• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISIOLOGIS KULIT DAN ANATOMI KULIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensisMuell. Arg.) PADA KLON IRR 42 DAN KLON IRR 118 TERSERANG CEKAMAN KERING ALUR SADAP (KAS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN FISIOLOGIS KULIT DAN ANATOMI KULIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensisMuell. Arg.) PADA KLON IRR 42 DAN KLON IRR 118 TERSERANG CEKAMAN KERING ALUR SADAP (KAS)."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FISIOLOGIS KULIT DAN ANATOMI KULIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensisMuell. Arg.) PADA KLON IRR 42

DAN IRR 118 YANG TERSERANG CEKAMAN KERING ALUR SADAP (KAS)

Oleh:

Pritti Putri Tambunan NIM 4123220020 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii Riwayat Hidup

Penulis lahir di kota Pematangsiantar pada tanggal 19 Mei 1994, putri kelima dari alm. Alboin Hasintongan Tambunan dengan Romaida br.Panjaitan. Pendidikan Sekolah Dasar di SD 4 YP HKBP Pematangsiantar pada tahun 2000, melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Pematangsiantar pada tahun 2006 serta melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pematangsiantar pada tahun 2009 di kota Pematangsiantar.

(4)

iii KAJIAN FISIOLOGIS KULIT DAN ANATOMI KULIT TANAMAN KARET (Hevea brasiliensisMuell. Arg.) PADA KLON IRR 42 DAN KLON

IRR 118 TERSERANG CEKAMAN KERING ALUR SADAP (KAS) Pritti Putri Tambunan (4123220020)

Email :prittiputri@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian fisiologi kulit dan anatomi kulit tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) pada klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang terserang cekaman kering alur sadap (KAS), yang dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2016 di Balai Penelitian Sungei Putih, Galang. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit tanaman dari pohon tanaman karet yang sehat dan tanaman yang terserang cekaman kering alur sadap. Metode penelitian ini menggunakan survei populasi tanaman karet dengan empat kategori yaitu tanaman yang sehat (0%), tanaman dengan tingkat KAS 25%, tanaman dengan tingkat KAS 50%, dan tanaman dengan tingkat KAS 75%. Setiap kategori menggunakan empat pohon. Parameter yang diamati adalah kandungan thiol, kandungan sukrosa, kandungan fosfat anorganik (Pi), total enzim peroksidase, jumlah pembuluh lateks dan diameter pembuluh lateks. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji t untuk mengetahui beda nyata atau tidak beda nyata antara klon IRR 42 dan klon IRR 118. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan thiol pada tanaman yang terserang KAS pada klon IRR 42 dan IRR 118 lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Pada klon IRR 42 kandungan sukrosa tertinggi terdapat pada tanaman KAS, sedangkan pada klon IRR 118 sukrosa tertinggi terdapat pada tanaman sehat. Kandungan Pi tertinggi terdapat pada tanaman sehat untuk klon IRR 42 dan 118. Aktivitas enzim peroksidase lebih tinggi terdapat pada tanaman yang terserang cekaman kering alur sadap. Jumlah pembuluh lateks dan diameter pembuluh lateks lebih tingggi pada klon IRR 118 dibandingkan dengan klon IRR 42.

(5)

iv THE PHYSIOLOGICAL OF BARK AND BARK ANATOMY RUBBER

PLANT (Hevea brasiliensisMuell.Arg.) CLONE IRR 42 AND IRR 118 WITH THE GRAPS OF TAPPING PANEL DRYNESS

Pritti P Tambunan (4123220020) Email :prittiputri@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to know the physiological of bark and bark anatomy rubber plant (Hevea brasiliensisMuell. Arg.) clone IRR 42 and clone IRR 118 with graps of tapping pabel dryness, conducted in February until June 2016 at at Research of Sungei Putih, Galang. At the material used in this study is the bark of rubber plant and healthy plants that had been the graps of tapping panel dryness. The research method is using the survey population of the rubber plant wiyh four category which is a healthy plant (0%), plants with the level 25%, plants with the level 50%, and plants with the level 75%. All category using four trees. The parameters observed are the conten of thiol, the content of sucrose, the content of phosphate inorganic (Pi), total amount of enzyme peroxidase, amount of latex vessel and diameter of vessel latex. The data collected is processed by using a to know the difference between real or not the real between a clone IRR 42 and the clone IRR 118. The result of research showed that the content of thiol highest found in tapping panel dryness than healthy plants. In clone IRR 42, content of sucrose of the highest found in tapping panel dryness plants, while in clone IRR 118 content of sucrose highest found in healthy plants. The content of phosphate anorganic clone IRR 42 an clone IRR 118 highest found in healthy plants. The enzyme peroxidase is higher in plants that had been the graps tapping panel dryness. Amount of latex vessel and diameter vessel highest in clone IRR 118.

(6)

v KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang berjudul “Kajian Fisiologis Kulit dan Anatomi Kulit Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) pada klon IRR 42 dan IRR 118 yang terserang Cekaman Kering Alur Sadap”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2016 di Balai Penelitian Sungei Putih, Galang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak kritikan, saran, semangat serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

 Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah penuh kesabaran dan perhatian memberikan bimbingan, motivasi serta arahan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai tepat pada waktunya.

 Ibu Dr. Hj. Elly Djulia, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi dalam hal akademik.

 Ibu Dr. Melva Silitonga, M.S, Ibu Dr. Martina Restuati, M.Si, Bapak Drs. Ashar Hasairin, M.Si selaku dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.

 Bapak Dr. Radite Tistama, M.Si dan Ibu Ade Fipriani selaku pembimbing dilapangan yang telah banyak memberikan saran, masukan dan motivasi juga bantuan dari segi material dan nonmaterial selama melakukan penelitian di Balai Penelitian Sungei Putih.  Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Biologi yang telah membantu dan

melancarkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Ibu Dr. Melva Silitonga, M.S selaku Ketua Program Studi Biologi Non Kependidikan yang telah membantu serta melancarkan penulis dalam hal proses pengurusan berkas dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

vi Tambunan, Sinta M. Tambunan, Rouli M. Tambunan, dan Adik tersayang Citra M. Tambunan, serta Abangda tersayang Jomson Sitanggang, Efendi Sinaga, Amsaruddin Sihombing dan keponakan terkasih Marissa Sitanggang, Irene Sitanggang, Aude Sinaga, Adde Sinaga, Christwel Sihombing serta Elfraim Sihombing

 Sahabat-sahabat terkasih Lelly S. Sihombing, Ruth M. Simanjuntak, Ymelda A.C Manurung, Monalisa Simangunsong, Ajeng S. Yunizar, Mawaddah Siregar, Ulfa Angreini, Abangda Raihan, Abangda Nurhadi Satrio, Kakanda Vahnoni Lubis yang telah memberikan Doa, dukungan, semangat, bantuan baik material maupun non material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Rekan-rekan terkasih Biologi Nondik A dan Nondik B 2012 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi dan semangat serta membantu baik secara materil dan nonmaterial penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Seluruh rekan-rekan KOBE 104 (Kos Belat) yang tersayang, Endang Gultom dan Chuck Rio Harianja terkasih yang telah bersedia memberikan Doa, dukungan, semangat, motivasi, senyuman terbaik serta membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap kepada kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta aplikasi kehidupan bermasyarakat.

Medan, September 2016 Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Abstract iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi viii

Daftar Gambar xi

Daftar Tabel xiii

Daftar Lampiran xiv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 4

1.3. Batasan Masalah 4

1.4. Rumusan Masalah 5

1.5. Tujuan Penelitian 6

1.6. Manfaat Penelitian 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Karet 8

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Karet 9

2.3. Klon Tanaman Karet 9

2.4. Cekaman Kering Alur Sadap (KAS) 10

2.5. Fisiologi Lateks 12

2.5.1. Lateks 13

2.5.2. Biosintesis Lateks 13

2.5.3. Karakter Fisiologis Lateks 15

2.5.3.1. Sukrosa 15

2.5.3.2. Fosfat Anorganik 15

2.5.3.3. Thiol 16

2.5.3.4. Total Solid Content 16

2.5.3.5. PH Lateks 16

2.3.5.6. Indeks Penyumbatan 16

2.5.3.7. Aktivitas Enzim Peroksidase 16

(9)

ix

2.6. Anatomi Kulit 19

2.6.1. Pembuluh Lateks 29

BAB 3. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 24

3.2. Alat dan Bahan 24

3.3. Rancangan Penelitian 24

3.4. Pelaksanaan Penelitian 25

3.4.1. Plotting Area Penelitian 25

3.4.2. Pengukuran Lilit Batang 25

3.4.3. Penyadapan 26

3.4.4. Pengambilan Sampel Anatomi 26

3.5. Parameter Penelitian 26

3.5.1. Parameter Fisiologi Kulit Tanaman Karet 26

3.5.1.1. Thiol (R-SH) 26

3.5.1.2. Fosfat Anorganik (Pi) 26

3.5.1.3. Sukrosa 26

3.5.1.4. Analisis Total Enzim Peroksidase 27 3.5.2. Parameter Anatomi Kulit Tanaman Karet 28

3.6. Analisis Data 29

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Kajian Fisiologis 32

4.1.1. Kandungan Thiol 34

4.1.2. Kandungan Sukrosa Kulit 37

4.1.3. Kandungan Fosfat Anorganik 39 4.1.4. Aktivitas Enzim Peroksidase 39 4.2. Hasil Kajian Anatomi Kulit Tanaman Karet 41 4.2.1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks 42 4.2.2. Pengamatan Histologis Pembuluh Lateks 43

4.3. Pembahasan 45

4.3.1. Kajian Fisiologis Kulit Tanaman Karet 45 4.3.1.1. Thiol Kulit Tanaman Karet 45 4.3.1.2. Sukrosa Kulit Tanaman Karet 47

4.3.1.3. Fosfat Anorganik 48

4.3.1.4. Aktivitas Enzim Peroksidase 48 4.3.2. Kajian Anatomi Kulit Tanaman Karet 49

BAB 5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan 51

(10)

x

DAFTAR PUSTAKA 53

(11)

xi DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Tanaman yang terserang Kering Alur Sadap 12 Gambar 2.2. Sintesis karet dalam sel pembuluh lateks 14 Gambar 2.3. Degradasi membran lutoid dari tanaman produksi tinggi

dan yang terserang KAS 17

Gambar 2.4. Struktur anatomi kulit tanaman karet 20 Gambar 2.5. Anatomi batang tanaman karet 21

Gambar 2.6. Pembuluh Lateks 22

Gambar 2.7. Struktur Tilosoid pada pembuluh lateks 23 Gambar 4.1. Diagram batang kandungan Thiol klon IRR 42 32 Gambar 4.2. Diagram batang kandungan Thiol klon IRR 118 33 Gambar 4.3. Diagram batang perbandingan hasil rataan Thiol kulit klon

IRR 42 dan klon IRR 118 34

Gambar 4.4. Diagram batang kandungan sukrosa kulit klon IRR 42 35 Gambar 4.5. Diagram batang kandungan sukrosa kulit klon IRR 118 35 Gambar 4.6. Diagram batang sukrosa klon IRR 42 dan klon IRR 118 36 Gambar 4.7. Diagram batang kandungan fosfat anorganik pada klon

IRR 118 37

Gambar 4.8. Diagram batang kandungan fosfat anorganik klon IRR 42 38 Gambar 4.9. Diagram batang fosfat anorganik klon IRR 42 dan

klon IRR 118 38

Gambar 4.10. Diagram aktivitas enzim peroksidase klon IRR 42 dan

klon IRR 118 41

Gambar 4.11. Diagram batang jumlah pembuluh lateks antara klon

IRR 42 dan klon IRR 118 42

Gambar 4.12. Diagram batang diameter pembuluh lateks klon IRR 42

dan klon IRR 118 42

(12)
(13)

xiii Daftar Tabel

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data I Uji Thiol Kulit 54 Lampiran 2. Data II Uji Thiol Kulit 54 Lampiran 3. Data III Uji Thiol Kulit 55 Lampiran 4. Data I Uji Sukrosa Kulit 55 Lampiran 5. Data II Uji Sukrosa Kulit 56 Lampiran 6. Data III Uji Sukrosa Kulit 56 Lampiran 7. Data I Uji Fosfat Anorganik Kulit 57 Lampiran 8. Data II Uji Fosfat Anorganik Kulit 57 Lampiran 9. Data III Uji Fosfat Anorganik Kulit 58 Lampiran 10. Data Analisis H2O2 klon IRR 42 58 Lampiran 11. Data Analisis H2O2 klon IRR 118 59 Lampiran 12. Data Jumlah Pembuluh Lateks klon IRR 118 59 Lampiran 13. Data Jumlah Pembuluh Lateks klon IRR 42 60 Lampiran 14. Data Diameter Pembuluh Lateks klon IRR 118 60 Lampiran 15. Data Diameter Pembuluh Lateks klon IRR 42 61 Lampiran 16. Data Hasil Uji Normalitas 62 Lampiran 17. Data Case Processing Summary 63

Lampiran 18. Data Hasil Tukey 64

(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil lateks ini. Karet tak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat (Anonim, 2008).

Karet merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai peran cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Luas areal perkebunan karet Indonesia merupakan yang terluas di dunia, yaitu 3,4 juta ha, diikuti Thailand dan Malaysia (BPS, 2010). Luasan tersebut terbagi dalam perkebunan karet rakyat seluas 2,93 juta ha (85%) dan perkebunan besar negara (PBN) 240.000 ha (7%) dan perkebunan swasta (PBS) 284.000 ha (8%) (Towaha dan Daras, 2013). Khususnya di Sumatera Utara luas lahan komoditi karet adalah 431.073 ha dengan hasil produksi yang diperoleh 346.024 ton. luasan lahan tersebut terbagi atas perkebunan rakyat 391.430,10 ha dan perkebunan PTPN seluas 39.642,64 ha (BPS, 2014).

Produksi karet alam dunia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai

11,5 juta ton. Sebagai negara produsen karet alam terbesar kedua setelah

Thailand, Indonesia ditargetkan dapat memasok 3,3 juta ton (29%) untuk

(16)

2 Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet. Penyadapan merupakan salah satu langkah penting dalam budidaya karet. Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks sehingga lateks menetes keluar dari pembuluh lateks ke tempat penampung yang dipasang pada batang karet. Secara fisiologis lateks dibentuk dalam pembuluh lateks yang merupakan sel-sel hidup berdinding elastis mengandung gula, protein dan garam mineral yang dapat menyimpan air dari jaringan yang berada disekitarnya. Pengaliran lateks disebabkan karena adanya tekanan dalam pembuluh lateks dan pergerakan cairan lateks akibat perbedaan konsentrasi setelah pohon disadap. Tingginya tuntutan akan produksi memicu para pekerja lapangan melakukan penyadapan yang terlalu berlebihan. Penyadapan yang terlalu berlebihan serta pemberian stimulan yang berlebihan akan menimbulkan over eksploitasi (Balitri, 2015).

Sehingga produksi lateks sangat dipengaruhi oleh keadaan kulit batang, terutama jaringan kulit lateks atau pembuluh lateks. Kerusakan kulit batang karet menyebabkan jalur untuk memperoleh lateks menjadi lebih sulit dan memperpanjang waktu yang diperlukan oleh penyadap untuk menyadap. Dampak lain dari over eksploitasi adalah terbentuknya radikal bebas berupa O-, OH-, dan AOS (Active Oksidative Spesies) yang bersifat merusak membran lutoid. Kerusakan membran lutoid tersebut menyebabkan keluarnya serum dalam lutoid yang yang bersifat asam ke dalam pembuluh lateks sehingga partikel karet mengumpal. Gumpalan lateks tersebut akan direspon sel tanaman lain untuk membentuk jaringan tilosoid dan akan menyumbat seluruh aliran lateks (Tistama et al., 2006).

(17)

3 mencapai 20% - 25%, di hampir semua wilayah perkebunan karet. KAS merupakan isu yang sangat spesifik pada pohon karet, yang dicirikan berhentinya aliran lateks (kulit kering) dan pengurangan bidang penyadapan (Jacob dan Krishnakumar, 2006). Kering Alur Sadap terjadi akibat ketidakseimbangan dari penyadapan yang berlebihan melebihi kemampuan tanaman dalam meregenerasi lateks hingga menimbulkan gangguan fisiologis pada pembuluh lateks sehingga membentuk senyawa radikal bebas. Senyawa tersebut dapat mengganggu enzim-enzim yang terlibat dalam biosintesis lateks. Gangguan aktivitas enzim-enzim mengakibatkan penumpukan sukrosa. Senyawa radikal bebas dapat merusak membran yang ada pada inti sel dan lutoid. Kerusakan membran merangsang pecahnya lutoid, sehingga senyawa yang masam didalamnya menyebar dalam sitosol sel. Penurunan pH oleh asam-asam organik mengakibatkan terjadinya koagulasi didalam sel pembuluh lateks melalui pembentukan matriks-matriks partikel karet. Dengan demikian reaksi biokimia dan metabolisme tersebut terganggu sehingga pembentukan partikel karet juga terhenti (Tistama et al., 2006).

(18)

4 diantaranya yaitu klon IRR (Indonesia Rubber Research) 42 dan IRR 118. Kedua klon tersebut berasal dari kelompok klonslow starterdanquick starter.

Baik perkebunan besar maupun perkebunan rakyat mengalami permasalahan KAS. Persentase serangan KAS pada tanaman karet di perkebunan besar dilaporkan dapat mencapai 7,5-15% dan perkebunan rakyat lebih tinggi yaitu 15-22% (Siswanto et al., 2004), bahkan dilaporkan hingga mencapai 30,01% (Sumarmadji dan Andriyanto, 2014). Besarnya persentase tersebut mengakibatkan kerugian baik dari produksi maupun siklus ekonomi dalam usaha perkebunan karet. Secara nasional kerugian akibat terjadinya serangan KAS dilaporkan mencapai Rp 1,7 triliun per tahun (Sumarmadji, 2005).

Sistem eksploitasi dapat memberikan cekaman fisiologis terhadap tanaman karet, sehingga perlu dilakukan pengamatan parameter fisiologis melalui diagnosis kulit yang bertujuan ungtuk mengetahui pengaruh sistem eksploitasi terhadap kondisi kesehatan tanaman (Sumarmadjiet al., 2006). Karakter fisiologi pada tanaman karet erat hubungannya dengan kemampuan tanaman dalam mensintesis assimilat menjadi bahan pembentuk lateks. Karakter fisiologis yang sangat penting dalam pembentukan lateks di antaranya adalah kandungan sukrosa, fosfat anorganik, dan kadar thiol.

(19)

5 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini adalah:

1. Cekaman Kering Alur Sadap merupakan suatu masalah yang sangat serius bagi perkebunan karet, dimana nantinya dapat mengurangi produksi dari lateks yang akan dihasilkan.

2. Kering Alur Sadap disebabkan oleh adanya over eksploitasi atau penyadapan yang dilakukan secara terus menerus hingga melebihi kemampuan tanaman dalam meregenerasi lateks sehingga menyebabkan kelelahan fisiologis pada tanaman karet tersebut.

3. Kering Alur Sadap juga mempengaruhi keadaan daripada pembuluh latisifer yang akan menghasilkan lateks.

4. Pembuluh latisifer merupakan penghasil lateks pada tanaman karet. Keadaan pembuluh lateks dan jumlah pembuluh latisifer dapat berpengaruh terhadap lateks yang diproduksi

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakter fisiologis yang dilihat berupa sukrosa, fosfat anorganik, thiol serta enzim peroksidase) kulit dan anatomi kulit berupa jumlah pembuluh lateks serta diameter pembuluh lateks kulit pada klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS) pada tiap kategori KAS 25%, KAS 50% serta KAS 75%?.

1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kandungan thiol pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS)? 2. Bagaimana kandungan sukrosa pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan

(20)

6 3. Bagaimana kandungan fosfat anorganik kulit pada tanaman karet klon IRR 42

dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap? 4. Bagaimana kandungan total enzim peroksidase kulit tanaman karet pada klon

IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap?

5. Bagaimana jumlah dari pembuluh lateks kulit tanaman karet pada klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap?

6. Bagaimana diameter dari pembuluh lateks kulit tanaman karet pada klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kandungan thiol pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS). 2. Untuk mengetahui kandungan sukrosa pada kulit tanaman karet klon IRR 42

dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS).

3. Untuk mengetahui kandungan fosfat anorganik pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS).

4. Untuk mengetahui kandungan total enzim peroksidase pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS).

5. Untuk mengetahui jumlah pembuluh lateks pada kulit tanaman karet klon IRR 42 dan klon IRR 118 yang sehat dan terserang cekaman Kering Alur Sadap (KAS) pada masing-masing tingkatan KAS.

(21)

7 1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dari penelitian ini adalah:

(22)

51 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil penelitian yang telah dilakukan dan analisis data yang telah diperoleh dari analisis statistik, maka dapat disimpulkan:

1. Kandungan Thiol kulit tanaman karet yang tinggi pada klon IRR 42dan klon IRR 118 memiliki kesamaan yaitu terdapat pada tingkatan KAS kategori KIV (75%). Dan kandungan thiol yang rendah pada klon IRR 42 terdapat pada kategori KI atau tanaman yang sehat, sedangkan pada klon IRR 118 terdapat pada KII dengan tingkatan KAS nya 25%.

2. Kandungan Sukrosa kulit pada klon IRR 42 memiliki kandungan lebih tinggi terdapat pada kategori tingkatan KAS yang ke III (50%) dan yang lebih rendah kandungan Sukrosanya terdapat pada tanaman yang sehat. Sedangkan pada klon IRR 118, kandungan Sukrosa kulit yang lebih tinggi terdapat kategori KI yaitu pada tanaman yang sehat sedangkan yang lebih rendah terdapat pada tanaman yang terserang KAS II (25%).

3. Kandungan Fosfat Anorganik (Pi) kulit yang tinggi pada klon IRR 118 dan klon IRR 42 terdapat pada kategori KI yaitu pada tanaman yang sehat. Sedangkan yang rendah terdapat pada kategori KIV (75%) pada klon IRR 118 dan pada klon IRR 142, kandungan Fosfat Anorganik (Pi) yang rendah terdapat pada kategori KII (25%).

4. Aktivitas Enzim Peroksidase klon IRR 42 dan IRR 118 pada tanaman yang terserang KAS lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas enzim peroksidase pada tanaman yang sehat.

5. Jumlah pembuluh lateks pada klon IRR 42 lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pembuluh lateks pada klon IRR 118

(23)

52 5.2 Saran

(24)

53

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, T., J. Mathew, P. Srinivas, and C. K. Jacob. 2006. Incidence of tapping panel dryness on popular rubber clones in southern rubber growing region of India. In Jacob, J., R R. Krishnakumar and N. M. Mathew. (eds). Tapping panel dryness of rubber trees. Rubber Research Institute of India Andriyanto, M., Tistama, R. 2014. Perkembangan dan Upaya Pengendalian

Kering alur sadap pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Warta Perkaretan 2014, 33(2), 89-102

Anonim, 1994.Plant Peroxidase Activity determination. Standard Operating Procedures

Anonim, 2008.Panduan Budidaya Karet. CV. Nuansa Aulia. Bandung Anonim, 2008.Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Bogor Anonim, 2014. Pedoman Budidaya Karet yang Baik.Peraturan Menteri

Pertanian.diakses di www.djpp.kemenkumham.go.id(22 Januari 2016). Anonim, 2015. Teknik dan Waktu Penyadapan Karet.Balai Penelitian Tanaman

Industri dan Penyegar.diakses diwww.perkebunan.litbang.pertanian.go.id (21 Januari 2016)

Anwar, C. 2006.Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan

BPS. 2010.Potensi Pasar Ekspor Karet Indonesia. diakses diwww.bps.go.id (21 Januari 2016)

BPS. 2014.Potensi Pasar Ekspor Karet Indonesia.diakses diwww.bps.go.id (11 Februari 2016)

Bukit, E., Daslin, A., dan Karyudi. 2006.Kajian Ekonomi Penggunaan Klon Karet Anjuran Quick Starter dan Slow Starter. Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet. Galang.

(25)

54

Gomez, J. B., Narayanan, R., Chen, K. T., 1972. Some Structural Factors Affecting The Productivity Of Hevea brasiliensis. I. Quantitative Determination Of The Laticiferous Tissue. Journal of rubber research. 23:193

Edgar, A. T., 1958.Manual of Rubber Planting. The Incorporated Society of Planters, Kuala Lumpur.

Fachry, A. R., Sari, T.I., Putra, B. A., Kristianto, D. A. 2012.Pengaruh

Penambahan Filler Kaolin Terhadap Elastisitas dan Kekerasan Produk Souvenir dari Karet Alam(Hevea brasiliensis).Pekan Baru

Fairuzah, Z., Rahayu, S.T.S., Suryaman, S., dan Zaini, A., 2008.Laporan

Pengujian Efectivitas Biotani Terhadap Perkembangan Jamur Akar Putih (JAP). Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih

Fay, E. D., and J. L. Jacob. 1989. Anatomical Organization Of The Laticiferous System In The Bark. In d'Auzac, J., J. L. Jacob, H. Chrestin. (Eds). Physiology of Rubber Tree Latex. CRC Press. Florida. 3-14

Gohet, E., Chantuma, P., Lacote, R., Obouayeba, S., Dian, K., Clement, A.D., Kurnia, D., and Eschbach, J.M. 2006. Latex clonal typology of Havea brasiliensis Physiological Modeling of Yield Potential and Clonal

Response to Etephon Stimulation.in IRRDB Rubber Conference. Kottayam, RRIL.

Hao, Bing-Zhong., and Wu, Ji-Lin. 2000.Laticifer Differentiation in Hevea brasiliensis: Induction by Exogenous Jasmonic Acid and Linolenic Acid. Annals of Botany Company. China.

Jacob, J. and R. Krishnakumar. 2006.Tapping panel dryness of rubber trees. Rubber Research Institute of India.

Kusnawijaya, K. 1983. Biokimia. Penerbit Alumni. Bandung.

Mesquita , A.C., L.E.M. de Olivira, P Mazzfera, and N Delu-Filho. 2006. Anatomical Characteristics and Enzymes Of The Sucrose Metabolism an Their Relationship With Latex Yeild in Rubber Tree (Hevea brasiliensi Muell.Arg). Brazz. J. Plant Physiology. vol (18)2: 263-268.

(26)

55

Umbu Plants (Spondias tuberosa A.). Journal of Biotechnology. UFT. Brasil.

Robinson, T. 1991.Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.ITB. Bandung. Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1992.Fisiologi Tumbuhan jilid 2.Terjemahan

dari Plant Physiology. Oleh D. R. Lukman dan Sumaryono. ITB. Bandung.

Semangun, H., 2000.Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University -Press, Yogyakarta.

Setiawan, D.H., dan A. Andoko. 2005.Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta

.

Setyamidjaja, D. 1993.Karet: Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. Sianturi, H. S. D. 2011.Budidaya Tanaman Karet.USU Press. Medan

Siswanto, Sumarmadji, dan A. Situmorang. 2004.Status dan Pengendalian

Penyakit Kering Alur Sadap Tanaman Karet. Prosiding Pertemuan Teknis Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet untuk Mempertahankan Potensi Produksi Mendukung Industri Perkaretan Indonesia Tahun 2020. Palembang.

Soedjanaatmadja, U. M. S. 2008.Peranan Pathogenesis Related (PR) Protein dan Fitohormon Dalam Menjaga Kelangsungan Kehidupan Tanaman Serta Meningkatkan Produktivitas Hasil Pertanian. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Sumarmadji, 1999.Respon Fisiologi dan Produksi Lateks Beberapa Klon

Tanaman Karet Terhadap Stimulan Etilen.Disertasi Doktor. IPB. Bogor. Sumarmadji, Karyudi, dan T.H.S. Siregar. 2005.Rekomendasi Sistem Eksploitasi

Pada Klon Quick dan Slow Starter Serta Penggunaan Irisan Ganda Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Karet. hlm. 169−188. Prosiding Lokakarya Nasional Budi Daya Tanaman Karet, Medan 4−6 September 2006. Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Medan.

(27)

56

Towaha, J., dan U. Daras. 2013. Peluang Pemanfaatan Kayu Karet (Hevea brasiliensis) Sebagai Kayu Industri. Warta Penelitiandan Pengembangan Tanaman Industri.

Webster, C. C and W. J. Baulkwill, 1989.Rubber Tropical Agricultur. Longman Scientist 7 Technical, New York.

Woelan, S dan Sayurandi. 2009. Keragaan Klon Karet Unggul Harapan IRR Seri 400 Selama Tanaman Belum menghasilkan Di Pengujian Plot Promosi. Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet.

Gambar

Gambar 4.14. Pengamatan histologis pembuluh lateks klon IRR 42
Tabel 3.1. Klasifikasi Kering Alur Sadap

Referensi

Dokumen terkait

Yakni kerja sinergis yang sempurna antara komponen- komponen yang dibutuhkan agar tujuan hukum dapat terlaksana dan mencapai sasarannya (memberikan keadilan bagi individu-individu

[r]

Universitas Negeri

[r]

Maka, Pokja ULPD Propinsi Kepulauan Riau menyatakan PELELANGAN GAGAL atas pekerjaan Pembangunan Dock Kering Speed Boat Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau

calon peserta lelang yang masih membutuhkan n diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanya Kementerian Keuangan www.lpse.depkeu.go.id selama waktu. Senin tanggal 09

The cash low statement is one of the primary statements in inancial reporting (along with the statement of comprehensive income, the balance sheet and the statement of changes in

Biaya overhead adalah semua biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang bersifat tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan