ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza terhadap fitness centre sebagai bagian dari gaya hidup modern masyarakat perkotaan khususnya kota Medan. Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam penelitian ini adalah adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media massa, Teori S-O-R, Opini dan Opini publik/pengunjung serta gaya hidup. Adapun metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis karakteristik populasi atau bidang-bidang tertentu secara faktual dan cermat tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis dan melakukan prediksi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh member yang terdaftar di Celebrity Fitness Sun Plaza Medan. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% diperoleh sampel sebanyak 93 orang. Teknik penarikan sampel digunakan Purposive Sampling dan Accidental Sampling. Teknik pengumpulan data melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16.
Hasil penelitian ini berupa deskripsi dari para responden yang merupakan kaum muda dari kelompok ekonomi menengah ke atas, yang tentu saja memiliki ego tersendiri untuk masuk ke dalam kelas yang bersifat ekskklusif dan hanya orang-orang tertentu yang dapat bergabung. Salah satunya untuk kegiatan berolahraga ini. Mereka beranggapan bahwa dengan mereka mengikuti tren berolahraga di berbagai pusat kebugaran di mall-mall akan menunjukkan sebuah harga diri dibandingkan jika mereka berolahraga secara gratis dan beramai-ramai di lapangan terbuka. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 78,5% atau dijawab oleh sebanyak 73 orang responden. Disini terjadi sebuah perubahan gaya hidup ketika uang tidak menjadi sebuah masalah dibandingkan dengan harga diri dan aktualisasi diri yang didapatkan ketika dirinya menjadi bagian dari orang-orang kota yang memiliki gaya hidup trendi dan juga modern.
Kata kunci:
Fitness Centre, Gaya Hidup, Celebrity Fitness
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semakin banyak orang yang sadar akan hidup sehat. Imbasnya, pusat
kebugaran di kota-kota besar pun muncul sporadis. Kesehatan kini sudah menjadi
bagian gaya hidup kaum urban. Menurut pelopor body builder di Indonesia Ade Rai, tren ke gym dan gaya hidup sehat ini disebabkan perkembangan arus informasi yang cepat. Media juga berperan besar dalam memopulerkannya.
Berbagai tayangan di televisi baik itu tayangan lokal maupun tayangan luar
negeri, kegiatan berolahraga di gym menjadi bagian dari kebiasaan yang
dilakukan oleh warga kota besar. Banyak juga yang melihat role model artis Hollywood yang rutin ke gym, memiliki tubuh proporsional, serta selalu berusaha untuk hidup sehat. Ade mengakui dulu tak ada yang tertarik saat dia menjual
"sehat" melalui fitnes atau gym. Namun, saat "sehat" itu dibingkai dengan gaya hidup, bentuk tubuh, dan penampilan, dampaknya sangat besar. Peran media
memang cukup besar di dalam berbagai bidang kehidupan, seperti mengikuti
trend olahraga di pusat kebugaran ini salah satunya.
Media massa dan manusia sangat erat hubungannya, dimana media massa
seperti halnya pesan dan isyarat sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
komunikasi massa. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan tangan dari lidah
yang sangat berjasa manusia dalam meningkatkan pengembangan struktur
sosialnya. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang
menghadirkan suatu peradaban,khususnya dalam proses komunikasi dan
informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media
massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai
sosial dan budaya manusia. Tren untuk pergi berolahraga di pusat kebugaran
merupakan salah satu pola gaya hidup ibukota yang tersebar pada masyarakat
melalui media, salah satunya media televisi.
Fitness atau ke gym memang bisa sangat adiktif karena memang mampu mengubah pola hidup seseorang. Mindset atau pola pikir seseorang berubah,
aktif ke gym. Kalau tidak melakukan itu, rasanya ada sesuatu yang kurang. Menariknya lagi, di beberapa tempat, pusat-pusat kebugaran itu justru didominasi
kaum hawa. Beberapa faktor pendukung yang membuat fitnes didominasi wanita
adalah selain keinginan memiliki tubuh proporsional, juga tuntutan dari
lingkungannya untuk selalu tampil cantik, terutama bagi mereka yang bekerja
sehingga motivasi datang ke gym lebih besar. Sebaliknya, alasan laki-laki ngegym juga beragam. Ada yang memang benar-benar serius untuk membentuk badan
atau loss weight. Ada juga yang mau cuci mata atau sekadar bisnis justru lebih banyak.
Jaringan pusat kebugaran internasional ramai-ramai membuka cabang di
Indonesia. Berlomba memanjakan pengunjungnya dengan aneka fasilitas.
Perhatian puluhan orang dalam ruangan itu tertuju pada layar lebar yang tengah
memutar film dengan tata suara menggelegar. Keringat yang menetes di pelipis
para penonton ini bukan karena mesin penyejuk udara yang tak bekerja,
melainkan lantaran mereka tengah membakar keringat dengan alat latih
kardiovaskular. Pusat-pusat kebugaran besar atau mega-gym memang tengah berlomba-lomba menawarkan fasilitas tambahan yang memanjakan
pengunjungnya. Adu kelengkapan fasilitas ini memang menjadi pilihan karena
beradu kelengkapan peralatan terbilang sulit.
Kata “Gymnastic” berasal dari Yunani Kuno, yang berarti suatu sarana yang baik untuk pendidikan melatih fisik dan intelektual orang muda. Di ruang
gymnasium inilah pemuda-pemuda dilatih fisiknya untuk menanamkan rasa
disiplin dan sportif di dalam berlagak di lomba olahraga. Bagi sebagian orang
yang namanya gymnasium, yang terbayang adalah suatu ruangan yang dipenuhi oleh manusia-manusia berbadan kekar yang tengah melatih otot-ototnya dengan
peralatan ‘pembentuk’ badan yang serba modern serta didampingi instruktur yang
juga berbadan atletis. Padahal, Gym dalam arti yang lebih luas memiliki makna ruang atau gedung olahraga. Singkat kata, Gym adalah suatu wadah bagi mereka yang ingin menyegarkan badan dengan melakukan olahraga, yang dapat
melenturkan tubuh, mengencangkan otot dan membuat tubuh menjadi kekar.
konsultasi kesehatan, pemilihan olahraga yang tepat juga mencoba mengatasi
permasalahan bentuk badan. Mereka yang mengikuti berbagai kegiatan di
gymnastic ini memang mempunyai tujuan beraneka ragam. Ada yang ingin agar tubuhnya menjadi ramping, berotot, atau juga ingin supaya nampak atletis dan
sedap dipandang. Namun, ada juga yang hanya ingin sekadar sehat jasmani, hobi,
menghabiskan waktu luang, trend pergaulan bahkan ada yang sengaja berniat
untuk mengangkat harga diri.
Pada akhirnya, nge-Gym kini menjadi trend gaya hidup dalam pergaulan masa kini. Jika sepuluh tahun yang lalu, nge-Gym atau fitness hanya dilakoni orang berduit karena mahal harganya, apalagi lokasinya berada di hotel bintang
lima. Kondisi tersebut mulai bergeser dalam tahun-tahun belakangan ini.
Bermunculan tempat fitness center untuk nge-Gym dengan konsep berbeda yang bisa dilakukan semua lapisan masyarakat karena harganya murah. Remaja,
golongan mahasiswa, atau kaum dewasa muda terlihat mulai memenuhi sejumlah
fitness center untuk nge-Gym. Fitness center tidak lagi menjadi ’daerah jajahan’ mereka yang berusia 40-an tahun.
Tak hanya itu, kegiatan nge-Gym juga tak hanya diisi oleh kaum adam, kaum perempuan pun mulai banyak mengikuti trend nge-Gym. Ya, bukan hal yang aneh dan tabu jika saat ini banyak perempuan yang datang nge-Gym untuk membentuk tubuhnya demi mendapatkan kebugaran maupun menurunkan berat
badan. Tak hanya di akhir pekan, hampir setiap hari, terutama selepas jam kerja,
pusat-pusat kebugaran di Kota Medan ramai dikunjungi kaum perempuan. Seperti
yang terlihat di Celebrity Fitness yang berada di lantai 4 Sun Plaza Medan, saat
ini nge-Gym bagi wanita bukan hanya senam dan melakukan gerakan di treadmill saja, tapi terkadang menggunakan alat untuk pembentukkan tubuhnya. Fitness
atau nge-Gym juga menjadi ajang kumpul pertemanan sesama member sehingga trend baru dalam pergaulan gaya hidup yang sehat. Bagi para anggota ini,
berolahraga di gym sudah menjadi gaya hidup sekaligus kebutuhan.
Disini, peneliti mencoba mengetahui bagaimana opini para pengunjung
Celebrity Fitness dengan semakin maraknya Fitness Centre sebagai sebuah tren
gaya hidup kaum urban di kota metropolitan. Opini adalah pengalaman tentang
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberi makna pada stimuli inderawi
(Rakhmat, 2005: 51). Pemilihan responden penelitian para pengunjung/member
Celebrity Fitness Sun Plaza Medan dikarenakan mereka adalah kaum muda yang
sangat aktif dan peduli dengan gaya hidup sehat dan metropolitan.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai opini pengunjung/member
Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai gaya hidup
masyarakat modern di Kota Medan.
1.2 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari permasalahan yang telalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :
a. Responden adalah para pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan yang telah menjadi anggota ±6 bulan dan aktif mengikuti berbagai
kelas gym di Celebrity Fitness yakni 3 kali seminggu.
b. Penelitian difokuskan kepada opini para pengunjung/member Celebrity
Fitness Sun Plaza Medan terhadap adanya Fitness Centre sebagai bagian
dari gaya hidup modern masyarakat kota Medan.
c. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013-November 2013
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukan perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana opini pengunjung/member terhadap Celebrity Fitness Sun Plaza Medan?
b. Bagaimanakah opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai gaya hidup masyarakat modern
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui opini pengunjung/member terhadap Celebrity Fitness Sun Plaza Medan.
b. Untuk mengetahui opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza terhadap fitness centre sebagai bagian dari gaya hidup modern masyarakat
perkotaan khususnya kota Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU,
khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya
khasanah penelitian dan sumber bacaan.
b. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah
penelitian yang menggunakan teori komunikasi dan memperluas
cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP
USU.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi
fitness center terkait dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana masalah penelitian yang akan disoroti (Nawawi, 2001:39-40).
Kerlinger menyatakan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut (Rakhmat, 2004:6).
Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi
dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media massa, Teori S-O-R, Opini dan
Opini publik/pengunjung serta gaya hidup.
2.1.1 Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris “communication” yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah Latin “communis” dalam bahasa Indonesia berarti “sama” dan menurut Sir. Gerald Barry “communicare”
yang berarti “bercakap – cakap” (Effendy, 2005: 2). Jika kita berkomunikasi,
berarti kita mengadakan kesamaan , dalam hal ini kesamaan dan pengertian
makna. Menurut Hovland (Effendy, 2005: 2), komunikasi didefinisikan sebagai
berikut:”proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang –
perangsang (biasanya lambang – lambang dalam bentuk kata – kata) untuk
merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”.
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan
secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigm yang
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :
Komunikator (communicator)
Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang mulai
memeberikan informasi kepad lawan bicaranya.
Pesan (message)
Pesan merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan
oleh komunikator.
Media (channel)
Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan.
Komunikan (communicant)
Komunikan (receiver) adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima pesan atau informasi dari komunikator.
Efek (effect)
Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan.
Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2005: 10). Berdasarkan pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian
pesan dari seseorang kepada orang lain dengan mempergunakan lambang –
lambang yang berarti, baik verbal maupun non verbal, yang dapat terjadi secara
langsung atau dengan menggunakan media, dengan tujuan agar orang lain dapat
mengerti atau memahami pesan yang disampaikan serta pada tahap selanjutnya
komunikan tersebut mau melaksanakan isi pesan yang disampaikan. Dalam
2.1.2 Definisi Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus mengunakan media
massa (Ardianto, 2004: 3).
Ahli komunikasi massa lainnya Joseph A.Devito merumuskan definisi
komunikasi masa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang massa serta
tentang media yang digunakannya. Devito mengemukakan definisinya dalam dua
item yakni yang pertama adalah komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua,
komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar
yang audio atau visual. (Ardianto, 2004: 6).
Salah satu persoalan didalam negeri ini didalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh pakar menurut
bidang ilmunya. Hal ini dikarenakan banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan kepada perkembangan ilmu komunikasi, miaslnya psikologi,
antropologi, ilmu manajemen, ilmu politik, linguistik, matematika dan lain-lain.
Sebuah definissi yang singkat dibuat oleh Harold D Laswell, cara tepat untuk
menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab “Siapa yang
menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa
pengaruhnya” (Cangara, 2004:18).
Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa
kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari
simbol-simbol yang digunkan dalam berkomunikasi, apa yang dinamakan Wilbur
Schramm “Frame of Reference “ atau kerangka acuan, yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings). Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator
sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung
pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain,
atau dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif. (Effendy, 2003:30-31).
Banyak definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli
komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakan. Akan tetapi dari
sekian banyak definisi yang ada terdapat benang merah dar kesamaan definisi satu
sama lain, dan bahkan definisi-definisi itu sama lain saling melengkapi.
Ciri-ciri komunikasi massa antara lain:
1. Komunikator bersifat melembaga.
Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Didalam komunikasi massa, komunikator adalah lembaga media massa itu sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang. Menurut Alexis S Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisai sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkanya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, televisi, stasiun radio, majalah dan penerbit buku. Media massa disebut sebagai organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang dalam proses komunikasi massa tersebut. (Nurudin, 2004:16-18).
2. Komunikan bersifat anonim dan heterogen.
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen, artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Selain itu dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. (Ardianto, 2004:9).
3. Pesan bersifat umum.
Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan itu ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini memilki arti pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Kita bisa melihat televisi misalnya, karena televisi itu ditujukan dan untuk dinikmati orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemlihan kata-katanya sebisa mungkin memakai kata-kata populer, bukan kata-kata ilmiah sebab kata-kata ilmiah itu hanya ditujukan untuk kelompok tertentu.
4. Komunikasinya berlangsung satu arah.
5. Menimbulkan keserempakan.
Dalam komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Effendi (2000), mengartikan keserempakan media massa itu ialah kontak denagn sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
6. Mengandalkan peralatan teknis.
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa tak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.
7. Dikontrol oleh Gatekeeper.
Gatekeeper atau yang sering disebut dengan penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa.
Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau
mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semau informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi pesan-pesannya. Intinya adalah pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Keberadaan gatekeeper sama pentingnya dengan peralatan mekanis yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. (Nurudin, 2004:16-30).
Komunikasi adalah bentuk komunikasi yang mengutamakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara misal,
berjumlah banyak, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Selain itu
pesan yang disampaikan cenderung terbuka dan mencapai khalayak dengan
serentak. Untuk memahami proses komunikasi massa perlu dilakukan pemahaman
dengan bentuk analisis makro dan analisis mikro, walaupun pada akhirnya
memiliki hasil yang sama dengan alasan khalayak menggunakan media. Joseph R.
Dominick (dalam Nurudin, 2004:43) menyatakan bahwa motif memilih media
adalah:
1. Congnition (Pengamatan)
Media digunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan dan wawasan bahkan beberapa masyarakat menggunakan media untuk membangkitkan ide.
2. Diversion (Diversi)
3. Social Utility (Kegunaan Sosial)
Media digunakan sebagai alat untuk mempererat kontak atau hubungan dengan teman, keluarga, dan masyarakat, misalnya membahas cerita hangat yang sedang terjadi dengan keluarga. 4. Withdraw (Menarik)
Media juga digunakan sebagai alas an untuk tidak melakukan tugas dan untuk menjaga privacy agar tidak diganggu orang lain.
5. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan khlayak yang beragam sehingga membentuk suatu pertalian yang berdasarkan minat dan kepentingan yang sama.
2.1.3 Definisi Televisi
Menurut Effendy (2005:21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi
siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang
dimiliki komunikasi massa, yang berlangsung satu arah, komunikatornya
melembaga, pesannya bersifat umum, Sasarannya menimbulkan keserempakan,
dan komunikasinya bersifat heterogen. Komunikasi massa dengan media televisi
merupakan proses komunikasi atara komunikator dengan komunikan (massa)
melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada
kekuatannya menguasi jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai
untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau
pemberitaan sangat cepat. Menurut Effendy (2005: 23), seperti halnya media
massa lain, televisi mempunyai tiga fungsi pokok berikut:
1. Fungsi Penerangan (The information function)
Televisi mendapat perharian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu :
a. Immediacy (Kesegaran)
Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsanya pada saat peristiwa itu berlangsung.
b. Realism (Kenyataan)
Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual melalui perantaraan mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan. 2. Fungsi Pendidikan (The educational function)
3. Fungsi hiburan (The entertainment function)
Sebagai media yang melayani kepetingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuahn manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas diluar rumah.
Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi
kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara
berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal
ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan
acara televsi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi dan kondisi pemirsa saat
menonton televisi (Kuswandi, 1996: 99).
Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara
yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut
bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai
pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai
pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indra yang kita miliki,
tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 100% dari informasi
yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan
(Stimulated Experinence) dari media audiovisual tadi.
Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak sasaran perlu
diperhatikan faktor-faktor seperti pemirsa, waktu, durasi dan metode penyajian:
1. Pemirsa
Sesunggguhnya dalam bentuk komunikasi dengan menggunakan media
apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang
komunikannya. Namun untuk media elektronik faktor pemirsa perlu mendapat
perhatian lebih. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebutuhan pemirsa, minat,
materi pesan, dan jam penayangan suatu acara.
2. Waktu
Setelah komunikator mengetahui kebutuhan, minat dan kebiasaan pemirsa,
langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangannya.
Pertimbangannya adalah agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara
proporsioanl diterima oleh khalayak atau sasaran yang dituju. Untuk acara yang
delapan malam. Hal ini tentu saja memperhatikan kegiatan anak yang pada pagi
sampai siang hari melakukan aktivitasnya disekolah.
3. Durasi
Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan
suatu acara. Ada yang berdurasi 30 menit, biasanya untuk kuis dan acara
infotainment, yang berdurasi satu jam biasanya untuk acara talkshow ataupun berita. Untuk acara film ataupun sinetron biasanya durasi waktu yang dibutuhkan
adalah satu sampai dua jam. Hal ini juga berkaitan dengan kebutuhan pemirsa
terhadap suatu acara yang ingin ditontonnya.
4. Metode Penanyangan.
Metode penyajian suatu acara berhubungan dengan daya tarik acara itu sendiri
agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pemirsa. Misalkan suatu acara yang
bersifat berita ataupun informasi agar menembah daya tariknya. Dalam kehidupan
sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan
terintegrasinya kelima indera yang kita miliki, tetapi dengan menonton
audiovisual akan mendapatkan 10% dari informasi yang diperoleh sebelumnya.
Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experience) dar media audiovisual tadi.
2.1.3.1 Televisi sebagai media komunikasi massa
Media massa merupakan saluran atau media yang digunakan untuk
mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk media disini adalah
televisi, surat kabar, majalah, radio, dan film. Media massa dapat digolongkan
sebagai media elektronik dan media cetak keseluruhannya sering juga disebut
pers.
Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain
mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik, sound,
effect, juga memiliki keunggulan yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan pengalaman bagi pemirsanya. (Effendy, 2005: 192)
Menurut sosiologi Maarshal Luhan, kehadiran televisi membuat dunia
menjadi “Desa Global” yaitu suatu masyarakat dunia yang batasannya diterobos
1. Berlangsung satu arah
2. Komunikasi melembaga
3. Pesannya bersifat umum
4. Sasarannya menimbulkan keserempakan
5. Komunikasi bersifat heterogen
2.1.3.2 Daya Tarik Televisi
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya
tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan
gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu
menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio,
juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan
aman dan nyaman. Selain itu, TV juga dapat menyajikan berbagai program
lainnya yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy,
2003 : 177).
2.1.3.3 Program Televisi
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari
pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof.
Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan,
persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis
pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau
peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2003 : 122).
Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah
karakteristik khusus dan program acara, yaitu :
1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan
warna.
2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.
3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang
Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :
1. Buletin berita nasional, seperti: siaran berita atau bulletin berita regional yang
dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.
2. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual
secara lebih mendalam.
3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan,
yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar
negeri.
4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara
memasak, berkebun, dan acara kuis.
5. Acara drama, terdiri dari: sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain
sebagainya.
6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain
sebagainya.
7. Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun.
8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan
lain sebagainya.
9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.
10.Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.
2.1.3.4 Acara Televisi
Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang
ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi
program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan
berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan
format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk
show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan isi,
program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program
hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi
adalah tentang program hiburan yang mengusung tentang trend berolahraga di
kalangan masyarakat urban di berbagai pusat kebugaran di kota besar di dunia,
yang pada akhirnya berujung pada pola gaya hidup terbaru warga kota besar di
Indonesia.
.
2.1.3.5 Dampak Acara Televisi
Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat
informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis.
Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada
pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda
menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.
Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap
isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi
dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang
diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi
pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan
dari acara televisi terhadap pemirsa :
1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap
dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan
bagi pemirsa.
2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang
ditayangkan televisi.
3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah
ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa
2.1.4 Teori S-O-R
Teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response yang
semula berasal dari psikologi. Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan
adalah reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang
dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan (Effendy, 2003 : 254). Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah:
a. Pesan (stimulus, S)
b. Komunikan (Organism, O)
c. Efek (Response, R)
Prinsip teori ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang
sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dalam proses
perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang
menerpa benar-benar melebihi semula.
Adapun teori S-O-R ini juga merupakan model penelitian yang beranjak
dari anggapan bahwa organisme akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu
jika diberikan suatu kondisi stimulus tertentu kepadanya. Efek yang timbul adalah
reaksi terhadap stimulus tersebut, sehingga seseorang dapat mengharapkan
kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari
model ini adalah pesan (stimulus), penerima (organisme), dan efek (respon).
Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus
yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai
dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan
dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya
benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami.
Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003 : 255) dalam bukunya ”Sikap Manusia,
Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley
yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel
penting, yaitu:
a. Perhatian : suatu proses penyeleksian stimulus yang akan diproses dalam
kaitan dengan pengalaman.
Organisme :
Perhatian
Pengertian
Penerimaan Stimulus
Respon
c. Penerimaan : daya tarik yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap
penting oleh khalayak.
Berdasarkan uraian di atas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model S-O-R
Sumber : Effendy, 2003 : 56
Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada
komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan
untuk mengubah sikap (Effendy, 2003 : 255).
Sehubungan dengan penjelasan di atas, teori S-O-R dalam penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Stimulus : Berbagai informasi mengenai tren pusat kebugaran di media -Organism : Pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan
Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model S-O-R yaitu
merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi
akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya
komunikan mengerti dan menerima.
2.1.5 Opini dan Opini Publik
2.1.5.1 Istilah Opini publik/pengunjung
Public Opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “pendapat umum“, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum“ sedangkan opinion dialihbahasakan dengan “pendapat“. Dalam Ilmu Komunikasi terdapat istilah lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan “hubungan masyarakat“, dalam hal ini public diterjemahkan dengan “masyarakat“, sedangkan relations diterjemahkan dengan “hubungan“.
Istilah masyarakat sudah digunakan untuk mengalihbahasakan “society“. Pengertian aslinya dalam bahasa Inggris baik untuk pengertian “public“ pada public opinion maupun pada public relations, mempunyai arti yang sama, sedangkan dalam bahasa Indonesia pengertian umum dan masyarakat mempunyai
arti yang berbeda. Dengan demikian akan cukup membingungkan bila public opinion kita terjemahkan dengan pendapat umum di lain pihak public relations juga kita alih bahasakan dengan hubungan masyarakat, apalagi bila diingat bahwa
apa yang dimaksud dengan istilah “umum“ dalam bahasa Indonesia masih kurang
jelas. Terutama sekali kalau diingat bahwa public relations ada kata (s) dibelakangnya yang dalam bahasa Inggris mempunyai arti jamak, sehingga yang
lebih tepat adalah hubungan-hubungan. Namun demikian terjemahan tersebut dari
public opinion menjadi pendapat umum dan public relations dengan hubungan masyarakat rupanya telah diterima secara luas.
Adapun cara mengetahui adanya opini publik/pengunjung, dapat diketahui
pada tahun 1963, Indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Di radio, surat kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah dan
lain-lain orang membicarakan tentang Irian Barat.
Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung kepada pendapat bahwa Irian
merebutnya kembali, dan hal inilah yang menjadikan bahwa pendapat-pendapat
itu sangatlah penting dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan bersama.
Gejala demikian biasanya disebut public opinion atau opini publik/pengunjung. Adapun dari gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa
adanya pengertian tentang pendapat itu sama dengan opinion, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.
b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat.
c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.
Adapun ciri-ciri tersebut misalnya pendapat mengenai demonstrasi atau
unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan dalam berbagai media
massa terutama surat kabar dan radio. Pendapat-pendapat tersebut akhirnya
merupakan suatu sintesa yakni bahwa masyarakat kita menyetujui gerakan atau
unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Akhirnya aksi-aksi yang
digerakkan oleh mahasiswa itu mempunyai pendukung yang lebih besar.
2.1.5.2 Pengertian Opini publik/pengunjung
Opini yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban
terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Menurut Cutlip dan Center
(Sastropoetro, 1990 : 41), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai
suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan
tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang
berbeda-beda.
Menurut Bernard Berelson dalam tulisannya berjudul “Communication
and Public Opinion” (Komunikasi dan Pendapat/Opini publik/pengunjung)
mengemukakan bahwa dengan pendapat publik/pengunjung diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan
dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar
Menurut Emory. S. Bagardus, bahwa publik/pengunjung adalah sejumlah
orang yang dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu
masalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam
sesuatu hal (Soenarjo, 1995 : 20). Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya
“Effective Public Relation”, opini publik/pengunjung adalah suatu hasil
penyatuan dari pendapat individu-individu tentang masalah umum (Sastropoetro,
1990 : 52).
2.1.5.3 Proses Pembentukan Opini publik/pengunjung
George Carslake Thompson dalam “The Nature of Public Opinion“ (Sastropoetro, 1990 : 106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik/pengunjung
yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu : 1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau mereka pun boleh tidak
setuju.
2. Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan.
3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber
data yang berbeda-beda.
Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi terhadap
issue-issue tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang
mempunyai opini yang tegas, mendasarkannya kepada rational grounds atau alasan-alasan yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat
dimengerti oleh orang lain“. Jadi, seperti telah dikemukakan terlebih dahulu dan
perlu diulangi kembali ialah bahwa ada tiga sebab yang menimbulkan adanya
suatu perbedaan pendapat, yaitu :
1. Perbedaan pandangan terhadap fakta.
2. Perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan.
3. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan.
Dasar-dasar rasional yang berhubungan dengan ketiga sebab tadi berarti
disebabkan oleh perbedaan-perbedaan itu, maka timbul kehati-hatian dalam
pandangan agar mencapai suatu keserasian bagi terbentuknya suatu ekstraksi
Kemudian, dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini
publik/pengunjung, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu :
1. Difusi, yaitu apakah pendapat yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan.
2. Persistence, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya issue karena disamping itu, pendapat pun perlu diperhitungkan.
3. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap issue.
4. Reasonableness atau suatu pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan beralasan.
Dari tahapan-tahapan pembentukan pendapat tersebut dapatlah
dibayangkan bahwa dalam proses itu telah timbul pro dan kontra atau setuju dan
tidak setuju. Semua itu disebabkan oleh kerangka pengetahuan dan pengalaman
masing-masing orang yang berada di dalam publik/pengunjung itu berbeda-beda.
Disamping itu, sifat orang-orang yang bersangkutan pun berbeda-beda juga,
belum lagi kemampuan yang menyangkut pengutaraan pendapat atau isi hatinya.
2.1.5.4 Kekuatan Opini publik/pengunjung
Telah dikemukakan bahwa opini publik/pengunjung atau pendapat
publik/pengunjung sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang
bersifat kontroversial, merupakan suatu penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat publik/pengunjung melekat beberapa
kekuatan yang sangat diperhatikan :
a. Opini publik/pengunjung dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang
atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial
menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa
dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi dalam
masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada yang
karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya.
b. Opini publik/pengunjung sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya
norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua
c Opini publik/pengunjung dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan
bahkan bisa juga menghancurkan suatu lembaga.
d. Opini publik/pengunjung dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu
kebudayaan.
e. Opini publik/pengunjung dapat pula melestarikan norma sosial.
2.1.6 Gaya Hidup
Teori gaya hidup (lifestyle theory) adalah teori yang menyebutkan bahwa tidak semua orang memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang
memiliki gaya hidup yang berbeda diantara beberapa gaya hidup itu telah
memaparkan bahwa banyak orang yang memiliki resiko dari pada gaya hidup
lainnya. Teori gaya hidup ini dikembangkan oleh Hindelang, Gottfredson dan
Garafalo yang berarti berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang
dilakukan dalam kehidupan sehari -hari. Gaya hidup ini dipengaruhi oleh
perbedaan umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pendapatan
keluarga dan ras yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari yang rentan terhadap
resiko-resiko untuk melakukan kejahatan. Gaya hidup ini sangat berpengaruh
pada frekuensi orang berinteraksi dengan jenis gaya hidup tertentu.
Sebuah teori serupa yang dikembangkan oleh Kennedy dan Forde
(1990) menunjukkan bahwa latar belakang dan karakteristik dari aktivitas
sehari-hari berpengaruh pada waktu yang diluangkan dalam gaya hidup yang
beresiko dimana gaya hidup tersebut akan membawa orang kejalan yang
lebih berbahaya lagi. Sementara itu menurut Sampson dan Wooldredge
(1987) menyatakan seseorang dapat menjadi korban terhadap sebuah gaya
hidup apabila mereka terus–menerus berinteraksi dengan kelompok yang
memiliki potensi membahayakan dimana seseorang tersebut memiliki
pertahanan diri yang lemah
Gaya hidup atau dengan bahasa yang lebih memasyarakat disebut dengan
istilah lifestyle merupakan suatu nuansa yang akrab pada pendengaran kita dan langsung dapat kita narasikan dengan hal-hal yang bersifat glamor, kemewahan
seperti itu, tetapi kenyataannya bahwa asumsi masyarakat tentang kata lifestyle yang identik dengan nilai hura-hura atau negatif.
Suatu fenomena baru yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita,
tepatnya pada kalangan kaum muda-mudi dengan maraknya menjadi member di pusat kebugaran. Akrabnya kaum ini dengan dunia gym ini menjadikan sarana komunikasi sebagai simbol atau bagian dari atribut untuk memenuhi gaya hidup
mereka (Garret, 2003 :19). Dalam kamus bahasa Indonesia kata gaya itu sendiri
dapat diartikan sebagai cara yang benar dan khusus ( Irianto, 2004:98) sedangkan hidup adalah bernyawa atau tidak mati (Irianto, 2004:102), jadi jika disatukan maka gaya hidup merupakan cara yang dilakukan oleh orang yang tidak mati atau
manusia. Namun Garret (2003:57) menekankan bahwa gaya hidup lebih tertuju
kepada cara-cara hidup yang dianggap benar yang menjadi ciri khas dari suatu
kelompok dalam tatanan hidup manusia dan umumnya ini ditemukan pada
masyarakat perkotaan. Hal ini dikarenakan terdapatnya kelompok-kelompok
pergaulan yang terdapat dalam kehidupan masyrakat perkotaan seperti; kaum
sosialita, para pekerja, kelompok usia remaja, anak-anak dan orangtua.
Adapun unsur dan sifat yang khas dalam konsep gaya hidup ini
dikarenakan hal tersebut tidak lazim untuk digunakan sebagai menginformasikan
hal yang bersifat universal, melainkan untuk menginformasikan sesuatu yang
khusus, sehingga secara tak langsung mengandung sifat membandingkan.
Misalnya, adanya istilah gaya hidup yang berbeda, yakni masa kini dan
sebelumnya, demikian halnya dengan gaya hidup kaum selebriti yang dianggap
benar oleh kalangan mereka, sehingga terdapat kecenderungan untuk
menerapkannya dalam kehidupan awam.
Istilah gaya hidup berkaitan erat dengan budaya, kedua istilah tersebut
mengindikasikan cara hidup yang lazim dijalani dan diterapkan dalam kehidupan
manusia sehingga menjadi kebiasaan sekaligus ciri tersendiri. Misalnya istilah
budaya pop atau populer menjadi istilah untuk menyatakan budaya yang dominan.
Hal ini menerangkan bahwa gaya hidup memiliki cakupan yang luas, yaitu
meliputi sisi kehidupan seseorang, jika dilihat dari berbagai aspek maka gaya
hidup itu bisa saja meliputi aspek ekonomi, politik, sosial bahkan kehidupan
Gaya hidup ini juga mencakup kepada pola konsumsi, dengan demikian
istilah ini sering dihubungkan dengan dunia mode sehingga memiliki
kecenderungan dengan spesifikasi akan identitas diri. Kecenderungan inilah yang
mengakibatkan terbentuknya kelompok-kelompok yang memiliki ciri khas
tersendiri tersebut, yang mana kecenderungan yang telah menjadi kelompok
tersebut akan meluas menjadi interaksi dalam pergaulan yang khusus, dan
biasanya terbentuk oleh adanya kesamaan minat, tujuan, profesi dan lain
sebagainya (Garret, 2003:60).
Engel (2003:308) mengemukakan bahwa gaya hidup adalah sesuatu yang
berada di luar dari kepribadian. Gaya hidup adalah konsep yang kontemporer,
lebih komprehensif dan lebih berguna daripada kepribadian atau dengan kata lain
gaya hidup merupakan pola di mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta
uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran
sebelumnya.
Jadi jelasnya apa yang dimaksud dengan gaya hidup ini sangat identik
sekali dengan kata trend, yaitu bentuk aktivitas pada kelompok tertentu dalam
rangka memperoleh pengakuan dari pihak lain yang berada di luar kelompoik
sosial tertentu pasti menjadi bahasa kebanyakan orang untuk menyebutkan bahwa
itu adalah gaya hidup kelompok tersebut. Gaya hidup yang akan diteliti disini
adalah tren gaya hidup kaum urban yang berolahraga di berbagai pusat kebugaran
yang berlokasi di tempat-tempat hiburan seperti mall.
2.1.7 Penelitian Terdahulu
Berikut ini ada beberapa penelitian dari luar negeri dan juga dalam negeri
yang menceritakan tentang opini dan juga gaya hidup. Pertama adalah penelitian
yang dilakukan oleh Siti Zaleha Shafi’e & Fariza Md. Sham di Malaysia pada
tahun 2013. Gaya hidup merupakan satu ciri tingkah laku dalam diri individu
yang terdapat di dalamnya beberapa elemen iaitu hubungan sosial, penggunaan,
hiburan dan cara berpakaian yang menjadi kelaziman dan tindakan berdasarkan
logik. Gaya hidup yang diamalkan adalah melambangkan kepada sikap, nilai dan
pandangan individu. Justru, gaya hidup ialah cara untuk memupuk konsep diri
ini, satu kajian literatur terhadap gaya hidup dalam kalangan remaja sekolah
dibuat. Kajian ini adalah bertujuan untuk menyingkap konsep berkenaan gaya
hidup dari sudut pandangan para sarjana, menganalisis teori-teori gaya hidup yang
telah dikeluarkan oleh sarjana Islam dan Barat serta perbedaannya dan mengkaji
bentuk-bentuk serta faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup remaja.
Secara keseluruhan, kajian ini adalah tertumpu kepada konsep gaya hidup.
Untuk tujuan ini, kajian secara kepustakaan telah dilakukan iaitu kajian secara
analisis kandungan yang melibatkan pencarian bahan-bahan seperti buku-buku,
kertas kerja, jurnal, laporan tesis dan artikel. Kajian kepustakaan digunakan dalam
kajian ini bagi membolehkan pengkaji mendapat pengetahuan dan kefahaman
yang mendalam dari aspek teorikal yang menjadi fokus kajian. Hasil kajian
menemukan konsep sebenar gaya hidup dan terdapat beberapa kaitan antara teori
gaya hidup yang dikeluarkan oleh para sarjana Islam dan para sarjana Barat. Ini
karena, para sarjana Islam berpegang kepada teori gaya hidup Islam yang
berlandaskan kepada al-Quran dan al-Sunnah. Manakala, sarjana Barat berpegang
kepada gaya hidup yang berdasarkan kepada kegiatan, minat dan pendapat
individu. Justru, kajian ini menemui konsep dan teori gaya hidup Islam dan Barat
yang jelas perbedaannya agar ia menjadi satu garis panduan dan memberi sumbangan terhadap bidang ilmu.
Penelitian berikutnya masih dilakukan oleh mahasiswa dari luar negeri
yakni oleh Jac Brown dan Doug Graham pada tahun 2008. Penelitian ini berkaitan
dengan kepuasan akan bentuk tubuh pada pria yang aktif dalam kegiatan gym di
pusat kebugaran, sebuah ekplorasi dari seksualitas, gender dan juga narsisme.
Penelitian ini bersifat membandingkan antara 80 orang pria yang terdiri dari pria
yang normal dan juga pria homosekual di Australia. Dalam penelitian ini
diketahui bahwa, ada perbedaan antara tujuan yang ingin dicapai kedua kelompok
pria tersebut datang berolahraga di berbagai pusat kebugaran yang biasa disebut
tempat gym. Kelompok pria homoseksual mendatangi tempat gym sebagai bagian dari trend gaya hidup kelompok gay urban yang memiliki jiwa narsis dan
kepribadian perfeksionis yang sangat mementingkan keindahan bentuk tubuh.
memilih untuk berolahraga untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan
menjernihkan pikiran.
Selanjutnya adalah penelitian yang berasal dari dalam negeri yang
dilakukan oleh Rohmadian, mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP UPN
Veteran, Surabaya, tahun 2010 silam. Judul Penelitian ini adalah Pengaruh Gaya
Hidup (Lifestyle) Terhadap Komitmen Pelanggan Dalam Menggunakan Jasa
Fitnes Pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool di Surabaya. Konsumen di dalam memilih dalam suatu produk jasa dipengaruhi oleh faktor
perilaku. Karena suatu kebutuhan konsumen memutuskan menggunakan suatu
produk, perkembangan trend memiliki tubuh yang sehat dan pentingnya kesehatan
berkembang kalangan masyarakat dewasa ini yang mulai sadar akan kebutuhan
badan yang sehat dan bugar menjadi dasar bagi pengusaha di bidang jasa alat
kebugaran dan sarana fitnes membidik pangsa pasar yang potensial ini.
Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen
mengambil keputusan utuk menjadi member di perusahaan tersebut sehingga pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan
bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap jasa yang
diterimanya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah gaya hidup (lifestyle) berpengaruh secara simultan dilihat dari Aktivitas, Minat, Opini terhadap komitmen pelanggan
dalam menggunakan jasa fitness pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool?Apakah gaya hidup (lifestyle) berpengaruh secara parsial dilihat dari Aktivitas, Minat, Opini terhadap komitmen pelanggan dalam menggunakan
jasa fitnes pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool? Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan pada bulan
Maret 2010 sampai dengan Mei 2010 sebanyak 162 orang pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool di Surabaya.
Dikarenakan 162 pelanggan tersebut merupakan member-member yang aktif dan hadir dalam mengikuti fitness pada The Body Art Aerobic, Fitness and
Swimming Pool di Surabaya. Adapun metode dan pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel nonprobabilitas (Non probability
dengan menggunakan uji F menunjukan adanya pengaruh secara signifikan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Dari data yang ada menunjukan bahwa
variabel bebas Gaya Hidup dilihat dari Aktifitas (X1), Minat (X2), Opini (X3)
berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat yaitu Komitmen Pelanggan
(Y). Secara parsial variabel Aktifitas (X1) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel Komitmen Pelanggan (Y), dan variabel Minat (X2) berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel Komitmen Pelanggan (Y), dan variabel Opini
(X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel Komitmen Pelanggan (Y).
Terakhir adalah penelitian skripsi yang dilakukan oleh Anastasya Marina,
Manajemen FE USU tahun 2011. Penelitian ini berjudul pengaruh gaya hidup
terhadap pengambilan keputusan konsumen pada Restoran Nelayan Sun Plaza.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh aktivitas, minat
dan opini pada Restoran Nelayan. Penelitian dilakukan pada konsumen Restoran
Nelayan Sun Plaza Medan Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen
Restoran Nelayan yang sulit untuk diketahui, maka dengan menggunakan rumus
unidentified diperoleh jumlah sampel sebanyak 96 orang.
Teknik penarikan sampel dengan menggunakan Accidental Sampling yaitu
siapa saja yang kebetulan bertemu dapat dijadikan sampel jika memenuhi kriteria.
Metode analisi yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode
analisis regresi berganda. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif, dan data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui
studi dokumentasi dan daftar pertanyaan yang pengukurannya menggunakan skala
likert dan diolah secara statistic dengan program SPSS 18.00 for windows, yaitu
model uji-t, uji F dan koefisien determinasi (R2). Hasil yang didapat dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan aktivitas, minat dan opini,
berpengaruh positif dan signifikan pada keputusan konsumen Restoran Nelayan.
Secara parsial dapat dilihat variabel aktivitas merupakan variabel yang paling
dominan mempengaruhi keputusan konsumen pada Restoran Nelayan. Nilai
Adjusted R Square =0,253, berarti 25,3% faktor-faktor yang mempengaruhi minat
konsumen dapat dijelaskan oleh variabel bebas (aktivitas, minat dan opini)
2.2 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan
dapat mengantarkan penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian
pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001:40). Konsep adalah penggambaran secara
tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:57).
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam
menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka
harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Konsep atau
variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah opini publik terhadap fitness
centre sebagai bagian dari tren gaya hidup masyarakat modern di Kota Medan.
Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan sebagai Gaya
Hidup Masyarakat Modern di Kota Medan.
2. Karakteristik responden. Karakteristik responden adalah nilai-nilai
yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan
orang lain, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan penghasilan
2.3 Model Teoritis
Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan
permasalahan-permasalahan terkait antara yang satu dan yang lainnya.
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi
Gambar 2.2 Model Teoritis
2.4 Operasional Konsep
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di
atas, maka untuk mempermudah penelitian diperlukan suatu operasional variabel
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Konsep Operasional
KonsepTeoritis Konsep Operasional
Opini pengunjung Celebrity Fitness
Sun Plaza Medan terhadap fitness center sebagai gaya hidup masyarakat modern/urban
1. Aspek ekonomi
2. Aspek sosial
3. Aspek budaya
4. Aspek kesehatan
5. Perhatian
6. Pengertian
7. Penerimaan
Karakteristik Responden 1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Penghasilan
Konsep
Fitness Centre dan gaya hidup
Konsep
Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun
[image:31.595.108.512.379.677.2]2.5 Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi
operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur
suatu variabel (Singarimbun, 2005:46).
Defenisi operasional konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Konsep opini pengunjung/member Celebrity Fitness Medan yang terdiri dari:
a. Aspek ekonomi adalah hal-hal yang berkaitan dengan tingkat
keuangan seseorang yang pada akhirnya melatarbelakangi orang
tersebut bergabung menjadi member Celebrity Fitness.
b. Aspek sosial adalah hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan
dimana orang tersebut hidup yang menyebabkan dirinya terpengaruh
untuk bergabung memnjadi member Celebrity Fitness.
c. Aspek budaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budaya yang
dianut seseorang dalam menyikapi satu peristiwa, dalam penelitian ini
berupa budaya pop pada masyarakat urban yang membuat seseorang
memutuskan untuk bergabung menjadi member Celebrity Fitness. d. Aspek kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan alasan
kesehatan yang membuat seseorang memutuskan untuk bergabung
menjadi member di Celebrity Fitness Medan.
e. Perhatian adalah atensi yang diberikan responden, yakni perhatian
mengenai menjamurnya kehadiran fitness center/ pusat kebugaran di
kota Medan
f. Pengertian adalah responden mengerti untuk melanjutkan proses
berikutnya
g. Penerimaan adalah setelah responden memperhatikan dan mengerti,
maka terjadilah kesediaan untuk menerima sehingga dapat mengubah
2. Konsep Karakteristik Responden terdiri dari:
a. Usia , yaitu tingkatan umur responden.
b. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan
sampel
c. Pendidikan, yaitu jenjang sekolah yang dimiliki oleh responden.
d. Pekerjaan, yaitu mata pencarian responden.
e. Penghasilan/uang saku, yaitu faktor ekonomi yang ada pada
responden berupa jumlah uang yang didapat dari mata
pencahariannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Celebrity Fitness Medan yang berlokasi di Mall
Sun Plaza Lantai 4 B06, Jl. Zainal Arifin No. 7 Medan 20152.
3.1.2 Sekilas mengenai Celebrity Fitness
Celebrity Fitness™ adalah rantai fitness terbesar di Indonesia dan
Malaysia, perusahaan kesejahteraan, kesehatan dan kebugaran dengan
perkembangan tercepat di Asia Tenggara dan mempunyai lebih dari 170.000
member di sekitar 50 klub di empat negara. Celebrity Fitness menawarkan konsep gaya hidup yang unik, perpaduan pusat kebugaran dengan atmosfer hiburan;
memastikan latihan yang berenergi tinggi, memotivasi dan menghibur. Banyak
member bergabung tidak hanya untuk berolahraga; namun juga untuk menambah teman, berpartisipasi dalam kelas, rileks dan bersantai di lounge klub yang hip.
Klub Celebrity Fitness biasanya berlokasi di dalam pusat perbelanjaan agar
setelah berolahraga, member dapat berbelanja, makan, menjemput anak dari kelas tambahan atau pergi ke bioskop dengan nyaman. Hal ini membantu para member Celebrity Fitness untuk menggabungkan latihan sehat dengan rutinitas harian
mereka yang padat, yang kemudian membuat mereka cenderung menjadi member lebih lama dan oleh karena itu melihat manfaat kesejahteraan nyata dari
kenggotaan gym mereka
(http://www.celebrityfitness.co.id/celebrity-fitness/who-we-are).
Celebrity Fitness memimpin industri kebugaran di Asia Tenggara dengan
menyingkapkan rangkaian program kebugaran baru yang eksklusif dan menarik
termasuk bersepeda freestyle – Celebrity Fitness Peloton™, yoga lanjutan yang
sungguh inovatif – Celebrity Fitness Floating Yoga™ ditambah serangkaian
program aerobik dansa eksklusif yang diinspirasi selebriti di bawah nama merek
DNA – Dance N 'Attitude™. Pelatih Pribadi Celebrity Fitness – yang disebut juga
tinggi dalam bisnis kebugaran. Kami berinvestasi pada teknologi dan peralatan
fitness terbaru termasuk TRX, VIPR, Bosu dan Kinesis.
Celebrity Fitness didirikan pada tahun 2003 oleh para veteran 24 hours
Fitness Amerika: John Franklin, Mike Anderson dan John J Sweeney dengan
pegawai Indonesia lokal pertama mereka Hendra Nugraha. Celebrity mulai
beroperasi pada bulan Februari 2004 dengan pembukaan klub EX Jakarta yang
inovatif. Nama 'Celebrity' secara spesifik dipilih untuk menyampaikan setiap
member klub adalah selebriti tersendiri; bisa memiliki pelatih pribadi mereka seperti bintang film; dan bisa berlatih di lingkungan yang diinspirasi oleh tempat
berkumpulnya selebriti di Hollywood dan Beverly Hills. Pada tahun 2005,
Celebrity Fitness memasuki pasar Malaysia dengan membuka klub pertama di 1
Utama Mall, Kuala Lumpur. Pada tahun 2007, mayoritas pemegangan saham
Celebrity Fitness diakuisisi oleh Navis Capital Partners, dengan akuisisi
California Fitness Malaysia berikutnya, ekspansi ke India dan Singapura. Presiden
Direktur & CEO Group adalah Martin Darby.
Celebrity Fitness telah menerima banyak penghargaan dan pujian,
memenangkan Top Brand (merek fitness terbaik) yang prestisius selama lima
tahun berturut-turut (2009-13); Majalah Men's Health (Gym Terbaik Secara
Keseluruhan). Para instruktur Celebrity Fitness adalah Ambasador Adidas atau
Puma Sports. Celebrity Fitness adalah sponsor utama kampanye Support Our
Local Heroes dan dengan bangga mendukung Breast Cancer Wellness
Association (BWCA), kampanye Surabaya HIV Awareness dan Yayasan
Komunitas Anak-Anak Penderita Kanker (Children with Cancer). Celebrity
Fitness memegang rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk jumlah orang
terbanyak yang mengendarai speda statis dan orang terbanyak yang berkumpul
untuk acara kelas yoga.
Celebrity Fitness terkenal untuk kelas-kelasnya dan Celebrity Fitness
Group Instructor memiliki klub penggemar pribadi yang besar dan follower di
media sosial. Celebrity Fitness adalah satu dari sedikit rantai fitness yang
mensponsori instruktur ekspatriat dari seluruh dunia termasuk Brazil, Spanyol,
Rusia, India dan Jepang. Para instruktur ini bekerja bersama dengan bakat lokat
Celebrity Fitness dengan bangga menawarkan Les Mills™, Zumba™ dan
program yang dirancang secara internasional lainnya, ditambah lagi Celebrity
Fitness berada di depan dalam merancang dan mengembangkan kelas-kelas
terdepan, disesuaikan untuk selera fitness Asia. Program kelas fitness eksklusif
Celebrity Fitness diciptakan sendiri oleh salah satu kemitraan fitness di dunia,
yang dipimpin oleh guru inovasi fitness JJ Sweeney dan istrinya sang Superstar
Instruktur Grup Miho Araki .
Komentator industri ini telah mereferensi Celebrity Fitness sebagai pusat
kebugaran yang unik di Asia karena benar-benar menciptakan desain studio
berbeda dan program fitness yang menonjol di masyarakat. Menawarkan sesuatu
yang baru, dan inspiratif yang memenuhi pertumbuhan keinginan Asia untuk
exertainment (olahraga hiburan). Kelas dansa khususnya, seringkali ditemani oleh
pencahayaan teatrikal, sistem suara dan kostum mutakhir.
Program eksklusif Celebrity Fitness termasuk bersepeda freestyle – Celebrity
Fitness Peloton™, yoga lanjutan yang benar-benar inovatif – Celebrity Fitness
Floating Yoga™ ditambah serangkaian program aerobik dansa ekslusif yang
diinspirasi selebriti di bawah nama merek DNA – Dance N 'Attitude™.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan berbentuk deskriptif.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001 : 63).
Adapun penelitian deskriptif ditujukan untuk (Rakhmat, 2004: 25):
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala-gejala
yang ada.
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang
berlaku.
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan anggota subjek penelitian yang memiliki
kesamaan karakteristik. Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek
ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001: 99).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh member yang terdaftar di Celebrity Fitness Sun Plaza Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian
administrasi Celebrity Fitness Sun Plaza Medan, jumlah member yang masih aktif adalah 906 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan
cara-cara tertentu (Nawawi, 2000: 144). Pada dasarnya, sampel merupakan bagian dari
populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan
mempunyai sifat yang sama dengan populasi. Ukuran sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan
tingkat kepercayaan 90 %.
Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%
(Rakhmat, 2004