• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Masyarakat terhadap Fitnes Centre Sebagai Gaya Hidup(Studi Deskriptif Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai Gaya Hidup Masyarakat Modern di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Opini Masyarakat terhadap Fitnes Centre Sebagai Gaya Hidup(Studi Deskriptif Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai Gaya Hidup Masyarakat Modern di Kota Medan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK  

 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza terhadap fitness centre sebagai bagian dari gaya hidup modern masyarakat perkotaan khususnya kota Medan. Teori yang digunakan dan dianggap relevan dalam penelitian ini adalah adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media massa, Teori S-O-R, Opini dan Opini publik/pengunjung serta gaya hidup. Adapun metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis karakteristik populasi atau bidang-bidang tertentu secara faktual dan cermat tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis dan melakukan prediksi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh member yang terdaftar di Celebrity Fitness Sun Plaza Medan. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% diperoleh sampel sebanyak 93 orang. Teknik penarikan sampel digunakan Purposive Sampling dan Accidental Sampling. Teknik pengumpulan data melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16.

Hasil penelitian ini berupa deskripsi dari para responden yang merupakan kaum muda dari kelompok ekonomi menengah ke atas, yang tentu saja memiliki ego tersendiri untuk masuk ke dalam kelas yang bersifat ekskklusif dan hanya orang-orang tertentu yang dapat bergabung. Salah satunya untuk kegiatan berolahraga ini. Mereka beranggapan bahwa dengan mereka mengikuti tren berolahraga di berbagai pusat kebugaran di mall-mall akan menunjukkan sebuah harga diri dibandingkan jika mereka berolahraga secara gratis dan beramai-ramai di lapangan terbuka. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 78,5% atau dijawab oleh sebanyak 73 orang responden. Disini terjadi sebuah perubahan gaya hidup ketika uang tidak menjadi sebuah masalah dibandingkan dengan harga diri dan aktualisasi diri yang didapatkan ketika dirinya menjadi bagian dari orang-orang kota yang memiliki gaya hidup trendi dan juga modern.

Kata kunci: 

Fitness Centre, Gaya Hidup, Celebrity Fitness   

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin banyak orang yang sadar akan hidup sehat. Imbasnya, pusat

kebugaran di kota-kota besar pun muncul sporadis. Kesehatan kini sudah menjadi

bagian gaya hidup kaum urban. Menurut pelopor body builder di Indonesia Ade Rai, tren ke gym dan gaya hidup sehat ini disebabkan perkembangan arus informasi yang cepat. Media juga berperan besar dalam memopulerkannya.

Berbagai tayangan di televisi baik itu tayangan lokal maupun tayangan luar

negeri, kegiatan berolahraga di gym menjadi bagian dari kebiasaan yang

dilakukan oleh warga kota besar. Banyak juga yang melihat role model artis Hollywood yang rutin ke gym, memiliki tubuh proporsional, serta selalu berusaha untuk hidup sehat. Ade mengakui dulu tak ada yang tertarik saat dia menjual

"sehat" melalui fitnes atau gym. Namun, saat "sehat" itu dibingkai dengan gaya hidup, bentuk tubuh, dan penampilan, dampaknya sangat besar. Peran media

memang cukup besar di dalam berbagai bidang kehidupan, seperti mengikuti

trend olahraga di pusat kebugaran ini salah satunya.

Media massa dan manusia sangat erat hubungannya, dimana media massa

seperti halnya pesan dan isyarat sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

komunikasi massa. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan tangan dari lidah

yang sangat berjasa manusia dalam meningkatkan pengembangan struktur

sosialnya. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang

menghadirkan suatu peradaban,khususnya dalam proses komunikasi dan

informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media

massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai

sosial dan budaya manusia. Tren untuk pergi berolahraga di pusat kebugaran

merupakan salah satu pola gaya hidup ibukota yang tersebar pada masyarakat

melalui media, salah satunya media televisi.

Fitness atau ke gym memang bisa sangat adiktif karena memang mampu mengubah pola hidup seseorang. Mindset atau pola pikir seseorang berubah,

(3)

aktif ke gym. Kalau tidak melakukan itu, rasanya ada sesuatu yang kurang. Menariknya lagi, di beberapa tempat, pusat-pusat kebugaran itu justru didominasi

kaum hawa. Beberapa faktor pendukung yang membuat fitnes didominasi wanita

adalah selain keinginan memiliki tubuh proporsional, juga tuntutan dari

lingkungannya untuk selalu tampil cantik, terutama bagi mereka yang bekerja

sehingga motivasi datang ke gym lebih besar. Sebaliknya, alasan laki-laki ngegym juga beragam. Ada yang memang benar-benar serius untuk membentuk badan

atau loss weight. Ada juga yang mau cuci mata atau sekadar bisnis justru lebih banyak.

Jaringan pusat kebugaran internasional ramai-ramai membuka cabang di

Indonesia. Berlomba memanjakan pengunjungnya dengan aneka fasilitas.

Perhatian puluhan orang dalam ruangan itu tertuju pada layar lebar yang tengah

memutar film dengan tata suara menggelegar. Keringat yang menetes di pelipis

para penonton ini bukan karena mesin penyejuk udara yang tak bekerja,

melainkan lantaran mereka tengah membakar keringat dengan alat latih

kardiovaskular. Pusat-pusat kebugaran besar atau mega-gym memang tengah berlomba-lomba menawarkan fasilitas tambahan yang memanjakan

pengunjungnya. Adu kelengkapan fasilitas ini memang menjadi pilihan karena

beradu kelengkapan peralatan terbilang sulit.

Kata “Gymnastic” berasal dari Yunani Kuno, yang berarti suatu sarana yang baik untuk pendidikan melatih fisik dan intelektual orang muda. Di ruang

gymnasium inilah pemuda-pemuda dilatih fisiknya untuk menanamkan rasa

disiplin dan sportif di dalam berlagak di lomba olahraga. Bagi sebagian orang

yang namanya gymnasium, yang terbayang adalah suatu ruangan yang dipenuhi oleh manusia-manusia berbadan kekar yang tengah melatih otot-ototnya dengan

peralatan ‘pembentuk’ badan yang serba modern serta didampingi instruktur yang

juga berbadan atletis. Padahal, Gym dalam arti yang lebih luas memiliki makna ruang atau gedung olahraga. Singkat kata, Gym adalah suatu wadah bagi mereka yang ingin menyegarkan badan dengan melakukan olahraga, yang dapat

melenturkan tubuh, mengencangkan otot dan membuat tubuh menjadi kekar.

(4)

konsultasi kesehatan, pemilihan olahraga yang tepat juga mencoba mengatasi

permasalahan bentuk badan. Mereka yang mengikuti berbagai kegiatan di

gymnastic ini memang mempunyai tujuan beraneka ragam. Ada yang ingin agar tubuhnya menjadi ramping, berotot, atau juga ingin supaya nampak atletis dan

sedap dipandang. Namun, ada juga yang hanya ingin sekadar sehat jasmani, hobi,

menghabiskan waktu luang, trend pergaulan bahkan ada yang sengaja berniat

untuk mengangkat harga diri.

