• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Dan Karakterisasi Papan Serat Yang Dibuat Dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit-Urea Formaldehida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Dan Karakterisasi Papan Serat Yang Dibuat Dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit-Urea Formaldehida"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN SERAT YANG

DIBUAT DARI SERAT TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT-UREA FORMALDEHIDA

SKRIPSI

EVANORA TAMPUBOLON

NIM : 040801021

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN SERAT YANG

DIBUAT DARI SERAT TANDAN KOSONG KELAPA

SAWIT-UREA FORMALDEHIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

EVANORA TAMPUBOLON

040801021

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN SERAT YANG DIBUAT DARI SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT-UREA

FORMALDEHIDA Kategori : SKRIPSI

Nama : EVANORA TAMPUBOLON Nomor Induk Mahasiswa : 040801021

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Mei 2009

Diketahui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Manis Sembiring, M.Si Ir. M. I. Iskandar, BScF, MM NIP. 131 695 906 NIP. 080 052 270

Ketua Departemen Fisika

(4)

PERNYATAAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN SERAT YANG DIBUAT

DARI SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT-UREA

FORMALDEHIDA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2009

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena dengan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam waktu yang ditetapkan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dra. Manis Sembiring selaku pembimbing I dan Ir. M. I. Iskandar, BScF, MM selaku pembimbing II pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan dan kepercayaan penuh pada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Ucapan terima kasih juga diajukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU Dr. Marhaposan Situmorang dan Dra. Justinon, M.S, Dekan Dr. Eddy Marlianto dan Pembantu Dekan FMIPA USU dan kepada Drs. Kurnia Brahmana selaku Dosen Wali.

Dan tak luput juga ucapan terima kasih kepada orang tua yang saya cintai Bpk. SB. Tampubolon dan Ibu M. Hutagalung atas dukungan materi dan spiritual yang begitu besar dan berarti. Kepada saudara saya Immanuel Tampubolon, Theresia Gloria Tampubolon juga kepada Ronal Krisman Sinaga. SKM. Kepada teman-teman sefisika terkhusus angkatan 2004 dan teman-teman Berdikari 56. Akhirnya tidak terlupakan kepada bapak, ibu dan semua pihak yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang sangat diperlukan. Semoga Tuhan akan membalasnya.

(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pembuatan papan serat dari serat tandan kosong kelapa sawit-Urea Formaldehida dengan metode hand lay up, serat pendek. Perbandingan perekat Urea Formaldehida yaitu 6%, 8%, 10%, 12% dan 14% dari berat kering bahan baku 500 gr.

Papan serat yang diperoleh diuji sifat fisis dan mekanisnya yang meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal, MOR, MOE, internal bond dan kuat pegang sekrup.

(7)

ABSTRACT

The fiber board from empty stem of the palm oil’s fibers has been made up, through hand lay up method, short fiber. The rate of Urea Formaldehide adhesive are 6%, 8%, 10%, 12% and 14% from dry weight of basic commodity 500 gr.

Furthemore the result is being tested the physical and mechanical properties such as density, absorbtion, water concentration, developing of thick, internal bond, holding strength screw, Modulus Of Elasticity (MOE) and Modulus Of Rupture (MOR).

(8)
(9)

3.4.1.1 Kerapatan 27

3.4.1.2 Daya Serap Air (DSA) 28

3.4.1.3 Kadara Air (KA) 28

3.4.1.4 Pengembangan Tebal (PT) 29

3.4.2. Pengujian Sifat Mekanis 29

3.4.2.1 Kekuatan Rekat (Internal Bond=IB) 29

3.4.2.2 Kuat Pegang Sekrup 29

3.4.2.3 MOE dan MOR 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32

4.1 Sifat Fisis 32

4.1.1 Kerapatan 32

4.1.2 Kadar Air (KA) 35

4.1.3 Daya Serap Air (DSA) 36

4.1.4 Pengembangan Tebal (PT) 38

4.2 Sifat Mekanis 39

4.2.1 Modulus Patah (MOR) 40

4.2.2 Modulus Elastisitas (MOE) 42

4.2.3 Internal Bond (IB) 44

4.2.4 Kuat Pegang Sekrup 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 49

5.1. Kesimpulan 49

5.2. Saran 50

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Standar Mutu FAO, JIS A 5908-2003 dan SNI 15 Tabel 2 Komposisi Kimiawi TKKS. 20 Tabel 3 Ukuran dan Jumlah Contoh Uji Papan Serat. 27 Tabel 4 Data Uji Kerapatan dan Uji Kadar Air (KA). 34 Tabel 5 Data Uji Daya Serap Air (DSA). 36 Tabel 6 Data Uji Pengembangan Tebal (PT). 38

Tabel 7 Data Uji MOR. 41

Tabel 8 Data UJi MOE. 43

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bentuk Penguatan Pada Lamina Ortotropik 10

Gambar 2 Diagram Alir Proses Pembuatan Papan Serat 24

Gambar 3 Contoh Uji Papan Serat Mengacu pada JIS A 5908-2003 26

Gambar 4 Pola Pembentukan Uji MOR 30 Gambar 5 Grafik Uji Kerapatan Papan Serat Terhadap Variasi Perekat 32

Gambar 6 Grafik Uji Kadar Air Papan Serat Terhadap Variasi Perekat 35

Gambar 7 Grafik Uji Daya Serap Air Papan Serat Terhadap Variasi Perekat 37

Gambar 8 Grafik Uji Pengembangan Tebal Papan Serat Terhadap Variasi Perekat. 39

Gambar 9 Grafik Uji MOR Terhadap Variasi Perekat. 42

Gambar 10 Grafik Uji MOE Terahadap Variasi Perekat. 44

Gambar 11 Grafik Uji Internal Bond (IB) Terhadap Variasi Perekat. 45 Gambar 12 Grafik Uji Kuat Pegang Sekrup Tegak Lurus Permukaan

(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pembuatan papan serat dari serat tandan kosong kelapa sawit-Urea Formaldehida dengan metode hand lay up, serat pendek. Perbandingan perekat Urea Formaldehida yaitu 6%, 8%, 10%, 12% dan 14% dari berat kering bahan baku 500 gr.

Papan serat yang diperoleh diuji sifat fisis dan mekanisnya yang meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air, pengembangan tebal, MOR, MOE, internal bond dan kuat pegang sekrup.

(13)

ABSTRACT

The fiber board from empty stem of the palm oil’s fibers has been made up, through hand lay up method, short fiber. The rate of Urea Formaldehide adhesive are 6%, 8%, 10%, 12% and 14% from dry weight of basic commodity 500 gr.

Furthemore the result is being tested the physical and mechanical properties such as density, absorbtion, water concentration, developing of thick, internal bond, holding strength screw, Modulus Of Elasticity (MOE) and Modulus Of Rupture (MOR).

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kondisi hutan Indonesia menunjukkan produktivitas yang semakin menurun, padahal

kebutuhan bahan baku kayu di masyarakat semakin meningkat. Di Sumatera Utara

sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan tahun 2003, jatah produksi kayu tahun

2003 adalah 670.800 m3 kayu bulat, sementara kebutuhan kayu bulat untuk industri

dan pertukangan rata-rata 2,5 juta m3 / tahun (Supriadi, 2003).

Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu dilakukan berbagai usaha seperti

efisiensi pemanfaatan kayu, pemanfaatan kayu ataupun mencari alternatif melalui

pengembangan teknologi dalam pengolahan kayu dan bahan berlignoselulosa lainnya,

misalnya papan / kayu tiruan semacam serat (fiber board) termasuk didalamnya hard

board, pulp, papan partrikel, papan serat dan lain-lain.

Papan partikel merupakan salah satu produk dari upaya pengembangan

teknologi dalam pengolahan kayu dan bahan berlignoselulosa lainnya. Papan partikel

adalah suatu produk komposit yang dibuat dengan merekatkan partikel berupa serat

atau material lain yang mengandung lignoselulosa. Dengan kata lain bahwa semua

bahan berlignoselulosa dapat dipergunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan

papan serat (Tsoumis,1991).

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), limbah padat dari perkebunan kelapa

sawit yang secara rutin dibuang atau dibakar, dapat dimanfaatkan sebagai sumber

(15)

1.2. Permasalahan

Secara spesifik belum terpublikasi pembuatan papan serat dari serat tandan kosong

kelapa sawit dengan menggunakan Urea Formaldehida sebagai perekat. Untuk itu

peneliti tertarik, sehingga dapat diketahui pengaruh variasi perekat Urea Formaldehida

terhadap sifat fisis dan mekanis yang sesuai standart.

1.3. Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan bagaimana pengaruh variasi perekat Urea Formaldehida pada

papan serat.

2. Melakukan pengujian kekuatan mekanis dan fisis pada papan serat yang

meliputi:

a. Pengujian kuat patah

b. Pengujian kuat lentur

c. Pengujian kuat pegang sekrup

d. Pengujian Internal Bond

e. Kadar air

f. Kerapatan

g. Pengembangan tebal

h. Daya serap air

1.4. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

(16)

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu langkah dalam pemanfaatan

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang ada di lingkungan. Sehingga

dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam

pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan alternatif penggunaan bahan baku

pengganti kayu yang semakin berkurang ketersediaannya.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposit

Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih

material, dimana akan terbentuk material yang lebih baik dari material pembentuknya.

Material komposit memiliki banyak klasifikasi, tergantung pada ide dan

konsep identifikasi yang dibutuhkan. Dikarenakan karakteristik pembentuknya

berbeda-beda, maka akan dihasilkan material baru yaitu komposit yang sifat mekanik

dan karakteristik yang berbeda dari material-material pembentuknya. Komposit

dibentuk dari dua jenis material yang berbeda yaitu : penguat (reinforcement) dan

matriks sebagai pengikat.

2.1.1. Klasifikasi Komposit

Sesuai dengan defenisinya, maka bahan material komposit terdiri dari unsur-unsur

penyusun. Komponen ini dapat berupa unsur organik, anorganik ataupun metalik

dalam bentuk serat, serpikan, partikel dan lapisan. Jika ditinjau dari unsur pokok

penyusun suatu bahan komposit, maka komposit dapat dibedakan atas beberapa

bagian, antara lain :

1.Komposit Serat

Komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan matriks (bahan dasar) yang

diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat ditambahkan resin sebagai bahan perekat.

Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau lapisan yang

(18)

fibers, carbon fibers, armid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa

disusun secara acak (Chopped Strand Mat) maupun dengan orientasi tertentu bahkan

bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

2.Komposit Lapis (laminated composite)

Komposit laminat, merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapiss atau lebih

yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karaktristik sifat sendiri.

Komposit yang terdiri dari lapisan serat dan matriks, yaitu lapisan yang diperkuat oleh

resin sebagai contoh plywood, laminated glass yang sering digunakan bahan bangunan

dan kelengkapannya. Pada umunya manipulasi makroskopis yang dilakukan yang

tahan terhadap korosi, kuat dan tahan terhadap temperatur.

3.Komposit Serpihan

Pengertian dari serpihan adalah partikel kecil yang telah ditentukan sebelumnya yang

dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi serat sejajar permukaannya.

Suatu komposit serpihan terdiri atas serpih-serpih yang saling menahan dengan

mengikat permukaan atau dimasukkan ke dalam matriks. Sifat-sifat khusus yang dapat

diperoleh dari serpihan adalah bentuknya besar dan datar sehingga dapat disusun

dengan rapat untuk menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas

penampang lintang tertentu. Pada umumnya serpih-serpih saling tumpang tindih pada

suatu komposit sehingga dapat membentuk lintasan fluida ataupun uap yang dapat

mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi atau perembesan.

4.Komposit Partikel

Komposit partikel, komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu butiran (batu,

pasir) yang diperkuat semen yang kita jumpai sebagai beton, senyawa komplek ke

(19)

Komposit partikel merupakan produk yang dihasilkan dengan menempatkan

partikel-partikel dan sekaligus mengikatnya dengan suatu matriks bersama-sama

dengan satu atau lebih unsur-unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban,

katalisator dan lain-lain. Komposit partikel ini berbeda dengan jenis serat acak

sehingga bersifat isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan

koheren di antara fase partikel dan matriks yang menunjukkan sambungan yang baik.

Pada umumnya komposit mengandung serat, baik serat pendek maupun serat

panjang yang dibungkus dengan matriks. Fungsi daripada serat adalah menahan bahan

yang diberikan sedang fungsi matriks adalah membungkus serat sekaligus

melindunginya dari kerusakan baik mekanis maupun kimia. Selain daripada itu

matriks mendistribusikan beban kepada serat.

Jenis-jenis serat dan contoh bahannya yang dapat digunakan sebagai penguat

pada material komposit secara umum yaitu :

1. Serat Organik, contoh : Selulosa, Polypropilena, High Modulus Polythylena,

Grafit Karbon, Sabut Kelapa, Ijuk, Sabut Kelapa Sawit dan lain-lain.

2. Serat Anorganik, contoh : Asbes, Gelas, Metal, Keramik, Boron dan lain-lain.

Aplikasi dan pemakaian bahwa komposit yang diperkuat dengan serat secara

luas dipakai industri otomotif, industri kapal terbang, industri kapal laut, peralatan

militer dan industri perabotan rumah tangga. Hal ini menunjukkan perkembangan

pesat dari material komposit, karena mempunyai sifat yang lebih unggul, antara lain

sebagai isolator yang baik. Ketahanannya baik terhadap air dan zat kimia. Dengan

demikian bahan komposit tidak dapat berkarat, anti rayap dan tahan lembab. Bahan

komposit alam umumnya berharga murah. Bahan komposit termasuk bahan yang

(20)

2.1.2. Jenis Komposit Serat

Adapun jenis komposit serat yang diperkuat serat yaitu :

1. Komposit serat pendek (Short fiber composite)

2. Komposit serat panjang (Long fiber composite)

I. Komposit serat pendek (Short fiber composite)

Komposit yang diperkuat oleh serat pendek pada umunya menggunakan resin sebagai

matriksnya.

Adapun pengertian dari serat pendek adalah serat dengan perbandingan antara

panjang dan diameternya < 100 mm. Komposit jenis ini dibagi atas:

1. Bahan komposit yang mengandung orientasi bidang acak (Implane Random

Orientation)

Serat cencang (Chopped Strand Mat CSM), CSM ini memiliki distribusi acak dalam

dua dimensi. Pembuatan komposit jenis ini biasanya dilakukan teknik “Hand Lay

Up”. Ukuran serat dapat dipilih untuk mendapatkan perbedaan jumlah penyebaran

serat selama pencetakan.

Dengan adanya distribusi acak, maka akibatnya adalah bahwa nilai fraksi

volum serat lebih rendah dalam komposit sehingga fraksi volum matriks lebih besar,

harga fraksi volum serat acak biasanya berada pada Vf = 0.10-0.30 dari harga

perbandingan komposisi penyusun komposit. Fraksi volum serat yang lebih rendah

akan berkaitan dengan ketidakefisienan balutan dan batasan-batasan dalam proses

pencetakan.

2. Bahan komposit yang diperkuat dengan serat pendek yang terorientasi ataupun

(21)

2.Komposit Serat Panjang(Long Fiber Composite)

Keistimewaan komposit serat panjang adalah lebih mudah diorientasikan. Jika

dibandingkan dengan serat pendek. Walaupun demikian serat pendek memiliki

rancangan lebih banyak. Secara teoritis serat panjang dapat menyalurkan pembebanan

atau tegangan dari suatu titik pemakaiannya. Pada prakteknya, hal ini tidak mungkin

karena variabel pembuatan komposit serat panjang tidak mungkin memperoleh

kekuatan tarik melampaui panjangnya. Perbedaan serat panjang dan serat pendek

yaityu serat pendek dibebani secara tidak langsung atau kelemahan Matriks akan

menentukan sifat dari produk komposit tersebut yakni jauh lebih kecil dibandingkan

dengan besaran yang terdapat pada serat panjang. Bentuk serat panjang memiliki

kemampuan yang tinggi, disamping itu kita tidak perlu memotong-motong serat.

