• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ...

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.2.1 Permasalahan Penelitian... 8

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1Pengawasan ... 10

2.1.1 Pengertian Pengawasan ... 10

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Pengawasan ... 11

2.1.3 Prinsip-Prinsip Pengawasan ... 14

2.1.4 Sifat dan Waktu Pengawasan ... 15

2.1.5 Pengawasan Terhadap Tenaga Kesehatan ... 15

2.2Tenaga Kesehatan dalam Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan ... 17

2.3Perizinan Tenaga Kesehatan ... 22

2.3.1 Pengertian Izin ... 22

2.3.2 Unsur-Unsur Perizinan ... 23

(2)

BAB III. METODE PENELITIAN ...

3.1Pendekatan Masalah ... 28

3.2Sumber Data ... 28

3.3Prosedur Pengumpulan Data ... 30

3.4Prosedur Pengolahan Data ... 31

3.5Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 32

4.2 Dasar Hukum Praktik Ahli Gigi di Kota Bandar Lampung ... 43

4.3 Pengawasan Dinas Kesehatan terhadap Praktik Ahli Gigi ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

(3)

ABSTRAK

PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh FITRI AFRILIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi dasar hukum praktik ahli gigi di Kota Bandar Lampung dan bagaimana pengawasan Dinas Kesehatan terhadap Praktik Ahli Gigi. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan Normatif-Empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data dari penelitian ini berasal dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Analisissis data dilakukan dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif.

Pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 40/PUU-X/2012 menyatakan bahwa praktik ahli gigi adalah legal apabila mendapatkan izin dari pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian, setiap ahli gigi yang membuka praktik di Kota Bandar Lampung tidak ada yang mengajukan perizinan terhadap pekerjaannya kepada Dinas Kesehatan. Praktik ahli gigi dalam pelaksanaannya hanya didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/ MENKES/ PER/ V/ 1989 tentang Pekerjaan Tukang Gigi. Sehingga secara yuridis dasar hukum praktik ahli gigi dalam melakukan pekerjaannya di Kota Bandar Lampung adalah tidak ada. Pengawasan terhadap praktik ahli gigi di Kota Bandar Lampung oleh Dinas Kesehatan tidak pernah dilakukan. Pada Kota Bandar Lampung tidak ada Peraturan Daerah yang mengatur tentang perizinan praktik ahli gigi dan tidak ada ahli gigi yang melakukan perizinan kepada Dinas Kesehatan. Sehingga Dinas Kesehatan tidak dapat melakukan pengawasan terhadap praktik ahli gigi.

Saran yang dapat diberikan peneliti yaitu Pemerintah Daerah sebaiknya membentuk suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang izin sarana kesehatan yang didalamnya terdapat suatu perizinan mengenai praktik ahli gigi dan Pemerintah Daerah seharusnya melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap praktik ahli gigi agar setiap ahli gigi menjalankan pekerjaannya sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang dimilikinya sehingga dapat memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan gigi.

(4)

ABSTRACT

The Supervision of Health Department toward Dental Practitioners’ Practices in Bandar Lampung

By FITRI AFRILIA

This research is aimed to find out the fundamental law of dental practices in Bandar Lampung and how health department supervises them. The method in this research applied normative-empiric approach. The data sources came from primary and secondary data. The data collecting technique used literary analysis and observation. The data was then analyzed through descriptive-qualitative approach.

The decision of Constitutional Court No. 40/PUU-X/2012 stated that the dental practice is permitted under the government’s consent. Based on the research conducted in Bandar Lampung, none of those clinical practices of dental expertise proposed a legal license to the health department. So far the practice is leaned on the ruling of health minister No. 339/ MENKES/ PER/ V/ 1989 upon the occupation of dental practitioners. Thus, by juridical law, those dental practices have no legal bound. There has never been supervision toward the practice of dental practitioners. In fact, Bandar Lampung has no local ordinance/law which regulates the practice; thus, no dental practitioners stand under local government’s consent.

