• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisasi Penarik Becak (Studi deskripsi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas, Kecamatan Medan Amplas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Organisasi Penarik Becak (Studi deskripsi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas, Kecamatan Medan Amplas)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ORGANISASI PENARIK BECAK

(Studi deskriptif organisasi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas Kecamatan Medan Amplas )

D I S U S U N OLEH :

JULIKA HASANAH 020905030

ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

AB S TRAK

Penarik becak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat miskin kota, merupakan fenomena yang dilupakan di tengah-tengah gemerlapnya pembangunan kota. Namun, mereka tidaklah hanya sekedar menjadi penarik becak, merka terus mencoba mengasah kemampuan mereka berorganisasi dan mengorganisir sesama penarik becak. Akhirnya mereka mampu mengembangkan organisasinya sebagai tempat mereka memecahkan masalah, baik itu masalah yang menyangkut kehidupan sosial mereka, maupun masalah yang menyangkut ekonomi kehidupan rumah tangga mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan dari terbentuknya organisasi penarik becak. Mereka tidak lagi meresa hidup sebagai individu, tetapi mereka menyadari bahwa mereka memiliki kelompok yang senasib sepenanggungan di semaraknya pembangunan kota.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan organisasi penarik becak yang telah terbentuk, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam organisasi penarik becak, yang berada di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, dimana peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan penarik becak, baik itu kegiatan individu/keluarga, maupun kegiatan-kegiatan organisasinya. Kemudian peneliti melakukan wawancara, dimana dalam wawancara ini peneliti memilih beberapa informan yang berasal dari anggota dan pengurus organisasi, juga terhadap keluarga penarik becak, gunanya untuk mengetahui lebih dalam kegiatan sehari-hari penarik becak dan keluarganya.

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirraohmanirrohim ……… Assalammu’alaikum warrohmatullahiwabarokatu,

Segala puji bagi ALLAH SWT, yang mana karena izin – Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan, tak lupa pula Selawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliau kita semua dapat menikmati pendidikan sampai jenjang yang paling tinggi, seperti apa yang saya rasakan sekarang ini.

Penelitian yang berjudul “Organisasi Penarik Becak”, harapannya dapat memberikan inspirasi bagi teman-teman yang memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh pemerintah, terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi. Karena masalah ekonomi merupakan tulang punggung dari keberhasilan suatu bangsa. Masalah ekonomi yang lebih melekat pada masyarakat pinggiran di berbagai belahan kota di Indonesia, bahkan diseluruh dunia. Dengan hadirnya hasil penelitian ini, penulis ingin mengajak teman-teman yang membaca untuk lebih membuka hati terhadap para penarik becak, dan merupah persepsi yang selama ini mungkin menyepelekan atau menyangsikan keahlian penarik becak di bidang lain selain menarik becak.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak berutang budi kepada berbagai pihak, mulai dari para dosen-dosen yang selama ini memberikan ilmu-ilmumya kepada penulis, mulai dari semester pertama hingga semester akhir, dimana penulis tidak bisa menuliskan satu-persatu namanya. Bagi penulis, guru ataupun dosen adalah sosok yang selalu menjadi bayang-bayang bagi setiap langkah penulis. Kepada Ketua Departemen Antropologi, Bapak Zulkifli Lubis, penulis ucapkan terimakasih.

(4)

Untuk teman-teman dan kakak-kakak di YPRP (kak Romi, kak Wina, kak Mitra, kak Mila, kak Yuni, kan Nurul, Yanti, Yuyun, Elli, Ningsih, Niken, bang Oslan, bang Ilo’, bang Agus, bang Rasum, bang Zali, bang Fajar, bang Irul, pak Riswan, dan pak Maryono) yang selalu setia menemani, walaupun diantara kalian penulislah yang belum mendapatkan gelar akademik akhir, tetapi kalian selalu memberikan support yang luar biasa kepada penulis. Dan untuk organisasi penarik becak Bersatu Mandiri yang memberikan ruang kepada penulis untuk mengumpulkan data, penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Untuk temanku Kekem, Anis, Rukun, dan Jonris, penulis ucapkan banyak terimakasih karena selama ini sudah mau menjadi teman penulis dan memberikan banyak masukan dan meminjamkan buku-bukunya kepada penulis. kepada Dosen Wali, Ibu Sabariah Bangun, yang selalu memberikan nasehat akademiknya kepada penulis, penulis ucapkan terimakasih. Kepada Dosen Pembimbing, Pak Agustrisno, yang bersedia membimbing penulis dalam penyusunan skripsi, guna mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Universitas Sumatera Utara, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya Dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila penulis selalu membuat Bapak kesal ketika menjalankan bimbingan. Terlalu banyak nama lagi yang belum penulis tuliskan, namun kepada semua pihak yang tidak bisa penulis tuliskan di kata pengantar ini, penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, dan penulis sadar sesadarnya bahwa hutang emas dapat dibayar tetapi hutang budi akan dibawa mati.

Medan, Februari 2008

(5)

Dunia adalah panggung

Hidup adalah ruang dimana terdapat sebuah kisah

Tak ada yang tahu bagaimaana akhir dari kisah itu

Tapi yang jelas hidup penuh dengan warna

Manusia adalah actor dari kisah yang telah tertulis

Yang menjadi rahasia sang Maha

Hanya manusia itu sendirilah dapat merubah warna hidupnya

Tetapi tetap saja manusia itu tidak tahu bagaimana akhir dari

kisahnya …………

Dan dalam setiap jalannya akan menemui banyak rahasia

Rahasia yang bisa membawanya bahagia ataukah sedih dan duka

Satu yang pasti akhir dari semua manusia dan makhluk lainnya

adalah ………

Pertanggung jawaban kepada sang Khalid

(6)

AB S TRAK

Skripsi ini berjudul “Organisasi Penarik Becak” (Studi deskripsi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas, Kecamatan Medan Amplas). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 81 halaman isi, 2 halaman kata pengantar, 1 halaman kata kiasan, 2 halaman daftar inter view gaide, 2 halaman daftar pustaka, dan 1 halaman biografi penulis.

Penarik becak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat miskin kota, merupakan fenomena yang dilupakan di tengah-tengah gemerlapnya pembangunan kota. Namun, mereka tidaklah hanya sekedar menjadi penarik becak, merka terus mencoba mengasah kemampuan mereka berorganisasi dan mengorganisir sesama penarik becak. Akhirnya mereka mampu mengembangkan organisasinya sebagai tempat mereka memecahkan masalah, baik itu masalah yang menyangkut kehidupan sosial mereka, maupun masalah yang menyangkut ekonomi kehidupan rumah tangga mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan dari terbentuknya organisasi penarik becak. Mereka tidak lagi meresa hidup sebagai individu, tetapi mereka menyadari bahwa mereka memiliki kelompok yang senasib sepenanggungan di semaraknya pembangunan kota.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan organisasi penarik becak yang telah terbentuk, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam organisasi penarik becak, yang berada di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, dimana peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan penarik becak, baik itu kegiatan individu/keluarga, maupun kegiatan-kegiatan organisasinya. Kemudian peneliti melakukan wawancara, dimana dalam wawancara ini peneliti memilih beberapa informan yang berasal dari anggota dan pengurus organisasi, juga terhadap keluarga penarik becak, gunanya untuk mengetahui lebih dalam kegiatan sehari-hari penarik becak dan keluarganya.

(7)

DAFTAR ISI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ……….. 18

B. Sejarah Lokasi ……….. 18

C. Letak Geografis ……… 20

D. Keadaan Jumlah Penduduk ……….. 21

E. Keadaan Penduduk Bedasarkan Mata Pencaharian …………... 23

F. Sarana Sosial ………. 24

(8)

BAB III KEHIDUPAN RUMAH TANGGA PENARIK BECAK

A. Keadaan Rumah ………... 29

B. Keluarga Penarik Becak ………... 33

a) Kebiasaan Yang Dilakukan Sebelum Berangkat “narek” 34 b) Kebiasaan Yang Dilakukan Setelah Pulang “narek”…… 37

c) Pola Pengasuhan Anak ……… . 39

d) Tingkat Pendidikan Keluarga ……… 42

C. Pendapatan dan Pengeluaran ………. . 43

a) a. Pendapatan ……….. 45

b) b. Pengeluaran ………... 47

D. Kehidupan Bertetangga ……… 48

E. Keadaan Pangkalan Penarik Becak ………... 50

Denah Lokasi ……… 52

BAB IV HUBUNGAN ANTAR PENARIK BECAK A. Hubungan Berdasarkan Tempat Tinggal ………... 53

B. Hubungan Berdasarkan Asal Kampung ………... 55

C. Hubungan Berdasarkan Kekerabatan ………... 56

BAB V ORGANISASI PENARIK BECAK A. Latar Belakang Menjadi Penarik Becak ………... 58

B. Organisasi-organisasi Penarik Becak ………... 60

C. Organisasi Penarik Becak “Bersatu Mandiri” ……….. 62

a. Latar Belakang Organisasi Penarik Becak “Bersatu Mandiri” 62 b. Struktur Organisasi ………. ……….. 64

c. Struktur Kepengurusan ……….. 65

d. Kegiatan Organisasi ……….. 66

e. Aturan-aturan dalam Organisasi ………. 70

o Hak dan Kewajiban Pengurus ………. 70

o Hak dan Kewajiban Anggota ……….. 71

f. Dana Organisasi ……….. 73

g. Organisasi Bagi Penarik Becak ……….. 74

(9)

 Organisasi Bagi Anggota ……….. 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 78

B. Saran ………. 81

C. Penutup ………. 82

Daftar interview gaide ………... 83

Daftar pustaka ……… 85

(10)
(11)

AB S TRAK

Skripsi ini berjudul “Organisasi Penarik Becak” (Studi deskripsi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas, Kecamatan Medan Amplas). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 81 halaman isi, 2 halaman kata pengantar, 1 halaman kata kiasan, 2 halaman daftar inter view gaide, 2 halaman daftar pustaka, dan 1 halaman biografi penulis.

