UJI KEHALUSAN BAHAN DAN KONSENTRASI PEREKAT
BRIKET BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP
KARAKTERISTIK MUTU BRIKET
HASNUL JEIN 050308026
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UJI KEHALUSAN BAHAN DAN KONSENTRASI PEREKAT
BRIKET BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP
KARAKTERISTIK MUTU BRIKET
SKRIPSI
Oleh :
HASNUL JEIN
050308026
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UJI KEHALUSAN BAHAN DAN KONSENTRASI PEREKAT
BRIKET BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP
KARAKTERISTIK MUTU BRIKET
SKRIPSI
Oleh :
HASNUL JEIN
050308026/TEKNIK PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ainun Rohanah, STP, Msi) (Taufik Rizaldi, STP, MP
)
Ketua Anggota
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UJI KEHALUSAN BAHAN DAN KONSENTRASI PEREKAT
BRIKET BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP
KARAKTERISTIK MUTU BRIKET
SKRIPSI
Oleh :
HASNUL JEIN
050308026/TEKNIK PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Uji Kehalusan Bahan dan Konsentrasi Perekat Briket Biomassa Kulit Durian terhadap Karakteristik Mutu Briket
Nama : HASNUL JEIN
NIM : 050308026
Program Studi : Keteknikan Pertanian
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Mengetahui
Tanggal Lulus: Juni 2011
Taufik Rizaldi, STP, MP
Anggota Ainun Rohanah, STP, M.Si.
Ketua
Ir. Edi Susanto, M.si
ABSTRAK
HASNUL JEIN: “Uji Kehalusan Bahan dan Konsentrasi Perekat Briket Biomassa Kulit Durian terhadap Karakteristik Mutu Briket”, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan TAUFIK RIZALDI.
Briket bioarang merupakan salah satu bahan bakar yang berasal dari biomassa. Biomassa yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit durian. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah biomassa kulit durian sebagai bahan bakar alternatif sesuai dengan standar mutu briket. Pengujian yang dilakukan adalah dengan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu kehalusan bahan (20, 30 dan 40 mesh) dan konsentrasi perekat (20, 30, 40%). Parameter yang diamati adalah nilai kalor, kadar air, kadar abu dan kerapatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehalusan bahan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kalor, kadar abu, kerapatan dan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air. Konsentrasi perekat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kalor, kadar abu dan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air dan kerapatan. Interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap nilai kalor, kadar air, kadar abu dan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kerapatan. Hasil menunjukkan kadar air, kadar abu dan kerapatan belum memenuhi standar mutu briket Indonesia, Jepang, Amerika dan Inggris. Nilai kalor memenuhi standar mutu briket Jepang dan Amerika.
Kata kunci : Briket Bioarang, Biomassa, Kehalusan Bahan, Konsentrasi Perekat, Kulit
Durian,
ABSTRACT
Hasnul JEIN: “The Effect of Materials Size and Adhesive Concentration on The Quality of Durian Skin Briquette”, supervised by AINUN ROHANAH and TAUFIK RIZALDI.
Bio-Carbon Briquette is one of the fuels derived from biomass. Biomass used in this research was the durian skin. The aim of this research was to utilize waste biomass of durian skin as an alternative fuel briquettes in accordance to standard quality. A factorial completely randomized design was used with 2 factors: i.e. material size (20, 30 and 40 mesh) and concentration of adhesive (20, 30, 40%). Parameters observed were calorific value, water content, ash content and density.
The results showed that the material size had highly significantly affected the calorific value, ash content, density and had no effect on the water content. The concentration of adhesive had highly significantly affected the calorific value, ash content and had no effect on the water content and density. The interaction of treatment had no effect on calorific value, water content, ash content and had highly significantly affected the density. The results showed the water content, ash content and density of the briquettes did not meet the standard quality of Indonesia, Japan, America and Britain. The calorific value of briquettes met the standard quality of Japan and America
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 18 Februari 1987 dari ayah
Burhanuddin dan ibu Sumiati. Penulis merupakan anak putra tunggal.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 15, Medan dan pada tahun
2005 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur seleksi
penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknik
Pertanian, Departemen Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Teknik Pertanian, sebagai anggota organisasi Agriculture Technology
Moslem, sebagai Asisten Laboratorium Teknik Pengeringan Hasil Pertanian
tahun 2009 dan 2010, Asisten Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah tahun
2009 dan 2010, dan Asisten Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian tahun
2010. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ekstrauniversitas di MER-C
Cabang Medan sebagai relawan nonmedis Divisi Huminfo.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa
Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Pematang Siantar Sumatera Utara dari tanggal
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Uji Kehalusan Bahan dan Konsentrasi
Perekat Briket Biomassa Kulit Durian terhadap Karakteristik Mutu Briket”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si dan Bapak Taufik Rizaldi,
STP, MP selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai
menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi
Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu
di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata,
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, April 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN ... 1
Briket Bioarang... 13
Proses Pengarangan ... 15
Nilai Kalor ... 17
Kadar Air ... 18
Kadar Abu ... 18
Kerapatan ... 19
METODE PENELITIAN ... 21
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
Bahan dan Alat Penelitian ... 21
Metode Penelitian ... 22
Model Rancangan Penelitian ... 23
Prosedur Penelitian ... 24
Parameter yang diamati ... 25
Nilai Kalor ... 25
Pengaruh Konsentrasi Perekat ... 28
Nilai Kalor ... 29
Pengaruh Kehalusan Bahan ... 29
Pengaruh Konsentrasi Perekat ... 31
Kadar Air ... 33
Pengaruh Kehalusan Bahan ... 33
Pengaruh Konsentrasi Perekat ... 33
Pengaruh Interaksi Kehalusan Bahan Dan Konsentrasi Perekat... 34
Kadar Abu ... 34
Pengaruh Kehalusan Bahan ... 34
Pengaruh Konsentrasi Perekat ... 35
Pengaruh Interaksi Kehalusan Bahan Dan Konsentrasi Perekat... 38
Kerapatan ... 38
Pengaruh Kehalusan Bahan ... 38
Pengaruh Konsentrasi Perekat ... 40
Pengaruh Interaksi Kehalusan Bahan Dan Konsentrasi Perekat... 40
KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
Kesimpulan ... 42
Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Potensi energi biomassa di Indonesia ... 7
2. Sifat beberapa jenis pati ... 13
3. Kualitas mutu briket arang ... 15
4. Pengaruh kehalusan bahan terhadap parameter yang diamati ... 28
5. Pengaruh konsentrasi perekat terhadap parameter yang diamati... 29
6. Uji LSR efek kehalusan bahan terhadap nilai kalor (kal/gr) ... 30
7. Uji LSR efek konsentrasi perekat terhadap nilai kalor (kal/gr) ... 31
8. Uji LSR efek kehalusan bahan terhadap kadar abu (%)... 34
9. Uji LSR efek konsentrasi perekat terhadap kadar abu (%) ... 36
10. Uji LSR efek kehalusan bahan terhadap kerapatan (gr/cm3) ... 38
11. Uji LSR efek interaksi konsentrasi perekat dan kehalusan bahan terhadap kerapatan (gr/cm3) ... 40
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Grafik pengaruh kehalusan bahan terhadap nilai kalor (kal/gr) ... 30
2. Grafik pengaruh konsentrasi perekat terhadap nilai kalor (kal/gr) ... 32
3. Grafik pengaruh kehalusan bahan terhadap kadar abu (%) ... 35
4. Grafik pengaruh konsentrasi perekat terhadap kadar abu (%) ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Data pengamatan nilai kalor ... 47
2. Data pengamatan kadar air ... 48
3. Data pengamatan kadar abu ... 49
4. Data pengamatan kerapatan ... 50
5. Analisis biaya briket bioarang kulit durian ... 51
6. Diagram alir penelitian ... 55
7. Gambar pengolahan kulit durian... 56
8. Gambar bioarang dan briket bioarang ... 57
ABSTRAK
HASNUL JEIN: “Uji Kehalusan Bahan dan Konsentrasi Perekat Briket Biomassa Kulit Durian terhadap Karakteristik Mutu Briket”, dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan TAUFIK RIZALDI.
