• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SRI DIAH NOVITA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2008

(3)

SRI DIAH NOVITA. Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan TARYONO

Usaha warung tenda mengenalkan masyarakat Palembang dengan menu baru yaitu pecel lele. Perubahan selera masyarakat Palembang dari pindang patin ke pecel lele mulai terlihat dari tahun 1994 ditandai dengan meningkatnya jumlah usaha warung tenda di lokasi-lokasi strategis di Palembang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui profil pedagang, konsumen, dan usaha warung tenda,

menganalisis pendapatan usaha warung tenda, menganalisis permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pecel lele, mengetahui elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pedagang warung tenda sebagian besar yaitu laki-laki, kisaran umur 29 sampai 36 tahun, pendidikan terakhir SMP, berasal dari Lamongan Jawa Timur dengan pengalaman berdagang kurang dari 7 tahun dan mempunyai tanggungan keluarga sampai 7 orang. Profil konsumen warung tenda sebagian besar yaitu wanita, pendidikan terakhir di perguruan tinggi, berasal dari Palembang, memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 sampai 4 orang, dan pendapatan disposible kurang dari Rp 601.550. Usaha

warung tenda didirikan dengan modal yang berbeda-beda berdasarkan tahun berdirinya usaha. Sebagian besar didirikan pada tahun 2004 dengan modal rata-rata Rp 6.633.333, tenaga kerja yang dimiliki 3 sampai 5 orang dengan upah Rp 638.500 sampai Rp 800.000 dan usaha warung tenda dimulai dari pukul 17.00 sampai 24.00. Permintaan pecel lele oleh konsumen yaitu berkisar1246 – 2520 porsi/bulan. Pendapatan bersih pedagang warung tenda rata-rata yaitu Rp. 18.169.300 per bulan dengan R/C 1,55.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pecel lele pada warung tenda di Palembang yaitu harga pecel lele, harga pecel ayam, pendapatan disposible, umur dan Dummy lokasi usaha. Berdasarkan kriteria ekonomi,

statistik, dan ekonometrika bahwa model tersebut baik digunakan untuk menduga permintaan lele pada warung tenda pecel lele di Palembang.

Nilai elastisitas harga yang didapat yaitu -3,783, nilai elastisitas

pendapatan yaitu 0,758, dan nilai elastisitas silang yaitu 1,316. Dengan demikian lele merupakan barang normal dan pecel ayam merupakan makanan substitusi dari pecel lele.

(4)

© Hak cipta milik Sri Diah Novita, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

(5)

DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SRI DIAH NOVITA C44104074

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(6)

Judul Penelitian : Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan

Nama Mahasiswa : Sri Diah Novita

Nomor Pokok : C44104074

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Wawan Oktariza, M.Si Taryono, S.Pi, M.Si NIP. 131 963 528 NIP. 132 169 278

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya M.Sc

NIP. 131 578 799

(7)

Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan tanggal 14 November

1986 sebagai putri kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Mugiono dan Ibu

Choiriyah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMU

Negeri 1 Palembang pada tahun 2001-2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa

di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru) pada tahun 2004. Penulis memilih Program Studi Manajemen Bisnis dan

Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan

Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa kuliah penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu

sebagai pengurus BEM TPB IPB 2004/2005, FKM-C (Forum Keluarga Muslim

FPIK) 2004/2008, HIMASEPA 2005/2006, dan BEM FPIK 2006/2007. Penulis

juga aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam 2005/2007.

Penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sosial Ekonomi

Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan”

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Sosial

Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dibawah

(8)

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ...9

2.3.2 Elastisitas Permintaan ...11

2.4 Penerimaan dan Pendapatan...13

2.5 Warung Tenda Pecel Lele ...13

2.6 Deskripsi Proses Produksi Lele...14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 15

4.4.5 Evaluasi Model Persamaan Penduga...22

4.4.6 Analisis Elastisita Permintaan ...26

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian...26

. 4.6 Batasan dan Pengukuran ...27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...28

5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ...28

5.2 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele...29

5.2.1 Umur dan Jenis Kelamin...29

5.2.2 Pendidikan...30

(9)

5.2.4 Pengalaman Berdagang...31

5.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ...32

5.3 Karakteristik Konsumen Warung Tenda Pecel Lele...33

5.3.1 Umur dan Jenis Kelamin...33

5.3.2 Pendidikan...33

5.3.3 Asal Daerah...34

5.3.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ...35

5.3.5 Pendapatan Disposible Konsumen...36

5.4 Karakteristik Usaha Warung Tenda Pecel Lele ...37

5.4.1 Modal Usaha ...37

5.4.2 Pengalaman Usaha Warung Tenda ...38

5.4.3 Waktu Usaha ...38

5.4.4 Tenaga Kerja ...38

5.4.5 Upah Tenaga Kerja ...39

5.4.6 Permintaan Pecel Lele...40

5.5 Analisis Pendapatan Pedagang Warung Tenda...40

5.6 Analisis Permintaan Pecel Lele...42

5.7 Evaluasi Model Persamaan Penduga Permintaan Pecel Lele ...44

5.7.1 Kriteria Statistik ...44

5.7.2 Kriteria Ekonometrika...45

5.7.3 Kriteria Ekonomi...47

5.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan ...48

5.9 Analisis Elastisitas ...49

VI KESIMPULAN DAN SARAN ...51

6.1 Kesimpulan ...51

6.2 Saran...52

DAFTAR PUSTAKA...53

(10)

Halaman

1. Produksi Ikan Air Tawar Provinsi Sumatera Selatan 2004 dan 2005

Departemen Kelautan dan Perikanan (2004) ... ....1

2. Sifat-sifat Ikan Lele Berdasarkan BRPBAT ... 9

3. Jenis dan Sumber Data... 17

4. Tempat Terpilih dan Jumlah Sampel yang Diambil di 10 Kecamatan

Terpilih di Kota Palembang...19

5. Produksi Perikanan Kota Palembang Tahun 2006 (dalam Ton)... 28

6. Produksi Ikan Budidaya Kolam Menurut Jenis Ikan di Kabupaten/Kota

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006 (dalam Ton) ... 29

7. Umur dan Jenis Kelamin Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 29

8. Tingkat Pendidikan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 30

9. Asal Daerah Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang... 31

10.Pengalaman Berdagang Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 32

11. Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 32

12. Umur dan Jenis Kelamin Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 33

13. Tingkat Pendidikan Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 34

14 Asal Daerah Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 35

15. Jumlah Tanggungan Keluarga Konsumen Warung Tenda Pecel Lele

di Kota Palembang ... 35

16. Pendapatan Disposible Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

(11)

DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SRI DIAH NOVITA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2008

(13)

