• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Investigasi Adhesi Fisik, Nilai CBR Dan Ketahanan Deformasi Bahan RAP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Investigasi Adhesi Fisik, Nilai CBR Dan Ketahanan Deformasi Bahan RAP."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

32

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS FISIK 1. Keausan Bahan RAP

Pemeriksaan abrasi atau keausan agregat dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan agregat kasar terhadap keausan agregat. Dalam pemeriksaan agregat RAP ini digunakan tipe B yaitu agregat RAP yang lolos saringan 19,05 mm tertahan saringan 12,5 mm seberat 2500 gram dan yang lolos saringan 12,5 mm tertahan saringan 9,5 mm seberat 2500 gram. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Persen Lolos Pengujian Abrasi (Material bahan RAP)

Lolos saringan (mm) Tertahansaringan (mm) Berat benda uji (gr)

19,05 12,5 2500

12,5 9,5 2500

Berat benda uji (a) = 5000 gr Berat tertahan ayakan No. 12 (b) = 3771 gr

Keausan = ( )x100% a

b a

(5.1)

= 100%

5000 ) 3771 5000

(

x

(2)

dengan, a = berat benda uji semula (gram)

b = berat benda uji tertahan pada saringan no. 12 (gram)

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai keausan = 24,58 % adalah sudah memenuhi spesifikasi persyaratan. Nilai spesifikasi maksimal adalah 40% (AC-WC), namun akan lebih baik lagi nilai abrasinya dengan menggunakan agregat baru, karena kemungkinan nilai keausannya akan lebih rendah jika dibandingkan dengan bahan RAP, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Persen Lolos Pengujian Abrasi (Material Agregat Baru)

Lolos saringan (mm) Tertahan saringan (mm) Berat benda uji (gr)

19,05 12,5 2500

12,5 9,5 2500

Berat benda uji (a) = 5000 gr Berat tertahan ayakan No. 12 (b) = 3812 gr

Keausan = ( )x100% a

b a

(5.2)

= 100%

5000 ) 3812 5000

(

x

= 23,76 %

dengan, a = berat benda uji semula (gram)

(3)

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai keausan = 23,76 % adalah sudah memenuhi spesifikasi persyaratan. Nilai spesifikasi maksimal adalah 40% (AC-WC), agregat benda uji sudah bisa dipergunakan dilapangan karena mutu agregat

baik. Dapat disimpulkan material RAP dan agregat baru ke duanya masuk spesifikasi, bahwa nilai keausan maksimal 40% (SNI 2417: 2008).

1. Berat Jenis dan Penyerapan RAP dan agregat baru

Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis bulk, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu (apparent specific gravity)dan penyerapan.

Hasil Uji berat jenis dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran (1.1-1.6).

Tabel 5.3. Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan RAP

Keterangan Tabel 5.4. Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan Agregat baru

Keterangan

Pengujian Agregat baru

(4)

Hasil data pemeriksaan bahwa berat jenis kedua material RAP dan agregat baru sama-sama masuk spesifikasi. Penyerapan dari RAP dan agregat baru menunjukkan bahwa material RAP jauh lebih rendah dari pada agregat baru, hal ini disebabkan karena RAP masih terselimuti oleh aspal dan tidak sepenuhnya dapat menyerap air dan masuk ke dalam pori agregatnya (SNI 03–1969-1990).

B. Analisis Sifat Adhesi Fisik

Static Immersion Test dan Dynamic Immersion Test.

Pengujian ini dimaksudkan dengan tujuan untuk mengetahui adhesi fisik dari bahan RAP dan agregat baru. Hasil uji adhesi fisik dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.1-2.4.

