SINUS LIFT UP UNTUK PEMASANGAN DENTAL IMPLAN
DI RAHANG ATAS
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
MUHAMMAD JOHANSYAH NIM : 060600113
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan MaksiloFasial Tahun 2010
Muhammad Johansyah
Sinus Lift Up Untuk Pemasangan Dental Implan di Rahang Atas.
vii + 32 halaman
Pemasangan implan gigi sudah sangat berkembang di masyarakat pada saat ini. Pemasangan implan bertujuan untuk menggantikan gigi yang hilang serta mengembalikan fungsi pengunyahan dan berbicara.
Pemasangan implan gigi di rahang atas bagian posterior sering menimbulkan permasalahan karena adanya sinus maksilaris yang jaraknya sangat dekat dengan linggir alveolus. Dan apabila implan gigi dimasukkan begitu saja maka ujung implan tersebut dapat menembus dasar sinus maksilaris.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan prosedur bedah yang bernama
sinus lift up. Sinus lift up dapat diartikan sebagai suatu penempatan bahan cangkok
tulang di dasar antral sinus untuk menambah tinggi tulang alveolar secara vertikal sehingga implan gigi dapat ditanamkan dengan baik tanpa menembus rongga sinus.
Agar operasi sinus lift up dapat berjalan dengan baik praktisi bedah mulut harus melakukan seleksi pasien yang baik, rencana perawatan yang tepat dan melakukan tindakan operasi yang sesuai standar.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 10 Agustus 2010
Pembimbing : Tanda tangan
Indra Basar Siregar,drg.,M.Kes ………
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 10 Agustus 2010
TIM PENGUJI SKRIPSI
KETUA : Suprapti Arnus, drg.,Sp.BM ANGGOTA : 1. Abdullah, drg
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran gigi.
Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasehat dan dorongan dari berbagai pihak selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Indra Basar Siregar,drg.,M.Kes, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini. 2. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM, sebagai Kepala Departemen Bedah Mulut
dan Maksilofasial Fakultas Kedoketran Gigi USU Medan.
3. Seluruh staf pengajar di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yang telah memberikan ilmu dan bimbingan.
4. Sondang Pintauli,drg.,Ph.D sebagai dosen wali yang telah memberikan bimbingan selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan.
5. Teristimewa kepada Ayahanda Zulkarnain,drg.,M.Kes dan Ibunda Aya Sophia yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moril, materil, nasehat dan doa yang tak henti – hentinya kepada penulis.
7. Teman-teman terbaikku, Willi, Josua, Eddy, Yufri, Andrew, Alfis, dan Loki, atas dukungan, semangat, doa dan harapan yang selama ini diberikan kepada penulis.
8. Teman-teman angkatan 2006 dan senior-senior yang telah memberikan dukungan dan semangat selama ini dan semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak bisa disebutkan satu – persatu.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 10 Agustus 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
2.4 Persiapan Pasien Praoperasi Dengan Teknik Sinus Lift Up ... 9
BAB 3 PROSEDUR OPERASI PEMASANGAN IMPLAN DI RAHANG ATAS DENGAN TEKNIK SINUS LIFT UP 3.1 Antrostomi Lateral (Lateral Antrostomy) ... 12
3.2 Pendekatan Krista (Crestal Approach)... 15
BAB 4 EVALUASI PASCAOPERASI 4.1 Komplikasi Yang Dapat Timbul Pasca Operasi ... 19
4.2 Evaluasi Radiografis Operasi Pemasangan Implan Dengan Teknik Sinus Lift Up ... 21
BAB 5 KESIMPULAN ... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Skema gambar teknik sinus lift up ... 6
2 Tulang wajah manusia menunjukkan rongga sinus ... 7
3 Tampilan preoperatif edentulus di rahang atas ... 10
4 Tampilan radiografis edentulus maksila posterior ... 11
5 Pembukaan flep sebelah lateral untuk membuka akses ke dasar sinus 13
6(a) Jendela berbentuk U ... 14
(b) Antrostomi lateral dengan jendela dan bahan cangkok ... 14
7 Sinus lift dengan dilatasi, tanpa mengganggu integritas sinus ... 16
8 Teknik osteotomi dari Summers ... 16
9 Osteotom Summers... 17
10 Foto waters menunjukkan sinusitis kronis pascaoperasi sinus lift up .. 20
11(a) Axial CT pada struktur tulang dan implan ... 22
(b) MRI implan yang dimasukkan ke sinus ... 22
12(a) Gambaran radiopak bahan cangkok dan implan ... 22
(b) Gambaran radiolusen dari bahan cangkok dan implan pada MRI ... 22
13(a) Odontoma pada sinus ... 23
(b) Tampilan pinggiran odontoma yang berbeda dengan bahan cangkok . 23
14 Gambaran panoramik pasien sebelum operasi ... 24
15 Gambaran panoramik menunjukkan adanya sinusitis pascaoperasi .... 24
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut dan MaksiloFasial Tahun 2010
Muhammad Johansyah
Sinus Lift Up Untuk Pemasangan Dental Implan di Rahang Atas.