SRI DIAH NOVITA. Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan TARYONO

Usaha warung tenda mengenalkan masyarakat Palembang dengan menu baru yaitu pecel lele. Perubahan selera masyarakat Palembang dari pindang patin ke pecel lele mulai terlihat dari tahun 1994 ditandai dengan meningkatnya jumlah usaha warung tenda di lokasi-lokasi strategis di Palembang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui profil pedagang, konsumen, dan usaha warung tenda,

menganalisis pendapatan usaha warung tenda, menganalisis permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pecel lele, mengetahui elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pedagang warung tenda sebagian besar yaitu laki-laki, kisaran umur 29 sampai 36 tahun, pendidikan terakhir SMP, berasal dari Lamongan Jawa Timur dengan pengalaman berdagang kurang dari 7 tahun dan mempunyai tanggungan keluarga sampai 7 orang. Profil konsumen warung tenda sebagian besar yaitu wanita, pendidikan terakhir di perguruan tinggi, berasal dari Palembang, memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 sampai 4 orang, dan pendapatan disposible kurang dari Rp 601.550. Usaha

warung tenda didirikan dengan modal yang berbeda-beda berdasarkan tahun berdirinya usaha. Sebagian besar didirikan pada tahun 2004 dengan modal rata-rata Rp 6.633.333, tenaga kerja yang dimiliki 3 sampai 5 orang dengan upah Rp 638.500 sampai Rp 800.000 dan usaha warung tenda dimulai dari pukul 17.00 sampai 24.00. Permintaan pecel lele oleh konsumen yaitu berkisar1246 – 2520 porsi/bulan. Pendapatan bersih pedagang warung tenda rata-rata yaitu Rp. 18.169.300 per bulan dengan R/C 1,55.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pecel lele pada warung tenda di Palembang yaitu harga pecel lele, harga pecel ayam, pendapatan disposible, umur dan Dummy lokasi usaha. Berdasarkan kriteria ekonomi,

statistik, dan ekonometrika bahwa model tersebut baik digunakan untuk menduga permintaan lele pada warung tenda pecel lele di Palembang.

Nilai elastisitas harga yang didapat yaitu -3,783, nilai elastisitas

pendapatan yaitu 0,758, dan nilai elastisitas silang yaitu 1,316. Dengan demikian lele merupakan barang normal dan pecel ayam merupakan makanan substitusi dari pecel lele.

(14)

© Hak cipta milik Sri Diah Novita, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

(15)

DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SRI DIAH NOVITA C44104074

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(16)

Judul Penelitian : Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan

Nama Mahasiswa : Sri Diah Novita

Nomor Pokok : C44104074

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Wawan Oktariza, M.Si Taryono, S.Pi, M.Si NIP. 131 963 528 NIP. 132 169 278

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya M.Sc

NIP. 131 578 799

(17)

Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan tanggal 14 November

1986 sebagai putri kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Mugiono dan Ibu

Choiriyah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMU

Negeri 1 Palembang pada tahun 2001-2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa

di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru) pada tahun 2004. Penulis memilih Program Studi Manajemen Bisnis dan

Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan

Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa kuliah penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu

sebagai pengurus BEM TPB IPB 2004/2005, FKM-C (Forum Keluarga Muslim

FPIK) 2004/2008, HIMASEPA 2005/2006, dan BEM FPIK 2006/2007. Penulis

juga aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam 2005/2007.

Penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sosial Ekonomi

Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan”

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Sosial

Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dibawah

(18)

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ...9

2.3.2 Elastisitas Permintaan ...11

2.4 Penerimaan dan Pendapatan...13

2.5 Warung Tenda Pecel Lele ...13

2.6 Deskripsi Proses Produksi Lele...14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 15

4.4.5 Evaluasi Model Persamaan Penduga...22

4.4.6 Analisis Elastisita Permintaan ...26

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian...26

. 4.6 Batasan dan Pengukuran ...27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...28

5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ...28

5.2 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele...29

5.2.1 Umur dan Jenis Kelamin...29

5.2.2 Pendidikan...30

(19)

5.2.4 Pengalaman Berdagang...31

5.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ...32

5.3 Karakteristik Konsumen Warung Tenda Pecel Lele...33

5.3.1 Umur dan Jenis Kelamin...33

5.3.2 Pendidikan...33

5.3.3 Asal Daerah...34

5.3.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ...35

5.3.5 Pendapatan Disposible Konsumen...36

5.4 Karakteristik Usaha Warung Tenda Pecel Lele ...37

5.4.1 Modal Usaha ...37

5.4.2 Pengalaman Usaha Warung Tenda ...38

5.4.3 Waktu Usaha ...38

5.4.4 Tenaga Kerja ...38

5.4.5 Upah Tenaga Kerja ...39

5.4.6 Permintaan Pecel Lele...40

5.5 Analisis Pendapatan Pedagang Warung Tenda...40

5.6 Analisis Permintaan Pecel Lele...42

5.7 Evaluasi Model Persamaan Penduga Permintaan Pecel Lele ...44

5.7.1 Kriteria Statistik ...44

5.7.2 Kriteria Ekonometrika...45

5.7.3 Kriteria Ekonomi...47

5.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan ...48

5.9 Analisis Elastisitas ...49

VI KESIMPULAN DAN SARAN ...51

6.1 Kesimpulan ...51

6.2 Saran...52

DAFTAR PUSTAKA...53

(20)

Halaman

1. Produksi Ikan Air Tawar Provinsi Sumatera Selatan 2004 dan 2005

Departemen Kelautan dan Perikanan (2004) ... ....1

2. Sifat-sifat Ikan Lele Berdasarkan BRPBAT ... 9

3. Jenis dan Sumber Data... 17

4. Tempat Terpilih dan Jumlah Sampel yang Diambil di 10 Kecamatan

Terpilih di Kota Palembang...19

5. Produksi Perikanan Kota Palembang Tahun 2006 (dalam Ton)... 28

6. Produksi Ikan Budidaya Kolam Menurut Jenis Ikan di Kabupaten/Kota

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006 (dalam Ton) ... 29

7. Umur dan Jenis Kelamin Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 29

8. Tingkat Pendidikan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 30

9. Asal Daerah Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang... 31

10.Pengalaman Berdagang Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 32

11. Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 32

12. Umur dan Jenis Kelamin Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 33

13. Tingkat Pendidikan Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 34

14 Asal Daerah Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 35

15. Jumlah Tanggungan Keluarga Konsumen Warung Tenda Pecel Lele

di Kota Palembang ... 35

16. Pendapatan Disposible Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

(21)

Halaman

17. Modal Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 37

18. Pengalaman Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang... 38

19. Jumlah Tenaga Kerja Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 39

20. Upah Tenaga Kerja Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 39

21. Permintaan pecel lele Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang... 40

22. Pendapatan Rata-rata Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 42

23. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Lele di Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 43

24 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Lele di Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 44

25. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance ...46

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan Lele Dumbo dan Lele Lokal ... 6

2. Kurva Permintaan Dihubungkan dengan Harga Barang Bersangkutan ... 8

3. Sifat-sifat Elastisitas Permintaan ... 13

4. Pecel Lele (www.Wikipedia.org) ...14 5 Skema Kerangka Pemikiran ...16

6. Histogram untuk Uji Normalitas ...45

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Kota Palembang ...56

2. Profil Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Palembang ...57

3. Profil Konsumen Pecel Lele di Warung Tenda Pecel Lele Palembang ...58

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pecel Lele ...62

5. Hasil Regresi Linier Berganda ...66

6. Analisis Pendapatan Pedagang Warung Tenda Peces Lele di Palembang ...71

7. Kuisioner Pedagang Warung Tenda ...74

(24)

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Sumatera Selatan berperan sebagai

sumber mata pencaharian penduduk, meningkatkan penyerapan tenaga kerja,

memberikan kontribusi peningkatan pendapatan, pemenuhan gizi masyarakat dan

menjadi sumber pemasukan pendapatan daerah dan devisa negara. Sumatera Selatan

memiliki potensi daerah perairan yang baik karena sebagian besar daerahnya

merupakan rawa-rawa, sungai, dan danau sebagai habitat dan tempat hidup berbagai

jenis ikan khususnya ikan air tawar. Pembangunan perikanan di Sumatera Selatan

menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan (2006) ditekankan

pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perikanan budidaya. Produksi

ikan berdasarkan jenis Ikan air tawar di Sumatera Selatan tahun 2004 hingga tahun

2005 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Ikan Air Tawar Provinsi Sumatera Selatan 2004 dan 2005

Produksi (ton)

No Jenis Ikan

2004 2005

1 Gabus 15.284 5.220

2 Toman 11.718 1.941

3 Sepat Siam 8.584 4.502

4 Tambakan 8.189 3.007

5 Lele 6.098 2.309

6 Tawes 6.451 512

7 Salab/Lampan 2.484 2.884

8 Patin Jambal 2.048 2.281

9 Lais 1.104 1.277

10 Ikan lainnya 22.214 18.238

Jumlah 84.174 43.188

(25)

Total produksi ikan air tawar di Sumatera Selatan berdasarkan Tabel 1 pada

tahun 2004 yaitu 84.174 ton sedangkan tahun 2005 yaitu 43.188 ton. Hal ini

menunjukkan penurunan produksi ikan air tawar sebesar 48,6%. Ikan Lele

merupakan produksi kelima terbesar dalam produksi ikan air tawar di Sumatera

Selatan. Produksi Ikan Lele pada tahun 2004 yaitu 6.098 ton dan pada tahun 2005

mengalami penurunan 62% menjadi 2.309 ton. Penurunan produksi Ikan Lele lebih

kecil dari penurunan produksi Ikan Gabus (65,8%), Toman (83,4%), dan Tembakan

(63,2%). Hal ini menunjukkan bahwa produksi Ikan Lele di Sumatera Selatan masih

berperan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat Sumatera Selatan. Penurunan

produksi ikan air tawar menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera

Selatan (2006) disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak yang

mempengaruhi kenaikan harga pakan ikan sampai 50 % sehingga para pembudidaya

kembali ke usaha budidaya tradisional.

Ikan Lele menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006) mempunyai

rasa yang khas dan kandungan gizi yang baik terutama kandungan protein yang tinggi

(37 %) dan kandungan lemak yang relatif rendah. Setiap 100 gr daging lele,

kandungan lemaknya hanya 2 gr. Hal ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan

kandungan lemak pada daging sapi (14 gr) dan daging ayam (25 gr). Selain itu, Ikan

Lele memiliki daya tarik tersendiri dalam hal budidaya karena pertumbuhan lele yang

cepat, relatif tahan terhadap penyakit, teknologi budidaya lele relatif mudah dikuasai

masyarakat, dapat dipelihara dengan padat tebar yang tinggi dalam lahan terbatas di

kawasan marginal dan hemat air. Selain menguntungkan dalam membudidayakannya,

Ikan Lele menguntungkan jika diolah lebih lanjut.

Salah satu usaha pengolahan Ikan Lele yang memberikan kontribusi cukup

besar dalam perekonomian masyarakat yaitu usaha warung tenda pecel lele.

Pedagang warung tenda pecel lele melihat peluang usaha yang menjanjikan karena

kesibukan masyarakat di kota sehingga menimbulkan kebiasaan baru untuk makan di

luar rumah dengan alasan lebih praktis dan tidak menyita waktu. Warung tenda pecel

lele di Palembang hampir ditemukan di sepanjang jalan raya dan tempat strategis yang

dekat dengan pusat pertokoan, perkantoran dan hiburan.

Perkembangan usaha warung tenda pecel lele di Palembang tidak terlepas dari

permintaan masyarakat Palembang terhadap pecel lele. Oleh karena itu, penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen

(26)

1.2Perumusan Masalah

Ikan Lele merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di

Palembang. Palembang menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera

Selatan (2006) merupakan salah satu daerah pusat budidaya lele yang terus

dikembangkan sebagai lumbung pangan. Berbagai program yang telah dilakukan oleh

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan antara lain yaitu

GEMARIKAN, pembekalan dan pelatihan bagi pembudidaya ikan di Sumatera

Selatan khususnya di kota Palembang.

Pemasaran Ikan Lele yang cukup efektif saat ini bagi pemasar yaitu menjual

lele siap konsumsi yang rata-rata ukurannya yaitu 7-8 ekor/kg ke warung tenda pecel

lele. Hasil wawancara dengan salah satu pemasok lele warung tenda bahwa pemasok

tersebut sering kekurangan stock Ikan Lele karena harus menyiapkan lele minimal 150 kg/hari untuk 8 pedagang langganannya. Hal ini menandakan permintaan terhadap

pecel lele mulai meningkat pada warung tenda di sepanjang jalan raya dan pusat

kegiatan masyarakat di Palembang.

Permintaan terhadap pecel lele berdasarkan pengamatan mulai meningkat pada

tahun 1994 khususnya pada warung tenda di Palembang. Hal ini ditandai dengan

meningkatnya jumlah pedagang warung tenda pecel lele di sepanjang jalan raya dan

pusat kegiatan masyarakat di Palembang. Permintaan masyarakat Palembang terhadap

pecel lele tidak terlepas dari harga pecel lele, harga barang lain, selera dan preferensi

masyarakat, jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Pada tahun 1992

pembudidaya lele dan pedagang warung tenda pecel lele masih sedikit ditemukan. Hal

ini sangat berbeda dengan pembudidaya patin dan masakan pindang patin sebagai

makanan khas daerah Palembang dan mudah ditemukan di berbagai warung makan di

Palembang. Harga Ikan Lele di Palembang pada tahun 1992 relatif murah yaitu Rp

2.400,00/kg dibandingkan dengan harga Ikan Patin Rp 4.000,00/kg. Harga Ikan Lele

dari pemasok mengalami perubahan cukup signifikan pada awal tahun 2007 dari Rp

12.000,00 meningkat menjadi Rp 15.000,00 pada awal tahun 2008. Harga Ikan Patin

tidak mengalami perubahan yang signifikan dari Rp 6.000,00 pada awal tahun 2007

hanya meningkat menjadi Rp 7.800,00 pada awal tahun 2008. Berdasarkan hal-hal

tersebut diatas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana profil pedagang, konsumen dan usaha warung tenda pecel lele di kota

(27)

2) Berapa besar rata-rata pendapatan usaha pedagang warung tenda pecel lele di

Palembang?

3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap Ikan Lele

pada usaha warung tenda pecel lele di kota Palembang?

4) Bagaimana respon (elastisitas) dari fluktuasi harga lele maupun harga barang lain

dan elastisitas pendapatan konsumen terhadap permintaan Ikan Lele?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengetahui profil pedagang, konsumen dan usaha warung tenda pecel lele di

Palembang.

2) Menganalisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele di Palembang.

3) Menganalisis permintaan pecel lele dan faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan pecel lele oleh konsumen warung tenda pecel lele di Palembang.

4) Mengetahui elastisitas harga, elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang lele.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi mahasiswa, sebagai tugas akhir dan syarat memperoleh gelar Sarjana

Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi

Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Perikanan-Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi produsen lele untuk menyusun

strategi memasarkan produknya.

3. Para pedagang warung tenda dapat mengevaluasi usaha yang dilakukannya dan

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usahanya.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Lele

IkanLele merupakan salah satu komoditas perairan yang dibudidayakan di air

tawar. Sejak tahun 1986 Ikan Lele jenis Clarias fuscus telah diimpor dari Taiwan yang dikenal dengan nama lele dumbo (Hernowo dan Suyanto 2007).

Klasifikasi Ikan Lele berdasarkan taksonomi yang dikemukakan oleh Weber

de Beaufort diacu dalam Suyanto (2007) yaitu sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas :Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophys

Subordo : Siluroidae

Famili :Clariidae

Genus : Clarias Spesies : Clarias batrachus (ikan lele lokal)

Clarias gariepinus (hibrida : ikan lele dumbo)

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (bawah) dan lele lokal (atas) Sumber : Prihartono (2002)

Ikan Lele lokal (Clarias batrachus) di Indonesia memiliki variasi warna tubuh

yaitu hitam agak kelabu (gelap), bulai (putih), merah, belang hitam putih, dan hitam

merah. Warna hitam agak kelabu yang paling banyak di Indonesia. Ciri-ciri Ikan Lele

yang menjadi pembeda dengan ikan lainnya yaitu badannya memanjang dengan

kepala pipih di bawah (depresed), mulut berada di ujung atau terminal dengan empat pasang sungut, sirip ekor dan sirip perut membundar dan tidak bergabung dengan sirip

(29)

patil yang digunakan untuk melompat atau berjalan di atas tanah (walking catfish) (Suyanto 2007).

2.2 Jenis dan Sifat Ikan Lele

Ikan Lele di Indonesia menurut Suyanto (2007) terdiri dari beberapa jenis

(spesies) yaitu Clarias batrachus, Clarias gariepinus, Clarias leiacanthus, Clarias nieuwhofi dan Clarias teesmanii.Clarias batrachus merupakan ikan asli Indonesia yang paling banyak dijumpai di Indonesia. Sementara itu, Clarias leiacanthus, Clarias nieuwhofi dan Clarias teesmanii terdapat di perairan Indonesia tetapi sudah langka dan tidak ada keterangan yang jelas mengenai penyebab kelangkaannya. Clarias gariepinus merupakan Ikan Lele hibrida hasil kawin silang antara induk betina asli Taiwan dengan induk lele jantan asal Kenya, Afrika. Clarias gariepinus dikenalkan ke Indonesia dari Taiwan pada bulan November 1986. Ikan lele memiliki

nama-nama yang berbeda di setiap daerahnya yaitu Ikan Lele (Jawa), Ikan Kalang

(Sumatera), pintet (Kalimantan) dan Ikan Keling (Makassar). Nama lele dumbo

berasal dari kata dhomba (bahasa Jawa) yang artinya ikan lele berbadan besar dan cepat tumbuh seperti domba.

Ikan Lele menurut Suyanto (2007) memiliki habitat di semua perairan air

tawar baik di air yang mengalir (sungai) dan air yang tenang (waduk, danau, telaga,

rawa). Ikan lele bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari dan menyukai tempat

yang gelap. Pada siang hari, lele lebih suka hidup di lubang-lubang dan air yang tidak

terlalu deras.

Sifat-sifat Ikan Lele menurut Suyanto (2007) berdasarkan penelitian Balai

Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) di Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat-sifat Ikan Lele Berdasarkan BRPBAT Sifat-sifat

Lele dumbo (Clarias gariepinus) Lele lokal (Clarias batrachus) - Warna badan berubah menjadi

loreng-loreng saat stres - gerakan lebih agresif - patil tidak beracun - tidak merusak pematang

- Warna gelap

- gerakan biasa -patil beracun

- merusak pematang dengan membuat lubang

Sumber : Suyanto (2007)

(30)

Permintaan menurut Lipsey et al (1995) adalah keseluruhan hubungan antara harga dan kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli konsumen selama periode

waktu tertentu dengan asumsi bahwa setiap faktor kecuali harga komoditi itu sendiri

dipertahankan konstan (Cateris paribus).

Permintaan menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) menunjukkan beberapa

banyak suatu barang akan dibeli oleh individu atau sejumlah individu pada berbagai

harga, dengan menganggap bahwa ada hubungan berlawanan arah (Inverse

relationship) antara jumlah yang diminta dengan harga. Hal ini berarti jika harga lebih tinggi maka jumlah barang yang dibeli lebih sedikit dan jika harga lebih rendah maka

jumlah yang dibeli lebih banyak. Barang-barang ekonomi menurut Mubyarto (1989)

adalah barang yang memiliki permintaan dan penawaran. Suatu barang memiliki

permintaan karena barang yang bersangkutan berguna, sedangkan barang tersebut

memiliki penawaran karena jumlahnya terbatas.

Permintaan konsumen menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) yaitu jumlah

barang yang akan dibeli oleh konsumen akhir di suatu pasar eceran pada harga dan

waktu tertentu. Permintaan turunan yaitu permintaan tidak langsung misalnya

permintaan di pasar grosir dan permintaan di tingkat pedagang perantara. Istilah

permintaan sering digunakan sebagai sinonim untuk konsumsi. Pengertian konsumsi

adalah penggunaan barang untuk memenuhi kebutuhan manusia (konsumen).

P

(harga)

Q

(Jumlah barang yang dibeli) Gambar 2. Kurva permintaan dihubungkan dengan harga barang bersangkutan Sumber : Hanafiah dan Saefuddin (1983)

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Banyaknya komoditi yang akan dibeli rumah tangga pada periode tertentu

menurut Lipsey et al (1995) dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu (1) harga komoditi itu sendiri, (2) rata-rata penghasilan rumah tangga, (3) harga komoditi yang

(31)

berkaitan, (4) selera konsumen, (5) distribusi pendapatan di antara rumah tangga dan

(6) besarnya populasi. Permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas sesuatu

barang menurut Sukirno (1995) ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor

terpenting yaitu (1) harga barang itu sendiri, (2) harga barang lain yang mempunyai

kaitan erat dengan barang tersebut, (3) pendapatan rumah tangga dan pendapatan

rata-rata masyarakat, (4) corak distribusi pendapatan dalam mayarakat, (5) citarasa

masyarakat, (6) jumlah penduduk dan (7) ramalan mengenai keadaan di masa yang

akan datang.

a) Faktor Harga Barang Itu Sendiri

Harga didefinisikan sebagai ukuran nilai dari barang-barang atau jasa-jasa

(Mubyarto 1989). Suatu hipotesis dasar menurut Lipsey et al (1995) bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif dengan

faktor lain tetap sama (cateris paribus) sehingga semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu akan semakin besar, dan semakin

tinggi harga semakin rendah jumlah yang diminta.

b)Faktor Harga Lainnya

Kaitan antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lain menurut Sukirno

(1985) dibedakan menjadi tiga golongan yaitu barang lain yang merupakan pengganti

(substitusi), barang lain yang merupakan pelengkap (komplementer), dan barang lain

yang tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan barang pertama.

Barang substitusi menurut Lipsey et al (1995) adalah komoditi lain yang dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan yang sama. Kenaikan harga barang substitusi

komoditi tertentu akan menggeser kurva permintaan untuk komoditi itu ke kanan

sehingga akan lebih banyak jumlah barang yang dibeli pada setiap tingkat harga.

Barang komplementer menurut Lipsey et al (1995) adalah komoditi yang cenderung digunakan bersama-sama dengan yang lainnya. Penurunan harga suatu

komoditi komplementer akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang akan dibeli

pada setiap tingkat harga.

Barang yang tidak berkaitan dengan barang lainnya menurut Sukirno (1985)

yaitu barang yang tidak mempunyai kaitan yang erat dengan barang lain sehingga

perubahan permintaan barang tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan barang

lainnya.

(32)

Selera berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli (Lipsey et al 1995). Tiap-tiap konsumen menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) mempunyai preferensi berbeda-beda terhadap barang. Kriteria yang akan berpengaruh terhadap

preferensi adalah ras, agama, tempat tinggal penduduk, pendidikan, pergaulan, dan

tahayul (pantangan) bagi masyarakat tertentu.

d) Faktor Pendapatan disposible Rumah Tangga Konsumen

Pendapatan disposible (Disposible income) yaitu pendapatan konsumen setelah dikurangi pajak pribadi atau pendapatan yang dapat dipergunakan untuk

membeli pangan, sandang, dan bayar jasa-jasa (pendidikan, kesehatan dan

sebagainya), dan untuk ditabung. Pendapatan disposible menentukan daya beli atau kemampuan beli konsumen (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan

permintaan suatu barang. Tingkat pendapatan menurut Hanafiah dan Saefuddin

(1983) merupakan sumber dari daya atau kemampuan memberi (purchasing power) dari konsumen dan perbedaan dalam pendapatan menunjukkan perbedaan dalam

macam, mutu, dan jumlah barang yang akan dibeli konsumen. Jika rumah tangga

menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar, maka mereka dapat diperkirakan

akan membeli lebih banyak komoditi pada tingkat harga yang sama (Lipsey et al, 1995).

Jenis barang menurut Sukirno (1985) dapat dibedakan berdasarkan sifat

perubahan permintaan yang akan berlaku jika pendapatan berubah yaitu (1) barang

normal merupakan barang yang mengalami kenaikan permintaan jika mengalami

kenaikan pendapatan dan (2) barang inferior merupakan barang yang mengalami

penurunan permintaan jika mengalami kenaikan pendapatan.

e) Faktor Distribusi Pendapatan

Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan naiknya

permintaan untuk komoditi yang dibeli terutama oleh rumah tangga yang memperoleh

tambahan pendapatan tersebut, tetapi perubahan dalam distribusi pendapatan juga

akan mengakibatkan berkurangnya permintaan untuk komoditi

(33)

f) Faktor Jumlah Penduduk

Pertumbuhan jumlah penduduk belum secara langsung menyebabkan

permintaan baru. Penduduk yang bertambah harus memiliki daya beli sebelum

permintaan berubah sehingga kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan lebih

banyak komoditi yang dibeli pada setiap tingkat harga (Lipsey et al 1995).

g) Ramalan Mengenai Masa Datang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan masa yang akan

datang menurut Sukirno (1985) dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para

konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah naik di masa depan

mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak pada masa sekarang dan

menghemat pengeluaran di masa yang akan datang.

2.3.2 Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) adalah rasio

dari perubahan relatif dalam jumlah barang yang dibeli konsumen dan perubahan

relatif dalam harga barang tersebut. Konsep elastisitas yang berhubungan dengan

permintaan adalah 1) Elastisitas harga (Eh) yaitu perbandingan antara persentase

perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga 2)

Elastisitas Pendapatan (Ep) yaitu perubahan jumlah yang diminta disebabkan oleh

perubahan pendapatan dari konsumen dan 3) Elastisitas silang (Es) adalah perubahan

jumlah barang yang diminta diakibatkan oleh perubahan harga barang lain (Mubyarto

1989)

Permintaan terhadap suatu barang menurut Sukirno (1985) memiliki berbagai

sifat yaitu 1) Elastis jika perubahan harga suatu barang mempengaruhi perubahan

permintaan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga (koefisien

elastisitas bernilai lebih dari satu) 2) Tidak elastis jika persentase perubahan harga

lebih besar daripada persentase perubahan permintaan (koefisien elastisitas bernilai

antara nol dan satu) 3) Elastisitas sempurna jika pada suatu harga tertentu, pasar

sanggup membeli semua barang yang ada (koefisien elastistitas bernilai tak terhingga)

4) Tidak elastis sempurna jika perubahan harga suatu barang tidak akan merubah

permintaan barang tersebut (koefisien elastisitas bernilai nol) 5) Elastisitas uniter jika

persentase perubahan harga suatu barang sama dengan persentase perubahan

(34)

P P

Q Q

(i) Kurva permintaan barang elastis (ii) Kurva permintaan barang inelastis

P

Q Q

(iii) Kurva permintaan barang elastis sempurna

(iv) Kurva permintaan barang inelastis sempurna

P

Q

(v) Kurva permintaan barang uniter

Gambar 3. Sifat-sifat Elastisitas Permintaan Sumber : Sukirno (1985)

(35)

2.4 Penerimaan dan Pendapatan

Hasil penjualan total (total revenue) menurut Sugiarto et al (2002) adalah seluruh penghasilan yang diterima oleh perusahaan dari hasil penjualan seluruh

komoditas produksinya. Bila harga persatuan komoditasnya adalah P dan penjual

tersebut menjual sebanyak Q maka Total Revenue (TR) yaitu P x Q.

Keuntungan atau kerugian menurut Sukirno (1998) adalah perbedaan

diantara hasil penjualan dan ongkos produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil

penjualan lebih besar dari ongkos produksi dan kerugian diperoleh apabila hasil

penjualan lebih sedikit dari ongkos produksi. Keuntungan maksimum dicapai

apabila perbedaan hasil penjualan dan ongkos produksi mencapai tingkat yang

paling besar.

2.5 Warung Tenda Pecel Lele

Warung tenda menurut (Sidabutar 1999 dalam Astuti 2003) merupakan

salah satu usaha perdagangan di bidang makanan dengan menggunakan tenda

yang terdapat di sepanjang jalan dan lokasi. Warung tenda memiliki ciri khas

tertentu seperti menu yang unik (tradisional), suasana santai, harga yang lebih

murah, tempat strategis, pelayanan yang lebih cepat dan penjualannya dilakukan

pada malam hari. Ciri khas tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen

yang berasal dari berbagai golongan. Unsur paling utama dari komponen

penjualan produk makanan dan minuman yang menjadi perhatian konsumen yaitu

suasana, kenyamanan, pelayanan dan lokasi.

Warung tenda menurut (Sidabutar 1999 dalam Astuti 2002) merupakan

salah satu wirausaha bidang pangan yang dikelola untuk mencari terobosan baru

yang menjadi trend atau suatu mode.Warung-warung tersebut biasanya

menyajikan menu pecel lele, pecel ayam, bebek goreng, burung dara goreng, soto,

(36)

2.6 Deskripsi Proses Produksi Pecel Lele

Pecel lele menurut Najiyati (1998) terbuat dari bahan-bahan sebagai

berikut : 2 ekor lele, kol, ketimun, kemangi, dan selada. Bumbu pecel lele terdiri

dari : bawang putih (1 siung), garam, cabai merah (sesuai selera), bawang merah

(3 siung), bawang putih (1 siung), jeruk lemon (1 buah), gula merah, terasi, dan

garam. Cara memasak pecel lele yaitu bawang putih dan garam dihaluskan lalu

dilumurkan pada lele yang sudah dibersihkan. Selanjutnya lele digoreng. Semua

bumbu kecuali jeruk lemon ditumbuk halus, lalu diberi air jeruk lemon. Sambal

ini dihidangkan di piring kecil atau cobek.

Gambar 4. Pecel lele

(37)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Budidaya lele merupakan salah satu usaha budidaya perikanan air tawar

yang sedang berkembang di Palembang. Lele sebagai ikan konsumsi yang sedang

digemari masyarakat Palembang membuka peluang besar bagi kebanyakan para

pedagang untuk mendirikan warung tenda di tempat-tempat strategis. Warung

tenda sebagai saluran pemasaran akhir ke konsumen memberikan kemudahan dan

kesan tersendiri bagi konsumen antara lain suasana santai, menu tradisional, harga

lebih murah dan tempat strategis.

Warung tenda menyediakan berbagai menu antara lain pecel lele, pecel

ayam, burung dara goreng, bawal bakar, dan aneka masakan seafood. Pecel lele merupakan salah satu menu favorit yang diminta oleh konsumen di Palembang.

Peningkatan permintaan terhadap pecel lele menyebabkan meningkatnya jumlah

warung tenda pecel lele yang tersebar di kecamatan di Palembang. Pedagang

warung tenda memiliki latar belakang pribadi yang berbeda seperti daerah asal,

pendidikan, umur, pengalaman usaha dan jumlah tanggungan keluarga. Selain itu,

pedagang warung tenda juga memiliki latar belakang usaha yang berbeda seperti

modal awal, upah tenaga kerja, sewa lokasi usaha dan jumlah hari kerja. Analisis

deskriptif digunakan untuk mengetahui identitas pribadi pedagang warung tenda

dan identitas usaha warung tenda. Analisis pendapatan digunakan untuk

mengetahui pendapatan pedagang warung tenda.

Permintaan lele oleh konsumen warung tenda dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain harga pecel lele, harga barang substitusi, pendapatan, umur,

pendidikan, daerah asal konsumen dan faktor lokasi usaha. Analisis yang

digunakan untuk mengetahui fungsi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

lele yaitu analisis regresi berganda. Selain itu, analisis elastisitas digunakan untuk

mengukur derajat kepekaan jumlah permintaan lele terhadap perubahan salah satu

faktor yang mempengaruhinya. Analisis elastisitas yang digunakan yaitu analisis

elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan. Penjelasan kerangka

(38)

Gambar 5 Skema Kerangka Pendekatan Studi

- Faktor harga ikan lele - Faktor harga barang

substitusi

- Pendapatan konsumen - Jumlah anggota

keluarga

- Faktor lokasi usaha - Umur

- Pendidikan

- Daerah asal konsumen Identitas pribadi - Analisis Elastisitas harga - Analisis elastisitas pendapatan

konsumen

(39)

IV METODOLOGI

4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Metode survei menurut Singarimbun (1989) adalah penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan

data yang pokok. Metode survei bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang

mewakili daerah itu dengan benar sehingga tidak semua individu di dalam

populasi diamati, melainkan hanya suatu fraksi (bagian) dari populasi yang

disebut contoh (sample).

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer menurut Nazir (2005) adalah sumber-sumber dasar yang

merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu atau data primer adalah

tempat penyimpan yang orisinal dari data sejarah. Data sekunder adalah catatan

tentang adanya suatu peristiwa atau catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari

orisinal. Jenis data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Sumber Data

No Data Jenis

Data

Sumber Data

1 Monografi Kota Palembang Sekunder Dinas Pemerintah Kota Palembang 2 Jumlah pedagang warung tenda di

Palembang

Primer Pedagang warung tenda

3 Karakteristik pedagang warung tenda Primer Pedagang warung tenda

4 Karakteristik usaha warung tenda Primer Pedagang warung tenda

5 Karakteristik konsumen warung tenda Primer Konsumen warung tenda

Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik pedagang,

karakteristik usaha, karakteristik konsumen yaitu berupa umur dan jenis kelamin,

pendidikan, asal daerah, pengalaman berdagang, jumlah tanggungan keluarga.

(40)

yaitu berupa modal usaha, lokasi usaha, lama berdiri usaha, waktu usaha, upah

tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi

monografi kota Palembang.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

metode pengambilan contoh kelompok bertahap secara sengaja (Triplestage cluster purposive sampling) untuk mengambil contoh 32 pedagang warung tenda dan metode Accidental untuk mengambil contoh 160 konsumen warung tenda. Metode Triplestage cluster purposive sampling merupakan pengambilan sampel dengan 3 tahap. Pertama, diambil 10 kecamatan dari 14 kecamatan yang ada di

kota Palembang yaitu Ilir Barat I, Kemuning, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Bukit

Kecil, Kalidoni, Sukarame, Sako, Seberang Ulu I dan Seberang Ulu II. Kedua, 10

kecamatan terpilih diambil lokasi yang banyak didirikan warung tenda dengan

populasi yang berbeda-beda. Ketiga, dari populasi tersebut diambil sampel

warung tenda dan sampel konsumen warung tenda. Populasi warung tenda tempat

terpilih tersebut merupakan tempat dengan daya beli tinggi, dekat dengan pusat

perbelanjaan, perkantoran, perumahan dan tempat hiburan

Metode pengambilan contoh untuk konsumen warung tenda menggunakan

metode Accidental. Metode Accidental menurut Teguh (2001) merupakan metode penarikan contoh dengan pihak pencacah atau interviewer melakukan

pengumpulan data melalui siapa saja, kapan saja dan dimana saja objek yang

ditemuinya. Responden penelitian ini terdiri dari pedagang warung tenda pecel

lele yang ada di kota Palembang dan konsumen warung tenda pecel lele. Sampel

yang diambil sebanyak 32 pedagang warung tenda pecel lele dan 160 konsumen

warung tenda pecel lele.

Penentuan sampel dengan analisis statistik parametrik harus memiliki

sampel yang besarnya lebih dari 30 sampel dan terdistribusi secara normal

(Singarimbun, 1989). Pengambilan sampel pedagang warung tenda yaitu 32

pedagang dan disesuaikan dengan kriteria pemilihan tempat yang diteliti.

Pengambilan sampel pada konsumen yaitu 160 konsumen warung tenda. Pada

(41)

penelitian atau unit analisisnya adalah pedagang warung tenda pecel lele dan

konsumen pecel lele pada warung tenda pecel lele tersebut. Berikut ini data

tempat terpilih dan jumlah sampel yang diambil dari 10 kecamatan terpilih di kota

Palembang.

Tabel 4. Jumlah Populasi, Sampel Warung Tenda, dan Sampel Konsumen Warung Tenda Menurut Kecamatan.

No Kecamatan Lokasi Warung tenda

Sumber : Diolah dari data primer (2008)

4.4 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang telah didapatkan baik data

(42)

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan

profil pedagang serta usahanya. Analisis digunakan terhadap simpangan baku dan

persentase.

4.4.2 Analisis Pendapatan

Analisis laba atau rugi menurut Effendi dan Oktariza (2006) bertujuan

untuk mengetahui besarnya keuntungan atau kerugian dari usaha yang dikelola.

Suatu usaha yang menguntungkan akan memiliki nilai penerimaan lebih besar

daripada total pengeluaran. Keuntungan atau pendapatan bersih dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Keuntungan = Penerimaan – (Total biaya tetap + Total biaya variabel)

4.4.3 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R-C Rasio)

Analisis R-C rasio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya

(Soekartawi, 1995). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dari

hasil yang diperoleh dalam kegiatan usaha selama periode tertentu. Rumus R-C

rasio , secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

luaran

4.4.4 Analisis Regresi

Model regresi menurut Arief (1993) adalah suatu cara untuk mengetahui

ketergantungan antara variabel yang tidak bebas (independen) misalnya Y dengan variabel bebas (dependen) misalnya X yang merupakan variabel penentu nilai Y. Bentuk hubungan matematika dari model analisis fungsi linier menurut Arief

(1993) adalah :

Y = β1 + β2X2i + β3X3i +...+ βkXki +ei

Dimana : β1 = elemen konstan

(43)

i = jumlah observasi

N = besar populasi

Analisis regresi di atas digunakan untuk menganalisis permintaan ikan lele

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Model analisis fungsi linear yang

digunakan adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +Da + Dl+ e

Keterangan :

Y = Jumlah total permintaan ikan lele (ekor/bulan)

a = Intersep

b1 = Koefisien regresi variabel ke-i (i = 1,2,…n)

X1 = Harga pecel lele (Rp/porsi)

X2 = Harga pecel ayam (Rp/porsi)

X3 = Pendapatan disposible konsumen (Rp/bulan)

X4 = Jumlah anggota keluarga (porsi /bulan)

X5 = Umur konsumen

X6 = Pendidikan

Da= Daerah asal konsumen

0 = Jawa

1 = luar Jawa

Dl = Dummy lokasi usaha

0 = non strategis

1 = strategis

e = Galat

Lokasi usaha dibagi menjadi dua, yaitu lokasi strategis dan tidak strategis.

Pembagian lokasi ini berdasarkan pandangan konsumen. Lokasi strategis dicirikan

dekat dengan pusat hiburan, perkantoran, pertokoan. Lokasi tidak strategis karena

tidak menyediakan tempat parkir khusus dan di lokasi tersebut hanya berdiri

usaha warung tenda sehingga konsumen tidak melakukan aktivitas lain selain

(44)

4.4.5 Evaluasi Model Persamaan Penduga

Evaluasi model dugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model yang

diperoleh telah terpenuhi secara teori dan statistik. Untuk itu digunakan kriteria

ekonomi, statistik, dan ekonometrika.

4.4.5.1 Kriteria Ekonomi

Kriteria ekonomi yang ada diuji berdasarkan teori ekonomi. Dalam teori

ekonomi, hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah komoditas yang dibeli

akan semakin banyak dengan semakin rendahnya harga, cateris paribus. Berdasarkan teori permintaan, dikembangkan hipotesis untuk model

permintaan lele pada warung tenda pecel lele di Palembang sebagai berikut :

b1 < 0 : Semakin rendah harga pecel lele, maka semakin besar kemungkinan untuk

menaikkan permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus.

b2 > 0 : Semakin tinggi harga pecel ayam sebagai barang substitusi pecel lele,

maka semakin besar kemungkinan untuk menaikkan permintaan lele oleh

konsumen, cateris paribus.

b3 > 0 : Semakin tinggi pendapatan disposible konsumen, maka semakin besar

kemungkinan untuk menaikkan permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus.

b4 > 0 : Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar

kemungkinan untuk menaikkan permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus.

b5 < 0 : Semakin tinggi umur konsumen maka tidak menyebabkan meningkatnya

permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus. Hal tersebut dikarenakan lokasi warung tenda, kebersihan, dan jenjang karier konsumen yang

meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia sehingga menyebabkan

pendapatan yang meningkat.

b6 > 0 : Semakin tinggi pendidikan konsumen maka semakin besar kemungkinan

untuk menaikkan permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus. Da < 0 : Konsumen berasal dari Jawa

(45)

4.4.5.2 Kriteria Statistik

Model terbaik menurut Santoso (2000) yang dipilih dalam membahas

permasalahan ini terdiri dari koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R2

adjusted), pengujian parameter secara serentak (Fhitung), pengujian parameter

secara tunggal (thitung), kesesuaian tanda dan besar parameter regresi. Pengujian

parameter regresi dilakukan secara serentak dan tunggal.

1) Pengujian secara tunggal

Pengujian secara tunggal dilakukan untuk mengetahui apakah secara terpisah

Xi, berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan lele (Y). Pengujian secara

tunggal dilakukan dengan uji-t yaitu dengan membandingkan thitung dengan ttabel.

t = b1

Ŝ1

Pengambilan keputusan :

H0 : koefisien regresi tidak signifikan

H1 : koefisien regresi signifikan

Jika : thitung < ttabel maka H0 diterima, Xi tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

thitung > ttabel maka tolak H0, H1 diterima; X1 berpengaruh nyata terhadap Y.

2) Pengujian secara serentak

Pengujian secara serentak dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh

variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat (Y).

Pengujian dilakukan dengan uji-F yaitu dengan membandingkan antara Fhitung

dengan Ftabel.

F = R2 / (k-1)

(1 – R2) / (N – k)

Pengambilan keputusan :

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0

H1 : paling sedikit salah satu bi ≠ 0

Jika : Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, semua variabel bebas secara bersama-sama

tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

Fhitung > Ftabel maka tolak H0, H1 diterima; semua variabel bebas secara

(46)

4.4.5.3 Kriteria Ekonometrika

Uji asumsi yang perlu diterapkan untuk mengetahui model tersebut baik

atau tidak digunakan harus sesuai dengan kriteria ekonometrika , yaitu sebagai

berikut:

1) Normalitas

Model regresi yang baik menurut Santoso (2000) adalah model regresi

yang variable dependent dan variable independent atau keduanya mempunyai distribusi normal. Uji normalitas menurut Santoso (2000) lebih baik

menggunakan scatterplot grafik sebaran normal (normal probability plot) karena scatterplot lebih jelas menggambarkan distribusi data dari model yang digunakan dibandingkan menggunakan histogram.

Cara mendeteksi normalitas menurut Santoso (2000) adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2) Homoskedastisitas

Model regresi harus memenuhi asumsi homoskedastisitas yaitu varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain harus konstan, jika tidak

maka terjadi homoskedastisitas. Model yang baik adalah model yang tidak mengalami heteroskedastisitas (Santoso, 2000). Situasi heteroskedastisitas menurut Arief (1993) akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi

menjadi tidak efisien. Hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang

seharusnya.

Scatterplot menurut Santoso (2000) digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya pola tertentu dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan

(47)

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika model telah bebas heteroskedastisitas atau homoskedastisitas maka model layak untuk memprediksi permintaan ikan lele di warung tenda pecel lele

di kota Palembang.

3) Multikolinearitas

Variabel X (independen) menurut Santoso (2000) tidak boleh saling berkolerasi atau tidak boleh terjadi hubungan linier yang sempurna. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas di antara variable-variabel bebas menurut Arief (2003) akan menyebabkan koefisien regresi masing-masing variable bebas secara statistik dan

tidak signifikan sehingga variable bebas yang mempengaruhi dependent variable tidak dapat diketahui.

Cara mendeteksi multikolinearitas menurut Santoso (2000) adalah sebagai berikut :

a) Besaran VIF (Variance inflation factor) dan Tolerance. Pedoman suatu regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan angka toleransi mendekati 1. Cara mendapatkan

besaran VIF adalah 1/Tolerance.

b) Besaran korelasi antar variabel independen. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antar variabel independen harus lemah (dibawah 0,5). Jika korelasi kuat maka terjadi multikolinearitas.

4.4.6 Analisis Elastisitas Permintaan

Analisis elastisitas permintaan menurut Sugiarto et al (2000) merupakan

suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga

atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas.

(48)

terhadap harga, elastisitas permintaan terhadap pendapatan, dan elastisitas silang.

Elastisitas pada funsi linear menurut Sarwoko (2005) dapat diukur dengan rumus:

Є = ß1 (Xi/Yi)

Keterangan :

Є = Elastisitas ß = Koefisien

Xi = Rata-rata variabel bebas Yi = Rata-rata variabel tak bebas

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Palembang, Sumatera Selatan. Pengumpulan

data dimulai pada akhir bulan Maret sampai dengan akhir bulan April 2008.