Briket bioarang merupakan salah satu bahan bakar yang berasal dari biomassa. Biomassa yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit durian. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah biomassa kulit durian sebagai bahan bakar alternatif sesuai dengan standar mutu briket. Pengujian yang dilakukan adalah dengan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu kehalusan bahan (20, 30 dan 40 mesh) dan konsentrasi perekat (20, 30, 40%). Parameter yang diamati adalah nilai kalor, kadar air, kadar abu dan kerapatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehalusan bahan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kalor, kadar abu, kerapatan dan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air. Konsentrasi perekat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kalor, kadar abu dan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air dan kerapatan. Interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap nilai kalor, kadar air, kadar abu dan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kerapatan. Hasil menunjukkan kadar air, kadar abu dan kerapatan belum memenuhi standar mutu briket Indonesia, Jepang, Amerika dan Inggris. Nilai kalor memenuhi standar mutu briket Jepang dan Amerika.
Kata kunci : Briket Bioarang, Biomassa, Kehalusan Bahan, Konsentrasi Perekat, Kulit
Durian,
ABSTRACT
Hasnul JEIN: “The Effect of Materials Size and Adhesive Concentration on The Quality of Durian Skin Briquette”, supervised by AINUN ROHANAH and TAUFIK RIZALDI.
Bio-Carbon Briquette is one of the fuels derived from biomass. Biomass used in this research was the durian skin. The aim of this research was to utilize waste biomass of durian skin as an alternative fuel briquettes in accordance to standard quality. A factorial completely randomized design was used with 2 factors: i.e. material size (20, 30 and 40 mesh) and concentration of adhesive (20, 30, 40%). Parameters observed were calorific value, water content, ash content and density.
The results showed that the material size had highly significantly affected the calorific value, ash content, density and had no effect on the water content. The concentration of adhesive had highly significantly affected the calorific value, ash content and had no effect on the water content and density. The interaction of treatment had no effect on calorific value, water content, ash content and had highly significantly affected the density. The results showed the water content, ash content and density of the briquettes did not meet the standard quality of Indonesia, Japan, America and Britain. The calorific value of briquettes met the standard quality of Japan and America
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan bagi aktivitas kehidupan
manusia. Seiring bertambahnya populasi manusia dan tumbuhnya industri-industri,
penggunaan energi terutama minyak bumi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun
secara cepat atau lambat akan semakin menipis persediaannya. Hal ini akan menimbulkan
kekhawatiran akan dampak munculnya krisis energi bahan bakar. Di samping itu
kesadaran manusia akan lingkungan semakin tinggi sehingga muncul kekhawatiran
meningkatnya laju pencemaran lingkungan terutama polusi udara yang diakibatkan oleh
pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga muncul sebuah pemikiran penggunaan energi
alternatif yang bersih.
Beberapa energi alternatif yang bisa dikembangkan sebagai pengganti dari
minyak bumi adalah gas bumi, batubara dan biomassa. Untuk gas bumi dan batubara
masih merupakan energi fosil tetapi belum dimaksimalkan pemakaiannya, berdasarkan
hal tersebut peneliti berfikir untuk memanfaatkan sumber energi alternatif baru. Biomassa
merupakan bahan alami yang biasanya dianggap sebagai sampah dan sering dimusnahkan
dengan cara dibakar. Biomassa tersebut dapat diolah menjadi bioarang, yang merupakan
bahan bakar dengan tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sumber energi biomassa adalah sumber energi yang berasal dari bahan nabati
termasuk limbah yang berasal dari manusia atau hewan. Dilihat dari sumbernya biomassa
berasal dari hutan, perkebunan, lahan masyarakat (kebun campuran, tegalan, sawah dan
pekarangan) dan limbah kota. Energi biomassa merupakan energi tertua yang telah
pertanian/perkebunan diperkirakan memenuhi ± 3,5% dari seluruh konsumsi energi di
Indonesia. Hal ini disebabkan hampir 65% dari penduduk pedesaan menggunakan
biomassa sebagai sumber energi utama yaitu untuk memasak, industri pedesaan seperti
pembuatan batu bata, genteng, industri kapur, pandai besi, industri makanan, dan lain
sebagainya (Daryanto, 2007).
Di Indonesia ternyata cukup banyak bahan bakar alternatif yang dapat
dikembangkan, baik dengan penerapan teknologi tinggi maupun teknologi sederhana.
Dengan kondisi saat ini yang tidak menguntungkan, bahan bakar alternatif yang bisa
dikembangkan dan ditawarkan kepada masyarakat harus murah, mudah dibuat, mudah
dicari sumber bahannya. Berdasarkan hal tersebut, bioarang merupakan salah satu pilihan
yang tepat saat ini sebagai alternatif pengganti BBM ( Kurniawan dan Oswan, 2008).
Permasalahan sampah kota semakin menjadi permasalahan yang pelik di berbagai
kota besar karena keterbatasan lahan dan semakin tingginya produksi sampah kota yang
dihasilkan, hal tersebut berakibat pada semakin menumpuknya sampah kota dan menjadi
sumber permasalahan lingkungan yang utama.
Salah satunya adalah sampah buah durian. Buah durian memiliki bobot total
terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, daging buah sekitar 20-35 %; kedua, biji sekitar
5–15 %; sisanya berupa bobot kulit yang mencapai 60-75 % dari bobot total buah
(Untung, 2003), maka sampah buah durian lebih besar berasal dari kulitnya. Saat ini
sampah kulit-kulit durian tersebut dibiarkan menumpuk, membusuk lalu dibakar yang
nantinya berdampak negatif bagi kesehatan dan kelestarian lingkungan. Dalam mencari
solusi ini, akan berdampak baik bila dimanfaatkan sepenuhnya menjadi bahan bakar
alternatif briket bioarang.
Dari uraian diatas penulis melakukan penelitian dengan judul “Uji Kehalusan
Mutu Briket”. Sehingga diharapkan briket biomassa kulit durian menjadi salah satu
energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pengaruh 3 jenis uji kehalusan bahan dan 3 jenis uji konsentrasi
perekat briket biomassa kulit durian terhadap karakteristik mutu briket.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi pihak-
pihak yang berhubungan dengan teknologi tepat guna briket bioarang.
Hipotesis Penelitian
- Diduga ada pengaruh kehalusan bahan terhadap mutu briket yang dihasilkan.
- Diduga ada pengaruh konsentrasi perekat terhadap mutu briket yang
dihasilkan.
- Diduga ada interaksi pengaruh kehalusan bahan dan konsentrasi perekat
terhadap mutu briket yang dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Energi
Energi adalah sumber daya yang dapat digunakan untuk melakukan
berbagai proses kegiatan termasuk bahan bakar, listrik, energi mekanik dan
panas. Sumber energi merupakan sebagian dari sumber daya alam yang
meliputi minyak dan gas bumi, batu bara, air, panas bumi, gambut, biomassa
dan sebagainya, baik secara langsung atau tidak langsung dapat dimanfaatkan
sebagai energi (Daryanto, 2007).
Menurut Kadir (1995) energi adalah tenaga atau gaya untuk berbuat
sesuatu. Defenisi ini merupakan perumusan yang lebih luas daripada
pengertian-pengertian mengenai energi pada umumnya dianut di dunia ilmu pengetahuan.
Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan sesuatu pekerjaan.
Sumber energi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kekayaan
alam yang akan memberikan sejumlah daya dan tenaga apabila diproses dan
diolah serta bisa dinikmati oleh masyarakat luas di dalam penyebarannya. Sebagai
contoh, minyak bumi yang sudah dieksplorasi dan diproduksi sejak tahun 1830
dapat dimanfaatkan untuk menjalankan kendaraan dan pabrik-pabrik raksasa.
Karena sifatnya yang tidak dapat diperbaharui secara cepat atau lambat, cadangan
minyak bumi akan semakin berkurang di dalam perut bumi. Tentu ini masalah
krusial yang harus dicarikan jalan keluarnya.
Krisis energi yang pernah terjadi pada tahun 1976 kini merambah negara
Indonesia. Sebagian besar dari jumlah energi tersebut dipakai untuk sarana
untuk meringankan beban anggaran, pemerintah menghimbau agar masyarakat
mengadakan langkah-langkah penghematan energi dan menggunakan energi
alternatif. Indonesia memiliki berbagai sumber energi alternatif dalam jumlah
yang cukup besar, seperti gas, batu bara, tenaga hidro, panas bumi, dan tenaga
surya ( Kurniawan dan Oswan, 2008).
Biomassa
Biomassa merupakan produk fotosintesis, yakni butir-butir hijau daun
yang bekerja sebagai sel surya, menyerap energi matahari yang mengkonversi
dioksida karbon dengan air menjadi suatu senyawa karbon, hidrogen dan
oksigen. Senyawa ini dapat dipandang sebagai suatu penyerapan energi yang
dapat dikonversi menjadi suatu produk lain. Hasil konversi dari senyawa itu
dapat berbentuk arang atau karbon, alkohol kayu, ter dan lain sebagainya. Energi
yang disimpan itu dapat dimanfaatkan dengan langsung membakar kayu itu, panas
yang dihasilkan digunakan untuk memasak atau untuk keperluan lainnya
(Kadir, 1995).
Indonesia sebagai negara agraris mempunyai potensi biomassa yang relatif
besar yang berasal dari limbah pertanian, perkebunan, kehutanan, limbah ternak
dan limbah kota (sampah). Energi biomassa ini dipakai baik sebagai pembangkit
listrik, energi panas atau energi mekanik (penggerak). Dengan melihat potensi
besar ini, maka pemanfaatannya untuk energi akan memberi konstribusi yang
cukup berarti dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat. Pada kenyataannya
meskipun potensi energi biomassa relatif lebih besar namun pemanfaatannya
Potensi biomassa di Indonesia adalah cukup tinggi. Dengan hutan tropis
Indonesia yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu
sebanyak 25 juta ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan. Jumlah energi yang
terkandung dalam kayu itu besar, yaitu 100 triliun Kkal setahun. Demikian pula
sekam padi, jenggal jagung, dan tempurung kelapa yang merupakan limbah
pertanian dan perkebunan, memiliki potensi energi yang besar sekali. Tabel 1
memberikan suatu ikhtisar dari potensi energi biomassa yang terdapat di
Indonesia. Perlu dicatat, bahwa jenis energi ini adalah terbarukan, sehingga
merupakan suatu produksi yang tiap tahun dapat diperoleh.
Tabel 1. Potensi energi biomassa di Indonesia Sumber Energi Produksi
(106 ton/th)
Sumber: S.K. Supomo, Limbah Pertanian sebagai bahan bakar Dewasa ini
Prospeknya. Makalah disampaikan pada Lokakarya Energi 1978, Jakarta 25-26 Mei 1978.
(Kadir, 1995).
Selain sumber energi pada Tabel 1. Indonesia juga mempunyai potensi
energi biomassa dari produksi buah durian pada tahun 2008 yang mencapai
682,323 Ton (Anonim, 2009) dengan bobot kulit yang mencapai 60-75 % dari
bobot total buah (Untung, 2003). Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan 1 kg
briket kulit durian dengan harga Rp 1.500/kg mampu menghasilkan kalori 5.010
Kkal (Anonim, 2009). Jumlah energi yang terkandung dalam kulit durian, yaitu
Sampah
Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah
tidak terpakai. Besarnya sampah yang dihasilkan dalam suatu daerah atau
masyarakat tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktivitas, dan
tingkat konsumsi penduduk tersebut terhadap barang/materi. Semakin besar
jumlah penduduk atau tingkat konsumsi terhadap barang maka semakin besar pula
volume sampah yang dihasilkan (Purwendro dan Nurhidayat, 2006).
Menurut Basrianta (2007) Sampah merupakan barang yang dianggap
sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bisa
dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Berdasarkan asalnya,
sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
1. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui
proses alami, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan,
pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit
buah, daun dan ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi
sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah
sampah anorganik tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme secara
keseluruhan (unbiodegaradable).
Penggunaan sampah sebagai bahan untuk membuat briket berangkat dari
keprihatinan bahwa, semakin hari jumlah produksi sampah semakin banyak serta
ternyata di kota besar malah menimbulkan permasalahan yang berat dan
berkepanjangan, dan tentunya semua kota yang berkembang akan menghadapi
permasalahan ini. Memang upaya penggunaan sampah sebagai briket tidak akan
dapat menyelesaikan permasalahan sampah secara keseluruhan yang memang
permasalahan sampah harus diselesaikan secara integralistik dari beberapa faktor,
namun upaya ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi produksi sampah
(Nisandi, 2007).
Durian
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman durian
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Bombacales
Famili : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Murr
Buah durian berbentuk bulat atau lonjong atau tidak teratur, ukurannya
lima yang di dalamnya berisi biji yang terbungkus oleh daging buah. Daging
buah strukturnya tipis sampai tebal, berwarna putih, kuning atau
kemerah-merahan atau juga merah-tembaga. Tiap pohon durian dapat menghasilkan buah
antara 80-100 butir, bahkan hingga 200 buah, terutama pohon durian berumur
tua (Rukmana, 1996).
Bobot total buah durian terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, daging
buah sekitar 20-35 %; kedua, biji sekitar 5-15 %; sisanya berupa bobot kulit yang
mencapai 60-75 % dari bobot total buah (Untung, 2003).
Hasil utama tanaman durian adalah buahnya. Akan tetapi, disamping
hasil pokok berupa buah, tanaman durian juga memberikan beberapa manfaat
dan hasil ikutan, antara lain sebagai berikut.
1. Tanaman durian dapat dimanfaatkan sebagai pencegah erosi di lahan
yang miring, terutama tanah yang miring ke timur karena intensitas
sinar matahari pagi yang diterima akan lebih banyak.
2. Batang durian dapat digunakan untuk bahan bangunan atau perkakas
rumah tangga.
3. Biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga
berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan makanan.
4. Kulit durian dapat dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus.
(Aksi Agri Kanisius, 1997).
Ayakan
Pengayakan adalah sistem yang paling terkenal dan paling banyak
dilaksanakan untuk memisahkan campuran padat-padat. Sistem pemisahan,
dipisahkan. Ukuran besar lubang ayak (dinamakan lebar lubang-kasa) dari
medium ayak dipilih sedemikian rupa, sehingga bahagian yang kasar tertinggal di
atas ayakan dan bagian-bagian yang lebih halus jatuh melalui lubang
(Bergeiyk dan Liedekerken, 1981).
Ayakan biasanya berupa anyaman dengan mata jala (mesh) yang
berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang, berupa pelat yang
berlubang-lubang bulat atau bulat panjang atau berupa kisi.
Ayakan terbuat dari material yang dapat berupa paduan baja, nikel,
tembaga, kuningan, perunggu, sutera dan bahan-bahan sintetik. Material ini harus
dipilih agar ayakan tidak lekas rusak baik karena korosi maupun karena gesekan.
