• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pembibitan dan Reproduksi serta Kesehatan Hewan di Peternakan Rakyat Sapi Perah FH Dadi Mulyo Banyuwangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek Pembibitan dan Reproduksi serta Kesehatan Hewan di Peternakan Rakyat Sapi Perah FH Dadi Mulyo Banyuwangi"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK PEMBIBITAN DAN REPRODUKSI SERTA ASPEK

KESEHATAN HEWAN DI PETERNAKAN RAKYAT SAPI

PERAH FH DADI MULYO BANYUWANGI

ANGGA GALIH PRADANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aspek Pembibitan dan Reproduksi serta Kesehatan Hewan di Peternakan Rakyat Sapi Perah FH Dadi Mulyo Banyuwangi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

ABSTRAK

ANGGA GALIH PRADANA. Aspek Pembibitan dan Reproduksi serta Kesehatan Hewan di Peternakan Rakyat Sapi Perah FH Dadi Mulyo Banyuwangi. Dibimbing oleh BAGUS PRIYO PURWANTO dan ANDI MURFI.

Sapi perah merupakan usaha baru di Kabupaten Banyuwangi. Salah satu sentra peternakan sapi perah di Banyuwangi adalah peternakan sapi perah rakyat di Desa Tamansari, Kecamatan Licin. Evaluasi teknis pemeliharaan sapi perah perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ternak di daerah tersebut. Berdasarkan penelitian pendahuluan, diketahui bahwa aspek pembibitan dan reproduksi serta aspek kesehatan hewan merupakan dua aspek yang memiliki nilai terendah sehingga perlu dipelajari lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan berdasarkan faktor-faktor penentu ternak sapi perah yang direkomendasikan oleh Direktorat Jenderal Peternakan. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2012. Data diambil dari 33 peternak yang memiliki sapi laktasi kurang dari 20 ekor sebagai responden. Selanjutnya data diuji dengan menggunakan uji chi-square untuk membandingkan nilai hasil pengamatan dengan nilai harapan faktor penentu ternak sapi perah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek pembibitan dan reproduksi, nilai pengamatan terendah terdapat pada sub aspek cara seleksi, sedangkan aspek kesehatan hewan memiliki nilai pengamatan terendah pada sub aspek pencegahan penyakit.

Kata kunci: Dadi Mulyo, kesehatan hewan, pembibitan dan reproduksi, sapi perah

ABSTRACT

ANGGA GALIH PRADANA. Breeding and Reproduction Aspect and Animal Health Aspect on the FH Dairy Cow Traditional Farms of Dadi Mulyo Banyuwangi. Supervised by BAGUS PRIYO PURWANTO and ANDI MURFI.

Dairy cow is a new commodity of business in Banyuwangi district. One of the central of dairy farm in Banyuwangi is located in Tamansari village, Licin sub-district. The evaluation of dairy cow management is really important to be considered for enhancing dairy cow productivity in the region. According to introductionary research, known that breeding and reproduction aspect and animal health aspect had the lowest value so that need to be evaluated more. This method sub-aspect. Meanwhile animal health aspect had the lowest value on the preventive disease sub-aspect.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

ASPEK PEMBIBITAN DAN REPRODUKSI SERTA ASPEK

KESEHATAN HEWAN DI PETERNAKAN RAKYAT SAPI

PERAH FH DADI MULYO BANYUWANGI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aspek Pembibitan dan Reproduksi serta Kesehatan Hewan di Peternakan Rakyat Sapi Perah FH Dadi Mulyo Banyuwangi Nama : Angga Galih Pradana

NIM : D14080116

Disetujui oleh

Dr Ir Bagus P Purwanto, MAgr Pembimbing I

Ir Andi Murfi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgr Sc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahiim. Alhamdulillahirabbilalamiin, puji syukur senantiasa tercurah ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya, sehingga Penulis diberi kemudahan serta kelancaran selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam juga tak berhenti tercurah kepada qudwah hasanah umat Islam Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, tabiin, dan umatnya hingga hari akhir nanti. Amiin.

Penelitian yang dilaksanakan pada Juli sampai Agustus 2012 ini berjudul Aspek Pembibitan dan Reproduksi serta Kesehatan Hewan di Peternakan Rakyat Sapi Perah FH Dadi Mulyo Banyuwangi. Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi acuan, informasi, dan rekomendasi bagi para peternak, peneliti maupun pemerintah dalam dalam pengembangan usaha sapi perah rakyat, terutama di peternakan rakyat Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi

Penulis berterimakasih kepada Dr Ir Bagus P Purwanto MAgr dan Ir Andi Murfi MSi selaku dosen pembimbing, Dr Ir Afton Atabany MSi dan Ir Kukuh Budi Satoto MS sebagai dosen penguji, serta Edit Lesa Aditia SPt MSc sebagai perwakilan Departeman IPTP yang memberi banyak saran dan masukan. Terima kasih kepada orangtua tercinta, Bapak Agus Sufadjari dan Ibu Sri Hartini, serta kepada adik penulis, Bramantiyo Satriyo Wicaksono, atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Mas Arif Firmansyah dan keluarga atas berbagai bantuan dan kesediaannya memberikan penginapan selama penulis melaksanakan penelitian. Terima kasih pula kepada staf KSU Dadi Mulyo (Mas Aris, Mas Singgih, Mbak Fitri, Mas Rofik, dan Mas Hendro) serta seluruh peternak di Desa Tamansari yang telah memberikan bantuan selama penelitian. Terima kasih kepada Erni Siti Wahyuni, untuk segala motivasi, bantuan, dan perhatiannya selama ini. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar IPTP 45 dan semua pihak yang telah memotivasi, membantu dan memberi kesempatan serta ijin untuk penggunaan berbagai materi selama penelitian dan penulisan skripsi ini dilakukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Bahan 2

Karakteristik Peternak dan Komposisi Sapi Perah 5

Umur Peternak 6

Pendidikan Peternak 6

Pengalaman Beternak 6

Struktur Kepemilikan Ternak 7

Pembibitan dan Reproduksi 8

Bangsa Sapi yang Dipelihara 9

(10)

DAFTAR TABEL

1 Faktor penentu ternak sapi perah ditinjau dari aspek pembibitan

dan reproduksi berdasarkan Dirjen Peternakan (1983) 3 2 Faktor penentu ternak sapi perah ditinjau dari aspek kesehatan

hewan berdasarkan Dirjen Peternakan (1983) 3

3 Umur, pendidikan, dan lama beternak peternak sapi perah di Desa

Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi 6

4 Komposisi kepemilikan sapi perah peternak di Desa Tamansari,

Kecamatan Licin, Banyuwangi 7

5 Rataan dan simpangan baku hasil pengamatan aspek pembibitan dan reproduksi di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi 8 6 Penerapan aspek pembibitan dan reproduksi sapi perah di Desa

Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi 9

7 Rataan dan simpangan baku hasil pengamatan aspek kesehatan hewan di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi 11 8 Penerapan aspek kesehatan sapi perah di Desa Tamansari,

Kecamatan Licin, Banyuwangi 12

DAFTAR GAMBAR

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sapi perah sebagai ternak penghasil susu, memproduksi susu yang melebihi kebutuhan anaknya sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia. Budidaya sapi perah pada akhirnya dapat menjadi salah satu usaha peternakan di Indonesia yang berperan besar dalam pemenuhan gizi dan peningkatan pendapatan masyarakat. Produksi susu lokal hanya mampu memenuhi sekitar 35% kebutuhan susu nasional, sedangkan sisanya masih bergantung pada susu impor (Direktorat Jenderal Peternakan 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu dilakukan peningkatan produktivitas baik dari faktor genetik maupun faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap produksi susu adalah teknis pemeliharaan.

Desa Tamansari merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Banyuwangi yang terletak di kaki Gunung Ijen.Desa Tamansari berada pada ketinggian 500-600 m di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu harian rata-rata 18-28 oC. Kondisi alam yang demikian ini cukup baik sebagai tempat usaha sapi perah.

Peternakan sapi perah merupakan primadona baru di Kabupaten Banyuwangi. Peternakan sapi perah di Desa Tamansari mulai dirintis pada bulan Maret 2012. Melihat hal tersebut, perlu diketahui pengetahuan mengenai teknis pemeliharaan sapi perah untuk meningkatkan produktivitas ternak. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (1983), teknis pemeliharaan sapi perah meliputi pembibitan dan reproduksi, makanan ternak, pengelolaan, kandang dan peralatan, serta kesehatan hewan. Setelah melakukan penelitian pendahuluan, diketahui bahwa aspek pembibitan dan reproduksi serta aspek kesehatan hewan merupakan dua aspek yang perlu dipelajari lebih lanjut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aspek pembibitan dan reproduksi serta kesehatan hewan di peternakan sapi perah rakyat anggota Koperasi Serba Usaha Dadi Mulyo Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi sebagai dasar untuk memberikan masukan terhadap usaha perbaikan tatalaksana pemeliharaan sapi perah.

Ruang Lingkup Penelitian

(12)

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di kelompok peternak sapi perah anggota Koperasi Serba Usaha Dadi Mulyo Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan peternakan sapi perah di wilayah Tamansari sebagai lokasi penelitian karena Desa Tamansari merupakan lokasi pengembangan budidaya sapi perah yang baru di Kabupaten Banyuwangi.

Bahan

Penelitian dilaksanakan pada peternakan yang memiliki sapi laktasi kurang dari 20 ekor. Jumlah responden sebanyak 33 orang peternak, dengan 431 ekor sapi yang dipelihara di 33 kandang.

Alat

Peralatan yang digunakan pada saat melakukan penelitian ini meliputi alat tulis, wearpack, sepatu boot, dan kamera. Selain itu kuesioner juga dibuat untuk mengetahui karakteristik dan keterampilan teknis peternak dalam mengelola usaha sapi perah.

Prosedur

Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan ke KSU Dadi Mulyo Kecamatan Licin dengan melihat data peternak untuk menentukan responden. Wawancara dilakukan kepada seluruh peternak di Desa Tamansari, kemudian dibuat kuesioner. Kuesioner disusun untuk mengetahui karakteristik dan keterampilan teknis peternak dalam mengelola usaha sapi perah. Aspek teknis yang diamati meliputi pembibitan dan reproduksi dan kesehatan hewan.

(13)

Tabel 1. Faktor penentu ternak sapi perah ditinjau dari aspek pembibitan dan reproduksi berdasarkan Dirjen Peternakan (1983)

No. Faktor Penentu Alternatif Jawaban Nilai

1. Bangsa sapi yang dipelihara a. FH murni 30

Tabel 2. Faktor penentu ternak sapi perah ditinjau dari aspek kesehatan hewan berdasarkan Dirjen Peternakan (1983)

No. Faktor Penentu Alternatif Jawaban Nilai

1. Pengetahuan penyakit a. Baik 40

b. Cukup 30

c. Kurang 10

2. Pencegahan penyakit a. Teratur 100

(vaksinasi) b. Tidak teratur 50

c. Tidak pernah 5

3. Pengobatan penyakit a. Dilakukan dengan benar 60 b. Dilakukan kurang benar 30

c. Tidak dilakukan 5

(14)

Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dengan bantuan tabulasi frekuensi. Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, pendidikan, pengalaman beternak, kepemilikan ternak dan keterampilan teknis beternak.

2. Analisis Statistik

Keterampilan teknis responden diuji dengan menggunakan uji chi-square untuk membandingkan nilai hasil pengamatan dengan nilai harapan faktor penentu ternak sapi perah menurut Dirjen Peternakan (1983). Bentuk persamaan menurut Nazir (2003) adalah sebagai berikut:

X2 =

Keterangan:

oi = frekuensi yang diamati, kategori ke-i

ei = frekuensi yang diharapkan dari kategori ke-i

n = jumlah kategori

Peubah yang Diamati

1. Struktur Kepemilikan Ternak

Populasi ternak dihitung berdasarkan satuan ternak. Komposisi ternak yang diamati menurut Ensminger (1960) adalah sebagai berikut:

1. Anak sapi yaitu sapi jantan atau betina berumur kurang dari 1 tahun, dihitung sama dengan 0.25 satuan ternak.

2. Sapi dara yaitu sapi betina yang berumur lebih dari 1 tahun dan belum pernah beranak, dihitung sama dengan 0.5 satuan ternak.

3. Sapi laktasi yaitu sapi betina yang sedang dalam masa menghasilkan susu, dihitung sama dengan 1.00 satuan ternak.

4. Sapi kering kandang yaitu sapi betina dewasa yang tidak dalam masa menghasilkan susu, dihitung sama dengan 1.00 satuan ternak.

5. Sapi jantan muda yaitu sapi jantan yang berumur lebih dari 1 tahun dan kurang dari 2 tahun, dihitung sama dengan 0.50 satuan ternak.

6. Sapi jantan dewasa yaitu sapi jantan yang telah berumur 2 tahun, dihitung sama dengan 1.00 satuan ternak.

2. Pembibitan dan Reproduksi

Peubah yang diamati meliputi bangsa sapi yang dipelihara, cara seleksi, cara kawin, pengetahuan berahi, dan umur beranak pertama.

3. Kesehatan Hewan

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi

Kondisi Geografis

Desa Tamansari merupakan salah satu dari delapan desa yang ada di Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Desa Tamansari berada di kaki Gunung Ijen. Ketinggian wilayah Desa Tamansari adalah sekitar 500-600 m dpl dengan kisaran suhu harian 18-28 oC. Sumber mata air yang ada di Desa Tamansari berjumlah sembilan buah. Desa Tamansari memiliki wilayah seluas 13 500 ha. Peta Desa Tamansari disajikan pada Gambar 1.

Peternakan Sapi Perah

Peternakan sapi perah di Desa Tamansari merupakan peternakan rakyat yang baru dimulai pada bulan Maret 2012. Peternak yang ada di desa ini berjumlah 33 orang dengan total populasi 431 ekor yang tersebar di 33 kandang. Peternak di Desa Tamansari dibagi ke dalam tiga kelompok peternak, yaitu Argo Mulyo, Andini Mulyo, dan Margo Mulyo. Ketiga kelompok ternak tersebut dikoordinasikan dalam satu wadah yaitu KSU Dadi Mulyo.

KSU Dadi Mulyo didirikan pada tanggal 11 Oktober 2011 dengan kuasa badan hukum No.518/10/PDF/XVI.2/429.109/2012. Tujuan utama didirikannya KSU Dadi Mulyo adalah untuk meningkatkan ekonomi anggota agar mencapai kesejahteraan hidup. KSU Dadi Mulyo melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah, Bank Jatim, dan Nestle. Kerja sama yang dilakukan berupa pemberian kredit dari Bank Jatim dengan suku bunga pinjaman 5% per tahun, selain itu seluruh peternak juga menjadi supplier tetap Nestle.

Karakteristik Peternak dan Komposisi Sapi Perah

Kemampuan kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya umur, pendidikan, pengalaman, dan keterampilan (Hernanto 1989). Karakteristik peternak responden yang meliputi umur, pendidikan, dan pengalaman beternak disajikan pada Tabel 3.

(16)

Umur Peternak

Berdasarkan Tabel 3 yang tergolong peternak berusia muda sebesar 27.3% dan peternak berusia sedang sebesar 24.7%. Peternak yang berusia muda dan sedang digolongkan peternak yang energik dan kreatif (Najib 1990). Jumlah peternak yang tergolong aktif dan energik tersebut berimbang dengan jumlah peternak yang tergolong berusia agak lanjut (42.4%) dan berusia lanjut (6.1%). Peternak yang berusia muda dan sedang diharapkan mampu bekerja lebih baik dan lebih produktif dibandingkan dengan peternak yang sudah berusia agak lanjut dan berusia lanjut untuk mengembangkan peternakan di Desa Tamansari.

Pendidikan Peternak

Sebesar 42.4% peternak menyelesaikan pendidikan terakhirnya di tingkat pendidikan SLTA atau sederajat. Selain itu 27.3% menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SD, 9.1% pada tingkat SLTP atau sederajat, 18.2% pada perguruan tinggi, dan 3.0% tidak bersekolah. Perbedaan tingkat pendidikan memungkinkan terjadinya perbedaan tingkat pola pikir, pola kerja, dan wawasan. Peternak yang berpendidikan lebih tinggi lebih mudah menerima saran dan inovasi-inovasi baru, sedangkan peternak yang berpendidikan rendah lebih sulit diberi saran. Peternak yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan dapat melakukan transfer ilmu, teknologi, dan wawasannya untuk bisa menyeimbangkan dan mengembangkan peternakan yang ada di daerah tersebut (Sembada 2012).

Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja seorang peternak untuk menentukan keberhasilan usaha sapi Tabel 3. Umur, pendidikan, dan lama beternak peternak sapi perah di Desa

Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi.

No. Uraian Jumlah Peternak

(17)

perah (Sembada 2012). Pengalaman beternak merupakan lamanya waktu yang telah ditempuh peternak dalam menekuni usaha peternakan. Seluruh peternak di Desa Tamansari merupakan peternak baru karena baru memulai beternak sapi perah selama lima bulan pada saat penelitian ini dilakukan. Hal tersebut mempengaruhi peternak dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul pada saat mengelola peternakan. Sebelum memulai beternak sapi perah, beberapa peternak di Desa Tamansari menekuni usaha ternak sapi potong.

Struktur Kepemilikan Ternak

Peternak di Desa Tamansari memiliki jumlah sapi perah dengan komposisi dan kepemilikan yang berbeda-beda. Rataan kepemilikan dan komposisi sapi perah di Desa Tamansari dapat dilihat di Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4, diketahui jumlah sapi perah yang ada di Desa Tamansari sebanyak 431 ekor atau sebesar 284 ST (satuan ternak). Sapi perah yang dipelihara meliputi pedet jantan, pedet betina, sapi dara, sapi laktasi, dan sapi kering. Peternak di Desa Tamansari tidak memelihara sapi jantan karena dinilai tidak produktif, tidak menghasilkan keuntungan, dan hanya akan menambah biaya pemeliharaan. Rataan kepemilikan sapi perah dari 33 peternak di Desa Tamansari adalah sebesar 13.1 ekor atau 8.6 ST.

Ternak yang paling banyak dipelihara adalah sapi laktasi, yaitu sebanyak 189 ekor atau 189 ST (66.5%) dari keseluruhan sapi perah yang dipelihara di Desa Tamansari. Sapi laktasi merupakan sumber pendapatan dari peternakan sapi perah. Secara umum, semakin banyak sapi laktasi yang dipelihara maka pendapatan peternak di wilayah tersebut akan semakin meningkat. Peternakan sapi perah di Desa Tamansari dapat dikatakan sudah cukup menguntungkan, karena menurut Sudono (1999), peternakan sapi perah yang mempunyai sapi laktasi sebanyak >60% adalah peternakan sapi perah dalam kategori menguntungkan.

Betina dewasa yang sedang dalam keadaan kering sebanyak 25 ekor atau 25 ST (8.8%). Hal ini disebabkan karena peternakan rakyat di Desa Tamansari baru berjalan lima bulan dan pada awal pemeliharaan peternak lebih memilih untuk Tabel 4. Komposisi kepemilikan sapi perah peternak di Desa Tamansari,

Kecamatan Licin, Banyuwangi.

(18)

membeli betina dewasa yang sudah laktasi dan atau sedang dalam keadaan bunting tua (betina kering).

Pedet dihasilkan dari sapi yang baru melahirkan atau sebagai tambahan dari supplier sapi perah jika peternak membeli sapi dara. Pedet jantan berjumlah 75 ekor atau 18.75 ST (6.6%), sedangkan pedet betina berjumlah 79 ekor atau 19.75 ST (7.0%). Pedet jantan dan pedet betina biasanya dijual atau ditukar tambah untuk mendapatkan sapi laktasi atau sapi bunting. Namun sebagian besar peternak memelihara pedet betina sebagai replacement stock. Umumnya lebih ekonomis bagi seorang peternak untuk membesarkan sendiri replacement stock (Sudono 1999). Selain pedet betina, sapi dara juga menjadi pilihan peternak untuk dijadikan replacement stock. Sapi dara berjumlah 63 ekor atau 31.5 ST (11.1%).

Pembibitan dan Reproduksi

Pengamatan yang dilakukan pada aspek pembibitan dan reproduksi di antaranya meliputi bangsa sapi yang dipelihara, cara seleksi, cara kawin, pengetahuan birahi, umur beranak pertama, saat dikawinkan setelah beranak, dan calving interval. Namun karena belum semua peternak mengawinkan lagi ternaknya, saat dikawinkan setelah beranak memiliki data yang kurang lengkap sehingga tidak dinilai. Sedangkan calving interval belum bisa diketahui karena peternakan sapi perah di Desa Tamansari baru dimulai lima bulan sebelum penelitian ini dilakukan sehingga tidak diamati. Aspek pembibitan dan reproduksi memiliki nilai terendah kedua dari seluruh aspek teknis pemeliharaan sapi perah di Desa Tamansari. Hasil pengamatan yang dilakukan pada peternak di Desa Tamansari disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 memperlihatkan bahwa lima dari enam sub aspek yang ada pada aspek pembibitan dan reproduksi masih jauh dari nilai harapan (P<0.01). Sub aspek tersebut antara lain sub aspek bangsa sapi yang dipelihara, cara seleksi, pengetahuan birahi, umur beranak pertama, dan saat dikawinkan setelah beranak.

Nilai pengamatan tertinggi terdapat pada sub aspek cara kawin (97.73%), sedangkan nilai pengamatan terendah terdapat pada sub aspek cara seleksi (25%). Jumlah dan persentase peternak yang menerapkan aspek pembibitan dan reproduksi disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5. Rataan dan simpangan baku hasil pengamatan aspek pembibitan dan reproduksi di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi.

(19)

Bangsa Sapi yang Dipelihara

Sub aspek bangsa sapi yang dipelihara memiliki nilai yang rendah karena seluruh bangsa sapi yang dipelihara oleh peternak di Desa Tamansari merupakan sapi persilangan (Gambar 2). Peternak di Desa Tamansari membeli sapi-sapinya dari satu supplier yang sama. Berdasarkan informasi dari supplier, sapi-sapi yang dijual merupakan persilangan antara sapi FH dengan sapi lokal yang diambil dari daerah Grati, Pasuruan.

Di Indonesia terjadi persilangan antara bangsa sapi FH dengan bangsa sapi asli Indonesia (Jawa dan Madura) di daerah Grati, Jawa Timur dan dikenal dengan nama sapi Grati. Sapi FH sangat dikenal oleh para peternak karena jumlah susu yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan sapi lain di daerah subtropis maupun tropis (Sudono 1999), namun kadar lemaknya lebih rendah (Blakely dan Bade 1991). Rataan produksi susu peternakan sapi perah di Desa Tamansari adalah 8 ± 3.6 l/ekor/hari. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan rataan produksi susu nasional yaitu sebanyak 11.1 l/ekor/ hari (Anggraeni 2012).

Tabel 6. Penerapan aspek pembibitan dan reproduksi sapi perah di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi.

No Uraian Jumlah Peternak

Orang %

1. Bangsa sapi yang dipelihara

a. FH murni 0 0.0

b. Peranakan FH 0 0.0

c. Persilangan (Sapi Grati) 33 100.0

d. Lain-lain 0 0.0

c. Alam dengan pejantan tidak unggul 1 3.0

(20)

Cara Seleksi

Sub aspek cara seleksi memiliki nilai pengamatan yang paling rendah. Hal ini dikarenakan seluruh peternak di Desa Tamansari melakukan seleksi ternak dengan cara melihat bentuk luar ternak. Peternak masih beranggapan bahwa ternak dengan bentuk luar yang baik akan menghasilkan produksi susu yang tinggi.

Peternak umumnya memilih sapi laktasi yang gemuk dan memiliki ambing yang besar. Sudono (1999) menyatakan bahwa seleksi ternak dengan cara melihat bentuk luarnya sebenarnya tidak tepat karena hewan-hewan yang memiliki bentuk badan (eksterior) yang baik, belum tentu memiliki produksi susu yang tinggi. Cara seleksi yang paling tepat untuk memilih sapi-sapi perah untuk dijadikan bibit adalah seleksi berdasarkan atas uji produksi. Peningkatan pengetahuan peternak terhadap cara seleksi yang tepat sangat diperlukan karena sebagian besar peternak masih belum begitu tahu dan memahami cara seleksi yang paling baik (Sembada 2012).

Cara Kawin

Sub aspek cara kawin memiliki nilai pengamatan yang tidak jauh berbeda dengan nilai harapannya. Berdasarkan Tabel 6, sebesar 97% peternak melakukan IB untuk mengawinkan ternaknya. Hanya 3% peternak yang mengawinkan ternaknya secara alami dengan jantan yang tidak unggul. Pejantan yang digunakan adalah sapi potong yang juga dipelihara oleh peternak. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi biaya pembelian straw dan pelaksanaan IB yang dilakukan oleh petugas.

Peternak yang mengawinkan ternaknya secara IB berharap dapat menghemat dan mengefisiensi pengeluaran untuk meningkatkan mutu ternak tanpa harus memelihara pejantan unggul. IB biasa dilakukan oleh peternak kecil dengan biaya lebih murah, karena tidak harus memelihara pejantan (Sudono et al. 2003).

Pengetahuan Birahi

Sub aspek pengetahuan birahi memiliki nilai pengamatan yang berbeda dengan nilai harapannya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan

(21)

peternak mengenai tanda-tanda birahi. Sebesar 84.8% peternak di Desa Tamansari kurang memahami tanda-tanda birahi, sedangkan sisanya sebanyak 12.1% tidak paham. Hanya sebesar 3% saja yang memahami tanda-tanda birahi.Deteksi birahi yang kurang baik dapat merupakan alasan utama rendahnya tingkat kebuntingan pada peternakan di Indonesia (Tomaszewska et al. 1991). Pengetahuan birahi yang kurang berdampak terhadap ketepatan deteksi birahi sehingga terjadi keterlambatan waktu pengawinan ternak. Menurut Hosein dan Gibson (2006), tanda-tanda sapi berahi, yaitu:

a) Sapi gelisah

b) Frekuensi sapi mengeluarkan urin meningkat c) Vulva terlihat merah, keluar lendir, dan bengkak d) Diam apabila dinaiki

e) Keluarnya bercak darah.

Peternak umumnya hanya mengetahui dua sampai tiga tanda-tanda birahi. Para peternak apabila melihat sapinya ada yang berahi, segera melapor ke petugas dari koperasi agar dilakukan IB terhadap ternaknya.

Umur Beranak Pertama

Umur beranak pertama yang diamati merupakan umur pada saat sapi beranak yang pertama kali di peternakan. Sub aspek umur beranak pertama memiliki nilai pengamatan yang rendah karena peternak di Desa Tamansari cenderung membeli sapi yang sudah laktasi maupun sapi bunting pada awal beternak. Hal ini menyebabkan umur beranak pertama sapi di peternakan tersebut semakin tua, karena sapi laktasi merupakan sapi yang sudah beranak pertama minimal pada umur sekitar 21 bulan (Wijono et al.1994).

Hasil pengamatan peternak di Desa Tamansari menunjukkan bahwa umur beranak pertama paling banyak pada sapi yang berumur lebih dari 3 tahun (81.8%), sedangkan sisanya beranak pertama pada umur 3 tahun (15.2%). Umur beranak pertama yang lebih muda akan berdampak pada peningkatan ketersediaan pedet sebagai replacement stock.

Kesehatan Hewan

Aspek kesehatan hewan merupakan aspek yang memiliki nilai dari seluruh aspek teknis pemeliharaan sapi perah di Desa Tamansari. Pengamatan yang dilakukan pada aspek kesehatan hewan di antaranya meliputi pengetahuan penyakit, pencegahan penyakit, dan pengobatan. Hasil pengamatan rataan dan simpangan baku aspek kesehatan hewan yang dilakukan pada peternak di Desa Tamansari disajikan pada Tabel 7.

(22)

Tabel 7 memperlihatkan bahwa seluruh sub aspek yang ada pada aspek kesehatan hewan masih jauh dari nilai harapan (P<0.01). Nilai pengamatan tertinggi terdapat pada sub aspek pengobatan (93.9%), sedangkan nilai pengamatan terendah terdapat pada sub aspek pencegahan penyakit (5.0%). Kesehatan hewan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pada peternakan sapi perah. Hal ini dikarenakan produksi susu sapi perah juga dipengaruhi oleh status kesehatan ternak tersebut. Selain itu, ternak yang sakit akan memerlukan pengobatan dan akan mempertinggi biaya produksi. Jumlah dan persentase peternak yang menerapkan aspek kesehatan hewan disajikan pada Tabel 8.

Pengetahuan Penyakit

Sub aspek pengetahuan penyakit memiliki nilai pengamatan yang berbeda dengan nilai harapannya. Hal ini dikarenakan hanya 15.2% peternak yang memiliki pengetahuan penyakit yang baik, sedangkan sisanya sebanyak 72.7% memiliki pengetahuan yang cukup baik dan 12.1% memiliki pengetahuan yang kurang.

Sapi yang sehat akan menampakkan gerakan yang aktif, sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi sekitar yang mencurigakan, serta memiliki nafsu makan dan minum yang baik. Peternak di Desa Tamansari tidak banyak mengetahui penyakit ternak sapi perah. Ciri-ciri ternak sakit menurut para peternak adalah berkurangnya nafsu makan dan minum, lemas, bulu berdiri, dan hidung berair. Pengetahuan tentang penyakit sapi perah dan cara penanggulangannya seharusnya dimiliki oleh peternak sapi perah, sehingga peternak mampu mengambil keputusan yang benar jika ternaknya sakit (OIE 2006). Beberapa penyakit yang sering menyerang sapi perah di Desa Tamansari adalah mastitis, milk fever, dan cacingan.

Tabel 8. Penerapan Aspek Kesehatan Sapi Perah di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi.

No Uraian Jumlah Peternak

(23)

Pencegahan Penyakit (Vaksinasi)

Sub aspek pencegahan penyakit memiliki nilai pengamatan yang terkecil dibandingkan dengan dua aspek yang lain. Hal ini dikarenakan pencegahan penyakit berupa pemberian vaksin tidak pernah dilakukan oleh petugas kesehatan pada seluruh sapi. Kurangnya perhatian pemerintah dan Dinas Peternakan setempat terhadap kesehatan sapi perah di Desa Tamansari menjadi salah satu alasannya.

Pencegahan penyakit melalui program vaksinasi merupakan salah satu hal yang penting untuk menjaga kesehatan sapi perah. Beberapa penyakit sapi perah yang dapat dikendalikan melalui program vaksinasi adalah bovine viral diarrhoe (BVD), infectious bovine rhinotrachetitis (IBR), penyakit-penyakit clostridial, pateurellosis, salmonellosis, ringworm, leptospirosis, dan vibriosis (Sudarisman 2008). Peternak hanya melakukan pencegahan penyakit dengan menjaga kebersihan kandang dan sapi.

Pengobatan

Sub aspek pengobatan penyakit memiliki nilai pengamatan yang berbeda dengan nilai harapannya. Hal ini dikarenakan masih terdapat 12.1% peternak yang melakukan pengobatan dengan kurang benar, yaitu dengan mengobati sendiri ternaknya yang sakit. Apabila tidak ada perubahan, peternak tersebut menghubungi tenaga keswan setempat untuk membantu proses pengobatan.

Para peternak yang lain (87.9%) melakukan pengobatan dengan benar yaitu dengan cara langsung menghubungi tenaga keswan yang ada di koperasi setempat. Tenaga keswan tersebut akan secepatnya datang ke lokasi peternakan untuk memeriksa kondisi ternak. Jika memungkinkan, tenaga keswan tersebut akan melakukan pengobatan. Namun jika tidak, tenaga keswan akan menghubungi dokter hewan yang bertugas di wilayah tersebut. Sayangnya dokter hewan yang bertugas di Desa Tamansari bertempat tinggal di luar desa sehingga penanganan penyakit tidak bisa dilakukan segera. Peternak yang menggunakan jasa tenaga keswan maupun dokter hewan akan dikenai biaya pengobatan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(24)

Saran

Perlu adanya perbaikan tata laksana pemeliharaan terutama pada sub aspek pencegahan penyakit dan cara seleksi. Perbaikan tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas sapi perah. Upaya yang mungkin dilakukan adalah peningkatan pengetahuan peternak melalui penyuluhan, pembinaan, dan pendampingan dari berbagai instansi baik itu pemerintah, swasta, maupun perguruan tinggi agar peternak di Desa Tamansari dapat memperbaiki dan menerapkan seluruh aspek teknis pemeliharaan dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni A. 2012. Perbaikan genetik sifat produksi susu dan kualitas susu sapi Friesian Holstein melalui seleksi. J. Wartazoa. 22(1):1-11.

Blakely J, Bade DH. 1995. Ilmu Peternakan. Gandono BS, penerjemah. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Terjemahan dari: The Science of Animal Husbandry.

[BPM] Badan Pemberdayaan Masyarakat. 2011. Buku Profil Desa. Banyuwangi (ID): Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Banyuwangi.

[DJP] Direktorat Jenderal Peternakan. 1983. Laporan pertemuan pelaksanaan uji coba faktor-faktor penentu dan perencanaan tata penyuluhan subsektor peternakan. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

[DJP] Direktorat Jenderal Peternakan. 2011. Buku Statistik Peternakan. Jakarta. (ID): Departemen Pertanian.

Ensminger ME. 1960. Animal Science. Ed ke-4. Illinois (US): The Interstate Printers and Publishers Inc.

Hernanto F. 1989. Ilmu Usaha Tani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Hosein A, Gibson N. 2006. Dairy cattle management: Heat detection for improved breeding management. Dalam: Facthsheet Caribbean Agricultural Research and Development Institute. Trinidad dan Tobago (TT): Caribbean Agricultural Research and Development Institute.

Nadjib H. 1990. Performans usaha peternakan sapi perah rakyat dalam wilayah dataran rendah dan dataran tinggi pada beberapa skala usaha di Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana IPB.

Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

[OIE] Office International des Epizooties. 2006. Guide to Good Farming Practices for Animal Production Food Safety. Animal Production Food Safety Working Group. Paris (FR): World Organization for Animal Health.

Sembada P. 2012. Kondisi pemeliharaan sapi perah di peternakan rakyat kawasan usaha peternakan (KUNAK) Cibungbulang Kabupaten Bogor (skripsi). Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sudarisman. 2008. Penyakit-penyakit utama pada sapi perah yang harus dikendalikan melalui vaksinasi. Di dalam: Prospek Industri Sapi Perah Menuji Perdagangan Bebas 2020; 2008 April 21; Jakarta, Indonesia. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian Veteriner. hlm 344 – 350.

(25)

Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Tomaszweska MW, Sutama LK, Putu IG, Chaniago TD. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta (ID): PT. Gramedia.

(26)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1990 di Banyuwangi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agus Sufadjari dan Ibu Sri Hartini.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Khodijah II Rogojampi pada tahun 1996. Tahun pertama sampai pertengahan awal tahun kedua dilalui penulis di SD Negeri II Kapongan. Pertengahan akhir tahun kedua sampai tahun keenam dilalui penulis di SD Negeri I Rogojampi. Pendidikan menengah pertama diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMP Negeri 1 Rogojampi dan dilanjutkan ke pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Genteng yang diselesaikan pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun yang sama dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan. Penulis menjadi anggota Departemen Budaya, Olahraga, dan Seni di Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama periode 2008/2009, anggota Departemen Budaya, Olahraga, dan Seni di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan periode 2009/2010, serta Ketua Departemen Riset dan Pengembangan Mahasiswa Eksternal di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan periode 2010/2011. Penulis diamanahkan menjadi Ketua Pelaksana Fapet Show Time pada tahun 2010.

Gambar

Tabel 1.  Faktor penentu ternak sapi perah ditinjau dari aspek pembibitan dan reproduksi berdasarkan Dirjen Peternakan (1983)
Gambar 1. Peta Desa Tamansari, Kecamatan Licin  – Banyuwangi
Tabel 3.  Umur, pendidikan, dan lama beternak peternak sapi perah di Desa
Tabel 6.  Penerapan aspek pembibitan dan reproduksi sapi perah di Desa Tamansari,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada delay 30 detik dan juga 60 detik, rata-rata selisih waktu tamu terdeteksi yang didapatkan dengan delay 30 detik yaitu 6.05 detik dan delay 60 detik didapatkan

Hal ini dapat di maklumi mengingat pelabuhan Bima selain sebagai jembatan penghubung antara wilayah Barat Nusantara (Malaka, Jawa), wilayah Utara (Kalimantan,.. Makassar)

Tujuan dari penelit.ian ini adalah unt.uk menget.ahui pengaruh pemberian minyak bulus t.erhadap proses penyembuhan luka bakar minor.. yang merupakan perawat.an

Efek mandiri pada tanah yang diberikan BPF berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan vegetatif, bobot kering tanaman, hasil gabah kering per rumpun dan per

Sebelumnya telah dilakukan kajian mengenai analisis distribusi laju alir desain teras reaktor riset berbahan bakar tingkat muat tinggi, dimana basis daya yang

Klik tombol “View Proforma” untuk melihat perhitungan estimasi biaya dari daftar container yang telah dibuat.. Klik tombol “Create Job Order” untuk membuat

2) Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang sama dengan arah berlawanan letakkan pada gigi bagian atas dan bawah di sudut mulut pasien. 3) Lebarkan/jauhkan