• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI

PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN

WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI,

PAPUA BARAT

RAWATI PANJAITAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011

Rawati Panjaitan NRP G352090051

(3)

ABSTRACT

RAWATI PANJAITAN. Butterfly Community of Superfamily Papilionoidea (Lepidoptera) at Gunung Meja Recreational Forest Area, Manokwari, Papua Barat. Supervised by TRI ATMOWIDI and DJUNIJANTI PEGGIE.

Gunung Meja, one of the forest areas in Manokwari, West Papua province, has been designated as a recreational forest since 1980. Gunung Meja covers 460.25 ha and is located at 75 – 175 m asl. Gunung Meja is directly adjacent to residential areas, so that the community activities, such as felling trees and gardening are often conducted in the area. These can interfere with the existence of flora and fauna inside, including butterflies. To know the impact of intrusive human activities on the forest area, it is necessary to obtain basic information about what flora and fauna are present there. This study aims to record the butterfly community in the area. Observations of butterflies were done by scan sampling on primary forest, secondary forest, gardens and settlements. Sampling and measurement of environmental parameters were performed in the morning and afternoon for seven weeks. This study recorded 113 species and 4.049 individuals of butterflies. There were 75 species in primary forest, 77 species in secondary forest, and 63 species in gardens and settlements. The number of species found was still increasing until the last day of the observation. Shannon-Wiener index (H’) calculation showed that diversity in primary and secondary forests were 3.48 and 3.50, respectively, thus classified as high (H’ > 3). Sorensen index calculation (CN) showed high value reaching 0.5 quantitatively. The

numbers of butterflies both species number and individual number, observed in the morning were higher than those in the afternoon. There was significant effect (P < 0.05) of temperature, RH, light intensity, and canopy coverage to the number of individual butterflies. The result of PCA analysis showed that the environmental parameters in primary forest, secondary forest, gardens and settlements influenced the number of species and number of individuals.

(4)

RINGKASAN

RAWATI PANJAITAN. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE.

Kupu-kupu Papilionoidea merupakan anggota dari ordo Lepidoptera, yang mempunyai keunikan dan ciri khas corak warna sayap yang indah. Salah satu kelompok kupu-kupu yang bernilai ekonomi tinggi di Papua adalah kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera spp.) yang beberapa diantaranya berstatus endemik.

Papua mempunyai keragaman serangga yang tinggi, yaitu sekitar 300.000 spesies sudah diidentifikasi dan 960 spesies merupakan kelompok Lepidoptera. Kupu-kupu Papilionoidea yang sudah didata di Papua New Guinea sebanyak 568 spesies, 60% diantaranya merupakan spesies endemik di Kepulauan Papua. Di Papua khususnya, penelitian keanekaragaman spesies dan distribusi kupu-kupu masih kurang. Gunung Meja merupakan salah satu hutan di Manokwari, Provinsi Papua Barat yang belum terdata keragaman spesies kupu-kupunya.

Pengamatan kupu-kupu dilakukan dengan survei menggunakan metode scan sampling. Scan sampling dilakukan di sepanjang jalur yang sudah ada di tiga tipe habitat, yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman. Penelitian diawali dengan mengukur titik koordinat dengan menggunakan GPS pada setiap tipe habitat penelitian. Pada saat pengamatan kupu-kupu, dilakukan juga pengukuran parameter lingkungan, yaitu suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, tutupan kanopi, dan curah hujan setiap satu jam di setiap tipe habitat yang diamati. Di sepanjang jalur pengamatan dilakukan penghitungan dan identifikasi spesies kupu-kupu yang ditemukan. Kupu-kupu yang tidak dapat diidentifikasi langsung pada saat pengamatan di lapangan, diambil sampelnya dengan menggunakan jaring serangga dan pinset serangga, kemudian dimasukkan dalam amplop spesimen untuk diidentifikasi di laboratorium. Pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan sebanyak 11 kali ulangan pada setiap tipe habitat dalam dua periode, yaitu pagi (pukul 08.00 – 12.00 WIT) dan siang hari (pukul 12.00 – 16.00 WIT).

Keragaman kupu-kupu dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan nilai evenness. Kesamaan spesies kupu-kupu antar lokasi penelitian, dianalisis dengan indeks kesamaan Sorensen kuantitatif (CN). Jumlah spesies dan

(5)

Di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja, ditemukan 113 spesies kupu-kupu dari 4.049 individu kupu-kupu dalam kurun waktu penelitian ini. Kupu-kupu yang ditemukan termasuk dalam lima famili, yaitu Papilionidae (14 spesies), Pieridae (13 spesies), Riodinidae (1 spesies), Lycaenidae (29 spesies), dan Nymphalidae (55 spesies). Keragaman spesies kupu-kupu tinggi di kawasan Gunung Meja (H’ = 4.08). Di hutan primer, keragaman spesies (H’ = 3.50) lebih tinggi dibandingkan dengan di kebun dan pemukiman (H’ = 2.83). Hal ini disebabkan di Gunung Meja terdapat hutan heterogen, hutan homogen, dan ada juga kebun dan pemukiman yang memungkinkan sebagai habitat untuk komunitas kupu-kupu. Nilai evenness (E) data kupu-kupu di Gunung Meja tergolong tinggi (E = 0.86). Di hutan primer dan hutan sekunder, nilai evennessnya, masing-masing E = 0.81, sedangkan di kebun dan pemukiman adalah E = 0.68.

Di kawasan Gunung Meja ditemukan lima famili dan 14 subfamili kupu-kupu. Subfamili yang paling banyak ditemukan dari famili Nymphalidae, yaitu 9 subfamili. Jumlah spesies paling tinggi dari subfamili Polyommatinae, yaitu 19 spesies. Kupu-kupu yang paling banyak ditemukan dari famili Nymphalidae. Hal ini disebabkan jumlah anggota famili Nymphalidae lebih banyak dibandingkan dengan famili lainnya. Jumlah spesies paling rendah, yaitu subfamili Apaturinae (1 spesies dengan 1 individu) dan subfamili Riodininae (1 spesies dengan 2 individu).

Jumlah spesies kupu-kupu di hutan primer dan di hutan sekunder (75 dan 77 spesies) lebih tinggi, dibandingkan di kebun dan pemukiman (63 spesies). Jumlah individu kupu-kupu paling banyak ditemukan di kebun dan pemukiman (1931 individu). Hal ini karena kupu-kupu yang ditemukan adalah spesies yang umum, yang mempunyai kelimpahan tinggi. Kupu-kupu yang paling banyak ditemukan di kebun dan pemukiman adalah Junonia hedonia (264 individu), Mycalesis terminus (231 individu), M. phidon (204 individu), Eurema hecabe (157 individu), dan Catopsilia pomona (102 individu). Di hutan sekunder, ditemukan 1119 individu dan di hutan primer ditemukan 999 individu. Di hutan primer, akses masuk ke dalamnya sulit akibat rapatnya tumbuhan, sehingga mengurangi jarak pandang pada saat pengamatan, dibandingkan di hutan sekunder, kebun dan pemukiman. Spesies yang ditemukan di hutan primer (18/ 16% spesies) kupu-kupu yang hanya ditemukan di hutan tersebut dan jarang ditemukan di hutan sekunder atau di kebun dan pemukiman.

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesamaan Sorensen kuantitatif (CN),

kesamaan kupu-kupu antara hutan primer dengan hutan sekunder tinggi (CN =

0.50), antara hutan primer dengan kebun dan pemukiman rendah (CN = 0.22).

Jumlah spesies dan jumlah individu kupu-kupu penyusun komunitas di hutan primer dengan hutan sekunder tergolong tinggi. Vegetasi dan kondisi lingkungan antara hutan primer dan hutan sekunder tidak terlalu jauh berbeda, sehingga memungkinkan spesies dapat hidup di kedua lokasi tersebut.

(6)

Kupu-kupu yang ditemukan pagi hari (pukul 08.00 – 12.00 WIT) lebih banyak dibandingkan pada siang hari (pukul 12.00 – 16.00 WIT). Tingginya jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan pada pagi hari, dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Selain itu, kemungkinan disebabkan pada saat pengamatan pada sore hari (mulai pukul 15.00 WIT) sering gerimis hingga hujan deras, sehingga kupu-kupu menjadi kurang aktif.

Kondisi lingkungan pada saat pengamatan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman bervariasi. Suhu rata-rata pada hutan primer dan hutan sekunder tidak menunjukkan perbedaan yang tinggi. Suhu rata-rata saat penelitian berkisar antara 24 – 26oC. Kelembapan, suhu udara, intensitas cahaya, dan tutupan kanopi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah individu kupu-kupu (nilai r2 dan p berturut-turut: r2 = 0.18, p = 0.02; r2 = 0.51, p = 0.00004; r2 = 0.31, p = 0.04, dan r2 = 0.33, p = 0.0005 ). Kecepatan angin dan curah hujan tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0.78, dan p = 0.41) terhadap komunitas kupu-kupu. Hasil analisis PCA menunjukkan jumlah individu kupu-kupu dipengaruhi oleh kecepatan angin, intensitas cahaya, suhu dan curah hujan di habitat kebun dan pemukiman. Sedangkan jumlah spesies dipengaruhi oleh kelembaban dan tutupan kanopi di hutan sekunder.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)
(9)

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI

PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN

WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI,

PAPUA BARAT

RAWATI PANJAITAN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Judul Tesis : Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat

Nama : Rawati Panjaitan NIM : G352090051

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Tri Atmowidi, M.Si Djunijanti Peggie, M.Sc, Ph.D

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Biosains Hewan

Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2010 adalah kupu-kupu, dengan judul Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Tri Atmowidi, M.Si dan Ibu Djunijanti Peggie, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Eronika Harianja beserta staf Stasiun Meteorologi Manokwari, serta kepada saudara Arman, Harapan, Agus dan Harun dari mahasiswa UNIPA Manokwari, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dowansiba dan masyarakat Anggori yang sudah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, suami serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumban Baringin pada tanggal 7 Juni 1982 dari ayah Selamat Panjaitan (alm) dan ibu Rusti Siagian. Penulis merupakan putri keenam dari delapan bersaudara.

Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Jayapura dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Cenderawasih Jayapura melalui jalur Ujian Lokal Masuk UNCEN. Penulis memilih Jurusan Biologi, Fakultas MIPA lulus pada Tahun 2004. Pada Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan sekolah Pascasarjana (S2) di Biosains Hewan IPB dengan sponsor BPPS.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 14

DAFTAR GAMBAR ... 14

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kontribusi Penelitian ... 3

Bagan Alur Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Biologi Kupu-Kupu ... 5

Klasifikasi Kupu-kupu ... 6

Penyebaran Kupu-kupu ... 8

Keragaman Kupu-kupu di Papua ... 9

Deskripsi Hutan Primer, Hutan Sekunder, Kebun dan Pemukiman ... 10

BAHAN DAN METODE ... 11

Waktu dan Tempat ... 11

Alat dan Bahan ... 11

Metode ... 12

Preservasi dan Identifikasi Spesimen Kupu-kupu... 13

Analisis Data ... 14

HASIL ... 15

PEMBAHASAN ... 35

SIMPULAN DAN SARAN ... 40

Simpulan ... 40

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Jumlah famili, subfamili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, dan

evenness kupu-kupu di Gunung Meja ... 18

2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di Gunung Meja ... 19

3 Spesies kupu-kupu yang ditemukan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman di Gunung Meja ... 20

4 Indeks Sorensen kuantitatif (CN) kupu-kupu di habitat hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman ... 27

5 Rata-rata nilai parameter lingkungan di hutan primer, hutan sekunder dengan kebun dan pemukiman di Gunung Meja ... 30

6 Korelasi Pearson, nilai p, dan persamaan regresi antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di Gunung Meja ... 30

7 Tumbuhan pakan larva kupu-kupu yang ditemukan pada lokasi pengamatan di Gunung Meja ... 33

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Bagan alur penelitian. ... 4 

2 Alat-alat yang digunakan pada penelitian kupu-kupu ... 11 

3 Tipe habitat di kawasan Gunung Meja ... 17 

4 Kupu-kupu famili Papilionidae yang sering ditemukan di Gunung Meja ... 24 

5 Kupu-kupu famili Pieridae yang sering ditemukan di Gunung Meja ... 25 

6 Kupu-kupu famili Lycaenidae yang sering ditemukan di Gunung Meja ... 25 

7 Kupu-kupu famili Nymphalidae yang sering ditemukan di Gunung Meja ... 26 

8 Jumlah spesies kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman pada pengamatan pagi dan siang... 27 

9 Jumlah individu kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman pada pengamatan pagi dan siang ... 28 

10 Kurva akumulasi penambahan jumlah spesies kupu-kupu per hari di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman. ... 29 

11 Scatter plot antara jumlah individu dengan parameter lingkungan di Gunung Meja ... 31 

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Papua merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang mempunyai keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi dengan tipe ekosistem yang beragam serangga adalah salah satu kelompok fauna yang keragamannya tinggi. Di Papua, jumlahnya mencapai 300.000 spesies, 960 spesies diantaranya adalah Lepidoptera (Muller 2005).

Lepidoptera terdiri dari 45 superfamili dan satu di antaranya adalah superfamili Papilionoidea yang mencakup kupu-kupu. Superfamili Papilionoidea terdiri dari famili Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae, dan Nymphalidae (Kristensen 2007).

Kupu-kupu Papilionoidea yang sudah dilaporkan di Papua sebanyak 507 spesies (Barano 2000 dalam Muller 2005). Penelitian keanekaragaman spesies dan distribusi kupu-kupu di Papua, masih kurang. Penelitian yang sudah dilakukan yaitu masih terbatas di sebelah utara Kepulauan Papua, yaitu Sarmi, Memberamo, Biak, Jayapura, dan Habema (Mastrigt & Sibatani 1991). Di daerah kepala burung Papua sebelah barat yaitu Pegunungan Arfak dilaporkan terdapat 113 spesies (Panjaitan 2008), dan di Fakfak. Di kepulauan Moor dan Mambor juga telah dilakukan survei (Panjaitan, belum dipublikasikan). Penelitian yang telah dilakukan belum menjangkau semua wilayah yang ada di Papua, termasuk Gunung Meja.

(16)

Kehutanan Papua dan Maluku dan Universitas Negeri Papua). Letaknya yang strategis ini membuat peranannya sangat penting bagi masyarakat Manokwari. Fungsi utama Gunung Meja adalah sebagai sumber air. Selain itu, kawasan hutan ini juga berfungsi sebagai laboratorium hidup, tempat pendidikan dan pelatihan, dan salah satu sumber plasma nuftah.

Letak Gunung Meja yang strategis juga mengakibatkan tekanan dan ancaman terhadap flora dan fauna termasuk kupu-kupu semakin meningkat. Laju pembangunan di Manokwari sebagai ibu kota Propinsi Papua Barat yang didukung oleh program percepatan pembangunan Indonesia Timur dan pemberian otonomi khusus (Undang-Undang No.21 Tahun 2001), secara langsung ataupun tidak langsung berdampak juga pada pembukaan lahan, termasuk di kawasan Gunung Meja. Perladangan berpindah oleh masyarakat lokal di Gunung meja, juga mengakibatkan kerusakan hutan. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian terhadap komunitas flora dan fauna yang terdapat di kawasan ini. Salah satunya adalah komunitas kupu-kupu dan keragaman kupu-kupu yang hingga saat ini belum teridentifikasi seluruhnya. Sebagai areal hutan wisata, maka komunitas flora dan fauna yang ada di kawasan Gunung Meja harus dijaga kelestariannya dengan baik untuk memelihara keseimbangan dan keserasian ekosistem alami, termasuk di dalamnya komunitas kupu-kupu.

(17)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komunitas dan keragaman kupu-kupu berdasarkan tipe habitat di kawasan hutan wisata Gunung Meja, Kabupaten Manokwari. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari pengaruh parameter lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, curah ujan, kecepatan angin, dan tutupan kanopi) terhadap keragaman kupu-kupu di Gunung Meja.

Kontribusi Penelitian

(18)

Bagan Alur Penelitian

Bagan alur penelitian komunitas kupu-kupu di Gunung Meja adalah sebagai berikut (Gambar 1):

Gambar 1 Bagan alur penelitian. Faktor biotik:

 Tanaman inang

 Tanaman sumber nektar

 Predator

 Musuh alami

Keragaman kupu-kupu

Faktor lingkungan :

 Kanopi

 Kelembaban

 Suhu

 Ketinggian

 Musim

Karakter morfologi :

Identifikasi spesies berdasarkan karakter morfologi sayap

Analisis data

Rekomendasi :

 Pemerintah (Litbang Kehutanan Papua dan Maluku)

 Universitas terkait

(19)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Kupu-Kupu

Kupu-kupu termasuk dalam ordo Lepidoptera yang memiliki ciri bentuk dewasanya mempunyai dua pasang sayap yang ditutupi dengan bulu-bulu atau sisik. Bentuk tubuh kupu-kupu memanjang seperti tabung dengan simetri bilateral yakni, tubuh bagian sebelah kiri dan kanan sama. Tubuh kupu-kupu terbagi atas tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala dilengkapi dengan antena, mulut, dan mata. Antena berjumlah satu pasang yang tergulung di bawah kepala yang berfungsi sebagai alat penciuman. Bentuk antena panjang, ramping, dan membongkol pada ujungnya. Tipe alat mulut kupu-kupu dewasa adalah mengisap, yang dilengkapi dengan probosis. Probosis biasanya panjang dan melingkar yang terbentuk dari dua galea maksila dan saluran makanan di antara galea. Pada mulut juga terdapat labrum dan palpus labium. Mata majemuk sepasang dan kadang-kadang ada oceli atau mata tunggal. Toraks terbagi tiga bagian, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada toraks terdapat tiga pasang tungkai dan dua pasang sayap. Pada sisik sayap, terdapat corak warna yang unik dan umumnya sayap belakang lebih kecil dari pada sayap depan. Bagian abdomen terdapat sistem pencernaan, ekskretori, dan reproduksi (Triplehorn & Johnson 2005).

