• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

 

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi dengan judul “Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan”.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Evi Karota, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II, Ikhsanuddin Ahmad H, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU

2. Diah Arruum, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi, Farida Linda Sari, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I dan Nunung F Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi saran dan kritik yang bermanfaat

(4)

 

4. Direktur RSU Sari Mutiara Medan yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian, kepada kepala ruangan dan seluruh perawat yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

5. Keluarga saya tercinta, kepada Papaku Fogamo Laia dan Mamaku tersayang Murnihati Hulu terima kasih untuk setiap pengorbanan papa dan mama selama saya kuliah dan juga untuk adikku Ratakan Laia.

6. Nurhawati Simamora, S. Sos, M. Si yang telah banyak memberi bantuan dan dukungan selama penelitian, kepada Dicky Hulu, Benny, Yuyun, Desman dan Joko yang selalu siap mengantar jemput ke tempat penelitian.

7. Generasi Muda Nias, Selvi Nazara dan Sarah selaku kakak rohani saya, adik-adik rohani saya (Titin, Vinces, Vita, Hening, Rini dan Dana). Teman satu pelayanan di NHC, teman satu komsel, teman berdikari 17, adik-adikku (Popi, Citra Lahagu, Kani, Nike), Marsella Ginting, puji, sagus, marta dan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa yang mencurahkan berkat dan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi yang berharga untuk bidang keperawatan.

(5)

 

1.5. Tugas Pelaksana Supervisi ... 10

1.6. Prinsip Supervisi ... 10

1.7. Teknik Supervisi ... 11

1.8. Fungsi Pelaksana Supervisi ... 12

1.9. Kegiatan Supervisi ... 13

3.6. Pencegahan Infeksi Nosokomial ... 23

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 27

1. Kerangka Penelitian ... 27

2. Definisi Operasional ... 28

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 30

1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling ... 30

3. Lokasi dan Waktu penelitian ... 31

4. Pertimbangan Etik ... 32

(6)

 

6. Pengukuran Validitas dan Reabilitas ... 35

7. Proses Pengumpulan Data ... 36

8. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 37

Bab 5. Hasil dan Pembahsan Penelitian ... 39

1. Hasil Penelitian ... 39

2. Pembahasan ... 41

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 46

1. Kesimpulan ... 46

2. Saran ... 46

Daftar Pustaka ... 48

Lampiran ... 51

1. Inform Consent ... 51

2. Instrumen Penelitian ... 52

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 57

4. Hasil Pengolahan Data dengan Komputerisasi ... 58

5. Tentatif Penelitian ... 72

6. Taksasi Dana ... 73

7. Riwayat Hidup... 74

8. Jadwal Surat Izin Reliabilitas ... 75

9. Surat Izin Penelitian ... 76

(7)

 

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi operasional pengaruh kepatuhan perawat

Dalam pencegahan infeksi nosokomial ... 28 Tabel 4.1 Jumlah perawat pelaksana tiap ruangan di RSU Sari

Mutiara Medan ... 31 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase data demografi perawat

di rumah sakit Sari Mutiara Medan ... 39 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase supervisi kepala ruangan

di rumah sakit Sari Mutiara Medan ... 40 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase kepatuhan perawat

dalam pencegahan infeksi nosokomial ... 41 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase kepatuhan perawat

(8)

 

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Penelitian Pengaruh Supervisi Kepala Ruangan terhadap Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi

(9)

 

Judul : Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan

Nama Mahasiswa : Teorida Laia

NIM : 101101068

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Supervisi merupakan pengamatan yang dilakukan secara berkala oleh kepala ruangan yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pencatatan. Kepatuhan merupakan ketaatan dalam melakukan suatu tindakan berdasarkan pada standar untuk menghindari kejadian infeksi nosokomial yang mencakup tindakan mencuci tangan dan pemasangan infus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui supervisi kepala ruangan dan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah sampel 82 orang perawat pelaksana dan menggunakan teknik total sampling. Hasil analisis untuk supervisi kepala ruangan diperoleh hasil bahwa hampir tidak ada perbedaan antara supervisi kepala ruangan yang baik 55% dan supervisi kepala ruangan yang cukup 45%. Kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial diperoleh hasil mayoritas perawat tidak patuh 94,4%, kepatuhan perawat mencuci tangan diperoleh hasil sebagian besar tidak patuh 72,2% dan kepatuhan perawat memasang infus diperoleh hasil mayoritas perawat tidak patuh 94,4%. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepala ruangan dapat mengoptimalkan supervisi kepada perawat pelaksana dalam pencegahan infeksi nosokomial yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) mencuci tangan dan pemasangan infus, meningkatkan sosialisasi pencegahan infeksi nosokomial, mengikutsertakan perawat pelaksana dalam pelatihan pencegahan infeksi nosokomial dan memberikan pujian serta penghargaan kepada perawat pelaksana yang patuh dalam melakukan tindakan keperawatan.

(10)

 

Title : Supervision of Ward Manager and Nurse Obedience in Prevention Nosocomial Infection in Local General Hospital of Sari Mutiara Medan

Name : Teorida Laia

NIM : 101101068

Department : Bachelor of Nursing (S.Kep) Academic Year : 2014

Abstrak

Supervision is periodic observations made by ward manager which includes planning, organizing, directing, monitoring and record-keeping. Obedience is obedience in doing an act based on the standard to avoid the incidence of nosocomial infections including hand-washing action and installation of infusion. This research aims to know the supervision of ward manager and compliance of nursing in the prevention of nosocomial infections in RSU Sari Mutiara Medan. The research design used was descriptive with the total sample of 82 managing nurses and using the technique of total sampling. The result analysis to the supervision of ward manager obtained the result that almost no difference between the good supervision of ward manager 55% and supervision of ward manager of considerable 45%. The compliance nurse in the prevention of nosocomial infections obtained majority is disobedient 94,4%, compliance of wash-hand obtained results mostly disobedient 72,2% and compliance nurse put infusion obtained majority is disobedient 94,4%. Based on the research it is expected that the ward manager can optimize supervision to the managing nurse in the prevention of nosocomial infections according to standard of operating procedure wash-hand, install infusions, and increase the socialization of nosocomial infections prevention, involve the managing nurse in nosocomial infections prevention training and give praises and awards to them who are obedient in perfoming nursing acts

(11)

 

Judul : Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan

Nama Mahasiswa : Teorida Laia

NIM : 101101068

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Supervisi merupakan pengamatan yang dilakukan secara berkala oleh kepala ruangan yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pencatatan. Kepatuhan merupakan ketaatan dalam melakukan suatu tindakan berdasarkan pada standar untuk menghindari kejadian infeksi nosokomial yang mencakup tindakan mencuci tangan dan pemasangan infus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui supervisi kepala ruangan dan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah sampel 82 orang perawat pelaksana dan menggunakan teknik total sampling. Hasil analisis untuk supervisi kepala ruangan diperoleh hasil bahwa hampir tidak ada perbedaan antara supervisi kepala ruangan yang baik 55% dan supervisi kepala ruangan yang cukup 45%. Kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial diperoleh hasil mayoritas perawat tidak patuh 94,4%, kepatuhan perawat mencuci tangan diperoleh hasil sebagian besar tidak patuh 72,2% dan kepatuhan perawat memasang infus diperoleh hasil mayoritas perawat tidak patuh 94,4%. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepala ruangan dapat mengoptimalkan supervisi kepada perawat pelaksana dalam pencegahan infeksi nosokomial yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) mencuci tangan dan pemasangan infus, meningkatkan sosialisasi pencegahan infeksi nosokomial, mengikutsertakan perawat pelaksana dalam pelatihan pencegahan infeksi nosokomial dan memberikan pujian serta penghargaan kepada perawat pelaksana yang patuh dalam melakukan tindakan keperawatan.

(12)

 

Title : Supervision of Ward Manager and Nurse Obedience in Prevention Nosocomial Infection in Local General Hospital of Sari Mutiara Medan

Name : Teorida Laia

NIM : 101101068

Department : Bachelor of Nursing (S.Kep) Academic Year : 2014

Abstrak

Supervision is periodic observations made by ward manager which includes planning, organizing, directing, monitoring and record-keeping. Obedience is obedience in doing an act based on the standard to avoid the incidence of nosocomial infections including hand-washing action and installation of infusion. This research aims to know the supervision of ward manager and compliance of nursing in the prevention of nosocomial infections in RSU Sari Mutiara Medan. The research design used was descriptive with the total sample of 82 managing nurses and using the technique of total sampling. The result analysis to the supervision of ward manager obtained the result that almost no difference between the good supervision of ward manager 55% and supervision of ward manager of considerable 45%. The compliance nurse in the prevention of nosocomial infections obtained majority is disobedient 94,4%, compliance of wash-hand obtained results mostly disobedient 72,2% and compliance nurse put infusion obtained majority is disobedient 94,4%. Based on the research it is expected that the ward manager can optimize supervision to the managing nurse in the prevention of nosocomial infections according to standard of operating procedure wash-hand, install infusions, and increase the socialization of nosocomial infections prevention, involve the managing nurse in nosocomial infections prevention training and give praises and awards to them who are obedient in perfoming nursing acts

(13)

 

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rumah sakit merupakan unit pelayanan kesehatan yang sangat kompleks karena di rumah sakit tidak hanya terapi dan diagnosis penyakit yang diperhatikan, tetapi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya yang juga harus diperhatikan (Darmadi, 2008). Rumah sakit tidak hanya menjadi tempat pengobatan, tetapi bisa juga menjadi sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain (Septiari, 2012).

Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial dapat berasal dari proses penyebaran di pelayanan kesehatan, baik pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya (Septiari, 2012). Kejadian infeksi nosokomial sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien, lamanya masa perawatan dan masa penyembuhan yang panjang menambah pengeluaran pasien selama di rumah sakit (Potter & Perry, 2005).

(14)

 

menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10% (Mayone, 1988 dalam Tientjen, 2004).

Menurut WHO (2002) infeksi nosokomial yang paling umum terjadi dirumah sakit adalah infeksi saluran kemih 40%, infeksi sehubungan dengan penggunaan alat intravaskular 20%, pneumonia nosokomial 18%, infeksi bedah 15% dan infeksi nosokomial lainnya. Persentase ini menggambarkan bahwa tingkat infeksi yang terjadi di rumah sakit pada beberapa negara masih sangat tinggi. Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan sebagai salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit, untuk itu tindakan pencegahan infeksi nosokomial ini sangat penting diperhatikan oleh setiap pemberi layanan kesehatan di rumah sakit (Septiari, 2012).

Mutu pelayanan rumah sakit harus dilakukan oleh semua jajaran manajemen rumah sakit, salah satunya adalah tenaga perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Darmadi, 2008). Perawat merupakan salah satu pemberi layanan kesehatan yang menjadi pelaksana utama pencegahan infeksi nosokomial, karena perawat memiliki waktu yang relatif lebih banyak untuk berinteraksi dengan pasien saat melakukan prosedur keperawatan sehingga berpeluang untuk menularkan infeksi kepada pasien (Darmadi, 2008). Dengan demikian setiap prosedur yang dilakukan oleh perawat harus dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien.

(15)

 

Hasil penelitian Panjaitan (2011) menyatakan bahwa perilaku patuh perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial diperoleh sebesar 98,5%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saragih dan Rumapea (2012) menyatakan bahwa tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan dikategorikan kepatuhan minimal yaitu sebesar 72,61%. Ketidakpatuhan dalam mencuci tangan dapat menyebabkan tingginya perpindahan infeksi di rumah sakit antara perawat dengan pasien dan pasien dengan pasien (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Syarif (2012) didapatkan hasil kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus sebesar 59,2%. Ketidakpatuhan dalam pemasangan infus dapat menyebabkan reaksi lokal seperti flebistis dimana infeksi nosokomial karena pemasangan infus yang tidak tepat lebih tinggi dibanding jenis infeksi nosokomial lainnya, yaitu sekitar 10-20% (HICPAC, 1996 dalam Tietjen, 2004)

Menurut Smet (1994), kepatuhan merupakan tingkat dimana seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Kepatuhan yang dimaksud merupakan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi yang terjadi di rumah sakit, diantaranya adalah kepatuhan perawat dalam mencuci tangan dan pemasangan infus (Septiari, 2012).

(16)

 

yang dilakukan bawahan untuk memberikan bantuan jika ditemukan masalah pada pekerjaan yang dilakukan (Suarli & Bahtiar, 2010).

Supervisi yang efektif tidak hanya mengawasi dan mengamati perawat pelaksana dalam menjalankan tugasnya sesuai standar yang ada, tetapi juga berusaha memfasilitasi perawat pelaksana dalam meningkatkan profesionalisme (Suyanto, 2009). Keefektifan supervisi yang dilakukan dapat dievaluasi dangan menilai persepsi perawat tentang kegiatan supervisi yang dilakukan oleh supervisor yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pencatatan (Sitorus & Panjaitan, 2011).

Di rumah sakit yang melaksanakan supervisi adalah kepala ruangan. Kepala ruangan merupakan salah satu pelaksana dari supervisi dan juga sebagai ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan dirumah sakit, serta berperan dalam mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik keperawatan diruang perawatan (Nursalam, 2012). Kepala ruangan perlu terus menerus membina perawat agar program pencegahan infeksi nosokomial berjalan sesuai kesepakatann. Namun, tampaknya belum semua kepala ruangan memahami upaya tersebut secara tepat. Hal ini tercermin dari belum optimalnya pencegahan infeksi nosokomial di ruangan perawatan pasien yang terjadi di rumah sakit.

(17)

 

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana supervisi kepala ruangan dan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan?”.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui supervisi kepala ruangan dan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1Mengetahui supervisi kepala ruangan di RSU Sari Mutiara Medan.

1.3.2.2Mengetahui kepatuhan perawat mencuci tangan dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan.

1.3.2.3Mengetahui kepatuhan perawat memasang infus dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan.

1.3.2.4Mengetahui kepatuhan dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan.

1.4Manfaat Penelitian

(18)

 

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan untuk pengembangan ilmu keperawatan bagi instansi pendidikan keperawatan tentang supervisi kepala ruangan dan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.

1.4.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala ruangan dalam melakukan kegiatan supervisi dan bagi perawat pelaksana untuk meningkatkan kepatuhan dalam pencehahan infeksi nosokomial di rumah sakit. 1.4.3 Penelitian Selanjutnya

(19)

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Supervisi

2.1.1 Pengertian Supervisi

Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti di atas) dan videre (bahasa Latin yang berarti melihat), bila dilihat dari kata aslinya, supervisi

berarti melihat dari atas (Suarli& Bahtiar, 2010). Secara umum pengertian supervisi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung untuk mengatasinya (Suarli& Bahtiar, 2010).

(20)

 

2.1.2 Tujuan Supervisi

Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung, sehingga bawahan memiliki kemampuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik (Nursalam, 2012). Menurut WHO (1999, dalam Nursalam, 2012) tujuan dari pengawasan adalah: 1) Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, 2) Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan para petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan dan pemahaman serta mengatur pelatihan yang sesuai, 3) Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan yang baik dan mengenali perawat yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut, 4) Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik, 5) Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada kinerja tersebut.

2.1.3 Manfaat Supervisi

Menurut Suarli & Bahtiar (2008) apabila supervisi dilaksanakan dengan baik, akan diperoleh manfaat yang sangat banyak, yaitu:

1. Meningkatkan efektivitas kerja

(21)

 

2. Meningkatkan efisiensi kerja

Peningkatan efisiensi kerja ini sangat erat hubungannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, dana dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi (Suarli & Bahtiar, 2008).

2.1.4 Pelaksana Supervisi

Pelaksana atau yang bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan, yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi yang sering dikaitkan dengan status yang lebih tinggi (supervisor) dan karena fungsi supervisi memang dimiliki oleh atasan (Suarli & Bahtiar, 2008). Namun untuk keberhasilan, supervisi harus lebih megutamakan kelebihan pengetahuan dan keterampilan (Nursalam, 2012). Pelaksana supervisi menurut Suyanto (2009) terdiri dari:

1) Kepala ruangan

(22)

 

2) Pengawas keperawatan

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.

3) Kepala seksi keperawatan

Kepala bidang keperawan sebagai top manager dalam keperawatan, bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas perawatan.

2.1.5 Tugas Pelaksana Supervisi (Supervisor)

Supervisor harus bisa mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, aman, efektif dan efisien. Oleh karena itu, tugas supervisor meliputi (Suyanto, 2009): 1) Mengorientasikan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, 2) Melatih pelaksana keperawatan, 3) Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai pelaksana asuhan keperawatan, 4) Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

2.1.6 Prinsip Supervisi

(23)

 

aman pada perawat pelaksana, 5) Mampu membentuk suasana kerja yang demokratis, 6) Objektif dan mampu memacu penilaian diri (self evaluation), 7) Bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, 8) Bersifat konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan, 9) Meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

2.1.7 Teknik Supervisi Kepala Ruangan

Supervisi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu (Sitorus & Panjaitan, 2011):

1) Supervisi langsung

Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung dan supervisor diharapkan dapat terlibat agar bimbingan dan pengarahan serta pemberian petunjuk yang diberikan tidak dirasakan sebagai perintah. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memberikan bimbingan dan pengarahan yang efektif, yaitu: 1) Pengarahan diberikan secara lengkap,2) Mudah dipahami, 3) Menggunakan kata-kata tepat, 4) Berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat, 5) Memberikan arahan yang logis, 6) Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat, 7) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dipahami, 8) Yakinkan arahan yang diberikan dilaksanakan.

2) Supervisi tidak langsung

(24)

 

2.1.8 Fungsi Pelaksana Supervisi

Supervisi mempunyai empat fungsi penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi, yaitu (Sitorus & Panjaitan, 2011):

1) Perencanaan

Fungsi dasar dari manajemen keperawatan adalah perencanaan, yang merupakan suatu proses untuk mancapai tujuan dan misi organisasi, falsafah keperawatan, tujuan unit, sasaran, kebijakan dan prosedur.

2) Pengorganisasian

Proses supervisi harus bisa menunjukkan koordinasi terhadap sumber-sumber untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Supervisor harus dapat menguasai/memahami fungsi pengorganisasian untuk mereskrukturisasi dan mereformulasikan antara perubahan manusia dan sumber-sumber material pada waktu yang pendek.

3) Pengawasan dan evaluasi

Supervisi bertanggung jawab mengawasi lingkungan dan mengukur hasil dari proses kerja. Fungsi pengawasan meliputi perhatian terhadap sistem alur kerja, sistem informasi, model pemberian asuhan pasien, libur perawat, upah perawat dan promosi perawat.

(25)

 

Evaluasi ini menggunakan prosedur yang sistematik untuk mengevaluasi kinerja secara periodik.

4) Pengawasan dan evaluasi terhadap standar organisasi

Standar organisasi menunjukan nilai-nilai organisasi, dimana nilai-nilai dan standar tersebut merupakan pedoman dari struktur organisasi, praktik keperawatan, sistem keperawatan dan pengembangan SDM keperawatan. Standar digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi proses kerja dalam mencapai hasil yang tepat, untuk itu supervisor sebagai yang bertanggung jawab terhadap sistem pemberian asuhan keperawatan harus mengetahui standar organisasi untuk kepentingan perawat dan disiplin kesehatan lain.

2.1.9 Kegiatan Supervisi

Menurut Sitorus & Panjaitan (2011) kegiatan supervisor dikelompokan dalam beberapa tahapan, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pencatatan.

1) Perencanaan

(26)

 

2) Pengorganisasian

Pada tahap pengorganisasian, kegiatan supervisi meliputi: 1) Menetapkan sistem pemberian asuhan keperawatan pasien, 2) Mengatur pekerjaan personil, 3) Koordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan pelayanan secara efektif dan efisien.

3) Pengarahan

Pada tahap pengarahan, kegiatan supervisi meliputi: 1) Menjadi role model dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga, 2) Membangun hubungan yang positif dengan perawat melalui komunikasi yang efektif, 3) Mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan perawat, 4) Membimbing, mengarahkan, melatih, mengembangkan perawat untuk memberikan askep sesuai kebutuhan, 5) Memberikan bimbingan untuk meningkatkan ketrampilan perawat, 6) Melatih perawat untuk pengambilan keputusan klinis, 7) Membantu perawat dalam pemecahan masalah, 8) Memfasilitasi perawat dalam menyelesaikan pekerjaan, 9) Mendelegasikan tugas kepada perawat sesuai kemampuan yang dimiliki, 10) Memberikan bantuan terkait dengan pelayanan sesuai kebutuhan. 4) Pengawasan

(27)

 

melaksanakan pekerjaan, 7) Mengawasi dan mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan pasien.

5) Pencatatan

Pada tahap pencatatan kegiatan supervisi meliputi: 1) Mencatat permasalahan yang muncul, 2) Membuat daftar masalah yang belum dapat diatasi dan berusaha untuk menyelesaikan pada keesokan harinya, 3) Mencatat dan melaporkan fasilitas/sarana/peralatan sesuai kondisi, 4) Mencatat dan melaporkan secara rutin proses dan hasil supervisi, 5) Mengevaluasi tugas supervisi yang dilakukan setiap hari dan melakukan tindak lanjut sesuai kebutuhan, 6) Membuat jadwal kerja untuk keesokan harinya, 7) Memelihara administrasi pasien.

2.2 Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat dimana seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya (Smet, 1994). Kepatuhan dalam hal ini terkait dengan pelaksanaan prosedur tetap yaitu untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan memahami etika keperawatan di Rumah Sakit tempat perawat bekerja.

(28)

 

pada tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur/ hilang, perilaku itupun ditinggalkan. Pada tahap identifikasi, kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru, dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.

2.3 Infeksi Nosokomial

2.3.1 Pengertian Infeksi Nosokomial

(29)

 

artinya infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya (Septiari, 2012). 2.3.2 Cara Penularan Infeksi Nosokomial

Secara garis besar, mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentan melalui dua cara (Darmadi, 2008):

1) Transmisi langsung (direct transmission)

Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu. Contonya: adanya sentuhan, gigitan, ciuman, batuk, berbicara atau saat transfusi darah yang terkontaminasi mikroba patogen.

2) Transmisi tidak langsung (indirect transmission)

Penularan mikroba patogen yang memerlukan adanya media perantara, baik berupa barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.

a) Vehicle-borne

Media perantara penularan melalui barang/bahan yang terkontaminasi seperti peralatan makan dan minum, instrumen bedah, peralatan laboratorium, peralatan infus/transfusi.

b) Vector-borne

(30)

 

patogen), lalu hinggap pada makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran cerna pejamu, 2) Cara biologis, yaitu penularan yang terjadi setelah mikroba mengalami siklus perkembangbiakan dalam tubuh vector/serangga, selanjutnya mikroba dipindahkan ke tubuh penjamu melalui gigitan.

c) Food-borne

Makanan/minuman adalah media perantara yang cukup efektif untuk menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk saluran cerna.

d) Water-borne

Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif terutama untuk kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi dan bakteriologis, diharapkan terbebas dari mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika tidak, sebagai media perantara air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk saluran cerna maupun pintu masuk yang lain.

e) Air-borne

(31)

 

terbang bersama debu lantai/tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/bangsal/kamar perawatan, atau laboratorium klinik.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial menurut Darmadi (2008) adalah:

1) Faktor-faktor dari luar (extrinsic factors)

Faktor-faktor dari luar yang berpengaruh dalam insidensi infeksi nosokomial adalah: 1) Petugas pelayanan medis (dokter, perawat, bidan, tenaga laboratorium, dan sebagainya), 2) Peralatan dan material medis (jarum, kateter, instrumen, respirator, kain/doek, kassa, dan sebagainya), 3) Lingkungan (berupa lingkungan internal seperti ruangan/bangsal perawatan, kamar bersalin, dan kamar bedah. Sedangkan lingkungan eksternal adalah halaman rumah sakit dan tempat pembuangan sampah/pengelolahan limbah), 4) Makanan/minuman (hidangan yang disajikan setiap saat kepada penderita), 5) Penderita lain (keberadaan penderita lain dalam satu kamar/ruangan/bangsal perawatan merupakan sumber penularan), 6) Pengunjung/keluarga (keberadaan tamu/keluarga dapat merupakan sumber penularan).

2) Faktor-faktor yang ada dalam diri penderita (instrinsic factors)

(32)

 

3) Faktor mikroba

Seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya paparan antara sumber penularan dengan penderita.

4) Faktor keperawatan

Faktor keperawatan yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial adalah lama hari perawatan pasien, standar asuhan keperawatan yang menurun dan padatnya jumlah penderita

2.3.4 Jenis Infeksi Nosokomial

Menurut WHO (2002) infeksi nosokomial yang sering terjadi di rumah sakit adalah:

1) Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di rumah sakit yang disebabkan oleh bakteriuria nosokomial yaitu penggunaan kateter urin dengan persentase sekitar 40% dari seluruh infeksi yang terjadi rumah sakit (WHO, 2002). Hampir 10% dari seluruh pasien rawat inap di rumah sakit menggunakan kateter, untuk itu pencegahan ISK merupakan faktor utama dalam mengurangi infeksi nosokomial (Tietjen, 2004). Kateter urin yang dipasang (indewelling urinary catheter) merupakan rute bagi infeksi asenden ke dalam kandung kemih, resiko ini dapat diminimalkan dengan teknik aseptik saat pemasangan dan penanganan keteter (Gillespie & Bamford, 2008).

2) Infeksi sehubungan dengan penggunaan alat intravaskular

(33)

 

untuk memantau tekanan darah sentral dan fungsi hemodinamik telah meningkat tajam dan menyebabkan terjadinya infeksi melalui aliran darah, baik lokal (peradangan pada tempat insersi), maupun sistemik (terjadinya demam atau septisemia). Alat yang dimasukkan ke aliran darah melewati mekanisme pertahanan kulit normal, sehingga dapat membuka jalan untuk masuknya mikroorganisme yang berada di kulit tempat pemasangan (Tietjen, 2004). Infeksi pengunaan alat intravaskular ditandai dengan adanya daerah bengkak, kemerahan, panas, adanya nyeri pada kulit disekitar tempat pemasangan alat intravaskular, dan adanya tanda-tanda infeksi lain seperti demam dan pus yang keluar dari tempat tusukan (Tietjen, 2004).

3) Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru, dan gangguan pertukaran gas setempat (Editor, dalam Septiari, 2012). Resiko infeksi pneumonia terjadi pada pasien pascaoperasi, terutama untuk mereka yang telah dilakukan bedah torakx atau abdominal (Brunner & Suddarth, 2002).

4) Infeksi bedah

(34)

 

2.3.5 Peran Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial

WHO (2002) dalam jurnal Prevention of Hospital-Acquired Infection menyatakan bahwa kepala ruangan bertanggung jawab untuk: 1) Berpartisipasi dalam Komite Pengendalian Infeksi, 2) Mempromosikan pengembangan dan peningkatan teknik keperawatan yang berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial, dan pengawasan teknik aseptik yang dilakukan oleh perawat dengan persetujuan Komite Pengendalian Infeksi, 3) Mengembangkan pelatihan program bagi setiap perawat, 4) Mengawasi pelaksanaan teknik pencegahan infeksi di ruangan khusus seperti ruang operasi, ruang perawatan intensif, ruang persalinan, dan ruang bayi baru lahir, 5) Pemantauan kepatuhan perawat terhadap kebijakan yang dibuat oleh kepala ruangan.

Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial berada ditangan tim kesehatan salah satunya petugas kesehatan bagian perawatan mulai dari kepala bagian perawatan, kepala ruangan/bangsal perawatan, serta semua petugas perawatan (perawat) lainnya selama 24 jam penuh. Dengan demikian tenaga keperawatan merupakan pelaksana terdepan dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial (Darmadi, 2008).

(35)

 

Membatasi paparan pasien terhadap infeksi yang berasal dari pengujung, perawat rumah sakit, pasien lain, atau peralatan yang digunakan untuk diagnosis atau asuhan keperawatan, 5) Mempertahankan suplai peralatan, obat-obatan dan perlengkapan perawatan yang aman dan memadai di ruangan.

2.3.6 Pencegahan Infeksi Nosokomial

Menurut Septiari (2012) untuk pencegah infeksi nosokomial harus menerapkan tindakan kewaspadaan universal yaitu mencegah penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya diantaranya mencuci tangan dan tindakan invasif sederhana yaitu tindakan memasukkan alat kesehatan ke dalam tubuh dan menyebar ke jaringan seperti pemasangan infus.

2.3.6.1Mencuci tangan 1) Definisi

Mencuci tangan adalah mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun antiseptik, cara ini merupakan cara efektif untuk mengontrol infeksi (Aryani dkk, 2009).

2) Tujuan

(36)

 

3) Prosedur mencuci tangan

Prosedur yang dilakukan saat mencuci tangan (Aryani dkk, 2009): a. Basuh tangan dengan air

b. Tuangkan sabun antiseptik secukupnya c. Ratakan dengan kedua telapak tangan

d. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan, dan sebaliknya

e. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

f. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

g. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan, dan sebaliknya

h. Gosokan dengan memutar ujung-ujung jari tangan kanan ditelapak tangan kiri, dan sebaliknya

i. Gosok pegelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan, dan sebaliknya

j. Bilas kedua tangan dengan air

k. Keringkan dengan tissu sekali pakai sampai tangan benar-benar kering l. Gunakan tissu tersebut untuk menutup

2.3.6.2Pemasangan infus 1) Definisi

(37)

 

2) Tujuan

Tujuan pemasangan infus adalah: 1) Mempertahankan, mengganti serta menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, 2) Memelihara nutrisi tubuh, 3) Memberikan obat-obatan intravena ke dalam tubuh, 4) Menjadi terapi bagi pasien yang diduga hipovolemik (Aryani dkk, 2009).

3) Prosedur pemasangan infus

Prosedur pemasangan infus (Hidayat & Uliyah, 2004):

a. Persiapan alat (standar infus, set infus, cairan sesuai program medis, jarum infus dengan ukuran yang sesuai, pengalas, torniket, kapas alkohol, plester, gunting, kassa steril, sarung tangan)

b. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan c. Cuci tangan

d. Hubungkan cairan dan infus set

e. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka roller klem selang hingga terisi cairan memenuhi selang dan tidak ada udara di dalam selang

f. Letakkan pengalas di bawah tempat yang akan dilakukan pengifusan

g. Lakukan pembendungan dengan torniket 10-12 cm di atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggengam (bila pasien sadar) h. Pasang sarung tangan

(38)

 

j. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dan posisi jarum mengarah ke atas

k. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum. Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abocath), maka tarik keluar bagian dalam jarum sambil meneruskan tusukan ke dalam vena

l. Buka roller klem selang dan atur kecepatan tetesan sesuai dengan dosis yang diberikan

m.Fiksasi dengan kassa steril

n. Tulis tanggal dan waktu pemasangan infus serta ukuran jarum o. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

(39)

 

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini tujuannya untuk mengetahui supervisi kepala ruangan dan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Kegiatan supervisi kepala ruangan terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pencatatan dan (Sitorus & Panjaitan, 2011). Kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial melalui kepatuhan dalam mencuci tangan dan pemasangan infus (Septiari, 2012).

Berdasarkan teori dan tujuan yang diteliti dalam penelitian ini maka kerangka konsepnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Penelitian Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

Kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial melalui:

1. Mencuci tangan 2. Pemasangan infus Kegiatan supervisi kepala

ruangan:

(40)

 

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

No Variabel Definisi Operasional skala Likert (1-4) yaitu:

1. Sangat tidak setuju

2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju

(41)

  oleh perawat di RSU Sari Mutiara Medan

(42)

 

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan objek atau peristiwa yang bertujuan untuk mengetahui keadaan yang terjadi pada saat sekarang (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui supervisi kepala ruangan dan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan dengan jumlah 82 orang.

4.2.2 Sampel

(43)

 

perawat pelaksana di ruang rawat inap, keseluruhan populasi tersebut dijadikan sampel.

Tabel 4.1

Jumlah perawat pelaksana tiap ruangan di RSU Sari Mutiara Medan No Ruangan Jumlah Perawat Pelaksana

1 IIA (Internis) 14

2 Lantai IIB (Bedah) 14

3 Lantai III (Internis) 19

4 Stella 2A 12

5 Stella 2B 12

6 Stella 3 11

Pengambilan sampel pada penelitian untuk observasi menggunakan convenience sampling, yaitu pengambilan sampel pada responden yang kebetulan

ada sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Kriteria sampel pada penelitian ini adalah:

Kriteria inklusi:

1) Perawat tidak dalam masa cuti

2) Perawat yang bekerja pada ruangan yang sesuai dengan sampel 3) Perawat yang sedang melakukan mencuci tangan sebelum tindakan 4) Perawat yang sedang melakukan tindakan pemasangan infus 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

(44)

 

jumlah perawat pelaksana yang ada Rumah Sakit Sari Mutiara Medan relatif banyak. Penelitian ini dilakukan pada 24 Maret sampai 13 Mei 2014.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan USU dan Direktur RSU Sari Mutiara Medan. Kemudian peneliti mulai melakukan penelitian pada responden yang memenuhi kriteria dengan menjelaskan lebih dulu maksud, tujuan dan prosedur penelitian yang dilakukan, serta memberikan lembar persetujuan pada responden (informed consent). Apabila responden bersedia diteliti, maka responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan dan mengisi lembar pertanyaan penelitian yang telah disiapkan oleh peneliti. Jika responden tidak bersedia diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap mengormati hak responden. Kerahasiaan data responden tetap dijaga oleh peneliti dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya dengan menggunakan nama inisial dan nomor kode untuk menjaga kerahasiaan data responden. Ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden. Penelitian ini telah mendapatkan izin etik penelitian dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU.

4.5 Instrumen Penelitian

(45)

 

supervisi kepala ruangan. Lembar observasi digunakan untuk mengamati tindakan perawat pelaksana secara langsung tentang kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial diantaranya adalah mencuci tangan dan pemasang infus. 4.5.1 Kuesioner

4.5.1.1Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi responden meliputi nama (inisial), jenis kelamin, usia, pendidikan dan lama kerja. Data demografi responden tidak dianalisis, data demografi digunakan hanya untuk mengetahui karasteristik responden yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

4.5.1.2Kuesioner Supervisi Kepala Ruangan

Kuesioner supervisi kepala ruangan terdiri dari 31 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan positif dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu, sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), sangat setuju (SS), yang diberi nilai 4 (sangat setuju), nilai 3 (setuju), nilai 2 (tidak setuju), dan nilai 1 (sangat tidak setuju). Nilai tertinggi dalam kuesioner ini adalah 124 dan nilai terendah 31. Berdasarkan rumus statistika menurut Wahyuni (2011),

p

(46)

 

Baik : 94 – 12

Cukup : 62 – 93 Kurang : 31 – 61

Uraian pernyataan yang menyatakan kegiatan supervisi kepala ruangan dalam kuesioner yang dibuat oleh peneliti setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas:

Perencanaan : 1, 6, 12, 18, 24, 28, 29, 30, 31 Pengorganisasian : 2, 7, 13, 19, 25

Pengarahan : 3, 8, 14, 20, 26 Pengawasan : 4, 9, 15, 16, 21, 27 Pencatatan : 5, 10, 11, 17, 22. 23

4.5.2 Lembar Observasi Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

Lembar observasi kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial terdiri dari beberapa tindakan dalam mencuci tangan dan memasang infus, serta menggunakan skala Guttman yang terdiri dari 2 pilihan jawaban yaitu, Ya (jika tindakan dilakukan) dan Tidak (jika tindakan tidak dilakukan). Hasil ukur pada observasi ini terdiri dari: Patuh (jika tindakan dilakukan sebanyak ≥80%), Tidak patuh (jika tindakan dilakukan sebanyak <80%) untuk masing-masing tindakan mencuci tangan dan memasang infus.

(47)

 

4.6 Pengukuran Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yg diukur, dengan melakukan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Pengujian validitas yang dilakukan yaitu pengujian validitas konstruksi (constract validity) yaitu instrument dibuat berdasarkan aspek yang diukur, yang terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pakar yang ahli pada bidangnya. Uji validitas dilakukan di RSU Permata Bunda dengan jumlah sampel 30 responden dengan r tabel 0,361. Nilai dikatakan valid apabila r hitung> r tabel sedangkan nilai dikatakan tidak valid apabila r hitung< r tabel. Pada kuesioner yang nilai valid <0,3 maka kalimat pada pernyataan dimasing-masing variabel direvisi oleh peneliti karena kesalahan kalimat pada variabel itu ada pada redaksinya.

4.6.2 Uji Reliabilitas

(48)

 

yang nilai uji reliabilitasnya adalah 0.821. Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai uji reliabilitas lebih besar dari 0.70. Berdasarkan hasil uji 0.821>0.70 yang berarti instrumen penelitian reliabel.

4.7 Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan permohonan izin penelitian kepada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada direktur RSU Sari Mutiara Medan.

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, peneliti merencanakan pengisian kuesioner diberikan secara langsung kepada responden, tapi kepala ruangan menganjurkan untuk diberikan secara tidak langsung sehingga pengisian kuesioner tidak didampingi langsung oleh peneliti. Penyebaran kuesioner yang disampaikan melalui kepala ruangan, maka peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada kepala ruangan. Perawat pelaksana yang bersedia menjadi responden menandatangani lembar persetujuan. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk tiap ruangan dengan terlebih dahulu memeriksa kelengkapan kuesioner. Pada pengumpulan kuesioner 2 orang responden sedang cuti sehingga kuesioner yang terkumpul keseluruhan adalah 80 kuesioner untuk 6 ruangan.

(49)

 

jam per hari pada perawat shift pagi disetiap ruangan. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan pada tindakan perawat yang mencuci tangan dan memasang infus. Jumlah tindakan yang diamati oleh peneliti adalah 18 tindakan untuk tindakan mencuci tangan dan 18 tindakan untuk pemasangan infus. Kendala yang ditemukan peneliti yaitu tidak membagikan kuesioner secara langsung kepada perawat pelaksana, hal ini dikarenakan kesibukan perawat pelaksana sehingga jika ada pertanyaaan yang tidak dipahami maka responden tidak bisa bertanya secara langsung kepada peneliti. Kendala lainnya adalah jumlah pasien yang dilakukan tindakan pemasangan infus saat peneliti melakukan observasi belum dapat mewakili.

4.8 Pengolahan Data dan Analisis Data 4.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses yang digunakan untuk memperoleh ringkasan data dengan menggunakan tahap-tahap berikut ini (Wahyuni, 2011):

a) Editing

(50)

 

b) Koding data

Setelah semua data diperiksa kelengkapannya, kemudian peneliti memberikan kode pada masing-masing jawaban sebelum data diolah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pada waktu pengolahan data.

c) Entri data

Semua jawaban yang telah diberi kode kemudian dimasukkan dalam program komputer.

d) Cleaning data

Pada tahap ini peneliti melakukan pembersihan data untuk melihat apakah semua data yang telah dientri sudah benar.

e) Saving

Penyimpanan data untuk dianalisis. 4.8.2 Analisis data

(51)

 

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian mengenai supervisi kepala ruangan dan kepatuhan perawat dalam pencegah infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan.

5.1.1 Data Demografi Responden

Data distribusi frekuensi dan persentase pada data demografi perawat di rumah sakit Sari Mutiara Medan.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan (n = 80)

Data Demografi Frekuensi (f) Persentase (%) Jenis Kelamin

(52)

 

mayoritas tingkat pendidikan terakhir adalah D3 Keperawatan 95% dan lama kerja perawat pelakasana di ruangan adalah 1-5 tahun sebanyak 68.8%.

5.1.2 Hasil Analisis Univariat 5.1.2.1Supervisi Kepala Ruangan

Supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner. Distribusi frekuensi dan persentase supervisi kepala ruangan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi dan persentase supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan (n=80)

Supervisi Kepala Ruangan Frekuensi Persentase (%)

Baik 44 55

Cukup 36 45

Total 80 100.0

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa supervisi kepala ruangan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan hampir tidak ada perbedaan antara supervisi kepala ruangan yang baik 55% dan supervisi kepala ruangan yang cukup 45%.

5.1.2.2Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

(53)

 

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi dan persentase kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan (n=18)

Kepatuhan Frekuensi (f) Persentase (%)

Patuh 1 5.6

Tidak patuh 17 94.4

Total 18 100.0

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil analisis data perawat pelaksana mayoritas tidak patuh dalam pencegahan infeksi nosokomial 94,4%.

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi dan persentase kepatuhan perawat mencuci tangan dan memasang infus dalam pencegahan infeksi nosokomial

di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan (n=18)

Kapatuhan Frekuensi (f) Persentase (%)

Cuci tangan

Berdasarkan analisis data kepatuhan perawat di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan menunjukkan bahwa sebagian besar perawat tidak patuh dalam melakukan tindakan mencuci tangan yaitu 72,2% dan mayoritas perawat tidak patuh dalam melakukan tindakan memasang infus 94,4%.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Supervisi Kepala Ruangan

(54)

 

(Nursalam, 2012). Kegiatan supervisi meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pencatatan (Sitorus, 2011).

Hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa supervisi kepala ruangan dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit hampir tidak ada perbedaan antara supervisi yang baik 55% dengan supervisi yang cukup baik 45%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pribadi (2009) yang menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan hampir tidak ada perbedaan antara supervisi yang baik 51.6% dan supervisi yang tidak baik 48.4%. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan di rumah sakit masih belum optimal, dimana hasil persentase supervisi masih menunjukkan tingginya persentase supervisi yang cukup baik.

(55)

 

Supervisi kepala ruangan merupakan salah satu penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Nursalam, 2012). Selain itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama yang baik antara kepala ruangan dan perawat pelaksana dalam melakukan tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2008).

5.2.2 Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

Kepatuhan adalah tingkat dimana seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya (Smet, 1994). Kepatuhan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepatuhan perawat pelaksana mencuci tangan sebelum melakukan tindakan invasif atau non invasif dan memasang infus dalam pencegahan infeksi nosokomial.

(56)

 

melaksanakan tindakan keperawatan yang sempurna kepada penderita infeksi nosokomial (Septiari, 2012).

Septiari (2012) menyatakan bahwa untuk mencegah infeksi nosokomial harus menerapkan tindakan kewaspadaan universal yaitu mencegah penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya diantaranya mencuci tangan dan memasang infus. Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa perawat melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial saat mencuci tangan adalah tidak patuh 72,2%. Hasil observasi tersebut sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan oleh Damanik, dkk (2014) yang menyatakan bahwa kepatuhan perawat dalam mencuci tangan di ruangan adalah tidak patuh 51,7%. Berdasarkan item observasi, masih banyak perawat yang tidak melakukan tindakan mencuci tangan yang sesuai dengan proedur 7 langkah mencuci tangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan diatas, didapatkan bahwa masih ada perawat yang tidak patuh dalam melakukan tindakan mencuci tangan. WHO (2002) menyatakan bahwa mencuci tangan sangat penting untuk menghentikan penyebaran infeksi yang terjadi dirumah sakit. Pelaksanaan cuci tangan penting dilakukan di rumah sakit seperti yang dinyatakan pada Kemenkes dan KARS (2011) bahwa untuk mencegah terjadinya infeksi perlu mengikuti pedoman dalam mencuci tangan. Pelaksanaan cuci tangan merupakan bagian dari program keselamatan pasien di rumah sakit.

(57)

 

mikrooganisme dan mencegah infeksi yang terjadi. Hal ini menegaskan bahwa mencuci tangan merupakan hal yang penting untuk pencegahan infeksi nosokomial.

(58)

 

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran tentang supervisi kepala ruangan dan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan.

6.1 Kesimpulan

Secara umum hasil supervisi keplaruangan menunjukkan bahwa hampir tidak ada perbedaan antara supervisi kepala ruangan yang baik 55% dan supervisi kepala ruangan yang cukup 45%, kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial mayoritas perawat tidak patuh 94,4%, dengan kepatuhan perawat dalam mencuci tangan sebagian besar tidak patuh 72,2% dan kepatuhan perawat memasang infus mayoritas tidak patuh 94,4%.

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan serta dapat menambah ilmu manajemen khususnya manajemen keperawatan khususnya dalam melakukan supervisi di rumah sakit dalam pelaksanaan cuci tangan dan pemasangan infus. 6.2.2 Pelayanan Keperawatan

(59)

 

dalam pencegahan infeksi nosokomial yang sesuai dengan Standar Operaional Prosedur (SOP), meningkatkan sosialisasi pencegahan infeksi nosokomial dengan mengikutsertakan perawat pelaksana pada pelatihan pencegahan infeksi nosokomial, dan memberikan pujian serta penghargaan kepada perawat pelaksana yang patuh dalam melakukan tindakan keperawatan yang sesuai SOP dan adanya kebijakan dalam pelaksanaan cuci tangan dan pemasangan infus.

6.2.3 Peneliti Selanjutnya

(60)

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian.Jakarta: PT Rineka Cipta

Arwani & Supriyanto. (2005). Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC Aryani dkk. (2009). Prosedur Klinik Keperawatan pada Mata Ajar Kebutuhan

Dasar Manusia. Jakarta: CV Trans Info Media

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Damanik, dkk. (2014). Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Diambil tanggal 3 Juni 2014 dari http://download.portalgaruda. Kepatuhan hand hygiene di rumah sakit immanuel bandung

Darmadi, (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika

Gillespie, B. (2007). At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Ed 3. Jakarta: Erlangga

Hidayat, A.Aziz, (2007). Riset Keperewatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat & Uliyah. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Maria. (2012). Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus terhadap Phlebitis. Diambil tanggal 12 Juni 2014 dari http:// puslit2. petra. ac. id/ ejournal/ index. php/ stikes/ article/download/18467/18281

Muninjaya, A. A. Gde. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Panjaitan. (2011). Hubungan Fungsi Manajerial Kepala Ruangan dengan Tingkat

(61)

 

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. EGC. Jakarta

Pribadi. (2009). Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan, Motivasi, dan Persepsi Perawat tentang Supervisi Kepala Ruang terhadap Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah di JEPARA. Diambil tanggal 16 September 2013 dari http://eprints.undip.ac.id/16228/1/Agung_Pribadi.pdf

Rahayu. (2013). Gambaran Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan

Protap Pemasangan Kateter. Diambil tanggal 20 November 2013 dari

http://www.ekarahayu.ac.id/2013/07/gambaran-tingkat-kepatuhan-perawat.html

Rustiani. (2012). Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan Sop Pemasangan Infus dengan Kejadian Phlebitis Di Ruang Rawat Inap Eka Hospital BSD. Diambil tanggal 12 Juni 2014 dari http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-2540

ABSTRAK.pdf

Saragih & Rumapea. (2010). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Diambil tanggal 21 Oktober 2013 dari http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf

Sarwono. (1997). Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Septiari, B. B. (2012). Infeksi Nosokomial. Yogyakarta: Nuha Medika

Sitorus & Panjaitan. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo

Suarli & Bahtiar. (2010). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jalarta: Erlangga

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suyanto. (2009). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press

Syarif. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam melaksanakan Standar Operasional Prosedur PemasanganInfus di Ruang Merak RSUP dr. Kariadi Semarang. Diambil tanggal 02 November2013 dari http://digilib.unimus.ac.id

(62)

 

Lampiran 1

No. Responden: ...

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya bernama Teorida Laia (101101068) mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pecegahan Infeksi Nosokomial di Rumah SakitSari Mutiara Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan dan kemajuan praktek ilmu keperawatan, pendidikan ilmu keperawatan dan penelitian keperawatan.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Data dan identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan dengan memberi kode dan menjadi tanggung jawab peneliti sepenuhnya. Selanjutnya saya meminta kesediaan Bapak/Ibu mengisi data kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Maret 2014 Peneliti, Responden,

(63)

 

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

1. Data Demografi Responden Nama (inisial) : Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan Terakhir : Lama Kerja :

2. Kuesioner Pelaksanaan Supervisi yang Dilakukan oleh Kepala Ruangan Berilah tanda (√) pada kolom yang ada disebelah kanan pada masing-masing butir pernyataan menurut pilihan anda, dengan pilihan sebagai berikut:

SS = Sangat setuju

S = Setuju

TS = Tidak setuju

STS= Sangat tidak setuju

No Pertanyaan STS ST S SS

1 Kepala ruangan merencanakan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan aturan rumah sakit

2 Kepala ruangan menyusun uraian tugas perawat di ruangan

3

Kepala ruangan memberikan penghargaan bagi perawat pelaksana yang melaksanakan pekerjaannya dengan baik

4 Kepala ruangan mengawasi jadwal dinas perawat di ruangan

(64)

 

6 Kepala ruangan merencanakan pengembangan untuk perawat seperti pelatihan.

7 Kepala ruangan menetapkan metode asuhan keperawatan di ruangan

8 Kepala ruangan memberikan arahan kepada perawat dalam melaksanakan pekerjaan

9 Kepala ruangan mengawasi kehadiran perawat di ruangan

10 Kepala ruangan mencatat kondisi fasilitas di ruangan

11 Kepala ruangan mencatat kondisi alat-alat kesehatan di ruangan

12 Kepala ruangan merencanakan pengembangan untuk perawat seperti melanjutkan pendidikan.

13 Kepala ruangan bekerjasama dengan perawat dalam mencapai tujuan pelayanan

14

Kepala ruangan memberikan arahan kepada perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan

15 Kepala ruangan mengecek ketersediaan fasilitas di ruangan

16 Kepala ruangan mengecek ketersediaan alat-alat kesehatan di ruangan

17 Kepala ruangan mensosialisasikan hasil penilaian kinerja perawat

18 Kepala ruangan menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP)

19 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepada perawat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

20 Kepala ruangan memfasilitasi perawat dalam menyelesaikan pekerjaan

21 Kepala ruangan mengawasi kerja perawat dalam memberkan asuhan keperawatankepadapasien

22 Kepala ruangan mencatat hasil pengawasan yang telah dilakukan

23

Kepala ruangan melaporkan hasil pengawasan yang telah dilakukan kepada kepala bagian keperawatan

24 Kepala ruangan menyusun Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

25 Kepala ruangan membuat jadwal dinas perawat di ruangan

26 Kepala ruangan mengarahkan perawat untuk mengambil keputusan

(65)

 

dalam melaksanakan pekerjaan

28 Kepala ruangan mensosialisasikan SOP 29 Kepala ruangan mensosialisasikan SAK

30

Kepala ruangan menetapkan lama hari rawat pasien berdasarkan kondisi kesehatan masing-masing pasien di ruangan

(66)

 

Lembar Observasi

Pencegahan Infeksi Nosokomial Perawat Di RSU Sari Mutiara Medan

Hari/Tanggal :

Nama Tindakan : Tindakan Mencuci Tangan Nama Peneliti :

No Uraian Tindakan Ya Tidak

1 Saya membasuh tangan dengan air

2 Saya mencuci tangan menggunakan sabun

3

Saya menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan, dan sebaliknya

4 Saya menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

5 Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

6 Saya menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan, dan sebaliknya

7 Saya menggosok dengan memutar ujung-ujung jari tangan kanan ditelapak tangan kiri, dan sebaliknya 8 Saya menggosok pegelangan tangan kiri dengan

menggunakan tangan kanan, dan sebaliknya 9 Saya membilas kedua tangan dengan air

10 Saya mengeringkan dengan handuk atau tissu sekali pakai sampai tangan benar-benar kering

(67)

 

Nama/Tanggal :

Nama Tindakan : Tindakan Pemasangan Infus Nama Peneliti : 

No Uraian Tindakan Ya Tidak

1 Saya mempersiapkan alat sebelum memasang infus 2 Saya menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan

dilakukan

3 Saya mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 4 Saya menghubungkan cairan dan infus set

5

Saya mengisi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan membuka roller klem selang hingga cairan memenuhi selang dan tidak ada udara di dalam selang

6 Saya meletakkan pengalas di bawah tempat yang akan dilakukan pengifusan

7 Saya memasang sarung tangan 8

Saya membersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol dari dalam ke luar dan tidak menyentuh area yang telah dibersihkan

9

Saya melakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dan posisi jarum mengarah ke atas

10

Saya memperhatikan keluarnya darah melalui jarum, bila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum, maka saya menarik keluar bagian dalam jarum sambil meneruskan tusukan ke dalam vena

11

Saya membuka roller klem selang dan atur kecepatan tetesan sesuai dengan dosis yang diberikan

12 Saya melakukan fiksasi dengan kassa steril 13 Saya melepaskan sarung tangan

(68)

 

Lampiran 3

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted if Item Deleted

q1 175.67 72.092 .180 . .698

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

(69)

 

Lampiran 4

HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN KOMPUTERISASI

1. Data Demografi

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Perempuan 76 95.0 95.0 95.0

laki-laki 4 5.0 5.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Dini 75 93.8 93.8 93.8

Madya 5 6.2 6.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

PendidikanTerakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid D3 Keperawatan 76 95.0 95.0 95.0

S1 Keperawatan 4 5.0 5.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

Lamakerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1-5 55 68.8 68.8 68.8

6-10 13 16.2 16.2 85.0

11-15 12 15.0 15.0 100.0

(70)

 

2. Supervisi Kepala Ruangan

Supervisi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 44 55.0 55.0 55.0

Cukup 36 45.0 45.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

Item Supervisi

q1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 4 5.0 5.0 5.0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 3 3.8 3.8 3.8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 3 3.8 3.8 3.8

2 16 20.0 20.0 23.8

3 48 60.0 60.0 83.8

4 13 16.2 16.2 100.0

(71)

 

q4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 8 10.0 10.0 10.0

3 63 78.8 78.8 88.8

4 9 11.2 11.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

q5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 2 2.5 2.5 2.5

2 2 2.5 2.5 5.0

3 64 80.0 80.0 85.0

4 12 15.0 15.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

q6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 8 10.0 10.0 10.0

3 60 75.0 75.0 85.0

4 12 15.0 15.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

q7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 3 3.8 3.8 3.8

3 70 87.5 87.5 91.2

4 7 8.8 8.8 100.0

(72)

 

q8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 5 6.2 6.2 6.2

3 64 80.0 80.0 86.2

4 11 13.8 13.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

q9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 2 2.5 2.5 2.5

3 69 86.2 86.2 88.8

4 9 11.2 11.2 100.0

Total 80 100.0 100.0

q10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 4 5.0 5.0 5.0

3 72 90.0 90.0 95.0

4 4 5.0 5.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

q11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2 4 5.0 5.0 5.0

3 74 92.5 92.5 97.5

4 2 2.5 2.5 100.0

Gambar

Tabel 3.1  Definisi operasional pengaruh kepatuhan perawat
Tabel 3.1 Definisi Operasional Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial
Tabel 4.1 Jumlah perawat pelaksana tiap ruangan di RSU Sari Mutiara Medan
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat di Rumah Sakit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mengidentifikasi gambaran pengetahuan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Djoelham Binjai, terdapat 22 pertanyaan diantaranya adalah sprei yang digunakan

Penelitian ini membawa pada simpulan terdapat efektifitas pelatihan supervisi kepala ruangan terhadap kemampuan supervisi kepala ruangan dan kinerja perawat

Dari berbagai pernyataan tentang penerapan supervisi oleh kepala ruangan dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana karena perawat pelaksana akan merasa diterima, dihargai

Judul Tesis Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Imelda Medan.. Nama Mahasiswa

Hubungan teknik dan frekuensi kegiatan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan caring oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RS Sumber Waras Jakarta Barat..

Hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan kepada perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Makassar, diakses tanggal 17 Juli 2013; http:/www.FikKes Jurnal

Kerangka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial dimana perilaku perawat terdiri pengetahuan, sikap, keterampilan, dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kepatuhan hand hygiene perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di bangsal Dahlia RSUD Wonosari Yogyakarta