Tabel 5.5. Hasil Uji Adhesi Fisik RAP dan agregat baru

No Sampel RAP Agregat baru Satuan

1 SIT 1 98 100 %

2 SIT 2 98,545 99,909 %

3 SIT 3 98,909 99,727 %

4 DIT 1 96,454 99,636 %

5 DIT 2 97,909 99,545 %

6 DIT 3 97,727 99,454 %

(Sumber : Hasil Penelitian)

(5)

36

Analisa saringan dalam penelitian menggunakan spesifikasi AC-WC sesuai dengan ketentuan bina marga 2010, material yang digunakan adalah

meterial RAP dan agregat baru. Analisa saringan dapat dilihat pada Tabel 5.6 - 5.7. dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.7-1.8.

Tabel 5.6 Analisa Saringan RAP Rekayasa

Ukuran Saringan

(mm)

Lolos Lolos Lolos

CA (%) MA (%) FA (%) Jumlah

Medium

Spec. Keterangan

F1 F2 F3 Spec.

19 100,00 100 100 27 26 47,00 100,00 100 100 masuk

12.5 65,60 100 100 17,71 26,00 47,00 90,71 95 90-100 masuk

9.5 13,07 95,60 100 3,53 24,86 47,00 75,38 81 72-90 masuk

4.75 7,33 34,60 97,00 1,98 9,00 45,59 56,57 61,5 54-69 masuk

2.36 5,07 23,60 77,20 1,37 6,14 36,28 43,79 46,05 39,1-53 masuk

1.18 3,80 15,10 59,40 1,03 3,93 27,92 32,87 35,8 31,6-40 masuk

0.600 3,40 9,40 44,80 0,92 2,44 21,06 24,42 26,55 23,1-30 masuk

0.300 3,20 5,50 32,00 0,86 1,43 15,04 17,33 18,75 15,5-22 masuk

0.150 2,40 1,70 19,40 0,65 0,44 9,12 10,21 12 9-15 masuk

0.075 1,67 0,20 6,60 0,45 0,05 3,10 3,60 7 4-10 tidak masuk

Pan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0 masuk

(6)

Analisa saringan pada Tabel 5.6 dapat dibuat grafik untuk memperjelas dan dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut :

Gambar 5.1 Grafik Analisa Saringan RAP Rekayasa

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0,01 0,10 1,00 10,00

Lol

os

sa

ri

n

g

a

n

˰

%

Saringan mm

Grafik Gradasi RAP

(7)

38 Ukuran

Saringan (mm)

Lolos Lolos Lolos

CA (%) MA (%) FA ( %) Jumlah

Medium

Spec.

Keterangan

F1 F2 F3 Spec.

19 100,00 100 100 25,5 27,5 47,00 100,00 100 100 masuk

12.5 72,93 96,6 100 18,60 26,57 47,00 92,16 95 90-100 masuk

9.5 20,47 90,60 100 5,22 24,92 47,00 77,13 81 72-90 masuk

4.75

10,13 37,80 98,00 2,58 10,40 46,06 59,04 61,5 54-69 masuk

2.36 9,13 22,80 70,00 2,33 6,27 32,90 41,50 46,05 39,1-53 masuk

1.18

1,83 13,60 71,20 0,47 3,74 33,46 37,67 35,8 31,6-40 masuk

0.600 5,40 7,00 55,60 1,38 1,93 26,13 29,43 26,55 23,1-30 masuk

0.300 3,80 2,70 38,00 0,97 0,74 17,86 19,57 18,75 15,5-22 masuk

0.150 1,67 1,20 22,40 0,43 0,33 10,53 11,28 12 9-15 masuk

0.075 0,67 0,20 9,40 0,17 0,06 4,42 4,64 7 4-10 masuk

Pan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0 masuk

(8)

Analisa saringan pada Tabel 5.7 dapat dibuat grafik untuk memperjelas dan dapat dilihat pada Gambar 5.2 berikut :

Gambar 5.2 Grafik Analisa Saringan Agregat Baru

Hasil dari gradasi RAP rekayasa dari Kabupaten Tegal di Jalur Pantura, pada grafik mendekati spesifikasi AC-WC. Meskipun tidak 100 % masuk spesifikasi semua, saringan 0,075 mm tidak masuk spesifikasi. Hasil analisa saringan dari agregat baru menggunakan spesifikasi AC-WC.

RAP rekayasa merupakan suatu campuran yang didesain untuk pembuatan

campuran, karena penelitian ini menggunakan spesifikasi AC-WC maka campuran didekatkan ke spesifikasi tersebut.

C. Analisis Kepadatan 1. Kepadatan Bahan RAP

Pemeriksaan kepadatan RAP rekayasa dan agregat baru dilakukan untuk membandingkan nilai dari bahan RAP dan agregat baru. Bahan perkerasan yang telah di recycling dari Kabupaten Tegal di Jalur Pantura nilai kepadatan dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.1-3.2.

Gradasi Agregat Baru

Spesifikasi bawah

(9)

Tabel 5.8 Kepadatan RAP rekayasa dan Agregat baru.

Kepadatan Kepadatan Kadar air maksimum optimum Bahan RAP rekayasa

1,64 gr/cm3 5,1 % Metode Standard Proctor

Agregat Baru Metode

1,74 gr/cm3 5,6 % Standard Proctor

(Sumber : Hasil Penelitian)

Pemeriksaan nilai kepadatan material RAP dan agregat baru dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan 5.4 berikut :

Gambar 5. 3 Grafik Kepadatan RAP rekayasa

Z AVL

Grafik Hubungan Kadar Air Dengan Berat Volume Kering

(Standard Proctor)

(10)

Gambar 5. 4 Grafik Kepadatan Agregat baru

Penelitian pemadatan yang dilakukan mendapatkan nilai kepadatan maksimum dan kadar air optimum, pemadatan dengan menggunakan metode

Standard proctor. Grafik yang digunakan adalah Polynomial. Dapat

disimpulkan bahwa agregat baru dengan metode Standard proctor mempunyai nilai kepadatan lebih tinggi dari pada RAP. Hal ini terjadi karena nilai fraksi halus yang lebih banyak dibanding dengan fraksi kasar, sehingga penyerapannya air lebih banyak dan rongga pada agregat yang terjadi lebih kecil. Kepadatan perkerasan berhubungan dengan rongga diantara agregat maupun rongga dalam campuran, menunjukkan besarnya rongga berhubungan dengan pengerasan atau nilai penetrasi, makin besar rongga maka makin kecil nilai penetrasi.

Grafik Hubungan Kadar Air Dengan Berat Volume Kering

(

Standard Proctor)

(11)

E. Analisis Nilai CBR (California Bearing Ratio)

1. Pemeriksaan CBR RAP rekayasa dan agregat baru menggunakan mesin CBR Pemeriksaan CBR dimaksudkan untuk mengetahui besar nilai CBR yang telah dilakukan. Pemeriksaan CBR RAP rekayasa dan agregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat dilihat pada Gambar 5.5-5.7 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1-4.2.

Gambar 5.5. Grafik CBR RAP Unsoaked 10 Pukulan 0

100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

B

eb

an

(lb)

(12)
(13)

Pemeriksaan CBR Aggregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat dilihat pada Gambar 5.8 - 5.10.

(14)

Gambar 5.10 Grafik CBR Agregat baru Unsoaked 65 Pukulan

Pemeriksaan CBR RAP rekayasa dan agregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5. 9 nilai CBR RAP rekayasa dan agregat baru menggunakan mesin CBR Jumlah Pukulan Nilai CBR RAP Nilai CBR Agregat baru

(15)

Nilai CBR dibuat grafik agar lebih jelas dalam menyimpulkan, dapat dilihat pada Gambar 5.11.

Gambar 5.11. Grafik CBR menggunakan mesin CBR untukbahan RAP rekayasa dan

agregat baru.

Pemeriksaan test CBR dilakukan tanpa perendaman. Berdasarkan data yang didapat dari pengujian test CBR di laboratorium Universitas Muhammadiyah Surakarta diperoleh hasil seperti Tabel 5.9. Tabel tersebut menyatakan nilai CBR tanpa perendaman RAP dan agregat baru menunjukan bahwa semakin banyak pukulan yang diperoleh menunjukkan nilai semakin besar. Nilai RAP pada 10 pukulan mengalami peningkatan yang signifikan ke 35 pukulan, akan tetapi nilai peningkatan ke 65 pukulan tidak terlalu signifikan. Nilai pada agregat baru menunjukkan bahwa nilai 10 pukulan tidak terlalu signifikan ke 35 pukulan, akan tetapi nilai ke 65 pukulan mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini terjadi karena yang dipadatkan dengan metode pemadatan modified proctor masih mempunyai pori-pori meskipun sudah dipadatkan dalam mold, nilai dari material RAP rekayasa tersebut rendah dikarenakan umur material yang sudah lama dan kualitas material rendah. Nilai dari agregat baru lebih tinggi dikarenakan dari material, bahwa material sangat mempengaruhi nilai daya dukung. Nilai CBR yang dipakai adalah yang terbesar, baik itu pada penetrasi 0,1” maupun 0,2”.

(16)

2. Pemeriksaan CBR menggunakan mesin UTM (Universal Testing Machine) Pemeriksaan CBR RAP rekayasa dan agregat baru menggunakan mesin UTM

Pemeriksaan UTM dimaksudkan untuk mengetahui besar nilai UTM yang telah dilakukan. Pemeriksaan UTM RAP rekayasa dan Agregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat dilihat pada Gambar 5.12 - 5.14. dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.3-4.4.

Gambar 5.12 Grafik CBR RAP Unsoaked 10 Pukulan 0

100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

B

eb

an

(lb)

(17)
(18)

Nilai test UTM semakin banyak pukulan menunjukkan nilai semakin besar. Bahan RAP menunjukan nilai yang meningkat pada setiap pukulan hal ini terjadi karena adanya kepadatan pada material begitu juga dengan agregat baru.

Pemeriksaan UTM Agregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat dilihat pada Gambar 5.15 - 5.17.

Gambar 5.15 Grafik CBR agregat baru unsoaked 10 pukulan 0

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

B

eb

an

(lb)

(19)

Gambar 5.16 Grafik CBR agregat baru unsoaked 35 pukulan

Penurunan (inchi)

0

(20)

Tabel 5. 10 nilai CBR RAP rekayasa dan agregat baru Unsoaked menggunakan mesin UTM

Jumlah Pukulan Nilai UTM RAP Nilai UTM Agregat baru

10 Pukulan 11,4 27,5

35 Pukulan 28,83 32,16

65 Pukulan 33,5 59,96

(Sumber : Hasil Penelitian) Nilai CBR dibuat grafik agar lebih jelas dalam menyimpulkan dan dapat dilihat pada Gambar 5.18.

Gambar 5.18 Grafik CBR menggunakan mesin UTM RAP rekayasa dan agregat baru.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil seperti Tabel 5.10 dapat disimpulkan nilai dari UTM tanpa perendaman RAP rekayasa dan Agregat baru menunjukan hasil yang berbeda, nilai RAP pada 10 pukulan mengalami peningkatan yang cukup signifikan ke 35 pukulan, akan tetapi nilai dari 35 pukulan ke 65 pukulan tidak terlalu signifikan. Nilai agregat baru pada 10 pukulan tidak terlalu signifikan ke 35 pukulan, akan tetapi nilai ke 65 pukulan mengalami kenaikan yang signifikan, kedua material mengalami peningkatan pada setiap jumlah pukulan, pemeriksaan test CBR baik

11,4

Jumlah pukulan

Bahan RAP

(21)

menggunakan mesin CBR dan mesin UTM sama-sama mempunyai nilai yang hampir sama pada pengujian tersebut. Nilai material RAP lebih rendah dari agregat baru, bahwa material RAP merupakan suatu limbah perkerasan dan menunjukkan kualitas material yang kurang bagus, sehingga daya dukung dan ketahanan deformasinya rendah dibanding dengan material agregat baru. Nilai UTM yang dipakai adalah yang terbesar, baik itu pada penetrasi 0,1” maupun 0,2”.

F. Analisis Ketahanan Deformasi (Deformation)

1. Pemeriksaan Deformasi RAP Rekayasa dan Agregat Baru Menggunakan Mesin CBR

Pemeriksaan deformasi dimaksudkan untuk mengetahui besar nilai kritis pada benda uji yang telah dilakukan. Pemeriksaan deformasi menggunakan mesin

CBR RAP rekayasa dan Aggregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked)

dapat dilihat pada Gambar 5.19-5.21 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1-5.2.

Gambar 5.19 Grafik Deformasi mesin CBR RAP unsoaked 10 pukulan

10,000 100,000 1000,000

(22)

Gambar 5.20 Grafik Deformasi mesin CBR RAP unsoaked 35 pukulan

(23)

Pemeriksaan deformasi CBR Agregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat dilihat pada Gambar 5.22-5.24.

Gambar 5.22 Grafik Deformasi mesin CBR agregat baru unsoaked 10 pukulan

(24)

Gambar 5.24 Grafik Deformasi mesin CBR agregat baru unsoaked 65 pukulan.

(25)

Gambar 5.26 Grafik Deformasi mesin CBR material Agregat baru unsoaked

Pemeriksaan deformasi menggunakan mesin CBR material RAP rekayasa dan Aggregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat dilihat pada Tabel 5.11.

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

0 1000 2000 3000 4000

P

en

u

ru

n

an

(Inchi

)

Beban (lb)

65 Pukulan

35 Pukulan

(26)

57

(Sumber : Hasil Penelitian)

Tabel 5.11 Deformasi RAP rekayasa dan agregat baru menggunakan mesin CBR.

Sampel

RAP Agregat baru

Titik kritis Sebelum kritis Sesudah kritis Titik kritis Sebelum kritis Sesudah kritis

(in/lb/in2) (in/lb/in2) (in/lb/in2) (in/lb/in2)

10 Pukulan

0,15 inchi (270lb) 0,06 0,07 0,08 inchi (800lb) 0,005 0,056

35 Pukulan

0,09 inchi (500lb) 0,02 0,03 0,06 inchi (600lb) 0,0087 0,02

65Pukulan

(27)

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil seperti Tabel 5.11 dapat disimpulkan nilai deformasi CBR tanpa perendaman material RAP rekayasa dan Agregat baru menunjukan hasil yang berbeda. Deformasi agregat baru mempunyai kualitas baik, dapat dilihat pada pembebanan yang terjadi dengan penurunan, nilai tersebut menunjukkan bahwa ketahanan dalam mempertahankan material baik. Deformasi pada material RAP mengalami perubahan yang cukup signifikan, karena pada setiap pukulan mengalami penurunan yang derastis. Nilai penurunan 10 pukulan material RAP 0,15 inchi dengan beban 270 lb dan agregat baru nilai penurunan 0,08 inchi dengan beban 800 lb. Nilai penurunan material RAP 35 pukulan 0,09 inchi dengan beban 500 lb dan agregat baru nilai penurunan 0,06 dengan beban 600 lb. Nilai penurunan 65 pukulan material RAP 0,1 inchi dengan beban 650 lb dan agregat baru nilai penurunan 0,06 inchi dengan beban 1700 lb. Perbedaan yang signifikan antara material RAP dan agregat baru menunjukkan bahwa material RAP untuk nilai deformasi mempunyai kualitas rendah, umur material dan suatu limbah daur ulang mempengaruhi kualitas. Material dipadatkan dengan metode pemadatan modified proctor.

(28)

Gambar 5.27 Grafik titik kritis penurunan menggunakan mesin CBR material RAP dan Agregat baru unsoaked.

Gambar 5.28 Grafik titik kritis beban menggunakan mesin CBR material RAP dan Agregat baru unsoaked.

0,15

Titik Kritis alat CBR

Penurunan (RAP)

Penurunan (Agregat baru)

Penurunan (RAP)

Penurunan (Agregat baru)

Penurunan (RAP)

Penurunan (Agregat baru)

270

Beban (Agregat baru)

Beban (RAP)

Beban (Agregat baru)

Beban (RAP)

(29)

Pemeriksaan nilai slope deformasi menggunakan mesin CBR material

RAP rekayasa dan Aggregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat

dilihat pada Gambar 5.29-5.30.

Gambar 5.29 Grafik slope deformasi menggunakan mesin CBR material RAP unsoaked.

Gambar 5.30 Grafik slope deformasi menggunakan mesin CBR material Agregat baru unsoaked.

0,06

Sebelum kritis (RAP)

Sesudah kritis (RAP)

Sebelum kritis (RAP)

Sesudah kritis (RAP)

Sebelum kritis (RAP)

Sesudah kritis (RAP)

0,005

Sebelum kritis (Agregat baru)

Sesudah kritis (Agregat baru)

Sebelum kritis (Agregat baru)

Sesudah kritis (Agregat baru)

Sebelum kritis (Agregat baru)

(30)

2. Pemeriksaan Deformasi RAP Rekayasa dan Agregat Baru Menggunakan Mesin UTM

Pemeriksaan deformasi UTM dimaksudkan untuk mengetahui besar nilai keruntuhan pada benda uji yang telah dilakukan. Pemeriksaan deformasi UTM RAP rekayasa dan Aggregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked)

Pemeriksaan dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat dilihat pada Gambar 5.31-5.33 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.3-5.4.

Gambar 5.31 Grafik Deformasi mesin UTM RAP unsoaked 10 pukulan 2100

0,55

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4

100 1000 10000

P

en

u

ru

n

an

(in

ch

i)

(31)

Gambar 5.32 Grafik Deformasi mesin UTM RAP unsoaked 35 pukulan

(32)

Pemeriksaan deformasi UTM Agregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat dilihat pada Gambar 5.34-5.36.

Gambar 5.34 Grafik Deformasi Alat UTM Agregat baru Unsoaked 10 Pukulan 1200

0,33

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2

100 1000 10000

P

en

u

ru

n

an

(inch

i)

(33)

Gambar 5.35 Grafik Deformasi mesin UTM agregat baru unsoaked 35 pukulan

(34)

Gambar 5.37 Grafik Deformasi mesin UTM material RAP unsoaked

Gambar 5.38 Grafik Deformasi mesin UTM material agregat baru unsoake

(35)

66 (Sumber : Hasil Penelitian)

Tabel 5.12 Deformasi RAP rekayasa dan agregat baru menggunakan mesin UTM.

Sampel

RAP Agregat baru

Titik kritis Sebelum kritis Sesudah kritis Titik kritis Sebelum kritis Sesudah kritis

(in/lb/in2) (in/lb/in2) (in/lb/in2) (in/lb/in2)

(36)

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil dapat disimpulkan nilai deformasi UTM tanpa perendaman material RAP rekayasa dan agregat baru menunjukan hasil yang berbeda. Deformasi agregat baru mempunyai kualitas baik dengan penurunan dan beban yang terjadi tidak terlalu signifikan, akan tetapi untuk deformasi RAP rekayasa mengalami penurunan yang signifikan dengan beban yang kecil. Nilai penurunan pada 10 pukulan material RAP 0,55 inchi dengan beban 2100 lb dan nilai penurunan pada 10 pukulan agregat baru 0,33 inchi dengan beban 1200 lb. Nilai penurunan pada 35 pukulan material RAP 0,35 inchi dengan beban 1450 lb dan nilai penurunan pada 35 pukulan

agregat baru 0,25 inchi dengan beban 950 lb. Nilai penurunan pada 65 pukulan material RAP 0,27 inchi dengan beban 1200 lb dan nilai penurunan pada 65 pukulan agregat baru 0,12 inchi dengan beban 1000 lb. Hal ini terjadi karena dari kualitas material yang berbeda. Material dipadatkan dengan metode pemadatan modified proctor dan nilai material RAP rekayasa mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga nilai dari deformasinya rendah.

Gambar 5.39 Grafik titik kritis penurunan menggunakan mesin UTM material RAP dan Agregat baru unsoaked.

0,55

Titik Kritis alat UTM

(37)

Gambar 5.40 Grafik titik kritis beban menggunakan mesin UTM material RAP dan Agregat baru unsoaked.

Pemeriksaan nilai slope deformasi menggunakan mesin UTM material

RAP rekayasa dan Aggregat baru dilakukan tanpa perendaman (Unsoaked) dapat

dilihat pada Gambar 5.41-5.42.

Gambar 5.41 Grafik slope deformasi menggunakan mesin UTM material RAP unsoaked.

Titik kritis alat UTM

Beban (RAP)

Beban (Agregat baru)

Beban (RAP)

Beban (Agregat baru)

Beban (RAP)

Beban (Agregat baru)

0,01

Sebelum kritis (RAP)

Sesudah kritis (RAP)

Sebelum kritis (RAP)

Sesudah kritis (RAP)

Sebelum kritis (RAP)

(38)

Gambar 5.42 Grafik slope deformasi menggunakan mesin UTM material Agregat baru unsoaked.

Perbandingan grafik deformasi pada setiap pukulan menggunakan mesin

CBR material RAP rekayasa dan Aggregat baru dilakukan tanpa perendaman

(Unsoaked) dapat dilihat pada Gambar 5.43-5.45.

Gambar 5.43 Grafik Deformasi mesin CBR material RAP dan agregat baru 10 pukulan unsoaked

Nilai slope deformasi agregat baru alat UTM

Sebelum kritis (Agregat baru)

Sesudah kritis (Agregat baru)

Sebelum kritis (agregat baru)

Sesudah kritis (Agregat baru)

Sebelum kritis (Agregat baru)

(39)

Gambar 5.44 Grafik Deformasi mesin CBR material RAP dan agregat baru 35 pukulan unsoaked

(40)

Perbandingan grafik deformasi pada setiap pukulan menggunakan mesin

UTM material RAP rekayasa dan Aggregat baru dilakukan tanpa perendaman

(Unsoaked) dapat dilihat pada Gambar 5.46-5.48.

Gambar 5.46 Grafik Deformasi mesin UTM material RAP dan agregat baru 10 pukulan unsoaked

Gambar 5.47 Grafik Deformasi mesin UTM material RAP dan agregat baru 35 pukulan unsoaked

Deformasi mesin UTM agg baru

(41)

Gambar 5.48 Grafik Deformasi mesin UTM material RAP dan agregat baru 65 pukulan Unsoaked

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4

100 1000 10000

P

en

u

ru

n

an

(inch

i)

Beban (lb)

Deformasi mesin UTM agg baru

Gambar

Grafik Gradasi RAP
Grafik  Hubungan Kadar  Air Dengan Berat
GRAFIK 1000 CBR
GRAFIK 2400 CBR
+7

Referensi

Dokumen terkait

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA.. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROUP RESUME PADA SISWA KELAS VIIIF SMP N 3 KARTASURA TAHUN

RINI HAKIMI. Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco di Kota Bogor dengan Pendekatan Fuzzy. Dibimbing oleh MACHFUD, MARIMIN dan ANI SURYANI. Perusahaan nata de

pokok bahasan sistem pernafasan pada manusia dengan model Team Assisted. Individually (TAI) pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2

Posisi kerja berdiri yang cukup lama akan memberikan tekanan pada.. saraf, pembuluh darah dan otot pada kaki sehingga

Jika hardisk atau komputer anda mengalami hal khusus misalnya hardisk mengalami hal tidak konsisten dan lain sebagainya yang mungkin kondisi hardisk sudah hampir rusak atau

Untuk mengetahui pengaruh posisi katup limbah terhadap debit yang terjadi.. Untuk mengetahui ukuran tabung udara yang

cultures showed that the media packed in the dialysis membrane enhanced the pink pigment production (Figure 2d).. The highest yield was shown in the culture medium resulted 0.3-0.4