(20)

sistem pernafasan terbuka (open respiratory system). Sistem trakea adalah suatu sistem saluran kutikula yang bermuara dari luar tubuh hingga ke spirakel, yang terletak pada bagian lateral tubuh. Sistem reproduksinya bersifat gonokoristik, yaitu alat kelamin pada individu jantan dan betina terpisah. Sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali yang terdiri dari ganglion-ganglion pada setiap ruas tubuh. Kupu-kupu merupakan salah satu hewan berdarah dingin atau poikilotermik, yaitu suhu tubuh dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh kupu-kupu yang optimal pada saat terbang adalah berkisar antara 20 – 30oC (Triplehorn & Johnson 2005).

Kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna, yang dimulai dari telur – larva (ulat) – pupa (kepompong) – imago (dewasa). Larva terdiri dari kepala dan 13 segmen tubuh (3 segmen toraks dan 10 segmen abdomen). Kupu-kupu yang keluar dari kepompong siap untuk kawin dan bertelur. Pada umumnya kupu-kupu mempunyai siklus hidup 29-51 hari, bergantung pada spesies (Jumar 1997).

Klasifikasi Kupu-kupu

Kupu-kupu termasuk dalam Ordo Lepidoptera. Lepidoptera berasal dari kata lepido = sisik, dan ptera = sayap (Triplehorn & Johnson 2005). Lepidoptera terdiri dari 45 superfamili dan salah satunya adalah superfamili Papilionoidea, yang mencakup kupu-kupu (Kristensen 2007). Superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae. Famili Papilionidae terdiri dari dua subfamili, yaitu Papilioninae dan Parnassiinae. Parnassiinae hanya terdapat di Eropa. Famili Pieridae terdiri dari empat subfamili yaitu, Pierinae, Anthocharinae, Coliadinae, dan Dismorphinae. Famili Riodinidae terdiri dari satu subfamili, yaitu Riodininae. Famili Lycaenidae terdiri dari delapan subfamili, yaitu Curetinae, Lycaeninae, Theclinae, Poritiinae, Curetinae, Miletinae, Aphnaeinae, dan Polyommatinae. Famili Nymphalidae terdiri dari 12 subfamili, yaitu Limentitidinae, Heliconiinae, Apaturinae, Biblidinae, Cyrestinae, Nymphalinae, Pseudergolinae, Charaxinae, Satyrinae, Calinaginae, Danainae, dan Libytheinae (Brower 2008).

(21)

Ciri-ciri khas famili kupu-kupu dari Superfamili Papilionoidea adalah sebagai berikut :

Famili Papilionidae. Famili ini memiliki sayap belakang dengan perpanjangan seperti ekor burung walet, sehingga sering disebut “swallowtails”. Tubuh umumnya berukuran besar, panjang sayap dapat mencapai 255 mm, berwarna gelap, putih atau abu-abu dengan bagia-bagian tertentu berwarna gelap. Ujung antena berbongkol tetapi tidak melekuk, pangkalnya berdekatan. Genus Ornithoptera memiliki corak warna hijau, kuning dan hitam. Larvanya gemuk, bertubuh halus, memiliki bintik-bintik mata pada ujung anterior, dan toraks melebar (Triplehorn & Johnson 2005).

Famili Pieridae. Famili ini dengan sayap biasanya berwarna orange, putih, kuning, dan terkadang terdapat bercak hitam atau garis hitam pada tepi sayap. Sayap belakang agak bulat dan tidak memiliki ekor, umumnya sayap depan berukuran 22 – 35 mm, kecuali pada Delias aruna yang memiliki panjang sayap depan sekitar 44 mm. Larva umumnya berwarna hijau dan berbentuk silindris (Mastrigt & Rosariyanto 2005).

Famili Riodinidae. Famili ini dengan corak warna sayap coklat kemerahan, dan terkadang berwarna gelap. Ukuran bentangan sayap sekitar 25 – 30 mm. Umumnya kupu-kupu ini hidup di daerah tropik bagian selatan Amerika (Triplehorn & Johnson 2005).

(22)

Sayap terkadang terdapat bintik mata (eye spot) yang besar melebar (Triplehorn & Johnson 2005).

Famili Nymphalidae. Kupu-kupu dari famili ini sering disebut dengan kupu-kupu bertungkai sikat, karena tungkainya memiliki bulu seperti sikat. Famili ini memiliki jumlah spesies yang cukup besar dibandingkan dengan anggota famili lainnya. Posisi tubuh pada saat hinggap, tungkainya melipat ke badan dan hanya menggunakan empat dari enam tungkainya. Warna dasar sayap umumnya coklat, orange dan hitam yang disertai dengan bintik-bintik pada pinggiran sayap, pada sayap bawah terkadang berwarna biru. Corak warna sayap hitam dengan garis kuning, dan juga berwarna coklat dan orange merupakan ciri subfamili Heliconiinae. Subfamili Limenitidinae memiliki garis hitam yang sempit pada sayap belakang dan terdapat sederet bintik-bintik putih pada tepi sayap. Subfamili Nymphalinae terkadang terlihat seperti daun mati dengan warna coklat hingga kehitaman, bagian tepi sayap terlihat berlekuk. Subfamili Danainae dicirikan dengan corak warna sayap transparan sampai kuning, abu-abu dan coklat dengan venasi sayap hitam. Pada beberapa jenis ada yang berwarna coklat hingga hitam dengan bercak putih. Ukuran sayap depan famili Nymphalidae bervariasi dari ukuran 25 – 80 mm (Mastrigt & Rosariyanto 2005; Triplehorn & Johnson 2005).

Penyebaran Kupu-kupu

(23)

Afrotropikal Region: Ethiopia, Afrika Selatan, Madagaskar; (v) Neotropical Region: Meksiko, Amerika Tengah, Kepulauan Hindia Barat dan Amerika Selatan; (vi) Neartik Region: Amerika Utara dari Greenland hingga ke dataran tinggi Meksiko.

Penyebaran kupu-kupu di suatu kawasan dipengaruhi oleh keadaan geografis, kemampuan spesies untuk menyebar dan preferensi habitat yang berbeda. Umumnya, kupu-kupu lebih menyukai daerah yang terbuka atau tipe habitat dengan tutupan kanopi yang tidak rapat. Kupu-kupu membutuhkan cahaya matahari untuk membantu pergerakan sayap.

Perpindahan (migrasi) populasi kupu-kupu dari suatu tempat ke tempat yang lain dapat disebabkan oleh faktor iklim yang kurang sesuai di habitat lama atau jumlah makanan yang berkurang pada musim tertentu. Perpindahan ini tidak selalu berhasil dalam sekali perjalanan. Beberapa spesies dapat berkembang biak selama dalam perjalanan (Whalley 1992).

Keragaman Kupu-kupu di Papua

(24)

Deskripsi Hutan Primer, Hutan Sekunder, Kebun dan Pemukiman

Hutan primer adalah hutan yang masih alami dan belum ada gangguan atau aktivitas manusia di dalamnya. Hutan primer dicirikan dengan adanya tegakan pohon-pohon besar yang sudah memiliki umur yang tua, dan lapisan tajuk atau tutupan kanopi pohon yang rapat. Hutan primer merupakan habitat bagi spesies tumbuhan dan hewan yang endemik, langka, dan rentan terancam punah, yang menjadikan hutan primer penting secara ekologi. Hutan primer terancam kelestariannya oleh sebab kerusakan habitat yang diakibatkan pembalakan atau pembukaan hutan. Kerusakan habitat hutan primer mengakibatkan penurunan tingkat keanekaragaman hayati, yang mempengaruhi spesies-spesies asli yang kehidupannya bergantung pada lingkungan yang disediakan oleh hutan primer (Smith et al. 1997).

Hutan sekunder merupakan hutan yang sebelumnya sudah ada gangguan atau aktivitas manusia di dalamnya dan sedang mengalami regenerasi atau pemulihan akibat kerusakan ekologis. Hutan sekunder terbentuk setelah adanya perladangan berpindah dan penebangan pohon. Ciri-ciri dari hutan sekunder, yaitu terjadinya interupsi dari tutupan pohon yang berkelanjutan, terdapat formasi vegetasi padang rumput, tanaman bekas pertanian, dan terdapat lahan kosong. Hutan sekunder umumnya dapat pulih kembali menjadi hutan primer apabila tidak terjadi lagi gangguan, namun hal ini memerlukan waktu yang lama (Irwanto 2006).

