• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Anggota Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Mengkonsumsi Buah Di Perdesaan Dan Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Anggota Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Mengkonsumsi Buah Di Perdesaan Dan Perkotaan"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN AN

PENGAMBILAN K

DI PERD

DEPARTEMEN IL

FAKUL

INSTIT

NGGOTA KELUARGA DALAM

KEPUTUSAN MENGKONSUMSI BUAH

DESAAN DAN PERKOTAAN

SITI NUR BAYANIAH

ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

LTAS EKOLOGI MANUSIA

ITUT PERTANIAN BOGOR

2011

AH

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peran Anggota Keluarga dalam

Pengambilan Keputusan Mengkonsumsi Buah di Perdesaan dan Perkotaan adalah karya saya pribadi dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi atau kutipan yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Mei 2011

(3)

ABSTRACT

SITI NUR BAYANIAH. The Member of Family Roles on Fruit Consumption Decision Making at Rural and Urban. Guidance by RETNANINGSIH and ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

Decision making in family is important for consumer behavior research. Fruit decision making involved in family food decision making. The purpose of this research is to examine the member family roles on fruit consumption decision making at rural and urban.Cross sectional studydesign is used. Located at Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor and Kelurahan Panaragan Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Total samples are 100, 50 samples at rural and 50 samples at urban. Sampling technique depend on house’s position of simple random sampling. Data was collected and analyzed by statistics (t-test, z-test, and Mann Whitney method). The member of family who play asinfluencer for fruit consumption decision making at rural is child, whereas at urban is wife. The member of family who play asgatekeeper, decision maker, buyer,provider, maintenancer and organizer at rural and urban is wife. Member of family who play as user at rural are wife and child, whereas at urban is wife. There are significant difference in child roles as influencer and gatekeeper at rural and urban,wife’s role asproviderand husband’s roles as providerat rural and urban. Based on the result of the research, it is better for wife to enrich their knowledge of fruit and it is better to educate children about fruits consumed to make better knowledge about them.

(4)

RINGKASAN

SITI NUR BAYANIAH. Peran Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Mengkonsumsi Buah di Perdesaan dan Perkotaan. Dibimbing oleh RETNANINGSIHdanISTIQLALIYAH MUFLIKHATI.

Pengambilan keputusan dalam keluarga merupakan hal yang penting untuk diteliti karena seseorang melakukan pembelian dengan latar belakang dan alasan keluarga. Pengambilan keputusan pangan mencakup pengambilan keputusan mengkonsumsi buah. Mengacu pada pola makan gizi seimbang dimana setiap orang dianjurkan mengkonsumsi buah 2-4 porsi/hr (1 porsi setara dengan 150 g). Konsumsi buah masyarakat diawali konsumsi keluarga sebagai unit terkecil masyarakat. Perilaku konsumsi tercakup dalam rangkaian pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi buah. Pengambilan keputusan keluarga dapat dilakukan oleh semua individu dalam keluarga secara bersama-sama ataupun dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah di perdesaan dan perkotaan, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi motivasi mengkonsumsi buah di perdesaan dan perkotaan, (2) Mengetahui sumber informasi terkait pengambilan keputusan dalam mengkonsumsi buah pada keluarga di perdesaan dan perkotaan, (3) Menganalisis peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah pada keluarga di perdesaan dan perkotaan, (4) Mengetahui manfaat dan akibat yang dirasakan anggota keluarga ketika mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi buah.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, sebagai perwakilan daerah perdesaan dan di Kelurahan Panaragan Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor, sebagai perwakilan daerah perkotaan. Penelitian ini merupakan rangkaian dari penelitian besar mengenai Peran Anggota Keluarga, Perilaku Pembelian dan Konsumsi Buah dalam Pengambilan Keputusan Mengkonsumsi Buah di Perdesaan dan Perkotaan. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut berdekatan dengan pasar yang merupakan salah satu tempat penjualan buah. Pengambilan data berlangsung selama Bulan Mei hingga Juni 2010. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 100 keluarga dengan proporsi 50 contoh di perdesaan dan 50 contoh di perkotaan. Penarikan contoh dilakukan secara acak. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Desa Cihideung Ilir dan Kelurahan Panaragan. Data dianalisis secara deskriptif dan statistik inferensia (uji beda t-test, uji beda z-test dan uji beda Mann Whitney).

(5)

sekolah suami di perdesaan dan perkotaan (p<0,01). Rataan lama sekolah istri di perdesaan adalah 6,5 th dan perkotaan adalah 11,8 th, terdapat perbedaan yang nyata lama sekolah istri di perdesaan dan perkotaan (p<0,01). Persentase terbesar pekerjaan suami di perdesaan adalah sebagai buruh, sedangkan pekerjaan suami di perkotaan adalah sebagai pegawai negeri sipil. Persentase terbesar pekerjaan istri di perdesaan dan perkotaan adalah sebagai ibu rumahtangga. Persentase terbesar pendapatan keluarga di perdesaan dan perkotaan berada di atas garis kemiskinan.

Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan istri di perdesaan dan perkotaan. Sumber informasi yang paling banyak dijadikan istri dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah yang berada di perdesaan maupun di perkotaan berasal dari penjual. Motivasi mengkonsumsi buah baik di perdesaan maupun di perkotaan adalah kesehatan.

Istri merupakan anggota keluarga yang paling banyak berperan dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah diantaranya adalah sebagai influencer di perkotaan, gatekeeper, decision maker, buyer, provider, user, maintenancer dan organizer. Terdapat perbedaan yang nyata antara peran istri sebagaiprovider(p<0,05) di perdesaan dan perkotaan. Peran suami tidak dominan dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah. Meskipun demikian, terdapat perbedaan nyata peran suami sebagai provider (p<0,05) di perdesaan dan perkotaan. Anak merupakan anggota keluarga yang berperan sebagai influencer di perdesaan dan user di perkotaan. Terdapat perbedaan yang nyata peran anak sebagai influencer di perdesaan dan perkotaan (p<0,1) dan peran anak sebagai gatekeeperdi perdesaan dan perkotaan (p<0,1).

Manfaat terbesar yang dirasakan setelah mengkonsumsi buah oleh keluarga di perdesaan dan perkotaan adalah segar. Persentase terbesar keluarga di perdesaan dan perkotaan menyatakan biasa saja ketika tidak mengkonsumsi buah. Sebaiknya edukasi masyarakat berupa penyuluhan kepada keluarga-keluarga baik di perdesaan maupun di perkotaan dilakukan kepada istri sebagai anggota keluarga yang paling mendominasi dalam pengambilan keputusan konsumsi buah dan juga kepada anak sebagaiinfluencer.

Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya istri memperkaya pengetahuan dan wawasannya mengenai buah karena istri berperan nyata dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah. Hampir seluruh peran dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah didominasi oleh istri. Begitupun dengan anak, sebaiknya anak diberikan pengarahan mengenai buah-buahan yang dikonsumsi agar mendapat pengetahuan yang baik mengenai buah. Anak berperan penting sebagai orang yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah.

(6)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.

(7)

PERAN ANGGOTA KELUARGA DALAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI BUAH

DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

SITI NUR BAYANIAH

Skripsi

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)

Judul : Peran Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Mengkonsumsi Buah di Perdesaan dan Perkotaan

Nama : Siti Nur Bayaniah

NRP : I24060693

Disetujui

Diketahui,

Tanggal Ujian : Tanggal Lulus:

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. Pembimbing II

Ir. Retnaningsih, M.Si. Pembimbing I

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 2 Mei 1988 dan merupakan putri

pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Ibu Siti Lam Atun dan Bapak Muhamad Badri. Penulis menyelesaikan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bogor hingga tahun 2006. Melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada Agustus 2006. Setelah melanjutkan Tingkat Persiapan Bersama, terpilih menjadi salah satu mahasiswa di Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen dengan Supporting Course

beragam.

Penulis aktif di organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Bogor sebagai Sekretaris Bidang Hubungan Masyarakat. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis sering terlibat dalam divisi dan kepanitiaan di acara kemahasiswaan. Seperti Temu Etos Nasional 2007, Dauroh Marhalah 3 Tingkat Nasional 2008, International Youth Gathering 2009. Penulis

meraih beasiswa dari Beastudi Etos Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa Republika dilanjutkan dengan beasiswa Karya Salemba Empat.