Selain selama proses pengayakan ukuran lubang ayakan harus tetap konstan
(Bernasconi, dkk, 1995).
Dua skala yang digunakan untuk mengklasifikasikan ukuran partikel
adalah US Saringan Seri dan Tyler. Setara, kadang-kadang disebut Tyler Ukuran
Mesh atau Tyler Standard Sieve Series. Sistem nomor mesh adalah ukuran dari
berapa banyak lubang yang ada per inci (Anonim, 2011).
Perekat
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk
mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Menurut (Ruhendi, dkk, 2007)
beberapa istilah lain dari perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue,
mucilage, paste, dan cement.
- Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani, seperti kulit, kuku,
urat, otot dan tulang yang secara luas digunakan dalam industri pengerjaan
- Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan air dan
diperuntukkan terutama untuk perekat kertas.
- Paste merupakan perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan
campuran pati dan air dan dipertahankan berbentuk pasta.
- Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang bahan dasarnya karet
dan mengeras melalui pelepasan pelarut.
Secara kimiawi, pati mempunyai rumus molekul yang sama dengan
selulosa yaitu (C6H10O6)n. Ukuran dan bentuk butiran pati bervariasi tergantung
bahan asalnya. Pati yang banyak beredar secara komersil berasal dari
tanaman-tanaman singkong (tapioka), jagung (maize), sagu, kentang, ubi jalar dan
gamdum. Secara garis besar dari biji-bijian, akar umbi-umbian dan batang
pohon (Ruhendi, dkk, 2007).
Perekat pati dikelompokkan sebagai perekat alam dengan perekat dasar
karbohidrat. Keuntungan penggunaan perekat pati antara lain : harga lebih murah,
mudah pemakaiannya, dapat menghasilkan kekuatan rekat kering yang tinggi.
Selain itu perekat pati juga memiliki kelemahan seperti : ketahanan terhadap air
yang rendah untuk perekatan awal sehingga bersifat sementara (dalam kayu
lapis), mudah diserang jamur, bakteri, dan binatang pemakan pati
(Sulistyanto, A. 2006).
Pati adalah karbohidrat yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan untuk
persediaan bahan pangan. Pati merupakan butiran atau granula yang berwarna
putih mengkilat tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Granula pati
mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka ragam, tetapi pada umumnya
dengan air panas. Fraksi yang larut dalam air disebut amilosa dan fraksi yang
tidak larut disebut amilopektin. Perbandingan jumlah amilosa dan amilopektin
berbeda-beda dalam setiap jenis pati.
Tabel 2. Sifat Beberapa Jenis Pati Jenis Pati Bentuk
granula
Sumber: Knight (1969) dalam (Haryanto dan Pangloli, 1992).
Briket Bioarang
Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar alternatif pengganti minyak tanah. Jenis-jenis briket berdasarkan bahan
baku penyusunnya terdiri dari Briket Batubara, Briket Bio-Batubara dan
Biobriket. Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara
dengan sedikit campuran perekat. Briket batubara ini dibagi lagi menjadi dua
jenis, yaitu briket batubara terkarbonisasi (melalui proses pembakaran) dan briket
tanpa karbonisasi (tanpa proses pembakaran). Briket bio-batubara adalah briket
campuran antara batubara dan biomassa dengan sedikit perekat. Contoh briket
bio-batubara ini adalah briket campuran cangkang sawit dan batubara. Biobriket
adalah bahan bakar padat yang terbuat dari bahan baku biomassa dengan
campuran sedikit perekat. Komposisi masing-masing jenis briket tersebut adalah:
80% - 95% batubara dan 5% - 20% perekat untuk briket batubara tanpa
dengan karbonisasi, serta 50% - 80% batubara dan 10% - 40% biomassa dengan
5% - 10% perekat untuk briket bio-batubara. Adonan 94 % arang sekam dan 6 %
perekat pati kanji pada pembuatan briket sekam dengan metode pengarangan
menghasilkan briket arang sekam yang cukup kompak dengan daya bakar yang
baik (Lusia, 2008).
Bioarang merupakan sumber energi biomassa yang ramah lingkungan dan
biodegradable. Briket arang berfungsi sebagai pengganti bahan bakar minyak,
baik itu minyak tanah, maupun elpiji. Biomassa ini merupakan sumber energi
masa depan yang tidak akan pernah habis, bahkan jumlahnya bertambah, sehingga
sangat cocok sebagai sumber bahan bakar rumah tangga (Basrianta, 2007).
Menurut Setiawan (2008), Bioarang adalah arang yang diperoleh dari
pembakaran biomassa kering dengan sistem tanpa udara (pirolisis). Bioarang
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan arang biasa, yaitu bioarang
menghasilkan panas pembakaran yang lebih tinggi, asap yang dihasilkannya lebih
sedikit, bentuk dan ukuran bioarang seragam karena dibuat dengan alat pencetak,
bioarang dapat tampil lebih menarik karena bentuk dan ukurannya dapat
disesuaikan keinginan pembuat, dan proses pembuatannya menggunakan bahan
baku yang tidak menimbulkan masalah lingkungan, bahkan dapat mengurangi
pencemaran akibat kotoran ternak
Teknik pembuatan briket arang terdiri dari dua tahap yang berbeda
prinsipnya, yaitu proses pengarangan/karbonisasi limbah kayu menjadi serbuk
arang dan proses pencetakan serbuk arang menjadi briket arang dengan cara
Sifat briket yang baik yakni tidak berasap dan tidak berbau pada saat
pembakaran, mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah waktu
diangkat dan dipindah-pindah, mempunyai suhu pembakaran yang tetap (± 350
o
C) dalam jangka waktu yang panjang (8-10 jam), setelah pembakaran masih
mempunyai kekuatan tertentu sehingga mudah untuk dikeluarkan dari tungku
masak, gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida yang
tinggi dalam Sukandarrumidi (1995), sedang persyaratan arang briket yang baik
adalah bersih, tidak berdebu dan berbau, mempunyai kekerasan yang merata,
kadar abu serendah mungkin, nilai kalori setara dengan bahan bakar lain, menyala
dengan baik dan memberikan panas secara merata serta harganya bersaing dengan
bahan bakar lain (Said, 1996).
Kualitas briket yang dihasilkan menurut standar mutu Inggris dan Jepang
dapat dilihat pada tabel berikut. Sebagai data pembanding, sehingga dapat
diketahui kualitas briket yang dihasilkan dalam penelitian ini.
Tabel 3. Kualitas Mutu Briket Arang
Jenis Analisa
Briket Arang
Inggris Jepang Amerika Indonesia
Kadar Air (%) 3,59 6 - 8 6,2 7,57
Kadar Abu (%) 5,9 3 – 6 8,3 5,51
Kerapatan (gr/cm3) 0,48 1 – 1,2 1 0,4407
Nilai Kalor (kal/gr) 7289 6000 – 7000 6230 6814,11 Sumber: Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1994) dalam Bahri, S (2007)
Proses Pengarangan
Pengarangan adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi karbon
berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruangan tertutup dengan udara yang
terbatas atau seminimal mungkin. Proses pengarangan biasannya dilakukan
dengan memasukkan bahan organik ke dalam lubang atau ruangan yang
Setelah dimasukkan, bahan disulut api hingga terbakar. Nyala api dikontrol.
Tujuan pengendalian tersebut agar bahan yang dibakar tidak menjadi abu, tetapi
menjadi arang yang masih terdapat energi di dalamnya sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Proses pembakaran dikatakan sempurna jika hasil akhir pembakaran
berupa abu berwarna keputihan dan seluruh energi di dalam bahan organik
dibebaskan. Namun dalam pengarangan, energi pada bahan akan dibebaskan
secara perlahan. Apabila proses pembakaran dihentikan secara tiba-tiba ketika
bahan masih membara, bahan tersebut akan menjadi arang yang berwarna
kehitaman. Pada bahan masih terdapat sisa energi yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, seperti memasak, memanggang dan mengeringkan. Bahan
organik yang sudah menjadi arang tersebut akan mengeluarkan sedikit asap
dibandingkan dibakar langsung menjadi abu (Kurniawan dan Marsono, 2008).
Metode tradisional yang dikenal dan umum digunakan oleh masyarakart
dalam pembuatan arang kayu, yaitu metode lubang tanah (earthpit-kiln). Metode
yang lebih baik saat ini adalah metode tungku drum (drum kiln). Keunggulan
metode ini adalah pengaturan ventilasi udara yang lebih terkontrol. Penggunaan
drum sebagai bahan tungku arang karena harga drum lebih murah. Selain itu ,
tungku ini dapat dengan mudah dipindahkan sesuai lokasi bahan baku yang
tersedia (Wawan, 2007).
Selama karbonisasi (pengarangan) perlu diperhatikan asap yang terbentuk:
- Jika asap tebal dan putih, berarti tempurung sedang mengering.
- Jika asap tebal dan kuning, berarti pengkarbonan sedang berlangsung. Pada
pengarangan serendah-rendahnya sehingga diperoleh hasil arang yang baik.
Untuk pengaturan udara di dalam tungku bisa diatur dengan melepaskan
atau memasang pipa di bawah drum.
- Jika asap semakin menipis dan berwama biru, berarti pengarangan hampir
selesai. Kemudian drum dibalik dan proses pembakaran selesai.
- Tunggu sampai arang menjadi dingin. Setelah dingin arang bisa dibongkar.
(Anonim, 2009).
Nilai Kalor
Panas adalah energi yang dipindahkan dari satu benda ke benda lain
karena beda temperatur. Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat maka
temperatur zat itu biasanya naik. Kapasitas panas zat adalah energi panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat dengan satu derajat. Panas jenis
adalah kapasitas panas persatuan massa. Satu kalori adalah jumlah energi panas
yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur satu gram air satu derajat celsius
atau Kelvin. Kilokalori adalah banyaknya energi panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan temperatur satu kilogram air dengan satu derajat Celsius. Alat untuk
mengukur nilai kalor pada suatu bahan disebut Bomb Kalorimeter. Bomb
kalorimeter adalah alat untuk mengukur pindah panas di dalam sistem dan
lingkungannya pada suhu yang tetap (Lusia, 2008).
Nilai kalor dinyatakan sebagai heating value, dinyatakan dalam kkal/kg
atau joule/kg, merupakan banyaknya kalori yang dihasilkan oleh briket tiap satuan
berat (dalam kilogram) (Sukarndarrumidi, 2006). Nilai kalor diukur dengan
menggunakan alat calorimeter bomb dihitung dengan rumus :
Dimana:
HHV = Kualitas nilai kalor (kal/g)
T1 = Temperatur sebelum penyalaan (0C) T2 = Temperatur setelah penyalaan (0C) 1 Joule = 0.239 kal
Cv = Kalor jenis bom kalorimeter (73529,6 J/gram 0C)
(Sihombing, 2006).
Kadar Air
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot
bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan
tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan (wet basis).
Dalam penentuan kadar air bahan biasanya dilakukan berdasarkan (wet
basis). Dalam hal ini berlaku rumus sebagai berikut :
KA = x100% Wb
Wa
...(2)
Dimana :
KA = Kadar air bahan berdasarkan bobot basah (%)
Wa = Bobot air bahan (gr)
Wb = Bobot bahan basah (gr
(Taib, dkk, 1988).
Kadar Abu
Semua briket mempunyai kandungan zat anorganik yang dapat ditentukan
jumlahnya sebagai berat yang tinggal apabila briket dibakar secara sempurna. Zat
bermacam-macam zat mineral lainnya. Briket dengan kandungan abu yang tinggi sangat
tidak menguntungkan karena akan membentuk kerak. Selain itu, apabila briket
dimanfaatkan sebagai bahan bakar kontak langsung misalnya untuk membakar
makanan, abu terbang akan menempel pada bagian luar makanan. Akibatnya rasa
makanan akan kurang sedap. Hal ini juga akan berpengaruh kepada kesehatan
manusia yang ada disekitarnya.(Sukandarrumidi, 2006).
Dalam penetapan total abu, prinsipnya adalah abu dalan bahan ditetapkan
dengan menimbang sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu
sekitar 550 0C. Adapun caranya dipanaskan cawan ke dalam tungku bersuhu 550 0
C, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Diletakkan 2 gram
bahan ke dalam cawan dengan tutup terbuka kemudian dimasukkan ke dalam
tanur pengabuan. Dibakar sampai didapat abu berwarna abu-abu atau sampai
beratnya tetap. Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap : pertama pada suhu sekitar
400 0C dan kedua pada suhu 550 0C. Didinginkan dalam desikator , kemudian ditimbang.
Besarnya kadar abu dihitung dengan rumus :
Kadar Abu = 100%
Kerapatan akan berpengaruh terhadap pengemasan, penyimpanan dan
pengangkutan briket, jika semakin besar kerapatan maka volume atau ruang
yang diperlukan akan lebih kecil untuk berat briket yang sama (Hendra dan
Penentuan kerapatan dilakukan bersamaan dengan penentuan kadar air,
sehingga contoh ujinya sama. Briket yang akan ditentukan kerapatannya terlebih
dahulu haru diukur dimensinya dan ditimbang beratnya.
Menurut (Ringkuangan, dkk, 1993) kerapatan dapat dihitung dengan rumus :
Kerapatan =
xt 2 1 /4xD
G
Π ... (4)
Dimana
G1 = berat contoh sesudah dikeringkan (gr)
D = diameter briket (cm)
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk pengukuran parameter kadar air dan
kerapatan, pengukuran parameter nilai kalor dilakukan di Laboratorium Penelitian
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, sedangkan pengukuran parameter
kadar abu dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan dilaksanakan pada bulan Juli sampai
bulan Desember 2010.
Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kulit durian, tepung
kanji dan air.
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tungku pengarangan
sebagai tempat penggarangan kulit durian, lumpang dan alu sebgai alat
penghancur, ember dan baskom sebagai tempat wadah dan pengadukan bioarang,
gelas ukur digunakan untuk mengukur banyaknya air yang dibutuhkan untuk
membuat larutan kanji, alat pengaduk yang digunakan sebagai alat untuk mengaduk
adonan bioarang agar campuran merata, timbangan yang digunakan sebagai alat
untuk mengukur berat bioarang yang akan dicetak dan untuk uji parameter, alat
pencetak briket yang digunakan sebagai tempat untuk mencetak briket, label nama
yang digunakan untuk penanda sampel dari perlakuan, alat tulis yang digunakan
sebagai perlengkapan dalam penelitian, oven yang digunakan sebagai alat untuk
mengeringkan bioarang yang telah dicetak, tanur pengabuan digunakan untuk
mengukur kadar abu, cawan digunakan untuk tempat bioarang yang akan di uji
parameter, penjepit cawan digunakan untuk mengambil cawan dari oven dan
tanur pengabuan, desikator digunakan untuk mendinginkan cawan bahan sebelum
ditimbang, bomb calorimeter yang digunakan sebagai alat untuk mengukur nilai
kalori dari briket yang dihasilkan, sieve shaker yang digunakan untuk
mengayak bioarang yang telah ditumbuk dan komputer digunakan sebagai alat
untuk pengolahan data.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) Faktorial yang
terdiri-dari dua faktor yaitu : Kehalusan bahan (K) dan Konsentrasi perekat (P).
Faktor Kehalusan bahan diberi simbol K, terdiri dari 3 taraf yaitu :
K1 = 20 mesh K2 = 30 mesh
K3 = 40 mesh
Faktor konsentrasi perekat diberi simbol P, terdiri dari 3 taraf yaitu :
P1 = 20 %
P2 = 30 % P3 = 40 %
Penelitian ini menggunakan 3 ulangan, hal ini dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
9 (n – 1) ≥ 15
9n ≥ 24
n ≥ 2,67
Kombinasi perlakuan antara kehalusan bahan (K) dan konsentrasi perekat (P)
adalah sebanyak 9 perlakuan yaitu :
K1P1
Model rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) Fakorial dengan model sebagai berikut:
Yij = µ + αi + βj + (αβ) ij +
∑
∈ijkDimana :
Yijk = nilai pengamatan dari faktor kehaluasan pada taraf ke-i dan faktor konsentrasi perekat pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k
µ = nilai tengah umum
αi = Efek faktor kehalusan bahan pada taraf ke-i
βj = Efek faktor konsentrasi perekat pada taraf ke-j
(αβ) ij = Efek interaksi dari faktor kehalusan bahan pada taraf ke-i dan faktor konsentrasi perekat pada taraf ke-j
∑
∈ijk= Efek eror dari faktor kehalusan bahan pada taraf ke-i dan faktor konsentrasi perekat pada taraf ke-j pada ulangan ke-kProsedur Penelitian Pembuatan Serbuk Arang
sinar matahari.
2. Dimasukkan bahan ke tungku pengarangan yang disulut dengan api dibawahnya, bahan dimasukkan secara bertahap sehingga bahan menjadi
arang.
3. Ditumbuk halus bahan yang telah menjadi bioarang hingga menjadi lebih halus lalu dilakukan pengayakan sesuai perlakuan dengan ukuran 20, 30 dan
40 mesh.
Pembuatan Perekat Kanji
1. Dipersiapkan campuran perekat (kanji) dengan masing-masing konsentrasi perekat 20%, 30% dan 40% dari berat campuran bioarang yang akan dicetak
100 gr. Untuk konsentrasi perekat 20% dari berat campuran bioarang 100 gr
maka berat perekat menjadi 20 gr dan berat serbuk arang 80 gr, Dilakukan hal
yang sama pada konsentrasi 30% dan 40%.
2. Dilarutkan perekat dalam air dengan perbandingan 1 : 4 lalu dipanaskan hingga jadi perekat.
Pembuatan Briket Bioarang
1. Dilakukan pencampuran adonan perekat kanji dengan arang hasil ayakan bahan hingga lengket dan merata ke seluruh bahan untuk setiap perlakuan.
2. Dilakukan penimbangan serbuk arang dan perekat hingga berat 100 gr sesuai perlakuan komposisi bahan lalu dilakukan pencetakan bahan dengan alat
pencetak yang tebuat dari besi dengan diameter 6 cm dan kemudian dilakukan
penekanan ke cetakan sehingga hasilnya padat dan kuat.
4. Dilakukan pengujian parameter, yakni kadar air, kadar abu dan nilai kalor.
Parameter yang Diamati
Adapun parameter-parameter yang diuji adalah sebagai berikut:
1. Nilai Kalor (kal/gr)
Nilai kalor diukur dengan menggunakan alat calorimeter bomb dengan
langkah pengujian :
- Tabung bomb calorimeter dibersihkan.
- Ditimbang contoh uji briket arang sebanyak 0,15 g dan dimasukkan ke
dalam cawan silika.
- Disiapkan kawat untuk penyala dengan menggulungnya, kedua ujungnya
dihubungkan dengan batang-batang yang terdapat pada bom dan bagian
kawat spiral disentuhkan pada bagian briket arang yang akan diuji.
- Ditutup rapat, bom diisi dengan oksigen perlahan-lahan sampai tekanan
30 atmosfer.
- Dimasukkan bom ke dalam kalorimeter yang telah diisi air
sebanyak 1350 ml.
- Ditutup kalorimeter dengan penutupnya.
- Dihidupkan pengaduk air pendingin selama 5 menit sebelum penyala
dilakukan, lalu dicatat temperatur air pendingin.
- Dinyalakan kawat dengan menekan tombol yang paling kanan.
- Diaduk terus air pendingin selama 5 menit setelah penyalaan berlangsung,
kemudian dicatat temperatur akhir pendingin.
- Dari hasil pengukuran perubahan temperatur air pendingin,
2. Kadar Air (%)
Analisa kadar air bahan dilakukan dengan cara menghitung berat kering
oven. Sebelum bahan diovenkan, diambil sampel dari setiap perlakuan. Kemudian
ditimbang setiap 5 gram di cawan aluminium foil yang telah diketahui berat
kosongnya. Dikeringkan di dalam oven selama 3 jam dengan suhu 105°C. Lalu
didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang.
Kadar air dihitung dengan persamaan (2)
3. Kadar Abu (%)
Penentuan kadar abu dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap kali
ulangan dengan langkah pengujian :
- Dipanaskan cawan ke dalam tungku bersuhu 550 0C, kemudian
didinginkan di dalam desikator dan ditimbang.
- Diletakkan 2 gram bahan ke dalam cawan dengan tutup terbuka kemudian
dimasukkan ke dalam tanur pengabuan.
- Dibakar sampai didapat abu berwarna abu-abu atau sampai beratnya tetap.
Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap : pertama pada suhu sekitar 400 0C dan kedua pada suhu 550 0C.
- Didinginkan dalam desikator , kemudian ditimbang.
Besarnya kadar abu dihitung dengan persamaan (3) 4. Kerapatan
Penentuan kerapatan dilakukan setelah di oven lalu di ukur diamater dan
tinggi (cm) dengan mengunakan jangka sorong.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Kehalusan Bahan
Hasil penelitian uji pengaruh kehalusan bahan briket biomassa kulit durian
terhadap nilai kalor, kadar air, kadar abu dan kerapatan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh kehalusan bahan terhadap parameter yang diamati Kehalusan Bahan
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai kalor yang tertinggi diperoleh dari
perlakuan K1 sebesar 6521,75 kal/gr sedangkan nilai kalor terendah diperoleh dari perlakuan K3 sebesar 5994,54 kal/gr Kadar air yang tertinggi diperoleh dari perlakuan K3 sebesar 11,33 %, sedangkan kadar air terendah diperoleh dari
perlakuan K1 sebesar 10,44 %, Kadar abu yang tertinggi diperoleh dari perlakuan K3 sebesar 13,20 % sedangkan kadar abu terendah diperoleh dari perlakuan K1
sebesar 10,84 %. Kerapatan yang tertinggi diperoleh dari perlakuan K3 sebesar 0,385 gr/cm3 sedangkan kerapatan terendah diperoleh dari perlakuan K1 sebesar 0,362 gr/cm3.
Pengaruh Konsentrasi Perekat
Hasil penelitian uji pengaruh konsentrasi perekat briket biomassa kulit
durian terhadap nilai kalor, kadar air, kadar abu dan kerapatan dapat dilihat pada
Tabel 5 . Pengaruh konsentrasi perekat terhadap parameter yang diamati
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai kalor yang tertinggi diperoleh dari
perlakuan P1 sebesar 6502,22 kal/gr sedangkan nilai kalor terendah diperoleh dari
perlakuan P3 sebesar 5877,38 kal/gr. Kadar air yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P3 sebesar 11,78 %, sedangkan kadar air terendah diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 10 %. Kadar abu yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P3
sebesar 13,14 % sedangkan kadar abu terendah diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 11,27 %. Kerapatan yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P3 sebesar
0,378 gr/cm3 sedangkan kerapatan terendah diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 0,373 gr/cm3.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari setiap perlakuan yang
diberikan terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada daftar analisa sidik
ragam dari masing-masing parameter, yang selanjutnya diuji dengan uji least
significant range (LSR).
1. Nilai Kalor
Pengaruh Kehalusan Bahan
Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 1 dapat dilihat bahwa perlakuan
kehalusan bahan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai kalor.
Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR)
Tabel 6 . Uji LSR Efek kehalusan bahan terhadap nilai kalor (kal/gr)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
p 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1 6521,75 a A
2 326,454 517,535 K2 6072,65 b AB
3 342,496 466,551 K3 5994,54 b B
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap K2 dan berbeda sangat nyata terhadap K3. Nilai kalor
tertinggi terdapat di perlakuan K1 yaitu sebesar 6521,75 kal/gr dan yang terendah pada perlakuan K3 yaitu sebesar 5994,54 kal/gr.
Hubungan antara pengaruh kehalusan bahan terhadap nilai kalor dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik pengaruh kehalusan bahan terhadap nilai kalor (kal/gr)
Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel
kehalusan bahan maka semakin rendah pula nilai kalornya. Hal ini disebabkan
karena semakin halusnya ukuran partikel arang membuat ikatan antar partikel dan
ruang pori-pori didalam arang semakin kuat yang menciptakan kondisi sirkulasi
udara yang sedikit sehingga air yang terikat didalam pori-pori lebih banyak dan
Sihombing (2006) menyatakan bahwa semakin besar ukuran partikel maka nilai
kalor briket arang juga semakin tinggi, sebaliknya ukuran partikel yang terlalu
halus menyebabkan nilai kalor semakin rendah.
Menurut Sukandarrumidi (1995) bahwa tinggi rendahnya nilai kalor suatu
bahan tergantung dari beberapa faktor yaitu : bahan asal, kandungan air,
kandungan abu dan komposisi kimia. Semakin tinggi kandungan air dan
kandungan abu suatu bahan akan semakin rendah pula nilai kalor bahan tersebut.
Berdasarkan kualitas mutu, nilai kalor briket arang yang dihasilkan
berkisar 5994,54 - 6521,75 kal/gr. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai ini telah
mencapai standar kualitas dari nilai kalor briket arang buatan Jepang (6000 – 7000
kal/gr) dan briket arang buatan Amerika (6230 kal/gr), namum belum mencapai
standar kualitas nilai kalor briket arang buatan Indonesia (6814,11 kal/gr) dan
briket arang buatan Inggris (7289 kal/gr).
Pengaruh Konsentrasi Perekat
Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 1 dapat dilihat bahwa perlakuan
konsentrasi perekat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap nilai
kalor. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range
(LSR) menunjukkan pengaruh konsentrasi perekat terhadap nilai kalor untuk
tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7 .
Tabel 7. Uji LSR Efek konsentrasi perekat terhadap nilai kalor (kal/gr)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
p 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - P1 6502,22 a A
2 326,454 517,535 P2 6189,80 ab AB
3 342,496 466,551 P3 5877,38 b B
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 memberikan pengaruh tidak
berbeda nyata terhadap P2 dan sangat nyata terhadap P3. Nilai kalor tertinggi terdapat di perlakuan P1 yaitu sebesar 6502,22 kal/gr dan yang terendah pada
perlakuan P3 yaitu sebesar 5877,38 kal/gr.
Hubungan antara konsentrasi perekat terhadap nilai kalor dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi perekat terhadap nilai kalor (kal/gr)
Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin kecil konsentrasi perekat
yang diberikan maka semakin besar nilai kalornya. Hal ini disebabkan karena
semakin besar konsentrasi perekat yang dipakai menyebabkan banyaknya
kandungan air dan kadar abu didalam briket sehingga menurunkan nilai kalor
briket. Hal ini sesuai pernyataan Sihombing (2006) bahwa semakin rendah persen
perekat akan menyebabkan naiknya nilai kalor, hal ini disebabkan adanya kadar
abu yang terkandung dalam perekat kanji mempengaruhi nilai kalor briket arang.
Semakin rendah konsentrasi perekat, maka semakin rendah pula kadar abu yang
Berdasarkan kualitas mutu, nilai kalor briket arang yang dihasilkan
berkisar 5877,38 - 6502,22 kal/gr. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai kalor ini
telah mencapai standar kualitas nilai kalor briket arang buatan Jepang (6000 –
7000 kal/gr) dan briket arang buatan Amerika (6230 kal/gr), namun belum
mencapai standar kualitas nilai kalor briket arang buatan Indonesia (6814,11
kal/gr) dan briket arang buatan Inggris (7289 kal/gr).
Pengaruh Interaksi Kehalusan Bahan dan Konsentrasi Perekat
Pada analisa sidik ragam Lampiran 1 dapat dilihat bahwa interaksi
perlakuan kehalusan bahan dan konsentrasi perekat berpengaruh tidak nyata
terhadap nilai kalor sehingga pengujian dengan menggunakan analisa Least
Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.
2. Kadar Air
Pengaruh Kehalusan Bahan
Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 2 dapat dilihat bahwa perlakuan
kehalusan bahan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar air sehingga
pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) tidak
dilanjutkan.
Pengaruh Konsentrasi Perekat
Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 2 dapat dilihat bahwa perlakuan
konsentrasi perekat memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar air sehingga
pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR) tidak
Pengaruh Interaksi Kehalusan Bahan dan Konsentrasi Perekat
Pada analisa sidik ragam Lampiran 2 dapat dilihat bahwa interaksi
perlakuan kehalusan bahan dan konsentrasi perekat berpengaruh tidak nyata
terhadap kadar air sehingga pengujian dengan menggunakan analisa Least
Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.
3. Kadar Abu
Pengaruh Kehalusan Bahan
Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 3 dapat dilihat bahwa perlakuan
kehalusan bahan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu.
Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR)
menunjukkan pengaruh kehalusan bahan terhadap kadar abu untuk tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 8. Uji LSR Efek kehalusan bahan terhadap kadar abu (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
p 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1 10,84 a A
2 1,069 1,694 K2 12,53 b AB
3 1,121 1,527 K3 13,20 b B
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap K2 dan berbeda sangat nyata terhadap K3. Kadar abu
tertinggi terdapat di K3 yaitu 13,20 % dan yang terendah pada perlakuan K1 yaitu 10,84 %.
Hubungan antara pengaruh kehalusan bahan terhadap kadar abu dapat
Gambar 3. Grafik pengaruh kehalusan bahan terhadap kadar abu(%)
Dari Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel
kehalusan bahan yang diberikan maka semakin besar pula kadar abu. Hal ini
disebabkan karena adanya pori-pori yang halus diantara ruang kosong antar
partikel menyebabkan air yang terikat didalam pori-pori lebih banyak dan sulit
untuk dikeluarkan. Hal ini sesuai pernyataan Sudarmadji, dkk (1989) menyatakan
kadar air tinggi, maka kadar abunya akan tinggi pula dan Soppeng (2010) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa semakin kecil ukuran partikel kehalusan bahan
briket maka semakin banyak persentase abunya. Abu yang terdapat dalam arang
merupakan kotoran yang tidak dapat terbakar. Abu ini dapat berupa tanah atau
bahan mineral seperti silika.
Berdasarkan kualitas mutu, nilai kadar abu briket arang yang dihasilkan
berkisar 10,84 – 13,20 %. Nilai ini belum memenuhi standar kualitas kadar abu
dari kualitas briket arang buatan Jepang (3 – 6 %), briket arang buatan Indonesia
(5,51 %), briket arang buatan Inggris (5,9 %) dan briket arang buatan Amerika
Pengaruh Konsentrasi Perekat
Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 3 dapat dilihat bahwa perlakuan
konsentrasi perekat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar
abu. Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR)
menunjukkan pengaruh konsentrasi perekat terhadap kadar abu untuk tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel .
Tabel 9. Uji LSR Efek konsentrasi perekat terhadap kadar abu (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
p 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - P1 11,27 a A
2 1,069 1,694 P2 12,14 ab AB
3 1,121 1,527 P3 13,14 b B
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap P2 dan berbeda sangat nyata P3. Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 yaitu 13,14 % dan yang terendah pada perlakuan P1
yaitu 11,27 %.
Hubungan antara konsentrasi perekat terhadapkadar abu dapat dilihat pada
Gambar 4.
Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi perekat
yang diberikan maka semakin besar pula kadar abu. Hal ini disebabkan karena
adanya faktor terdapatnya kandungan kadar abu tepung tapioka sebesar 0,36 %
(Anonim, 1989 dalam Ndraha, 2009) dan sifat tepung tapioka yang dapat
menyerap air di udara (Bahri, 2007) sehingga besarnya konsentrasi perekat
dipakai menyebabkan kadar air yang tinggi pada briket maka mempengaruhi
besarnya kadar abu. Hal ini sesuai Sihombing (2006) menyatakan bahwa semakin
rendah konsentrasi perekat, maka semakin rendah pula kadar abu yang terkandung
dalam perekat tersebut.
Sudarmadji, dkk (1989) menyatakan bahwa kandungan abu dan
komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu
juga ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Bahan yang memiliki kadar
air yang tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan terlebih dahulu, karena jika
kadar air tinggi, maka kadar abunya akan tinggi pula.
Semua briket mempunyai kandungan zat anorganik yang dapat ditentukan
jumlahnya sebagai berat yang tinggal apabila briket dibakar secara sempurna. Zat
yang tinggal ini disebut abu. Abu briket berasal dari clay, pasir dan
bermacam-macam zat mineral lainnya. Briket dengan kandungan abu yang tinggi sangat
tidak menguntungkan karena akan membentuk kerak. Selain itu, apabila briket
dimanfaatkan sebagai bahan bakar kontak langsung misalnya untuk membakar
makanan, abu terbang akan menempel pada bagian luar makanan. Akibatnya rasa
makanan akan kurang sedap. Hal ini juga akan berpengaruh kepada kesehatan
manusia yang ada disekitarnya.(Sukandarrumidi, 2006).
berkisar 11,27 – 13,14 %. Nilai ini belum memenuhi standar kualitas kadar abu
dari kualitas briket arang buatan Jepang (3 – 6 %), briket arang buatan Indonesia
(5,51 %), briket arang buatan Inggris (5,9 %) dan briket arang buatan Amerika
(8,3 %).
Pengaruh Interaksi Kehalusan Bahan dan Konsentrasi Perekat
Pada analisa sidik ragam Lampiran 3 dapat dilihat bahwa interaksi
perlakuan kehalusan bahan dan konsentrasi perekat berpengaruh tidak nyata
terhadap kadar abu sehingga pengujian dengan menggunakan analisa Least
Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.
4. Kerapatan
Pengaruh Kehalusan Bahan
Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 4 dapat dilihat bahwa perlakuan
kehalusan bahan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kerapatan.
Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR)
menunjukkan pengaruh kehalusan bahan terhadap kerapatan untuk tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR Efek kehalusan bahan terhadap kerapatan (gr/cm3)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
p 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - K1 0,362 a A
2 0,004 0,007 K2 0,379 b B
3 0,005 0,006 K3 0,385 c B
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 memberikan pengaruh
Hubungan antara pengaruh kehalusan bahan terhadap kerapatan dapat
dilihat padaGambar 5.
Gambar 5. Grafik pengaruh kehalusan bahan terhadap kerapatan (gr/cm3) Dari Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel
kehalusan bahan maka semakin besar pula kerapatan. Hal ini disebabkan karena
adanya ukuran bahan yang semakin halus dan seragam menciptakan ikatan antar
partikel arang lebih maksimal. Dengan kecenderungan terdapatnya ruang-ruang
kosong antar partikel yang sangat kecil. Tekanan pengempaan merapatkan dan
memadatkan partikel-partikel arang, saling mengisi ruang-ruang kosong dan
berikatan satu sama lainnya secara maksimal. Hal sesuai pernyataan Nurhayati
(1983) dalam Bahri (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi keseragaman
ukuran serbuk arang maka akan menghasilkan briket arang dengan kerapatan
dan keteguhan yang semakin tinggi pula.
Berdasarkan kualitas mutu, nilai kerapatan briket arang yang dihasilkan
berkisar 0,395 - 0,402 gr/cm³. Nilai ini masih rendah dari nilai briket arang buatan
Indonesia (0,4407 gr/cm³), briket arang buatan Inggris (0,48 gr/cm³), briket arang
Pengaruh Konsentrasi Perekat
Dari hasil analisa sidik ragam Lampiran 4 dapat dilihat bahwa perlakuan
konsentrasi perekat memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kerapatan
sehingga pengujian dengan menggunakan analisa Least Significant Range (LSR)
tidak dilanjutkan.
Pengaruh Interaksi Kehalusan Bahan dan Konsentrasi Perekat
Pada analisa sidik ragam Lampiran 4 dapat dilihat bahwa interaksi
perlakuan kehalusan bahan dan konsentrasi perekat berpengaruh sangat nyata
terhadap kerapatan Hasil pengujian dengan menggunakan analisa Least
Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh kehalusan bahan konsentrasi
perekat terhadap kerapatan untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji LSR Efek Interaksi kehalusan bahan dan konsentrasi perekat terhadap kerapatan (gr/cm3)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan
K3P1 yaitu sebesar 0,394 gr/cm3 dan yang terendah pada perlakuan K1P3 yaitu
jumlah konsentrasi perekat yang sedikit dari jumlah arang disertai tekanan
pengempaan merapatkan dan memadatkan partikel-partikel arang, saling
mengisi ruang-ruang kosong dan berikatan satu sama lainnya sehingga
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengaruh kehalusan bahan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
terhadap nilai kalor, kadar abu dan kerapatan, dan memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata terhadap kadar air.
2. Pengaruh konsentrasi perekat memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata terhadap nilai kalor, kadar abu dan memberikan pengaruh berbeda
tidak nyata terhadap kadar air dan kerapatan.
3. Pengaruh interaksi kehalusan bahan dan konsentrasi perekat memberikan
pengaruh berbeda tidak nyata terhadap nilai kalor, kadar air, kadar abu dan
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kerapatan.
4. Nilai rata-rata kalor, kadar air, kadar abu dan kerapatan dalam penelitian
ini yaitu 6196,31 kal/g, 10,96%, 12,19 % dan 0,375 gr/cm3.
5. Nilai kalor tidak memenuhi standar mutu briket buatan Indonesia dan
Inggris, tetapi memenuhi standar mutu briket buatan Jepang dan Amerika,
sedangkan kadar air, kadar abu dan kerapatan tidak memenuhi standar
mutu briket buatan Indonesia, Inggris, Jepang dan Amerika.
6. Perlakuan yang terbaik adalah K1 dan P1, dengan mempertimbangkan
kualitas nilai kalor yang memenuhi standar mutu briket buatan Jepang dan
Saran
1. Bahan yang akan dikarbonisasi harus dilakukan pengeringan hingga
benar-benar kering, sehingga pada tahap karbonisasi tidak lama dan banyak asap.
2. Perlu dilakukan penelitian pemakaian tekanan yang baik untuk mencetak
briket, sehingga tidak membutuhkan banyak perekat untuk jadi briket yang