Pada akhirnya, nge-Gym kini menjadi trend gaya hidup dalam pergaulan masa kini. Jika sepuluh tahun yang lalu, nge-Gym atau fitness hanya dilakoni orang berduit karena mahal harganya, apalagi lokasinya berada di hotel bintang

lima. Kondisi tersebut mulai bergeser dalam tahun-tahun belakangan ini.

Bermunculan tempat fitness center untuk nge-Gym dengan konsep berbeda yang bisa dilakukan semua lapisan masyarakat karena harganya murah. Remaja,

golongan mahasiswa, atau kaum dewasa muda terlihat mulai memenuhi sejumlah

fitness center untuk nge-Gym. Fitness center tidak lagi menjadi ’daerah jajahan’ mereka yang berusia 40-an tahun.

Tak hanya itu, kegiatan nge-Gym juga tak hanya diisi oleh kaum adam, kaum perempuan pun mulai banyak mengikuti trend nge-Gym. Ya, bukan hal yang aneh dan tabu jika saat ini banyak perempuan yang datang nge-Gym untuk membentuk tubuhnya demi mendapatkan kebugaran maupun menurunkan berat

badan. Tak hanya di akhir pekan, hampir setiap hari, terutama selepas jam kerja,

pusat-pusat kebugaran di Kota Medan ramai dikunjungi kaum perempuan. Seperti

yang terlihat di Celebrity Fitness yang berada di lantai 4 Sun Plaza Medan, saat

ini nge-Gym bagi wanita bukan hanya senam dan melakukan gerakan di treadmill saja, tapi terkadang menggunakan alat untuk pembentukkan tubuhnya. Fitness

atau nge-Gym juga menjadi ajang kumpul pertemanan sesama member sehingga trend baru dalam pergaulan gaya hidup yang sehat. Bagi para anggota ini,

berolahraga di gym sudah menjadi gaya hidup sekaligus kebutuhan.

Disini, peneliti mencoba mengetahui bagaimana opini para pengunjung

Celebrity Fitness dengan semakin maraknya Fitness Centre sebagai sebuah tren

gaya hidup kaum urban di kota metropolitan. Opini adalah pengalaman tentang

(5)

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberi makna pada stimuli inderawi

(Rakhmat, 2005: 51). Pemilihan responden penelitian para pengunjung/member

Celebrity Fitness Sun Plaza Medan dikarenakan mereka adalah kaum muda yang

sangat aktif dan peduli dengan gaya hidup sehat dan metropolitan.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti merasa

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai opini pengunjung/member

Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai gaya hidup

masyarakat modern di Kota Medan.

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang telalu luas sehingga dapat

mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.

Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :

a. Responden adalah para pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan yang telah menjadi anggota ±6 bulan dan aktif mengikuti berbagai

kelas gym di Celebrity Fitness yakni 3 kali seminggu.

b. Penelitian difokuskan kepada opini para pengunjung/member Celebrity

Fitness Sun Plaza Medan terhadap adanya Fitness Centre sebagai bagian

dari gaya hidup modern masyarakat kota Medan.

c. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013-November 2013

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukan perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana opini pengunjung/member terhadap Celebrity Fitness Sun Plaza Medan?

b. Bagaimanakah opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan terhadap Fitness Centre sebagai gaya hidup masyarakat modern

(6)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui opini pengunjung/member terhadap Celebrity Fitness Sun Plaza Medan.

b. Untuk mengetahui opini pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza terhadap fitness centre sebagai bagian dari gaya hidup modern masyarakat

perkotaan khususnya kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU,

khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya

khasanah penelitian dan sumber bacaan.

b. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah

penelitian yang menggunakan teori komunikasi dan memperluas

cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP

USU.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi

fitness center terkait dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

                 

(7)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari

sudut mana masalah penelitian yang akan disoroti (Nawawi, 2001:39-40).

Kerlinger menyatakan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan

proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan

menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala

tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi

dan Komunikasi Massa, Televisi sebagai media massa, Teori S-O-R, Opini dan

Opini publik/pengunjung serta gaya hidup.

2.1.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris “communication” yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah Latin “communis” dalam bahasa Indonesia berarti “sama” dan menurut Sir. Gerald Barry “communicare”

yang berarti “bercakap – cakap” (Effendy, 2005: 2). Jika kita berkomunikasi,

berarti kita mengadakan kesamaan , dalam hal ini kesamaan dan pengertian

makna. Menurut Hovland (Effendy, 2005: 2), komunikasi didefinisikan sebagai

berikut:”proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang –

perangsang (biasanya lambang – lambang dalam bentuk kata – kata) untuk

merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan

secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigm yang

(8)

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

 Komunikator (communicator)

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang mulai

memeberikan informasi kepad lawan bicaranya.

 Pesan (message)

Pesan merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan

oleh komunikator.

 Media (channel)

Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari

komunikator kepada komunikan.

 Komunikan (communicant)

Komunikan (receiver) adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima pesan atau informasi dari komunikator.

 Efek (effect)

Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterpa pesan.

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2005: 10). Berdasarkan pengertian diatas,

dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian

pesan dari seseorang kepada orang lain dengan mempergunakan lambang –

lambang yang berarti, baik verbal maupun non verbal, yang dapat terjadi secara

langsung atau dengan menggunakan media, dengan tujuan agar orang lain dapat

mengerti atau memahami pesan yang disampaikan serta pada tahap selanjutnya

komunikan tersebut mau melaksanakan isi pesan yang disampaikan. Dalam

(9)

2.1.2 Definisi Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

media massa pada sejumlah orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus mengunakan media

massa (Ardianto, 2004: 3).

Ahli komunikasi massa lainnya Joseph A.Devito merumuskan definisi

komunikasi masa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang massa serta

tentang media yang digunakannya. Devito mengemukakan definisinya dalam dua

item yakni yang pertama adalah komunikasi massa adalah komunikasi yang

ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua,

komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar

yang audio atau visual. (Ardianto, 2004: 6).

Salah satu persoalan didalam negeri ini didalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh pakar menurut

bidang ilmunya. Hal ini dikarenakan banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan kepada perkembangan ilmu komunikasi, miaslnya psikologi,

antropologi, ilmu manajemen, ilmu politik, linguistik, matematika dan lain-lain.

Sebuah definissi yang singkat dibuat oleh Harold D Laswell, cara tepat untuk

menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab “Siapa yang

menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa

pengaruhnya” (Cangara, 2004:18).

Jika kita berada dalam situasi komunikasi, maka kita memiliki beberapa

kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari

simbol-simbol yang digunkan dalam berkomunikasi, apa yang dinamakan Wilbur

Schramm “Frame of Reference “ atau kerangka acuan, yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings). Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator

sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung

(10)

pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain,

atau dengan kata lain situasi menjadi tidak komunikatif. (Effendy, 2003:30-31).