Penarik becak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat miskin kota, merupakan fenomena yang dilupakan di tengah-tengah gemerlapnya pembangunan kota. Namun, mereka tidaklah hanya sekedar menjadi penarik becak, merka terus mencoba mengasah kemampuan mereka berorganisasi dan mengorganisir sesama penarik becak. Akhirnya mereka mampu mengembangkan organisasinya sebagai tempat mereka memecahkan masalah, baik itu masalah yang menyangkut kehidupan sosial mereka, maupun masalah yang menyangkut ekonomi kehidupan rumah tangga mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan dari terbentuknya organisasi penarik becak. Mereka tidak lagi meresa hidup sebagai individu, tetapi mereka menyadari bahwa mereka memiliki kelompok yang senasib sepenanggungan di semaraknya pembangunan kota.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan organisasi penarik becak yang telah terbentuk, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam organisasi penarik becak, yang berada di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, dimana peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan penarik becak, baik itu kegiatan individu/keluarga, maupun kegiatan-kegiatan organisasinya. Kemudian peneliti melakukan wawancara, dimana dalam wawancara ini peneliti memilih beberapa informan yang berasal dari anggota dan pengurus organisasi, juga terhadap keluarga penarik becak, gunanya untuk mengetahui lebih dalam kegiatan sehari-hari penarik becak dan keluarganya.

(12)

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat

(homosocius/social animal/zoopolticon). Sebagai akibat sifat kodrati tersebut

manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri, lepas dari hidup bermasyarakat,

berkelompok atau hidup bersama. Manusia hidup berkelompok karena kesadaran

akan kepentingan bersama, meskipun dalam banyak hal dalam kehidupan

masyarakat kita mengetahui banyak kepentingan yang tidak sama bahkan saling

bertentangan. Sebagian besar kebutuhan hanya dapat terpenuhi apabila yang

bersangkutan mengadakan hubungan dengan orang lain. Hal ini terutama karena

sifat keterbatasan manusia, baik keterbatasan dalam hal kemampuan untuk berfikir

atau derajat intelegensi (level of performance), maupun keterbatasan dalan hal

kekuatan fisik (Drs. Ig. Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, ANDI,

Yogyakarta, 2005).

Becak merupakan salah satu alat transportasi yang ada di setiap kota di

Indonesia, hanya saja modelnya yang berbeda–beda disetiap kota. Becak juga

merupakan alat transportasi tertua di Indonesia. Di Kota Medan, yang merupakan

kota terbesar peringkat tiga di Indonesia, juga terdapat alat transportasi yang

(13)

Becak berasal dari bahasa Hokkien : be chia yang artinya “kereta kuda”,

adalah suatu model transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia

dan juga di sebagian Asia1

Di sebagian daerah di kota Medan terdapat beberapa organisasi penarik

becak, baik itu organisasi penarik becak dayung maupun organisasi penarik becak

bermotor. Mereka berkelompok secara terorganisir

. Kapasitas normal penumpang becak adalah dua orang

dan seorang pengemudi (dardiantoro, 2007). Penarik becak adalah orang yang

bekerja mengemudikan becak untuk mengantarkan penumpang ke tujuannya dan

mendapatkan imbalan atas upayanya mengantarkan penumpang tersebut (Oslan

Purba, Skripsi SI Antropologi USU, 2002).

2

1

Ada lagi pendapat lain yang mengatakan becak berasal dari kata bo chia yang artinya tidak makan. 2

terorganisir disini maksudnya, struktur kepengurusan yang sudah diakui oleh anggota dan sudah ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang sudah dimiliki oleh organisasi. Dan setiaap anggota diikat oleh aturan yang ada dalam oeganisasi, dalam hal menjalankan organisasi.

, sama halnya dengan

organisasi–organisasi pada umumnya yang memiliki struktur organisasi dan

aturan-aturan yang disusun berdasarkan kesepakatan bersama, organisasi penarik

becakpun juga sudah memiliki struktur dan aturan–aturan yang telah disusun

dalam anggaran organisasi.

Sejak dahulu becak dapat dikatakan memiliki peran dalam kegiatan

manusia, khususnya melakukan kegiatan angkut dalam jarak tempuh yang jauh.

Itu terjadi sebelum banyaknya alat transportasi. Sekarang becak menjadi masalah

bagi ketertiban lalu lintas kota, karena dianggap kurang tertib dan sering kali

(14)

Tidak dapat diketahui secara jelas kapan pertama kalinya becak ada di

Indonesia. Menurut tulisan yang terdapat di Majalah Matra, kabarnya becak

muncul pertama kali di kota Surabaya sekitar tahun 1940, dan siapa penemunya

tidak diketahui secara pasti (SS. Budi Raharjo/B. Kusuma, dalam MATRA, Juli

1997). Demikian pula yang terdapat di kota Semarang, namun keberadaan

angkutan ini di Indonesia dapat dirunut sejak awal abad ke–

2007). Sementara itu, di kota Medan sendiri berita mengenai asal mula masuk dan

beradanya becak di Medan tidak diketahui dengan jelas, karena tidak adanya

data-data yang terungkap dalam sejarah kota Medan mengenai keberadaan becak

pertama sekali.

Medan salah satu kota yang diramaikan dengan alat transportasi yang

bernama becak. Hal ini menjadi keunikan yang dimiliki kota Medan, karena

terdapat dua jenis becak. Becak bermotor yang dapat ditemui hampir di seluruh

Medan, dan becak biasa (becak dayung) yang hanya terdapat di daerah–daerah

atau prapatan jalan tertentu saja, yang pada umumnya jalan–jalan pinggiran kota

Di kota Medan, kehidupan tukang becak masih menyimpan berbagai

masalah. Misalnya masalah ekonomi, yang tampak jelas dengan masih banyaknya

yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan hasil pencarian sehari–hari yang

tidak seberapa, mereka harus mencukupi kebutuhan hidup. Diantaranya membayar

uang kontrakan rumah, membiayai sekolah anak–anak mereka, serta untuk

(15)

harinya, mereka juga harus membayar uang sewa becak yang digunakan. Sementar

itu juga apabila ada kerusakan pada becak yang mereka gunakan, maka dana untuk

memperbaikinya juga di tanggung oleh penarik becak. Kondisi ini di hadapi oleh

penarik becak dayung. Lain halnya dengan becak bermotor, mereka harus

membayar cicilan tiap bulannya untuk becak yang mereka pakai. Jelas pendapatan

mereka berbeda dengan penarik becak dayung.

Dengan kondisi yang seperti itu, tidak jarang dari mereka meminjam uang

kepada “Linda” atau lebih dikenal dengan Lintah Darat (mereka yang

meminjamkan uang dengan menggunakan jaminan dan bunga yang cukup besar).

Hanya ini satu–satunya yang dapat mereka lakukan untuk mencukupi kebutuhan

hidup, dengan begitu merekapun harus banting tulang untuk membayar hutang

kepada “Linda” tersebut, sehingga apapun mereka kerjakan, selain menarik becak

bahkan para istri merekapun ikut bekerja3

Secara tidak disadari kehidupan para penarik becak terutama becak dayung

terpinggirkan, mereka adalah salah satu kelompok masyarakat yang ekonominya

rendah, yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Walaupun demikian

mereka tidak putus asa untuk mempertahankan hidup di tengah semaraknya

pembangunan kota yang menjadi program PemKo. Kehidupan penarik becak juga

berkelompok, ada beberapa kelompok penarik becak di Kota Medan. Suatu . Tetapi, tetap saja hasil yang mereka

dapatkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.

3

(16)

golongan sosial juga merupakan kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri

tertentu, bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar

kalangan mereka sendiri. Ini artinya di dalam suatu masyarakat ada golongan–

golongan yang lahir karena adanya kesamaan–kesamaan ciri tertentu, seperti

kesamaan mata pencaharian.

Dari kesulitan–kesulitan yang mereka hadapi, timbullah percakapan dari

para penarik becak yang sering berkumpul pada saat beristirahat di persimpangan

jalan, untuk membentuk satu organisasi penarik becak. Wadah yang didasari

perasaan senasib ini bertujuan untuk meringankan para penarik becak dalam

mencari solusi untuk bertahan, dengan kata lain setiap masalah yang dihadapi para

penarik becak, baik itu masalah ekonomi maupun sosial, dapat dipecahkan secara

bersama.

Dari apa yang diuraikan diatas, peneliti ingin lebih dekat menggali

mengenai lebih dalam mengenai organisasi yang dibentuk para penarik becak.

Pendekatan yang akan peneliti lakukan nantinya diharapkan akan memunculkan

ide-ide yang ada pada penarik becak mengenai cara mereka untuk mengatasi

masalah-masalah yang mereka hadapi, yang tidak diketahui masyarakat, dengan

begitu diharapkan pula akan melahirkan pandangan – pandangan baru mengenai

(17)

B. Ruang Lingkup Masalah

Penelitian ini difokuskan pada organisasi penarik becak bagaimana awal

mula mereka terorganisir hingga mereka mampu membentuk sebuah organisasi,

dan apakah ada pihak lain diluar komunitas mereka yang ikut memberikan

sumbangan ide terbentuknya organisasi. Dengan titik fokus perhatian berlokasi di

daerah pangkalan penarik becak yang ada di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan

Medan Amplas, dan penelitian lebih memusatkan perhatian pada satu organisasi

penarik becak saja, yang diberi nama Bersatu Mandiri. Tetapi tidak menutup

kemungkinan, peneliti juga melihat organisasi penarik becak yang lainnya, sebagai

bahan tambahan data. Secara lebih jelas penelitian ini menggali satu ruang lingkup

masalah, yaitu bagaimana ide dan cara pengorganisasian penarik becak di

Kelurahan Timbang Deli.

Pilihan lokasi tersebut didasari pada 2 (dua) alasan, yaitu:

A. Organisasai penarik becak di Kelurahan T. Deli masih banyak yang aktif.

B. Di lokasi tersebut banyak terdapat kelompok penarik becak.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana

asal mulanya para penarik becak mengorganisasi dirinya hingga terbentuklah satu

organisasi. Dari penelitian ini terdapat adanya pemikiran atau pandangan baru dari

penarik becak dayung tersebut, karena mereka bukanlah orang–orang yang

(18)

peneliti capai, dari hasil penelitian ini, adalah menggugah kesadaran segenap

masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan penarik becak, bahwa

berorganisasi dapat dilakukan siapa saja, tidak harus memandang pendidikan yang

didapat. Karena dengan berorganisasi dapat mengurangi masalah yang dihadapi

sehari - hari. Dan semoga saja dengan hadirnya hasil dari penelitian ini akan

menambahkan literatur tulisan mengenai penarik becak. Becak pada saat sekarang

ini masih relevan dalam kehidupan sehari-hari, terutama becak dayung yang

mampu menempuh jalan-jalan yang tidak bisa dilalui oleh angkuta kota, seperti

jalan-jalan kecil, gang-gang, ataupun jalan yang tidak dilalui oleh angkutan umum.

Becak dayung juga dapat dijadikan simbol atau ciri bagi Kota Medan, karena

sudah dapat dikatakan menjadi kendaraan tertua dan yang merupakan bagian dari

sejarah Kota Medan.

D. Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu organisasi dalam arti statis dan organisasi dalam arti dinamis. Dalam arti

statis organisasi berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak

bergerak/diam, seperti halnya kita melihat sebuah bagan yang beraneka ragam.

Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi sebagai suatu organ

yang hidup, suatu organisme yang hidup. Artinya memandang organisasi tidak

hanya dari segi bentuk dan wujudnya saja, tetapi juga melihat orgaisasi itu dari

(19)

kegiatan untuk mencapai tujuan bersama (Drs. Ig. Wursanto, Dasar – dasar Ilmu

Organisasi, 2005).

Seorang ahli filsafat inggris, Thomas Hobbes (1972 [1651]), menyatakan :

“Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (knowledge) mengenai

konsekuensi – konsekuensi, dan ketergantungan suatu fakta pada fakta lain;

sehingga...kita mengetahui bagaimana melakukan sesuatu jika kita

menginginkan; karena apabila kita mengetahui bagaimana sesuatu itu terjadi, apa

saja sebabnya, dan bagaimana terjadinya; maka kita akan mengetahui bagaimana

menghasilkan efek–efek yang diharapkan”. Dari kutipan diatas, ada dua pokok

yang dikemukakan Hobbes. Pertama, ilmu pengetahuan terjadi karena sebab–

sebab dan konsekuensi–konsekuensi segala sesuatu, suatu pengetahuan yang

mendorong kemampuan manusia untuk mengintervensi dalam kondisi

keberadaannya. Kedua, Hobbes memandang politik sebagai ilmu pengetahuan

yang mirip atau sejalan dengan matematika, astronomi, geografi, dan meteorologi.

(Ahmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer, 2005). Dalam kaitannya

denggan penelitian ini dalah, sebelum membentuk sebuah organisasi tentunya

didasari dengan pengetahuan mengenai organisasi. Ini juga terjadi pada para

penarik becak, mereka dibekali dengan pengetahuan dasar tentang organisasi baik

itu secara teori maupun praktek.

Lev Semenovich Vygotsky (1896–1934) seorang Psikolog berkebangsaan

Rusia mengatakan bahwa : “ Pembelajaran dan perkembangan adalah suatu sosial,

(20)

tetapi sebaliknya pengalaman diluar sekolah haruslah menjadi berhubungan

dengan pengalaman didalam sek

Pendapat ini memiliki arti, bahwa pengalaman yang didapatkan dalam kehidupan

di luar pendidikan formal menjadi penunjang dari pengetahuan yang didapat pada

pendidikan formal. Ini juga mengartikan, kalau proses pembelajaran dilakukan

secara bersama sebagai rangkaian dari kegiatan sosial.

Organisasi dapat juga diamati sebagai living organim seperti halnya

manusia, dan sebagai produk proses organizing. Sebagai living organism yang

sudah ada, suatu organisasi merupakan output proses panjang dimasa lalu,

sedangkan sebagai produk proses organizing, organisasi adalah alat atau input

bagi usaha mencapai tujuan. Jadi ada organisasi sebagai output dan ada organisasi

sebagai input, dan organisasi sebagai input pada umumnya merupakan organisasi

formal (Talizidhu Ndraha, Budaya Organisasi, 2003). Secara sederhana, organisasi

adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam

suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan

pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam manajemen

pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur

organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya, dan

hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. (geocities, 2008).

Dari kutipan diatas, sudahlah jelas bahwa satu kelompok atau organisasi

terbentuk karena ada tujuan bersama yang ingin dicapai oleh seluruh anggotanya.

(21)

Dalam organisasi penarik becak, untuk mencapai apa yang menjadi tujuan tersebut

tentunya ada budaya organisasi yang mereka terapkan. Yang mana budaya

organisasi tersebut adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai – nilai

dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah

laku bagi anggota-anggotany untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan

integrasi internal (Dr.A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, M.Si, Prilaku dan Budaya

Organisasi, 2005).

Definisi organisasi diatas sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh

Talcott Parson : “organisasi adalah unit sosial (atau pengekelompokan manusia)

yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbanagan dalam

rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu” Talcott Parson, dalam Amitai Etzioni,

1985).

Penarik becak sebagai satu kelompok sosial mempelajari keadaan

lingkungan sosial ekonomi, politik dan budaya yang ada disekitarnya serta

membentuk satu model prilaku, yang menjadi ciri khas dan menjadi tatanan yang

membedakannya dengan kelompok masyarakat yang lain, serta membentuk satu

konfigurasi dari pada tingkah laku, yang jika merujuk pada pernyataan Ralp

Linton dapat dikategorisasikan sebagai kebudayaan yang dibina dan dimiliki

bersama oleh para penrik becak (Oslan Purba, Skripsi SI Antropologi USU, 2002).

Ralp Linton (1962 : 29) mendukung dalam tulisannya sebagai berikut :

(22)

Sebagai sebuah komunitas kebudayaan, para anggota dalam kelompok

panarik becak sebagai konteks dalam penelitian ini membangaun interaksi yang

mungkin diasosiasikan untuk mencari bantuan dan dukungan, waktu tidak bekerja

atau sakit, kelompok juga dapat menyediakan pendidikan atau pergaulan sosial.

Kebutuhan penting dari banyak asosiasi ini adalah ketahanan ekonomi (Haviland ;

1988 : 142).

Kondisi ekonomi Indonesia sebelum krisis sangat berbeda dengan keadaan

mengalami krisis seperti saat sekarang ini. Pada saat krisis, angka pengangguran

dan minimnya pekerjaan menyebabkan manusia memilih pekerjaan alternatif yang

mungkin menghasilkan uang untuk ditukar dengan segala jenis kebutuhan yang

mereka butuhkan dalam kehidupannya, itu artinya mereka harus mampu

beradaptasi demi keberlangsungan hidupnya. Tingginya harga bahan kebutuhan

pokok dan barang-barang kebutuhan lainnya serta langkanya kebutuhan tersebut

mengakibatkan keadaan perekonomian dan kehidupan masyarakat menjadi

terganggu, penghasilan mereka tidak cukup untuk membeli kebutuhan-kebutuhan

tersebut, dengan demikian para penarik becak berupaya untuk bisa bertahan hidup

dengan mengandalkan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki dan atau

membentuk sebuah organisasi sebagai wadah untuk mereka berkreasi dan

memecahkan masalah-masalah tersebut. Karena, kehidupan organisasi akan

(23)

memberikan nilai bagi pelanggan internal dan eksternal (Robert Kreitner dkk,

Prilaku Organisasi, 2003).

Setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang unik dalam

mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti banda-benda,

kejadian, prilaku dan emosi. Maka bagaimana konsepsi-konsepsi tersebut

diorganisasikan dalam fikiran manusia, membentuk suatu kebudayaan.

Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sasuatu yang harus diketahui atau

dipercayai seseorang agar ia dapat berprilaku sesuai dengan cara yang diterima

masyarakat. Hal ini penting karena kebudayaan bukan sebuah fenomena material,

dimana ia tidak terdiri dari benda-benda, manusia perilaku atau emosi.

Kebudayaan merupakan suatu organisasi dari hal-hal tersebut. Dia adalah salah

astu bentuk hal ikhwal yang dipunyai manusia dalam fikiran (mind), model yang

mereka punya untuk mempersepsikan, menghubungkan, dan seterusnya

menginterpretasikan hal-ikhwal tersebut (Spradley, 1997 :xix).

Kroeber dan C. Kluckhon dalam Goodenough (1963;258) memberikan

definisi kebudayaan sebagai proses yang harus dipelajari manusia antara lain : (1)

cara-cara dimana orang-orang mengorganisir pengalamannya tentang dunia nyata

yang mereka miliki yang memberinya struktur sebagai sebuah bentuk fenomena

dunia, sebagai persepsi dan konsep mereka, (2) cara-cara dimana orang-orang

mengorganisir pengalaman mereka tentang fenomena dunia mereka kedlaam

struktur sebagai sebuah istem yang menyebabkan dan mengakibatkan hubungan

(24)

dalam kegiatan-kegiatan dan mendesain taktik untuk menyelesaikan tujuan-tujuan

mereka, (3) cara-cara dimana oreng-orang mengorganisir pengalaman

fenomenadunia mereka kedlaam struktur yang variasinya dikelola dlaam suatu

hierarki seimbang, sistem nilai atau sistem sentimen mereka. Disediakannya

prinsip-pripsi untuk menseleksi dan membuat tujuan-tujuan serta menyimpan

tujuan-tujuan orientasi individu didalam fenomena sebuah dunia yang berubah, (4)

cara- cara dimanaorang-orang mengorganisir pengalaman mereka dari

usaha-usaha mereka yang lalu menyelesaikan tujuan-tujuan yang timbul kedalam

prosedur operasional untuk di selesaikannya tujuan-tujuan di masa depan (dalam

Oslan Purba, 2002).

Penelitian ini nantinya berakhir pada bagaimana proses dari mulai

terbentuknya organisasi penarik becak hingga menjadi sebuah organisasi yang

aktif hingga sekarang ini. Maka dari itu, peneliti juga akan menggunakan

pendekatan prosesual. Para Antropolog tidak hanya mempertanyakan hal–hal apa

saja yang dimiliki bersama oleh warga suatu komunitas atau pendukung budaya

tertentu, tetapi juga bagaimanakah mekanisme dan proses yang berlangsung

hingga hal–hal tersebutlah yang dimiliki bersama dan tidak yang lain (artikel

(25)

E. Metode Penelitian

a. Metode yang digunakan

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bermaksud menggambarkan secara

jelas mengenai organisasi penarik becak dan kehidupan penarik becak secara

umum. Untuk itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, dalam penelitian ini apapun yang berkaitan dengan objek

penelitian dan ungkapan–ungkapan emosi yang timbul dari percakapan di dalam

penelitian, maka dijadikan sebagai data. Selain pendekatan kualitatif, peneliti juga

menggunakan pendekatan prosesual. Dimana peneliti tidak hanya melihat prilaku–

prilaku yang ada pada setiap angota dalam organisasi penarik becak, tetapi juga

akan menggali bagaimana mekanisme dan proses yang telah terjadi sehingga

terbentuknya organisasi penarik becak.

Penelitian ini ilakukan di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan

Amplas. Sasaran dari penelitian ini adalah penarik becak yang terdapat di

Kelurahan ini, terutama yang tergabung dalam organisasi penarik becak Bersatu

Mandiri yang mangkal di stasiun (pool) angkutan kota line 04 yang terdapat di Jln.

Pertahanan, Amplas, dan yang mangkal di simpang Jln. Pertahanan, Amplas.

Penarikan informan dilakukan oleh peneliti berdasarkan pada beberapa

kriteria yang secara kasar disusun oleh peneliti seperti ; usia, lamanya menjadi

anggota organisasi, dan seterusnya akan dikembangkan kepertanyaan yang

(26)

Prinsip dasar dari metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah “on

Going analisis”, dimana setiap data berkembang dari satu informan ke informan

yang lain sesuai dengan masalah yang diteliti, dianalisis dan diklasifikasikan pada

saat berlangsungnya penelitian di lapangan. Dan data dianggap cukup apabila

dalam penelitian terjadi pengulangan jawaban satu pertanyaan yang sama, maka

kondisi ini akan mengakhiri pengumpulan data.

b. Teknik pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif dan pendekatan

prosesual yaitu, untuk mendapatkan data primer adalah metode observasi

(pengamatan) dan wawancara. Metode observasi dilakukan guna mengetahui

situasi dalam konteks ruang dan waktu pada daerah penelitian dan prilaku dari

objek penelitian. Karena apabila hanya melakukan wawancara saja belumlah

cukup untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, untuk itu memerlukan

peninjauan langsung ke lokasi penelitian, sambil melakukan pengamatan dengan

mendalam, terutama pada setiap kejadian–kejadian yang dianggap penting yang

menyangkut dengan tujuan penelitian.

Metode observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi, dimana

metode ini berguna untuk mendalami apa yang sebenarnya terjadi dilapangan, baik

itu yang terlihat ataupun yang tidak terlihat (hanya dapat dirasakan). Untuk

memudahkan peneliti, maka peneliti membawa perlengkapan yang dianggap perlu,

(27)

penting bagi peneliti sebagai pendukung. Dan recorder, untuk merekam setiap

pembicaraan, yang kemudian di saring mana–mana saja pembicaraan yang

dianggap mendukung dan dijadikan sebagai data.

Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam kepada

beberapa orang informan, wawancara mendalam ini dilakukan dengan mendatangi

beberapa penarik beca ditengah waktu senggangnya, atau pada saat ada pertemuan

kelompok yang dilakukan mereka secara rutin. Metode ini juga dilakukan untuk

mengetahui sejarah terbentuknya kelompok penarik beca secara mendalam, hingga

tujuan dari penelitian ini terwujud.

Selain mencari data primer, peneliti juga akan mencari data skunder, yaitu

data yang mampu melengkapi hasil dari penelitan. Data skunder akan didapat

melalui dokumen–dokumen yang terdapat di perpustakaan, dimana peneliti

bekerja.

c. Analisis data

Peneliti berusaha untuk objektif terhadap data yang telah dikumpulkan

dilapangan, tanpa mengurangi apalagi merubahnya, sehingga tidak mempengaruhi

keaslian data–data tersebut. Data yang diperoleh akan ditinjau kembali dengan

tujuan untuk memeriksa kelengkapan hasil wawancara. Langkah berikutnya

adalah, data yang telah ditinjau ulang dianalisis dengan menggunakan metode

kualitatif. Semua data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan sumber

(28)

berdasarkan kelompok-kelompok yang sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis

data dilakukan guna untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat pada

data dan mencari hal-hal yang lebih dalam dan jelas mengenai masalah yang

diteliti, agar secara lebih dalam lagi dapat digali dalam melakukan penelitian di

lapangan hingga penelitian ini berakhir. Dan langkah akhirnya adalah

(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan

Amplas. Daerah ini secara fisik telah mengalami perkembangan, dengan adanya

sarana dan prasarana kota seperti air bersih, kesehatan, pendidikan, penerangan,

pabrik-pabrik dan lain-lain. Kelurahan Timbang Deli mamiliki 15 Lingkungan dan

dikepalai oleh seorang Lurah. Dari berdirinya Kelurahan Timbang Deli ini hingga

tahun 1973 secara administrasi merupakan wilayah dari Kecamatan Patumbak,

Deli Serdang. Namun, sejak tahun 1974 hingga sekarang ini, secara administrasi

menjadi Kelurahan Timbang Deli yang berada dalam wilayah administratif

Kotamadya Medan.

B. Sejarah Lokasi

Sekitar tahun 1950-an Kelurahan Timbang Deli sudah berdiri. Pada

awalnya Timbang Deli merupakan daerah hutan yang kemudian dibuka oleh

masyarakat. Masyarakat yang pertama sekali membuka hutan tersebut adalah

masyarakat yang beretnis Melayu.

Menurut kisah, Timbang Deli pertama sekali berdiri bernama Sinong Rejo

dalam bahasa Jawa, yang artinya “Senang Makmur” atau “Suka Makmur”.

(30)

didaerah Kecamatan Patumbak Kampung. Konflik tanah tersebut terjadi karena

tidak adanya batasan kepemilikan tanah yang jelas4

Kepemilikan sumberdaya dengan cara seperti itu, akhirnya menimbulkan

masalah, karena batasa-batas tanah yang tidak jelas dan tidak memiliki legitimasi

hukum yang menguatkan kepemilikan. Akibatnya sering terjadi perselisihan yang

disebabkan karena kepemilikan yang tidak jelas tersebut. Menurut cerita,

penyebab permasalahan tersebut berawal dari si Gara-gara. Dia melemparkan

sebuah tombak untuk membuat batas tanahnya, tombak yang dilemparkannya itu

ternyata sangat jauh sekali jatuhnya. Hal ini membuat banyak pihak yang tidak

senang, sehingga terjadilah konflik yang berlangsung lama,hingga terjai

kesepakatan diantara mereka. Pada saat perdamaian dilakukan dicapailah satu

kesepakatan, yang kemudian berdasarkan musyawarah disepakatilah tempat si

Gara-gara melamparkan tombak dinamakan Desa Sigara-gara. Lalu tempat . Kepemilikan tanah pada

waktu itu dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan

melemparkan biji pinang. Biji pinang dilempar sejauh mungkin, dimana biji

pinang itu jatuh maka secara otomatis tempat jatuhnya biji pinang itu menjadi

batas tanah dari orang yang melemparkan biji pinang tersebut, dan tanah itu

menjadi haknya. Tanah yang telah menjadi hak si pelempar tersebut, selanjutnya

ia sebut sebagai “ajuang ambo” dalam bahasa Melayu yang artinya milik saya, ini

maksudnya orang tersebut berhak atas kepemilikan tanah tersebut.

4

(31)

melintasnya tombak dinamakan Desa Lantasan, serta tempat jatuhnya tombak

dinamakan Desa Patumbak. Sedangkan tempat berlangsungnya perdamaian

dinamakan desa Timbang Deli. Desa Timbang Deli inilah kemudian menjadi

jantung dari Kelurahan Timbang Deli sekarang. Sejak saat itu, perdamaian

mengenai perebutan lahan dan konflik akibat penguasaan tanah seperti dalam

cerita tersebut tidak pernah terjadi lagi hingga sekarang ini.

Masyarakat asli Kelurahan Timbang Deli ini adalah masyarakat beretnis

Melayu, akan tetapi sekarang ini telah banyak pendatang yang masuk ke daerah

Timbang Deli, sehingga hamper tidak ada lagi masyarakat yang beretnis Melayu

yang tinggal di Kelurahan Timbang Deli ini. Masyarakat aslinya lebih banyak

berada dan tinggal di daerah Patumbak Kampung. Sedangkan Kelurahan Timbang

Deli labih banyak ditingali oleh para pendatang, karena di Kelurahan Timbang

Deli banyak terdapat Pabrik-pabrik industri. Pendatang umumnya bekerja sebagai

buruh industri, hamper 60 % mereka menempati ruang dari Kelurahan Timbang

Deli.

C. Letak Geografis

Secara geografis Kelurahan Timbang Deli termasuk kedalam wilayah

Kecamatan Medan Amplas, Kotamadya Medan dengan keadaan alam (tipologi

tanah) yang terdiri dari dataran dan rawa-rawa. Daerah ini beriklim tropis dengan

suhu udara rata-rata 35ºC-37ºC dengan curah hujan yang relative tinggi. Curah

(32)

sehingga daerah ini sering terkena banjir yang biasanya pada bulan Oktober

hingga Desember, dengan ketinggian banjir antara 10 cm s/d 60 cm, tergantung

dengan tingginya curah hujan yang turun pada bulan-bulan itu.

Wilayah Kelurahan Timbang Deli memiliki luas areal 285 Ha dengan

rincian areal sebagai berikut; 2 Ha merupakan dataran, 4 Ha merupakan daerah

rawa-rawa, 125 Ha merupakan lahan perkarangan, 53 ha merupakan perladangan

dan 75,5 Ha merupakan tanah kosong, serta 24,5 Ha lainnya adalah tegalan. Type

Kelurahan ini adalah 10 % merupakan lahan pertanian, 40 % perkotaan, dan

sekitar 50 % adalah sebagai kawasan industri. Jarak tempuh dari kantor

Pemerintahan Kelurahan ke kantor Pemerintahan Kecamatan sekitar ± 0,5 km.

Secara geografis wilayah Kelurahan Timbang deli ini berbatasan dengan:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Keluarahan Amplas/Desa Marindal.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Marindal II/Patumbak

• Sebelah Barat berbatsan dengan Kelurahan Harjosari I dan II

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bangun Mulia

D. Keadaan Jumlah Penduduk

Dilihat dari kependudukannya, jumlah penduduk kelurahan Timbang Deli

telah mencapai 12.670 jiwa, yang terdiri dari 6.375 jiwa adalah pria dan 6.295

adalah wanita serta jumlah keluarga di Kelurahan Timbang Deli ini dalah 1.843

(33)

Letak Kelurahan Timbang Deli yang berdekatan dengan terminal terpadu

Amplas dan berbatasan dengan Deli serdang, merupakan gerbang masuk menuju

ibukota propinsi Sumatera Utara yaitu kota Medan, maka pantaslah jika daerah ini

menjadi ramai dan menjadi tempat bertemunya berbagai suku bangsa, sehingga

didaerah ini dapat ditemukan beragam suku bangsa atau menjadi multi etnis,

sedangkan suku bangsa asli yaitu suku bangsa Melayu lebih banyak berada di

daerah Patumbak Kampung, si Gara-gara, dan Lantasan . Hanya sedikit sekali

bahkan hampir dapat dikatakan tidak ada lagi suku bangsa Melayu yang bertahan

di Kelurahan Timbang Deli. Dengan data persentasi : Suku Jawa 54 %, Suku

Batak Toba 42 %, Suku Mandailing 1,4 %, Suku Batak Karo 1 %, Suku Minang

0,6 %, dan suku lain-lainnya 1 %. Jumlah persentasi ini berdasarkan jumlah

penduduk 8. 597 jiwa.

Dari data diatas terlihat bahwasanya di Kelurahan ini terdapat suku bangsa

yang dominan, yaitu suku bangsa Jawa dan Batak Toba, sedangkan suku bangsa

asli dari Kelurahan Timbang Deli yaitu Melayu sudah banyak yang berpindah ke

daerah Patumbak dan si Gara-gara. Ini berarti bahwa hampir seluruh penduduk di

kelurahan ini berasal dari pendatang bukan dari suku bangsa aslinya, sekalipun

mereka telah memiliki identitas sebagai penduduk di Kelurahan Timbang Deli dan

(34)

E. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan

Timbang Deli ini meliputi; TNI/Polri, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang,

petani, pertukangan, buruh tani, karyawan swasta, pensiunan, dan sebagai penarik

becak. Tabel berikut ini akan memberikan penjelasan berdasarkan jumlah

penduduk dan persenannya.

Tabel 1

Keadaan Penduduk Kelurahan Timbang Deli Berdasarkan Mata Pencaharian

No Pekerjaan Jumlah (KK) Persentase

1 Pegawai Negeri Sipil 179 9,7

Sumber : Data Lapangan (Kelurahan Timbang Deli, Data tahun 2000)

Pada tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar penduduk yang bermukim

di Kelurahan Timbang Deli bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, ini

dikarenakan di daerah sekitar Kelurahan Timbang Deli ini terdapat banyak sekali

pabrik dan pergudangan. Namun, selain karyawan swasta yang menempati

pringkat tertinggi dalam hal mata pencaharian, jumlah penduduk yang bermata

(35)

F. Sarana Sosial

Sarana social yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli antara lain terbagi

atas empat kelompok, yaitu :

1. Saran Pendidikan

2. Sarana Olahraga

3. Sarana Perhubungan

4. Sarana Komunikasi

5. Sarana Transportasi

6. sarana Ibadah

7. Sarana Kesehatan

8. Sarana Keamanan

a) Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli terdiri dari 6

unit gedung Sekolah Dasar (SD), dan 1 unit gedung Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP), dan semua dalam kondisi yang baik.

b) Sarana Olahraga

Saran olahraga yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli terdiri dari 1 unit

lapangan Sepak Bola, 3 unit Lapangan Volly, 3 unit Lapangan Badminton, 2 unit

Lapangan Tennis, dan 2 set Tennis Meja, kesemua sarana ini dalam keadaan

(36)

c) Sarana Perhubungan

Sarana perhubungan yang tersedia adalah ; Jalan Desa ada 6, dimana jalan

ini terdiri dari ukuran yang kecil yang menyambungkan antara desa yang satu

dengan desa yang lainnya. Jalan Ekonomi ada 1, jalan ini adalah jalan menuju

tempat dimana berlangsungnya kegiatan ekonomi. Jalan Protokol yang merupakan

jalan utama terdiri dari 1 jalan. Dan jalan menuju Kebupaten yang kebetulan

bersebelahan dengan Ibu Kota, hanya terdiri dari 1 jalan. Setelain jalan-jalan

tersebut, sarana perhubungan yang dimiliki Kelurahan ini ada lah Jembatan,

dimana ada 3 jembatan yang sering dilalui oleh masyarakat Kelurahan Timbang

Deli. Dan yang terakhir adalah Terminal, dimana ada 1 terminal yaitu terminal

sudako 04.

d) Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang tersedia adalah telepon umum yang bentuknya

adalah wartel. Di Kelurahan ini ada 12 unit wartel yang tersedia untuk digunakan

masyarakat umum.

e) Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang ada di Kelurahan ini sama dengan daerah-daerah

lainnya yang ada di Kota Medan, yaitu ; becak yang jumlahnya belum diketahui,

(37)

berbeda-beda, dan yang terakhir ada bus umum dengan jumlah 173 unit, dan

dengan merk yang berbeda-beda juga.

f) Sarana Ibadah

Sara ibadah yang dimiliki Kelurahan Timbang Deli berupa ; Mesjid terdiri

dari 5 bangunan dengan jarak yang cukup berjauhan antara yang satu dengan yang

lainnya. Mushalla terdiri dari 6 bangunan, dan tempatnya juga berjauhan antara

yang satu dengan yang lainnya. Dan sarana ibadah yang lainnya adalah Gereja,

yang terdiri dari 8 bangunan, dan tempatnya juga berjauhan antara yang satu

dengan yang lainnya. Semua sarana ibadah ini dalam keadaan baik, dan aktif

digunakan masyarakat Kelurahan Timbang Deli.

g) Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli yaitu ;

puskesmas pembantu yang terdiri dari 1 unit, balai kesehatan ibu dan anak terdiri

dari 1 unit, klinik 2 unit, posyandu 13 unit5

5

Posyandu adalah sarana kesehatan terbanyak, karena disetiap lingkungan di Kelurahan Timbang Deli terdapat Posyandu.

, praktek dokter terdiri dari 7 unit,

dukun sunatan rosul terdiri dari 1 tempat, dukun bayi terdiri dari 1 orang. Sarana

kesehatan yang tersedia masih sering digunakan oleh masyarakat Kelurahan

(38)

h) Sarana Keamanan

Sarana keamanan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli hanya ada 1

yaitu kantor Kapolsek, yang selalu digunakan masyarakat untuk tempat pengaduan

yang berhubungan dengan tindak criminal maupun social.

G. Organisasi Sosial dan Struktur Pemerintahan

Kelurahan Timbang Deli yang berdiri pada tahun 1950, sejak tahun 1947

telah masuk menjadi wilayah bagian administratif Kotamadya Medan setelah

sebelumnya berada di wilayah administratif Kabupaten Deli Serdang dengan

menempati klasifikasi makmur. Kelurahan Timbang Deli dipimpin oleh seorang

Lurah yang bernama Ikhsan Nasution (37 tahun), yang merupakan baru saja

pindah tugas di kelurahan ini. Perangkat Kelurahan ini terdiri dari 6 orang staff, 15

orang Kepala Lingkungan dan 30 orang hansip. Sebelumnya Lurah yang

memimpin di Kelurahan Timbang Deli ini bernama M. Muharram (40 tahun),

yang mengambil alih kepemimpinan dari Lurah yang bernama Azra’i Nasution

(38 tahun).

Organisasi social yang ada di Kelurahan ini, disamping organisasi

pemerintahan, terdapat beberapa organisasi kemasyarakatan antara lain yaitu

organisasi ibu-ibu yang tergabung dalam PKK, Pengajian Akbar kaum ibu,

kelompok-kelompok perwiritan/pengajian laki-laki dan perempuan, organisasi

(39)

(STM), Ikatan Remaja Mesjid dan Pertamiangan Kristen serta beberapa rumah

(40)

BAB III

KEHIDUPAN RUMAH TANGGA PENARIK BECAK

A. Keadaan Rumah

Kediaman atau rumah yang menjadi tempat tinggal penarik becak yang

terdapat di Kelurahan Timbang Deli ini, pada umumnya adalah rumah sewa yang

berada di lorong-lorong atau gang-gang. Hampir semua rumah sewa yang

ditempati para penarik becak termasuk kedalam golongan bentuk permanent,

dimana bagian atasnya terbuat dari papan dan bagian bawah sekitar satu meter

terbuat dari batu. Harga sewa ditentukan dengan besar, bentuk, dan kondisi rumah.

Bentuk pembayarannyapun ada dua macam, yaitu ; pertama dengan membayar

sekaligus / tahun, dan yang kedua dengan menyicil perbulan, semua tergantung

pada kemampuan mereka (penarik becak) membayarnya.

Biasanya pada saat pertama sekali memasuki rumah sewa tersebut, ada

beberapa bagian rumah yang diperbaiki terlebih dahulu, karena ada

kerusakan-kerusakan yang ditinggalkan oleh penyewa sebelumnya. Ukuran rumah yang

disewa penarik becak sebagai tempat tinggal mereka, rata-rata berukuran 6 x 8

meter dengan bagian-bagian sebagai berikut; satu ruang tamu yang terletak pada

bagian depan rumah, satu kamar tidur yang terletak pada bagian tengah, dan dapur

yang terletak pada bagian belakang rumah. Sementara itu, untuk MCK,

(41)

beberapa keluarga yang juga menyewa rumah disebelah/sekitar rumah sewa yang

dihuni oleh penarik becak tersebut.

Ada juga jenis rumah yang lain, yang bentuknya sedikit diatas tingkatannya

dari rumah sewa yang biasanya di huni para penarik becak, tentu dengan harga

yang diatas dari biasanya. Dengan memiliki keistimewaan pada luas rumah, dan

dua kamar, serta fasilitas MCK didalam rumah, itu menjadi alasan pemilik rumah

untuk menaikkan harga dari rumah-rumah lainnya.

Lokasi rumah para penarik becak terletak pada daerah yang rawan dengan

banjir, karena Kelurahan Timbang Deli dan daerah yang terletak disekitar Amplas

adalah daerah yang selalu berhadapan dengan situasi banjir. Apalagi ketika hujan

turun dengan derasnya secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup

lama. Keadaan ini sudah tentu menjadi bagian dari kehidupan para penarik becak,

karena rumah yang mereka tempati menjadi tempat persinggahan dari banjir yang

melanda. Perumahan yang banyak dibangun diatas tanah rawa ini, sudahlah tentu

menjadi “konsumen” apabila banjir datang. Para penarik becak rata-rata

menempati rumah yang dibangun diatas tanah rawa dengan ditimbun tanah yang

tidak tinggi, sehingga cepat sekali digenangi air hujan. Menurut penuturan pak

Syawal :

(42)

Tempat tinggal merupakan factor yang sangat penting peranannya dalam

hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup, untuk itu para penarik becak

harus tetap berusaha agar memiliki tempat tinggal, walaupun mereka harus

membayar mahal. Rata-rata uang sewa untuk rumah yang mereka tempati antara

Rp. 400.000,- s/d Rp. 1.200.000,- per tahun, pembayaran dilakukan dengan dua

cara yaitu; pertama, dibayar sekaligus satu tahun, dan yang kedua dibayar

perbulan. Selain itu, mereka juga harus membayar iuran listrik, karena rata-rata

rumah yang ditempati para penarik becak di Kelurahan Timbang Deli ini

menggunakan sumur dengan mesin pemompa air ataupun timba untuk

memperoleh air. Untuk mendapatkan rumah yang lebih baik lagi, para penarik

becak tidak memiliki kemampuan yang cukup.

Rumah atau tempat tinggal dalah merupakan salah satu kebutuhan yang

paling penting atua kebutuhan yang mendasar (primer), yang harus dipenuhi oleh

setiapindividu (manusia), sehingga dengan cara apapun manusia akan senantiasa

berusaha untuk memenuhinya walaupun yang diperoleh nantinya tidka sesuai

dengan harapan. Untuk itu para penarik becak ini selalu menjalin hubungan yang

baik dan harmonis dengan pemilik rumah sewa, ini bertujuan apabila

sewaktu-waktu para penarik becak ini tidak atau belum mampu membayar uang sewa,maka

harapannya mereka akan mendapatkan tenggangan waktu atau keringanan dari

sipemiliki rumah sewa. Dengan begitu, karena hubungan yang dijalin tersebut,

banyak dari para penarik becak ini yang menjadi penghuni rumah selama

(43)

Keadaan umum lingkungan perumahan para penarik becak yang tinggal di

Kelurahan Timbang Deli dilihat secara fisik, sebagai berikut :

• Letak rumah-rumah menumpuk antara rumah yang satu dengan rumah

yang lainnya berdekat-dekatan, sehingga banyak jalan-jalan yang tertutup.

• Rumahnya tidak memiliki jarak (dempet-dempet)

• Rumah dibangun dengan bahan separuh batu dan separuh kayu atau

triplek, atap seng, dengan kayu sembarang.

• Kamar tidur, ruang tamu, dan dapur besarnya tidak sesuai dengan jumlah

penghuni rumah

• Parit dikebanyakan rumah tidak ada, dan andaipun ada tentunya sudah

tidak berfungsi lagi (tersumbat)

• Fasilitas yang ada, listrik, sumur, dan sedikit pekarangan rumah untuk

tempat bermain anak, dan memarkirkan becak pada saat makan siang atau

waktu istirahat.

Tidak semua dari para penarik becak tersebut menyewa rumah, ada juga

beberapa dari mereka yang sudah mampu memiliki rumah sendiri. Namun

sebagian besar adalah rumah warisan dari orang tua atau memang mereka

merupakan penduduk yang sudah lama menetap dan mengetahui banyak tentang

daerah ini, ataupun mereka memilikinya dengan menyicil (berawal dari tanah

kemudian membangun gubuk-gubuk), akan tetapi bentu rumah yang mereka miliki

(44)

Gambar 1 :

Salah satu bentuk tempat tinggal penarik becak

B. Keluarga Penarik Becak

Setiap individu sudahlah tentu berasal dari sebuah keluarga, ia hidup dan

berkembang menjadi tubuh yang dewasa didlaam lingkungan keluarga. Penarik

becak bukanlah kelompok yang berbeda dengan yang lainnya, mereka sama

dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya yang berprofesi lain dari mereka,

memiliki keluarga, istri, anak, orang tua, manantu, mertua, dan lainnya. Yang

membedakan hanya satu, yaitu pekerjaan dan kondisi kehidupan mereka.

Keluarga inti (nuclear family) biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak

mereka. Berkaitan erat dengan keluarga inti adalah rumah tangga, yaitu sebuah

kesatuan ekonomi social yang mandiri (Robert R.Jay:1969). Keluarga inti juga

bisa ditambah dari kemanakan, kakek, nenek, mertua, atau orang tua, intinya

(45)

mengembangkan cara-cara yang khas dalam kehidupan mereka dimana di dalam

kelompok ternyata memerlukan partisipasi anggota masyarakat yang sudah

dewasa dari kedua jenis kelamin (Haviland, William.A; 1988). Dalam bagian ini,

kita akan membahas mengenai keluarga penarik becak.

a) Kebiasaan Yang Dilakukan Sebelum Berangkat “narek”

Sebelum pergi untuk mencari nafkah, penarik becak terlebih dahulu sarapan

di rumah mereka. Tentunya sang istri sudah terlebih dahulu bangun untuk

mempersiapkan sarapan yang akan menjadi santapan suami dan anak-anaknya,

sebelum meninggalkan rumah untuk “narek” dan anak-anaknya berangkat sekolah.

Sarapan dirumah dengan nasi merupakan kebiasaan yang wajib dilakukan oleh

penarik becak, karena dengan sarapan nasi mereka sudah punya cukup stamina

untuk menaklukkan jalanan sebagai tempat mencari nafkah. Sarapan dirumah,

menurut penarik becak merupakan alternative yang baik untuk mengirit

pengeluaran, dan kesehatan menjadi terjaga, selain dapat berkumpul dengan

kelurga pada saat makan.

Setelah selesai makan pagi, kegiatan selanjutnya yang menjadi kebiasaan

penarik becak adalah memeriksa becak mereka, sambil mengisap rokok dan

menghabiskan teh manis panas yang telah disediakan oleh istrinya. Sementara itu,

bagi penarik becak yang becaknya disimpan di gudang atau tempat toke, maka

kegiatan rutin memeriksa becak sebelum berangkan akan dilakukan di gudang

(46)

Memeriksa becak dilakukan agar apabila becak nanti digunakan untuk “narek”

mencari nafkah, maka tidak ada kendala dan melancarkan rezeki. Menurut pak

Salam (penarik becak yang baru saja berpindah dari becak dayung ke becak

bermotor):

“……..becaknya diperiksa dulu supaya nanti kalo’ ada penumpangan tidak ada masalah lagi, mau diantar sejauh manapun oke oke aja….rezekipun jadi lancer…..kalo’ becaknya ada yang rusak tapi kita ngagak taukan nanti dijalanan bisa jadi masalah…..bisa jadi ngga’ narek trus dibawak juga becaknya nggak enak kan jadi malas juga narek kalo’ becaknya nggak fitlah …nggak bagus gitu…..”(Transkrip wawancara dengan salah satu informan).

Setelah selesai memeriksa becak, dan dirasa tidak ada masalah dengan

becak yang akan dibawa “narek” tersebut, selanjutnya penarik becak

mempersiapkan segala keperluan yang nantinya digunakan dijalanan sebagai

pendorong dalam mencari nafkah. Perlengkapan yang selanjutnya dipersiapkan

adalah ; air minum, handuk, jaket, dan topi, kalau mereka membawa becak

bermotor, maka helm tidak lupa untuk dibawa. Menurut pak Syawal :

“ ………sekarang ini lagi musim-musimnya raziah…jadi kalo’ nggak bawa helm takutnya di tangkap…lagian kalo’ nggak bawa helm tiba-tiba ada penumpang yang minta diantarkan agak jauhkan nanti jadi nggak bisa….ya rezekinya tebuangla…”(Transkip wawancara dengan salah satu informan).

Ketika semuanya telah diperiksa, dan keperluan di jalananpun sudah

dipersiapkan, maka penarik becak sudah siap untuk berangkat mengadu nasib

dijalanan dan bersaing dengan alat transportasi lainnya, atau bahkan dari sesame

penarik becak juga. Sebelum mereka pergi “narek”, biasanya mereka berpesan

(47)

biasa mangkal menunggu sewa, dan kalau mereka tidak ada karena mengantar

penumpang, maka mereka meminta agar menitipkan pesan kepada teman yang

lainnya yang satu pangkalan. Ketika mereka balik ke pangkalan, maka pesan itu

akan disampaikan kepada mereka. Ini mereka lakukan sebelum berangkat “narek”

karena, mereka khawatir jika terjadi sesuatu dengan keluarga atau kerabat lainnya.

Jika istri mereka juga turut bekerja untuk mencukupi kebutuhan, maka mereka

akan pergi lebih dulu dari istrinya, kemudian istrinya akan berpean kepada

anaknya yang paling besar, apabila lebih dulu pulang agar jangan kemana-mana

dahulu, tunggu sampai ibunya pulang. Walaupun istri mereka turut bekerja, tetapi

jam kerjanya rata-rata tidak sampai sore, siang hari para istri yang bekerja sebagai

buruh cuci dirumah cina atau yang lainnya sudah pulang.

Gambar 2 :

(48)

b) Kebiasaan Yang Dilakukan Setelah Pulang “narek”

Pada umumnya penarik becak ketika jam makan siang, mereka pulang

kerumah secara bergantian meninggalkan pangkalan. Alasan makan siang dirumah

sama halnya ketika sarapan pagi, selain dapat berkumpul dengan keluarga, karena

anak-anak mereka juga sudah pulang sekolah, dapat juga mengirit pengeluaran

dan kesehatan juga terjaga. Biasanya setelah selesai makan siang, mereka

beristirihat terlebih dahulu dengan membawa badan berbaring dalam waktu 30 –

60 menit. Kemudian mereka kembali lagi bersiap-siap untuk berangkat “narek”

lagi.

Rata-rata penarik becak berada dirumah pada pukul 18.00 Wib, menjelang

maghrib. Ada juga sebagian lagi yang masih tinggal di pangkalan, bagi mereka

yang masih tinggal dipangkalan ini mulai “narek”nya pada siang hari. Tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk mereka “narek” lagi di malam hari sebagai tambahan

pendapatan, walaupun mereka sudah pulang sore hari.

Sesampainya mereka dirumah, penarik becak ini kemudian menyimpan

becak mereka di tempat yang bisa mereka simpan. Ada yang menyimpan

becaknya diteras rumah atau disamping rumah, dan ada pula yang

menumpangkannya di tempat tetangga, karena tidak ada pekarangan rumah.

Sebelum masuk kedalam rumah, jika mereka tidak ada niat lagi untuk “narek”,

maka mereka akan menutup becak mereka dengan rapi, agar tidak

dimain-mainkan anak-anak, dan menggembokkannya, sama halnya dengan mereka yang

(49)

dengan rantai kemudian menutupnya dengan terpal. Bagi yang meletakkannya di

rumah toke, maka itupun akan dilakukan, dengan begitu tokepun akan senang,

karena becak dirawat oleh penarik becak, maka keberlangsungan pekerjaanpun

akan jelas.

Ketika semua sudah dianggap beres dan becak aman untuk ditinggal,

merekapun masuk kedalam rumah, dengan sambutan istri dan anak-anaknya.

Kegiatan selanjutnya adalah membersihkan diri (mandi dan berganti pakaian),

kemudian penarik becak ini akan meminta istrinya untuk membuatkan air minum

teh manis, sambil menikmati teh manis mereka menonton siaran TV bersama

dengan anak-anaknya. Bagi mereka yang beragama Islam mereka akan mengajak

keluarganya untuk sholat maghrib bersama, dengan berjama’ah.

Malam hari apabila mereka tidak “narek” lagi, mereka menghabiskan

waktu bersama anak-anak dan istrinya, dengan kegiatan menonton TV ataupun

mendampingi anaknya ketika belajar. Namun ketika, jadwal pengajian atau

perwiritan merekapun akan pergi mengikuti perwiritan atau pengajian, karena

mereka terdaftar sebagai anggota pengajian atau perwiritan yang biasanya

dilaksanakan dengan rutin setiap malan Kamis atau malam Jum’at.

Selain nonton TV bersama,dan mendampingi anak-anaknya belajar, penarik

becak akan membuka pembicaraan dengan istrinya mengenai keadaan dirumah

selama mereka tinggalkan, merambat keberita-berita mengenai kerabat, tetangga,

dan rencana-rencana mereka untuk kedepannya agar hidup lebih baik lagi, dan

(50)

cepat, walaupun mungkin masih ada anggota keluarga lainnya yang belum bisa

tertidur, namun secara umum keluarga penarik becak ini tidur paling lama pada

pukul 23.00 Wib. Sebelum tidur mereka akan memastikan sekali lagi becaknya,

kemudian memeriksa semua jendela dan pintu apakah sudah dikunci, kemudian

mereka beristirahat hingga pagi menjelang.

c) Pola Pengasuhan Anak

Peran anggota keluarga inti, terutama dalam masyarakat penarik becak

yang tergabung dalam organisasi penarik becak Bersatu Mandiri dalam dilihat

dengan jelas. Dimana pada umumnya suami melakukan perannya diluar rumah

mencari nafkah dan isterinya di dalam rumah mengasuh anak. Isterinya selain

mengasuh anak, juga turut memberikan peranan dalam menambah pendapatan

keluarga. Kebanyakan isteri para penarik becak ini bekerja sebagai pembantu

rumah tangga, buruh cuci, menjaga bayi dan menggosokan baju orang lain untuk

mendapatkan upah., atau ada sebagian yang membuka kedai/ warung

kecil-kecilan. Sedangkan peran suami dalam hal pengasuhan anak adalah sebagai

pengawas isteri dalam mendidik anak-anak mereka dan dalam pengaturan rumah

tangga.

Apabila ada anak yang melakukan kesalahan, maka ayah tidak langsung

menegur si anak, ibulah yang pertama sekali ditegur oleh ayah karena prilaku anak

tersebut, baru setelah itu ayah menegur dan memarahi si anak. Sama halnya jika

(51)

terlebih dahulu untuk memintanya, kemudian sang ibu membicarakannya kepada

ayah. Dalam hal mendidik dan mengasuh anak, dapat dikatakan peran ibu cukup

dominant. Hal ini mengakibatkan kedekatan antara anak dan ayah relative hanya

sekedarnya saja atau biasa-biasa saja, tidak seperti kedekatan antara anak dan ibu.

Tugas utama anak adalah belajar dan membantu orang tua, bagi anak

perempuan membantu ibunya dirumah sedangkan anak laki-laki kadang-kadang

membantu ibunya, kadang-kadang membantu sang ayah memperbaiki becak atau

memeriksa kerusakan-kerusakan dirumah, serta membersihkan becak sang ayah.

Bahkan ada juga anak-anak yang sudah membantu kehidupan ekonomi keluarga

dengan bekerja sebagai buruh di pabrik, atau berjualan keliling. Dalam sebuah

keluarga suami dan isteri memiliki peranan yang sangat penting dalam

memberikan pewarisan fisik dan psikis anak, begitu juga dengan keluarga penarik

becak. Sang ibu mengandung dan memelihara sanag buah hatinya, yang akhirnya

sang anak memiliki banyak waktu untu mendapatkan kasih sayang baik itu dari

ibu ataupun dari ayah, mulai dari dalam kandungan sampai masa kanak-kanak,

namun ynag memberikan kasih sayang yang lebih adalah sang ibu.

Walaupun tidak bisa dipungkiri, dalam hal tertentu terkadang anak lebih

dekat dengan sang ayah, akan tetapi pada umumnya ibulah yang lebih akrab

dengan anak-anaknya. Lebih jelasnya, ibu memberikan batin kapada anak, dan

ayah memberikan lahir (nafkah untuk pertumbuhan fisik anak). Setiap anggota

keluarga inti, dalam hubungan antar mereka, mempunyai hak dan kewajiban yang

(52)

Gambar 3 :

Tampak beberapa anak-anak yang tinggal satu wilayah dengan penarik becak tengah bermain kelereng bersama

Tabel 2

Kondisi penarik becak berdasarkan Jumlah Anak

No Jumlah Anak Jumlah Persentasi (%)

1 Belum memiliki anak 2 10

2 Memiliki 1 orang anak 3 12

3 Memiliki 2 orang anak 5 18

4 Memiliki 3 orang anak 4 15

5 Memiliki 4 orang anak 4 15

6 Memiliki 5 orang anak 5 18

7 Memiliki diatas 5 orang

anak 3 12

Jumlah 26 100

(53)

d) Tingkat Pendidikan Keluarga

Pendidikan dapat dikatakan sebagai tolok ukur dari seberapa besar

pendapatan yang diperoleh pada setiap keluarga, artinya jika dalam satu keluarga

seluruh anggotanta (anak-anaknya) mendapatkan pendidikan formal hingga

sampai ke Perguruan Tinggi, maka orang disekitarnya akan memiliki pendapat

bahwa kelurga itu memiliki rezeki (dalam hal ini pendapatan) yang berlebih,

sehingga mampu mengantarkan anak-anaknya hingga mendapatkan gelar Sarjana.

Namun sebaliknya, apabila dalam satu Keluarga tersebut tidak ada yang sampai

mendapatkan gelar pada pendidikan formal, atu hanya sampai tingkatan SMP saja,

maka orang di sekitarnya akan beranggapan kalau rexeki keluarga itu hanya cukup

untuk makan. Hal ini beranjak dari mahalnya biaya pendidikan sekarang ini,

semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka semakin besar pula biaya

yang akan dikeluarkan untuk kelancarannya.

Tingkat pendidikan yang diperoleh setiap anggota keluarga penarik becak

sangat beragam, akan tetapi rata-rata dari anak-anak mereka memperoleh

pendidikan hingga tamat SMA. Karena menurut penuturan pak Riswan :

(54)

Dari penuturan pak Riswan tersebut, ternyata pendidikan juga sangat

penting bagi para penarik becak untuk anak-anak mereka. Ini menunjukkan

adanya rasa ingin mengubah hidup yang cukup kuat, walaupun mereka harus

menggantungkan harapan-harapannya kepada anak-anak mereka.

Dari data yang didapat peneliti dilapangan berdasarkan jumlah informan

yang didatangi, ada 25 % atau 6 anak yang belum bersekolah, yang tidak tamat SD

ada 8,4 % atau 2 orang anak, tamat SD ada 8,4 % atau 2 orang anak, tamat SLTP

16,7 % atau 4 orang anak, tamat SLTA 33,3 % atau 8 orang anak, kuliah 8,4 %

atau 2 orang anak.

C. Pendapatan dan Pengeluaran

Keadaan ekonomi yang semakin menurun ditandai dengan bermulanya

krisis ekonomi yang berlangsung mulai pertengahan tahun 1997, yang

diperkirakan tidak berlangsung lama. Keadaan ini sudahlah tentu sangat

mempengaruhi seluruh aspek-aspek perekonomian serta tatanan kehidupan

masyarakat. Akibatnya adalah semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan

keluarga miskin di Indonesia.

Yang disebut dengan miskin, menurut Schreiber (dalam Oslan

Purba;2002:72) adalah apabila penghasilan atau pendapatan rumah tangga tidak

sesuia atau tidak mencukupi untuk keperluan standart kehidupan yang wajar.

Gambar

Tabel 1 Keadaan Penduduk Kelurahan Timbang Deli
Gambar 2 : tampak seorang penarik becak tengah melakukan tawar menawar ongkos dengan
Gambar 3 : Tampak beberapa anak-anak yang tinggal satu wilayah dengan penarik becak
Gambar 4 : Salah satu keadaan antara rumah penarik becak yang satu dengan yang lainnya
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Demikian Berita Acara llasil Evaluasi Penawaran Pengadaan Rehabilitasi Gedung Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Bibrik Kabupaten Madiun ini dibuat dengan penuh

[r]

Ds.Rejosari Kec.Kebonsari Telp. Madiun yang bersumber dana dari APBN Tahun 2012 dengan Harga Perkiraan Sendiri GPS) sebesar

DAFTAR PEMBIMBING DAN JADWAL BIMBINGAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI STMIK IKMI CIREBON.. TAHUN AKADEMIK 2017

[r]

LD.1 HASIL UJI FT-IR BAHAN BAKU ASAM PALMITAT. Gambar D.1 Hasil Uji FT-IR Bahan Baku

PPK memerlukan aliran data yang cepat dan mudah dibaca dalam pembuatan keputusan untuk memastikan pelaksanaan konstruksi on schedule dan on specification.. Laporan kemajuan