HASIL PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS SUMATERA UTARA
PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG
EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN
RS JEJARING FK-USU
OLEH:
Dr. BAYU IRVIA SATRIA
PEMBIMBING:
Dr. LIBERTI SIRAIT SpBKBD
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING FK-USU
Nama : Bayu Irvia Satria
Nomor CHS :
Bidang Ilmu : Kedokteran / Ilmu Bedah
Kategori : Bedah Digestif
TESIS INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :
Pembimbing :
(Dr. Liberti Sirait Sp.B-KBD)
NIP : 195604131987021001
Ketua Departemen Ilmu Bedah, Ketua Program Studi Ilmu Bedah,
Dr. Emir T Pasaribu, SpB(K)ONK Dr. Marshal, SpB, SpBTKV
SURAT KETERANGAN
PEMBIMBING METODOLOGI PENELITIAN
Sudah diperiksa hasil penelitian
JUDUL : PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI
RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING FK-USU
PENELITI : BAYU IRVIA SATRIA
DEPERTEMEN : ILMU BEDAH
INSTITUSI : FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, NOVEMBER 2012
KONSULTAN METODOLOGI PENELITIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
(PROF. Dr. AZNAN LELO, PhD, SpFK)
TESIS PENELITIAN
JUDUL : “ PROFIL LIPID SERUM PADA PASIEN BATU KANDUNG
EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DAN RS
JEJARING FK USU ”
PENELITI
: Dr. BAYU IRVIA SATRIA
NO. CHS
:
DEPARTEMEN
: ILMU BEDAH
INSTITUSI
: FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, NOVEMBER 2012
SEKSI ILMIAH
DEPARTEMEN ILMU BEDAH USU
PERNYATAAN
PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI RSUP HAJI ADAM MEDAN DAN RS JEJARING FK - USU
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, November 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena berkat segala rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini yang merupakan salah
satu persyaratan tugas akhir untuk memperoleh keahlian dalam bidang magister Ilmu Bedah di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Selawat dan salam tak lupa penulis
sampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan selesainya penulisan tesis ini, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Kedua orang tua, ayahanda H.Sudirman dan ibunda Hj. Sofiah. Mertua, ayahanda Sutipto dan ibunda
Sudarmiati, terima kasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya, yang telah membesarkan
dan mendidik penulis sejak kecil dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan perhatian, dengan
diiringi doa dan dorongan yang tiada hentinya sepanjang waktu, memberikan contoh yang sangat
berharga dalam menghargai dan menjalani kehidupan.
Terima kasih yang tak terkira kepada istriku tercinta, Sri Rezeki Handayani dan anakku M.Satria Raafi
Irvia dan Cerelia Aisyah Chaura Irvia, atas segala pengorbanan, pengertian, dukungan semangat,
kesabaran dan kesetiaan dalam segala suka duka mendampingi penulis selama menjalani masa
pendidikan yang panjang ini.
Kepada abang, kakak, adik-adik (Lily Irviany SH, Alm. Yuyun M Irvia K, Rino Irvia Yudha SH, Wiwin
Irvia P AMKEB) dan seluruh keluarga besar yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu di sini,
penulis menucapkan terima kasih atas pengertian dan dukungan yang diberikan selama penulis
menjalani pendidikan.
Kepada Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Bedah di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara
Ketua Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Emir T Pasaribu,
SpB(K)Onk dan Sekretaris Departemen, dr. Erjan Fikri, SpB,SpBA. Ketua Program Studi Ilmu Bedah,
bersedia menerima, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penulis
menjalani pendidikan.
Prof.dr. Bachtiar Surya, SpB-KBD; dr. Syahbuddin Harahap, SpB; dr. Liberti Sirait, SpB-KBD; dr. Budi
Irwan SpB-KBD; dr. Asrul S, SpB-KBD; dan dr. Adi Muradi SpB-KBD pembimbing penulisan tesis,
terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya yang dapat penulis
sampaikan, yang telah sabar membimbing, mendidik, membuka wawasan penulis, senantiasa
memberikan dorongan dan motivasi yang tiada hentinya dengan penuh bijaksana dan tulus ikhlas
disepanjang waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada guru-guru saya : Prof.
Iskandar Japardi, SpBS(K), Prof. Adril A Hakim, SpS,SpBS(K), Prof. A. Gofar Sastrodiningrat SpBS(K),
Prof. Nazar Moesbar, SpB,SpOT, Prof. Hafas Hanafiah, SpB,SpOT, Alm.Prof. Usul Sinaga, SpB,
Alm.Prof Buchari Kasim, SpBP, dr. Asmui Yosodihardjo, SpB,SpBA, dr. Gerhard Panjaitan, SpB(K)Onk,
DR. dr. Humala Hutagalung, SpB(K)Onk, dr. Harry Soejatmiko, SpB,SpBTKV, dr. Edi Sutrisno, SpBP; dr.
Jaelani, SpBP; dr. Chairiandi Siregar, SpOT, dr. Otman Siregar SpOT(K)Spine; dr.Nino Nasution SpOT,
dr. Husnul SpOT, dr. Riahsyah Damanik, SpB(K)Onk, dr.Tiur Purba, SpB, dr. Kamal B Siregar,
SpB(K)Onk, dr. Bungaran Sihombing, SpU, dr. Syah M Warli, SpU , dr. Sumiardi Karakata, SpU, Alm.
dr. Djafar Tarigan, SpB-KBD, dr. Rasidi Siregar, SpB, dr. Suhelmi, SpB, dr. Ramotan Purba, SpB, dr.
Nazwir Nazar, SpB, dr. Manan, SpOT, dr. Djeni Bijantoro, SpB, SpBA, dr. Zahri A Rani, SpU, dr.
Azwarto, SpB, dr. Albiner S, SpB(K)Onk, dr. Robert Siregar, SpB, dr. Nasrun, SpB, dr. Afdol, SpB, dr.
Erina Outri, SpB, dr. Marahakim, SpB, dr. Amrin Hakim, SpB, Alm.dr.Daten Bangun, SpB dan seluruh
guru bedah saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, di lingkungan RSUP H Adam Malik,
RSU Pirngadi Medan dan di semua tempat yang telah mengajarkan ketrampilan bedah pada diri
saya. Semua telah tanpa pamrih memberikan bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis selama
mengikuti program pendidikan ini.
Buat abang dan kakak bedah saya, dr. Mahyono, SpB, SpBA, dr. Adi Muradi, SpB-KBD, dr. Budi Irwan,
SpB-KBD, dr. Suyatno, SpB(K)Onk, dr. Iqbal P Nasution, SpBA, dr. Doddy P, SpBTKV, dr. Ihsan, SpBS,
dr. Mahyudanil, SpBS, dr. Ridha D, SpBS, dr. Aswadi Tanjung, SpB(K)V, dr. Suzie I, SpBS, dr. Frank B,
SpBP, dr. Utama, SpBP. Terima kasih buat semua nasehat di sekolah bedah.
Prof. Aznan Lelo, PhD, SpFK, yang telah membimbing, membantu dan meluangkan waktu dalam
Para Senior, dan semua rekan seperjuangan peserta program studi Bedah Medan yang
bersama-sama menjalani suka duka selama pendidikan. Terima kasihku buat kalian semua di sepanjang waktu
kebersamaan kita. Buat Yudha, Ryan, Deni, thanks buat spss-nya.
Para pegawai dilingkungan Departemen Ilmu Bedah FK USU, dan para tenaga kesehatan yang
berbaur berbagi pekerjaan memberikan pelayanan Bedah di RSUP H Adam Malik, RSU Pirngadi,
RSUD Sipirok, RSUD Blank kejeren, RSUD Balige, RSUD Singkil, RSUD Tamiang, RSUD Panyabungan
dan di semua tempat yang pernah bersama penulis selama penulis menimba ilmu.
Mohon maaf penulis pada semua orang, atas kesalahan ucapan dan perbuatan yang telah terjadi.
Akhirnya hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan.
Semoga ilmu yang penulis peroleh selama pendidikan magister Ilmu Bedah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Medan, November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN TESIS... i
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR SINGKATAN……… xiv
ABSTRAK ... xv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Batu Empedu ... 3
2.2. Diagnosa Batu Empedu ... 3
2.2.1. Anamnesis ... 4
2.2.2. Pemeriksaan Fisik ... 4
2.2.3. Pemeriksaan Laboratorium ... 4
2.2.4. Pencitraan ... 4
2.3. Epidemiologi ... 5
2.3.1. Jenis Kelamin ... 5
2.3.2.Usia………... 5
2.3.3.Berat Badan………... 7
2.3.4.Makanan……….... . 7
2.3.5.Riwayat Keluarga………. 7
2.3.6.Aktifitas Fisik……… 7
2.3.7.Penyakit Usus Halus……….. 7
2.4. Patofisiologi ... 8
2.4.1.Patofisiologi Batu Kolesterol………. 8
2.4.1.1.Supersaturasi Kolesterol………. 9
2.4.1.2.Pembentukan Inti Kolesterol……….. 9
2.4.1.3.Penurunan Fungsi Kandung Empedu………. 10
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian ... 11
3.2. Tempat dan Waktu ... 11
3.3. Populasi dan Sampel ... 11
3.4. Kriteria Inklusi ... 11
3.5. Kriteria Eksklusi ... 11
3.6. Besar Sampel ... 11
3.7. Variabel Penelitian ... 12
3.8. Defenisi Operasional ... 12
3.9. Kerangka Konsep ... 12
3.10. Data………. 13
3.11. Alur Kerja………... 13
3.12. Jadwal Pelaksanaan ... 13
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Sampel ... 14
4.2. Profil Lipid Serum Pada Penderita Batu Kandung Empedu ... 17
BAB 5. PEMBAHASAN
.
Pembahasan ... 23
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan ... 26
6.2. Saran ... 26
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1.1. Distribusi Pasien Berdasarkan Usia... 15
4.1.2. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ... 15
4.1.3. Distribusi Pasien Berdasarkan BMI ... 15
4.2.1. Perbandingan Kadar Lipid Serum Antara Perempuan dan Laki-laki Penderita Batu
Kandung Empedu ... 18
4.2.2. Perbandingan Kadar Lipid Serum Antara Penderita Batu Kandung Empedu dengan
Usia
≤ 45 tahun dengan > 45 tahun
... 19
4.2.3. Perbandingan Kadar Lipid Serum Antara Perempuan
≤ 45
tahun dengan
perempuan > 45 tahun Penderita Batu Kandung Empedu... 20
4.2.4. Perbandingan Kadar Lipid Serum Antara Penderita Batu Kandung Empedu yang
Overweight dengan yang tidak Overweight ... 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.9. Kerangka Konsep ... 12
3.11. Alur Kerja ... 13
Diagram 1. Proporsi Kelompok Usia Penderita Batu Kandung Empedu ... 16
Diagram 2. Proporsi Jenis Kelamin Penderita Batu Kandung Empedu ... 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Susunan Peneliti ... 29
2.
Jadwal penelitian ... 30
1.
Naskah Penjelasan Kepada Orang Tua/Kerabat Pasien Lainnya ... 31
2.
Persetujuan Setelaj Penjelasan (PSP) ... 32
3.
Persetujuan Dari Komisi Etika Penelitian ... 33
DAFTAR SINGKATAN
BMI
Body Mass Index
ERCP
Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography
HDL
High Density Lipoproteins
HIDA
Hepatobiliary Iminodiacetic Acid
LDL
Low Density Lipoproteins
MRCP
Magnetic Resonance Cholangio-Pancreatography
PTC
Percutaneus Cholangiography
ABSTRAK
Objektif:
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara
barat dan telah berubah selama beberapa dekade terkahir di negara-negara Asia, dengan
peningkatan menonjol dalam prevalensi batu kandung empedu kolesterol. Trend ini terjadi
akibat dari meningkatnya konsumsi lemak, diet rendah serat, dan peningkatan gaya hidup
sedentarian dalam populasi Asia
Metode Penelitian:
Seluruh pasien di RSUP H Adam Malik Medan dan RS jejaring selama
periode dari bulan April 2012 sampai dengan Juli 2012 yang didiagnosa batu kandung
empedu dengan pencitraan ultrasonografi atau CT Scan abdomen dilakukan pemeriksaan
profil lipid serum (kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL).
Hasil:
D
ijumpai 52 penderita batu kandung empedu dengan jumlah penderita yang sama antara jenis kelamin perempuan dengan laki-laki. Kelompok usia terbanyak adalah pada kelompok usia 41 – 50tahun dengan rata-rata usia adalah 49 ± 13,17 tahun. BMI rata-rata penderita adalah 25,2 ± 2,4 kg/m2
Kesimpulan:
Tidak terdapat perbedaan bermakna profil lipid serum penderita batu kandung
empedu antara kelompok perempuan dengan laki-laki, sementara terdapat perbedaan
bermakna antara kelompok perempuan
≤45 tahun dengan >45 tahun. Didapatkan nilai profil lipid .Dari hasil pemeriksaan profil lipid serum didapatkan rata-rata kolesterol total adalah 207,48 ± 44,78
mg/dL, rata-rata trigliserida adalah 191,03 ± 56,18 mg/dL, rata-rata HDL adalah 64,57 ± 17,27
mg/dL, dan rata-rata LDL adalah 136,79 ± 31,34 mg/dL. Perbandingan profil lipid serum antara
kelompok perempuan dengan laki-laki menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).
Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan ≤45 tahun dengan >45 tahun
menunjukkan perbedaan yang bermakna (Kolesterol total (p=0.011), Trigliserida (p=0,033), HDL
serum lebih tinggi pada kelompok perempuan >45 tahun penderita batu kandung empedu dibanding
dengan kelompok perempuan ≤45 tahun.
ABSTRAK
Objektif:
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara
barat dan telah berubah selama beberapa dekade terkahir di negara-negara Asia, dengan
peningkatan menonjol dalam prevalensi batu kandung empedu kolesterol. Trend ini terjadi
akibat dari meningkatnya konsumsi lemak, diet rendah serat, dan peningkatan gaya hidup
sedentarian dalam populasi Asia
Metode Penelitian:
Seluruh pasien di RSUP H Adam Malik Medan dan RS jejaring selama
periode dari bulan April 2012 sampai dengan Juli 2012 yang didiagnosa batu kandung
empedu dengan pencitraan ultrasonografi atau CT Scan abdomen dilakukan pemeriksaan
profil lipid serum (kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL).
Hasil:
D
ijumpai 52 penderita batu kandung empedu dengan jumlah penderita yang sama antara jenis kelamin perempuan dengan laki-laki. Kelompok usia terbanyak adalah pada kelompok usia 41 – 50tahun dengan rata-rata usia adalah 49 ± 13,17 tahun. BMI rata-rata penderita adalah 25,2 ± 2,4 kg/m2
Kesimpulan:
Tidak terdapat perbedaan bermakna profil lipid serum penderita batu kandung
empedu antara kelompok perempuan dengan laki-laki, sementara terdapat perbedaan
bermakna antara kelompok perempuan
≤45 tahun dengan >45 tahun. Didapatkan nilai profil lipid .Dari hasil pemeriksaan profil lipid serum didapatkan rata-rata kolesterol total adalah 207,48 ± 44,78
mg/dL, rata-rata trigliserida adalah 191,03 ± 56,18 mg/dL, rata-rata HDL adalah 64,57 ± 17,27
mg/dL, dan rata-rata LDL adalah 136,79 ± 31,34 mg/dL. Perbandingan profil lipid serum antara
kelompok perempuan dengan laki-laki menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).
Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan ≤45 tahun dengan >45 tahun
menunjukkan perbedaan yang bermakna (Kolesterol total (p=0.011), Trigliserida (p=0,033), HDL
serum lebih tinggi pada kelompok perempuan >45 tahun penderita batu kandung empedu dibanding
dengan kelompok perempuan ≤45 tahun.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat
sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu
empedu masih terbatas. 1 Di Amerika Serikat, sekitar 10-15 % penduduk dewasa menderita batu
empedu, dengan angka kejadian pada pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pada pria. Setiap
tahun, sekitar 1 juta pasien batu empedu ditemukan dan 500.000-600.000 pasien menjalani
kolesistektomi, dengan total biaya sekitar U$4 trilyun.2 Secara klinis, kejadian batu empedu telah
meningkat pada dekade terakhir ini bertepatan dengan meningkatnya konsumsi kalori dan lemak,
penurunan asupan serat, dan peningkatan prevalensi dari gaya hidup pada populasi asia.
Menurut Ahmed dan Ramsey,
3
lebih dari 90% batu empedu adalah batu kolesterol (komposisi
kolesterol lebih dari 50%), atau bentuk campuran (20-50% memiliki unsur kolesterol) dan 10%
sisanya adalah batu pigmen (unsur kalsium dominan dan kolesterol kurang dari 20%). Berdasarkan
hal tersebut, maka batu empedu diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu batu kolesterol dan batu non
kolesterol atau batu pigmen.4 Kolesterol adalah lemak tidak larut dalam air, dan diambil dalam
campuran misel dan vesikula. Misel adalah agregat dari fosfolipid, garam empedu, dan kolesterol, dan
vesikula ditutup dua lapis phospholipids yang di hubungkan dengan kolesterol.5 Kristal kolesterol
terbentuk pada permukaan vesikel dan tumbuh didalam gel mucin. Kristal kolesterol direkatkan oleh
protein empeduuntuk membuat batu empedu.6-9 Kosentrasi relative kolesterol, garam empedu dan
fosfolipid menentukan kelarutan kolesterol dalam empedu.10 Presipitat kolesterol disebabkan ketidak
seimbangan dari ketiga komponen pada empedu; kolesterol, garam empedu dan phospholipid.11
Perubahan dalam komposisi empedu berkaitan erat dengan gangguan metabolism lemak di hati.
Namun, selama pembentukan batu empedu kolesterol, perbedaan tautan pada gangguan metabolism
kolesterol lipoprotein dan efeknya pada pembentukan batu masih kontroversi.12 Beberapa peneliti
Berdasarkan data diatas peneliti ingin mengetahui profil lipid pada pasien-pasien dengan
penyakit batu kandung empedu yang berobat ke bagian bedah digestif RS HAM/FK USU. Sampai
saat ini peneliti belum menemukan penelitian yang memberikan data mengenai profil lipid serum
pada penderita dengan diagnosis batu kandung empedu.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana profil lipid serum pada pasien dengan diagnosa batu kandung empedu yang
berobat ke bagian bedah digestif RSUP H.Adam Malik/ FK USU dan RS Jejaring FK USU.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui profil lipid serum pasien dengan diagnosa batu kandung empedu yang
berobat ke bagian bedah digestif RS H.Adam Malik/ FK USU dan RS Jejaring FK USU
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Untuk memberikan data bagi para klinisi untuk penatalaksanaan pasien maupun peneliti
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BATU EMPEDU
Batu empedu atau cholelithiasis adalah timbunan Kristal di dalam kandung empedu atau di
dalam saluran empedu atau kedua-duanya. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa
unsur dari cairan empedu yang mengendap dan membentuk suatu material mirip batu di dalam
kandung empedu atau saluran empedu. Komponen utama dari cairan empedu adalah bilirubin, garam
empedu, fosfolipid dan kolesterol. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu bisa berupa batu
kolesterol, batu pigmen yaitu coklat atau pigmen hitam, atau batu campuran.
Lokasi batu empedu bisa bermacam – macam yakni di kandung empedu, duktus sistikus,
duktus koledokus, ampula vateri, di dalam hati. Kandung empedu merupakan kantong berbentuk
seperti buah alpukat yang terletak tepat dibawah lobus kanan hati. Empedu yang disekresi secara terus
menerus oleh hati masuk kesaluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran empedu yang kecil-kecil
tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati
sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis.
Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Pada
banyak orang,duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula vateri
sebelum bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh
serabut otot sirkular, dikenal sebagai sfingter oddi.