Banyak definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli

komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakan. Akan tetapi dari

sekian banyak definisi yang ada terdapat benang merah dar kesamaan definisi satu

sama lain, dan bahkan definisi-definisi itu sama lain saling melengkapi.

Ciri-ciri komunikasi massa antara lain:

1. Komunikator bersifat melembaga.

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Didalam komunikasi massa, komunikator adalah lembaga media massa itu sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang. Menurut Alexis S Tan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisai sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkanya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, televisi, stasiun radio, majalah dan penerbit buku. Media massa disebut sebagai organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang dalam proses komunikasi massa tersebut. (Nurudin, 2004:16-18).

2. Komunikan bersifat anonim dan heterogen.

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen, artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Selain itu dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. (Ardianto, 2004:9).

3. Pesan bersifat umum.

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan itu ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini memilki arti pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Kita bisa melihat televisi misalnya, karena televisi itu ditujukan dan untuk dinikmati orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemlihan kata-katanya sebisa mungkin memakai kata-kata populer, bukan kata-kata ilmiah sebab kata-kata ilmiah itu hanya ditujukan untuk kelompok tertentu.

4. Komunikasinya berlangsung satu arah.

(11)

5. Menimbulkan keserempakan.

Dalam komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Effendi (2000), mengartikan keserempakan media massa itu ialah kontak denagn sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

6. Mengandalkan peralatan teknis.

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa tak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.

7. Dikontrol oleh Gatekeeper.

Gatekeeper atau yang sering disebut dengan penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa.

Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau

mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semau informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi pesan-pesannya. Intinya adalah pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Keberadaan gatekeeper sama pentingnya dengan peralatan mekanis yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. (Nurudin, 2004:16-30).

Komunikasi adalah bentuk komunikasi yang mengutamakan saluran

(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara misal,

berjumlah banyak, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Selain itu

pesan yang disampaikan cenderung terbuka dan mencapai khalayak dengan

serentak. Untuk memahami proses komunikasi massa perlu dilakukan pemahaman

dengan bentuk analisis makro dan analisis mikro, walaupun pada akhirnya

memiliki hasil yang sama dengan alasan khalayak menggunakan media. Joseph R.

Dominick (dalam Nurudin, 2004:43) menyatakan bahwa motif memilih media

adalah:

1. Congnition (Pengamatan)

Media digunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan dan wawasan bahkan beberapa masyarakat menggunakan media untuk membangkitkan ide.

2. Diversion (Diversi)

(12)

3. Social Utility (Kegunaan Sosial)

Media digunakan sebagai alat untuk mempererat kontak atau hubungan dengan teman, keluarga, dan masyarakat, misalnya membahas cerita hangat yang sedang terjadi dengan keluarga. 4. Withdraw (Menarik)

Media juga digunakan sebagai alas an untuk tidak melakukan tugas dan untuk menjaga privacy agar tidak diganggu orang lain.

5. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan khlayak yang beragam sehingga membentuk suatu pertalian yang berdasarkan minat dan kepentingan yang sama.

2.1.3 Definisi Televisi

Menurut Effendy (2005:21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi

siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang

dimiliki komunikasi massa, yang berlangsung satu arah, komunikatornya

melembaga, pesannya bersifat umum, Sasarannya menimbulkan keserempakan,

dan komunikasinya bersifat heterogen. Komunikasi massa dengan media televisi

merupakan proses komunikasi atara komunikator dengan komunikan (massa)

melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada

kekuatannya menguasi jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai

untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau

pemberitaan sangat cepat. Menurut Effendy (2005: 23), seperti halnya media

massa lain, televisi mempunyai tiga fungsi pokok berikut:

1. Fungsi Penerangan (The information function)

Televisi mendapat perharian yang besar dikalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu :

a. Immediacy (Kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsanya pada saat peristiwa itu berlangsung.

b. Realism (Kenyataan)

Ini berarti televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual melalui perantaraan mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan. 2. Fungsi Pendidikan (The educational function)

(13)

3. Fungsi hiburan (The entertainment function)

Sebagai media yang melayani kepetingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Fungsi hiburan ini amat penting, karena ia menjadi salah satu kebutuahn manusia untuk mengisi waktu mereka dari aktivitas diluar rumah.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi

kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara

berbeda-beda menurut visi pemirsa serta efek yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal

ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan

acara televsi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi dan kondisi pemirsa saat

menonton televisi (Kuswandi, 1996: 99).

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara

yang ditampilkan atau disiarkan melalui media massa televisi. Tayangan tersebut

bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai

pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperoleh berbagai

pengalaman. Hal ini dikarenakan terintegrasinya kelima indra yang kita miliki,

tetapi dengan menonton audiovisual, akan mendapatkan 100% dari informasi

yang diperoleh sebelumnya. Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan

(Stimulated Experinence) dari media audiovisual tadi.

Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak sasaran perlu

diperhatikan faktor-faktor seperti pemirsa, waktu, durasi dan metode penyajian:

1. Pemirsa

Sesunggguhnya dalam bentuk komunikasi dengan menggunakan media

apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang

komunikannya. Namun untuk media elektronik faktor pemirsa perlu mendapat

perhatian lebih. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kebutuhan pemirsa, minat,

materi pesan, dan jam penayangan suatu acara.

2. Waktu

Setelah komunikator mengetahui kebutuhan, minat dan kebiasaan pemirsa,

langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangannya.

Pertimbangannya adalah agar setiap acara yang ditayangkan dapat secara

proporsioanl diterima oleh khalayak atau sasaran yang dituju. Untuk acara yang

(14)

delapan malam. Hal ini tentu saja memperhatikan kegiatan anak yang pada pagi

sampai siang hari melakukan aktivitasnya disekolah.

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan

suatu acara. Ada yang berdurasi 30 menit, biasanya untuk kuis dan acara

infotainment, yang berdurasi satu jam biasanya untuk acara talkshow ataupun berita. Untuk acara film ataupun sinetron biasanya durasi waktu yang dibutuhkan

adalah satu sampai dua jam. Hal ini juga berkaitan dengan kebutuhan pemirsa

terhadap suatu acara yang ingin ditontonnya.

4. Metode Penanyangan.

Metode penyajian suatu acara berhubungan dengan daya tarik acara itu sendiri

agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi pemirsa. Misalkan suatu acara yang

bersifat berita ataupun informasi agar menembah daya tariknya. Dalam kehidupan

sehari-hari kita sering memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini dikarenakan

terintegrasinya kelima indera yang kita miliki, tetapi dengan menonton

audiovisual akan mendapatkan 10% dari informasi yang diperoleh sebelumnya.

Ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Stimulated Experience) dar media audiovisual tadi.

2.1.3.1 Televisi sebagai media komunikasi massa

Media massa merupakan saluran atau media yang digunakan untuk

mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk media disini adalah

televisi, surat kabar, majalah, radio, dan film. Media massa dapat digolongkan

sebagai media elektronik dan media cetak keseluruhannya sering juga disebut

pers.

Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain

mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik, sound,

effect, juga memiliki keunggulan yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan pengalaman bagi pemirsanya. (Effendy, 2005: 192)

Menurut sosiologi Maarshal Luhan, kehadiran televisi membuat dunia

menjadi “Desa Global” yaitu suatu masyarakat dunia yang batasannya diterobos

(15)

1. Berlangsung satu arah

2. Komunikasi melembaga

3. Pesannya bersifat umum

4. Sasarannya menimbulkan keserempakan

5. Komunikasi bersifat heterogen

2.1.3.2 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya

tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan

gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu

menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio,

juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan

aman dan nyaman. Selain itu, TV juga dapat menyajikan berbagai program

lainnya yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy,

2003 : 177).

2.1.3.3 Program Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari

pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof.

Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan,

persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh

psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis

pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau

peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2003 : 122).

Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah

karakteristik khusus dan program acara, yaitu :

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan

warna.

2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.

3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang

(16)

Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :

1. Buletin berita nasional, seperti: siaran berita atau bulletin berita regional yang

dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual

secara lebih mendalam.

3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan,

yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar

negeri.

4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara

memasak, berkebun, dan acara kuis.

5. Acara drama, terdiri dari: sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain

sebagainya.

6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain

sebagainya.

7. Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun.

8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan

lain sebagainya.

9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

10.Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.

2.1.3.4 Acara Televisi

Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang

ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi

program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan

berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan

format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk

show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan isi,

program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program

hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi

(17)

adalah tentang program hiburan yang mengusung tentang trend berolahraga di

kalangan masyarakat urban di berbagai pusat kebugaran di kota besar di dunia,

yang pada akhirnya berujung pada pola gaya hidup terbaru warga kota besar di

Indonesia.

.

2.1.3.5 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat

informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada

pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda

menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap

isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi

dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang

diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi

pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan

dari acara televisi terhadap pemirsa :

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan

bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang

ditayangkan televisi.

3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah

ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa

(18)

2.1.4 Teori S-O-R

Teori S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response yang

semula berasal dari psikologi. Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan

adalah reaksi yang bersifat khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang

dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

komunikan (Effendy, 2003 : 254). Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O)

c. Efek (Response, R)

Prinsip teori ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang

sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dalam proses

perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang

menerpa benar-benar melebihi semula.

Adapun teori S-O-R ini juga merupakan model penelitian yang beranjak

dari anggapan bahwa organisme akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu

jika diberikan suatu kondisi stimulus tertentu kepadanya. Efek yang timbul adalah

reaksi terhadap stimulus tersebut, sehingga seseorang dapat mengharapkan

kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari

model ini adalah pesan (stimulus), penerima (organisme), dan efek (respon).

Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi media massa sebagai stimulus

yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai

dengan stimulus yang diberikan. Dalam proses perubahan sikap yang akan

dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya

benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami.

Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003 : 255) dalam bukunya ”Sikap Manusia,

Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley

yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel

penting, yaitu:

a. Perhatian : suatu proses penyeleksian stimulus yang akan diproses dalam

kaitan dengan pengalaman.

(19)

Organisme :

Perhatian

Pengertian

Penerimaan Stimulus

Respon

c. Penerimaan : daya tarik yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap

penting oleh khalayak.

Berdasarkan uraian di atas, maka proses komunikasi dalam teori S-O-R ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model S-O-R

Sumber : Effendy, 2003 : 56

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada

proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada

komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan

berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan

mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan

untuk mengubah sikap (Effendy, 2003 : 255).

Sehubungan dengan penjelasan di atas, teori S-O-R dalam penelitian ini

dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Stimulus : Berbagai informasi mengenai tren pusat kebugaran di media -Organism : Pengunjung/member Celebrity Fitness Sun Plaza Medan

(20)

Jika disederhanakan lagi maka dapat disebutkan bahwa model S-O-R yaitu

merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi

akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya

komunikan mengerti dan menerima.

2.1.5 Opini dan Opini Publik

2.1.5.1 Istilah Opini publik/pengunjung

Public Opinion dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “pendapat umum“, dengan demikian public diterjemahkan dengan “umum“ sedangkan opinion dialihbahasakan dengan “pendapat“. Dalam Ilmu Komunikasi terdapat istilah lain yaitu public relations yang umumnya diterjemahkan dengan “hubungan masyarakat“, dalam hal ini public diterjemahkan dengan “masyarakat“, sedangkan relations diterjemahkan dengan “hubungan“.

Istilah masyarakat sudah digunakan untuk mengalihbahasakan “society“. Pengertian aslinya dalam bahasa Inggris baik untuk pengertian “public“ pada public opinion maupun pada public relations, mempunyai arti yang sama, sedangkan dalam bahasa Indonesia pengertian umum dan masyarakat mempunyai

arti yang berbeda. Dengan demikian akan cukup membingungkan bila public opinion kita terjemahkan dengan pendapat umum di lain pihak public relations juga kita alih bahasakan dengan hubungan masyarakat, apalagi bila diingat bahwa

apa yang dimaksud dengan istilah “umum“ dalam bahasa Indonesia masih kurang

jelas. Terutama sekali kalau diingat bahwa public relations ada kata (s) dibelakangnya yang dalam bahasa Inggris mempunyai arti jamak, sehingga yang

lebih tepat adalah hubungan-hubungan. Namun demikian terjemahan tersebut dari

public opinion menjadi pendapat umum dan public relations dengan hubungan masyarakat rupanya telah diterima secara luas.

Adapun cara mengetahui adanya opini publik/pengunjung, dapat diketahui

pada tahun 1963, Indonesia berkonfrontasi dengan Belanda mengenai Irian Barat.

Di radio, surat kabar, rapat-rapat umum, pidato-pidato, ceramah-ceramah dan

lain-lain orang membicarakan tentang Irian Barat.

Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung kepada pendapat bahwa Irian

(21)

merebutnya kembali, dan hal inilah yang menjadikan bahwa pendapat-pendapat

itu sangatlah penting dikarenakan dapat mengambil suatu keputusan bersama.

Gejala demikian biasanya disebut public opinion atau opini publik/pengunjung. Adapun dari gejala tersebut diatas, dapat diketahui bahwa

adanya pengertian tentang pendapat itu sama dengan opinion, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan.

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat.

c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

Adapun ciri-ciri tersebut misalnya pendapat mengenai demonstrasi atau

unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan dalam berbagai media

massa terutama surat kabar dan radio. Pendapat-pendapat tersebut akhirnya

merupakan suatu sintesa yakni bahwa masyarakat kita menyetujui gerakan atau

unjuk pendapat yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Akhirnya aksi-aksi yang

digerakkan oleh mahasiswa itu mempunyai pendukung yang lebih besar.

2.1.5.2 Pengertian Opini publik/pengunjung

Opini yang berarti tanggapan ataupun pendapat merupakan suatu jawaban

terbuka terhadap suatu persoalan ataupun isu. Menurut Cutlip dan Center

(Sastropoetro, 1990 : 41), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai

suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan

tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang

berbeda-beda.

