PERBANDINGAN FUNGSI SOSIAL MINUMAN BERALKOHOL PADA MASYARAKAT BATAK DAN MASYARAKAT JEPANG
BATAKU SAKAI TO NIHON SHAKAI NI ARUKORU GA ARU NOMIMONO NO SHAKAI TEKINA KINO NO HIKAKU
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
HOTMAN NAIBAHO NIM: 030708023
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN BAB I:
1.1. Latar Belakang Masalah………1
1.2. Perumusan Masalah………...4
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan………5
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori………...5
1.4.1 Tinjauan Pustaka………5
1.4.2 Kerangka Teori………...7
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….9
1.5.1 Tujuan Penelitian………....9
1.5.2 Manfaat Penelitian………..9
1.6 Metode Penelitian ……….9
1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……….9
1.6.2 Metode dan Tehnik Pengkajian Data ………10
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG SAKE DAN TUAK 2.1. Sejarah Perkembangan Tuak………11
2.1.1. Arti Tuak bagi Suku Batak………12
2.1.2. Tuak dalam Adat Batak……….13
2.2. Proses Pembuatan Tuak………....15
2.2.2. Tuak dari Batang Kelapa………..17
2.3. Sejarah Perkembangan Sake………19
2.3.1. Arti Sake Bagi Orang Jepang………...23
2.3.2. Sake Dalam Tradisi Jepang………...23
2.4. Proses Pembuatan Sake………25
2.5. Perbandingan………...28
BAB III : PERBANDINGAN FUNGSI SOSIAL MINUMAN BERALKOHOL PADA MASYARAKAT DAN MASYARAKAT JEPANG 3.1. Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Bagi Masyarakat Batak……….30
3.1.1 Fungsi Tuak dalam Upacara Adat……….34
3.1.2 Lapo Tuak………..38
3.2 Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Dalam Masyarakat Jepang…………..41
3.2..1. Fungsi Sake dalam Upacara Adat………49
3.2.2. Izakaya……….54
3.3. Perbandingan………...56
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan……….59
4.2. Saran………60
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pokoknya, minuman adalah setiap cairan yang dapat diminum kecuali
obat-obatan. Secara garis besarnya, minuman dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar
yaitu:
1. Minuman tak beralkohol
2. Minuman beralkohol
Minuman beralkohol adalah minuman yang digunakan sebagai sarana untuk
menghangatkan tubuh, tapi selain itu dapat juga di pakai sebagai minuman kebersamaan
dan banyak fungsi lainnya. Minum, minuman beralkohol bagi beberapa bangsa sudah
menjadi kebiasaan dan kebudayaan, contohnya Jepang dengan sakenya dan Indonesia
pada suku Batak dengan tuaknya.
Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Siti, 2001:116),
sehubungan dengan itu, E.B.Taylor (dalam Ahmadi 1997:57) mengatakan bahwa
kebudayaan merupakan jalinan secara keseluruhan yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, keseniaan, moral, keagamaan, hukum, adat-istiadat serta kebiasaan yang
dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.
Budaya suatu bangsa sangat menentukan dalam hal pembentukan karakter dan
perilaku hidup suatu bangsa yang bersangkutan. Suatu bangsa yang memiliki budaya
tingkat kemajuan dalam kehidupannya sehari hari, tentunya dengan cara dan kemampuan
berpikir yang pasti lebih baik, lebih maju dan beradab.
Di daerah pulau Sumatra bagian utara terutama di sekitar Danau Toba merupakan
tempat berdiamnya suku Batak Toba. Suku Batak merupakan salah satu dari sekian
banyak suku-suku yang ada di Indonesia dan mempunyai tingkat kebudayaan yang tinggi
pula. Suku Batak dalam kemajemukannya memiliki cara hidup yang berbeda dari suku
suku lain. Dalam hal tertentu orang Batak sangat terikat oleh adat istiadat mereka dan itu
tidak meluntur sekalipun mereka hidup di luar kampung halamannya (Bruner,1968:7).
Orang Batak juga sangat senang dalam berkumpul, bila orang Batak terutama
kaum laki-laki berkumpul biasanya mereka senang untuk minum tuak.Di sekitar tempat
orang Batak biasanya banyak warung tuak atau yang lebih dikenal dengan lapo tuak,
kebiasaan minum tuak merupakan salah satu kebudayaan batak.
Tuak adalah minuman khas orang batak yang mengandung kadar alkohol yang
rendah dan airnya diambil dari pohon kelapa atau aren. Penyadap (orang yang mengambil
tuak) tuak disebut paragat (agat sama dengan semacam pisau yang dipakai waktu
menyadap tuak) dalam bahasa Batak Toba. Setelah dipukul tandannya berulang-ulang
dengan alat dari kayu yang disebut balbal-balbal selama beberapa minggu, baru dipotong
mayangnya dan kemudian membungkus ujung tandan tersebut dengan obat (kapur sirih
atau keladi yang ditumbuk) selama dua-tiga hari. Dengan prosedur ini maka akan
menghasilkan air tuak. Seorang paragat menyadap tuak dari batang kelapa maupun
batang aren dua kali sehari, yaitu pagi dan sore. Tuak yang ditampung pagi hari
sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya cocok rasanya dan alkoholnya. Raru inilah
yang mengakibatkan peragian, di daerah Tapanuli Utara, biasanya laki-laki yang
menyelesaikan kerjanya berkumpul di lapo (tempat menjual tuak) pada sore hari. Mereka berbincang-bincang, menyanyi, memain kartu, bercatur dan menonton televisi, sambil
minum tuak. Pada umumnya seorang biasa minum tuak beberapa gelas sehari. Tuak
selain digunakan untuk acara berkumpul sehari-hari juga digunakan dalam acara adat dan
juga dapat di gunakan bagi wanita yang baru saja melahirkan, menurut wanita yang baru
melahirkan anak minum tuak untuk memperlancar air susunya dan berkeringat banyak
guna mengeluarkan kotoran-kotoran dari badannya.
Di Jepang sake dikenal sebagai minuman nasional (Tsujita dan Llyod,2002:57),
tapi orang Jepang menganggap sake lebih dari sekedar minuman beralkohol biasa, karena
sake mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan sehari hari diantaranya di gunakan
sebagai simbol pada matsuri tertentu yang dapat mengidentifikasikan makna yang
berhubungan dengan religi.
Matsuri (祭り) merupakan bagian dari religi dan budaya, karena pada dasarnya
matsuri adalah festival suci (Danandjadja, 1997:164).Dalam kepercayaan Shinto, sake
merupakan minuman dewa, karena itu wajib digunakan dalam ritual-ritual suci.
Menurut Lawanda (2004:33), beberapa matsuri atau festival suci berasal dari
upacara penanaman padi dan upacara kesejahteraan spiritual penduduk desa setempat..
Festival seperti ini di ambil dari situs-situs Shinto kuno yang bertujuan mendamaikan hati
tanah pertanian mereka. Penganut Budha dan Shinto juga menganggap sake sebagai
minuman yang istimewa terutama untuk pertemuan-pertemuan penting, baik upacara
keagamaan maupun tradisi-tradisi kebudayaan. Pada umumnya setiap keluarga di Jepang
menyimpan sake sebagai suguhan pada altar leluhur mereka.
Selain itu, sake juga dikenal sebagai minuman yang menciptakan suasana santai,
pada umumnya kepribadian orang Jepang bersifat tertutup dan sulit dipahami, demikian
sake dapat juga menjadi sarana untuk mengenal dan menjadi akrab dengan orang lain .
Untuk lebih memahami bagaimana pandangan dan konsep pemikiran masyarakat
Batak Toba dan masyarakat Jepang dalam hal minum sake dan tuak, maka penulis
tertarik untuk membahasnya, dengan mengangkat penelitian dengan judul
“Perbandingan Fungsi Sosial Minuman Beralkohol pada Masyarakat Batak dan Masyarakat Jepang”
1.2 Perumusan Masalah
Masyarakat Jepang sangat senang dengan minuman yang beralkohol begitu pun
dengan Suku Batak. Suku Batak memakai tuak sebagai sarana keakraban dan juga dalam
pesta-pesta adat bahkan tuak dapat digunakan sebagai obat dan digunakan juga pada
makanan.
Sake merupakan minuman yang istimewa bagi orang Jepang karena selain
digunakan untuk suguhan kepada tamu sake juga digunakan untuk memuja arwah leluhur
oleh keluarga di Jepang digunakan juga sebagai campuran beberapa makanan. Dalam
Sake dan tuak ternyata mempunyai masalah dalam penggunaannya, untuk itu penulis
tertarik untuk membahas beberapa masalah tersebut antara lain :
1. Bagaimana fungsi sosial sake dan tuak dalam kehidupan bermasyarakat?
2. Bagaimana perbandingan fungsi sake dan tuak dalam upacara adat dan ritual-
ritual masyarakat?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk menghindari luasnya ruang lingkup permasalahan maka dalam hal ini,
penulis hanya membahas tentang keterkaitan nilai-nilai budaya yang menyangkut fungsi
sake dalam kehidupan sehari hari masyarakat Jepang dan fungsi tuak dalam kehidupan
suku Batak Toba. Untuk membahas keterkaitan tersebut penulis akan membahas fungsi
sosial pada sake dan tuak secara terfokus. Fungsi sake dan tuak secara sosial akan
membahas penggunaannya dalam kehidupan sehari hari, kemudian akan di bahas tradisi
penggunaannya
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas peranan-peranan dan
kelompok-kelompok yang saling berkaitan serta saling mempengaruhi, yang mana kelakuan dan
tindakan manusia diwujudkan (Suparlan,1980:2)
Kebudayaan mencakup seluruh aspek kehidupan yang meliputi keseluruhan
bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, kesenian dan benda-benda lain yang merupakan
Tuak di gunakan oleh suku Batak Toba sebagai sarana berinteraksi dalam
bermasyarakat, di daerah Tapanuli biasanya laki-laki yang menyelesaikan kerjanya
berkumpul di lapo tuak pada sore hari, mereka berbincang-bincang, menyanyi dan bermain kartu. Lapo tuak sebagai suatu arena, merupakan suatu wadah dimana setiap
anggota masyarakat dapat datang dan berkumpul serta berkomunikasi satu dengan yang
lainnya sesuai dengan pengetahuan kebudayaan setiap anggota masyarakat
(Ginzel,1984:7).
Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (arenga pinata) atau bisa juga disebut dengan nira.di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh baik
dan subur pada daerah daerah yang tanahnya subur, yaitu pada ketinggian 500-800m di
atas permukaan laut (Sunanto 1983:17), pada ketinggian kurang dari 800 m, tanaman
aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan.
Lapo tuak sebagai suatu arena, merupakan wadah dimana setiap anggota masyarakat dapat datang dan berkumpul sesuai dengan pengetahuan kebudayaan setiap
anggota masyarakat (Spradley, 1975:5-7). Kegiatan tersebut menimbulkan
hubungan-hubungan sosial yang akan nampak menjadi jaringan sosial, yaitu pengelompokan yang
terdiri dari sejumlah orang, yang masing-masing mempunyai identitas sendiri yang
dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui hubungan–hubungan sosial, sehingga
mereka dapat dikelompokkan menjadi satu kesatuan sosial. Biasanya hubungan mereka
itu tidak resmi, karena mereka tidak sadar akan keanggotaannya dan karena jaringan
sosial itu belum tentu terwujud sebagai suatu organisasi atau perkumpulan yang resmi
Sake meruapakan minuman beralkohol khas Jepang yang terbuat dari beras atau
ketan diragikan, di Jepang biasa disebut dengan seishu atau nihongshu. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dengan minuman beralkohol yang berasal dari barat
(Danadjaja,1997:287). Minuman ini mempunyai aroma yang mirip dengan tape beras dari
Indonesia. Menurut Rowland (1992:23) pada umumnya sake dipanaskan dengan hati-hati
dalam sebuah tabung keramik hingga mencapai tingkat kepanasan 110-120 derajat
Farenheit, dan kemudian diminum dengan sebuah cangkir yang disebut dengan o-chako
atau guinomi. Bagi kaum laki-laki Jepang, minum sake merupakan bentuk pergaulan sosial. Pergaulan sosial merupakan bagian kegiatan sosial yang dilakukan bersama-sama
dalam suatu masyarakat. Pergaulan sosial akan menuntut adanya norma-norma dan nilai-
nilai moral yang disepakati bersama (Velasques,2005:427). Adanya norma dan nilai
moral menyebabkan ketentuan yang menekankan keharusan mempertahankan
keselarasan harmoni agar perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan berjalan dengan
semestinya. Hal seperti ini telah mengakar dan membudaya dalam masyarakat Jepang .
1.4.2 Kerangka Teori
Kerangka teori menurut Koentjaraningrat (1976:11) berfungsi sebagai pendorong
proses berfikir dedukatif yang bergerak dari alam abstrak ke alam kongkrit. Suatu teori
dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta
kongkrit yang tak terbilang banyaknya dalam kehidupan masyarakat yang harus
diperhatikan.
Dalam hal ini penulis akan mempergunakan teori komperatif sesuai dengan
yang bekerja dengan fakta-fakta yang berasal dari macam-macam budaya dan dari
seluruh masyarakat dunia dalam hal mencari keumuman dari bahan itu harus
mempergunakan metode komperatif yang dimulai dari metode klasifikasi” .
Pembahasan fungsi sake dan tuak berkaitan dengan fungsi dan lambang dan tanda
yang termasuk dalam bahasa semiotika, oleh karena itu penulis menggunakan pendekatan
semiotika dalam penelitian ini.
Menurut Van Luxemburg (1986:46) sermiotika adalah ilmu yang mempelajari
tanda-tanda, lambang-lambang, dan proses perlambangan. Ilmu tentang semiotik ini
menganggap bahwa fenomena sosial ataupun masyarakat dan kebudayaan itu merupakan
tanda- tanda.
Tanda dan lambang akan menghasilkan arti, karena itu dalam pembahasan ini
mencakup teori tanda atau semiotik semantik, yaitu ilmu tanda yang berhubungan dengan
makna.teori, Perre dalam Djajasudarma (1999:21) berpendapat bahwa makna adalah isi
komunikasi yang dapat membuahkan informasi tertentu.
Berdasarkan teori semiotika tersebut di atas penulis dapat mengiterpertasikan
kebudayaan atau kebiasaan masyarakat tersebut kedalam tanda. Tanda-tanda tersebut
akan diinterpretasikan dan kemudian akan dipilih bagian mana saja yang akan
mencerminkan adanya perbandingan antara sake dan tuak tersebut.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
1. Untuk mengetahui fungsi sake dan tuak, serta mengetahui penggunaannya baik
dalam upacara upacara adat maupun fungsi lainnya.
2. Untuk mengggambarkan lebih jelas, dan untuk mengetahui bagaimana
perbandingan sake di Jepang dan tuak di dalam suku Batak.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca yang
tertarik pada topik yang diteliti oleh penulis.
2. Dapat dipergunakan sebagai referensi oleh penulis lain dalam menulis skripsi
yang berhubungan dengan topik seperti yang diteliti oleh penulis.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data tertulis, penulis mengggunakan tehnik pengumpulan data
secara studi kepustakaan, dalam hal ini penulis memanfaatkan perpustakaan Konsulat
Jendral Jepang, perpustakaan umum Universitas Sumatra Utara, dan perpustakaan
Jurusan Sastra Jepang, yaitu dengan membaca buku-buku yang relevan dengan penelitian
ini. Selain itu peneliti juga menggunakan tehnik pengumpulan data secara studi lapangan
berupa wawancara langsung (interview) yaitu dengan mengadakan komunikasi langsung
dengan peneliti dan orang-orang yang dapat memberikan informasi yang berhubungan
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan buku-buku bahasa asing, . Jadi
penerjemah buku-buku tersebut juga menggunakan teori- teori terjemahan .
Menurut Wardoyo (1997:199) bahwa menerjemahkan adalah pemindahan pesan atau
amanat yang terdapat dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran dengan mencari
padanan yang terdekat dari segi gaya bahasa. Metode ini dikembangkan dengan tehnik
sadap yaitu dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan
sebagai tehnik lanjutan, penulis menggunakan tehnik catat, yaitu dengan mencatat data
data tertulis yang di peroleh dari metode metode yang digunakan.
1.6.2 Metode dan Tehnik Pengkajian Data
Setelah data diperoleh dan dikumpulkan maka dilakukan pengkajian data. Dalam
pengkajian data, tehnik yang digunakan adalah metode deskriptif. Yang termasuk
kedalam cakupan penelitian kualitatif dan pendekatan semiotik. Menurut
Koentjaraningrat (1976:30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif adalah penelitian
yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan,gejala, atau kelompok tertentu.
Sebagai tambahan penulis juga memanfaatkan berbagai website atau situs yang
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TUAK DAN SAKE
2.1 Sejarah perkembangan Tuak
Tuak adah minuman beralkohol khas Batak, yang terbuat dari batang kelapa atau
batang Aren yang di ambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru, Ada juga tuak
yang tidak dicampur dengan raru atau yang disebut dengan tuak tangkasan, tuak ini dahulu dipakai untuk upacara adat, tuak tangkasan berasal dari mayang bagot yang mana
pohon bagot ini dulunya menurut seorang tokoh yang berasal dari balige berasal dari
seorang putri yang bernama Putri si boru Sorbajati yang dipaksa orang tuanya kawin
dengan seorang laki-laki cacat yang tidak disukainya. Tetapi karena tekanan orang tua
yang sudah menerima uang mahar, si boru Sorbajati meminta agar dibunyikan gendang di
mana dia menari dan akan menentukan sikap. Sewaktu menari di rumah, tiba-tiba dia
melompat ke halaman sehingga terbenam ke dalam tanah. Kemudian dia menjelma
tumbuh sebagai pohon bagot, sehingga tuak itu disebut aek (air) Sorbajati. Karena perbuatan yang membunuh diri itu dianggap sebagai perbuatan terlarang, maka tuak tidak
dimasukkan pada sajian untuk Dewata. Tuak hanya menjadi sajian untuk roh-roh nenek
moyang..
Dahulu tuak bukanlah sebuah minuman yang dapat diperdagangkan tetapi hanya
untuk diminum sendiri, sesudah zaman nomensen maka perubahan terjadi dimana tuak
sudah mulai diperdagangkan.Laki laki batak pada masa lampau sesudah bekerja di sawah
ataupun diladang mereka kemudian berkumpul melepaskan lelah sambil bercerita cerita.
melingkupi hal-hal yang berhubungan dengan adat, politik, keluarga, agama, masalah
pertanian, maupun masalah-masalah lainnya, tempat-tempat berkumpul itu sekaligus
tempat untuk menanamkan pengetahuan terhadap budaya Batak.
Dalam perkembangan selanjutnya terasa bahwa tempat-tempat berkumpul orang
Batak sudah tidak ideal lagi, serta lingkungan sudah tidak lagi mendukung untuk
memberikan tuak secara garatis kepada masyarakat, maka timbullah istilah lapo yang
berasal dari kata lepau dan yang berarti kedai tempat berjualan dan yang mana kedai ini
lebih terkenal dengan istilah lapo tuak, dilapo inilah orang batak biasanya bertemu selepas pulang bekerja untuk bersantai sambil bercerita,bernyanyi dan sambil menikmati
tuak dan makanan khas batak lainnnya.
2.1.1 Arti Tuak Bagi Suku Batak
Tuak adalah minuman penting di kawasan Tapanuli Utara diminum waktu santai,
pesta, kelahiran anak, perkawinan, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat.
Orang yang baru pulang bekerja terutama kaum laki-laki biasanya akan singgah
terlebih dahulu di lapo tuak, sambil bersantai dan berbincang bincang dengan rekan
kerjanya. Biasanya Suku Batak dalam sebuah pesta akan menghadirkan tuak, menurut
mereka seandainya orang minum tuak akan semakin lancar dalam berbicara dan orang
tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya.
Tuak mempunyai arti yang khusus bagi Suku Batak karena tuak dapat digunakan
sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga minuman
Pada masa lampau, ibu-ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan akan
diberikan tuak untuk diminum dengan harapan ASI (Air Susu Ibu) dapat keluar dengan
banyak. Hal ini akan menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi kuat karena tidak
kehabisan ASI sebelum waktunya . Selain itu ibu-ibu yang baru melahirkan juga diberi
makanan berupa ayam cincang yang dicampur dengan tuak, makanan tersebut diberi
nama bangun-bangun itu adalah agar ibu-ibu yang baru melahirkan menjadi pulih
kembali kekuatannya
2.1.2 Tuak Dalam Adat batak
Tuak yang ada hubungannya dengan adat adalah tuak tangkasan: tuak yang tidak bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis ksrena manisnya maka disebut tuak na tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan ialah tuak asli yang diambil langsung
dari pohon enau pada pagi hari tampa bercampur dengan ramuan lain.
Dalam adat Batak seperti manulangi biasanya dalam acara ini tuak akan
digunakan. Bila seseorang sudah lanjut usia, mulai sakit sakitan maka untuk melewati
masa ini ada upacara yang harus dilaluinya. Upacara tersebut disebut dengan manulangi ,
yang asal katanya dari sulang artinya suap. Upacara ini biasanya diselaenggarakan oleh
anak-anak atau cucu-cucu dari orang tua yang akan disulangi. Dalam upacara tersebut
orang tua yang akan diupacarakan menerima suapan makanan dan minuman dari
anak-anak dan cucunya. Artinya bahwa tanggung jawab dan kewajiban orang tua telah
dialihkan kepada turunannya, serta dengan harapan bahwa segala berkat yang ada pada
orang tua tersebut akan juga dialami oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Setelah upacara
lagi dalam acara adat, maka dalam acara ini akan disediakan tuak tangkasan, ihan batak,(ikan khusus di batak yang besarnya lebih dari ikan emas tetapi sekarang sudah
jarang di temukan di Danau Toba),dan air sitio-tio yaitu air jernih. Maksud diberikan semuanya itu sebagai permohonan agar niat dan tujuan manulangi berjalan dengan baik.
Bila sebelum acara manulangi itu orang tua yang akan diupacarakan itu
meninggal maka anak ataupun cucunya tidak mempunyai hak lagi dalam adat karena
anaknya dianggap bersalah, terkecuali bila anak tersebut meminta maaf kepada orang
tuanya melalui pengetua adat dengan cara membayar utang adat sebagai tanda denda dan
perasaan bersalah.setelah itu barulah anak atau cucu itu dimaafkan dan boleh mengikuti
acara adat lagi. Upacara ini dapat dilakukan bila anak-anak ataupun cucu-cucu baru
bertemu dengan orang tua setelah lama tidak berjumpa juga bagi anak perempuan yang
kawin lari, setelah menikah dia bersama suaminya datang dan manulangi sebagi tanda
maaf dan membayar utang adat.
Pada saat seseorang anak baru lahir, saudara laki-laki dari ibu yang disebut tulang
memberikan selendang kepada anak tersebut yang disebut parompa. Parompa asal kata dari ompa gendong yang adalah alat untuk menggendong (mangompa). Sebagai tanda
terima kasih atas pemberian tulang, orang tua anak tersebut akan memberikan uang
dengan pengertian untuk dapat memperoleh tuak manis. Pemberian ini disebut parsituak na tonggi. Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan bagi kita mengapa bukan langsung
tuak yang diberikan, ini berkenaan dengan pemikiran bahwa orang yang memberikan
parompa bertempat tinggal jauh, sedangkan tuak tidak tahan lama, oleh karena itu maka
akan lebih baik memberikan uang dari pada tuak secara langsung ,karena dengan
tukar-menukar yangt seimbang atau (balance recipority), dimana seorang terhadap yang
lain merasa layak untuk memberi dan diberi.
Parsituak na tonggi juga diberikan kepada pihak pemberi gadis yang disebut dengan hula-hula dan ini yang dianggap paling penting karena bila memberi parsituak na
tonggi kepada hula-hula maka pihak penerima gadis (boru) menganggapo bahwa selama tujuh turunannya tidak akan mengalami mara bahaya, oleh karena itu tuak juga dianggap
sebagai minuman hula-hula. Hal ini berkaitan dengan prinsip orang batak bahwa jika tidak ada hula-hula maka tidak akan ada penerus keturunan, oleh karena itu hula hula
dianggap penting dan mempunyai kedudukan tinggi dibanding dengan boru (anak
perempuan) dan dengan dongan sabutuha (keluarga lainnya)
Dalam hal ini tuak dianggap sebagai minuman kehormatan sehingga hanya
diberikan kepada hula-hula seperti halnya bila diberikan kepada raja-raja adat serta
orang-orang yang dihormati masyarakat .
2.2 Proses Pembuatan Tuak
Proses pembuatan tuak bagi menjadi dua yaitu ada tuak yang terbuat dari batang
Aren dan batang kelapa, masing-masing pembuat tuak atau yang disebut dengan paragat
mempunyai resep masing-masing dalam membuat tuak, biasanya resep ini akan
turun-temurun kepada anak-anak pembuat tuak tersebut.
2.2.1 Tuak dari batang aren
Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga
pinnata). Kalau dalam bahasa Indonesia, sadapan dari enau atau aren disebut nira. Nira
manis dan yang pahit (mengandung alkohol).
Hatta Sunanto (1983:17), seorang Insinyur pertanian, menerangkan "Di Indonesia,
tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang
tanahnya subur pada ketinggian 500-800m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah
yang mempunyai ketinggian kurang dari 500m dan lebih dari 800m, tanaman aren tetap
dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan”..Pohon enau atau aren
dinamai bagot dalam bahasa Batak Toba. Di kecamatan Balige yang berketinggian sekitar
900m di atas permukaan laut, banyak bagot tumbuh sendiri dan bagot inilah yang tetap
digunakan untuk menyadap tuak.
Penyadap tuak disebut paragat (semacam pisau yang dipakai waktu menyadap tuak). Setelah dipukul tandannya berulang-ulang dengan alat dari kayu yang disebut
balbal-balbal selama beberapa minggu, setelah itu mayangnya sudah dapat dipotong.,
kemudian ujung tandan tersebut dibungkus dengan obat (kapur sirih atau keladi yang
ditumbuk) selama dua-tiga hari. Dengan prosedur ini barulah mulai datang airnya dengan
lancar.
Seorang peragat menyadap tuak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.Tuak
yang ditampung pagi hari dikumpulkan di rumah paragat. Setelah ujicoba rasanya,
paragat memasukkan ke dalam bak tuak sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya cocok rasanya dan alkoholnya. raru inilah yang mengakibatkan peragian.
Resep membuat tuak berbeda-beda sedikit demi sedikit tergantung para paragat.
Resep masing-masing boleh dikatakan sebagai rahasia perusahaan, maka tidak menjadi
masalah siapa pun bisa berhasil sebagai paragat. Paragat harus belajar dahulu cara
rahasia pengolahan tuak tersebut. Tapi biasanya, tidak ada paragat perempuan, mungkin
karena kegiatan paragat sehari-hari yang turun ke jurang, menaiki pohon aren dan
membawa tuak yang tertampung ke kampung sangat keras untuk perempuan..Sebagian
paragat membuka kedai tuak sendiri, tetapi pada umumnya sebagian besar paragat
menjual tuak kepada kedai atau agen tuak.
2.2.2 Tuak dari batang kelapa
Produksi dan distribusi tuak dari batang kelapa hampir sama dengan yang di
ambil dari batang aren. Di Medan Pohon aren tidak dapat tumbuh karena sejajar dengan
permukaan air laut,maka tuak di sadap dari batang kelapa, untuk membuat tuak harus
terlebih dahulu memanjat pohon kelapa.
Manggar ialah bakal buah kelapa yang umurnya sekitar tiga bulan. Artinya,
manggar sudah tua, tetapi belum muncul kelapanya. Manggar muda belum banyak
niranya, sementara yang sudah keluar kelapanya sudah tidak bisa disadap. Penyadapan
dilakukan dengan memotong ujung manggar sekitar lima sentimeter. Setelah itu, selama
tiga hari setiap pagi dan sore ujung manggar tersebut dipotong lagi sekitar satu sentimeter
hingga akhirnya mengeluarkan nira. "Nira baru dapat keluar kira-kira tiga hari setelah
pemotongan pertama Setelah mengeluarkan nira, pelepah yang membungkus manggar
dapat dibuka. Manggar selanjutnya disatukan dan diikat kuat lalu diarahkan ke bawah
supaya nira dapat menetes. Tetesan nira itulah yang kemudian ditampung di
jerigen-jerigen.
Manggar yang baik, dapat terus meneteskan nira hingga satu bulan. Sementara
biasanya dimiliki pohon kelapa lokal berumur di atas enam tahun yang daunnya tampak
mengkilap dan turun ke bawah. Di setiap pohon, dalam waktu yang sama sebaiknya
hanya ada dua manggar yang disadap. Sebab, jika terlalu banyak manggar yang disadap,
kualitas dan kuantitas nira yang dihasilkan akan berkurang, Setiap pagi antara pukul
08.00 hingga 10.00, nira yang sudah ditampung itu diambil para peragat dan kemudian
diolah. Sorenya para peragat harus kembali memanjat untuk memotong manggar agar
nira tetap menetes. Dalam sehari para paragat biasanya hanya bisa memanjat menyadap
20 pohon. Lebih dari itu, mereka mengaku tidak kuat
Untuk memaksimalkan nira yang didapat, setiap dua minggu sekali mereka
mencari manggar baru untuk disadap. Jadi, meski pohon yang disadap terbatas, jumlah
tuak yang mereka peroleh relatif stabil, setiap hari antara 25 sampai 30 liter, tuak hasil
sadapan yang berwarna putih seperti susu itu lalu disaring hingga benar-benar bersih.
Penyaringan kadang harus dilakukan sampai tiga kali karena tuak yang diambil dari
pucuk pohon kelapa sering bercampur dengan sisa-sisa potongan manggar atau lebah
pencari tuak
Setelah bersih, di dalam tuak yang rasanya manis itu lalu dimasukkan potongan
kulit pohon (kulit raru). Kulit raru dapat digunakan hingga empat kali. Setelah itu harus
dibuang karena sarinya sudah habis, hal ini bias diketahui dengan melihat bahwa kulit
raru tersebut telah layu dan warnanya berubah dari cokelat segar menjadi keputih-putihan.
Setelah direndam selama enam sampai delapan jam di dalam tuak, kulit raru diambil lagi
dan dicampurkan dengan tuak. Jika kulit pohon raru yang direndam terlalu banyak, tuak
akan berwarna cokelat dan rasanya terlalu pahit. Dan kalau kurang, tuak akan manis dan
botol tuak, biasanya tuak akan bertahan sekitar dua hari. Setelah itu, tuak harus dibuang
karena rasanya sudah masam.
2.3 Sejarah Perkembangan Sake
Sake adalah minuman beralkohol tradisional Jepang yang terbuat dari beras. Sake
pertama kali di buat sekitar 2000 tahun yang lalu, saat masyarakat jepang mulai
mempraktekkan budaya menanam padi di sawah. Sejak saat itu sake mempunyai peranan
penting dalam budaya dan sejarah Jepang. Biasanya minuman ini dikaitkan dengan
berbagai matsuri pada masyarakat pertanian. Orang Jepang percaya bahwa sake mewarisi
kesakralan padi sehingga selalu digunakan dalam ritual-ritual Shinto. Hal ini dari
kepercayaan bahwa padi diaanugrahkan bagi masyaakat Jepang oleh dewi Ameterasu
omikami.
Pada jaman dahulu,pembuatan sake pada umumnya hanya dilakukan di
istana-istana kaisar atau di kelenteng-kelenteng Budha dan kuil-kuil Shinto. Rakyat jelata di
Jepang mulai dapat membuat sake sejak akhir abad ke-12.hal ini terjadi karena pada saat
itu ada undang-undang yang membatasi penggunaan atau pembuatan sake. Sake menjadi
minuman penting di Jepang sehingga pada akhirnya pemerintah pada tahun 1300
mengijinkan produksi sake secara menyeluruh di seluruh negri. Beberapa tahun
kemudian tempat produksi sake menyebar ke seluruh negeri dengan daerah produksi
terbesar berpusat di prefektur-prefektur Kyoto dan Hyogo.
Penyebaran tempat produksi, berdampak positif pada perkembangan proses
produksi. Pada mulanya,semua sake berwarna keruh hingga seorang pekerja di salah satu
mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah revolusi industri di Jepang pada abad
ke-19, yang memperkenalkan sistem permesinan sehingga memudahkan produksi sake.
Dalam situs www.wikipedia.com dijabarkan bahwa perkembangan sake mempunyi
peranan tersendiri dalam budaya Jepang, dimana keberadaanya telah mempengaruhi
negeri dalam beberapa jaman pemerintahan berikut.
a. Zaman Yayoi.
Zaman ini merupakan masa permulaan orang Jepang mempraktekkan kegiatan
bercorak tanam. Selain itu pada jaman ini pula dibuat sake pertama yang disebut
Kuchikami no sake yang berarti sake kunyahan mulut. Proses awal ini dilakukan dengan
dengan mengunyah beras, biji-bijian dan kacang-kacangan kemudian meludahnya
kedalam baskom besar.
Selama mengunyah enzim dalam air ludah mengubah zat tepung menjadi zat gula
atau glukosa sehingga mudah difermentasi dengan ragi .cara tersebut merupakan cara
yang paling primitive untuk membuat sake . Pembuatan sake dengan cara ini telah
dihentikan sejak ditemukan bahwa koji dan ragi dapat membantu proses fermentasi.
b. Zaman Nara
Pada zaman ini sake diproduksi dengan menambakan koji dalam proses pembuatannya. Jamur beras dengan nama latin Aspergillus oryzae ini terbukti mampu meningkatkan kualitas sake. Sake pada zaman Nara dapat dinikmati ole masyarakat kelas
atas. Dan seiring meningkatnya sistem hukum dan perintahan maka dibentuk suatu
lembaga yang disebut sake no tsukasa. Tugas lembaga ini adalah menjaga dan mengatur
c. Zaman Heian
Sake masih merupakan barang mewah yang hanya dapat dinikmati masyarakat
kelas atas. Sake menjadi sangat populer sehingga dibentuklah organisasi khusus yang
beranggotakan toji) atau pembuat sake. Organisasi ini bertekad merintis berbagai teknik
untuk lebih meningkatkan kualitas sake. Ketekunan para toji membuahkan hasil dengan ditemukanna tehnik dengan mengurangi kandungan alkohol.
d. Zaman Kamakura periode muromachi dan azuci momoyama
Pada zaman ini pihak kuil dan pemujaan Shinto mengambil alih organisasi
pembuatan sake yang dulunya dikususkan untuk pemerintah. Selama masa tersebut sake
menjadi barang dagangan penting sama seperti beras. Oleh karena itu untuk pertama
kalinya diproduksi sake bagi masyarakat biasa.keadaan tersebut membuat daerah Kyoto
menjadi makmur, dan setelah dibentuknya usaha untuk umum produksi sake menjadi
didominasi oleh masyarakat setempat.
e. Zaman Edo
Pada awal zaman Edo sake diproduksi lima kali dalam setahun. Para toji
memperhatikan bahwa diantara lima kali produksi, ternyata yang mempunyai kualitas
sake yang terbaik adalah sake yang dibuat pada musim dingin. Hal ini membuat para
pembuat sake mengerti pentingnya pengaruh faktor cuaca. Selain itu, pada zaman ini
ditemukan tehnik pasteurisasi sebagai upaya untuk memastikan bakteri-bakteri yang
merugikan dalam sake.
f. Zaman Meizi
Pemerintah menetapkan hukum tertulis mengenai sake selama restorasi meiji.
untuk mendirikan dan mengembangkan tempat produksi sake. Namun setiap produksi
sake akan dikenakan wajib pajak. Akibat kebijakan itu, tiga puluh ribu usaha produksi
sake yang tersebar di seluruh negri mengalami kebangkrutan, yang mampu bertahan
adalah para tuan tanah yang sangat kaya yang memiliki hasil panen yang melimpah.
Tahun 1888 produksi sake masih dikemas dalam tong kayu, dan beberapa tahun
kemudian sake mulai dikemas dalam botol standart 1,8 liter yang disebut Isshobin.
Diakhir zaman Meiji teori kimia diakui sangat membantu proses fermentasi. Karena itu didirikan pusat penelitian untuk mengembangkan dan menguji system cepat produksi
sake.
Selama PD II Negara Jepang mengalami kekurangan pasokan beras, akibatnya
terjadi sedikit perubahan dalam proses produksi. Gula dan Alkohol ditambahkan berhasil
memenuhi kekurangan pasokan sake sehingga masih digunakan sampai sekarang. Saat ini
ada kurang lebih tiga ribu sake di Jepang. Produksi sake terpenting terdapat di
prefekturr-prefektur Kyoto dan Hyogo.
2.3.1 Arti Sake Bagi Masyarakat Jepang
Bagi masyarakat Jepang, meneguk minuman beralkohol sudah menjadi budaya
keseharian mereka,. Sake, Shochu, Hopposhu, bir, dan anggur lumrah dikonsumsi semua
kalangan. Sake mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat Jepang.di samping
sebagai usaha menjalin kerjasama yang bersahabat atau upaya untuk menciptakan
hubungan yang akrab, minum sake juga dapat diartikan sebuah isyarat untuk
memudahkan komunikasi secara terbuka antara anggota dalam kelompok sosial di
menjaga sikap demi harmonisnya suatu hubungan, oleh karena itu dengan minum sake
semuanya itu menjadi tidak berlaku lagi.
2.3.2 Sake Dalam Tradisi Jepang
Sake adalah minuman tradisional yang berada di Jepang Minuman tradisional ini
biasanya akan diminum dalam cangkir yang kecil. Hal ini berkaitan dengan tradisi Jepang
Kuno. Nenek moyang orang Jepang selalu makan dengan tempat yang terbuat dari kulit
kerang besar. Sedangkan kulit kerang kecil digunakan sebagai cawan air. Maka, saat ini
minuman harus selalu ditempatkan di wadah kecil. Sedangkan makanan dalam wadah
yang lebih besar. Setiap orang yang hendak minum, harus menuangkannya untuk
temannya terlebih dulu. Pada acara minum, pantang menuangkannya untuk diri sendiri.
Mabuk setelah minum sake adalah hal yang biasa. Apalagi minuman dengan
kadar alkohol tinggi ini (sekitar 20%). Sejak remaja mereka sudah boleh minum sake.
Namun, tentunya hanya satu atau dua cangkir. Sake selalu disajikan dalam tiga kategori.
Dari yang biasa sampai spesial. Jenis sake yang paling biasa disebut nikyu Kualitas yang diatasnya ikkyu. Sedangkan yang spesial disebut tokkyu. Untuk acara seperti pernikahan,
perayaan karena promosi jabatan atau hanya sekedar makan malam romantis biasanya
akan menggunakan sake spesial. Tingginya kadar alkohol di dalam sake membuat kesan
orang Jepang suka sekali mabuk. Selain sake, mereka juga suka sekali minum whiski dan
bir.serta minuman beralkohol lainnya.
Selain ketiga hal diatas, banyak tradisi lain yang menarik. Saling bertukar kartu
nama seperti yang sering dilakukan oleh orang Indonesia saat bertemu kenalan baru.
nama adalah hal yang penting seperti halnya telepon genggam. Sebagian besar
perusahaan Jepang mencetak kartu nama karyawannya dengan kertas dan bentuk yang
menarik. Semakin bagus kartu namanya, semakin bergengsi perusahaannya.
Sake juga selalu dipakai dalam beberapa upacara tradisional Jepang seperti
upacara matsuri yaitu upacara keagamaan untuk mengundang para dewa, atau terjadinya pertemuan antara manusia dan dewa untuk memohon petunjuk kesejahteraan.
Penyelenggaraan matsuri yang sifatnya besar-besaran diselenggarakan didaerah perkotaan sedangkan yang sederhana diselenggarakan di daerah pedesaan, sebagian dari
matsuri masih diadakan secara tradisional, namun sebagian lagi sudah disesuaikan
dengan jaman modern. Minum sake saat berlangsungnya matsuri adalah symbol untuk
bersatu dengan dewa (Lawanda, 2004: 23) selain itu pada masyarakat pertanian padi sake
adalah symbol kesakralan yang dipersembahkan untuk menyenangkan dewa penguasa
panen.
2.4 Proses Pembuatan Sake
Walaupun pabrik-pabrik besar telah mempergunakan system computer untuk
mengendalikan proses pembuatan sake, namun proses pembuatannya tidak banyak
mengalami perubahan sejak jaman dahulu. Secara tradisional sake dibuat dengan tangan
dibawah pengawasan seorang ahli yang berpengalaman. Sampai sekarang industri rumah
tangga yang memproduksi sake masih mepertahankan cara pembuatan secara tradisional
ini. Sake difermentasikan pada suhu terdingin dimusim dingin dengan mempergunakan
beras yang dipanen pada musim gugur. Setelah prose fermentasi selesai,sake siap melalui
pemilik perusahaan sake.walaupu sake yang baru ini sudah enak namun aromanya masih
belum sempurna. Untuk itu sake didiamkan sementara waktu agar aromanya menjadi
lebih lembut. Menurut Gautner (2000:19-25) sake dibuat melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Penggilingan beras (seimaibuai)
Hal pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan sake adalah menggiling
beras atau seimaibuai. Seimaibuai adalah proses menggiling beras untuk mengambil bagian tengah butir beras yang mengandung zat tepung. Bagian luar butir beras di buang
karena banyak mengandung lemak, protein serta zat lain yang bersifat merugikan ketika
difermentasikan. Dengan menggiling beras semaksimal mungkin maka zat-zat tersebut
dapat dikikis sehingga menghasilkan sake yang berkualitas.
2. Perendaman dan Pengukusan
Beras yang digiling, dicuci untuk menghilangkan bubuk putih (nuka) yang
tertinggal akibat penggilingan. Mencuci beras harus dilakukan secara perlahan untuk
menjaga agar butirnya tetap utuh. Setelah dicuci beras kemudian dikukus hingga bagian
luarnya sedikit keras tapi lembut di bagian dalamnya. Selanjutnya beras ditebar diatas
tikar tatami supaya dingin merata.
3.Pembuatan Nasi Koji (Seigaku)
Pembuatan Nasi koji merupakan yang terpenting diantara serangkaian diantara
berbentuk bubuk hijau tua diatas nasi kukus yang telah didinginkan, kemudian
difeermentasikan diruang khusus dengan kelembapan tinggi dengan suhu yang terjaga.
Selama 40-45 jam kemudian perkembangan nasi koji dicek untuk dilakukan pengadukan.
Proses pembuatan nasi Koji dianggap selesai jika butiran nasi terlihat samara seperti
butiran es dan berbau. Dalam sekali produksi sake, pembuatan nasi koji dilakukan
sebanyak 4 kali, dan semuanya difermentasikan dengan cara yang sama,. Setelah proses
fermentasi selesai, nasi koji segera digunakan untuk tahap fermentasi selanjutnya
4.Peragian
Tahap selanjutnya adalah mencampurkan nasi koji yang telah difermentasikan
dengan nasi kukus,air dan sejumlah ragi untuk difermentasikan selama lebih kurang dua
minggu.Takaran satu sedok ragi dapat mencapai lebih dari 100 juta sel ragi. Sel-sel
tersebut akan mengubah glukosa pada nasi menjadi alkohol dan karbondioksida.
5. Bubur
Campuran pada tahap peragian kemudian dipindahkan ke tangki yang lebih besar.
Selanjutnya ditambahkan banyak nasi kukus, nasi koji yang telah difermentasikan dengan
air. Penambahan dilakukan 3 kali berturut-turut selama 4 hari hingga kondisinya seperti
bubur. Setelah itu bubur dibiarkan mengalami fermentasi selama 18-32 hari dengan suhu
6.Pengepresan (Joso)
Bubur yang telah difermentasikan akan membentuk kasu yang banyak mengandung cairan sake. Kasu adalah ampas yang berbentuk padatan putih sisa
fermentasi. Kasu dipres dengan mesin sehingga keluar cairan sake.
7. Filtrasi (roka)
Tahap selanjutnya disebut filtrasi atau tahap penyaringan. Sake yang baru di pres
masih berwarna keruh, karena itu disaring dengan saringan kayu yang disebut fune. Cara penyaringan menjadi salah satu faktor yang membedakan setiap produksi sake.
8. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah suatu proses mematikan bakteri-bakteri yang membahayakan
kesehatan sehingga sake aman untuk diminum. Proses ini dilakukan dengan memanaskan
sake dengan cepat melalui pipa yang terendam dengan air panas. Sebelum dipanaskan
biasanya sake akan dipasteurisai sebanyak 2 kali.
9. Aging
Aging adalah tahap penuaan sake yang merupakan tahap akhir dari serangkaian
proses pembuatan sake. Aging pada umumnya berlangsung sekitar 6 bulan. Tujuan utama
Aging adalah untuk menyempurnakan rasa sake. Semakin lama sake mengalami
aging,maka rasanya akan semakin sempurna dan sake tersebut menjadi berharga.
Penambahan alkohol pada semua jenis sake dilakukan pada tahap ini dan pada tahap ini
2.5 Perbandingan
Bagi masyarkat Batak tuak adalah minuman Khas yang diminati oleh semua
elemen masyarakat. Tuak di ambil dari batang aren dan batang kelapa. Tuak yang ada
hubungannya dengan adat disebut dengan tuak takkasan yang belum di campur dengan
apapun. Tuak tidak dimasukkan kedalam minuman dewata karena berhubungna dengan
cerita masyarakat Batak yang mana pelaku sejarah mengandakan bunuh diri sehingga
hanya digunakan sebagai sajian untuk para arwah-arwah nenek moyang yang sudah
meninggal. Sedangkan sake adalah minuman beralkohol Khas masyarakat Jepang yang
terbuat dari beras. Orang Jepang percaya bahwa sake mewarisi kesakralan padi sehingga
selalu digunakan untuk ritual-ritual agama Shinto. Sake termasuk minuman untuk para
dewata dan untuk para arwah leluhur yang sudah meninggal, dapat dilihat ketika sake
dibuat pada Butsudan dan kamidana.
Proses pembuatan tuak terkesan lebih mudah daripada proses pembuatan sake,
tuak ketika diambil dari pohon aren atau kelapa hanya mengalami proses fermentasi
ketika bercampur dengan raru, sedangkan sake proses pembuatannya terkesan lebih rumit
mulai dari beras sampai mengalami beberapa kali proses fermentasidan proses
penyulingan dan pembuatannya pun sangat lama semakin mengalami proses perbaikan.
Sake cenderung lebih steril daripada tuak ini dapat dilihat ketika sake telah
beberapa kali mengalami proses Fermentasi kemudian mengalami proses penyulingan
dan proses pasteurisasi untuk mematikan bakteri-bakteri yang berbahaya kemudian sake
menglami proses penuaan yang disebut dengan aging untuk penyempurnaan rasa sake.
Sedangkan tuak pada waktu diambil dari batang kelapa atau aren hanya mengalami
Proses pembuatan tuak lebih manual dibanding dengan sake, satu orang sudah
dapat membuat beberapa gentong tuak, sake selain dibuat dengan proses manual juga
BAB III
PERBANDINGAN FUNGSI SOSIAL MINUMAN BERALKOHOL PADA MASYARAKAT BATAK DAN MASYARAKAT JEPANG
3.1 Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Bagi Masyarakat Batak
Bila berbicara mengenai fungsi sosial tentu yang terbayang bagi kita adalah
masyarakat.dan hubungan yang terjadi di masyarakat yang akan memunculkan hubungan
sosial, bila berbicara mengenai hubungan-hubungan sosial yan terjalin maka ini tidak
terlepas dari peranan yang dimainkan yang akan melibatkan peranan-peranan lainnya.
Misalnya peranan penjual tuak dengan masyarakat, maka fungsi sosial tuak akan
dijabarkan sebagai berikut.
3.1.1 Fungsi Sosial Tuak
1. Sebagai Minuman kehormatan
Tuak dikatakan minuman kehormatan, karena pada saat seorang anak baru lahir,
saudara laki-laki dari ibu yang biasa disebut dengan tulang memberikan selendang
kepada anak tersebut yang disebut dengan parompa, parompa asal katanya dari ompa (gendong) yang adalah alat untuk menggendong (mangompa). sebagai tanda terima kasih
atas pemberian tulang, orang tua anak tersebut akan memberikan uang dengan pengertian
untuk dapat memperoleh tuak manis, pemberian seperti ini disebut parsituak na tonggi, hal ini tentunya akan memunculkan pertanyaan bagi kita kenapa bukan langsung tuak
yang diberikan kepada orang tersebut, hal ini berkenaan dengan pemikiran bahwa orang
ketika orang tersebut ingin minum tuak ia dapat membelinya diperjalanan. Tukar
menukar seperti ini merupakan tukar menukar yang seimbang (balance recepriority), dimana seorang terhadap yang lain merasa layakuntuk memberi dan diberi.
Parsituak na tonggi juga diberikan kepada kepada pihak pemberi gadis atau yang
disebut dengan hula-hula dan ini yang dianggap paling penting karena bila memberi
parsituak na tonggi kepada hula-hula maka pihak penerima gadis atau yag disebut denga
boru menganggap bahwa selama tujuh turunannya tidak akan mengalami mara bahaya,
semua ini tersirat denga perkataan orang batak:”molo mamasu hula-hula pitu sudut so ada mara”. Oleh karena itu ada pengertian bahwa tuak itu adalah minuman hula-hula, hal
ini juga berkaitan dengan pemikiran orang batak, bahwa jika tidak ada hula-hula maka tidak akan penerus keturunan, oleh karena itu hula-hula dianggap penting dibandingkan
dengan boru dan dongan sabutuha atau keluarga lainnya, semua itu juga tercermin dari pepatah orang batak :”somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru”, yang artinya bersikaplah hormat kepada pemberi gadis, bersikaplah hati-hati kepada
teman bermain , bersikaplah sayang kepada keluarga perempuan.
Sudah merupakan kebiasaan, apalagi menjelang lahirnya anak pertama, orangtua
dari siisteri disertai rombongan kecil kaum kerabat datang menjenguk puterinya dengan
membawa makanan ala kadarnya; salah satu istilah untuk kunjungan ini ialah mangirdak,
artinya "membangkitkan semangat". Ada pula lagi yang melilitkan selembar ulos yang
dinamai ulos tondi, artinya "ulos untuk menguatkan jiwa" ke tubuh borunya atau anak perempuannya dan suaminya dalam acara sesudah makan. Tentu saja tuan dan nyonya
rumah didampingi kaum kerabat dalam upacar sederhana tadi..
bersama ala kadarnya di rumah keluarga yang berbahagia itu, dinamai mangharoani,
artinya "menyambut tibanya sang anak. Ada juga menyebutnya mamboan aek ni unte, karena pihak hula-hula membawa makanan yang akan memperlancar air susu sang ibu, setelah itu tuan rumah akan memberikan parsituak na tonggi kepada pihak hula-hula
sebagai ganti dari pemberian hula-hula tersebut..
Dalam hal ini tuak dianggap sebagai minuman kehormatan sehingga hanya
diberikan kepada hula-hula seperti halnya bila diberikan kepada raja-raja adat serta orang-orang yang dihormati oleh masyarakat..
2. Sebagai Minuman Persahabatan
Di daerah Tapanuli Utara, biasanya laki-laki yang menyelesaikan kerjanya
berkumpul di kedai pada sore hari. Mereka berbincang-bincang, menyanyi, memain
kartu, bercatur dan menonton televisi, sambil minum tuak. Pada umumnya seorang petani
biasa minum tuak beberapa gelas sehari. Sekarang harga tuak dihitung Rp
5000,00-8000,00-per gelasnya di daerah perkampungan khususnya di daerah Tapanuli Utara,
laki-laki baik yang muda maupun yang tua minum tuak di lapo tuaki tetapi jarang terdapat
perempuan yang minum tuak di lapo tuak bersama laki-laki, kecuali pemilik lapo atau
isterinya. Ada juga laki-laki yang membeli tuak di lapo dan membawa botol yang terisi
tuak ke rumahnya atau ke rumah temannya untuk minum tuak. Pada jaman dulu saat
orang-orang sibuk bekerja di sawah atau di ladang biasanya ada yang membawa tuak
secara sukarela, walaupun antara si pembawa dan yang diberikan tuak sebelumnya tidak
saling mengenal, pada saat itu tuak berfungsi sebagai minuman persahabatan dan untuk
dengan itu tuak tidak dinilai dengan uang tetapi sebagai tanda terima kasih, maka orang
yang diberi tuak biasnya akan memberikan hasil panennya berupa beras.
Sedangkan di kota Medan, laki-laki Batak Toba tidak semuanya mempunyai
kebiasaan minum tuak. Menurut informasi dari beberapa perantau Batak Toba dan
observasi serta wawancara di lapo tuak, kebiasaan minum tuak tidak berhubungan dengan status sosial-ekonominya, melainkan berkaitan dengan tahap generasi migran.
Dengan kata lain, perantau generasi pertama yang berasal dari Tapanuli Utara lebih
cenderung minum tuak di Medan: bukan hanya orang-orang yang berstatus rendah
sosial-ekonominya seperti tukang becak, tetapi yang agak tinggi status sosial sosial-ekonominya
seperti pegawai negeri dan para pengusaha pun minum tuak. Di kedai tuak semua orang
sama status sosialnya tidak ada perbedaan, tuak di gunakan sebagi sarana mengakrabkan
diri karena disana mereka akan berjoget,bernyanyi dan berbincang sambil minum tuak.
Tak jarang ada yang minum tuak sampai mabuk, sehingga ketika dia mau pulang
kerumah pun harus di antar oleh sahabatnya. Minum tuak biasanya disertai dengan
makanan sebagai temannya tuak, dan biasa disebut oleh orang batak dengan
tambul.minum tuak dengan makan tambul akan menambah kenikmatannya.
3.1.2 Fungsi Tuak dalam Upacara Adat
Tuak mempunyai peranan juga dalam adat batak, karena tuak juga berhubungan
dengan cerita masyarakat tuak berasal dari mayang bagot, maka perlu diketahui legenda
keberadaan batang bagot. Seorang tokoh adat yang tinggal di Balige memberitahukan
legenda tersebut sebagai berikut:
yang tidak disukainya. Tetapi karena tekanan orang tua yang sudah menerima uang
mahal, si boru Sorbajati meminta agar dibunyikan gendang di mana dia menari dan akan
menentukan sikap. Sewaktu menari di rumah, tiba-tiba dia melompat ke halaman
sehingga terbenam ke dalam tanah. Kemudian dia menjelma tumbuh sebagai pohon
bagot, sehingga tuak itu disebut aek (air) Sorbajati. Bersumber dari cerita ini maka tuak
dapat dipakaidalam upacara adat.
1. Dalam Upacara Tahunan
Upacara tahunan bagi masyarakat batak ada bermacam macam misalnya saja
acara bona taon dan acara tahun baru. Pesta Bona Taon merupakan tradisi orang Batak di perantauan. Setiap marga Batak memiliki perkumpulan tersendiri. Frekuensi
pertemuannya variatif, namun yang pasti biasanya setiap mengawali tahun ada pertemuan
besar.Pertemuan sebulan sekali biasanya dilakukan dalam kumpulan yang lebih kecil,
misalnya perkumpulan keluarga satu kakek (ompung). Kemudian pada setiap satu tahun
diadakan acara bona taon. Sebelum acara bona taon diadakan harus terlebih dahulu dibuka dengan doa dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esah karena satu tahun
telah berlalu. Bila acara Bona Taon didakan oleh perkumpulan yang lebih besar dan perkumpulan itu mempunyai dana yang lebih besar, maka acara itu akan kelihatan lebih
mewah. Pada acara bona taon biasanya diadakan acara gondang dan manortor (menari),
pada acara manortor ini biasanya yang manortor terlebih dahulu adalah orang yang membuat pesta, misalnya ketika perkumpulan keluarga sihotang sekota madya Medan
pada akhir acara dibuat acara door prize. Biaya yang dikeluarkan untuk acara Bona Taon
biasanya di kutip dari masing-masing anggota selain dari iyuran bulanan yang juga
dikutip dari masing-masing anggota atau dapat juga mencari sponsor yang lain.
Pesta bona taon itu sendiri digunakan sebagai sarana untuk melepas rindu bagi
keluarga yang sudah lama tidak berjumpa, atau sarana berkenalan bagi keluarga yang
belum saling kenal dan sarana untuk mengucapkan Selamat tahun baru bagi mereka yang
belum sempat berkunjung. Bagi Batak rantau terutama yang menikah dengan suku lain di
luar Batak, acara inilah yang dapat mempereat mereka dan agar mereka lebih mengenal
lagi budaya leluhurnya . pada acara ini selain acara manortor juga disediakan hidangan
khas Batak seperti ikan mas yang di arsik atau naniura dan juga tidak ketinggalan minuman tuak, bir sebagai minuman yang dapat mempererat mereka terutama kaum
laki-laki yang sudah dewasa. Minuman beralkohol ini juga mereka gunakan untuk lebih
mempererat hubungan kekeluargaan diantara mereka.
Tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya
masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang
mempunyai kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan tahun baru. Hari tahun
baru di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender
Gregorian, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia..Begitu juga dengan orang
Batak juga merayakan tahun baru ini dengan saling mengunjungi dan saling bersalaman
dan meminta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya selama tahun yang sudah lewat.
Pada acara ini biasanya orang yang dikunjungi akan menyediakan menu bagi pengunjung
yang terdiri dari kue-kue,minuman seperti bir dan tak jarang juga ada yang menyediakan
makanan dan minuman.
2. Dalam Upacara Daur Hidup
Bila berbicara dengan daur hidup manusia tentunya ini akan berhubungan dengan
kelahiran sampai dengan kematian, semuanya itu dalam adat Batak mempunyai
ritual-ritual tersendiri. Pada masa lampau, ibu-ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan
diberikan tuak untuk diminum dengan harapan agar ASI (air susu ibu) dapat keluar
dengan lancar, hal ini tentunya akan mengakibatkan anak yang dilahirkan menjadi kuat
karena tidak kehabisan ASI sebelum waktunya, selain itu ibu-ibu yang baru melahirkan
juga diberikan makanan berupa ayam cincang yang dicampur dengan tuak, makanan itu
disebut dengan bangun-bangun, adapun maksud diberikannya bangun-bangun ini adalah
agar ibu-ibu yang baru melahirkan dapat menjadi pulih kekuatannya.selain itu pada saat
seorang anak baru lahir pihak dari saudara ibu juga akan datang membawa kain gendong
sebagai hadiah bagi si anak tersebut maka sebagai gantinya orang tua dari si anak akan
memberikan uang yang disebut dengan parsituak na tonggi.
Dalam acara pernikahan adat Batak pun tuak tidak terlepas dari menu yang
disediakan oleh si pembuat acara, minuman beralkohol ini sudah menjadi langganan pada
setiap acara yang diadakan, karena ketika meminum tuak si raja hata atau orang yang
ambil peranan dalam mengatur jalannya pesta dapat lancar berbicara.
Bila seseorang sudah lanjut usia dan mulai sakit-sakitan ataupun istilahnya sudah
mulai uzur maka untuk melewati masa ini ada upacara yang harus dilaluinya, upacara ini
disebut dengan manulangi, yang asal katanya dari sulang yang berarti suap. Upacara ini
disulang. Dalam upacara itu orang tua yang akan diupacarakan menerima suapan
makanan dan minuman dari anak-anak ataupun cucunya, artinya bahwa tanggung jawab
dan kewajiban orang tua telah dialihkan kepada keturunannya, serta dengan harapan
bahwa segala berkat yang ada pada orang tersebut akan dialami juga oleh anak-anak dan
cucu-cucunya. Setelah acara tersebut orang tua ini telah bebas dari acara duniawi, dan dia
berhak untuk tidak ikut lagi dalam acara-acara adat.
Adapun yang harus dipersiapkan dalam acara ini adalah sebagai berikut: tuak
tangkasan, ihan batak , serta aek sitio-tio. Tuak tangkasasn adalah tuak asli yang langsung diambil dari pohon enau pada pagi hari, tampa dicampur dengan ramuan lain,
sedangkan ihan batak adaloah ikan khusus batak yang sangat besar dan sekarang sudah
diganti dennga ikan emas , air sitio-tio adalah air jernih dan dianggap punya nilai olebih
dari air biasa. Maksud diberikannya semua itu adalah agar niat dan tujuan dari upacara
manulangi berjalan dengan baik.
Bila sebelum upacara manulangi terlaksana orang tua yang harus disulangi itu
meninggal , maka anak ataupun cucunya tidak mempunyai hak dalam adapt, maka anak
dan cucucnya tersebut harus terlebih dahulu meminta maaf kepada oarng tuanya tadi
melalui pengetua adat dengan cara membayar utang adat sebagi tanda denda dan
pernyataan bersalah, utang adapt inidiberrikan kepada pengetua adapt berupa babi
ataupun lembu atau kerbau, juga harus mempersiapkan namargoar, kesemuanya ini
termasuk upeti, dimana bila semuanya telah tersedia maka anak-anak atau cucu-cucu
harus mengundang tua-tua adat dan keluarga. Setelah semuanya terlaksana barulah
anak-anak ataupun cucu tersebut dimaafkan dan boleh mengikuti acara-acara adapt lagi.
juga bagi anak perempuan yang kawin lari, setelah menikah dia bersama suaminya
datang dan manulangi sebagai tanda maaf dan membayar utang adat.
3.1.3 Lapo Tuak
Lapo tuak adalah warung khas Batak yang khususnya menjual sejenis minuman tradisional yaitu tuak dan makanan khas Batak lainnya selain itu lapo tuak juga menjual
minuman beralkohol lainnya seperti bir hitam, bir biasa dan lain sebagainya. Lapo tuak
pada dasarnya merupakan tempat bagi kaum laki-laki untuk berkumpul, bercakap-cakap
sambil minum tuak sampai berjam-jam. Bila dilihat dari segi bangunannya maka lapo
tuak termasuk dalam kategori kaki lima sama halnya dengan warung-warung yang terdapat dipinggir jalan, ciri khasnya yaitu merupakan bangunan yang semi permanen
atuapun bangunan sementara, sekalipun lapo tuak dari segi bangunannya sangat sederhana, tetapi lapo tuak dikunjungi oleh orang-orang Batak baik dari kalangan orang
yang berkecukupan sampai kepada orang yang mampu, walaupun bentuknya sederhana
tetapi orang batak tetap sangat senang untuk mengunjungi lapo tuak.
Lapo tuak merupakan suatu arena dimana terjadi interaksi sosial dari berbagi
lapisan yang ada di dalam masyarakat Batak. interaksi sosial adalah tingkah laku yang
sistematik yang terwujud antara dua orang atau lebih dan yang menghasilkan hubungan
sosial (Suparlan, 1987:95). Lapo tuak juga merupakan tempat sumber daya bagi
pemiliknya serta tempat untuk memenuhi keinginan para pengunjungnya, khususnya
keinginan untuk berkunjung dan bersantai sambil menikmati makanan dan minuman
yang dipesan.
berkumpul dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Kegiatan tersebut menimbulkan
hubungan-hubungan sosial yang akan nampak menjadi suatu jaringan sosial yaitu
pengelompokan terdiri atas sejumlah orang (paling sedikit tiga orang) yang
masing-masing mempunyai identitas sendiri yang dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui
hubungan-hubugan sosial, sehingga mereka dapat dikelompokkan sebagai satu kesatuan
sosial. Biasanya hubungan mereka itu tidak resmi karena mereka tidak sadar enggan akan
keanggotaanya, karena jaringan sosial itu belum tentu terwujud sebagai suatu organisasi
atauperkumpulan yang resmi(Suparlan,1978:94). Menurut Keesing (1971:148) hubungan
sosial adalah bila dua orang A dan B berinteraksi apa yang mereka kerjakan satu dengan
yang lainnya, tidak hanya itu tetapi akan tampak pula ide dari hubungan itu, konsep satu
dengan yang lainnya, saling pengertian, strategi yang diharapkan satu dengan yang
lainnya
Jaringan sosial ini akan meliputi hubungan antara pemilik lapo tuak dengan pengunjung lapo tuak, serta hubungan pengunjung dengan sesama pengunjung, juga
hubungan pemilik dengan para pelayan. Rangkaian hubungan yang terciptakan tersebut
dapat merupakan set perseorangan atau set pribadi yang menurut Whitten dan Wolfe
dapat meliputi jaringan pertetanggaan dan jaringan pertemanan yang terwujud dalam
hubungan diadik yaitu hubungan sosial diantara dua orang atau dua pihak secara timbal
balik (Winick, 1975). Bentuk hubungan klik yaitu hubungan peranan yang cenderung
melibatkan set peranan yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan khusus (Wolfe,
1968:15) dan juga jaringan kekerabatan.
Bila berbicara mengenai hubungan-hubungan sosial tersebut yang terjalin, maka
hubungan tersebut, sebuah peranan yag dimainkan akan melibatkan peranan-peranan
lainnya, misalnya peranan pemilik lapo tuak melibatkan juga peranan pelayan atau konsumen . peranan tidak hanya berkenaan dengan tindakan saja tetapi yang penting
adalah juga menyangkut perangkat harapan peranan (role expectation) yang dimainkan
oleh setiap individu yang bersangkutan. Hal tersebut meliputi keseluruhan tindakan yang
diharapkan terwujud berkaitan dengan suatu peranan tertentu, namun demikian setiap
individu satu dengan yang lainnya acap kali mempunyai harapan yang tidak selaras,
akibatnya bukan hal yang mustahil bila terjadi pertentangan. Pertentangan ini disebut
dengan (role conflict).
Menurut Linton (1936:114) peranan terwujud karena adanya suatu status atau
kedudukan dan peranan merupakan bentuk aktif dari kedudukan. Sedangkan yang
dimaksud dengan status adalah kumpulan hak-hak dan kewajiban tertentu yang dimiliki
seseorang dalam berinteraksi atau berhadapan dengan orang lain (Linton, 1936:113).
Lapo tuak merupakan tempat dan wadah dan sumber daya dimana orang-orang
datang dan berkumpul untuk makan dan minum dan merupakan arena tersendiri dari
sekian banyak arena di masyarakat. Arena sosial adalah suatu lingkungan dimana terjadi
interaksi yang timbal balik antara para anggotanya yang berada dilingkungan tertentu dan
yang biasanya tergantung kepada keadaan ataupun kegiatan seseorang. Di lapo tuak dapat
di jumpai masyarakat dari berbagai tingkatan status sosial dengan berbagai tujuan. Lapo
tuak merupakan suatu tempat dimana setiap hal dapat dibicarakan., Lapo tuak juga
menjadi tempat untuk memecahkan masalah baik itu yang sifatnya yang bersifat pribadi
3.2 Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Dalam Masyarakat Jepang
Fungsi sake bagi masyrakat Jepang berhubungan dengan bagaimana sake ini
mempunyai sarana bersosial dengan kelompok sosial dalam masyarakat . (Sunarto,
2000:141) menjabarkan mengenai kelompok sosial yaitu sebagai berikut:
1. Robet.K.Merton mendefenisikan bahwa kelompok sosial ialah adanya seejumlah
orang yang mempunyai rasa solidartas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta
adanya rasa kewajiban moral untuk menjalankan perana yang diharapkan, namun
diantara para pendukung tersebut tidak terdapat interaksi.
2. Ferdinad Tonies dalam bukunya “berinchaft and berselchft” mengemukakan
bahwa kelompok sosial adalah sekempulan orang yang hadir bersama tetapi pada
dasarnya terpisah kendatipun terdapat faktor pemersatu .
3. Charles Horton Choky seoraang sosiolog Amerika menyatakan bahwa kelompok
sosial ditandai oleh pergaulan dan kerjasama tatap muka bersahabat yang
menghasilkan interaksi harmonis dalam satu kesatuan sehinga banyak hal dari
seorang menjadi hidup dan tercapainya tujuan bersama kelompok.
4. Robet Bierstelt mengemukakan bahwa kelompok sosial merupakan kelompok
yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis hubungan antara sesama anggota
tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.
5. W.G. Sumner mendefenisikan bahwa kelompok sosial terdapat kelompok dalam
dan kelompok luar. Hubungan sesama anggota kelompok dalam terwujud atas
dasar solidaritas, kesetiaan, pengorbanan kedalam dan permusuhan keluar.
Berdasarkan tinjauan mengenai defenisi bahwa kelompok sosial tidak terikat
mendeskripsikan kehidupan masyarakat Jepang. Pola kehidupan di Jepang di dominasi
oleh keterikatan dengan organisasi di perusahaan-perusahaan sehingga membentuk
budaya hidup berkeelompok. Dari sisi sejarah , budaya ini berakar dari sisitem keluarga
tradisional Jepang yang dikenal dengan sistem Ie Hubungan dengan sistem Ie didasarkan
pada tanggung jawab dan kesetiaan terhadap usaha keluarga yang anggotanya mencakup
majikan dan para pekerja. Kondisi ini menyebabkan konsep hubungan dalam sisitem Ie
cenderung menyerupai suatu ikatan oganisasi.
Dalam pendapat Charles Morton Cooley disebutkan bahwa pergaulan dan
kerjasama tatap muka bersahabat akan menghasilkan interaksi harmonis dalam
kelompok. Bagi orang Jepang tatap muka bersahabat sangat penting untuk menjaga
harmonisasi kelompok. Namun pada dasarnya sikap tersebut hanya menghasilkan
harmonisasi semu. Oleh karena itu diperlukan suatu sarana agar tercipta suatu
harmonisasi yang nyata yang berasal dari hati nuraani seluruh anggota kelompok.. Sarana
yang digunakan berfungsi sebagai simbol yang dapat menjalin kedekatan dalam interaksi
antar angagota kelompok .
Interaksi yang membutuhkan sarana sebagai symbol dikenal dengan istilah
interaksionisme simbolik. Simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau makna nya
tergantung mereka yang mempergunakannya. Makna atau nilai tersebut tidak ditentukan
oleh sifat-sifat dalam bentuk fisiknya. Misalnya makna warna merah dapat diartikan
berhenti pada lampu lalu lintas dapat juga berarti komunis (kelompok merah). Pada
dasarnya interaksionisme simbolik mempunyai tiga pokok pikiran (Blumer dalam
1) Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu
tersebut baginya .
2) Makna yang dipunyai tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara
seseorang dengan sesamanya.
3) Makna diperlukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran yang digunakan
orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya .
Minum sake dalam kehidupan sosial di Jepang dapat diartikan sebagai usaha
untuk menjalin kerjasama yang bersahabat atau upaya menciptakan hubungan yang
akrab. Bangsa Jepang terkenal dengan kedisiplinan dalam menjaga sikap demi
terciptanya suatu hubungan akibatnya sulit terjadi komunikasi secara terbuka antara
sesama kelompok, karena itu minum sake bersama merupakan isyarat untuk
memudahkan interaksi dan memudahkan komunikasi secara terbuka antara anggota
dalam kelompok sosial di Jepang. Fungsi sosial minuman beralkohol antara lain sebagai
berikut:
1 Minuman kehormatan
Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang bersifat vertikal, artinya
berdasarkan hubungan atas-bawah, sekaligus bersifat patriakal. Sistem ini tidaklah terkait
dengan kelas-kelas dalam masyarakat, melainkan lebih pada penekanan terhadap
kesenioran. Hubungan kesenioran bisa diartikan sebagai hubungan antara
atasan-bawahan, antara siswa kelas yang lebih atas dan siswa kelas yang bawah di sekolah, atau
bisa juga hubungan antara orang tua-anak.
masyarakat Jepang karena Jepan