• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK BENCANA PASCA MELETUSNYA GUNUNG

SINABUNG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DI

DESA KUTARAYAT KECAMATAN NAMAN TERAN

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Sosial

OLEH

BIL BELA GINTING

070902038

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Bil Bela Ginting

NIM : 070902038

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung

Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat

Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

Medan, Januari 2012 PEMBIMBING

(Agus Suriadi, S.Sos, M.Si) NIP : 08670808 199403 1 004

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

( Hairani Siregar, S.Sos, M.SP) NIP : 19710927 199801 2 001

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Bil Bela Ginting Nim : 070902038

ABSTRAK

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan

Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

(Skripsi ini terdiri dari : 6 bab, 85 Halaman, 16 kepustakaan, 27 tabel serta

lampiran)

Pada penelitian yang dilakukan, penulis menyoroti masalah dan dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung dalam kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, yaitu dengan cara melihat dan menganalisa data penelitian, yang pada dasarnya membandingkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung di Tanah Karo.Dalam hal ini, dampak sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung terhadap sosial ekonomi masyarakat tidak positip, artinya pasca meletusnya Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam tingkat pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan untuk pendidikan anak, serta kesehatan. Guna memperoleh data atau tanggapan dari masyarakat secara langsung, penulis terjun kelapangan melakukan penelitian serta membagikan angket (kuisioner) kepada 65 kepala keluarga yang tinggal di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

Dengan berpedoman kepada hipotesa yang diajukan yaitu ”Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo dan Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo” maka Ha diterima dan Ho ditolak setelah diadakan analisa data melalui uji t. Bencana meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Bil Bela Ginting Nim : 070902038

ABSTRACT

Impact of Disaster Post-eruption of Mount Sinabung Against Socio-Economic Life in the Village of Kutarayat District Naman Teran Regency Karo. (This

thesis consists of 6 chapters, 85 pages, 27 tables, 16 bibliographical and attachments)

In the study conducted, the authors highlight the problems and the impact of post-eruption of Mount Sinabung disaster in relation to socio-economic conditions of families in the village of Naman Teran Kutarayat Karo District, by way of seeing and analyzing research data, which basically compares the socio-economic situation before and after the eruption of Mount Sinabung in Tanah Karo. In this case, the impact before and after the eruption of Mount Sinabung on the socio-economic people are not positive, meaning that post-eruption of Mount Sinabung provide a considerable influence on reducing socio-economic level of society, both in the level of revenue or income, source of income for children's education, and health. To obtain data or responses from the public directly, the author falls spaciousness conduct research and distribute a questionnaire (questionnaire) to the 65 heads of householdswho livein the VillageDistrictKutarayatNamanTeranKaro.

With reference to the hypothesis put forward is "Ha: There is a significant relationship between post-catastrophic eruption of Mount Sinabung on socio-economic life in the VillageDistrict Kutarayat NamanTeran Karo andHo: There is no significant relationshipbetweenpost-catastrophic eruption ofMountSinabung on socio-economic life in the VillageDistrict KutarayatNamanTeran Karo "thenHa is received and Ho is rejected after extensive data analysis via t test. Catastrophic eruption of Mount Sinabung provide a significant impact on socio-economic in the VillageDistrictKutarayatNamanTeranKaro.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa karena penulis diberikan kekuatan mental, pikiran, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dengan judul skripsi “Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Komprehensif untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(6)

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2.. Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 12

1.3.2. Manfaat Penelitian... 12

1.4. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dampak ... 14

(8)

2.3. Gunung Sinabung ... 17

2.4. Sosial Ekonomi ... 20

2.4.1 Pengertian Sosial Ekonomi ... 20

2.4.2 Perekonomian Keluarga ... 21

2.4.2.1 Pendapatan ... 22

2.4.2.2 Pendidikan ... 23

2.4.2.3 Kesehatan ... 25

2.5. Kesejahteraan Sosial ... 27

2.6. Hipotesis ... 28

2.7. Kerangka Pemikiran ... 29

2.8. Definisi Konsep………31

2.9. Definisi Operasional ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 33

3.2. Lokasi Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel ... 34

(9)

3.5. Teknik Analisis Data... 35

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis ... 36

4.1.1 Keadaan Alam... 36

4.2. Keadaan Demografis ... 36

4.2.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan ... 36

4.2.2 Jumlah Kepala Keluarga ... 39

4.3. Keadaan Sosial Ekonomi ... 40

4.3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 40

4.4. Sarana dan Prasarana Desa Kutarayat ………41

4.4.1 Sarana Rumah Ibadah... 41

4.4.2 Sarana Kesehatan ... 41

4.4.3 Sarana Air Bersih ... 42

4.4.4 Sarana Pendidikan ... 43

4.4.5 Sarana Jalan ... 44

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Analisis Gambaran Umum Responden ... 45

(10)

5.1.2 Responden Berdasarkan Usia ... 46

5.1.3 Responden Berdasarkan Agama ... 47

5.1.4 Responden Berdasarkan Suku/Etnis ... 48

5.1.5 Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 49

5.1.6 Responden Berdasarkan Pendidikan ... 50

5.2. Analisis Sosial Ekonomi Keluarga ... 52

5.2.1 Pendapatan/Penghasilan ... 52

5.2.2 Sumber Pendapatan/Penghasilan ... 53

5.2.3 Pekerjaan Sampingan ... 55

5.2.4 Pangan ... 56

5.2.5 Pendidikan ... 58

5.2.6 Perumahan ... 59

5.2.7 Kesehatan ... 61

5.2.8 Tabungan ... 65

5.3. Analisis Data Kuantitatif ... 67

5.3.1 Keterangan Uji t ... 67

5.3.2 Uji t Untuk Penghasilan Keluarga ... 67

5.3.2 Uji t Untuk Perubahan Sumber Pendapatan ... 68

(11)

BAB VI PENUTUP

6.1.Kesimpulan... 72 6.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HALAMAN

4.1 Penggunaan Wilayah Lahan Pertanian ... 37

4.2 Penggunaan Wilayah Lahan Bukan Sawah ... 38

4.3 Penggunaan Wilayah Lahan Bukan Pertanian ... 38

4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……….39

4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 40

4.6 Sarana Rumah Ibadah ... 41

4.7 Sarana Kesehatan ... 41

4.8 Sarana Air Bersih ... 42

4.9 Sarana Pendidikan ... 43

5.1 DistribusiResponden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

5.2 DistribusiResponden Berdasarkan Usia ... 47

5.3 DistribusiResponden Berdasarkan Agama ... 48

5.4 DistribusiResponden Berdasarkan Suku ... 49

5.5 DistribusiResponden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 50

5.6 DistribusiResponden Berdasarkan Pendidikan ... 51

5.7 JawabanResponden Berdasarkan Pendapatan ... 52

(13)

