ORGANISASI PENARIK BECAK
(Studi deskriptif organisasi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas Kecamatan Medan Amplas )
D I S U S U N OLEH :
JULIKA HASANAH 020905030
ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AB S TRAK
Penarik becak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat miskin kota, merupakan fenomena yang dilupakan di tengah-tengah gemerlapnya pembangunan kota. Namun, mereka tidaklah hanya sekedar menjadi penarik becak, merka terus mencoba mengasah kemampuan mereka berorganisasi dan mengorganisir sesama penarik becak. Akhirnya mereka mampu mengembangkan organisasinya sebagai tempat mereka memecahkan masalah, baik itu masalah yang menyangkut kehidupan sosial mereka, maupun masalah yang menyangkut ekonomi kehidupan rumah tangga mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan dari terbentuknya organisasi penarik becak. Mereka tidak lagi meresa hidup sebagai individu, tetapi mereka menyadari bahwa mereka memiliki kelompok yang senasib sepenanggungan di semaraknya pembangunan kota.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan organisasi penarik becak yang telah terbentuk, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam organisasi penarik becak, yang berada di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, dimana peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan penarik becak, baik itu kegiatan individu/keluarga, maupun kegiatan-kegiatan organisasinya. Kemudian peneliti melakukan wawancara, dimana dalam wawancara ini peneliti memilih beberapa informan yang berasal dari anggota dan pengurus organisasi, juga terhadap keluarga penarik becak, gunanya untuk mengetahui lebih dalam kegiatan sehari-hari penarik becak dan keluarganya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirraohmanirrohim ……… Assalammu’alaikum warrohmatullahiwabarokatu,
Segala puji bagi ALLAH SWT, yang mana karena izin – Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan, tak lupa pula Selawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliau kita semua dapat menikmati pendidikan sampai jenjang yang paling tinggi, seperti apa yang saya rasakan sekarang ini.
Penelitian yang berjudul “Organisasi Penarik Becak”, harapannya dapat memberikan inspirasi bagi teman-teman yang memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh pemerintah, terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi. Karena masalah ekonomi merupakan tulang punggung dari keberhasilan suatu bangsa. Masalah ekonomi yang lebih melekat pada masyarakat pinggiran di berbagai belahan kota di Indonesia, bahkan diseluruh dunia. Dengan hadirnya hasil penelitian ini, penulis ingin mengajak teman-teman yang membaca untuk lebih membuka hati terhadap para penarik becak, dan merupah persepsi yang selama ini mungkin menyepelekan atau menyangsikan keahlian penarik becak di bidang lain selain menarik becak.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak berutang budi kepada berbagai pihak, mulai dari para dosen-dosen yang selama ini memberikan ilmu-ilmumya kepada penulis, mulai dari semester pertama hingga semester akhir, dimana penulis tidak bisa menuliskan satu-persatu namanya. Bagi penulis, guru ataupun dosen adalah sosok yang selalu menjadi bayang-bayang bagi setiap langkah penulis. Kepada Ketua Departemen Antropologi, Bapak Zulkifli Lubis, penulis ucapkan terimakasih.
Untuk teman-teman dan kakak-kakak di YPRP (kak Romi, kak Wina, kak Mitra, kak Mila, kak Yuni, kan Nurul, Yanti, Yuyun, Elli, Ningsih, Niken, bang Oslan, bang Ilo’, bang Agus, bang Rasum, bang Zali, bang Fajar, bang Irul, pak Riswan, dan pak Maryono) yang selalu setia menemani, walaupun diantara kalian penulislah yang belum mendapatkan gelar akademik akhir, tetapi kalian selalu memberikan support yang luar biasa kepada penulis. Dan untuk organisasi penarik becak Bersatu Mandiri yang memberikan ruang kepada penulis untuk mengumpulkan data, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Untuk temanku Kekem, Anis, Rukun, dan Jonris, penulis ucapkan banyak terimakasih karena selama ini sudah mau menjadi teman penulis dan memberikan banyak masukan dan meminjamkan buku-bukunya kepada penulis. kepada Dosen Wali, Ibu Sabariah Bangun, yang selalu memberikan nasehat akademiknya kepada penulis, penulis ucapkan terimakasih. Kepada Dosen Pembimbing, Pak Agustrisno, yang bersedia membimbing penulis dalam penyusunan skripsi, guna mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Universitas Sumatera Utara, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya Dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila penulis selalu membuat Bapak kesal ketika menjalankan bimbingan. Terlalu banyak nama lagi yang belum penulis tuliskan, namun kepada semua pihak yang tidak bisa penulis tuliskan di kata pengantar ini, penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, dan penulis sadar sesadarnya bahwa hutang emas dapat dibayar tetapi hutang budi akan dibawa mati.
Medan, Februari 2008
Dunia adalah panggung
Hidup adalah ruang dimana terdapat sebuah kisah
Tak ada yang tahu bagaimaana akhir dari kisah itu
Tapi yang jelas hidup penuh dengan warna
Manusia adalah actor dari kisah yang telah tertulis
Yang menjadi rahasia sang Maha
Hanya manusia itu sendirilah dapat merubah warna hidupnya
Tetapi tetap saja manusia itu tidak tahu bagaimana akhir dari
kisahnya …………
Dan dalam setiap jalannya akan menemui banyak rahasia
Rahasia yang bisa membawanya bahagia ataukah sedih dan duka
Satu yang pasti akhir dari semua manusia dan makhluk lainnya
adalah ………
Pertanggung jawaban kepada sang Khalid
AB S TRAK
Skripsi ini berjudul “Organisasi Penarik Becak” (Studi deskripsi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas, Kecamatan Medan Amplas). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 81 halaman isi, 2 halaman kata pengantar, 1 halaman kata kiasan, 2 halaman daftar inter view gaide, 2 halaman daftar pustaka, dan 1 halaman biografi penulis.
Penarik becak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat miskin kota, merupakan fenomena yang dilupakan di tengah-tengah gemerlapnya pembangunan kota. Namun, mereka tidaklah hanya sekedar menjadi penarik becak, merka terus mencoba mengasah kemampuan mereka berorganisasi dan mengorganisir sesama penarik becak. Akhirnya mereka mampu mengembangkan organisasinya sebagai tempat mereka memecahkan masalah, baik itu masalah yang menyangkut kehidupan sosial mereka, maupun masalah yang menyangkut ekonomi kehidupan rumah tangga mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan dari terbentuknya organisasi penarik becak. Mereka tidak lagi meresa hidup sebagai individu, tetapi mereka menyadari bahwa mereka memiliki kelompok yang senasib sepenanggungan di semaraknya pembangunan kota.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan organisasi penarik becak yang telah terbentuk, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam organisasi penarik becak, yang berada di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, dimana peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan penarik becak, baik itu kegiatan individu/keluarga, maupun kegiatan-kegiatan organisasinya. Kemudian peneliti melakukan wawancara, dimana dalam wawancara ini peneliti memilih beberapa informan yang berasal dari anggota dan pengurus organisasi, juga terhadap keluarga penarik becak, gunanya untuk mengetahui lebih dalam kegiatan sehari-hari penarik becak dan keluarganya.
DAFTAR ISI
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ……….. 18
B. Sejarah Lokasi ……….. 18
C. Letak Geografis ……… 20
D. Keadaan Jumlah Penduduk ……….. 21
E. Keadaan Penduduk Bedasarkan Mata Pencaharian …………... 23
F. Sarana Sosial ………. 24
BAB III KEHIDUPAN RUMAH TANGGA PENARIK BECAK
A. Keadaan Rumah ………... 29
B. Keluarga Penarik Becak ………... 33
a) Kebiasaan Yang Dilakukan Sebelum Berangkat “narek” 34 b) Kebiasaan Yang Dilakukan Setelah Pulang “narek”…… 37
c) Pola Pengasuhan Anak ……… . 39
d) Tingkat Pendidikan Keluarga ……… 42
C. Pendapatan dan Pengeluaran ………. . 43
a) a. Pendapatan ……….. 45
b) b. Pengeluaran ………... 47
D. Kehidupan Bertetangga ……… 48
E. Keadaan Pangkalan Penarik Becak ………... 50
Denah Lokasi ……… 52
BAB IV HUBUNGAN ANTAR PENARIK BECAK A. Hubungan Berdasarkan Tempat Tinggal ………... 53
B. Hubungan Berdasarkan Asal Kampung ………... 55
C. Hubungan Berdasarkan Kekerabatan ………... 56
BAB V ORGANISASI PENARIK BECAK A. Latar Belakang Menjadi Penarik Becak ………... 58
B. Organisasi-organisasi Penarik Becak ………... 60
C. Organisasi Penarik Becak “Bersatu Mandiri” ……….. 62
a. Latar Belakang Organisasi Penarik Becak “Bersatu Mandiri” 62 b. Struktur Organisasi ………. ……….. 64
c. Struktur Kepengurusan ……….. 65
d. Kegiatan Organisasi ……….. 66
e. Aturan-aturan dalam Organisasi ………. 70
o Hak dan Kewajiban Pengurus ………. 70
o Hak dan Kewajiban Anggota ……….. 71
f. Dana Organisasi ……….. 73
g. Organisasi Bagi Penarik Becak ……….. 74
Organisasi Bagi Anggota ……….. 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 78
B. Saran ………. 81
C. Penutup ………. 82
Daftar interview gaide ………... 83
Daftar pustaka ……… 85
AB S TRAK
Skripsi ini berjudul “Organisasi Penarik Becak” (Studi deskripsi penarik becak di Kelurahan Timbang Deli, Simp. Amplas, Kecamatan Medan Amplas). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 81 halaman isi, 2 halaman kata pengantar, 1 halaman kata kiasan, 2 halaman daftar inter view gaide, 2 halaman daftar pustaka, dan 1 halaman biografi penulis.