Tahun 2008 penulis menjadi salah satu tim Asisten Praktikum pada mata kuliah Perilaku Konsumen. Tahun 2009 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Dusun Naringgul, Desa Karang Papak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pada kegiatan KKP tersebut, penulis mengetuai

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tidak terkira sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Peran Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Mengkonsumsi Buah di Perdesaan dan Perkotaan” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari skripsi ini terwujud tidak lepas dari dukungan semua pihak maka ucapan terima kasih setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada:

1. Mama, Nurul, Adah, Bapa, dan seluruh anggota keluarga besar Syu’aib dan Ruyani yang telah memberikan penulis semangat, cinta kasih, keceriaan dan kehidupan pembelajaran yang bermakna dan sangat berharga. Keluarga semang di Dusun Naringgul Desa Karang Papak Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi atas doa dan kenangan yang tak terkira.

2. Ir. Retnaningsih, M.Si. dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran dan pengertian telah memberikan bimbingan, saran dan waktunya untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.F.S.A. selaku dosen pembimbing akademik, Alfiasari, S.P., M.Si. selaku dosen pemandu dalam seminar hasil

penelitian dan Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. selaku dosen penguji. 4. Dr. Ir. Diah Krisnatuti P., M.S., dan Dr. Ir. Euis Sunarti, M.S. atas segala

dukungan yang telah diberikan, dan seluruh dosen, tenaga ahli dan staf penunjang di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen dan Fakultas Ekologi Manusia yang telah banyak membantu selama perkuliahan hingga selesai.yang belum penulis sebutkan.

5. Sekretariat dan pemerintahan Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea,

(11)

6. Beastudi Etos dan para Etoser, para kader KAMMI, para penghuni Pondok AMMI, KSE, pengurus Pratista Indonesia dan sekitarnya.

7. IKK 43 yang telah menjadi teman dalam menimba ilmu. IKK 44 dan teman-teman alumni 2006 MAN 1 Bogor yang telah berkenan hadir di seminar.

8. Teman-teman Kharisma Prestasi, Inet, Bintang Pelajar cabang Bangbarung dan Jalan Baru,.

9. Pihak-pihak lain yang telah membantu proses belajar dan penelitian yang

tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan kepada semua orang yang beriman dan beramal salih yang namanya disebutkan atau yang belum disebutkan. Semoga hasil karya ini bisa bermanfaat luas bagi umat.

Bogor, Mei 2011

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………... xix

DAFTAR GAMBAR ………... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xxiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ………... 1

Perumusan Masalah ………... 3

Tujuan ……… 4

Kegunaan ………... 4

TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Buah ……….….. 5

Perilaku Konsumen ………. 6

Definisi Perilaku Konsumen………. 6

Sumber Informasi ……….. 7

Motivasi ………... 8

Definisi Motivasi ………... 8

Proses Terbentuknya Motivasi ……….. 8

PengambilanKeputusan ………..… 10

Definisi Pengambilan Keputusan ……….. 10

Peran Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan … 11 Penelitian Terdahulu ………... 12

KERANGKA PEMIKIRAN ………... 17

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu ……….…… 19

Teknik Pengambilan Contoh………..…. 19

Jenis dan CaraPengumpulan Data ……….…. 20

Pengolahan dan Analisis Data ………... 21

Definisi Operasional ……… 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum LokasiPenelitian ………... 25

Desa Cihideung Ilir ………... 25

Kelurahan Panaragan ………. 26

Karakteristik Keluarga Contoh ………... 27

Besar Keluarga ……….. 27

Usia Suami dan Istri ………. 28

Tingkat Pendidikan Suami dan Istri ……….. 29

Pekerjaan Suami dan Istri ……….. 30

Pendapatan Perkapita Keluarga ………. 31

Motivasi Mengkonsumsi Buah ………..………..… 33

Sumber Informasi ……… 35

(13)

Peran Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan

Mengkonsumsi Buah ….……….….. 38

Influencer………... 38

Gatekeeper………. 40

Decision Maker………. 42

Buyer………. 43

Provider………. 44

User………... 45

Maintenancer………. 46

Organizer………... 48

Keputusan Pembelian ………. 49

Manfaat dan Akibat setelahMengkonsumsi Buah ..………..……. 51

Manfaat Mengkonsumsi Buah ……….. 51

Akibat Tidak Mengkonsumsi ………...………. 52

SIMPULAN DAN SARAN ………. 55

Simpulan ………...…………. 55

Saran ……….. 55

DAFTAR PUSTAKA……….. 57

LAMPIRAN ……….. 61

Persentase responden di perdesaan dan perkotaan berdasarkan jawaban benar pengetahuan ………. 63

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Sebaran perilaku konsumsi contoh berdasarkan frekuensi dan

jumlah konsumsi contoh di perdesaan dan perkotaan ……… 5 2. Hasil penelitian terdahulu danperbedaaanya ……… 14 3. Variabel, pengukuran, skala data dan kategori data ……….… 21 4. Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga dan wilayah.. 27 5. Sebaran contoh berdasarkanusia suami dan istri serta wilayah ….. 28 6. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan suami dan istri serta

wilayah ………. 30 7. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan suami dan istri serta

wilayah ………. 31 8. Kisaran pendapatan keluarga contoh dan wilayah ………...… 32 9. Sebaran contoh berdasarkan perbandingan pendapatan per kapita

per bulan dan wilayah ………..………. 33 10. Sebaran contoh berdasarkan motivasi utama mengkonsumsi buah

dan wilayah ……….. 34 11. Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi tentang buah yang

diteliti menurut wilayah ..………. 36 12. Pernyataan relatif berjawaban sama berdasarkan uji cochran dan

persentase menjawab benar serta wilayah .……… 37 13. Sebaran contoh berdasarkan peran anggota keluarga sebagai

influencerdan wilayah ………...……… 39

14. Sebaran contoh berdasarkan peran anggota keluarga sebagai

gatekeeperdan wilayah ………..….. 40

15. Sebaran contoh berdasarkan peran anggota keluarga sebagai

decision makerdan wilayah ...……….. 42

16. Sebaran contoh berdasarkan peran anggota keluarga sebagaibuyer

dan wilayah……….. 43

17. Sebaran contoh berdasarkan peran anggota keluarga sebagai

providerdan wilayah ……… 44

18. Sebaran contoh berdasarkan peran anggota keluarga sebagaiuser

dan wilayah ……….. 45 19. Sebaran contoh berdasarkan peran anggota keluarga sebagai

maintenancerdan wilayah ..……….………...…... 47 20. Sebaran contoh berdasarkan peran anggota keluarga sebagai

organizerdan wilayah ……… 48

21. Sebaran contoh berdasarkan keputusan pembelian buah oleh istri

(15)

22. Sebaran contoh berdasarkan manfaat yang dirasakan setelah

mengkonsumsi buah dan wilayah ……… 51 23. Sebaran contoh berdasarkan akibat yang dirasakan jika tidak

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Proses perilaku konsumen ………... 6 2. Prosesterbentuknya motivasi ………. 8 3. Kerangka pemikiran peran anggota keluarga dalam pengambilan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Persentase responden di perdesaan dan perkotaan berdasarkan

jawaban benar pengetahuan ……….….. 63 2. Lama pendidikan dan kontribusi istri yang berperan dalam

pengambilan keputusan mengkonsumsi buah di perdesaan dan

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Studi mengenai keluarga dan hubungannya dengan pembelian dan konsumsi adalah penting, tetapi seringkali diabaikan dalam analisis perilaku konsumen. Pentingnya keluarga timbul karena dua alasan. Pertama, banyak produk dibeli konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga besar. Kedua, saat pembelian dibuat oleh individu, keputusan pembelian individu bersangkutan

mungkin sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang lainnya. Orang yang bertanggungjawab untuk pembelian dan persiapan pangan keluarga mungkin bertindak sebagai individu di pasar swalayan, tetapi dipengaruhi oleh preferensi dan kekuasaan anggota lain dalam keluarga. Konsumen tersebut mungkin menyukai jenis buah yang sama seperti anggota lain dalam keluarga. Pengaruh keluarga pada keputusan konsumen benar-benar meresap.

Studi tentang keputusan keluarga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai konsumen. Alasan pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari keluarga sebagai organisasi. Survei dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dilakukan kepada individu daripada keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh anggota keluarga memerlukan akses ke semua anggota pada waktu yang

kurang lebih sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai produk atau jasa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relatif dalam keputusan tersebut.

Keluarga adalah ‘pusat pembelian’ yang merefleksikan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan. Individu membeli produk untuk dipakai sendiri dan untuk dipakai oleh anggota keluarga yang lain.

(19)

Pemasar perlu berkomunikasi dengan pemegang masing-masing peranan. Anak, misalnya, adalah user buah tetapi mungkin bukan buyer. Salah satu atau kedua orangtua mungkin merupakan deciderdanbuyer, walaupun anak mungkin penting sebagai influencer dan user. Peranan influencermungkin dilakukan oleh orang yang paling ahli. Sebagai contoh, orangtua mungkin menjadi decider mengenai jenis buah yang akan dibeli, tetapi anak seringkali berperan sebagai gatekeeper dan influencer karena pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut buah (Engel et.al 1994).

Buah merupakan salah satu pangan yang sebaiknya dikonsumsi. Buah digambarkan dalam sebuah piramida makanan, dan dianjurkan untuk dikonsumsi 2-4 porsi/hr. Konsumsi buah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan agar kesehatan penduduk terjamin. Pentingnya buah untuk dikonsumsi membuat World Health Organization (WHO) dan para ahli gizi di Amerika Serikat menganjurkan agar kita paling sedikit mengkonsumsi buah sebanyak 5 porsi/hr.

Satu porsi buah setara dengan 150 g.

Tingkat konsumsi buah dan sayur pada masyarakat Indonesia saat ini masih rendah dan jauh dari batas minimal yang direkomendasikan oleh badan pangan dan pertanian dunia (Food and Agricultural Organization). Sebuah survei yang dilakukan pada Tahun 2004 menunjukkan bahwa hanya sekitar 15 persen penduduk Indonesia yang mengkonsumsi buah lebih dari 5 porsi/hr. Meskipun begitu, kebutuhan buah cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan

peningkatan kesadaran gizi masyarakat. Kecenderungan ini diakibatkan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari pendapatan per kapita serta semakin meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini menjadikan kebutuhan buah meningkat secara kualitas maupun secara kuantitas. (Astawan dan Kasih 2008).

Konsumsi buah masyarakat Indonesia diawali dengan konsumsi buah

(20)

Perumusan Masalah

Konsumsi buah di masyarakat Indonesia seperti dinyatakan Astawan dan

Kasih (2008) menjadi permintaan yang tinggi dalam pemasaran buah dunia. Padahal Indonesia merupakan negara tropis yang seharusnya kaya dengan sumber nabati. Kenyataannya, produksi buah Indonesia yang belum memenuhi permintaan pasar masih dapat memungkinkan buah-buah impor masuk ke Indonesia dalam jumlah cukup besar.

Konsumsi buah masyarakat diawali dari konsumsi buah dari institusi

terkecil masyarakat yang disebut keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (UU No.52 tahun 2009). Keluarga menjadi sebuah institusi terkecil dalam masyarakat untuk menentukan pengambilan keputusan dalam mengkonsumsi buah.

Berdasarkan pernyataan di atas menarik untuk melakukan penelitian

tentang pengambilan keputusan konsumsi buah pada keluarga di Bogor. Terlebih lagi peran-peran yang muncul dalam pengambilan keputusan keluarga terhadap konsumsi buah di perdesaan dan perkotaan. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi peran anggota keluarga dan berbagai hal yang terkait dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah. Lebih lanjut, perumusan masalah disusun sebagai berikut:

1. Apa saja motivasi mengkonsumsi buah pada keluarga di perdesaan dan

perkotaan?

2. Apa saja sumber informasi tentang buah yang diperoleh keluarga di perdesaan dan perkotaan?

3. Apa saja peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah pada keluarga di perdesaan dan perkotaan?

4. Apa saja manfaat dan akibat yang dirasakan oleh keluarga jika

(21)

Tujuan Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah di perdesaan dan perkotaan Bogor.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi motivasi keluarga dalam mengkonsumsi buah di perdesaan dan perkotaan.

2. Mengetahui sumber informasi terkait pengambilan keputusan dalam mengkonsumsi buah pada keluarga di perdesaan dan perkotaan.

3. Menganalisis peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah pada keluarga di perdesaan dan perkotaan.

4. Mengetahui manfaat dan akibat yang dirasakan anggota keluarga ketika mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi buah.

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai beberapa peran masing-masing anggota keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah di perdesaan dan perkotaan. Hal ini berimplikasi pada:

1. Mahasiswa: sebagai ajang pembelajaran mengenai salah satu ranah pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, yaitu mengenai peran anggota

keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah.

2. Pembuat kebijakan: yaitu pemerintah secara umum dapat membantu petani lokal memberikan informasi mengenai anggota keluarga yang mempengaruhi pengambilan keputusan mengkonsumsi buah, sehingga petani dapat memaksimalkan usahanya memproduksi buah yang aman bagi keluarga.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Konsumsi Buah

Pemenuhan konsumsi buah di Indonesia yang cenderung meningkat dilakukan dengan perdagangan buah dalam dan dengan luar negeri. BPS 2010 menunjukkan data terakhir produksi buah di Indonesia tahun 2008-2009. Produksi buah Indonesia mencapai 16,21 juta ton pada tahun 2008. Pada tahun 2009, produksi buah Indonesia mencapai 17,95 ton. Hal ini menunjukkan adanya

peningkatan produksi buah sebesar 9,7 persen. Produksi dari hortikultura ini digunakan untuk pemenuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri, serta untuk ekspor. Meskipun produksi meningkat tetapi konsumsi buah di Indonesia masih jauh di bawah standar kesehatan FAO. Rata-rata konsumsi buah Indonesia hanya sebesar 43,5 kg/kap/th atau sekitar 50 persen dari yang ditetapkan FAO.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi buah keluarga perdesaan

dan perkotaan masih di bawah standar yang dianjurkan FAO. Parhati (2010) menyatakan bahwa buah yang paling sering dibeli oleh keluarga di perdesaan dan perkotaan wilayah Bogor adalah buah jeruk dengan frekuensi 4x1 bulan dengan jumlah konsumsi 65,7 g/kap/bl dan 99,3 g/kap/bl. Adapun rincian jenis buah yang paling sering dikonsumsi, frekuensi buah dan jumlah yang dikonsumsi oleh keluarga di perdesaan dan perkotaan Bogor disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran perilaku konsumsi contoh berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi contoh di perdesaan dan perkotaan

No. Jenis Buah Frekuensi/bln/kap Jumlah/g/kap

Desa Kota Desa Kota

1 Jeruk 4 4 65,7 99,3

2 Pisang 4 4 932,6 333,3

3 Mangga 10 4 81,6 733,3

4 Apel 4 4 62 86,4

5 Rambutan 4 4 1495,3 68,3

6 Pir 0 4 0 78

7 Pepaya 1 4 95,8 212,3

8 Semangka 1 4 692,6 514,1

9 Jambu biji 4 1 305,7 297,4

10 Salak 4 4 69,1 197,2

11 Alpukat 0 4 0 724,3

p-value 0,000*** 0,837

(23)

Perilaku Konsumen Definisi Perilaku Konsumen

Pengertian perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2007) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Sumarwan (2004) mengartikan perilaku konsumen dengan semua kegiatan, tindakan, serta proses

psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal yang disebutkan atau kegiatan evaluasi. Pengertian tersebut disederhanakan dengan produk yang dibeli konsumen, motivasi konsumen mengkonsumsi produk, waktu pembelian, tempat pembelian, frekuensi pembelian, frekuensi penggunaan produk.

Prasetijo dan Ihalauw (2005) mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Tahap perolehan (acquisition): mencari (searching) dan membeli (purchasing).

2. Tahap konsumsi (consumption): menggunakan (using) dan mengevalusi (evaluating).

3. Tahap tindakan pascabeli (dispotion): hal yang dilakukan oleh konsumen setelah produk tersebut digunakan atau dikonsumsi.

Proses ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses perilaku konsumen

Kesimpulannya adalah perilaku konsumen merupakan segala persiapan dan atau tindakan manusia sehari-hari dalam mengkonsumsi kebutuhan yang

Kebutuhan

Mendapatkan Produk

Mencari:

- Informasi

- Alternatif

- Keputusan membeli

Konsumsi

Menggunakan

Mengevaluasi

Pasca Beli

(24)

diperlukannya seperti barang dan jasa dengan menggunakan segala sumberdaya yang ada.