(25)

11

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja, Kabupaten Manokwari, Papua Barat (Lampiran 1) pada bulan Maret 2010 sampai Januari 2011. Identifikasi dan preservasi spesimen dilakukan di Laboratorium Terpadu dan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB Bogor.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jaring serangga, pinset, kertas papilot, altimeter, GPS (Global Position System), thermohygrometer, luxmeter, anemometer, jarum suntik, jarum pentul, jarum serangga, kotak spesimen, amplop spesimen, papan perentang, oven, kamera, alat tulis, buku identifikasi kupu-kupu (Gambar 2). Bahan yang digunakan adalah etanol 70 % dan kapur barus.

f

a b c

d e

(26)

Metode

Koleksi dan pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan dengan survei langsung dan menggunakan metode scan sampling (Martin & Bateson 1993). Metode scan sampling, yaitu mendata langsung spesies di sepanjang jalur yang sudah ada pada tiga habitat, yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman. Penelitian diawali dengan mengukur titik koordinat dengan menggunakan GPS untuk menentukan koordinat lokasi penelitian pada setiap tipe habitat. Setelah itu, ditentukan jalur pengamatan pada setiap tipe habitat, dengan mengikuti jalan setapak yang sudah ada. Pengamatan kupu-kupu dilakukan dengan berhenti sekitar 5 menit pada titik pengamatan sambil menghitung jumlah individu dan spesies kupu-kupu yang terlihat pada titik-titik pengamatan (mengamati 10 m ke arah kiri dan ke kanan atau disesuaikan dengan jarak pandang sesuai keadaan lokasi pengamatan). Kemudian berjalan lagi sekitar 10 m dan melakukan pengamatan yang sama, dan diulangi lagi hingga batas jalur yang sudah ditentukan.

(27)

Pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan sebanyak 11 hari di setiap tipe habitat, dalam dua periode, yaitu pagi dan siang hari. Periode pagi dilakukan pada pukul 08.00 – 12.00 WIT dan siang dilakukan pada pukul 12.00 – 16.00 WIT. Pengamatan di hutan primer dilakukan pada bulan Juli 2010, yaitu tanggal 14, 16, 17, 22, 27, 29, 30, dan bulan Agustus 2010, yaitu tanggal 5, 7, 14, 17. Pengamatan di hutan sekunder dilakukan pada bulan Juli 2010, yaitu tanggal 15, 19, 21, 24, 28 dan bulan Agustus 2010, yaitu tanggal 3, 4, 6, 11, 13, 16. Pengamatan di kebun-pemukiman dilakukan pada bulan Juli 2010, yaitu tanggal 13, 20, 23, 26, 31, dan pada bulan Agustus 2010, yaitu tanggal 2, 9, 10, 12, 15, 18.

Preservasi dan Identifikasi Spesimen Kupu-kupu

Preservasi kupu-kupu dilakukan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB. Spesimen yang sudah dikoleksi dari lapangan dikeluarkan dari amplop, kemudian ditusuk pada bagian torak dengan menggunakan jarum pentul dengan posisi kupu-kupu tegak lurus dengan jarum. Jarum ditusuk kembali ke celah papan perentang dengan posisi sayap sejajar dengan kiri dan kanan papan perentang kemudian sayap, kepala, dan abdomen ditata sejajar dengan papan perentang dibantu dengan kertas papilot dan jarum pentul. Spesimen dan papan perentang dimasukkan ke dalam oven pada suhu 370C sampai spesimen kering sekitar satu minggu. Kemudian spesimen dikeluarkan dan dibuka dari papan perentang dan dimasukkan ke dalam kotak spesimen atau lemari penyimpanan spesimen. Spesimen kupu-kupu hasil penelitian disimpan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB Bogor dan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, FMIPA UNIPA Manokwari. Jumlah total kupu-kupu yang tertangkap sebanyak 216 individu.

(28)

Analisis Data

Kupu-kupu yang sudah diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan tipe habitat dan dihitung keragamannya. Keragaman kupu-kupu dikaitkan dengan faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Keragaman kupu-kupu dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan nilai evenness (Krebs 1988). Kesamaan spesies kupu-kupu antara dua habitat yang berbeda dihitung dengan indeks Sorensen kuantitatif (Magurran 1988).

Rumus yang digunakan yaitu: H’ = - ∑ Pi ln Pi; Pi = ni/N

max

'

H H

E , Hmax = Ln S

aN bN

C jN

N

2

Keterangan: H’ : Indeks Shannon - Wiener

ni : Jumlah individu untuk spesies yang diamati N : Jumlah total individu

E : Nilai Evenness

S : Jumlah spesies pada habitat CN : Indeks Sorensen kuantitatif

jN : Jumlah individu terendah pada habitat A dan B aN : Jumlah individu pada habitat A

bN : Jumlah individu pada habitat B

(29)

15

HASIL

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja, pada tiga tipe habitat yaitu, hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman (Gambar 3). Deskripsi lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

Hutan Primer (Gambar 3a). Secara geografis hutan ini berada pada koordinat 134º05’11” sampai 134º05’58” Bujur Timur dan 0º51’22” sampai 0º51’51” Lintang Selatan, dengan luas kawasan sekitar 100 ha dan ketinggian 177 m dpl. Suhu udara di hutan primer selama penelitian, berkisar antara 24 – 25oC (pengukuran dilakukan di bawah tegakan dengan kondisi musim kemarau) dengan tutupan kanopi 90 – 100%. Kelembaban udara berkisar antara 88 – 98%, kecepatan angin berkisar antara 0.1 – 0.35 knot. Tumbuhan yang dominan di lokasi ini, adalah Cerbera floribunda, Lepiniopsis ternatensis (Apocynaceae), Aristolochia tagala (Aristochiaceae), Areca macrocalyx (Arecaceae), Cynanchum ovalifolium, Heterostemma papuana (Asclepiadaceae), Terminalia catappa (Combretaceae), Flacourtia zippelii (Flacourtiaceae), Gnetum gnemon (Gnetaceae), Bambusa vulgaris, Grammatophyllum speciosum, G. papuanum, Imperata sp. (Gramineae), Litsea irianensis (Lauraceae), Sida rhombifolia (Malvaceae), Ficus benyamina, Ficus sp. (Moraceae), Syzygium sp. (Myrtaceae), Pandanus conoideus (Pandanaceae), Mucuna novoguinensis (Papilionaceae), Piper aduncum (Piperaceae), Pometia pinnata (Sapindaceae), Elatostema sp. (Urticaceae), dan Amomum aculeatum (Zingiberaceae).

(30)

Heterostemma papuana (Asclepiadaceae), Ananas comosus (Bromeliaceae), Adiantum cuneatum (Ceratopteridaceae), Terminalia catappa (Combretaceae), Spathiostemon javansis (Euphorbiaceae), Flacourtia zippelii (Flacourtiaceae), Medusantera laxiflora (Icacinaceae), Cassia alata, Desmodium laxum, Intsia bijuga, Leucaena leucocephala, Pueraria sp, (Fabaceae), Bambusa vulgaris, Grammatophyllum scriptum, Imperata sp. (Gramineae), Litsea irianensis (Lauraceae), Sida rhombifolia (Malvaceae), Artocarpus altilis, Ficus benyamina, Ficus sp. (Moraceae), Musa paradisiaca (Musaceae), Pandanus conoideus (Pandanaceae), Passiflora foetida (Passifloraceae), Piper aduncum (Piperaceae), Asplenium nidus, Neprolepis bisserate (Polypodiaceae), Citrus spp., Euodia elleryana (Rutaceae), Pometia pinnata (Sapindaceae), Palaquium amboinensis (Sapotaceae), Elatostema sp. (Urticaceae), dan Lantana camara (Verbenaceae).

(31)

(Orchidaceae), Metroxylon sagu (Palmae), Piper aduncum (Piperaceae), Asplenium nidus, Neprolepis bisserate, (Polypodiaceae), Rubus moluccanus (Rosaceae), Morinda citrifolia (Rubiaceae), Citrus spp., Euodia elleryana (Rutaceae), Nephelium lappaceum, Pometia sp. (Sapindaceae), Capsicum frutencens (Solanaceae), dan Lantana camara (Verbenaceae).

Kupu-kupu di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja ditemukan 113 spesies dari 4049 individu kupu-kupu, yang termasuk dalam lima famili, yaitu Papilionidae (14 spesies), Pieridae (13 spesies), Riodinidae (1 spesies), Lycaenidae (29 spesies), dan Nymphalidae (55 spesies). Keragaman spesies kupu-kupu tinggi di hutan primer (H’ = 3.50) dan hutan sekunder (H’ = 3.48), sedangkan di kebun dan pemukiman tergolong sedang (H’ = 2.83). Nilai evenness

a

b

[image:31.612.124.503.218.509.2]

c

(32)
[image:32.612.100.480.183.336.2]

kupu-kupu tinggi di hutan primer dan hutan sekunder (E = 0.81) sedangkan pada kebun dan pemukiman lebih rendah (E = 0.68) (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah famili, subfamili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, dan evenness kupu-kupu di Gunung Meja

Takson/ Keragaman

Tipe Habitat

Hutan Primer Hutan Sekunder Kebun &

Pemukiman Total

∑Famili 5 4 4 5

∑Subfamili 12 10 10 14

∑Genus 45 47 34 60

∑Spesies 75 77 63 113

∑Individu 999 1119 1931 4049

Nilai H' 3.48 3.5 2.83 4.08

Nilai E 0.81 0.81 0.68 0.86

Keterangan: H'=Index Shanon Wiener, E= Nilai evenness

(33)
[image:33.612.134.504.113.443.2]

