• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis ekspor-impor sektor kehutanan Indonesia dengan negara maju dan negara berkembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis ekspor-impor sektor kehutanan Indonesia dengan negara maju dan negara berkembang"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKSPOR-IMPOR SEKTOR KEHUTANAN

INDONESIA DENGAN NEGARA MAJU DAN NEGARA

BERKEMBANG

RISNA RONAL SUTHRISNO MANIK

E14050313

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

ANALISIS EKSPOR-IMPOR SEKTOR KEHUTANAN

INDONESIA DENGAN NEGARA MAJU DAN NEGARA

BERKEMBANG

RISNA RONAL SUTHRISNO MANIK

E14050313

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

ABSTRAK

RISNA RONAL SUTHRISNO MANIK (E14050313). Analisis Ekspor-Impor

Sektor Kehutanan Indonesia dengan Negara Maju dan Negara Berkembang.

Di bawah bimbingan SUDARSONO SOEDOMO.

Discrepancy trade statistics

merupakan ketidak sesuaian antara data ekspor

yang dilakukan oleh negara eksportir dengan data impor yang dilakukan oleh

negara importir. Secara teori, pencatatan antara pelaporan data ekspor yang

dilakukan oleh pihak eksportir harus sama dengan pencatatan data impor yang

dilakukan oleh negara importir namun hal tersebut sulit untuk direalisasikan

dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan data

impor Indonesia dengan negara maju dan berkembang, membandingkan

ekspor-impor kehutanan dan perkebunan serta mengetahui ada tidaknya perbedaan data

ekspor dengan data impor.

Data yang dipergunakan didalam penelitian ini merupakan data sekunder,

yaitu data sekunder ekspor-impor Indonesia dengan negara maju, seperti: Amerika

Serikat, Jepang, Jerman, China, Canada, Italia, Prancis dan Australia dan negara

berkembang, yaitu: Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, Pakistan, Srilanka,

Thailand dan Vietnam yang dimulai pada tahun 1989 sampai 2008. Metode

pengumpulan data yang dilakukan adalah mengunduh data dari website www.

uncomtrade.org, dimana data yang dikumpulkan adalah data ekspor-impor

tahunan. Jenis data ekspor-impor yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa

data ekspor-impor dari sektor kehutanan, yaitu plywood (

plywood, veneer panel

and similar laminated wood)

dan pulp

(chemical wood pulp, soda/sulphate, non

conifer, bleached)

serta dari sektor perkebunan berupa kelapa sawit (

palm oil and

its fraction, not chemically modified)

.

Berdasarkan analisis hasil pengolahan data diketahui bahwa terdapat selisih

antara data ekspor Indonesia dengan data impor negara maju dan negara

ber-kembang untuk komoditi

plywood, veneer panel and similar laminated wood;

chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

dan

palm oil and its

fraction, not chemically modified,

dimana

persentase

discrepancy trade statistic

berbeda-beda pada setiap negara. Catatan ekspor Indonesia terhadap catatan

impor negara maju dan berkembang tidak memiliki pola tertentu.

(4)

ABSTRACT

RISNA RONAL SUTHRISNO MANIK/E14050313. Export-Import Analysis

of Indonesia Forestry with Developed Countries and Developing Countries.

Guidance by SUDARSONO SOEDOMO.

Discrepedancy trade statistic is the inappropriate record keeping between

the export data by exporter countries and the import data by importer countries.

Theoretically, the record keeping of export data held by exporter countries must

be same with the import data kept by importer countries. But, in fact, it is so

difficult to make it come true. This research aims to analyze the comparison

between export-import data in Indonesia with developed countries and other

developing countries, to compare the export-import of forestry and plantation, and

the last, to know whether the difference of export-import data.

This research used secondary data, which is the export-import data of

Indonesia with developed countries like: United State, Japan, Germany, Canada,

China, Italy, French, and Australia and developing countries like: Bangladesh,

Philippine, India, Malay, Pakistan, Srilanka, Thailand, and Vietnam. The period

data used was about 1989-2008. The collection of data was done by downloading

from www.uncomtrade.org. The kind of export-import data used in this research

is forestry export-import data which are plywood (

plywood, veneer panel, and

similar laminated wood

), pulp (

chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer,

bleached

), and plantantion sector like palm (

palm oil and its fraction, not

chemically modified

).

The results of analysis shows that there are discrepancy between Indonesia

export data records with developed and developing countries import data records

for

plywood, veneer panel and similar laminated wood; chemical wood pulp,

soda/sulphate non conifer, bleached

and

palm oil and its fraction, not chemically

modified

, where percentages of discrepancy trade statistics are different in each

country. Indonesia export data to developed and developing countries export data

to developed and developing countries export data don’t have particular trend.

Key Word: Discrepancy trade statistics

,

Export, Import, developed countries, and

developing countries.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Analisis

Ekspor-Impor Sektor Kehutanan Indonesia dengan Negara Maju dan Negara

Berkembang” adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah di-sebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Risna Ronal S. Manik

(6)

Judul Penelitian : Analisis Ekspor-Impor Sektor Kehutanan Indonesia dengan

Negara Maju dan Negara Berkembang

Nama

: Risna Ronal Suthrisno Manik

NRP

: E14050313

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

(Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS.)

NIP. 130813798

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Fakultas Kehutanan IPB

(Dr. Ir.Didik Suhardjito, MS.)

NIP.19630401 199403 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat, karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor. Judul skripsi ini adalah ”Analisis Ekspor-Impor Sektor Kehutanan

Indonesia dengan Negara Maju dan Negara Berkembang”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

mem-bangun dari berbagai pihak agar diperoleh hasil yang lebih baik sebagai perbaikan

dan evaluasi atas skripsi yang penulis buat. Semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kutabuluh Berteng pada tanggal 02 April

1988. Penulis adalah anak ke-2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara dari

pasangan R.S. Manik dan R. Rajaguk-guk. Penulis memulai

pendidikan di SDN No 030437 Kutabuluh Berteng pada tahun

1993, SLTPN 1 Kutabuluh Berteng tahun 1999 dan SMAN 1 Tiga Binanga pada

tahun 2002. Penulis menyelesaikan sekolah pada tahun 2005 dan melalui jalur

USMI penulis masuk perguruan tinggi negeri tahun 2005 di Tingkat Persiapan

Bersama (TPB) IPB Bogor dan tahun 2006 masuk ke Mayor Manajemen Hutan,

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis pernah

menjadi anggota kepanitiaan dalam beberapa kegiatan di tingkat fakultas maupun

di IPB, seperti kegiatan Masa Perkenalan Fakultas 2007, Temu Manajer (TM)

2007 dan acara lainnya. Selama menuntut ilmu di IPB

,

penulis aktif di organisasi

kemahasiswaan yakni anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan

Komisi Pelayanan Anak (KPA). Penulis merupakan anggota UKM Sepak Bola

IPB. Pada tahun 2007 penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan

(PPEH) di Kamojang-Sancang dan tahun 2008 penulis melakukan Praktek

ngelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Pada tahun 2009

Pe-nulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT

AUSTRAL BYNA. Penulis juga pernah menjadi asisten untuk mata kuliah

Agama Kristen Protestan pada tahun ajaran 2006/2007.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada

Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,

penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Ekspor-Impor Sektor

Kehutanan Indonesia dengan Negara Maju dan Negara Berkembang”

dibawah

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mem-berikan dukungan moril serta

materil kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, antara lain sebagai

berikut:

1.

Kepada Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS. selaku dosen pembimbing yang

selama ini telah berjasa dalam memberikan bimbingan, masukan, kesabaran

dan waktu untuk penulis. Terima kasih Bapak untuk semuanya dan mohon

maaf atas segala kesalahan dan kekurangan selama menjadi mahasiswa

bimbingan Bapak.

2.

Kepada bapak Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi selaku dosen penguji perwakilan

departemen Hasil Hutan, Dr. Ir. Rikky Avenzora, MSc. selaku dosen penguji

dari depatemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Dr. Ir.

Ahmad, MS selaku dosen enguji perwakilan dari departemen Silvikultur.

3.

Kepada staf dosen, TU, mamang-bibik di FAHUTAN terima kasih untuk

segala ilmu, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

4.

Orangtua dan keluarga tercinta (Rasian Manik dan Rustan br Rajaguk-guk,

Ronita Vera Carolina br Manik dan Roy Jandriko S.P. Manik) untuk setiap

dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi

persembahan yang terbaik.

5.

Sahabat-sahabat terbaikku (Alan, Ani, Buyung, Cia, Doris, Icuz, Mei,Maria,

Paskha, Rina) terimakasih untuk kebersamaan, semangat, doa dan cinta kasih

yang telah diberikan.

6.

Rekan seperjuangan Firmanudin Purnomo dan Afwan Afwandi atas

ke-bersamaan,

sharing

dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian hingga

penulisan skripsi.

7.

Sopo ombus-ombus crews (Andrew M, Arnold S, Gunarto S, Herbet S), Kang

Agus, Kang Ignaz S, Kang Galing, Kang Ajay dan Kang Cardo atas

(10)

8.

Pelatih, pengurus dan teman-teman UKM SB IPB ( Pak Entis, Andrew M, Fitri

T, Jacky, Marco S, Togar, Vicky A, Yudi, dll) atas kebersamaan, semangat dan

dorongan yang diberikan.

9.

Serta seluruh pihak dan teman-teman MNH yang tidak bisa disebutkan satu

per satu terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Februari 2011

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perdagangan Luar Negeri ... 4

2.2. Ekspor ... 5

2.2.1 Perkembangan Ekspor ... 5

2.3. Impor ... 7

2.3.1 Perkembangan Impor ... 8

2.4. Negara Maju ... 9

2.5.

Discrepancy Trade Statistics ...

10

2.6. Kayu Lapis (

plywood

) ... 11

2.7. Bubur Kertas ... 12

2.8. Kelapa Sawit ... 13

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

3.2. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 14

3.3. Batasan Penelitian ... 14

3.4. Asumsi ... 15

3.5 Hipotesis Penelitian ... 15

3.6. Metode Pengolahan Data ... 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persentase

Discrepancy Trade Statistics

Negara Maju ... 17

4.1.1. Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

plywood,

veneer panel and similar laminater wood

... 17

4.1.2. Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

chemical

wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

... 18

4.1.2. Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

palm oil

and its fraction, not chemically modified

... 18

4.2.

Persentase Discrepancy Trade Statistics

Negara Berkembang ... 19

4.2.1. Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

plywood,

veneer panel and similar laminater wood

... 19

(12)

and its fraction, not chemically modified ...

21

4.3. Perbandingan Data Ekspor Indonesia dengan Data Impor

Negara Maju ... 22

4.4. Perbandingan Data Ekspor Indonesia dengan Data mpor

Negara Berkembang ... 23

4.5. Analisis Perbedaan Data Ekspor dan Impor antara Indonesia

dengan Negara Maju dan Negara Berkembang ... 25

4.6. Implikasi Perbedaan Data Ekspor dan Data Impor Terhadap

Perekonomian Indonesia ... 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 29

5.2. Saran ... 29

(13)

DAFTAR TABEL

No.

Halaman

1. Nilai Ekspor Indonesia Menurut Sektor Jan-Sept 2008 dan 2009 ... 7

2. Tipe dari Aktivitas Ilegal yang Dilakukan oleh Beberapa Negara ... 11

3.

Discrepancy trade statistics

komoditi

plywood, veneer panel and similar

laminated wood

... 17

4.

Discrepancy trade statistics

komoditi

chemical wood pulp,soda/sulphate,

non conifer, bleached ...

18

6. Discrepancy trade statistics

komoditi

palm oil and its fraction, not

chemically modified ...

19

7. Discrepancy trade statistics

komoditi

plywood, veneer panel and similar

laminated wood ...

19

5.

Discrepancy trade statistics

komoditi

chemical wood pulp,soda/sulphate,

non conifer, bleached ...

20

6. Discrepancy trade statistics

komoditi

palm oil and its fraction, not

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No

Halaman

1. Data Sekunder Negara Maju ... 33

2. Data Sekunder Negara Berkembang ... 52

3. Hasil uji t-berpasangan Negara Maju ... 68

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Dewasa ini hampir tidak ada lagi suatu negara di dunia yang betul-betul dapat

memenuhi kebutuhannya dari hasil produksi negaranya sendiri. Baik negara kecil

maupun negara besar baik negara yang ekonominya sudah sangat maju, maupun

yang masih terbelakang, langsung maupun tidak langsung membutuhkan dan

me-laksanakan pertukaran barang dan jasa antar satu dengan yang lainnya. Dengan

kata lain antar negara di dunia sudah terjalin suatu hubungan perdagangan satu

sama lainnya (Amir 1984).

Kegiatan ekspor-impor merupakan faktor penentu roda perekonomian suatu

negara. Sebagai negara yang kaya akan hasil bumi dan migas, Indonesia selalu

aktif terlibat dalam perdagangan internasional. Karena apabila suatu negara

me-nutup diri dengan negara lain, maka akan mengakibatkan kerugian bagi warga

negara bersangkutan bila mana harus membayar suatu komoditi yang mempunyai

kualitas rendah karena keterbatasan alternatif. Menurut Amir (1984), kegiatan

ekspor-impor merupakan transaksi antar negara yang dilakukan antara pihak

eksportir (penjual) dengan importir (pembeli), dimana antara kedua belah pihak

saling terkait untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing, yaitu pihak

penjual wajib menyerahkan suatu komoditi atau barang dan berhak untuk

mem-peroleh bayaran, sedangkan pihak pembeli berkewajiban untuk membayar harga

sesuai dengan kesepakatan bersama yang telah disepakati dan berhak untuk

mem-peroleh suatu penghargaan atau komoditi yang dibutuhkan.

Segala transaksi yang dilakukan oleh suatu negara dalam hubungan ekonomi

dengan negara lain (mitra dagang), baik berupa barang, jasa, maupun dana dicatat

secara sistematik di dalam suatu daftar atau catatan yang disebut neraca

bayaran internasional. Komponen yang terdapat di dalam sebuah neraca

pem-bayaran internasional, yakni ekspor-impor dan utang luar negeri.

Hasil studi yang telah dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan bahwa pada

umumnya terdapat selisih data ekspor-impor antara negara Indonesia dengan

negara mitra dagangnya. Bukti adanya

discrepancy trade statistics

dalam catatan

(16)

adanya selisih data ekspor dan impor non-migas China dengan Indonesia

men-capai US$ 2 milliar pada periode Januari-November 2005. Data ekspor non-migas

China ke Indonesia periode Januari-November 2005 yang tercatat di Bea dan

Cukai China sebesar US$ 6,2 milliar. Sedangkan data impor non-migas Indonesia

dari Cina pada periode yang sama yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS)

US$ 4,1 milliar. Dari data itu pula impor non-migas Cina dari Indonesia yang

tercatat di Bea dan Cukai Cina sebesar US$ 5,8 milliar. Data ekspor non-migas

Indonesia ke Cina pada periode yang sama di BPS sebesar US$ 3,6 milliar

(Soetrisno 2010).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terdapat selisih data ekspor dan

impor yang dilaporkan oleh Indonesia dengan mitra dagangnya, dimana data

impor yang dilaporkan oleh mitra dagang Indonesia lebih besar dibandingkan

dengan data ekspor yang dilaporkan oleh Indonesia. Dephut (2003) menyatakan

bahwa faktor-faktor yang dapat menjelaskan perbedaan dalam data perdagangan

dapat dikelompokkan menjadi :

1.

faktor normal primer adalah: i) perubahan periode fiskal, ii) perbedaan

dalam pemberian dalam nilai produk, iii) beda waktu antara tanggal

pengiriman produk ekspor dan tanggal penerimaan negara importir, dan

fluktuasi nilai tukar

2.

faktor normal sekunder adalah: i) konversi satuan produk dari volume

keberat

3.

faktor abnormal adalah : i) perilaku untuk menyamarkan volume; ii)

kecurangan dalam perdagangan dan penyelundupan.

Dari uraian diatas, penulis ingin menganalisis dan mengetahui permasalahan

yang berkaitan dengan penyebab terjadinya selisih data ekspor dan impor antara

Indonesia dengan negara maju dan negara berkembang.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis catatan data ekspor dan catatan data impor Indonesia dengan

mitra dagangnya untuk komoditi

ply wood, veneer panel and similar laminated

wood; cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

dan

palm oil

(17)

2.

Mempelajari pola catatan data ekspor Indonesia dan pola catatan data impor

negara maju dan negara berkembang untuk komoditi

ply wood, veneer panel

and similar laminated wood; cemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer,

bleached

dan

palm oil and its fraction, not chemically modified.

3.

Mengetahui ada tidaknya perbedaan catatan data ekspor dan impor antara

Indonesia dengan negara maju dan negara berkembang.

1.3. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan

dan wawasan kepada setiap lapisan masyarakat yang terkait dengan penelitian

tentang pelaporan data ekspor-impor. Serta sebagai bahan masukan bagi

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.

Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan luar negeri adalah perdagangan antar negara yang memiliki

kesatuan hukum dan kedaulatan yang berbeda dengan kesepakatan tertentu dan

memenuhi kaidah-kaidah baku yang telah ditentukan dan diterima secara

inter-nasional. Setiap negara yang terlibat dalam hubungan dagang antar negara akan

terdorong untuk melakukan spesialisasi produksi dan ekspor komoditi tertentu

yang memiliki keunggulan komparatif sehingga masing-masing negara akan

ber-fokus pada bidang keahlian dan keunggulannya dalam memajukan

kesejahteraan-nya (Putong 2003).

Perdagangan luar negeri terjadi akibat terbatasnya sumberdaya alam

(SDA) dan sumberdaya manusia (SDM) yang terdapat didalam suatu negara,

sehingga dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin

meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, suatu negara akan

berupaya untuk memenuhi kebutuhan yang berkualitas yang tidak dapat

di-produksi di dalam negeri dengan cara melakukan hubungan kerja sama dengan

melakukan kesepakatan pembelian dan pembayaran dengan pihak luar. Menurut

Putong (2003), ada lima faktor yang mempengaruhi terjadinya perdagangan luar

negeri, yaitu :

1.

Untuk memperoleh barang atau sumberdaya yang tidak dapat dihasilkan di

dalam negeri.

2.

Untuk mendapatkan barang yang sebenarnya dapat dihasilkan di dalam

negeri tetapi kualitasnya belum memenuhi syarat.

3.

Untuk mendapatkan teknologi yang lebih modern dalam rangka

mem-berdayakan sumber daya alam di dalam negeri.

4.

Untuk memperluas pasaran produk yang dihasilkan di dalam negeri.

5.

Mendapat keuntungan dari spesialisasi produk yang diperdagangkan,yang

diantaranya sebagai berikut:

a.

Keuntungan mutlak (

absolute advantages

)

(19)

c.

Keuntungan bersaing (

competitive advantages

)

Dari penjelasan diatas ketahui bahwa di dalam perdagangan luar negeri

aliran perdagangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu aliran perdagangan keluar

yang disebut dengan ekspor dan aliran perdagangan kedalam yang disebut dengan

impor.

2.2. Ekspor

Ekspor merupakan jumlah penjualan barang yang dapat dihasilkan suatu

negara, kemudian barang tersebut diperdagangkan kepada negara lain dengan

tujuan untuk memperoleh devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang

yang dihasilkan ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang-barang yang

dihasilkan negara pengekspor (Lipsey 1995).

Secara teori, suatu negara akan mengekspor suatu komoditas ke negara

lain karena negara tersebut mampu memproduksi suatu komoditas melebihi

konsumsi domestiknya. Akibat dari besarnya produksi domestik tersebut, jumlah

barang atau komoditi di dalam negeri akan melimpah sehingga nilai komoditas

tersebut di pasar domestik akan relatif lebih kecil dibandingkan dengan apabila

mengekspor keluar negeri, sehingga peluang untuk memperoleh keuntungan jauh

lebih besar apabila di ekspor ke negara yang memiliki nilai konsumtif yang tinggi

dan kurang mampu memproduksi barang atau komoditi melebihi konsumsi

domestiknya akibat kekurangan sumberdaya.

2.2.1. Perkembangan Ekspor

Sebagian besar pendapatan Indonesia berasal dari perdagangan luar negeri

(ekspor), yaitu berupa ekspor MIGAS (Minyak Bumi dan Gas Alam). Secara

keseluruhan penerimaan dalam negeri dari ekspor MIGAS sebesar 65%, sisanya

berasal dari penerimaan lain-lain seperti pajak, bea masuk dan cukai serta

penerimaan bukan pajak. Indonesia menjadikan ekspor sebagai sumber

pen-dapatan utama (devisa) sudah dimulai dari tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor

menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan

ber-ubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke

industri ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen

(20)

Persaingan antar produk sangat tajam. Selain harga, kualitas atau mutu barang

menjadi faktor penentu daya saing suatu produk (Dumairy 1996).

Ekspor Indonesia pada September 2009 mengalami penurunan sebesar

6,75% dibandingkan Agustus 2009 yaitu dari US$ 10.543,8 juta menjadi US$

9.832,0 juta. Penurunan ekspor pada September 2009 disebabkan oleh

me-nurunnya ekspor non-migas sebesar 8,58%, yaitu dari US$ 8.890,8 juta menjadi

US$ 8.127,6 juta. Sebaliknya ekspor migas mengalami peningkatan sebesar

3,07% dari US$ 1.653,6 juta menjadi US$ 1.704,4 juta. Lebih lanjut peningkatan

ekspor migas disebabkan oleh meningkatnya ekspor hasil minyak sebesar 48,33%

menjadi US$ 264,9 juta dan ekspor gas naik sebesar 6,01% menjadi US$ 770,8

juta, sementara itu ekspor minyak mentah turun sebesar 10,59% menjadi US$

668,7. Bila dibandingkan dengan September 2008, nilai ekspor September 2009

mengalami penurunan 19,92%, disebabkan menurunya ekspor migas sebesar

30,59% dan ekspor non migas turun sebesar 17,25%. Secara komulatif nilai

ekspor Indonesia selama peroide Januari sampai September 2009 mencapai US$

80.133,3 juta atau turun 25,57% dibandingkan pada periode yang sama di tahun

2008, sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 68.112,0 juta atau turun sebesar

18,21% (BPS 2009).

Menurut sektor, ekspor hasil industri periode Januari-September 2009

turun sebesar 25,46% dibandingkan periode yang sama tahun 2008, yakni dari

US$ 68,949,9 juta menjadi US$ 51,395,7 juta, demikian juga ekspor hasil

pertanian turun sebesar 10,72% yakni sebesar US$ 3.489,7 juta menjadi US$

3.115,7 juta. Sebaliknya ekspor hasil tambang dan lainnya meningkat sebesar

25,46% yaitu dari US$ 10.840,5 juta menjadi US$ 13.600,6 juta (BPS 2009). Data

(21)

Tabel 1 Nilai ekspor Indonesia menurut sektor Januari-September 2008 dan 2009

Uraian Nilai FOB(Juta US$) % Perubahan Jan-Sep 2008 Jan-Sep 2009

Total Ekspor 107,668.30 80,113.30 -25.57 MIGAS 24,388.20 12,021.30 -50.71 NONMIGAS : 83,280.10 68,112.00 -18.21 - Pertanian 3,489.70 3,115.70 -10.72 - Industri 68,949.90 51,395.70 -25.46 -Pertambangan dll 10,840.50 13,600.60 25,46 Sumber: BPS 2009

Kinerja ekspor Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor utama. Faktor

pertama bersifat komoditikal dan sekaligus internal, yaitu bahwa penerimaan

ekspor sangat ditentukan oleh komoditas minyak dan gas bumi. Faktor utama

ke-dua yang mempengaruhi kinerja ekspor bersifat eksternal yaitu lingkungan

ekonomi internasional. Ekspor Indonesia tentu saja tidak lepas dari gejolak

per-ekonomian dunia yang mana artinya bahwa perper-ekonomian Indonesia sangat

ber-gantung pada ekonomi negara-negara maju dan kadar keterbukaan atau

ke-tertutupan pasar di negara-negara tujuan ekspor.

2.3. Impor

Impor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari suatu negara ke

negara lain secara legal. Proses impor pada umumnya adalah pemindahan barang

dari luar negeri ke dalam negeri. Impor secara besar-besaran pada umumnya

membutuhkan campur tangan dari bea cukai negara pengirim (eksportir) maupun

negara penerima (Dumairy 1996).

Suatu negara akan memasok suatu komoditi dari negara lain disebabkan

oleh ketidaksanggupan produksi domestiknya untuk memenuhi permintaan

ke-butuhan domestiknya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumberdaya alam dan

sumberdaya manusia. Untuk mencukupi kebutuhan konsumsinya tersebut, maka

negara tersebut berkeinginan untuk membeli komoditi dari negara lain yang

harganya relatif murah. Apabila terjadi kesepakatan harga, maka akan terjadi

per-dagangan antar ke dua negara tersebut. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa

ekspor dan impor suatu negara sangat ditentukan oleh harga domestik, harga

(22)

2.3.1. Perkembangan Impor

Sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian di dalam negeri,

pengeluaran impor menunjukkan kecendrungan peningkatan dari tahun ketahun.

Debirokeratisasi dan deregulasi dalam bidang impor pada umumnya berupa

penyederhanaan tata niaga, penggantian bentuk perlindungan nontarif menjadi

perlindungan tarif, penurunan tarif bea masuk, serta pemberian izin impor kepada

lebih banyak perusahaan, yang mana tujuan dari debirokeratisasi dan deregulasi

adalah mempermudah kegiatan impor.

Nilai impor Indonesia September 2009 adalah sebesar US$ 8.563 juta atau

turun menjadi US$ 1.144,3 juta jika dibandingkan dengan Agustus 2009. Hal ini

disebabkan oleh penurunan impor nonmigas sebesar US$ 1.995,7 juta, sebaliknya

impor migas mengalami peningkatan sebesar 56,02% atau sebesar US$ 857,4 juta.

Lebih lanjut peningkatan impor migas disebabkan oleh meningkatnya impor

minyak mentah dan hasil minyak masing-masing sebesar US$114,3 juta dan US$

722 juta, serta gas sebesar US$ 15,1 juta. Selama Januari-September 2009, nilai

impor Indonesia mencapai US$ 68.330,9 juta yang berarti mengalami penurunan

sebesar 32,80% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Impor migas mengalami penurunan sebesar 49.86% demikian juga impor

non-migas dimana penurunanya sebesar 26,88%. Secara lebih rinci penurunan impor

migas disebabkan oleh penurunan impor minyak mentah dan hasil minyak, yaitu

masing-masing sebesar US$ 3.510,7 juta dan US$ 9.793,8 juta (BPS 2009).

Dilihat dari peranan terhadap total impor nonmigas Indonesia selama

periode Januari-September 2009, mesin/pesawat mekanik memberikan peranan

terbesar yaitu 19,17%, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 14,39%, bahan

kimia organik sebesar 5,15%, besi dan baja sebesar 4,95%, pesawat udara dan

bagiannya sebesar 4,03%, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,03%,

kenderaan bermotor dan bagiannya sebesar 3,87%, dan barang dari besi dan baja

sebesar 3,79%. Total nilai impor nonmigas Indonesia selama periode

Januari-September 2009 sebesar US$ 192,7 juta atau 78,83% berasal dari dua belas negara

utama, yaitu Cina sebesar US$ 9481,7 juta (17,18%), diikuti oleh Jepang sebesar

12,48%, Singapura sebesar 12,40%, Amerika Serikat 8,77%, Thailand 5,80%,

(23)

2,53%, Prancis 2,07% dan Inggris 1,18%. Impor Indonesia di ASEAN

mencapai23,58% dan dari Uni Eropa sebesar 11,37% (BPS 2009).

2.4. Negara Maju

Suatu negara dapat dikatakan negara maju apabila negara tersebut sudah

mampu menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan,

se-hingga sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud, baik yang

bersifat fisik dan non-fisik. Negara maju perekonomiannya sangat bertumpu pada

sektor industri (Crayonpedia 2009).

Hasil studi banding antara negara maju dan negara berkembang

meng-ungkapkan adanya perbedaan-perbedaan antara negara maju dan negara

ber-kembang dalam hal administrasi pemerintahan. Perbedaan tersebut adalah:

1.

Pada negara maju, pengangkatan dan pemberhentian didasarkan pada suatu

standar tertentu atau dikenal dengan istilah

merit system.

Sedangkan untuk

negara berkembang, pengangkatan dan pemberhentian pegawai terjadi karena

birokrasi atau nepotisme.

2.

Pada negara maju, berlaku prinsip

legal rational impersonal

, dimana setiap

persoalan diselesaikan dalam kantor atau kedinasan serta berdasarkan hukum

yang berlaku. Sebaliknya hubungan satu sama lain dalam pemerintahan di

negara berkembang didominasi oleh praktik yang dikenal dengan istilah

bureaucratic click

dan

patron client relationship

, yaitu penyelesaian persoalan

di dalam dan diluar kantor melalui cara-cara yang tidak legal formal.

3.

Pada negara maju, diferesiansi fungsi dalam administrasi pemerintahan terlihat

jelas dan tegas, sementara hal itu tidak terjadi pada administrasi pemerintahan

negara berkembang.

4.

Berbagai macam permintaan dan penawaran yang berkaitan dengan urusan

administrasi pemerintahan di negara maju dilakukan dengan mekanisme

formal market

. Tidak demikian dengan halnya di negara berkembang, semua

penawaran dan permintaan terjadi melalui mekanisme

informal market

.

5.

Selain efektif, administrasi pada negara maju juga berjalan efisien. Sementara

di negara berkembang, efektivitas dalam hal administrasi tidak diikuti dengan

(24)

Birokrasi menjadi suatu permasalahan tersendiri dalam kaitannya dengan

hukum administrasi negara pembangunan. Administrasi pemerintahan maupun

pelayanan publik seolah telah menjadi karakteristik yang melekat di negara

ber-kembang. Hal ini tercermin dari masih tingginya penyalah gunaan kewenangan

dalam bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme atau KKN, tidak efisiennya

organisasi pemerintahan di pusat dan daerah, rendahnya kualitas pelayanan

publik, dan lemahnya fungsi lembaga pengawasan sehingga banyak kelemahan

birokrasi yang belum menunjukkan tanda-tanda dilakukannya perbaikan.

Berbeda dengan administrasi pemerintahan negara maju, pemerintahan

negara maju menyukai hal yang terorganisasi dengan baik dan mempunyai

rencana yang baik. Dalam menjalankan roda kepemerintahan, pemimpin negara

maju memberlakukan prinsip, antara lain: (1)

akuntability

, (2) transparansi, (3)

openness

, (4)

rule of law

(Rahmat 2010).

2.5.

Discrepancy Trade Statistics

Discrepancy statistic

pada perdagangan bilateral menjadi perhatian yang

sangat penting sebagai indikator dari perdagangan ilegal. Kegiatan ilegal yang

dapat menciptakan adanya

discrepancy statistic

adalah kegiatan

intentional

underreport

yang dilakukan untuk menghindari pajak ekspor yang mengakibatkan

nilai ekspor yang dicatat lebih kecil dibandingkan dengan yang dicatat oleh pihak

importir. Aktivitas ilegal ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang lebih

besar. Selain kegiatan ilegal berupa

intentional underreport

yang sering dilakukan

dalam perdagangan, kegiatan penyelundupan (

smuggling

) juga kerap dilakukan.

Penyelundupan merupakan aktivitas

underground economy

.

Underground

economy

mencakup semua aktivitas ekonomi yang dapat dikenakan pajak, tetapi

akibat tindakan-tindakan ilegal semua biaya pajak yang harus ditanggung oleh

para pelaku perdagangan di dalam perdagangan internasional tidak diperoleh oleh

negara. Penyelundupan merupakan fenomena yang sudah sangat sering terjadi di

Indonesia, dimana kondisi ini sangat menggangu perekonomian suatu negara

(Vincent 2004).

Dari data yang bersal dari CITES (

Convention on the International Trade

in Endangered Species of wild fauna and flora

) dapat dilihat jenis dari aktivitas

(25)

Tabel 2 Tipe dari aktivitas ilegal yang dilakukan oleh beberapa negara

Tahun Penyelundupan yang Masuk k Indonesi ∑

kasus Kerugian (Rp) 1. Tekstil dan produk tekstil 111 871,2 Juta 2. Gula dan beras 22 2,48 Milliar 2 3. Hand Phone 21 6,94 Milliar 0 4. Elektronik 3 562,2 Juta 0 5. Mata Uang dan Kenderaan Bermotor 2 681,7 Juta 5 6. Narkoba dan Psokotropika 4

Penyelundupan dari Indonesia

1. Kayu 90 4,49 Milliar 2. Pupuk 3 478 Milliar 3. BBM 6 3,8 Milliar 2006 Sampai dengan semester 1 (Juni 2006)

Total 15,5 Milliar

Sumber : Seneca Creek Associated and World Resources Int’l (2004) dalam Setiastuti (2007)

Dari tabel tersebut jelas diduga bahwa Indonesia merupakan negara yang

melakukan semua kegiatan ilegal yang berhubungan dengan sektor kehutanan,

kecuali melakukan impor dari sumber ilegal. Sehingga dapat dikatakan bahwa

Indonesia merupakan negara yang memiliki

law of enforcement

yang buruk.

Dampak dari aktivitas-aktivitas ilegal pada produk kehutanan dapat menyebabkan

kerugian ekonomi bagi suatu negara dimana pendapatan negara (devisa) berupa

pajak ekspor akan berkurang seiring dengan meningkatnya aktivitas ilegal,

sedangkan dampak aktivitas ilegal pada ekosistem hutan akan terjadi degradasi

ekosistem hutan yang akan mengakibat berkurangnya sumber bahan baku kayu

dan non kayu.

2.6. Kayu lapis (

Plywood

)

Menurut Haygreen dan Bowyer (2003), kayu lapis merupakan produk

panil yang terbuat dari

veneer-veneer

kayu yang direkat bersama sehingga arah

serat

veneer

yang berdekatan bersilangan tegak lurus dan arah serat

veneer

muka

sejajar sumbu panjang panil. Oleh karena itu untuk menjaga keseimbangan,

konstruksi jumlah lapisan

veneer

biasanya adalah ganjil (3, 5, 7, dst). Sejumlah

(26)

enam lapisan. Dalam hal ini, dua lapisan

veneer

direkat sejajar untuk membentuk

lapisan inti (

core

) yang tebal. Ada dua cara yang umum di gunakan untuk

meng-hasilkan

veneer,

yaitu dengan cara pengupasan (

peeling

) dan dengan cara

penyayatan (

slicing

). Pada proses pembuatan

veneer

dilakukan beberapa tahap,

yaitu: pemanasan

log

, pengupasan kayu bulat menjadi

veneer

, penyimpanan dan

pengguntingan

veneer

, dan pengeringan

veneer

.

Laminated veneer lumber

adalah salah satu anggota panel kayu yang

terbuat dari lembaran-lembaran

veneer

yang direkat dengan arah serat kayu sejajar

satu sama lain, sekaligus sejajar dengan arah memanjang panel. Dengan demikian

LVL pada prinsipnya sama dengan kayu lapis yang juga sama-sama terbuat dari

lapisan

veneer

kecuali arah rekatan dan konstruksi penyusunan

veneer

yang

sejajar (Bakar 1996).

2.7. Bubur kertas (

Pulp

)

Menurut Anonimous (1976)

dalam

Wahyudin (1995),

pulp

adalah bahan

berserat yang didapat dari hasil pengolahan bahan berselulosa dengan cara

semikimia, kimia ataupun mekanis dan digunakan sebagai bahan dasar kertas,

karton, papan serat, rayon serta turunan selulosa lainnya.

Pulp

terdiri dari

serat-serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku pembuatan kertas.

Menurut Casey (1981), berdasarkan pembuatannya,

pulp

kertas dapat

di-bedakan menjadi tiga jenis, yaitu

pulp

mekanis, semikimia dan

pulp

kimia.

Pulp

mekanis adalah

pulp

yang di peroleh melalui perlakuan mekanis.

Pulp

semikimia

adalah

pulp

yang diperoleh dengan perlakuan kimia untuk melunakkan ikatan

lignin dengan heloselulosa kemudian dilanjutkan dengan proses mekanis untuk

memisahkan serat menjadi individu yang terpisah.

Pulp

kimia adalah

pulp

yang

dihasilkan dengan proses kimia. Tujuan utama pembuatan

pulp

adalah untuk

mendapatkan selulosa dan hemiselulosa semaksimal mungkin dengan cara

me-larutkan lignin dan zat-zat ekstraktif yang dikandung kayu sebanyak-banyaknya.

Proses

pulping

semikimia adalah proses

pulping

yang dilakukan dengan

cara menggunakan kombinasi energi mekanik dengan energi kimia. Dalam proses

pulping ini bahan serat diberi perlakuan kimia tertentu dengan tujuan untuk

menghilangkan bahan non-serat dan melunakkan ikatan antar serat, selanjutnya

(27)

serat-seratnya. Dalam proses

pulping

kimia digunakan energi kimia sepenuhnya dan

pemisahan seratnya dilakukan secara lebih selektif dengan menggunakan pemasak

kimia, maka

pulp

yang dihasilkan juga akan bersifat lebih permanen serta

mem-punyai sifat-sifat kekuatan yang lebih baik dibanding dengan

pulp

mekanik

maupun semikimia.

2.8.Kelapa sawit (

palm oil

)

Tanaman kelapa sawit (

Elaeis quineensis Jacq

) merupakan tumbuhan

tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang

dikenal adalah jenis dura, pisifera, dan tenera. Ke tiga jenis ini dapat dibedakan

berdasarkan penampang irisan buah, yaitu jenis dura memiliki tempurung yang

tebal, jenis pisifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis,

sedang-kan tenera yang merupasedang-kan hasil persilangan dura dan pisifera menghasilsedang-kan buah

bertempurung tipis dan inti yang besar (Naibaho 1998).

Kelapa sawit sebagai penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan

salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa

non-migas bagi Indonesia.

Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi

dua arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati

lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai

sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan

yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat

mutu di ukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi

kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2010. Pengumpulan data

dilakukan di kampus IPB, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

3.2

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis

data sekunder, yaitu data yang tidak secara langsung diperoleh dari lapangan,

tetapi diperoleh melalui studi kepustakaan dokumen, laporan yang ada

hubungan-nya dengan masalah yang diteliti. Data sekunder nilai ekspor-impor yang

di-peroleh merupakan data ekspor-impor negara maju (Amerika Serikat, Jepang,

Jerman, China, Canada, Italia, Prancis dan Australia) dan negara berkembang

(Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, Pakistan, Srilanka, Thailand, dan

Vietnam) yang dimulai pada tahun 1989 sampai 2008. Metode pengumpulan data

yang dilakuan adalah membrowsing data dari website www.comtrade.un.org,

dimana data yang dikumpulkan adalah data ekspor-impor tahunan.

3.3

Batasan Penelitian

Agar penelitian ini mengarah pada permasalahan dan tidak menyimpang

dari pokok pembahasan yang ingin diteliti, maka perlu adanya pembatasan

masalah. Adapun batasan masalah yang dibuat adalah :

1.

Fokus penelitian ini adalah yang berkaitan dengan data ekspor-impor

Indonesia dengan negara maju dengan komoditi

plywood, veneer panel and

similar laminated wood

dan

chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer,

bleached

dan

palm oil and its fraction, not cemically modified

2.

Satuan mata uang dari data yang dikumpulkan adalah $ USA.

3.

Penelitian ini membahas

discrepancy

statistik ekspor Indonesia ke negara

mitra dagangnya selama 1989-2008 secara tahunan.

4.

Produk dengan

harmonized commodity descripton and coding system

yang

(29)

3.4

Asumsi Penelitian

Adapun asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah selisih data

ekspor dengan impor hanya diperkenankan sebesar 10% (selang kepercayaan 90

% (

α

) untuk uji t-berpasangan).

3.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

X

10% : Sama, yang artinya selisih data ekspor Indonesia dengan data impor

negara maju dan berkembang kurang atau sama dengan 10%

X > 10% : Berbeda, yang artinya selisih data ekspor Indonesia dengan data impor

negara maju dan berkembang lebih besar dari 10%

3.6 Metode pengolahan Data

Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan perhitungan

statistik dengan metode uji

t-paired test with two sampling for mean

(uji

t-berpasangan)

dengan menggunakan bantuan

Microsoft Excel

. Dan dari hasil

pengolahan data dilakukan penarikan kesimpulan.

Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah :

A.

Uji t-berpasangan

Menurut Walpole (1995), uji t-berpasangan adalah salah suatu metode

pengujian hipotesis, dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan).

Dalam hal ini hipotesa yang di uji adalah sebagai berikut :

H

0

: X

10%

H

1

: X > 10%

Kriterium ujinya adalah :

Dimana :

t

= t-hitung

X

D

= selisih data ekspor dengan impor

S

D

= standar deviasi selisih data ekspor dengan impor

(30)

Kaidah keputusannya adalah sebagai berikut :

a. t-hitung > t-tabel (

α

, n – 1) Berbeda, yang artinya selisih ekspor Indonesia

dengan impor negara maju sangat besar (Tolak H

o

)

b. t-hitung

t-tabel (

α

, n – 1) Sama, yang artinya selisih ekspor Indonesia dengan

impor negara maju sangat kecil (Terima H

o

)

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan uji

t-paired test with two

sample for mean

, dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis

deskriptif dan dari hasil analisis tersebut diambil kesimpulan terkait dengan tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

B.

Discrepancy Trade Statistics

Persentase

discrepancy trade satatistics

atau ketidak sesuaian pencatatan

perdagangan secara statistik dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :

Dengan :

% Disc : Persentase selisih ekspor dan impor

Ek

: Ekspor yang dicatat Indonesia ke negara i

Im

: Impor yang dicatat negara i dari Indonesia

Persentase

discrepancy

dapat bernilai positif (+) dan bernilai negatif

(-). Nilai positif artinya eksportir memiliki data ekspor yang lebih besar dari

data impor negara importir. Sedangkan apabila persentase

discrepancy

bernilai

negatif artinya data ekspor negara eksportir lebih kecil dari data impor negara

(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persentase

Discrepancy Trade Statistic

Negara Maju

4.1.1.

Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

plywood, veneer panel

and Similar Laminated Wood

Negara maju yang memiliki data impor yang lebih besar dari data ekspor

Indonesia untuk komoditi

plywood, veneer panel and similar laminated wood

adalah Kanada, Prancis, Jerman, Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Australia.

Sedangkan negara maju yang memiliki data impor yang lebih kecil dari data

ekspor Indonesia adalah Italia. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 3

[image:31.595.101.516.359.555.2]

berikut.

Tabel 3

Discrepancy trade statistics

komoditi

plywood, veneer panel and similar

laminated wood

Apabila dilihat dari selisih antara data impor negara maju dengan data

ekspor Indonesia, maka Kanada merupakan negara yang memiliki nilai selisih

(

discrepancy trade statistics)

terbesar yaitu -US$ 11.882.786,50 atau -156,83%,

diikuti oleh Prancis dan Jerman masing-masing sebesar –US$ 14.147.751,88 dan

–US$ 18.371.923,06 atau -113,57 dan -48,76%. Sedangkan negara maju yang

memiliki data impor yang lebih kecil dibandingkan data ekspor Indonesia adalah

Italia dengan persentase 10,23%.

Mitra dagang

(32)

4.1.2.

Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

chemical wood pulp,

soda/sulphate, non conifer, bleached

Jerman, Prancis, Cina, Australia, Jepang dan Italia merupakan negara maju

yang memiliki data impor yang lebih besar dari data ekspor Indonesia untuk

komoditi

chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

, dengan

persentase masingmasing negara tersebut adalah 156,35%, 89,67%, 32,96%,

-19,01%, -17% dan -0,04%. Sedangkan negara yang memiliki data impor yang

lebih kecil dari data ekspor Indonesia adalah Amerika Serikat dengan persentase

sebesar 2,54% atau US$ 203.952,22. Hasil pengolahan data selengkapnya

[image:32.595.113.534.323.498.2]

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4

Discrepancy trade statistics

komoditi

chemical wood pulp, soda/

sulphate, non conifer, bleached

Mitra dagang

Rata-rata Discrepancy

Ekspor ($) Impor ($) $ % Australia 8.573.975,42 10.204.290,83 -1.630.315,42 -19,01 Amerika Serikat 8.035.337,67 7.831.385,44 203.952,22 2,54 Cina 279.824.931,90 372.063.075,60 -92.238.143,76 -32,96 Italia 38.576.855,33 38.733.723.80 -15.668,47 -0,04 Jepang 41.623.967,65 48.700.436,47 -7.076.468,82 -17,00 Jerman 5.078.619,38 13.019.255,50 -7.940.636,13 -156,35 Prancis 14.920.263,93 28.298.700,79 -13.378.436,86 -89,67

4.1.3. Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

palm oil and its fraction,

not chemically modified

Pada komoditi

palm oil and its fraction, not chemically modified,

Prancis,

Australia, Jerman, Kanada dan Cina adalah negara-negara yang memiliki

persentase

discrepancy trade statistics

yang bernilai negatif,

artinya data impor

negara tersebut lebih besar dibandingkan data ekspor Indonesia. Persentase

masing-masing

negara tersebut sebesar -941,50%, -52,98%, -46,30%, -44,21%

dan -9,85. Sementara itu negara maju yang memiliki data impor yang lebih kecil

dari data ekspor Indonesia adalah Jepang dan Amerika Serikat, dimana persentase

kedua negara berturut-turut adalah 29,22% dan 3,60% atau US$ 948.198,00 dan

US$ 484.892,47. Soetrisno (2010) mengatakan bahwa perbedaan data

(33)

pencatatan berbeda, selisih data tersebut tidak lebih dari 10%. Jika selisih data

lebih dari 10%, perbedaan data tersebut tidak hanya menunjukkan adanya

perbedaan metode pencatatan, tetapi juga ada praktik ekspor dan impor ilegal atau

manipulasi dokumen

.

Hasil pengolahan data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5

Discrepancy trade statistics

komoditi

palm oil and its fraction, not

chemically modified

Mitra dagang

Rata-rata Discrepancy Ekspor ($) Impor ($) $ % Australia 1.277.411,05 1.954.239,84 -676.828,79 -52,98 Amerika Serikat 13.466.366,47 12.981.474 484.892,47 3,60 Cina 318.525.083,65 349.889.841,18 -31.364.757,53 -9,85 Jepang 3.244.926,88 2.296.728,88 948.198,00 29,22 Jerman 95.385.235,35 139.552.573,41 -44.167.338,06 -46,30 Kanada 1.580.131,09 2.278.720 -698.588,91 -44,21 Prancis 2.495.640,29 25.992.106,93 -23.496.466,64 -941,50

4.2. Persentase

Discrepancy Trade Statistics

Negara Berkembang

4.2.1. Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

plywood, veneer panel

and similar laminated wood

Urutan negara berkembang yang memiliki data impor yang lebih besar dari

data ekspor Indonesia untuk komoditi

plywood, veneer panel and similar

laminated wood

adalah Srilanka, Bangladesh, Filipina, Pakistan dan Thailand,

dengan nilai masing-masing sebesar –US$ 1.378.005,09, – US$ 91.885,43, – US$

322.000,64, – US$ 13.164,50 dan – US$ 105.668,40 atau bila dipersentasekan

sebesar -331,39 -120,80%, -38,86%, -38,36% dan -1,67%. Sedangkan negara

yang memiliki data impor yang lebih kecil dari data ekspor adalah Vietnam,

[image:33.595.113.529.206.383.2]
(34)
[image:34.595.113.524.117.313.2]

Tabel 6

Discrepancy trade statistics

komoditi

plywood, veneer panel and similar

laminated wood

Mitra dagang

Rata-rata Discrepancy

Ekspor ($) Impor ($) $ % Bangladesh 76.066,57 167,952 -91.885,43 -120,80 Filipina 828.675,45 1.150.676,09 -322.000,64 -38,86 India 2.601.829,21 1.837.176,53 764,652,68 29,39 Malaysia 6.462.049,50 2.611.371,45 3.850.678,05 59,59 Pakistan 34.322,33 47.486,83 -13.164,50 -38,36 Srilanka 415.819,55 1.793.824,64 -1.378.005,09 -331,39 Thailand 6.337.297,95 6.442.966,35 -105.668,40 -1,67 Vietnam 1.569.963,50 292,577 1.277.386,50 81,36

4.2.2. Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

chemical wood pulp,

soda/sulphate, non conifer, bleached

Apabila dilihat dari selisih antara data ekspor dengan data impor, terdapat

tiga negara berkembang yang memiliki data impor yang lebih besar dari data

ekspor Indonesia. Ketiga negara tersebut yaitu Pakistan, India dan Bangladesh.

Sedangkan negara yang memiliki data impor yang lebih kecil dari data ekspor

Indonesia adalah Filipina, Srilanka, Vietnam, Malaysia dan Thailand. Hasil

pengolahan data disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7

Discrepancy trade statistics

komoditi

chemical wood pulp,

soda-sulphate, non conifer, bleached

Mitra dagang

[image:34.595.106.524.518.716.2]
(35)

4.2.3. Persentase

discrepancy trade statistics

komoditi

palm oil and its fraction,

not chemically modified

Bangladesh, Thailand dan Vietnam merupakan negara berkembang yang

memiliki data impor yang lebih besar dari data ekspor Indonesia untuk komoditi

palm oil and its fraction, not chemically modified

. Persentase

discrepancy trade

statistics

masing-masing negara tersebut berturut-turut adalah Bangladesh

memiliki persentase sebesar 88,49%, Thailand memiliki persentase sebesar

-15,17%, Vietnam memiliki persentase sebesar -4,75%. Sedangkan negara

berkembang yang memiliki data impor yang lebih kecil dari data ekspor Indonesia

adalah Srilanka, Filipina, India, Malaysia dan Pakistan. Persentase

discrepancy

trade statistics

ke lima negara tersebut berturut-turut adalah Srilanka memilki

persentase sebesar

75,35%, Filipina memilki persentase sebesar

43,62%, India

memilki persentase sebesar 20,93%, Malaysia memilki persentase sebesar 12,90%

dan Pakistan memilki persentase sebesar 0,96%. Hasil pengolahan data tersebut

disajikan pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8

Discrepancy trade statistics

komoditi

palm oil and its fraction, not

chemically modified

Mitra dagang

Rata-rata Discrepancy Ekspor ($) Impor ($) $ % Bangladesh 86.340.136 162.738.529,90 -76.398.393,92 -88,49 Filipina 14.617.904,33 8.241.661,44 6.376.242,89 43,62 India 623.953.672,90 493.329.311,70 130.624.361,15 20,93 Malaysia 136.186.344,50 118.612.934,60 17.573.409,84 12,90 Pakistan 318.819.740,70 315.764.148,50 3.055.592,17 0,96 Srilanka 47.496.358,64 11.705.533,64 35.790.825,00 75,35 Thailand 5.188.250,60 5.975.174,20 -786.923,60 -15,17 Vietnam 50.139.692,75 52.518.961,88 -2.379.269,13 -4,75

4.3. Perbandingan Data Ekspor Indonesia dengan Data Impor Negara Maju

Pada komoditi

plywood, veneer panel and similar laminated wood

, Kanada,

Cina, Prancis, Jerman dan Jepang memiliki data impor yang berbeda dengan data

ekspor Indonesia, dengan kecenderungan nilai data impor yang lebih besar

dibanding-kan data ekspor Indonesia. Berbeda dengan kelima negara tersebut,

[image:35.595.111.525.419.616.2]
(36)

ekspor Indonesia. Hasil pengolahan data tersebut disajikan pada Tabel 9 di bawah

[image:36.595.114.510.146.340.2]

ini:

Tabel 9 Hasil uji t-berpasangan negara maju

No Reporter/Partner Hasil uji t-paired test

Plywood Pulp Palm Oil 1 Indonesia-Australia Beda Beda Beda 2 Indonesia-Kanada Beda - Beda 3 Indonesia-Cina Beda Beda Sama 4 Indonesia-Prancis Beda Beda Beda 5 Indonesia-Jerman Beda Beda Beda 6 Indonesia-Italia Sama* Sama - 7 Indonesia-Jepang Beda Beda Beda 8 Indonesia-USA Beda Sama* Sama*

Cina, Prancis dan Jerman yang menjadi mitra dagang Indonesia memiliki

data impor yang berbeda dengan data ekspor Indonesia untuk komoditi

chemical

wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached.

Sedangkan Australia, Jepang,

Italia dan Amerika Serikat memiliki data impor yang sama dengan data ekspor

Indonesia. Walaupun keempat negara tersebut memiliki data impor yang sama

dengan data ekspor Indonesia namun nilai data impor Amerika Serikat lebih

rendah dibandingkan nilai data ekspor Indonesia.

Sementara untuk komoditi

palm oil and its fraction, not chemically modified,

Kanada, Prancis, dan Jerman memiliki data impor yang berbeda dengan data

ekspor Indonesia. Sedangkan Australia, Cina, Amerika Serikat dan Jepang

memiliki data impor yang sama dengan data ekspor Indonesia, namun nilai data

impor Australia lebih besar dibandingkan data ekspor Indonesia.

4.4. Perbandingan Data Ekspor Indonesia dengan Data Impor Negara

Berkembang

.

Negara berkembang yang memiliki data impor yang berbeda dari data ekspor

Indonesia untuk komoditi

plywood, veneer panel and similar laminated wood

adalah India, Malaysia, Srilanka dan Vietnam. Sedangkan negara berkembang

yang memiliki data impor yang sama dengan data ekspor Indonesia adalah

Bangladesh, Filipina, Pakistan dan Thailand.

Filipina, Malaysia, Srilanka dan Vietnam merupakan negara berkembang

(37)

chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

. Lain halnya dengan

keempat negara tersebut di atas, Banglades, India dan Thailand memiliki data

impor yang sama dengan data ekspor Indonesia, dimana nilai data impor Thailand

dan Vietnam lebih besar dibandingkan nilai data impor Malaysia dan Pakistan

terhadap nilai data ekspor Indonesia.

Pada komoditi

palm oil and its fraction, not chemically modified,

Bangladesh, dan Srilanka memiliki data impor yang berbeda dari data ekspor

Indonesia. Negara berkembang yang memiliki data impor yang sama dengan data

ekspor Indonesia adalah Filipina, India, Pakistan dan Vietnam. Hasil pengolahan

[image:37.595.112.510.311.507.2]

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil uji t-berpasangan

negara berkembang

No Reporter/Partner Hasil uji t-paired test Plywood Pulp Palm Oil 1 Indonesia-Bangladesh Sama Sama Beda 2 Indonesia-Filipina Sama Beda* Sama* 3 Indonesia-India Beda* Sama Sama* 4 Indonesia-Malaysia Beda* Sama* Sama* 5 Indonesia-Pakistan Sama Beda Sama* 6 Indonesia-Srilanka Beda Sama* Beda* 7 Indonesia-Thailand Sama Beda* Sama 8 Indonesia-Vietnam Beda* Beda* Sama

Dari hasil pengolahan data untuk ketiga komoditi pada negara berkembang,

di-temukan adanya pengambilan keputusan yang salah, yaitu terima hipotesis nol

(H

o

) dan menolak hipotesis satu (H

1

), padahal sesungguhnya H

1

benar. Kesalahan

dalam pengambilan keputusan ini disebut dengan galat jenis II (

β

).

Untuk komoditi

plywood, veneer panel and similar laminated wood,

Bangladesh, Filipina dan Pakistan merupakan negara yang pengambilan

keputusannya salah berdasarkan pengolahan data dengan uji t-berpasangan (dapat

dilihat pada Lampiran 45, 46 dan 49). Adapun nilai

β

(galat jenis II) untuk ketiga

negara tersebut adalah 0,1401, 0,1825 dan 0,5959. Arti nilai galat tersebut adalah

(38)

cukup besar pula kemungkinan untuk menyalahkan keputusan (sama) pada uji

t-berpasangan yang telah dilakukan.

Sama halnya dengan komoditi

plywood, veneer panel and similar laminated

wood

, pada komoditi

chemical wood pulp, soda/sulphate, non conifer, bleached

juga terjadi pengambilan keputusan galat jenis II yang salah. Pengambilan

keputusan yang salah tersebut terjadi pada Malaysia dan Srilanka (Lampiran 56

dan 57). Nilai

β

kedua negara tersebut adalah 0,1888 dan 0,0644. Sedangkan

untuk komoditi

palm oil and its fraction, not chemically modified

, ada empat

negara yang pengambilan keputusannya salah (berdasarkan uji t-berpasangan),

yaitu Filipina, India, Malaysia dan Thailand (Lampiran 61, 62,63 dan 66) dengan

nilai

β

masing-masing negara tersebut sebesar 0,1056, 0,2691, 0,1892 dan 0,4856.

Sehingga dari permasalahan ini dapat dibuat suatu catatan yang menyatakan

bahwa didalam pengolahan data statistik tidak selamanya pengambilan keputusan

itu tepat sesuai dengan hipotesis yang dibuat, dimana ada kalanya pengambilan

keputusan itu berbeda dengan hipotesis yang dibuat sehingga perlu dilakukan

pengujian kebenaran keputusan yang diambil.

4.5 Analisis Perbedaan Data ekspor dan Data Impor Antara Indonesia

dengan Negara maju dan Negara Berkembang

Berdasarkan analisis hasil pengolahan data, diketahui bahwa terdapat selisih

antara data ekspor Indonesia dengan data impor negara maju dan negara

berkembang, dimana persentase selisih (

discrepancy trade statistic

) berbeda-beda

untuk setiap negara. Menurut SDS (2005), secara teori, data ekspor yang

dilaporkan oleh negara eksportir harus sama dengan data impor yang dilaporkan

oleh negara importir. Namun realita di dalam perdagangan bilateral data ekspor

dan impor antar negara sangat sulit tercapai dan bahkan bervarisi antara data yang

dibuat oleh pihak importir maupun data yang dibuat oleh pihak eksportir.

Ada beberapa kemungkinan dibalik perbedaan pencatatan ini. Pertama,

praktek

bad governance

yang dilakukan oleh Indonesia atau sebaliknya.

Pelakunya bisa eksportir dan importir yang “bermain mata” dengan petugas bea

cukai, pajak, pemda dan perbankan dalam pelaporan perdagangan data ekspor

maupun data impor. Dimana pada kasus ini bisa saja eksportir Indonesia

(39)

diperdagangkan oleh pihak eksportir ke negara importir melalui pasar gelap (

black

market

).

Dalam perkembangannya, pajak resmi mulai dihiasi oleh adanya penarikan

upeti-upeti tidak resmi. Upeti tidak resmi ini bisa muncul karena adanya

perlindungan dan fasilitas tak resmi yang ditawarkan oknum pemerintah yang

diminati oleh oknum para pelaku

illegal trade

. Sehingga dari kegiatan ilegal

tersebut terbentuklah sistem pasar gelap yang mempertemukan permintaan dan

penawaran, antara jasa tidak resmi dari negara di satu sisi, dengan upeti tidak

resmi atau sogokan di sisi lain.

Kedua, banyak yang mensinyalir ada manipulasi dokumen ekspor-impor oleh

perusahaan asing. Dalam praktek bisnis internasional, ini dikenal dengan istilah

transfer pricing

, yaitu melakukan perbedaan harga transfer antar perusahaan

afiliasi yang kebetulan berada di negara berlainan. Tujuannnya untuk mengurangi

kewajiban membayar beban pajak. Manipulasi yang dilakukan suatu perusahaan

adalah me-laporkan volume atau jumlah komoditi yang lebih rendah pada

dokumen ekspor atau sebaliknya negara importir melakukan pencatatan impor

yang lebih tinggi pada dokumen impornya. Sebagai contoh eksportir bisa saja

membuat data ekspor lebih besar dari data impor hal ini bertujuan untuk

memperoleh keuntungan dari wesel-wesel perdagangan yang ditarik melalui

Letter of Credit

(L/C) yang dibuka pihak importir atas nama negara eksportir di

bank luar negeri, hal ini akan berdampak pada terjadinya penggelembungan uang

yang memberikan keuntungan kepada eksportir.

Apabila dilihat dari besarnya nilai selisih data ekspor dan data impor antara

Indonesia dengan mitra dagangnya, Indonesia maupun mitra dagangnya dapat

dikatakan kerap kali melak

Gambar

Tabel 1  Nilai ekspor Indonesia menurut sektor Januari-September 2008 dan 2009
Tabel 2  Tipe dari aktivitas ilegal yang dilakukan oleh beberapa negara
Tabel 3  Discrepancy trade statistics komoditi plywood, veneer panel and similar laminated  wood
Tabel 4  Discrepancy trade statistics komoditi chemical wood pulp, soda/ sulphate, non conifer, bleached
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dunia abad 21 yang ditandai oleh keterbukaan dan persaingan multidimensional dan kultural dalam setiap dimensi kehidupan termasuk dunia pendidikan saat ini perlu

terbagi dua, freehold yang boleh memiliki properti selamanya dan leasehold yang memiliki properti dengan waktu terbatas. Penulis berpendapat semakin banyak jenis

Rasio keuangan berguna untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu Current Ratio (CR), Inventory Turnover (ITO), Return on Equity (ROE) terhadap pertumbuhan laba

Penetapan game dan animasi sebagai salah satu bagian dari pilar pengembangan industri kreatif oleh pemerintah telah menjadi satu momentum yang kuat dalam memajukan industri game

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan resep di apotek Ko pkar, yang mencakup persepsi pasien terhadap kecepatan pelayanan o bat,

Based on data analysis above, it can be explained some important thing associated with variable Internship (X) that the sub-variables: 1) quality of internship implementation: there

Sebagai warga negara sudah tidak ada pilihan dan harus bersedia untuk saling menerima dalam perbedaan. Para tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemegang kebijakan dalam

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. ©Novita Rizka