1
16
2.2 DIAGNOSA BATU EMPEDU
2.2.1 ANAMNESIS
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan yang
mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada
yang simptomatis, pasien biasanya dating dengan keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium
atau nyeri/kolik pada perut kanan atas atau perikondrium yang mungkin berlangsung lebih dari 15
timbul tiba-tiba. Kadang pasien dengan mata dan tubuh menjadi kuning, badan gatal-gatal, kencing
berwarna seperti teh, tinja berwarna seperti dempul dan penyebaran nyeri pada punggung bagian
tengah, scapula, atau kepuncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita
melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan
nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.16
2.2.2 PEMERIKSAAN FISIK
Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan dalam
pemeriksaan fisik. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat kolelitiasis akut, pasien akan
mengalami nyeri palpasi/nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung
empedu. Diketahui dengan adanya tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu
penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan
pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. Riwayat ikterik maupun ikterik cutaneous dan sclera
dan bisa teraba hepar.16
2.2.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan pada
pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi lekositosis. Apabila terjadi
sindrom mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus
oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu didalam duktus
koledokus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amylase serum biasanya meningkat
sedang setiap kali terjadi serangan akut.16
2.2.4 PENCITRAAN
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar
10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung
kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa
jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura
hepatica.
Pemeriksaan ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk
mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatic maupun ekstra hepatic.
Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem
yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledokus
distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum
maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi
biasa.
16
Kolesistografi, untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena
relative murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung
jumlah dan ukuran batu. Cara ini memerlukan lebih banyak waktu dan persiapan dibandingkan
ultrasonografi. Pemeriksaan kolesistografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung
empedu.
1
Penataan hati dengan HIDA, metode ini bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi di
duktus sistikus misalnya karena batu. Juga dapat berguna untuk membedakan batu empedu dengan
beberapa nyeri abdomen akut. HIDA normalnya akan diabsorpsi di hati dan kemudian akan di sekresi
ke kantong empedu dan dapat dideteksi dengan kamera gamma. Kegagalan dalam mengisi kantong
empedu menandakan adanya batu sementara HIDA terisi ke dalam duodenum.
1,16
Computed Tomografi (CT) juga merupakan metode pemeriksaan yang akurat untuk
menentukan adanya batu empedu, pelebaran saluran empedu dan koledokolitiasis. Walupun demikian,
teknik ini jauh lebih mahal disbanding USG.
1,17
Percutaneous Transhepatic Cholangiographi (PTC) dan Endoscopic Retrograde
Cholangio-pancreatography (ERCP) merupakan metode kolangiografi direk yang amat bermanfaat untuk
menentukan adanya obstruksi bilier dan penyebab obstruksinya seperti koledokolitiasis. Selain untuk
diagnosis ERCP juga dapat digunakan untuk terapi dengan melakukan sfingterotomi ampula vateri
diikuti ekstraksi batu. Tes invasive ini melibatkan opasifikasi lansung batang saluran empedu dengan
kanulasi endoskopi ampula vateri dan suntikan retrograde zat kontras. Resiko ERCP pada hakekatnya
dari endoskopi dan mecakup sedikit penambahan insidens kolangitis dalam saluran empedu yang
tersumbat sebagian.17,18
2.3 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, sekitar 10-15 % penduduk dewasa mendertia batu empedu, dengan
angka kejadian pada pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pada pria. Setiap tahun, sekitar 1 juta
pasien batu empedu ditemukan dan 500.000 – 600.000 pasien kolesistektomi, dengan total biaya
sekitar US$4 trilyun.
Balzer dkk,
19
20
melakukan penelitian epdiemiologi untuk mengetahui seberapa banyak populasi
penderita batu empedu di Jerman. Dilaporkan bahwa dari 11.840 otopsi ditemukan 13,1% pria dan
33,7% wanita menderita batu empedu. Faktor etnis dan genetic berperan penting dalam pembentukan
batu empedu. Selain itu, penyakit batu empedu juga relative rendah di Okinawa Jepang. Sementara
itu, 89 % wanita suku Indian Pima di Arizona Selatan yang berusia diatas 65 tahun mempunyai batu
empedu. Batu empedu dapat terjadi dengan atau tanpa factor resiko dibawah ini. Namun, semakin
banyak factor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya batu
empedu.
2.3.1 Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena batu empedu dibandingkan dengan pria.
Ini dikarenakan oleh hormone esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh
kandung empedu. Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena
batu empedu. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormone (esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitis pengosongan kandung empedu.
2.3.2 Usia
Resiko untuk terkena batu empedu meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang
dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena batu empedu dibandingkan dengan orang usia
2.3.3 Berat badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
batu empedu. Ini dikarenakan dengan tingginy BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu
pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/pengosongan kandung
empedu.
2.3.4 Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat yang cepat (seperti setelah operasi gastrointestinal)
mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan
kontraksi kandung empedu.
2.3.5 Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga batu empedu mempunyai resiko lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat keluarga
2.3.6 Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadi batu empedu. Ini
mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
2.3.7 Penyakit usus halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan batu empedu adalah crhon disease, diabetes,
2.3.8 Nutrisi intravena jangka lama
Nutirisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk
berkontraksi, karena tidak ada makanan/nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk
terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu
2.4 PATOFISIOLOGI
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan berdasarkan bahan
pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Lebih dari 90 % batu empedu
adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran ( batu yang
mengandung 20-50% kolesterol). 10 % sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung
<20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah keadaan stasis
kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan kosentrasi kalsium dalam
kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam
menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi
berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk
pembentukan batu. Kristal yang terbentuk dalam kandung empedu, kemudian lama kelamaan tersebut
bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu. Factor motilitas kandung empedu dan
biliary stasis merupakan predisposisi pembentukan batu campuran.
10
16,21
2.4.1. PATOFISIOLOGI BATU KOLESTEROL
Tiga hal yang memudahkan terjadinya batu kolesterol di kandung empedu yaitu supersaturasi
kolesterol, pembetukan inti kolesterol dan disfungsi kandung empedu.
2.4.1.1 Supersaturasi kolesterol
Secara normal, komposisi empedu terdiri atas 70 % garam empedu, 22% fosfolipid (terutama
lesitin), 4% kolesterol, 3% protein,dan 0,3% bilirubin.18 Terbentuknya batu empedu tergantung dari
keseimbangan kadar garam empedu, kolesterol dan lesitin. Semakin tinggi kadar kolesterol atau
semakin rendah kandungan garam empedu, akan membuat kondisi di dalam kandung empedu jenuh
akan kolesterol (supersaturasi kolesterol). Kolesterol disintesis dihati dan diekskresikan dalam bentuk
garam empedu. Dengan meningkatnya sintesis dan sekresi kolesterol, resiko terbentuknya empedu
juga meningkat. Penurunan berat badan yang terlalu cepat (karena hati mensintesis kolesterol lebih
banyak), maka esterogen dan kontrasepsi (menurunkan sintesis garam empedu) menyebabkan
supersaturasi kolesterol.
2.4.1.2. Pembentukan inti kolesterol
Nampaknya faktor pembentukan inti kolesterol mempunyai peran lebih besar dalam proses
pembentukan dibandingkan faktor supersaturasi. Kolesterol baru dapat dimetabolisme di dalam usus
dalam bentuk terlarut air. Dan empedu memainkan peran tersebut. Kolesterol diangkut dalam bentuk
misel dan vesikel. Misel merupakan agregat yang berisi fosfolipid (terutama lesitin), garam empedu
dan kolesterol. Apabila saturasi kolesterol lebih tinggi, maka akan diangkut dalam bentuk vesikel.
Vesikel ibarat sebuah lingkaran dua lapis. Apabila kosentrasi kolesterol sangat banyak, dan supaya
kolesterol dapat terangkut, maka vesikel akan memperbanyak lapisan lingkarannya, sehingga disebut
sebagai vesikel berlapis-lapis (vesicles multilamellar). Pada akhirnya, di dalam kandung empedu,
pengangkut kolesterol, baik misel dan vesikel, akan bergabung menjadi vesikel multilapis. Vesikel ini
dengan adanya protein musin akan membentuk Kristal kolesterol. Kristal kolesterol yang
terfragmentasi pada akhirnya akan di lem (disatukan) oleh protein empedu membentuk batu
2.4.1.3. Penurunan fungsi kandung empedu
Menurunnya kemampuan kontraksi dan kerusakan dinding kandung empedu, memudahkan
seseorang menderita batu empedu. Kontraksi kandung empedu yang melemah akan menyebabkan
stasis empedu. Stasis empedu akan membuat musin yang di produksi di kandung empedu
terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu tertampung dalam kandung empedu. Musin
tersebut akan semakin kental dan semakin pekat sehingga semakin menyulitkan proses pengosongan
cairan empedu. Bila daya kontraksi kandung empedu menurun dan di dalam kandung empedu tersebut
sudah ada Kristal, maka Kristal tersebut tidak akan dapat dibuang keluar ke duodenum. Beberapa
kondisi yang dapat menganggu daya kontraksi kandung empedu, yaitu hipomotilitas, parenteral total
(menyebabkan aliran empedu menjadi lambat), kehamilan, cedera medulla spinalis dan diabetes
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional untuk mengetahui gambaran profil lipid serum pada pasien dengan diagnosa batu kandung empedu.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sub Bagian Bedah Digestif Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H
Adam Malik dan RS Jejaring FK USU selama periode April 2012 sampai Juli 2012.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian semua penderita batu kandung empedu yang datang ke poliklinik bedah
digestif RSUP H Adam Malik dan RS Jejaring FK USU. Sampel penelitian adalah penderita batu
kandung empedu yang datang ke poliklinik bedah digestif RSUP H Adam Malik dan RS Jejaring FK
USU, termasuk dalam kriteria inklusi, selama kurun waktu April 2012 sampai Juli 2012.
3.4 Kriteria Inklusi
• Penderita yang telah didiagnosa batu kandung empedu dengan menggunakan USG / CT
Scan dibagian bedah digestif FK USU/RSUP H Adam Malik dan RS Jejaring FK USU.
3.5 Kriteria Ekslusi
• Penderita yang mendapat terapi hipolipidemia.
3.6 Besar Sampel
3.7 Variabel Penelitian
Variabel Dependen : Batu kandung empedu
Variabel Independen : Profil lipid serum
3.8 Definisi Operasional
• Batu kandung empedu yang di tegakkan dengan USG / CT Scan
• Batu empedu adalah batu yang dijumpai di dalam kandung empedu.
• Profil lipid serum (Kolesterol total, Triglycerides, HDL(High Density Lipoprotein) dan LDL(Low Density Lipoprotein) ) diambil pada pasien sebelum dilakukan tindakan
cholesistectomy.
3.9 Kerangka Konsep
HIPERLIPIDEMIA
SUPERSATURASI KOLESTEROL
PEMBENTUKAN INTI KOLESTEROL
3.10 Data
Data yang diperoleh di presentasikan dalam bentuk tabel dan diagram
3.11Alur Kerja
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Sampel
Selama periode penelitian yang dilakukan dari bulan April 2012 sampai dengan Juli 2012,
dijumpai 52 penderita batu kandung empedu yang dilakukan pemeriksaan profil lipid serum
(kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL). Dari 52 subjek penelitian didapatkan jumlah penderita
batu kandung empedu yang sama antara jenis kelamin perempuan dengan laki-laki. Data demografi
subjek yang mengikuti penelitian ini ditampilkan dalam tabel 4.1.1 dan 4.1.2.
Dari tabel 4.1.1 diketahui bahwa kelompok usia terbanyak penderita batu kandung empedu
adalah pada kelompok usia 41 – 50 tahun. Rata-rata usia penderita batu kandung empedu adalah 49 ±
13,17 tahun, dengan usia tertinggi adalah 82 tahun dan usia terendah adalah 21 tahun.
Dari pengukuran berat badan didapatkan berat badan rata-rata penderita batu kandung
empedu adalah 65 ± 6,75 kg. Dari pengukuran tinggi badan didapatkan tinggi badan rata-rata
penderita batu kandung empedu adalah 1,61 ± 0,06 m. Dilakukan penghitungan BMI (Body Mass
Index) dengan cara Du Bois dan didapatkan BMI rata-rata penderita batu kandung empedu adalah
25,2 ± 2,4 kg/m2. Berdasarkan BMI penderita batu kandung empedu pada penelitian ini didapatkan 1
Tabel 4.1.1. Distribusi pasien berdasarkan usia
Usia
(Tahun)
Jumlah Proporsi
21-30 2 2/52
31-40 10 10/52
41-50 20 20/52
51-60 7 7/52
>61 13 13/52
[image:33.595.72.334.364.469.2]Total 52
Tabel 4.1.2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Proporsi
Perempuan 26 26/52
Laki – laki 26 26/52
Total 52
Tabel 4.1.3. Distribusi pasien berdasarkan BMI
Jumlah Proporsi
Underweight 1 1/52
Ideal 20 20/52
Overweight 31 31/52
[image:33.595.70.335.518.649.2]Diagram 1. Proporsi kelompok usia penderita batu kandung empedu
Diagram 2. Proporsi jenis kelamin penderita batu kandung empedu
2
10
20 7
13
Kelompok Usia
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
>61 tahun
26 26
Jenis Kelamin
Perempuan
Diagram 3. Proporsi BMI penderita batu kandung empedu
4.2 Profil Lipid Serum pada Penderita Batu kandung empedu
Dari hasil pemeriksaan profil lipid serum penderita batu kandung empedu didapatkan rata-rata
kolesterol total adalah 207,48 ± 44,78 mg/dL. Dengan nilai kolesterol total tertinggi adalah 371
mg/dL dan terendah adalah 141 mg/dL. Nilai rata-rata trigliserida adalah 191,03 ± 56,18 mg/dL.
Dengan nilai trigliserida tertinggi adalah 363 mg/dL dan terendah adalah 66 mg/dL. Nilai rata-rata
HDL adalah 64,57 ± 17,27 mg/dL. Dengan nilai HDL tertinggi adalah 121 mg/dL dan terendah adalah
18 mg/dL. Nilai rata-rata LDL adalah 136,79 ± 31,34 mg/dL. Dengan nilai LDL tertinggi adalah 243
mg/dL dan terendah adalah 81 mg/dL.
1
20
31
Weight Category
Underweight
Ideal
Perbandingan profil lipid serum antara perempuan dengan laki-laki penderita batu kandung
[image:36.595.72.508.424.685.2]empedu ditampilkan dalam tabel 4.2.1.
Tabel 4.2.1. Perbandingan kadar lipid serum antara perempuan dengan laki-laki penderita batu
kandung empedu
Kolesterol total
(< 200 mg/dL)
Trigliserida
( 40-200 mg/dL)
HDL
( >65 mg/dL)
LDL
( < 150 mg/dL)
Perempuan 218,96 ± 53,67 202,19 ± 63,85 68,58 ± 18,62 145,04 ± 36,76
Laki-laki 196 ± 30,61 179,88 ± 45,86 60,58 ± 15,11 128,54 ± 22,61
p value 0,064 0,154 0,057 0,095
Diagram 4. Perbandingan kadar lipid serum antara perempuan dengan laki-laki penderita batu
kandung empedu
Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan dengan laki-laki penderita batu
kandung empedu menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Perbandingan kadar lipid
0 50 100 150 200 250
Kolesterol total Trigliserida HDL LDL
Perempuan
serum antara penderita batu kandung empedu usia ≤45 tahun dengan >45 tahun didapatkan penderita
batu kandung empedu ≤45 tahun sebanyak 22 orang, sedangkan >45 tahun sebanyak 30 orang. Data
[image:37.595.72.508.425.685.2]ditampilkan dalam tabel 4.2.2.
Tabel 4.2.2. Perbandingan kadar lipid serum antara penderita batu kandung empedu usia ≤45 tahun
dengan >45 tahun
Kolesterol total
(< 200 mg/dL)
Trigliserida
( 40-200 mg/dL)
HDL
( >65 mg/dL)
LDL
( < 150 mg/dL)
≤45 tahun 205,5 ± 33,76 196,22 ± 38,09 66,13 ± 11,34 134,95 ± 24,44
>45 tahun 208,93 ± 51,92 187,23 ± 66,81 63,43 ± 20,69 138,13 ± 35,92
p value 0,788 0,574 0,582 0,722
Diagram 5. Perbandingan kadar lipid serum antara penderita batu kandung empedu dengan usia ≤45
tahun dengan >45 tahun
Perbandingan kadar lipid serum antara kelompok penderita batu kandung empedu ≤45 tahun
dengan >45 tahun menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05). Perbandingan kadar lipid
0 50 100 150 200 250
Kolesterol total Trigliserida HDL LDL
serum antara perempuan usia ≤45 tahun dengan >45 tahun didapatkan jumlah penderita batu kandung
[image:38.595.71.506.446.710.2]empedu yang sama, yaitu sebanyak 13 orang. Data ditampilkan dalam tabel 4.2.3.
Tabel 4.2.3. Perbandingan kadar lipid serum antara perempuan ≤45 tahun dengan perempuan >45
tahun penderita batu kandung empedu
Kolesterol total
(< 200 mg/dL)
Trigliserida
( 40-200 mg/dL)
HDL
( >65 mg/dL)
LDL
( < 150 mg/dL)
Perempuan ≤45
tahun
208,92 ± 31,42 202,38 ± 32,98 66 ± 11,41 138,61 ± 23,45
Perempuan >45
tahun
229 ± 69,25 202 ± 86,05 71,15 ± 24,04 151,46 ± 46,64
p value 0,011 0,033 0,033 0,024
Diagram 6. Perbandingan kadar lipid serum antara perempuan ≤45 tahun dengan perempuan >45
tahun 0 50 100 150 200 250
Kolesterol total Trigliserida HDL LDL
Perempuan ≤45 tahun
Perbandingan kadar lipid serum antara kelompok perempuan ≤45 tahun dengan >45 tahun
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Perbandingan kadar lipid serum penderita batu
kandung empedu antara kelompok overweight dengan yang tidak didapatkan penderita batu kandung
empedu yang overweight sebanyak 31 orang, sedangkan yang tidak overweight sebanyak 21 orang.
[image:39.595.73.507.477.732.2]Data ditampilkan dalam tabel 4.2.4.
Tabel 4.2.4. Perbandingan kadar lipid serum antara penderita batu kandung empedu yang overweight
dengan yang tidak
Kolesterol total
(< 200 mg/dL)
Trigliserida
( 40-200 mg/dL)
HDL
( >65 mg/dL)
LDL
( < 150 mg/dL)
Overweight 215 ± 39,18 199,48 ± 50,87 64,87 ± 17,65 142,48 ± 27,97
Tidak overweight 196,38 ± 50,93 178,57 ± 62,38 64,14 ± 17,11 128,38 ± 34,74
p value 0,143 0,191 0,883 0,112
Diagram 7. Perbandingan kadar lipid serum antara penderita batu kandung empedu yang overweight
dengan yang tidak
0 50 100 150 200 250
Kolesterol total Trigliserida HDL LDL
Overweight
Perbandingan kadar lipid serum penderita batu kandung empedu yang overweight dengan
BAB V. PEMBAHASAN
Penyakit batu kandung empedu lebih sering ditemukan pada populasi negara-negara barat
dibanding dengan di Asia dan Afrika. Hal ini telah berubah selama beberapa dekade terkahir di
negara-negara Asia, dengan peningkatan menonjol dalam prevalensi batu kandung empedu kolesterol.
Trend ini terjadi akibat dari meningkatnya konsumsi lemak, diet rendah serat, dan peningkatan gaya
hidup sedentarian dalam populasi Asia.23
Perbandingan antara perempuan : laki-laki penderita batu kandung empedu pada penelitian ini
didapatkan jumlah yang sama penderita batu kandung empedu. Secara global, perbandingan penderita
batu kandung empedu antara perempuan dengan laki-laki adalah 2:1.
Batu kandung empedu jarang ditemukan pada dua dekade awal kehidupan dan insidennya
meningkat seiring dengan usia, terutama pada usia diatas 40 tahun.25 Hal ini sesuai dimana pada
penelitian ini didapatkan kelompok usia terbanyak penderita batu kandung empedu adalah pada
kelompok usia 41 – 50 tahun. Dari sudut pandang biokimia, dengan seiring bertambahnya usia,
terdapat peningkatan saturasi kolesterol empedu akibat dari meningkatnya sekresi kolesterol dari
hepar akibat meningkatnya kadar HMG-Co-A reduktase. Juga terjadi penurunan sintesis dari asam
empedu akibat dari penurunan aktivitas enzim 7 α-hidroksilase.24
Berdasarkan BMI rata-rata (25,2 ± 2,4 kg/m
Pada penelitian ini perbandingan
profil lipid serum antara kelompok usia ≤45 tahun dengan >45 tahun tidak menunjukkan perbedaan
yang bermakna (p>0,05).
2
), penderita batu kandung empedu pada
penelitian ini dapat dikategorikan sebagai overweight. Dengan penderita batu kandung empedu yang
overweight lebih banyak dibanding dengan yang mempunyai berat badan yang ideal maupun
underweight. Kadar lipid serum penderita batu kandung empedu dengan overweight lebih tinggi daripada yang tidak overweight, tetapi tidak terdapat hubungan bermakna. Dari literatur dikatakan
bahwa obesitas merupakan faktor risiko dari penyakit batu kandung empedu. Sekurangnya 25%
individu obese terdapat bukti mempunyai penyakit batu kandung empedu. Terutama pada perempuan
dengan obesitas, mempunyai risiko yang meningkat untuk pembentukkan batu kandung empedu
dengan perempuan dengan BMI normal). Hal ini didasari oleh karena obesitas dikaitkan dengan
peningkatan sintesis kolesterol dalam liver dan tingginya sekresi kedalam empedu.
Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan dengan laki-laki penderita batu
kandung empedu pada penelitian ini menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Akan
tetapi, dapat dilihat dari diagram 4 bahwa perempuan penderita batu kandung empedu mempunyai
nilai profil lipid serum yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki penderita batu kandung empedu.
Perbedaan ini terutama didasari oleh hormon esterogen, dimana esterogen menstimulasi enzim
HMG-Co-A reduktase, menyebabkan peningkatan sekresi kolesterol empedu dan oleh karena itu
menempatkan perempuan pada risiko tinggi terhadap super saturation. Pada masa hamil, empedu mempunyai kolesterol yang lebih tinggi dan kandung empedu tidak berkontraksi secara normal. Salah
satu penelitian di Cina, menyebutkan bahwa batu kandung empedu ditemukan lebih sering pada
perempuan multipara (12,2%) dibanding dengan perempuan nulipara (1,3%) pada usia yang sama.
Progesteron juga dapat berperan terhadap penyakit batu kandung empedu dengan cara menginhibisi
kontraksi kandung empedu dan menyokong hipomotilitas dan stasis kandung empedu.
Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan usia ≤45 tahun dengan >45
tahun menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).Dimana terdapat nilai profil lipid serum yang
lebih tinggi pada kelompok perempuan >45 tahun. Salah satu alasannya adalah, pada perempuan
menopause yang mendapat terapi pengganti estrogen terdapat peningkatan insiden batu kandung
empedu.
Sindrom metabolik merupakan faktor risiko untuk penyakit batu kandung empedu. Sindrom
metabolik didefinisikan sebagai hadirnya sekurang-kurangnya tiga fitur: obesitas abdominal (lingkar
perut ≥90 cm pada laki-laki atau ≥80 cm pada perempuan), tingginya tekanan darah (tekanan darah
≥130/85 mmHg atau mendapat pengobatan hipertensi), tingginya glukosa darah puasa (glukosa darah
puasa ≥100 mg/dL atau mendapat pengobatan hiperglikemia), peningkatan trigliserida (trigliserida
≥150 mg/dL atau mendapat pengobatan hipertrigliseridemia) dan penurunan kadar HDL (HDL <40
mg/dL pada laki-laki atau <50 mg/dL pada perempuan) (AHA, 2005). Batu kandung empedu terutama
batu kandung empedu kolesterol merupakan masalah metabolik, dimana berhubungan dengan
abnormalitas lipid. Rendahnya HDL dan hipertrigliseridemia membawa peningkatan risiko untuk
berkembangnya batu kandung empedu.
Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak terdapatnya perbedaan yang bermakna nilai profil
lipid serum antara penderita batu kandung empedu laki-laki dengan perempuan, walaupun dapat
dilihat bahwa perempuan penderita batu kandung empedu mempunyai nilai prodil lipid serum yang
lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Keunggulan dari penelitian ini adalah dengan jumlah subjek
penelitian yang cukup dengan karakteristik subjek penelitian yang berbeda baik, sehingga hasil dari
penelitian ini dapat mewakili populasi.
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Dari penelitian Profil Lipid Serum Penderita Batu kandung empedu di RSUP H Adam Malik
dan RS jejaring FK USU dari bulan April 2012 sampai dengan Juli 2012 dijumpai 52 penderita batu
kandung empedu yang dilakukan pemeriksaan profil lipid serum (kolesterol total, trigliserida, HDL,
dan LDL). Rata-rata usia penderita batu empedu adalah 49 ± 13,17tahun dengan kelompok usia
terbanyak penderita batu empedu adalah pada kelompok usia 41 – 50 tahun.
Perbandingan profil lipid serum antara kelompok perempuan dengan laki-laki penderita batu
empedu menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Perbandingan profil lipid serum
antara kelompok perempuan ≤45 tahun dengan >45 tahun menunjukkan perbedaan yang bermakna
(p<0,05).
6.2. Saran
1. Karena telah diketahuinya faktor-faktor risiko penyakit batu kandung empedu (jenis kelamin,
usia, obesitas) dari penelitian ini, maka perlu dilakukan skrinning penyakit batu kandung
empedu terhadap masyarakat yang mempunyai risiko-risiko seperti yang disebutkan diatas.
2. Perlu pencatatan data pasien yang lebih lengkap meliputi diet, kebiasaan merokok dan minum
alkohol, aktivitas fisik, riwayat penyakit batu kandung empedu dalam keluarga, pengobatan
yang diberikan kepada pasien, serta nilai glukosa darah sebagai faktor-faktor risiko lain dari
penyakit batu kandung empedu.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat nilai profil lipid serum penderita batu
kandung empedu dan berbagai faktor-faktor risiko lain yang dapat menyebabkan penyakit
DAFTAR PUSTAKA
1. Lesmana L. Batu empedu. Dalam : Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2000:380-384.
2. Murshid KR. Asymptomatic gallstones: should we operate?.The Saudi J of Gastroenterol 2007;
13:57-69
3. Tsunoda K, Shirai Y, Hatakeyama K : Prevalence of cholesterol gallstones positively correlates
with percapita daily calorie intake. Hepato-Gastroenterology 2004;51:2171-2174
4. Ahmed A, Ramsey CC, Keedde EB. Management of gallstones and their complications. Am Fam
Phys 200;61:1673-1680
5. N. A. Channa. Pak Arm Forces Med J.2008;58:197
6. M. C. Carey. Recenti Prog. Med.1992;83:379
7. T. Juvonen. Scand. J. Gastroenterol.1995;29:577
8. K. J. Ho. Ala. J. Med. Sci.1977;14:132
9. J. Ahlberg. Acta Chir Scand.1979;145:373
10. W. H. Admirand and D. M. Small. J.Clin. Invest.1968;47:1043.
11. D.M. Small. Gastroenterol.1967;52:607
12. G. Heiss, I. Tamir, C. E. Davis, and H. A. Tyroler. Circulation.1980;61:302
13. R. F. Borgman and S. F. Lightsey. AM. J. Vet. Res.1970;40:150
14. A. Saraya, M. Irshad, B. M. Gandhi and R. K. Tandon. Top Gastroenterol.1995;16:16
15. Z. Halpern, M. Rubin, G. Harach, I. Grotto, A. Moseer, A. Dvir, D. Lichtenberg, and T. Gilat.
Liver.1993;13:246
16. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2005:570-579
17. Maryan Lee F, Chiang W. Cholelithiasis. Available from :
18. Beckingham IJ. Gallstone. BMJ 2001;322:91-94
19. Murshid KR. Asymptomatic gallstones: should we operate?. The Saudi J of Gastroenterol
2007;13:57-69
20. Balzer K. et al. Epidemiology of gallstone in a German industrial town (Essen) from 1940 to
1975. Digestion.1986;33(4):189-97
21. Yekeler E, Akyol Y. Cholelithiasis. Dalam: New England Journal of Medicine. Available from :
22. Johnston DE.,Kaplan MM.Pathogenesis and treatment of gallstones. N Engl J Med
1993;328:412-421
23. Tsunoda K, Shirai Y, Hatakeyama K. Prevalence of Cholesterol Gallstones Positively Correlates
with per Capita Daily Calorie Intake. Hepatogastroenterology.2004;Sep-Oct;51(59):1271-4.
24. Einarsson K, Nilsell K, Leijd B, et al. Influence of Age on Secretion of Cholesterol and Synthesis
of Bile Acids by the Liver. N Engl J Med.1985; 313:277-282.
25. Shaffer EA. Epidemiology and Risk Factors for Gallstone Disease: Has the Paradigm Changed in
the 21st Century? Curr Gastroenterol Rep.2005;7:132-140.
26. Hulley S, Grady D, Bush T, et al. Randomized Trial of Estrogen Plus Progestin for Secondary
Prevention of Coronary Heart Disease in Postmenopausal Women. JAMA.1998;280:605-613.
27. The Rome Group for Epidemiology and Prevention of Cholelithiasis (GREPCO). The
epidemiology of gallstone disease in Rome, Italy. Part II. Factors associated with the disease.
Hepatology.1988;8:907-913.
Lampiran 1
Peneliti Susunan Peneliti
a. Nama lengkap : Dr. Bayu Irvia Satria
b. Fakultas : Kedokteran
c. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Pembimbing I
a. Nama lengkap : Dr. Liberti Sirait SpB-KBD
b. Pangkat/Gol/NIP : Pembina Utama/IVa/195604131987021001
c. Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Ilmu Bedah
d. Fakultas : Kedokteran
e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
f. Bidang Keahlian : Bedah Digestif
Lampiran 2
NO
Jadwal Penelitian
Jenis Kegiatan
Bulan Ke
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Penyusunan Laporan
5 Seminar
Lampiran 3
Naskah Penjelasan kepada Orangtua/Kerabat Pasien Lainnya
Yth. Bapak / Ibu ………..……….……
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Kami dokter Bayu Irvia Satria dan kawan-kawan,
bertugas di Departemen Ilmu Bedah FK USU / RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang
melaksanakan penelitian tentang profil lipid serum pada penderita batu kandung empedu yang
disesuaikan dengan usia dan kondisi yang di derita anak / kerabat Bapak / Ibu.
Bersama ini kami mohon izin kepada Bapak/Ibu orang tua/kerabat dari ____________________
untuk melakukan pendataan tentang kondisi kesehatan anak/kerabat Bapak / Ibu tersebut. Kami juga
memohon izin kepada Bapak / Ibu untuk melakukan pemeriksaan tersebut diatas pada anak/kerabat
yang sedang menjalani penanganan dari penyakit yang dideritanya tersebut.
Persetujuan keikutsertaan Bapak/Ibu terhadap pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan penelitian
ini dituangkan dalam naskah Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikian yang dapat kami
sampaikan. Atas perhatian Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Peneliti
Lampiran 4
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………..……
Umur : ……… tahun L / P
Alamat :………..………..
Hubungan dengan pasien : Bapak / Ibu / anak / hubungan kerabat lainnya
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
untuk dilakukan pendataan tentang kondisi kesehatan anak / kerabat Bapak / Ibu tersebut. Kami juga
memohon izin kepada Bapak / Ibu untuk melakukan pemeriksaan terhadap anak/kerabat saya :
Nama : ………., Umur : ……...…… tahun
Alamat Rumah : ……...………..
yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya
telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Medan, ………2012
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan
Lampiran 5
Persetujuan dari Komisi Etika Penelitian
PERSETUJUAN KOMISI ETIK TENTANG PELAKSANAAN PENELITIAN BIDANG
KESEHATAN
Nomor :...
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, setelah dilaksanakan pembahasan dan penilaian usulan
penelitian yang berjudul :
PROFIL LIPID SERUM PADA PENDERITA BATU KANDUNG EMPEDU DI
RSUP H.ADAM MALIK DAN RS JEJARING FK USU
Yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian dengan:
Ketua Pelaksana/Peneliti Utama : dr. Bayu Irvia Satria
Institusi : Departemen Ilmu Bedah FK USU
Dapat disetujui pelaksanaannya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kode
etik penelitian biomedik.
Medan,...
Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan
Fakultas Kedokteran USU
(...)
Lampiran 6
FORMULIR DATA PENELITIAN
Nama :
IDENTITAS PASIEN
Usia :
Jenis Kelamin :
No. Rekam Medis :
Body Mass Index (kg/m
PEMERIKSAAN KLINIS
2
Anamnesis :
) :
Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital :
Status generalis :
Pemeriksaan Penunjang :
Profil Lipid Serum
Kolesterol total :
Trigliserida :
HDL :