Fungsi penggunaan serat sebagai penguat secara umum adalah sebagai bahan

yang dimaksudkan untuk memperkuat komposit, disamping itu penggunaan serat juga

mengurangi pemakaian resin sehingga akan diperoleh suatu komposit yang lebih kuat,

kokoh dan tangguh jika dibandingkan produk bahan komposit yang tidak

menggunakan serat penguat.

2.2.Penguat Oleh Serat

Pemakaian serat sebagai penguat dalam suatu bahan komposit harus memenuhi

beberapa persyaratan berikut :

1. Memiliki kekuatan lentur dan modulus elastis yang tinggi

2. Permukaan dan diameter harus sama

3. Perbedaan kekuatan diantara serat-serat tunggal harus rendah

(22)

Serat-serat organik dan anorganik umumnya digunakan untuk memperoleh

bahan komposit serat. Serat organik seperti selulosa, propylene, dan serat grafit pada

umumnya dikarakterisasi sebagai bahan yang ringan, lentur, elastik dan peka terhadap

panas, sedangkan serat anorganik seperti gelas dan keramik merupakan serat yang

paling tinggi kekuatannya serta tahan terhadap panas.

2.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi kekuatan Komposit

1. Orientasi Serat

Faktor orientasi serat akan menentukan kekuatan mekanis dari suatu bahan komposit

dan arah dimana kekuatan tersebut yang terbesar. Ada tiga jenis orientasi serat yaitu

penguatan satu dimensi, dua dimensi dan tiga dimensi. Jenis penguatan serat satu

dimensi memiliki kekuatan dan modulus komposit yang maksimum dalam arah

orientasi sumbu serat. Jenis penguatan dua dimensi menunjukkan kekuatan yang

berbeda pada setiap arah orientasi serat. Sedangkan jenis penguatan tiga dimensi

adalah isotropic, artinya komposit akan memiliki kekuatan yang sama pada satu titik.

Sebagai contoh bentuk CSM (random chopped strand mat) pada komposit dianggap

isotropic, sedangkan pada bentuk anyaman (woven roving) menunjukkan sifat yang

berbeda pada setiap titik, maka material ini disebut anisotropic.

Pada anyaman woven roving bentuk susunannya orthogonal maka disebut serat

anisotropic orthogonal atau artotropik. Dengan demikian sifat perilaku material

anisotropic sangat berbeda dengan isotropic. Komposit dengan system seperti woven

roving menunjukkan kekuatan pada arah serat itu lebih besar daripada bukan arah

serat tersebut dan sifat ini juga dipengaruhi fraksi volum serat.

Untuk anyaman satu arah (alignment) kekuatan tariknya lebih besar pada arah

(23)

menanggung beban hanya matriks saja. Ini merupakan prinsip lamina ortotropik yang

berbentuk roving atau fabric, serat-serat arahnya sudah tertentu tidak seperti CSM

(Chopped Strand Mat).

Gambar 1. Bentuk penguatan pada Lamina Ortotropik

(1) Unity rectional roving (2) Woven roving or fabric

Pada bagaian tiga dimensi sifat-sifat mekanik pada setiap arah adalah

sebanding dengan jumlah serat per volumnya yang diorientasikan pada arah serat. Jika

orientasi serat menjadi lebih acak, maka sifat-sifat mekanis pada setiap arah menjadi

lebih rendah. Pada penguatan satu dimensi serat-serat disusun secara searah

sedangkan pada penguatan dua dimensi susunan serat dengan sudut 90o. Susunan serat

secara acak dijumpai pada penguatan tiga dimensi.

2. Panjang Serat

Semua serat yang digunakan secara praktisnya sekarang ini memiliki penampang yang

melingkar baik untuk serat panjang maupun serat pendek. Sementara itu serat gelas,

plastik dan logam telah dihasilkan dalam berbagai bentuk dan ukuran. Pada umumnya

(24)

ini disebabkan kehilangan kecacatan permukaan pada serat. Akan tetapi kekuatan

mekanis juga dipengaruhi sifat dasar serat dan matriks yang digunakan.

2.4 Matriks

Matriks merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mengikat dan menyatukan

serat tanpa bereaksi secara kimia dengan serat yang mempunyai fungsi :

a. Untuk melindungi komposit dari kerusakan mekanik maupun kerusakan

kimiawi.

b. Untuk mengalihkan / meneruskan beban dari luar kepada serat. Hal ini berarti

bahwa matriks menyebarkan dan memisahkan serat sehingga keretakan tidak

dapat berpindah dari satu serat keserat lainnya.

c. Sebagai pengikat.

Pembagian matriks menurut pola pengerjaan pada polimer dikelompokkan

yaitu termoset dan termoplastik. Dimana termoset merupakan polimer tiga dimensi

yang tetap bersifat kaku meskipun memperoleh perlakuan panas atau dengan kata lain

tahan terhadap temperatur tinggi, ini dipengaruhi oleh tipe struktur yang dimilikinya.

Resin thermoset adalah plastik yang berpolimerisasi lagi apabila dipanaskan. Oleh

karena itu panas akan menimbulkan set tambahan. Resin thermoset tidak dapat didaur

ulang karena telah membentuk ikatan silang antara rantai-rantai molekulnya. Sifat

mekanisnya bergantung pada unsur molekuler yang membentuk jaringan, rapat serta

panjang jaringan silang. Proses pembuatannya dapat dilakukan pada suhu kamar

dengan memperhatikan zat kimia yang digunakan, pengontrolan polimerisasi jaringan

silang dilakukan untuk memperoleh nilai jaringan silang dan sifat bahan yang

(25)

Sedangakan termoplastik merupakan polimer satu dimensi yang mempunyai

rigiditas sangat rendah temperatur tinggi. Bahan ini mempunyai keunggulan sebagai

berikut : kerapatannya rendah, tahan terhadap kerusakan kimiawi, bersifat isolator

yang baik tetapi juga mempunyai keterbatasan pemakaian karena sifat-sifat yang

kurang menguntungkan seperti kekuatan dan modulus elastisitasnya yang rendah

dibandingkan logam, koefisien pemuaian yang tinggi. Contohnya antara lain :

Polyetylene (PE), Plypropylene (PP), Polyvynilchlorida (PVC) dan Polystyrene (PS).

2.5.Papan Partikel

Papan partikel adalah lembaran bahan yang mengandung ligno-selulosa seperti

keping, serpih, untai yang disatukan dengan menggunakan bahan pengikat organik

dan dengan memberikan perlakuan panas, tekanan, kadar air, katalis dan sebagainya

(FAO, 1997).

Ada tiga ciri utama papan yang menentukan sifat-sifat papan yaitu : (i) spesies

dan bentuk partikel, (ii) kerapatan dan (iii) kandungan resin dan penyebarannya.

(Haygreen dan Bowyer, 1989). Kerapatan lembaran papan partikel merupakan faktor

penting yang banyak digunakan sebagai pedoman dalam memperoleh gambaran

tentang kekuatan papan yang diinginkan.

Faktor utama yang mempengaruhi kerapatan adalah berat jenis bahan baku dan

pemadatan hamparan pada mesin pengempaan. Kerapatan papan harus lebih tinggi

daripada kerapatan bahan baku untuk mengahsilkan kekuatan papan yang lebih baik

(Sutigno, 1988). Semakin tinggi kerapatan menyeluruh papan dari suatu bahan baku

tertentu, semakin tinggi kekuatannya , namun sifat-sifat papan lain seperti kestabilan

dimensi mungkin terpengaruh jelek oleh naiknya kerapatan (Haygreen dan Bowyer,

(26)

Penggunaan papan partikel sangat luas. Pada sejumlah pemakaian, papan

partikel digunakan sebagai pilihan lain terhadap kayu lapis. Umumnya papan partikel

dapat bersaing secara lebih efektif atas dasar kekuatannya daripada atas ketegarannya

(Haygreen dan Bowyer, 1989). Papan partikel yang umum diproduksi adalah yang

berkerapatan sedang, sebab memberikan hasil yang optimum ditinjau dari segi

mekanis, pemakaian perekat dan aspek ekonomi lainnya. (Djalal, 1984).