Sumber informasi

Informasi dapat datang dari berbagai sumber termasuk teman, anggota keluarga, dan media massa. Engel et.al (1994) membagi sumber informasi ke dalam personal (teman dan keluarga) dan impersonal (media massa dan informasi dalam toko). Engel et.al (1994) juga menyebutkan bahwa bahasa dapat mempengaruhi pilihan media, dan informasi yang terkandung di dalamnya

memberikan dampak pada kuantitas dan kualitas informasi yang diterima.

Konsumen membutuhkan informasi karena informasi mempunyai berbagai fungsi bagi konsumen untuk mengambil keputusan dengan rasional dan efisien sehingga konsumen dapat menggunakan sumberdayanya dengan baik. Informasi juga dapat mengurangi risiko ketidakpastian. Konsumen membutuhkan informasi yang benar karena informasi yang salah bukan hanya akan berakibat fatal, tetapi

juga akan menghilangkan kepercayaan konsumen kepada produsen (Mather 2006).

Kebutuhan informasi semakin penting pada era industrialisasi ini karena beragam produk makanan dan minuman menghadirkan berbagai macam merek kepada konsumen. Kotler (2002) menggolongkan informasi konsumen ke dalam empat kelompok, yaitu (1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, dan

kenalan), (2) sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, dan pajangan di toko), (3) sumber publik (media massa), dan (4) sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk). Selain itu, Kotler (2002) menyatakan bahwa jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi tersebut berbeda tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli.

Menurut Kotler (2002), pada umumnya konsumen mendapatkan sebagian

(25)

Motivasi Definisi Motivasi

Schiffman dan Kanuk (2004) mengemukakan bahwa motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dan penggerak dalam diri individu yang memaksa individu untuk bertindak. Tenaga pendorong dan penggerak tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan ataupun tekanan yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tanpa sadar berjuang untuk mengurangi ketegangan melalui perilaku yang mereka harapkan

akan memenuhi kebutuhan konsumen dan dengan demikian akan membebaskan dari tekanan yang dirasakannya dan dengan demikian akan menimbulkan keadaan yang lebih menyenangkan dalam dirinya.

Proses terbentuknya motivasi

Rangsangan atau stimulus akan menyebabkan pengenalan kebutuhan. Rangsangan tersebut bisa datang dari dalam diri sendiri (faktor instrinsik) ataupun

dari luar (faktor ekstrinsik). Rangsangan tersebut terjadi karena adanya kesenjangan antara apa yang sebenarnya dirasakan dengan yang seharusnya dirasakan. Pengenalan kebutuhan akan menimbulkan tekanan kepada seseorang sehingga ada dorongan pada dirinya untuk melakukan tindakan dalam rangka pencapaian tujuan. Apabila tujuan atau kebutuhan tersebut telah terpenuhi maka tekanan pun akan berkurang (Sumarwan 2004). Gambar 2 memperlihatkan

bagaimana proses motivasi terjadi.

Gambar 2. Proses terbentuknya motivasi (Schiffman & Kanuk 2004)

Belajar Kebutuhan,

Keinginan, dan Hasrat yang Belum Terpenuhi

Ketegangan Perilaku

Pemenuhan Tujuan atau kebutuhan Dorongan

Pengurangan Ketegangan

(26)

Teori motivasi yang terkenal adalah teori hierarki kebutuhan manusia oleh Maslow. Menurut Maslow mengacu dalam Schiffman & Kanuk (2004) terdapat

lima tingkat kebutuhan dari yang paling dasar sampai ke tingkat yang paling tinggi, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang kehidupan biologis, meliputi makanan, air, udara, perumahan, pakaian dan sebagainya.

2. Kebutuhan akan keamanan. Kebutuhan ini jauh lebih besar dari sekedar

keamanan fisik, meliputi ketertiban, stabilitas, kebiasaan sehari-hari, keakraban, dan pengendalian atas kehidupan diri dan lingkungan.

3. Kebutuhan sosial. Kebutuhan ini meliputi berbagai kebutuhan seperti cinta, kasih sayang, pemilikan, dan penerimaan.

4. Kebutuhan akan kepentingan diri sendiri. Kebutuhan ini dapat berorientasi ke dalam maupun ke luar diri atau kedua-duanya. Kebutuhan ego yang terarah ke

dalam diri mencerminkan kebutuhan individu akan penerimaan diri, harga diri, kesuksesan, kemandirian, kepuasan pribadi atas pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik. Kebutuhan ego yang terarah ke luar diri meliputi kebutuhan akan martabat, nama baik, status, dan pengakuan dari orang lain.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan ini mengacu pada keinginan individu untuk melengkapi kemampuannya, untuk menjadi apa saja yang mampu diraih.

Engel et.al (1994) menyatakan bahwa perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika terdapat ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan atau disukai. Jika ketidakcocokan ini meningkat, akan mengakibatkan pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang mengacu sebagai dorongan atau drive. Pengenalan kebutuhan merupakan proses awal dalam pengambilan keputusan.

(27)

Pengambilan Keputusan Definisi Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak begitu saja, tetapi melalui tahapan tertentu (Schiffman et.al 2001). Keputusan adalah pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif yang tersedia (Schiffman dan kanuk 2004). Keputusan menurut Davis (1951) dalam Hasan (2004) adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.

Menurut Follet (1924) dalam Hasan (2004) keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Stoner (1982) dalam Hasan (2004) menyebutkan keputusan sebagai pemilihan diantara alternatit-alternatif.

Atmosudirjo (1986) dalam Hasan (2004) menggambarkan keputusan merupakan suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah untuk menjawab pertanyaan mengenai yang harus diperbuat guna mengatasi

masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif. Disimpulkan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif. Adapun teori pengambilan keputusan adalah teori-teori atau teknik-teknik atau pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pengambilan keputusan (Hasan 2004).

Menurut Terry (1977) dalam Hasan (2004), pengambilan keputusan adalah

pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Menurut Siagian (2003) dalam Hasan (2004), pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Menurut Stoner (1982) dalam Hasan (2004), pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan untuk memilih suatu

(28)

Peran Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan

Keluarga adalah lingkungan mikro, yaitu lingkungan yang paling dekat

dengan konsumen. Alasan utama mempelajari keluarga dalam pengambilan keputusan adalah berbagai macam produk dan jasa dibeli oleh beberapa orang konsumen yang mengatasnamakan sebuah keluarga. Selain itu, pengambilan keputusan pembelian suatu produk dan jasa tersebut dipengaruhi oleh anggota keluarga lain atau diputuskan oleh beberapa anggota keluarga atau diputuskan bersama oleh semua anggota keluarga (Sumarwan 2004).

Sumarwan (2004) menyatakan bahwa setiap anggota keluarga berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk pembelian dan konsumsi suatu produk. Peran anggota keluarga tersebut dapat berbeda dapat pula sama. Schiffman dan Kanuk (2007) membedakan peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan menjadi delapan peran sebagai berikut:

1. Influencer (orang yang mempengaruhi) adalah anggota keluarga yang memberikan informasi pada anggota lain mengenai suatu produk atau jasa. 2. Gatekeeper (penjaga pintu atau penyaring informasi) adalah anggota keluarga yang mengontrol arus informasi mengenai produk atau jasa pada keluarga.

3. Decision Maker (pengambil keputusan) adalah anggota keluarga dengan wewenang untuk menentukan secara sepihak atau bersama-sama dalam keputusan berbelanja, membeli, memakai, atau tidak lagi menggunakan

produk atau jasa tertentu.

4. Buyer (pembeli) adalah anggota keluarga yang sesungguhnya melakukan pembelian produk atau jasa tertentu.

5. Provider (orang yang mempersiapkan) adalah anggota keluarga yang mengubah produk menjadi suatu bentuk yang layak dikonsumsi oleh para anggota keluarga lainnya.

6. User (pemakai) adalah anggota keluarga yang menggunakan atau mengkonsumsi produk atau jasa tertentu.

(29)

8. Organizer (pengatur) adalah anggota keluarga yang memulai atau melakukan proses pembuangan atau menghentikan pemakaian produk atau

jasa tertentu.

Penelitian Terdahulu

Putri (2010) menganalisis sikap dan keputusan pembelian konsumen terhadap produk minuman teh dalam kemasan cup siap saji merek teh upet di Kota Bogor menjelaskan proses pengambilan keputusan konsumen. Pada tahap pengenalan kebutuhan, sebagian besar responden mengkonsumsi teh dalam

kemasan karena rasanya yang enak. Pada tahap pencarian informasi, merek minuman teh dalam kemasan yang paling banyak diketahui oleh responden adalah teh upet. Pada tahap evaluasi alternatif, atribut terpenting bagi responden adalah atribut rasa dan merek yang sesuai adalah teh upet. Pada tahap pembelian, sebagian responden membeli teh upet di pusat perbelanjaan. Pada evaluasi pasca pembelian, secara umum responden menyatakan puas dengan teh upet dan akan

melakukan pembelian ulang serta akan merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain.

Miftah (2010) menganalisis proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap restoran Gurih 7 Bogor menjelaskan proses pengambilan keputusan konsumen melalui lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pascapembelian.

Adapun preferensi konsumen dipengaruhi oleh keterampilan pramusaji dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat, kecepatan pramusaji dalam menanggapi keluhan konsumen, keramahan dan kesopanan pramusaji dalam melayani konsumen, penataan interior dan eksterior restoran serta upaya restoran memenuhi kebutuhan konsumen.

Wulansari (2010) menjelaskan konsumsi serta preferensi buah dan sayur

(30)

1 Ciampea adalah jeruk. Buah yang paling tidak disukai di SMAN 2 Bogor adalah mengkudu sedangkan di SMAN 1 Ciampea adalah durian. Sebagian besar contoh

di SMAN 2 Bogor menyukai pengolahan buah dengan cara dijus sedangkan di SMAN 1 Ciampea menyukai rujak.

Mufida (2008) mengkaji proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terhadap Duku Prunggahan, menganalisis preferensi konsumen, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian dan mengetahui implikasi terhadap bauran strategi

pemasaran. Tahap proses pengambilan keputusan pembelian yang pertama adalah pengenalan kebutuhan responden dengan motivasi kualitas Duku Prunggahan yang baik. Sumber informasi berasal dari teman, saudara atau keluarga. Pertimbangan responden dalam membeli adalah rasa yang manis pada tahap evaluasi alternatif. Pembelian dilakukan ke petani langsung dan dengan mendadak atau tergantung situasi. Tahap pasca pembelian diteliti bahwa responden merasa

puas dan akan tetap membeli meskipun harga naik.

Responden lebih memilih Duku Prunggahan berasa manis, harga Rp 9.000-Rp 12.000/kg, kulit yang mulus bersih, ukuran buah dengan keliling 9-10 cm, warna kulit kuning, tekstur daging kenyal dan bentuk buah yang bulat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah tingkat pendidikan terakhir SMA-Perguruan Tinggi, bekerja sebagai PNS-wiraswasta-pegawai swasta, melakukan pembelian lebih dari satu kali dan tempat tinggal

dekat dengan sentra produksi Duku Prunggahan. Implikasi terhadap bauran pemasaran meliputi strategi produk seperti mempertahankan rasa kualitas rasa, dan promosi seperti mengikuti pameran, kontes dan promosi di tempat pariwisata.

Patiroi (2008) mengkaji atribut kualitas buah segar, menganalisis tingkat kepuasan konsumen, dan merumuskan strategi pemasaran yang tepat. Disimpulkan bahwa konsumen termotivasi membeli buah segar dengan motif

(31)

kesopanan pramuniaga, penampilan prmuniaga, kecepatan transaksi, tata ruang dan dekorasi toko. Strategi yang dirumuskan adalah memprioritaskan promosi

dengan tujuan meningkatkan volume penjualan.

Dalimunthe (2007) mengidentifikasi karakteristik buah pisang raja bulu yang disukai konsumen, menganalisis tingkat kepuasan konsumen, menganalisis saluran pemasaran pisang raja bulu dan perlakuan lembaga pemasaran yang mempengaruhi mutu pisang raja bulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen menginginkan daging buah pisang raja bulu yang berwarna kuning dan

bagian dalam merah, jumlah persisir 16-20 bh, bentuk agak lurus, warna kulit kuning jingga dan bersih dari kotoran 90-95%, tebal kulit sedang dan buah yang seragam di setiap sisirnya. Atribut rasa merupakan atribut buah yang paling penting menurut responden. Saluran pemasaran adalah sebagai berikut: 1) konsumen akhir, 2) pedagang pengecer-konsumen akhir, dan 3) petani-PPD-pengecer-konsumen akhir. Saluran pemasaran yang lebih pendek membuat

rasio farmer’s share yang lebih besar. Perlakuan yang dilakukan lembaga pemasaran adalah pemeraman, penyisiran dan pengangkutan.

[image:31.612.129.515.509.678.2]

Penelitian-penelitian terdahulu memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Adapun persamaannya adalah meneliti ranah ilmu konsumen baik mengenai pengambilan keputusan ataupun komoditas yang sama yaitu buah. Adapun perbedaan antara ketiga penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil penelitian terdahulu dan perbedaannya.

No. Perbedaan Metode Analisis Alat analisis Komoditas

(32)
[image:32.612.79.486.102.592.2]

Tabel 2. Lanjutan

No. Perbedaan Metode Analisis Alat analisis Komoditas

(33)
(34)

KERANGKA PEMIKIRAN

Tahapan pengambilan keputusan diawali dengan pengenalan kebutuhan. Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan terjadinya perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Kebutuhan harus diaktifkan dan kemudian dapat dikenal sebagai motivasi. Langkah kedua adalah tahap pencarian informasi. Pencarian informasi dilakukan saat konsumen menganggap suatu kebutuhan dapat dipenuhi

dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi dari luar yang dapat berasal dari sumber informasi dan informasi yang tersimpan dalam ingatannya atau dapat disebut dengan pengetahuan.

Tahap selanjutnya yaitu evaluasi alternatif, menentukan alernatif pilihan, dan menentukan pilihan produk. Tahap awal hingga akhir keputusan konsumen dapat dipengaruhi oleh anggota keluarga. Keikutsertaan masing-masing anggota

keluarga yang disebut juga dengan peran anggota keluarga memasuki keseluruhan tahapan pengambilan keputusan.

Adapun peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah dalam penelitian ini diadopsi berdasarkan teori peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan Schiffman dan Kanuk (2007). Terdapat delapan peran yang berbeda dalam keluarga. Peran-peran ini dapat

dilakukan oleh salah satu anggota keluarga saja ataupun bersama-sama melakukan satu peran. Selain itu, satu anggota keluarga dapat melakukan lebih dari satu peran yang dikategorikan Schiffman dan Kanuk (2007) menjadi:

1. Influencer(orang yang mempengaruhi).

2. Gatekeeper(penjaga pintu atau penyaring informasi). 3. Decision Maker(pengambil keputusan).

4. Buyer(pembeli).

5. Provider(orang yang mempersiapkan). 6. User(pemakai).

(35)
[image:35.612.101.530.70.296.2]

Gambar 3. Kerangka pemikiran peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah di perdesaan dan perkotaan

Keterangan:

: variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti Karakteristik keluarga:

 Usia KK dan Istri

 Pendidikan KK dan Istri

 Pekerjaan KK dan Istri

 Besar Keluarga

 Pendapatan

Proses Pengambilan Keputusan: 1. Pengenalan Kebutuhan

2. Pencarian Informasi

3. Evaluasi alternatif 4. Menentukan alternatif

pilihan

5. Menentukan pilihan produk

Motivasi

Sumber Informasi

Pengetahuan

Peran Anggota Keluarga dalam Pengambilan Keputusan:

InfluencerGatekeeperDecision

makerBuyerProviderUser

(36)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini adalahcross sectional study,yakni cara mempelajari objek riset dalam suatu waktu tertentu saja atau tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang (Umar 2003). Penelitian ini dilakukan di wilayah yang mewakili Kabupaten dan Kota Bogor dengan alasan bahwa Kabupaten dan Kota Bogor memiliki karakteristik penduduk yang berbeda. Letak wilayah relatif dekat dengan ibukota yaitu Jakarta, sehingga memberikan implikasi pada cepatnya arus

informasi, teknologi, budaya, dan distribusi produk-produk yang dipasarkan. Hal ini mempengaruhi masyarakat di Kabupaten dan Kota Bogor, termasuk dalam hal pengambilan keputusan konsumsi.