5.9 JawabanResponden Berdasarkan Pekerjaan Sampingan ... 55

5.10 JawabanResponden Berdasarkan Kebutuhan Pangan ... 56

5.11 JawabanResponden Berdasarkan Kebutuhan Makanan ... 57

5.12 JawabanResponden Berdasarkan Pendidikan anak ... 58

5.13 JawabanResponden Berdasarkan Kepemilikan Rumah ... 60

5.14 JawabanResponden Berdasarkan Kebutuhan Kesehatan... 61

5.15 JawabanResponden Berdasarkan Frekuensi Berobat ... 62

5.16 JawabanResponden Berdasarkan Sumber Dana Berobat ... 63

5.17 JawabanResponden Berdasarkan Tempat Berobat ... 64

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Bil Bela Ginting Nim : 070902038

ABSTRAK

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan

Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

(Skripsi ini terdiri dari : 6 bab, 85 Halaman, 16 kepustakaan, 27 tabel serta

lampiran)

Pada penelitian yang dilakukan, penulis menyoroti masalah dan dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung dalam kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, yaitu dengan cara melihat dan menganalisa data penelitian, yang pada dasarnya membandingkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung di Tanah Karo.Dalam hal ini, dampak sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung terhadap sosial ekonomi masyarakat tidak positip, artinya pasca meletusnya Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam tingkat pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan untuk pendidikan anak, serta kesehatan. Guna memperoleh data atau tanggapan dari masyarakat secara langsung, penulis terjun kelapangan melakukan penelitian serta membagikan angket (kuisioner) kepada 65 kepala keluarga yang tinggal di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

Dengan berpedoman kepada hipotesa yang diajukan yaitu ”Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo dan Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo” maka Ha diterima dan Ho ditolak setelah diadakan analisa data melalui uji t. Bencana meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

(16)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Bil Bela Ginting Nim : 070902038

ABSTRACT

Impact of Disaster Post-eruption of Mount Sinabung Against Socio-Economic Life in the Village of Kutarayat District Naman Teran Regency Karo. (This

thesis consists of 6 chapters, 85 pages, 27 tables, 16 bibliographical and attachments)

In the study conducted, the authors highlight the problems and the impact of post-eruption of Mount Sinabung disaster in relation to socio-economic conditions of families in the village of Naman Teran Kutarayat Karo District, by way of seeing and analyzing research data, which basically compares the socio-economic situation before and after the eruption of Mount Sinabung in Tanah Karo. In this case, the impact before and after the eruption of Mount Sinabung on the socio-economic people are not positive, meaning that post-eruption of Mount Sinabung provide a considerable influence on reducing socio-economic level of society, both in the level of revenue or income, source of income for children's education, and health. To obtain data or responses from the public directly, the author falls spaciousness conduct research and distribute a questionnaire (questionnaire) to the 65 heads of householdswho livein the VillageDistrictKutarayatNamanTeranKaro.

With reference to the hypothesis put forward is "Ha: There is a significant relationship between post-catastrophic eruption of Mount Sinabung on socio-economic life in the VillageDistrict Kutarayat NamanTeran Karo andHo: There is no significant relationshipbetweenpost-catastrophic eruption ofMountSinabung on socio-economic life in the VillageDistrict KutarayatNamanTeran Karo "thenHa is received and Ho is rejected after extensive data analysis via t test. Catastrophic eruption of Mount Sinabung provide a significant impact on socio-economic in the VillageDistrictKutarayatNamanTeranKaro.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Maraknya kabar mengenai negara-negara maupun daerah-daerah yang terkena bencana alam menghiasi surat kabar maupun berita-berita yang ada di televisi. Bencana alam tidak dapat dianggap sebagai masalah yang sepele. Dari setiap bencana alam yang terjadi pasti menimbulkan kerugian yang besar dari setiap aspek kehidupan. Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya

(18)

Indonesia pada level pengaruh bencana terhadap manusia – peringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami.

Bencana besar sudah berkali-kali menimpa bumi. Termasuk salah satunya adalah letusan Gunung Tambora di Indonesia yang terbesar dengan 80 ribu orang tewas dan menimbulkan kelaparan luar biasa.

Populasi dunia telah meningkat dramatis luar biasa dalam satu abad terakhir dan lebih banyak orang yang hidup dalam lingkungan yang berbahaya. Menurut para ahli badai besar dan tsunami menjadi yang paling potensial membunuh massa di masa kini daripada di masa lalu.

Meskipun tidak semua bencana tercatat, namun berikut daftar bencana terburuk dalam sejarah.

May 2008 – Angin puyuh Nargis membunuh 140 ribu orang lebih. Korban terperangkap dalam kejaran pusaran, dan tidak mampu lari lebih jauh, mengubur penduduk di lahan pertanian di Myanmar hingga tersapu bersih.

8 Oktober 2005 – Gempa berkekuatan 7,6 magnitudo di Pakistan merenggut nyawa lebih dari 40 ribu manusia. Kerusakan hebat disebabkan oleh pusat tumbukan di patahan dangkal.

(19)

lain yang juga mengalami dampak peristiwa tersebut. Aceh adalah wilayah yang mempunyai korban terbanyak.

1992 – Angin topan Andrew meskipun hanya mengambil nyawa 26 orang tetapi kerusakan properti ditaksir mencapai US$25 miliar (Rp 233,4 triliun), dijuluki sebagai bencana alam termahal dalam sejarah Amerika Serikat sepanjang waktu.

1985 – Letusan gunung Nevado del Ruiz di Kolombia membunuh 25 ribu manusia, sebagian besar terperangkap dalam aliran lahar dan lumpur ganas.

1976 – Gempa bumi Tangsha di China, 8 skala magnitudo, merampas jiwa manusia tidak berdosa antara 225 ribu hingga 655 ribu orang.

1931 – Luapan sungai Kuning, menyebarkan kesakitan luar biasa bagi 1 juta hingga 3,7 juta nyawa melalui peristiwa penenggelaman, penyakit, kelaparan dan banjir. Sungai tersebut tercatat juga pernah menimbulkan katastrofi pada tahun 1887, dengan jumlah korban jiwa hampir sama.

1815 – Gunung Tambora, Indonesia, meletupkan lahar panas dan membunuh 80 ribu orang dan menimbulkan kelaparan luar biasa.

(20)

1556 – Shannzi China, gempa bumi mengambil 830 ribu nyawa. Tidak ada seorang pun mengetahui kedatangannya yang tiba-tiba dan sedikit yang selamat dari guncangan seismik tersebut.

1138 – Bumi bergoyang di Allepo, Syria, merenggut 230 ribu korban. Terdaftar dalam survei geologi Amerika Serikat sebagai gempa bumi paling mematikan keempat sepanjang sejarah manusia.

1500 sebelum Masehi – Pulau Stroggli Mediterania terhempas. Sebuah tsunami menghapus kebudayaan Minoa, di sebuah area yang dikenal dengan nama Santorini, Plato menyebut situs tersebut sebagai kelenyapan Atlantis. (Fact and miracle. 2010)

Indonesia juga merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan topan. Sekitar 13 persen gunung berapi dunia yang berada di kepulauan Indonesia berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda.

Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini. Beberapa diantaranya pernah mencatatkan rekor letusan fantastis yang membuat dunia ikut merasakan dampaknya. Besarnya letusan sebuah gunung berapi dapat dihitung menggunakan pengukuran VEI.

(21)

1982 untuk menyediakan pengukuran relatif dari besarnya letusan gunung berapi.

Gunung Kelud (VEI=4). Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.

Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.

(22)

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.

Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.

Gunung Galunggung (VEI=5). Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.

Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak gunung.

(23)

tampak kerucut, meskipun didalamnya terdapat kawah besar. Dari puncak gunung, adalah mungkin untuk melihat puncak Gunung Rinjani di pulau Lombok, meskipun kedua gunung sering tertutup awan.

Pada tanggal 18 Februari 1963, penduduk setempat mendengar ledakan keras dan melihat awan naik dari kawah Gunung Agung. Pada tanggal 24 Februari lava mulai mengalir menuruni lereng utara gunung.

Pada tanggal 17 Maret, gunung berapi meletus, mengirimkan puing-puing 8-10 km ke udara dan menghasilkan aliran piroklastik yang besar. Arus ini banyak menghancurkan desa-desa, menewaskan sekitar 1500 orang. Sebuah letusan kedua pada 16 Mei menyebabkan aliran awan panas yang menewaskan 200 penduduk lain.

Krakatau (VEI=6). Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia.

(24)

mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II. Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York. Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat sedikit.

Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.

Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.

(25)

hingga 50 km di sebelah timur, 75 km di tenggara, dan barat ke pantai ini. Memiliki volume 220-250 km ³ dan panjang 20 km dan lebar 8 km.

Gunung Tambora (VEI=7). Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000 - 12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut. Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi. Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia.

Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.

(26)

sama ketika terjadi letusan di tahun 1815. Karena ciri-ciri yang serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur.

Toba Supervolcano (VEI=8). Merupakan letusan gunung berapi yang paling dahsyat yang pernah diketahui di planet Bumi ini. Dan hampir memusnahkan generasi umat manusia di planet Bumi.

73.000 tahun yang lalu letusan dari supervolcano di Indonesia hampir memusnahkan seluruh umat manusia. Hanya sedikit yang selamat. Dan setelah Tsunami Gunung Berapi Di Indonesia menjadi Aktif sekali lagi dan mengancam umat manusia. Letusan ini tidak bisa dibandingkan dengan apapun yang telah dialami di bumi sejak masa dimana manusia bisa berjalan tegak. Dibandingkan dengan SuperVolcano Toba, bahkan krakatau yang menyebabkan sepuluh ribu korban jiwa pada 1883 hanyalah sebuah sendawa kecil. Padahal krakatau memiliki daya ledak setara dengan 150 megaton TNT. Sebagai perbandingan: ledakan Bom Nuklir hiroshima hanya memiliki daya ledak 0,015 megaton, dan secara lisan maka daya musnahnya 10.000 kali lebih lemah dibanding krakatau.

(27)

raksasa diburu. Selain makanan herbivora, mammoth dan badak berbulu juga seringkali menjadi menu makanan manusia.

Toba, dengan diameter 90 kilometer di pulau yang sekarang dikenal dengan nama Sumatera, meletus dengan sangat dahsyat. Bersamaan dengan gelombang besar tsunami, ada 2.800 kilometer kubik abu yang dikeluarkan, yang menyebar ke seluruh atmosfir bumi kita. Yang mungkin telah mengurangi jumlah populasi manusia menjadi hanya sekitar 5000 sampai 10.000 manusia saja. Sebenarnya manusia jaman sekarang berasal dari beberapa ribu manusia yang selamat dari letusan super volcano Toba 73.000 tahun yang lalu. Oleh karena itu Gunung berapi di Indonesia bertanggung jawab atas hampir musnahnya umat manusia.

Dan Dari 60 hingga 70 gunung berapi yang dapat ditemuai di area tersebut (Indonesia) sekarang, beberapa diantaranya menjadi aktif kembali dalam beberapa bulan maupun beberapa minggu setelah gempa di dasar laut pada bulan Desember 2004. Walaupun Toba sampai saat ini masih tertidur jauh dan aman dibawah sebuah laut besar yang menyandang nama sama di Sumatera Utara, banyak orang yang takut apabila suatu saat Gunung Berapi aktif di Talang yang berada 300 kilometer di selatan Toba meletus, bisa membangunkan Raksasa yang tertidur.

(28)

indikasi akan kejadian tersebut. "Sang ahli tersebut berpikir bahwa mungkin saja suatu hari nanti letusan besar lain akan terjadi tapi hal itu baru akan mungkin terjadi sekitar 10.000 atau bahkan 100.000 tahun lagi. Tetapi biar bagaimana pun tidak semua hal dapat diprediksi. (Dalimunthe, 2010)

(29)

Selama dua hari sebelumnya berdasarkan informasi Tim yang berada di lapangan dilaporkan pada tanggal 28 Agustus 2010 pada pukul 08.00 – 16.00 WIB, secara visual terpantau asap putih tipis, ketinggian sekitar 20 meter dengan tekanan lemah hingga sedang. Kemudian pukul 16.00 – 19.00 WIB, G. Sinabung tertutup kabut. Sedangkan pengamatan pukul 19.00 – 24.00 WIB, tidak terpantau adanya asap dari kawah aktif.