2.6. Perekat

Perekat Urea Formaldehida adalah perekat yang banyak digunakan di hampir semua

industri kayu. Perekat ini berbahan dasar urea dan formaldehida. Urea adalah bahan

padat tidak berwarna yang berasal dari reaksi amonia dengan karbon dioksida,

sedangkan formaldehida adalag gas dari metil alkohol (Rayner, 1951).

Perekat Urea Formaldehida adalah resin yang paling umum digunakan untuk

pembuatan papan partikel di Eropa dan Amerika Serikat. Biaya yang relatif rendah

dan siklus pematangan yang pendek adalah dua keuntungan perekat ini (Haygreen dan

Bowyer, 1989). Perekat Urea Formaldehida banyak digunakan untuk penggunaan

interior karena : (i) warnanya terang, (ii) harganya murah, (iii) dapat digunakan

dengan cepat pada suhu dibawah 260oF atau 126,67oC (Koch, 1972).

Kelemahan perekat urea formaldehida yaitu hanya dapat digunakan untuk

kebutuhan interior, dimana tidak dituntut daya tahan yang tinggi terhadap air dan

kelembaban (Maloney, 1977). Hal tersebut disebabkan mudahnya Urea Formaldehida

mengalami kerusakan ikatan hydrogen karena pengaruh kelembaban dan asam

khususnya pada suhu sedang dan suhu tinggi. Dalam air dingin laju kerusakan struktur

resin sangat lambat tapi pada suhu di atas 40oC kerusakan dipercepat dan di atas 60oC

(27)

2.7. Pengempaan

Perekatan partikel terjadi pada saat proses pengempaan dan dipengaruhi oleh suhu,

waktu dan tekanan pengempaan. Suhu pengempaan yang rendah perlu diimbangi

dengan waktu yang lama. Suhu yang terlalu rendah ataupun terlalu tinggi akan

mengurangi keteguhan rekatnya. Masa kempa perlu disesuaikan dengan perekat yang

digunakan serta suhu pada proses pengempaan. Tekanan saat pengempaan biasanya

berkisar 5-25 kg/cm2 (Sutigno, 1988). Suhu pada saat proses kempa berkisar antara

130-150oC dan besarnya tekanan antara 15 kg/cm2-35 kg/cm2 (FAO, 1997).

Penekanan atau pengempaan bertujuan untuk: (i) membantu proses pengaliran

sehingga perekat membentuk lapisan tipis, (ii) membantu proses pemindahan,

sehingga perekat akan dapat berpindah dari satu permukaan ke permukaan lain, (iii)

membantu proses penembusan, sebagian perekat dipaksa masuk ke dalam rongga sel

dari kayu, akibat tekanan ini ada sel kayu yang pecah sehingga dapat dimasuki

perekat, (iv) menahan kayu yang direkat sampai perekat memadat dan (v) membuat

bentuk tertentu pada bahan yang direkat seperti pada pembuatan kayu lapis lengkung

(Sutigno, 1988).

2.8. Standar Mutu Papan Partikel

Standar acuan yang digunakan dalam pembuatan papan serat serat tandan kosong

kelapa sawit adalah Japanesse Industrial Standard (JIS) A 5908-2003. Standar ini

mencakup defenisi, istilah, klasifikasi, syarat mutu, cara pengukuran dimensi, cara

pengambilan contoh, cara pengujian, cara lulus uji, syarat penandaan dan cara

(28)

Tabel 1. Standar Mutu FAO, JIS 5908-2003 dan SNI untuk Papan Partikel

Sifat fisis-mekanis Satuan FAO JIS A

5908-2003

SNI

Kerapatan g/cm3 0,4-0,8 0,5-0,9 0,5-0,9

Kadar Air g/cm3 Maks 12 5-13 Maks 14

Pengembangan Tebal % 5-15 Maks 12 Maks 12

Penyerapan Air % 20-75 td td

Modulus Patah Kg/cm2 100-500 82-184 Min 18

Modulus Elastisitas Kg/cm2 10000-50000 20400-36000 Min 15000

Internal Bond Kg/cm2 2-12 1,5-3,1 Min 1,5

Kuat Pegang Sekrup Kg td 31-51 Min 30

Keterangan : td = tidak dipersyaratkan

Macam papan partikel dan faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel adalah:

1. Berat jenis kayu

Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan berat

jenis kayu harus lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu papannya baik. Pada

keadaan tersebut proses pengempaan berjalan optimal sehingga kontak antar partikel

baik.

2. Zat ekstraktif kayu

Kayu yang berminyak akan menghasilkan papan partikel yang kurang baik

dibandingkan dengan papan dari kayu yang tidak berminyak. Zat ekstraktif semacam

(29)

3. Jenis Kayu

Jenis kayu (misalnya meranti kuning) yang kalau dibuat papan partikel emisi

formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lainnya (misalnya meranti merah). Hal ini

masih diperdebatkan apakah karena pengaruh warna atau zat ekstraktif atau pengaruh

keduanya.

4. Campuran jenis kayu

Keteguhan lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada di antara

keteguhan lentur papan partikel dari jenis tunggalnya, karena itu papan partikel

struktural dibuat dari satu jenis kayu daripada dari campuran jenis kayu.

5. Ukuran partikel

Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat dari

serbuk karena ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu, papan partikel

structural dibuat dari partikel yang relatif panjang dan relatif lebar.

6. Perekat

Macam perekat mempengaruhi sifat papan serat. Penggunaan perekat eksterior

akan mengahsilkan papan eksterior sedangkan pemakaian perekat interior akan

menghasilkan papan partikel interior. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi

penyimpangan, misalnya karena ada perbedaan dalam komposit perekat dan terdapat

banyak sifat papan partikel. Sebagai contoh, penggunaan perekat urea formaldehida

yang kadar formaldehidanya tinggi akan menghasilkan papan partikel yang keteguhan

lentur dan keteguhan rekat internalnya lebih baik tetapi emisi formaldehidanya lebih

jelek.

7. Pengolahan

Proses produksi papan partikel berlangsung secara otomatis. Walaupun

(30)

partikel. Sebagai contoh, kadar air hamparan (campuran partikel dengan perekat) yang

optimum adalah 10-14 %, bila terlalu tinggi keteguhan lentur dan keteguhan rekat

internal papan partikel akan menurun (Sutigno, 2002).

Berdasarkan kerapatannya, papan partikel diklasifikasikan menjadi tiga

golongan, yaitu :

1. Papan partikel berkerapatan rendah (Low Density Particleboard), yaitu papan

yang mempunyai kerapatan 0,25-0,40 g/cm3.

2. Papan partikel yang berkerapatan sedang (Medium Density Particleboard),

yaitu papan yang mempunyai kerapatan 0,40-0,80 g/cm3.

3. Papan partikel yang berkerapatan tinggi (High Density Particleboard), yaitu

papan yang mempunyai kerapatan 0,80-1,20 g/cm3 (Tsoumis, 1991).

Papan partikel merupakan salah satu panel kayu yang memiliki keunggulan

diantaranya adalah harganya relatif murah, cukup tebal, kekuatannya memadai. Tetapi

papan partikel mempunyai ketahanan yang rendah terhadap pengaruh air, yaitu papan

partikel mudah menyerap dan dalam keadaan basah sifat-sifat yang berhubungan

dengan kekuatan menurun drastis (Hadi et al, 1992).

Sifat fisis papan partikel yang telah dimiliki oleh papan tanpa adanya

pengaruh bahan dari luar dan sifatnya tetap. Sifat ini meliputi kerapatan, kadar air,

berat jenis, pengembangan tebal dan penyerapan air (Surjokusumo et al, 1985).

Sifat mekanis kayu dipengaruhi oleh kekuatan dalam menahan beban dari luar.

Sifat ini dipengaruhi oleh kelembaban, kerapatan, suhu dan kerusakan kayu (Tsoumis,

1991).