The researcher suggests that local government establish an ordinance/law about health public service where dental practitioners can run their duty as what is standardized. Most importantly, there should be supervision toward dental practices so that the society feel secured to benefit those practices.

(5)

PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Fitri Afrilia

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(6)

PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh Fitri Afrilia

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Administasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(7)

Judul Skripsi : PENGAWASAN DINAS KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK AHLI GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Fitri Afrilia No. Pokok Mahasiswa : 0912011145

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. H.S. Tisnanta, S.H., M.H. Eka Deviani, S.H., M.H. NIP 196109301987021001 NIP 197310202005012002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. H.S. Tisnanta, S.H., M.H. ...

Sekretaris : Eka Deviani, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Upik Hamidah, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003

(9)

RIWAYAT HIDUP

(10)

MOTTO

“Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu”

(Q.S. Al-Baqarah: 282)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka kerjakanlah

urusanmu dengan sungguh-sungguh, dan hanya kepada Allah kamu berharap”

(11)

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan karya kecilku ini untuk:

Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan penuh kesabaran, keridhoan dan

kasih sayangnya yang selalu mendoakan keberhasilanku.

Kakak-kakakku Dwi Farizky dan Rossika Meliyana.

Adik-adikku tersayang Indah Rahmania dan Rafi Fulvian Fahri.

(12)

SANWACANA

Bismillahirrahmaannirrahim,

Alhamdulillahirobbil „alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengawasan Dinas Kesehatan Terhadap Praktik Ahli Gigi Di Kota Bandar Lampung”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Segala kemampuan baik tenaga maupun pikiran telah penulis curahkan untuk menyelesaikan skripsi ini, namun tidak tertutup kemungkinan terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(13)

3. Bapak Dr. H.S. Tisnanta, S.H.,M.H., selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan masukan selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Upik Hamidah, S.H,. M.H., selaku Pembahas I yang telah memberikan saran dan masukan-masukan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak Agus Triono, S.H.,M.H., selaku Pembahas II yang telah bersedia memberikan saran dan kritik kepada penulis demi kebaikan skripsi penulis.

7. Bapak Fx. Sumarja, S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing Akademik.

8. Ibu Hilda Fitri selaku Kepala Bagian Bina Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan Ibu Yati Surini selaku Ketua Divisi Registrasi Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi Lampung pada Dinas Kesehatan Provinsi Lampung yang telah membantu penulis dalam penelitian.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

(14)

11.Untuk Udo (Dwi Farizky) dan Uwo (Rossika Meliyana), serta adik-adikku tersayang Indah Rahmania dan Rafi Fulvian Fahri yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

12.Untuk sahabat-sahabatku Intan Harakit, Tanthi Muchlisin, dan Intan Amelia Khaq.

13.Untuk sahabat-sahabatku seperjuangan yang menemani dan bersama-sama di Fakultas Hukum yang selalu menemani masa-masa di kampus dan yang telah memberikan semangat selama ini, yaitu Elvira, Arti, Ani, Fifi, Novia, Meria, Rintar, Bertha, Irma, Nisa, dan semua teman Fakultas Hukum yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

14.Teman-teman KKN Pekon Kubu Liku Jaya; Vina, Puput, Inayah, Fezni, Maya, Giska, Nina, Kiki, Rafli, Rizky, Panji, Hengki, dan Sofyan.

Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, kecuali hanya permohonan kepada Allah SWT semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang lebih baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak konstitusional bagi masyarakat yang diakui oleh Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

(16)

2

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan maka diperlukan suatu sumber daya kesehatan untuk melakukan upaya kesehatan.

Sumber daya kesehatan adalah semua unsur atau komponen yang digunakan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan masyarakat dalam rangka upaya peningkatan derajat kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 55). Sumber daya di bidang kesehatan sebagaimana tertera dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, salah satu sumber daya di bidang kesehatan adalah tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan merupakan sumber daya kesehatan yang paling utama, sebab dengan tenaga kesehatan ini semua sumber daya kesehatan yang lain seperti fasilitas kesehatan, perbekalan kesehatan, serta teknologi dan produk teknologi dapat dikelola secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 97).

(17)

3

jenis dan kualifikasi tenaga kesehatan tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 99). Tenaga kesehatan mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan wajib memilki izin dari pemerintah. Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pada Pasal 23 ayat (1) dan ayat (3) yang berbunyi:

Ayat (1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Ayat (3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.

Sebagaimana tertera pula dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 73 ayat (2) dinyatakan bahwa setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik. Serta Pasal 78 menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

(18)

4

ahli gigi dalam melakukan praktik sebagai salah satu tenaga kesehatan dahulu diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/MENKES/PER/V/1989. Dasar pertimbangan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan tersebut yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan pada Pasal 10, pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan tenaga kesehatan. Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 disebutkan bahwa upaya pengobatan berdasarkan ilmu atau cara lain daripada ilmu kedokteran, diawasi oleh pemerintah agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa tukang gigi dalam melakukan pekerjaannya berhubungan dengan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang menggunakan cara dan alat yang sebagian besar ada kesaamaannya dengan alat kedokteran gigi, akan tetapi tidak memiliki pendidikan di bidang ilmu kedokteran gigi, sehingga perlu diawasi dan ditertibkan agar tidak merugikan masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka pengawasan dan penertiban izin pekerjaan tukang gigi secara bertahap akan dihapuskan termasuk anak atau keturunannya yang melanjutkan pekerjaan sebagai tukang gigi.

(19)

5

rendah, dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.

Seiring perkembangan teknologi di bidang kesehatan dan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan kesehatan sehingga undang-undang tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang kemudian diubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

(20)

6

Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak ahli gigi yang tidak memiliki izin praktik dari pemerintah dan bekerja tidak sesuai dengan kewenangannya. Para ahli gigi yang tidak memiliki izin praktik ini melakukan praktik mandiri melebihi kewenangannya, sedangkan pengaturan hukumnya tidak ada. Pada Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1871/MENKES/PER/IX/2011, yang menjadi kewenangan tukang gigi yaitu membuat sebagian/seluruh gigi tiruan lepasan dari akrilik dan memasang gigi tiruan lepasan. Namun demikian hingga saat ini, di masyarakat banyak ditemukan ahli gigi yang tidak memiliki izin dari Kementerian Kesehatan tetapi melakukan praktik mandiri bahkan melebihi kewenangan pekerjaan seperti perawatan ortodonti (behel), pencabutan, penambalan gigi dan pembuatan mahkota akrilik atau porselen. Sebagai contohnya yaitu ahli gigi Yuli Dental yang membuka praktik di Jalan P.Tirtayasa Bandar Lampung. Ahli gigi ini melakukan praktik di luar kewenangannya yaitu perawatan ortodonti (behel).

Oleh karena itu, guna melindungi masyarakat dari pelayanan kesehatan gigi yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1871/MENKES/PER/IX/2011 tentang pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/MENKES/PER / V/1989 yang mengatur kewenangan, larangan, serta perizinan tukang gigi (ahli gigi). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1871/MENKES/PER/IX/2011 ini menghapuskan wewenang ahli gigi untuk melakukan praktik.

(21)

7

kewenangan wajib pemerintahan daerah kabupaten/kota sebagaimana tertera pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 13 huruf e dan Pasal 14 huruf e dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, bidang kesehatan merupakan salah satu urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya.Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Sebagaimana tertera pada Pasal 7 ayat (2) huruf b, bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah.

(22)

8

pelayanan kesehatan. Melalui Dinas Kesehatan sebagai salah satu pelaksana bidang kesehatan di daerah diharapkan dapat melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap parktik ahli gigi.

Berdasarkan dari uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti seajuh mana Dinas Kesehatan melakukan pengawasan terhadap praktik ahli gigi dan menuangkan tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengawasan Dinas Kesehatan terhadap Praktik Ahli Gigi di Kota Bandar Lampung”.

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1.2.1 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitin ini adalah :

a. Apakah yang menjadi dasar hukum Praktik Ahli Gigi di Kota Bandar Lampung?

b. Bagaimanakah pengawasan Dinas Kesehatan terhadap Praktik Ahli Gigi di Kota Bandar Lampung ?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

(23)

9

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar hukum Praktik Ahli Gigi di Kota Bandar Lampung

b. Untuk mengetahui pengawasan Dinas Kesehatan terhadap Praktik Ahli Gigi di Kota Bandar Lampung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis, yaitu kegunaan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum Administasi Negara dan menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan .

(24)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah yang hendak dibahas dalam penelitian ini, oleh karena itu pendekatan masalah yang dilakukan adalah pendekatan normatif dan pendekatan empiris.

a. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif dilakukan dengan cara menelaah, mengutip dan mempelajari ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan dan literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung di lapangan, berdasarkan fakta yang ada.

3.2Sumber Data

(25)

29

Sedangkan data sekunder terdiri dari: 1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah aturan perundang-undangan yang mengikat, yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

b. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

c. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

e. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah

g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1871/MENKES/PER/IX/2011 tentang Pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/ MENKES/ PER/ V/ 1989 Tentang Pekerjaan Tukang Gigi

h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/Menkes/Per/V/1989 tentang Pekerjaan Tukang Gigi

(26)

30

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku ilmu pengetahuan hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang berguna untuk memberikan penjelasan terhadap hukum primer maupun sekunder, seperti hasil penelitian, Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel-artikel dari internet dan bahan-bahan lain yang sifatnya karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

3.3Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolaan Data

Posedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca, mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Studi lapangan

(27)

31

bertatap muka langsung dengan menggunakan catatan-catatan yang berisi beberapa pertanyaan yang nantinya akan dikembangkan saat wawancara berlangsung.

3.4Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapannya serta kejelasan .

c. Klasifikasi Data, yaitu pengelompokan data menurut pokok bahasan agar memudahkan dalam mendeskripsikannya.

d. Penyusunan Data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

3.5Analisis Data

(28)

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :

1. Praktik ahli gigi dalam pelaksanaannya hanya didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/ MENKES/ PER/ V/ 1989 tentang Pekerjaan Tukang Gigi. Pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 40/PUU-X/2012 menyatakan bahwa praktik ahli gigi adalah legal apabila mendapatkan izin dari pemerintah. Sedangkan setiap ahli gigi yang membuka praktik di Kota Bandar Lampung tidak ada yang mendaftarkan izin terhadap pekerjaannya kepada Dinas Kesehatan. Sehingga secara yuridis dasar hukum praktik ahli gigi dalam melakukan pekerjaannya di Kota Bandar Lampung adalah tidak ada.

(29)

70

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti pada penelitian ini adalah:

1. Pemerintah Daerah sebaiknya membentuk suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang perizinan praktik ahli gigi sehingga Pemerintah Daerah dapat melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap ahli gigi dalam menjalankan pekerjaannya sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang dimilikinya dan dapat lebih memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan gigi.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Untuk menganalisis wilayah pemasaran usaha industri kecil mebel di Kecamatan Klaten Utara Tahun 2018, (4) Untuk mengkaji pengaruh paguyuban pemilik usaha mebel

Setiap perubahan atau penambahan tersebut harus merupakan bagian integral dari Kerangka Pengaturan ini dan akan berlaku efektif pada tanggal yang disepakati oleh

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains antara model pembelajaran langsung dan

Kata Kunci: Flash Card Slide, Keterampilan Berbicara, Bahasa Inggris. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan yang dialami siswa kelas III-C MINU Waru 1 Sidoarjo

Penelitian ini menganalisis 25 sampel gending Lancaran menggunakan metode yang sama seperti yang digunakan dalam penelitian Hastuti dan Syarif [11], yaitu

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang

tein yang relatif tinggi (9.74 persen) serta dapat ditari-.. ma secara organolept.ik adalah f

Kesimpulan hasil penelitian mengenai upaya konservasi satwa liar studi kasus di RPH Kepoh, BKPH Selogender, KPH Randublatung Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah pada