 2.994 mmHg (p<0.001). Diastolic blood pressure also showed a significant reduction in the time before and after 24 hours delivery of 107.27 mmHg to 93.36 mmHg (p <0.001). Hematocrit levels showed a significant reduction in the time before and after 24 hours of delivery of 34.018 + 0.690 percent to 30.140 + 0.656 percent (p<0.001). There were no significant differences in systolic blood pressure, diastolic and hematocrit levels based on the severity of severe preeclampsia both before birth and after 24 hours of labor (p>0.05).

CONCLUSION: Found a significant difference in systolic blood pressure, diastolic and hematocrit levels at the time before and after 24 hours of delivery. Blood pressure and hematocrit levels not influenced by the severity of severe preeclampsia.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kehamilan merupakan kondisi yang sedemikian kompleks. Dewasa ini

angka mortalitas dan morbiditas ibu hamil masih menunjukkan angka yang tidak

memuaskan. Menurut data kesehatan indonesia 2007 angka kematian ibu (AKI)

dinilai masih cukup tinggi, sekitar 228/100.000 pada tahun 2007. Angka ini masih

terlalu tinggi bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperi malaysia

dan singapura yang telah berhasil menekan AKI hingga dibawah nominal empat

puluh per 100.000 kelahiran hidup.1 Angka tesebut masih jauh dari target

penurunan Angka Kematian Ibu pada Indonesia Sehat 2015 menjadi 102 per

100.000 kelahiran hidup. Tentunya hal tersebut masih menjadi pekerjaan rumah

bagi kita semua baik sebagai penentu kebijakan, pelaku/pelaksana kesehatan

maupun pengamat kesehatan.1

Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab morbiditas

dan mortalitas ibu yang tinggi disamping kasus perdarahan dan infeksi. Gangguan

hipertensi terjadi pada 5 – 10% dari seluruh kehamilan dan didapati angka

mortalitas dan morbiditas bayi yang cukup tinggi. Pada negara – negara

berkembang angka kejadian kematian karena hipertensi dalam kehamilan sekitar

16%, lebih besar dibandingkan penyebab lain, perdarahan, aborsi dan sepsis. Di

Indonesia hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab dari 30-40%

kematian perinatal, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia telah

menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal. Insidens

preeklampsia dan eklamsia berkisar antara 4-9 % pada wanita hamil, 3-7 % terjadi

pada nullipara, dan 0,8-5 % pada multipara. Angka kejadian preeklamsia di

Indonesia berkisar antara 3-10 %. Untuk itu diperlukan perhatian serta

penanganan yang serius tehadap ibu hamil dengan penyakit ini.2,3

Telah diketahui bahwa gambaran hemokonsentrasi merupakan salah satu

gambaran terjadinya eklamsia. Zeeman dkk (2009) melanjutkan penelitian

Pritchard dkk (1984). Hemokonsentrasi merupakan hasil dari vasokonstriksi

(18)

karena permeabilitas kapiler meningkat. Keadaan hemokonsentrasi ini

berhubungan dengan viskositas darah dan hematokrit merupakan penentu

penting terhadap viskositas darah. Viskositas darah dan resistensi vaskular

mempengaruhi resistensi perifer aliran darah, dimana mengalami peningkatan

pada hipertensi primer. Telah dilaporkan peningkatan hematokrit yang diikuti

dengan peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi. 3

Keadaan ini tentunya menjadi tantangan bagi kita untuk senantiasa

waspada agar dapat mendeteksi secara dini kasus-kasus hipertensi dalam

kehamilan karena sebagian besar kasus dijumpai dalam kondisi yang berat

dengan prognosis yang buruk. Kebanyakan pasien datang dengan status

preeklamsia berat ataupun eklamsia, atau bahkan datang disertai dengan kondisi

gagal salah satu atau lebih dari satu organ primer. Pengamatan yang cermat

terhadap beberapa indikator prediksi preeklamsia, seperti kadar hematokrit dapat

mencegah dari keadaan yang tidak diinginkan. Keadaan ini tentu saja akan

semakin meningkatkan angka kematian ibu dan janin yang dikandung. Hal ini

tidak terlepas dari sistem perencanaan kehamilan, perawatan antenatal secara

teratur dan efektif selama periode kehamilan hingga keputusan untuk memilih

metode melahirkan yang terbaik apabila dijumpai kelainan hipertensi dalam

kehamilan ini.

1.2. Rumusan masalah

Beberapa faktor diketahui dapat menjadi indikator dan tanda predisposisi

terjadinya preeklamsia. Prognosis terserang penyakit akan semakin besar dengan

dijumpainya beberapa faktor risiko tersebut, sehingga pengamatan yang

komprehensif diperlukan untuk mengenali beberapa faktor dan dapat memberikan

penanganan secara dini.

Pertanyaan yang muncul terhadap permasalahan tersebut adalah

seberapa besar hubungan kadar hematokrit terhadap tingkat keparahan pada

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan antara kadar hematokrit dengan tingkat

keparahan pada preeklamsia berat yang terjadi.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengukur kadar hematokrit sebelum proses persalinan

2. Mengukur kadar hematokrit setelah 24 jam proses persalinan

3. Mengukur tekanan darah sistolik sebelum proses persalinan

4. Mengukur tekanan darah sistolik setelah 24 jam proses persalinan

5. Mengukur tekanan darah diastolik sebelum proses persalinan

6. Mengukur tekanan darah diastolik setelah 24 jam proses persalinan

7. Mengetahui perbandingan kadar hematokrit sebelum dan setelah persalinan.

8. Mengukur kadar hematokrit berdasarkan tingkat keparahan preeklamsia berat.

9. Melakukan analisis mengenai hubungan hubungan kadar hematokrit dengan

tingkat keparahan pada preeklamsia berat.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat menjadi tambahan pengetahuan mengenai hubungan kadar hematokrit

terhadap preeklampsia.

2. Memprediksi kemungkinan perburukan dalam perjalanan keadaan

preeklamsia.