Tabel 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di Gunung Meja Famili/  Hutan 

Primer  Hutan Sekunder 

Kebun & 

Pemukiman  Total 

Subfamili  ∑Sp  ∑ indv  ∑Sp  ∑Indv  ∑Sp  ∑Indv  Sp  Indv 

Papilionidae                         

     Papilioninae  13 158 11  142 11 192  14  492

Pieridae                         

Coliadinae 1 102 3  149 6 343  6  594

Pierinae 6 89 6  89 6 54  7  232

Riodinidae                         

Riodininae 1 2 ‐  ‐ ‐ ‐  1  2

Lycaenidae

Theclinae 5 43 9  57 4 29  9  129

Polyommatinae 10 57 14  154 13 312  19  523

Nymphalidae                        

Danainae 7 28 9  40 4 134  8  202

Satyrinae 14 281 11  269 8 509  17  1059

Charaxinae 2 24 1  2 ‐ ‐  2  26

Apaturinae ‐ ‐ 1  1 1  1

Cyrestinae 1 42 2  38 1 1  2  81

Lymenitidinae 8 61 6  48 2 29  9  138

Nymphalinae 5 25 6  38 5 306  10  369

Heliconiinae 5 62 5  92 2 22  5  176

Jumlah spesies yang ditemukan pada tiga lokasi pengamatan berbeda-beda. Di hutan primer ditemukan 75 spesies, di hutan sekunder ditemukan 77 spesies, kebun dan pemukiman ditemukan 63 spesies. Jumlah individu paling banyak ditemukan di lokasi kebun dan pemukiman (1.931 individu), hutan sekunder (1.119 individu), dan hutan primer (999 individu). Spesies yang paling banyak dan sering ditemukan adalah Mycalesis terminus (362 individu) dan M. phidon (300 individu).

Spesies yang hanya ditemukan satu kali dalam pengamatan adalah Graphium thule, Delias aruna, Nacaduba cyanea, Psychonotis caelius, Tellervo

assarica, Taenaris dimona, Morphopsis albertisi, Polyura jupiter, Euthaliopsis

(34)
[image:34.612.100.484.115.716.2]

dan Pantoporia consimilis. Di kebun dan pemukiman, spesies yang ditemukan sekali adalah Catopyrops ancyra, C. panormus dan Junonia vilida (Tabel 3).

Tabel 3 Spesies kupu-kupu yang ditemukan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman di Gunung Meja

Famili

Subfamili Jumlah Individu

Spesies Primer Hutan Sekunder Hutan Pemukiman Kebun & Total

Papilionidae

Papilioninae

Pachliopta polydorus Linnaeus 8 - - 8

Ornithoptera priamus Linnaeus 16 4 10 30

Graphium agamemnon Linnaeus 19 25 26 70

Graphium macfarlanei Butler 4 1 - 5

Graphium codrus Cramer 1 1 1 3

Graphium sarpedon Linnaeus 4 9 20 33

Graphium thule Wallace 1 - - 1

Papilio demoleus Linnaeus - - 11 11 Papilio aegeus Donovan 64 54 72 190 Papilio ambrax Boisduval 31 22 25 78

Papilio fuscus Goeze 2 3 1 6

Papilio albinus Wallace 1 3 4 8

Papilio ulysses Linnaeus 11 10 19 40 Papilio euchenor Guerin & Meneville 7 10 3 20 Pieridae

Coliadinae

Catopsilia pomona Fabricius - - 102 102

Catopsilia scylla Linnaeus - - 30 30 Catopsilia pyranthe Linnaeus - - 17 17

Eurema hecabe Linnaeus - 81 157 238

Eurema blanda Boisduval - 5 17 22

Eurema puella Boisduval 102 63 20 185

Pierinae

Elodina andropis Butler 14 9 7 30

Appias paulina Cramer 1 1 3 5

Appias ada Stoll 5 14 5 24

Pareronia jobaea Bingham 57 59 28 144

Delias aruna Boisduval 1 - - 1

Cepora abnormis Wallace - 5 2 7

(35)

Lanjutan tabel 3 Famili

Subfamili Jumlah Individu

Spesies PrimerHutan SekunderHutan Pemukiman Kebun & Total

Riodinidae

Dicallaneura decorata Hewitson 2 - - 2 Lycaenidae

Theclinae

Hypochrysops polycletus Linnaeus - 2 - 2 Philiris harterti Grose & Smith - 1 - 1 Philiris helena Snellen 2 2 6 10 Arhopala madytus Fruhstorfer 32 19 7 58 Arhopala admete Hewitson - 1 - 1 Arhopala micale Boisduval 4 12 12 28 Rapala varuna Horsfield - 15 - 15 Hypolycaena phorbas Fabricius 1 1 4 6 Hypolycaena erylus Godart 4 4 - 8 Polyommatinae

Nacaduba berenice Herrich & Schaffer 2 3 4 9

Nacaduba cyanea Cramer 1 - - 1

Danis phroso Grose&Smith 1 20 - 21 Psychonotis caelius Felder 1 - - 1 Catopyrops ancyra Felder - - 1 1 Catochrysops panormus Felder - - 1 1 Erysichton lineata Fruhstorfer - 3 - 3 Ionolyce helicon Felder - 20 - 20

Jamides celeno Cramer 3 2 5 10

Jamides aetherialis Butler 2 3 2 7

Jamides aleuas Felder 1 1 6 8

Jamides bochus Stoll 4 40 9 53

Jamides coritus Guerin & Meneville 3 2 1 6 Lampides boeticus Linnaeus - 1 28 29 Pithecops dionisius Boisduval 39 45 26 110

Polyommatinae

Zizula hylax Fabricius - - 56 56

Zizina labradus Godart - 3 - 3

(36)

Lanjutan tabel 3 Famili

Subfamili Jumlah Individu

Spesies Primer Hutan Sekunder Hutan Pemukiman Kebun & Total

Nymphalidae Danainae

Tellervo assarica Stoll 1 - - 1

Ideopsis juventa Cramer 1 6 11 18 Ideopsis vitrea onina Horsfield 8 8 1 17 Tirumala hamata Macleay - 21 59 80 Danaus affinis Fabricius - - 63 63 Euploea phaenareta Schaller 3 - - 3 Euploea leucostictos Gmelin 5 3 - 8 Euploea treitschkei Boisduval 2 - - 2 Euploea tulliolus Fabricius 8 2 - 10 Satyrinae

Taenaris catops Westwood 38 13 3 54 Taenaris hyperbolus Kirsch 1 1 - 2

Taenaris dimona Hewitson 1 - - 1

Taenaris myops Felder 12 1 - 13

Morphopsis albertisi Oberthur 1 - - 1 Mycalesis duponchelii

Guerin&Meneville 101 - 4 105

Mycalesis phidon Hewitson 1 95 204 300 Mycalesis durga Smith & Kirby 2 - - 2 Mycalesis mahadeva Boisduval 101 - - 101 Mycalesis elia Grose&Smith - - 2 2 Mycalesis terminus Fabricius - 131 231 362 Mycalesis shiva Boisduval 1 6 54 61 Mycalesis comes Grose & Smith 2 - - 2 Harsiesis yolanthe Fruhstorfer 4 13 1 18 Melanitis leda Linnaeus 10 7 10 27 Melanitis constantia Cramer 6 1 - 7 Melanitis amabilis Boisduval - 1 - 1

Charaxinae

Prothoe australis Guerin & Meneville 23 2 - 25

Polyura jupiter Butler 1 - - 1

Apaturinae

(37)

Lanjutan tabel 3 Famili

Subfamili Jumlah Individu

Spesies Primer Hutan Sekunder Hutan Pemukiman Kebun & Total

Cyrestinae

Cyrestis acilia Godart 42 36 - 78

Cyrestis achates Butler - 2 1 3

Limenitidinae

Lexias aerope Linnaeus 21 10 - 31

Parthenos aspila Honrath 4 1 - 5

Euthaliopsis aetion Hewitson 3 - - 3 Euthaliopsis aconthea Cramer 1 - - 1 Pantoporia consimilis Boisduval - 1 - 1 Pantoporia venilia Linnaeus 10 20 17 47 Neptis praslini Boisduval 18 14 12 44 Neptis satina Grose & Smith 2 2 - 4

Phaedyma shepherdi Moore 2 - - 2

Nymphalinae

Doleschallia hexophthalmos Gmelin 1 - - 1 Doleschallia noorna Grose & Smith 1 - - 1 Mynes geoffroyi Guerin &

Meneville - 2 - 2

Hypolimnas alimena Linnaeus 1 10 28 39

Hypolimnas bolina Linnaeus - - 12 12

Hypolimnas deois Hewitson 11 5 - 16

Yoma algina Boisduval 11 8 - 19

Junonia hedonia Linnaeus - 12 264 276 Junonia villida Fabricius - - 1 1

Junonia erigone Cramer - 1 1 2

Heliconiinae

Cethosia cydippe Linnaeus 14 11 5 30

Vindula arsinoe Cramer 4 2 - 6

Cirrochroa regina Felder 2 1 - 3 Cupha prosope Fabricius 21 44 17 82 Cupha crameri Billberg 21 34 - 55

Total 999 1119 1931 4049

(38)

Kupu-kupu dari famili Papilionidae yang ditemukan di Gunung Meja terdapat 14 spesies. Papilionidae yang paling sering ditemukan adalah Ornithoptera priamus, Graphium agamemnon, Papilio ambrax, P. aegeus, dan P. demoleus (Gambar 4).

Gambar 4 Kupu-kupu famili Papilionidae yang sering ditemukan di Gunung Meja: Ornithoptera priamus♂ (a), Ornithoptera priamus♀ (b), Graphium agamemnon♂ (c), Graphium agamemnon♀ (d), Papilio ambrax ♂ (e), Papilio ambrax♀ (f), Papilio aegeus♂ (g), dan Papilio demoleus♂ (h).

g h

e

c

d f b

a

1 cm 1 cm

1cm

1cm

1cm

1cm 1cm

(39)

Famili Pieridae yang ditemukan di Gunung Meja terdapat 13 spesies dan tersebar di semua tipe habitat pengamatan. Kupu - kupu dari Pieridae yang paling sering ditemukan, yaitu C. pomona, C. pyranthe, C. scylla, E. hecabe, E. puella, dan P. zeboae (Gambar 5).

[image:39.612.121.508.198.412.2]

Famili Lycaenidae yang paling banyak ditemukan di kawasan Gunung Meja, yaitu A. madytus, P. helena, dan J. celeno (Gambar 6). Jenis-jenis kupu-kupu tersebut tersebar pada ketiga lokasi pengamatan.

Gambar 5 Kupu-kupu famili Pieridae yang sering ditemukan di Gunung Meja: Catopsilia pomona ♂ (a), Catopsilia pyranthe ♀ (b), Catopsilia scylla

♂ (c), Eurema puella♀ (d), dan Pareronia zeboae ♂ (e).

a b c

d e

1cm  1cm 1cm 

1cm 

1cm

Gambar 6 Kupu-kupu famili Lycaenidae yang sering ditemukan di Gunung Meja: Arhopala madytus (a), Philiris helena (b), dan Jamides celeno (c).

a

b c

1cm 

(40)
[image:40.612.103.484.150.700.2]

Kupu-kupu dari famili Nymphalidae yang banyak ditemukan pada lokasi pengamatan, yaitu M. terminus, M. phidon, dan M. duphonchelii (Gambar 7). Genus ini umumnya terbang rendah dan tersebar pada lokasi pengamatan. T. catops ditemukan pada ketiga tipe habitat dengan tumbuhan yang menjadi makanan utamanya adalah pakis yang juga terdapat pada ketiga tipe habitat.

Gambar 7 Kupu-kupu famili Nymphalidae yang sering ditemukan di Gunung Meja: Ideopsis vitrea onina (a), Tirumala hamata (b), Danaus affinis (c), Euploea tulliolus (d), Hypolimnas alimena (e), Taenaris catops (f), Mycalesis duponchelii (g), Mycalesis terminus (h), Mycalesis phidon (i), Cethosia cydippe (j), Cyrestis acilia (k), Neptis praslini (l), dan Junonia hedonia (m).

a b c

d f

g h i

k l

e

m j

1cm  1cm 1cm 

1cm  1cm 

1cm  1cm 

1cm 

1cm 1cm 

1cm 

(41)

Berdasarkan perhitungan indeks Sorensens kuantitatif (CN), kesamaan

spesies antara hutan primer dengan hutan sekunder tinggi (CN = 0.50). Kesamaan

spesies antara hutan primer dengan kebun - pemukiman tergolong rendah (CN =

[image:41.612.131.506.217.293.2]

0.22) (Tabel 4).

Tabel 4 Indeks Sorensen kuantitatif (CN) kupu-kupu di habitat hutan primer,

hutan sekunder, kebun dan pemukiman

Tipe habitat Hutan Primer Hutan Sekunder Kebun & Pemukiman

Hutan Primer

Hutan Sekunder

Kebun & Pemukiman

1 0,50

1

0,22 0,46 1

Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies yang ditemukan pada pagi hari lebih banyak dibandingkan siang hari (Gambar 8). Pengamatan di hutan primer ditemukan 75 spesies pada pagi hari dan 45 spesies pada siang hari. Pengamatan di hutan sekunder ditemukan 65 spesies pada pagi hari dan 48 spesies pada siang hari. Pengamatan di kebun dan pemukiman ditemukan 57 spesies pada pagi hari dan 45 spesies di siang hari.

Gambar 8 Jumlah spesies kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan

pemukiman pada pengamatan pagi dan siang. Standard error ditunjukkan pada setiap bar.

2 3

1 2

3

1

[image:41.612.114.516.453.655.2]
(42)
[image:42.612.100.491.101.729.2]

Jumlah individu kupu-kupu yang ditemukan pada pagi hari lebih banyak dibandingkan dengan pengamatan pada siang hari. Di hutan primer ditemukan 666 individu pada pagi hari dan 333 individu pada siang hari. Di hutan sekunder ditemukan 696 individu pada pagi hari dan ditemukan 423 individu pada siang hari. Di kebun dan pemukiman ditemukan 1152 individu pada pagi hari dan ditemukan 779 individu pada siang hari (Gambar 9). Jumlah individu kupu-kupu yang paling tinggi ditemukan di kebun dan pemukiman. Spesies yang paling banyak jumlah individu yang ditemukan di kebun dan pemukiman dibandingkan di lokasi lainnya, adalah Catopsilia pomona (102 individu), Eurema hecabe (157 individu), Mycalesis terminus (362 individu) dan M. phidon (300 individu).

Gambar 9 Jumlah individu kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman pada pengamatan pagi dan siang. Standard error ditunjukkan pada setiap bar.

1. Hutan primer 2. Hutan sekunder 3. Kebun & pemukiman

1 2 3

(43)

Selama 33 hari pengamatan di tiga lokasi, yaitu 11 hari di hutan primer, 11 hari di hutan sekunder, 11 hari pengamatan di kebun dan pemukiman. Di hutan primer dan hutan sekunder jumlah kupu-kupu masih terus bertambah hingga hari terakhir, sehingga kurva belum mencapai titik stasioner (Gambar 10). Jika dilakukan penambahan hari pengamatan, kemungkinan terjadi penambahan jumlah spesies. Di kebun dan pemukiman terlihat sudah stabil, kemungkinan tidak ada lagi penambahan spesies.

Keragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Faktor Lingkungan

[image:43.612.156.493.269.455.2]

Parameter lingkangan pada saat pengamatan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman berbeda-beda. Suhu rata-rata di hutan primer dan hutan sekunder tidak menujukkan perbedaan. Curah hujan tertinggi terjadi pada saat pengamatan di lokasi kebun dan pemukiman (Tabel 5).

(44)
[image:44.612.106.482.144.234.2]

Tabel 5 Rata-rata nilai parameter lingkungan di hutan primer, hutan sekunder dengan kebun dan pemukiman di Gunung Meja

Suhu (C) RH (%) IC (Lux) KA (knot) Kanopi (%) CH (mm) Habitat

Hutan Primer 24.85 93.03 625.89 0.25 96.04 2.15 Hutan Sekunder 24.95 88.39 1000.8 0.76 69.15 1.65 Kebun &

Pemukiman 26.91 73.29 1513.3 5.95 14.95 5.1

Keterangan RH: kelembaban; IC: Intensitas Cahaya matahari; KA: Kecepatan Angin; CH: Curah Hujan; nilai= rata-rata/hari; sumber data CH dari BMG Rendani Manokwari Juli – Agustus 2010.

Berdasarkan analisis regresi antara parameter lingkungan dengan jumlah individu kupu-kupu terdapat respon yang berbeda-beda. Suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan tutupan kanopi memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0.02, p = 0.0004, p = 0.04, 0.0005) terhadap jumlah kupu-kupu. Kecepatan angin dan curah hujan tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0.78, p = 0.41) (Tabel 6). Bentuk scatter plot antara parameter lingkungan dengan jumlah individu kupu-kupu yang diamati menunjukkan sebaran data yang berbeda. Sebaran data kelembaban (RH), suhu, intensitas cahaya (IC), dan kanopi terhadap jumlah individu kupu-kupu terlihat secara merata. Kecepatan angin (KA) dan curah hujan (CH) dengan sebaran data yang acak (Gambar 11).

Tabel 6 Korelasi Pearson, nilai p, dan persamaan regresi antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di Gunung Meja

Parameter Jumlah individu kupu-kupu

r2 R p value Persamaan regresi

Suhu 0,18 0,15 0,02 y = -317,12+17,28x

(45)
[image:45.612.122.496.127.470.2]

Hasil analisis PCA menunjukkan adanya pengaruh parameter lingkungan terhadap jumlah spesies dan jumlah individu pada tipe habitat yang berbeda. Jumlah individu dipengaruhi oleh kecepatan angin (KA), intensitas cahaya (IC), suhu dan curah hujan (CH) pada habitat kebun dan pemukiman. Sedangkan jumlah spesies dipengaruhi oleh kelembaban (RH) dan tutupan kanopi di hutan sekunder (Gambar 12).

Gambar 11 Scatter plot antara jumlah individu dengan parameter lingkungan di Gunung Meja (keterangan gambar merujuk ke Tabel 6).

23 25 27 29

5 0 100 200 300 Suhu (oC) J um la h i n di v idu

60 70 80 90

5 0 100 200 300 Kelembaban (%) J um la h i n di v idu

500 1500 3000

5

0

100

200

300

Intensitas cahaya (Lux)

J um la h i n di v idu

0.0 1.0 2.0 3.0

5

0

100

200

300

Kecepatan angin (Knot)

J um lah in di v id u

20 40 60 80

5

0

100

200

300

Tutupan kanopi (%)

J um lah in di v id u

0 1 2 3 4 5

5

0

100

200

300

Curah hujan (mm)

J um lah in di v id u

(46)
[image:46.612.111.459.136.385.2]

Keberadaan kupu-kupu di suatu habitat dipengaruhi oleh ketersedian pakan pada larva dan imago. Hasil pengamatan di lapangan, menunjukkan terdapatnya pakan larva kupu-kupu pada lokasi hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman (Tabel 7).

(47)
[image:47.612.101.504.123.687.2]

Tabel 7 Tumbuhan pakan larva kupu-kupu yang ditemukan pada lokasi pengamatan di Gunung Meja

Tumbuhan Pakan Larva Spesies kupu-kupu Lokasi ditemukan Aristochiaceae

Aristolochia tagala

Ornithoptera priamus HP, HS, KP

Annonaceae

Annona muricata

Graphium agamemnon HS, KP

Lauraceae

Litsea irianensis

G. sarpedon HP, HS, KP

Rutaceae Citrus spp.

Papilio demoleus KP

P. aegeus HP, HS, KP

P. ambrax HP, HS, KP

Euodia elleryana P.ulysses HP, HS, KP Fabaceae

Cassia alata

Catopsilia pomona KP

Cassia spectabilis C. scylla KP Cassia alata, C. tora Eurema hecabe HS, KP

C. alata E. puella HP, HS, KP

Desmodium laxum Pithecops dionisius HP, HS, KP Pueraria sp. Euchrysops cnejus HS, KP Combretaceae

Terminalia seriocarpa

Arhopala madytus HP, HS, KP

Asclepiadaceae

Cynanchum ovalifolium Heterostemma papuana

Ideopsis juventa HP, HS, KP

Heterostemma papuana Apocynaceae

Parsonsia velutina

Tirumala hamata HS, KP

Pandanaceae Pandanus sp.

Morphopsis albertisi HP

Musaceae

Musa paradisiaca Arecaceae

Areca catechu

Taenaris catops HP, HS, KP

Piperaceae Piper sp.

Mycalesis duponchelii HP

Poaceae

Imperata sp.

M. phidon HP, HS, KP

Imperata sp. M. terminus HS, KP

Moraceae Ficus spp.

Cyrestis acilia HP, HS

Malvaceae

Sida rhombifolia Acanthaceae

Ruellia repens

(48)

Lanjutan tabel 7

Tumbuhan Pakan Larva Spesies kupu-kupu Lokasi ditemukan

Convolvulaceae Ipomea batatas Portulacaceae

Portulaca oleracea Acanthaceae

Thunbergia alata

Junonia vilida HS, KP

Urticaceae

Elatostema sp.

H. deois HP, HS

Flacourtiaceae

Flacourtia zippelii

Cupha prosope HP, HS, KP

(49)

PEMBAHASAN

Di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja ditemukan 113 spesies kupu-kupu dengan total 4049 individu. Indeks Shannon – Wiener dan nilai evenness keragaman kupu-kupu di Gunung Meja, menunjukkan nilai yang sangat tinggi (H’ = 4.08, E = 0.86). Keanekaragaman kupu-kupu yang tinggi, kemungkinan dikarenakan masih tersedia tumbuhan inang bagi larva dan tumbuhan penghasil nektar bagi imago. Selain itu, Gunung Meja termasuk hutan heterogen yang cocok sebagai habitat kupu-kupu. Javier et al. (2005) melaporkan di hutan heterogen, keragaman kupu-kupu lebih tinggi dibandingkan di lahan basah dan padang rumput. Kupu-kupu yang ditemukan di Gunung Meja terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae (15 spesies), Pieridae (28 spesies), Riodinidae (1 spesies), Lycaenidae (29 spesies) dan Nymphalidae (55 spesies) (Tabel 1).

Kupu-kupu yang paling banyak ditemukan adalah anggota famili Nymphalidae (Tabel 2). Kupu-kupu dari famili ini memang memiliki jumlah anggota yang paling banyak dan penyebarannya luas dibandingkan dengan famili lainnya. Selain itu, juga dipengaruhi oleh ketersediaan pakan dan kesesuaian kondisi lingkungan yang memungkinkan kehadiran spesies dari famili tersebut pada semua tipe habitat. Zobar & Genc (2008) melaporkan, penyebaran famili Nymphalidae sangat tinggi dan dapat ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu, Rodrigues & Moreira (2002) melaporkan, larva famili Nymphalidae dapat hidup di beberapa jenis tumbuhan, sehingga dapat hidup pada tipe habitat yang berbeda. Jumlah anggota famili kupu-kupu yang paling rendah adalah famili Riodinidae (1 spesies). Di Papua, anggota Riodinidae hanya terdiri dari 2 genera dan 6 spesies (Mastrigt & Rosariyanto 2005).

(50)

juga merupakan tempat bermain dan mencari pakan yang paling cocok untuk kupu-kupu. Pada habitat kebun dan pemukiman, keberadaan vegetasi tidak bervariasi dan umumnya vegetasi yang ada merupakan tanaman perkebunan dan tanaman hias.

Jumlah individu kupu-kupu yang paling tinggi ditemukan di habitat kebun dan pemukiman, yaitu 1931 individu, namun jumlah spesiesnya lebih rendah dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh proses pengamatan dan penangkapan kupu-kupu lebih mudah di kebun dan pemukiman karena lokasi yang terbuka dibandingkan dengan habitat lainnya yang lokasinya lebih rapat dan tertutup tumbuhan yang rapat. Beberapa spesies kupu-kupu terkadang dominan di suatu habitat, seperti J. hedonia (264 individu), M. terminus (231 individu), M. phidon (204 individu), E. hecabe (157 individu), dan C. pomona (102 individu), yang ditemukan melimpah di kebun dan pemukiman. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh ketersediaan pakan dari spesies-spesies tersebut lebih banyak ditemukan di kebun dan pemukiman. Spesies-spesies tersebut lebih menyukai habitat yang terbuka dan sering terbang dan mencari pakan pada tumbuhan perdu, seperti tumbuhan buah putri (Passiflora foetida) dan Lantana camara dan tumbuhan lainnya yang banyak ditemukan di kebun dan pemukiman. Parsons (1999) melaporkan, C. pomona penyebarannya luas dan biasanya hidup pada daerah terbuka, seperti sungai, kebun, dan pemukiman.

(51)

serasah yang lembab di hutan sekunder. Kupu-kupu M. terminus lebih banyak ditemukan sedang hinggap pada tumbuhan L. camara dan pakis-pakis yang juga terdapat di hutan sekunder.

Sebanyak 37 spesies kupu-kupu ditemukan di ketiga habitat (Tabel 3). Jumlah spesies yang sama tersebut termasuk tinggi. Hal ini disebabkan vegetasi di ketiga habitat tidak terlalu jauh berbeda. Kupu-kupu O. priamus ditemukan di ketiga tipe habitat host plant atau tumbuhan inang bagi larvanya, yaitu A. tagala (Aristochiaceae) terdapat di ketiga tipe habitat tersebut. Spesies kupu-kupu yang hanya ditemukan di hutan primer berjumlah 18 spesies, yaitu P. polydorus, G. thule, D. aruna, N. cyanea, P. caelius, T. assarica, E. phaenareta, E. treitschkei,

T. dimona, M. albertisi, M. durga, M, mehadeva, M. comes, P. jupiter, E. aetion,

E. aconthea, D. hexophtalmos, dan D. noorna. Kupu-kupu yang hanya ditemukan di hutan sekunder berjumlah 10 spesies, yaitu H. polycletus, P. harterti, R. varuna, A. admete, E. lineata, I. helicon, Z. labradus, M. amabilis, A.

erminea, P. consimilis, dan M. geoffroyi. Kupu-kupu yang hanya ditemukan di kebun dan pemukiman terdapat 11 spesies, yaitu P. demoleus, C. pomona, C.scylla, C. pyranthe, C. ancyra, C. panormus, Z. hylax, D. affinis, M. elia, H.

bolina, dan J. vilida.

Kesamaan spesies kupu-kupu antara hutan primer dan hutan sekunder tinggi (CN = 0.50) dan antara hutan primer dengan kebun dan pemukiman lebih

rendah (CN = 0,22) (Tabel 3). Jumlah spesies dan jumlah individu kupu-kupu

penyusun komunitas pada hutan primer dengan hutan sekunder tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan di hutan primer dan hutan sekunder yang tidak terlalu berbeda.

(52)

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006). Selain itu, pengamatan di sore hari pada saat penelitian sering gerimis hingga hujan deras, sehingga aktivitas kupu-kupu berkurang.

Kelembaban, suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan kanopi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah individu kupu-kupu. Kecepatan angin tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0,78) terhadap komunitas kupu-kupu (Tabel 5 dan Gambar 11). Suhu rata-rata saat penelitian berkisar antara 24– 26 oC. Freitas et al. (1997), melaporkan suhu optimum untuk kupu-kupu untuk aktif mencari makan adalah berkisar antara 23–30 oC.

(53)
(54)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Di Gunung Meja ditemukan 113 spesies dari 4.049 individu kupu-kupu. Di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman, masing-masing ditemukan 75 spesies, 77 spesies, 63 spesies kupu-kupu. Keanekeragaman kupu-kupu di hutan primer dan hutan sekunder lebih tinggi dibandingkan dengan di kebun dan pemukiman. Di hutan primer dan hutan sekunder indeks evenness lebih tinggi (masing-masing E = 0.81) dibandingkan di kebun dan pemukiman (E = 0.68). Kesamaan spesies antara hutan primer dengan hutan sekunder tinggi (50%). Kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada pagi hari dibandingkan siang hari. Di antara parameter lingkungan yang diukur, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kanopi berpengaruh terhadap komunitas kupu-kupu.

Saran

(55)

41

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Bergstrom A, Janz N, Nylin S. 2006. Putting more eggs in the best basket: clutch-size regulation in the comma butterfly. Eco Entomol 31: 255 – 260.

Brower AVZ. 2008. True Butterflies. http://www.tolweb.org/lepidoptera/ papilionoidea/12027.html. [19 Mei 2011].

Cranston PS, Naumann ID. 1994. Systematic and Applied Entomology (Biogeography). Carlton: Melbourne University Press.

D’Abrera.1990. Butterflies of the Australian Region. London: Hill House.

Everitt BS, Hothorn T. 2006. A Handbook of Statistical Analyses Using R. Francis: Chapman and Hall/CRC.

Freitas AVL, Benson WW, Filho OJM, de Carvalho RM. 1997. Territoriality by the dawn’s early light: the Neotropical owl butterfly Caligo idomenaeus (Nymphalidae: Brassolinae). J. Resc of Lepi 34 : 14 – 20.

Gaston KJ. 2000. Global patterns in biodiversity. J.Nat 405: 220 – 227.

Homziak NT, Homziak J. 2006. Papilio demoleus (Lepidoptera: Papilionidae): a new record for the United States, commonwealth of puerto rico. Flor Entomol 89: 485 – 488.

Irwanto. 2006. Dinamika dan Pertumbuhan Hutan Sekunder. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Javier, Dufrene M, Lebrun P. 2005. Distribution patterns and indicator species of butterfly assemblages of wet meadows in southern Belgium. Belg J Zoo 135:43–52.

Jumar. 1997. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineke Cipta.

Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. 2nd ed. California: Addison-Welsey Educational Publishers.

(56)

Lekitoo K, Matani OPM, Remetwa H, Heatubun CD. 2008a. Keanekaragaman Flora Taman Wisata Alam Gunung Meja Papua Barat (Jenis-jenis Pohon Bagian -1). Manokwari: Litbang Kehutanan Manokwari.

Lekitoo K, Matani OPM, Remetwa H, Heatubun CD. 2008b. Buah-buah yang dapat Dimakan di Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja Papua Barat. Manokwari: Litbang Kehutanan Manokwari.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New Jersey: Princeton University Press.

Martin, Bateson. 1993. Measuring Behaviour. An Introductory Guide. Ed 2. Cambridge: Cambridge University Press.

Mastrigt H van, Rosariyanto E. 2005. Buku Panduan Lapangan Kupu-kupu untuk Wilayah Manberamo sampai Pegunungan Cyclops. Jakarta: Conservation International-Indonesia Program.

Mastrigt H van, Sibatani A. 1991. A study of Delias rileyi from Irian Jaya, Indonesia (Lepidoptera: Pieridae). Entomol Ams 51:2-6.

Muller K. 2005. Keragaman Hayati Tanah Papua. Unipa: Manokwari.

Panjaitan R. 2008. Distribusi kupu-kupu (Superfamili Papilionoidae: Lepidoptera) di Minyambou Cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari Papua Barat. Berk Ilm Bio 7:11-16.

Parsons M. 1991. Butterflies of the Bulolo-Wau Valley. Honolulu: Bishop Museum.

Parsons M. 1999. The Butterflies of Papua New Guinea (Their Sistematics dan Biology). London: Academic Press.

Pola M, Paris GM. 2005. Marine pudding in Papilio polytes (Lepidoptera: Papilionidae). Flor Entomol 88 (2): 221 – 223.

Rodrigues D, Moreira GRP. 2002. Geographical variation in larval host-plant use by Heliconius erato (Lepidoptera: Nymphalidae) and consequences for adult life history. J. Braz Biol 62: 312 – 332.

Roland J. 2006. Effect of melanism of alpine Colias nastes butterflies (Lepidoptera: Pieridae) on activity and predation. Can Entomol 138: 52-58.

(57)

Smith DM, Larson BC, Kelty MJ, Ashton PMS. 1997. The Practice of Silviculture: Applied Forest Ecology. Ed 9. New York: Jhon Wiley & Sons Inc.

Singer TLP, Hanula JL, Walker JL. 2002. Insect pollinators of three rare plants In a florida longleaf pine forest. Florida Entomol 85:308 - 316.

Whalley. 1992. Kupu-Kupu dan Ngengat. Jakarta: PT. Saksama.

(58)
(59)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian kupu-kupu di Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat (Bapedalda 2009)

MANOKWAR I

(60)
(61)
(62)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Papua merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang mempunyai keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi dengan tipe ekosistem yang beragam serangga adalah salah satu kelompok fauna yang keragamannya tinggi. Di Papua, jumlahnya mencapai 300.000 spesies, 960 spesies diantaranya adalah Lepidoptera (Muller 2005).

Lepidoptera terdiri dari 45 superfamili dan satu di antaranya adalah superfamili Papilionoidea yang mencakup kupu-kupu. Superfamili Papilionoidea terdiri dari famili Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae, dan Nymphalidae (Kristensen 2007).

Kupu-kupu Papilionoidea yang sudah dilaporkan di Papua sebanyak 507 spesies (Barano 2000 dalam Muller 2005). Penelitian keanekaragaman spesies dan distribusi kupu-kupu di Papua, masih kurang. Penelitian yang sudah dilakukan yaitu masih terbatas di sebelah utara Kepulauan Papua, yaitu Sarmi, Memberamo, Biak, Jayapura, dan Habema (Mastrigt & Sibatani 1991). Di daerah kepala burung Papua sebelah barat yaitu Pegunungan Arfak dilaporkan terdapat 113 spesies (Panjaitan 2008), dan di Fakfak. Di kepulauan Moor dan Mambor juga telah dilakukan survei (Panjaitan, belum dipublikasikan). Penelitian yang telah dilakukan belum menjangkau semua wilayah yang ada di Papua, termasuk Gunung Meja.

(63)

Kehutanan Papua dan Maluku dan Universitas Negeri Papua). Letaknya yang strategis ini membuat peranannya sangat pentin

Gambar

Gambar 3 Tipe habitat di kawasan Gunung Meja: hutan primer (a), hutan sekunder
Tabel 1 Jumlah famili, subfamili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, dan evenness kupu-kupu di Gunung Meja
Tabel 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di Gunung Meja
Tabel 3 Spesies kupu-kupu yang ditemukan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman di Gunung Meja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan pendekatan yang vulgar kepada arti modernitas, di mana penonjolan segi-segi kehidupan material merupakan gejala yang amat umum, akan senantiasa merongrong atau memperlemah

Ada 5 bentuk dasar dari alat musik Chordophone yaitu Bows (berbentuk busur), Lyra, Harp, Lute dan Zithers. Di sini, alat musik Bows adalah yang tertua dan paling

Oleh karena itu penting sekali motivasi orang tua terhadap peningkatan belajar anak, karena motivasi dari orang tua juga merupakan sesuatu yang menunjang terhadap

Untuk hal tersebut, PMI Pusat memandang perlu menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Posko Penanggulangan Bencana (PB) PMI yang selanjutnya diharapkan mampu menjadikan

Pada perencanaan bendung tetap Gunung Nago tersebut dilakukan perhitungan seperti analisa hidrologi menggunakan metode aritmatik, perhitungan debit banjir rencana

Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas di lakukan dengan uji glejser dan menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari masing-masing variabel profitabilitas,

Hasil uji hipotesis pada tabel 7 dapat dimaknai antara lain apabila seluruh varia- bel profitabilitas, likuiditas, risiko bisnis, dividen, kepemilikan manajerial,

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pembangunan Daerah Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Kecamatan Ketersedian Infrastruktur Tipologi