Sifat fisis dan mekanis papan partikel meliputi kerapatan, kadar air,

(31)

rekat internal. Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan partikel dalam lembaran

yang bergantung pada besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses

pembuatan lembaran. Makin tinggi kerapatan papan partikel yang akan dibuat

semakin besar tekanan yang digunakan pada saat pengempaan. Sedangkan kadar air

papan partikel akan semakin rendah dengan semakin meningkatnya suhu dan semakin

banyaknya perekat yang digunakan karena ikatan antar partikel akan semakin kuat

sehingga air sukar untuk masuk ke dalam papan partikel (Widarmana, 1977).

Semakin tinggi kerapatan papan dari suatu bahan baku maka semakin tinggi

kekuatannya, tetapi kestabilan dimensinya menurun oleh naiknya kerapatan

(Haygreen dan Bowyer, 1989).

Kerapatan papan partikel dipengaruhi oleh kerapatan kayu. Kerapatan papan

partikel merupakan faktor utama dengan kerapatan 5%-20% lebih tinggi dibandingkan

kerapatan kayu. Penambahan perekat akan mempengaruhi kerapatan dan

menghasilkan papan partikel yang lebih berat (Tsoumis, 1991).

2.9. Kelapa Sawit

Kelapa sawit pertama sekali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial

Belanda pada tahun 1848. Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh

investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menginvestasikan

modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Selama

tahun 1990-2000, luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha atau

meningkat 21,5 % jika dibandingkan akhir tahun 1990 yang hanya 11.651.439 ha.

Rata-rata produktivitas kelapa sawit mencapai 1,396 ton/ha/tahun untuk perkebunan

besar. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi bila dibandingkan

(32)

berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap.

Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri

nonpangan seperti kosmetik dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan

sebagai salah satu bahan bakar.

2.9.1. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk

dalam produk utama atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit.

Limbah yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit dapat memberikan manfaat yang

besar bagi kehidupan, di antaranya sebagai pupuk organik dan sebagai arang aktif.

Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit

(TKKS). Pabrik dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar per jam mampu

menghasilkan serat sebanyak 30 ton per hari. Tandan Kosong Kelapa Sawit dapat

menjadi sumber konversi untuk pembuatan serat yang berguna. Serat TKKS memiliki

potensi untuk jadikan produk yang memiliki nilai tambah secara ekonomi, seperti

pembuatan papan partikel, matras dan berbagai produk berlignoselulosa lainnya.

Limbah padat mempunyai cirri khas pada komposisinya. Komponen terbesar dalam

limbah padat tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain yaitu hemiselulosa

(33)

Tabel 2. Komposisi kimiawi TKKS

Komposisi Kadar (%)

Abu 15

Selulosa 40

Lignin 21

Hemiselulosa 24

Sumber : Azemi et al, 1994

2.9.2 Bahan Berlignoselulosa

Selulosa terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai bahan

pembentuk.

Lignin adalah bahan polimer alam kedua yang terbanyak setelah selulosa yang

berada pada dinding sel dan antar sel. Lignin dapat menaikkan sifat-sifat kekuatan

mekanik sedemikian rupa sehingga tumbuhan besar seperti pohon yang tingginya

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Peralatan dan Bahan Pembuatan Papan Serat

3.1.1.Bahan

1. Bahan baku yang digunakan adalah serat tandan kosong kelapa sawit.

2. Bahan perekat yang digunakan adalah Urea Formaldehida. Perekat diperoleh

dari PT. Superin Medan Sumatera Utara. Dengan kekentalan 25 centivoice.

3.1.2.Alat

Peralatan yang dipakai dalam pembuatan papan serat tandan kosong kelapa sawit,

yaitu :

1. Kempa Panas (Hot Psress)

Dengan suhu 140oC, tekanan 25 kg/cm2, lama pengempaan 10 menit yang

berfungsi untuk memberi tekanan pada campuran bahan agar sesuai dengan

pengaturan ketebalan yang diperlukan sehingga menghasilkan papan serat

yang padat.

2. Blender Drum

Berfungsi sebagai tempat pencampuran bahan (serat tandan kosong kelapa

sawit) dengan perekat (Urea Formaldehida)

3. Sprayer Gun

Berfungsi menyemprotkan perekat (Urea Formaldehida) secara merata pada

bahan (serat tandan kosong kelapa sawit)

4. Oven

(35)

5. Cetakan kayu dengan ukuran 25 cm x 25cm

Membentuk ukuran papan serat

6. Plat besi dengan ketebalan 1 cm

Memberikan ketebalan papan serat yang diinginkan

7. Lempeng aluminium 2 buah

Sebagai alas pada bagian atas dan bawah bahan

8. Aluminium Foil

Melapisi lempeng besi bagian atas dan bawah

9. Timbangan

Mengukur massa bahan

10.Neraca Analitik Digital

Mengukur massa perekat, dan mengukur massa Kadar Air dan Pengembangan

Tebal dalam tahap pengujian.

11.Alat-alat lain

Peralatan lain yang digunakan pada saat pembuatan papan serat yaitu :

a. Gunting

b. Beacker glass

c. Millimeter sekrup

d. Spidol

e. Gunting

3.1.2.1.Alat pengujian

Alat yang digunakan adalah Universal Testing Machine (UTM) Lohmann

(36)

3.2 Metode Pembuatan Papan Serat

Metode pembuatan papan serat dari serat tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai

berikut :

a. Persiapan bahan baku

Tandan kosong kelapa sawit dibusukkan selama ± 2 minggu di dalam karung.

Kemudian diserur-serut secara acak menggunakan tangan menjadi partikel-partikel

serat. Serat kemudian direndam selama 24 jam dalam air dingin untuk memisahkan

kotoran dan sisa minyak dalam serat. Kemudian dijemur dibawah terik matahari

hingga kering.

Perekat yang digunakan adalah Urea Formaldehida dengan variasi kadar

perekat 6% ; 8%; 10%; 12%; 14% dari berat sasaran papan partikel (500 gr).

b. Pembuatan Papan Serat

Serat ditimbang kemudian dicampur dengan perekat. Pada tahap ini ada 5 taraf

perlakuan kompisisi perekat yaitu : 6% ; 8%; 10%; 12%; 14%. Pencampuran serat

dengan perekat dilakukan dengan menggunakan sprayer gun dalam blender drum.

Campuran serat dan perekat yang telah merata dibentuk dalam bak papan

berukuran 25 cm x 25 cm. Campuran yang telah berbentuk kemudian diletakkan

diatas lempeng aluminium yang dilapisi aluminium foil dan bagian atas campuran

juga dilapisi dengan aluminium foil dan lempengan aluminium yang sama. Bagian sisi

campuran diganjal dengan plat besi dengan ukuran ketebalan 1cm. Campuran

selanjutnya dikempa dengan menggunakan kempa panas pada suhu 140oC selama 10

(37)

Campuran yang telah dikempa selama 10 menit, kemudian menjadi papan

serat. Papan serat yang telah dibentuk kemudian dibiarkan dalam ruangan selama 7

hari untuk mencapai kadar air kesetimbangan pada suhu kamar. Diagram alir proses

pembuatan papan serat dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Papan Serat

Serat tandan kosong kelapa sawit - perlakuan pembusukan

- pemisahan serat

- perendaman manggunakan air dingin memisahkan sisa kotoran dan minyak dari serat - menggunakan sprayer gun

Pembentukan

- menggunakan cetakan kayu 25 cm x 25 cm

(38)

Pengujian sifat fisis - kerapatan - daya serap air - kadar air

- pengembangan tebal

Pengujian sifat mekanik - keteguhan rekat (IB) - Kuat pegang sekrup - MOR

- MOE

Data

Analisa data

(39)

3.3.Pembuatan Contoh Uji

Pengujian papan serat didasarkan pada standar JIS A 5908-2003. Pola pemotongan

contoh uji dan metode pengujian sifat-sifat fisis dan mekanis lembaran papan serat

mengikuti standar Japanesse Industrial Standard (JIS) A 5908-2003 seperti yang

tertera pada gambar berikut:

Gambar 3. Contoh Uji Papan Serat Mengacu pada JIS A 5908-2003

Keterangan :

A = contoh uji kadar air dan kerapatan

B = contoh uji Modulus Elastisitas (MOE) dan Modulus Patah (MOR)

C = contoh uji daya serap air dan pengembangan tebal

D = contoh uji keteguhan rekat (Internal Bond)

E = contih uji kuat pegang sekrup B

A

C D

(40)

Papan yang telah terbentuk akan dipotong berdasarkan ukuran tertentu.

Tabel 3 dibawah ini akan menunjukkan ukuran dan jumlah contoh uji papan serat.

Tabel 3. Ukuran dan Jumlah Contoh Uji Papan Serat.

No Macam Pengujian Ukuran

(mm)

3.4 Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis

3.4.1. Pengujian Sifat Fisis

3.4.1.1 Kerapatan

Kerapatan merupakan sifat fisis papan serat yang paling penting. Kerapatan

didefenisikan sebagai berikut :

(41)

3.4.1.2. Daya Serap Air (DSA)

Contoh uji berukuran 5 x 5 x 1 cm3. Pengukuran daya serap air dilakukan

dengan mengukur massa awal (B1), kemudian diberikan perlakuan perendaman dalam

air dingin selama 24 jam dan diukur kembali massanya (B2).

Nilai Daya serap air papan partikel dapat dihitung dengan :

Daya Serap Air (DSA) (%) = 100%

Penetapan kadar air pada contoh uji 10 x 10 x 1 cm3 dihitung dengan rumus :

KA = 100%

B0 = massa awal contoh uji setelah pengkondisian (gr)

(42)

3.4.1.4 Pengembangan Tebal (PT)

Pengembangan tebal dihitung atas tebal sebelum dan sesudah perendaman

dalam air dingin selama 24 jam pada contoh uji berukuran 5 x 5 x 1 cm3.

PT = pengembangan tebal

T1 = tebal contoh uji sebelum perendaman (cm)

T2 = tebal contoh uji setelah perendaman (cm)

3.4.2. Pengujian Sifat Mekanik

3.4.2.1. Keteguhan Rekat (Internal Bond = IB)

Keteguhan rekat (internal bond) pada contoh uji 5 x 5 x 1 cm3 dihitung dengan

menggunakan rumus :

IB = X100%

A P

Keterangan :

IB = internal bond (keteguhan rekat) (kg/cm2)

P = gaya maksimum yang bekerja (kg)

A = luas permukaan contoh uji (cm2)

3.4.2.2. Kuat Pegang Sekrup

Contoh uji berukuran 10 x 5 x 1 cm3 diuji dengan menggunakan sekrup

berdiameter 2,7 mm, panjang 16 mm dimasukkan hingga mencapai kedalaman 8 mm.

Nilai kuat pegang sekrup dinyatakan oleh besarnya beban maksimum yang dicapai

(43)

3.4.2.3. MOE dan MOR

Modulus patah (MOR) pada contoh uji berukuran 20 x 5 x 1 cm3 dihitung

dengan menggunakan rumus :

MOR = 2

Adapun pola pembentukan uji MOR dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Pola pembentukan uji MOR

Beban (B)

Contoh uji

penyangga

Modulus elastisitas (MOE) pada contoh uji yang bersamaan dengan modulus patah

dihitung dengan menggunakan rumus :

(44)

Keterangan :

MOE = modulus elastisitas (kg / cm2)

∆B = selang beban (kg)

S = jarak sangga (cm)

∆D = deflesi (cm)

l = lebar contoh uji (cm)

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sifat Fisis

4.1.1.Kerapatan

Kerapatan adalah massa per unit volume. Volume papan serat akan sangat

dipengaruhi oleh tekanan kempa pada saat pembuatan papan. Kerapatan sangat

berpengaruh terhadap sifat fisika dan mekanik.

Grafik kerapatan rata-rata papan serat dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5. Grafik Uji Kerapatan Papan Serat Terhadap Variasi

Perekat.

Gambar diatas memperlihatkan bahwa nilai kerapatan papan serat yang

terendah sampai yang tertinggi adalah papan serat dengan kadar perekat 14 % dengan

nilai kerapatan rata-rata 0,72 gr / cm3 dan pada kadar perekat 12 % dengan nilai

kerapatan rata-rata 0,79 gr / cm3. Nilai kerapatan papan serat berkisar antara 0,72-0,79

gr / cm3. Papan serat tersebut termasuk ke dalam kategori papan serat berkerapatan

(46)

sedang (Tsoumis, 1991). Dan kerapatan ini juga memenuhi persyaratan JIS A

5908-2003 karena nilainya berada pada di antara 0,5-0,9 gr/cm3.

Kerapatan papan serat dipengaruhi oleh berat jenis partikel yang digunakan.

Semakin besar berat jenis partikel maka semakin besar kerapatan papan serat. Berat

jenis juga ditentukan oleh kandungan air yang terdapat pada serat. Data uji kerapatan

(47)

Kadar Air Dan

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Kerapatan dan Uji Kadar Air(KA)

(48)

4.1.2. Kadar Air

Kadar air papan serat adalah jumlah air yang masih tinggal di dalam rongga sel dan

antar serat selama proses pengerasan perekat dengan kempa panas. Kadar air

ditentukan oleh kadar air sebelum dikempa panas, jumlah air yang terkandung dalam

perekat dan kelembeban udara sekeliling. Pengujian kadar air perlu dilakukan karena

kadar air menentukan kualitas papan serat.

Grafik kadar air papan serat dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 6. Grafik Uji Kadar Air Papan Serat Terhadap Variasi

Perekat.

Nilai kadar air berkisar antara 7,94 % sampai 13,61%. Nilai Kadar air papan

serat yang telah dibuat memenuhi standar JIS A 5908-2003 yaitu 5 % sampai 13%.

Adanya kecenderungan penurunan nilai kadar air sehubungan adanya faktor lain yang

diduga dapat mempengaruhi kadar air papan serat adalah kadar air partikel dan

perekat serta suhu dan lama pengempaan. Suhu dan lama pengempaan harus

disesuaikan dengan jenis perekat dan kadar air bahan. Pengaturan faktor-faktor

tersebut sangat penting agar kadar air papan serat dapat memenuhi standard. Data

hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada tabel 4.

(49)

4.1.3. Daya Serap Air (DSA)

Daya serap air merupakan sifat fisis papan serat yang mencerminkan kemampuan

papan untuk menyerap air sewaktu direndam dengan air. Daya serap air dipengaruhi

oleh banyaknya rongga/pori pada papan serat dan mudah atau tidaknya bahan

penyusun papan serat menyerap air.

Data hasil pengujian daya serap air papan serat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Data hasil pengujian daya serap air papan serat

(50)

Grafik daya serap air rata-rata dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 7. Grafik Uji Daya Serap Air Papan Serat Terhadap Variasi

Perekat

. Gambar diatas memperlihatkan bahwa nilai daya serap air papan serat yang

terendah sampai yang tertinggi adalah papan serat dengan kadar perekat 14 %, nilai

daya serap air rata 120,55 % dan pada kadar perekat 6 %, nilai daya serap air

rata-rata 273,32 %. Jadi, nilai daya serap air papan serat yang dihasilkan berkisar antara

120,55% sampai 273,32%. Japanesse Industrial Standard (JIS) A 5908-2003 tidak

mensyaratkan nilai daya serap air papan serat.

Pengembangan tebal yang tinggi adalah akibat dari banyaknya air yang diserap

oleh papan serat. Masuknya air ke dalam papan serat dipengaruhi oleh banyaknya pori

papan serat dan penyerapan air oleh partikel penyusun papan serat.

Tingginya nilai daya serap air papan serat cenderung diakibatkan oleh sifat

tandan kosong kelapa sawit yang mudah menyerap air. Serat tandan kosong kelapa

sawit memiliki nilai daya serap air tinggi karena kadar air papan serat yang rendah dan

(51)

tidak adanya perlakuan khusus terhadap permukaan serat sehingga papan ini akan

lebih banyak menyerap air dibandingkan papan dari jenis bahan yang lain.

4.1.4. Pengembangan Tebal (PT)

Pengembangan tebal adalah pertambahan tebal papan serat setelah mengalami

proses perendaman. Nilai rata-rata pengembangan papan serat setelah direndam dalam

air selama 24 jam adalah 55,78 % sampai 599,62%. Pengujian pengembangan tebal

papan serat ini tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 karena tingginya nilai

penyerapan air oleh papan serat. Masuknya air ke dalam papan serat dipengaruhi oleh

banyaknya pori papan serat dan penyerapan air oleh serat penyusun papan serat. Data

hasil pengujian pengembangan tebal papan serat dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 6. Data hasil pengujian pengembangan tebal papan serat.

(52)

Grafik pengembangan tebal dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 8. Grafik Pengembangan Tebal Papan Serat Terhadap Variasi

Perekat.

Selain tekanan, kadar perekat juga berpengaruh nyata terhadap nilai

pengembangan tebal. Untuk memperbaiki sifat pengembangan tebal papan partikel

dapat dilakukan dengan menambahkan bahan pengisi (filler). Filler yang dapat

ditambahkan adalah tepung tempurung kelapa dan tepung kayu. Filler diharapkan

dapat mengisi ruang-ruang antar partikel sehingga tidak mudah dimasuki oleh air.

Penambahan filler dapat mengubah sifat perekat dan dapat menaikkan keteguhan rekat

(Sutigno, 1988).

4.2. Sifat Mekanis

Kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk suatu bahan disebut sifat

mekanisnya. Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikul beban atau

gaya yang mengenainya. Ketahanan terhadap perubahan bentuk menentukan

banyaknya bahan yang dimampatkan, terpuntir, atau terlengkung oleh suatu beban

yang mengenainya (Haygreen dan Bowyer, 1989).

(53)

4.2.1 Modulus Patah (MOR)

Modulus patah (MOR) adalah keteguhan patah dari suatu papan yang dinyatakan

dalam besarnya tegangan per satuan luas. MOR dapat dihitung dengan menentukan

besarnya tegangan dari papan pada beban maksimum (Maloney, 1977). MOR ini

merupakan salah satu sifat yang paling penting pada papan serat karena menunjukkan

kekuatan papan serat tersebut dalam menahan beban yang dikenakan padanya

(Haygreen dan Bowyer, 1989).

Papan serat yang dibuat memiliki nilai Modulus Of Rupture (MOR) antara

145,32 kg/cm2 sampai 285,22 kg/cm2. Nilai keseluruhan MOR dapat dilihat pada tabel

(54)

MOR (Keteguhan Patah)

Tabel 7. Data Hasil Pengujian MOR Papan Partikel.

(55)

Nilai tersebut memenuhi standar JIS A 5908-2003 yaitu 82 kg/cm2 sampai 184

kg/cm2. Gambar berikut menunjukkan nilai MOR papan serat.

Gambar 9. Grafik Uji MOR Terhadap Variasi Perekat.

Semakin tinggi besar perekat maka semakin tinggi nilai MOR yang dihasilkan.

Hal ini diduga karena perekat yang lebih banyak mampu menghasilkan ikatan atau

perekatan antar serat sehingga kekuatan papan serat yang dihasilkan menjadi lebih

baik. Peningkatan perekat dapat meningkatkan nilai MOR (Maloney, 1977).

4.2.2 Modulus Elastisitas (MOE)

Modulus Elastisitas (MOE) merupakan ukuran ketahanan terhadap pembengkokan.

MOE ini berhubungan dengan kekuatan papan. Semakin besar ketahanannya terhadap

perubahan bentuk, semakin tinggi MOE papan. MOE akan meningkat dengan

bertambahnya panjang dan lebar serat berkurangnya ketebalan serat yang digunakan

(Sutigno, 1994).

Nilai MOE yang dihasilkan antara 6215,5 kg/cm2 sampai 18160,1 kg/cm2.

Nilai keseluruhan MOE dapat dilihat pada data berikut:

(56)

MOE (Keteguhan Lentur)

Tabel 8. Data Hasil Pengujian MOE Papan Partikel.

(57)

Nilai tersebut masih jauh dari standar JIS 5908-2003 karena kurang dari 20.400

kg/cm2. Gambar berikut menunjukkan nilai MOE berdasarkan variasi perekat.

Gambar 10. Grafik Uji MOE Terhadap Variasi Perekat.

Nilai MOE yang dihasilkan jauh di bawah standar JIS A 5908-2003. Hal ini

diduga karena tidak adanya ikatan yang kuat diantara rongga-rongga papan serat.

Perekatan yang terjadi diduga bukan merupakan perekatan spesifik. Perekatan yang

terjadi hanya perekatan mekanik tidak sempurna.

4.2.3 Keteguhan Rekat (Internal Bond = IB)

Keteguhan rekat internal adalah suatu nilai yang menunjukkan ikatan antar serat

sehingga rekat internal ini dapat digunakan sebagai petunjuk yang baik dalam

menentukan kualitas papan serat yang dihasilkan (Haygreen dan Bowyer, 1989). Data

IB yang dihasilkan dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 9. Data hasil pengujian Internal Bond (IB) papan serat.

(58)

6 3 25 33.2 1.328

Gambar dibawah ini menunjukkan hasil uji keseluruhan IB.

Gambar 11. Grafik Uji Internal Bond (IB) Terhadap Variasi Perekat.

Grafik pada gambar diatas menunjukkan bahwa nilai IB mengalami

kecenderungan naik seiring dengan naiknya perekat. Nilai IB yang dihasilkan antara

1,056 kg/cm2 sampai 1,834 kg/cm2. Nilai tersebut memenuhi standar JIS A 5908-2003

yaitu 1,5 kg/cm2 sampai 3,1 kg/cm2.

Perekat yang lebih banyak mampu menghasilkan nilai IB yang lebih tinggi.

Hal ini diduga karena perekat yang lebih banyak dapat mengisi ruang-ruang antar

serat sehingga proses perekatannya dapat berlangsung baik. Adanya perekatan yang

baik dapat menahan tarikan dari mesin penguji lebih lama sehingga diperlukan beban

(59)

yang lebih besar untuk merusak daya rekat papan serat. Salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas papan serat adalah perekat. Peningkatan kadar perekat dapat

meningkatkan IB (Maloney, 1977).

4.2.4. Kuat Pegang Sekrup

Salah satu sifat mekanis papan serat yang tidak kalah penting adalah kuat pegang

sekrup. Kuat pegang sekrup adalah kekuatan papan serat dalam menahan sekrup yang

ditancapkan ke dalamnya. Papan serat yang digunakan untuk bahan bangunan dan

furniture harus memiliki kekuatan cabut sekrup yang baik. Nilai yang disyaratkan oleh

JIS A 5908-2003 adalah 31-51 kg. Gambar berikut menunjukkan grafik kuat pegang

sekrup arah tegak lurus papan serat.

Gambar 12. Grafik Uji Kuat Pegang Sekrup Tegak Lurus Permukaan Terhadap

(60)

Data hasil uji kuat pegang sekrup dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 10. Data hasil pengujian kuat pegang sekrup papan serat.

No UF Ulangan

Nilai kuat pegang sekrup arah tegak lurus yang dihasilkan tidak memenuhi

standar JIS A 5908-2003 karena berada pada 53,6 kg sampai 81,33 kg. Kekuatan

pegang sekrup papan serat semakin meningkat seiring banyaknya perekat yang

digunakan. Hal ini diduga karena semakin banyak perekat yang digunakan mampu

meningkatkan perekatan antar serat. Perekat yang lebih banyak diduga mengisi

permukaan antar serat lebih luas sehingga mampu menahan sekrup lebih kuat.

Kekuatan menahan sekrup penting untuk kegunaan perabot rumah tangga, kabinet dan

bagian-bagian industri yang lain. Kekuatan menahan paku dan sekrup sebagian besar

ditentukan oleh kerapatan papan dan kandungan resin (Heygreen dan Bowyer, 1989).

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kuat pegang sekrup adalah dalam

penggunaan perekat serta pemberian tekanan yang sesuai karena hal ini berhubungan

(61)

sekrup semakin besar karena papan serat yang lebih rapat dapat lebih mengikat sekrup

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil pengujian berbagai sifat fisis dan mekanis papan serat yang menggunakan

serat tandan kosong kelapa sawit dengan variasi perekat 6%, 8%, 10% 12% dan 14%

dapat disimpulkan bahwa :

1. Serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan untuk

pembuatan papan serat dengan menggunakan perekat urea formeldehida. Sifat

fisis yang diuji pada penelitian ini meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air

dan pengembangan tebal. Sifat mekanik yang diuji meliputi keteguhan lentur

(MOE dan MOR), keteguhan rekat internal (internal bond) dan kuat pegang

sekrup tegak lurus.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan papan partikel serat tandan

kosong kelapa sawit berkisar antara 0,72-0,79 gr / cm3. Kadar air papan

partikel berkisar antara 7,94 % sampai 13,61%. Daya serap air papan partikel

berkisar antara 120,55% sampai 273,32%. Nilai pengembangan tebal berkisar

antara 55,78 % sampai 599,62%. Nilai MOR berkisar antara 145,32 kg/cm2

sampai 285,22 kg/cm2, sedangkan nilai MOE berkisar antara 6215,6 kg/cm2

sampai 18160,1 kg/cm2. Nilai IB berkisar antara 1,056 kg/cm2 sampai 1,834

kg/cm2 dan nilai kuat pegang sekrup tegak lurus berkisar antara 53,6 kg

sampai 81,33 kg.

Secara keseluruhan nilai sifat fisis yang memenuhi standar JIS A 5908-2003

(63)

standar JIS A 5908-2003 yaitu keteguhan rekat internal (internal bond) dan

MOR.

3. Faktor perekat berpengaruh nyata terhadap uji MOE, kuat pegang sekrup,

pengembangan tebal.

4. Hasil penelitian ini memang belum dapat mengahsilkan papan serat yang

memiliki sifat fisis dan mekanik yang sepenuhnya memenuhi standar, namun

upaya pemanfaatan serat tandan kosong kelapa sawit memiliki keuntungan

lain. Pemanfaatan serat tandan kosong kelapa sawit mempunyai dampak

terhadap lingkungan karena menggunakan sumber daya yang terbuang

sehingga dapat menghasilkan material baru dan dapat meminimalkan

pemakaian kayu yang berasal dari hutan dimana ketersediaannya semakin

terbatas.

5.2 Saran

1. Pemanfaatan serat tandan kosong kelapa sawit harus dilakukan hingga

menemukan titik optimal. Penelitian lanjutan harus dilakukan untuk dapat

meningkatkan nilai sifat mekanik papan serat sehingga sumber daya serat

tandan kosong kelapa sawit tidak terbuang percuma dan memiliki nilai

ekonomis.

2. Perlu dilakukan pengujian emisi formaldehida untuk mengetahui seberapa

besar emisi yang dikeluarkan oleh papan serat serat tandan kosong kelapa

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Djalal, M. 1984. Peranan Kerapatan Kayu dan Kerapatan Lembaran Dalam Usaha Perbaikan Sifat-Sifat Mekanik dan Stabilitas Dimensi Papan Partikel dari

Beberapa Jenis Kayu dan Campurannya. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana, IPB, Bogor.

Dorel Feldman dan Anton, J. 1995. Bahan Polimer Konstruksi Bangunan. Terbitan Pertama. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

FAO. 1997. Fiberboard and Particle Board. FAO. Geneva.

Hadi, Y.S., H.Gunawan dan S.Danu. 1992. Pengaruh Konsentrasi Epoksi Akrilat dan Jenis Radiasi Terhadap Sifat Permukaan Papan Partikel. Buletin Jurusan Teknik Hasil Hutan.

Haygreen, J.G dan Bowyer,J.L. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Penganta. Terjemahan. Gajah Mada University. Yogyakarta.

Iskandar, M. 2009. Proses Pembuatan Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

JIS. 2003. Mutu Papan Partikel. JIS A 5908-2003. Terjemahan. Japanesse Standards Association.

Koch, P. 1972. Untilization of The Southern Pines. Agriculture Handbook No. 420. U.S. Department of Agriculture Forest Service. Washington.

Maloney, T.M. 1977. Modern Particleboard and Dry Procces Fiberboard

Manufacturing. Miller Freeman. San Francisco.

Murjanto, T.M. 1997. Pengaruh Penambahan Pengawet Permetrin Pada Perekat Urea Formaldehida Terhadap Sifat Papan Partikel Kayu Karet (Havea Brasilliensis,

Muel. Arg). Jurusan Teknologo Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Universitas

Winaya Mukti. Jatimangor.

Pizzi, A. 1983. Wood Adhesive, Chemistry and Technology. Marcel Dekker, Inc. New York.

Rayner, C.A. 1951. Structural Adhesives: The Theory and Practice of Gluing with

Syntetic Resin. Lange, Maxwell & Springer Ltd. London.

Rozak, M., et, al. Standar Papan Partikel Datar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

(65)

SNI. 1996. Mutu Papan Partikel. SNI 03-2105-1996. Dewan Standarisasi Nasional (DSN). Jakarta.

Surjokusuno, S. , Sucahyo dan T.J.D. Raharjo. 1985. Pengujian Sifat Fisik-Mekanik Tujuh Jenis Kayu Kurang Dikenal Dalam Rangka Pemanfaatannya Sebagai Bahan Bangunan. Proyek Penelitian Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber-Sumber Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutigno, P. 1988. Perekat dan Perekatan. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

_______. 1991. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Kayu Majemuk Perkembangan dan Masa Depannya di Indonesia. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

_______. 1994. Teknologi Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor.

Suwardi, S. 1982. Pengaruh Bahan Penguat Pada Bahan Perekat Terhadap Sifat-Sifat Papan Partikel. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tata Surdia dan Shinroku Saito, 2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Cetakan keenam. Pradnya Paramita.

Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood. Van Nostran. New York.

Widarmana, S. 1977. Panil-Panil Berasal Dari Kayu Sebagai Bahan Bangunan. Dalam: Surjokusumo, S dan T.R. Mardikanto (Eds). Risalah (Proccedings). Seminar Penerapan Teknologi Kayu Modern Untuk Membangun Konstruksi Kayu di Indonesia. Pengurus Pusat Persaki. Bogor.

Yan Fauzi, et, al. 2008 Kelapa Sawit. Seri Agribisnis. Edisi Revisi. Cetakan 23. Terbitan Penebar Swadaya. Jakarta.

(66)

LAMPIRAN 1

Gambar Universal Testing Machine (UTM) Lohmann

Gambar Mesin Pemotong Papan Partikel

(67)

LAMPIRAN 2

Gambar Papan Serat

Gambar Cetakan Kayu

(68)

LAMPIRAN 3

Gambar Uji Kuat Pegang Sekrup

Gambar Uji MOR

Gambar

Tabel 2. Komposisi kimiawi TKKS
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Papan Serat
Gambar 3. Contoh Uji Papan Serat Mengacu pada JIS A 5908-2003
Tabel 3 dibawah ini akan menunjukkan ukuran dan jumlah contoh uji papan serat.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelimpahan limbah Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mikrokristal selulosa karena kandungan selulosanya yang cukup tinggi..

Kata Kunci : Tandan Kosong Kelapa Sawit, Papan Partikel, Pengujian

“PENGARUH WAKTU PENGEMPAAN TERHADAP KEKUATAN BENDING PAPAN KOMPOSIT DARI SERAT KELAPA SAWIT YANG DI ALKALISASI.. NaOH DENGAN PEREKAT

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui rendemen dan mutu furfural yang diperoleh dari fraksi penyusun Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).. Fraksi yang digunakan adalah

Lama waktu perlakuan alkali pada serat tandan kosong kelapa sawit adalah 30,. 60, 90, dan

Likuida Kayu Karet dan Perekat Urea Formaldehid Terhadap Kualitas Papan Partikel4. (Particle Board) dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) ”

1, Januari 2016 ISSN : 2502-2040 38 Sunardi, dkk; Pemanfaatan Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Penguat Papan Partikel Dengan Variasi Fraksi Volume Serat HASIL DAN

Pemanfaatan Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Penguat Papan Partikel Dengan Variasi Fraksi Volume Serat.. Pengaruh Fotografi Makro sebagai Media Pembelajaran untuk Menarik Minat