• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit (Studi Kasus : Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit (Studi Kasus : Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN

TERHADAP PENDAPATAN AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

(Studi Kasus : Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan

Batu)

SKRIPSI

OLEH :

Reny Marissa Panggabean 090304059

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN

TERHADAP PENDAPATAN AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

(Studi Kasus : Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan

Batu SKRIPSI

OLEH:

RENY MARISSA PANGGABEAN 090304059

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Sayarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Luhut Sihombing,MP) (DR. Ir. Salmiah,MS) NIP : 19651008 199203 1 001 NIP: 19570217 198603 2 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Reny Marissa Panggabean (090304059) dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu)” dibawah bimbingan Bapak Ir.Luhut Sihombing,MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah,MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknis pemeliharaan kelapa sawit, untuk mengetahui besarnya biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut pada masa produksi, untuk menganalisis pengaruh biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut umur pada masa produksi terhadap pendapatan di daerah penelitian dan untuk menganalisis perbedaan pendapatan agribisnis kelapa sawit per satuan luas menurut kelompok umur ekonomis di Desa Pangkata, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) dengan jumlah sampel 90 petani. Metode analisis untuk mengetahui teknis pemeliharaan kelapa sawit dijelaskan secara deskriptif, untuk mengetahui besarnya biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut pada masa produksi dijelaskan dengan menggunakan rumus total biaya pemeliharaan, untuk menganalisis pengaruh biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut umur pada masa produksi terhadap pendapatan dianalisis dengan menggunakan model penduga regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS, untuk menganalisis perbedaan pendapatan agribisnis kelapa sawit per satuan luas menurut kelompok umur ekonomis dianalisis dengan uji beda rata-rata Independent Samples Test yang diolah dengan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara variabel pemeliharaan yaitu biaya penyiangan gulma, biaya penunasan pelepah, biaya pengendalian hama dan penyakit tanaman dan biaya pemupukan terhadap pendapatan agribisnis kelapa sawit per satuan luas menurut kelompok umur ekonomis dan ada perbedaan rata-rata antara pendapatan kelapa sawit kelompok umur ekonomis strata I (4-9 Tahun) dengan pendapatan agribisnis kelapa sawit kelompok umur ekonomis strata II (10-15 Tahun) dan agribisnis kelapa sawit kelompok umur ekonomis strata III (16-20 Tahun).

(4)

RIWAYAT HIDUP

Reny Marissa Panggabean, lahir di Kota Medan pada tanggal 23 September 1992 anak dari Bapak Ir.R.Panggabean dan Ibu S.Gultom. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

 Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Ahmad Yani tamat tahun 2003.

 Tahun 2003 masuk Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Tri Sakti-1 Medan tamat tahun 2006.

 Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan tamat tahun 2009.

 Tahun 2009 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

kebaikanNya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit (Studi Kasus : Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu)”.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Luhut Sihombing,MP selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian penelitian ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Ibu DR.Ir.Salmiah,MS selaku anggota komisi pembimbing yang juga banyak memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan dalam penulisan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu besar harapan penulis agar adanya kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini kedepannya. Akhir kata, penulis berharap

penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013

(6)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

Tinjauan Agribinsis Kelapa Sawit... 6

Tinjauan Aspek Pemeliharaan Kelapa Sawit ... 11

2.2 Landasan Teori ... 18

2.3 Kerangka Pemikiran ... 24

2.5 Hipotesis Penelitian... 27

III. METODE PEN ELITIAN ... 28

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

3.2 Metode Pengambilan Sampel... 28

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4 Metode Analisis Data ... 30

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 35

Definisi ... 35

Batasan Operasional ... 36

(7)

V. HASIL D AN PEMBAHASAN ... 46

5.1 Teknis Pemeliharaan Kelapa Sawit ... 36

Penyiangan Gulma ... 47

Penunasan Pelepah... 49

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman... 50

Pemupukan ... 52

5.2 Biaya Pemeliharaan Kelapa Sawit ... 53

5.3 Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan ... 57

5.4 Perbedaan Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit... 66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1 Kesimpulan... 72

6.2 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Petani Sampel Kelapa Sawit Berdasarkan Umur ... 29

2. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Pangkatan Tahun 2011 .... 38

3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa Pangkatan Tahun 2011 ... 38

4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Pangkatan Tahun 2011 ... 39

5. Sarana dan Prasarana di Desa Pangkata n Tahun 2011 ... 40

6. Karateristik Petani Responden Strata I di Desa Pangkatan ... 41

7. Karateristik Petani Responden Strata II di Desa Pangkatan... 43

8. Karateristik Petani Responden Strata III di Desa Pangkatan ... 44

9. Frekuensi Penunasan Pelepah Pada Tanaman Menghasilkan ... 50

10.Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan... 53

11.Biaya Pemeliharaan Kelapa Sawit/Ha/Tahun ... 55

12. Hasil Analisis Model Penduga Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit Strata I ... 57

13. Hasil Analisis Model Penduga Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit Strata II ... 60

14. Hasil Analisis Model Penduga Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit Strata III ... 63

15. Pendapatan Rata-Rata Agribisnis Kelapa Sawit Umur Produktif ... 67

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

(10)

ABSTRAK

Reny Marissa Panggabean (090304059) dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Biaya Pemeliharaan Terhadap Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu)” dibawah bimbingan Bapak Ir.Luhut Sihombing,MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah,MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknis pemeliharaan kelapa sawit, untuk mengetahui besarnya biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut pada masa produksi, untuk menganalisis pengaruh biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut umur pada masa produksi terhadap pendapatan di daerah penelitian dan untuk menganalisis perbedaan pendapatan agribisnis kelapa sawit per satuan luas menurut kelompok umur ekonomis di Desa Pangkata, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) dengan jumlah sampel 90 petani. Metode analisis untuk mengetahui teknis pemeliharaan kelapa sawit dijelaskan secara deskriptif, untuk mengetahui besarnya biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut pada masa produksi dijelaskan dengan menggunakan rumus total biaya pemeliharaan, untuk menganalisis pengaruh biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut umur pada masa produksi terhadap pendapatan dianalisis dengan menggunakan model penduga regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS, untuk menganalisis perbedaan pendapatan agribisnis kelapa sawit per satuan luas menurut kelompok umur ekonomis dianalisis dengan uji beda rata-rata Independent Samples Test yang diolah dengan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara variabel pemeliharaan yaitu biaya penyiangan gulma, biaya penunasan pelepah, biaya pengendalian hama dan penyakit tanaman dan biaya pemupukan terhadap pendapatan agribisnis kelapa sawit per satuan luas menurut kelompok umur ekonomis dan ada perbedaan rata-rata antara pendapatan kelapa sawit kelompok umur ekonomis strata I (4-9 Tahun) dengan pendapatan agribisnis kelapa sawit kelompok umur ekonomis strata II (10-15 Tahun) dan agribisnis kelapa sawit kelompok umur ekonomis strata III (16-20 Tahun).

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (KPO) ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang terbesar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Hingga saat ini kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak dan produk turunannya (Effendi, 2011).

Minyak sawit menghasilkan berbagai produk turunan yang kaya manfaat sehingga dapat dimanfaatkan di berbagai industri mulai dari industri makanan, farmasi, sampai industri kosmetik. Bahkan limbahnya pun masih dapat dimanfaatkan untuk industri mebel, oleokimia, hingga pakan ternak. Dengan demikian, kelapa sawit memiliki arti

penting bagi perekonomian di Indonesia.

(12)

Kelapa sawit yang dianggap masih menduduki porsi yang paling baik dibandingkan tanaman lain,sebagai komoditas non-migas andalan pemberi kontribusi devisa negara untuk kelancaran pengelolaannya, membutuhkan tiga aspek agribisnis yang saling terkait satu sama lainnya, yakni aspek produksi, pemasaran, dan keuangan. Bila ketiga aspek tersebut ditangani dengan manajemen yang benar-benar tepat, bukan tidak mungkin hasil yang diperoleh bisa lebih dari sekedar mendapatkan keuntungan (Pahan, 2010).

Dengan ketersediaan lahan dan iklim di Indonesia yang pada umumnya cocok untuk ditanami kelapa sawit, banyak petani yang beralih fungsi menjadi petani kelapa sawit. Bukan hanya karena pembudidayaannya yang dianggap tidak terlalu sulit, kelapa sawit ini juga mampu memberikan kontribusi pendapatan yang tinggi apabila di budidayakan dengan benar sehingga menghasilkan minyak sawit dengan rendemen tinggi.

Pemeliharaan kelapa sawit umumnya dibedakan menjadi pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan vegeratif dan mempercepat fase tanaman menghasilkan. Pemeliharaan tanaman menghasilkan merupakan pemeliharaan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi kelapa sawit (Suwarto,2010).

(13)

pemupukan, serta pemeliharaan jalan.Pemeliharaan tanaman menghasilkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat produksi yang dicapai.

Produksi tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 4-15 tahun dan akan menurun kembali setelah umurnya 15-25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000 – 3.000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10-20 gr. Volume produksi per hektar lahan perkebunan sawit akan sangat menentukan pendapatan, karena itu titik kritis usaha ini adalah produktivitas dan harga TBS. Volume produksi per hektar lahan perkebunan selain ditentukan oleh luas lahan dan jenis bibit yang digunakan juga sangat dipengaruhi oleh intensitas pemeliharaan yang dilakukan sehingga tanaman tapat tumbuh dan menghasilkan produksi yang optimal (Pahan, 2007).

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama proses pemeliharaan berlangsung. Biaya pemeliharaan merupakan bagian dari biaya produksi, yaitu biaya yang digunakan selama

pengusahaan tanaman (Soekartawi, 1999).

(14)

banyak mengeluarkan biaya produksi. Upaya untuk menciptakan dan meningkatkan pendapatan petani dapat pula dilakukan dengan menekan biaya produksi menjadi seminimal mungkin (Pardamean, 2008).

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh biaya pemeliharaan kelapa sawit terhadap pendapatan agribisnis di Kabupaten Labuhan Batu yang merupakan salah satu daerah penghasil sawit di Provinsi Sumatera Utara.

1.2.Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti adalah :

1) Bagaimana teknis pemeliharaan agribisnis kelapa sawit ?

2) Bagaimana biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut umur

pada masa produksi di daerah penelitian?

3) Bagaimana pengaruh biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas menurut umur pada masa produksi terhadap pendapatan di daerah penelitian? 4) Bagaimana perbedaan pendapatan agribisnis kelapa sawit per satuan luas

menurut kelompok umur ekonomis?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui teknis pemeliharaan kelapa sawit di daerah penelitian. 2) Untuk mengetahui besarnya biaya pemeliharaan kelapa sawit per satuan luas

menurut umur pada masa produksi di daerah penelitian.

(15)

4) Untuk menganalisis perbedaan pendapatan agribisnis kelapa sawit per satuan luas menurut kelompok umur ekonomis.

1.4.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1) Sebagai bahan referensi dan masukan bagi Perkebunan rakyat maupun Perkebunan Swasta Kelapa Sawit dalam mengambil kebijakan – kebijakan untuk meningkatkan pendapatan.

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan agribisnis kelapa sawit.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKAN

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. TinjauanPustaka

2.1.1. Tinjauan Agribisnis Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara tidak hanya makin luas dan meluas penyebarannya, tetapi juga telah menarik dan menghela kegiatan ekonomi di hulu, hilir dan penyedia jasa sedemikian rupa sehingga telah berkembang menjadi suatu kluster ekonomi (economy cluster) yang disebut sistem agribisnis kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara tidak lagi hanya terbatas sebagai usaha budidaya kelapa sawit (on-farm) tetapi sudah jauh berkembang dan lebih modern menjadi sistem agribisnis kelapa sawit (Tarigan, 2011).

Manajemen tanaman artinya mengatur keseimbangan faktor lingkungan tanaman dari sarana produksi yang lain dengan cara memberikan kondisi yang sesuai bagi tanaman untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi kimia secara maksimal, efektif dan efisien. Dengan manajemen tanaman,seluruh aktivitas biologis kelapa sawit diharapkan berlangsung dengan maksimal.

(17)

kemajuan ekonomi agribisnis yang penting. Hal ini dapat dimengerti mengingat kuatnya ketergantungan (interdependency) antara agribisnis hulu dengan usaha perkebunan bukan hanya secara ekonomi, tetapi terutama dari segi teknis teknologi. Dengan berkembangnya agribisnis hulu akan memberi kemandirian dan kepastian keberlanjutan serta mengurangi resiko yang dihadapi. Agribisnis hulu kelapa sawit di Sumatera Utara telah lama berkembang seiring dengan perkembangan usaha perkebunan kelapa sawit itu sendiri. Agribisnis hulu kelapa sawit yang dimaksud mencakup indistri pupuk, industri perbenihan, industri pestisida dan industri alat dan mesin perkebunan (Tarigan, 2011).

Kedua, subsistem usaha perkebunan kelapa sawit (on-farm agribusiness) yang menggunakan barang-barang modal untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit. Keberhasilan suatu usahatani kelapa sawit ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Faktor tindakan kultur teknis adalah yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas, beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain : pembibitan, pembukaan lahan, peremajaam, penanaman penutup kacang-kacangan tanah, penanaman dan penyisipan kelapa sawit dan pemeliharaan tanaman (Mangoensoekarjo, 2008). Penggunaan bibit unggul, pembukaan lahan dengan kriteria yang sesuai untuk penamaman kelapa sawit, serta teknis pemeliharaan baik pada umur tanaman belum menghasilkan maupun pada umur tanaman menghasilkan merupakan faktor penentu keberhasilan subsistem produksi (on-farm agribusiness) ini.

(18)

2010. Dengan luas tersebut, pangsa Sumatera Utara dalam luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2010 sekitar 14 persen atau urutan kedua setelah Riau. Dengan luas perkebunan tersebut produksi minyak sawit Sumatera Utara tahun 2010 mencapai 3,18 juta ton atau sekitar 17 persen dari total produksi CPO nasional. Pangsa produksi CPO yang lebih besar dari pangsa luas areal menggambarkan bahwa Sumatera Utara masih unggul dalam produktivitas minyak per hektar secara nasional (Tarigan, 2011).

Penyebaran perkembangan perkebunan kelapa sawit berarti juga penyebaran multifungsi dari usaha perkebunan baik usaha pendayagunaaan sumberdaya, fungsi ekonomi maupun fungsi ekologis. Pendayagunaan keragaman sumberdaya tersebut melalui perkebunan kelapa sawit menciptakan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan bagi rakyat yang terlibat langsung maupun tidak langsung.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah usaha perkebunan kelapa sawit merupakan pioner pembangunan di suatu daerah. Daerah-daerah Sumatera Utara yang relatif tertinggal seperti Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan Mandailing Natal mulai berkembang dalam 5 tahun terakhir dimulai dari perkebunan kelapa sawit. Investasi swasta dan rakyat pada perkebunan kelapa sawit diikuti dengan pembukaan jalan masuk (acces road) baik yang dibiayai investasi swasta yang bersangkutan maupun investasi pemerintah. Selanjutnya hal ini mendorong perkembangan usaha-usaha kecil dan menengah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terlibat langsung

maupun tidak langsung dalam usaha perkebunan kelapa sawit.

(19)

jadi (semi finish) maupun produk jadi (finish product) seperti oleokimia dan produk turunan serta produk-priduk berbahan baku kelapa sawit. Beberapa industri hilir kelapa sawit yang telah berkembang di Sumatera Utara antara lain adalah fatty acid, fatty alcohol, glyserin, minyak goreng, margarine/shortening, sabun mandi, sabun cuci, dan detergen.

Pola pemasaran kelapa sawit dilihat dari pengusahaannya dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Perkebunan kelapa sawit yang dikelolah oleh rakyat yang memiliki luas lahan terbatas yaitu 1-10 ha, tentunya menghasilkan produksi TBS yang terbatas pula sehingga penjualannya sulit dilakukan. Oleh karena itu, para petani harus menjual TBS melalui pedagang tingkat desa yang dekat dengan lokasi kebun atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke industri pengolahan. Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara (PBN) dilakukan secara bersama melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB), sedangkan untuk perkebunan besar swasta (PBS), pemasaran produk kelapa sawit dilakukan oleh masing- masing perusahaan (Suwarto, 2010).

(20)

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) merupakan contoh lembaga yang menyediakan jasa bagi agribisnis kelapa sawit Sumatera Utara. Pada Agribisnis hulu, jasa keahlian yang disediakan PPKS meliputi pengembangan perbenihan, rancang bangun industri pupuk, agrootomotif, jasa pengujian mutu pupuk dan pestisida dan lain-lain. Pada on-farm, jasa yang disediakan PPKS antara lain penyusunan rekomendasi pemupukan dan standar operasional procedure (SOP) menajemen perkebunan kelapa sawit. Sedangkan pada agribisnis hilir, jasa pengembangan teknologi produk, teknologi proses dan rancang bangun pabrik pengolahan dihasilkan PPKS. Sebagai lembaga R&D, PPKS juga menjadi sumber inovasi teknologi yang diperlukan untuk pengembangan agribisnis kelapa sawit.

2.1.2.Tinjauan Aspek Pemeliharaan Kelapa Sawit

Upaya menjamin kestabilan produksi dan peningkatan areal penanaman kelapa sawit harus diikuti peningkatan pemeliharaan dilapang. Menurut Pardosi (1994), pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah suatu usaha untuk rneningkatkan dan menjaga kesuburan tanah serta kelestarian lingkungan tumbuh tanarnan guna rnendapatkan tanarnan yang sehat dan rnampu berproduksi sesuai dengan yang diharapkan. Pemeliharaan tanaman sesuai dengan standar merupakan persyaratan mutlak untuk menjamin tanaman tumbuh dengan baik dan berproduksi optimal dan pemeliharaan tanarnan ini harus dilakukan sepanjang hidup tanaman.

(21)

tanaman homogen dan rnempercepat fase TM sedangkan pemeliharaan TM dapat mempengaruhi kualitas dan kuantinitas produksi kelapa sawit.

Tanaman belum menghasilkan (TBM) merupakan tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36 bulan. Proses TBM merupakan proses pertumbuhan awal tanaman di lapangan sebelum memasuki fase produksi. Selama masa TBM diperlukan beberapa jenis pekerjaan yang secara teratur harus dilaksanakan. Masa TBM kelapa sawit perlu pemeliharaan yang baik untuk mencapai pertumbuhan vegetatif normal dan masa generatif yang tepat.

Pada masa TBM merupakan masa pemeliharaan yang banyak memerlukan tenaga dan biaya, karena pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari pembukaan lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat menentukan keberhasilan pada masa TM. Adapun pemeliharaan TBM meliputi penyulaman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penunasan dan kastrasi (Suwarto, 2010).

Tanaman menghasilkan (TM) merupakan fase tanaman yang mulai menghasilkan tandan buah segar (TBS), biasanya umur mulai panen di suatu perusahaan perkebunan berkisar 28 s.d 36 bulan. Pada TM terdapat buah sudah masak yang ditandai dengan adanya sejumlah buah merah telah jatuh (brondol).Untuk menjadi TM, TBM harus memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Standart

(kriteria) tersebut yaitu tanaman telah menghasilkan tandan matang yang beratnya ≥

(22)

Pada masa TM, pemeliharaan tanaman kelapa sawit harus tetap dilakukan, karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat produksi yang dicapai dengan tindakan budidaya agar memiliki respon yang baik terhadap lingkungan tempat berlangsungnya pertumbuhan. Seperti tanaman lainnya, tanaman kelapa sawit membutuhkan pengelolaan yang baik untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Pengembangan kegiatan dalam memproduksi kelapa sawit baik secara teknis maupun secara manajerial harus dilakukan secara terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada didalamnya. Adapun pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM) meliputipengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan.

Pengendalian gulma merupakan aspek yang penting dalam pemeliharaan TM kelapa sawit. Pengendalian gulma bertujuan mengurangi terjadinya kompetisi terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan dan mencegah berkembangnya hama penyakit tertentu. Menurut Muzik dalam Amarilis (2009) gulma dapat menyebabkan kehilangan hasil panen yang besar dari pada kehilangan hasil panen yang disebabkan oleh serangga maupun penyakit tanaman.

Gulma yang umum ditemui pada areal pertanaman kelapa sawit, antara lain Impereata cylindrica (alang-alang), Axonopus compressus (rumput pahit), Cyperus rotundus (rumput teki), Mimosa Invisa (kucingan), Mikania Micrantha (mikania), dan Ageratum conyzoides (babadotan).

(23)

tahun pertama atau tergantung keadaan perkebunan. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida. Beberapa herbisida yang dapat digunakan untuk pengendalian gulma adalah herbisida berbahan aktif glifosat (konsentrasi 2I/500 I air), diuron, aminotriazol, florosipir, dan parakuat diklorida. Pengendalian gulma secara biologi dengan menggunakan tumbuhan/organisme tertentu yang bertujuan mengurangi populasi gulma. Untuk mendapatkan hasil efektif, pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan kombinasi ketiganya. Pengendalian gulma dilakukan pada piringan pokok, gawangan, dan pasar pikul atau pasar rintis. Rotasi pengendalian dilakukan 3-4 kali per tahun (Lubis, 2008).

Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah daun tua atau tidak produktif. Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan sirkulasi angin, mencegah brondolan buah tersangkut di pelepah, sanitasi dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih produktif.

Pada prakteknya dikenal 2 sistem penunasan, yaitu :

- Songgo satu dilakukan pada tanaman umur di atas 10 tahun dimana pemotongan dilakukan sampai satu lingkaran dari tandan terbawah.

(24)

Penggunaan istilah songgo pada saat ini jarang dilakukan karena sering timbul keragaman di lapangan, dimana sering dijumpai pelepah yang dipangkas terlalu berat. Kriteria yang sering digunakan adalah jumlah pelepah, dimana :

- Tanaman dengan umur < 8 tahun harus memiliki jumlah pelepah sebanyak 48 – 56 pelepah, atau 7 – 8 lingkar pelepah.

- Tanaman berumur > 8 tahun harus memiliki 48 pelepah.

Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) berbentuk tapak kuda dengan membentuk sudut 30 derajat terhadap garis horizontal. Dengan ini maka pelepah daun kursi dan pelepah daun angin tetap dipertahankan. Pelepah daun dipotong di tanah, kemudian dipotong dua. Bagian pangkal yang berduri diletakkan di gawangan minimal 1 m dari tepi piringan pokok dan bagian lainnya diletakkan pada gawangan mati. Pembuangan pelepah ini jangan menutupi pasar pikul, parit atau rorak maupun benteng. Banyaknya pelepah yang dipotong tergantung pada umur tanaman dan produksi pelepah setahunnya. Pada areal dimana tanaman tumbuh jagur maka rotasinya dapat dipercepat dan sebaliknya pada daerah yang kurang subur mungkin dapat diperlambat dan pada daerah yang kurang subur mungkin dapat diperlambat. Pada tanaman muda berumur 4 – 10 tahun rotasinya 6 – 8 bulan sekali dengan kebutuhan tenaga 2,5 HK/ha, umur 10 -15 tahun rotasinya 8 – 10 bulan sekali dengan pemakaian tenaga 3 HK/ha dan pada tanaman tua lainnya 8

– 10 bulan dengan pemakaian tenaga 4,5 – 5 HK/ha.

(25)

dipakai sistem panen 5/7, karena pada musim puncak biasanya kegiatan penunasan ini tidak sempat dilakukan.

Salah satu kendala utama dalam budidaya tanaman adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti serangan beberapa jenis hama dan penyakit. OPT tesebut baik langsung maupun secara tidak langsung sering menyebabkan penurunan produksi yang cukup berarti.

Hama utama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit menghasilkan adalah ulat pemakan daun (UPDKS) seperti ulat api, ulat kantung, dan ulat bulu yang secara signifikan akan menurunkan produktifitas tanaman. Pada tahap serangan awal, pembasmiannya cukup dengan cara manual (dikutip). Penggunaan insektisida hendaknya dibatasi untuk menjaga kemusnahan parasit ulat tersebut.

Jenis hama vertebrata yang sering dijumpai pada tanaman kelapa sawit adalah beberapa jenis tikus seperti tikus belukan, tikus sawah, tikus rumah dan tikus huma. Pada tanaman menghasilkan tikus menyerang buah mentah dan buah yang sudah masak yang menyebabkan perununan produksi sebesar 20 % dan akibat luka gigitan tikus akan meningkatkan kualitas mutu minyak kelapa sawit.

(26)

kelembapan udara serta banyak dan beragamnya tanaman inang di sekitar kebun dan banyaknya debu dari jalan tanah.

Pemupukan pada tanaman yang telah menghasilkan buah (masa TM) berguna untuk tanaman sebagai nutrisi untuk pembentukan buah, pertumbuhan, dan perkembangan kelapa sawit. Teknik aplikasi, dosis, jenis pupuk dan lain-lain tergantung pada jenis tanah (mineral, gambut, dan lain-lain), umur tanaman, tingkat produksi yang dicapai, realisasi pemupukan sebelumnya, jenis pupuk yang dipakai, tenaga kerja yang tersedia, keadaan penutup tanah, dan analisa kadar hara pada tanah (Pahan, 2010).

Pada areal datar pupuk ditabur merata di piringan pohon, sedangkan di areal bergelombang, berbukit atau areal yang sering tergenang air dilaksanakan dengan cara benam (pocket). Waktu pemupukan dilaksanakan pada saat curah hujan 60 – 200 mm/bulan dengan selang waktu maksimal 2bulan/aplikasi untuk semua jenis pupuk. Pemupukan dengan selang waktu 2 bulan ini dimaksudkan agar dicapai keseimbangan hara di dalam tanah, sehingga unsur hara tersebut akan mudah diserap oleh tanaman. Frekuensi pemupukan dapat dilaksanakan 2 – 3 kali setahun bergantung kepada pola curah hujan dan tekstur tanah (Pardamean, 2008).

(27)

dan kiserit masing-masing adalah 1,75, 1,25, 1,25 dan 1,00 (kg/pohon/tahun) (Pahan,2010).

2.2.Landasan Teori

Pendapatan adalah suatu ukuran balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi. Usahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan yang diperoleh oleh petani dari usahatani yang diusahakannya dengan total biaya. Agar pendapatan yang diperoleh menguntungkan maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah (Soerkartawi, 1999).

Pendapatan usaha yang diterima berbeda untuk setiap orang, perbedaan pendapatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini ada yang masih

dapat diubah dalam batas-batas kemampuan petani atau tidak dapat diubah sama sekali. Faktor yang tidak dapat diubah adalah iklim dan jenis tanah. Ada juga faktor yang mempengaruhi pendapatan dan dapat dilakukan perbaikan untuk

meningkatkan pendapatan seperti pemeliharaan tanaman selama masa produktif yang akan menghasilkan efisiensi kerja dan biaya.

(28)

Sedangkan efisiensi ekonomi timbul apabila input dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga tingkat output diproduksi dengan biaya yang lebih rendah dari yang lainnya. Peningkatan efisiensi terjadi bila output yang ada atau tingkat output dihasilkan dengan biaya yang lebih rendah (Soekartawi, 1990).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya produksi merupakan bagian dari pada anggaran produksi yang penting yang dikeluarkan untuk biaya operasional dan dibutuhkan selama usaha itu masih berlangsung. Lancar atau tidaknya suatu usaha bergantung kepada biaya yang dikeluarkan, biaya produksi sebagai penunjang segala aktivitas yang ada karena menyangkut dengan produktivitas tanaman dan keuntungan bagi petani, selain itu biaya yang diusahakan juga harus diperhitungkan, karena biaya yang dikeluarkan akan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima oleh petani (Pahan, 2010).

(29)

Menurut Antoni (1995), biaya-biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi kelapa sawit mencakup :

1. Biaya investasi awal, seperti : pembukaan lahan, biaya bibit, serta biaya

pemeliharaan sebelum tanaman menghasilkan.

2. Biaya pemeliharaan tanaman, seperti : pemberantasan gulma, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, tunas pokok, konsolidasi, pemeliharaan terasan dan tapak kuda dan pemeliharaan prasarana.

3. Biaya panen atau biaya yang dikeluarkan untuk melancarkan segala aktivitas

untuk mengeluarkan produksi (TBS) atau hasil panen dari lapangan (areal) ke agen pengepul atau ke pabrik seperti biaya tenaga kerja panen, biaya pengadaan, alat kerja dan biaya angkutan.

Menurut Pardosi (1994), pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah suatu usaha untuk rneningkatkan dan menjaga kesuburan tanah serta kelestarian lingkungan tumbuh tanarnan guna rnendapatkan tanarnan yang sehat dan rnampu berproduksi sesuai dengan yang diharapkan. Pemeliharaan tanaman sesuai dengan standar merupakan persyaratan mutlak untuk menjamin tanaman tumbuh dengan baik dan berproduksi optimal dan pemeliharaan tanarnan ini harus dilakukan sepanjang hidup tanaman.

(30)

Tanaman kelapa sawit rata – rata menghasilkan buah 20 – 22 tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi 12 – 14 tandan/tahun. Disinilah pemeliharaan tanaman sangat dibutuhkan, yaitu pada saat tanaman sudah berumur tua, dengan produktivitas yang semakin menurun, petani diharapkan dapat menekan biaya produksi namun tetap menghasilkan produk dengan tingkat produktivitas dan mutu yang sesuai dengan umur dan kriteria tanaman tersebut ( Suwarto,2010).

Umur ekonomis kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 20-25 tahun. Pada umur lebih dari 25 tahun tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipanen, tandan pun sudah jarang sehingga diperhitungkan tidak ekonomis lagi. Adapun pengelompokan berdasarkan umur tanaman adalah sebagai berikut : (1) Tanaman muda yakni tanaman yang berumur >3 tahun - 9 tahun, (2) Tanaman remaja yakni tanaman yang berumur 10 – 15 tahun, (3) Tanaman dewasa yakni tanaman yang berumur 16-20 tahun, dan (4) Tanaman tua yakni tanaman yang berumur >20 tahun. Pada saaat tanaman kelapa sawit mencapai masa produksi (> 3tahun), sebagian besar biaya yang akan dibebankan pada tanaman selama masa hidupnya telah mulai dibayarkan kembali. Oleh sebab itu pengurangan standar pemeliharaan pada tahap ini tidaklah menguntungkan secara ekonomis dalam jangka panjang. Tanaman harus dipelihara dengan baik selama 20-25 tahun dan biaya pengelolaan yang baik akan tertutup oleh produktivitas yang tinggi sampai tanaman tersebut di replanting (Pardamean, 2008).

(31)

maupun khemis, penunasan pelepah dengan rotasi 10 – 12 bulan sekali serta pemupukan yang diberikan berdasarkan kebutuhan hara dan umur tanaman. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat produksi yang dicapai (Lubis, 2008).

Pengendalian gulma merupakan salah satu aspek penting dalam pemeliharaan kelapa sawit karena gulma mempunyai sifat mengganggu tanaman utama pada masa pertumbuhan dan perkembangannya yang bisa menyebabkan penurunan produksi sebesar 20 – 30% apabila tidak diatas secara intensif. Pengendalian gulma biasanya dilakukan di piringan pohon, jalan pikul dan di gawangan. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual atau kimia dengan rotasi berturut – turut 1 atau 3 bulan sekali. Pengendalian secara kimia dapat menggunakan Glyphosate atau Paraquat. Dapat juga dilakukan secara kombinasi antara manual dan kimia yaitu 3 kali secara kimia dan 1 kali manual (Setyamidjaja, 2006).

Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Hama yang merupakan organisme perusak tanaman yang mengakibatkan kerusakan tanaman dapat menyebabkan kerugian ekonomi sampai 30% pada perkebunan kelapa sawit. Penyakit yang menyebabkan perubahan abnormal pada tanaman baik dalam segi bentuk, fisiologi, kebutahan dan tingkah laku tumbuhan memerlukan usaha pemeliharaan untuk menghindari ataupun mengendalikannya (Pahan, 2010).

(32)

serangan hama atau penyakit atau tumbuhan liar lainnya yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan menurunkan produktivitas.

Pada tanaman menghasilkan pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Semakin tua umur kelapa sawit kemampuannya untuk menyerap unsur hara juga semakin berkurang terlebih lagi apabila lahan penanamannya tidak cukup subur untuk memeuhi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga pemupukan tanaman kelapa sawit pada umur produktif yakni 4 – 20 tahun merupakan aspek yang wajib dilakukan dalam usaha pemeliharaan tanaman. Adapun dosis pemeberian pupuk berbeda-beda sesuai dengan umur kelapa sawit. Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan adalah unsur N sekitar 1,5 – 3 Kg/pohon/tahun pada umur 5 – 20 tahun dan unsur K sekitar 2 – 3,5 Kg/pohon/tahun pada umur 5 – 20 tahun. Umumnya semakin bertambah umur tanaman pada masa umur produksi maka kebutuhannya akan pupuk juga akan semakin banyak (Pahan, 2010).

Pemeliharaan pada tanaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat produksi yang dicapai dengan tindakan budidaya agar memiliki respon yang baik terhadap lingkungan tempat berlangsung pertumbuhan. Seperti tanaman lainnya, tanaman kelapa sawit membutuhkan pengelolaan yang baik untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Pengembangan kegiatan dalam memproduksi kelapa sawit baik secara teknis maupun secara manajerial harus dilakukan secara terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada didalamnya (Pahan, 2010).

(33)

penggunaan input dan teknologi tertentu. Suatu usahatani kelapa sawit tertentu mungkin secara teknologi lebih efisien dari yang lain kalau usahatani tersebut memproduksi tingkat output yang sama dengan satu atau lebih sedikit input. Sedangkan efisiensi ekonomi timbul apabila input dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga tingkat output diproduksi dengan biaya yang lebih rendah dari yang lainnya. Peningkatan efisiensi terjadi bila output yang ada atau tingkat output dihasilkan dengan biaya yang lebih rendah (Soekartawi, 1990).

2.3.Kerangka Pemikiran

Tujuan dari penanaman kelapa sawit yaitu untuk menghasilkan produksi yang optimal sehingga mampu memberikan hasil yang optimal bagi petani kelapa sawit. Untuk mendapatkan produk yang optimal, karakteristik dan faktor yang mempengaruhi produksi harus dipahami dan diusahakan pada level yang optimal. Bagian faktor utama dalam peningkatan produksi adalah dengan mengalokasikan biaya produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan dapat memberikan pendapatan yang optimal bagi petani kelapa sawit. Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan tanaman.

(34)

Adapun usaha pemeliharaan yang dilakukan oleh petani kelapa sawit di daerah penelitian adalah penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit, penunasan pelepah dan pemupukan.

Biaya pemeliharaan merupakan komponen dari biaya produksi. Adapun komponen biaya pemeliharaan itu sendiri adalah biaya penyiangan gulma, biaya pengendalian hama dan penyakit, biaya penunasan pelepah, dan biaya pemupukan. Tinggi rendahnya biaya pemeliharaan pada suatu proses produksi akan berpengaruh terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani yang akan peroleh petani.

(35)

: Menyatakan Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pemeliharaan

Kelapa Sawit

Produksi

Penerimaan

Penyiangan Gulma

Pengendalian Hama dan

Penyakit

Penunasan Pelepah

Pemupukan Biaya

Pemeliharaan

Pendapatan Agribisnis Kealapa Sawit

Tanaman Muda (4-9 tahun)

Tanaman Remaja (10-15 tahun)

(36)

2.4.Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang sudah disusun, maka diajukan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut :

1) Biaya pemeliharaan usahatani kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa sawit di daerah penelitian.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilaksanakan di Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara Purposive (Singarimbun,1989) yaitu berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian, dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini merupakan sentra perkebunan kelapa sawit yang cukup potensial di Sumatera Utara.

3.2.Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani kelapa sawit tanaman menghasilkan mulai dari umur tanamn 4 sampai 9 tahun di Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu . Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Adapun besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode Slovin. Menurut Slovin dalam pengantar metode penelitian (Sevilla, 1993), besarnya sampel dapat diperoleh dengan rumus :

N n =

N (d)2+ 1

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Galat penduga (10%)

(38)

N

Metode Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Stratified Random Sampling karena populasi petani kelapa sawit dalam penelitian ini dibagi berdasarkan umur ekonomis tanaman yang sedang diusahakannya. Dalam strategi ini populasi dikategorikan dalam kelompok- kelompok yang mewakili stata yang sama sesuai dengan tujuan penelitian (Consuelo et al,1993). Pembagian masing-masing sampel ke dalam kelas umur ekonomis ditetapkan secara proposional seperti yang terlihat di Tabel 1. Tabel 1. Petani Sampel Kelapa Sawit Berdasarkan Strata Umur

No.

(39)

3.4.Metode Analisis Data

Untuk tujuan penelitian (1) dijelaskan secara deskriptif sesuai dengan keadaan yang ada di daerah penelitian.

Untuk tujuan penelitian (2) dijelaskan dengan menggunakan rumus total biaya pemeliharaan, secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

Besarnya biaya pemeliharaan didapat dengan menambahkan semua komponen biaya

pemeliharaan dalam suatu usahatani yang sedang dijalankan :

Dimana :

TBP = Total Biaya Pemeliharaan/Satuan luas menurut umur pada masa produksi. BPG = Biaya Penyiangan Gulma/Satuan luas menurut umur pada masa

produksi

BPH = Biaya Pengendalian Hama dan Penyakit /Satuan luas menurut umur pada masa produksi.

BPU = Biaya Pemupukan/ Satuan luas menurut umur pada masa produksi. i = Biaya Lain-Lain/Satuan luas menurut umur pada masa produksi.

Untuk tujuan penelitian (3) dianalisis dengan menggunakan model penduga regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS, secara sistematis dapat ditulis sebagai

berikut :

(40)

Dimana :

Y11 = Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit Pada Kelompok Umur I

(4-9 tahun)

Y12 = Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit Pada Kelompok Umur II

(10-15 tahun)

Y13 = Pendapatan Agribisnis Kelapa Sawit Pada Kelompok Umur III

(16-20 tahun)

A = Nilai konstanta

b1 s/d b4 = Koefisien regresi

x11 = Biaya Penyiangan Gulma Pada Kelompok Umur I (4-9 tahun)

x12 = Biaya Penunasan Pelepah Pada Kelompok Umur I (4-9 tahun)

x13 = Biaya Pengendalian hama dan penyakit Pada Kelompok Umur I

(4-9 tahun)

x14 = Biaya Pemupukan Pada Kelompok Umur I (4-9 tahun)

x21 = Biaya Penyiangan Gulma Umur II (10-15 tahun)

x22 = Biaya Penunasan PelepahPada Kelompok Umur II (10-15 tahun)

x23 = Biaya Pengendalian hama dan penyakit Pada Kelompok Umur II

(10-15 tahun)

x24 = Biaya Pemupukan Pada Kelompok Umur II (10-15 tahun)

x31 = Biaya Penyiangan Gulma Pada Kelompok Umur III (16-20 tahun)

x32 = Biaya Penunasan Pelepah Pada Kelompok Umur III (16-20 tahun)

x33 = Biaya Pengendalian hama dan penyakit Pada Kelompok Umur III

(16-20 tahun)

x34 = Biaya Pemupukan Pada Kelompok Umur III (16-20 tahun)

ε = Standart Error

(41)

1. Nilai t hitung

Jika t hitung < t tabel atau Sig> 0.05 ; H0 diterima dan H1 ditolak

Jika t hitung > t tabel atau Sig <0.05 ; H0 ditolak dan H1 diterima

H0: biaya penyiangan, biaya penunasan, biaya pengendalian hama dan penyakit dan

biaya pemupukan secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pendapatan agribisnis kelapa sawit.

H1: biaya penyiangan, biaya penunasan, biaya pengendalian hama dan penyakit dan

biaya pemupukan secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan agribisnis kelapa sawit (Sarwono, 2007).

2. Nilai F hitung

Jika F hitung < F tabel atau Sig> 0.05 ; H0 diterima dan H1 ditolak

Jika F hitung > F tabel atau Sig <0.05 ; H0 ditolak dan H1 diterima

H0 : biaya penyiangan, biaya penunasan, biaya pengendalian hama dan penyakit dan

biaya pemupukan secara serempak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan agribisnis kelapa sawit.

H1: biaya penyiangan, biaya penunasan, biaya pengendalian hama dan penyakit dan

biaya pemupukan secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pendapatan agribisnis kelapa sawit (Sarwono, 2007).

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya. Pendapatan agribisnis

kelapa sawit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(42)

Keterangan:

Pd = Pendapatan Agribinsis Kelapa Sawit/Ha/Tahun (Rp)

TR = Total Revenue/Total penerimaan/Ha/Tahun (Rp)

TC = Total Cost/Total biaya/Ha/Tahun (Rp) (Soekartawi, 1995).

Penerimaan agribisnis kelapa sawit adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan:

TR = Total Revenue/ Total penerimaan (Rp)

Py = Harga jual (Rp/Kg)

Y = Jumlah produksi (Kg)

Total biaya agribisnis dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variable.

Dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

TC = Total Cost/Total biaya agribisnis kelapa sawit/Ha/Tahun (Rp)

FC = Fixed Cost/Biaya tetap agribisnis kelapa sawit/Ha/Tahun (Rp)

VC = Variable Cost/Biaya variable agribisnis kelapa sawit/Ha/Tahun (Rp).

Untuk tujuan penelitian (4) akan dianalisis dengan uji beda rata-rata Independent Samples Test. Data yang akan dianalisis beda rata-ratanya adalah pendapatan agribisnis kelapa sawit per satuan luas menurut kelompok umur ekonomis.

(43)

Data diolah dengan program SPSS. Secara matematis, untuk mendapatkan t hitung digunakan rumus sebagai berikut.

= � − � − �

√ � − � + � + � −+ � − + � − [� + � + � ]

(Hasan, 2002). Keterangan :

X1 : Rata–rata pendapatan agribisnis kelapa sawit kelompok umur ekonomis I

X2 : Rata-rata pendapatan agribisnis kelapa sawit kelompok umur ekonomis II

X3 : Rata-rata pendapatan agribisnis kelapa sawit kelompok umur ekonomis III

n1 : Jumlah sampel petani kelapa sawit kelompok umur ekonomis I

n2 : Jumlah sampel petani kelapa sawit kelompok umur ekonomis II

n3 : Jumlah sampel petani kelapa sawit kelompok umur ekonomis III

: Varian dari kelompok umur ekonomis I : Varian dari kelompok umur ekonomis II : Varian dari kelompok umur ekonomis III

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

Jika t hitung > t tabel atau sig < 0.05, maka H0 tolak dan H1 diterima

Jika t hitung < t tabel atau sig > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

H0 : Tidak ada perbedaan pendapatan agribisnis kelapa sawit menurut kelompok

umur ekonomis.

H1 : Ada perbedaan pendapatan agribisnis kelapa sawit menurut kelompok umur

ekonomis.

3.5.Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian, maka dibuat

(44)

3.5.1.Defenisi

1. Petani Agribisnis Kelapa Sawit adalah petani yang mengusahakan tanaman kelapa

sawit menghasilkan (TM) dengan umur tanaman 4 – 20 tahun di Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu.

2. Biaya Produksi adalah biaya – biaya yang dikeluarkan selama umur ekonomis

usahatani kelapa sawit berlangsung.

3. Biaya Pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan petani selama umur ekonomis

untuk setiap tahapan pemeliharaan kelapa sawit di daerah penelitian.

4. Biaya Penyiangan Gulma adalah biaya yang dikeluarkan petani selama umur ekonomis untuk menyiangi gulma kelapa sawit di daerah penelitian.

5. Biaya Pengendalian hama dan penyakit adalah biaya yang dikeluarkan petani selama umur ekonomis untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman kelapa sawit di daerah penelitian.

6. Biaya Penunasan Pelepah adalah biaya yang dikeluarkan petani selama umur ekonomis untuk memangkas/menunas pelepah kelapa sawit di daerah penelitian. 7. Biaya Pemupukan adalah biaya yang dikeluarkan petani selama umur ekonomis

untuk melakukan pemupukan kelapa sawit di daerah penelitian.

8. Produksi kelapa sawit adalah hasil usahatani kelapa sawit dalam bentuk tandan buah segar (TBS).

9. Penerimaan adalah jumlah produksi TBS dikalikan dengan harga jual TBS yang belum dikurangi dengan biaya produks (Rp/Ha).

10. Pendapatan adalah hasil penerimaan TBS yang diterima setelah dikurangi dengan biaya produksi (Rp/Ha).

(45)

1. Daerah penelitian adalah di Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman kelapa

sawit menghasilkan (TM) dengan umur tanaman 4 – 20 tahun di Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu.

(46)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARATERISTIK

SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Pangkatan terletak di Kecamatan Pangakatan, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 35.547 Ha dan mempunyai topografi hamparan berada pada ketinggian 0 – 1400 mdpl dengan suhu rata – rata 23-33 C dan terdiri dari 10 dusun. Desa Pangkatan terletak antara 98°00-98°30 Lintang Utara dan

2°15-3°00 Bujur Timur. Jumlah penduduk di Pangkatan sebanyak 5.766 jiwa.

Desa Pangkatan berjarak 1 km dari ibukota Kecamatan Pangkatan, 38 Km dari ibukota Kabupaten dan 336 Km dari ibukota provinsi. Adapun batas-batas dari Desa

Pangkatan adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bilah Hilir

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Rakyat dan Bilah Hulu

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bilah Hilir dan Kecamatan Kampung Rakyat

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Marbau dan Kecamatan Bilah Barat

4.2. Keadaan Penduduk

(47)

tangga sebanyak 1.368 KK. Distribusi penduduk menurut kelompok umur disajikan

Sumber : Desa Pangkatan Dalam Angka, 2012

Dari Tabel.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar berada di kelompok usia

Mata pencaharian penduduk di Desa Pangkatan cukup beraneka ragam walaupun sebahagian besarnya berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada Tabel.3 berikut ini :

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Pangkatan Tahun 2011

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 1.263 47,84

(48)

Tabel.3 menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian memiliki beragam pekerjaan dan mayoritas mata pencaharian penduduk adalah sebagai petani yaitu sebesar 1.263 jiwa (47,84%) dan sebagai buruh tani sebanyak 688 jiwa (26,06%), sedangkan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 86 jiwa (3,25%), TNI sebanyak 9 jiwa (0,34%), POLRI sebanyak 3 jiwa (0,11%), Pensiunan sebanyak 49 jiwa (1,85%) dan wiraswasta sebanyak 452 jiwa (17,12%). Komposisi penduduk menurut tingkat

pendidikan disajikan pada Tabel.4 berikut ini :

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tamat SD 911 15,79

2 Tamat SMP 1.820 31,56

3 Tamat SMA 2.756 47,79

4 Tamat Perguruan Tinggi 279 4,83

Total 5.766 100

Sumber : Desa Pangkatan Dalam Angka, 2012

Dari Tabel.4 diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk paling tinggi adalah tamatan SMA sebesar 2.756 jiwa (47,79%), tamat SMP 1.820 jiwa (31,56%), tamat SD 911 jiwa (15,79%), dan jumlah penduduk yang tamat perguruan tinggi sebanyak 279 jiwa (4,83%). Tingkat pendidikan di desa ini tergolong sudah cukup maju karena tidak ada di dapati penduduk yang putus sekolah atau tidak lulus SD.

4.3. Sarana dan Prasarana

(49)

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Pangkatan 2011 Sumber : Desa Pangkatan Dalam Angka, 2012

(50)

4.4. Karakteristik Sampel

Petani sampel di dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok umur yaitu (1) Petani sampel kelompok I yakni petani sampel yang mengusahakan agribisnis kelapa sawit dengan umur tanaman 4-9 tahun, (2) Petani sampel kelompok II yakni petani sampel yang mengusahakan agribisnis kelapa sawit dengan umur tanaman 10-15 tahun, (3) Petani sampel kelompok III yakni petani sampel yang mengusahakan agribisnis kelapa sawit dengan umur tanaman 16-20 tahun. Adapun petani sampel atau responden dalam penelitian ini digambarkan oleh luas lahan, umur, pendidikan,

pengalaman bertani jagung dan jumlah tanggungan, status kepemilikan lahan.

4.4.1. Petani Responden Strata I

Petani responden sampel strata I dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan agribisnis kelapa sawit dengan umur tanaman 4-9 tahun Adapun karakteristik petani sampel strata I disajikan pada Tabel.6 berikut ini:

Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Strata I di Desa Pangkatan

No. Uraian Range Rataan

1 Umur (Tahun) 25 – 70 50,5

2 Lama Pendidikan (Tahun) 6 – 16 11,6

3 Luas Lahan (Ha) 0,5 – 20 2,8

4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1 – 6 3,1

5 Pengalaman Bertani (Tahun) 5 – 28 15,3

Sumber: Data Diolah dari Lampiran 1

Dari Tabel.6 rata-rata umur petani sampel adalah 50,5 tahun dengan interval 25-70 tahun yang menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam usia yang produktif dan mampu melakukan usahatani dengan baik.

(51)

petani sampel sedang karena sudah mengecap pendidikan selama 12 tahun atau sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai dengan terget pemerintahan yang

mengharuskan warganya mengecap pendidikan minimal sampai jenjang SMA.

Rata-rata luas lahan perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh petani sampel adalah 2,8 Ha dengan interval 0,5 – 20 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan lahan

petani untuk berusahatani sudah cukup luas.

Setiap kepala keluarga petani sampel rata-rata memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3 jiwa dengan interval 1 – 6 jiwa. Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap distribusi pendapatan usahataninya.

Rata-rata lama berusahatani produsen sampel adalah 15,3 tahun dengan interval 5 - 28 tahun yang menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengalaman bertani

yang cukup lama sebagai petani kelapa sawit.

4.4.2. Petani Responden Strata II

Petani responden sampel strata II dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan agribisnis kelapa sawit dengan umur tanaman 10-15 tahun Adapun

karakteristik petani sampel strata II disajikan pada Tabel.7 berikut ini :

Tabel 7. Karakteristik Petani Responden Strata II di Desa Pangkatan

No. Uraian Range Rataan

1 Umur (Tahun) 33 – 80 48,6

2 Lama Pendidikan (Tahun) 6 – 16 12,0

3 Luas Lahan (Ha) 0,5 – 15 2,5

4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1 – 5 3,0

5 Pengalaman Bertani (Tahun) 5 – 28 13,5

(52)

Dari Tabel.7 rata-rata umur petani sampel adalah 48,6 tahun dengan interval 33-80 tahun yang menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong dalam usia yang

produktif dan mampu melakukan usahatani dengan baik.

Rata-rata lama pendidikan petani sampel adalah 12 tahun atau menduduki bangku SMA dengan interval 6 – 16 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani sampel sedang karena sudah mengecap pendidikan selama 12 tahun atau sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai dengan terget pemerintahan yang mengharuskan warganya mengecap pendidikan minimal sampai jenjang SMA.

Rata-rata luas lahan perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh petani sampel adalah 2,5 Ha dengan interval 0,5 – 15 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan lahan

petani untuk berusahatani sudah cukup luas.

Setiap kepala keluarga petani sampel rata-rata memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3 jiwa dengan interval 1 – 5 jiwa. Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh

terhadap distribusi pendapatan usahataninya.

Rata-rata lama berusahatani produsen sampel adalah 13,5 tahun dengan interval 5 - 28 tahun yang menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengalaman bertani yang cukup lama sebagai petani kelapa sawit.

4.4.3. Petani Responden Strata III

Petani responden sampel strata III dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan agribisnis kelapa sawit dengan umur tanaman 16-20 tahun Adapun karakteristik petani sampel strata III disajikan pada Tabel.8 berikut ini:

(53)

No. Uraian Range Rataan

1 Umur (Tahun) 34 – 75 53,0

2 Lama Pendidikan (Tahun) 6 – 16 10,0

3 Luas Lahan (Ha) 0,5 – 23 2,1

4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1 – 5 2,5

5 Pengalaman Bertani (Tahun) 7 – 30 16,7

Sumber: Data Diolah dari Lampiran 1

Dari Tabel.8 rata-rata umur petani sampel adalah 53 tahun dengan interval 34 -75 tahun yang menunjukkan bahwa petani sampel sudah berusia lanjut meski masih

tergolong dalam umur produktif.

Rata-rata lama pendidikan petani sampel adalah 10 tahun dengan interval 6 – 16 tahun atau setara lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden masih tergolong rendah karena belum mengecap pendidikan selama 12 tahun atau sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai dengan terget pemerintahan yang mengharuskan warganya mengecap pendidikan minimal sampai jenjang SMA.

Rata-rata luas lahan perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh petani sampel adalah 2,1 Ha dengan interval 0,5 – 23 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan lahan petani untuk berusahatani sudah cukup luas.

Setiap kepala keluarga petani sampel rata-rata memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2,5 jiwa dengan interval 1 – 6 jiwa. Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh

terhadap distribusi pendapatan usahataninya.

Rata-rata lama berusahatani produsen sampel adalah 16,7 tahun dengan interval 7 - 30 tahun yang menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengalaman bertani

(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Teknis Pemeliharaan Kelapa Sawit

Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk menciptakan kondisi lingkungan tumbuh optimal bagi tercapainya pertumbuhan dan produksi optimal tanaman yang dibudidayakan. Pemeliharaan tanaman sesuai dengan standart merupakan persyaratan mutlak untuk menjamin tanaman tumbuh dengan baik dan berproduksi optimal dan pemeliharaan tanaman ini harus dilakukan sepanjang hidup tanaman.

Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit umur produktif yang dilakukan di daerah penelitian adalah penyiangan gulma, penunasan pelepah daun kelapa sawit, pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) dan pemupukan.

Penyiangan gulma merupakan salah satu aspek penting dalam pemeliharaan kelapa sawit karena gulma mempunyai sifat mengganggu tanaman utama pada masa pertumbuhan dan perkembangannya yang bisa menyebabkan penurunan sebesar 20-30% apabila tidak diatasi secara intensif. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi terjadinya kompetisi terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan dan mencegah berkembangnya hama dan penyakit tanaman.

(55)

Pengendalian hama dan penyakit tanaman bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Hama yang merupakan organisme perusak tanaman dapat mengakibatkan kerugian ekonomi sampai 30% pada perkebunan kelapa sawit begitu juga penyakit yang menyebabkan perubahan abnormal pada tanaman baik dari segi bentuk, fisiologi dan tingkah laku tumbuhan sangat memerlukan usaha pemeliharaan untuk menghindari ataupun mengendalikannya.

Pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Semakin tua umur kelapa sawit kemampuannya untuk menyerap unsur hara juga semakin berkurang terlebih lagi apabila lahan penanamannya tidak cukup subur untuk memenuhi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga pemupukan tanaman merupakan aspek wajib dalam usaha pemeliharaan tanaman. Adapun teknis pemeliharaan kelapa sawit pada saat umur produktif di daerah penelitian secara rinci dijelaskan dibawah ini :

5.1.1.Penyiangan Gulma

(56)

Jenis gulma yang tumbuh atau mendominasi suatu daerah/areal berbeda dengan daerah lainnya meskipun tanaman yang dibudidayakan sama. Perbedaan tersebut tergantung lokasi dan kondisi tumbuh serta iklim setempat. Gulma dominan yang tumbuh pada areal pertanaman kelapa sawit di Desa Pangkatan antara lain alang-alang (Imperata Cylindrica), kentangan (Borreria sp), babadotan (Ageratum Conyzoides), dan rumput paitan (Axonopus Compressus).

Cara dan frekuensi pengendalian gulma tergantung pada jenis gulma dan umur tanaman serta ada tidaknya tanaman penutup tanah. Pengendalian gulma yang biasanya dilakukan adalah secara mekanis dan kimiawi. Pengendalian secara manual menggunakan alat mekanis tradisional seperti parang, belebas, cangkul, dan garpu. Pengendalian gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida, baik yang bersifat kontak maupun sistemik.

Pengendalian gulma secara manual dilaksanakan dengan rotasi setiap 3 bulan (dibabat). Pengendalian gulma secara kimia dapat penggunakan Roundap dan Supertox dengan cara di semprot menggunakan alat semprot punggung (knapsack sprayer) dengan rotasi setiap 3-6 bulan sekali. Harga roundap Rp 300.000/5 liter dan harga supertox Rp 200.000/5 liter. Frekuensi yang digunakan dalam penyemprotan adalah 5-6 lt/Ha/6 bulan.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Petani Sampel Kelapa Sawit Berdasarkan Strata Umur
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Pangkatan
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kelapa sawit, kakao, dan karet di daerah penelitian dapat dilihat melalui analisis regresi linier berganda dengan

Berdasarkan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya produksi (biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja)

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah biaya produksi dan harga jual tandan buah segar (TBS) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa

Komponen biaya variabel yang dikeluarkan petani pada dalam usahatani pembibitan pre nursery kelapa sawit antara lain biaya, benih, polybag, pupuk, pestisida, tanah

Berdasarkan Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa penggunaan biaya variabel pada petani kakao yang menggunakan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) lebih tinggi karena petani lebih

1) Kegiatan yang dilakukanselama PKL adalah pemeliharaan TM: pengendalian gulma secara kimia, perawatan gawangan, perawatan jalan, penunasan, pemupukan, analisa daun, dan panen serta

Uji Hipotesis Uji Statistik F Uji F ini bertujuan untuk menguji pengaruh apakah variabel bebas independent yang terdiri dari biaya pemeliharaan, alat tangkap, dan biaya tenaga kerja

Hal ini sejalan juga dengan hasil analisis regresi dan pengujian secara parsial uji t yang menunjukkan bahwa Biaya Pemeliharaan memiliki nilai positif dan signifikan terhadap pendapatan