Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi
Medan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR
INFORMAL DI KOTA BINJAI
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
RAHMAT LUBIS
040501004
EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan
ABSTRACT
The development of informal sector in many cities in Indonesia, interests many scholars to analyze it. This research tries to describe and analyze the phenomena of under employment in the informal sector at Binjai city. This research aims is to analyze the effects of age, education level, long of work time, work experience and operational capital on level of income worker in informal sector.
In the research we use ordinary least square method with cross section data, and apply econometric model to estimate income of worker in informal sector in Binjai city.
The result of this study shows that independent variabels age, education level, long of work time, work experience and operational capital could explain dependent variable income of worker in informal sector 95% and the remaining is explain by the others variables outside the model.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Pembangunan sektor informal di kota-kota di Indonesia menarik perhatian para ahli untuk meneliti dibidang tersebut. Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena para pekerja sektor informal di Kota Binjai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasi terhadap pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai.
Penelitian ini menggunakan metode regresi linear sederhana (OLS) dengan data cross section, kemudian menerapkan model ekonometrika untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel bebas yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasional dapat menjelaskan variasi variabel terikat pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai sebesar 95%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model estimasi.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pekerja sektor
informal di kota Binjai.
Penelitian ini sengaja disusun untuk memenuhi persyaratan akademis untuk
mendapat gelar Sarjana Ekonomi Strata I (S1) pada Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Mulai perencanaan sampai penyelesaian skripsi ini, Penulis telah mendapatkan
bantuan-bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Dosen Wali yang telah
membimbing Penulis selama masa perkuliahan.
4. Bapak Drs. Karel S. Manik, selaku Dosen Pembimbing Penulis, yang telah
dengan sabar memberikan petunjuk serta bimbingan, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU, selaku Dosen Pembanding I Penulis yang
telah memberikan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si, selaku Dosen Pembanding II Penulis yang
juga telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Yang terhormat kepada seluruh dosen yang mengajar di Fakultas Ekonomi
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
Pembangunan atas segala kebaikan mereka dalam memberikan ilmu
pengetahuan kepada Penulis.
8. Kepada seluruh staff dan Karyawan Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara yang telah membantu Penulis dalam mendapatkan bahan bacaan yang
sangat membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Yang terhormat kepada seluruh rekan-rekan jurusan Ekonomi Pembangunan
khususnya stambuk 2004 yang telah membantu Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada seluruh sahabat dan rekanan baik yang Penulis kenal ataupun yang
mengenal Penulis atas segala semangat yang diberikan.
11. Yang paling saya muliakan kepada Ayahanda dan Ibunda yang tercinta
orang tua yang telah memberikan dorongan dan doa restu, baik moral dan
material selama Penulis menuntut ilmu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi
ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruktif senantiasa Penulis harapkan dari segenap pembaca demi kesempurnaan
skripsi ini dimasa yang akan datang. Kepada Peneliti lain mungkin masih bisa
mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis
yang lebih tajam. Akhirnya Penulis selalu berharap semoga skripsi ini ada
manfaatnya.
Medan, Maret 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II URAIAN TEORITIS ... 11
2.1 Peran Masyarakat Pada Sektor Informal ... 11
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
2.5 Kerangka Pemikiran ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32
3.2 Lokasi Penelitian ... 32
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 32
3.4 Jenis Penelitian ... 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.6 Pengolahan Data ... 34
3.7 Analisis Data ... 34
3.8 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ... 36
3.8.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 36
3.8.2 Uji Keseluruhan (F-Test) ... 37
3.8.3 Uji Parsial (t-Test) ... 37
3.9 Pengujian Terhadap Validitas Asumsi Klasik ... 38
3.9.1 Multikolinearitas ... 38
3.9.2 Heteroskedastisitas ... 39
3.10 Definisi Operasional Variabel ... 39
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Gambaran Umum Kota Binjai ... ... 41
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
4.1.3 Penduduk dan Tenaga Kerja ... 44
a. Penduduk ... 44
b. Tenaga Kerja ... 47
4.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai ... 49
4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49
4.2.1 Umur ... 49
4.2.2 Pendidikan yang ditamatkan ... 50
4.2.3 Lama Bekerja ... 51
4.2.4 Curahan Jam Kerja ... 51
4.2.5 Modal Operasi ... 52
4.3 Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Bekerja Sebagai Pekerja di Sektor Informal ... 53
4.4 Hasil dan Analisis ... 54
4.5 Intepretasi Model ... 55
4.5.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 57
4.5.2 Hasil Uji Keseluruhan (F-test) ... 57
4.5.3 Hasil Uji Parsial (t-Test) ... 58
4.6 Hasil Uji Validitas Asumsi Klasik ... 59
4.6.1 Hasil Uji Multikolinearitas ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Hal
Tabel 1.1 Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai ... 7
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 39
Tabel 4.1 Batas Kota Binjai ... 43
Tabel 4.2 Luas Daerah per Kecamatan di Kota Binjai ... 44
Tabel 4.3 Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Binjai Tahun 2004 ... 45
Tabel 4.4 Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2004 ... 46
Tabel 4.5 Penduduk Dewasa dan Anak-anak Menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2004 ... 46
Tabel 4.6 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Binjai Tahun 2004 ... 48
Tabel 4.7 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Dan Jenis Kelamin Di Kota Binjai Tahun 2004 ... 48
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 50
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Curahan Jam Kerja ... 52
Tabel 4.11 Hasil Analisa Regresi ... 55
DAFTAR GAMBAR No. Gambar Judul Hal Gambar 2.1 Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ... 18
Gambar 2.2 Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan ... 21
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Tiga Dimensi Tentang Keberlanjutan ... 22
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 31
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul
Lampiran 1 Data Penelitian
Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data
Lampiran 3 Hasil Uji Multikolinearitas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan
dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit)
kepada masyarakat lokal, regional, bahkan sampai tingkat nasional. Program
pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat-manfaat yang positif atau
juga berupa kemudharatan (kebanyakan) negatif kepada masyarakat, terutama kepada
mereka yang tinggal di dekat sekitar kegiatan ekonomi sebagai penerima akibat
(dampak) dari program pembangunan yang bersangkutan. Komunitas lokal harus
mencari/mendapat peluang agar terjadi penyesuaian terhadap perubahan karena
keadaan baru tersebut (Ahmadi, 1995).
Pembangunan dapat dikonseptualisasikan ke dalam suatu proses perbaikan yang
berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan
menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi (Iryanti, 2003). Rencana
pembangunan atau pengembangan yang biasanya dihasilkan oleh tenaga ahli atau
konsultan pada umumnya berasal dari budaya atau latar belakang sosial yang berbeda
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
penerima manfaat dan penanggung risiko. Dengan demikian kegiatan pembangunan
evaluasi, akan bertitik tolak dari keinginan dan kemampuan masyarakat penerima
manfaat dan penanggung risiko itu sendiri.
Perumusan kebijakan dan pemilihan prioritas yang tajam merupakan sarana untuk
mengimplementasikan apa yang tercantum dalam perencanaan program
pembangunan. Sasaran dari perencanaan pembangunan dapat dikelompokan atas 3
sasaran umum yaitu: (1) efisiensi, (2) keadilan dan akseptabilitas masyarakat, dan (3)
keberlanjutan (Iryanti, 2003). Pembangunan yang merupakan hasil perencanaan harus
merupakan perwujudan keadilan dan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga
masyarakat lokal dapat berperan aktif dalam proses perencanaan dan langkah-langkah
pengawasan.
Keberadaan dan kelangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem ekonomi
kotemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan
yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan
nasional. Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan
peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya
mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari
kerja.
Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap
ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat
diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal. Begitupun ketika
kebijakan pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, sektor
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
kelangsungan hidup para pekerja usaha skala besar. Bahkan, tatkala perekonomian
nasional mengalami kemunduran akibat resesi, sektor informal mampu bertahan
tanpa membebani ekonomi nasional, sehingga roda perekonomian masyarakat tetap
bertahan.
Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut
perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Sampai saat ini,
pengertian sektor informal sering dikaitkan dengan ciri-ciri utama pengusaha dan
pelaku sektor informal, antara lain: kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian
rakyat, memanfaatkan teknologi sederhana, pekerjanya terutama berasal dari tenaga
kerja keluarga tanpa upah, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya
lokal, sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah ke bawah,
pendidikan dan kualitas sumber daya pelaku tergolong rendah.
Meskipun pertumbuhan ekonomi selama pembangunan jangka panjang pertama
berkisar antara 5-8 persen per tahun, proporsi pekerja sektor informal, khususnya di
perkotaan cenderung meningkat. Pada tahun 1971 proporsi pekerja sektor informal
terhadap jumlah angkatan kerja di kota mencapai sekitar 25 persen. Angka ini
meningkat menjadi sekitar 36 persen pada tahun 1980 dan menjadi 42 persen pada
tahun 1990. Sedangkan pada tahun 2000 angka tersebut menjadi sekitar 65 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal masih cukup dominan menyerap
angkatan kerja khususnya di perkotaan. Selain itu perkembangan ekonomi belum
Di satu segi sektor informal masih memegang peranan penting menampung
angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau
angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Keadaan ini dapat mempunyai
dampak positif mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Tetapi di segi lain
menunjukkan gejala tingkat produktivitas yang rendah, karena masih menggunakan
alat-alat tradisional dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah.
Mengingat peran sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan,
sudah sewajarnya nasib para pekerjanya dipikirkan. Beberapa kebijakan, baik
langsung maupun tidak, untuk membantu pengembangan masyarakat melalui
pembinaan kegiatan usaha pekerja di sektor informal memang sudah dilakukan.
Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja
sektor informal belum banyak mengalami perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi
arti pentingnya kebijakan yang telah ada, kebijakan yang biasa diberikan kepada
pengusaha besar mungkin dapat dikurangi, kemudian prioritas diberikan pada
kegiatan sektor informal dan memihak pada kepentingan masyarakat.
Sektor informal dalam penelitian ini dianggap sebagai akibat dari situasi
pertumbuhan kesempatan kerja negara sedang berkembang; mereka yang memasuki
kegiatan berskala kecil ini khususnya di kota, terutama bertujuan untuk mencari
kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan. Mereka yang terlibat dalam sektor ini
pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil, dan kebanyakan
para migran. Dengan kata lain, sektor informal di kota harus dipandang sebagai
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
dan jasa yang masih dalam suatu proses evolusi untuk menjelma sebagai sekelompok
perusahaan berskala kecil dengan masukan-masukan modal (capital) dan pengelolaan
(managerial) yang lebih besar (Sjaifudin, 1995).
Akumulasi penduduk di kota-kota besar seperti halnya di Indonesia tersebut
sering tidak diikuti dengan penyediaan kesempatan kerja formal yang luas. Hal ini
memposisikan penduduk yang tidak mampu berkompetisi disektor formal, seperti
penduduk dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, cenderung
masuk ke sektor informal. Mereka bekerja seadanya, pada lapangan usaha apa saja,
tentunya jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan dan pendidikan
tinggi (Sjaifudin, 1995; Widianto, 2003).
Selanjutnya Maloney (1995) lebih jauh menjelaskan bahwa tingginya penduduk
yang bekerja di sektor informal, terutama di kota-kota besar dan menengah,
merupakan akibat dari urbanisasi semu (pseudo urbanization), yakni urbanisasi yang
tidak diikuti dengan perkembangan ekonomi (industrialization) dan kesempatan
kerja. Masalah yang muncul dari fenomena tersebut adalah penganggur terbuka,
setengah penganggur, dan tenaga kerja yang tidak dimanfaatkan secara penuh. Hal ini
tentu saja akan diikuti dengan meluasnya berbagai kegiatan usaha di sektor informal.
setidak-tidaknya sebagai kegiatan usaha alternatif agar di kota mereka tetap dapat
survive.
Dari pendapat tersebut perlu dikemukakan pula tentang kinerja usaha kecil
seperti yang digunakan oleh Sadler-Smith dkk,(2003) bahwa usaha kecil di Kerajaan
gaya golongan pengusaha (berdasarkan teori Cavin dan Stevin) dan jenis perusahaan
(dalam bentuk kinerja pertumbuhan penjualan), begitu pula yang dikemukakan oleh
Raharjo (2003) yang mengembangkan kapasitas manajemen dan kewirausahaan pada
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pertanian bahwa aspek personal bersama-sama
dengan fisik, ekonomi dan lingkungan insitusi berpengaruh kewirausahaan petani.
Studi ini menggambarkan bahwa dampak kewirausahaan para petani dalam proses
pengambilan keputusan secara konsekwen menentukan hasil yang efisien.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 lalu, yang
diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Krisis moneter ini telah
mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami resesi ekonomi. Krisis ini sangat
berpengaruh negatif terhadap hampir semua lapisan/golongan masyarakat dan hampir
semua kegiatan ekonomi di dalam negeri, namun demikian usaha sektor informal
dalam situasi tersebut malahan menjamur. Hal ini merupakan indikator bahwa
masyarakat membutuhkan keberadaan sektor ini.
Secara struktural suatu gejala ekonomi mempengaruhi usaha melalui sisi
permintaan (pasar output) dan/atau sisi penawaran (pasar input). Besarnya efek
tersebut bervariasi menurut jenis kegiatan atau sektor/subsektor, skala usaha,dan
wilayah usaha (lokasi perusahaan dan lokasi pasar) yang berbeda. Perbedaan ini
karena orientasi dan struktur pasar output dan input, pola proses produksi, dan jenis
serta intensitas pemakaian ouput/bahan baku berbeda menurut kegiatan ekonomi yang
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
dan menengah perlu dianalisis dari dua sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan
(Tambunan, 2002).
Sektor informal merupakan bidang yang banyak ditekuni oleh orang yang berasal
dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari tidak tamat SD sampai yang
berpenddidikan perguruan tinggi (Ramli, 1992). Sampai sejauh mana hubungan
tingkat pendidikan dengan pekerjaan pada sektor ini, merupakan hal penting untuk
diteliti. Dikatakan demikian karena menurut Standing (1981), untuk mengukur
tingkat pemanfaatan angakatan kerja, salah satu faktor yang harus diperhatikan ialah
kesesuaian antara tingkat pendidikan seseorang dengan lapangan kerja yang
ditekuninya. Kalau tidak sesuai akan menimbulkan Underemployment ialah orang
yang bekerja dibawah kemampuan yang dimilikinya, selanjutnya hal tersebut akan
mempengaruhi tingkat produktivitas dan pendapatan. Keadaan ini tidak terlepas
semakin kompleks penciptaan lapangan kerja di kota besar seperti di Medan
khususnya di Kota Binjai.
Berdasarkan data dari Perusahaan Daerah (PD) Kota Binjai pada tahun 2007
tercatat usaha sektor informal 1.727 unit, dimana rata-rata pertumbuhannya berkisar
antara 5-8% pertahun, seperti yang terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1. Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai
Tahun Jumlah sektor informal (unit)
2000 820
2002 1.086
2003 1.128
2004 1.297
2005 1.387
2006 1.564
2007 1.727
(Sumber: BPS Sumatera Utara)
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor informal semakin
bertambah, sehingga akan menyerap banyak tenaga kerja. Di beberapa negara yang
sedang berkembang (developing countries) sektor usaha kecil umumnya menyerap
banyak tenaga kerja, pertumbuhan sektor informal yang pesat seiring dengan
pertambahan penduduk di perkotaan menyebabkan tanah, perumahan, dan fasilitas
lainnya semakin mahal. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang umumnya
terdiri dari pekerja sektor informal yang kebanyakan terdiri dari para urbanit, mencari
daerah-daerah yang terjangkau oleh keadaan ekonominya, Akhirnya mereka
berkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu yang selanjutnya “daerah kumuh”
(Widianto, 2003).
Polemik tentang prospek sektor informal yang terus berlangsung disertai pesatnya
penambahan jumlah tenaga kerja yang masuk ke sektor tersebut, mengindikasikan
perlunya suatu studi yang secara mendalam menelaah perkembangan, prospek dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sektor informal, terlebih dengan adanya
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
dan kemampuan untuk bertahan sektor informal sampai sekarang menarik untuk
dikaji lebih mendalam.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, studi ini berusaha memaparkan
kegiatan pekerja di sektor informal dan menyediakan pemikiran untuk pembinaan
sektor informal dan pengembangan kegiatan usaha informal, termasuk dalam rangka
memberikan perlindungan bagi pekerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis
tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Binjai”.
1.2 Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh umur terhadap pendapatan usaha pekerja sektor informal di
Kota Binjai?
2. Bagaimana pengaruh pendidikan yang ditamatkan terhadap pendapatan pekerja
sektor informal di Kota Binjai?
3. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan pekerja sektor
informal di Kota Binjai?
4. Bagaimana pengaruh curahan waktu bekerja terhadap pendapatan pekerja sektor
informal di Kota Binjai?
5. Bagaimana pengaruh modal operasi terhadap pendapatan pekerja pada sektor
informal di Kota Binjai?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap pendapatan pekerja di sektor
informal.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan yang ditamatkan terhadap pendapatan
pekerja di sektor informal.
3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan pekerja di
sektor informal.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh curahan kerja terhadap pendapatan
pekerja di sektor informal.
5. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor
informal.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan pendapatan sektor informal.
2. Bagi pekerja di sektor informal penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan
masukan agar para pekerja di sektor informal dapat meningkatkan pendapatan
mereka.
3. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan kerangka dalam
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
4. Bagi para pengambil kebijakan (decision maker) penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan dalam mengambil kebijakan untuk mengatur para pekerja di sektor
informal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peran Masyarakat Pada Sektor Informal
Pertumbuhan penduduk suatu negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan
kerja telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini antara lain disebabkan
belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum
meratanya pembangunan disegala bidang, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan
tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Sektor
formal tidak mampu memenuhi dan menyerap pertambahan angkatan kerja secara
maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara angkatan kerja yang tumbuh
menjadi suatu bagian yang penting dalam menjawab permasalahan lapangan kerja
dan angkatan kerja.
Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan
ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan perusahaan
berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi situasi
pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang, karena itu mereka
yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama bertujuan untuk mencari
kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan. Karena mereka
tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka bukanlah
kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan pengusaha
seperti yang dikenal pada umumnya (Alma, 2001).
Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan kebijakan
ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja
yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat
pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang
memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin mengukuhkan
kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Keadaan ini dalam
jangka pendek akan dapat membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia
(Moir dan Wirosardjono 1997).
Pemberdayaan sektor informal merupakan bagian dari pemberdayaan
perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dalam
beberapa hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh
manajemen operasional yang kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional,
sektor informal yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu
mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan perusahaan besar.
Pada dasarnya, apabila seseorang mempunyai kemampuan, memiliki sedikit
pengetahuan praktis serta memiliki peralatan yang sederhana dan keuletan berusaha,
maka ia dapat melakukan usaha dalam sektor informal. Selanjutnya Raharjo (2003),
mengemukakan bahwa walaupun dikatakan secara umum kegiatan sektor informal
memberikan pendapatan yang rendah, namun bagi golongan masyarakat kelas bawah
kerja keras. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang mencari
pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang-orang yang masuk ke dalam sektor ini.
Adanya sifat alamiah dan sifat manusia, menyebabkan timbulnya perpindahan
penduduk dari daerah yang kurang menguntungkan, seperti daerah pedesaan ke
daerah yang lebih menjanjikan, seperti daerah perkotaan atau pusat pertumbuhan baru
sebagai tempat bermukim, bekerja, berusaha dan bermasyarakat. Migrasi ini telah
menciptakan berbagai macam lapangan usaha baru, seperti keberadaan pekerja sektor
informal.
Keberadaan pekerja sektor informal ini turut memberikan sumbangan bagi
perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor
informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal
dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten, dimana terdapatnya sektor
informal tersebut.
Dilihat dari uraian diatas, bahwa dengan terjadinya peningkatan pendapatan
masyarakat golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup mereka. Keadaan
ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan daerah dan nasional.
Oleh karena itu peranan sektor informal mempunyai peran penting dalam
mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.
2.2. Peran Perekonomian Masyarakat Bagi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Wilayah merupakan suatu area geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
hal ini, wilayah didefinisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan ciri atau
kandungan area geografis tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa ciri dan kandungan
area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan wilayah masih tetap merupakan
hal yang terus diperdebatkan dan belum tercapai konsensus. Oleh karena itu, ahli
ekonomi dan pengembangan wilayah sepakat bahwa ciri-ciri dan kandungan area
geografis yang digunakan untuk mendefinisikan suatu wilayah haruslah
mencerminkan tujuan analisis atau tujuan penyusunan kebijaksanaan pengembangan
wilayah. Atas dasar konsesus di atas, maka didalam pengembangan wilayah perlu
dipahami pengertian perencanaan wilayah agar arah dan maksud perencanaan
pembangunan di dalam suatu daerah atau wilayah dapat secara lebih baik tercapai dan
tidak menimbulkan ketimpangan di dalam wilayah itu sendiri atau antar wilayah
(Priyono, 1999).
Maloney (1995) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang
menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari
pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan
bahwa perencanaan wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial
dan pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapaai tujuan
ekonomi sosial tersebut. Unsur spasial merupakan dasar dan pedoman bagi seorang
perencana wilayah dalam membuat suatu rencana sektoral, daerah serta
program-program pembangunan wilayah. Secara konseptual (Glasson 1990) membedakan
a. Wilayah Homogen, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesamaan ciri-ciri baik yang
bersifat geogarfis, ekonomi, sosial maupun politik, sehingga apabila terjadi
perubahan dari suatu bagian wilayah akan mendorong terjadinya perubahan
keseluruhan aspek wilayah.
b. Wilayah Nodal, yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor heterogenitas
akan tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara fungsional. Struktur
wilayah ini dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup yang memiliki satu
wilayah inti (pusat, metropolis) dan beberapa wilayah plasma/pinggiran (periferi,
hinterland) yang merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer
terhadap intinya dan dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern.
c. Wilayah Administrasi, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan administrasi
politis penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini tidak ditentukan oleh
derajat interaksi ataupun homogenitas antar komponen wilayah.
d. Wilayah Perencanaan, yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan fungsional
antar bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu sistem), baik
keterkaitan dalam biofisik/ekologis (ekosistem) maupun sosial ekonomi. Pada
wilayah ini terdapat sifat-sifat tertentu yang alamiah, perlu perencanaan secara
integral dalam pengembangan dan pembangunannya sehingga dapat memberikan
solusi dari permasalahan regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup
lebih dari satu wilayah administrasi.
Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi masing-masing komponen
sehingga tercipta suatu strategi pengembangan dan pembangunann wilayah yang baik
dan terarah.
Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan
perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan
pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional serta
mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dan
industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap
memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable) (Todaro, 2000).
Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan berbagai
alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai
cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses
transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan
produktivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas
pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat
kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang
terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan
masyarakat.
Pembangunan wilayah yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat optimal
bagi kepentingan masyarakat umum maupun lokal (base community). Dalam
pengelolaan sumberdaya alam seyogyanya pertimbangan ekonomi dan lingkungan
terjadinya misalokasi sumberdaya dapat dihindari (Firnandi, 2005). Pembangunan
wilayah yang berkelanjutan berlandaskan kenyataan adanya keterbatasaan
kemampuan sumberdaya alam, sedangkan kebutuhan manusia terus meningkat.
Kondisi seperti ini membutuhkan suatu strategi pemanfaatan sumberdaya yang lebih
efektif dan efisien. Pembangunan berkelanjutan menitik beratkan pada tanggung
jawab moral dalam memberikan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang.
Dengan demikian permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan wilayah
adalah bagaimana memperlakukan alam dengan kapasitasnya yang terbatas dan telah
mengalami degradasi baik karena faktor alam sendiri maupun faktor intervensi
manusia, secara arif bijaksana tetapi alokasi sumberdaya secara adil sepanjang waktu
dan antar generasi guna menjamin kesejahteraannya tetap berlangsung.
Konsep pembangunan menurut Todaro (2000) adalah pembangunan harus
memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan
pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki yaitu kecukupan
(sustenance), jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom). Konsep pembangunan
berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang,
pertama kali digunakan oleh Komisi Pembangunan dan Lingkungan Dunia (World
Commission on Environment and Development) atau The Brundtland Commission
pada tahun 1987. Palunsu dalam Irayanti (2000) mengemukakan bahwa
pembangunan yang berkelanjutan mengandung tiga pengertian yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem.
3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam, serta sumberdaya manusia
dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.
Hal terpenting yang perlu mendapat perhatian bukan pada perbedaan interpretasi
pembangunan yang berkelanjutan tersebut namun lebih terfokus pada hal-hal yang
merupakan implikasi dari pelaksanaan pembangunan. Sjaifudin, dkk (1995)
mengemukakan bahwa pelaksanaan pembangunan tidak akan membawa hasil apabila
dalam proses pembangunan tersebut tidak terjadi integrasi tiga poin utama yaitu
ekonomi, ekologi dan sosiologi. Ketiga aspek-aspek kehidupan dan tujuan
pembangunan berkelanjutan dapat digambarkan sebagai “a triangular framework”
dengan tujuan masing-masing aspek yang berbeda, seperti dapat dilihat pada Gambar
2.1 dibawah ini:
Ekonomi:
Sosial: Ekologi:
Pemberdayaan Masyarakat Integrasi ekosistem (Ecosistem Integrity) (Empowerman) keanekaragaman hayati (biodiversity) Keterpaduan sosial (Social Cohession) daya dukung lingkungan
Partisipasi Masyarakat (Participation) (Carrying Capacity) Sumber: Firnandi (2005)
Gambar 2.1. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan
Dari aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan manusia melalui pertumbuhan ekonomi dan efisiensi
penggunaan kapital dalam keterbatasan dan kendala sumberdaya dan teknologi.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya perencanaan pembangunan secara
komprehensif dengan tetap berpijak pada tujuan-tujuan jangka panjang. Selain itu
perlu adanya pengurangan eksploitasi sumberdaya secara berlebihan dan menghindari
dampak yang mungkin timbul dari eksploitasi sumberdaya dengan memberikan harga
kepada sumberdaya (pricing) dan biaya tambahan (charge). Dengan demikian sasaran
ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan adalah peningkatan ketersediaan dan
kecukupan kebutuhan ekonomi (growth), kelestarian aset dalam arti efisiensi
pemanfaatan sumberdaya yang ramah lingkungan, berkeadilan bagi masyarakat pada
masa kini dan yang akan datang.
Aspek ekologis didasarkan pada pertimbangan bahwa perubahan lingkungan
akan terjadi diwaktu yang akan datang dan dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
Pandangan kologis didasarkan pada 3 prinsip utama:
1. Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia adalah tidak terbatas dan berhadapan
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
2. Aktivitas ekonomi yang lebih maju seiring dengan pertumbuhan populasi akan
meningkatkan kebutuhan akan sumberdaya alam dan tingginya produksi limbah
(waste) yang dapat merusak lingkungan karena melebihi daya dukung ekosistem.
3. Pembangunan yang dilaksanakan dalam jangka panjang akan berdampak pada
kerusakan lingkungan yang irreversible.
Dari aspek sosiologi, sebagaimana dikemukakan oleh Tambunan (1998), bahwa
pembangunan berkelanjutan lebih ditekankan pada pemberdayaan organisasi sosial
masyarakat yang ditujukan untuk pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah
kepada keberlanjutan. Pendekatan partisipatif masyarakat dalam pembangunan
dilakukan dengan menciptakan kesadaran masyarakat pada peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, penghargaan terhadap bentuk kelembagaan dan organisasi
sosial masyarakat sebagai satu sistem kontrol terhadap jalannya pembangunan,
pengembangan nilai-nilai masyarakat tradisional yang mengandung keutamaan dan
kearifan serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berorganisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan kemajuan
pembangunan tidak akan tercapai tanpa adanya keterpaduan ketiga aspek tersebut
yaitu ekonomi mencakup pertumbuhan dan efisiensi yang dapat diukur dengan
kriteria materi (monetary value), ekologi atau lingkungan mencakup keutuhan
ekosistem, daya dukung lingkungan dan konservasi sumberdaya alam, dan sosial
mencakup keadilan, keterpaduan kehidupan sosial, partisipasi dan pemberdayaan
Keberhasilan dan kemajuan kedua aspek terakhir tersebut (ekologi dan sosial)
tidak dapat diukur dengan kriteria materi semata (nilai uang). Interaksi ketiga aspek
pendukung pembangunan berkelanjutan, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.2
sebagai berikut:
Distribusi pendapatan Evaluasi dampak Lingkungan
Kesempatan kerja Penilaian Sumberdaya Bantuan kepada Internalisasi dampak sasaran subsidi lingkungan
Tujuan Sosial Tujuan Ekosistem
Pengentasan Kemiskinan Manajemen Sumberdaya Alam Pemerataan
Sumber: Firnandi (2005)
Gambar 2.2. Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan
Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan tersebut (ekonomi,
sosial dan lingkungan hidup/ekologi) dalam upaya pengelolaan sumberdaya yang
bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
nasional dan daerah atau regional) dan temporal (tahunan, jangka menengah, dan
jangka panjang).
Selanjutnya dikemukakan oleh Firnandi (2001) bahwa, dalam kerangka tiga
dimensi pembangunan berkelanjutan akan terjadi interaksi yang kuat dan tolak angsur
(trade off) antara dimensi spasial, dimensi temporal dan dimensi kesejahteraan yang
masing-masing memiliki perbedaan karakteristik, sebagaimana yang diperlihatkan
oleh Gambar 2.3 sebagai berikut ini.
Spasial
Gambar 2.3. Kerangka Berfikir Tiga Dimensi Tentang Keberlanjutan
Hakekat pembangunan wilayah adalah menciptakan keadaan dimana terjadinya
alternatif nyata yang lebih banyak bagi setiap anggota masyarakat untuk mencapai
aspirasinya yang paling humanistik. Penciptaan alternatif dicirikan oleh adanya
proses transformasi karakteristik masyarakat yang ditandai oleh adanya peningkatan
kapasitas produksi dan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, peningkatan
produktivitas tenaga kerja, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan
masyarakat kearah yang lebih adil, transformasi struktural dan tata nilai (virtue), yang
akhirnya perubahan tersebut mengarah pada perbaikan mutu hidup dan kehidupan
masyarakat.
Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya
kebutuhan fisik yang dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi
mutu lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis
pekerjaan yang dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat akan dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat
untuk melakukan pengembangan diri.
Pembangunan wilayah pada hakekatnya merupakan suatu perubahan atau
pelaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan disuatu wilayah yang harus
disesuaikan dengan kondisi dan potensi lingkungan yang terdapat didaerah tersebut
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut tidak hanya terbatas
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
bagian dari pembangunan nasional yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi disuatu wilayah berdasarkan pertimbangan kondisi setempat
dan ditujukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dalam konteks pertumbuhan regional pada umumnya dapat terjadi sebagai akibat
dari penentu-penentu endogen maupun eksogen, yakni faktor-faktor diluar daerah,
atau kombinasi keduanya. Penentu-penentu penting yang berasal dari dalam daerah
meliputi distribusi faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja dan modal. Sedangkan
salah satu penentu eksternal yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain
terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
Di sisi lain, pertumbuhan regional yang terjadi tidak dapat menyebar secara
merata dan bersamaan diseluruh wilayah. Hal ini disebabkan adanya keragaman antar
wilayah terutama keragaman dalam potensi sumberdaya alam, teknologi dan
kelembagaan. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan saling berinteraksi
antar wilayah, baik interaksi menguntungkan maupun yang merugikan. Dengan
demikian dalam penelaahan pembangunan wilayah terutama yang menyangkut
dengan pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah pendukungnya, perlu diketahui adanya
hubungan antara pusat pertumbuhan dengan daerah hinterlandnya dalam ruang
lingkup kegiatan sosial ekonomi yang tercermin dari adanya arus perpindahan orang,
barang dan jasa. Hubungan yang terjadi tersebut dapat menguntungkan (spread effect)
maupun merugikan (backwash effect) terhadap hinterland sebagai akibat
pertumbuhan suatu wilayah. Salah satu penyebab dari ketimpangan sosial ekonomi
yang demikian, kota bertindak sebagai inti sedangkan desa bertindak sebagai wilayah
pheripheri (wilayah pinggiran yang mengelilingi inti).
Manusia mempunyai sifat dasar ingin selalu mencari manfaat dan kenyamanan
yang terbaik bagi dirinya ataupun kelompoknya. Suatu kelompok masyarakat akan
lebih suka bermukim di daerah yang mempunyai kesuburan baik untuk produksi atau
tempat yang mempunyai akses yang mudah untuk mendapatkan pekerjaan, fasilitas
sosial seperti rumah sakit, hiburan dan lain-lain. Semakin tinggi ketersediaan faktor
ini semakin mudah masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya dan semakin
menarik pula daerah tersebut untuk tempat pemukiman.
Teori Resource Endowment dari suatu wilayah menyatakan bahwa perkembangan
ekonomi wilayah dalam pembangunan bergantung pada sumberdaya alam yang
dimiliki dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumberdaya itu.
Dalam jangka pendek sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah merupakan suatu aset
untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Nilai dari suatu sumberdaya
merupakan nilai dan permintaan terhadapnya merupakan permintaan turunan. Suatu
sumberdaya menjadi berharga jika dapat dimanfaatkan dalam bentuk-bentuk
produksi.
Pertumbuhan wilayah jangka panjang bergantung pada kegiatan industri
ekspornya. Kekuatan utama dalam pertumbuhan wilayah adalah pemintaan ekternal
akan barang dan jasa yang dihasilkan dan dieksport oleh wilayah itu. Permintaan
eksternal ini mempengaruhi penggunaan modal tenaga kerja, dan teknologi untuk
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
itu menghasilkan keuntungan dalam memproduksi barang dan jasa, mempunyai
sumberdaya yang unik, dan mempunyai beberapa tipe keuntungan tranportasi. Dalam
perkembangannya perekonomian wilayah cenderung membentuk kegiatan pendukung
yang dapat menguatkan posisi yang menguntungkan dalam sektor ekspor di wilayah
itu. Penekanan teori ini ialah pentingnya keterbukaan wilayah yang dapat
meningkatkan aliran modal dan teknologi yang dibutuhkan untuk pembangunan
wilayah.
Myrdal dalam Soekirno (1986) menyatakan bahwa usaha pembangunan di
daerah/wilayah yang lebih maju (Growth Centre) akan memberikan dampak kepada
daerah sekitarnya (hinterland). Dampak kepada daerah sekitarnya tersebut bersifat
negatif, apabila terjadi penguasaan terhadap daerah sekitarnya (backwash effect)
sehingga mengakibatkan adanya pertumbuhan wilayah yang terpusat (gonvergence),
sebaliknya dapat pula berdapak positif, apabila dapat mendorong pertumbuhan
wilayah sekitarnya (spread effect) sehingga menimbulkan pertumbuhan yang
menyebar.
Selanjutnya Widianto (2003), berpendapat bahwa pada proses pembangunan
ekonomi dengan adanya kecenderungan pemusatan penduduk dan ketersediaan
fasilitas, maka investasi diwilayah inti pada mulanya lebih efisien karena berkaitan
dengan efisien usaha (economies of scale) dimana masing-masing individu akan
memanfaatkan keuntungan-keuntungan eksternal. Dengan demikian akhirnya terjadi
pemusatan investasi pada wilayah inti, baik investasi publik maupun investasi swasta.
diwilayah inti, pada negara-negara bukan sosialis lebih tinggi jika dibandingkan
dengan negara-negara sosialis.
Di negara sosialis seperti Negara Persemakmusran Rusia, Republik Rakyat Cina
dan Kuba, pertumbuhan ekonominya lebih lamban dan struktur politik
perekonomiannya lebih mengutamakan pembangunan pertanian di wilayah pedesaan
(pheriphery) sehingga arus migrasi dapat dikendalikan. Pemusatan aktivitas ekonomi
dan penduduk diwilayah inti pada akhirnya akan mengakibatkan adanya kajian-kajian
ekonomi (diseconomies of scale) karena timbulnya biaya-biaya sosial (social cost)
yang semakin besar, seperti adanya kemacetan lalu lintas, pencemaran air dan udara,
biaya hidup yang tinggi dan sebagainya. Keadaan tersebut secara populer di nyatakan
bahwa daya dukung telah melampaui batas kemampuan ekologinya (Firnandi, 2005).
Maloney (1995) menyatakan bahwa daerah/wilayah saat ini menjadi ruang yang
proaktif, dengan memobilisasi aset-aset dan potensi yang dimiliki untuk
mengamankan daya saing yang ada. Daya saing suatu daerah/wilayah berhubungan
dengan tingkat kemampuan inovasi sistem yang dimiliki. Pengintegrasian universitas
atau pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri dan pelatihan yang difokuskan
kepada penduduk muda dan penduduk lebih tua yang tidak bekerja untuk mengisi
kebutuhan pekerjaan baru di perusahaan-perusahaan menjadi lebih nyata. Universitas
atau pendidikan tinggi cenderung menjadi konsultan regional dari pada nasional.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
Tantangan yang dihadapi sektor informal saat ini dan di masa dating, terutama
dalam aspek-aspek berikut ini:
a. Persaingan Makin Bebas
Dengan diterapkannya sistem pasar bebas dengan pola atau sistem
persaingan yang berbeda dan intensifitas lebih tinggi, 3 ditambah lagi dengan
perubahan tenologi dan selera masyarakat akibat pendapatan masyarakat yang
terus meningkat, maka setiap pengusaha di sektor informal, baik di sektor industri
manufaktur, sektor perdagangan, maupun di sektor jasa ditantang apakah mereka
sanggup menghadapi/menyesuaikan usaha mereka dengan semua perubahan ini.
Misalnya, dengan makin banyaknya orang menyukai fast food services, maka
pemilik-pemilik warung dan rumah makan tradisional harus memikirkan strategi
agar tetap dapat bertahan di pasar yang sama (walaupun di dalam segmen yang
berbeda).
b. Perkembangan Pesat Teknologi
Perubahan teknologi mempengaruhi ekonomi atau dunia usaha, dari dua
sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran,
perkembangan teknologi mempengaruhi antara lain metode atau pola produksi,
komposisi serta jenis material/input dan serta kualitas produk yang dibuat.
Sedangkan, dari sisi permintaan, perubahan teknologi membuat pola permintaan
masyarakat berubah.
Munculnya restoran-restoran yang menyajikan fast food services juga tidak
informal sangat tergantung pada tingkat fleksibilitasnya dalam melakukan
penyesuaian-penyesuian di segala bidang yang berkaitan dengan perubahan
teknologi. Di sini, antara lain penguatan SDM sangat penting.
Peluang sektor informal untuk tetap bertahan atau berkembang, dapat dilihat
dari dua sisi. Dari sisi penawaran, seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih
ada persoalan struktural ketenagakerjaan di dalam negeri memberi peluang besar
bagi pertumbuhan sektor informal. Dengan adanya krisis ekonomi, peluang
tersebut semakin besar. Terbukti krisis ekonomi selama tahun 1998 lalu memberi
sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan output (bukan produktivitas) di
sektor tersebut lewat labour market effect, yakni pertumbuhan jumlah unit usaha,
pekerja dan pengusaha akibat meningkatnya jumlah pengangguran (akibat banyak
pekerja di sektor formal yang di PHK-kan).
Dorongan positif lainnya dari sisi penawaran (produksi) adalah munculnya
tawaran dari sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau aliansi dengan
sektor informal karena kondisi memaksa. Dengan kata lain, muncul kesempatan
besar untuk melakukan kemitraan atau misalnya subcontracting antara industri
besar dengan industri kecil
Selain itu, krisis ekonomi dengan kondisi nilai tukar rupiah merosot besar
terhadap dollar AS, sebenarnya dapat memberi kesempatan ekspor lebih besar
bagi industri kecil. Walaupun kenyataannya perkembangan ekspor Indonesia
secara umum dan perkembangan industri kecil pada khususnya, tidak terlalu
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
Dari sisi permintaan (pasar output), selama sebagian besar penduduk
Indonesia berpendapatan rendah, permintaan terhadap produk-produk (barang
maupun jasa) dari sektor informal tetap besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa sektor
informal berfungsi sebagai the last resort, tidak hanya dilihat dari sisi kesempatan
kerja (pasar buruh) tetapi juga dari sisi penjaminan ketersediaan kebutuhan pokok
bagi masyarakat miskin (pasar output).
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan
sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
1. Umur responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor
informal.
2. Pendidikan yang ditamatkan responden berpengaruh positif terhadap pendapatan
responden di sektor informal.
3. Pengalaman kerja responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden
di sektor informal.
4. Curahan kerja responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di
sektor informal.
5. Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan pekerja di sektor
informal.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota
Keberadaan Masyarakat sektor informal tidak terlepas dari kegagalan pemerintah
(government vailure) dalam menciptakan pemertaan pendapatan, namun demikian
sektor informal merupakan penopang ekonomi rakyat kecil dalam memenuhi
kebutuhan hidup.
Masyarakat yang bekerja di sektor informal terdiri dari berbagai kelompok umur,
pendidikan, dari berbagai pengalaman kerja, tingkat curahan kerja, dan jumlah modal
operasi, semua faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prodiktifitas para pekerja
sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan para pekerja itu sendiri,
seperti terlihat pada gambar 2.4 sebagai berikut:
Umur
Pendidikan
Pengalaman Kerja
Curahan Kerja
Pendapatan
Pekerja
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.4. Kerangka Konseptual Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memusatkan pembahasan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pekerja pada sektor informal dengan menggunakan
veriabel-variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan
modal kerja, serta membahas hal-hal yang menyangkut dengan variabel-variabel
tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa dari variabel-variabel
yang telah diajukan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai.
3.2. Lokasi Penelitian
Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini akan dilakukan di
Kota Binjai yang secara administratif berada di wilayah Medan Sumatera Utara.
Lokasi tersebut sengaja dipilih karena Penulis melihat banyaknya para pekerja yang
bekerja di sektor informal di Binjai, kemudian pada tahap selanjutnya Penulis ingin
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan mereka di sektor informal.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data primer yang dikumpulkan melalui pembuatan kuisioner dan wawancara
100. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling.
Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah: Masyarakat Kota Binjai yang
bekerja disektor informal berdasarkan kelompok pedagang yang terdiri dari warung,
rumah makan, kios, toko, serta penjual di kaki lima seperti penjual kue, penjual buah,
penjual sayur, penjual ikan, penjual bunga dan sebagainya.
Kelompok Jasa terdiri dari rental komputer, tukang pangkas, tukang reparasi
elektronik, bengkel motor dan mobil, fotocopy dan rumah kost, untuk kelompok
angkutan terdiri dari angkutan kota (angkot), dan becak. Semua objek penelitian yang
telah disebutkan diatas mengikuti metode pengumpulan data yang dilakukan oleh
Iryanti (2000). Sementara data sekunder yang dikumpulkan mencakup data ekonomi
masyarakat, data kondisi lingkungan/perekonomian serta data yang berhubungan
dengan kesejahteraan masyarakat, khususnya selama 8 tahun terakhir, dari tahun
2000 hingga tahun 2008. Data sekunder bersumber dari monografi daerah, Kantor
Biro Statistik Sumatera Utara dan dari instansi lain.
Data yang dapat menggambarkan kondisi dan pertumbuhan aspek ekonomi
masyarakat, yang selanjutnya dipergunakan untuk analisis Kuantitatif di antaranya
adalah: harga kebutuhan pokok, biaya kehidupan, jumlah masyarakat, jenis dan
jumlah usaha
3.4. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan memberikan
kerja, curahan waktu kerja, serta jumlah modal para pekerja sektor informal di Kota
Binjai. Kemudian menganalisis dampak kelima variabel tersebut terhadap pendapatan
para pekerja sektor informal di Kota Binjai.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan teknik
(a) Teknik kuesioner, dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden
menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup, (b) Observasi, yaitu
melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang dijadikan sampel.
3.6. Pengolahan Data
Penulis menggunakan program komputer E-views 4.1 untuk mengolah data
dalam penelitian ini.
3.7. Analisis Data
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan para pekerja
sektor informal di Kota Binjai, maka digunakan analisis deskriptif dan analisis
ekonometrika. Untuk analisis ekonometrika digunakan model regresi dalam
menjawab tujuan penelitian. Model regresi yang digunakan sebagai berikut:
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota
X2 = Pendidikan yang ditamatkan (tahun)
X3 = Lama bekerja (tahun)
X4 = Curahan kerja (jam per hari)
X5 = Modal operasi (rupiah per hari)
= Term of error (kesalahan pengganggu)
Adapun bentuk matematis dari hipotesis di atas adalah sebagai berikut:
0
, Umur berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor informal.
Artinya semakin tinggi (meningkat) umur, maka pendapatan yang
diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.
0
, Pendidikan yang ditamatkan berpengaruh positif terhadap pendapatan
usaha sektor informal. Artinya semakin tinggi pendidikan yang
ditamatkan, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal
meningkat, cateris paribus.
, Lama bekerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor
informal. Artinya semakin lama bekerja, maka pendapatan yang diterima
0
, Curahan waktu kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor
informal. Artinya semakin besar curahan waktu kerja, maka pendapatan
yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.
0
5 > ∂
Y X
, Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor
informal. Artinya semakin banyak modal operasi, maka pendapatan yang
diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.
Variabel-variabel tersebut diatas adalah variabel yang diperlukan dalam
mengidentifikasi kegiatan perekonomian masyarakat sekitar dan memperkaya apa
yang telah dilakukan oleh Iryanti (2003).
3.8. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)
3.8.1. Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
variabel-variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai
variabel dependen.
Untuk menghitung koefisien determinan, maka digunakan rumus sebagai
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota
3.8.2. Uji Keseluruhan (F-Test)
Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Untuk uji f digunakan hipotesis:
Ho: b1 = b2 = b3 …. = bk = 0
Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 …. = bk = 0
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti nilai variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Nilai F hitung diperoleh dengan rumus:
F =
k = Jumlah variabel independen ditambah intecept dari suatu model persamaan
3.8.3. Uji Parsial (t-Test)
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan mengetahui apakah
masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan
menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis
sebagai berikut:
Ho: b1 = b
Ha: bi ≠ b
Dimana bi adalah variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b
dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. bila nilai t hitung > t–
tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa
variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap
variabel dependen.
Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
(bi) Se
b) -(bi ti =
Dimana:
bi = Koefisien variabel independen ke-i
b = Nilai hipotesis 0
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
3.9. Pengujian Terhadap Validitas Asumsi Klasik
3.9.1. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model
regresi yang digunakan terdapat korelasi yang sempurna diantara variabel-variabel
yang menjelaskan independen variabel. Suatu model regresi linear akan
menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung
multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara
sesama variabel independen dari suatu model estimasi.
3.9.2. Uji Heteroskedastisitas
Suatu asumsi dari model regresi linier klasik adalah gangguan (disturbance)
ε
1yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homokedastisitas, yaitu semuagangguan tadi mempunyai varian yang sama (Gujarati, 1998). Bila asumsi ini tidak
dapat dipenuhi, maka dalam penelitian tersebut terdapat heteroskedastisitas, yang
3.10. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional (variabel) dalam model ini seperti disajikan pada Tabel
3.1 berikut:
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel
Nama Variabel Simbol Satuan
Umur Responden Umur Tahun
Pendidikan Responden Pendidikan SD s.d. S1 (Tahun)
Lama Bekerja Kerja Tahun
Jam Kerja Curahan Jam/hari
Modal operasi Modal Rupiah/hari
Keterangan:
1. Umur adalah rentang waktu dari lahir hingga sekarang yang dimiliki oleh pelaku
usaha, yang dinyatakan dalam tahun.
2. Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang diikuti, dinyatakan dalam tahun.
3. Lama Bekerja adalah jumlah waktu yang telah dilalui pelaku usaha dalam
menjalankan usahanya, yang dinyatakan dalam tahun.
4. Curahan kerja adalah banyaknya jam kerja yang digunakan untuk melakukan
usahanya, yang dinyatakan dalam jam per hari.
5. Modal adalah uang atau nilai barang yang digunakan pelaku usaha untuk memulai
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.
USU Repository © 2009
Pendapatan usaha sektor informal adalah pendapatan yang diterima pelaku
usaha sektor informal yang merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh
dengan biaya untuk menghasilkan barang atau jasa usaha tersebut. Pendapatan ini
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Binjai
4.1.1. Sejarah Singkat Kota Binjai
Kota Binjai berasal dari pada sebuah kampung kecil yang terletak diantara sungai
mencirim di sebelah timur dan Sungai Bingai di sebelah barat, kira-kira di Kelurahan
Pekan Binjai yang sekarang. Pada masa silam, lokasi ini adalah antara dua kerajaan
melayu, yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat.
Pada tahun 1823 Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang telah
mengutus Jhon Anderson untuk pergi ke pesisir Sumatera Timur dan dari catatannya
disebutkan sebuah Kampung yang bernama Ba Bingai (Menurut buku Mission to The
Eastcoast Sumatera – Edinburg 1826). Sebenarnya sejak pada tahun 1822, Binjai
telah dijadikan Bandar pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah
dari perkebunan lada di sekitar Ketapangai (Pungai).
Upacara pembukaan kampung tersebut diadakan pada tanggal 17 Juni 1872 di
bawah sebatang pohon Binjai yang amat besar. Di sekitar pohon binjai ini kemudian
dibangun beberapa rumah dan lama-kelamaan, tempat ini semakin berkembang dan
akhirnya menjadi sebuah bandar pelabuhan yang banyak disinggah oleh pedagang