Dengan demikian Gunung Sinabung tidak menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan kegiatan yang menjadikan masyarakat siap-siap. Namun pada 29 Agustus 2010 tengah malam pukul 00.08 WIB, terdengar suara gemuruh. Dengan aktivitas tersebut maka Gunung Sinabung diubah tipenya dari tipe B menjadi tipe A dan statusnya dinyatakan AWAS terhitung pukul 00.10 WIB tanggal 29 Agustus 2010. Hal ini karena pada pukul 00.10 WIB setelah berkoordinasi dengan tim di lapangan, diputuskan dilakukan pengungsian masyarakat yang bermukim dan beraktivitas pada radius 6 km dari kawah aktif. (Rovicky, 2010)

Setelah Gunung Sinabung dinyatakan aman maka penduduk pulang kembali ke rumah masing-masing. Akan tetapi keadaan penduduk sekitar daerah yang terkena dampak meletusnya Gunung Sinabung tidak sama dengan keadaan sebelum meletusnya Gunung Sinabung tersebut dimana banyak perubahan yang ditimbulkan, baik bidang sosial maupun bidang ekonomi.

(30)

tersebut. Sebelum meletusnya Gunung Sinabung Desa Kutarayat merupakan desa yang tentram dan subur dimana aktivitas sehari-hari masyarakatnya lebih banyak bertani. Tanah pertanian di desa ini sangat subur dan udaranya pun sejuk. Pendapatan masyarakat pun berasal dari hasil pertanian yang mereka jual ke pasar. Karena tanahnya yang subur, hasil pertanian pun melimpah dan pendapatan dari hasil pertanian pun mencukupi. Karena Pendapatan yang cukup dari hasil pertanian tersebut maka rata-rata masyarakatnya menyekolahkan anak-anak dalam keluarga. Ada yang bersekolah di desa ada pula yang disekolahkan keluar kota. Jika dilihat dari segi kesehatan maka rata-rata penduduk memiliki kesehatan yang baik pra meletusnya Gunung Sinabung. Hal ini dapat dilihat dari sepinya pengunjung puskesmas yang ada di desa ini. Semua aktivitas berlangsung normal-normal saja. Akan tetapi pasca meletusnya Gunung Sinabung, semua keadaan seakan-akan berbanding terbalik. Banyak dampak yang ditimbulkan pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

(31)

1.2Perumusan Masalah

Dari Latar Belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan ”Bagaimana Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo?”. Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah dimana peneliti hanya berfokus pada kehidupan sosial ekonomi yang meliputi pendapatan, pendidikan dan kesehatan.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

1.3.2 Manfaat Penelitian

(32)
(33)

1.4Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUN PUSTAKA

Berisikan Uraian Konsep Yang Berkaitan Dengan Masalah Dan Objek Yang Di Teliti , Kerangka Pemikiran, Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data Serta Teknik Analisis Data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab Ini Berisikan Tentang Gambaran Umum Menegenai Lokasi Dimana Peneliti Melakukan Penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan Tentang Uraian Data Yang Diperoleh dalam Penelitian Beserta Analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Dampak

Pengertian dampak menurut KBBI adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.

Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI Online, 2010)

2.2 Bencana Alam

Bencana alam adalah suatu peristiwa bagi populasi

adalah disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Dua jenis bencana alam yang

diakibatkan dari jarang mempengaruhi manusia,

(35)

Bencana alam dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu bencana alam yang bersifat bencana ruang angkasa.

2.2.1 Bencana alam meteorology

Bencana alam meteorologi atau hidrometeorologi berhubungan dengan iklim. Bencana ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus, walaupun ada daerah-daerah yang menderita banjir musiman, kekeringan atau badai tropis (siklon, hurikan,taifun) dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu.

Bencana alam bersifat meteorologis seperti banjir dan kekeringan merupakan bencana alam yang paling banyak terjadi di seluruh dunia. Beberapa di antaranya hanya terjadi suatu wilayah dengan iklim tertentu. Misalnya hurikan terjadi hanya pada abad moderen adalah bencana yang disebabkan oleh

2.2.2 Bencana alam geologi

(36)

peristiwa seismik memuncak pada ketinggian kurang dari 1 meter di laut lepas namun bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam. Jadi saat mencapai perairan dangkal, tinggi gelombang dapat melampaui 10 meter. suatu periode aktivitas vulkanis seperti banjir kombinasi atau dapat disebabkan

2.2.3 Wabah

Wabah atau epidemi adalah manusia di dalam ruang lingkup yang besar, misalnya antar negara atau seluruh dunia. Contoh wabah terburuk yang memakan korban jiwa jumlah besar adalah pandemi

2.2.4 Bencana alam dari ruang angkasa

(37)

2.2.5 Dampak bencana alam

Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidan aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya yang paling menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus. Dalam hitungan detik dan menit, jumlah besar luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa. Bencana seperti pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama letusan gunung berapi, hujan lebat dan topan. (Wikipedia, 201

2.3 Gunung Sinabung

(38)

berkata lain, pada tanggal 27 Agustus 2010 gunung Sinabung menyemburkan lahar panas dan asap yang membungbung tinggi. Kejadian ini menimbulkan kepanikan di masyarakat terutama anak-anak.

Menyikapi kejadian tersebut Direktorat Pelayanan Sosial Anak mengrimkan Tim TRC kelokasi bencana, untuk sesegara mungkin memberikan pelayanan terhadap anak-anak yang menjadi korban bencana gunung meletus. Pada hari pertama Tim TRC Pelayanan Sosial Anak melakukan konsolidasi Program Perlindungan Anak, melakukan koordinasi dengan Tim TRC Dinas Propinsi Sumatera Utara maupun TRC Kabupaten Karo melakukan peninjauan ke pos-pos penampungan yang disebut dengan Jambur. Menurut data awal yang diperoleh dari Penanggung Jawab Tagana di Jambur Serbaguna Advensius Girsang, ada sekitar 15.000 jiwa menempati pos-pos pengungsian yang tersebar di 10 titik, sedang posko utama di pendopo Kantor Bupati Karo.

(39)

Adapun Nama Jambur/Posko pengungsian antara lain Jambur Lige, Jambur Adil Makmur, Jambur Tuah Lopati, Jambur Sepakata, Jambur Dalihan Natolu, Klasis Kaban Jahe/Depag, Jambur Pulungan, Paroki Jalan Iran, Gedung KKR Simpang Katepul, Gedung KNPI/Serbaguna, GKII Gg. Brahmana, Stadion Samura, Pengepkepen (Tat Twam Si), GBKP Zetrum, Masjid Agung, Losd Pekan Buah Tiga Binanga, Losd Desa Perbesi, Jamburta Ras Berastagi, Jambur Desa Tongkoh, Losd Tanjung Pulo, Losd Tanjung Belang, Losd Singgamanik, Losd Kuta Buluh, Losd Siabang-abang, Losd Desa Muliarayat dan Telagah Kec. Seibing.

Meletusnya Gunung Sinabung di Sumatra sangat mengagetkan. Tidak seperti biasanya sebuh letusan gunung didahului dengan tanda-tanda sebelumnya. Tetapi Sinabung yang masuk kategori B ini tidak mendapatkan perhatian seperti gunung api tipe A. Aktifitasnya ini telah menunjukkan bahwa dirinya bukanlah gunung mati.

Letusan terakhir dalam catatan sejarah, gunung ini meletus pada tahun 1600. Gunung yang memiliki ketinggian 2,460 m (8,071 ft) ini telah memuntahkan lava serta debu dan pasir volkaniknya ke udara pada tanggal 29 Agustus 2010 tengah malam pukul 00.10.

(40)

Menurut Pak Surono dari Badan Geologi, gunung tipe B adalah gunung api yang tidak mempunyai karakter meletus secara magmatik. Berdasarkan prioritas ancaman, gunung tipe B tidak dipantau secara rutin. Akan, tetapi bukan berarti gunung di Indonesia dengan tipe B ini tidak diamati. Hanya skala prioritasnya lebih rendah dari gunung api tipe A.

Sejak meletus pada pukul 00.10 tengah malam tadi, lanjut Surono, PVMBG mengubah tipe gunung tersebut menjadi tipe A dengan status awas. Gunung itu selanjutnya akan dipantau setiap hari selama 24 jam.

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terlihat bahwa gunung ini berkembang sangat cepat. Selama ini aktivitas G. Sinabung terpantau hanya berupa manifestasi solfatara dan fumarola di dalam kawah aktif. Bahkan gunung ini sering didaki dan memiliki pemandangan sangat indah.

Sekitar pukul 00.12 WIB, tampak asap letusan dengan ketinggian 1500 meter dari bibir kawah. Dengan adanya aktifitas yang sangat mendadak ini maka Tim Tanggap Darurat telah berada di lapangan (Desa Bekerah Cimacem, Kecamatan Namanteran) sejak 28 Agustus 2010 dan telah berkoordinasi dengan pejabat terkait dari Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Karo. Tim ini akan memasang peralatan pemantauan dan mengikuti perkembangan aktivitas G. Sinabung secara cermat. Dan karena G. Sinabung dalam status AWAS maka akan dilaporkan perkembangan aktivitasnya setiap 6 jam.

(41)

1. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas dalam radius 6 km dari kawah aktif agar diungsikan ke tempat yang aman.

2. Jika terjadi hujan abu cukup deras, agar masyarakat menggunakan masker penutup hidung dan mulut serta menutup sumber air untuk keperluan minum. 3. Mengingat G. Sinabung tidak diketahui aktivitas dan sifat letusannya, maka

masyarakat agar bersabar mengikuti arahan Pemerintah Daerah (BPBD/Satlak/Satkorlak) dan Pemerintah Daerah agar senantiasa berkoordinasi dengan Tim ahli di lapangan.

Mengingat saat ini di wilayah sekitar G. Sinabung sering turun hujan, agar masyarakat yang bermukim di bantaran sungai yang berhulu di puncak G. Sinabung agar mewaspadai kemungkinan terjadinya bahaya sekunder berupa banjir lahar. (Rovicky, 2010)

2.4 Sosial Ekonomi

2.4.1 Pengertian Sosial Ekonomi

(42)

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Abraham Maslow mengungkapkan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan mengaktualisasikan diri.

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumberdaya di bumi ini yang dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistem pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotannya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat pada saat itu.

Menurut Melly G Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi mencakup 3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh MaMahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi di titik beratkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehatyang didukung oleh pekerjaan yang layak (Melly Dalam Susanto, 1984:120).

(43)

sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalakan usaha dan berhasil mencukupinya.

2.4.2 Perekonomian Keluarga

Untuk dapat mengetahui pengertian dari perekonomian keluarga, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu ekonomi dan apa itu keluarga.

Kata “ekonomi” berasal dari bahasa latin oikonomia yang mengandung pengertian pengaturan rumah tangga. Rumah tangga disini mungkin kecil seperti sebuah keluarga, mungkin juga besar seperti negara. Pengaturan demikian bertujuan untuk mencapai kemakmuran.

Pengertian Keluarga

a. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) :

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

b. Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) :

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

(44)

1. Unit terkecil dari masyarakat 2. Terdiri atas 2 orang atau lebih

3. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah 4. Hidup dalam satu rumah tangga

5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga 6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga

7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing 8. Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan

Dari defenisi diatas maka perekonomian keluarga adalah pengaturan rumah tangga dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup keluarga untuk mencapai kemakmuran.

2.4.2.1 Pendapatan

Ilmu ekonomi Mengenal istilah pendapatan yang mengandung arti Everes merinci pendapatan terdiri atas:

a. Pendapatan Berupa Uang

1. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi atu penjualan dari kerajinan rumah.

(45)

1. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentuk dalam beras, pengobatan dan transportasi, pemukiman dan rekreasi

2. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian barang yang diproduksi dirumah atau di sewa yang seharusnya di keluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.

3. Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu pengambilan tabungan penjualan barang yang dipakai, penagihan piutang, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah/pemberian, warisan atau menang judi (Mulyanto Sumardi, 1985).

2.4.2.2Pendidikan

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

1. Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

(46)

Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

c. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun

d. Pendidikan tinggi

(47)

2. Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

a. Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

b. Pendidikan nonformal

Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar.

c. Pendidikan informal

(48)

2.4.2.3 Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, memungkinkan setiap orang hidup secara sosial dan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

para belajar yang dirancang untuk mempermudah yang

(49)

Untuk mewujudkan Negara yang lebih baik melalui kepemilikan generasi terbaik, perlu menjadi prioritas. Dengan mengaplikasikan kesehatan ini, akan muncul generasi sehat yang mampu memberikan kontribusi optimalnya dalam membangun Negara ini. Jiwa yang sehat secara fisik dan batin diharapkan memiliki kemampuan untuk berkontribusi dengan baik dan nyaman dalam berbagi ide dan pemikiran mereka ke dalam bentuk nyata sesuai aspek dan bidang yang ditekuni masing-masing bagi masa depan yang lebih baik. Kesehatan masyarakat sendiri mencakup banyak hal, baik misalnya dari kesehatan keluarga, reproduksi, hingga kesehatan kejiwaan. Kesemua ilmu dan keterampilan mengenai kesehatan tersebut dibahas dan dipelajari demi terwujudnya kesehatan yang lebih baik dan komprehensif bagi masyarakat.

(50)

berkontribusi dalam merawat pasien, maka proses penyembuhan akan berjalan lebih cepat.

Dengan beragam bagian kesehatan yang telah diupayakan diupayakan dalam kegiatan tersebut, maka dapat disimpulkan permasalahan lingkup kompleks. Oleh karena itulah, kesehatan masyarakat menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat yang berupaya menguraikan dan menjadi solusi dari permasalahan kesehatan kompleks tersebut. (Wikipedia, 2011)

2.5 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan (welfare) ialah kata benda yang dapat diartikan nasib yang baik, kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk pada keadaan yang baik, kondisi masyarakat di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat dan damai.

Konsep “sejahtera” menurut BKKN, dirumuskan lebih luas daripada sekedar defenisi kemakmuran ataupun kebahagiaan. Konsep “sejahtera” tidak hanya mengacu pada pemenuhan kebutuhan fisik orang ataupun keluarga. Sebagai entitas tetapi juga kebutuhan psikologisnya. Ada tiga kelompok kebutuhan yang harus terpenuhi yaitu kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, dan kebutuhan pengembangan

(51)

Menurut Walter Friedlander, kesejahteraan sosial ialah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standard hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi serta sosial yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.

Sementara Elizabeth Wickenden mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial termasuk didalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketenteraman dalam masyarakat.

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi dapat terlihat dari rumusan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 1 :

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,

dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”

(52)

korban kejahatan, luas lantai, mendengarkan radio, membaca koran atau surat kabar, serta menonton televisi. Dari kelompok tersebut BPS melakukan pengelompokan menjadi lima indikator dalam pengukuran kesejahteraan sosial, yaitu :

1. Kesehatan, 2. Pendidikan,

3. Akses menjangkau media massa, 4. Perumahan dan

5. Gizi.

2.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam proposal penelitian ini dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti benar melalui data yang dikumpulkan (Nawawi, 1998 : 43). Hipotesis itu bisa ditolak (H-) dan bisa juga diterima (H+), atau bisa juga tidak mempengaruhi sama sekali terhadap penelitian yang dilakukan. Hipotesa tidak diterima dan tidak pula ditolak dan biasa disebut sebagai hipotesa nol (Ho).

Adapun hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(53)

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

2.7 Kerangka Pemikiran

Bencana alam merupakan peristiwa alam yang akhir-akhir ini terjadi dimana-mana. Dimana akibat dari bencana alam tersebut menimbulkan banyak kerugian baik secara fisik maupun material. Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus.

(54)

Keadaan yang ditimbulkan jelas berbeda ketika Gunung Sinabung sudah meletus dibandingkan sebelum meletus. Dampak yang ditimbulkan dalam kehidupan sosial ekonomi lebih dominan pada pendapatan, pendidikan serta kesehatan masyarakat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir pikir.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Meletus Gunung Sinabung

Masyarakat Desa Kutarayat

Sosial Ekonomi Keluarga

Pasca (sesudah) Pra (Sebelum)

(55)

2.7 Definisi Konsep

Defenisi Konsep merupakan suatu istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, Kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial (Masri Singarimbun, 1989:34).

Berdasarkan uraian yang terdapat pada kerangka teori maka peneliti merumuskan konsep-konsep penelitian sebagai berikut :

1. Dampak

Dampak adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi, dalam hal ini dilihat bagaimana dampak meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi.

2. Pra meletusnya Gunung Sinabung adalah kondisi masyarakat sebelum terjadinya letusan Gunung Sinabung

3. Pasca meletusnya Gunung Sinabung adalah keadaan yang timbul setelah terjadinya letusan Gunung Sinabung

4. Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Indikatornya adalah pendapatan, pendidikan, dan kesehatan. 5. Desa Kutarayat adalah salah satu desa di Kabupaten Karo yang

(56)

2.8 Definisi Operasional

Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Perumusan definisi operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi. (Siagian, 2011:141)

Dalam penelitian ini yang menjadi definisi operasional adalah:

1. Dampak, meliputi ada atau tidaknya dampak.

2. Pendapatan, meliputi:

a.Besarnya pendapatan sebelum meletusnya Gunung

b.Besarnya pendapatan pasca meletusnya Gunung Sinabung

3.Pendidikan, meliputi:

a.Pendidikan anak sebelum meletusnya Gunung Sinabung

b.Pendidikan anak setelah pasca meletusnya Gunung Sinabung

4.Kesehatan, meliputi:

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriftif Kuantitatif, yaitu berusaha menggambarkan secara jelas Dampak Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Desa Kutarayat termasuk salah satu desa yang terkena dampak pasca meletusnya Gunung Sinabung di Karo.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(58)

Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian adalah seluruh kepala keluarga yang tinggal di desa Kutarayat yang berjumlah 651 KK.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil datanya dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 2004:144). Jika jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampelnya sejumlah 10-15 % atau 20-25% dari populasi. Maka peneliti menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi, yaitu 10% x 651 = 65,1.Berarti sampel dalam penelitian ini adalah 65 KK. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik simple random sampling, dimana semua anggota populasi secara individu memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel atau untuk menjadi anggota sampel.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

1. Data Primer

(59)

a. Penyebaran angket langsung (kuesioner), yaitu alat mengumpulkan data dengan menyebarkan angket yang berisikan pertanyaan-pertanyaan atau angket secara tertulis yang harus diisi oleh responden.

b. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada responden guna memperoleh keterangan dalam menyimpulkan data yang terkumpul.

c. Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, mencatat, kejadian yang berkaitan dengan penelitian.

2. Data Skunder

Data skunder diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu dengan membuka, mencatat, mengutip, data dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, pendapat-pendapat para ahli/pakar dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dapat mendukung terlaksananya penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

(60)

Rumus mencari uji t :

( )

( ) ( )

1

2 2

n

D

D

n

D

Dimana :

t : Nilai t untuk mean kelompok berulang (pengukuran berulang)

D : Perbedaaan skor antara subjek berulang

(61)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

4.1.1 Keadaan Alam

Penelitian ini dilakukan di Desa Kutarayat. Desa Kutarayat merupakan salah satu desa di kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

Adapun Desa Kutarayat berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan hutan negara

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sigarang-garang

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kebayaken Kutambelin 4. Sebalah Barat berbatasan dengan Desa Kuta Gugung

4.2Keadaan Demografis

4.2.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan

(62)

Tabel 4.1

Penggunaan Wilayah Lahan Pertanian

No Penggunaan Lahan

Realisasi Dalam Satu Tahun Jumlah (Ha)

(3)+(4)+(5)+(6) +(7)

Ditanami Padi Tidak Ditanami

b. Irigasi Setengah teknis

- - - -

c. Irigasi Sederhana - - - -

d. Irigasi Desa/non PU

(63)

Tabel 4.2

Penggunaan Wilayah Lahan Bukan Sawah

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

(1) (2) (3)

1.2 Lahan Bukan Sawah

a. Tegal/kebun 16

b. Ladang/huma 730

c. Perkebunan -

d. Ditanami Pohon/Hutan Rakyat 12

e. Tambak -

f. Kolam/tebat/empang 4

g. Padang Pengembalaan/rumput -

h. Sementara tidak diusahakan 23

i. Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll)

2

Jumlah Lahan Bukan Sawah 787

(64)

Tabel 4.3

Penggunaan Wilayah Lahan Bukan Pertanian

2 LAHAN BUKAN PERTANIAN Luas (Ha)

a. Rumah, bangunan dan halaman

sekitarnya

18

b. Hutan Negara -

c. Rawa-rawa (tidak ditanami) 25 d. Lainnya (jalan,sungai,danau,lahan

tandus,dll)

512

Jumlah Lahan Bukan Pertanian 555 Sumber: Kantor Kepala Desa 2011

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa luas seluruh wilayah Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo dapat dihitung sebagai berikut:

Total (Luas Wilayah)= Jumlah Luas Sawah + Jumlah Lahan Pertanian Bukan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Pertanian

Total (Luas Wilayah)= 79 Ha + 787 Ha + 555 Ha = 1421 Ha

4.2.2 Jumlah Kepala keluarga dan Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis

Kelamin

(65)

Tabel 4.4

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-Laki 1.187 51,2

2 Perempuan 1.130 48,8

Jumlah 2.317 100

Sumber : Kantor Kepala Desa 2011.

4.2 Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya

4.3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

(66)

Tabel 4.4

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Jenis Agama Frekuensi Persentase (%)

1 Islam 1.561 67,4

2 Kristen Protestan 598 25,8

3 Kristen Katolik 158 6,8

Jumlah 2.317 100

Sumber : Kantor kepala desa 2011

Ditinjau dari sudut keagamaan, maka dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Kutarayat mayoritas menganut agama Islam yaitu sebesar 67,4 %, Pemeluk agama lainnya yaitu Kristen Protestan sebanyak 25,8 %, Kristen Katolik sebanyak 6,8 %. Kendatipun penduduk yang beragama Islam di desa tersebut tergolong mayoritas, sama sekali tidak mempengaruhi kerukunan antar agama dalam kehidupan masyarakat di Desa Kutarayat.

4.3 Sarana dan Prasarana Desa Kutarayat

4.3.1 Sarana Rumah Ibadah

(67)

Tabel 4.2

Sarana Rumah Ibadah Desa Ajijulu

No. Rumah Ibadah Jumlah (unit)

1

2

Gereja

Mesjid

1

2

Jumlah 3

Sumber: Kantor Kepala Desa 2011

Karena agama mayoritas dari masyarakat Desa Kutarayat adalah Islam, maka sarana peribadatan yang paling banyak adalah Mesjid. Kendatipun penduduk yang beragama Kristen di desa tersebut tergolong sedikit, sama sekali tidak mempengaruhi kerukunan antar agama dalam kehidupan masyarakat di Desa Kutarayat.

4.5.2 Sarana Kesehatan

(68)

Tabel 4.3

Sarana Kesehatan Desa Ajijulu

No. Sarana Kesehatan Jumlah(unit)

1

2

Puskesmas

Praktek swasta (bidan, dokter, perawat)

2

1

Jumlah 3

Sumber: Kantor Kepala Desa 2011

Karena jumlah penduduk di Desa Kutarayat tidak termasuk padat maka sarana kesehatan pun terbilang sudah lebih dari cukup dan sanggup untuk melayani kebutuhan masyarakat akan kesehatan.

4.5.3 Sarana Air Bersih

(69)

Tabel 4.4

Sarana Air Bersih Desa Ajijulu

No. Sumber Air Bersih Jumlah (unit)

1

2

Mata air

Sumur bor

5

119

Jumlah 124

Sumber: Kantor Kepala Desa 2011

Di Desa Kutarayar terdapat banyak sumur bor yang sebagian besar dipergunakan oleh masyarakat desa tiap rumah tangga. Hanya ada lima unit mata air yang disalurkan menjadi tempat pemandian umum di tengah-tengah Desa Tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa di desa ini sudah memiliki air yang berlimpah sehingga kebutuhan akan air bersih senantiasa terpenuhi.

4.5.4 Sarana Pendidikan di Desa Kutarayat

(70)

Tabel 4.7

Sarana Pendidikan di Desa Kutarayat

No Jenis Pendidikan Frekuensi

1 TK 1

2 PAUD 1

3 SD 1

Jumlah 3

Sumber: Kantor Kepala Desa 2011

Sarana pendidikan merupakan tempat bagi anak-anak didik untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan merupakan jalan utama untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Kelengkapan dan memadainya sarana pendidikan dapat mempengaruhi nilai pendidikan suatu tempat.

(71)

4.5.5 Sarana Jalan

Adapun pembagian sarana jalan dimana jalan sudah diaspal dan lain sebagainya yakni:

1. Jumlah panjang jalan yang diaspal adalah 11 km 2. Jumlah panjang jalan yang diperkeras adalah 8 km 3. Jumlah jalan tanah adalah 15 km

(72)

BAB V

ANALISIS DATA

Pada bab ini peneliti akan menganalisis data-data yang diperoleh melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden dan hasil wawancara dengan kepala keluarga desa Kutarayat kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, dari hasil penyebaran angket atau daftar pertanyaan kepada 65 responden yang mewakili 651 Kepala Keluarga desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

Dalam penelitian ini penulis membagi pembahasan dalam 2 sub bab, agar pembahasan tersusun sistematis, yaitu:

1. Analisis identitas responden. 2. Analisis data penelitian

5.1 Analisis Gambaran Umum Responden

Agar data yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yang dilakukan lebih akurat, maka perlu diuraikan beberapa karakteristik sumber datanya. Berikut ini di uraikan beberapa karakteristik responden berupa usia, Jenis Kelamin, Suku, Jumlah Tanggungan, Agama dan Pendidikan Terakhir.

5.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(73)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

N0 Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-Laki 61 93,8

2 Perempuan 4 6,2

Jumlah 65 100

Sumber : Kuesioner 2011

Dalam penelitian yang dilakukan maka responden yang menjadi sampel adalah kepala keluarga di Desa Kutarayat. Kepala keluarga selalu identik dengan laki-laki. Tetapi pada tabel 5.1 diatas ada sekitar 4 orang (6,2%) responden perempuan dan sekitar 61 orang (93,9%) laki-laki. Alasan mengapa perempuan akhirnya yang mengisi kuesioner adalah karena kepala keluarga dalam rumah tangga tersebut agak sedikit sulit ditemui karena lebih banyak menghabiskan waktu di warung kopi. Maka isterinya menjadi wakil di dalam mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Ada juga alasan yang lain yaitu dimana kepala keluarga dalam rumah tangga tersebut masih agak buta huruf sehingga diberikan wewenang kepada isterinya untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

5.1.2 Responden Berdasarkan Usia

(74)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia/Umur

No Usia/Umur Frekuensi Persentase (%)

1 20-30 Tahun 15 23,1

2 30-40 Tahun 22 33,9

3 40-70 tahun 28 43

Jumlah 65 100

Sumber : Kuisioner 2011

Berdasarkan tabel 5.2 diatas maka dapat kita lihat bahwa sebagian besar umur responden dalam penelitian ini cukup beragam dimana umur pedagang antar 20-30 tahun sebanyak 15 orang (23,1%), sementara umur antara 30-40 tahun sebanyak 22 orang (33,9%)dan umur 40-70 tahun yaitu sebanyak 28 orang (43%).

Dengan demikian responden terpilih dengan komposisi umur, seperti terlihat pada tabel 5.2 diharapkan dapat atau mampu memberikan informasi yang lebih akurat seperti yang direncanakan dan diharapkan peneliti, sehingga analisa untuk itu akan lebih mampu dapat memberikan kesimpulan yang lebih sempurna dan objektif.

5.1.3 Responden Berdasarkan Agama

(75)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase (%)

1 Islam 38 58,4

2 Kristen Protestan 20 30,8

3 Katolik 7 10,8

Jumlah 65 100

Sumber : Kuisioner 2011

Agama Islam merupakan agama mayoritas yang terdapat di Desa Kutarayat. Berdasarkan tabel 5.3, dapat dilihat bahwa agama yang dianut oleh responden di Desa Ajijulu sangat bervariasi. Walaupun demikian, kerukunan antar umat beragama tetap terjaga dan terjalin harmonis. Hal ini terbukti bahwa antar responden tidak pernah terjadi perkelahian dalam pergaulan mereka tidak membeda-bedakan agama satu dengan yang lain. Secara tidak langsung mayoritas responden dalam penelitian beragama islam yaitu sebanyak 38 orang (58,4 %) yang diikuti oleh responden beragama Kristen protestan sebanyak 20 orang (30,8 %) serta Katolik sebanyak 7 orang (10,8 %).

5.1.4 Responden Berdasarkan Suku/Etnis

(76)

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku/Etnis

No Suku Frekuensi Persentase (%)

1 Batak Karo 59 90,8

2 Batak Toba 2 3,1

3 Jawa 3 4,6

4 Nias 1 1,5

Jumlah 65 100

Sumber : Kuisioner 2011

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui responden memiliki suku bangsa yang berbeda-beda. Sebagian besar responden adalah suku Karo karena penduduk asli Desa Kutarayat juga mayoritas Karo. Suku yang lainnya merupakan pendatang di Desa Kutarayat dan memilih menetap di desa tersebut. Meskipun ada suku pendatang yang memilih untuk menetap di desa tersebut, tetapi tidak menimbulkan perselisihan maupun kesenjamgan sosial dari masyarakat yang mayoritas. Rasa saling menghormati antar suku masih nampak jelas ditunjukkan oleh responden.

5.1.5 Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

(77)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Dalam

Keluarga

No. Jumlah Tanggungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)

1 1 - 3 orang 50 76,9

2 3 – 5 orang 12 18,5

3 5 - 8 orang 3 4,6

Jumlah 65 100

Sumber : Kuisioner 2011

Dari tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa jumlah tanggungan dalam keluarga responden sangat beraneka ragam sekali, yaitu yang memiliki jumlah tanggungan kurang dari 3 (tiga) orang adalah sebanyak 50 responden (76,9%), sementara responden yang memiliki tanggungan 3-5 orang sangat banyak yaitu sebanyak 12 orang responden (18,5%) dan yang memiliki tanggungan lebih dari 5 orang tidak banyak hanya 3 orang responden (4,6%). Jumlah tanggungan responden tidak hanya anak dari responden saja, tetapi ada orang lain yang menjadi tanggungan responden seperti keponakan dan cucu dari responden.

5.1.6 Responden Berdasarkan Pendidikan

(78)

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Yang Di Capai

NO Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tidak sekolah 1 1,5

2 SD 14 21,6

3 SLTP 26 40

4 SLTA 21 32,3

5 Perguruan Tinggi 3 4,6

Jumlah 65 100

Sumber : Kuisioner 2011

Dari tabel 5.6 diatas menunjukan bahwa responden yang menjawab pernah bersekolah dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Berpendidikan Tingkat SLTP yang mendominasi dengan jumlah 26 orang (40%), kemudian di ikuti dengan SLTA dengan jumlah responden sebanyak 21 orang (32,3%), tingkat pendidikan SD dengan jumlah responden sebanyak 14 orang (21,6%), dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi dengan jumlah responden sebanyak 3 orang (4,6%), dan tingkat pendidikan yang tidak bersekolah sebanyak 1 orang (1,5%).

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat dan strategi hidup masyarakat pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Kutambelin Kecamatan

Dampak yang diberikan dari erupsi Gunung Sinabung juga sangat besar. bagi kehidupan masyarakat seperti dari aspek kesehatan yakni

Sinabung dalam kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, yaitu dengan cara melihat dan menganalisa

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Usahatani Tomat Pasca Meletusnya Gunung Sinabung” (Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)yang merupakan salah

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Di Desa Kutarakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten.. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU

Selain dampak sosial, erupsi Gunung Sinabung juga memberikan dampak negatif bagi kondisi ekonomi petani di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Hasil wawancara dengan 30

Pilih dan brikan tanda (X) yang paling benar menurut anda. Jika ada pertanyaan yang kurang mengerti atau ragu, tanyakan langsung kepada penyebar angket. Jawablah pertanyaan

Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai kriteria tertentu, baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi korban letusan Gunung