• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI KIMIA KELAS XI ASAM BASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MATERI KIMIA KELAS XI ASAM BASA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2

(2)

 Basa  Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai berikut.

M(OH)x ⎯⎯→ Mx+ + x OH–

Jumlah ion OH– yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Beberapa  contoh basa diberikan pada tabel 5.2.

Asam sulfat dan magnesium hidroksida dalam air mengion sebagai berikut.

H2SO4 ⎯⎯→ 2 H+ + SO42– Mg(OH)2 ⎯⎯→ Mg+ + 2 OH–

 Persamaan 

ionisasi air dapat ditulis sebagai:

(3)

 Harga tetapan air adalah:

 Konsentrasi H2O yang terionisasi menjadi H+ dan OH– sangat kecil dibandingkan  dengan konsentrasi H2O mula­mula, sehingga konsentrasi H2O dapat dianggap tetap,  maka harga K[H2O] juga tetap, yang disebut tetapan kesetimbangan air atau ditulis Kw.

 Jadi,

 Pada suhu 25 °C, Kw yang didapat dari percobaan adalah 1,0 × 10–14.

 Harga Kw ini tergantung pada suhu, tetapi untuk percobaan yang suhunya tidak terlalu  menyimpang jauh dari 25 °C, harga Kw itu dapat dianggap tetap.

(4)

Kekuatan asam dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion H+ yang dihasilkan oleh senyawa asam dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+ yang dihasilkan, larutan asam dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.

1. Asam Kuat

Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion­ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi

berkesudahan. Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut. HA(aq) ⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)

2. Asam Lemah

Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi ion­ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan.

Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.

(5)

Makin kuat asam maka reaksi kesetimbangan asam makin condong ke kanan, akibatnya Ka bertambah besar. Oleh karena itu, harga Ka merupakan ukuran kekuatan asam, makin besar Ka makin kuat asam.

(6)

 Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion OH– yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya.

 Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH yang dihasilkan, larutan basa juga dibedakan  menjadi dua macam sebagai berikut.

1. Basa Kuat

 Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion­ ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan.

(7)

M(OH)x(aq) ⎯⎯→ Mx+(aq) + x OH–(aq)

dengan: x = valensi basa M = konsentrasi basa

2. Basa Lemah

 Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi ion­ionnya.

 Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi kesetimbangan.

 Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai berikut.

M(OH)(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ M+(aq) + OH–(aq)

 

 

 Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa makin condong ke kanan, akibatnya  Kb bertambah besar.

 Oleh karena itu, harga Kb merupakan ukuran kekuatan basa, makin besar Kb makin kuat basa.

(8)

 

 

(9)

 Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun 1910,  seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu bilangan  yang sederhana.

 Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+.

(10)

 Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa:

a. Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7. b. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.

c. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau pH > 7.

 Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka makin  besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH, dan karena bilangan dasar logaritma adalah  10, maka larutan yang nilai pH­nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan ion H+  sebesar 10n.

 Perhatikan contoh di bawah ini.

 Jika konsentrasi ion H+ = 0,01 M, maka pH = – log 0,01 = 2

 Jika konsentrasi ion H+ = 0,001 M (10 kali lebih kecil) maka pH = – log 0,001 = 3 (naik 1  satuan)

 Jadi dapat disimpulkan:

• Makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH

• Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan pH = 2.

(11)

1. Menggunakan Beberapa Indikator

 Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dapat berubah  warna pada rentang harga pH tertentu (James E. Brady, 1990).

 Harga pH suatu larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH indikator.

 Indikator memiliki trayek perubahan warna yang berbeda­beda.

 Dengan demikian dari uji larutan dengan beberapa indikator akan diperoleh daerah irisan pH larutan.

 Contoh, suatu larutan dengan brom timol biru (6,0– 7,6) berwarna biru dan dengan  fenolftalein (8,3–10,0) tidak berwarna, maka pH larutan itu adalah 7,6–8,3.

(12)

Konsep Asam­Basa Bronsted dan Lowry

 

 Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton, sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan proton.

(13)
(14)

 Pasangan asam­basa setelah terjadi serah­terima proton dinamakan asam­basa 

Lewis mengamati bahwa molekul BF3 juga dapat berperilaku seperti halnya asam (H+) sewaktu 

bereaksi dengan NH3. Molekul BF3 dapat menerima sepasang elektron dari molekul NH3 untuk 

membentuk ikatan kovalen antara B dan H.

Teori asam basa Lewis lebih luas dibandingkan Arhenius dan Bronsted Lowry , karena :

 Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam pelarut air,  pelarut bukan air, dan tanpa pelarut sama sekali.

 Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang tidak melibatkan transfer proton  (H+), seperti reaksi antara BF

(15)

H+ + OH­ H 2O(l)

Ikatan kovalen koordinasi antara H dan O yang terbentuk akibat transfer sepasang elektron dari  OH­ ke H+

Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat yang akan ditentukan

konsentrasinya disebut sebagai “titran” dan biasanya diletakkan di dalam labu

Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau “titrat” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.

Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau aside alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (Pada site ini hanya dibahas tentang titrasi asam basa).

PRINSIP TITRASI ASAM BASA

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan

berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].

Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik

ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.

Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut:

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)

contoh lain yaitu:

(16)

Gambar set alat titrasi

CARA MENGETAHUI TITIK EKUIVALEN

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain:

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.

2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna yang terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein.

(17)

RUMUS UMUM TITRASI

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:

N asam x V asam = N asam x V basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa

Keterangan :

N = Normalitas V = Volume M = Molaritas

n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa)

INDIKATOR ASAM BASA

TABEL DAFTAR INDIKATOR ASAM BASA

NAMA pH RANGE WARNA TIPE(SIFAT)

Biru timol 1,2-2,8 merah – kuning asam Kuning metil 2,9-4,0 merah – kuning basa Jingga metil 3,1 – 4,4 merah – jingga basa Hijau bromkresol 3,8-5,4 kuning – biru asam Merah metil 4,2-6,3 merah – kuning basa Ungu bromkresol 5,2-6,8 kuning – ungu asam Biru bromtimol 6,2-7,6 kuning – biru asam Merah fenol 6,8-8,4 kuning – merah asam Ungu kresol 7,9-9,2 kuning – ungu asam Fenolftalein 8,3-10,0 t.b. – merah asam Timolftalein 9,3-10,5 t.b. – biru asam Kuning alizarin 10,0-12,0 kuning – ungu basa

Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein. Tabel berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.

pH < 0 0−8.2 8.2−12.0 >12.0

Kondisi Sangat asam Asam atau mendekatinetral Basa Sangat basa

(18)

Gambar

Gambar set alat titrasiCARA MENGETAHUI TITIK EKUIVALEN
TABEL DAFTAR INDIKATOR ASAM BASA

Referensi

Dokumen terkait

Grafik titrasi asam dan basa  Siswa dapat menganalisis grafik hasil titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa lermah, asam lemah dan basa kuat untuk menjelaskan larutan

Menurut Bronsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer proton, asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa adalah spesi yang

Pada praktikum standardisasi HCl dengan Na 2 CO 3 , titrasi tersebut adalah titrasi antara basa kuat dan asam kuat.. Titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan pada perubahan pH pada

Sebagaimana hasil yang tertera pada Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa multimedia tutorial sebagai suplemen pada mata pelajaran Kimia materi Asam dan Basa untuk kelas XI SMA

Menurut Bronsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer proton, asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton, sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor

Sedangkan kekurangan teori basa dan asam Bronsted  – Lowry yaitu teori Bronsted-Lowry memiliki kelemahan yaitu tidak mampu menjelaskan alasan suatu reaksi asam dengan basa dapat

Dengan melakukan titrasi, kita dapat menentukan konsentrasi suatu zat dengan menggunakan indicator asam basa (hingga mencapai warna tertentu) yang ditambahkan

materi asam basa di kelas XI sma dengan pembahasan yang