Penarik becak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berada pada tingkat masyarakat miskin kota, merupakan fenomena yang dilupakan di tengah-tengah gemerlapnya pembangunan kota. Namun, mereka tidaklah hanya sekedar menjadi penarik becak, merka terus mencoba mengasah kemampuan mereka berorganisasi dan mengorganisir sesama penarik becak. Akhirnya mereka mampu mengembangkan organisasinya sebagai tempat mereka memecahkan masalah, baik itu masalah yang menyangkut kehidupan sosial mereka, maupun masalah yang menyangkut ekonomi kehidupan rumah tangga mereka. Banyak hal yang mereka dapatkan dari terbentuknya organisasi penarik becak. Mereka tidak lagi meresa hidup sebagai individu, tetapi mereka menyadari bahwa mereka memiliki kelompok yang senasib sepenanggungan di semaraknya pembangunan kota.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan organisasi penarik becak yang telah terbentuk, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam organisasi penarik becak, yang berada di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, dimana peneliti melihat secara langsung kegiatan-kegiatan penarik becak, baik itu kegiatan individu/keluarga, maupun kegiatan-kegiatan organisasinya. Kemudian peneliti melakukan wawancara, dimana dalam wawancara ini peneliti memilih beberapa informan yang berasal dari anggota dan pengurus organisasi, juga terhadap keluarga penarik becak, gunanya untuk mengetahui lebih dalam kegiatan sehari-hari penarik becak dan keluarganya.
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat
(homosocius/social animal/zoopolticon). Sebagai akibat sifat kodrati tersebut
manusia tidak mungkin dapat hidup seorang diri, lepas dari hidup bermasyarakat,
berkelompok atau hidup bersama. Manusia hidup berkelompok karena kesadaran
akan kepentingan bersama, meskipun dalam banyak hal dalam kehidupan
masyarakat kita mengetahui banyak kepentingan yang tidak sama bahkan saling
bertentangan. Sebagian besar kebutuhan hanya dapat terpenuhi apabila yang
bersangkutan mengadakan hubungan dengan orang lain. Hal ini terutama karena
sifat keterbatasan manusia, baik keterbatasan dalam hal kemampuan untuk berfikir
atau derajat intelegensi (level of performance), maupun keterbatasan dalan hal
kekuatan fisik (Drs. Ig. Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, ANDI,
Yogyakarta, 2005).
Becak merupakan salah satu alat transportasi yang ada di setiap kota di
Indonesia, hanya saja modelnya yang berbeda–beda disetiap kota. Becak juga
merupakan alat transportasi tertua di Indonesia. Di Kota Medan, yang merupakan
kota terbesar peringkat tiga di Indonesia, juga terdapat alat transportasi yang
Becak berasal dari bahasa Hokkien : be chia yang artinya “kereta kuda”,
adalah suatu model transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia
dan juga di sebagian Asia1
Di sebagian daerah di kota Medan terdapat beberapa organisasi penarik
becak, baik itu organisasi penarik becak dayung maupun organisasi penarik becak
bermotor. Mereka berkelompok secara terorganisir
. Kapasitas normal penumpang becak adalah dua orang
dan seorang pengemudi (dardiantoro, 2007). Penarik becak adalah orang yang
bekerja mengemudikan becak untuk mengantarkan penumpang ke tujuannya dan
mendapatkan imbalan atas upayanya mengantarkan penumpang tersebut (Oslan
Purba, Skripsi SI Antropologi USU, 2002).
2
1
Ada lagi pendapat lain yang mengatakan becak berasal dari kata bo chia yang artinya tidak makan. 2
terorganisir disini maksudnya, struktur kepengurusan yang sudah diakui oleh anggota dan sudah ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang sudah dimiliki oleh organisasi. Dan setiaap anggota diikat oleh aturan yang ada dalam oeganisasi, dalam hal menjalankan organisasi.
, sama halnya dengan
organisasi–organisasi pada umumnya yang memiliki struktur organisasi dan
aturan-aturan yang disusun berdasarkan kesepakatan bersama, organisasi penarik
becakpun juga sudah memiliki struktur dan aturan–aturan yang telah disusun
dalam anggaran organisasi.
Sejak dahulu becak dapat dikatakan memiliki peran dalam kegiatan
manusia, khususnya melakukan kegiatan angkut dalam jarak tempuh yang jauh.
Itu terjadi sebelum banyaknya alat transportasi. Sekarang becak menjadi masalah
bagi ketertiban lalu lintas kota, karena dianggap kurang tertib dan sering kali
Tidak dapat diketahui secara jelas kapan pertama kalinya becak ada di
Indonesia. Menurut tulisan yang terdapat di Majalah Matra, kabarnya becak
muncul pertama kali di kota Surabaya sekitar tahun 1940, dan siapa penemunya
tidak diketahui secara pasti (SS. Budi Raharjo/B. Kusuma, dalam MATRA, Juli
1997). Demikian pula yang terdapat di kota Semarang, namun keberadaan
angkutan ini di Indonesia dapat dirunut sejak awal abad ke–
2007). Sementara itu, di kota Medan sendiri berita mengenai asal mula masuk dan
beradanya becak di Medan tidak diketahui dengan jelas, karena tidak adanya
data-data yang terungkap dalam sejarah kota Medan mengenai keberadaan becak
pertama sekali.
Medan salah satu kota yang diramaikan dengan alat transportasi yang
bernama becak. Hal ini menjadi keunikan yang dimiliki kota Medan, karena
terdapat dua jenis becak. Becak bermotor yang dapat ditemui hampir di seluruh
Medan, dan becak biasa (becak dayung) yang hanya terdapat di daerah–daerah
atau prapatan jalan tertentu saja, yang pada umumnya jalan–jalan pinggiran kota
Di kota Medan, kehidupan tukang becak masih menyimpan berbagai
masalah. Misalnya masalah ekonomi, yang tampak jelas dengan masih banyaknya
yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan hasil pencarian sehari–hari yang
tidak seberapa, mereka harus mencukupi kebutuhan hidup. Diantaranya membayar
uang kontrakan rumah, membiayai sekolah anak–anak mereka, serta untuk
harinya, mereka juga harus membayar uang sewa becak yang digunakan. Sementar
itu juga apabila ada kerusakan pada becak yang mereka gunakan, maka dana untuk
memperbaikinya juga di tanggung oleh penarik becak. Kondisi ini di hadapi oleh
penarik becak dayung. Lain halnya dengan becak bermotor, mereka harus
membayar cicilan tiap bulannya untuk becak yang mereka pakai. Jelas pendapatan
mereka berbeda dengan penarik becak dayung.
Dengan kondisi yang seperti itu, tidak jarang dari mereka meminjam uang
kepada “Linda” atau lebih dikenal dengan Lintah Darat (mereka yang
meminjamkan uang dengan menggunakan jaminan dan bunga yang cukup besar).
Hanya ini satu–satunya yang dapat mereka lakukan untuk mencukupi kebutuhan
hidup, dengan begitu merekapun harus banting tulang untuk membayar hutang
kepada “Linda” tersebut, sehingga apapun mereka kerjakan, selain menarik becak
bahkan para istri merekapun ikut bekerja3
Secara tidak disadari kehidupan para penarik becak terutama becak dayung
terpinggirkan, mereka adalah salah satu kelompok masyarakat yang ekonominya
rendah, yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Walaupun demikian
mereka tidak putus asa untuk mempertahankan hidup di tengah semaraknya
pembangunan kota yang menjadi program PemKo. Kehidupan penarik becak juga
berkelompok, ada beberapa kelompok penarik becak di Kota Medan. Suatu . Tetapi, tetap saja hasil yang mereka
dapatkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3
golongan sosial juga merupakan kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri
tertentu, bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar
kalangan mereka sendiri. Ini artinya di dalam suatu masyarakat ada golongan–
golongan yang lahir karena adanya kesamaan–kesamaan ciri tertentu, seperti
kesamaan mata pencaharian.