Menurut Bernard Berelson dalam tulisannya berjudul “Communication

and Public Opinion” (Komunikasi dan Pendapat/Opini publik/pengunjung)

mengemukakan bahwa dengan pendapat publik/pengunjung diartikan people’s response atau jawaban rakyat (persetujuan, ketidaksetujuan/penolakan atau sikap acuh tak acuh) terhadap issue-issue/hal-hal yang bersifat politis dan sosial yang memerlukan perhatian umum, seperti hubungan internasional, kebijaksanaan

dalam negeri, pemilihan (umum) untuk calon-calon, dan hubungan antar

(22)

Menurut Emory. S. Bagardus, bahwa publik/pengunjung adalah sejumlah

orang yang dengan suatu acara mempunyai pandangan yang sama mengenai suatu

masalah atau setidak-tidaknya mempunyai kepentingan yang bersama dalam

sesuatu hal (Soenarjo, 1995 : 20). Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya

“Effective Public Relation”, opini publik/pengunjung adalah suatu hasil

penyatuan dari pendapat individu-individu tentang masalah umum (Sastropoetro,

1990 : 52).

2.1.5.3 Proses Pembentukan Opini publik/pengunjung

George Carslake Thompson dalam “The Nature of Public Opinion“ (Sastropoetro, 1990 : 106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik/pengunjung

yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu : 1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau mereka pun boleh tidak

setuju.

2. Mereka dapat berbeda dalam perkiraan atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan.

3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber

data yang berbeda-beda.

Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi terhadap

issue-issue tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang

mempunyai opini yang tegas, mendasarkannya kepada rational grounds atau alasan-alasan yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat

dimengerti oleh orang lain“. Jadi, seperti telah dikemukakan terlebih dahulu dan

perlu diulangi kembali ialah bahwa ada tiga sebab yang menimbulkan adanya

suatu perbedaan pendapat, yaitu :

1. Perbedaan pandangan terhadap fakta.

2. Perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan.

3. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan.

Dasar-dasar rasional yang berhubungan dengan ketiga sebab tadi berarti

disebabkan oleh perbedaan-perbedaan itu, maka timbul kehati-hatian dalam

pandangan agar mencapai suatu keserasian bagi terbentuknya suatu ekstraksi

(23)

Kemudian, dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini

publik/pengunjung, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu :

1. Difusi, yaitu apakah pendapat yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan.

2. Persistence, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya issue karena disamping itu, pendapat pun perlu diperhitungkan.

3. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap issue.

4. Reasonableness atau suatu pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan beralasan.

Dari tahapan-tahapan pembentukan pendapat tersebut dapatlah

dibayangkan bahwa dalam proses itu telah timbul pro dan kontra atau setuju dan

tidak setuju. Semua itu disebabkan oleh kerangka pengetahuan dan pengalaman

masing-masing orang yang berada di dalam publik/pengunjung itu berbeda-beda.

Disamping itu, sifat orang-orang yang bersangkutan pun berbeda-beda juga,

belum lagi kemampuan yang menyangkut pengutaraan pendapat atau isi hatinya.

2.1.5.4 Kekuatan Opini publik/pengunjung

Telah dikemukakan bahwa opini publik/pengunjung atau pendapat

publik/pengunjung sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang suatu hal yang

bersifat kontroversial, merupakan suatu penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat publik/pengunjung melekat beberapa

kekuatan yang sangat diperhatikan :

a. Opini publik/pengunjung dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang

atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial

menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa

dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi dalam

masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada yang

karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya.

b. Opini publik/pengunjung sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya

norma sopan santun dan susila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua

(24)

c Opini publik/pengunjung dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan

bahkan bisa juga menghancurkan suatu lembaga.

d. Opini publik/pengunjung dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu

kebudayaan.

e. Opini publik/pengunjung dapat pula melestarikan norma sosial.

2.1.6 Gaya Hidup

Teori gaya hidup (lifestyle theory) adalah teori yang menyebutkan bahwa tidak semua orang memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang

memiliki gaya hidup yang berbeda diantara beberapa gaya hidup itu telah

memaparkan bahwa banyak orang yang memiliki resiko dari pada gaya hidup

lainnya. Teori gaya hidup ini dikembangkan oleh Hindelang, Gottfredson dan

Garafalo yang berarti berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang

dilakukan dalam kehidupan sehari -hari. Gaya hidup ini dipengaruhi oleh

perbedaan umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pendapatan

keluarga dan ras yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari yang rentan terhadap

resiko-resiko untuk melakukan kejahatan. Gaya hidup ini sangat berpengaruh

pada frekuensi orang berinteraksi dengan jenis gaya hidup tertentu.

Sebuah teori serupa yang dikembangkan oleh Kennedy dan Forde

(1990) menunjukkan bahwa latar belakang dan karakteristik dari aktivitas

sehari-hari berpengaruh pada waktu yang diluangkan dalam gaya hidup yang

beresiko dimana gaya hidup tersebut akan membawa orang kejalan yang

lebih berbahaya lagi. Sementara itu menurut Sampson dan Wooldredge

(1987) menyatakan seseorang dapat menjadi korban terhadap sebuah gaya

hidup apabila mereka terus–menerus berinteraksi dengan kelompok yang

memiliki potensi membahayakan dimana seseorang tersebut memiliki

pertahanan diri yang lemah

Gaya hidup atau dengan bahasa yang lebih memasyarakat disebut dengan

istilah lifestyle merupakan suatu nuansa yang akrab pada pendengaran kita dan langsung dapat kita narasikan dengan hal-hal yang bersifat glamor, kemewahan

(25)

seperti itu, tetapi kenyataannya bahwa asumsi masyarakat tentang kata lifestyle yang identik dengan nilai hura-hura atau negatif.

Suatu fenomena baru yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita,

tepatnya pada kalangan kaum muda-mudi dengan maraknya menjadi member di pusat kebugaran. Akrabnya kaum ini dengan dunia gym ini menjadikan sarana komunikasi sebagai simbol atau bagian dari atribut untuk memenuhi gaya hidup

mereka (Garret, 2003 :19). Dalam kamus bahasa Indonesia kata gaya itu sendiri

dapat diartikan sebagai cara yang benar dan khusus ( Irianto, 2004:98) sedangkan hidup adalah bernyawa atau tidak mati (Irianto, 2004:102), jadi jika disatukan maka gaya hidup merupakan cara yang dilakukan oleh orang yang tidak mati atau

manusia. Namun Garret (2003:57) menekankan bahwa gaya hidup lebih tertuju

kepada cara-cara hidup yang dianggap benar yang menjadi ciri khas dari suatu

kelompok dalam tatanan hidup manusia dan umumnya ini ditemukan pada

masyarakat perkotaan. Hal ini dikarenakan terdapatnya kelompok-kelompok

pergaulan yang terdapat dalam kehidupan masyrakat perkotaan seperti; kaum

sosialita, para pekerja, kelompok usia remaja, anak-anak dan orangtua.

Adapun unsur dan sifat yang khas dalam konsep gaya hidup ini

dikarenakan hal tersebut tidak lazim untuk digunakan sebagai menginformasikan

hal yang bersifat universal, melainkan untuk menginformasikan sesuatu yang

khusus, sehingga secara tak langsung mengandung sifat membandingkan.

Misalnya, adanya istilah gaya hidup yang berbeda, yakni masa kini dan

sebelumnya, demikian halnya dengan gaya hidup kaum selebriti yang dianggap

benar oleh kalangan mereka, sehingga terdapat kecenderungan untuk

menerapkannya dalam kehidupan awam.

Istilah gaya hidup berkaitan erat dengan budaya, kedua istilah tersebut

mengindikasikan cara hidup yang lazim dijalani dan diterapkan dalam kehidupan

manusia sehingga menjadi kebiasaan sekaligus ciri tersendiri. Misalnya istilah

budaya pop atau populer menjadi istilah untuk menyatakan budaya yang dominan.

Hal ini menerangkan bahwa gaya hidup memiliki cakupan yang luas, yaitu

meliputi sisi kehidupan seseorang, jika dilihat dari berbagai aspek maka gaya

hidup itu bisa saja meliputi aspek ekonomi, politik, sosial bahkan kehidupan

(26)

Gaya hidup ini juga mencakup kepada pola konsumsi, dengan demikian

istilah ini sering dihubungkan dengan dunia mode sehingga memiliki

kecenderungan dengan spesifikasi akan identitas diri. Kecenderungan inilah yang

mengakibatkan terbentuknya kelompok-kelompok yang memiliki ciri khas

tersendiri tersebut, yang mana kecenderungan yang telah menjadi kelompok

tersebut akan meluas menjadi interaksi dalam pergaulan yang khusus, dan

biasanya terbentuk oleh adanya kesamaan minat, tujuan, profesi dan lain

sebagainya (Garret, 2003:60).

Engel (2003:308) mengemukakan bahwa gaya hidup adalah sesuatu yang

berada di luar dari kepribadian. Gaya hidup adalah konsep yang kontemporer,

lebih komprehensif dan lebih berguna daripada kepribadian atau dengan kata lain

gaya hidup merupakan pola di mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta

uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran

sebelumnya.

Jadi jelasnya apa yang dimaksud dengan gaya hidup ini sangat identik

sekali dengan kata trend, yaitu bentuk aktivitas pada kelompok tertentu dalam

rangka memperoleh pengakuan dari pihak lain yang berada di luar kelompoik

sosial tertentu pasti menjadi bahasa kebanyakan orang untuk menyebutkan bahwa

itu adalah gaya hidup kelompok tersebut. Gaya hidup yang akan diteliti disini

adalah tren gaya hidup kaum urban yang berolahraga di berbagai pusat kebugaran

yang berlokasi di tempat-tempat hiburan seperti mall.

2.1.7 Penelitian Terdahulu

Berikut ini ada beberapa penelitian dari luar negeri dan juga dalam negeri

yang menceritakan tentang opini dan juga gaya hidup. Pertama adalah penelitian

yang dilakukan oleh Siti Zaleha Shafi’e & Fariza Md. Sham di Malaysia pada

tahun 2013. Gaya hidup merupakan satu ciri tingkah laku dalam diri individu

yang terdapat di dalamnya beberapa elemen iaitu hubungan sosial, penggunaan,

hiburan dan cara berpakaian yang menjadi kelaziman dan tindakan berdasarkan

logik. Gaya hidup yang diamalkan adalah melambangkan kepada sikap, nilai dan

pandangan individu. Justru, gaya hidup ialah cara untuk memupuk konsep diri

(27)

ini, satu kajian literatur terhadap gaya hidup dalam kalangan remaja sekolah

dibuat. Kajian ini adalah bertujuan untuk menyingkap konsep berkenaan gaya

hidup dari sudut pandangan para sarjana, menganalisis teori-teori gaya hidup yang

telah dikeluarkan oleh sarjana Islam dan Barat serta perbedaannya dan mengkaji

bentuk-bentuk serta faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup remaja.

Secara keseluruhan, kajian ini adalah tertumpu kepada konsep gaya hidup.

Untuk tujuan ini, kajian secara kepustakaan telah dilakukan iaitu kajian secara

analisis kandungan yang melibatkan pencarian bahan-bahan seperti buku-buku,

kertas kerja, jurnal, laporan tesis dan artikel. Kajian kepustakaan digunakan dalam

kajian ini bagi membolehkan pengkaji mendapat pengetahuan dan kefahaman

yang mendalam dari aspek teorikal yang menjadi fokus kajian. Hasil kajian

menemukan konsep sebenar gaya hidup dan terdapat beberapa kaitan antara teori

gaya hidup yang dikeluarkan oleh para sarjana Islam dan para sarjana Barat. Ini

karena, para sarjana Islam berpegang kepada teori gaya hidup Islam yang

berlandaskan kepada al-Quran dan al-Sunnah. Manakala, sarjana Barat berpegang

kepada gaya hidup yang berdasarkan kepada kegiatan, minat dan pendapat

individu. Justru, kajian ini menemui konsep dan teori gaya hidup Islam dan Barat

yang jelas perbedaannya agar ia menjadi satu garis panduan dan memberi sumbangan terhadap bidang ilmu.

Penelitian berikutnya masih dilakukan oleh mahasiswa dari luar negeri

yakni oleh Jac Brown dan Doug Graham pada tahun 2008. Penelitian ini berkaitan

dengan kepuasan akan bentuk tubuh pada pria yang aktif dalam kegiatan gym di

pusat kebugaran, sebuah ekplorasi dari seksualitas, gender dan juga narsisme.

Penelitian ini bersifat membandingkan antara 80 orang pria yang terdiri dari pria

yang normal dan juga pria homosekual di Australia. Dalam penelitian ini

diketahui bahwa, ada perbedaan antara tujuan yang ingin dicapai kedua kelompok

pria tersebut datang berolahraga di berbagai pusat kebugaran yang biasa disebut

tempat gym. Kelompok pria homoseksual mendatangi tempat gym sebagai bagian dari trend gaya hidup kelompok gay urban yang memiliki jiwa narsis dan

kepribadian perfeksionis yang sangat mementingkan keindahan bentuk tubuh.

(28)

memilih untuk berolahraga untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan

menjernihkan pikiran.

Selanjutnya adalah penelitian yang berasal dari dalam negeri yang

dilakukan oleh Rohmadian, mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP UPN

Veteran, Surabaya, tahun 2010 silam. Judul Penelitian ini adalah Pengaruh Gaya

Hidup (Lifestyle) Terhadap Komitmen Pelanggan Dalam Menggunakan Jasa

Fitnes Pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool di Surabaya. Konsumen di dalam memilih dalam suatu produk jasa dipengaruhi oleh faktor

perilaku. Karena suatu kebutuhan konsumen memutuskan menggunakan suatu

produk, perkembangan trend memiliki tubuh yang sehat dan pentingnya kesehatan

berkembang kalangan masyarakat dewasa ini yang mulai sadar akan kebutuhan

badan yang sehat dan bugar menjadi dasar bagi pengusaha di bidang jasa alat

kebugaran dan sarana fitnes membidik pangsa pasar yang potensial ini.

Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen

mengambil keputusan utuk menjadi member di perusahaan tersebut sehingga pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan

bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap jasa yang

diterimanya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah gaya hidup (lifestyle) berpengaruh secara simultan dilihat dari Aktivitas, Minat, Opini terhadap komitmen pelanggan

dalam menggunakan jasa fitness pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool?Apakah gaya hidup (lifestyle) berpengaruh secara parsial dilihat dari Aktivitas, Minat, Opini terhadap komitmen pelanggan dalam menggunakan

jasa fitnes pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool? Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan pada bulan

Maret 2010 sampai dengan Mei 2010 sebanyak 162 orang pada The Body Art Aerobic, Fitness and Swimming Pool di Surabaya.

Dikarenakan 162 pelanggan tersebut merupakan member-member yang aktif dan hadir dalam mengikuti fitness pada The Body Art Aerobic, Fitness and

Swimming Pool di Surabaya. Adapun metode dan pemilihan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sampel nonprobabilitas (Non probability

(29)

dengan menggunakan uji F menunjukan adanya pengaruh secara signifikan antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Dari data yang ada menunjukan bahwa

variabel bebas Gaya Hidup dilihat dari Aktifitas (X1), Minat (X2), Opini (X3)

berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat yaitu Komitmen Pelanggan

(Y). Secara parsial variabel Aktifitas (X1) tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel Komitmen Pelanggan (Y), dan variabel Minat (X2) berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel Komitmen Pelanggan (Y), dan variabel Opini

(X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel Komitmen Pelanggan (Y).

Terakhir adalah penelitian skripsi yang dilakukan oleh Anastasya Marina,

Manajemen FE USU tahun 2011. Penelitian ini berjudul pengaruh gaya hidup

terhadap pengambilan keputusan konsumen pada Restoran Nelayan Sun Plaza.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh aktivitas, minat

dan opini pada Restoran Nelayan. Penelitian dilakukan pada konsumen Restoran

Nelayan Sun Plaza Medan Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen

Restoran Nelayan yang sulit untuk diketahui, maka dengan menggunakan rumus

unidentified diperoleh jumlah sampel sebanyak 96 orang.

Teknik penarikan sampel dengan menggunakan Accidental Sampling yaitu

siapa saja yang kebetulan bertemu dapat dijadikan sampel jika memenuhi kriteria.

Metode analisi yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode

analisis regresi berganda. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif, dan data

yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui

studi dokumentasi dan daftar pertanyaan yang pengukurannya menggunakan skala

likert dan diolah secara statistic dengan program SPSS 18.00 for windows, yaitu

model uji-t, uji F dan koefisien determinasi (R2). Hasil yang didapat dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan aktivitas, minat dan opini,

berpengaruh positif dan signifikan pada keputusan konsumen Restoran Nelayan.

Secara parsial dapat dilihat variabel aktivitas merupakan variabel yang paling

dominan mempengaruhi keputusan konsumen pada Restoran Nelayan. Nilai

Adjusted R Square =0,253, berarti 25,3% faktor-faktor yang mempengaruhi minat

konsumen dapat dijelaskan oleh variabel bebas (aktivitas, minat dan opini)

(30)

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang

bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan

dapat mengantarkan penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian

pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001:40). Konsep adalah penggambaran secara

tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan

untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu

yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam

menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah

yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka

harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel. Konsep atau

variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah opini publik terhadap fitness

centre sebagai bagian dari tren gaya hidup masyarakat modern di Kota Medan.

Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun Plaza Medan sebagai Gaya

Hidup Masyarakat Modern di Kota Medan.

2. Karakteristik responden. Karakteristik responden adalah nilai-nilai

yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakannya dengan

orang lain, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan penghasilan

2.3 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan

permasalahan-permasalahan terkait antara yang satu dan yang lainnya.

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi

(31)
[image:31.595.147.517.82.232.2]

Gambar 2.2 Model Teoritis

2.4 Operasional Konsep

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

atas, maka untuk mempermudah penelitian diperlukan suatu operasional variabel

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Konsep Operasional

KonsepTeoritis Konsep Operasional

Opini pengunjung Celebrity Fitness

Sun Plaza Medan terhadap fitness center sebagai gaya hidup masyarakat modern/urban

1. Aspek ekonomi

2. Aspek sosial

3. Aspek budaya

4. Aspek kesehatan

5. Perhatian

6. Pengertian

7. Penerimaan

Karakteristik Responden 1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Pendidikan

4. Pekerjaan

5. Penghasilan

Konsep

Fitness Centre dan gaya hidup

Konsep

Opini Pengunjung Celebrity Fitness Sun

[image:31.595.108.512.379.677.2]
(32)

2.5 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur

suatu variabel (Singarimbun, 2005:46).

Defenisi operasional konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Konsep opini pengunjung/member Celebrity Fitness Medan yang terdiri dari:

a. Aspek ekonomi adalah hal-hal yang berkaitan dengan tingkat

keuangan seseorang yang pada akhirnya melatarbelakangi orang

tersebut bergabung menjadi member Celebrity Fitness.

b. Aspek sosial adalah hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan

dimana orang tersebut hidup yang menyebabkan dirinya terpengaruh

untuk bergabung memnjadi member Celebrity Fitness.

c. Aspek budaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budaya yang

dianut seseorang dalam menyikapi satu peristiwa, dalam penelitian ini

berupa budaya pop pada masyarakat urban yang membuat seseorang

memutuskan untuk bergabung menjadi member Celebrity Fitness. d. Aspek kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan alasan

kesehatan yang membuat seseorang memutuskan untuk bergabung

menjadi member di Celebrity Fitness Medan.

e. Perhatian adalah atensi yang diberikan responden, yakni perhatian

mengenai menjamurnya kehadiran fitness center/ pusat kebugaran di

kota Medan

f. Pengertian adalah responden mengerti untuk melanjutkan proses

berikutnya

g. Penerimaan adalah setelah responden memperhatikan dan mengerti,

maka terjadilah kesediaan untuk menerima sehingga dapat mengubah

(33)

2. Konsep Karakteristik Responden terdiri dari:

a. Usia , yaitu tingkatan umur responden.

b. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan

sampel

c. Pendidikan, yaitu jenjang sekolah yang dimiliki oleh responden.

d. Pekerjaan, yaitu mata pencarian responden.

e. Penghasilan/uang saku, yaitu faktor ekonomi yang ada pada

responden berupa jumlah uang yang didapat dari mata

pencahariannya.

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Celebrity Fitness Medan yang berlokasi di Mall

Sun Plaza Lantai 4 B06, Jl. Zainal Arifin No. 7 Medan 20152.

3.1.2 Sekilas mengenai Celebrity Fitness

Celebrity Fitness™ adalah rantai fitness terbesar di Indonesia dan

Malaysia, perusahaan kesejahteraan, kesehatan dan kebugaran dengan

perkembangan tercepat di Asia Tenggara dan mempunyai lebih dari 170.000

member di sekitar 50 klub di empat negara. Celebrity Fitness menawarkan konsep gaya hidup yang unik, perpaduan pusat kebugaran dengan atmosfer hiburan;

memastikan latihan yang berenergi tinggi, memotivasi dan menghibur. Banyak

member bergabung tidak hanya untuk berolahraga; namun juga untuk menambah teman, berpartisipasi dalam kelas, rileks dan bersantai di lounge klub yang hip.

Klub Celebrity Fitness biasanya berlokasi di dalam pusat perbelanjaan agar

setelah berolahraga, member dapat berbelanja, makan, menjemput anak dari kelas tambahan atau pergi ke bioskop dengan nyaman. Hal ini membantu para member Celebrity Fitness untuk menggabungkan latihan sehat dengan rutinitas harian

mereka yang padat, yang kemudian membuat mereka cenderung menjadi member lebih lama dan oleh karena itu melihat manfaat kesejahteraan nyata dari

kenggotaan gym mereka

(http://www.celebrityfitness.co.id/celebrity-fitness/who-we-are).

Celebrity Fitness memimpin industri kebugaran di Asia Tenggara dengan

menyingkapkan rangkaian program kebugaran baru yang eksklusif dan menarik

termasuk bersepeda freestyle – Celebrity Fitness Peloton™, yoga lanjutan yang

sungguh inovatif – Celebrity Fitness Floating Yoga™ ditambah serangkaian

program aerobik dansa eksklusif yang diinspirasi selebriti di bawah nama merek

DNA – Dance N 'Attitude™. Pelatih Pribadi Celebrity Fitness – yang disebut juga

(35)

tinggi dalam bisnis kebugaran. Kami berinvestasi pada teknologi dan peralatan

fitness terbaru termasuk TRX, VIPR, Bosu dan Kinesis.

Celebrity Fitness didirikan pada tahun 2003 oleh para veteran 24 hours

Fitness Amerika: John Franklin, Mike Anderson dan John J Sweeney dengan

pegawai Indonesia lokal pertama mereka Hendra Nugraha. Celebrity mulai

beroperasi pada bulan Februari 2004 dengan pembukaan klub EX Jakarta yang

inovatif. Nama 'Celebrity' secara spesifik dipilih untuk menyampaikan setiap

member klub adalah selebriti tersendiri; bisa memiliki pelatih pribadi mereka seperti bintang film; dan bisa berlatih di lingkungan yang diinspirasi oleh tempat

berkumpulnya selebriti di Hollywood dan Beverly Hills. Pada tahun 2005,

Celebrity Fitness memasuki pasar Malaysia dengan membuka klub pertama di 1

Utama Mall, Kuala Lumpur. Pada tahun 2007, mayoritas pemegangan saham

Celebrity Fitness diakuisisi oleh Navis Capital Partners, dengan akuisisi

California Fitness Malaysia berikutnya, ekspansi ke India dan Singapura. Presiden

Direktur & CEO Group adalah Martin Darby.

Celebrity Fitness telah menerima banyak penghargaan dan pujian,

memenangkan Top Brand (merek fitness terbaik) yang prestisius selama lima

tahun berturut-turut (2009-13); Majalah Men's Health (Gym Terbaik Secara

Keseluruhan). Para instruktur Celebrity Fitness adalah Ambasador Adidas atau

Puma Sports. Celebrity Fitness adalah sponsor utama kampanye Support Our

Local Heroes dan dengan bangga mendukung Breast Cancer Wellness

Association (BWCA), kampanye Surabaya HIV Awareness dan Yayasan

Komunitas Anak-Anak Penderita Kanker (Children with Cancer). Celebrity

Fitness memegang rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk jumlah orang

terbanyak yang mengendarai speda statis dan orang terbanyak yang berkumpul

untuk acara kelas yoga.

Celebrity Fitness terkenal untuk kelas-kelasnya dan Celebrity Fitness

Group Instructor memiliki klub penggemar pribadi yang besar dan follower di

media sosial. Celebrity Fitness adalah satu dari sedikit rantai fitness yang

mensponsori instruktur ekspatriat dari seluruh dunia termasuk Brazil, Spanyol,

Rusia, India dan Jepang. Para instruktur ini bekerja bersama dengan bakat lokat

(36)

Celebrity Fitness dengan bangga menawarkan Les Mills™, Zumba™ dan

program yang dirancang secara internasional lainnya, ditambah lagi Celebrity

Fitness berada di depan dalam merancang dan mengembangkan kelas-kelas

terdepan, disesuaikan untuk selera fitness Asia. Program kelas fitness eksklusif

Celebrity Fitness diciptakan sendiri oleh salah satu kemitraan fitness di dunia,

yang dipimpin oleh guru inovasi fitness JJ Sweeney dan istrinya sang Superstar

Instruktur Grup Miho Araki .

Komentator industri ini telah mereferensi Celebrity Fitness sebagai pusat

kebugaran yang unik di Asia karena benar-benar menciptakan desain studio

berbeda dan program fitness yang menonjol di masyarakat. Menawarkan sesuatu

yang baru, dan inspiratif yang memenuhi pertumbuhan keinginan Asia untuk

exertainment (olahraga hiburan). Kelas dansa khususnya, seringkali ditemani oleh

pencahayaan teatrikal, sistem suara dan kostum mutakhir.

Program eksklusif Celebrity Fitness termasuk bersepeda freestyle – Celebrity

Fitness Peloton™, yoga lanjutan yang benar-benar inovatif – Celebrity Fitness

Floating Yoga™ ditambah serangkaian program aerobik dansa ekslusif yang

diinspirasi selebriti di bawah nama merek DNA – Dance N 'Attitude™.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan berbentuk deskriptif.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001 : 63).

Adapun penelitian deskriptif ditujukan untuk (Rakhmat, 2004: 25):

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala-gejala

yang ada.

2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang

berlaku.

(37)

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang

sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan

keputusan pada waktu yang akan datang.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan anggota subjek penelitian yang memiliki

kesamaan karakteristik. Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,

udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek

ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001: 99).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh member yang terdaftar di Celebrity Fitness Sun Plaza Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian

administrasi Celebrity Fitness Sun Plaza Medan, jumlah member yang masih aktif adalah 906 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan

cara-cara tertentu (Nawawi, 2000: 144). Pada dasarnya, sampel merupakan bagian dari

populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan

mempunyai sifat yang sama dengan populasi. Ukuran sampel dalam penelitian ini

ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan

tingkat kepercayaan 90 %.

Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%

(Rakhmat, 2004

Gambar

Gambar 2.1 Model S-O-R
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait