PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMSACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD
NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
Dian Gustam Pratama
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMSACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SD
NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
DIAN GUSTAM PRATAMA
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur.
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes yang kemudian dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (50,92), siklus II (65,50) dan siklus III (82,40) dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,58 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 16,90. Sementara itu rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (64,44), siklus II (71,11), dan siklus III (77,40) dengan demikain terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 6,67 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 6,29.
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 8
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 8
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 9
3. Pengertian PKn SD ... 10
B. Aktivitas dan Hasil Belajar ... 11
1. Aktivitas Belajar ... 11
2. Hasil Belajar ... 12
C. Model Pembelajaran ... 13
1. Model Kooperatif ... 13
2. Macam-macam Model Kooperatif ... 15
D. Kooperatif tipe STAD ... 16
1. Model Kooperatif tipe STAD ... 16
2. Kelebihan dan kekurangan Kooperatif tipe STAD ... 17
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 18
E. Hipotesis Tindakan ... 19
BAB III METODE PENELITIAN... 20
A. Metode Penelitian ... 20
B. Setting Penelitian ... 21
C. Subjek Penelitian ... 22
D. Alat Pengumpulan Data ... 22
E. Teknik Pengumpulan Data ... 22
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Prosedur Penelitian ... 37
B. Hasil Penelitian ... 38
C. Pembahasan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
vii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ... 24
2. Kriteria Keberhasilan Kinerja Guru ... 25
3. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I ... 42
4. Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 43
5. Hasil Belajar siswa Siklus I... 44
6. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II... 49
7. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II... 50
8. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 51
9. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus III ... 56
10. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus III ... 57
11. Hasil Belajar Siswa Siklus III... 58
12. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 59
13. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per-Siklus ... 61
14. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 62
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 21
2. Grafik Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Per-Siklus. ... 60
3. Grafik Rekapitulasi Persentase Kinerja Guru Per-Siklus. ... 62
4. Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 63
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi
sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita
sehingga hidupnya menjadi sejahtera, dan bahagia. UU SISDIKNAS No. 20
tahun 2003, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien
(berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya
proses pembudayaan yang berdasarkan pada penciptaan kesejahteraan
umum dan pencerdasan kehidupan bangsa. Pendidikan dasar adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan,
menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan masyarakat, serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (Ihsan,
2008: 22). Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pertama pendidikan
tahun, (Wardhani, dkk., 2009: 2.27). Oleh karena itu, penanaman konsep
harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Maslow dan Rogers (dalam
Asma, 2006: 3) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa. Tujuan
pendidikan dapat terwujud dengan melaksanakan kegiatan pendidikan.
Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi
tanpa interaksi antar pribadi, Johnson dan Smith (dalam Lie, 2010: 5).
Dalam sekolah, hal ini sangat erat sekali kaitannya dengan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, nilai pancasila merupakan standar
hidup bangsa yang berideologi Pancasila. Dengan demikian nilai Pancasila
secara individu hendaknya dimaknai sebagai cermin perilaku hidup yang
terwujud dalam cara bersikap dan bertindak.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran
yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada
pendidikan afektif yang berhubungan langsung dengan sikap seseorang
khususnya anak-anak yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu
lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan teman bermainnya.
sebagai pendidikan nilai dan moral, yaitu mata pelajaran yang
mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/budaya
bangsa sehingga membentuk moral anak yang sesuai dengan nilai falsafah
hidupnya.
Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan peneliti
di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam mata pelajaran PKn, siswa
cenderung ribut, mengganggu teman, dan mengobrol yang menyebabkan
rendahnya aktifitas siswa dalam pembelajaran. Selain itu keaktifan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang. Penggunaan waktu
yang kurang efisien dalam penyajian materi PKn yang rata-rata berbentuk
naratif, memakan waktu yang cukup lama, dan menimbulkan kejenuhan
siswa. Hal ini dapat dilihat pada nilai siswa yang masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Dari 27 siswa yang terdapat di kelas VA, 14
siswa atau 52% masih mendapat nilai rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 60.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di atas disebabkan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih menitikberatkan
pada metode ceramah sehingga membosankan, kurang menarik, dan
kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, Pola
pembelajarannya berpusat pada guru (teacher centered), siswa kurang
berani bertanya dan mengemukakan pendapat, Guru juga belum optimal
dalam menggunakan model STAD. Kecenderungan pembelajaran demikian,
mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam
pembelajaran seperti itu, semakin menjauhkan peran Pendidikan
Kewarganegaraan dalam upaya mempersiapkan warga negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.
Mencermati adanya permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan
model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, efektif serta
berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar
siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mencapai hasil yang maksimal
yaitu model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD). Model kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hitrogen,
Slavin (dalam Isjoni,2010: 12). Kelebihan tipe STAD ini siswa aktif
membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. Dengan
penggunaan model pembelajaran ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur dapat meningkat. Guru harus
melakukan tindakan yang dapat mengubah suasana pembelajaran dan
melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu usaha untuk dapat memperbaiki
pembelajaran, baik proses maupun hasil pembelajaran siswa kelas VA SD
Negeri 08 Metro Timur menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur masih bersifat
teacher centered
2. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur
3. Penggunaan waktu penyajian materi PKn yang kurang efisien
4. Hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur belum
maksimal
5. Guru belum secara optimal menggunakan model STAD
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun Pelajaran
2011/2012?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka
tujuan penelitian untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro
Timur Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran PKn dengan
menggunakan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division
(STAD)
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur
Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran PKn dengan
menggunakan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division
(STAD).
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi:
1. Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemahaman
konsep PKn, khusunya di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur
Tahun Pelajaran 2011/2012.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pemahaman konsep
PKn, khusunya di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2. Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas
menyenangkan serta membangkitkan minat siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe (STAD).
3. Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan melalui penggunaan model kooperatif tipe (STAD)
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran PKn.
4. Bagi Peniliti
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD),
sehingga kelak ketika menjadi seorang guru mampu menjalankan tugas
dan pekerjaannya secara profesional khususnya dalam proses
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan
bahwa “mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarekter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.
Proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarahkan
pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia, yang menetapkan
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pada dasarnya
pembelajaran tersebut meliputi Pendidikan Kewargaan Negara (PKN)
dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Perbedaan PKN (N) dan PKn
(n) dapat dilihat dari pemaparan para ahli berikut ini, Soemantri (dalam
Rusminiyati, 2007: 1.25) PKN merupakan mata pelajaran sosial yang
bertujuan untuk membentuk atau membina warga Negara yang baik,
yaitu warga Negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Sedangkan
PKn Pendidikan yang menyangkut status formal warga Negara yang
(dalam Rusminiyati, 2007: 1.25). Undang-undang No. 20 tahun 1949,
undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan dan peraturan
tentang naturalisis atau pemerolehan status sebagai warga Negara
Indonesia.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan yang menyangkut status
formal yang berfungsi melestarikan nilai luhur pancasila,
mengembangkan dan membina manusia seutuhnya serta membina
pengalaman dan kesadaran warga Negara untuk dapat melaksanakan hak
dan kewajibannya sebagai warga Negara yang cerdas, trampil dan
berkarakter.
2. Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosial budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu Pkn mempunyai tujuan yang digariskan dengan tegas agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menaggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.
3. Berkembang secara fositif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karekter-karekter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
Sedangkan Winataputra, Udin S, dkk. (2009:1.1) menyatakan bahwa tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu pendidikan demokrasi dengan mengembangkan tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara, membina tanggung jawab warga negara, mendorong warga untuk membentuk warga negara yang baik, bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
PKn adalah mewujudkan warga Negara yang sadar membela negara
berdasarkan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dari moral bangsa dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Ilmu-ilmu yang dikaji dalam pembelajaran PKn pada
dasarnya adalah ilmu yang menjadi bekal kita dalam berbagai aspek
kehidupan.
3. Pengertian PKn SD
Pembelajaran PKn di SD memiliki peranan penting dalam
membentuk pribadi siswa yang bertanggung jawab, dapat berkembang
secara positif, dan berfikir kritis. Kewarganegaraan artinya keanggotaan
yang menunjukkan hubungan antara negara dengan warga negara
(Winarno, 2006: 49). PKn SD berbeda dengan PKn pada jenjang SMP,
SMA, maupun perguruan tinggi. PKn SD yang tercantum pada
Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan
Menurut Winataputra (2009: 1.10) materi PKn SD selayaknya memuat komponen-komponen pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian warga negara yang fungsional bukan hanya dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam masyarakat yang demokratis.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn SD
adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD RI
1945.
B. Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar 1. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan
oleh siswa pada saat proses pembelajar di kelas. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) (2007: 23), aktivitas adalah keaktifan, kegiatan.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan
dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas dalam belajar, maka proses
pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Aktivitas adalah segala
kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau Rohani, Sriyono
(dalam Yasa, wordpress.com, 2008). Sedangkan menurut (Juliantara,
blogspot.com, 2010), aktivitas belajar adalah aktivitas siswa dalam
proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah merupakan suatu kegiatan
siswa dalam pembelajaran yang melibatkan kegiatan jasmani dan rohani
Kunandar (2010: 277) Mendifinisikan aktifitas siswa sebagai
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran dan aktifitas dalam
kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Aspek yang di
amati pada aktivitas siswa yaitu: (1) Partisipasi, (2) Minat, (3) Perhatian,
(4) Presentasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan
bahwa, aktifitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa
untuk memperoleh pengalaman tertentu dalam proses pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Hasil Belajar
Proses belajar mengajar memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai
atau hasil belajar. Menurut Anitah (2009: 2.19), hasil belajar merupakan
kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam pembelajaran.
Lain halnya dengan pendapat Sumiati (2009: 200) keberhasilan proses
pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa yang
diperoleh melalui kegiatan evaluasi.
Menurut Nana Sudjana (dalam Yasa wordpress.com, 2008), hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a) Keterampilan dan Kebiasaan; (b) Pengetahuan dan Pengertian; (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil belajar yang diperolah dari proses kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) adalah dalam bentuk skor, baik skor individu maupun skor kelompok (tim). Skor individu dapat diperoleh dari kegiatan selain kuis seperti perolehan skor tim yang merupakan distribusi dari skor individu dalam kelompok.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
pengalaman belajarnya berupa pengetahuan (intelek), sikap, tingkah
laku, informasi verbal, dan keterampilan. Hasil belajar mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap
hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang sejauh
mana kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar, seperti halnya dalam menggunakan model
kooperatif tipe STAD dimana aktivitas dan hasil belajar siswa akan
meningkat karena model pembelajaran ini menitikberatkan pada diskusi
kelompok.
C. Model Pembelajaran 1. Model Kooperatif
Model kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang
dilakukan dengan cara berkelompok. Menurut Artz dan Newman (dalam
Asma, 2006: 11) model kooperatif adalah suatu pendekatan yang
mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu
tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan masalah, menyelesaikan
suatu tujuan bersama. Sedangkan menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007:
12) kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau
serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan
kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran,
2007: 16), menyebut bahwa pembelajaran kooperatif dengan istilah
pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain
dalam tugas-tugas terstruktur.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (dalam Isjoni, 2007: 13) sebagai berikut:
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama.”
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Beberapa ciri dari model kooperatif adalah; (a) setiap anggota
memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa,
(c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan
keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi
dengan kelompok saat diperlukan, Isjoni (2007: 20).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan peneliti bahwa
belajar dengan menggunakan model kooperatif dapat diterapkan untuk
memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai
pendapat temannya, dan saling memberikan pendapat. Ini tidak hanya
sangat berguna untuk menumbuhkan berpikir kritis, bekerjasama, dan
membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif
pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap
kualitas interaksi dan komunikasi yang dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Macam-macam Model Kooperatif
Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang
dapat diterapkan, yaitu diantaranya: Student Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan
Group Resume, (Isjoni, 2007: 51). Sedangkan (Slavin, 2010: 11) Dalam kooperatif terdapat lima variasi model yang telah dikembangkan dan
diteliti secara ekstensif. Tiga model yang dapat diterapkan pada sebagian
besar mata pelajaran yaitu: Student Team Achivement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti
Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC), untuk diketerampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa
dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika.
Beradasarkan jenis-jenis model kooperatif di atas, peniliti
memilih model kooperatif tipe STAD untuk diterapkan dalam penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur,
Karena model kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
dalam kegiatan belajar dan tidak terpaku pada satu metode belajar saja
yaitu metode ceramah.
D. Kooperatif tipe STAD
1. Model Kooperatif tipe STAD
Model kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin, (2010:
143) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan
guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa
yang menyajikan informasi akademik kepada siswa menggunakan
presentasi verbal atau teks. Pembelajaran kooperatif tipe STAD membagi
siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang
yang bersifat heterogen. Komponen utama tipe STAD adalah presentasi
kelas, kegiatan kelompok, kuis/test, pemberian skor individu dan
penghargaan kelompok (Lie, 2004: 18).
Slavin (dalam Trianto, 2010: 68) menyatakan bahwa pada
kooperatif Tipe (STAD) siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes iini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Melalui berbagai pendapat para ahli di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian kooperatif tipe STAD adalah sebagai
suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara
sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok sehingga
2. Kelebihan dan kekurangan kooperatif tipe (STAD)
Hendy (dalam http//hendygoblog.blogspot.com) Kelebihan dari model Kooperatif Tipe (STAD) yaitu (1) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3)
dapat meningkatkan kreativitas siswa, (4) dapat mendengar,
menghormati, serta menerima pendapat siswa lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.
Kekurangan dari model Kooperatif Tipe (STAD) yaitu (1) setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu.
Slavin (dalam http://yankcute.blogspot.com) Kelebihan dari model kooperatif tipe (STAD) yaitu:
a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
d. Interaksi antara siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Kekurangan dari model kooperatif tipe (STAD) yaitu:
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. c. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru
dapat melakukan pembelajaran kooperatif.,
d. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya suka bekerja sama.
Berdasarkan teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa model
kooperatif tipe (STAD) tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi
juga terdapat beberapa kelemahan. Oleh karena itu, perlu adanya
pemahaman dan pendalaman untuk penerapan model kooperatif tipe
3. Langkah-langkah Kooperatiftipe (STAD)
Langkah-langkah pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe (STAD) menurut Slavin (2010: 143) adalah sebagai berikut:
(1) Persiapan Pembelajaran a) Materi
Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok.
b) Menempatkan siswa dalam Kelompok
Menempatkan siswa ke dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang dengan cara mengurutkan siswa dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya. c) Menentukan skor dasar
Skor dasar diperoleh dari tes kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal sebelum menggunakan STAD.
(2) Penyajian Materi
Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. (3) Kegiatan Belajar Kelompok
Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara anggota kelompoknya.
(4) Pemeriksaan Terhadap Hasil Kegiatan Kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari setiap kelompok..
(5) Siswa Mengerjakan Soal-Soal Tes Secara Individual
Pada tahap ini siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama.
(6) Pemeriksaan Hasil Tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru dengan membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa dalam
kooperatif tipe (STAD) terdapat beberapa tahap yang bisa dikembangkan
kepada siswa dan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
siswa.
E. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran PKn
menerapkan model kooperatif tipe Student Team Achivement Division (STAD) dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang
difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research, Wardhani, dkk. (2008: 1.4), mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sesuai dengan metode
Penelitian Tindakan kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan
adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat
tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu:
(1) Perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan
(obseving), (4) refleksi (reflecting).
Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas VA SD Negeri
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dapat digambarkan sebagai berikut:
[image:30.595.132.486.112.479.2]Dan Seterusnya
Gambar 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4)
B. Setting Penelitian a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 08 Metro Timur, jalan Stadion
24A Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur.
b. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012.
Pelaksanaan
Siklus I
Observasi Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan Siklus II Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Observasi Siklus III
Perencanaan
C. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif
antara peneliti dengan guru kelas VA di SD Negeri 08 Metro Timur.
Penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah seorang
guru dan siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur, dengan jumlah jumlah
siswa 27 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.
D. Alat Pengumpulan Data
1) Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat
kolaborasi penulis dan guru. Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian
tindakan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe (STAD).
2) Tes hasil belajar, adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan
data mengenai hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah
diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dilakukan kegiatan:
1. Observasi
Dilakukan untuk mendapatkan data tentang kinerja guru ketika
melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe
2. Tes Hasil Belajar
Tes, digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa
terhadap materi yang dibahas, dengan memberikan soal-soal latihan.
F. Teknik Analisis data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data
secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Digunakan untuk menganalisis nilai aktivitas belajar siswa dan
kinerja guru dalam proses pembelajaran. Rumus analisis aktivitas belajar
siswa :
NA =
Keterangan:
NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan
JS = Total skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
100 = Bilangan tetap
Diadopsi dari Aqib, dkk. (2009: 41).
Setelah diperoleh nilai hasil kegiatan siswa, kemudian dikategorikan
Tabel 1. Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa.
Tingkat Keberhasilan Arti
> 80 Sangat tinggi
60-79 Tinggi
40-59 Sedang
20-39 Rendah
< 20 Sangat rendah
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
Rumusan analisis kualitatif pada lembar penilaian kinerja guru di atas
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
NK = Nilai Kinerja
TS = Total skor yang diperoleh
SM = Total skor maksimum ideal dari aspek yang diamati
(sumber Aqib, dkk., 2009: 41)
Setelah diperoleh persentase mengenai kinerja guru,
kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel
Tabel 2. Kriteria Hasil Observasi Kinerja Guru.
Tingkat Keberhasilan Arti
> 80 Sangat tinggi
60-79 Tinggi
40-59 Sedang
20-39 Rendah
< 20 Sangat rendah
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
2. Analisis Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui adanya kemajuan
hasil belajar siswa melalui tes dalam hubungannya dengan penguasaan
materi yang dipelajari siswa dalam cooperative learnig tipe STAD
Nilai rata-rata belajar siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
NA =
Keterangan :
NA = Nilai Akhir
SB = Skor yang diperoleh dari jawaban benar pada tes
TS = Total Skor Maksimum dari tes
100 = Konstanta
G. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap I, guru dan penulis secara kolaboratif partisipatif
melakukan kegiatan antara lain:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara
kolaboratif antara guru dan peneliti.
b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar
observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa.
c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal postes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus I, materi pembelajarannya adalah ’’Memahami
Keputusan Bersama’’. Langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut:
a. Kegiatan Awal
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
(STAD).
2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara
belajar yang ditempuh dengan model kooperatif tipe (STAD).