Dari kesulitan–kesulitan yang mereka hadapi, timbullah percakapan dari
para penarik becak yang sering berkumpul pada saat beristirahat di persimpangan
jalan, untuk membentuk satu organisasi penarik becak. Wadah yang didasari
perasaan senasib ini bertujuan untuk meringankan para penarik becak dalam
mencari solusi untuk bertahan, dengan kata lain setiap masalah yang dihadapi para
penarik becak, baik itu masalah ekonomi maupun sosial, dapat dipecahkan secara
bersama.
Dari apa yang diuraikan diatas, peneliti ingin lebih dekat menggali
mengenai lebih dalam mengenai organisasi yang dibentuk para penarik becak.
Pendekatan yang akan peneliti lakukan nantinya diharapkan akan memunculkan
ide-ide yang ada pada penarik becak mengenai cara mereka untuk mengatasi
masalah-masalah yang mereka hadapi, yang tidak diketahui masyarakat, dengan
begitu diharapkan pula akan melahirkan pandangan – pandangan baru mengenai
B. Ruang Lingkup Masalah
Penelitian ini difokuskan pada organisasi penarik becak bagaimana awal
mula mereka terorganisir hingga mereka mampu membentuk sebuah organisasi,
dan apakah ada pihak lain diluar komunitas mereka yang ikut memberikan
sumbangan ide terbentuknya organisasi. Dengan titik fokus perhatian berlokasi di
daerah pangkalan penarik becak yang ada di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan
Medan Amplas, dan penelitian lebih memusatkan perhatian pada satu organisasi
penarik becak saja, yang diberi nama Bersatu Mandiri. Tetapi tidak menutup
kemungkinan, peneliti juga melihat organisasi penarik becak yang lainnya, sebagai
bahan tambahan data. Secara lebih jelas penelitian ini menggali satu ruang lingkup
masalah, yaitu bagaimana ide dan cara pengorganisasian penarik becak di
Kelurahan Timbang Deli.
Pilihan lokasi tersebut didasari pada 2 (dua) alasan, yaitu:
A. Organisasai penarik becak di Kelurahan T. Deli masih banyak yang aktif.
B. Di lokasi tersebut banyak terdapat kelompok penarik becak.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana
asal mulanya para penarik becak mengorganisasi dirinya hingga terbentuklah satu
organisasi. Dari penelitian ini terdapat adanya pemikiran atau pandangan baru dari
penarik becak dayung tersebut, karena mereka bukanlah orang–orang yang
peneliti capai, dari hasil penelitian ini, adalah menggugah kesadaran segenap
masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan penarik becak, bahwa
berorganisasi dapat dilakukan siapa saja, tidak harus memandang pendidikan yang
didapat. Karena dengan berorganisasi dapat mengurangi masalah yang dihadapi
sehari - hari. Dan semoga saja dengan hadirnya hasil dari penelitian ini akan
menambahkan literatur tulisan mengenai penarik becak. Becak pada saat sekarang
ini masih relevan dalam kehidupan sehari-hari, terutama becak dayung yang
mampu menempuh jalan-jalan yang tidak bisa dilalui oleh angkuta kota, seperti
jalan-jalan kecil, gang-gang, ataupun jalan yang tidak dilalui oleh angkutan umum.
Becak dayung juga dapat dijadikan simbol atau ciri bagi Kota Medan, karena
sudah dapat dikatakan menjadi kendaraan tertua dan yang merupakan bagian dari
sejarah Kota Medan.
D. Tinjauan Pustaka
Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu organisasi dalam arti statis dan organisasi dalam arti dinamis. Dalam arti
statis organisasi berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak
bergerak/diam, seperti halnya kita melihat sebuah bagan yang beraneka ragam.
Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi sebagai suatu organ
yang hidup, suatu organisme yang hidup. Artinya memandang organisasi tidak
hanya dari segi bentuk dan wujudnya saja, tetapi juga melihat orgaisasi itu dari
kegiatan untuk mencapai tujuan bersama (Drs. Ig. Wursanto, Dasar – dasar Ilmu
Organisasi, 2005).
Seorang ahli filsafat inggris, Thomas Hobbes (1972 [1651]), menyatakan :
“Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (knowledge) mengenai
konsekuensi – konsekuensi, dan ketergantungan suatu fakta pada fakta lain;
sehingga...kita mengetahui bagaimana melakukan sesuatu jika kita
menginginkan; karena apabila kita mengetahui bagaimana sesuatu itu terjadi, apa
saja sebabnya, dan bagaimana terjadinya; maka kita akan mengetahui bagaimana
menghasilkan efek–efek yang diharapkan”. Dari kutipan diatas, ada dua pokok
yang dikemukakan Hobbes. Pertama, ilmu pengetahuan terjadi karena sebab–
sebab dan konsekuensi–konsekuensi segala sesuatu, suatu pengetahuan yang
mendorong kemampuan manusia untuk mengintervensi dalam kondisi
keberadaannya. Kedua, Hobbes memandang politik sebagai ilmu pengetahuan
yang mirip atau sejalan dengan matematika, astronomi, geografi, dan meteorologi.
(Ahmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer, 2005). Dalam kaitannya
denggan penelitian ini dalah, sebelum membentuk sebuah organisasi tentunya
didasari dengan pengetahuan mengenai organisasi. Ini juga terjadi pada para
penarik becak, mereka dibekali dengan pengetahuan dasar tentang organisasi baik
itu secara teori maupun praktek.
Lev Semenovich Vygotsky (1896–1934) seorang Psikolog berkebangsaan
Rusia mengatakan bahwa : “ Pembelajaran dan perkembangan adalah suatu sosial,
tetapi sebaliknya pengalaman diluar sekolah haruslah menjadi berhubungan
dengan pengalaman didalam sek
Pendapat ini memiliki arti, bahwa pengalaman yang didapatkan dalam kehidupan
di luar pendidikan formal menjadi penunjang dari pengetahuan yang didapat pada
pendidikan formal. Ini juga mengartikan, kalau proses pembelajaran dilakukan
secara bersama sebagai rangkaian dari kegiatan sosial.
Organisasi dapat juga diamati sebagai living organim seperti halnya
manusia, dan sebagai produk proses organizing. Sebagai living organism yang
sudah ada, suatu organisasi merupakan output proses panjang dimasa lalu,
sedangkan sebagai produk proses organizing, organisasi adalah alat atau input
bagi usaha mencapai tujuan. Jadi ada organisasi sebagai output dan ada organisasi
sebagai input, dan organisasi sebagai input pada umumnya merupakan organisasi
formal (Talizidhu Ndraha, Budaya Organisasi, 2003). Secara sederhana, organisasi
adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam
suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan
pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam manajemen
pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya, dan
hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. (geocities, 2008).
Dari kutipan diatas, sudahlah jelas bahwa satu kelompok atau organisasi
terbentuk karena ada tujuan bersama yang ingin dicapai oleh seluruh anggotanya.
Dalam organisasi penarik becak, untuk mencapai apa yang menjadi tujuan tersebut
tentunya ada budaya organisasi yang mereka terapkan. Yang mana budaya
organisasi tersebut adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai – nilai
dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah
laku bagi anggota-anggotany untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal (Dr.A.A.Anwar Prabu Mangkunegara, M.Si, Prilaku dan Budaya
Organisasi, 2005).
Definisi organisasi diatas sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh
Talcott Parson : “organisasi adalah unit sosial (atau pengekelompokan manusia)
yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbanagan dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu” Talcott Parson, dalam Amitai Etzioni,
1985).
Penarik becak sebagai satu kelompok sosial mempelajari keadaan
lingkungan sosial ekonomi, politik dan budaya yang ada disekitarnya serta
membentuk satu model prilaku, yang menjadi ciri khas dan menjadi tatanan yang
membedakannya dengan kelompok masyarakat yang lain, serta membentuk satu
konfigurasi dari pada tingkah laku, yang jika merujuk pada pernyataan Ralp
Linton dapat dikategorisasikan sebagai kebudayaan yang dibina dan dimiliki
bersama oleh para penrik becak (Oslan Purba, Skripsi SI Antropologi USU, 2002).
Ralp Linton (1962 : 29) mendukung dalam tulisannya sebagai berikut :
Sebagai sebuah komunitas kebudayaan, para anggota dalam kelompok
panarik becak sebagai konteks dalam penelitian ini membangaun interaksi yang
mungkin diasosiasikan untuk mencari bantuan dan dukungan, waktu tidak bekerja
atau sakit, kelompok juga dapat menyediakan pendidikan atau pergaulan sosial.
Kebutuhan penting dari banyak asosiasi ini adalah ketahanan ekonomi (Haviland ;
1988 : 142).