Tempat penelitian ditentukan secara purposive dengan pertimbangan tempat penelitian berdekatan dengan pasar sebagai akses untuk memenuhi kebutuhan pangan salah satunya dalam mengkonsumsi buah. Oleh karena itu

dipilih Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea sebagai perwakilan wilayah perdesaan dan Kelurahan Panaragan Kecamatan Bogor Tengah sebagai perwakilan wilayah perkotaan. Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei hingga Juni 2010.

Teknik Pengambilan Contoh

Contoh adalah keluarga yang tinggal di Desa Cihideung Ilir sebagai

perwakilan wilayah perdesaan dan keluarga yang tinggal di Kelurahan Panaragan sebagai perwakilan wilayah perkotaan. Penelitian dilakukan dengan mewawancarai 100 istri sebagai responden dengan pertimbangan istri mengetahui berbagai transaksi pembelian yang dilakukan oleh keluarga terutama pangan. Penentuan jumlah contoh yang diambil menggunakan rumus Slovin (Umar 2003).

=

1 + =

4257

1 + 4257 (0.1 ) = 97,7 ≈ 100

Keterangan:

n = Jumlah contoh yang diambil

(37)

Rumus Slovin dengan kesalahan sebesar sepuluh persen menunjukkan seratus responden untuk kedua daerah terpilih yang mewakili perdesaan dan juga

perkotaan. Desa Cihideung Ilir memiliki 2.490 rumahtangga. Kelurahan Panaragan memiliki 1.767 rumahtangga. Berdasarkan Rumus Slovin, diperoleh jumlah contoh sebanyak 100 keluarga. Selanjutnya diambil masing-masing sebesar 50 responden di Desa Cihideung Ilir dan 50 responden di Kelurahan Panaragan.

Teknik pengambilan contoh dilakukan pada konsumen keluarga yang

berperan sebagai pengambil keputusan pembelian serta mengkonsumsi buah dengan acak sistematis berdasarkan posisi rumah pada masing-masing wilayah terwakili. Cara pemilihan contoh dapat dilihat pada Gambar 4.

purposive

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan wawancara kepada istri sebagai perwakilan dari keluarga mengenai karakteristik keluarga contoh (usia suami dan istri, pendidikan Acak Sistematis

[image:37.612.89.524.313.615.2]

Acak purposive purposive purposive

Gambar 4. Teknik pengambilan contoh

Kota Bogor (6 Kecamatan)

Kabupaten Bogor (40 Kecamatan)

Kecamatan Bogor Tengah (11 Kelurahan)

Kecamatan Ciampea (13 Desa)

Kelurahan Panaragan (7 RW)

Desa Cihideung Ilir (5 RW)

RW 1 dan RW 3 RW 3 dan RW 5

Bogor

(38)

suami dan istri, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan pengeluaran keluarga), motivasi yang terkait dengan pengambilan keputusan mengkonsumsi buah,

sumber informasi tentang buah, peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan mengkonsumsi buah, serta manfaat dan akibat yang dirasakan jika mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi buah. Data sekunder berupa profil monografi desa dan kelurahan yang diperoleh dari Kantor Desa Cihideung Ilir dan Kantor Kelurahan Panaragan.

Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007, Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 16.0 for Windows dan Minitab 14. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analyzing. Data contoh terdiri dari karakteristik keluarga meliputi karakteristik demografi (umur suami istri dan besar keluarga), dan sosial ekonomi (pendidikan

suami dan istri, jenis pekerjaan suami dan istri, dan pendapatan keluarga).

Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik keluarga (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, besar keluarga, dan pengetahuan tentang buah). Data diolah dengan menggunakan uji beda t-test dan z-test untuk menganalisis perbedaan dua kelompok data berbentuk data rasio. Untuk mengukur

validitas dan reliabilitas pendidikan, pekerjaan, kuesioner, telah dilakukan uji coba kuesioner sebelum penelitian dilakukan. Pengukuran reliabilitas alat ukur pengetahuan dilakukan ujicochransampai didapatkan nilai sebesar 0,15. Kategori data dan alat ukur penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Variabel, pengukuran, skala data dan kategori data

No. Variabel Pengukuran

Skala

Data

Kategori

1 Jumlah anggota keluarga

Jumlah orang yang tinggal satu rumah

Rasio BKKBN (1998):

-Keluarga kecil (≤ 4 orang)

(39)
(40)

No. Variabel Pengukuran

Skala

Data

Kategori

2 Usia (th) Lama hidup suami dan istri

Rasio Papalia & Old (2009):

-Dewasa awal (18-40 th) -Dewasa madya (41-60 th) -Dewasa akhir (> 61 th) 3 Pendapatan

keluarga

(Rp/bl)

Jumlah uang yang diperoleh anggota keluarga contoh tiap bulannya

Rasio GK Kabupaten Bogor 2011

< Rp 144.204,00

≥ Rp144.204,00

GK Kota Bogor 2011

< Rp 180.821,00

≥Rp 180.821,00 4 Tingkat

pengetahuan

Informasi yang dimiliki istri tentang buah

Nominal -ya -tidak

5 Sumber informasi

Sumber informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan membeli dan mengkonsumsi buah Nominal -penjual -tetangga -keluarga -media elektronik -media cetak -teman -dinas kesehatan -sekolah 6 Peran anggota keluarga

[image:40.612.72.484.63.725.2]
(41)

7 Manfaat yang dirasakan

Kesaksian terhadap manfaat yang dirasakan setelah mengkonsumsi

Nominal -kesehatan

-bergizi -segar

-enak -biasa saja

-menimbulkan penyakit

-mengenyangkan 8 Akibat yang

dirasakan

Jumlah kesaksian terhadap akibat yang dirasakan jika tidak mengkonsumsi

Nominal -penyakit

-lemas -asam mulut

-kurang -biasa saja

Definisi Operasional

Contoh adalah keluarga yang bertempat tinggal di Desa Cihideung Ilir dan Kelurahan Panaragan, mengkonsumsi buah dalam tiga bulan terakhir. Responden adalah istri atau ibu rumah tangga yang masih mengkonsumsi buah

minimal satu kali dalam tiga bulan terakhir.

Usiaadalah lama hidupnya masing-masing anggota keluarga yang dihitung dalam tahun.

Pendidikan adalah lama pendidikan formal terakhir yang ditempuh, setara dengan jumlah tahun sekolah, tidak termasuk tinggal kelas (dalam tahun). Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang menghasilkan uang sebagai sumber

penghasilan utama.

Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan yang diperoleh oleh seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah tangga dinyatakan dalam

rp/bl.

(42)

ketersediaan buah di daerah tempat tinggal, harga buah, cara membeli dan mengkonsumsi dinyatakan dalam skor.

Sumber informasi segala sesuatu yang dijadikan informasi mengenai produk buah, yang terdiri dari personal (teman dan keluarga), dan impersonal (meliputi media masaa, TV, radio, majalah, tabloid, surat kabar).

Motivasi pengambilan keputusan mengkonsumsi buah merupakan pernyataan pertama kali diingat sebagai penggambaran motivasi utama responden untuk memutuskan mengkonsumsi buah.

Peran dalam pengambilan keputusan adalah berbagai fungsi masing-masing anggota keluarga dalam mengkonsumsi buah menurut Schiffman dan Kanuk (2007) yang terbagi menjadi: orang yang mempengaruhi (influencer), penyaring informasi (gatekeeper), pengambil keputusan (decision maker), pembeli (buyer), orang yang mempersiapkan (provider), pemakai (user), pemelihara (maintenancer) dan pengatur (organizer). Manfaat mengkonsumsi buah merupakan pernyataan pertama kali diingat

sebagai hal yang menggambarkan perasaan istri jika telah mengkonsumsi buah.

(43)
(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir

Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Batas administratif Desa Cihideung Ilir di sebelah utara adalah berbatasan dengan Desa Cibanteng, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cihideung Udik, sebelah timur berbatasan dengan Desa

Babakan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Cihideung Udik dan Desa Cibanteng. Desa Cihideung Ilir memiliki luas wilayah 182,5 ha. Sebesar 80,0 ha lahan dimanfaatkan untuk persawahan, sebesar 79,0 ha digunakan sebagai pemukiman, dan selebihnya untuk pekarangan 5,0 ha, kuburan 5,0 ha, perkantoran 1,5 ha serta prasarana umum lainnya 12,0 ha.