4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan
b. Kegiatan inti
1. Guru membagi beberapa kelompok, yang setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya
terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
serta jenis kelamin siswa.
2. Guru menjelaskan pengertian tentang memahami keputusan
bersama
3. Guru membagikan lembar diskusi kepada masing-masing
kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang
materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk
didiskusikaan bersama-sama, dan saling membantu antara
anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi
dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
4. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap
kelompok
5. Meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi
kelompoknya.
6. Meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang
dipresentasikan.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum
2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah
pahaman tentang materi yang telah dipelajari.
3. Guru memberikan penguatan kepada siswa.
3. Observasi
Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati
aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan
tanda ceklis pada lembar observasi.
4. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama
adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran
dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD) berlangsung,
Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata
nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada
siklus ke II.
Siklus II
Siklus ke II ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa
dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe
(STAD). Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik
dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini juga
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II, guru dan penulis secara
kolaboratif partisipaif melakukan kegiatan antara lain:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara
kolaboratif antara guru dan peneliti.
b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar
observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa.
c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal postes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II, materi pembelajarannya adalah ” Bentuk-Bentuk
Keputusan Bersama”. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
(STAD).
2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara
belajar yang akan ditempuh dengan pembelajaran kooperatif
tipe (STAD).
4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan
a. Kegiatan inti
1. Guru menyampaikan meteri dan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
2. Guru menjelaskan materi bentuk-bentuk keputusan bersama
3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi
yang telah dijelaskan.
4. Guru membagi beberapa kelompok, yang setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya
terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
serta jenis kelamin siswa.
5. Guru membagikan lembar diskusi siswa kepada
masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok
tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk
didiskusikaan bersama-sama, dan saling membantu antara
anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru
memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
6. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap
kelompok
7. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju
membacakan hasil diskusi.
8. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi
9. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru
menanggapi, meluruskan, dan memperjelas dari setiap
jawaban kelompok.
10.Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan
memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani
dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian siswa diberi
kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
b. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah
diberikan.
3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan
individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka
melalui kegiatan kelompok.
4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil
pekerjaan dimeja guru, selanjutnya guru memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa.
3. Observasi
Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati
aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan
4. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama
adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran
dengan menggunakan model kooperatif tipe (STAD) berlangsung,
Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata
nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada
siklus ke III.
Siklus III
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus III, guru dan penulis secara
kolaboratif partisipaif melakukan kegiatan antara lain:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara
kolaboratif antara guru dan peneliti.
b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar
observasi untuk kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa.
c. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran berupa soal postes.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus III materi pembelajarannya adalah ”Menerima dan Mematuhi Keputusan Bersama”. Langkah-langkah pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
(STAD).
2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara
belajar yang akan ditempuh dengan pembelajaran kooperatif
tipe (STAD).
4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan
siswa sebelum memulai pembelajaran.
b. Kegiatan inti
1. Guru menyampaikan meteri dan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe (STAD).
2. Guru menjelaskan materi Menerima dan mematuhi keputusan
bersama
3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi
yang telah dijelaskan.
4. Guru membagi beberapa kelompok, yang setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya
terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
serta jenis kelamin siswa.
5. Guru membagikan lembar diskusi siswa kepada
tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk
didiskusikaan bersama-sama, dan saling membantu antara
anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru
memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
6. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap
kelompok
7. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju
membacakan hasil diskusi.
8. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi
tanggapan dari jawaban siswa yang maju.
9. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru
menanggapi, meluruskan, dan memperjelas dari setiap
jawaban kelompok.
10.Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan
memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani
dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian siswa diberi
kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah
3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan
individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka
melalui kegiatan kelompok.
4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil
pekerjaan dimeja guru, selanjutnya guru memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa.
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar selalu rajin
belajar.
3. Observasi
Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati
aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dengan cara memberikan
tanda ceklis pada lembar observasi.
4. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi tentunya untuk membahas sesuatu yang telah
terjadi dalam siklus ketiga yang dilakukan oleh peneliti baik itu
kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung.
Jika pada siklus ketiga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik
dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus
sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun apabila masih
terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus
H.Indikator Keberhasilan Penelitian
Penerapan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn dalam
penelitian ini dikatakan berhasil apabila:
1) Jumlah siswa aktif meningkat setiap siklusnya,
2) Adanya peningkatan rata-rata nilai setiap siklusnya,
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Penelitian 1. Deskripsi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu
dilakukan observasi terhadap guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Dari observasi awal yang telah dilakukan,
ditemukan kelemahan-kelemahan sehingga berakibat pada aktivitas dan
hasil belajar siswa. Kelemahan tersebut antara lain:
1. Pembelajaran di kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur masih bersifat
teacher centered
2. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro
Timur
3. Penggunaan waktu penyajian materi PKn yang kurang efisien
4. Hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 08 Metro Timur belum
maksimal
5. Guru belum secara optimal menggunakan model STAD
2. Refleksi Awal
Dalam temuan observasi awal tersebut, maka perlu dilakukan
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, dalam hal ini
salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat adalah model
kooperatif tipe STAD, dalam penggunaannya disesuaikan dengan
kompetensi dasar, indikator, dan materi dalam melaksanakan
pembelajaran PKn.
3. Persiapan Pembelajaran
Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, II dan siklus
III melalui penerapan model kooperatif tipe STAD di kelas V A SDN 8
Metro Timur, maka penulis melakukan persiapan sebagai berikut:
a. Menganalisis pokok bahasan atau materi yang akan dituangkan dalam
pembelajaran melalui penerapan model kooperatif tipe STAD.
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, rencana
perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja siswa, lembar evaluasi yang
terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber belajar (buku paket).
c. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
B. Hasil Penelitian 1. Siklus I
1) Perencanaan
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn,
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus,
rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja
siswa, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban,
sumber belajar (buku paket).
2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru
dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pertama (siklus I) dilaksanakan pada
hari Selasa, tanggal 6 Maret 2012 pada pukul 07.30 - 08.40 WIB.
Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah “keputusan
bersama dalam musyawarah dan nilai-nilai dasar yang harus
diperhatikan dalam melakukan musyawarah”.
Kegiatan Awal:
Guru memberi salam serta mengkondisikan kelas dan
melakukan absensi, selanjutnya guru memulai kegiatan pembelajaran
dengan memberikan apersepsi kepada siswa yaitu berupa
pertanyaan, anak-anak siapa diantara kalian yang pernah berselisih
pendapat dengan teman kalian, kemudian kalian berdiskusi untuk
menyatukan pendapat kalian, dan dilanjutkan dengan guru
menjelaskan tujun pembelajaran yang akan dicapai setiap siswa.
Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran
1. Guru memfasilitasi siswa dengan media grafis berupa gambar
yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu “keputusan
bersama dan musyawarah”. Pada awal pembelajaran ini banyak
siswa memperhatikan gambar yang ditampilkan guru di papan
tulis.
2. Setelah guru menempelkan media gambar di papan tulis, guru
memerintahkan siswa untuk membentuk kelompok yang setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 orang anggota. Pada kegiatan
pembagian kelompok ini sebagian besar siswa umumnya masih
kurang faham akan apa yang diperintahkan oleh guru namun guru
segera menjelaskan pembagian kelompok-kelompoknya.
3. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelompoknya masing
masing, kegiatan selanjutnya yaitu guru menyajikan materi
pelajaran kurang lebih 10-15 menit. Pada saat guru menjelaskan
materi tentang “keputusan bersama dan musyawarah”, ada
beberapa siswa yang tidak memperhatikan apa yang guru
jelaskan, sehingga guru menegur siswa yang sedang mengobrol
agar memeperhatikan apa yang guru jelaskan
4. Setelah guru selesai menerangkan materi pembelajaran
“keputusan bersama dan musyawarah”, guru memfasilitasi setiap
kelompok dengan pemberian lembar diskusi sesuai dengan materi
yang dipelajari yaitu “keputusan bersama dan musyawarah”. Pada
lain dan membuat kegaduhan tidak memperhatikan perintah yang
diberikan oleh guru.
5. Langkah selanjutnya yaitu meminta siswa untuk berdiskusi
dengan kelompoknya masing-masing dalam mengerjakan lembar
diskusi yang telah diberikan.
6. Setelah selesai guru memeriksa hasil kerja diskusi dari setiap
kelompok. Setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja diskusi
kelompok mereka masing-masing.
7. Meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompoknya
kemudian meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang
dipresentasikan.
8. Setelah kegiatan diskusi selesai guru meminta siswa untuk
bersiap-siap mengerjakan soal post test yang bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa serta melihat kemampuan siswa.
Kegiatan Akhir:
Pada kegiatan akhir guru memberikan kesempatan bertanya
pada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru juga
memberikan penguatan dan bertanya jawab meluruskan
kesalahpahaman tentang materi yang dipelajari. Guru juga
membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran
yang telah dipelajari, sekaligus memberikan motivasi kepada siswa
pembelajaran selanjutnya, serta menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
a. Temuan pada Siklus 1 1. Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2012 Selama proses kegiatan pembelajaran diperoleh
[image:51.595.193.509.306.448.2]data aktivitas sebagai berikut:
Tabel 3. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I
No Aspek yang Diamati Skor Aktivitas Siklus I
1 Partisipasi 56
2 Minat 58
3 Perhatian 54
4 Presentasi 52
Jumlah 220 Nilai Rata-rata aktivitas siswa 50,92
Kriteria Aktivitas Siswa Sedang
Data lengkap terdapat pada lampiran. Berdasarkan tabel,
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan nilai
aktivitas sebesar 50,92, jika dilihat pada kriteria aktivitas siswa
menunjukkan tingkat aktivitas siswa masih “sedang” dalam
proses pembelajaran PKn melalui penerapan model kooperatif
tipe STAD.
2. Kinerja Guru
Kinerja guru pada siklus I masih terdapat beberapa
kendala antara lain pada saat pra pembelajaran, guru sudah cukup
pada saat membuka pelajaran guru melakukan apersepsi dengan
cukup baik, tetapi kurang jelas dan kurang lengkap dalam
meyebutkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya,
pada kegiatan inti sudah menunjukkan penguasaan materi cukup
tetapi kurang dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang relevan dan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan waktu yang telah dialokasikan masih kurang. Pada
aspek-aspek lainnya secara keseluruhan masih kurang dan
pelaksanaannya belum maksimal.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel kinerja guru berikut
[image:52.595.191.515.412.549.2]ini:
Tabel 4. Kinerja Guru pada Siklus I
No Aspek yang Diamati Skor Kinerja Siklus I
1 Pra Pembelajaran 6
2 Membuka Pelajaran 6
3 Kegiatan Inti Pembelajaran 88
4 Penutup 9
Jumlah 109
Nilai Kinerja Guru 62,28
Kriteria Kinerja Guru Sedang
Data kinerja guru selengkapnya terlampir. Berdasarkan
tebel di atas, kinerja guru pada saat siklus I diperoleh nilai sebesar
62,28. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat kinerja guru
masih “sedang” dalam proses pembelajaran PKn melalui
3. Hasil Belajar Siswa
Setelah dilakukan post test pada siklus 1 maka diperoleh
data nilai hasil belajar siswa yang sebagaimana telah tercantum
[image:53.595.191.513.230.412.2]pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Siklus I
Interval Nilai Frekuensi
Pos test
≤ 49 0
50 – 59 5
60 – 69 9
70 – 79 9
80 – 89 4
≥ 90 0
Jumlah 27
Nilai Rata-rata 64,44
Tuntas ( ≥65) 13 Siswa (48,14%)
Belum Tuntas (<65) 14 Siswa (51,85%)
Data nilai hasil belajar selengkapnya terlampir.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai pos test (kuis) menunjukan 13 siswa (48,14%) memperoleh nilai ≥65 dan
sebanyak 14 siswa (51,85%) memperoleh nilai <65 dengan nilai
rata-rata sebesar 64,44.
b. Refleksi Siklus I
Berdasarkan pengamatan oleh observer terhadap proses pembelajaran pada siklus I melalui penerapan model kooperatif tipe
STAD. Terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya:
1. Dalam kegiatan pembelajaran khusunya guru dalam melakukan
2. Dalam penyampaian materi pembelajaran masih ada beberapa
kendala yang ditemukan seperti lafal dan intonasi guru yang
terdengar kurang jelas.
3. Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan
guru, sehingga pada saat pembagian dan diskusi kelompok
mereka kurang memahami apa yang telah dijelaskan oleh guru.
4. Efisiensi penggunaan waktu harus optimal.
c. Saran dan Perbaikkan untuk Siklus II
1. Untuk meningkatkan kinerja guru, khusunya pada kegiatan
pembelajaran guru hendaknya melakukan persiapan yang
benar-benar matang agar optimalisasi waktu lebih baik.
2. Agar siswa dapat lebih memahami apa yang disampaikan oleh
guru, hendaknya guru juga harus memeperhatikan pelafalan dan
intonasi perkataannya sehingga siswa lebih mudah untuk
menangkap materi yang dijelaskan oleh guru.
3. Agar siswa dapat lebih fokus atau memperhatikan apa yang
disampaikan oleh guru, hendaknya guru lebih tegas kepada siswa
yang mengobrol atau bermain sehingga mereka tidak menganggap
2. Siklus II
1) Perencanaan
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn,
peneliti dan guru melakukan persiapan antara lain yaitu
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus,
rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja
siswa, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban,
sumber belajar (buku paket).
2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru
dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 13 Maret 2012 pada pukul 07.30 - 08.40 WIB. Materi yang
diajarkan pada pertemuan ini adalah “musyawarah untuk mufakat,
voting dan pengambilan keputusan bersama dengan cara aklamasi”.
Kegiatan Awal:
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru memberi
salam serta mengkondisikan kelas dan melakukan absensi,
selanjutnya guru memulai kegiatan pembelajaran dengan
memberikan apersepsi kepada siswa yaitu berupa pertanyaan,
Anak-anak siapa diantara kalian yang pernah berselisih pendapat dengan
dilanjutkan dengan guru menjelaskan tujun pembelajaran yang akan
dicapai setiap siswa.
Kegiatan Inti:
Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan langkah-langkah kooperatif tipe STAD.
1. Guru menampilkan media gambar di depan kelas yang berguna
untuk membantu guru dalam penyampaian materi dan
memudahkan siswa memahami materi yang diberikan. Pada
kegiatan di siklus II ini, siswa yang mau memperhatikan
penjelasan guru sudah lebih baik dibandingkan siklus
sebelumnya.
2. Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 anggota kelompok. Pada kegiatan
pembagian kelompok ini, masih banyak siswa yang tidak
mendengarkan perintah guru. Mereka tidak mau bergabung
dengan kelompok yang telah di tentukan, dan ada pula siswa yang
tidak mendapatkan kelompok. Melihat hal tersebut guru segara
membimbing mereka dan memberikan pengertian kepada setiap
siswa agar mau bergabung dengan kelompok yang telah
ditentukan oleh guru.
3. Setelah semua siswa berkumpul dengan kelomponya
masing-masing, kegiatan selanjutnya yaitu guru menyajikan materi
pelajaran kurang lebih 10-15 menit. Pada saat guru menjelaskan
keputusan bersama dengan cara aklamasi”, masih ada beberapa
siswa yang terlihat mengobrol dengan teman satu kelompoknya
dan tidak memperhatikan penjelasan guru.
4. Setelah guru selesai menerangkan materi pembelajaran, setiap
kelompok dibagikan lembar diskusi yang sesuai dengan materi
yang dipelajari yaitu “musyawarah untuk mufakat, voting dan
pengambilan keputusan bersama dengan cara aklamasi”.
5. Langkah selanjutnya yaitu meminta siswa untuk berdiskusi
dengan kelompoknya masing-masing dalam mengerjakan lembar
diskusi yang telah diberikan. Pada kegiatan ini masih banyak
siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok yang diberikan,
walaupun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada siklus I.
6. Setelah selesai berdiskusi guru memeriksa hasil kerja diskusi dari
setiap kelompok. Setiap kelompok mengumpulkan hasil kerja
diskusi kelompok mereka masing-masing.
7. Meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk maju ke depan
kelas untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompoknya
kemudian meminta kelompok lain untuk menanggapi materi yang
dipresentasikan.
8. Setelah kegiatan diskusi selesai guru meminta siswa untuk
bersiap-siap mengerjakan soal post test siklus II yang bertujuan
untuk mengetahui hasil belajar siswa serta melihat kemampuan
Kegiatan Akhir:
Pada kegiatan akhir guru memberikan kesempatan bertanya
pada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru juga
memberikan penguatan dan bertanya jawab meluruskan
kesalahpahaman tentang materi yang dipelajari. Guru juga
membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran
yang telah dipelajari, sekaligus memberikan motivasi kepada siswa
untuk rajin belajar dan mempersiapkan diri untuk mengikuti
pembelajaran selanjutnya, serta menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
a. Temuan pada Siklus II 1. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa siklus II dilaksanakan pada tanggal
13 Maret 2012 Selama proses kegiatan pembelajaran diperoleh
[image:58.595.192.509.535.683.2]data aktivitas sebagai berikut:
Tabel 6. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II
No Aspek yang Diamati Skor Aktivitas Siklus II
1 Partisipasi 73
2 Minat 69
3 Perhatian 73
4 Presentasi 67
Jumlah 283
Nilai Rata-rata Aktivitas Siswa 65,50
Kriteria Aktivitas Siswa Tinggi
Data lengkap terdapat pada lampiran. Berdasarkan tabel di
menunjukkan nilai aktivitas sebesar 65,50, jika dilihat pada
kriteria aktivitas siswa menunjukkan tingkat aktivitas siswa
“tinggi” dalam proses pembelajaran PKn melalui penerapan
model kooperatif tipe STAD.
2. Kinerja Guru
Pada siklus II, beberapa aspek yang mengalami kendala
sudah mulai diperbaiki. pada aspek pra pembelajaran, yaitu
membuka pelajaran, menyampaikan kompetensi (tujuan) yang
akan dicapai dan rencana kegiatan sudah dilaksanakan dengan
cukup baik. Pada aspek membuka pelajaran penyampaian tujuan
kompetensi harus diperbaiki agar siswa lebih dapat menerima
pembelajaran dengan baik. Kemudian pada spek kegiatan inti
pembelajaran umumnya sudah meningkat dibandingkan pada
pertemuan pertama. Untuk lebih jelasnya d