vii + 32 halaman
Pemasangan implan gigi sudah sangat berkembang di masyarakat pada saat ini. Pemasangan implan bertujuan untuk menggantikan gigi yang hilang serta mengembalikan fungsi pengunyahan dan berbicara.
Pemasangan implan gigi di rahang atas bagian posterior sering menimbulkan permasalahan karena adanya sinus maksilaris yang jaraknya sangat dekat dengan linggir alveolus. Dan apabila implan gigi dimasukkan begitu saja maka ujung implan tersebut dapat menembus dasar sinus maksilaris.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan prosedur bedah yang bernama
sinus lift up. Sinus lift up dapat diartikan sebagai suatu penempatan bahan cangkok
tulang di dasar antral sinus untuk menambah tinggi tulang alveolar secara vertikal sehingga implan gigi dapat ditanamkan dengan baik tanpa menembus rongga sinus.
Agar operasi sinus lift up dapat berjalan dengan baik praktisi bedah mulut harus melakukan seleksi pasien yang baik, rencana perawatan yang tepat dan melakukan tindakan operasi yang sesuai standar.
BAB 1 PENDAHULUAN
Kehilangan gigi sebagai akibat penyakit, trauma, kegagalan untuk berkembang dan kerugian dari pemasangan gigi tiruan sebagian sering terjadi. Untuk itu, riwayat tentang penggantian gigi telah lama dipelajari dan jenisnya beraneka ragam. Berdasarkan tingkatan edentulus, ada beberapa pilihan, diantaranya gigi tiruan sebagian, gigi tiruan penuh, konvensional atau jembatan adhesif, gigi tiruan dukungan implan dan transplantasi. Diketahui juga pengelolaan edentulus menjadi sebuah tantangan bagi praktisi. Sejarah membuktikan bahwa pada masyarakat kuno seseorang mencoba untuk mengganti giginya dengan berbagai macam bahan seperti gading, kayu, dan tulang.1 Tengkorak masyarakat Honduras dari zaman pre-columbia diketahui sebagai orang pertama yang mengenal dental implan. Gigi insisivus pada mandibula pada tengkorak tersebut telah digantikan dengan menggunakan batu hitam yang ditutupi kalkulus. Dengan penemuan itu diketahui bahwa batu ini telah dimasukkan sejak orang tersebut masih hidup.2
Belakangan ini, desain implan telah berkembang yang didasarkan pada pengertian tentang biokompatibilitas, penyembuhan jaringan, dan perbaikan fungsi.2 Ada tiga tipe implan yang tersedia. Implan subperiosteal, hanya menyebabkan sedikit kerusakan pada saat pemasangannya, tapi memerlukan anastesi umum untuk membuka permukaan tulang yang akan diambil. Implan ini berfungsi selama beberapa tahun, tetapi karena adanya proses atropi pada epitel, maka dapat menyebabkan kegagalan perawatan implan jenis subperiosteal ini. Implan transosseus atau implan transmandibular merupakan implan yang terdiri dari plat yang dipasangkan ke pinggir bawah mandibula dan mampu mendukung beberapa tipe dari gigi tiruan. Implan ini mempunyai kerugian karena dilakukannya insisi ekstraoral sehingga sangat berpengaruh terhadap estetis pasien.1,3 Implan endosseous dapat diaplikasikan pada maksila dan mandibula melalui insisi mukoperiosteum di dalam mulut. Tipe implan ini memiliki beberapa bentuk beberapa tahun belakangan. Tetapi bentuk akar adalah bentuk yang paling umum digunakan.1,2
dijangkarkan dengan kuat. Perlu diketahui bahwa beberapa bahan dari implan dapat menyebabkan efek toksik terhadap sel. Beberapa bahan dapat biokompatibel karena tidak menimbulkan reaksi yang dapat menghambat proses penyembuhan. Sifat kimia dari permukaan implan dapat dimodifikasi dengan melapisi permukaannya sehingga tidak menimbulkan efek berbahaya terhadap jaringan. Kalsium fosfat terutama hidroksiapatit merupakan bahan yang banyak digunakan karena kemiripannya dengan jaringan tulang. Penelitian lain menyebutkan lapisan titanium oksida (TiO2) dapat mempercepat pembentukan tulang. Hal tersebut dapat dicapai dengan proses kimia. Isi oksida dari lapisan TiO2 penting untuk proses nukleasi membentuk endapan kalsium fosfat yang menyebabkan pembentukan tulang dapat termineralisasi. Penelitian lainnya meliputi integrasi fluorida pada lapisan TiO2. Ion ini dapat digantikan oleh oksigen dari fosfat, jadi terjadi ikatan kovalen antara implan dan permukaan tulang.4
Sinus maksilaris merupakan salah satu dari sinus paranasal yang ukurannya paling besar dan mempunyai bentuk seperti piramida. Atap antrum membentuk sebagian besar dasar orbita, dan dinding median antrum membentuk sebagian besar dinding nasal lateral. Dinding posterior sinus memisahkannya dari fosa infratemporalis, sedangkan dinding anterior membentuk pars maksilaris (fosa kanina). Dinding tulang mempunyai ketebalan yang bervariasi dari regio satu ke regio lainnya dan dari pasien yang satu ke pasien yang lain, tetapi umumnya ketebalannya hanya setipis kulit telur.5
prosedur penambahan tinggi tulang dengan bahan cangkok, pasien dengan defisiensi tulang alveolar pada maksila posterior selalu direhabilitasi dengan gtsl, implan pendek, atau restorasi kantilever. Sayangnya, penempatan implan pada maksila posterior mengalami kegagalan lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan seluruh lokasi anatomis lain. Oleh karena itu prosedur operasi pemasangan implan dengan teknik sinus lift up dilakukan sebagai upaya penambahan jumlah tinggi tulang vertikal pada maksila posterior sehingga dapat mendukung penempatan implan.6 Teknik sinus
lift up ini dapat diartikan sebagai penempatan bahan cangkok tulang di dasar antral
dengan terjadinya osseointegrasi pada implan di alveolus maksila. Prosedur ini bertujuan untuk memperkuat retensi dengan menambah ketebalan tulang yang tersedia dengan penempatan bahan cangkok tulang ke dinding antral.7
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membahas teknik sinus lift up sebagai suatu cara yang dapat digunakan untuk pemasangan dental implan di rahang atas dengan cara menambah tinggi tulang alveolar yang bertambah pendek akibat kehilangan gigi.
BAB 2
SINUS LIFT UP
Pada pemasangan dental implan di rahang atas sering terjadi kendala dimana terlalu pendeknya jarak antara tulang alveolar dengan sinus maksilaris. Pendeknya jarak ini menyebabkan apabila implan ditanamkan secara normal maka ujung implan akan menembus dinding sinus maksilaris yang terletak sangat dekat dengan linggir alveolus. Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukanlah sebuah teknik pemasangan implan di rahang atas secara khusus dan teknik ini dinamakan sinus lift up.7,8,9,10,11
2.1. Pengertian Sinus Lift Up
Sinus lift up dapat diartikan sebagai suatu teknik pemasangan dental implan di
Gambar 1. Skema gambar teknik sinus lift up.
(Abadzhiev M. Alternative sinus lift techniques
literature review. Journal of IMAB. 2009: 23 – 27.)
2.2. Anatomis Sinus Maksilaris
dasar hidung. Karena perluasan sinus ke prosessus alveolaris, dasar sinus pada orang dewasa akan terletak 4 – 5 mm di bawah dasar hidung.5,6,12
Gambar 2. Gambaran tulang wajah manusia, menunjukkan rongga
sinus. (Anonymus.
April 2010))
Ukuran rata – rata dari sinus maksilaris adalah 14,75 cc, dengan jarak 9,5 – 20 cc. Jadi ukurannya kira – kira lebar 2,5 cm, tinggi 3,75 cm dan kedalaman 3 cm.13,14
posterior sinus memisahkannya dari fosa infratemporalis, sedangkan dinding anterior membentuk pars fasialis maksilaris (fosa kanina). Dinding tulang mempunyai ketebalan bervariasi dari regio satu ke regio lainnya dan dari pasien yang satu ke pasien lain, tetapi umumnya ketebalannya hanya setipis kulit telur.5
Sinus yang sehat dikelilingi dengan epitelium respiratori yang kolumnar, bersilia dan pseudo-stratifikasi.epitelium ini melekat erat terhadap periosteum, misalnya mukoperiosteum. Glandula mukus dan serus tambahan terdapat dalam submukosa dan memberikan selimut mukus yang melapisi epitelium. Sinus juga dipersarafi oleh cabang kedua n. trigeminus, n. palatina mayor, nasalis posterolateral, dan semua n. alveolaris superior cabang n. infraorbitalis. Suplai darah diperoleh dari a. maksilaris melalui a. infraorbitalis, a. palatina mayor dan a. alveolaris posterosuperior dan anterosuperior.5,12
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Sinus Lift Up
maksilaris, sinusitis kronis yang parah, luka atau deformitas kavitas sinus akibat bedah sebelumnya, infeksi gigi, alergi rinitis parah, dan penggunaan steroid topikal kronis. Kontraindikasi sistemik untuk perawatan ini mencakup terapi radiasi, penyakit metabolis tidak terkontrol seperti diabetes, penggunaan tembakau berlebihan, ketergantungan obat atau alkohol, dan cacat psikologis atau mental.6
2.4. Persiapan Pasien Praoperasi Dengan Teknik Sinus Lift Up
Setiap prosedur operasi yang akan dijalani haruslah dipersiapkan dengan matang. Dengan pertimbangan tubuh pasien telah siap menerima perlakuan operasi yang akan dilakukan. Pada dasarnya pesiapan pasien sebelum operasi sama seperti prosedur – prosedur pemasangan implan umumnya, akan tetapi dalam hal ini diperhitungkan adanya sinus maksilaris yang terlibat.3,15 Ada beberapa hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan prosedur operasi:
Gambar 3. Tampilan preoperatif. Edentulus di antara
molar 2 kanan dan premolar 2 kanan rahang atas.( Lee SH, Choi H, Li J, dkk. Comparison of corticocancellous block
and particulate bone grafts in maxillary sinus floor augmentation for bone healing around dental implants.
Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2007; 104 : 324 – 8)
2. Riwayat klinis dan pemeriksaan. Riwayat ini akan menunjukkan pengalaman karies dan penyakit periodontal pasien. Hal ini penting untuk memastikan pengharapan pasien terhadap perawatan.
3. Riwayat medis. Pertimbangan yang detail dari riwayat medis pasien sangat diperlukan karena beberapa kondisi dapat membahayakan kesuksesan perawatan dengan mengganggu penyembuhan, atau meningkatkan faktor infeksi.
5. Pemeriksaan radiografis. Radiografis konvensional termasuk
orthpantomograph (OPT) sangat dibutuhkan. OPT berguna karena dapat
mengindikasikan tinggi tulang vertikal dan posisi seluruh kavitas tulang serta kanal saraf. CT scan juga dapat digunakan dimana dapat memberikan gambaran yang detail dari tulang yang ada dan struktur anatomis yang diperlukan. Pemeriksaan radiografis ini sangat penting untuk dapat memperkirakan jarak antara tulang alveolar dengan dasar sinus maksilaris.3
Gambar 4. Tampilan radiografis bagian edentulus pada
regio posterior maksila yang akan dilakukan pemasangan implan dengan teknik sinus lift up. Radiografis menunjukkan linggir yang sangat dekat dengan dasar sinus.
BAB 3
PROSEDUR OPERASI PEMASANGAN IMPLAN DI RAHANG ATAS
DENGAN TEKNIK SINUS LIFT UP
Operasi sinus lift up mempunyai beberapa teknik dalam mendapatkan akses yang cukup untuk memasukkan bahan cangkok tulang ke dasar sinus. Teknik – teknik ini pada dasarnya memiliki tujuan yang sama,17,18 yakni mempertebal tulang alveolar sebagai tempat peletakan implan secara permanen. Akan tetapi terdapat perbedaan pada saat dikerjakan. Teknik – teknik ini adalah antrostomi lateral dan pendekatan krista dengan osteotomi.17,18,19
3.1. Antrostomi Lateral (Lateral Antrostomy)
Teknik ini disebut juga teknik jendela lateral. Jendela yang akan dibuat pada prosedur sinus lift up dimulai dari bagian anterior daerah sinus berlanjut ke inferior dan beberapa milimeter diatas dasar sinus.Prosedur ini dimulai dari insisi krista yang dibuat pada tepi alveolar. Flep ketebalan penuh kemudian diangkat agar memberikan akses ke dinding antral lateral.17,18,19
Gambar 5. Pembukaan flep sebelah lateral untuk
membuka akses ke dasar sinus.( Jurisic M, Markovic A, Radulovic M, dkk. Maxillary sinus
floor augmentation: comparing osteotome with lateral window immediate and delayed implant placements. an interim report. Oral Surg Oral Med
Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2008; 106: 820 – 27.)
Gambar 6. (2) Jendela berbentuk U. Sudut dari jendela harus membulat. (3)
antrostomi lateral dengan jendela dan bahan cangkok tulang.( Woo I, Le BT.
Maxillary sinus floor elevation: review of anatomy and two techniques. implant dentistry. 2004;13 : 28 -32.)
Jarak dibuat setelah membran sinus telah dinaikkan dengan pintu penghalang. Jarak ini kemudian dicangkok dengan bahan berbeda untuk menyediakan kerangka penempatan implan.17
Implan diletakkan baik simultan dengan cangkok (antrostomi lateral tahap 1) atau setelah periode tertunda hingga 12 bulan untuk memberikan kematangan cangkok (antrostomi lateral tahap 2). Ketebalan tulang awal pada tepi alveolar terlihat dapat menjadi indikator yang dipercaya dalam menentukan antara kedua metode ini. Jika ketebalan tulang 4 mm atau kurang, stabilitas implan awal akan terganggu. Oleh karena itu, antrostomi lateral tahap 2 sebaiknya yang dilakukan. Kebalikan dalam prosedur tahap 1, prosedur ini dapat memakan waktu lebih singkat baik bagi klinisi maupun pasien. Akan tetapi teknik ini lebih sensitif dan kesuksesannya berdasarkan jumlah tulang residual.17
3.2. Pendekatan krista (Crestal Approach)
Gambar 7. Sinus lift dengan dilatasi, tanpa mengganggu integritas dari sinus.(
Abadzhiev M. Alternative sinus lift techniques literature review. Journal of IMAB. 2009: 23 – 27.)
Summers mengembangkan tekniknya menggunakan fraktur dasar sinus sebagai osteotom dan meletakkan bahan cangkok melalui lubang tersebut.11
Gambar 8. Teknik osteotomi dari Summers.( Abadzhiev M. Alternative sinus lift
Gambar 9. Osteotom Summers.( Abadzhiev M. Alternative
sinus lift techniques literature review. Journal of IMAB.
2009: 23 – 27.)
Teknik ini dimulai dengan insisi krista. Flep ketebalan penuh dinaikkan untuk menunjukkan tepi alveolar. Setelah dibur, osteotom dimasukkan dari ukuran yang paling kecil hingga yang besar. Tinggi tulang preoperasi dalam sinus diukur untuk menentukan kedalaman perluasan osteotom yang diharapkan. Tujuannya adalah agar dalam perluasan dengan osteotom, instrumen hanya menyentuh membran sinus dan tidak menembusnya. Osteotom dari ukuran yang terus ditingkatkan dimasukkan bertahap untuk memperluas alveolus. Dengan tiap insersi dari tulang osteotom yang besar, tulang ditekan, didorong apikal dan lateral.17
hidroksiapatit. Tahap akhir elevasi dasar sinus diselesaikan dengan memasukkan kembali osteotom terbesar ke daerah implan dengan bahan cangkok pada tempat tersebut. Ini menyebabkan campuran tulang tambahan dapat mengerahkan tekanan ke dalam membran sinus dan menaikkannya.11,17
Penambahan bahan cangkok kemudian ditambahkan dan diratakan untuk mendapatkan jumlah elevasi yang diinginkan. Sekali tinggi didapatkan, implan dimasukkan. Implan tetap sebaiknya lebih besar diameternya dibandingkan daerah osteotomi yang dibuat dengan osteotomi besar. Ini akan menjadi osteotomi akhir, “mendirikan” membran sinus maksila yang terelevasi.17
BAB 4
EVALUASI PASCAOPERASI
Setelah operasi memasukkan bahan cangkok tulang dan proses insersi implan yang selanjutnya dilakukan, terdapat beberapa hal lagi yang harus diperhatikan pascaoperasi insersi implan di rahang atas dengan teknik sinus lift up. Hal – hal ini adalah komplikasi – komplikasi pasca operasi yang dapat menimbulkan kegagalan perawatan dan juga proses penyembuhan tulang pascaoperasi.
4.1. Komplikasi Yang Dapat Timbul Pascaoperasi
Sinusitis maksilaris adalah komplikasi yang paling sering timbul pasca operasi
sinus lift up.20 Walaupun pada diagnosis awal tidak tampak tanda – tandanya, tetapi dilaporkan dapat terjadi 0 – 27% pada penelitian klinis. Pada penelitian yang lebih baru, sinusitis maksilaris subakut berkembang sekitar 4,5% dari pasien yang menjalani operasi, dan pasca elevasi ditemukan sinusitis kronis sekitar 1,3 %.21
Penelitian prospektif oleh Timmenga dkk. Menunjukkan bahwa mukosa sinus maksilaris dapat sembuh setelah operasi terutama jika drainase pada sinus normal. Pada penelitian tersebut ditemukan adanya reaksi inflamasi ringan pascaoperasi, faktor intrinsik dari mukosa sinus untuk mengembalikan status homeostatik yang baik pascaopeasi dikenal dengan penyesuaian kondisi sinus. Semakin baik kondisi awal semakin rendah resiko terjadinya komplikasi. Di sisi lain, faktor resiko yang terlalu tinggi harus dipertimbangkan sebagai kontraindikasi prosedur. 21
Gambar 10. Foto waters menunjukkan sinusitis
kronis pasca operasi sinus lift up.( Timmenga NM, Raghoebar GM, Boering G, dkk. Maxillary sinus
4.2. Evaluasi Radiografis Operasi Pemasangan Implan Dengan Teknik Sinus Lift
Up
Pemahaman tentang bentuk tiga dimensi sebelum bedah perlu untuk mengetahui bentuk anatomis dan volume tulang yang ada. Perkiraan volume tulang dilakukan sebelum operasi pengangkatan sinus dan mungkin dapat membantu memilih daerah donor, meminimalkan komplikasi, dan mengurangi biaya rumah sakit.23
Pada umumnya, penilaian dengan foto panoramik dan sefalometri sudah cukup bagi klinisi yang berpengalaman. Meskipun demikian dengan sectional imaging, volume bahan cangkok yang diperlukan dapat diperkirakan dengan tepat, dan jika ada kelainan pada sinus dapat dideteksi.23
CT scan merupakan standar yang cukup baik dalam merencanakan perawatan
implan gigi dan menilai tulang cancellous dan cortical yang dicapai setelah operasi.
MRI juga dapat digunakan untuk melihat struktur anatomi sinus maksilaris. CT scan
Gambar 11. (a) axial CT, struktus osseous dari tulang dan implan yang
dimasukkan terlihat sangat jelas pada CT scan (b) gambaran MRI dari implan yang dimasukkan ke sinus. 4 panah sebelah kiri menunjukkan 4 implan yang dimasukkan dan sebuah panah disebelah kanan menunjukkan bahan cangkok. Struktur jaringan lunak lebih baik terlihat daripada struktur osseous pada MRI.( Ozyuvaci H, Aktas I, Yerit K, dkk. Radiological evaluation of sinus lift operation:
what the general radiologist need to know. Dentomaxillofacial Radiology. 2005;
34: 199 – 204.)
Gambar 12. (a) gambaran radiopak dari bahan cangkok dan implan yang
dimasukkan ditunjukkan oleh panah yang lebih jelas daripada (b) gambaran radiolusen dari bahan cangkok dan implan pada MRI. Karena gambaran yang tidak jelas pada MRI.( Ozyuvaci H, Aktas I, Yerit K, dkk. Radiological evaluation of
sinus lift operation: what the general radiologist need to know. Dentomaxillofacial
Ahli radiologis harus terbiasa dengan teknik bedah sinus lift up dan tidak boleh salah menafsirkan bahan cangkok yang digunakan dalam sinus sebagai kondisi yang patologis.23
Gambar 13. (a) tanda panah menunjukkan odontoma pada sinus kiri. Gambar lebih
radiopak dan lebih padat jika dibandingkan dengan bahan cangkok pada (b) dan pinggirnya tidak sama seperti pinggir bahan cangkok lain.( Ozyuvaci H, Aktas I, Yerit K, dkk. Radiological evaluation of sinus lift operation: what the general
radiologist need to know. Dentomaxillofacial Radiology. 2005; 34: 199 – 204.)
Gambar 14. Gambaran panoramik dari pasien sebelum operasi, kedua radiolusensi
yang sama pada kedua sinus kiri dan kanan menunjukkan bahwa kedua sinus sehat.( Ozyuvaci H, Aktas I, Yerit K, dkk. Radiological evaluation of sinus lift operation:
what the general radiologist need to know. Dentomaxillofacial Radiology. 2005; 34:
199 – 204.)
Gambar 15. Gambaran panoramik menunjukkan adanya sinusitis pada sinus kanan
dari pasien yang sama (seperti gambar 14) setelah bedah.( Ozyuvaci H, Aktas I, Yerit K, dkk. Radiological evaluation of sinus lift operation: what the general radiologist
Gambar 16. Coronal CT scan menunjukkan adanya sinusitis dari sinus kanan pasien
yang sama (seperti pada gambar 14 dan 15) setelah bedah.( Ozyuvaci H, Aktas I, Yerit K, dkk. Radiological evaluation of sinus lift operation: what the general radiologist
BAB 5
KESIMPULAN
Perawatan edentulus dengan menggunakan implan gigi sudah sangat popular pada saat ini. Implan gigi sangat baik digunakan bagi pasien yang tidak cocok menggunakan jenis gigi tiruan bentuk lain. Implan gigi juga merupakan jenis gigi tiruan yang sangat banyak digunakan karena implan gigi dapat memberikan perasaan yang sama kepada pasien saat berbicara mengunyah seperti saat pasien masih mempunyai gigi asli, hal ini dikarenakan implan gigi langsung ditanamkan ke tulang alveolar.
Mengembalikan edentulus dengan implan gigi membutuhkan rencana perawatan yang sangat hati – hati. Hal ini menjadi penting pada maksila posterior dimana terbatasnya tinggi tulang untuk penempatan implan. Tinggi tulang alveolar sangat tidak mendukung penempatan implan di maksila dikarenakan terlalu dekatnya jarak antara edentulus dengan dasar sinus maksilaris.
Sinus lift up merupakan prosedur yang umum digunakan untuk mengatasi
kurangnya tinggi tulang alveolar sebagai tempat menanamkan implan gigi. Sinus lift
up menggunakan bahan cangkok tulang yang ditanamkan tepat dibawah dasar sinus
maksilaris sehingga tinggi tulang dapat bertambah sesuai dengan panjang implan gigi yang akan ditanamkan.
umum yang baik. Teknik sinus lift up tidak diindikasikan pada pasien yang mempunyai kesehatan umum yang buruk. Faktor lokal yang mempengaruhinya seperti adanya tumor, terdapat infeksi pada sinus maksilaris, sinusitis kronis yang parah, terdapat luka ataupun deformitas pada kavitas akibat bedah sebelumnya, infeksi pada gigi, dan alergi rinitis yang parah. Sedangkan faktor sistemik yang dapat mempengaruhi adalah pasien sedang melakukan terapi radiasi, penyakit metabolisme yang tidak terkontrol seperti diabetes, penggunaan tembakan yang berlebihan, adanya ketergantungan pada obat – obatan dan alkohol, dan pasien – pasien yang mengalami kecacatan fisiologis dan mental.
Sinus lift up mempunyai dua teknik prosedur, yakni antrostomi lateral klasik
dan pendekatan krista yang lebih konservatif dengan melakukan osteotomi. Antrostomi lateral menyediakan jumlah penambahan tulang yang lebih besar akan tetapi antrostomi lateral membutuhkan akses bedah yang juga lebih besar. Sedangkan pendekatan krista hanya memerlukan akses bedah yang minimal oleh karena itu penambahan tulang yang dapat dilakukanpun lebih terbatas.
Praktisi harus dapat memilih prosedur yang cocok dalam kebutuhan klinis tersebut. Mana yang dianggap lebih cocok dilakukan dari kedua teknik tersebut sangat ditentukan keadaan klinis pada pasien. Karena pada dasarnya pembedahan yang efektif lebih baik bagi praktisi bedah dan pasien untuk meminimalisir komplikasi bedah yang dapat timbul.
daerah sinus yang diberi penambahan bahan cangkok tulang. Sinusitis pasca operasi
sinus lift up biasanya terjadi karena terjadinya hambatan drainase fisiologis di rongga
sinus. Mukosa sinus maksilaris dapat sembuh setelah operasi jika drainase fisiologis berjalan dengan normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Searson L, Gough M, Hemmings K. History and development of dental implans. In: Wilson NHF, eds. Implantology in general dental practice. London: Quintessence Publishing Co. Ltd. 2005: 1 – 14.
2. Dover MS. Advanced oral implantology. In: Booth PW, Schendel SA, Hausamen JE, eds. Maxillofacial surgery. 2nd ed. St. Louis, Missouri: Churcill Livingstone Elsevier. 2007: 1572 – 89.
3. Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE. Dental implants. In: Wray, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE, eds. Textbook of general and oral surgery. London: Churcill Livingstone Elsevier. 2003: 292 – 300.
4. Steenberghe DV, Marechal M, Quirynen M. Biological aspects of oral implants. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA, eds.
Clinical periodontology. 10th ed. St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier. 2006:
1072 – 86.
5. Pedersen G W. Buku ajar praktis bedah mulut ( oral surgery ), Alih bahasa: Pruwanto, Basoeseno. Jakarta: EGC. 1996: 140 – 266.
6. Klokkevold PR. Advanced implant surgical procedures. In : Newman MG, Takei H H, Klokke vold PR, Carranza FA, eds. Clinical periodontology. 10th
ed. St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier. 2006: 1148 – 60.
8. Ochs MW, Tucker MR. Preposthetic surgery. In: Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR, eds. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed. St. Louis, Missouri: Mosby. 2003: 291-2
9. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, dkk. Prosthodontic treatment for
edentulous patients complete dentures and implant – supported prostheses. St.
Louis, Missouri: Mosby. 2004: 88.
10.Coulthard P, Horner K, Sloan P, dkk. Master dentistry: oral and maxillofacial
surgery, radiology, pathology and oral medicine. Edinburgh: Churcill
Livingstone. 2003: 93.
11.Abadzhiev M. Alternative sinus lift techniques literature review. Journal of IMAB. 2009: 23 – 27.
12.Norton NS. Netter’s head and neck anatomy for dentistry. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2007: 317 – 42.
13.Anonymus.
14.Perciaccante VJ. Preposthetic surgery. In: Abubaker A O, Benson K J, eds.
Oral and maxillofacial surgery secrets. 2nd ed. St. Louis, Missouri: Mosby
Elsevier. 2007: 419 – 20.
15.Lee SH, Choi H, Li J, dkk. Comparison of corticocancellous block and
particulate bone grafts in maxillary sinus floor augmentation for bone healing
around dental implants. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod.
16.Anonymus.<http://www.albertadentalimplans.com/images/Patient22/S25_resa m.jpg> (14 April 2010)
17.Woo I, Le BT. Maxillary sinus floor elevation: review of anatomy and two
techniques Implant Dentistry. 2004;13 : 28 -32.
18.Smiler D G.
Juni 2010)
19.Jurisic M, Markovic A, Radulovic M, dkk. Maxillary sinus floor
augmentation: comparing osteotome with lateral window immediate and
delayed implant placements. an interim report. Oral Surg Oral Med Oral
Pathol Oral Radiol Endod. 2008; 106: 820 – 27.
20.Wiltfang J, Schultze MS, Merten HA, dkk. Endoscopic and ultrasonographic
evaluation of the maxillary sinus after combined sinus floor augmentation and
implant insertion. Oral Surg Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2000; 89: 288 –
91.
21.Pignataro L, Mantovani M, Torreta S, dkk. ENT assessment in the integrated
management of candidate for (maxillary) sinus lift. Acta Otorhinolaryngo l Ital.
2008 June; 28(3): 110–119.
22.Timmenga NM, Raghoebar GM, Boering G, dkk. Maxillary sinus function
after sinus lifts for the inserting of dental implants. J Oral Maxillofac Surg.
23.Ozyuvaci H, Aktas I, Yerit K, dkk. Radiological evaluation of sinus lift
operation: what the general radiologist need to know. Dentomaxillofacial