Secara administratif, Desa Cihideung Ilir terbagi dalam lima Rukun Warga

(RW) dan 24 Rukun Tetangga (RT) dengan total penduduk sebanyak 9.393 jiwa dengan komposisi perempuan sebanyak 4.525 jiwa dan laki-laki sebanyak 4.868 jiwa. Jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Cihideung Ilir sebanyak 2.490 kepala keluarga (Laporan Kinerja Tahunan Desa Cihideung Ilir tahun 2010). Adapun keadaan penduduk di Desa Cihideung Ilir berdasarkan tingkat pendidikan, persentase terbesar penduduk Desa Cihideung Ilir adalah SD (61,2%).

Keadaan penduduk juga dapat dilihat berdasarkan mata pencaharian penduduk. Mayoritas penduduk Desa Cihideung Ilir berprofesi sebagai petani (548 jiwa). Adapun mata pencaharian penduduk lainnya adalah pegawai negeri sipil, swasta, buruh tani, sopir, usaha bidang jasa dan pertukangan. Hampir seluruh penduduk Desa Cihideung Ilir beragama Islam.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada upaya peningkatan pendidikan masyarakat, peningkatan derajat kesehatan masyarakat,

(45)

Kelurahan Panaragan

Secara adiministratif, Kelurahan Panaragan terletak di Kecamatan Bogor

Tengah, Kota Bogor dengan batas wilayah sebelah utara adalah Jalan Veteran, sebelah timur adalah Paledang, sebelah barat adalah Kali Cisadane, dan sebelah selatan dibatasi oleh Pasir Jaya. Kelurahan Panaragan memiliki luas wilayah 27,0 ha yang terdiri dari 7 Rukun Warga (RW) dengan 34 Rukun Tetangga (RT). Sebagian besar lahan di Kota Panaragan dimanfaatkan untuk pemukiman (80,0%), dan selebihnya digunakan untuk pekarangan (3,0%), perkantoran serta prasarana

umum lainnya (17,0%).

Kelurahan Panaragan memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap dibidang air bersih, olah raga, kesehatan, pendidikan, perhubungan dan perekonomian. Sumber air bersih berasal dari sumur gali, PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Prasarana olahraga di Kelurahan Panaragan memiliki 7 unit lapangan bulu tangkis. Sarana dan prasarana kesehatan terdiri dari 1 unit

puskesmas, 9 unit posyandu, 1 orang praktik dokter kulit, dan 2 orang praktik bidan. Prasarana pendidikan terdiri dari 2 unit PAUD, 1 unit TK, 4 unit SD, 1 unit SMA. Sarana perekonomian meliputi 1 unit pasar dan 1 unit plaza. Pertumbuhan perekonomian di Kelurahan Panaragan lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian di Desa Cihideung Ilir, dikarenakan lokasi wilayahnya lebih mudah untuk mengakses sumber informasi dan teknologi. Sarana perhubungan yang ada adalah sarana transportasi darat, yaitu angkutan umum dan becak yang tersedia

setiap saat. Terdapat juga 1 buah pabrik roti, 2 buah pabrik sepatu dan 1 buah pabrik keripik yang merupakanhome industry.

Data Bulan April 2010 menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Panaragan berjumlah 1.767 kepala keluarga yang terdiri atas 6.923 orang (3.370 laki-laki dan 3.553 perempuan). Jumlah penduduk paling banyak tersebar pada kelompok umur balita yaitu sebanyak 763 orang. Mata pencaharian sebagian besar

(46)

Karakteristik Keluarga Contoh Besar Keluarga

Besar keluarga merupakan keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu atap. Jumlah anggota keluarga contoh dalam penelitian dibagi ke dalam tiga kelompok seperti yang disajikan pada Tabel 3. Pengkategorian besar keluarga mengacu pada penetapan BKKBN (2005), yaitu 1) keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan 4 org, 2) keluarga sedang dengan

[image:46.612.91.484.312.526.2]

jumlah anggota keluarga sebanyak 5-6 org dan 3) keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari atau sama dengan 7 org. Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga dan wilayah

No Besar keluarga (org)

Desa Kota Total

n % n % n %

1 Kecil (≤4) 31 62,0 35 70,0 66 66,0 2 Sedang (5-6) 12 24,0 13 26,0 25 25,0 3 Besar (≥7) 7 14,0 2 4,0 9 9,0 Total 50 100,0 50 100,0 100 100,0

Rata-rata ± SD 4 ± 1,59 3 ± 1,35 4 ± 1,49 Kisaran (min-maks) 2-8 1-7 1-8

p-value 0,081*

Keterangan: * = nyata pada p<0,1

Tabel di atas memperlihatkan bahwa rataan besar keluarga contoh di perdesaan dan perkotaan adalah 4 org. Contoh di perdesaan memiliki proporsi keluarga kecil lebih sedikit (62,0%) bila dibandingkan dengan di perkotaaan (70,0%). Secara keseluruhan rata-rata besar keluarga contoh pada dua wilayah tersebut sebanyak 4 org. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh termasuk ke dalam kategori keluarga kecil, yaitu keluarga yang memiliki

(47)

di perkotaan dengan p-value sebesar 0,081. Besar keluarga di perdesaan lebih banyak daripada di perkotaan diduga terkait dengan persentase keberhasilan

Program Keluarga Berencana (KB) yang berbeda di masing-masing wilayah. Selain itu, keluarga di perdesaan cenderung tinggal bersama dengan keluarga besar (extended family) daripada keluarga di perkotaan yang cenderung tinggal terpisah dengan keluarga besar (nuclear family) atau disebut juga dengan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak.

Usia Suami dan Istri

Jumlah responden pada penelitian ini adalah 100 org. Ketika diwawancara, beberapa responden mengaku ditinggal wafat suaminya sebanyak 4 org di perdesaan dan 4 org di perkotaan. Jumlah suami di masing-masing wilayah adalah sebanyak 46 org. Jumlah suami di perdesaan dan di perkotaan menjadi 92 org.

Usia suami berkisar antara 23-74 th dengan rata-rata usia suami secara keseluruhan 43,2 th dan hampir separuh (47,9%) usia suami adalah berusia 18-40

th. Usia suami di perdesaan berkisar antara 25-72 th, dengan rata-rata usia 43,7 th dan separuhnya berkisar antara 41-60 th. Sementara di perkotaan, umur suami responden berkisar antara 23-74 th, dengan rata-rata usia 42,8 th dan lebih dari separuhnya (52,2%) berada pada kisaran antara 18-40 th (Tabel 3).

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata suami contoh di perdesaan tergolong ke dalam dewasa madya (41-60 th) dan rata-rata suami contoh di

perkotaan tergolong ke dalam dewasa muda (18-40 th). Hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat perbedaan (p>0,1) antara usia suami contoh di perdesaan dan perkotaan (Tabel 5).

Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan usia suami dan istri serta wilayah

Kategori usia (th)

suami istri Total

No desa kota desa kota suami istri

n % n % n % n % n % n %

1 18-40 20 43,5 24 52,2 29 58,0 30 60,0 44 47,9 59 59,0

(48)

total 46 100,0 46 100,0 50 100,0 50 100,0 92 100,0 100 100,0

Rata-rata ± SD (th)

43,7±12,1 42,8±12,7 38,2±10,4 40,4±12,2 43,2±12,4 39,3±11,3

Kisaran (th)

25-72 23-74 22-61 21-68 23-74 21-68

p-value 0,789 0,339

Usia istri berkisar antara 21-68 th dengan rata-rata 39,3 th, dan lebih dari separuhnya (59,0%) berkisar antara 18-40 th. Usia istri di perdesaan berkisar

antara 22-61 th dengan rata-rata berusia 38,2 th, dan lebih dari separuhnya (58,0%) berusia antara 18-40 th. Usia istri di perkotaan berkisar antara 21-68 th dengan rata-rata berusia 40,4 th, dan lebih dari separuhnya (60,0%) berusia 18-40 th. Hasil uji statistik menyatakan tidak terdapat perbedaan (p>0,1) antara usia contoh di perdesaan dan di perkotaan.

Tingkat Pendidikan Suami dan Istri

Pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan

kualitas sumberdaya manusia (SDM). Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kondisi sosial ekonomi seseorang yang akan berimplikasi pada pemilihan pangan dan pembelian jenis makanan serta pembentukan kebiasaan makan seperti kebiasaan makan buah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, dan mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk

maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen juga berbeda.

Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian suami contoh di perdesaan berpendidikan SD. Sementara di perkotaan tiga per lima (67,4%) pendidikan suami responden adalah SMA. Hal ini menunjukkan bahwa suami responden di perdesaan memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah daripada suami responden di perkotaan. Diduga tingginya biaya pendidikan dan masih rendahnya

(49)
(50)
[image:50.612.73.499.89.505.2]

Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan suami dan istri serta wilayah

Pendidikan (status/ th)

suami istri Total

No desa kota desa kota suami istri

n % n % n % n % n % n %

1 Tidak sekolah/0

0 0,0 0 0,0 3 6,0 0 0,0 0 0,0 3 3,0

2 Tidak tamat SD/1-5

4 8,7 0 0,0 5 10,0 0 0,0 4 4,3 5 5,0

3 Tamat SD/6 23 50,0 3 6,5 29 58,0 7 14,0 26 28,3 36 36,0 4 Tamat

SMP/9

9 19,6 2 4,4 7 14,0 2 4,0 11 11,9 9 9,0

5 Tamat SMA/12

8 17,4 31 67,4 6 12,0 29 58,0 39 42,4 35 35,0

6 Diploma, S1, S2/>12

2 4,3 10 21,7 0 0,0 12 24,0 12 13,1 12 12,0

total 46 100,0 46 100,0 50 100,0 50 100,0 92 100,0 100 100,0

Rata-rata ± SD

7,9 ± 3,5 12,2 ± 2,3 6,5 ± 2,9 11,8 ± 12,2

10,0 ± 3,7 9,2 ± 19,2

Kisaran (min-max)

2-20 6-16 0-12 21-68 2-20 0-68

p-value 0,000*** 0,000***

Ket: *** berbeda nyata pada p<0,01

Tabel di atas memperlihatkan bahwa lebih dari sebagian (58,0%) istri responden di perdesaan berpendidikan SD. Lebih dari sebagian (58,0%) istri responden di perkotaan berpendidikan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa istri responden di perdesaan memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah daripada istri responden yang berada di perkotaan. Berdasarkan hasil uji beda t-test menunjukkan adanya perbedaan (p<0,01) antara pendidikan responden di

(51)

sedangkan Kelurahan Panaragan kini memiliki 2 unit PAUD, 1 unit TK, 4 unit SD dan 1 unit SMA. Selain itu, persentase terbesar pendidikan penduduk di perdesaan

Cihideung Ilir adalah SD (61,2%)

Pekerjaan suami dan istri

Alokasi tenaga kerja dan struktur pendapatan sangat dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia (SDM). Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pekerjaan suami responden di perdesaan dan perkotaan cukup beragam. Secara keseluruhan, persentase terbanyak untuk pekerjaan suami responden baik di perdesaan maupun

[image:51.612.98.513.322.666.2]

perkotaan adalah pegawai negeri sipil. Sementara itu, lebih dari tiga per empat (79,0%) istri contoh tidak bekerja, sedangkan selebihnya bekerja sebagai pedagang dan pegawai (Tabel 7).

Tabel 7. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan suami dan istri serta wilayah

Pekerjaan

suami istri Total

No desa kota desa kota suami istri

n % n % n % n % n % n %

1 Tidak bekerja 1 2,2 0 0,0 3 5

70,0 3 2

64,0 1 1,1 67 67,0

2 Buruh 15 32,6 2 4,3 4 8,0 0 0,0 17 18,5 4 4,0

3 PNS 1 2,2 22 47,8 0 0,0 3 6,0 23 25,0 3 3,0 4 Pegawai

swasta

9 19,5 10 21,7 0 0,0 1 2,0 19 20,6 1 1,0

5 Wiraswasta/

pedagang 13 28,3 6 13,1 1 1 22,0

1

3 26,0 19 20,6 24 24,0

6 Jasa angkutan 7 15,2 1 2,2 0 0,0 0 0,0 8 8,7 0 0,0 7 BUMN 0 0,0 1 2,2 0 0,0 0 0,0 1 1,1 0 0,0

8 Pensiunan 0 0,0 4 8,7 0 0,0 1 2,0 4 4.3 1 1,0

total 46 100,0 46 100,0 5 0

100,0 50 100, 0

92 100, 0

100 100, 0

(52)

Hampir sebagian (47,8%) suami responden di perkotaan bekerja sebagai pegawai negeri sipil, sementara selebihnya tersebar dalam pekerjaan yang beragam. Hal ini

terkait dengan ketersediaan sumberdaya alam dan tingkat pendidikan yang dimiliki. Desa Cihideung Ilir memiliki lahan seluas 80,0 ha yang difungsikan sebagai areal persawahan dan ladang atau sebesar 43,8% dari seluruh wilayah, sedangkan Kelurahan Panaragan memiliki lahan seluas 3,0 ha yang difungsikan sebagai pekarangan atau sebesar 11,1% dari seluruh wilayah. Selain itu, terdapat perbedaan tingkat pendidikan penduduk perdesaan dan perkotaan. Penduduk

perdesaan mayoritas (61,2%) berpendidikan SD dan mayoritas keluarga contoh di perkotaan yang berpendidikan SMA (suami 42,4% dan istri 35,0%)

Sebagian besar (70,0%) responden di perdesaan dan lebih dari tiga perlima (67,0%) responden di perkotaan tidak bekerja. Persentase kedua terbesar (24,0%) pekerjaan responden di perdesaan dan di perkotaan adalah sebagai wiraswasta/pedagang. 9 persen lainnya tersebar pada pekerjaan lain seperti buruh,

pegawai negeri sipil, pegawai swasta dan pensiunan.

Pendapatan Perkapita Keluarga

Sumarwan (2004), menjelaskan bahwa pendapatan yang diukur dari sebuah keluarga biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima oleh seorang individu, tetapi diukur semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga di mana konsumen berada. Daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya

ditentukan oleh pendapatan dari satu orang (misalnya ayah saja), tetapi dari seluruh anggota rumahtangga yang bekerja. Sebuah rumahtangga akan menyatukan semua pendapatannya dalam satu pengelolaan terpadu, dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Tabel 8 menunjukkan rentang pendapatan keluarga di perdesaan dan perkotaan.

Tabel 8. Kisaran pendapatan keluarga contoh dan wilayah

No. Kisaran Perdesaan Perkotaan Total

pendapatan n % n % n %

(53)

6 2.500.001-5.000.000 3 6,0 23 46,0 26 26,0 7 >5.000.000 1 2,0 2 4,0 3 3,0 Total 50 100,0 50 100,0 100 100,0

Per

Gambar

Tabel 2. Hasil penelitian terdahulu dan perbedaannya.
Tabel 2. Lanjutan
Gambar 3.Kerangka pemikiran peran anggota keluarga dalam pengambilan
Gambar 4. Teknik pengambilan contoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adalah hasil proses pembuahan sel sperma pada telur yang kita kenal dengan yang kita kenal dengan istilah fertili.. istilah

• Pernyataan 11 “Pemasakan tidak berpengaruh terhadap manfaat kesehatan dari sayuran Brassica” Test Statistics a 6872,000 16188,000 -,573 ,566 Mann-Whitney U Wilcoxon W

Dalam kondisi perubahan kehidupan masyarakat majemuk yang kompleks dan sulit terduga, lembaga pendidikan seyogianya sanggup dan mampu memprediksi dan menjemput

Proses dalam sistem pengatomatan pencawang menggunakan rangkaian berasaskan Ethernet yang merupakan jenis piawaian rangkaian yang wujud dalam teknologi masa

Hasil penelitian ini menjukkan bahwa ada pengaruh positif kemandirian belajar terhadap prestasi belajar siswa dapat terjadi karena tingginya kemandirian yang dimiliki siswa

hubungan antara persepsi CSR dengan sikap masyarakat terhadap perusahaan. Bagi Perusaahaan Roti MM Universal di Kertosono,

[r]

Didalam tubuh lawan sendiri, ilmunya akan berangsur- angsur habis sesuai dengan lamanya sedotan kita, Ilmu ini juga bisa digunakan untuk menyedot tenaga