• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR

INFORMAL DI KOTA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

RAHMAT LUBIS

040501004

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

(2)

ABSTRACT

The development of informal sector in many cities in Indonesia, interests many scholars to analyze it. This research tries to describe and analyze the phenomena of under employment in the informal sector at Binjai city. This research aims is to analyze the effects of age, education level, long of work time, work experience and operational capital on level of income worker in informal sector.

In the research we use ordinary least square method with cross section data, and apply econometric model to estimate income of worker in informal sector in Binjai city.

The result of this study shows that independent variabels age, education level, long of work time, work experience and operational capital could explain dependent variable income of worker in informal sector 95% and the remaining is explain by the others variables outside the model.

(3)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Pembangunan sektor informal di kota-kota di Indonesia menarik perhatian para ahli untuk meneliti dibidang tersebut. Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena para pekerja sektor informal di Kota Binjai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasi terhadap pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai.

Penelitian ini menggunakan metode regresi linear sederhana (OLS) dengan data cross section, kemudian menerapkan model ekonometrika untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel bebas yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasional dapat menjelaskan variasi variabel terikat pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai sebesar 95%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model estimasi.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pekerja sektor

informal di kota Binjai.

Penelitian ini sengaja disusun untuk memenuhi persyaratan akademis untuk

mendapat gelar Sarjana Ekonomi Strata I (S1) pada Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Mulai perencanaan sampai penyelesaian skripsi ini, Penulis telah mendapatkan

bantuan-bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis

ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Dosen Wali yang telah

membimbing Penulis selama masa perkuliahan.

4. Bapak Drs. Karel S. Manik, selaku Dosen Pembimbing Penulis, yang telah

dengan sabar memberikan petunjuk serta bimbingan, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU, selaku Dosen Pembanding I Penulis yang

telah memberikan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si, selaku Dosen Pembanding II Penulis yang

juga telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Yang terhormat kepada seluruh dosen yang mengajar di Fakultas Ekonomi

(5)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Pembangunan atas segala kebaikan mereka dalam memberikan ilmu

pengetahuan kepada Penulis.

8. Kepada seluruh staff dan Karyawan Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara yang telah membantu Penulis dalam mendapatkan bahan bacaan yang

sangat membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Yang terhormat kepada seluruh rekan-rekan jurusan Ekonomi Pembangunan

khususnya stambuk 2004 yang telah membantu Penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada seluruh sahabat dan rekanan baik yang Penulis kenal ataupun yang

mengenal Penulis atas segala semangat yang diberikan.

11. Yang paling saya muliakan kepada Ayahanda dan Ibunda yang tercinta

orang tua yang telah memberikan dorongan dan doa restu, baik moral dan

material selama Penulis menuntut ilmu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya

kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi

ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang

konstruktif senantiasa Penulis harapkan dari segenap pembaca demi kesempurnaan

skripsi ini dimasa yang akan datang. Kepada Peneliti lain mungkin masih bisa

mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis

yang lebih tajam. Akhirnya Penulis selalu berharap semoga skripsi ini ada

manfaatnya.

Medan, Maret 2009

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II URAIAN TEORITIS ... 11

2.1 Peran Masyarakat Pada Sektor Informal ... 11

(7)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

(8)

2.5 Kerangka Pemikiran ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.4 Jenis Penelitian ... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Pengolahan Data ... 34

3.7 Analisis Data ... 34

3.8 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ... 36

3.8.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 36

3.8.2 Uji Keseluruhan (F-Test) ... 37

3.8.3 Uji Parsial (t-Test) ... 37

3.9 Pengujian Terhadap Validitas Asumsi Klasik ... 38

3.9.1 Multikolinearitas ... 38

3.9.2 Heteroskedastisitas ... 39

3.10 Definisi Operasional Variabel ... 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Gambaran Umum Kota Binjai ... ... 41

(9)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

4.1.3 Penduduk dan Tenaga Kerja ... 44

a. Penduduk ... 44

b. Tenaga Kerja ... 47

4.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai ... 49

4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49

4.2.1 Umur ... 49

4.2.2 Pendidikan yang ditamatkan ... 50

4.2.3 Lama Bekerja ... 51

4.2.4 Curahan Jam Kerja ... 51

4.2.5 Modal Operasi ... 52

4.3 Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Bekerja Sebagai Pekerja di Sektor Informal ... 53

4.4 Hasil dan Analisis ... 54

4.5 Intepretasi Model ... 55

4.5.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 57

4.5.2 Hasil Uji Keseluruhan (F-test) ... 57

4.5.3 Hasil Uji Parsial (t-Test) ... 58

4.6 Hasil Uji Validitas Asumsi Klasik ... 59

4.6.1 Hasil Uji Multikolinearitas ... 59

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2

LAMPIRAN 3

(11)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

Tabel 1.1 Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai ... 7

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 39

Tabel 4.1 Batas Kota Binjai ... 43

Tabel 4.2 Luas Daerah per Kecamatan di Kota Binjai ... 44

Tabel 4.3 Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Binjai Tahun 2004 ... 45

Tabel 4.4 Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2004 ... 46

Tabel 4.5 Penduduk Dewasa dan Anak-anak Menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2004 ... 46

Tabel 4.6 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Binjai Tahun 2004 ... 48

Tabel 4.7 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Dan Jenis Kelamin Di Kota Binjai Tahun 2004 ... 48

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 50

(12)

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Curahan Jam Kerja ... 52

Tabel 4.11 Hasil Analisa Regresi ... 55

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Judul Hal Gambar 2.1 Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ... 18

Gambar 2.2 Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan ... 21

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Tiga Dimensi Tentang Keberlanjutan ... 22

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 31

(13)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

Lampiran 1 Data Penelitian

Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data

Lampiran 3 Hasil Uji Multikolinearitas

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan

dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit)

kepada masyarakat lokal, regional, bahkan sampai tingkat nasional. Program

pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat-manfaat yang positif atau

juga berupa kemudharatan (kebanyakan) negatif kepada masyarakat, terutama kepada

mereka yang tinggal di dekat sekitar kegiatan ekonomi sebagai penerima akibat

(dampak) dari program pembangunan yang bersangkutan. Komunitas lokal harus

mencari/mendapat peluang agar terjadi penyesuaian terhadap perubahan karena

keadaan baru tersebut (Ahmadi, 1995).

Pembangunan dapat dikonseptualisasikan ke dalam suatu proses perbaikan yang

berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan

menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi (Iryanti, 2003). Rencana

pembangunan atau pengembangan yang biasanya dihasilkan oleh tenaga ahli atau

konsultan pada umumnya berasal dari budaya atau latar belakang sosial yang berbeda

(15)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

penerima manfaat dan penanggung risiko. Dengan demikian kegiatan pembangunan

(16)

evaluasi, akan bertitik tolak dari keinginan dan kemampuan masyarakat penerima

manfaat dan penanggung risiko itu sendiri.

Perumusan kebijakan dan pemilihan prioritas yang tajam merupakan sarana untuk

mengimplementasikan apa yang tercantum dalam perencanaan program

pembangunan. Sasaran dari perencanaan pembangunan dapat dikelompokan atas 3

sasaran umum yaitu: (1) efisiensi, (2) keadilan dan akseptabilitas masyarakat, dan (3)

keberlanjutan (Iryanti, 2003). Pembangunan yang merupakan hasil perencanaan harus

merupakan perwujudan keadilan dan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga

masyarakat lokal dapat berperan aktif dalam proses perencanaan dan langkah-langkah

pengawasan.

Keberadaan dan kelangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem ekonomi

kotemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan

yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan

nasional. Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan

peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya

mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari

kerja.

Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap

ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat

diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal. Begitupun ketika

kebijakan pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, sektor

(17)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

kelangsungan hidup para pekerja usaha skala besar. Bahkan, tatkala perekonomian

nasional mengalami kemunduran akibat resesi, sektor informal mampu bertahan

tanpa membebani ekonomi nasional, sehingga roda perekonomian masyarakat tetap

bertahan.

Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut

perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Sampai saat ini,

pengertian sektor informal sering dikaitkan dengan ciri-ciri utama pengusaha dan

pelaku sektor informal, antara lain: kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian

rakyat, memanfaatkan teknologi sederhana, pekerjanya terutama berasal dari tenaga

kerja keluarga tanpa upah, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya

lokal, sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah ke bawah,

pendidikan dan kualitas sumber daya pelaku tergolong rendah.

Meskipun pertumbuhan ekonomi selama pembangunan jangka panjang pertama

berkisar antara 5-8 persen per tahun, proporsi pekerja sektor informal, khususnya di

perkotaan cenderung meningkat. Pada tahun 1971 proporsi pekerja sektor informal

terhadap jumlah angkatan kerja di kota mencapai sekitar 25 persen. Angka ini

meningkat menjadi sekitar 36 persen pada tahun 1980 dan menjadi 42 persen pada

tahun 1990. Sedangkan pada tahun 2000 angka tersebut menjadi sekitar 65 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal masih cukup dominan menyerap

angkatan kerja khususnya di perkotaan. Selain itu perkembangan ekonomi belum

(18)

Di satu segi sektor informal masih memegang peranan penting menampung

angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau

angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Keadaan ini dapat mempunyai

dampak positif mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Tetapi di segi lain

menunjukkan gejala tingkat produktivitas yang rendah, karena masih menggunakan

alat-alat tradisional dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah.

Mengingat peran sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan,

sudah sewajarnya nasib para pekerjanya dipikirkan. Beberapa kebijakan, baik

langsung maupun tidak, untuk membantu pengembangan masyarakat melalui

pembinaan kegiatan usaha pekerja di sektor informal memang sudah dilakukan.

Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja

sektor informal belum banyak mengalami perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi

arti pentingnya kebijakan yang telah ada, kebijakan yang biasa diberikan kepada

pengusaha besar mungkin dapat dikurangi, kemudian prioritas diberikan pada

kegiatan sektor informal dan memihak pada kepentingan masyarakat.

Sektor informal dalam penelitian ini dianggap sebagai akibat dari situasi

pertumbuhan kesempatan kerja negara sedang berkembang; mereka yang memasuki

kegiatan berskala kecil ini khususnya di kota, terutama bertujuan untuk mencari

kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan. Mereka yang terlibat dalam sektor ini

pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil, dan kebanyakan

para migran. Dengan kata lain, sektor informal di kota harus dipandang sebagai

(19)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

dan jasa yang masih dalam suatu proses evolusi untuk menjelma sebagai sekelompok

perusahaan berskala kecil dengan masukan-masukan modal (capital) dan pengelolaan

(managerial) yang lebih besar (Sjaifudin, 1995).

Akumulasi penduduk di kota-kota besar seperti halnya di Indonesia tersebut

sering tidak diikuti dengan penyediaan kesempatan kerja formal yang luas. Hal ini

memposisikan penduduk yang tidak mampu berkompetisi disektor formal, seperti

penduduk dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, cenderung

masuk ke sektor informal. Mereka bekerja seadanya, pada lapangan usaha apa saja,

tentunya jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan dan pendidikan

tinggi (Sjaifudin, 1995; Widianto, 2003).

Selanjutnya Maloney (1995) lebih jauh menjelaskan bahwa tingginya penduduk

yang bekerja di sektor informal, terutama di kota-kota besar dan menengah,

merupakan akibat dari urbanisasi semu (pseudo urbanization), yakni urbanisasi yang

tidak diikuti dengan perkembangan ekonomi (industrialization) dan kesempatan

kerja. Masalah yang muncul dari fenomena tersebut adalah penganggur terbuka,

setengah penganggur, dan tenaga kerja yang tidak dimanfaatkan secara penuh. Hal ini

tentu saja akan diikuti dengan meluasnya berbagai kegiatan usaha di sektor informal.

setidak-tidaknya sebagai kegiatan usaha alternatif agar di kota mereka tetap dapat

survive.

Dari pendapat tersebut perlu dikemukakan pula tentang kinerja usaha kecil

seperti yang digunakan oleh Sadler-Smith dkk,(2003) bahwa usaha kecil di Kerajaan

(20)

gaya golongan pengusaha (berdasarkan teori Cavin dan Stevin) dan jenis perusahaan

(dalam bentuk kinerja pertumbuhan penjualan), begitu pula yang dikemukakan oleh

Raharjo (2003) yang mengembangkan kapasitas manajemen dan kewirausahaan pada

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pertanian bahwa aspek personal bersama-sama

dengan fisik, ekonomi dan lingkungan insitusi berpengaruh kewirausahaan petani.

Studi ini menggambarkan bahwa dampak kewirausahaan para petani dalam proses

pengambilan keputusan secara konsekwen menentukan hasil yang efisien.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 lalu, yang

diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Krisis moneter ini telah

mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami resesi ekonomi. Krisis ini sangat

berpengaruh negatif terhadap hampir semua lapisan/golongan masyarakat dan hampir

semua kegiatan ekonomi di dalam negeri, namun demikian usaha sektor informal

dalam situasi tersebut malahan menjamur. Hal ini merupakan indikator bahwa

masyarakat membutuhkan keberadaan sektor ini.

Secara struktural suatu gejala ekonomi mempengaruhi usaha melalui sisi

permintaan (pasar output) dan/atau sisi penawaran (pasar input). Besarnya efek

tersebut bervariasi menurut jenis kegiatan atau sektor/subsektor, skala usaha,dan

wilayah usaha (lokasi perusahaan dan lokasi pasar) yang berbeda. Perbedaan ini

karena orientasi dan struktur pasar output dan input, pola proses produksi, dan jenis

serta intensitas pemakaian ouput/bahan baku berbeda menurut kegiatan ekonomi yang

(21)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

dan menengah perlu dianalisis dari dua sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan

(Tambunan, 2002).

Sektor informal merupakan bidang yang banyak ditekuni oleh orang yang berasal

dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari tidak tamat SD sampai yang

berpenddidikan perguruan tinggi (Ramli, 1992). Sampai sejauh mana hubungan

tingkat pendidikan dengan pekerjaan pada sektor ini, merupakan hal penting untuk

diteliti. Dikatakan demikian karena menurut Standing (1981), untuk mengukur

tingkat pemanfaatan angakatan kerja, salah satu faktor yang harus diperhatikan ialah

kesesuaian antara tingkat pendidikan seseorang dengan lapangan kerja yang

ditekuninya. Kalau tidak sesuai akan menimbulkan Underemployment ialah orang

yang bekerja dibawah kemampuan yang dimilikinya, selanjutnya hal tersebut akan

mempengaruhi tingkat produktivitas dan pendapatan. Keadaan ini tidak terlepas

semakin kompleks penciptaan lapangan kerja di kota besar seperti di Medan

khususnya di Kota Binjai.

Berdasarkan data dari Perusahaan Daerah (PD) Kota Binjai pada tahun 2007

tercatat usaha sektor informal 1.727 unit, dimana rata-rata pertumbuhannya berkisar

antara 5-8% pertahun, seperti yang terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1. Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai

Tahun Jumlah sektor informal (unit)

2000 820

(22)

2002 1.086

2003 1.128

2004 1.297

2005 1.387

2006 1.564

2007 1.727

(Sumber: BPS Sumatera Utara)

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor informal semakin

bertambah, sehingga akan menyerap banyak tenaga kerja. Di beberapa negara yang

sedang berkembang (developing countries) sektor usaha kecil umumnya menyerap

banyak tenaga kerja, pertumbuhan sektor informal yang pesat seiring dengan

pertambahan penduduk di perkotaan menyebabkan tanah, perumahan, dan fasilitas

lainnya semakin mahal. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang umumnya

terdiri dari pekerja sektor informal yang kebanyakan terdiri dari para urbanit, mencari

daerah-daerah yang terjangkau oleh keadaan ekonominya, Akhirnya mereka

berkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu yang selanjutnya “daerah kumuh”

(Widianto, 2003).

Polemik tentang prospek sektor informal yang terus berlangsung disertai pesatnya

penambahan jumlah tenaga kerja yang masuk ke sektor tersebut, mengindikasikan

perlunya suatu studi yang secara mendalam menelaah perkembangan, prospek dan

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sektor informal, terlebih dengan adanya

(23)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

dan kemampuan untuk bertahan sektor informal sampai sekarang menarik untuk

dikaji lebih mendalam.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, studi ini berusaha memaparkan

kegiatan pekerja di sektor informal dan menyediakan pemikiran untuk pembinaan

sektor informal dan pengembangan kegiatan usaha informal, termasuk dalam rangka

memberikan perlindungan bagi pekerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis

tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Binjai”.

1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh umur terhadap pendapatan usaha pekerja sektor informal di

Kota Binjai?

2. Bagaimana pengaruh pendidikan yang ditamatkan terhadap pendapatan pekerja

sektor informal di Kota Binjai?

3. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan pekerja sektor

informal di Kota Binjai?

4. Bagaimana pengaruh curahan waktu bekerja terhadap pendapatan pekerja sektor

informal di Kota Binjai?

5. Bagaimana pengaruh modal operasi terhadap pendapatan pekerja pada sektor

informal di Kota Binjai?

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap pendapatan pekerja di sektor

informal.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan yang ditamatkan terhadap pendapatan

pekerja di sektor informal.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan pekerja di

sektor informal.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh curahan kerja terhadap pendapatan

pekerja di sektor informal.

5. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor

informal.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan pendapatan sektor informal.

2. Bagi pekerja di sektor informal penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan

masukan agar para pekerja di sektor informal dapat meningkatkan pendapatan

mereka.

3. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan kerangka dalam

(25)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

4. Bagi para pengambil kebijakan (decision maker) penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan dalam mengambil kebijakan untuk mengatur para pekerja di sektor

informal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Masyarakat Pada Sektor Informal

Pertumbuhan penduduk suatu negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan

kerja telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini antara lain disebabkan

belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum

meratanya pembangunan disegala bidang, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan

tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Sektor

formal tidak mampu memenuhi dan menyerap pertambahan angkatan kerja secara

maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara angkatan kerja yang tumbuh

(26)

menjadi suatu bagian yang penting dalam menjawab permasalahan lapangan kerja

dan angkatan kerja.

Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan

ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan perusahaan

berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi situasi

pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang, karena itu mereka

yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama bertujuan untuk mencari

kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan. Karena mereka

(27)

tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka bukanlah

kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan pengusaha

seperti yang dikenal pada umumnya (Alma, 2001).

Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan kebijakan

ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja

yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat

pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang

memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin mengukuhkan

kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Keadaan ini dalam

jangka pendek akan dapat membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia

(Moir dan Wirosardjono 1997).

Pemberdayaan sektor informal merupakan bagian dari pemberdayaan

perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dalam

beberapa hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh

manajemen operasional yang kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional,

sektor informal yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu

mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan perusahaan besar.

Pada dasarnya, apabila seseorang mempunyai kemampuan, memiliki sedikit

pengetahuan praktis serta memiliki peralatan yang sederhana dan keuletan berusaha,

maka ia dapat melakukan usaha dalam sektor informal. Selanjutnya Raharjo (2003),

mengemukakan bahwa walaupun dikatakan secara umum kegiatan sektor informal

memberikan pendapatan yang rendah, namun bagi golongan masyarakat kelas bawah

(28)

kerja keras. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang mencari

pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang-orang yang masuk ke dalam sektor ini.

Adanya sifat alamiah dan sifat manusia, menyebabkan timbulnya perpindahan

penduduk dari daerah yang kurang menguntungkan, seperti daerah pedesaan ke

daerah yang lebih menjanjikan, seperti daerah perkotaan atau pusat pertumbuhan baru

sebagai tempat bermukim, bekerja, berusaha dan bermasyarakat. Migrasi ini telah

menciptakan berbagai macam lapangan usaha baru, seperti keberadaan pekerja sektor

informal.

Keberadaan pekerja sektor informal ini turut memberikan sumbangan bagi

perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor

informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal

dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten, dimana terdapatnya sektor

informal tersebut.

Dilihat dari uraian diatas, bahwa dengan terjadinya peningkatan pendapatan

masyarakat golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup mereka. Keadaan

ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan daerah dan nasional.

Oleh karena itu peranan sektor informal mempunyai peran penting dalam

mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.

2.2. Peran Perekonomian Masyarakat Bagi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Wilayah merupakan suatu area geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan

(29)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

hal ini, wilayah didefinisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan ciri atau

kandungan area geografis tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa ciri dan kandungan

area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan wilayah masih tetap merupakan

hal yang terus diperdebatkan dan belum tercapai konsensus. Oleh karena itu, ahli

ekonomi dan pengembangan wilayah sepakat bahwa ciri-ciri dan kandungan area

geografis yang digunakan untuk mendefinisikan suatu wilayah haruslah

mencerminkan tujuan analisis atau tujuan penyusunan kebijaksanaan pengembangan

wilayah. Atas dasar konsesus di atas, maka didalam pengembangan wilayah perlu

dipahami pengertian perencanaan wilayah agar arah dan maksud perencanaan

pembangunan di dalam suatu daerah atau wilayah dapat secara lebih baik tercapai dan

tidak menimbulkan ketimpangan di dalam wilayah itu sendiri atau antar wilayah

(Priyono, 1999).

Maloney (1995) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang

menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari

pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan

bahwa perencanaan wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial

dan pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapaai tujuan

ekonomi sosial tersebut. Unsur spasial merupakan dasar dan pedoman bagi seorang

perencana wilayah dalam membuat suatu rencana sektoral, daerah serta

program-program pembangunan wilayah. Secara konseptual (Glasson 1990) membedakan

(30)

a. Wilayah Homogen, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesamaan ciri-ciri baik yang

bersifat geogarfis, ekonomi, sosial maupun politik, sehingga apabila terjadi

perubahan dari suatu bagian wilayah akan mendorong terjadinya perubahan

keseluruhan aspek wilayah.

b. Wilayah Nodal, yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor heterogenitas

akan tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara fungsional. Struktur

wilayah ini dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup yang memiliki satu

wilayah inti (pusat, metropolis) dan beberapa wilayah plasma/pinggiran (periferi,

hinterland) yang merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer

terhadap intinya dan dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern.

c. Wilayah Administrasi, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan administrasi

politis penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini tidak ditentukan oleh

derajat interaksi ataupun homogenitas antar komponen wilayah.

d. Wilayah Perencanaan, yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan fungsional

antar bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu sistem), baik

keterkaitan dalam biofisik/ekologis (ekosistem) maupun sosial ekonomi. Pada

wilayah ini terdapat sifat-sifat tertentu yang alamiah, perlu perencanaan secara

integral dalam pengembangan dan pembangunannya sehingga dapat memberikan

solusi dari permasalahan regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup

lebih dari satu wilayah administrasi.

Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan

(31)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi masing-masing komponen

sehingga tercipta suatu strategi pengembangan dan pembangunann wilayah yang baik

dan terarah.

Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan

perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan

pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional serta

mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dan

industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap

memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable) (Todaro, 2000).

Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan berbagai

alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai

cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses

transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan

produktivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas

pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat

kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang

terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan

masyarakat.

Pembangunan wilayah yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat optimal

bagi kepentingan masyarakat umum maupun lokal (base community). Dalam

pengelolaan sumberdaya alam seyogyanya pertimbangan ekonomi dan lingkungan

(32)

terjadinya misalokasi sumberdaya dapat dihindari (Firnandi, 2005). Pembangunan

wilayah yang berkelanjutan berlandaskan kenyataan adanya keterbatasaan

kemampuan sumberdaya alam, sedangkan kebutuhan manusia terus meningkat.

Kondisi seperti ini membutuhkan suatu strategi pemanfaatan sumberdaya yang lebih

efektif dan efisien. Pembangunan berkelanjutan menitik beratkan pada tanggung

jawab moral dalam memberikan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang.

Dengan demikian permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan wilayah

adalah bagaimana memperlakukan alam dengan kapasitasnya yang terbatas dan telah

mengalami degradasi baik karena faktor alam sendiri maupun faktor intervensi

manusia, secara arif bijaksana tetapi alokasi sumberdaya secara adil sepanjang waktu

dan antar generasi guna menjamin kesejahteraannya tetap berlangsung.

Konsep pembangunan menurut Todaro (2000) adalah pembangunan harus

memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan

pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki yaitu kecukupan

(sustenance), jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom). Konsep pembangunan

berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang,

pertama kali digunakan oleh Komisi Pembangunan dan Lingkungan Dunia (World

Commission on Environment and Development) atau The Brundtland Commission

pada tahun 1987. Palunsu dalam Irayanti (2000) mengemukakan bahwa

pembangunan yang berkelanjutan mengandung tiga pengertian yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan

(33)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem.

3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam, serta sumberdaya manusia

dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.

Hal terpenting yang perlu mendapat perhatian bukan pada perbedaan interpretasi

pembangunan yang berkelanjutan tersebut namun lebih terfokus pada hal-hal yang

merupakan implikasi dari pelaksanaan pembangunan. Sjaifudin, dkk (1995)

mengemukakan bahwa pelaksanaan pembangunan tidak akan membawa hasil apabila

dalam proses pembangunan tersebut tidak terjadi integrasi tiga poin utama yaitu

ekonomi, ekologi dan sosiologi. Ketiga aspek-aspek kehidupan dan tujuan

pembangunan berkelanjutan dapat digambarkan sebagai “a triangular framework”

dengan tujuan masing-masing aspek yang berbeda, seperti dapat dilihat pada Gambar

2.1 dibawah ini:

Ekonomi:

(34)

Sosial: Ekologi:

Pemberdayaan Masyarakat Integrasi ekosistem (Ecosistem Integrity) (Empowerman) keanekaragaman hayati (biodiversity) Keterpaduan sosial (Social Cohession) daya dukung lingkungan

Partisipasi Masyarakat (Participation) (Carrying Capacity) Sumber: Firnandi (2005)

Gambar 2.1. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan

Dari aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk

memaksimalkan kesejahteraan manusia melalui pertumbuhan ekonomi dan efisiensi

penggunaan kapital dalam keterbatasan dan kendala sumberdaya dan teknologi.

Tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya perencanaan pembangunan secara

komprehensif dengan tetap berpijak pada tujuan-tujuan jangka panjang. Selain itu

perlu adanya pengurangan eksploitasi sumberdaya secara berlebihan dan menghindari

dampak yang mungkin timbul dari eksploitasi sumberdaya dengan memberikan harga

kepada sumberdaya (pricing) dan biaya tambahan (charge). Dengan demikian sasaran

ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan adalah peningkatan ketersediaan dan

kecukupan kebutuhan ekonomi (growth), kelestarian aset dalam arti efisiensi

pemanfaatan sumberdaya yang ramah lingkungan, berkeadilan bagi masyarakat pada

masa kini dan yang akan datang.

Aspek ekologis didasarkan pada pertimbangan bahwa perubahan lingkungan

akan terjadi diwaktu yang akan datang dan dipengaruhi oleh aktivitas manusia.

Pandangan kologis didasarkan pada 3 prinsip utama:

1. Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia adalah tidak terbatas dan berhadapan

(35)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

2. Aktivitas ekonomi yang lebih maju seiring dengan pertumbuhan populasi akan

meningkatkan kebutuhan akan sumberdaya alam dan tingginya produksi limbah

(waste) yang dapat merusak lingkungan karena melebihi daya dukung ekosistem.

3. Pembangunan yang dilaksanakan dalam jangka panjang akan berdampak pada

kerusakan lingkungan yang irreversible.

Dari aspek sosiologi, sebagaimana dikemukakan oleh Tambunan (1998), bahwa

pembangunan berkelanjutan lebih ditekankan pada pemberdayaan organisasi sosial

masyarakat yang ditujukan untuk pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah

kepada keberlanjutan. Pendekatan partisipatif masyarakat dalam pembangunan

dilakukan dengan menciptakan kesadaran masyarakat pada peningkatan kualitas

sumberdaya manusia, penghargaan terhadap bentuk kelembagaan dan organisasi

sosial masyarakat sebagai satu sistem kontrol terhadap jalannya pembangunan,

pengembangan nilai-nilai masyarakat tradisional yang mengandung keutamaan dan

kearifan serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berorganisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan kemajuan

pembangunan tidak akan tercapai tanpa adanya keterpaduan ketiga aspek tersebut

yaitu ekonomi mencakup pertumbuhan dan efisiensi yang dapat diukur dengan

kriteria materi (monetary value), ekologi atau lingkungan mencakup keutuhan

ekosistem, daya dukung lingkungan dan konservasi sumberdaya alam, dan sosial

mencakup keadilan, keterpaduan kehidupan sosial, partisipasi dan pemberdayaan

(36)

Keberhasilan dan kemajuan kedua aspek terakhir tersebut (ekologi dan sosial)

tidak dapat diukur dengan kriteria materi semata (nilai uang). Interaksi ketiga aspek

pendukung pembangunan berkelanjutan, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.2

sebagai berikut:

Distribusi pendapatan Evaluasi dampak Lingkungan

Kesempatan kerja Penilaian Sumberdaya Bantuan kepada Internalisasi dampak sasaran subsidi lingkungan

Tujuan Sosial Tujuan Ekosistem

Pengentasan Kemiskinan Manajemen Sumberdaya Alam Pemerataan

Sumber: Firnandi (2005)

Gambar 2.2. Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan

Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan tersebut (ekonomi,

sosial dan lingkungan hidup/ekologi) dalam upaya pengelolaan sumberdaya yang

bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya

(37)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

nasional dan daerah atau regional) dan temporal (tahunan, jangka menengah, dan

jangka panjang).

Selanjutnya dikemukakan oleh Firnandi (2001) bahwa, dalam kerangka tiga

dimensi pembangunan berkelanjutan akan terjadi interaksi yang kuat dan tolak angsur

(trade off) antara dimensi spasial, dimensi temporal dan dimensi kesejahteraan yang

masing-masing memiliki perbedaan karakteristik, sebagaimana yang diperlihatkan

oleh Gambar 2.3 sebagai berikut ini.

Spasial

(38)

Gambar 2.3. Kerangka Berfikir Tiga Dimensi Tentang Keberlanjutan

Hakekat pembangunan wilayah adalah menciptakan keadaan dimana terjadinya

alternatif nyata yang lebih banyak bagi setiap anggota masyarakat untuk mencapai

aspirasinya yang paling humanistik. Penciptaan alternatif dicirikan oleh adanya

proses transformasi karakteristik masyarakat yang ditandai oleh adanya peningkatan

kapasitas produksi dan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, peningkatan

produktivitas tenaga kerja, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan

masyarakat kearah yang lebih adil, transformasi struktural dan tata nilai (virtue), yang

akhirnya perubahan tersebut mengarah pada perbaikan mutu hidup dan kehidupan

masyarakat.

Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya

kebutuhan fisik yang dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi

mutu lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis

pekerjaan yang dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat akan dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat

untuk melakukan pengembangan diri.

Pembangunan wilayah pada hakekatnya merupakan suatu perubahan atau

pelaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan disuatu wilayah yang harus

disesuaikan dengan kondisi dan potensi lingkungan yang terdapat didaerah tersebut

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut tidak hanya terbatas

(39)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

bagian dari pembangunan nasional yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi disuatu wilayah berdasarkan pertimbangan kondisi setempat

dan ditujukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.

Dalam konteks pertumbuhan regional pada umumnya dapat terjadi sebagai akibat

dari penentu-penentu endogen maupun eksogen, yakni faktor-faktor diluar daerah,

atau kombinasi keduanya. Penentu-penentu penting yang berasal dari dalam daerah

meliputi distribusi faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja dan modal. Sedangkan

salah satu penentu eksternal yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain

terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

Di sisi lain, pertumbuhan regional yang terjadi tidak dapat menyebar secara

merata dan bersamaan diseluruh wilayah. Hal ini disebabkan adanya keragaman antar

wilayah terutama keragaman dalam potensi sumberdaya alam, teknologi dan

kelembagaan. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan saling berinteraksi

antar wilayah, baik interaksi menguntungkan maupun yang merugikan. Dengan

demikian dalam penelaahan pembangunan wilayah terutama yang menyangkut

dengan pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah pendukungnya, perlu diketahui adanya

hubungan antara pusat pertumbuhan dengan daerah hinterlandnya dalam ruang

lingkup kegiatan sosial ekonomi yang tercermin dari adanya arus perpindahan orang,

barang dan jasa. Hubungan yang terjadi tersebut dapat menguntungkan (spread effect)

maupun merugikan (backwash effect) terhadap hinterland sebagai akibat

pertumbuhan suatu wilayah. Salah satu penyebab dari ketimpangan sosial ekonomi

(40)

yang demikian, kota bertindak sebagai inti sedangkan desa bertindak sebagai wilayah

pheripheri (wilayah pinggiran yang mengelilingi inti).

Manusia mempunyai sifat dasar ingin selalu mencari manfaat dan kenyamanan

yang terbaik bagi dirinya ataupun kelompoknya. Suatu kelompok masyarakat akan

lebih suka bermukim di daerah yang mempunyai kesuburan baik untuk produksi atau

tempat yang mempunyai akses yang mudah untuk mendapatkan pekerjaan, fasilitas

sosial seperti rumah sakit, hiburan dan lain-lain. Semakin tinggi ketersediaan faktor

ini semakin mudah masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya dan semakin

menarik pula daerah tersebut untuk tempat pemukiman.

Teori Resource Endowment dari suatu wilayah menyatakan bahwa perkembangan

ekonomi wilayah dalam pembangunan bergantung pada sumberdaya alam yang

dimiliki dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumberdaya itu.

Dalam jangka pendek sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah merupakan suatu aset

untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Nilai dari suatu sumberdaya

merupakan nilai dan permintaan terhadapnya merupakan permintaan turunan. Suatu

sumberdaya menjadi berharga jika dapat dimanfaatkan dalam bentuk-bentuk

produksi.

Pertumbuhan wilayah jangka panjang bergantung pada kegiatan industri

ekspornya. Kekuatan utama dalam pertumbuhan wilayah adalah pemintaan ekternal

akan barang dan jasa yang dihasilkan dan dieksport oleh wilayah itu. Permintaan

eksternal ini mempengaruhi penggunaan modal tenaga kerja, dan teknologi untuk

(41)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

itu menghasilkan keuntungan dalam memproduksi barang dan jasa, mempunyai

sumberdaya yang unik, dan mempunyai beberapa tipe keuntungan tranportasi. Dalam

perkembangannya perekonomian wilayah cenderung membentuk kegiatan pendukung

yang dapat menguatkan posisi yang menguntungkan dalam sektor ekspor di wilayah

itu. Penekanan teori ini ialah pentingnya keterbukaan wilayah yang dapat

meningkatkan aliran modal dan teknologi yang dibutuhkan untuk pembangunan

wilayah.

Myrdal dalam Soekirno (1986) menyatakan bahwa usaha pembangunan di

daerah/wilayah yang lebih maju (Growth Centre) akan memberikan dampak kepada

daerah sekitarnya (hinterland). Dampak kepada daerah sekitarnya tersebut bersifat

negatif, apabila terjadi penguasaan terhadap daerah sekitarnya (backwash effect)

sehingga mengakibatkan adanya pertumbuhan wilayah yang terpusat (gonvergence),

sebaliknya dapat pula berdapak positif, apabila dapat mendorong pertumbuhan

wilayah sekitarnya (spread effect) sehingga menimbulkan pertumbuhan yang

menyebar.

Selanjutnya Widianto (2003), berpendapat bahwa pada proses pembangunan

ekonomi dengan adanya kecenderungan pemusatan penduduk dan ketersediaan

fasilitas, maka investasi diwilayah inti pada mulanya lebih efisien karena berkaitan

dengan efisien usaha (economies of scale) dimana masing-masing individu akan

memanfaatkan keuntungan-keuntungan eksternal. Dengan demikian akhirnya terjadi

pemusatan investasi pada wilayah inti, baik investasi publik maupun investasi swasta.

(42)

diwilayah inti, pada negara-negara bukan sosialis lebih tinggi jika dibandingkan

dengan negara-negara sosialis.

Di negara sosialis seperti Negara Persemakmusran Rusia, Republik Rakyat Cina

dan Kuba, pertumbuhan ekonominya lebih lamban dan struktur politik

perekonomiannya lebih mengutamakan pembangunan pertanian di wilayah pedesaan

(pheriphery) sehingga arus migrasi dapat dikendalikan. Pemusatan aktivitas ekonomi

dan penduduk diwilayah inti pada akhirnya akan mengakibatkan adanya kajian-kajian

ekonomi (diseconomies of scale) karena timbulnya biaya-biaya sosial (social cost)

yang semakin besar, seperti adanya kemacetan lalu lintas, pencemaran air dan udara,

biaya hidup yang tinggi dan sebagainya. Keadaan tersebut secara populer di nyatakan

bahwa daya dukung telah melampaui batas kemampuan ekologinya (Firnandi, 2005).

Maloney (1995) menyatakan bahwa daerah/wilayah saat ini menjadi ruang yang

proaktif, dengan memobilisasi aset-aset dan potensi yang dimiliki untuk

mengamankan daya saing yang ada. Daya saing suatu daerah/wilayah berhubungan

dengan tingkat kemampuan inovasi sistem yang dimiliki. Pengintegrasian universitas

atau pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri dan pelatihan yang difokuskan

kepada penduduk muda dan penduduk lebih tua yang tidak bekerja untuk mengisi

kebutuhan pekerjaan baru di perusahaan-perusahaan menjadi lebih nyata. Universitas

atau pendidikan tinggi cenderung menjadi konsultan regional dari pada nasional.

(43)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Tantangan yang dihadapi sektor informal saat ini dan di masa dating, terutama

dalam aspek-aspek berikut ini:

a. Persaingan Makin Bebas

Dengan diterapkannya sistem pasar bebas dengan pola atau sistem

persaingan yang berbeda dan intensifitas lebih tinggi, 3 ditambah lagi dengan

perubahan tenologi dan selera masyarakat akibat pendapatan masyarakat yang

terus meningkat, maka setiap pengusaha di sektor informal, baik di sektor industri

manufaktur, sektor perdagangan, maupun di sektor jasa ditantang apakah mereka

sanggup menghadapi/menyesuaikan usaha mereka dengan semua perubahan ini.

Misalnya, dengan makin banyaknya orang menyukai fast food services, maka

pemilik-pemilik warung dan rumah makan tradisional harus memikirkan strategi

agar tetap dapat bertahan di pasar yang sama (walaupun di dalam segmen yang

berbeda).

b. Perkembangan Pesat Teknologi

Perubahan teknologi mempengaruhi ekonomi atau dunia usaha, dari dua

sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran,

perkembangan teknologi mempengaruhi antara lain metode atau pola produksi,

komposisi serta jenis material/input dan serta kualitas produk yang dibuat.

Sedangkan, dari sisi permintaan, perubahan teknologi membuat pola permintaan

masyarakat berubah.

Munculnya restoran-restoran yang menyajikan fast food services juga tidak

(44)

informal sangat tergantung pada tingkat fleksibilitasnya dalam melakukan

penyesuaian-penyesuian di segala bidang yang berkaitan dengan perubahan

teknologi. Di sini, antara lain penguatan SDM sangat penting.

Peluang sektor informal untuk tetap bertahan atau berkembang, dapat dilihat

dari dua sisi. Dari sisi penawaran, seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih

ada persoalan struktural ketenagakerjaan di dalam negeri memberi peluang besar

bagi pertumbuhan sektor informal. Dengan adanya krisis ekonomi, peluang

tersebut semakin besar. Terbukti krisis ekonomi selama tahun 1998 lalu memberi

sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan output (bukan produktivitas) di

sektor tersebut lewat labour market effect, yakni pertumbuhan jumlah unit usaha,

pekerja dan pengusaha akibat meningkatnya jumlah pengangguran (akibat banyak

pekerja di sektor formal yang di PHK-kan).

Dorongan positif lainnya dari sisi penawaran (produksi) adalah munculnya

tawaran dari sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau aliansi dengan

sektor informal karena kondisi memaksa. Dengan kata lain, muncul kesempatan

besar untuk melakukan kemitraan atau misalnya subcontracting antara industri

besar dengan industri kecil

Selain itu, krisis ekonomi dengan kondisi nilai tukar rupiah merosot besar

terhadap dollar AS, sebenarnya dapat memberi kesempatan ekspor lebih besar

bagi industri kecil. Walaupun kenyataannya perkembangan ekspor Indonesia

secara umum dan perkembangan industri kecil pada khususnya, tidak terlalu

(45)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Dari sisi permintaan (pasar output), selama sebagian besar penduduk

Indonesia berpendapatan rendah, permintaan terhadap produk-produk (barang

maupun jasa) dari sektor informal tetap besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa sektor

informal berfungsi sebagai the last resort, tidak hanya dilihat dari sisi kesempatan

kerja (pasar buruh) tetapi juga dari sisi penjaminan ketersediaan kebutuhan pokok

bagi masyarakat miskin (pasar output).

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan

sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Umur responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor

informal.

2. Pendidikan yang ditamatkan responden berpengaruh positif terhadap pendapatan

responden di sektor informal.

3. Pengalaman kerja responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden

di sektor informal.

4. Curahan kerja responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di

sektor informal.

5. Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan pekerja di sektor

informal.

(46)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota

Keberadaan Masyarakat sektor informal tidak terlepas dari kegagalan pemerintah

(government vailure) dalam menciptakan pemertaan pendapatan, namun demikian

sektor informal merupakan penopang ekonomi rakyat kecil dalam memenuhi

kebutuhan hidup.

Masyarakat yang bekerja di sektor informal terdiri dari berbagai kelompok umur,

pendidikan, dari berbagai pengalaman kerja, tingkat curahan kerja, dan jumlah modal

operasi, semua faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prodiktifitas para pekerja

sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan para pekerja itu sendiri,

seperti terlihat pada gambar 2.4 sebagai berikut:

Umur

Pendidikan

Pengalaman Kerja

Curahan Kerja

Pendapatan

Pekerja

(47)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 2.4. Kerangka Konseptual Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memusatkan pembahasan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan pekerja pada sektor informal dengan menggunakan

veriabel-variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan

modal kerja, serta membahas hal-hal yang menyangkut dengan variabel-variabel

tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa dari variabel-variabel

yang telah diajukan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai.

(48)

3.2. Lokasi Penelitian

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini akan dilakukan di

Kota Binjai yang secara administratif berada di wilayah Medan Sumatera Utara.

Lokasi tersebut sengaja dipilih karena Penulis melihat banyaknya para pekerja yang

bekerja di sektor informal di Binjai, kemudian pada tahap selanjutnya Penulis ingin

melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan mereka di sektor informal.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data primer yang dikumpulkan melalui pembuatan kuisioner dan wawancara

(49)

100. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling.

Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah: Masyarakat Kota Binjai yang

bekerja disektor informal berdasarkan kelompok pedagang yang terdiri dari warung,

rumah makan, kios, toko, serta penjual di kaki lima seperti penjual kue, penjual buah,

penjual sayur, penjual ikan, penjual bunga dan sebagainya.

Kelompok Jasa terdiri dari rental komputer, tukang pangkas, tukang reparasi

elektronik, bengkel motor dan mobil, fotocopy dan rumah kost, untuk kelompok

angkutan terdiri dari angkutan kota (angkot), dan becak. Semua objek penelitian yang

telah disebutkan diatas mengikuti metode pengumpulan data yang dilakukan oleh

Iryanti (2000). Sementara data sekunder yang dikumpulkan mencakup data ekonomi

masyarakat, data kondisi lingkungan/perekonomian serta data yang berhubungan

dengan kesejahteraan masyarakat, khususnya selama 8 tahun terakhir, dari tahun

2000 hingga tahun 2008. Data sekunder bersumber dari monografi daerah, Kantor

Biro Statistik Sumatera Utara dan dari instansi lain.

Data yang dapat menggambarkan kondisi dan pertumbuhan aspek ekonomi

masyarakat, yang selanjutnya dipergunakan untuk analisis Kuantitatif di antaranya

adalah: harga kebutuhan pokok, biaya kehidupan, jumlah masyarakat, jenis dan

jumlah usaha

3.4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan memberikan

(50)

kerja, curahan waktu kerja, serta jumlah modal para pekerja sektor informal di Kota

Binjai. Kemudian menganalisis dampak kelima variabel tersebut terhadap pendapatan

para pekerja sektor informal di Kota Binjai.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan teknik

(a) Teknik kuesioner, dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden

menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup, (b) Observasi, yaitu

melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang dijadikan sampel.

3.6. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-views 4.1 untuk mengolah data

dalam penelitian ini.

3.7. Analisis Data

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan para pekerja

sektor informal di Kota Binjai, maka digunakan analisis deskriptif dan analisis

ekonometrika. Untuk analisis ekonometrika digunakan model regresi dalam

menjawab tujuan penelitian. Model regresi yang digunakan sebagai berikut:

(51)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota

X2 = Pendidikan yang ditamatkan (tahun)

X3 = Lama bekerja (tahun)

X4 = Curahan kerja (jam per hari)

X5 = Modal operasi (rupiah per hari)

= Term of error (kesalahan pengganggu)

Adapun bentuk matematis dari hipotesis di atas adalah sebagai berikut:

0

, Umur berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor informal.

Artinya semakin tinggi (meningkat) umur, maka pendapatan yang

diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.

0

, Pendidikan yang ditamatkan berpengaruh positif terhadap pendapatan

usaha sektor informal. Artinya semakin tinggi pendidikan yang

ditamatkan, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal

meningkat, cateris paribus.

, Lama bekerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor

informal. Artinya semakin lama bekerja, maka pendapatan yang diterima

(52)

0

, Curahan waktu kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor

informal. Artinya semakin besar curahan waktu kerja, maka pendapatan

yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.

0

5 > ∂

Y X

, Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor

informal. Artinya semakin banyak modal operasi, maka pendapatan yang

diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.

Variabel-variabel tersebut diatas adalah variabel yang diperlukan dalam

mengidentifikasi kegiatan perekonomian masyarakat sekitar dan memperkaya apa

yang telah dilakukan oleh Iryanti (2003).

3.8. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

3.8.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar

variabel-variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai

variabel dependen.

Untuk menghitung koefisien determinan, maka digunakan rumus sebagai

(53)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota

3.8.2. Uji Keseluruhan (F-Test)

Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Untuk uji f digunakan hipotesis:

Ho: b1 = b2 = b3 …. = bk = 0

Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 …. = bk = 0

Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti nilai variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Nilai F hitung diperoleh dengan rumus:

F =

k = Jumlah variabel independen ditambah intecept dari suatu model persamaan

(54)

3.8.3. Uji Parsial (t-Test)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan mengetahui apakah

masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan

menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis

sebagai berikut:

Ho: b1 = b

Ha: bi ≠ b

Dimana bi adalah variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b

dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. bila nilai t hitung > t–

tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa

variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap

variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

(bi) Se

b) -(bi ti =

Dimana:

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis 0

(55)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

3.9. Pengujian Terhadap Validitas Asumsi Klasik

3.9.1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model

regresi yang digunakan terdapat korelasi yang sempurna diantara variabel-variabel

yang menjelaskan independen variabel. Suatu model regresi linear akan

menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung

multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara

sesama variabel independen dari suatu model estimasi.

3.9.2. Uji Heteroskedastisitas

Suatu asumsi dari model regresi linier klasik adalah gangguan (disturbance)

ε

1yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homokedastisitas, yaitu semua

gangguan tadi mempunyai varian yang sama (Gujarati, 1998). Bila asumsi ini tidak

dapat dipenuhi, maka dalam penelitian tersebut terdapat heteroskedastisitas, yang

(56)

3.10. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional (variabel) dalam model ini seperti disajikan pada Tabel

3.1 berikut:

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

Nama Variabel Simbol Satuan

Umur Responden Umur Tahun

Pendidikan Responden Pendidikan SD s.d. S1 (Tahun)

Lama Bekerja Kerja Tahun

Jam Kerja Curahan Jam/hari

Modal operasi Modal Rupiah/hari

Keterangan:

1. Umur adalah rentang waktu dari lahir hingga sekarang yang dimiliki oleh pelaku

usaha, yang dinyatakan dalam tahun.

2. Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang diikuti, dinyatakan dalam tahun.

3. Lama Bekerja adalah jumlah waktu yang telah dilalui pelaku usaha dalam

menjalankan usahanya, yang dinyatakan dalam tahun.

4. Curahan kerja adalah banyaknya jam kerja yang digunakan untuk melakukan

usahanya, yang dinyatakan dalam jam per hari.

5. Modal adalah uang atau nilai barang yang digunakan pelaku usaha untuk memulai

(57)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Pendapatan usaha sektor informal adalah pendapatan yang diterima pelaku

usaha sektor informal yang merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh

dengan biaya untuk menghasilkan barang atau jasa usaha tersebut. Pendapatan ini

(58)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Binjai

4.1.1. Sejarah Singkat Kota Binjai

Kota Binjai berasal dari pada sebuah kampung kecil yang terletak diantara sungai

mencirim di sebelah timur dan Sungai Bingai di sebelah barat, kira-kira di Kelurahan

Pekan Binjai yang sekarang. Pada masa silam, lokasi ini adalah antara dua kerajaan

melayu, yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat.

Pada tahun 1823 Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang telah

mengutus Jhon Anderson untuk pergi ke pesisir Sumatera Timur dan dari catatannya

disebutkan sebuah Kampung yang bernama Ba Bingai (Menurut buku Mission to The

Eastcoast Sumatera – Edinburg 1826). Sebenarnya sejak pada tahun 1822, Binjai

telah dijadikan Bandar pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah

dari perkebunan lada di sekitar Ketapangai (Pungai).

Upacara pembukaan kampung tersebut diadakan pada tanggal 17 Juni 1872 di

bawah sebatang pohon Binjai yang amat besar. Di sekitar pohon binjai ini kemudian

dibangun beberapa rumah dan lama-kelamaan, tempat ini semakin berkembang dan

akhirnya menjadi sebuah bandar pelabuhan yang banyak disinggah oleh pedagang

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai  .......................................
Tabel 4.11 Hasil Analisa Regresi .................................................................
Tabel 1.1. Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai
Gambar 2.2. Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan pada Pondok Pesantren salafiyah di Kabupaten Padang Lawas Utara, dengan memfokuskan pada Pondok Pesantren Al-Mukhtariyah Sungaidua.

Charoen Pokphand Indonesia – Food Division dari setiap Supplier telah diproyeksikan dengan jelas bahwa pemesanan kebutuhan sesuai dengan perhitungan order quantity untuk

Target 1: Menurunkan hingga setengahnya Menurunkan hingga setengahnya Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan ekstrim hingga

Manajemen menurut Terry (1986:4) adalah sebuah proses yang khas, terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan pengawasan, yang

[r]

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penilaian aspek kognitif dan penilaian menulis teks eksplanasi kompleks yang telah dilakukan di kelas XI SMA Negeri 2 Sebulu

Sumbangan retribusi yang diteliti ialah retribusi terminal Rajabasa terkhusus yang masuk ialah mikrolet, mobil penumpang,bus kota, AKDP AC,AKDP EK,AKAP AC,AKAP EK,

[r]