• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Pada Masyarakat Batak Dan Masyarakat Jepang = Bataku Sakai To Nihon Shakai Ni Arukoru Ga Aru Nomimono No Shakai Tekina Kino No Hikaku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Pada Masyarakat Batak Dan Masyarakat Jepang = Bataku Sakai To Nihon Shakai Ni Arukoru Ga Aru Nomimono No Shakai Tekina Kino No Hikaku"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN FUNGSI SOSIAL MINUMAN BERALKOHOL PADA MASYARAKAT BATAK DAN MASYARAKAT JEPANG

BATAKU SAKAI TO NIHON SHAKAI NI ARUKORU GA ARU NOMIMONO NO SHAKAI TEKINA KINO NO HIKAKU

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

HOTMAN NAIBAHO NIM: 030708023

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN

(2)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN BAB I:

1.1. Latar Belakang Masalah………1

1.2. Perumusan Masalah………...4

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan………5

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori………...5

1.4.1 Tinjauan Pustaka………5

1.4.2 Kerangka Teori………...7

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….9

1.5.1 Tujuan Penelitian………....9

1.5.2 Manfaat Penelitian………..9

1.6 Metode Penelitian ……….9

1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……….9

1.6.2 Metode dan Tehnik Pengkajian Data ………10

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG SAKE DAN TUAK 2.1. Sejarah Perkembangan Tuak………11

2.1.1. Arti Tuak bagi Suku Batak………12

2.1.2. Tuak dalam Adat Batak……….13

2.2. Proses Pembuatan Tuak………....15

(3)

2.2.2. Tuak dari Batang Kelapa………..17

2.3. Sejarah Perkembangan Sake………19

2.3.1. Arti Sake Bagi Orang Jepang………...23

2.3.2. Sake Dalam Tradisi Jepang………...23

2.4. Proses Pembuatan Sake………25

2.5. Perbandingan………...28

BAB III : PERBANDINGAN FUNGSI SOSIAL MINUMAN BERALKOHOL PADA MASYARAKAT DAN MASYARAKAT JEPANG 3.1. Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Bagi Masyarakat Batak……….30

3.1.1 Fungsi Tuak dalam Upacara Adat……….34

3.1.2 Lapo Tuak………..38

3.2 Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Dalam Masyarakat Jepang…………..41

3.2..1. Fungsi Sake dalam Upacara Adat………49

3.2.2. Izakaya……….54

3.3. Perbandingan………...56

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan……….59

4.2. Saran………60

(4)
[image:4.612.155.457.84.536.2]
(5)
[image:5.612.157.455.84.511.2]
(6)
[image:6.612.145.468.99.512.2]
(7)
[image:7.612.138.475.83.482.2]
(8)
[image:8.612.152.461.71.494.2]
(9)
[image:9.612.163.449.81.504.2]
(10)
[image:10.612.149.464.70.538.2]
(11)
[image:11.612.149.465.113.486.2]
(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pokoknya, minuman adalah setiap cairan yang dapat diminum kecuali

obat-obatan. Secara garis besarnya, minuman dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar

yaitu:

1. Minuman tak beralkohol

2. Minuman beralkohol

Minuman beralkohol adalah minuman yang digunakan sebagai sarana untuk

menghangatkan tubuh, tapi selain itu dapat juga di pakai sebagai minuman kebersamaan

dan banyak fungsi lainnya. Minum, minuman beralkohol bagi beberapa bangsa sudah

menjadi kebiasaan dan kebudayaan, contohnya Jepang dengan sakenya dan Indonesia

pada suku Batak dengan tuaknya.

Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Siti, 2001:116),

sehubungan dengan itu, E.B.Taylor (dalam Ahmadi 1997:57) mengatakan bahwa

kebudayaan merupakan jalinan secara keseluruhan yang meliputi pengetahuan,

kepercayaan, keseniaan, moral, keagamaan, hukum, adat-istiadat serta kebiasaan yang

dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.

Budaya suatu bangsa sangat menentukan dalam hal pembentukan karakter dan

perilaku hidup suatu bangsa yang bersangkutan. Suatu bangsa yang memiliki budaya

(13)

tingkat kemajuan dalam kehidupannya sehari hari, tentunya dengan cara dan kemampuan

berpikir yang pasti lebih baik, lebih maju dan beradab.

Di daerah pulau Sumatra bagian utara terutama di sekitar Danau Toba merupakan

tempat berdiamnya suku Batak Toba. Suku Batak merupakan salah satu dari sekian

banyak suku-suku yang ada di Indonesia dan mempunyai tingkat kebudayaan yang tinggi

pula. Suku Batak dalam kemajemukannya memiliki cara hidup yang berbeda dari suku

suku lain. Dalam hal tertentu orang Batak sangat terikat oleh adat istiadat mereka dan itu

tidak meluntur sekalipun mereka hidup di luar kampung halamannya (Bruner,1968:7).

Orang Batak juga sangat senang dalam berkumpul, bila orang Batak terutama

kaum laki-laki berkumpul biasanya mereka senang untuk minum tuak.Di sekitar tempat

orang Batak biasanya banyak warung tuak atau yang lebih dikenal dengan lapo tuak,

kebiasaan minum tuak merupakan salah satu kebudayaan batak.

Tuak adalah minuman khas orang batak yang mengandung kadar alkohol yang

rendah dan airnya diambil dari pohon kelapa atau aren. Penyadap (orang yang mengambil

tuak) tuak disebut paragat (agat sama dengan semacam pisau yang dipakai waktu

menyadap tuak) dalam bahasa Batak Toba. Setelah dipukul tandannya berulang-ulang

dengan alat dari kayu yang disebut balbal-balbal selama beberapa minggu, baru dipotong

mayangnya dan kemudian membungkus ujung tandan tersebut dengan obat (kapur sirih

atau keladi yang ditumbuk) selama dua-tiga hari. Dengan prosedur ini maka akan

menghasilkan air tuak. Seorang paragat menyadap tuak dari batang kelapa maupun

batang aren dua kali sehari, yaitu pagi dan sore. Tuak yang ditampung pagi hari

(14)

sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya cocok rasanya dan alkoholnya. Raru inilah

yang mengakibatkan peragian, di daerah Tapanuli Utara, biasanya laki-laki yang

menyelesaikan kerjanya berkumpul di lapo (tempat menjual tuak) pada sore hari. Mereka berbincang-bincang, menyanyi, memain kartu, bercatur dan menonton televisi, sambil

minum tuak. Pada umumnya seorang biasa minum tuak beberapa gelas sehari. Tuak

selain digunakan untuk acara berkumpul sehari-hari juga digunakan dalam acara adat dan

juga dapat di gunakan bagi wanita yang baru saja melahirkan, menurut wanita yang baru

melahirkan anak minum tuak untuk memperlancar air susunya dan berkeringat banyak

guna mengeluarkan kotoran-kotoran dari badannya.

Di Jepang sake dikenal sebagai minuman nasional (Tsujita dan Llyod,2002:57),

tapi orang Jepang menganggap sake lebih dari sekedar minuman beralkohol biasa, karena

sake mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan sehari hari diantaranya di gunakan

sebagai simbol pada matsuri tertentu yang dapat mengidentifikasikan makna yang

berhubungan dengan religi.

Matsuri (祭り) merupakan bagian dari religi dan budaya, karena pada dasarnya

matsuri adalah festival suci (Danandjadja, 1997:164).Dalam kepercayaan Shinto, sake

merupakan minuman dewa, karena itu wajib digunakan dalam ritual-ritual suci.

Menurut Lawanda (2004:33), beberapa matsuri atau festival suci berasal dari

upacara penanaman padi dan upacara kesejahteraan spiritual penduduk desa setempat..

Festival seperti ini di ambil dari situs-situs Shinto kuno yang bertujuan mendamaikan hati

(15)

tanah pertanian mereka. Penganut Budha dan Shinto juga menganggap sake sebagai

minuman yang istimewa terutama untuk pertemuan-pertemuan penting, baik upacara

keagamaan maupun tradisi-tradisi kebudayaan. Pada umumnya setiap keluarga di Jepang

menyimpan sake sebagai suguhan pada altar leluhur mereka.

Selain itu, sake juga dikenal sebagai minuman yang menciptakan suasana santai,

pada umumnya kepribadian orang Jepang bersifat tertutup dan sulit dipahami, demikian

sake dapat juga menjadi sarana untuk mengenal dan menjadi akrab dengan orang lain .

Untuk lebih memahami bagaimana pandangan dan konsep pemikiran masyarakat

Batak Toba dan masyarakat Jepang dalam hal minum sake dan tuak, maka penulis

tertarik untuk membahasnya, dengan mengangkat penelitian dengan judul

“Perbandingan Fungsi Sosial Minuman Beralkohol pada Masyarakat Batak dan Masyarakat Jepang”

1.2 Perumusan Masalah

Masyarakat Jepang sangat senang dengan minuman yang beralkohol begitu pun

dengan Suku Batak. Suku Batak memakai tuak sebagai sarana keakraban dan juga dalam

pesta-pesta adat bahkan tuak dapat digunakan sebagai obat dan digunakan juga pada

makanan.

Sake merupakan minuman yang istimewa bagi orang Jepang karena selain

digunakan untuk suguhan kepada tamu sake juga digunakan untuk memuja arwah leluhur

oleh keluarga di Jepang digunakan juga sebagai campuran beberapa makanan. Dalam

(16)

Sake dan tuak ternyata mempunyai masalah dalam penggunaannya, untuk itu penulis

tertarik untuk membahas beberapa masalah tersebut antara lain :

1. Bagaimana fungsi sosial sake dan tuak dalam kehidupan bermasyarakat?

2. Bagaimana perbandingan fungsi sake dan tuak dalam upacara adat dan ritual-

ritual masyarakat?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Untuk menghindari luasnya ruang lingkup permasalahan maka dalam hal ini,

penulis hanya membahas tentang keterkaitan nilai-nilai budaya yang menyangkut fungsi

sake dalam kehidupan sehari hari masyarakat Jepang dan fungsi tuak dalam kehidupan

suku Batak Toba. Untuk membahas keterkaitan tersebut penulis akan membahas fungsi

sosial pada sake dan tuak secara terfokus. Fungsi sake dan tuak secara sosial akan

membahas penggunaannya dalam kehidupan sehari hari, kemudian akan di bahas tradisi

penggunaannya

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas peranan-peranan dan

kelompok-kelompok yang saling berkaitan serta saling mempengaruhi, yang mana kelakuan dan

tindakan manusia diwujudkan (Suparlan,1980:2)

Kebudayaan mencakup seluruh aspek kehidupan yang meliputi keseluruhan

bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, kesenian dan benda-benda lain yang merupakan

(17)

Tuak di gunakan oleh suku Batak Toba sebagai sarana berinteraksi dalam

bermasyarakat, di daerah Tapanuli biasanya laki-laki yang menyelesaikan kerjanya

berkumpul di lapo tuak pada sore hari, mereka berbincang-bincang, menyanyi dan bermain kartu. Lapo tuak sebagai suatu arena, merupakan suatu wadah dimana setiap

anggota masyarakat dapat datang dan berkumpul serta berkomunikasi satu dengan yang

lainnya sesuai dengan pengetahuan kebudayaan setiap anggota masyarakat

(Ginzel,1984:7).

Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (arenga pinata) atau bisa juga disebut dengan nira.di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh baik

dan subur pada daerah daerah yang tanahnya subur, yaitu pada ketinggian 500-800m di

atas permukaan laut (Sunanto 1983:17), pada ketinggian kurang dari 800 m, tanaman

aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan.

Lapo tuak sebagai suatu arena, merupakan wadah dimana setiap anggota masyarakat dapat datang dan berkumpul sesuai dengan pengetahuan kebudayaan setiap

anggota masyarakat (Spradley, 1975:5-7). Kegiatan tersebut menimbulkan

hubungan-hubungan sosial yang akan nampak menjadi jaringan sosial, yaitu pengelompokan yang

terdiri dari sejumlah orang, yang masing-masing mempunyai identitas sendiri yang

dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui hubungan–hubungan sosial, sehingga

mereka dapat dikelompokkan menjadi satu kesatuan sosial. Biasanya hubungan mereka

itu tidak resmi, karena mereka tidak sadar akan keanggotaannya dan karena jaringan

sosial itu belum tentu terwujud sebagai suatu organisasi atau perkumpulan yang resmi

(18)

Sake meruapakan minuman beralkohol khas Jepang yang terbuat dari beras atau

ketan diragikan, di Jepang biasa disebut dengan seishu atau nihongshu. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dengan minuman beralkohol yang berasal dari barat

(Danadjaja,1997:287). Minuman ini mempunyai aroma yang mirip dengan tape beras dari

Indonesia. Menurut Rowland (1992:23) pada umumnya sake dipanaskan dengan hati-hati

dalam sebuah tabung keramik hingga mencapai tingkat kepanasan 110-120 derajat

Farenheit, dan kemudian diminum dengan sebuah cangkir yang disebut dengan o-chako

atau guinomi. Bagi kaum laki-laki Jepang, minum sake merupakan bentuk pergaulan sosial. Pergaulan sosial merupakan bagian kegiatan sosial yang dilakukan bersama-sama

dalam suatu masyarakat. Pergaulan sosial akan menuntut adanya norma-norma dan nilai-

nilai moral yang disepakati bersama (Velasques,2005:427). Adanya norma dan nilai

moral menyebabkan ketentuan yang menekankan keharusan mempertahankan

keselarasan harmoni agar perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan berjalan dengan

semestinya. Hal seperti ini telah mengakar dan membudaya dalam masyarakat Jepang .

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat (1976:11) berfungsi sebagai pendorong

proses berfikir dedukatif yang bergerak dari alam abstrak ke alam kongkrit. Suatu teori

dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta

kongkrit yang tak terbilang banyaknya dalam kehidupan masyarakat yang harus

diperhatikan.

Dalam hal ini penulis akan mempergunakan teori komperatif sesuai dengan

(19)

yang bekerja dengan fakta-fakta yang berasal dari macam-macam budaya dan dari

seluruh masyarakat dunia dalam hal mencari keumuman dari bahan itu harus

mempergunakan metode komperatif yang dimulai dari metode klasifikasi” .

Pembahasan fungsi sake dan tuak berkaitan dengan fungsi dan lambang dan tanda

yang termasuk dalam bahasa semiotika, oleh karena itu penulis menggunakan pendekatan

semiotika dalam penelitian ini.

Menurut Van Luxemburg (1986:46) sermiotika adalah ilmu yang mempelajari

tanda-tanda, lambang-lambang, dan proses perlambangan. Ilmu tentang semiotik ini

menganggap bahwa fenomena sosial ataupun masyarakat dan kebudayaan itu merupakan

tanda- tanda.

Tanda dan lambang akan menghasilkan arti, karena itu dalam pembahasan ini

mencakup teori tanda atau semiotik semantik, yaitu ilmu tanda yang berhubungan dengan

makna.teori, Perre dalam Djajasudarma (1999:21) berpendapat bahwa makna adalah isi

komunikasi yang dapat membuahkan informasi tertentu.

Berdasarkan teori semiotika tersebut di atas penulis dapat mengiterpertasikan

kebudayaan atau kebiasaan masyarakat tersebut kedalam tanda. Tanda-tanda tersebut

akan diinterpretasikan dan kemudian akan dipilih bagian mana saja yang akan

mencerminkan adanya perbandingan antara sake dan tuak tersebut.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari

(20)

1. Untuk mengetahui fungsi sake dan tuak, serta mengetahui penggunaannya baik

dalam upacara upacara adat maupun fungsi lainnya.

2. Untuk mengggambarkan lebih jelas, dan untuk mengetahui bagaimana

perbandingan sake di Jepang dan tuak di dalam suku Batak.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca yang

tertarik pada topik yang diteliti oleh penulis.

2. Dapat dipergunakan sebagai referensi oleh penulis lain dalam menulis skripsi

yang berhubungan dengan topik seperti yang diteliti oleh penulis.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data tertulis, penulis mengggunakan tehnik pengumpulan data

secara studi kepustakaan, dalam hal ini penulis memanfaatkan perpustakaan Konsulat

Jendral Jepang, perpustakaan umum Universitas Sumatra Utara, dan perpustakaan

Jurusan Sastra Jepang, yaitu dengan membaca buku-buku yang relevan dengan penelitian

ini. Selain itu peneliti juga menggunakan tehnik pengumpulan data secara studi lapangan

berupa wawancara langsung (interview) yaitu dengan mengadakan komunikasi langsung

dengan peneliti dan orang-orang yang dapat memberikan informasi yang berhubungan

(21)

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan buku-buku bahasa asing, . Jadi

penerjemah buku-buku tersebut juga menggunakan teori- teori terjemahan .

Menurut Wardoyo (1997:199) bahwa menerjemahkan adalah pemindahan pesan atau

amanat yang terdapat dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran dengan mencari

padanan yang terdekat dari segi gaya bahasa. Metode ini dikembangkan dengan tehnik

sadap yaitu dengan mempelajari data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan

sebagai tehnik lanjutan, penulis menggunakan tehnik catat, yaitu dengan mencatat data

data tertulis yang di peroleh dari metode metode yang digunakan.

1.6.2 Metode dan Tehnik Pengkajian Data

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan maka dilakukan pengkajian data. Dalam

pengkajian data, tehnik yang digunakan adalah metode deskriptif. Yang termasuk

kedalam cakupan penelitian kualitatif dan pendekatan semiotik. Menurut

Koentjaraningrat (1976:30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif adalah penelitian

yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan,gejala, atau kelompok tertentu.

Sebagai tambahan penulis juga memanfaatkan berbagai website atau situs yang

(22)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TUAK DAN SAKE

2.1 Sejarah perkembangan Tuak

Tuak adah minuman beralkohol khas Batak, yang terbuat dari batang kelapa atau

batang Aren yang di ambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru, Ada juga tuak

yang tidak dicampur dengan raru atau yang disebut dengan tuak tangkasan, tuak ini dahulu dipakai untuk upacara adat, tuak tangkasan berasal dari mayang bagot yang mana

pohon bagot ini dulunya menurut seorang tokoh yang berasal dari balige berasal dari

seorang putri yang bernama Putri si boru Sorbajati yang dipaksa orang tuanya kawin

dengan seorang laki-laki cacat yang tidak disukainya. Tetapi karena tekanan orang tua

yang sudah menerima uang mahar, si boru Sorbajati meminta agar dibunyikan gendang di

mana dia menari dan akan menentukan sikap. Sewaktu menari di rumah, tiba-tiba dia

melompat ke halaman sehingga terbenam ke dalam tanah. Kemudian dia menjelma

tumbuh sebagai pohon bagot, sehingga tuak itu disebut aek (air) Sorbajati. Karena perbuatan yang membunuh diri itu dianggap sebagai perbuatan terlarang, maka tuak tidak

dimasukkan pada sajian untuk Dewata. Tuak hanya menjadi sajian untuk roh-roh nenek

moyang..

Dahulu tuak bukanlah sebuah minuman yang dapat diperdagangkan tetapi hanya

untuk diminum sendiri, sesudah zaman nomensen maka perubahan terjadi dimana tuak

sudah mulai diperdagangkan.Laki laki batak pada masa lampau sesudah bekerja di sawah

ataupun diladang mereka kemudian berkumpul melepaskan lelah sambil bercerita cerita.

(23)

melingkupi hal-hal yang berhubungan dengan adat, politik, keluarga, agama, masalah

pertanian, maupun masalah-masalah lainnya, tempat-tempat berkumpul itu sekaligus

tempat untuk menanamkan pengetahuan terhadap budaya Batak.

Dalam perkembangan selanjutnya terasa bahwa tempat-tempat berkumpul orang

Batak sudah tidak ideal lagi, serta lingkungan sudah tidak lagi mendukung untuk

memberikan tuak secara garatis kepada masyarakat, maka timbullah istilah lapo yang

berasal dari kata lepau dan yang berarti kedai tempat berjualan dan yang mana kedai ini

lebih terkenal dengan istilah lapo tuak, dilapo inilah orang batak biasanya bertemu selepas pulang bekerja untuk bersantai sambil bercerita,bernyanyi dan sambil menikmati

tuak dan makanan khas batak lainnnya.

2.1.1 Arti Tuak Bagi Suku Batak

Tuak adalah minuman penting di kawasan Tapanuli Utara diminum waktu santai,

pesta, kelahiran anak, perkawinan, kematian, musyawarah dan juga sebagai obat.

Orang yang baru pulang bekerja terutama kaum laki-laki biasanya akan singgah

terlebih dahulu di lapo tuak, sambil bersantai dan berbincang bincang dengan rekan

kerjanya. Biasanya Suku Batak dalam sebuah pesta akan menghadirkan tuak, menurut

mereka seandainya orang minum tuak akan semakin lancar dalam berbicara dan orang

tersebut akan dapat mengungkapkan apapun yang ada dalam perasaannya.

Tuak mempunyai arti yang khusus bagi Suku Batak karena tuak dapat digunakan

sebagai sarana keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga minuman

(24)

Pada masa lampau, ibu-ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan akan

diberikan tuak untuk diminum dengan harapan ASI (Air Susu Ibu) dapat keluar dengan

banyak. Hal ini akan menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi kuat karena tidak

kehabisan ASI sebelum waktunya . Selain itu ibu-ibu yang baru melahirkan juga diberi

makanan berupa ayam cincang yang dicampur dengan tuak, makanan tersebut diberi

nama bangun-bangun itu adalah agar ibu-ibu yang baru melahirkan menjadi pulih

kembali kekuatannya

2.1.2 Tuak Dalam Adat batak

Tuak yang ada hubungannya dengan adat adalah tuak tangkasan: tuak yang tidak bercampur dengan raru. Tuak aslinya manis ksrena manisnya maka disebut tuak na tonggi dalam bahasa Batak Toba. Tuak tangkasan ialah tuak asli yang diambil langsung

dari pohon enau pada pagi hari tampa bercampur dengan ramuan lain.

Dalam adat Batak seperti manulangi biasanya dalam acara ini tuak akan

digunakan. Bila seseorang sudah lanjut usia, mulai sakit sakitan maka untuk melewati

masa ini ada upacara yang harus dilaluinya. Upacara tersebut disebut dengan manulangi ,

yang asal katanya dari sulang artinya suap. Upacara ini biasanya diselaenggarakan oleh

anak-anak atau cucu-cucu dari orang tua yang akan disulangi. Dalam upacara tersebut

orang tua yang akan diupacarakan menerima suapan makanan dan minuman dari

anak-anak dan cucunya. Artinya bahwa tanggung jawab dan kewajiban orang tua telah

dialihkan kepada turunannya, serta dengan harapan bahwa segala berkat yang ada pada

orang tua tersebut akan juga dialami oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Setelah upacara

(25)

lagi dalam acara adat, maka dalam acara ini akan disediakan tuak tangkasan, ihan batak,(ikan khusus di batak yang besarnya lebih dari ikan emas tetapi sekarang sudah

jarang di temukan di Danau Toba),dan air sitio-tio yaitu air jernih. Maksud diberikan semuanya itu sebagai permohonan agar niat dan tujuan manulangi berjalan dengan baik.

Bila sebelum acara manulangi itu orang tua yang akan diupacarakan itu

meninggal maka anak ataupun cucunya tidak mempunyai hak lagi dalam adat karena

anaknya dianggap bersalah, terkecuali bila anak tersebut meminta maaf kepada orang

tuanya melalui pengetua adat dengan cara membayar utang adat sebagai tanda denda dan

perasaan bersalah.setelah itu barulah anak atau cucu itu dimaafkan dan boleh mengikuti

acara adat lagi. Upacara ini dapat dilakukan bila anak-anak ataupun cucu-cucu baru

bertemu dengan orang tua setelah lama tidak berjumpa juga bagi anak perempuan yang

kawin lari, setelah menikah dia bersama suaminya datang dan manulangi sebagi tanda

maaf dan membayar utang adat.

Pada saat seseorang anak baru lahir, saudara laki-laki dari ibu yang disebut tulang

memberikan selendang kepada anak tersebut yang disebut parompa. Parompa asal kata dari ompa gendong yang adalah alat untuk menggendong (mangompa). Sebagai tanda

terima kasih atas pemberian tulang, orang tua anak tersebut akan memberikan uang

dengan pengertian untuk dapat memperoleh tuak manis. Pemberian ini disebut parsituak na tonggi. Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan bagi kita mengapa bukan langsung

tuak yang diberikan, ini berkenaan dengan pemikiran bahwa orang yang memberikan

parompa bertempat tinggal jauh, sedangkan tuak tidak tahan lama, oleh karena itu maka

akan lebih baik memberikan uang dari pada tuak secara langsung ,karena dengan

(26)

tukar-menukar yangt seimbang atau (balance recipority), dimana seorang terhadap yang

lain merasa layak untuk memberi dan diberi.

Parsituak na tonggi juga diberikan kepada pihak pemberi gadis yang disebut dengan hula-hula dan ini yang dianggap paling penting karena bila memberi parsituak na

tonggi kepada hula-hula maka pihak penerima gadis (boru) menganggapo bahwa selama tujuh turunannya tidak akan mengalami mara bahaya, oleh karena itu tuak juga dianggap

sebagai minuman hula-hula. Hal ini berkaitan dengan prinsip orang batak bahwa jika tidak ada hula-hula maka tidak akan ada penerus keturunan, oleh karena itu hula hula

dianggap penting dan mempunyai kedudukan tinggi dibanding dengan boru (anak

perempuan) dan dengan dongan sabutuha (keluarga lainnya)

Dalam hal ini tuak dianggap sebagai minuman kehormatan sehingga hanya

diberikan kepada hula-hula seperti halnya bila diberikan kepada raja-raja adat serta

orang-orang yang dihormati masyarakat .

2.2 Proses Pembuatan Tuak

Proses pembuatan tuak bagi menjadi dua yaitu ada tuak yang terbuat dari batang

Aren dan batang kelapa, masing-masing pembuat tuak atau yang disebut dengan paragat

mempunyai resep masing-masing dalam membuat tuak, biasanya resep ini akan

turun-temurun kepada anak-anak pembuat tuak tersebut.

2.2.1 Tuak dari batang aren

Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga

pinnata). Kalau dalam bahasa Indonesia, sadapan dari enau atau aren disebut nira. Nira

(27)

manis dan yang pahit (mengandung alkohol).

Hatta Sunanto (1983:17), seorang Insinyur pertanian, menerangkan "Di Indonesia,

tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang

tanahnya subur pada ketinggian 500-800m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah

yang mempunyai ketinggian kurang dari 500m dan lebih dari 800m, tanaman aren tetap

dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan”..Pohon enau atau aren

dinamai bagot dalam bahasa Batak Toba. Di kecamatan Balige yang berketinggian sekitar

900m di atas permukaan laut, banyak bagot tumbuh sendiri dan bagot inilah yang tetap

digunakan untuk menyadap tuak.

Penyadap tuak disebut paragat (semacam pisau yang dipakai waktu menyadap tuak). Setelah dipukul tandannya berulang-ulang dengan alat dari kayu yang disebut

balbal-balbal selama beberapa minggu, setelah itu mayangnya sudah dapat dipotong.,

kemudian ujung tandan tersebut dibungkus dengan obat (kapur sirih atau keladi yang

ditumbuk) selama dua-tiga hari. Dengan prosedur ini barulah mulai datang airnya dengan

lancar.

Seorang peragat menyadap tuak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.Tuak

yang ditampung pagi hari dikumpulkan di rumah paragat. Setelah ujicoba rasanya,

paragat memasukkan ke dalam bak tuak sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya cocok rasanya dan alkoholnya. raru inilah yang mengakibatkan peragian.

Resep membuat tuak berbeda-beda sedikit demi sedikit tergantung para paragat.

Resep masing-masing boleh dikatakan sebagai rahasia perusahaan, maka tidak menjadi

masalah siapa pun bisa berhasil sebagai paragat. Paragat harus belajar dahulu cara

(28)

rahasia pengolahan tuak tersebut. Tapi biasanya, tidak ada paragat perempuan, mungkin

karena kegiatan paragat sehari-hari yang turun ke jurang, menaiki pohon aren dan

membawa tuak yang tertampung ke kampung sangat keras untuk perempuan..Sebagian

paragat membuka kedai tuak sendiri, tetapi pada umumnya sebagian besar paragat

menjual tuak kepada kedai atau agen tuak.

2.2.2 Tuak dari batang kelapa

Produksi dan distribusi tuak dari batang kelapa hampir sama dengan yang di

ambil dari batang aren. Di Medan Pohon aren tidak dapat tumbuh karena sejajar dengan

permukaan air laut,maka tuak di sadap dari batang kelapa, untuk membuat tuak harus

terlebih dahulu memanjat pohon kelapa.

Manggar ialah bakal buah kelapa yang umurnya sekitar tiga bulan. Artinya,

manggar sudah tua, tetapi belum muncul kelapanya. Manggar muda belum banyak

niranya, sementara yang sudah keluar kelapanya sudah tidak bisa disadap. Penyadapan

dilakukan dengan memotong ujung manggar sekitar lima sentimeter. Setelah itu, selama

tiga hari setiap pagi dan sore ujung manggar tersebut dipotong lagi sekitar satu sentimeter

hingga akhirnya mengeluarkan nira. "Nira baru dapat keluar kira-kira tiga hari setelah

pemotongan pertama Setelah mengeluarkan nira, pelepah yang membungkus manggar

dapat dibuka. Manggar selanjutnya disatukan dan diikat kuat lalu diarahkan ke bawah

supaya nira dapat menetes. Tetesan nira itulah yang kemudian ditampung di

jerigen-jerigen.

Manggar yang baik, dapat terus meneteskan nira hingga satu bulan. Sementara

(29)

biasanya dimiliki pohon kelapa lokal berumur di atas enam tahun yang daunnya tampak

mengkilap dan turun ke bawah. Di setiap pohon, dalam waktu yang sama sebaiknya

hanya ada dua manggar yang disadap. Sebab, jika terlalu banyak manggar yang disadap,

kualitas dan kuantitas nira yang dihasilkan akan berkurang, Setiap pagi antara pukul

08.00 hingga 10.00, nira yang sudah ditampung itu diambil para peragat dan kemudian

diolah. Sorenya para peragat harus kembali memanjat untuk memotong manggar agar

nira tetap menetes. Dalam sehari para paragat biasanya hanya bisa memanjat menyadap

20 pohon. Lebih dari itu, mereka mengaku tidak kuat

Untuk memaksimalkan nira yang didapat, setiap dua minggu sekali mereka

mencari manggar baru untuk disadap. Jadi, meski pohon yang disadap terbatas, jumlah

tuak yang mereka peroleh relatif stabil, setiap hari antara 25 sampai 30 liter, tuak hasil

sadapan yang berwarna putih seperti susu itu lalu disaring hingga benar-benar bersih.

Penyaringan kadang harus dilakukan sampai tiga kali karena tuak yang diambil dari

pucuk pohon kelapa sering bercampur dengan sisa-sisa potongan manggar atau lebah

pencari tuak

Setelah bersih, di dalam tuak yang rasanya manis itu lalu dimasukkan potongan

kulit pohon (kulit raru). Kulit raru dapat digunakan hingga empat kali. Setelah itu harus

dibuang karena sarinya sudah habis, hal ini bias diketahui dengan melihat bahwa kulit

raru tersebut telah layu dan warnanya berubah dari cokelat segar menjadi keputih-putihan.

Setelah direndam selama enam sampai delapan jam di dalam tuak, kulit raru diambil lagi

dan dicampurkan dengan tuak. Jika kulit pohon raru yang direndam terlalu banyak, tuak

akan berwarna cokelat dan rasanya terlalu pahit. Dan kalau kurang, tuak akan manis dan

(30)

botol tuak, biasanya tuak akan bertahan sekitar dua hari. Setelah itu, tuak harus dibuang

karena rasanya sudah masam.

2.3 Sejarah Perkembangan Sake

Sake adalah minuman beralkohol tradisional Jepang yang terbuat dari beras. Sake

pertama kali di buat sekitar 2000 tahun yang lalu, saat masyarakat jepang mulai

mempraktekkan budaya menanam padi di sawah. Sejak saat itu sake mempunyai peranan

penting dalam budaya dan sejarah Jepang. Biasanya minuman ini dikaitkan dengan

berbagai matsuri pada masyarakat pertanian. Orang Jepang percaya bahwa sake mewarisi

kesakralan padi sehingga selalu digunakan dalam ritual-ritual Shinto. Hal ini dari

kepercayaan bahwa padi diaanugrahkan bagi masyaakat Jepang oleh dewi Ameterasu

omikami.

Pada jaman dahulu,pembuatan sake pada umumnya hanya dilakukan di

istana-istana kaisar atau di kelenteng-kelenteng Budha dan kuil-kuil Shinto. Rakyat jelata di

Jepang mulai dapat membuat sake sejak akhir abad ke-12.hal ini terjadi karena pada saat

itu ada undang-undang yang membatasi penggunaan atau pembuatan sake. Sake menjadi

minuman penting di Jepang sehingga pada akhirnya pemerintah pada tahun 1300

mengijinkan produksi sake secara menyeluruh di seluruh negri. Beberapa tahun

kemudian tempat produksi sake menyebar ke seluruh negeri dengan daerah produksi

terbesar berpusat di prefektur-prefektur Kyoto dan Hyogo.

Penyebaran tempat produksi, berdampak positif pada perkembangan proses

produksi. Pada mulanya,semua sake berwarna keruh hingga seorang pekerja di salah satu

(31)

mengalami perkembangan yang cukup pesat setelah revolusi industri di Jepang pada abad

ke-19, yang memperkenalkan sistem permesinan sehingga memudahkan produksi sake.

Dalam situs www.wikipedia.com dijabarkan bahwa perkembangan sake mempunyi

peranan tersendiri dalam budaya Jepang, dimana keberadaanya telah mempengaruhi

negeri dalam beberapa jaman pemerintahan berikut.

a. Zaman Yayoi.

Zaman ini merupakan masa permulaan orang Jepang mempraktekkan kegiatan

bercorak tanam. Selain itu pada jaman ini pula dibuat sake pertama yang disebut

Kuchikami no sake yang berarti sake kunyahan mulut. Proses awal ini dilakukan dengan

dengan mengunyah beras, biji-bijian dan kacang-kacangan kemudian meludahnya

kedalam baskom besar.

Selama mengunyah enzim dalam air ludah mengubah zat tepung menjadi zat gula

atau glukosa sehingga mudah difermentasi dengan ragi .cara tersebut merupakan cara

yang paling primitive untuk membuat sake . Pembuatan sake dengan cara ini telah

dihentikan sejak ditemukan bahwa koji dan ragi dapat membantu proses fermentasi.

b. Zaman Nara

Pada zaman ini sake diproduksi dengan menambakan koji dalam proses pembuatannya. Jamur beras dengan nama latin Aspergillus oryzae ini terbukti mampu meningkatkan kualitas sake. Sake pada zaman Nara dapat dinikmati ole masyarakat kelas

atas. Dan seiring meningkatnya sistem hukum dan perintahan maka dibentuk suatu

lembaga yang disebut sake no tsukasa. Tugas lembaga ini adalah menjaga dan mengatur

(32)

c. Zaman Heian

Sake masih merupakan barang mewah yang hanya dapat dinikmati masyarakat

kelas atas. Sake menjadi sangat populer sehingga dibentuklah organisasi khusus yang

beranggotakan toji) atau pembuat sake. Organisasi ini bertekad merintis berbagai teknik

untuk lebih meningkatkan kualitas sake. Ketekunan para toji membuahkan hasil dengan ditemukanna tehnik dengan mengurangi kandungan alkohol.

d. Zaman Kamakura periode muromachi dan azuci momoyama

Pada zaman ini pihak kuil dan pemujaan Shinto mengambil alih organisasi

pembuatan sake yang dulunya dikususkan untuk pemerintah. Selama masa tersebut sake

menjadi barang dagangan penting sama seperti beras. Oleh karena itu untuk pertama

kalinya diproduksi sake bagi masyarakat biasa.keadaan tersebut membuat daerah Kyoto

menjadi makmur, dan setelah dibentuknya usaha untuk umum produksi sake menjadi

didominasi oleh masyarakat setempat.

e. Zaman Edo

Pada awal zaman Edo sake diproduksi lima kali dalam setahun. Para toji

memperhatikan bahwa diantara lima kali produksi, ternyata yang mempunyai kualitas

sake yang terbaik adalah sake yang dibuat pada musim dingin. Hal ini membuat para

pembuat sake mengerti pentingnya pengaruh faktor cuaca. Selain itu, pada zaman ini

ditemukan tehnik pasteurisasi sebagai upaya untuk memastikan bakteri-bakteri yang

merugikan dalam sake.

f. Zaman Meizi

Pemerintah menetapkan hukum tertulis mengenai sake selama restorasi meiji.

(33)

untuk mendirikan dan mengembangkan tempat produksi sake. Namun setiap produksi

sake akan dikenakan wajib pajak. Akibat kebijakan itu, tiga puluh ribu usaha produksi

sake yang tersebar di seluruh negri mengalami kebangkrutan, yang mampu bertahan

adalah para tuan tanah yang sangat kaya yang memiliki hasil panen yang melimpah.

Tahun 1888 produksi sake masih dikemas dalam tong kayu, dan beberapa tahun

kemudian sake mulai dikemas dalam botol standart 1,8 liter yang disebut Isshobin.

Diakhir zaman Meiji teori kimia diakui sangat membantu proses fermentasi. Karena itu didirikan pusat penelitian untuk mengembangkan dan menguji system cepat produksi

sake.

Selama PD II Negara Jepang mengalami kekurangan pasokan beras, akibatnya

terjadi sedikit perubahan dalam proses produksi. Gula dan Alkohol ditambahkan berhasil

memenuhi kekurangan pasokan sake sehingga masih digunakan sampai sekarang. Saat ini

ada kurang lebih tiga ribu sake di Jepang. Produksi sake terpenting terdapat di

prefekturr-prefektur Kyoto dan Hyogo.

2.3.1 Arti Sake Bagi Masyarakat Jepang

Bagi masyarakat Jepang, meneguk minuman beralkohol sudah menjadi budaya

keseharian mereka,. Sake, Shochu, Hopposhu, bir, dan anggur lumrah dikonsumsi semua

kalangan. Sake mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat Jepang.di samping

sebagai usaha menjalin kerjasama yang bersahabat atau upaya untuk menciptakan

hubungan yang akrab, minum sake juga dapat diartikan sebuah isyarat untuk

memudahkan komunikasi secara terbuka antara anggota dalam kelompok sosial di

(34)

menjaga sikap demi harmonisnya suatu hubungan, oleh karena itu dengan minum sake

semuanya itu menjadi tidak berlaku lagi.

2.3.2 Sake Dalam Tradisi Jepang

Sake adalah minuman tradisional yang berada di Jepang Minuman tradisional ini

biasanya akan diminum dalam cangkir yang kecil. Hal ini berkaitan dengan tradisi Jepang

Kuno. Nenek moyang orang Jepang selalu makan dengan tempat yang terbuat dari kulit

kerang besar. Sedangkan kulit kerang kecil digunakan sebagai cawan air. Maka, saat ini

minuman harus selalu ditempatkan di wadah kecil. Sedangkan makanan dalam wadah

yang lebih besar. Setiap orang yang hendak minum, harus menuangkannya untuk

temannya terlebih dulu. Pada acara minum, pantang menuangkannya untuk diri sendiri.

Mabuk setelah minum sake adalah hal yang biasa. Apalagi minuman dengan

kadar alkohol tinggi ini (sekitar 20%). Sejak remaja mereka sudah boleh minum sake.

Namun, tentunya hanya satu atau dua cangkir. Sake selalu disajikan dalam tiga kategori.

Dari yang biasa sampai spesial. Jenis sake yang paling biasa disebut nikyu Kualitas yang diatasnya ikkyu. Sedangkan yang spesial disebut tokkyu. Untuk acara seperti pernikahan,

perayaan karena promosi jabatan atau hanya sekedar makan malam romantis biasanya

akan menggunakan sake spesial. Tingginya kadar alkohol di dalam sake membuat kesan

orang Jepang suka sekali mabuk. Selain sake, mereka juga suka sekali minum whiski dan

bir.serta minuman beralkohol lainnya.

Selain ketiga hal diatas, banyak tradisi lain yang menarik. Saling bertukar kartu

nama seperti yang sering dilakukan oleh orang Indonesia saat bertemu kenalan baru.

(35)

nama adalah hal yang penting seperti halnya telepon genggam. Sebagian besar

perusahaan Jepang mencetak kartu nama karyawannya dengan kertas dan bentuk yang

menarik. Semakin bagus kartu namanya, semakin bergengsi perusahaannya.

Sake juga selalu dipakai dalam beberapa upacara tradisional Jepang seperti

upacara matsuri yaitu upacara keagamaan untuk mengundang para dewa, atau terjadinya pertemuan antara manusia dan dewa untuk memohon petunjuk kesejahteraan.

Penyelenggaraan matsuri yang sifatnya besar-besaran diselenggarakan didaerah perkotaan sedangkan yang sederhana diselenggarakan di daerah pedesaan, sebagian dari

matsuri masih diadakan secara tradisional, namun sebagian lagi sudah disesuaikan

dengan jaman modern. Minum sake saat berlangsungnya matsuri adalah symbol untuk

bersatu dengan dewa (Lawanda, 2004: 23) selain itu pada masyarakat pertanian padi sake

adalah symbol kesakralan yang dipersembahkan untuk menyenangkan dewa penguasa

panen.

2.4 Proses Pembuatan Sake

Walaupun pabrik-pabrik besar telah mempergunakan system computer untuk

mengendalikan proses pembuatan sake, namun proses pembuatannya tidak banyak

mengalami perubahan sejak jaman dahulu. Secara tradisional sake dibuat dengan tangan

dibawah pengawasan seorang ahli yang berpengalaman. Sampai sekarang industri rumah

tangga yang memproduksi sake masih mepertahankan cara pembuatan secara tradisional

ini. Sake difermentasikan pada suhu terdingin dimusim dingin dengan mempergunakan

beras yang dipanen pada musim gugur. Setelah prose fermentasi selesai,sake siap melalui

(36)

pemilik perusahaan sake.walaupu sake yang baru ini sudah enak namun aromanya masih

belum sempurna. Untuk itu sake didiamkan sementara waktu agar aromanya menjadi

lebih lembut. Menurut Gautner (2000:19-25) sake dibuat melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

1. Penggilingan beras (seimaibuai)

Hal pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan sake adalah menggiling

beras atau seimaibuai. Seimaibuai adalah proses menggiling beras untuk mengambil bagian tengah butir beras yang mengandung zat tepung. Bagian luar butir beras di buang

karena banyak mengandung lemak, protein serta zat lain yang bersifat merugikan ketika

difermentasikan. Dengan menggiling beras semaksimal mungkin maka zat-zat tersebut

dapat dikikis sehingga menghasilkan sake yang berkualitas.

2. Perendaman dan Pengukusan

Beras yang digiling, dicuci untuk menghilangkan bubuk putih (nuka) yang

tertinggal akibat penggilingan. Mencuci beras harus dilakukan secara perlahan untuk

menjaga agar butirnya tetap utuh. Setelah dicuci beras kemudian dikukus hingga bagian

luarnya sedikit keras tapi lembut di bagian dalamnya. Selanjutnya beras ditebar diatas

tikar tatami supaya dingin merata.

3.Pembuatan Nasi Koji (Seigaku)

Pembuatan Nasi koji merupakan yang terpenting diantara serangkaian diantara

(37)

berbentuk bubuk hijau tua diatas nasi kukus yang telah didinginkan, kemudian

difeermentasikan diruang khusus dengan kelembapan tinggi dengan suhu yang terjaga.

Selama 40-45 jam kemudian perkembangan nasi koji dicek untuk dilakukan pengadukan.

Proses pembuatan nasi Koji dianggap selesai jika butiran nasi terlihat samara seperti

butiran es dan berbau. Dalam sekali produksi sake, pembuatan nasi koji dilakukan

sebanyak 4 kali, dan semuanya difermentasikan dengan cara yang sama,. Setelah proses

fermentasi selesai, nasi koji segera digunakan untuk tahap fermentasi selanjutnya

4.Peragian

Tahap selanjutnya adalah mencampurkan nasi koji yang telah difermentasikan

dengan nasi kukus,air dan sejumlah ragi untuk difermentasikan selama lebih kurang dua

minggu.Takaran satu sedok ragi dapat mencapai lebih dari 100 juta sel ragi. Sel-sel

tersebut akan mengubah glukosa pada nasi menjadi alkohol dan karbondioksida.

5. Bubur

Campuran pada tahap peragian kemudian dipindahkan ke tangki yang lebih besar.

Selanjutnya ditambahkan banyak nasi kukus, nasi koji yang telah difermentasikan dengan

air. Penambahan dilakukan 3 kali berturut-turut selama 4 hari hingga kondisinya seperti

bubur. Setelah itu bubur dibiarkan mengalami fermentasi selama 18-32 hari dengan suhu

(38)

6.Pengepresan (Joso)

Bubur yang telah difermentasikan akan membentuk kasu yang banyak mengandung cairan sake. Kasu adalah ampas yang berbentuk padatan putih sisa

fermentasi. Kasu dipres dengan mesin sehingga keluar cairan sake.

7. Filtrasi (roka)

Tahap selanjutnya disebut filtrasi atau tahap penyaringan. Sake yang baru di pres

masih berwarna keruh, karena itu disaring dengan saringan kayu yang disebut fune. Cara penyaringan menjadi salah satu faktor yang membedakan setiap produksi sake.

8. Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah suatu proses mematikan bakteri-bakteri yang membahayakan

kesehatan sehingga sake aman untuk diminum. Proses ini dilakukan dengan memanaskan

sake dengan cepat melalui pipa yang terendam dengan air panas. Sebelum dipanaskan

biasanya sake akan dipasteurisai sebanyak 2 kali.

9. Aging

Aging adalah tahap penuaan sake yang merupakan tahap akhir dari serangkaian

proses pembuatan sake. Aging pada umumnya berlangsung sekitar 6 bulan. Tujuan utama

Aging adalah untuk menyempurnakan rasa sake. Semakin lama sake mengalami

aging,maka rasanya akan semakin sempurna dan sake tersebut menjadi berharga.

Penambahan alkohol pada semua jenis sake dilakukan pada tahap ini dan pada tahap ini

(39)

2.5 Perbandingan

Bagi masyarkat Batak tuak adalah minuman Khas yang diminati oleh semua

elemen masyarakat. Tuak di ambil dari batang aren dan batang kelapa. Tuak yang ada

hubungannya dengan adat disebut dengan tuak takkasan yang belum di campur dengan

apapun. Tuak tidak dimasukkan kedalam minuman dewata karena berhubungna dengan

cerita masyarakat Batak yang mana pelaku sejarah mengandakan bunuh diri sehingga

hanya digunakan sebagai sajian untuk para arwah-arwah nenek moyang yang sudah

meninggal. Sedangkan sake adalah minuman beralkohol Khas masyarakat Jepang yang

terbuat dari beras. Orang Jepang percaya bahwa sake mewarisi kesakralan padi sehingga

selalu digunakan untuk ritual-ritual agama Shinto. Sake termasuk minuman untuk para

dewata dan untuk para arwah leluhur yang sudah meninggal, dapat dilihat ketika sake

dibuat pada Butsudan dan kamidana.

Proses pembuatan tuak terkesan lebih mudah daripada proses pembuatan sake,

tuak ketika diambil dari pohon aren atau kelapa hanya mengalami proses fermentasi

ketika bercampur dengan raru, sedangkan sake proses pembuatannya terkesan lebih rumit

mulai dari beras sampai mengalami beberapa kali proses fermentasidan proses

penyulingan dan pembuatannya pun sangat lama semakin mengalami proses perbaikan.

Sake cenderung lebih steril daripada tuak ini dapat dilihat ketika sake telah

beberapa kali mengalami proses Fermentasi kemudian mengalami proses penyulingan

dan proses pasteurisasi untuk mematikan bakteri-bakteri yang berbahaya kemudian sake

menglami proses penuaan yang disebut dengan aging untuk penyempurnaan rasa sake.

Sedangkan tuak pada waktu diambil dari batang kelapa atau aren hanya mengalami

(40)

Proses pembuatan tuak lebih manual dibanding dengan sake, satu orang sudah

dapat membuat beberapa gentong tuak, sake selain dibuat dengan proses manual juga

(41)

BAB III

PERBANDINGAN FUNGSI SOSIAL MINUMAN BERALKOHOL PADA MASYARAKAT BATAK DAN MASYARAKAT JEPANG

3.1 Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Bagi Masyarakat Batak

Bila berbicara mengenai fungsi sosial tentu yang terbayang bagi kita adalah

masyarakat.dan hubungan yang terjadi di masyarakat yang akan memunculkan hubungan

sosial, bila berbicara mengenai hubungan-hubungan sosial yan terjalin maka ini tidak

terlepas dari peranan yang dimainkan yang akan melibatkan peranan-peranan lainnya.

Misalnya peranan penjual tuak dengan masyarakat, maka fungsi sosial tuak akan

dijabarkan sebagai berikut.

3.1.1 Fungsi Sosial Tuak

1. Sebagai Minuman kehormatan

Tuak dikatakan minuman kehormatan, karena pada saat seorang anak baru lahir,

saudara laki-laki dari ibu yang biasa disebut dengan tulang memberikan selendang

kepada anak tersebut yang disebut dengan parompa, parompa asal katanya dari ompa (gendong) yang adalah alat untuk menggendong (mangompa). sebagai tanda terima kasih

atas pemberian tulang, orang tua anak tersebut akan memberikan uang dengan pengertian

untuk dapat memperoleh tuak manis, pemberian seperti ini disebut parsituak na tonggi, hal ini tentunya akan memunculkan pertanyaan bagi kita kenapa bukan langsung tuak

yang diberikan kepada orang tersebut, hal ini berkenaan dengan pemikiran bahwa orang

(42)

ketika orang tersebut ingin minum tuak ia dapat membelinya diperjalanan. Tukar

menukar seperti ini merupakan tukar menukar yang seimbang (balance recepriority), dimana seorang terhadap yang lain merasa layakuntuk memberi dan diberi.

Parsituak na tonggi juga diberikan kepada kepada pihak pemberi gadis atau yang

disebut dengan hula-hula dan ini yang dianggap paling penting karena bila memberi

parsituak na tonggi kepada hula-hula maka pihak penerima gadis atau yag disebut denga

boru menganggap bahwa selama tujuh turunannya tidak akan mengalami mara bahaya,

semua ini tersirat denga perkataan orang batak:”molo mamasu hula-hula pitu sudut so ada mara”. Oleh karena itu ada pengertian bahwa tuak itu adalah minuman hula-hula, hal

ini juga berkaitan dengan pemikiran orang batak, bahwa jika tidak ada hula-hula maka tidak akan penerus keturunan, oleh karena itu hula-hula dianggap penting dibandingkan

dengan boru dan dongan sabutuha atau keluarga lainnya, semua itu juga tercermin dari pepatah orang batak :”somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru”, yang artinya bersikaplah hormat kepada pemberi gadis, bersikaplah hati-hati kepada

teman bermain , bersikaplah sayang kepada keluarga perempuan.

Sudah merupakan kebiasaan, apalagi menjelang lahirnya anak pertama, orangtua

dari siisteri disertai rombongan kecil kaum kerabat datang menjenguk puterinya dengan

membawa makanan ala kadarnya; salah satu istilah untuk kunjungan ini ialah mangirdak,

artinya "membangkitkan semangat". Ada pula lagi yang melilitkan selembar ulos yang

dinamai ulos tondi, artinya "ulos untuk menguatkan jiwa" ke tubuh borunya atau anak perempuannya dan suaminya dalam acara sesudah makan. Tentu saja tuan dan nyonya

rumah didampingi kaum kerabat dalam upacar sederhana tadi..

(43)

bersama ala kadarnya di rumah keluarga yang berbahagia itu, dinamai mangharoani,

artinya "menyambut tibanya sang anak. Ada juga menyebutnya mamboan aek ni unte, karena pihak hula-hula membawa makanan yang akan memperlancar air susu sang ibu, setelah itu tuan rumah akan memberikan parsituak na tonggi kepada pihak hula-hula

sebagai ganti dari pemberian hula-hula tersebut..

Dalam hal ini tuak dianggap sebagai minuman kehormatan sehingga hanya

diberikan kepada hula-hula seperti halnya bila diberikan kepada raja-raja adat serta orang-orang yang dihormati oleh masyarakat..

2. Sebagai Minuman Persahabatan

Di daerah Tapanuli Utara, biasanya laki-laki yang menyelesaikan kerjanya

berkumpul di kedai pada sore hari. Mereka berbincang-bincang, menyanyi, memain

kartu, bercatur dan menonton televisi, sambil minum tuak. Pada umumnya seorang petani

biasa minum tuak beberapa gelas sehari. Sekarang harga tuak dihitung Rp

5000,00-8000,00-per gelasnya di daerah perkampungan khususnya di daerah Tapanuli Utara,

laki-laki baik yang muda maupun yang tua minum tuak di lapo tuaki tetapi jarang terdapat

perempuan yang minum tuak di lapo tuak bersama laki-laki, kecuali pemilik lapo atau

isterinya. Ada juga laki-laki yang membeli tuak di lapo dan membawa botol yang terisi

tuak ke rumahnya atau ke rumah temannya untuk minum tuak. Pada jaman dulu saat

orang-orang sibuk bekerja di sawah atau di ladang biasanya ada yang membawa tuak

secara sukarela, walaupun antara si pembawa dan yang diberikan tuak sebelumnya tidak

saling mengenal, pada saat itu tuak berfungsi sebagai minuman persahabatan dan untuk

(44)

dengan itu tuak tidak dinilai dengan uang tetapi sebagai tanda terima kasih, maka orang

yang diberi tuak biasnya akan memberikan hasil panennya berupa beras.

Sedangkan di kota Medan, laki-laki Batak Toba tidak semuanya mempunyai

kebiasaan minum tuak. Menurut informasi dari beberapa perantau Batak Toba dan

observasi serta wawancara di lapo tuak, kebiasaan minum tuak tidak berhubungan dengan status sosial-ekonominya, melainkan berkaitan dengan tahap generasi migran.

Dengan kata lain, perantau generasi pertama yang berasal dari Tapanuli Utara lebih

cenderung minum tuak di Medan: bukan hanya orang-orang yang berstatus rendah

sosial-ekonominya seperti tukang becak, tetapi yang agak tinggi status sosial sosial-ekonominya

seperti pegawai negeri dan para pengusaha pun minum tuak. Di kedai tuak semua orang

sama status sosialnya tidak ada perbedaan, tuak di gunakan sebagi sarana mengakrabkan

diri karena disana mereka akan berjoget,bernyanyi dan berbincang sambil minum tuak.

Tak jarang ada yang minum tuak sampai mabuk, sehingga ketika dia mau pulang

kerumah pun harus di antar oleh sahabatnya. Minum tuak biasanya disertai dengan

makanan sebagai temannya tuak, dan biasa disebut oleh orang batak dengan

tambul.minum tuak dengan makan tambul akan menambah kenikmatannya.

3.1.2 Fungsi Tuak dalam Upacara Adat

Tuak mempunyai peranan juga dalam adat batak, karena tuak juga berhubungan

dengan cerita masyarakat tuak berasal dari mayang bagot, maka perlu diketahui legenda

keberadaan batang bagot. Seorang tokoh adat yang tinggal di Balige memberitahukan

legenda tersebut sebagai berikut:

(45)

yang tidak disukainya. Tetapi karena tekanan orang tua yang sudah menerima uang

mahal, si boru Sorbajati meminta agar dibunyikan gendang di mana dia menari dan akan

menentukan sikap. Sewaktu menari di rumah, tiba-tiba dia melompat ke halaman

sehingga terbenam ke dalam tanah. Kemudian dia menjelma tumbuh sebagai pohon

bagot, sehingga tuak itu disebut aek (air) Sorbajati. Bersumber dari cerita ini maka tuak

dapat dipakaidalam upacara adat.

1. Dalam Upacara Tahunan

Upacara tahunan bagi masyarakat batak ada bermacam macam misalnya saja

acara bona taon dan acara tahun baru. Pesta Bona Taon merupakan tradisi orang Batak di perantauan. Setiap marga Batak memiliki perkumpulan tersendiri. Frekuensi

pertemuannya variatif, namun yang pasti biasanya setiap mengawali tahun ada pertemuan

besar.Pertemuan sebulan sekali biasanya dilakukan dalam kumpulan yang lebih kecil,

misalnya perkumpulan keluarga satu kakek (ompung). Kemudian pada setiap satu tahun

diadakan acara bona taon. Sebelum acara bona taon diadakan harus terlebih dahulu dibuka dengan doa dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esah karena satu tahun

telah berlalu. Bila acara Bona Taon didakan oleh perkumpulan yang lebih besar dan perkumpulan itu mempunyai dana yang lebih besar, maka acara itu akan kelihatan lebih

mewah. Pada acara bona taon biasanya diadakan acara gondang dan manortor (menari),

pada acara manortor ini biasanya yang manortor terlebih dahulu adalah orang yang membuat pesta, misalnya ketika perkumpulan keluarga sihotang sekota madya Medan

(46)

pada akhir acara dibuat acara door prize. Biaya yang dikeluarkan untuk acara Bona Taon

biasanya di kutip dari masing-masing anggota selain dari iyuran bulanan yang juga

dikutip dari masing-masing anggota atau dapat juga mencari sponsor yang lain.

Pesta bona taon itu sendiri digunakan sebagai sarana untuk melepas rindu bagi

keluarga yang sudah lama tidak berjumpa, atau sarana berkenalan bagi keluarga yang

belum saling kenal dan sarana untuk mengucapkan Selamat tahun baru bagi mereka yang

belum sempat berkunjung. Bagi Batak rantau terutama yang menikah dengan suku lain di

luar Batak, acara inilah yang dapat mempereat mereka dan agar mereka lebih mengenal

lagi budaya leluhurnya . pada acara ini selain acara manortor juga disediakan hidangan

khas Batak seperti ikan mas yang di arsik atau naniura dan juga tidak ketinggalan minuman tuak, bir sebagai minuman yang dapat mempererat mereka terutama kaum

laki-laki yang sudah dewasa. Minuman beralkohol ini juga mereka gunakan untuk lebih

mempererat hubungan kekeluargaan diantara mereka.

Tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya

masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang

mempunyai kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan tahun baru. Hari tahun

baru di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender

Gregorian, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia..Begitu juga dengan orang

Batak juga merayakan tahun baru ini dengan saling mengunjungi dan saling bersalaman

dan meminta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya selama tahun yang sudah lewat.

Pada acara ini biasanya orang yang dikunjungi akan menyediakan menu bagi pengunjung

yang terdiri dari kue-kue,minuman seperti bir dan tak jarang juga ada yang menyediakan

(47)

makanan dan minuman.

2. Dalam Upacara Daur Hidup

Bila berbicara dengan daur hidup manusia tentunya ini akan berhubungan dengan

kelahiran sampai dengan kematian, semuanya itu dalam adat Batak mempunyai

ritual-ritual tersendiri. Pada masa lampau, ibu-ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan

diberikan tuak untuk diminum dengan harapan agar ASI (air susu ibu) dapat keluar

dengan lancar, hal ini tentunya akan mengakibatkan anak yang dilahirkan menjadi kuat

karena tidak kehabisan ASI sebelum waktunya, selain itu ibu-ibu yang baru melahirkan

juga diberikan makanan berupa ayam cincang yang dicampur dengan tuak, makanan itu

disebut dengan bangun-bangun, adapun maksud diberikannya bangun-bangun ini adalah

agar ibu-ibu yang baru melahirkan dapat menjadi pulih kekuatannya.selain itu pada saat

seorang anak baru lahir pihak dari saudara ibu juga akan datang membawa kain gendong

sebagai hadiah bagi si anak tersebut maka sebagai gantinya orang tua dari si anak akan

memberikan uang yang disebut dengan parsituak na tonggi.

Dalam acara pernikahan adat Batak pun tuak tidak terlepas dari menu yang

disediakan oleh si pembuat acara, minuman beralkohol ini sudah menjadi langganan pada

setiap acara yang diadakan, karena ketika meminum tuak si raja hata atau orang yang

ambil peranan dalam mengatur jalannya pesta dapat lancar berbicara.

Bila seseorang sudah lanjut usia dan mulai sakit-sakitan ataupun istilahnya sudah

mulai uzur maka untuk melewati masa ini ada upacara yang harus dilaluinya, upacara ini

disebut dengan manulangi, yang asal katanya dari sulang yang berarti suap. Upacara ini

(48)

disulang. Dalam upacara itu orang tua yang akan diupacarakan menerima suapan

makanan dan minuman dari anak-anak ataupun cucunya, artinya bahwa tanggung jawab

dan kewajiban orang tua telah dialihkan kepada keturunannya, serta dengan harapan

bahwa segala berkat yang ada pada orang tersebut akan dialami juga oleh anak-anak dan

cucu-cucunya. Setelah acara tersebut orang tua ini telah bebas dari acara duniawi, dan dia

berhak untuk tidak ikut lagi dalam acara-acara adat.

Adapun yang harus dipersiapkan dalam acara ini adalah sebagai berikut: tuak

tangkasan, ihan batak , serta aek sitio-tio. Tuak tangkasasn adalah tuak asli yang langsung diambil dari pohon enau pada pagi hari, tampa dicampur dengan ramuan lain,

sedangkan ihan batak adaloah ikan khusus batak yang sangat besar dan sekarang sudah

diganti dennga ikan emas , air sitio-tio adalah air jernih dan dianggap punya nilai olebih

dari air biasa. Maksud diberikannya semua itu adalah agar niat dan tujuan dari upacara

manulangi berjalan dengan baik.

Bila sebelum upacara manulangi terlaksana orang tua yang harus disulangi itu

meninggal , maka anak ataupun cucunya tidak mempunyai hak dalam adapt, maka anak

dan cucucnya tersebut harus terlebih dahulu meminta maaf kepada oarng tuanya tadi

melalui pengetua adat dengan cara membayar utang adat sebagi tanda denda dan

pernyataan bersalah, utang adapt inidiberrikan kepada pengetua adapt berupa babi

ataupun lembu atau kerbau, juga harus mempersiapkan namargoar, kesemuanya ini

termasuk upeti, dimana bila semuanya telah tersedia maka anak-anak atau cucu-cucu

harus mengundang tua-tua adat dan keluarga. Setelah semuanya terlaksana barulah

anak-anak ataupun cucu tersebut dimaafkan dan boleh mengikuti acara-acara adapt lagi.

(49)

juga bagi anak perempuan yang kawin lari, setelah menikah dia bersama suaminya

datang dan manulangi sebagai tanda maaf dan membayar utang adat.

3.1.3 Lapo Tuak

Lapo tuak adalah warung khas Batak yang khususnya menjual sejenis minuman tradisional yaitu tuak dan makanan khas Batak lainnya selain itu lapo tuak juga menjual

minuman beralkohol lainnya seperti bir hitam, bir biasa dan lain sebagainya. Lapo tuak

pada dasarnya merupakan tempat bagi kaum laki-laki untuk berkumpul, bercakap-cakap

sambil minum tuak sampai berjam-jam. Bila dilihat dari segi bangunannya maka lapo

tuak termasuk dalam kategori kaki lima sama halnya dengan warung-warung yang terdapat dipinggir jalan, ciri khasnya yaitu merupakan bangunan yang semi permanen

atuapun bangunan sementara, sekalipun lapo tuak dari segi bangunannya sangat sederhana, tetapi lapo tuak dikunjungi oleh orang-orang Batak baik dari kalangan orang

yang berkecukupan sampai kepada orang yang mampu, walaupun bentuknya sederhana

tetapi orang batak tetap sangat senang untuk mengunjungi lapo tuak.

Lapo tuak merupakan suatu arena dimana terjadi interaksi sosial dari berbagi

lapisan yang ada di dalam masyarakat Batak. interaksi sosial adalah tingkah laku yang

sistematik yang terwujud antara dua orang atau lebih dan yang menghasilkan hubungan

sosial (Suparlan, 1987:95). Lapo tuak juga merupakan tempat sumber daya bagi

pemiliknya serta tempat untuk memenuhi keinginan para pengunjungnya, khususnya

keinginan untuk berkunjung dan bersantai sambil menikmati makanan dan minuman

yang dipesan.

(50)

berkumpul dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Kegiatan tersebut menimbulkan

hubungan-hubungan sosial yang akan nampak menjadi suatu jaringan sosial yaitu

pengelompokan terdiri atas sejumlah orang (paling sedikit tiga orang) yang

masing-masing mempunyai identitas sendiri yang dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui

hubungan-hubugan sosial, sehingga mereka dapat dikelompokkan sebagai satu kesatuan

sosial. Biasanya hubungan mereka itu tidak resmi karena mereka tidak sadar enggan akan

keanggotaanya, karena jaringan sosial itu belum tentu terwujud sebagai suatu organisasi

atauperkumpulan yang resmi(Suparlan,1978:94). Menurut Keesing (1971:148) hubungan

sosial adalah bila dua orang A dan B berinteraksi apa yang mereka kerjakan satu dengan

yang lainnya, tidak hanya itu tetapi akan tampak pula ide dari hubungan itu, konsep satu

dengan yang lainnya, saling pengertian, strategi yang diharapkan satu dengan yang

lainnya

Jaringan sosial ini akan meliputi hubungan antara pemilik lapo tuak dengan pengunjung lapo tuak, serta hubungan pengunjung dengan sesama pengunjung, juga

hubungan pemilik dengan para pelayan. Rangkaian hubungan yang terciptakan tersebut

dapat merupakan set perseorangan atau set pribadi yang menurut Whitten dan Wolfe

dapat meliputi jaringan pertetanggaan dan jaringan pertemanan yang terwujud dalam

hubungan diadik yaitu hubungan sosial diantara dua orang atau dua pihak secara timbal

balik (Winick, 1975). Bentuk hubungan klik yaitu hubungan peranan yang cenderung

melibatkan set peranan yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan khusus (Wolfe,

1968:15) dan juga jaringan kekerabatan.

Bila berbicara mengenai hubungan-hubungan sosial tersebut yang terjalin, maka

(51)

hubungan tersebut, sebuah peranan yag dimainkan akan melibatkan peranan-peranan

lainnya, misalnya peranan pemilik lapo tuak melibatkan juga peranan pelayan atau konsumen . peranan tidak hanya berkenaan dengan tindakan saja tetapi yang penting

adalah juga menyangkut perangkat harapan peranan (role expectation) yang dimainkan

oleh setiap individu yang bersangkutan. Hal tersebut meliputi keseluruhan tindakan yang

diharapkan terwujud berkaitan dengan suatu peranan tertentu, namun demikian setiap

individu satu dengan yang lainnya acap kali mempunyai harapan yang tidak selaras,

akibatnya bukan hal yang mustahil bila terjadi pertentangan. Pertentangan ini disebut

dengan (role conflict).

Menurut Linton (1936:114) peranan terwujud karena adanya suatu status atau

kedudukan dan peranan merupakan bentuk aktif dari kedudukan. Sedangkan yang

dimaksud dengan status adalah kumpulan hak-hak dan kewajiban tertentu yang dimiliki

seseorang dalam berinteraksi atau berhadapan dengan orang lain (Linton, 1936:113).

Lapo tuak merupakan tempat dan wadah dan sumber daya dimana orang-orang

datang dan berkumpul untuk makan dan minum dan merupakan arena tersendiri dari

sekian banyak arena di masyarakat. Arena sosial adalah suatu lingkungan dimana terjadi

interaksi yang timbal balik antara para anggotanya yang berada dilingkungan tertentu dan

yang biasanya tergantung kepada keadaan ataupun kegiatan seseorang. Di lapo tuak dapat

di jumpai masyarakat dari berbagai tingkatan status sosial dengan berbagai tujuan. Lapo

tuak merupakan suatu tempat dimana setiap hal dapat dibicarakan., Lapo tuak juga

menjadi tempat untuk memecahkan masalah baik itu yang sifatnya yang bersifat pribadi

(52)

3.2 Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Dalam Masyarakat Jepang

Fungsi sake bagi masyrakat Jepang berhubungan dengan bagaimana sake ini

mempunyai sarana bersosial dengan kelompok sosial dalam masyarakat . (Sunarto,

2000:141) menjabarkan mengenai kelompok sosial yaitu sebagai berikut:

1. Robet.K.Merton mendefenisikan bahwa kelompok sosial ialah adanya seejumlah

orang yang mempunyai rasa solidartas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta

adanya rasa kewajiban moral untuk menjalankan perana yang diharapkan, namun

diantara para pendukung tersebut tidak terdapat interaksi.

2. Ferdinad Tonies dalam bukunya “berinchaft and berselchft” mengemukakan

bahwa kelompok sosial adalah sekempulan orang yang hadir bersama tetapi pada

dasarnya terpisah kendatipun terdapat faktor pemersatu .

3. Charles Horton Choky seoraang sosiolog Amerika menyatakan bahwa kelompok

sosial ditandai oleh pergaulan dan kerjasama tatap muka bersahabat yang

menghasilkan interaksi harmonis dalam satu kesatuan sehinga banyak hal dari

seorang menjadi hidup dan tercapainya tujuan bersama kelompok.

4. Robet Bierstelt mengemukakan bahwa kelompok sosial merupakan kelompok

yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis hubungan antara sesama anggota

tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.

5. W.G. Sumner mendefenisikan bahwa kelompok sosial terdapat kelompok dalam

dan kelompok luar. Hubungan sesama anggota kelompok dalam terwujud atas

dasar solidaritas, kesetiaan, pengorbanan kedalam dan permusuhan keluar.

Berdasarkan tinjauan mengenai defenisi bahwa kelompok sosial tidak terikat

(53)

mendeskripsikan kehidupan masyarakat Jepang. Pola kehidupan di Jepang di dominasi

oleh keterikatan dengan organisasi di perusahaan-perusahaan sehingga membentuk

budaya hidup berkeelompok. Dari sisi sejarah , budaya ini berakar dari sisitem keluarga

tradisional Jepang yang dikenal dengan sistem Ie Hubungan dengan sistem Ie didasarkan

pada tanggung jawab dan kesetiaan terhadap usaha keluarga yang anggotanya mencakup

majikan dan para pekerja. Kondisi ini menyebabkan konsep hubungan dalam sisitem Ie

cenderung menyerupai suatu ikatan oganisasi.

Dalam pendapat Charles Morton Cooley disebutkan bahwa pergaulan dan

kerjasama tatap muka bersahabat akan menghasilkan interaksi harmonis dalam

kelompok. Bagi orang Jepang tatap muka bersahabat sangat penting untuk menjaga

harmonisasi kelompok. Namun pada dasarnya sikap tersebut hanya menghasilkan

harmonisasi semu. Oleh karena itu diperlukan suatu sarana agar tercipta suatu

harmonisasi yang nyata yang berasal dari hati nuraani seluruh anggota kelompok.. Sarana

yang digunakan berfungsi sebagai simbol yang dapat menjalin kedekatan dalam interaksi

antar angagota kelompok .

Interaksi yang membutuhkan sarana sebagai symbol dikenal dengan istilah

interaksionisme simbolik. Simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau makna nya

tergantung mereka yang mempergunakannya. Makna atau nilai tersebut tidak ditentukan

oleh sifat-sifat dalam bentuk fisiknya. Misalnya makna warna merah dapat diartikan

berhenti pada lampu lalu lintas dapat juga berarti komunis (kelompok merah). Pada

dasarnya interaksionisme simbolik mempunyai tiga pokok pikiran (Blumer dalam

(54)

1) Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu

tersebut baginya .

2) Makna yang dipunyai tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara

seseorang dengan sesamanya.

3) Makna diperlukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran yang digunakan

orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya .

Minum sake dalam kehidupan sosial di Jepang dapat diartikan sebagai usaha

untuk menjalin kerjasama yang bersahabat atau upaya menciptakan hubungan yang

akrab. Bangsa Jepang terkenal dengan kedisiplinan dalam menjaga sikap demi

terciptanya suatu hubungan akibatnya sulit terjadi komunikasi secara terbuka antara

sesama kelompok, karena itu minum sake bersama merupakan isyarat untuk

memudahkan interaksi dan memudahkan komunikasi secara terbuka antara anggota

dalam kelompok sosial di Jepang. Fungsi sosial minuman beralkohol antara lain sebagai

berikut:

1 Minuman kehormatan

Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang bersifat vertikal, artinya

berdasarkan hubungan atas-bawah, sekaligus bersifat patriakal. Sistem ini tidaklah terkait

dengan kelas-kelas dalam masyarakat, melainkan lebih pada penekanan terhadap

kesenioran. Hubungan kesenioran bisa diartikan sebagai hubungan antara

atasan-bawahan, antara siswa kelas yang lebih atas dan siswa kelas yang bawah di sekolah, atau

bisa juga hubungan antara orang tua-anak.

(55)

masyarakat Jepang karena Jepan

Gambar

Gambar : paragat pulang mengambil tuak
Gambar :orang  minum tuak
Gambar : tuak dengan tambulnya
Gambar : acara manulangi pada masyarakat Batak
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peran pemerintah dalam menciptakan disiplin pada masyarakat Jepang adalah membangun infrastruktur dan membuat peraturan, peran sekolah adalah mengajarkan anak-anak disiplin sejak

Terkait adanya budaya bersih bagi Masyarakat Jepang merupakan hal menarik, karena negara Jepang salah satu negara yang menjunjung tinggi nilai kebersihan dan

b).Rata-rata hasil pengamatan siswa yang aktif mengikuti pembelajaran 65,75% c). Hasil pengamatan proses pembelajaran responden guru 71,75%. Hasil ini menunjukkan proses

perusahaan ritel yang sukses dalam menjalankan usaha franchise Alfamart dan tidak terlepas dari adanya Training, Support Service, Control System,

Upaya-upaya yang dilakukan dalam mewujudkan implementasi kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah dalam Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Administrasi

The variables observed are (1) farm size (number of cattle owned by farmers in Animal Unit /AU), (2) basic potential (M1) (education, farming experience, social interaction,

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Riyanto selaku sekertaris desa Traji, “yang namanya Suran s endang Sidukun itu sudah menjadi adat yang tidak bisa diganti keberadaannya

15 Berdasarkan identifikasi masalah diatas yang sudah dijabarkan, maka untuk lebih efektif dan efisien, peneliti membatasi permasalahan yang akan kita bahas dalam