Kondisi ekonomi Indonesia sebelum krisis sangat berbeda dengan keadaan
mengalami krisis seperti saat sekarang ini. Pada saat krisis, angka pengangguran
dan minimnya pekerjaan menyebabkan manusia memilih pekerjaan alternatif yang
mungkin menghasilkan uang untuk ditukar dengan segala jenis kebutuhan yang
mereka butuhkan dalam kehidupannya, itu artinya mereka harus mampu
beradaptasi demi keberlangsungan hidupnya. Tingginya harga bahan kebutuhan
pokok dan barang-barang kebutuhan lainnya serta langkanya kebutuhan tersebut
mengakibatkan keadaan perekonomian dan kehidupan masyarakat menjadi
terganggu, penghasilan mereka tidak cukup untuk membeli kebutuhan-kebutuhan
tersebut, dengan demikian para penarik becak berupaya untuk bisa bertahan hidup
dengan mengandalkan kemampuan dan pengetahuan yang mereka miliki dan atau
membentuk sebuah organisasi sebagai wadah untuk mereka berkreasi dan
memecahkan masalah-masalah tersebut. Karena, kehidupan organisasi akan
memberikan nilai bagi pelanggan internal dan eksternal (Robert Kreitner dkk,
Prilaku Organisasi, 2003).
Setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang unik dalam
mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti banda-benda,
kejadian, prilaku dan emosi. Maka bagaimana konsepsi-konsepsi tersebut
diorganisasikan dalam fikiran manusia, membentuk suatu kebudayaan.
Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sasuatu yang harus diketahui atau
dipercayai seseorang agar ia dapat berprilaku sesuai dengan cara yang diterima
masyarakat. Hal ini penting karena kebudayaan bukan sebuah fenomena material,
dimana ia tidak terdiri dari benda-benda, manusia perilaku atau emosi.
Kebudayaan merupakan suatu organisasi dari hal-hal tersebut. Dia adalah salah
astu bentuk hal ikhwal yang dipunyai manusia dalam fikiran (mind), model yang
mereka punya untuk mempersepsikan, menghubungkan, dan seterusnya
menginterpretasikan hal-ikhwal tersebut (Spradley, 1997 :xix).
Kroeber dan C. Kluckhon dalam Goodenough (1963;258) memberikan
definisi kebudayaan sebagai proses yang harus dipelajari manusia antara lain : (1)
cara-cara dimana orang-orang mengorganisir pengalamannya tentang dunia nyata
yang mereka miliki yang memberinya struktur sebagai sebuah bentuk fenomena
dunia, sebagai persepsi dan konsep mereka, (2) cara-cara dimana orang-orang
mengorganisir pengalaman mereka tentang fenomena dunia mereka kedlaam
struktur sebagai sebuah istem yang menyebabkan dan mengakibatkan hubungan
dalam kegiatan-kegiatan dan mendesain taktik untuk menyelesaikan tujuan-tujuan
mereka, (3) cara-cara dimana oreng-orang mengorganisir pengalaman
fenomenadunia mereka kedlaam struktur yang variasinya dikelola dlaam suatu
hierarki seimbang, sistem nilai atau sistem sentimen mereka. Disediakannya
prinsip-pripsi untuk menseleksi dan membuat tujuan-tujuan serta menyimpan
tujuan-tujuan orientasi individu didalam fenomena sebuah dunia yang berubah, (4)
cara- cara dimanaorang-orang mengorganisir pengalaman mereka dari
usaha-usaha mereka yang lalu menyelesaikan tujuan-tujuan yang timbul kedalam
prosedur operasional untuk di selesaikannya tujuan-tujuan di masa depan (dalam
Oslan Purba, 2002).
Penelitian ini nantinya berakhir pada bagaimana proses dari mulai
terbentuknya organisasi penarik becak hingga menjadi sebuah organisasi yang
aktif hingga sekarang ini. Maka dari itu, peneliti juga akan menggunakan
pendekatan prosesual. Para Antropolog tidak hanya mempertanyakan hal–hal apa
saja yang dimiliki bersama oleh warga suatu komunitas atau pendukung budaya
tertentu, tetapi juga bagaimanakah mekanisme dan proses yang berlangsung
hingga hal–hal tersebutlah yang dimiliki bersama dan tidak yang lain (artikel
E. Metode Penelitian
a. Metode yang digunakan
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bermaksud menggambarkan secara
jelas mengenai organisasi penarik becak dan kehidupan penarik becak secara
umum. Untuk itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, dalam penelitian ini apapun yang berkaitan dengan objek
penelitian dan ungkapan–ungkapan emosi yang timbul dari percakapan di dalam
penelitian, maka dijadikan sebagai data. Selain pendekatan kualitatif, peneliti juga
menggunakan pendekatan prosesual. Dimana peneliti tidak hanya melihat prilaku–
prilaku yang ada pada setiap angota dalam organisasi penarik becak, tetapi juga
akan menggali bagaimana mekanisme dan proses yang telah terjadi sehingga
terbentuknya organisasi penarik becak.
Penelitian ini ilakukan di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan
Amplas. Sasaran dari penelitian ini adalah penarik becak yang terdapat di
Kelurahan ini, terutama yang tergabung dalam organisasi penarik becak Bersatu
Mandiri yang mangkal di stasiun (pool) angkutan kota line 04 yang terdapat di Jln.
Pertahanan, Amplas, dan yang mangkal di simpang Jln. Pertahanan, Amplas.
Penarikan informan dilakukan oleh peneliti berdasarkan pada beberapa
kriteria yang secara kasar disusun oleh peneliti seperti ; usia, lamanya menjadi
anggota organisasi, dan seterusnya akan dikembangkan kepertanyaan yang
Prinsip dasar dari metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah “on
Going analisis”, dimana setiap data berkembang dari satu informan ke informan
yang lain sesuai dengan masalah yang diteliti, dianalisis dan diklasifikasikan pada
saat berlangsungnya penelitian di lapangan. Dan data dianggap cukup apabila
dalam penelitian terjadi pengulangan jawaban satu pertanyaan yang sama, maka
kondisi ini akan mengakhiri pengumpulan data.
b. Teknik pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif dan pendekatan
prosesual yaitu, untuk mendapatkan data primer adalah metode observasi
(pengamatan) dan wawancara. Metode observasi dilakukan guna mengetahui
situasi dalam konteks ruang dan waktu pada daerah penelitian dan prilaku dari
objek penelitian. Karena apabila hanya melakukan wawancara saja belumlah
cukup untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, untuk itu memerlukan
peninjauan langsung ke lokasi penelitian, sambil melakukan pengamatan dengan
mendalam, terutama pada setiap kejadian–kejadian yang dianggap penting yang
menyangkut dengan tujuan penelitian.
Metode observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi, dimana
metode ini berguna untuk mendalami apa yang sebenarnya terjadi dilapangan, baik
itu yang terlihat ataupun yang tidak terlihat (hanya dapat dirasakan). Untuk
memudahkan peneliti, maka peneliti membawa perlengkapan yang dianggap perlu,
penting bagi peneliti sebagai pendukung. Dan recorder, untuk merekam setiap
pembicaraan, yang kemudian di saring mana–mana saja pembicaraan yang
dianggap mendukung dan dijadikan sebagai data.
Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam kepada
beberapa orang informan, wawancara mendalam ini dilakukan dengan mendatangi
beberapa penarik beca ditengah waktu senggangnya, atau pada saat ada pertemuan
kelompok yang dilakukan mereka secara rutin. Metode ini juga dilakukan untuk
mengetahui sejarah terbentuknya kelompok penarik beca secara mendalam, hingga
tujuan dari penelitian ini terwujud.
Selain mencari data primer, peneliti juga akan mencari data skunder, yaitu
data yang mampu melengkapi hasil dari penelitan. Data skunder akan didapat
melalui dokumen–dokumen yang terdapat di perpustakaan, dimana peneliti
bekerja.
c. Analisis data
Peneliti berusaha untuk objektif terhadap data yang telah dikumpulkan
dilapangan, tanpa mengurangi apalagi merubahnya, sehingga tidak mempengaruhi
keaslian data–data tersebut. Data yang diperoleh akan ditinjau kembali dengan
tujuan untuk memeriksa kelengkapan hasil wawancara. Langkah berikutnya
adalah, data yang telah ditinjau ulang dianalisis dengan menggunakan metode
kualitatif. Semua data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan sumber
berdasarkan kelompok-kelompok yang sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis
data dilakukan guna untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
data dan mencari hal-hal yang lebih dalam dan jelas mengenai masalah yang
diteliti, agar secara lebih dalam lagi dapat digali dalam melakukan penelitian di
lapangan hingga penelitian ini berakhir. Dan langkah akhirnya adalah
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Timbang Deli, Kecamatan Medan
Amplas. Daerah ini secara fisik telah mengalami perkembangan, dengan adanya
sarana dan prasarana kota seperti air bersih, kesehatan, pendidikan, penerangan,
pabrik-pabrik dan lain-lain. Kelurahan Timbang Deli mamiliki 15 Lingkungan dan
dikepalai oleh seorang Lurah. Dari berdirinya Kelurahan Timbang Deli ini hingga
tahun 1973 secara administrasi merupakan wilayah dari Kecamatan Patumbak,
Deli Serdang. Namun, sejak tahun 1974 hingga sekarang ini, secara administrasi
menjadi Kelurahan Timbang Deli yang berada dalam wilayah administratif
Kotamadya Medan.
B. Sejarah Lokasi
Sekitar tahun 1950-an Kelurahan Timbang Deli sudah berdiri. Pada
awalnya Timbang Deli merupakan daerah hutan yang kemudian dibuka oleh
masyarakat. Masyarakat yang pertama sekali membuka hutan tersebut adalah
masyarakat yang beretnis Melayu.
Menurut kisah, Timbang Deli pertama sekali berdiri bernama Sinong Rejo
dalam bahasa Jawa, yang artinya “Senang Makmur” atau “Suka Makmur”.
didaerah Kecamatan Patumbak Kampung. Konflik tanah tersebut terjadi karena
tidak adanya batasan kepemilikan tanah yang jelas4
Kepemilikan sumberdaya dengan cara seperti itu, akhirnya menimbulkan
masalah, karena batasa-batas tanah yang tidak jelas dan tidak memiliki legitimasi
hukum yang menguatkan kepemilikan. Akibatnya sering terjadi perselisihan yang
disebabkan karena kepemilikan yang tidak jelas tersebut. Menurut cerita,
penyebab permasalahan tersebut berawal dari si Gara-gara. Dia melemparkan
sebuah tombak untuk membuat batas tanahnya, tombak yang dilemparkannya itu
ternyata sangat jauh sekali jatuhnya. Hal ini membuat banyak pihak yang tidak
senang, sehingga terjadilah konflik yang berlangsung lama,hingga terjai
kesepakatan diantara mereka. Pada saat perdamaian dilakukan dicapailah satu
kesepakatan, yang kemudian berdasarkan musyawarah disepakatilah tempat si
Gara-gara melamparkan tombak dinamakan Desa Sigara-gara. Lalu tempat . Kepemilikan tanah pada
waktu itu dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan
melemparkan biji pinang. Biji pinang dilempar sejauh mungkin, dimana biji
pinang itu jatuh maka secara otomatis tempat jatuhnya biji pinang itu menjadi
batas tanah dari orang yang melemparkan biji pinang tersebut, dan tanah itu
menjadi haknya. Tanah yang telah menjadi hak si pelempar tersebut, selanjutnya
ia sebut sebagai “ajuang ambo” dalam bahasa Melayu yang artinya milik saya, ini
maksudnya orang tersebut berhak atas kepemilikan tanah tersebut.
4
melintasnya tombak dinamakan Desa Lantasan, serta tempat jatuhnya tombak
dinamakan Desa Patumbak. Sedangkan tempat berlangsungnya perdamaian
dinamakan desa Timbang Deli. Desa Timbang Deli inilah kemudian menjadi
jantung dari Kelurahan Timbang Deli sekarang. Sejak saat itu, perdamaian
mengenai perebutan lahan dan konflik akibat penguasaan tanah seperti dalam
cerita tersebut tidak pernah terjadi lagi hingga sekarang ini.
Masyarakat asli Kelurahan Timbang Deli ini adalah masyarakat beretnis
Melayu, akan tetapi sekarang ini telah banyak pendatang yang masuk ke daerah
Timbang Deli, sehingga hamper tidak ada lagi masyarakat yang beretnis Melayu
yang tinggal di Kelurahan Timbang Deli ini. Masyarakat aslinya lebih banyak
berada dan tinggal di daerah Patumbak Kampung. Sedangkan Kelurahan Timbang
Deli labih banyak ditingali oleh para pendatang, karena di Kelurahan Timbang
Deli banyak terdapat Pabrik-pabrik industri. Pendatang umumnya bekerja sebagai
buruh industri, hamper 60 % mereka menempati ruang dari Kelurahan Timbang
Deli.
C. Letak Geografis
Secara geografis Kelurahan Timbang Deli termasuk kedalam wilayah
Kecamatan Medan Amplas, Kotamadya Medan dengan keadaan alam (tipologi
tanah) yang terdiri dari dataran dan rawa-rawa. Daerah ini beriklim tropis dengan
suhu udara rata-rata 35ºC-37ºC dengan curah hujan yang relative tinggi. Curah
sehingga daerah ini sering terkena banjir yang biasanya pada bulan Oktober
hingga Desember, dengan ketinggian banjir antara 10 cm s/d 60 cm, tergantung
dengan tingginya curah hujan yang turun pada bulan-bulan itu.
Wilayah Kelurahan Timbang Deli memiliki luas areal 285 Ha dengan
rincian areal sebagai berikut; 2 Ha merupakan dataran, 4 Ha merupakan daerah
rawa-rawa, 125 Ha merupakan lahan perkarangan, 53 ha merupakan perladangan
dan 75,5 Ha merupakan tanah kosong, serta 24,5 Ha lainnya adalah tegalan. Type
Kelurahan ini adalah 10 % merupakan lahan pertanian, 40 % perkotaan, dan
sekitar 50 % adalah sebagai kawasan industri. Jarak tempuh dari kantor
Pemerintahan Kelurahan ke kantor Pemerintahan Kecamatan sekitar ± 0,5 km.
Secara geografis wilayah Kelurahan Timbang deli ini berbatasan dengan:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Keluarahan Amplas/Desa Marindal.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Marindal II/Patumbak
• Sebelah Barat berbatsan dengan Kelurahan Harjosari I dan II
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bangun Mulia
D. Keadaan Jumlah Penduduk
Dilihat dari kependudukannya, jumlah penduduk kelurahan Timbang Deli
telah mencapai 12.670 jiwa, yang terdiri dari 6.375 jiwa adalah pria dan 6.295
adalah wanita serta jumlah keluarga di Kelurahan Timbang Deli ini dalah 1.843
Letak Kelurahan Timbang Deli yang berdekatan dengan terminal terpadu
Amplas dan berbatasan dengan Deli serdang, merupakan gerbang masuk menuju
ibukota propinsi Sumatera Utara yaitu kota Medan, maka pantaslah jika daerah ini
menjadi ramai dan menjadi tempat bertemunya berbagai suku bangsa, sehingga
didaerah ini dapat ditemukan beragam suku bangsa atau menjadi multi etnis,
sedangkan suku bangsa asli yaitu suku bangsa Melayu lebih banyak berada di
daerah Patumbak Kampung, si Gara-gara, dan Lantasan . Hanya sedikit sekali
bahkan hampir dapat dikatakan tidak ada lagi suku bangsa Melayu yang bertahan
di Kelurahan Timbang Deli. Dengan data persentasi : Suku Jawa 54 %, Suku
Batak Toba 42 %, Suku Mandailing 1,4 %, Suku Batak Karo 1 %, Suku Minang
0,6 %, dan suku lain-lainnya 1 %. Jumlah persentasi ini berdasarkan jumlah
penduduk 8. 597 jiwa.
Dari data diatas terlihat bahwasanya di Kelurahan ini terdapat suku bangsa
yang dominan, yaitu suku bangsa Jawa dan Batak Toba, sedangkan suku bangsa
asli dari Kelurahan Timbang Deli yaitu Melayu sudah banyak yang berpindah ke
daerah Patumbak dan si Gara-gara. Ini berarti bahwa hampir seluruh penduduk di
kelurahan ini berasal dari pendatang bukan dari suku bangsa aslinya, sekalipun
mereka telah memiliki identitas sebagai penduduk di Kelurahan Timbang Deli dan
E. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan
Timbang Deli ini meliputi; TNI/Polri, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang,
petani, pertukangan, buruh tani, karyawan swasta, pensiunan, dan sebagai penarik
becak. Tabel berikut ini akan memberikan penjelasan berdasarkan jumlah
penduduk dan persenannya.
Tabel 1
Keadaan Penduduk Kelurahan Timbang Deli Berdasarkan Mata Pencaharian
No Pekerjaan Jumlah (KK) Persentase
1 Pegawai Negeri Sipil 179 9,7
Sumber : Data Lapangan (Kelurahan Timbang Deli, Data tahun 2000)
Pada tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar penduduk yang bermukim
di Kelurahan Timbang Deli bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, ini
dikarenakan di daerah sekitar Kelurahan Timbang Deli ini terdapat banyak sekali
pabrik dan pergudangan. Namun, selain karyawan swasta yang menempati
pringkat tertinggi dalam hal mata pencaharian, jumlah penduduk yang bermata
F. Sarana Sosial
Sarana social yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli antara lain terbagi
atas empat kelompok, yaitu :
1. Saran Pendidikan
2. Sarana Olahraga
3. Sarana Perhubungan
4. Sarana Komunikasi
5. Sarana Transportasi
6. sarana Ibadah
7. Sarana Kesehatan
8. Sarana Keamanan
a) Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli terdiri dari 6
unit gedung Sekolah Dasar (SD), dan 1 unit gedung Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), dan semua dalam kondisi yang baik.
b) Sarana Olahraga
Saran olahraga yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli terdiri dari 1 unit
lapangan Sepak Bola, 3 unit Lapangan Volly, 3 unit Lapangan Badminton, 2 unit
Lapangan Tennis, dan 2 set Tennis Meja, kesemua sarana ini dalam keadaan
c) Sarana Perhubungan
Sarana perhubungan yang tersedia adalah ; Jalan Desa ada 6, dimana jalan
ini terdiri dari ukuran yang kecil yang menyambungkan antara desa yang satu
dengan desa yang lainnya. Jalan Ekonomi ada 1, jalan ini adalah jalan menuju
tempat dimana berlangsungnya kegiatan ekonomi. Jalan Protokol yang merupakan
jalan utama terdiri dari 1 jalan. Dan jalan menuju Kebupaten yang kebetulan
bersebelahan dengan Ibu Kota, hanya terdiri dari 1 jalan. Setelain jalan-jalan
tersebut, sarana perhubungan yang dimiliki Kelurahan ini ada lah Jembatan,
dimana ada 3 jembatan yang sering dilalui oleh masyarakat Kelurahan Timbang
Deli. Dan yang terakhir adalah Terminal, dimana ada 1 terminal yaitu terminal
sudako 04.
d) Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi yang tersedia adalah telepon umum yang bentuknya
adalah wartel. Di Kelurahan ini ada 12 unit wartel yang tersedia untuk digunakan
masyarakat umum.
e) Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang ada di Kelurahan ini sama dengan daerah-daerah
lainnya yang ada di Kota Medan, yaitu ; becak yang jumlahnya belum diketahui,
berbeda-beda, dan yang terakhir ada bus umum dengan jumlah 173 unit, dan
dengan merk yang berbeda-beda juga.
f) Sarana Ibadah
Sara ibadah yang dimiliki Kelurahan Timbang Deli berupa ; Mesjid terdiri
dari 5 bangunan dengan jarak yang cukup berjauhan antara yang satu dengan yang
lainnya. Mushalla terdiri dari 6 bangunan, dan tempatnya juga berjauhan antara
yang satu dengan yang lainnya. Dan sarana ibadah yang lainnya adalah Gereja,
yang terdiri dari 8 bangunan, dan tempatnya juga berjauhan antara yang satu
dengan yang lainnya. Semua sarana ibadah ini dalam keadaan baik, dan aktif
digunakan masyarakat Kelurahan Timbang Deli.
g) Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli yaitu ;
puskesmas pembantu yang terdiri dari 1 unit, balai kesehatan ibu dan anak terdiri
dari 1 unit, klinik 2 unit, posyandu 13 unit5
5
Posyandu adalah sarana kesehatan terbanyak, karena disetiap lingkungan di Kelurahan Timbang Deli terdapat Posyandu.
, praktek dokter terdiri dari 7 unit,
dukun sunatan rosul terdiri dari 1 tempat, dukun bayi terdiri dari 1 orang. Sarana
kesehatan yang tersedia masih sering digunakan oleh masyarakat Kelurahan
h) Sarana Keamanan
Sarana keamanan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli hanya ada 1
yaitu kantor Kapolsek, yang selalu digunakan masyarakat untuk tempat pengaduan
yang berhubungan dengan tindak criminal maupun social.
G. Organisasi Sosial dan Struktur Pemerintahan
Kelurahan Timbang Deli yang berdiri pada tahun 1950, sejak tahun 1947
telah masuk menjadi wilayah bagian administratif Kotamadya Medan setelah
sebelumnya berada di wilayah administratif Kabupaten Deli Serdang dengan
menempati klasifikasi makmur. Kelurahan Timbang Deli dipimpin oleh seorang
Lurah yang bernama Ikhsan Nasution (37 tahun), yang merupakan baru saja
pindah tugas di kelurahan ini. Perangkat Kelurahan ini terdiri dari 6 orang staff, 15
orang Kepala Lingkungan dan 30 orang hansip. Sebelumnya Lurah yang
memimpin di Kelurahan Timbang Deli ini bernama M. Muharram (40 tahun),
yang mengambil alih kepemimpinan dari Lurah yang bernama Azra’i Nasution
(38 tahun).
Organisasi social yang ada di Kelurahan ini, disamping organisasi
pemerintahan, terdapat beberapa organisasi kemasyarakatan antara lain yaitu
organisasi ibu-ibu yang tergabung dalam PKK, Pengajian Akbar kaum ibu,
kelompok-kelompok perwiritan/pengajian laki-laki dan perempuan, organisasi
(STM), Ikatan Remaja Mesjid dan Pertamiangan Kristen serta beberapa rumah
BAB III
KEHIDUPAN RUMAH TANGGA PENARIK BECAK
A. Keadaan Rumah
Kediaman atau rumah yang menjadi tempat tinggal penarik becak yang
terdapat di Kelurahan Timbang Deli ini, pada umumnya adalah rumah sewa yang
berada di lorong-lorong atau gang-gang. Hampir semua rumah sewa yang
ditempati para penarik becak termasuk kedalam golongan bentuk permanent,
dimana bagian atasnya terbuat dari papan dan bagian bawah sekitar satu meter
terbuat dari batu. Harga sewa ditentukan dengan besar, bentuk, dan kondisi rumah.
Bentuk pembayarannyapun ada dua macam, yaitu ; pertama dengan membayar
sekaligus / tahun, dan yang kedua dengan menyicil perbulan, semua tergantung
pada kemampuan mereka (penarik becak) membayarnya.
Biasanya pada saat pertama sekali memasuki rumah sewa tersebut, ada
beberapa bagian rumah yang diperbaiki terlebih dahulu, karena ada
kerusakan-kerusakan yang ditinggalkan oleh penyewa sebelumnya. Ukuran rumah yang
disewa penarik becak sebagai tempat tinggal mereka, rata-rata berukuran 6 x 8
meter dengan bagian-bagian sebagai berikut; satu ruang tamu yang terletak pada
bagian depan rumah, satu kamar tidur yang terletak pada bagian tengah, dan dapur
yang terletak pada bagian belakang rumah. Sementara itu, untuk MCK,
beberapa keluarga yang juga menyewa rumah disebelah/sekitar rumah sewa yang
dihuni oleh penarik becak tersebut.
Ada juga jenis rumah yang lain, yang bentuknya sedikit diatas tingkatannya
dari rumah sewa yang biasanya di huni para penarik becak, tentu dengan harga
yang diatas dari biasanya. Dengan memiliki keistimewaan pada luas rumah, dan
dua kamar, serta fasilitas MCK didalam rumah, itu menjadi alasan pemilik rumah
untuk menaikkan harga dari rumah-rumah lainnya.
Lokasi rumah para penarik becak terletak pada daerah yang rawan dengan
banjir, karena Kelurahan Timbang Deli dan daerah yang terletak disekitar Amplas
adalah daerah yang selalu berhadapan dengan situasi banjir. Apalagi ketika hujan
turun dengan derasnya secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama. Keadaan ini sudah tentu menjadi bagian dari kehidupan para penarik becak,
karena rumah yang mereka tempati menjadi tempat persinggahan dari banjir yang
melanda. Perumahan yang banyak dibangun diatas tanah rawa ini, sudahlah tentu
menjadi “konsumen” apabila banjir datang. Para penarik becak rata-rata
menempati rumah yang dibangun diatas tanah rawa dengan ditimbun tanah yang
tidak tinggi, sehingga cepat sekali digenangi air hujan. Menurut penuturan pak
Syawal :
Tempat tinggal merupakan factor yang sangat penting peranannya dalam
hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup, untuk itu para penarik becak
harus tetap berusaha agar memiliki tempat tinggal, walaupun mereka harus
membayar mahal. Rata-rata uang sewa untuk rumah yang mereka tempati antara
Rp. 400.000,- s/d Rp. 1.200.000,- per tahun, pembayaran dilakukan dengan dua
cara yaitu; pertama, dibayar sekaligus satu tahun, dan yang kedua dibayar
perbulan. Selain itu, mereka juga harus membayar iuran listrik, karena rata-rata
rumah yang ditempati para penarik becak di Kelurahan Timbang Deli ini
menggunakan sumur dengan mesin pemompa air ataupun timba untuk
memperoleh air. Untuk mendapatkan rumah yang lebih baik lagi, para penarik
becak tidak memiliki kemampuan yang cukup.
Rumah atau tempat tinggal dalah merupakan salah satu kebutuhan yang
paling penting atua kebutuhan yang mendasar (primer), yang harus dipenuhi oleh
setiapindividu (manusia), sehingga dengan cara apapun manusia akan senantiasa
berusaha untuk memenuhinya walaupun yang diperoleh nantinya tidka sesuai
dengan harapan. Untuk itu para penarik becak ini selalu menjalin hubungan yang
baik dan harmonis dengan pemilik rumah sewa, ini bertujuan apabila
sewaktu-waktu para penarik becak ini tidak atau belum mampu membayar uang sewa,maka
harapannya mereka akan mendapatkan tenggangan waktu atau keringanan dari
sipemiliki rumah sewa. Dengan begitu, karena hubungan yang dijalin tersebut,
banyak dari para penarik becak ini yang menjadi penghuni rumah selama
Keadaan umum lingkungan perumahan para penarik becak yang tinggal di
Kelurahan Timbang Deli dilihat secara fisik, sebagai berikut :
• Letak rumah-rumah menumpuk antara rumah yang satu dengan rumah
yang lainnya berdekat-dekatan, sehingga banyak jalan-jalan yang tertutup.
• Rumahnya tidak memiliki jarak (dempet-dempet)
• Rumah dibangun dengan bahan separuh batu dan separuh kayu atau
triplek, atap seng, dengan kayu sembarang.
• Kamar tidur, ruang tamu, dan dapur besarnya tidak sesuai dengan jumlah
penghuni rumah
• Parit dikebanyakan rumah tidak ada, dan andaipun ada tentunya sudah
tidak berfungsi lagi (tersumbat)
• Fasilitas yang ada, listrik, sumur, dan sedikit pekarangan rumah untuk
tempat bermain anak, dan memarkirkan becak pada saat makan siang atau
waktu istirahat.
Tidak semua dari para penarik becak tersebut menyewa rumah, ada juga
beberapa dari mereka yang sudah mampu memiliki rumah sendiri. Namun
sebagian besar adalah rumah warisan dari orang tua atau memang mereka
merupakan penduduk yang sudah lama menetap dan mengetahui banyak tentang
daerah ini, ataupun mereka memilikinya dengan menyicil (berawal dari tanah
kemudian membangun gubuk-gubuk), akan tetapi bentu rumah yang mereka miliki
Gambar 1 :
Salah satu bentuk tempat tinggal penarik becak
B. Keluarga Penarik Becak
Setiap individu sudahlah tentu berasal dari sebuah keluarga, ia hidup dan
berkembang menjadi tubuh yang dewasa didlaam lingkungan keluarga. Penarik
becak bukanlah kelompok yang berbeda dengan yang lainnya, mereka sama
dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya yang berprofesi lain dari mereka,
memiliki keluarga, istri, anak, orang tua, manantu, mertua, dan lainnya. Yang
membedakan hanya satu, yaitu pekerjaan dan kondisi kehidupan mereka.
Keluarga inti (nuclear family) biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak
mereka. Berkaitan erat dengan keluarga inti adalah rumah tangga, yaitu sebuah
kesatuan ekonomi social yang mandiri (Robert R.Jay:1969). Keluarga inti juga
bisa ditambah dari kemanakan, kakek, nenek, mertua, atau orang tua, intinya
mengembangkan cara-cara yang khas dalam kehidupan mereka dimana di dalam
kelompok ternyata memerlukan partisipasi anggota masyarakat yang sudah
dewasa dari kedua jenis kelamin (Haviland, William.A; 1988). Dalam bagian ini,
kita akan membahas mengenai keluarga penarik becak.
a) Kebiasaan Yang Dilakukan Sebelum Berangkat “narek”
Sebelum pergi untuk mencari nafkah, penarik becak terlebih dahulu sarapan
di rumah mereka. Tentunya sang istri sudah terlebih dahulu bangun untuk
mempersiapkan sarapan yang akan menjadi santapan suami dan anak-anaknya,
sebelum meninggalkan rumah untuk “narek” dan anak-anaknya berangkat sekolah.
Sarapan dirumah dengan nasi merupakan kebiasaan yang wajib dilakukan oleh
penarik becak, karena dengan sarapan nasi mereka sudah punya cukup stamina
untuk menaklukkan jalanan sebagai tempat mencari nafkah. Sarapan dirumah,
menurut penarik becak merupakan alternative yang baik untuk mengirit
pengeluaran, dan kesehatan menjadi terjaga, selain dapat berkumpul dengan
kelurga pada saat makan.
Setelah selesai makan pagi, kegiatan selanjutnya yang menjadi kebiasaan
penarik becak adalah memeriksa becak mereka, sambil mengisap rokok dan
menghabiskan teh manis panas yang telah disediakan oleh istrinya. Sementara itu,
bagi penarik becak yang becaknya disimpan di gudang atau tempat toke, maka
kegiatan rutin memeriksa becak sebelum berangkan akan dilakukan di gudang
Memeriksa becak dilakukan agar apabila becak nanti digunakan untuk “narek”
mencari nafkah, maka tidak ada kendala dan melancarkan rezeki. Menurut pak
Salam (penarik becak yang baru saja berpindah dari becak dayung ke becak
bermotor):
“……..becaknya diperiksa dulu supaya nanti kalo’ ada penumpangan tidak ada masalah lagi, mau diantar sejauh manapun oke oke aja….rezekipun jadi lancer…..kalo’ becaknya ada yang rusak tapi kita ngagak taukan nanti dijalanan bisa jadi masalah…..bisa jadi ngga’ narek trus dibawak juga becaknya nggak enak kan jadi malas juga narek kalo’ becaknya nggak fitlah …nggak bagus gitu…..”(Transkrip wawancara dengan salah satu informan).
Setelah selesai memeriksa becak, dan dirasa tidak ada masalah dengan
becak yang akan dibawa “narek” tersebut, selanjutnya penarik becak
mempersiapkan segala keperluan yang nantinya digunakan dijalanan sebagai
pendorong dalam mencari nafkah. Perlengkapan yang selanjutnya dipersiapkan
adalah ; air minum, handuk, jaket, dan topi, kalau mereka membawa becak
bermotor, maka helm tidak lupa untuk dibawa. Menurut pak Syawal :
“ ………sekarang ini lagi musim-musimnya raziah…jadi kalo’ nggak bawa helm takutnya di tangkap…lagian kalo’ nggak bawa helm tiba-tiba ada penumpang yang minta diantarkan agak jauhkan nanti jadi nggak bisa….ya rezekinya tebuangla…”(Transkip wawancara dengan salah satu informan).
Ketika semuanya telah diperiksa, dan keperluan di jalananpun sudah
dipersiapkan, maka penarik becak sudah siap untuk berangkat mengadu nasib
dijalanan dan bersaing dengan alat transportasi lainnya, atau bahkan dari sesame
penarik becak juga. Sebelum mereka pergi “narek”, biasanya mereka berpesan
biasa mangkal menunggu sewa, dan kalau mereka tidak ada karena mengantar
penumpang, maka mereka meminta agar menitipkan pesan kepada teman yang
lainnya yang satu pangkalan. Ketika mereka balik ke pangkalan, maka pesan itu
akan disampaikan kepada mereka. Ini mereka lakukan sebelum berangkat “narek”
karena, mereka khawatir jika terjadi sesuatu dengan keluarga atau kerabat lainnya.
Jika istri mereka juga turut bekerja untuk mencukupi kebutuhan, maka mereka
akan pergi lebih dulu dari istrinya, kemudian istrinya akan berpean kepada
anaknya yang paling besar, apabila lebih dulu pulang agar jangan kemana-mana
dahulu, tunggu sampai ibunya pulang. Walaupun istri mereka turut bekerja, tetapi
jam kerjanya rata-rata tidak sampai sore, siang hari para istri yang bekerja sebagai
buruh cuci dirumah cina atau yang lainnya sudah pulang.
Gambar 2 :
b) Kebiasaan Yang Dilakukan Setelah Pulang “narek”
Pada umumnya penarik becak ketika jam makan siang, mereka pulang
kerumah secara bergantian meninggalkan pangkalan. Alasan makan siang dirumah
sama halnya ketika sarapan pagi, selain dapat berkumpul dengan keluarga, karena
anak-anak mereka juga sudah pulang sekolah, dapat juga mengirit pengeluaran
dan kesehatan juga terjaga. Biasanya setelah selesai makan siang, mereka
beristirihat terlebih dahulu dengan membawa badan berbaring dalam waktu 30 –
60 menit. Kemudian mereka kembali lagi bersiap-siap untuk berangkat “narek”
lagi.
Rata-rata penarik becak berada dirumah pada pukul 18.00 Wib, menjelang
maghrib. Ada juga sebagian lagi yang masih tinggal di pangkalan, bagi mereka
yang masih tinggal dipangkalan ini mulai “narek”nya pada siang hari. Tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk mereka “narek” lagi di malam hari sebagai tambahan
pendapatan, walaupun mereka sudah pulang sore hari.
Sesampainya mereka dirumah, penarik becak ini kemudian menyimpan
becak mereka di tempat yang bisa mereka simpan. Ada yang menyimpan
becaknya diteras rumah atau disamping rumah, dan ada pula yang
menumpangkannya di tempat tetangga, karena tidak ada pekarangan rumah.
Sebelum masuk kedalam rumah, jika mereka tidak ada niat lagi untuk “narek”,
maka mereka akan menutup becak mereka dengan rapi, agar tidak
dimain-mainkan anak-anak, dan menggembokkannya, sama halnya dengan mereka yang
dengan rantai kemudian menutupnya dengan terpal. Bagi yang meletakkannya di
rumah toke, maka itupun akan dilakukan, dengan begitu tokepun akan senang,
karena becak dirawat oleh penarik becak, maka keberlangsungan pekerjaanpun
akan jelas.
Ketika semua sudah dianggap beres dan becak aman untuk ditinggal,
merekapun masuk kedalam rumah, dengan sambutan istri dan anak-anaknya.
Kegiatan selanjutnya adalah membersihkan diri (mandi dan berganti pakaian),
kemudian penarik becak ini akan meminta istrinya untuk membuatkan air minum
teh manis, sambil menikmati teh manis mereka menonton siaran TV bersama
dengan anak-anaknya. Bagi mereka yang beragama Islam mereka akan mengajak
keluarganya untuk sholat maghrib bersama, dengan berjama’ah.
Malam hari apabila mereka tidak “narek” lagi, mereka menghabiskan
waktu bersama anak-anak dan istrinya, dengan kegiatan menonton TV ataupun
mendampingi anaknya ketika belajar. Namun ketika, jadwal pengajian atau
perwiritan merekapun akan pergi mengikuti perwiritan atau pengajian, karena
mereka terdaftar sebagai anggota pengajian atau perwiritan yang biasanya
dilaksanakan dengan rutin setiap malan Kamis atau malam Jum’at.
Selain nonton TV bersama,dan mendampingi anak-anaknya belajar, penarik
becak akan membuka pembicaraan dengan istrinya mengenai keadaan dirumah
selama mereka tinggalkan, merambat keberita-berita mengenai kerabat, tetangga,
dan rencana-rencana mereka untuk kedepannya agar hidup lebih baik lagi, dan
cepat, walaupun mungkin masih ada anggota keluarga lainnya yang belum bisa
tertidur, namun secara umum keluarga penarik becak ini tidur paling lama pada
pukul 23.00 Wib. Sebelum tidur mereka akan memastikan sekali lagi becaknya,
kemudian memeriksa semua jendela dan pintu apakah sudah dikunci, kemudian
mereka beristirahat hingga pagi menjelang.
c) Pola Pengasuhan Anak
Peran anggota keluarga inti, terutama dalam masyarakat penarik becak
yang tergabung dalam organisasi penarik becak Bersatu Mandiri dalam dilihat
dengan jelas. Dimana pada umumnya suami melakukan perannya diluar rumah
mencari nafkah dan isterinya di dalam rumah mengasuh anak. Isterinya selain
mengasuh anak, juga turut memberikan peranan dalam menambah pendapatan
keluarga. Kebanyakan isteri para penarik becak ini bekerja sebagai pembantu
rumah tangga, buruh cuci, menjaga bayi dan menggosokan baju orang lain untuk
mendapatkan upah., atau ada sebagian yang membuka kedai/ warung
kecil-kecilan. Sedangkan peran suami dalam hal pengasuhan anak adalah sebagai
pengawas isteri dalam mendidik anak-anak mereka dan dalam pengaturan rumah
tangga.
Apabila ada anak yang melakukan kesalahan, maka ayah tidak langsung
menegur si anak, ibulah yang pertama sekali ditegur oleh ayah karena prilaku anak
tersebut, baru setelah itu ayah menegur dan memarahi si anak. Sama halnya jika
terlebih dahulu untuk memintanya, kemudian sang ibu membicarakannya kepada
ayah. Dalam hal mendidik dan mengasuh anak, dapat dikatakan peran ibu cukup
dominant. Hal ini mengakibatkan kedekatan antara anak dan ayah relative hanya
sekedarnya saja atau biasa-biasa saja, tidak seperti kedekatan antara anak dan ibu.
Tugas utama anak adalah belajar dan membantu orang tua, bagi anak
perempuan membantu ibunya dirumah sedangkan anak laki-laki kadang-kadang
membantu ibunya, kadang-kadang membantu sang ayah memperbaiki becak atau
memeriksa kerusakan-kerusakan dirumah, serta membersihkan becak sang ayah.
Bahkan ada juga anak-anak yang sudah membantu kehidupan ekonomi keluarga
dengan bekerja sebagai buruh di pabrik, atau berjualan keliling. Dalam sebuah
keluarga suami dan isteri memiliki peranan yang sangat penting dalam
memberikan pewarisan fisik dan psikis anak, begitu juga dengan keluarga penarik
becak. Sang ibu mengandung dan memelihara sanag buah hatinya, yang akhirnya
sang anak memiliki banyak waktu untu mendapatkan kasih sayang baik itu dari
ibu ataupun dari ayah, mulai dari dalam kandungan sampai masa kanak-kanak,
namun ynag memberikan kasih sayang yang lebih adalah sang ibu.
Walaupun tidak bisa dipungkiri, dalam hal tertentu terkadang anak lebih
dekat dengan sang ayah, akan tetapi pada umumnya ibulah yang lebih akrab
dengan anak-anaknya. Lebih jelasnya, ibu memberikan batin kapada anak, dan
ayah memberikan lahir (nafkah untuk pertumbuhan fisik anak). Setiap anggota
keluarga inti, dalam hubungan antar mereka, mempunyai hak dan kewajiban yang
Gambar 3 :
Tampak beberapa anak-anak yang tinggal satu wilayah dengan penarik becak tengah bermain kelereng bersama
Tabel 2
Kondisi penarik becak berdasarkan Jumlah Anak
No Jumlah Anak Jumlah Persentasi (%)
1 Belum memiliki anak 2 10
2 Memiliki 1 orang anak 3 12
3 Memiliki 2 orang anak 5 18
4 Memiliki 3 orang anak 4 15
5 Memiliki 4 orang anak 4 15
6 Memiliki 5 orang anak 5 18
7 Memiliki diatas 5 orang
anak 3 12
Jumlah 26 100
d) Tingkat Pendidikan Keluarga
Pendidikan dapat dikatakan sebagai tolok ukur dari seberapa besar
pendapatan yang diperoleh pada setiap keluarga, artinya jika dalam satu keluarga
seluruh anggotanta (anak-anaknya) mendapatkan pendidikan formal hingga
sampai ke Perguruan Tinggi, maka orang disekitarnya akan memiliki pendapat
bahwa kelurga itu memiliki rezeki (dalam hal ini pendapatan) yang berlebih,
sehingga mampu mengantarkan anak-anaknya hingga mendapatkan gelar Sarjana.
Namun sebaliknya, apabila dalam satu Keluarga tersebut tidak ada yang sampai
mendapatkan gelar pada pendidikan formal, atu hanya sampai tingkatan SMP saja,
maka orang di sekitarnya akan beranggapan kalau rexeki keluarga itu hanya cukup
untuk makan. Hal ini beranjak dari mahalnya biaya pendidikan sekarang ini,
semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka semakin besar pula biaya
yang akan dikeluarkan untuk kelancarannya.
Tingkat pendidikan yang diperoleh setiap anggota keluarga penarik becak
sangat beragam, akan tetapi rata-rata dari anak-anak mereka memperoleh
pendidikan hingga tamat SMA. Karena menurut penuturan pak Riswan :
Dari penuturan pak Riswan tersebut, ternyata pendidikan juga sangat
penting bagi para penarik becak untuk anak-anak mereka. Ini menunjukkan
adanya rasa ingin mengubah hidup yang cukup kuat, walaupun mereka harus
menggantungkan harapan-harapannya kepada anak-anak mereka.
Dari data yang didapat peneliti dilapangan berdasarkan jumlah informan
yang didatangi, ada 25 % atau 6 anak yang belum bersekolah, yang tidak tamat SD
ada 8,4 % atau 2 orang anak, tamat SD ada 8,4 % atau 2 orang anak, tamat SLTP
16,7 % atau 4 orang anak, tamat SLTA 33,3 % atau 8 orang anak, kuliah 8,4 %
atau 2 orang anak.
C. Pendapatan dan Pengeluaran
Keadaan ekonomi yang semakin menurun ditandai dengan bermulanya
krisis ekonomi yang berlangsung mulai pertengahan tahun 1997, yang
diperkirakan tidak berlangsung lama. Keadaan ini sudahlah tentu sangat
mempengaruhi seluruh aspek-aspek perekonomian serta tatanan kehidupan
masyarakat. Akibatnya adalah semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan
keluarga miskin di Indonesia.
Yang disebut dengan miskin, menurut Schreiber (dalam Oslan
Purba;2002:72) adalah apabila penghasilan atau pendapatan rumah tangga tidak
sesuia atau tidak mencukupi untuk keperluan standart kehidupan yang wajar.