3. Memberikan informasi tambahan mengenai pengaruh persalinan terhadap

tekanan darah dan kadar hematokrit pada kasus preeklamsia berat

4. Membantu pemerintah dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan hipertensi merupakan komplikasi medis yang paling umum

yang dapat terjadi pada kehamilan, mempengaruhi sekitar 5% sampai 10% dari

seluruh kehamilan. Gangguan ini bertanggung jawab terhadap sekitar 16%

kematian ibu akibat hipertensi dalam kehamilan, dan 30 – 40% dari kematian

perinatal di Indonesia. Tingginya angka kematian yang disebabkan hipertensi

dalam kehamilan merupakan masalah di bidang obstetri. Menurut data kesehatan

indonesia 2007 angka kematian ibu (AKI) dinilai masih cukup tinggi, sekitar

228/100.000 pada tahun 2007. Penelitian terakhir di Medan oleh Girsang ES

(2004) melaporkan angka kejadian preeklamsia berat di RSUP. H. Adam Malik

dan RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2000 – 2003 adalah 5.94%,

sedangkan eklamsia 1.07%. Disamping perdarahan dan infeksi, preeklampsia,

impending eklampsia serta eklampsia merupakan penyebab kematian maternal

dan kematian perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang.1,2,3

Preeklampsia, impending eklampsia dan eklampsia merupakan suatu

perjalanan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun proses

terjadinya penyakit ini masih belum pasti. Preeklampsia adalah suatu kondisi yang

spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan

hipertensi, proteinuria. Kriteria edema hanya disebutkan bila dijumpai edema

secara menyeluruh (edema anasarka). Disebut impending eklampsia jika pada

kasus preeklampsia berat dijumpai tanda-tanda dan gejala-gejala seperti nyeri

kepala hebat, gangguan visus dan serebral, muntah-muntah, nyeri epigastrium,

dan kenaikan progresif tekanan darah.

Insidensi penyakit tergantung pada banyak parameter demografis yang

berbeda, termasuk usia ibu, ras, dan terkait kondisi medis yang mendasari.

Memahami proses penyakit dan dampak dari gangguan hipertensi pada

kehamilan merupakan hal terpenting karena gangguan ini tetap menjadi penyebab

utama morbiditas maternal dan perinatal dan di seluruh dunia kematian. Dampak

gangguan tekanan darah tinggi pada kehamilan ini termasuk gangguan viskositas

darah, dimana juga terjadi gangguan konsentrasi hemoglobin dan hematokrit.

Karena terjadinya peningkatan yang berlebihan, konsentrasi hemoglobin

(21)

preeklamsia terjadi keadaan yang sebaliknya dibandingkan pada kehamilan

normal. Pada preeklamsia berat terjadi peningkatan tekanan darah. Diperkirakan

akibat dari pelepasan substansi supressor dari uterus yang hipoperfusi atau

sebagai kompensasi sekresi katekolamin. Pada preeklamsia terjadi penurunan

volume plasma sekitar 30 - 40 % dibanding kehamilan normal. Penurunan volume

plasma ini menimbulkan hemokonsentrasi pada tubuh yang meningkatkan

viskositas darah sehingga menyebabkan berkurangnya perfusi jaringan.

Hemokonsentrasi pada preeklamsia-eklamsia dijumpai kadar haematokrit yang

meningkat.3

Keadaan ini tentunya menjadi tantangan bagi kita untuk senantiasa

waspada agar dapat mendeteksi secara dini kasus-kasus preeklampsia. Beberapa

faktor dapat menjadi indikator/penanda kemungkinan akan terjadi komplikasi

preeklamsia. Oleh karena itu, diagnosis dini dari preeklampsia maupun impending

eklampsia yang merupakan keadaan awal terjadinya eklampsia serta

penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian

ibu dan anak.

2.1. Defenisi

Pre-eklampsia (PE) ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria, yang

umumnya terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Gejala hipertensi biasanya muncul lebih dulu dari pada tanda lain.

Hipertensi kronis ialah hipertensi yang menetap oleh sebab apapun yang

ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau hipertensi yang

menetap setelah 6 minggu pasca persalinan. Semua hipertensi kronis dengan

penyebab apapun pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya preeklampsia

superimposed. Preeklampsia superimposed ialah timbulnya preeklampsia pada

wanita yang menderita hipertensi kronis.

Preeklampsia berat bila satu atau lebih tanda / gejala di bawah ini

ditemukan2,3 :

1. Tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih

atau sama dengan 110 mmHg.

2. Proteinuria 2 gram / 24 jam atau > +2 pada pemeriksaan dipstik.

3. Oliguria atau produksi urin dibawah 500 ml / 24 jam yang disertai kenaikan

(22)

4. Nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan / visus.

5. Nyeri epigastrium.

6. Edema paru atau sianosis.

7. Pertumbuhan janin intrauterin yang terlambat (IUFGR).

8. HELLP syndrome (H= Hemolysis; EL = Elevated Liver enzymes; LP = Low

Platelet counts).

Impending eklampsia atau disebut juga imminen eklampsia yaitu keadaan

preeklampsia berat disertai gejala-gejala : nyeri kepala hebat, gangguan visus,

muntah – muntah, nyeri epigastrium, kenaikan prograsif tekanan darah (sistolik >

200 mmHg). Eklampsia ialah preeklampsia yang disertai dengan kejang tonik

klonik disusul dengan koma.

(23)

2.2. Faktor Risiko

Beberapa kondisi yang berhubungan dengan terjadinya preeklamsia2,4,5,6,7 :

• Primigravida, terjadi pada sekitar 65% kasus

• Kehamilan majemuk memiliki insidensi kejadian sekitar 30%

• Umur yang ekstrim : terlalu muda atau terlalu tua.

• Dengan penyakit penyerta : diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit ginjal

• Mola hidatidosa

• Hidrops fetalis

• Makrosomia

• Riwayat menderita preeklamsia/eklamsia dalam keluarga. Insidensi meningkat

37% pada saudara perempuan dan 26% pada anak perempuan.

• Obesitas

• Malnutrisi dan sosioekonomi rendah

2.3. Patofisiologi

Etiologi dan faktor pemicu timbulnya eklampsia masih belum diketahui

secara pasti. Teori timbulnya preeklampsia harus dapat menjelaskan beberapa

hal, yaitu sebab meningkatnya frekuensi pada primigravida, bertambahnya

frekuensi dengan bertambahnya usia kehamilan, terjadinya perbaikan dengan

kematian janin intrauterin, sebab timbulnya tanda-tanda preeklampsia. Itulah

sebabnya kenapa penyakit ini disebut “the disease of theories”.2,5,8,9

(24)

Saat ini hipotesis utama yang dapat diterima dalam menjelaskan

terjadinya preeklamsia adalah iskemia pada plasenta, preeklamsia sebagai

manifestasi reaksi keracunan, maladaptasi imunologi, gangguan genetik.

Inadekuatnya invasi trofoblas terhadap miometrium menyebabkan gangguan pada

proses vasodilatasi fisiologis dari arteri spiralis maternal. Sindrom preeklampsia

maternal juga berhubungan dengan faktor tambahan invasi trofoblas yang

inadekuat juga disertai dengan gangguan pertumbuhan janin tanpa penyakit

maternal.

Diketahui secara jelas bahwa gangguan aliran darah intervillus

menyebabkan perfusi yang inadekuat dan iskemia pada trimester kedua

kehamilan. Hal ini yang mungkin menyebabkan diproduksinya oksigen reaktif.

Akibat antioksidan endogen normal tidak dapat mengkompensasi keadaan

tersebut, akan muncul kondisi stres oksidatif. Hal Inilah yang mungkin mendasari

gejala klinis pada sindrom preeklampsia. Stres oksidatif atau zat vasoaktif yang

dikeluarkan dari plasenta, menyebabkan terjadinya aktivasi dari sel endotel

vaskular. Pembuluh darah endotel dikenal memasok semua sistem organ. Terjadi

gangguan pada profil lipid, seperti kadar trigliserida dan asam lemak bebas yang

meningkat sekitar dua kali lipat. Adanya peningkatan peroksidasi lipid baik secara

sistemik maupun dalam plasenta menunjukkan bahwa stres oksidatif mendasari

kerusakan pada sel endotel. Sel endotel preeklampsia menghasilkan lebih sedikit

prostasiklin, vasodilator yang kuat pada sel endotel normal dan menghambat

agrregasi platelet. Endotel yang cedera akan merangsang agregasi platelet, dan

melepas tromboksan A2 (TXA2), suatu vasokonstriktor kuat dan menstimulasi

agregasi platelet. Penurunan produksi prostasiklin oleh sel endotel yang

disfungsional dan meningkat pelepasan TXA2 oleh trombosit yang diaktifkan dan

trofoblas bertanggung jawab terhadap terbaliknya rasio normal prostasiklin dan

TXA2 pada preeklampsia. Dominasi TXA2 dapat berkontribusi pada vasokonstriksi

dan merupakan gambaran utama dari hipertensi. Berkurangnya jumlah

prostasiklin memungkinkan sensitivitas vaskular yang lebih besar terhadap

angiotensin II, sehingga menyebabkan vasospasme dan meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer.5,8

Warisan genetik pada kehamilan dengan hipertensi dapat didasarkan

pada gen resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak lengkap

(25)

merupakan faktor risiko terjadinya preeclampsia selama kehamilan anak

perempuan dari ibu tersebut.5

2.4. Perubahan pada sistem organ

2.4.1. Sistem kardiovaskular2,7,9,10

Peningkatan afterload jantung dikarenakan hipertensi

Cardiac output tetap normal, dan terjadi peningkatan resistensi total

vaskuler perifer pada hipertensi.

2.4.2. Sistem koagulasi

Akibat mikropartikel yang berasal dari plasenta yang masuk ke dalam

sirkulsi darah ibu akan merangsang aktifasi dan disfungsi endotel

vaskular.

Karena kerusakan endotel, endotel akan menghasilkan nitrit oksida

yang menyebabkan peningkatan konsumsi prokoagulan ringan dan

peningkatan produk degradasi fibrin.

Koagulasi intravaskuler difusa mungkin timbul dari kerusakan vaskuler

berkelanjutan selama vasospasme.

2.4.3. Fungsi renal

a. Perubahan glomerulus

- Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan perfusi biasanya menurun pada

preeklamsia. Aliran plasma ginjal yang berkurang dan glomerulo

endotheliosis, yang menyumbat lumen kapiler, menyebabkan GFR

yang rendah.

- Terjadi kebocoran protein ke dalam urin. Glomerulus, yang biasanya

tidak dapat ditembus (tidak permiabel) oleh protein yang besar,

menjadi lebih permeabel. Kerusakan glomerulus merupakan akibat

dari vasospasme dan kerusakan endotel. Kebocoran ini melebihi

(26)

Gambar 3. Endoteliosis kapiler glomerulus

b. Perubahan tubuler

- Secara normal asam urat biasanya difiltrasi di glomerulus,

disekresikan, dan sebagian besar diabsorbsi kembali oleh tubulus

proksimal.

- Penurunan klearans asam urat diamati sebelum gangguan GFR,

menunjukkan etiologi pada tuba di mana mekanisme masih belum

diketahui.

- Peningkatan produksi oleh jaringan hipoksia memberikan kontribusi

terhadap peningkatan asam urat serum.

- Peningkatan produksi oleh jaringan hipoksia yang menyebabkan

peningkatan serum asam urat.

c. Sistem renin-angiotensin-aldosteron

- Kadar komponen lain yang meningkat

Plasma renin activity and plasma renin concentration

Angiotensinogen

Angiotensin II

(27)

- Teori yang menjelaskan bahwa sistem renin-angiotensin yang

mendasari perubahan patofisiologi preeklamsia disebabkan oleh tiga

faktor :

Efek vasokonstriktor angiotensin II

Stimulasi aldosterone oleh angiotensin II dan retensi

sodium

Dijumpai angiotensin II dalam dosis besar dapat

menyebabkan proteinuria

- Ada kemungkinan bahwa, meskipun penurunan volume

intravaskular, vasokonstriksi preeklampsia, yang menekan

pelepasan renin.

2.4.4. Hepar

Perubahan jaringan hepar yang sering dijumpai adalah perdarahan

periportal pada bagian perifer. Pada penelitian autopsi yang dilakukan

pada wanita yang meninggal karena eklamsia, dijumpai perdarahan

hepar yang disertai infark jaringan.

Muncul gejala klinis berupa rasa tidak nyaman atau nyeri pada

epigastrium kanan biasanya dijumpai pada keadaan yang berat.

Peningkatan kadar fungsi hati dapat menjadi indikasi telah terjadi

gangguan pada hepar.

2.4.5. Otak

Terjadinya edema otak pada preeklamsia lebih karena disebabkan

peningkatan permeabilitas sawar darah otak oleh karena peningkatan

tekanan hidrostatik yang abnormal.

• Nyeri kepala dan gangguan visual merupakan gejala yang umum

berhubungan dengan preeklamsia berat dan kejang berhubungan

dengan preeklamsia.

Dapat terjadi perdarahan pada jaringan otak baik sedikit maupun

banyak. Perdarahan intraserebral dijumpai pada 60% kasus eklamsia,

setengahnya berakibat fatal. (Melrose, 1984; Richards dkk, 1988;

(28)

Gambar 4. Hubungan inadekuasi trofoblas terhadap gangguan organ11

2.5. Diagnosis

a. Riwayat penyakit4,12,13,14 :

dilakukan anamnesis pada pasien / keluarga pasien :

• Adanya gejala : nyeri kepala, gangguan visus, rasa panas di muka,

dyspnoe, nyeri dada, mual muntah, kejang

• Penyakit terdahulu : riwayat hipertensi dalam kehamilan, riwayat

hipertensi sebelum hamil, penyakit ginjal

• Riwayat penyakit dalam keluarga : riwayat hipertensi

• Riwayat gaya hidup : kehidupan sosial, alkohol dan merokok

b. Pemeriksaan fisik :

Kardiovaskuler : tekanan darah, suara jantung, dan denyut nadi

Paru : auskultasi paru untuk mengevaluasi edema paru

Abdomen : palpasi untuk menentukan adanya nyeri pada hepar

Refleks : adanya klonus

Funduskopi : untuk melihat adanya retinopati

(29)

c. Pemeriksaan Laboratorium:

Dijumpai proteinuria . 2 gr/dl dalam 24 jam atau skor dipstick +2

Oligouria (<500 ml/24 jam)

Peningkatan hematokrit disebabkan oleh keadaan hipovolemia.

Level asam urat lebih besar dari 5 gr/dl

Level kreatinin dalam darah meningkat

Level enzim hati yang meningkat

Platelets menurun kurang dari 100.000 mm

Pemanjangan HST

Penurunan fibrinogen dan produk degenerasi fibrin

2.6. Perubahan volume plasma pada preeklamsia

Volume plasma maternal meningkat secara progressif selama kehamilan

trimester kedua dan ketiga. Terjadi peningkatan sebesar 30 – 50% pada cairan

ekstraseluler, plasma, dan volume darah (berhubungan dengan 30 – 50 terjadi

peningkatan output jantung, GFR, dan aliran pembuluh darah ginjal. Sedangkan,

yang terjadi pada kehamilan dengan preeklamsia adalah sebaliknya, volume

plasma mengalami penurunan, dan umumnya keadaan ini menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin, walaupun beberapa faktor lain juga memiliki

kemungkinan yang sama dalam menyebabkan hipovolemik maternal.

Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan penurunan volume plasma

secara langsung, namun pada preeklamsia, faktor yang lebih penting adalah

kadar albumin yang lebih rendah, yang merupakan karakteristik dari preeklamsia.

Penurunan kadar albumin dalam plasma dianggap sebagai faktor yang

menyebabkan gangguan permeabilitas, dimana tekanan onkotik akan berkurang

dan cairan intravaskuler akan keluar ke jaringan ekstravaskuler. Hal tersebut

menjelaskan terjadinya edema pada preeklamsia berat dan diketahui sebagai

proses yang semakin menurunkan volume plasma intravaskuler.15,16

Relaksasi otot polos yang menyeluruh disebabkan karena meningkatkan

produksi vasodepressor endotel merupakan gambaran normal kehamilan.

Meningkatnya kapasitas dari pembuluh darah memicu pembesaran volume

plasma, akan meningkat CO dan kemudian kadar hematokrit menurun. Pada

hipoperfusi preeklamsia, insufisiensi ekskresi dan disertai peningkatan produksi

(30)

resistensi vaskuler sistemik dan tekanan darah meningkat. Pasokan darah

plasenta/janin tampaknya berhubungan dengan volume darah.17

Volume plasma dapat diukur dengan teknik pengenceran dye, namun

pemeriksaan ini invasif dan tidak digunakan secara rutin pada praktek sehari –

hari. Hemokonsentrasi, mungkin mudah dinilai dengan mengukur sel. Hal ini

mencerminkan deplesi volume plasma membuktikan bahwa massa total sel darah

merah tidak berkurang oleh hilangnya darah atau anemia.10,15,16,17

2.7. Hubungan vislositas, hematokrit, dan hemoglobin pada preeklamsia

Secara teori peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan peningkatan

hematokrit, dimana terjadi keadaan hemokonsentrasi karena terjadi peningkatan

filtrasi plasma transkapiler. Penurunan volume plasma yang menginduksi

peningkatan konsentrasi hemoglobin dapat menurunkan sirkulasi plasenta yang

memainkan peran patogenik dalam terjadinya preeklamsia. tidak ada data

penelitian yang mendukung pernyataan bahwa peningkatan tekanan darah akan

selalu diikuti dengan peningkatan kadar hematokrit. Jika peningkatan tekanan

darah merupakan satu-satunya penyebab peningkatan hematokrit pada penderita

hipertensi, seharusnya kadar hematokrit akan menurun setelah pemberian obat

anti-hipertensi. Kurangnya penelitian dalam skala besar semacam mengenai

penanganan hipertensi secara individu menunjukkan bahwa efek peningkatan

hematokrit merupakan efek lanjutan dari peningkatan tekanan darah. Usia,

kelebihan berat badan, dan kebiasaan merokok berkorelasi positif antara

hematokrit dan tekanan darah.18,20

Kemungkinan bahwa hematokrit memiliki peran langsung dalam regulasi

tekanan darah didukung oleh penelitian eksperimen dan pengamatan klinis. Pada

pasien dengan berbagai bentuk anemia, terjadi peningkatan resistensi perifer dan

tekanan arteri yang signifikan dan pada waktu pengamatan bahwa hipertensi

dapat terjadi saat hematokrit yang rendah kemudian meningkat saat dilakukan

transfusi darah (packed red cells) atau pemberian eritropoietin. Selain itu,

polisitemia rubra vera sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, dan dapat

dikontrol oleh pengurangan hematokrit. Pada penelitian yang dilakukan pada

model tikus dengan hipertensi, pengurangan hematokrit normovolemik sebanyak

10 unit melalui transfusi darah menyebabkan pengurangan tekanan darah 20-30

(31)

(misalnya dari 35% sampai 45%) berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri

4 – 6 mmHg dan dua kali lipat kemungkinan terjadinya hipertensi. Mello dkk.

menilai pola biokimia dalam diagnosis dini pre-eklampsia. Mereka menunjukkan

bahwa sensitivitas tes hematokrit dalam diagnosis dini pre-eklampsia adalah 63%

dan spesifisitas 90%. Nilai prediksi positif adalah 36% dan nilai prediksi negatif tes

adalah 92%.18,20

Mekanisme yang cukup beralasan untuk memahami mekanisme yang

mendasari hubungan antara hematokrit dan tekanan darah adalah berhubungan

dengan hematokrit dan viskositas darah. Oleh karena itu, semakin besar

viskositas darah yang disebabkan oleh peningkatan kadar hematokrit dan

peningkatan` Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa perubahan besar dalam tingkat

hematokrit tidak hanya mempengaruhi viskositas darah, dan resistensi karena

intrinsik aliran darah, tetapi juga resistensi vaskuler pembuluh kecil pada organ.

Diketahui peningkatan viskositas yang berkelanjutan dapat menurunkan perfusi

dan meningkatkan tekanan darah. Peningkatan viskositas darah itu sendiri

memiliki dua efek dalam sistem kardiovaskular: bertindak untuk meningkatkan

tegangan gesekan pada endotel dan meningkatkan pengeluaran NO, sehingga

menyebabkan vasodilatasi serta peningkatan komponen resistensi viskositas

pembuluh darah. Dengan demikian peningkatan kekentalan darah dapat

menyebabkan vasodilatasi, yang memiliki efek non-linear yang cukup besar dalam

menurunkan resistensi pembuluh darah perifer yang menetralkan peningkatan

karena viskositas. 18,19

Hilmann dkk, Yang menilai hubungan antara hemoglobin dan hematokrit

pada kehamilan. Hasil dari studi kohort menunjukkan bahwa kadar hemoglobin

dan hematokrit yang tinggi pada trimester ke-2 memiliki hubungan dengan

terjadinya pre-eklampsia dalam minggu-minggu berikut. Mereka mempelajari

hubungan antara hemoglobin dan hematokrit dengan tekanan darah tinggi pada

kehamilan, termasuk hipertensi transien, eklampsia, eklampsia dan

pre-eklampsia yang terjadi pada hipertensi kronis.

Penelitian Sibai mengenai hematokrit menyimpulkan bahwa hematokrit

merupakan faktor prediktor yang lemah untuk menegakkan diagnosis

pre-eklampsia. Sensitivitas dari hematokrit dalam diagnosis dini pre-eklampsia dalam

penelitian mereka adalah 20%, spesifisitas adalah 42%, nilai prediksi positif

(32)

tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kadar hemoglobin dan hematokrit

antara wanita hamil dengan pre-eklampsia. Sarrel dkk menduga bahwa

peningkatan konsentrasi hemoglobin bebas merupakan penyebab vasokonstriksi

pada preeklamsia. Gus Dekker dkk berpendapat bahwa pemeriksaan hemoglobin

dan hematokrit digunakan untuk mengamati kehamilan terhadap faktor risiko

insufisiensi uteroplasenta. 16,20

2.8. Penatalaksanaan

Tujuan penanganan preeklamsia adalah :

1. Untuk melindungi ibu dari efek meningkatnya tekanan darah dan mencegah

progresifitas penyakit menjadi eklampsia dengan segala komplikasinya.

2. Untuk mengatasi atau menurunkan resiko preeklamsia terhadap janin

termasuk terjadinya solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat dan

kematian janin intrauterine.

3. Untuk melahirkan janin dengan cara yang paling aman bila diketahui resiko

janin atau ibu akan lebih berat bila kehamilan dilanjutkan.

Terapi Preeklampsi berat4,6,13

Dasar pengelolaan preeklampsi berat pada ibu dengan penyulit apapun

dilakukan pengelolaan dasar sebagai berikut:

a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulit yaitu terapi medikamentosa

dengan pemberian obat-obatan terhadap penyulit

b. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya yang

tergantung pada umur kehamilannya dan perkembangan gejala-gejala

preeklampsia selama perawatan, yaitu;

1. Ekspektatif / konservatif: bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu

artinya kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil

memberikan terapi medikamentosa

2. Aktif

Pemberian terapi medikamentosa2,6,12,14:

a. Segera masuk ke rumah sakit

b. Tirah baring miring kekiri secara intermitten

(33)

d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang

e. Pemberian MgSO4 dibagi:

- Loading dose (dosis awal ) : 4 gr MgSO4 40% IV secara perlahan

- Maintenance dose (dosis lanjutan) : 1gr MgSO4 40%/jam dalam 500 ml

RL

f. Anti hipertensi

Diberikan : bila tensi ≥180/110 atau MAP≥ 126

Jenis obat nifedipin: 10-20 mg oral, diulangi setelah 30 menit maksimal 120

mg dalam 24 jam, nifedipin tidak dibenarkan diberikan dibawah mukosa

lidah (sublingual) karena absorbsi terbaik adalah melalui saluran cerna,

desakan darah diturunkan secara perlahan penurunan awal 25 % dari

desakan sistol, desakan darah diturunkan mencapai < 160/105, MAP <

125. Beberapa jenis obat anti-hipertensi termasuk : methyl-dopa/clonidine,

labetalol, metoprolol dan hidralazine.8,15

g. Diuretikum tidak dibenarkan untuk diberikan secara rutin karena :

1. Memperberat penurunan perfusi plasenta

2. Memperberat hipovolemia

3. Meningkatkan hemokonsentrasi

Diuretikum hanya diberikan atas indikasi:

1. Edema paru

2. Payah jantung kongestif

3. Edema anasarka

Sikap terhadap Kehamilannya :

Perawatan konservatif / ekspektatif

a. Tujuan

1. Mempertahankan kehamilan, sehingga mencapai umur kehamilan yang

memenuhi syarat janin dapat dilahirkan

2. Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi

keselamatan ibu

b. Indikasi: Kehamilan < 37 minggu tanpa dijumpai tanda-tanda gejala

impending eklampsi

(34)

Bila penderita sudah kembali menjadi preeklampsi ringan, maka masih

akan dirawat 2-3 hari lagi, baru diizinkan pulang

d. Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur kehamilan 32-34 minggu

selama 48 jam

e. Perawatan dirumah sakit:

1) Pemeriksaan dan monitoring setiap hari terhadap gejala klinik :

Nyeri kepala

Penglihatan kabur

Nyeri perut kuadran kanan atas

Nyeri epigastrium

Kenaikan berat badan dengan cepat

2) Menimbang berat badan ketika masuk rumah sakit dan diikuti setiap

harinya

3) Mengukur proteinuria ketika masuk rumah sakit dan diulangi setiap 2

hari

4) Pengukuran desakan darah dan pemeriksaan lab sesuai dengan

standard yang telah ditentukan

5) Pemeriksaan ultrasound sonography (USG) khususnya pemeriksaaan:

Ukuran biometrik janin

Volume air ketuban

6) Penderita boleh dipulangkan: Penderita dapat dipulangkan apabila 3

hari bebas gejala–gejala preeklampsi berat

Perawatan Aktif

Perawatan aktif dilakukan dengan indikasi :

a. Ibu :

- Kehamilan > 37 minggu

- Impending Eklampsia

- Kegagalan pada perawatan konservatif, yaitu :

o Dalam waktu atau selama 6 jam sejak dimulai pengobatan

medisinal terjadi kenaikan TD

o Atau setelah 24 jam sejak dimulainya perawatan medisinal tidak

ada perbaikan gejala-gejala.

(35)

- Adanya tanda-tanda fetal distress

- Adanya tanda-tanda IUFGR

c. Laboratorium :

- Adanya HELLP Syndrome

Diagram 1. Penatalaksanaan preeklamsia berat

Cara persalinan:

Sedapat mungkin persalianan diarahkan ke pervaginam6 :

1) Penderita belum inpartu;

- Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop lebih dari 8

- Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol, induksi

persalinan harus mencapai kala II dalam waktu 24 jam, bila tidak induksi

persalinan dianggap gagal, harus segera disusul dengan pembedahan secara cesar.

Indikasi dilakukan pembedahan caesar:

- Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam

- Induksi persalinaan gagal

(36)

- Terjadi fetal distress

- Bila umur kehamilan < 33 minggu

2) Bila penderita sudah inpartu

- Perjalanan persalinan diikuti

- Memperpendek kala II

- Pembedahan caesar dilakukan apabila didapati maternal distress dan

fetal distress

- Primigravida direkomendsikan pembedahan caesar

Anastesia: regional anastesi dan epidural anastesi, tidak dianjurkan general

anastesi

Semua kasus dengan preeklampsia berat harus ditangani secara aktif. Simptom

dan tanda “impending eklampsia” (pandangan kabur, hiperrefleksia) adalah tidak

pasti dan penanganan ekspektatif belum ada rekomendasi.11

2.9. Komplikasi

2.9.1. Komplikasi Maternal1,3,7:

Gagal Ginjal akibat akut tubuler nekrosis

Akute kortikal nekrosis

Gagal Jantung

Edema Paru

Trombositopenia, DIC

Cerebrovaskuler accident

2.9.2. Komplikasi janin :

Persalinan prematur

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), terjadi sekitar 30 – 40% pada

preeklamsia superimposed

Solusio plasenta, terjadi 4 – 8 kali lebih sering pada kehamilan dengan

hipertensi kronis.

perinatal asfiksia

(37)

2.10. Prognosis

2.10.1. Terhadap maternal

Morbiditas maternal (ditandai dengan hipertensi berat atau keterlibatan

multi sistem) dan potensi kematian meningkat pada kehamilan dengan hipertensi.

Sekitar 16% dari nulligravida dengan hipertensi dalam kehamilan namun tidak

dijumpai proteinuria menyebabkan hipertensi yang berat atau keterlibatan multi

sistem. Pada hipertensi gestasional dan proteinuria positif 1, komplikasi ibu yang

berat dapat terjadi sampai 42% dari semua nulligravida (secara total, hipertensi

berat sekitar 80%, dan penyakit multi sistem 20%). Penampilan pasien dengan

preeklamsia adalah secara fisik buruk, dengan hampir dua pertiga dari nulligravida

terjadi hipertensi berat (33%) atau gangguan multi sistem (67%). Kematian karena

preeklamsia sekitar <0,1%. Jika terjadi kejang pada eklampsia berkembang,

sekitar 5 - 7% dari pasien ini akan meninggal dunia. Penyebab kematian biasanya

disebabkan oleh perdarahan intrakranial, shock, gagal ginjal, pemisahan prematur

plasenta, dan pneumonia aspirasi. Selain itu, hipertensi kronis mungkin

merupakan sekuel dari eklampsia. Meskipun jumlah trombosit meningkat secara

signifikan setelah postpartum kehamilan normotensif, sekitar ada 2 – 3 kali lipat

meningkat pada pasien preeklampsia. Nilai puncak terjadi pada 6 – 14 hari

setelah persalinan. kebanyakan merekomendasikan evaluasi yang lengkap 6

minggu sampai 6 bulan.5

2.10.2. Terhadap janin

Persalinan prematur dan bayi yang kecil dari usia kehamilan lebih sering

terjadi (Odds Ratio, OR 1,7) pada hipertensi gestasional dibandingkan untuk

nulligravida darah normal. Preeklamsia lebih lanjut meningkatkan kejadian

kelahiran prematur dan bayi kecil untuk usia kehamilan (OR 14,6). Kematian

perinatal mungkin sekitar 20%. Dengan diagnosis dini, antenatal terapi, dan

perawatan intensif neonatal, namun, kerugian ini dapat dikurangi menjadi <10%.5

2.11. Prediksi dan Pencegahan Preeklamsia

Banyak uji klinis, biofisik, dan biokimia memiliki telah diusulkan untuk

memprediksi atau mendeteksi preeklampsia secara dini. Sayangnya, sebagian

besar dari tes ini memiliki sensitivitas, nilai prediktif positif yang rendah, dan

(38)

tidak ada tes penapisan tunggal yang dianggap handal dan terjangkau dalam

memprediksi preeclampsia.

Dalam dua dekade terakhir, banyak laporan klinis dan percobaan yang

dilakukan secara acak menggambarkan penggunaan berbagai metode untuk

mengurangi tingkat dan / atau derajat preeklampsia. Berdasarkan data yang

tersedia, baik suplemen kalsium atau aspirin dosis rendah harus secara rutin

diresepkan untuk preeklamsia pencegahan pada wanita nulipara. Beberapa

penelitian kecil mengenai penggunaan aspirin dosis rendah melaporkan

penurunan kejadian preeklamsia yang signifikan pada populasi berisiko tinggi.

Namun, pada tahun 1994 Penelitian kolaborasi melaporkan uji coba besar secara

acak membandingkan aspirin dosis rendah dengan plasebo pada lebih dari 9300

pasien berisiko tinggi. Aspirin dosis rendah tidak mengurangi kejadian

preeklampsia pada populasi berisiko tinggi. Hauth melaporkan penurunan yang

signifikan dalam preeklamsia pada kelompok perempuan berisiko rendah yang

diobati dengan aspirin dosis rendah. Namun, percobaan yang lebih besar oleh

Sibai melaporkan tidak ada manfaat. Meninjau semua bukti yang bertentangan,

peneliti untuk Cochrane Collaboration menyimpulkan mungkin ada kecil sampai

sedang manfaat aspirin dosis rendah dalam mencegah preeklampsia. Karena

risiko rejimen sedikit, beberapa dokter mungkin cukup memilih untuk

menggunakannya.

Selain itu, seng, magnesium, minyak ikan, dan vitamin C dan E tidak harus

secara rutin digunakan untuk tujuan ini. Bahkan dalam studi mengungkapkan

menguntungkan efek, hasilnya menunjukkan pengurangan dalam "definisi

preeklamsia". Selain itu juga konsumsi kalsium, kalsium sangat penting

dalam sintesis oksida nitrat, vasodilator kuat diyakini untuk berkontribusi pada

pemeliharaan tonus pembuluh darah berkurang pada kehamilan. Meskipun

beberapa studi kecil menyarankan manfaat kemungkinan suplemen kalsium

dalam mencegah preeklamsia, percobaan besar oleh Levine yang melibatkan

(39)

2.12. Kerangka teori

Preeklamsia

Berat

Tekanan darah

meningkat

Volume plasma

menurun

Hematokrit

meningkat

Gangguan

permeabilitas

Hemokonsentrasi

meningkat

(40)

2.13. Kerangka konsep

Preeklamsia

Berat/Eklamsia/

HELLP syndrome

Kadar Hematokrit

meningkat

Persalinan

plasenta

dilahirkan

24 jam

Kadar Hematokrit

menurun/semakin

meningkat

Perbaikan /

perburukan

Perbedaan dan hubungan antara tekanan

darah dengan hematokrit dianalisis

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitiaan intervensi dengan rancangan uji pre –

post untuk mengetahui hubungan antara kadar hematokrit pada preeklamsia

sebelum dan setelah proses persalinan.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik Medan, RSUD. Dr.

Pirngadi Medan, RSU. Putri Hijau Medan, RSU. Haji Medan, RSU. Sundari Medan

sejak Juni 2013 sampai September 2013.

3.3. Kriteria penelitian

3.3.1. Kriteria inklusi

a) Wanita hamil yang mengalami preeklampsia berat yang berobat ke

poli ibu hamil atau instalasi gawat darurat.

b) Tidak menderita penyakit penyerta yang menyebabkan gangguan

pada komponen darah dan tekanan darah tinggi

c) Belum melahirkan

c) Bersedia diikutsertakan sebagai obyek penelitian

3.3.2. Kriteria eksklusi

a) Pasien tidak jadi melahirkan

b) Pasien mengalami perbaikan menjadi status preeklamsia ringan

c) Mesin pemeriksaan hematokrit rusak

d) Data rekam medis yang tidak lengkap

3.4. Besar sampel penelitian

n = (Zα+Zβ) s

(X1 – X2)

n = Jumlah sampel

(42)

Zα = Tingkat kemaknaan = 1.64

Zβ = Power = 0,842

S = Simpangan baku = 5.34%

X1 = 37.7%

X2 = 35.9%

n = (1.64 + 0.842) 5.34 37.7 – 35.9

n = 13.25

1.8

N = 54.2 = 55 sampel

3.5. Alat ukur penelitian

Alat ukur yang digunakan :

1. Formulir data pribadi pasien

Formulir digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden

berdasarkan karakteristik yang dimilikinya dengan mengisi data pribadi

secara mandiri atau melalui wawancara.

2. Peralatan penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian :

- Tensimeter

- Stetoskop

- Alat ukur proteinuria

- Alat tulis

- Laboratorium

3.6. Defenisi Operasional

Preeklamsia berat merupakan pasien yang secara klinis dan diagnostik

menderita preeklamsia yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah

>160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu yang diperiksa

2

(43)

dengan menggunakan spigmomanometer air raksa dan dijumpai

proteinuria (+) pada pemeriksaan dengan pemanasan urin

Hematokrit merupakan persentase volume dari sel darah merah di

dalam darah, diinterpretasikan dalam persen. Pemeriksaan dilakukan

dengan menggunakan mesin.

Tekanan darah sistolik mengambarkan kontraksi jantung, yaitu pada

suara korotkoff pertama (suara tekanan yang pertama kali terdengar).

Suara korotkoff pertama tersebut dapat diketahui dengan pengukuran

tekanan darah menggunakan spigmomanometer air raksa dan

diinterpretasikan dalam mmHg.

Tekanan darah diastolik menggambarkan keadaan jantung saat diisi

darah setelah berkontraksi, yaitu pada tekanan di mana suara korotkoff

keempat hanya nyaris tak terdengar dapat diketahui dengan pengukuran

tekanan darah menggunakan spigmomanometer air raksa dan

diinterpretasikan dalam mmHg.

Impending eklamsia merupakan kumpulan gejala multisistem pada

penderita preeklampsia berat dan eklampsia yang terutama ditandai

dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar enzym hepar dan

penurunan jumlah trombosit (trombositopenia). Keadaan ini ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium.

Eklamsia merupakan keadaaan preeklamsia yang disertai penurunan

kesadaran dan kejang, ditegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis

(alloanamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Sindroma HELLP merupakan kumpulan gejala multisistem pada

penderita preeklampsia berat dan eklampsia yang terutama ditandai

dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar enzym hepar dan

penurunan jumlah trombosit (trombositopenia). Diagnosis ditegakkan

berdasarkan pemeriksaan laboratorium.

Hipertensi kronis superimposed preeklamsia adalah hipertensi yang

didapatkan sebelum kehamilan, dibawah 20 minggu umur kehamilan,

dengan proteinuria setelah 20 minggu dan hipertensi tidak menghilang

setelah 12 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

(44)

3.7. Pengolahan data

Data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan distribusi

frekuensi dan dilakukan analisis. Pengujian data pre dan post dilakukan

dengan menggunakan uji t (t-test) dan pengujian data untuk mencari

hubungan kadar hematokrit dengan derajat preeklamsia dilakukan dengan

uji Chi-square. Data diolah dengan menggunakan program komputer.

3.8. Prosedur Penelitian

1. Setelah mendapat persetujuan dari komisi etik untuk melakukan

penelitian, penelitian dimulai dengan mengumpulkan data subyek

penelitian yang bersedia ikut serta dalam penelitian, setelah dilakukan

informed consent terlebih dahulu.

2. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui identitas pasien meliputi: umur,

paritas, usia gestasi, keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat

preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, dan riwayat

preeklamsia/hipertensi dalam keluarga.

3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis umum dan obstetri untuk

menentukan kriteria inklusi dan eksklusi subyek penelitian.

4. Dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi status presens yaitu menilai

kesadaran, tekanan darah sistol dan diastol diukur dengan

spygmomanometer air raksa, nadi dan pernafasan. Pemeriksaan obstetri

yang meliputi status generalisata meliputi pemeriksaan fisik kepala,

mata, leher, dada untuk menilai bentuk dada, suara pernafasan dan

bunyi jantung, serta pemeriksaan leopold untuk evaluasi janin,

pemeriksaan denyut jantung janin dan kontraksi uterus.

5. Dilakukan pemeriksaan hematokrit dan komponen darah lainnya dengan

mengambil sampel darah + 5 cc dari pembuluh vena dan kemudian

dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan

6. Preeklamsia berat, eklamsia dan sindroma HELLP ditatalaksana sesuai

prosedur.

7. Dilakukan pemeriksaan dalam setelah pemberian magnesium sulfat

untuk mengkonfirmasi inpartu dan menentukan metode persalinan..

8. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah sistol dan diastol serta

(45)

mengambil sampel darah + 5 cc dari pembuluh vena dan kemudian

dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan

9. Selanjutnya data – data yang didapat diolah dan dilakukan analisis untuk

memba

Gambar

Gambar 1. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
Gambar 2. Perbandingan invasi trofoblas pada kehamilan normal dan preeklamsia3
Gambar 3. Endoteliosis kapiler glomerulus
Gambar 4. Hubungan inadekuasi trofoblas terhadap gangguan organ11
+6

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam tubuh manusia, tekanan darah terbagi menjadi dua bagian, yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan yang terjadi bila

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebelum perlakuan, pemeriksaan tanda vital untuk tekanan darah terdapat sebanyak 33,3% memiliki sistolik yang tidak normal dan 13,3

Hipertensi sendiri adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah,. dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik

Pada wanita usia lebih dari 40 tahun kadar estradiol.

Perbedaan Rerata Kadar Estradiol Serum Wanita Menopause Dengan Sindroma Vasomotor Berdasarkan Derajat

Fitoestrogen dan Terapi Sulih Hormon (TSH) berdasarkan derajat ringan, sedang, dan berat pada wanita menopause dengan sindroma vasomotor. Partisipasi anda dalam penelitian ini

“ Hubungan Tekanan Darah dengan Tingkat Keparahan pada Pasien Stroke.. Akut di

Hal yang sama didapatkan dari penelitian Tirtadevi dkk 2021 dengan kesimpulan korelasi tidak signifikan kadar hematokrit dengan tingkat keparahan pasien DBD p=0,658 dan r=-0.487.10