4.6 Batasan dan Pengukuran

1) Pecel lele yaitu paket satu porsi masakan ikan lele dengan bumbu khas yang kemudian diolah dengan dibakar atau digoreng yang disajikan dengan sambal

khusus, nasi, dan lalapan .

2) Warung tenda adalah salah satu jenis tempat untuk menjual produk pecel lele. Dinamakan warung tenda karena tempat ini menggunakan tenda yang sifatnya

tidak permanen, dapat dibongkar pasang dan dipindahtempatkan sesuai dengan

kebutuhan.

3) Harga pecel lele yaitu harga penjualan pecel lele dengan satuan Rupiah/ porsi. 4) Harga barang substitusi yaitu harga penjualan produk pecel lele yang dijual oleh pedagang warung tenda seperti pecel ayam dan seafood.

5) Jumlah penjualan pecel lele yaitu kuantitas porsi pecel lele yang dijual oleh pedagang warung tenda dalam satu bulan.

7) Penerimaan yaitu perkalian antara harga jual per unit dengan total produksi yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

8) Keuntungan atauPendapatan bersih pedagang warung tenda yaitu selisih antara penerimaan total dengan biaya total dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

9) Biaya total yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan pedagang warung tenda untuk membiayai seluruh produksi satu bulan yang lalu. Total biaya terdiri dari

(49)

10) Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah pengeluarannya tergantung pada volume produksi dan dinyatakan dalam rupiah.

11) Biaya tetap yaitu biaya yang jumlah pengeluarannya tidak tergantung pada volume produksi dan dinyatakan dalam rupiah. Contoh biaya yang dikeluarkan

pedagang warung tenda untuk pembayaran upah tenaga kerja, sewa tempat, listrik,

air, transportasi, penyusutan dan lain-lain selama satu bulan yang lalu.

12) Pendapatandisposible yaitu pendapatan konsumen warung tenda setelah dikurangi pajak pribadi atau pendapatan yang dapat dipergunakan untuk membeli

pangan, sandang, dan bayar jasa-jasa (pendidikan, kesehatan dan sebagainya), dan

untuk ditabung.

(50)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Secara geografis Palembang terletak di antara 2°52’- 3°5’ LS dan 104°37’

- 104°52’ BT dengan luas daerah 400,61 km2. Palembang berbatasan dengan

kabupaten Muara Enim dan kabupaten Ogan Ilir di bagian selatan dan kabupaten

Banyuasin di bagian utara, timur, dan barat. Palembang memiliki iklim tropis dan

basah. Suhu terendah pada bulan Januari yaitu 26,4°C dan suhu maksimal pada

bulan Oktober yaitu 28,9°C. Jenis tanah di kota Palembang yaitu berlapis aluvial,

liat dan berpasir yang terletak pada lapisan muda. Tanah banyak mengandung

minyak bumi. Palembang sering digenangi air pada musim hujan karena tanah

relatif rendah dan datar (BPS Kota Palembang, 2007).

Wilayah administrasi kota Palembang terdiri dari 14 kecamatan, 3 desa,

dan 100 kelurahan. Kepadatan penduduk pada pertengahan tahun 2006 yaitu

1.369.239 jiwa. Jumlah usia penduduk terbesar berkisar antara 15 tahun sampai 19

tahun sebesar 149.103 jiwa (BPS Kota Palembang, 2007).

Kota Palembang menurut BPS Kota Palembang (2007) memiliki potensi

perikanan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari besarnya produksi

perikanan dan daerah perairan yang cukup luas dengan mengalirnya sungai Musi

tepat di pusat Kota Palembang. Produksi perikanan di kota Palembang 53%

berasal dari perikanan budidaya ikan air tawar. Produksi Perikanan Kota

Palembang disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Produksi Perikanan Kota Palembang Tahun 2006 (dalam Ton)

Sektor Perikanan Jumlah produksi ikan (Ton)

Perikanan Laut 2.211

Perikanan Darat

- Ikan sungai 825

- Budidaya ikan air tawar 3.372

Jumlah 6.408 Sumber : BPS Kota Palembang (2007)

Secara umum Peningkatan produksi perikanan di Sumatera Selatan dari

hasil tangkapan dan budidaya tahun 2006 dibandingkan tahun 2005 yaitu 11,79%

(51)

Tabel 6. Produksi Ikan Budidaya Kolam Menurut Jenis Ikan di

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006 (dalam Ton)

No Kabupaten/Kota Mas Tawes Mujair Patin Nila Lele

1 OKU 2.678,3 47,8 426,2 301,8 1548,9 129,7 Sumber : BPS Sumatera Selatan (2007)

Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 produksi

lele terbesar di Sumatera Selatan berasal dari Palembang yaitu 696,7 ton. Hal ini

dapat menunjukkan bahwa permintaan konsumen terhadap lele sangat besar di

Palembang.

5.2 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele 5.2.1 Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah responden yang diamati yaitu 32 pedagang warung tenda. Total

responden pedagang warung tenda terdiri dari 9% wanita dan 91% laki-laki. Hasil

pengolahan data menunjukkan sebaran pedagang berdasarkan umur dan jenis

kelamin ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Responden Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total Kelompok

(52)

Sebaran umur responden berdasarkan Tabel 7 dibagi menjadi tiga

kelompok umur. Kelompok umur kisaran dominan yaitu 29 sampai 36 tahun

dengan total responden 14 orang. Kisaran ini terdiri dari responden laki-laki 12

orang dan perempuan 2 orang. Responden wanita menjalankan usaha warung

tenda untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena suami sudah meninggal dunia.

Responden laki-laki sebagian besar menjalankan usaha warung tenda karena

pengalaman sebelumnya menjadi pekerja di warung tenda milik saudara.

Responden laki-laki berdasarkan Tabel 7 lebih banyak jika dibandingkan

responden wanita. Hal ini disebabkan waktu penyelenggaraan warung tenda

dilakukan pada malam hari. Responden wanita hanya sampai sekitar pukul 22.00

malam dan usaha selanjutnya dipercayakan pada keluarga dekat yang ikut

mengelola warung tenda.

5.2.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan tertinggi pedagang warung tenda pecel lele di

Palembang yaitu perguruan tinggi. Tingkat pendidikan terendah yaitu sekolah

dasar. Hasil pengolahan data menunjukkan sebaran pedagang berdasarkan tingkat

pendidikan ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Responden Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan

Jumlah Pedagang

(orang) Persentase (%)

SD 2 6,3

SMP 17 53,1

SMA 12 37,5

PT 1 3,1

Jumlah 32 100,0

Sumber : Diolah dari data primer ( 2008)

Tingkat pendidikan responden berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa

53,1% pedagang yaitu lulusan SMP dengan total responden 17 orang dan hanya 1

pedagang lulusan perguruan tinggi. Pedagang lulusan SD dan SMP tidak

meneruskan pendidikan karena biaya dan tuntutan untuk membiayai keluarga.

Pedagang bekerja dengan saudara yang memiliki usaha warung tenda kemudian

Gambar

Tabel 1. Produksi Ikan Air Tawar Provinsi Sumatera Selatan 2004 dan 2005
Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (bawah) dan lele lokal (atas)
Tabel 2. Sifat-sifat Ikan Lele Berdasarkan BRPBAT
Gambar 3. Sifat-sifat Elastisitas Permintaan  Sumber : Sukirno (1985)
+7

Referensi

Dokumen terkait