• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT

TEAMSACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD

NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Dian Gustam Pratama

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT

TEAMSACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD

NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

DIAN GUSTAM PRATAMA

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur.

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes yang kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (50,92), siklus II (65,50) dan siklus III (82,40) dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,58 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 16,90. Sementara itu rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (64,44), siklus II (71,11), dan siklus III (77,40) dengan demikain terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 6,67 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 6,29.

(3)
(4)
(5)
(6)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 8

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 8

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 9

3. Pengertian PKn SD ... 10

B. Aktivitas dan Hasil Belajar ... 11

1. Aktivitas Belajar ... 11

2. Hasil Belajar ... 12

C. Model Pembelajaran ... 13

1. Model Kooperatif ... 13

2. Macam-macam Model Kooperatif ... 15

D. Kooperatif tipe STAD ... 16

1. Model Kooperatif tipe STAD ... 16

2. Kelebihan dan kekurangan Kooperatif tipe STAD ... 17

3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 18

E. Hipotesis Tindakan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 20

A. Metode Penelitian ... 20

B. Setting Penelitian ... 21

C. Subjek Penelitian ... 22

D. Alat Pengumpulan Data ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 22

(7)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Prosedur Penelitian ... 37

B. Hasil Penelitian ... 38

C. Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA

(8)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ... 24

2. Kriteria Keberhasilan Kinerja Guru ... 25

3. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I ... 42

4. Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 43

5. Hasil Belajar siswa Siklus I... 44

6. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II... 49

7. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II... 50

8. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 51

9. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus III ... 56

10. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus III ... 57

11. Hasil Belajar Siswa Siklus III... 58

12. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 59

13. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per-Siklus ... 61

14. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 62

(9)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 21

2. Grafik Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Per-Siklus. ... 60

3. Grafik Rekapitulasi Persentase Kinerja Guru Per-Siklus. ... 62

4. Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 63

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi

sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

sehingga hidupnya menjadi sejahtera, dan bahagia. UU SISDIKNAS No. 20

tahun 2003, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien

(berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya

proses pembudayaan yang berdasarkan pada penciptaan kesejahteraan

umum dan pencerdasan kehidupan bangsa. Pendidikan dasar adalah

pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan,

menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan masyarakat, serta

mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (Ihsan,

2008: 22). Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pertama pendidikan

(11)

tahun, (Wardhani, dkk., 2009: 2.27). Oleh karena itu, penanaman konsep

harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Maslow dan Rogers (dalam

Asma, 2006: 3) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa. Tujuan

pendidikan dapat terwujud dengan melaksanakan kegiatan pendidikan.

Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi

tanpa interaksi antar pribadi, Johnson dan Smith (dalam Lie, 2010: 5).

Dalam sekolah, hal ini sangat erat sekali kaitannya dengan pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, nilai pancasila merupakan standar

hidup bangsa yang berideologi Pancasila. Dengan demikian nilai Pancasila

secara individu hendaknya dimaknai sebagai cermin perilaku hidup yang

terwujud dalam cara bersikap dan bertindak.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran

yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada

pendidikan afektif yang berhubungan langsung dengan sikap seseorang

khususnya anak-anak yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu

lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan teman bermainnya.

(12)

sebagai pendidikan nilai dan moral, yaitu mata pelajaran yang

mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/budaya

bangsa sehingga membentuk moral anak yang sesuai dengan nilai falsafah

hidupnya.

Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan peneliti

di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam mata pelajaran PKn, siswa

cenderung ribut, mengganggu teman, dan mengobrol yang menyebabkan

rendahnya aktifitas siswa dalam pembelajaran. Selain itu keaktifan siswa

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang. Penggunaan waktu

yang kurang efisien dalam penyajian materi PKn yang rata-rata berbentuk

naratif, memakan waktu yang cukup lama, dan menimbulkan kejenuhan

siswa. Hal ini dapat dilihat pada nilai siswa yang masih di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Dari 27 siswa yang terdapat di kelas VA, 14

siswa atau 52% masih mendapat nilai rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yaitu 60.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di atas disebabkan

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih menitikberatkan

pada metode ceramah sehingga membosankan, kurang menarik, dan

kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, Pola

pembelajarannya berpusat pada guru (teacher centered), siswa kurang

berani bertanya dan mengemukakan pendapat, Guru juga belum optimal

dalam menggunakan model STAD. Kecenderungan pembelajaran demikian,

mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam

(13)

pembelajaran seperti itu, semakin menjauhkan peran Pendidikan

Kewarganegaraan dalam upaya mempersiapkan warga negara yang cerdas,

terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945.

Mencermati adanya permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan

model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, efektif serta

berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar

siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu

model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan

meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mencapai hasil yang maksimal

yaitu model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD). Model kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hitrogen,

Slavin (dalam Isjoni,2010: 12). Kelebihan tipe STAD ini siswa aktif

membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. Dengan

penggunaan model pembelajaran ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar

siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur dapat meningkat. Guru harus

melakukan tindakan yang dapat mengubah suasana pembelajaran dan

melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Melalui Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu usaha untuk dapat memperbaiki

pembelajaran, baik proses maupun hasil pembelajaran siswa kelas VA SD

Negeri 08 Metro Timur menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur masih bersifat

teacher centered

2. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur

3. Penggunaan waktu penyajian materi PKn yang kurang efisien

4. Hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur belum

maksimal

5. Guru belum secara optimal menggunakan model STAD

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun Pelajaran

2011/2012?

(15)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka

tujuan penelitian untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro

Timur Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran PKn dengan

menggunakan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division

(STAD)

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur

Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran PKn dengan

menggunakan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division

(STAD).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi:

1. Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemahaman

konsep PKn, khusunya di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur

Tahun Pelajaran 2011/2012.

b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemahaman konsep

PKn, khusunya di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun

Pelajaran 2011/2012.

2. Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas

(16)

menyenangkan serta membangkitkan minat siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe (STAD).

3. Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan

kualitas pendidikan melalui penggunaan model kooperatif tipe (STAD)

dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran PKn.

4. Bagi Peniliti

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD),

sehingga kelak ketika menjadi seorang guru mampu menjalankan tugas

dan pekerjaannya secara profesional khususnya dalam proses

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan

bahwa “mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarekter

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.

Proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarahkan

pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia, yang menetapkan

demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pada dasarnya

pembelajaran tersebut meliputi Pendidikan Kewargaan Negara (PKN)

dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Perbedaan PKN (N) dan PKn

(n) dapat dilihat dari pemaparan para ahli berikut ini, Soemantri (dalam

Rusminiyati, 2007: 1.25) PKN merupakan mata pelajaran sosial yang

bertujuan untuk membentuk atau membina warga Negara yang baik,

yaitu warga Negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Sedangkan

PKn Pendidikan yang menyangkut status formal warga Negara yang

(18)

(dalam Rusminiyati, 2007: 1.25). Undang-undang No. 20 tahun 1949,

undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan dan peraturan

tentang naturalisis atau pemerolehan status sebagai warga Negara

Indonesia.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang menyangkut status

formal yang berfungsi melestarikan nilai luhur pancasila,

mengembangkan dan membina manusia seutuhnya serta membina

pengalaman dan kesadaran warga Negara untuk dapat melaksanakan hak

dan kewajibannya sebagai warga Negara yang cerdas, trampil dan

berkarakter.

2. Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosial budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu Pkn mempunyai tujuan yang digariskan dengan tegas agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menaggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.

3. Berkembang secara fositif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karekter-karekter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

(19)

Sedangkan Winataputra, Udin S, dkk. (2009:1.1) menyatakan bahwa tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu pendidikan demokrasi dengan mengembangkan tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara, membina tanggung jawab warga negara, mendorong warga untuk membentuk warga negara yang baik, bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

PKn adalah mewujudkan warga Negara yang sadar membela negara

berdasarkan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan

mengembangkan jati diri dari moral bangsa dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Ilmu-ilmu yang dikaji dalam pembelajaran PKn pada

dasarnya adalah ilmu yang menjadi bekal kita dalam berbagai aspek

kehidupan.

3. Pengertian PKn SD

Pembelajaran PKn di SD memiliki peranan penting dalam

membentuk pribadi siswa yang bertanggung jawab, dapat berkembang

secara positif, dan berfikir kritis. Kewarganegaraan artinya keanggotaan

yang menunjukkan hubungan antara negara dengan warga negara

(Winarno, 2006: 49). PKn SD berbeda dengan PKn pada jenjang SMP,

SMA, maupun perguruan tinggi. PKn SD yang tercantum pada

Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan

(20)

Menurut Winataputra (2009: 1.10) materi PKn SD selayaknya memuat komponen-komponen pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian warga negara yang fungsional bukan hanya dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam masyarakat yang demokratis.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn SD

adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga

negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,

terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD RI

1945.

B. Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar 1. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan

oleh siswa pada saat proses pembelajar di kelas. Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) (2007: 23), aktivitas adalah keaktifan, kegiatan.

Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan

dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas dalam belajar, maka proses

pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Aktivitas adalah segala

kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau Rohani, Sriyono

(dalam Yasa, wordpress.com, 2008). Sedangkan menurut (Juliantara,

blogspot.com, 2010), aktivitas belajar adalah aktivitas siswa dalam

proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah merupakan suatu kegiatan

siswa dalam pembelajaran yang melibatkan kegiatan jasmani dan rohani

(21)

Kunandar (2010: 277) Mendifinisikan aktifitas siswa sebagai

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran dan aktifitas dalam

kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar

mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Aspek yang di

amati pada aktivitas siswa yaitu: (1) Partisipasi, (2) Minat, (3) Perhatian,

(4) Presentasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan

bahwa, aktifitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa

untuk memperoleh pengalaman tertentu dalam proses pembelajaran

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2. Hasil Belajar

Proses belajar mengajar memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai

atau hasil belajar. Menurut Anitah (2009: 2.19), hasil belajar merupakan

kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam pembelajaran.

Lain halnya dengan pendapat Sumiati (2009: 200) keberhasilan proses

pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa yang

diperoleh melalui kegiatan evaluasi.

Menurut Nana Sudjana (dalam Yasa wordpress.com, 2008), hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a) Keterampilan dan Kebiasaan; (b) Pengetahuan dan Pengertian; (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil belajar yang diperolah dari proses kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) adalah dalam bentuk skor, baik skor individu maupun skor kelompok (tim). Skor individu dapat diperoleh dari kegiatan selain kuis seperti perolehan skor tim yang merupakan distribusi dari skor individu dalam kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

(22)

pengalaman belajarnya berupa pengetahuan (intelek), sikap, tingkah

laku, informasi verbal, dan keterampilan. Hasil belajar mempunyai

peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap

hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang sejauh

mana kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya

melalui kegiatan belajar, seperti halnya dalam menggunakan model

kooperatif tipe STAD dimana aktivitas dan hasil belajar siswa akan

meningkat karena model pembelajaran ini menitikberatkan pada diskusi

kelompok.

C. Model Pembelajaran 1. Model Kooperatif

Model kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang

dilakukan dengan cara berkelompok. Menurut Artz dan Newman (dalam

Asma, 2006: 11) model kooperatif adalah suatu pendekatan yang

mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu

tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan masalah, menyelesaikan

suatu tujuan bersama. Sedangkan menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007:

12) kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau

serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan

kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran,

(23)

2007: 16), menyebut bahwa pembelajaran kooperatif dengan istilah

pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain

dalam tugas-tugas terstruktur.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (dalam Isjoni, 2007: 13) sebagai berikut:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama.”

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Beberapa ciri dari model kooperatif adalah; (a) setiap anggota

memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa,

(c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan

keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi

dengan kelompok saat diperlukan, Isjoni (2007: 20).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan peneliti bahwa

belajar dengan menggunakan model kooperatif dapat diterapkan untuk

memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai

pendapat temannya, dan saling memberikan pendapat. Ini tidak hanya

(24)

sangat berguna untuk menumbuhkan berpikir kritis, bekerjasama, dan

membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif

pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap

kualitas interaksi dan komunikasi yang dapat memotivasi siswa untuk

meningkatkan prestasi belajarnya.

2. Macam-macam Model Kooperatif

Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang

dapat diterapkan, yaitu diantaranya: Student Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan

Group Resume, (Isjoni, 2007: 51). Sedangkan (Slavin, 2010: 11) Dalam kooperatif terdapat lima variasi model yang telah dikembangkan dan

diteliti secara ekstensif. Tiga model yang dapat diterapkan pada sebagian

besar mata pelajaran yaitu: Student Team Achivement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti

Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC), untuk diketerampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa

dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika.

Beradasarkan jenis-jenis model kooperatif di atas, peniliti

memilih model kooperatif tipe STAD untuk diterapkan dalam penelitian

tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur,

Karena model kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran

(25)

dalam kegiatan belajar dan tidak terpaku pada satu metode belajar saja

yaitu metode ceramah.

D. Kooperatif tipe STAD

1. Model Kooperatif tipe STAD

Model kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin, (2010:

143) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan

guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa

yang menyajikan informasi akademik kepada siswa menggunakan

presentasi verbal atau teks. Pembelajaran kooperatif tipe STAD membagi

siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang

yang bersifat heterogen. Komponen utama tipe STAD adalah presentasi

kelas, kegiatan kelompok, kuis/test, pemberian skor individu dan

penghargaan kelompok (Lie, 2004: 18).

Slavin (dalam Trianto, 2010: 68) menyatakan bahwa pada

kooperatif Tipe (STAD) siswa ditempatkan dalam tim belajar

beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes iini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Melalui berbagai pendapat para ahli di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa pengertian kooperatif tipe STAD adalah sebagai

suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara

sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok sehingga

(26)

2. Kelebihan dan kekurangan kooperatif tipe (STAD)

Hendy (dalam http//hendygoblog.blogspot.com) Kelebihan dari model Kooperatif Tipe (STAD) yaitu (1) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3)

dapat meningkatkan kreativitas siswa, (4) dapat mendengar,

menghormati, serta menerima pendapat siswa lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.

Kekurangan dari model Kooperatif Tipe (STAD) yaitu (1) setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu.

Slavin (dalam http://yankcute.blogspot.com) Kelebihan dari model kooperatif tipe (STAD) yaitu:

a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

d. Interaksi antara siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Kekurangan dari model kooperatif tipe (STAD) yaitu:

a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. c. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru

dapat melakukan pembelajaran kooperatif.,

d. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya suka bekerja sama.

Berdasarkan teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa model

kooperatif tipe (STAD) tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi

juga terdapat beberapa kelemahan. Oleh karena itu, perlu adanya

pemahaman dan pendalaman untuk penerapan model kooperatif tipe

(27)

3. Langkah-langkah Kooperatiftipe (STAD)

Langkah-langkah pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe (STAD) menurut Slavin (2010: 143) adalah sebagai berikut:

(1) Persiapan Pembelajaran a) Materi

Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok.

b) Menempatkan siswa dalam Kelompok

Menempatkan siswa ke dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang dengan cara mengurutkan siswa dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya. c) Menentukan skor dasar

Skor dasar diperoleh dari tes kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal sebelum menggunakan STAD.

(2) Penyajian Materi

Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. (3) Kegiatan Belajar Kelompok

Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara anggota kelompoknya.

(4) Pemeriksaan Terhadap Hasil Kegiatan Kelompok

Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari setiap kelompok..

(5) Siswa Mengerjakan Soal-Soal Tes Secara Individual

Pada tahap ini siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama.

(6) Pemeriksaan Hasil Tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru dengan membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa dalam

kooperatif tipe (STAD) terdapat beberapa tahap yang bisa dikembangkan

(28)

kepada siswa dan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar

siswa.

E. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran PKn

menerapkan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri

(29)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang

difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research, Wardhani, dkk. (2008: 1.4), mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri

melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,

sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sesuai dengan metode

Penelitian Tindakan kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan

adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat

tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu:

(1) Perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan

(obseving), (4) refleksi (reflecting).

Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas VA SD Negeri

(30)

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

[image:30.595.132.486.112.479.2]

Dan Seterusnya

Gambar 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4)

B. Setting Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 08 Metro Timur, jalan Stadion

24A Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur.

b. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2011/2012.

Pelaksanaan

Siklus I

Observasi Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Siklus II Observasi

Refleksi

Pelaksanaan

Observasi Siklus III

Perencanaan

(31)

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif

antara peneliti dengan guru kelas VA di SD Negeri 08 Metro Timur.

Penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah seorang

guru dan siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur, dengan jumlah jumlah

siswa 27 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

D. Alat Pengumpulan Data

1) Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat

kolaborasi penulis dan guru. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan

data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian

tindakan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model

kooperatif tipe (STAD).

2) Tes hasil belajar, adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan

data mengenai hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah

diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD).

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan dilakukan kegiatan:

1. Observasi

Dilakukan untuk mendapatkan data tentang kinerja guru ketika

melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe

(32)

2. Tes Hasil Belajar

Tes, digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa

terhadap materi yang dibahas, dengan memberikan soal-soal latihan.

F. Teknik Analisis data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data

secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Digunakan untuk menganalisis nilai aktivitas belajar siswa dan

kinerja guru dalam proses pembelajaran. Rumus analisis aktivitas belajar

siswa :

NA =

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan

JS = Total skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati

100 = Bilangan tetap

Diadopsi dari Aqib, dkk. (2009: 41).

Setelah diperoleh nilai hasil kegiatan siswa, kemudian dikategorikan

(33)

Tabel 1. Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa.

Tingkat Keberhasilan Arti

> 80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

< 20 Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

Rumusan analisis kualitatif pada lembar penilaian kinerja guru di atas

adalah sebagai berikut:

Keterangan:

NK = Nilai Kinerja

TS = Total skor yang diperoleh

SM = Total skor maksimum ideal dari aspek yang diamati

(sumber Aqib, dkk., 2009: 41)

Setelah diperoleh persentase mengenai kinerja guru,

kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel

(34)

Tabel 2. Kriteria Hasil Observasi Kinerja Guru.

Tingkat Keberhasilan Arti

> 80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

< 20 Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

2. Analisis Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui adanya kemajuan

hasil belajar siswa melalui tes dalam hubungannya dengan penguasaan

materi yang dipelajari siswa dalam cooperative learnig tipe STAD

Nilai rata-rata belajar siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NA =

Keterangan :

NA = Nilai Akhir

SB = Skor yang diperoleh dari jawaban benar pada tes

TS = Total Skor Maksimum dari tes

100 = Konstanta

(35)

G. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap I, guru dan penulis secara kolaboratif partisipatif

melakukan kegiatan antara lain:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara

kolaboratif antara guru dan peneliti.

b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar

observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa.

c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal postes.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus I, materi pembelajarannya adalah ’’Memahami

Keputusan Bersama’’. Langkah-langkah pembelajaran sebagai

berikut:

a. Kegiatan Awal

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe

(STAD).

2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara

belajar yang ditempuh dengan model kooperatif tipe (STAD).

4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan

(36)

b. Kegiatan inti

1. Guru membagi beberapa kelompok, yang setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya

terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah

serta jenis kelamin siswa.

2. Guru menjelaskan pengertian tentang memahami keputusan

bersama

3. Guru membagikan lembar diskusi kepada masing-masing

kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang

materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk

didiskusikaan bersama-sama, dan saling membantu antara

anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi

dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

4. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap

kelompok

5. Meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke

depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi

kelompoknya.

6. Meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang

dipresentasikan.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum

(37)

2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah

pahaman tentang materi yang telah dipelajari.

3. Guru memberikan penguatan kepada siswa.

3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati

aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan

tanda ceklis pada lembar observasi.

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan

hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama

adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran

dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD) berlangsung,

Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata

nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada

siklus ke II.

Siklus II

Siklus ke II ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa

dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe

(STAD). Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik

dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini juga

(38)

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II, guru dan penulis secara

kolaboratif partisipaif melakukan kegiatan antara lain:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara

kolaboratif antara guru dan peneliti.

b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar

observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa.

c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal postes.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus II, materi pembelajarannya adalah Bentuk-Bentuk

Keputusan Bersama”. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe

(STAD).

2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara

belajar yang akan ditempuh dengan pembelajaran kooperatif

tipe (STAD).

4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan

(39)

a. Kegiatan inti

1. Guru menyampaikan meteri dan tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe (STAD).

2. Guru menjelaskan materi bentuk-bentuk keputusan bersama

3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi

yang telah dijelaskan.

4. Guru membagi beberapa kelompok, yang setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya

terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah

serta jenis kelamin siswa.

5. Guru membagikan lembar diskusi siswa kepada

masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok

tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk

didiskusikaan bersama-sama, dan saling membantu antara

anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru

memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

6. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap

kelompok

7. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju

membacakan hasil diskusi.

8. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi

(40)

9. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru

menanggapi, meluruskan, dan memperjelas dari setiap

jawaban kelompok.

10.Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan

memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani

dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian siswa diberi

kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum

dipahami.

b. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah

diberikan.

3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan

individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka

melalui kegiatan kelompok.

4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil

pekerjaan dimeja guru, selanjutnya guru memberikan

pekerjaan rumah kepada siswa.

3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati

aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan

(41)

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan

hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama

adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran

dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD) berlangsung,

Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata

nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada

siklus ke III.

Siklus III

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus III, guru dan penulis secara

kolaboratif partisipaif melakukan kegiatan antara lain:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara

kolaboratif antara guru dan peneliti.

b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar

observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa.

c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal postes.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus III materi pembelajarannya adalah ”Menerima dan Mematuhi Keputusan Bersama”. Langkah-langkah pembelajaran

(42)

a. Kegiatan Awal

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe

(STAD).

2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara

belajar yang akan ditempuh dengan pembelajaran kooperatif

tipe (STAD).

4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan

siswa sebelum memulai pembelajaran.

b. Kegiatan inti

1. Guru menyampaikan meteri dan tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe (STAD).

2. Guru menjelaskan materi Menerima dan mematuhi keputusan

bersama

3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi

yang telah dijelaskan.

4. Guru membagi beberapa kelompok, yang setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya

terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah

serta jenis kelamin siswa.

5. Guru membagikan lembar diskusi siswa kepada

(43)

tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk

didiskusikaan bersama-sama, dan saling membantu antara

anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru

memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

6. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap

kelompok

7. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju

membacakan hasil diskusi.

8. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi

tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

9. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru

menanggapi, meluruskan, dan memperjelas dari setiap

jawaban kelompok.

10.Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan

memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani

dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian siswa diberi

kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum

dipahami.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah

(44)

3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan

individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka

melalui kegiatan kelompok.

4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil

pekerjaan dimeja guru, selanjutnya guru memberikan

pekerjaan rumah kepada siswa.

5. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar selalu rajin

belajar.

3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati

aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan

tanda ceklis pada lembar observasi.

4. Refleksi

Dalam kegiatan refleksi tentunya untuk membahas sesuatu yang telah

terjadi dalam siklus ketiga yang dilakukan oleh peneliti baik itu

kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung.

Jika pada siklus ketiga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik

dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus

sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun apabila masih

terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus

(45)

H.Indikator Keberhasilan Penelitian

Penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn dalam

penelitian ini dikatakan berhasil apabila:

1) Jumlah siswa aktif meningkat setiap siklusnya,

2) Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya,

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Penelitian 1. Deskripsi Awal

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu

dilakukan observasi terhadap guru mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). Dari observasi awal yang telah dilakukan,

ditemukan kelemahan-kelemahan sehingga berakibat pada aktivitas dan

hasil belajar siswa. Kelemahan tersebut antara lain:

1. Pembelajaran di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur masih bersifat

teacher centered

2. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro

Timur

3. Penggunaan waktu penyajian materi PKn yang kurang efisien

4. Hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur belum

maksimal

5. Guru belum secara optimal menggunakan model STAD

2. Refleksi Awal

Dalam temuan observasi awal tersebut, maka perlu dilakukan

(47)

dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, dalam hal ini

salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat adalah model

kooperatif tipe STAD, dalam penggunaannya disesuaikan dengan

kompetensi dasar, indikator, dan materi dalam melaksanakan

pembelajaran PKn.

3. Persiapan Pembelajaran

Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, II dan siklus

III melalui penerapan model kooperatif tipe STAD di kelas V A SDN 8

Metro Timur, maka penulis melakukan persiapan sebagai berikut:

a. Menganalisis pokok bahasan atau materi yang akan dituangkan dalam

pembelajaran melalui penerapan model kooperatif tipe STAD.

b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, rencana

perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja siswa, lembar evaluasi yang

terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber belajar (buku paket).

c. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan

aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

B. Hasil Penelitian 1. Siklus I

1) Perencanaan

Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn,

(48)

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus,

rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja

siswa, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban,

sumber belajar (buku paket).

2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru

dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pertama (siklus I) dilaksanakan pada

hari Selasa, tanggal 6 Maret 2012 pada pukul 07.30 - 08.40 WIB.

Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah “keputusan

bersama dalam musyawarah dan nilai-nilai dasar yang harus

diperhatikan dalam melakukan musyawarah”.

Kegiatan Awal:

Guru memberi salam serta mengkondisikan kelas dan

melakukan absensi, selanjutnya guru memulai kegiatan pembelajaran

dengan memberikan apersepsi kepada siswa yaitu berupa

pertanyaan, anak-anak siapa diantara kalian yang pernah berselisih

pendapat dengan teman kalian, kemudian kalian berdiskusi untuk

menyatukan pendapat kalian, dan dilanjutkan dengan guru

menjelaskan tujun pembelajaran yang akan dicapai setiap siswa.

Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran

(49)

1. Guru memfasilitasi siswa dengan media grafis berupa gambar

yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu “keputusan

bersama dan musyawarah”. Pada awal pembelajaran ini banyak

siswa memperhatikan gambar yang ditampilkan guru di papan

tulis.

2. Setelah guru menempelkan media gambar di papan tulis, guru

memerintahkan siswa untuk membentuk kelompok yang setiap

kelompoknya terdiri dari 4-5 orang anggota. Pada kegiatan

pembagian kelompok ini sebagian besar siswa umumnya masih

kurang faham akan apa yang diperintahkan oleh guru namun guru

segera menjelaskan pembagian kelompok-kelompoknya.

3. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelompoknya masing

masing, kegiatan selanjutnya yaitu guru menyajikan materi

pelajaran kurang lebih 10-15 menit. Pada saat guru menjelaskan

materi tentang “keputusan bersama dan musyawarah”, ada

beberapa siswa yang tidak memperhatikan apa yang guru

jelaskan, sehingga guru menegur siswa yang sedang mengobrol

agar memeperhatikan apa yang guru jelaskan

4. Setelah guru selesai menerangkan materi pembelajaran

“keputusan bersama dan musyawarah”, guru memfasilitasi setiap

kelompok dengan pemberian lembar diskusi sesuai dengan materi

yang dipelajari yaitu “keputusan bersama dan musyawarah”. Pada

(50)

lain dan membuat kegaduhan tidak memperhatikan perintah yang

diberikan oleh guru.

5. Langkah selanjutnya yaitu meminta siswa untuk berdiskusi

dengan kelompoknya masing-masing dalam mengerjakan lembar

diskusi yang telah diberikan.

6. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap

kelompok. Setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja diskusi

kelompok mereka masing-masing.

7. Meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompoknya

kemudian meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang

dipresentasikan.

8. Setelah kegiatan diskusi selesai guru meminta siswa untuk

bersiap-siap mengerjakan soal post test yang bertujuan untuk

mengetahui hasil belajar siswa serta melihat kemampuan siswa.

Kegiatan Akhir:

Pada kegiatan akhir guru memberikan kesempatan bertanya

pada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru juga

memberikan penguatan dan bertanya jawab meluruskan

kesalahpahaman tentang materi yang dipelajari. Guru juga

membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran

yang telah dipelajari, sekaligus memberikan motivasi kepada siswa

(51)

pembelajaran selanjutnya, serta menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

a. Temuan pada Siklus 1 1. Aktivitas belajar siswa

Aktivitas belajar siswa siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2012 Selama proses kegiatan pembelajaran diperoleh

[image:51.595.193.509.306.448.2]

data aktivitas sebagai berikut:

Tabel 3. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I

No Aspek yang Diamati Skor Aktivitas Siklus I

1 Partisipasi 56

2 Minat 58

3 Perhatian 54

4 Presentasi 52

Jumlah 220 Nilai Rata-rata aktivitas siswa 50,92

Kriteria Aktivitas Siswa Sedang

Data lengkap terdapat pada lampiran. Berdasarkan tabel,

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan nilai

aktivitas sebesar 50,92, jika dilihat pada kriteria aktivitas siswa

menunjukkan tingkat aktivitas siswa masih “sedang” dalam

proses pembelajaran PKn melalui penerapan model kooperatif

tipe STAD.

2. Kinerja Guru

Kinerja guru pada siklus I masih terdapat beberapa

kendala antara lain pada saat pra pembelajaran, guru sudah cukup

(52)

pada saat membuka pelajaran guru melakukan apersepsi dengan

cukup baik, tetapi kurang jelas dan kurang lengkap dalam

meyebutkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya,

pada kegiatan inti sudah menunjukkan penguasaan materi cukup

tetapi kurang dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan lain

yang relevan dan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan waktu yang telah dialokasikan masih kurang. Pada

aspek-aspek lainnya secara keseluruhan masih kurang dan

pelaksanaannya belum maksimal.

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel kinerja guru berikut

[image:52.595.191.515.412.549.2]

ini:

Tabel 4. Kinerja Guru pada Siklus I

No Aspek yang Diamati Skor Kinerja Siklus I

1 Pra Pembelajaran 6

2 Membuka Pelajaran 6

3 Kegiatan Inti Pembelajaran 88

4 Penutup 9

Jumlah 109

Nilai Kinerja Guru 62,28

Kriteria Kinerja Guru Sedang

Data kinerja guru selengkapnya terlampir. Berdasarkan

tebel di atas, kinerja guru pada saat siklus I diperoleh nilai sebesar

62,28. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kinerja guru

masih “sedang” dalam proses pembelajaran PKn melalui

(53)

3. Hasil Belajar Siswa

Setelah dilakukan post test pada siklus 1 maka diperoleh

data nilai hasil belajar siswa yang sebagaimana telah tercantum

[image:53.595.191.513.230.412.2]

pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Siklus I

Interval Nilai Frekuensi

Pos test

≤ 49 0

50 – 59 5

60 – 69 9

70 – 79 9

80 – 89 4

≥ 90 0

Jumlah 27

Nilai Rata-rata 64,44

Tuntas ( ≥65) 13 Siswa (48,14%)

Belum Tuntas (<65) 14 Siswa (51,85%)

Data nilai hasil belajar selengkapnya terlampir.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai pos test (kuis) menunjukan 13 siswa (48,14%) memperoleh nilai ≥65 dan

sebanyak 14 siswa (51,85%) memperoleh nilai <65 dengan nilai

rata-rata sebesar 64,44.

b. Refleksi Siklus I

Berdasarkan pengamatan oleh observer terhadap proses pembelajaran pada siklus I melalui penerapan model kooperatif tipe

STAD. Terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya:

1. Dalam kegiatan pembelajaran khusunya guru dalam melakukan

(54)

2. Dalam penyampaian materi pembelajaran masih ada beberapa

kendala yang ditemukan seperti lafal dan intonasi guru yang

terdengar kurang jelas.

3. Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan

guru, sehingga pada saat pembagian dan diskusi kelompok

mereka kurang memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru.

4. Efisiensi penggunaan waktu harus optimal.

c. Saran dan Perbaikkan untuk Siklus II

1. Untuk meningkatkan kinerja guru, khusunya pada kegiatan

pembelajaran guru hendaknya melakukan persiapan yang

benar-benar matang agar optimalisasi waktu lebih baik.

2. Agar siswa dapat lebih memahami apa yang disampaikan oleh

guru, hendaknya guru juga harus memeperhatikan pelafalan dan

intonasi perkataannya sehingga siswa lebih mudah untuk

menangkap materi yang dijelaskan oleh guru.

3. Agar siswa dapat lebih fokus atau memperhatikan apa yang

disampaikan oleh guru, hendaknya guru lebih tegas kepada siswa

yang mengobrol atau bermain sehingga mereka tidak menganggap

(55)

2. Siklus II

1) Perencanaan

Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn,

peneliti dan guru melakukan persiapan antara lain yaitu

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus,

rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja

siswa, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban,

sumber belajar (buku paket).

2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru

dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa,

tanggal 13 Maret 2012 pada pukul 07.30 - 08.40 WIB. Materi yang

diajarkan pada pertemuan ini adalah “musyawarah untuk mufakat,

voting dan pengambilan keputusan bersama dengan cara aklamasi”.

Kegiatan Awal:

Sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru memberi

salam serta mengkondisikan kelas dan melakukan absensi,

selanjutnya guru memulai kegiatan pembelajaran dengan

memberikan apersepsi kepada siswa yaitu berupa pertanyaan,

Anak-anak siapa diantara kalian yang pernah berselisih pendapat dengan

(56)

dilanjutkan dengan guru menjelaskan tujun pembelajaran yang akan

dicapai setiap siswa.

Kegiatan Inti:

Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran

sesuai dengan langkah-langkah kooperatif tipe STAD.

1. Guru menampilkan media gambar di depan kelas yang berguna

untuk membantu guru dalam penyampaian materi dan

memudahkan siswa memahami materi yang diberikan. Pada

kegiatan di siklus II ini, siswa yang mau memperhatikan

penjelasan guru sudah lebih baik dibandingkan siklus

sebelumnya.

2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang setiap

kelompoknya terdiri dari 4-5 anggota kelompok. Pada kegiatan

pembagian kelompok ini, masih banyak siswa yang tidak

mendengarkan perintah guru. Mereka tidak mau bergabung

dengan kelompok yang telah di tentukan, dan ada pula siswa yang

tidak mendapatkan kelompok. Melihat hal tersebut guru segara

membimbing mereka dan memberikan pengertian kepada setiap

siswa agar mau bergabung dengan kelompok yang telah

ditentukan oleh guru.

3. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelomponya

masing-masing, kegiatan selanjutnya yaitu guru menyajikan materi

pelajaran kurang lebih 10-15 menit. Pada saat guru menjelaskan

(57)

keputusan bersama dengan cara aklamasi”, masih ada beberapa

siswa yang terlihat mengobrol dengan teman satu kelompoknya

dan tidak memperhatikan penjelasan guru.

4. Setelah guru selesai menerangkan materi pembelajaran, setiap

kelompok dibagikan lembar diskusi yang sesuai dengan materi

yang dipelajari yaitu “musyawarah untuk mufakat, voting dan

pengambilan keputusan bersama dengan cara aklamasi”.

5. Langkah selanjutnya yaitu meminta siswa untuk berdiskusi

dengan kelompoknya masing-masing dalam mengerjakan lembar

diskusi yang telah diberikan. Pada kegiatan ini masih banyak

siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok yang diberikan,

walaupun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada siklus I.

6. Setelah selesai berdiskusi guru memeriksa hasil kerja diskusi dari

setiap kelompok. Setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja

diskusi kelompok mereka masing-masing.

7. Meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan

kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompoknya

kemudian meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang

dipresentasikan.

8. Setelah kegiatan diskusi selesai guru meminta siswa untuk

bersiap-siap mengerjakan soal post test siklus II yang bertujuan

untuk mengetahui hasil belajar siswa serta melihat kemampuan

(58)

Kegiatan Akhir:

Pada kegiatan akhir guru memberikan kesempatan bertanya

pada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru juga

memberikan penguatan dan bertanya jawab meluruskan

kesalahpahaman tentang materi yang dipelajari. Guru juga

membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran

yang telah dipelajari, sekaligus memberikan motivasi kepada siswa

untuk rajin belajar dan mempersiapkan diri untuk mengikuti

pembelajaran selanjutnya, serta menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

a. Temuan pada Siklus II 1. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa siklus II dilaksanakan pada tanggal

13 Maret 2012 Selama proses kegiatan pembelajaran diperoleh

[image:58.595.192.509.535.683.2]

data aktivitas sebagai berikut:

Tabel 6. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II

No Aspek yang Diamati Skor Aktivitas Siklus II

1 Partisipasi 73

2 Minat 69

3 Perhatian 73

4 Presentasi 67

Jumlah 283

Nilai Rata-rata Aktivitas Siswa 65,50

Kriteria Aktivitas Siswa Tinggi

Data lengkap terdapat pada lampiran. Berdasarkan tabel di

(59)

menunjukkan nilai aktivitas sebesar 65,50, jika dilihat pada

kriteria aktivitas siswa menunjukkan tingkat aktivitas siswa

“tinggi” dalam proses pembelajaran PKn melalui penerapan

model kooperatif tipe STAD.

2. Kinerja Guru

Pada siklus II, beberapa aspek yang mengalami kendala

sudah mulai diperbaiki. pada aspek pra pembelajaran, yaitu

membuka pelajaran, menyampaikan kompetensi (tujuan) yang

akan dicapai dan rencana kegiatan sudah dilaksanakan dengan

cukup baik. Pada aspek membuka pelajaran penyampaian tujuan

kompetensi harus diperbaiki agar siswa lebih dapat menerima

pembelajaran dengan baik. Kemudian pada spek kegiatan inti

pembelajaran umumnya sudah meningkat dibandingkan pada

pertemuan pertama. Untuk lebih jelasnya d

Gambar

Gambar 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4)
Tabel 3. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I
Tabel 4. Kinerja Guru pada Siklus I
Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rikrik Gemi Setelah dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dengan menggunakan metode Konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) maka dapat diambil

Pemeriksaan kendaraan bermotor atau disebut juga “ syaken ” ,adalah pemeriksaan dengan waktu tertentu, apakah mobil yang Anda pakai sesuai dengan standart dasar hukum

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Dokumen ini adalah f ormulir Resmi VerVal NUPTK periode 2013, untuk inf o lebih lanjut kunjungi http://padamu.kemdikbud.go.id.. FORMULIR

Penelitian ini merupakan penelitian langsung untuk memperoleh informasi tentang peranan pameran nasional Java Expo dalam dunia kepariwisataan di Kota Surakarta, yang disusun

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode