• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Dari Unit Perebusan Yang Terdapat Pada Air Kondensat Dan Air Kolam Fat Fit Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di Ptpn Iii Pks Rambutan Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Dari Unit Perebusan Yang Terdapat Pada Air Kondensat Dan Air Kolam Fat Fit Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di Ptpn Iii Pks Rambutan Tebing Tinggi"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT DARI UNIT PEREBUSAN YANG TERDAPAT PADA AIR KONDENSAT DAN AIR KOLAM FAT FIT DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI

PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Oleh:

ENNY MAULIDNA SEMBIRING NIM : 052401061

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT DARI UNIT PEREBUSAN YANG TERDAPAT PADA AIR KONDENSAT DAN AIR KOLAM FAT FIT DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI

PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat lulus program studi D-3

Oleh :

ENNY MAULIDNA SEMBIRING NIM : 052401061

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

JUDUL : PENENTUAN KEHILANGAN MINYAK

DI UNIT PEREBUSAN PADA AIR KONDENSAT DAN KOLAM FAT FIT DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI

KATAGORI : KARYA ILMIAH

NOMOR INDUK MAHASISWA : 052401061

PROGRAM STUDI : DIPLOMA (D3) KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN : KIMIA

FAKULTAS : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui: Medan, juli 2008

Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan,M.S. Cut Fatimah Zuhra,SSi.MSi.

(4)

PERNYATAAN

PENETUAN KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT DI UNIT PEREBUSAN YANG TERDAPAT PADA AIR KONDESAT DAN AIR FAT

FIT DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(5)

PENGHARGAAN

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini .

Penulisan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan praktek kerja lapangan di PTP Nusantara III Rambutan tebing Tinggi, dengan judul Penentuan Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Di Unit Rebusan Yang Terdapat Pada Air Kondensat Dan Air Kolam Fat Fit Di PTPN III PKS Rambutran Tebing Tinggi Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi.

Secara khusus penulis persembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tercinta, Abangda Mas Edi Yanto, Kakakanda Lili Amelia, serta seluiruh keluarga penulis atas bimbingan, dukungan moril dan materil serta do`anya yang selalu menyertai selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah.

Dalam penyelesaian karya ilmiah ini tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semuanya yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan kepada penulis dan iklas menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Cut Fatimah Zuhra, SSi.., MSi.,selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu hingga selesainya karya ilmiah ini.

2. Ibu Dr Rumondang Bulan, MS, selaku ketua Departemen Kimia

3. Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, selaku dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara..Dr. Rumond.

4. Bapak rediman silalahi, selaku Manejer di PTP Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan praktek kerja lapangan.

5. Bapak Suyono, selaku Asisten Laboratorium di PTP Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi dan seluruh karyawan dan karyawati khususnya bagian laboratorium yang telah banyak memberikan bimbingan.

6. Ibu Elfrida Manurung, selaku pembimbing lapangan selama di PTP Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi.

(6)

Penulis menyadari bahwa penulisan kaerya ilmiah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini berguna bagi para pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya.

Medan, Juli 2008 Penulis

(7)

PENENTUAN KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA UNIT PEREBUSAN YANG TERDAPAT PADA AIR KONDENSAT DAN KOLAM FAT FIT DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI

PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI

ABSTRAK

(8)

THE DETERMINE LOSSES OF PALM OIL AT UNIT STERILIZER ON WATER KONDENSAT AND FAT FIT BY SOXHLETATION EXTRACTION METHODE IN PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING

TINGGI

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ...………. i

PERNYATAAN …..………... ii

PENGHARGAAN ….………. iii

ABSTRAK ………..………. v

ABSTRACT ……….………... vi

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ...……….. viii

BAB. I. PENDAHULUAN ….………..………... 1

1.1. Latar belakang ………..………... 1

1.2. Permasalahan ………..………. 3

1.3. Tujuan ....………..……….... 3

1.4. Manfaat ....………..………. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………..……….. 4

2.1. Kelapa sawit ...…………..……….... 4

2.1.1. Klasifikasi kelapa sawit …..……….... 5

2.1.2. Jenis-jenis kelapa sawit …..……… 5

2.2. Minyak kelapa sawit ……… 7

2.3. Tandan Buah Segar (TBS) ....……….. 8

2.3.1. Fraksi TBS dan mutu panen ….……….. 9

2.4. Pengolahan kelapa sawit .….……….. 10

2.5 Ekstraksi ……….………... 13

2.5.1. Rendering ……….………... 13

2.5.2. Pengepresan mekanis .……….. 14

2.5.3. Ekstraksi dengan Pelarut ..……….... 15

2.6. Air Kondensat ... ………...……….... 17

2.7. Kolam Fat Fit .………..……….... 17

BAB III. METODOLOGI ……….………... 18

3.1. alat dan bahan ……….. 18

3.1.1. alat-alat ……..……….. 18

3.1.2. bahan-bahan ..………... 18

3.2. Prosedur …...……….... 18

3.2.1. penentuan loosing pada air kondensat …..………... 18

3.2.2. penentuan loosing pada kolam fat fit …..………... 19

BAB. IV. DATA DAN PEMBAHASAN .……….. 21

4.1. Data ……….... 21

4.2. Perhitungan ……….... 22

4.3. Pembahasan ………... 24

Bab V. KESIMPULALAN Dan SARAN ……….... 26

(10)

5.2. saran ……….. 26 DAFTAR PUSTAKA ……….. 27 Lampiran

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Jenis kelapa sawit berdasarkan warna kulitnya ……… 7 Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa sawit dan Inti sawit … 7 Tabel 2.3. Beberapa Sifat Fisis dan Kimia Minyak Kelapa Sawit ………… 8 Tabel 2.4. Hasil Rendemen dan ALB akibat lamanya TBS diangkut

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil : CPO) dan minyak inti sawit (Crude Palm Kernel Oil : CPKO) pada dasarnya merupakan suatu proses pengolahan tandan buah segar(TBS).

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat.. Dimana tahap- tahap proses pengolahan TBS mempengaruhi proses pada tahap berikutnya. Salah satu tahap proses pertama pada pengolahan kelapa sawit adalah proses perebusan.

Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135o C dan tekanan 2,0–2,8 kg / cm2

Selain itu kehilanghan minyak juga disebabkan oleh : buah lewat masak, buah restan dilapangan, stagnasi pabrik dan penanganan di loading ramp. Oleh sebab itu, untuk mencapai hasil yang optimal baik dari segi kuantitas maupun selama 80–90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal.(Fauzi, 2004)

(12)

kualitas yang dimana juga di pengaruhi kondisi dari peralatan pabrik. (Fauzi,2004)

Kehilangan minyak kelapa sawit yang terlalu tinggi di unit perebusan yang terdapat pada air kondensat dapat mempengaruhi hasil akhir kelapa sawit, sehingga perlu dilakukan analisis kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada air kondensat, dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi. Ekstraksi ini lebih efisien karena dengan alat ini pelarut yang dipergunakan dapat diperoleh kembali. Standart kehilangan minyak kelapa sawit ditetapkan oleh pabrik adalah 0,7 %.(Ketaren,1986)

Air kondensat dari hasil perebusan akan dialirkan ke kolam fatfit. Kolam fat fit ini merupakan tempat pembuangan terakhir dari semua pembuangan cair di pabrik kelapa sawit ini.

(13)

1.2. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan dibicarakan dan dibahas yaitu mengenai: apakah hasil analisa terhadap kehilangan minyak dari di unit perebusan yang terdapat di air kondensat dan di kolam fat fit sesuai dengan standar yang ditetapkan di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulis karya ilmiah ini adalah:

1. untuk mengetahui kadar kehilangan minyak pada air kondensat 2. untuk mengetahui kadar kehilangan minyak pada kolam fat fit.

1.4. Manfaat

Dari faktor hilangnya minyak kelapa sawit pada proses perebusan bisa mempengaruhi kuantitas hasil akhir dan begitu juga terhadap kolam fat fit, maka penulis karya ilmiah ini memberikan hasil analisis yang dapat digunakan untuk melihat efesiensi dari alat yang digunakan serta memperbaiki penanganan pengolahan di stasiun perebusan.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack), berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataanya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit.

(15)

2.1.1. Klasifikasi Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jacq) dalam klasifikasi botanis dapat diuraikan sebagai berikut:

Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae

Ordo : Palmeles Family : Palmaceae Sub-family : Palminae Genus : Alaes

Spesies : Alaeis Guinensis Jacq

Tanaman kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian sampai 20 m. tanaman ini berumah satu atau Monoecious, yang artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada tandan bunga betina. Masing – masing tandan terletak terpisah dan keluar dari ketiak pelepah. (Djoehana.., 1991)

2.1.2. Jenis – jenis Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa jenis kelapa sawit diantaranya Dura, Pisifera, Tenera, dan Macro Carya.

1. Dura

- Tempurung tebal (2-8 mm)

(16)

2. Pisifera

- Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada - Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura

- Daging biji sangat tipis

- tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan

3. Tenera

- Hasil dari persilangan Dura dengan Pisifera - Tempurung tipis (0,5-4 mm)

- Terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung - Daging buah sangat tebal (60-96 % dari buah)

- Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relative lebih kecil 4. Marco Carya

- tempurung tebal sekitar (5 mm) - Daging buah sangat tipis (Risza , 1994)

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan jumlah rendemen minyak kelapa sawit yang dikandungnya. Rendemen minyak paling tinggi terdapat pada jenis tenera yaitu mencapai 22-24 %, sedangkan pada jenis Dura hanya 16-18%.

(17)

Table: 2.1. Jenis kelapa sawit berdasarkan warna kulitnya

Jenis Warna buah muda Warna buah masak Nigrescens Ungu kehitaman Jingga kehitam-hitaman

Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi

ujung buah tetap hijau Abescens Keputih-putihan Kekuning-kuningan dan

ujungnya ungu kehitaman

Jenis unggul kelapa sawit dihasilkan dari persilangan bibit unggul, yang dimana berdasarka prinsip reproduksi . Misalnya dalam proses persilangan antara Dura dan Pisifera. Hasil persilangan tersebut telah terbukti memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan jenis lain. (Tim Penulis.PS, 1997)

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palma yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack). Minyak kelapa sawit dapat juga dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil).

Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit yang baik yaitu mempunyai kadar air kurang dari 0,1 % dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 % kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang 2% atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat).(Ketaren,1986)

Table: 2.2. komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

No Asam lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)

1 Asam kaplirat - 3 - 4

2 Asam kaproat - 3 – 7

3 Asam laurat - 46 – 52

4 Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

5 Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

6 Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

(18)

8 Asam linoleat 7 - 11 0,5 - 2

Sifat fisika-kimia kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, kelarutan dalam pelarut organic, titik asap, polymorphism dan lain- lain. Warna minyak kelapa sawit ditentukan oleh adanya pigmen yang terdapat didalamnya kelapa sawit, karena asam –asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak kelapa sawit. Bau dan Flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta-ionone. (ketaren,1986)

Titik cair minyak kelapa sawit berada dalam kisaran suhu 21 – 29 o

No.

C, karena minyak kelap sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda – beda.

Table: 2.3. Beberapa sifat fisis dan kimia minyak kelapa sawit

Sifat fisis dan kimia Nilai

1. Titik cair 21 – 29

2. Berat jenis 15 o C 0,859 – 0,870

3. Indeks Bias D 40 o C 36,0 – 37,5

4. Bilangan penyabunan 224 – 249

5. Bilangan Iod 14,5 – 19,0

(Ketaren. ,1986)

2.3. Tandan Buah Segar (TBS)

(19)

terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.

Pelaksanaan pemanenan tidak secara sembarangan. Perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik.

Kriteria matang panen merupakan indeks yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA) minimal. (Fauzi,2004)

2.3.1. Fraksi TBS dan mutu panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan dipabrik sangat dipengaruhi perlakukan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah kepabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini. (Fauzi,2004)

Table: 2.4. Hasil Rendemen dan ALB Akibat lamanya T BS diangkut kepabrik Lama menginap (hari) Rendemen minyak terhadap buah (%) ALB (%)

0 50,44 3,90

1 50,60 5,01

2 50,73 6,09

3 48,66 6,90

(20)

sawit yang dihasilkan. Ada lima fraksi TBS . Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan – tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3.(Fauzi,2004)

Table: 2.5. Beberapa Tingkat Fraksi TBS

Fraksi Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan

00 Tidak, ada buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1-12,5 % buah luar membrondol Mentah

1 12,5-25 % buah luar membrondol Kurang matang 2 25-50 % buah luar membrondol Matang I 3 50-75 % buah luar membrondol Matang II 4 75-100 % buah luar membrondol Lewat matang I 5 Buah dalam juga membrondol, ada buah

yang busuk

Lewat matang II

2.4. Pengolahan Kelapa Sawit

Tahap – tahap pengolahan TBS menjadi CPO adalah sebagai berikut: 1. Penimbangan

Tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dari lapangan diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk, dan ditimbang diatas timbangan untuk mengetahui jumlah TBS yang diterima oleh pabrik, kemudian buah kelapa sawit dipindahkan ke loading ramp.

2. Penimbunan (Loading Ramp)

Setelah truk buah kelapa sawit ditimbang, kemudian buah kelapa sawit dipindahkan ke loading ramp sebagi tempat penimbunan sementara. Pada kesempatan ini lebih kurang 5 % dari jumlah truk buah kelapa sawit disortir untuk penilaian mutu TBS yang akan diolah. Selanjutnya buah kelapa sawit di pindahkan kedalam rebusan yang berkapasitas 2,50 – 2,75 ton.(Fauzi,2004)

(21)

Lori – lori yang sudah berisi TBS dimasukkan kedalam ketel rebusan yang berkapasitas 8 lori per unit (25 – 75 ton TBS) dengan bantuan capstand. Kemudian pintu sterilizer ditutup rapat dan dikunci. TBS dipanaskan dengan uap aur yang bertekanan 2,0 – 2,8 Kg/ Cm2

1. Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty acid (FFA).

.

tujuan dari perebusan ini adalah :

2. Mempermudah melepasnya buah kelapa sawit dari tandan secara manual 3. Penyempurnaan dalam pengolahan

4. Penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit

Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Perebusan dilakukan pada tekanan uap 2,8 Kg/Cm2

5. Stasiun pemecahan (digester)

dan waktu antara 80-90 menit merupakan yang paling optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang memuaskan. Selain itu, pada proses perebusan juga perlu dilakukan pengurusan udara agar udara bias keluar dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan. Perebusan dilakukan pada saat tekanan mencapai puncak pertama pada tekanan sekitar 2,3 bar, pada puncak kedua dengan tekanna sekitar 2,5 bar dan uap dimasukan hingga mencapai tekanan sekitar 2,8 bar.

4. Stasiun pemipilan (strepper)

(22)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan / pemecahan (digester) alat yang dilakukan untuk pengadukan pemecahan berupa sebuah tangkai vertical yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah dibagian dalamnya.

6. Pengempaan (presser)

Proses pemisahan minyak minyak terjadi terjadi akibat pemutaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone.dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang – lubang press cage, sedangkan anmpasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.

Selama proses pengepakan berlangsung,air panas ditambahkan kedalam screw press. Bertujuan untuk mengencerkan sehingga massa bubur buah dikempa tidak terlalu rapat. (Pahan, 2008)

7. Pemurnian

Untuk memperoleh minyak yang bermutu baik, minyak dari lemak kasar harus dimurnikan dari bahan – bahan atau kotoran yang terdapat di dalamnya. Cara – cara pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :

• Pengendapan (setting) dan pemisahan gumi (degumming), bertujuan menghasilkan partikel – partikel halus yang tersuspensi atau berbentuk koloidal. Pemisahan ini dilakukan dengan pemanasan uap dan adsorben, kadang – kadang dilakukan sentrifusa.

(23)

menggunakan uap panas dalam keadaan vakum, kemudian ditambahkan alkali. Sedangkan lemak dengan asam lemak bebas rendah cukup ditambahkan NaOH atau garam NaCO3, sehingga asam lemak ikut fase air dan terpisah dari lemaknya

• Pemucatan bertujuan menghilangkan zat – zat warna dalam minyak dengan penambahan adsorbing agent seperti arang aktif, tanah liat, atau dengan reaksi – reaksi kimia. Setelah penyerapan warna, lemak disaring dalam keadaan vakum.

• Penghilangan bau (deodorisasi) lemak, dilakukan dalam botol vakum, kemudian dipanaskan dengan mengalirkan uap panas yang akan membawa senyawa volatile. Selesai proses deodorisasi, lemak harus segera didinginkan untuk mencegah kontak dengan O2 . (Winarno,2002)

2.5. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam – macam yaitu rendering, mechanical expression, solvent extraction

2.5.1.Rendering

(24)

memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.

Menurut pengerjaanya rendering dibagi dalam dua cara, yaitu:

a. Wet Rendering

wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsung proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperature tinggi serta serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). penggunaan temperature rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak.

b. Dry Rendering.

Dry dering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (aqiator). Bahan dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tdipanaskan sambil diaduk, pemanasan dilakukan pada suhu 220 o F (105o

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji – bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada C). ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.

(25)

pengepresan mekanisme ini diperlukan perlakuan pendahulu sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya.

Dua cara umum dalam pengepresan mekanis yaitu:

a. pengepresan Hydraulik

pada cara pengepresan hydraulic, bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000 poud/ inch2 (140,6 kg/cm2 = 136 atm) banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4-6 %, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik.

b. pengepresan berulir

cara ini memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperature 240o F (115,5o C) dengan tekanan sekitar 15-20 pound /inch2

penentuan kadar minyak atau lemak sesuatu bahan dapat dilakukan dengan menggunakan alat sokletasi. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, contohnya yang diuji harus cukup kering. Pada cara kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble, kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus secepatnya dan dihindari suhu yang terlalu tinggi, untuk ini dianjurkan dengan vakum oven (suhu 70

. kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 %, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung sekitar 4-5%. (Ketaren, 1986)

2.5.3. Ekstraksi dengan Pelarut

a. Ekstraksi dengan alat soklet

o

(26)

yang tidak menyerap air. Apabila bahan masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut akan sulit masuk kedalam jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air selanjutnya ekstraksi lemak kuran efisien. Selain itu adanya air akan menyebabkan zat-zat yang larut dalam air akan ikut pula terekstraksi bersama lemak sehingga analisa kurang mencerminkan yang sebenarnya.

b. Ekstraksi dengan alat goldfisch

ekstraksi dengan alat goldfisch sangat praktis dan mudah pemakaiannya. Bahan sampel yang telah dihaluskan dimasukan kedalam thimble dan dipasang dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang. Bahan pelarut yang digunakan ditempatkan dalam beaker glass dibawah tabung penyangga. Bila beaker glass dipanaskan uappelarut akan naik dan didinginkan oleh kondensor sehingga akan mengembun dan menetes pada sampel demikian terus-menerus sehingga bahan akan dibasahi oleh pelarut dan lipida akan terekstraksi dan selanjutnya akan tertampung kedalam beaker glass kembali.

c. Ekstraksi dengan botol babcock

penentuan lemak dengan botol babcock sangatlah sederhana, sampel telah ditimbang dengan teliti dimasukkan kedalam botol babcock. Pada leher botol babcock ini telah dilengkapi dengan skala ukuran volume. Sampel yang dianalisa ditambah asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi lemak sehingga lemak akan terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan. Pemisahan lemak dari cairannya dapat lebih sempurna bila dilakukan sentrifugasi.

d. Ekstraksi dengan mojonnier.

(27)

ekstraksi dikerjakan kemudian diuapkan pelarutnya dan dikeringkan dalam oven 100o

Kolam fat fit merupakan tempat penampungan pembuangan limbah cair yang berasal dari proses pengolahan minyak sawit dan inti sawit. Yang berasal dari drab, air kondensat, air cucian pabrik, air Hydrocyclone atau claybath dan sebagainya. Dimana kolam fat fit ini banyak juga mengandung senyawa - senyawa organik dan anorganik yang akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak

C sampai berat konstan. (Sudarmaji., 1989)

2.6. Air Kondensat

Air kondensat adalah air yang terbentuk akibat proses kondensasi uap didalam benjana sterilizer. Air kondensat yang berada didasar bejana sterilizer ini harus terus menerus dibuang karena dapat menghambat proses perebusan. Hal ini disebabkan karena air yang terdapat dalam rebusan akan mengabsorbsi panas yang diberikan oleh uap dari bagian atas bejana sterilizer, sehingga jumlah air buah kelapa sawit makin bertambah. Pertambahan air yang tidak diimbangi dengan pengeluaran air kondensat memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak yang dimana kurva tersebut lebih efisien. Karena rebusan merupakan sebuah benjana tekan yang bekerja dengan tingkat risiko tinggi. Air kondensat yang memiliki temperatur tinggi yang masih mengandung minyak dapat menyebabkan lantai sekitar rebusan licin dan dan dapat mempercepat kerusakan

packing pintu rebusan.. (Pahan,2008 dan Fauzi,2004)

(28)

sedap pada daerah sekitar pabrik. Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahandan kapasitas olahan. (Sugiharto,1987 dan Naibaho,1996)

BAB III

METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. alat - alat - Oven

- Kertas saring thimble

- Satu set alat ekstraksi sokletasi - Neraca analitik

- Labu alas - Desikator

- Kapas bebas minyak - Cawan porselin

(29)

- N- heksan

- Air kolam Fat Fit

3.2. Prosedur 3.2.1. Penentuan Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat

- Contoh air kondensat diaduk sampai rata

- Ditimbang contoh seberat 10 gram kedalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya

- Kemudian contoh dipanaskan dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam untuk menghilangkan kadar airnya

- Didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang beratnya - Contoh kering dimasukkan dalam thimble dan ditutup dengan kapas

minyak

- Ditimbang berat labu alas untuk mengetahui berat kosongnya - Dimasukkan 200 ml N-heksan kedalam labu alas

- Dimasukkan thimble kedalam alat soklet dan diekstraksi selama 6 jam - Labu alas dilepas dari alat soklet dan dipanaskan didalam oven selama 1

jam untuk menghilangkan pelarut yang masih tertinggal minyak - Kemudian didinginkan didalam desikator selama 30 menit

- Ditimbang beratnya dan ulangi penimbangan sampai diperoleh berat yang konstan.

(30)

- Ditimbang contoh seberat 10 gram kedalam cawan porselkin yang telah diketahui beratnya

- Kemudian contoh dipanaskan dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam untuk menghilangkan kadar airnya

- Didinginkan dalam desikator selaam 30 menit dan ditimbang beratnya - Contoh kering dimasukkan dalam thimble dan ditutup dengan kapas

bebas minyak

- Dimasukkan 200 ml N-heksan kedalam labu alas

- Dimasaukkan thimble kedalam alat soklet dan diekstraksi selama 6 jam. - Labu alas dilepas dari alat soklet dan dipanaskan didaslam oven selama

12 jam untuk menghilangkan pelarut yang masih tertinggal didalam minyak

- Kemudian didinginkan didalam desikator selama 30 menit

(31)

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

[image:31.595.112.445.284.447.2]

A. Pada Air Kondensat

Table: 4.1. Data kehilangan minyak yang terdapat pada air kondensat No Tanggal Berat

contoh basah (g)

Berat contoh kering (g)

Berat losses minyak (g)

Kadar air (%)

Losses minyak (%) 1 14-01-2008 13,1156 0.5997 0,1259 95,47 0,95 2 15-01-2008 12,5825 0,5390 0,1208 95,92 0,91 3 16-01-2008 12,8685 0,5310 0,1222 95,59 0,92 4 17-01-2008 13,7331 0,6466 0,1510 95,11 1,14 5 18-01-2008 13,8956 0,5711 0,1320 95,68 0,97 Rata-rata 13,2390 0,5774 0,1304 95,55 0,98

(32)
[image:32.595.107.515.90.349.2]

Table : 4.2. Data kehilangan minyak yang terdapat pada kolam fat fit No. Tanggal Berat

contoh basah (g) Berat contoh kering (g) Berat losses minyak (g) Kadar air (%) Losses minyak (%) 1 14-01-2008 11,8444 0,4352 0,1054 97,15 0,69 2 15-01-2008 17,3536 0,5883 0,1562 96,14 1,02 3 16-01-2008 14,0520 0,5884 0,1251 96,12 0,82 4 17-01-2008 17,1836 0,5757 0,1547 96,22 1,01 5 18-01-2008 15,8145 0,5314 0,1407 96,51 0,92 Rata-rata 15,2496 0,5438 0,13642 96,43 0,89 4.2. Perhitungan

A. Perhitungan kehilangan minyak yang terdapat pada air kondensat.

Berat kehilangan minyak = A -B Dimana :

A= Berat labu alas + contoh setelah diekstraksi (gr) B= Berat labu alas kosong (gr)

Berat kehilangan minyak = 107,1727 – 107, 0468 = 0,1259 gr

% kehilangan minyak = Berat minyak x 100% Berat contoh basah

= 0,1259 x 100% 13,239

(33)

Berat contoh kering = A – B Dimana :

A = berat cawan + contoh setelah dioven (gr)

B = berat cawan kosong (gr)

Berat contoh kering = 10,7658 – 10,1661 = 0,5997 gr

% Kadar air = A – B x 100% A

Dimana :

A = Berat contoh basah (gr)

B = Berat contoh kering (gr)

% kadar air = 13,2390 – 0,5997 x 100 % 13,2390

= 95,47 %

B. Perhitungan kehilangan minyak yang terdapat pada kolam fat fit

Berat kehilangan minyak = A – B Dimana :

A = berat labu alas + contoh setelah diekstraksi (gr)

(34)

Berat kehilangan minyak = 110,0100 – 109, 9045 = 0,1055 gr

% kehilangan minyak = berat minyak x 100 % Berat contoh basah

= 0,1055 x 100 % 15,2496

= 0,69 %

Berat contoh kering = A – B

Dimana :

A = berat contoh + contoh setelah di oven (gr)

B = berat contoh kosong (gr)

Berat contoh kering = 14,4419 – 14, 0067 = 0,4352 gr

% kadar air = A – B x 100% A

Dimana :

A = berat contoh basah (gr)

(35)

% kadar air = 15,2496 – 0,4352 x 100 % 15,2496

= 97,15 %

4.3. PEMBAHASAN

Kehilangan minyak yang terdapat didalam air kondensat dianalisa secara laboratorium dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi. Hasil yang diperoleh pada pemeriksaan dari tanggal 14 Januari 2008 sampai dengan tanggal 18 Januari 2008 diperoleh data yang berbeda – beda, hal ini kemungkinan disebabkan oleh: Buah lewat masak yaitu buah yang dengan sedikit saja pemanasan sudah mengeluarkan minyak. Buah restan dilapangan yaitu buah yang sedang dipanen tidak langsung dibawa ke PKS sehingga menyebabkan buah memar dan luka.Stagnasi pabrik yaitu buah yang sudah sampai di pabrik tidak langsung diolah, hal ini juga menyebabkan buah memar dan luka. Penanganan di Loding Ram yaitu kemungkinan buah sangkut pada pintu perebusan sehingga buah tertekan dan mengeluarkan minyak.

(36)

Air kondensat dari hasil perebusan akan dialirkan ke kolam fat fit. Kolam fat fit ini merupakan tempat pembuangan terakhir dari semua pembuangan cair di pabrik kelapa sawit. Untuk itu di perlukan penganalisaan terhadap kolam fat fit dengan digunakan metode ekstraksi sokletasi.

Berdasarkan dari data percobaan diperoleh kehilangan minyak kelapa sawit pada air kondensat sebesar 0,98 % dan pada kolam fat fit sebesar 0,89 % sedangkan norma kehilangan minyak dikeluarkan oleh pabrik yaitu 0,70%. Ini dapat menyebabkan kerugian pada pabrik itu sendiri.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percoban yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kehilangan minyak kelapa sawit yang terdapat pada air kondensat adalah 0,98% dan pada kolam fatfit adalah 0,89%

2. kehilangan minyak kelapa sawit pada air kondensat dan kolam fatfit tidak sesuai dengan norma yang kehilangan yang dikeluarkan pabrik yaitu 0,70 %

(37)

Sebaiknya pabrik melakukan pengawasan terhadap mesin- mesin pengolahan, sehinga kehilangan pada proses pengolahan di unit perebusan dan juga pada unit – unit yang lain diminimumkan tekanan dan waktunya. Untuk mempertahankan kehilangan minyak sawit yang tidak melebih standart, dan harus memperhatikan TBS yang terlalu matang akan menghasilkan kehilangan minyak kelapa sawit yang tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan memperhatikan mutupanen terhadap TBS.

DAFTAR PUSTAKA

Djoehana. S.,” Budidaya Kelapa Sawit “, Kanisius, Yogyakarta, 1991.

Fauzi.Y, dkk., “ Kelapa Sawit”, Penebar Swadaya, Jakarta 2004.

Gumbira. Sa`id., “ Penanganan dan Pemanfaata Limbah Kelapa Sawit “, Cetakan I, ungaran : Trubus Agriwidya, 1996.

Ketaren..S., “ Minyak dan Lemak Pangan “, Edisi-I, Cetakan I, UI-Press, Jakarta, 1986.

(38)

Pahan. I, “Panduan Lengkap Kelapa Sawit”, Cetakan IV, Penebar Swadaya, Jakarta, 2008.

Sudarmaji.S, dkk.,” Analisa Bahan Makanan dan Pertanian”, Liberti Yogyakarta, Bekerja sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan UGM, Yogyakarta, 1989.

Sugiharto.,”Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah”, Cetakan I, UI-Press, Jakarta 1987.

Gambar

Tabel 4.2. Data kehilangan minyak yang terdapat pada kolam fat fit ……... 21
Table: 2.2. komposisi  Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit
Table: 2.4. Hasil Rendemen dan ALB Akibat lamanya T BS diangkut kepabrik
Table: 2.5. Beberapa Tingkat Fraksi TBS
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kendati demikian persentase kehilangan ini masih belum bisa ditiadakan, karena sangat sulit untuk mencegah kehilangan tersebut.Kehilangan minyak dapat diketahui dengan

Pengolahan minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit hasil akhirnya haruslah bebas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit dan minyak inti

Telah dilakukan analisis potensi minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dengan cara ekstraksi menggunakan alat sokletasi... ANALYSIS OF CONTENT AND RENDEMENT

Pengolahan minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit hasil akhirnya haruslah bebas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit dan minyak inti

Minyak yang terdapat pada kondensat akan diolah kembali melalui beberapa tahap untuk mendapatkan minyak produksi kembali, sehingga bisa dipastikan tidak ada minyak yang

Masalah yang dihadapi penulis pada tugas akhir ini adalah bagaimanakah pengaruh oil losis pada kondensat dalam menghasilkan minyak produksi (CPO).

Dengan tumpatnya pipa kondensat ini, maka level air kondensat dalam rebusan akan naik dan brondolan yang berada pada lori bagian bawah akan tergenang sehingga

Selain itu bungkil kelapa sawit menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetik.(Ketaren, 1986) Inti kelapa sawit atau Palm Kernel, merupakan buah tanaman kelapa sawit yang