KERAGAMAN JENIS BURUNG
DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA
PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, BOGOR
Oleh :
ELY SOLIHATI
G34102037
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
ELY SOLIHATI. Keragaman jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservai Alam, Bogor. Dibimbing oleh DJOKO WALUYO dan SUDARYANTI.
Hutan Penelitian (HP) Dramaga merupakan satu dari 13 hutan penelitian yang dikelola Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Hutan ini memiliki luas 60 ha dan di lokasi ini telah banyak dilakukan penelitian, tetapi penelitian mengenai keragaman jenis burung belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis burung dan sebagai salah satu indikator dari kualitas HP Dramaga Pusat Litbang dan Konservasi Alam, Bogor tersebut.
Pengamatan dilakukan pagi hari pukul 06.00-11.30 pada saat cuaca cerah atau tidak hujan dengan menggunakan teropong binokuler Pegasus 8x40. Burung yang teramati kemudian diidentifikasi dan dianalisis dengan menghitung frekuensi jenis, frekuensi relatif, indeks rata-rata keragaman jenis, tingkat pertemuan (encounter rate), dan kelimpahan relatif. Burung yang berhasil diidentifikasi selama tiga periode sensus (April, Mei, dan Juni 2006) di HP Dramaga sebanyak 29 jenis dengan indeks keragaman 2.51. Nilai tersebut menunjukkan kualitas lingkungan yang rendah. Beberapa faktor seperti habitat yang sempit, kerusakan, dan perburuan diduga sebagai penyebab rendahnya nilai indeks keragaman jenis burung. Lonchura leucogastroides, Streptopelia chinensis, dan Prinia familiaris merupakan burung dengan nilai frekuensi relatif tinggi. Collocalia linchi,
Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Passer montanus, dan Prinia familiaris
merupakan jenis yang dijumpai dengan kategori melimpah. Dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor dan Kampus IPB Dramaga di HP Dramaga dijumpai dua jenis burung endemik Jawa yaitu
Spizaetus bartelsi dan Stachyris grammiceps.
ABSTRACT
ELY SOLIHATI. Diversity of birds in Dramaga Research Forest, the Forest and Nature Conservation Research and Development Center, Bogor. Supervised by DJOKO WALUYO dan SUDARYANTI.
Dramaga Research Forest (DRF) is one of 13 of the Forest and Nature Conservation Research and Development Center, Bogor. The forest is about 60 ha in size, and has been used for many researchers to study there. The study of birds diversity, however never been undertaken. The aim of the research was to study the birds diversity, and the result was beneficial for determining the environment quality of this area. The observation was carried out in the morning at 06.00-11.30, in the bright weather, and a binocular (Pegasus 8x40) was used. The observed birds were identified and analysed to determine spesies frequency, relative frequency, mean index of spesies diversity, encounter rate, and relative abudance. The identified birds during three periods (April, May, and June 2006) were 29 spesies, with diversity index 2.51. The score indicated the low quality of environment. The environmental impact such as narrow habitat, environmental damage, illegal hunting were presumed reducing diversity index. The high score of relative frequency were
Judul : Keragaman jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang
Hutan dan Konservasi Alam, Bogor
Nama : Ely Solihati
NRP : G34102037
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,
drh. Djoko Waluyo, MS Ir. Sudaryanti
NIP 130350056 NIP 320003526
Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP 131473999
KERAGAMAN JENIS BURUNG
DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA
PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, BOGOR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Ely Solihati
G34102037
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Oktober 1983 sebagai anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Achmad Ma’in dan Nyi Halimah.
Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bogor dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama kuliah di Departemen Biologi FMIPA IPB, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran 2005/2006, anggota BEM TPB IPB, dan SERUM-G FMIPA IPB.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan kenikmatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Keragaman jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga periode yaitu April, Mei, dan Juni 2006 di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Shawalat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga, sahabat, dan kepada umatnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Alex Hartana selaku ketua Departemen Biologi FMIPA IPB, drh. Djoko Waluyo, MS. selaku pembimbing I dari Departemen Biologi FMIPA dan Ir. Sudaryanti selaku pembimbing II dari Bidang Zoologi Putlit Biologi-LIPI Cibinong, dan Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si selaku wakil Komisi Pendidikan dari Departemen Biologi FMIPA atas bimbingan, bantuan, dan nasehat yang telah diberikan. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor atas izin yang telah diberikan, bapak Zaenal Asakin dan bapak Rinto selaku staf Departemen Kehutanan dan Konservasi Alam dan masyarakat sekitar terutama bapak Sardi atas bantuan dan kerjasama selama penelitian di lapangan. Teman-teman Biologi khususnya Biologi 39, teman-teman di ”eloq”, rekan-rekan ILMA, BIRU MUDA, FUSI 39, SERUM-G, IREMAS, dan adik-adik Al-Hadistiyyah atas bantuan dan motivasinya. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada para dosen dan seluruh staf Departemen Biologi FMIPA IPB atas bantuannya selama penelitian.
Penulis sampaikan terima kasih pula kepada keluarga besar Abah, Abu, Aa Kamal dan istri, Teh Euis dan suami, Teh Eti dan suami, serta adikku Ade atas bantuan moril dan materil. Keponakan-keponakanku Icha, Fathur, Adnin, dan Najwa atas senyum dan keceriaannya selama ini. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan balasan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2007
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Tujuan ... 1
Waktu dan Tempat Penelitian ... 1
BAHAN DAN METODE Alat ... 1
Metode ... 1
HASIL... 2
PEMBAHASAN ... 2
SIMPULAN ... 5
SARAN ... 5
DAFTAR PUSTAKA ... 5
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Tingkat pertemuan yang menunjukkan kelimpahan relatif ... 2
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Daftar jenis tanaman di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor... 6
2 Peta Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan Dan Konservasi Alam, Bogor... 8
3 Daftar jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor... 9
4 Frekuensi jenis dan frekuensi relatif burung-burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor ... 10
5 Indeks Keragaman jenis Burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan
Konservasi Alam, Bogor... 11
6 Tingkat pertemuan (encounter rate) dan kelimpahan relatif burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor... 12
7 Burung- burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor ... 13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung merupakan hewan yang termasuk ke dalam kelas Aves, terdiri dari 27 ordo, 155 suku, dan 8580 jenis (Peterson 1970). Di Indonesia terdapat 1540 jenis dan di Jawa terdapat sekitar 289 jenis (MacKinnon 1995). Burung memiliki kemampuan terbang, berbulu, mampu bermigrasi, dan bersosial (Peterson 1970).
Keberadaan burung dapat dijumpai di berbagai tipe habitat terutama kondisi yang mendukung kelangsungan hidupnya. Burung merupakan hewan yang mampu hidup di setiap tipe habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub (MacKinnon 1995). Menurut Trainor dan Lesmono (2000) hutan merupakan habitat yang mendukung burung untuk melangsungkan kehidupannya, terutama pada kondisi dengan kelembaban tinggi. Hal ini disebabkan pada kondisi dengan kelembaban tinggi tersedianya buah dan sari madu sebagai bahan pakan. Jika sebuah wilayah memiliki habitat yang mendukung burung untuk melangsungkan kehidupan maka secara otomatis jumlah burung di wilayah tersebut akan meningkat (Perrin & Birkhead 1983).
Informasi mengenai keragaman jenis burung di wilayah Bogor telah banyak dilakukan, di antararanya di Kebun Raya Bogor terdapat 46 jenis (Hermawan 2001), dan di wilayah kampus IPB Dramaga terdapat 39 jenis (Mulyani 2001). Mengetahui keragaman jenis burung pada suatu kawasan bermanfaat untuk mengevaluasi dan memilih cara pengelolaan daerah tersebut (MacKinnon 1995). Menurut Perrin dan Birkhead (1993) mempelajari burung dapat memberikan manfaat dalam perkembangan prinsip dan teori biologi.
Menurut Furness dan Greenwood (1993) burung merupakan indikator perubahan lingkungan, misalnya adanya polusi, kualitas air, biota laut, dan perubahan lingkungan akibat kontaminasi radionuklir. Menurut MacKinnon (1995) keberadaan burung di Jawa berpengaruh terhadap kondisi perekonomian, yaitu (1) Sebagai hama pertanian, contohnya Gagak, Bondol, dan Manyar, (2) Jenis yang menguntungkan, conyohnya Elang, Bentet, dan Kapinis, (3) Bahan makanan, contohnya Puyuh, (4) Perdagangan burung peliharaan, contohnya Beo, Tekukur, dan Kutilang.
Hutan Penelitian (HP) Dramaga merupakan satu dari 13 hutan penelitian
yang dikelola Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, memiliki luas 60 ha dan berada pada ketinggian 244 m dpl, beriklim basah dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3940 mm dan suhu udara mencapai 24-28 0C dengan kelembaban sekitar 79-89%. Hutan Penelitian Dramaga memberikan manfaat antara lain sebagai tempat introduksi tanaman, tempat penelitian, tempat praktik, dan sebagai sumber plasma nutfah. Hutan Penelitian Dramaga merupakan hutan yang memiliki koleksi tanaman terbanyak dan terlengkap di antara hutan penelitian lainnya yang dimiliki Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (Lampiran 1). Dari jumlah koleksi yang ada, terdapat beberapa jenis yang merupakan unggulan HP Dramaga, antara lain Hopea mengarawan, Khaya Anthotheca, Shorea stenoptera, dan Shorea pinanga. Sebagai hutan penelitian di lokasi ini telah banyak dilakukan penelitian antara lain mengenai pertumbuhan, fenologi, serta hama dan penyakit tanaman. Selain itu, dengan kondisi ekologis yang mendukung HP Dramaga dijadikan sebagai lokasi penelitian sutera alam dan budidaya tanaman murbei (Dephut 2002). Untuk penelitian mengenai keragaman jenis burung di HP Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor belum pernah dilakukan.
Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis burung di HP Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor dan sebagai salah satu indikator dari kualitas HP Dramaga Pusat Litbang dan Konservasi Alam, Bogor tersebut.
WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari sampai Juni 2006. Pengamatan di HP Dramaga dilaksanakan bulan Maret-Juni 2006.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Pengamatan :
Pengamatan dilakukan pagi hari pukul 06.00-11.30 pada saat cuaca cerah atau tidak hujan dengan menggunakan teropong binokuler Pegasus 8x40. Pengamatan dilakukan dengan membuat 15 titik sensus dengan jarak ± 150 m. Masing-masing titik sensus diamati selama 20 menit dan setiap titik sensus diamati sebanyak tiga kali ulangan. Dilakukan pengamatan 7-8 titik per hari. Pengamatan dilakukan selama tiga periode, yaitu April, Mei, dan Juni 2006.
Identifikasi :
Burung yang dijumpai diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan lapangan MacKinnon (1998).
Analisis Data :
Data yang diperoleh selama pengamatan dianalisis dengan menghitung frekuensi jenis (F), frekuensi relatif (FR), indeks rata-rata keragaman jenis (H), tingkat pertemuan (encounter rate), dan kelimpahan relatif (Bibby, Martin, & Stuart 2000).
Jumlah stasiun ditemukannya jenis-i F =
Jumlah seluruh stasiun
F FR =
F seluruh jenis
Keterangan : F = Frekuensi jenis FR = Frekuensi relatif
Jumlah individu total
TPJ = x 10 jam t
Keterangan : TPJ = Tingkat Pertemuan Jenis t = Waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan
H = - ∑Pi ln Pi, dimana : Pi = Ni/N total
Keterangan : H = Indeks keragaman jenis
[image:10.595.317.499.83.199.2]Ni = Jumlah jenis-i Ntotal = Jumlah jenis total
Tabel 1 Tingkat pertemuan jenis yang menunjukkan kelimpahan relatif (Lowen et al 1996, diacu dalam Bibby, Martin, & Stuart 2000)
Kategori kelimpahan (Jumlah individu per 10 jam pengamatan)
Kelimpahan relatif <0.1 0.1-2.0 2.1-10.0 10.1-40.0 >40.0 Jarang Tidak umum Sering Umum Melimpah HASIL
Burung yang berhasil diidentifikasi selama tiga periode sensus (April, Mei, dan Juni) ialah sebanyak 29 jenis yang termasuk ke dalam 20 famili, yaitu Chloropseidae, Nectariniidae, Apodidae, Turnicidae, Cuculidae, Corvidae, Hirundinidae, Dicaeidae, Alcedinidae, Laniidae, Ploceidae, Ardeidae, Sylviidae, Picidae, Pycnonotidae, Muscicapidae, Accipitridae, Timaliidae, Columbidae, dan Zosteropidae (Lampiran 3).
Selama tiga periode sensus, pada periode I (April) burung yang memiliki frekuensi relatif tinggi, yaitu Lonchura leucogastroides (9.09),
Passer montanus (8.41), dan Collocalia linchi
(7.82). Pada periode II burung yang memiliki frekuensi relatif tinggi, yaitu Streptopelia chinensis (7.96), Dicaeum trochileum (7.36), dan Prinia familiaris (6.85). Periode III yang memiliki frekuensi relatif tinggi, yaitu Prinia familiaris (9.65), Collocalia linchi (8.92), dan
Dicaeum trochileum (8.30) (Lampiran 4;Lampiran 7).
Dari 29 jenis burung yang berhasil diidentifikasi terdapat burung yang memiliki frekuensi relatif rendah, yaitu Turnix suscitator, Orthotomus sepium, dan Stachyris grammiceps dengan frekuensi relatif sebesar 0.59 (Periode I). Burung-burung yang memiliki frekuensi rendah pada periode II, yaitu Nectarinia jugularis, Nycticorax nycticorax, Spizaetus bartelsi, dan Ploceus hypoxanthus dengan frekuensi relatif sebesar 0.51. Pada periode III burung-burung yang memiliki frekuensi relatif yang paling rendah dengan nilai 0.62, yaitu
Apus affini, Turnix suscitator, Orthotomus sepium, Lonchura punctulata, Passer montanus, Nycticorax nycticorax, dan Picoides macei
(Lampiran 4;Lampiran 7).
Burung-burung yang tidak dijumpai pada periode I, yaitu Delichon dasypus, Lonchura punctulata, Nectarinia jugularis, Nycticorax nycticorax, dan Spizaetus bartelsi. Pada periode II burung yang tidak dijumpai antara lain
Lanius schach, Lonchura punctulata dan
bartelsi, Stachyris grammiceps, dan
Zosterops palpebrosus (Lampiran 4;Lampiran 7).
Terdapat empat jenis burung yang hanya dijumpai pada periode tertentu, yaitu
Stachyris grammiceps (Periode I), Delichon dasypus, Spizaetus bartelsi (Periode II), dan
Lonchura punctulata (Periode III) (Lampiran 4;Lampiran 7).
Nilai indeks rata-rata keragaman jenis burung di HP Dramaga sebesar 2.51 (Lampiran 5).
Dari 29 jenis burung yang berhasil diidentifikasi terdapat lima burung dengan kelimpahan relatif melimpah, yaitu
Collocalia linchi, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Passer montanus, dan Prinia familiaris. Di HP Dramga terdapat pula burung dengan kelimpahan relatif umum yaitu Aegithina tiphia, Anthreptes malacensis, Arachnothera longirostra, Cacomantis merulinus, Cuculus sepulchralis, Halcyon chloris, Halcyon cyanoventris, Pynonotus aurigaster, Rhipidura javanica dan Streptopelia chinensis. Di kawasan inipun dijumpai burung dengan kelimpahan relatif sering, yaitu, Corvus enca, Lanius schach, Orthotomus sepium, Picoides macei, Ploceus hypoxanthus Turnix suscitator, dan
Zosterops palpebrosus. Burung-burung yang tidak umum dijumpai di kawasan HP Dramaga, antara lain Apus affinis, Delichon dasypus, dan Nectarinia jugularis
(Lampiran 6;Lampiran 7).
PEMBAHASAN
Burung merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan penting dalam rantai makanan. Keberadaan burung pada suatu wilayah akan memberikan dampak secara positif dan negatif.
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan selama tiga periode, burung yang berhasil diidentifikasi terdapat 29 jenis, dijumpai tiga jenis burung dengan nilai frekuensi relatif tinggi, yaitu Lonchura leucogastroides (Periode I), Streptopelia chinensis (Periode II), dan Prinia familiaris
(Periode III). Menurut MacKinnon (1995)
Lonchura leucogastroides dan Streptopelia chinensis merupakan jenis yang memiliki kemampuan berkembang biak sepanjang tahun, bahkan untuk Prinia familiaris memiliki kemampuan berkembang biak setiap bulan dengan puncak bertelur dari bulan Maret sampai Juni. Selain itu, ketiga
jenis tersebut memiliki kebiasaan mengunjungi padang terbuka untuk mencari makanan. Kebiasaan tersebut didukung oleh kondisi HP Dramaga yang beberapa kawasannya merupakan padang terbuka lokasi budidaya tanaman murbei (Dephut 2002). Kebiasaan mengunjungi padang terbuka menyebabkan burung-burung tersebut memiliki nilai frekuensi relatif tinggi. Nilai frekuensi relatif suatu jenis menunjukkan keberadaan burung tersebut pada periode sensus dan dapat dijadikan dasar untuk membandingkan dengan data yang telah dikumpulkan pada waktu berbeda dengan menggunakan metode yang sama (Bibby, Martin, & Stuart 2000).
Nilai indeks rata-rata keragaman jenis burung di HP Dramaga yaitu 2.51. Nilai tersebut berada di bawah nilai indeks keragaman jenis burung di Kebun Raya Bogor dan Kampus IPB Dramaga Bogor dan nilai tersebut menunjukkan kualitas lingkungan yang rendah (Hermawan;Mulyani 2001). Nilai ini dapat digunakan untuk membandingkan satu komunitas atau kelompok populasi dengan yang lainnya, dapat menunjukkan kemantapan suatu rantai makanan, dan keragaman jenis yang lebih tinggi akan menciptakan lingkungan yang berkualitas (Odum 1998). Tingkat keragaman jenis burung dipengaruhi oleh suatu tipe habitat yang mendukung keberlangsungan hidup, baik sebagai sumber makanan atau habitat untuk perkembang biakan (Adhikerana 1997).
Adapun faktor-faktor yang mengakibatkan rendahnya indeks keragaman jenis burung di HP Dramaga, antara lain :
Habitat yang sempit. Luas HP Dramaga (60 ha) ternyata tidak mampu mendukung jumlah jenis yang besar. Sehingga mengakibatkan populasi burung di wilayah tersebut kecil. Habitat yang sempit disebabkan sebagian dari wilayah HP Dramaga dibangun perkantoran dan lahan pertanian oleh masyarakat sekitar.
yang sulit dirambah manusia merupakan kawasan yang baik bagi jenis burung untuk sementara waktu (MacKinnon 1998).
Perburuan. Perburuan banyak dilakukan oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat luar, terutama Turnix suscitator
dan Streptopelia chinensis (Sardi 27 Maret 2006, komunikasi pribadi). Perburuan yang terus berlanjut akan mengurangi jumlah burung di wilayah tersebut (MacKinnon 1995).
Berdasarkan fenomena tersebut, maka sangat diperlukan peningkatan upaya konservasi alam yang bertujuan untuk menjaga keberadaan suatu jenis dan pengembangan pemanfaatan jenis tersebut. Berdasarkan SK Menteri No. 20/kpts/11/1983 tentang upaya konservasi hutan, upaya tersebut dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan pembinaan dan pengembangan hutan yang bertujuan untuk menjaga keberadaan dan kelestarian hutan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, pembinaan pencinta alam yang memiliki tujuan terbentuknya masyarakat yang tanggap terhadap perubahan lingkungan hidupnya dan memiliki kesadaran sikap hidup positif serta ikut berperan serta dalam konservasi sumberdaya alam dan lingkungan, adanya pemantauan dampak lingkungan, dan pembinaan serta pengembangan unsur penunjang yaitu dibuatnya undang-undang dan peraturan lainnya (PHPA Dephut 1983).
Di HP Dramaga Collocalia linchi, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Passer montanus, dan
Prinia familiaris merupakan jenis yang dijumpai dengan kategori melimpah. Menurut Iskandar (1989) Collocalia linchi
merupakan burung yang memiliki kebiasaan hidup di berbagai tempat terutama daerah pedesaan bahkan diperkotaan, hidup secara berkelompok, berpasangan, dan terkadang sendirian, memiliki kebiasaan mencari makan dengan terbang serta bersarang di bangunan-bangunan. Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, dan Passer montanus merupakan burung yang memiliki kebiasaan hidup dari pedesaan sampai perkotaan dan di tempat yang terbuka, sedangkan Prinia familiaris memiliki kebiasaan hidup di semak-semak dan pohon yang tidak terlalu tinggi (MacKinnon 1995).
Dari 29 jenis burung yang berhasil diidentifikasi, 24 jenis burung dapat dijumpai di Kebun Raya Bogor dan 22 jenis dijumpai di Kampus IPB Dramaga. Lima
jenis burung tidak dijumpai di Kebun Raya Bogor dan Kampus IPB Dramaga, yaitu
Cuculus sepulchralis, Delichon dasyphus, Ploceus hypoxanthus, Spizaetus bartelsi, dan
Stachyris grammiceps. Terdapat dua jenis burung yang tidak dijumpai di Kampus IPB Dramaga dan dijumpai di Kebun Raya Bogor dan Hutan Penelitian Dramaga, yaitu
Arachnothera longirostra dan Corvus enca
(Lampiran 8). Terdapat empat jenis burung yang hanya dijumpai pada periode tertentu, yaitu Stachyris grammiceps (Periode I), Delichon dasypus, Spizaetus bartelsi (Periode II), ketiga burung inipun tidak dijumpai di Kebun Raya Bogor dan Kampus IPB Dramaga sedangkan Lonchura punctulata yang hanya dijumpai pada periode III dapat dijumpai di Kebun Raya Bogor, Kampus IPB Dramaga dan Hutan Penelitian Dramaga. Lonchura punctulata merupakan burung aktif, lincah dan dalam kelompok kecil segera bergabung dengan bondol yang lain sehingga sulit teramati (MacKinnon 1998).
Dari hasil penelitian, HP Dramaga dijadikan Delichon dasyphus sebagai wilayah yang dilewati untuk bermigrasi ke wilayah yang lain. Delichon dasyphus merupakan burung migran yang lewat melalui pulau Jawa (MacKinnon 1995). Delichon dasyphus
memiliki kebiasaan berada di bangunan yang cukup tinggi untuk istirahat dan bersarang dibandingkan di kawasan hutan (Dhewandanu WSA, Djumantoko, & Jati WN 2005)
Arachnothera longirostra, Spizaetus bartelsi,
dan Stachyris grammiceps yang merupakan burung dilindungi oleh pemerintah ternyata masih dapat dijumpai di HP Dramaga.
Arachnothera longirostra, Spizaetus bartelsi,
dan Stachyris grammiceps merupakan burung yang termasuk ke dalam kategori dilindungi (Dephut 1999). Spizaetus bartelsi dan Stachyris grammiceps merupakan burung hanya dapat dijumpai di Jawa. Spizaetus bartelsi dijumpai HP Dramaga sedang terbang mengelilingi perkebunan warga dan bangunan kantor sedangkan Stachyris grammiceps dijumpai di titik dengan jenis tanaman Acacia auriculiformis dan Caliandra calothyrsus.. Menurut MacKinnon (1998) Spizaetus bartelsi
dan Stachyris grammiceps termasuk ke dalam burung yang endemik di Jawa. Dari hasil penelitian terdapat enam jenis burung yang termasuk ke dalam kategori dilindungi
SIMPULAN
Burung yang berhasil diidentifikasi selama tiga periode sensus (April, Mei, dan Juni 2006) di HP Dramaga sebanyak 29 jenis dengan indeks keragaman 2.51. Nilai tersebut menunjukkan kualitas lingkungan yang rendah. Beberapa faktor seperti habitat yang sempit, kerusakan, dan perburuan diduga sebagai penyebab rendahnya nilai indeks keragaman jenis burung. Lonchura leucogastroides, Streptopelia chinensis, dan
Prinia familiaris merupakan burung dengan nilai frekuensi relatif tinggi. Collocalia linchi, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Passer montanus, dan
Prinia familiaris merupakan jenis yang dijumpai dengan kategori melimpah. Dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor dan Kampus IPB Dramaga di HP Dramaga dijumpai dua jenis burung endemik Jawa yaitu Spizaetus bartelsi dan Stachyris grammiceps.
SARAN
Perlu upaya perbaikan habitat sehingga tercipta lingkungan yang aman bagi kelangsungan hidup burung dan dibuat peraturan yang melarang perburuan burung di wilayah HP Dramaga.
DAFTAR PUSTAKA
Adhikerana AS. 1997. Komunitas burung di delapan tipe habitat di Pulau Siberut, Indonesia. Berita Biologi 4(1). 1-5. Bibby C, Martin J, Stuart M. 2000.
Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan Survey Burung. Yayasan Pribumi Alam Lestari (YPAL), penerjemah. Bogor: Birdlife International Indonesia Programme.
Dhewandanu WSA, Djumantoko, Jati WN. 2005. Sebaran dan kelimpahan burung Layang-layang Asia (Hirundo rustica Linn.) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Biota 10: 49-58.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. PP No. 7 Tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. http://www.dephut.go.id/INFORMAS
I/UNDANG2/pp/L_7_99.htm. [3Agustus 2006].
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2002. Hutan Penelitian Dramaga. Bogor: Pusat Litbang dan Konservasi Alam.
Furness RW, Greenwood JJD. 1993. Birds as monitoring of environmental change.
London: Chapman & Hall.
Hermawan W. 2001. Keragaman jenis burung di Kebun Raya Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
http://www.orientalbirdimage.org. [ 3 Desember 2006].
Iskandar J. 1989. Jenis Burung yang Umum Di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
MacKinnon J. 1995. Panduan Pengenalan Lapangan Burung-burung di Jawa dan Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
MacKinnon J, Phillips K, B. van Balen. 1998.
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI.
Mulyani. 2001. Keragaman jenis burung di Kampus IPB Dramaga. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut pertanian Bogor.
Odum EP. 1998. Dasar-dasar Ekologi Ed ke-8. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Perrin CM, Birkhead TR. 1983. Avian Ecology.
New York: Chapman & Hall.
Peterson RT. 1970. The birds. Canada: Time. Inc.
[PHPA Dephut] Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan. Di dalam: Pelestarian Satwa Liar; Bogor 10 Aug 1983. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan/Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian/Departemen Pertanian. Hlm 61-65.
Lampiran 1 Daftar jenis tanaman di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam,Bogor
No. Jenis tanaman No. Jenis tanaman
1. Anthocephalus cadamba 54. Afzelia bipidensis
2. Melanorrhoea walichii 55. Styrax benzoin
3. Hopea mengarawan 56. Maesopsis emenii
4. Eugeunia grandis 57. Cinnamomum parthenoxylon
5. Eucalyptus deglupta 58. Adenanthera pavovina
6. Eugeunia cimosa 59. Coumarouna odorata
7. Shorea stenoptera 60. Terminalia ivorensis
8. Palaquium macrocarpus 61. Sepium indicum
9. Pinus merkusii 62. Viltex cuneata
10. Tectona grandis 63. Cecropia peltata
11. Khaya anthotheca 64. Ricinodendron africanum
12. Pterygota alata 65. Terminalia kaernbachii
13. Shorea guiso 66. Arenga piñata
14. Shorea multhiflora 67. Terminalia balerica
15. Shorea chrysophyla 68. Sterculia comosa
16. Hopea dryobalanoides 69. Calophyllum inophyllum
17. Pericopsis mooniana 70. Gmelina arborea
18. Shorea pinanga 71. Acacia mangium
19. Intsia biyuga 72. Beilschmiedea roxburghiana
20. Palaquium javance 73. Hopea bancana
21. Eucalyptus platyphylla 74. Khaya senegalensis
22. Diospyros celebica 75. Hydrocarpus alpine
23. Hymenaea courbaril 76. Palaquium obtusifolium
24. Calophyllum soulatri 77. Dipterocarpus gracilis
25. Khaya grandifolia 78. Alangium ridlei
26. Shorea selanica 79. Artocarpus heterophyllus
27. Strombosia zeylanica 80. Antiaris toxicaria
28. Pinus ccaribae 81. Shorea seminis
29. Hopea odorata 82. Cedrella meicana
30. Vatica sumatrana 83. Casuarina equistifolia
31. Oncosperma filamentosa 84. Evodia aromatica
32. Pinus ocarpa 85. Eugeunia polycephala
33. Enterolobium cyclocarpus 86. Peltophorum pterocarpa
34. Tracylobium verrucosum 87. Swietenia mahagoni
35. Melia exelca 88. Leucaena leucocephala
36. Diospyros celebica 89. Swietenia macrophylla
37. Finschia chlarontha 90. Fermiana fulgens
38. Meulaleuca leucadendron 91. Leucaena leucocepala
39. Joonesia princes 92. Alianthus moluccana
40. Dipterocarpus retusa 93. Schizolobium excelsum
41. Fachira offinis 94. Mimusops elengi
42. Sterculia foetida 95. Shorea leprosula
43. Acacia catechu 96. Parinarium corymbosum
44. Eugeunia polyantha 97. Dipterocarpus haselthii
45. Callophyllum tomentosum 98. Shorea guiso
46. Cassia grandis 99. Dipterocarpus imbricatus
47. Dracontomelon mengiferum 100. Peltophorum pterocarpa
48. Quercus turbinate 101. Agathis loranthifolia
49. Samanea saman 102. Fagraea fragrans
50. Litsea sp. 103. Sterculia foetida
51. Shorea balangeran 104. Schima walichii
52. Ochroma bicolor 105. Hymenaea courbaril
53. Vitex copassus 106. Lagerstroemia laudonii
108. Caliandra calothyrsus 115. Dillena sp.
109. Azadirachta indica 116. Lagerstroemia speciosa
110. Dryobalanops lanceolata 117. Duabangsa moluccana
111. Alstonia congensis 118. Wrigthia sp.
112. Carapa guenensis 119. Acacia auriculiformis
113. Eucalyptus urophylla
Lampiran 2 Peta Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor
U
Keterangan :
= Titik pengamatan (15 titik)
= Rumah Dinas
= Sawah
= Lereng miring/curam
Lampiran 3 Daftar jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor
Nama Ilmiah Nama Lokal Suku
Aegithina tiphia Cipoh Kacat Chloropsidae
Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa Nectariniidae
Apus affinis Kapinis rumah Apodidae
Arachnothera longirostra Pijantung kecil Nectariniidae
Cacomantis merulinus Wiwik kelabu Cuculidae
Collocalia linchi Walet linchi Apodidae
Corvus enca Gagak hutan Corvidae
Cuculus sepulchralis Wiwik uncuing Cuculidae
Delichon dasypus Layang-layang rumah Hirundinidae
Dicaeum trochileum Cabe jawa Dicaeidae
Halcyon chloris Cekakak sungai Alcedinidae
Halcyon cyanoventris Cekakak jawa Alcedinidae
Lanius schach Bentet kelabu Laniidae
Lonchura leucogastroides Bondol jawa Ploceidae
Lonchura punctulata Bondol peking Ploceidae
Nectarinia jugularis Burung-madu sriganti Nectariniidae
Nyctorax nyctorax Kowak-malam abu Ardeidae
Orthotomus sepium Cinenen jawa Sylviidae
Passer montanus Burung gereja-erasia Ploceidae
Picoides macei Caladi ulam Picidae
Ploceus hypoxanthus Manyar emas Ploceidae
Prinia familiaris Perenjak jawa Sylviidae
Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang Pycnonotidae
Rhipidura javanica Kipasan belang Muscicapidae
Spizaetus bartelsi Elang jawa Accipitridae
Stachyris grammiceps Tepus dada-putih Timaliidae
Streptopelia chinensis Tekukur biasa Columbidae
Turnix suscitator Gemak loreng Turnicidae
Zosterops palpebrosus Kacamata biasa Zosteropidae Sumber : Penulis
Lampiran 4 Frekuensi jenis dan frekuensi relatif burung-burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor
Periode I Periode II Periode III
Nama Ilmiah
a b c d a b c d a b c d
Aegithina tiphia 14 8 0.53 5.18 10 9 0.60 5.14 9 8 0.53 5.50
Anthreptes malacensis 6 6 0.40 3.91 10 7 0.46 3.94 20 9 0.60 6.22
Apus affinis 2 1 0.06 0.59 2 2 0.13 1.11 1 1 0.06 0.62
Arachnothera longirostra 19 7 0.46 4.50 18 9 0.60 5.14 16 9 0.60 6.22
Turnix suscitator 10 1 0.06 0.59 3 3 0.20 1.71 1 1 0.06 0.62
Cacomantis merulinus 7 7 0.46 4.50 7 7 0.46 3.94 5 5 0.33 3.42
Collocalia linchi 112 12 0.80 7.82 113 10 0.66 5.65 91 13 0.86 8.92
Corvus enca 3 3 0.20 1.96 8 8 0.53 4.54 5 4 0.26 2.70
Cuculus sepulchralis 9 8 0.53 5.18 7 7 0.46 3.94 5 5 0.33 3.42
Delichon dasypus - - - - 4 4 0.26 2.23 - - - -
Dicaeum trochileum 19 10 0.66 6.45 27 13 0.86 7.36 27 12 0.80 8.30
Halcyon chloris 7 4 0.26 2.54 4 4 0.26 2.23 8 6 0.40 4.15
Halcyon cyanoventris 13 10 0.66 6.45 13 10 0.66 5.65 12 9 0.60 6.22
Lanius schach 3 3 0.20 1.96 - - - - 10 5 0.33 3.42
Lonchura leucogastroides 81 14 0.93 9.09 49 10 0.66 5.65 49 7 0.46 4.77
Lonchura punctulata - - - 1 1 0.06 0.62
Nectarinia jugularis - - - - 1 1 0.06 0.51 4 4 0.26 2.70
Nycticorax nycticorax - - - - 1 1 0.06 0.51 1 1 0.06 0.62
Orthotomus sepium 2 1 0.06 0.59 5 5 0.33 2.83 1 1 0.06 0.62
Passer montanus 75 13 0.86 8.41 45 9 0.60 5.14 5 1 0.06 0.62
Picoides macei 5 5 0.33 3.23 7 7 0.46 3.94 1 1 0.06 0.62
Ploceus hypoxanthus 9 4 0.26 2.54 1 1 0.06 0.51 - - - -
Prinia familiaris 13 6 0.40 3.91 13 12 0.80 6.85 45 14 0.93 9.65
Pycnonotus aurigaster 15 9 0.60 5.87 14 10 0.66 5.65 18 9 0.60 6.22
Rhipidura javanica 10 10 0.66 6.45 10 10 0.66 5.65 6 6 0.40 4.15
Spizaetus bartelsi - - - - 1 1 0.06 0.51 - - - -
Stachyris grammiceps 1 1 0.06 0.59 - - -
Streptopelia chinensis 12 10 0.66 6.45 19 14 0.93 7.96 27 14 0.93 9.65
Zosterops palpebrosus 3 2 0.13 1.27 4 3 0.20 1.71 - - - -
TOTAL 450 10.23 100 396 11.68 100 368 9.64 100
Lampiran 5 Indeks keragaman jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor
Nama Ilmiah Indeks Keragaman Jenis Burung Periode I Periode II Periode III
Aegithina tiphia 0.01 0.11 0.07
Anthreptes malacensis 0.04 0.11 0.15
Apus affinis 0.02 0.02 0.02
Arachnothera longirostra 0.12 0.15 0.13
Cacomantis merulinus 0.08 0.08 0.04
Collocalia linchi 0.35 0.35 0.35
Corvus enca 0.05 0.08 0.08
Cuculus sepulchralis 0.08 0.08 0.04
Delichon dasypus - 0.05 -
Dicaeum trochileum 0.13 0.19 0.18
Halcyon chloris 0.08 0.05 0.04
Halcyon cyanoventris 0.11 0.10 0.10
Lanius schach 0.04 - 0.11
Lonchura leucogastroides 0.31 0.25 0.26
Lonchura punctulata - - 0.03
Nectarinia jugularis - 0.02 0.05
Nycticorax nycticorax - 0.02 -
Orthotomus sepium 0.02 0.04 0.02
Passer montanus 0.30 0.24 0.04
Picoides macei 0.05 0.08 0.02
Ploceus hypoxanthus 0.08 0.02 -
Prinia familiaris 0.11 0.10 0.25
Pycnonotus aurigaster 0.10 0.13 0.15
Rhipidura javanica 0.08 0.11 0.08
Spizaetus bartelsi - 0.02 -
Stachyris grammiceps 0.01 - -
Streptopelia chinensis 0.11 0.15 0.18
Turnix suscitator 0.08 0.04 0.02
Zosterops palpebrosus 0.04 0.05 -
TOTAL 2.49 2.64 2.41
Indeks keragaman jenis (H) = - ∑Pi ln Pi, dimana : Pi = Ni/N total Keterangan : H = Indeks keragaman jenis
Lampiran 6 Tingkat pertemuan (encounter rate) dan kelimpahan relatif burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan konservasi Alam, Bogor
Nama Ilmiah e f g
Aegithina tiphia 11 22 Umum
Anthreptes malacensis 12 24 Umum
Apus affinis 1 2 Tidak umum
Arachnothera longirostra 17 34 Umum
Cacomantis merulinus 6 12 Umum
Collocalia linchi 105 210 Melimpah
Corvus enca 5 10 Sering
Cuculus sepulchralis 7 14 Umum
Delichon dasypus 1 2 Tidak Umum
Dicaeum trochileum 24 48 Melimpah
Halcyon chloris 6 12 Umum
Halcyon cyanoventris 12 24 Umum
Lanius schach 4 8 Sering
Lonchura leucogastroides 59 118 Melimpah
Lonchura punctulata * * *
Nectarinia jugularis 1 2 Tidak umum
Nycticorax nycticorax * * *
Orthotomus sepium 2 4 Sering
Passer montanus 41 82 Melimpah
Picoides macei 4 8 Umum
Ploceus hypoxanthus 3 6 Umum
Prinia familiaris 23 46 Melimpah
Pycnonotus aurigaster 15 30 Umum
Rhipidura javanica 8 16 Umum
Spizaetus bartelsi * * *
Stachyris grammiceps * * *
Streptopelia chinensis 19 38 Umum
Turnix suscitator 4 8 Sering
Zosterops palpebrosus 2 4 Sering
Keterangan : e= Jumlah rata-rata burung setiap periode f= Nilai tingkat pertemuan
g= Kelimpahan relatif (Jarang=<0.1;Tidak umum=0.1-2.0;Sering=2.1-10.0;Umum=10.1-40.0; Melimpah=>40)
*= Tingkat pertemuan dan kategori kelimpahan tidak terhitung akibat jumlah burung rata-rata
Lampiran 7 Burung-burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor
1. Aegithina tiphia (Cipoh kacat)* 2. Anthreptes malacensis (Burung-madu kelapa)* x=14 cm x=13 cm
3. Apus affinis (Kapinis rumah)* 4. Arachnothera longirostra (Pijantung kecil)* x=15 cm x=15 cm
5. Cacomantis merulinus (Wiwik kelabu)* 6. Collocalia linchi (Walet linchi)* x=21 cm x=10 cm
7. Corvus enca (Gagak hutan)* 8. Cuculus sepulchralis (Wiwik uncuing)** x=45 cm x=23 cm
9. Delichon dasypus (Layang-layang rumah) 10. Dicaeum trochileum (Cabe jawa) x=13 cm x=8 cm
Keterangan :
* Sumber : http://www.orientalbirdimages.org ** Sumber : MacKinnon 1998
11. Halcyon chloris (Cekakak sungai) 12. Halcyon cyanoventris (Cekakak jawa) x=24 cm x=25 cm
13. Lanius schach (Bentet kelabu) 14. Lonchura leucogastroides (Bondol jawa) x=25 cm x=11 cm
15. Lonchura punctulata (Bondol peking) 16. Nectarinia jugularis (Burung-madu sriganti) x=11 cm x=10 cm
17. Nycticorax nycticorax (Kowak-malam abu) 18. Orthotomus sepium (Cinenen jawa) x=60 cm x=12 cm
19. Passer montanus (Burung-gereja erasia) 20. Picoides macei (Caladi ulam) x=14 cm x=18 cm
21. Ploceus hypoxanthus (Manyar emas) 22. Prinia familiaris (Perenjak jawa) x=15 cm x=13 cm
Sumber : http://www.orientalbirdimages.org
23. Pycnonotus aurigaster (Cucak kutilang) 24. Rhipidura javanica (Kipasan belang) x=20 cm x=19 cm
25. Spizaetus bartelsi (Elang jawa) 26. Stachyris grammiceps (Tepus dada-putih) x=60 cm x=15 cm
27. Stereptopelia chinensis (Tekukur biasa) 28. Turnix suscitator (Gemak loreng) x=30 cm x=16 cm
29. Zosterops palpebrosus (Kacamata biasa) x=11 cm
Sumber : http://www.orientalbirdimages.org
Lampiran 8 Daftar jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga, Kebun Raya Bogor, dan Kampus IPB Dramaga
No Nama Ilmiah HPD KRB KIPBD
1. Aegithina tiphia 1 1 1
2. Alcedo menniting 0 1 1
3. Amaurornis phoenicurus 0 1 1
4. Anthreptes malacensis 1 1 1
5. Aploinis panayensis 0 1 0
6. Apus affinis 1 1 1
7. Arachnothera longirostra 1 1 0
8. Artamus leucorhynchus 0 0 1
9. Cacomantis merulinus 1 1 1
10. Centropus bengalensis 0 0 1
11. Collocalia linchi 1 1 1
12. Corvus enca 1 1 0
13. Criniger bres 0 1 0
14. Cyornis banyumas 0 1 0
15. Cuculus sepulchralis 1 0 0
16. Delichon dasypus 1 0 0
17. Dicaeum trochileum 1 1 1
18. Dicrurus leucophanaeus 0 1 0
19. Ducula sp. 0 0 1
20. Gerygone sulphurea 0 1 1
21. Halcyon chloris 1 1 1
22. Halcyon cyanoventris 1 1 1
23. Hemipus hirundinaceus 0 1 0
24. Hirundo striolata 0 1 0
25. Ixobrychus cinnamomeus 0 1 1
26. Lalage nigra 0 0 1
27. Lanius cristatus 0 1 0
28. Lanius schach 1 1 1
29. Lonchura leucogastroides 1 1 1
30. Lonchura punctulata 1 1 1
31. Loriculus pusillus 0 1 0
32. Malacocincla sepiarum 0 1 0
33. Megalaima haemacephala 0 1 0
34. Napothera epilepidota 0 1 0
35. Nectarinia jugularis 1 1 1
36. Nycticorax nycticorax 1 1 1
37. Oriolus chinensis 0 1 1
38. Orthotomus sepium 1 1 1
39. Padda oryzivora 0 0 1
40. Passer montanus 1 1 1
41. Pericrocotus cinnamomous 0 0 1
42. Phylloscopus borealis 0 1 1
43. Picoides macei 1 1 1
44. Ploceus hypoxanthus 1 0 0
45. Prinia familiaris 1 1 1
46. Psitacula alexandri 0 1 1
47. Ptilinopus melanospila 0 1 0
48. Pycnonotus aurigaster 1 1 1
49. Rhipidura javanica 1 1 1
50. Spizaetus bartelsi 1 0 0
51. Stachyris grammiceps 1 0 0
52. Streptopelia chinensis 1 1 1
53. Treron griseicauda 0 1 0
55. Turnix suscitator 1 1 1
56. Zosterops palpebrosus 1 1 1
Keterangan :
HPD = Hutan Penelitian Dramaga tahun 2006 KRB = Kebun Raya Bogor tahun 2001
KERAGAMAN JENIS BURUNG
DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA
PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, BOGOR
Oleh :
ELY SOLIHATI
G34102037
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
ELY SOLIHATI. Keragaman jenis burung di Hutan Penelitian Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservai Alam, Bogor. Dibimbing oleh DJOKO WALUYO dan SUDARYANTI.
Hutan Penelitian (HP) Dramaga merupakan satu dari 13 hutan penelitian yang dikelola Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Hutan ini memiliki luas 60 ha dan di lokasi ini telah banyak dilakukan penelitian, tetapi penelitian mengenai keragaman jenis burung belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis burung dan sebagai salah satu indikator dari kualitas HP Dramaga Pusat Litbang dan Konservasi Alam, Bogor tersebut.
Pengamatan dilakukan pagi hari pukul 06.00-11.30 pada saat cuaca cerah atau tidak hujan dengan menggunakan teropong binokuler Pegasus 8x40. Burung yang teramati kemudian diidentifikasi dan dianalisis dengan menghitung frekuensi jenis, frekuensi relatif, indeks rata-rata keragaman jenis, tingkat pertemuan (encounter rate), dan kelimpahan relatif. Burung yang berhasil diidentifikasi selama tiga periode sensus (April, Mei, dan Juni 2006) di HP Dramaga sebanyak 29 jenis dengan indeks keragaman 2.51. Nilai tersebut menunjukkan kualitas lingkungan yang rendah. Beberapa faktor seperti habitat yang sempit, kerusakan, dan perburuan diduga sebagai penyebab rendahnya nilai indeks keragaman jenis burung. Lonchura leucogastroides,Streptopelia chinensis, dan Prinia familiaris merupakan burung dengan nilai frekuensi relatif tinggi. Collocalia linchi,
Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Passer montanus, dan Prinia familiaris
merupakan jenis yang dijumpai dengan kategori melimpah. Dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor dan Kampus IPB Dramaga di HP Dramaga dijumpai dua jenis burung endemik Jawa yaitu
Spizaetus bartelsi dan Stachyris grammiceps.
ABSTRACT
ELY SOLIHATI. Diversity of birds in Dramaga Research Forest, the Forest and Nature Conservation Research and Development Center, Bogor. Supervised by DJOKO WALUYO dan SUDARYANTI.
Dramaga Research Forest (DRF) is one of 13 of the Forest and Nature Conservation Research and Development Center, Bogor. The forest is about 60 ha in size, and has been used for many researchers to study there. The study of birds diversity, however never been undertaken. The aim of the research was to study the birds diversity, and the result was beneficial for determining the environment quality of this area. The observation was carried out in the morning at 06.00-11.30, in the bright weather, and a binocular (Pegasus 8x40) was used. The observed birds were identified and analysed to determine spesies frequency, relative frequency, mean index of spesies diversity, encounter rate, and relative abudance. The identified birds during three periods (April, May, and June 2006) were 29 spesies, with diversity index 2.51. The score indicated the low quality of environment. The environmental impact such as narrow habitat, environmental damage, illegal hunting were presumed reducing diversity index. The high score of relative frequency were
Lonchura leucogastroides, Streptopelia chinensis, and Prinia familiaris, while the abudance
category were Collocalia linchi, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Passer
montanus, and Prinia familiaris. In comparion with Bogor Botanical Garden and IPB Dramaga at
Bogor, in DRF there were two (Spizaetus bartelsi and Stachyris grammiceps) endemic spesies
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung merupakan hewan yang termasuk ke dalam kelas Aves, terdiri dari 27 ordo, 155 suku, dan 8580 jenis (Peterson 1970). Di Indonesia terdapat 1540 jenis dan di Jawa terdapat sekitar 289 jenis (MacKinnon 1995). Burung memiliki kemampuan terbang, berbulu, mampu bermigrasi, dan bersosial (Peterson 1970).
Keberadaan burung dapat dijumpai di berbagai tipe habitat terutama kondisi yang mendukung kelangsungan hidupnya. Burung merupakan hewan yang mampu hidup di setiap tipe habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub (MacKinnon 1995). Menurut Trainor dan Lesmono (2000) hutan merupakan habitat yang mendukung burung untuk melangsungkan kehidupannya, terutama pada kondisi dengan kelembaban tinggi. Hal ini disebabkan pada kondisi dengan kelembaban tinggi tersedianya buah dan sari madu sebagai bahan pakan. Jika sebuah wilayah memiliki habitat yang mendukung burung untuk melangsungkan kehidupan maka secara otomatis jumlah burung di wilayah tersebut akan meningkat (Perrin & Birkhead 1983).
Informasi mengenai keragaman jenis burung di wilayah Bogor telah banyak dilakukan, di antararanya di Kebun Raya Bogor terdapat 46 jenis (Hermawan 2001), dan di wilayah kampus IPB Dramaga terdapat 39 jenis (Mulyani 2001). Mengetahui keragaman jenis burung pada suatu kawasan bermanfaat untuk mengevaluasi dan memilih cara pengelolaan daerah tersebut (MacKinnon 1995). Menurut Perrin dan Birkhead (1993) mempelajari burung dapat memberikan manfaat dalam perkembangan prinsip dan teori biologi.
Menurut Furness dan Greenwood (1993) burung merupakan indikator perubahan lingkungan, misalnya adanya polusi, kualitas air, biota laut, dan perubahan lingkungan akibat kontaminasi radionuklir. Menurut MacKinnon (1995) keberadaan burung di Jawa berpengaruh terhadap kondisi perekonomian, yaitu (1) Sebagai hama pertanian, contohnya Gagak, Bondol, dan Manyar, (2) Jenis yang menguntungkan, conyohnya Elang, Bentet, dan Kapinis, (3) Bahan makanan, contohnya Puyuh, (4) Perdagangan burung peliharaan, contohnya Beo, Tekukur, dan Kutilang.
Hutan Penelitian (HP) Dramaga merupakan satu dari 13 hutan penelitian
yang dikelola Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, memiliki luas 60 ha dan berada pada ketinggian 244 m dpl, beriklim basah dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3940 mm dan suhu udara mencapai 24-28 0C dengan kelembaban sekitar 79-89%. Hutan Penelitian Dramaga memberikan manfaat antara lain sebagai tempat introduksi tanaman, tempat penelitian, tempat praktik, dan sebagai sumber plasma nutfah. Hutan Penelitian Dramaga merupakan hutan yang memiliki koleksi tanaman terbanyak dan terlengkap di antara hutan penelitian lainnya yang dimiliki Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (Lampiran 1). Dari jumlah koleksi yang ada, terdapat beberapa jenis yang merupakan unggulan HP Dramaga, antara lain Hopea mengarawan, Khaya Anthotheca, Shorea stenoptera, dan Shorea pinanga. Sebagai hutan penelitian di lokasi ini telah banyak dilakukan penelitian antara lain mengenai pertumbuhan, fenologi, serta hama dan penyakit tanaman. Selain itu, dengan kondisi ekologis yang mendukung HP Dramaga dijadikan sebagai lokasi penelitian sutera alam dan budidaya tanaman murbei (Dephut 2002). Untuk penelitian mengenai keragaman jenis burung di HP Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor belum pernah dilakukan.
Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis burung di HP Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor dan sebagai salah satu indikator dari kualitas HP Dramaga Pusat Litbang dan Konservasi Alam, Bogor tersebut.
WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari sampai Juni 2006. Pengamatan di HP Dramaga dilaksanakan bulan Maret-Juni 2006.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung merupakan hewan yang termasuk ke dalam kelas Aves, terdiri dari 27 ordo, 155 suku, dan 8580 jenis (Peterson 1970). Di Indonesia terdapat 1540 jenis dan di Jawa terdapat sekitar 289 jenis (MacKinnon 1995). Burung memiliki kemampuan terbang, berbulu, mampu bermigrasi, dan bersosial (Peterson 1970).
Keberadaan burung dapat dijumpai di berbagai tipe habitat terutama kondisi yang mendukung kelangsungan hidupnya. Burung merupakan hewan yang mampu hidup di setiap tipe habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub (MacKinnon 1995). Menurut Trainor dan Lesmono (2000) hutan merupakan habitat yang mendukung burung untuk melangsungkan kehidupannya, terutama pada kondisi dengan kelembaban tinggi. Hal ini disebabkan pada kondisi dengan kelembaban tinggi tersedianya buah dan sari madu sebagai bahan pakan. Jika sebuah wilayah memiliki habitat yang mendukung burung untuk melangsungkan kehidupan maka secara otomatis jumlah burung di wilayah tersebut akan meningkat (Perrin & Birkhead 1983).
Informasi mengenai keragaman jenis burung di wilayah Bogor telah banyak dilakukan, di antararanya di Kebun Raya Bogor terdapat 46 jenis (Hermawan 2001), dan di wilayah kampus IPB Dramaga terdapat 39 jenis (Mulyani 2001). Mengetahui keragaman jenis burung pada suatu kawasan bermanfaat untuk mengevaluasi dan memilih cara pengelolaan daerah tersebut (MacKinnon 1995). Menurut Perrin dan Birkhead (1993) mempelajari burung dapat memberikan manfaat dalam perkembangan prinsip dan teori biologi.
Menurut Furness dan Greenwood (1993) burung merupakan indikator perubahan lingkungan, misalnya adanya polusi, kualitas air, biota laut, dan perubahan lingkungan akibat kontaminasi radionuklir. Menurut MacKinnon (1995) keberadaan burung di Jawa berpengaruh terhadap kondisi perekonomian, yaitu (1) Sebagai hama pertanian, contohnya Gagak, Bondol, dan Manyar, (2) Jenis yang menguntungkan, conyohnya Elang, Bentet, dan Kapinis, (3) Bahan makanan, contohnya Puyuh, (4) Perdagangan burung peliharaan, contohnya Beo, Tekukur, dan Kutilang.
Hutan Penelitian (HP) Dramaga merupakan satu dari 13 hutan penelitian
yang dikelola Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, memiliki luas 60 ha dan berada pada ketinggian 244 m dpl, beriklim basah dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3940 mm dan suhu udara mencapai 24-28 0C dengan kelembaban sekitar 79-89%. Hutan Penelitian Dramaga memberikan manfaat antara lain sebagai tempat introduksi tanaman, tempat penelitian, tempat praktik, dan sebagai sumber plasma nutfah. Hutan Penelitian Dramaga merupakan hutan yang memiliki koleksi tanaman terbanyak dan terlengkap di antara hutan penelitian lainnya yang dimiliki Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam (Lampiran 1). Dari jumlah koleksi yang ada, terdapat beberapa jenis yang merupakan unggulan HP Dramaga, antara lain Hopea mengarawan, Khaya Anthotheca, Shorea stenoptera, dan Shorea pinanga. Sebagai hutan penelitian di lokasi ini telah banyak dilakukan penelitian antara lain mengenai pertumbuhan, fenologi, serta hama dan penyakit tanaman. Selain itu, dengan kondisi ekologis yang mendukung HP Dramaga dijadikan sebagai lokasi penelitian sutera alam dan budidaya tanaman murbei (Dephut 2002). Untuk penelitian mengenai keragaman jenis burung di HP Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor belum pernah dilakukan.
Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis burung di HP Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor dan sebagai salah satu indikator dari kualitas HP Dramaga Pusat Litbang dan Konservasi Alam, Bogor tersebut.
WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari sampai Juni 2006. Pengamatan di HP Dramaga dilaksanakan bulan Maret-Juni 2006.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Pengamatan :
Pengamatan dilakukan pagi hari pukul 06.00-11.30 pada saat cuaca cerah atau tidak hujan dengan menggunakan teropong binokuler Pegasus 8x40. Pengamatan dilakukan dengan membuat 15 titik sensus dengan jarak ± 150 m. Masing-masing titik sensus diamati selama 20 menit dan setiap titik sensus diamati sebanyak tiga kali ulangan. Dilakukan pengamatan 7-8 titik per hari. Pengamatan dilakukan selama tiga periode, yaitu April, Mei, dan Juni 2006.
Identifikasi :
Burung yang dijumpai diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan lapangan MacKinnon (1998).
Analisis Data :
Data yang diperoleh selama pengamatan dianalisis dengan menghitung frekuensi jenis (F), frekuensi relatif (FR), indeks rata-rata keragaman jenis (H), tingkat pertemuan (encounter rate), dan kelimpahan relatif (Bibby, Martin, & Stuart 2000).
Jumlah stasiun ditemukannya jenis-i F =
Jumlah seluruh stasiun
F FR =
F seluruh jenis
Keterangan : F = Frekuensi jenis FR = Frekuensi relatif
Jumlah individu total
TPJ = x 10 jam t
Keterangan : TPJ = Tingkat Pertemuan Jenis t = Waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan
H = - ∑Pi ln Pi, dimana : Pi = Ni/N total
Keterangan : H = Indeks keragaman jenis
[image:31.595.317.499.83.199.2]Ni = Jumlah jenis-i Ntotal = Jumlah jenis total
Tabel 1 Tingkat pertemuan jenis yang menunjukkan kelimpahan relatif (Lowen et al 1996, diacu dalam Bibby, Martin, & Stuart 2000)
Kategori kelimpahan (Jumlah individu per 10 jam pengamatan)
Kelimpahan relatif <0.1 0.1-2.0 2.1-10.0 10.1-40.0 >40.0 Jarang Tidak umum Sering Umum Melimpah HASIL
Burung yang berhasil diidentifikasi selama tiga periode sensus (April, Mei, dan Juni) ialah sebanyak 29 jenis yang termasuk ke dalam 20 famili, yaitu Chloropseidae, Nectariniidae, Apodidae, Turnicidae, Cuculidae, Corvidae, Hirundinidae, Dicaeidae, Alcedinidae, Laniidae, Ploceidae, Ardeidae, Sylviidae, Picidae, Pycnonotidae, Muscicapidae, Accipitridae, Timaliidae, Columbidae, dan Zosteropidae (Lampiran 3).
Selama tiga periode sensus, pada periode I (April) burung yang memiliki frekuensi relatif tinggi, yaitu Lonchura leucogastroides (9.09),
Passer montanus (8.41), dan Collocalia linchi
(7.82). Pada periode II burung yang memiliki frekuensi relatif tinggi, yaitu Streptopelia chinensis (7.96), Dicaeum trochileum (7.36), dan Prinia familiaris (6.85). Periode III yang memiliki frekuensi relatif tinggi, yaitu Prinia familiaris (9.65), Collocalia linchi (8.92), dan
Dicaeum trochileum (8.30) (Lampiran 4;Lampiran 7).
Dari 29 jenis burung yang berhasil diidentifikasi terdapat burung yang memiliki frekuensi relatif rendah, yaitu Turnix suscitator, Orthotomus sepium, dan Stachyris grammiceps dengan frekuensi relatif sebesar 0.59 (Periode I). Burung-burung yang memiliki frekuensi rendah pada periode II, yaitu Nectarinia jugularis, Nycticorax nycticorax, Spizaetus bartelsi, dan Ploceus hypoxanthus dengan frekuensi relatif sebesar 0.51. Pada periode III burung-burung yang memiliki frekuensi relatif yang paling rendah dengan nilai 0.62, yaitu
Apus affini, Turnix suscitator, Orthotomus sepium, Lonchura punctulata, Passer montanus, Nycticorax nycticorax, dan Picoides macei
(Lampiran 4;Lampiran 7).
Burung-burung yang tidak dijumpai pada periode I, yaitu Delichon dasypus, Lonchura punctulata, Nectarinia jugularis, Nycticorax nycticorax, dan Spizaetus bartelsi. Pada periode II burung yang tidak dijumpai antara lain
Lanius schach, Lonchura punctulata dan
Pengamatan :
Pengamatan dilakukan pagi hari pukul 06.00-11.30 pada saat cuaca cerah atau tidak hujan dengan menggunakan teropong binokuler Pegasus 8x40. Pengamatan dilakukan dengan membuat 15 titik sensus dengan jarak ± 150 m. Masing-masing titik sensus diamati selama 20 menit dan setiap titik sensus diamati sebanyak tiga kali ulangan. Dilakukan pengamatan 7-8 titik per hari. Pengamatan dilakukan selama tiga periode, yaitu April, Mei, dan Juni 2006.
Identifikasi :
Burung yang dijumpai diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan lapangan MacKinnon (1998).
Analisis Data :
Data yang diperoleh selama pengamatan dianalisis dengan menghitung frekuensi jenis (F), frekuensi relatif (FR), indeks rata-rata keragaman jenis (H), tingkat pertemuan (encounter rate), dan kelimpahan relatif (Bibby, Martin, & Stuart 2000).
Jumlah stasiun ditemukannya jenis-i F =
Jumlah seluruh stasiun
F FR =
F seluruh jenis
Keterangan : F = Frekuensi jenis FR = Frekuensi relatif
Jumlah individu total
TPJ = x 10 jam t
Keterangan : TPJ = Tingkat Pertemuan Jenis t = Waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan
H = - ∑Pi ln Pi, dimana : Pi = Ni/N total
Keterangan : H = Indeks keragaman jenis
[image:32.595.317.499.83.199.2]Ni = Jumlah jenis-i Ntotal = Jumlah jenis total
Tabel 1 Tingkat pertemuan jenis yang menunjukkan kelimpahan relatif (Lowen et al 1996, diacu dalam Bibby, Martin, & Stuart 2000)
Kategori kelimpahan (Jumlah individu per 10 jam pengamatan)
Kelimpahan relatif <0.1 0.1-2.0 2.1-10.0 10.1-40.0 >40.0 Jarang Tidak umum Sering Umum Melimpah HASIL
Burung yang berhasil diidentifikasi selama tiga periode sensus (April, Mei, dan Juni) ialah sebanyak 29 jenis yang termasuk ke dalam 20 famili, yaitu Chloropseidae, Nectariniidae, Apodidae, Turnicidae, Cuculidae, Corvidae, Hirundinidae, Dicaeidae, Alcedinidae, Laniidae, Ploceidae, Ardeidae, Sylviidae, Picidae, Pycnonotidae, Muscicapidae, Accipitridae, Timaliidae, Columbidae, dan Zosteropidae (Lampiran 3).
Selama tiga periode sensus, pada periode I (April) burung yang memiliki frekuensi relatif tinggi, yaitu Lonchura leucogastroides (9.09),
Passer montanus (8.41), dan Collocalia linchi
(7.82). Pada periode II burung yang memiliki frekuensi relatif tinggi, yaitu Streptopelia chinensis (7.96), Dicaeum trochileum (7.36), dan Prinia familiaris (6.85). Periode III yang memiliki frekuensi relatif tinggi, yaitu Prinia familiaris (9.65), Collocalia linchi (8.92), dan
Dicaeum trochileum (8.30) (Lampiran 4;Lampiran 7).
Dari 29 jenis burung yang berhasil diidentifikasi terdapat burung yang memiliki frekuensi relatif rendah, yaitu Turnix suscitator, Orthotomus sepium, dan Stachyris grammiceps dengan frekuensi relatif sebesar 0.59 (Periode I). Burung-burung yang memiliki frekuensi rendah pada periode II, yaitu Nectarinia jugularis, Nycticorax nycticorax, Spizaetus bartelsi, dan Ploceus hypoxanthus dengan frekuensi relatif sebesar 0.51. Pada periode III burung-burung yang memiliki frekuensi relatif yang paling rendah dengan nilai 0.62, yaitu
Apus affini, Turnix suscitator, Orthotomus sepium, Lonchura punctulata, Passer montanus, Nycticorax nycticorax, dan Picoides macei
(Lampiran 4;Lampiran 7).
Burung-burung yang tidak dijumpai pada periode I, yaitu Delichon dasypus, Lonchura punctulata, Nectarinia jugularis, Nycticorax nycticorax, dan Spizaetus bartelsi. Pada periode II burung yang tidak dijumpai antara lain
Lanius schach, Lonchura punctulata dan
bartelsi, Stachyris grammiceps, dan
Zosterops palpebrosus (Lampiran 4;Lampiran 7).
Terdapat empat jenis burung yang hanya dijumpai pada periode tertentu, yaitu
Stachyris grammiceps (Periode I), Delichon dasypus, Spizaetus bartelsi (Periode II), dan
Lonchura punctulata (Periode III) (Lampiran 4;Lampiran 7).
Nilai indeks rata-rata keragaman jenis burung di HP Dramaga sebesar 2.51 (Lampiran 5).
Dari 29 jenis burung yang berhasil diidentifikasi terdapat lima burung dengan kelimpahan relatif melimpah, yaitu
Collocalia linchi, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Passer montanus, dan Prinia familiaris. Di HP Dramga terdapat pula burung dengan kelimpahan relatif umum yaitu Aegithina tiphia, Anthreptes malacensis, Arachnothera longirostra, Cacomantis merulinus, Cuculus sepulchralis, Halcyon chloris, Halcyon cyanoventris, Pynonotus aurigaster, Rhipidura javanica dan Streptopelia chinensis. Di kawasan inipun dijumpai burung dengan kelimpahan relatif sering, yaitu, Corvus enca, Lanius schach, Orthotomus sepium, Picoides macei, Ploceus hypoxanthus Turnix suscitator, dan
Zosterops palpebrosus. Burung-burung yang tidak umum dijumpai di kawasan HP Dramaga, antara lain Apus affinis, Delichon dasypus, dan Nectarinia jugularis
(Lampiran 6;Lampiran 7).
PEMBAHASAN
Burung merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan penting dalam rantai makanan. Keberadaan burung pada suatu wilayah akan memberikan dampak secara positif dan negatif.
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan selama tiga periode, burung yang berhasil diidentifikasi terdapat 29 jenis, dijumpai tiga jenis burung dengan nilai frekuensi relatif tinggi, yaitu Lonchura leucogastroides (Periode I), Streptopelia chinensis (Periode II), dan Prinia familiaris
(Periode III). Menurut MacKinnon (1995)
Lonchura leucogastroides dan Streptopelia chinensis merupakan jenis yang memiliki kemampuan berkembang biak sepanjang tahun, bahkan untuk Prinia familiaris memiliki kemampuan berkembang biak setiap bulan dengan puncak bertelur dari bulan Maret sampai Juni. Selain itu, ketiga
jenis tersebut memiliki kebiasaan mengunjungi padang terbuka untuk mencari makanan. Kebiasaan tersebut didukung oleh kondisi HP Dramaga yang beberapa kawasannya merupakan padang terbuka lokasi budidaya tanaman murbei (Dephut 2002). Kebiasaan mengunjungi padang terbuka menyebabkan burung-burung tersebut memiliki nilai frekuensi relatif tinggi. Nilai frekuensi relatif suatu jenis menunjukkan keberadaan burung tersebut pada periode sensus dan dapat dijadikan dasar untuk membandingkan dengan data yang telah dikumpulkan pada waktu berbeda dengan menggunakan metode yang sama (Bibby, Martin, & Stuart 2000).
Nilai indeks rata-rata keragaman jenis burung di HP Dramaga yaitu 2.51. Nilai tersebut berada di bawah nilai indeks keragaman jenis burung di Kebun Raya Bogor dan Kampus IPB Dramaga Bogor dan nilai tersebut menunjukkan kualitas lingkungan yang rendah (Hermawan;Mulyani 2001). Nilai ini dapat digunakan untuk membandingkan satu komunitas atau kelompok populasi dengan yang lainnya, dapat menunjukkan kemantapan suatu rantai makanan, dan keragaman jenis yang lebih tinggi akan menciptakan lingkungan yang berkualitas (Odum 1998). Tingkat keragaman jenis burung dipengaruhi oleh suatu tipe habitat yang mendukung keberlangsungan hidup, baik sebagai sumber makanan atau habitat untuk perkembang biakan (Adhikerana 1997).
Adapun faktor-faktor yang mengakibatkan rendahnya indeks keragaman jenis burung di HP Dramaga, antara lain :
Habitat yang sempit. Luas HP Dramaga (60 ha) ternyata tidak mampu mendukung jumlah jenis yang besar. Sehingga mengakibatkan populasi burung di wilayah tersebut kecil. Habitat yang sempit disebabkan sebagian dari wilayah HP Dramaga dibangun perkantoran dan lahan pertanian oleh masyarakat sekitar.
bartelsi, Stachyris grammiceps, dan
Zosterops palpebrosus (Lampiran 4;Lampiran 7).
Terdapat empat jenis burung yang hanya dijumpai pada periode tertentu, yaitu
Stachyris grammiceps (Periode I), Delichon dasypus, Spizaetus bartelsi (Periode II), dan
Lonchura punctulata (Periode III) (Lampiran 4;Lampiran 7).
Nilai indeks rata-rata keragaman jenis burung di HP Dramaga sebesar 2.51 (Lampiran 5).
Dari 29 jenis burung yang berhasil diidentifikasi terdapat lima burung dengan kelimpahan relatif melimpah, yaitu
Collocalia linchi, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Passer montanus, dan Prinia familiaris. Di HP Dramga terdapat pula burung dengan kelimpahan relatif umum yaitu Aegithina tiphia, Anthreptes malacensis, Arachnothera longirostra, Cacomantis merulinus, Cuculus sepulchralis, Halcyon chloris, Halcyon cyanoventris, Pynonotus aurigaster, Rhipidura javanica dan Streptopelia chinensis. Di kawasan inipun dijumpai burung dengan kelimpahan relatif sering, yaitu, Corvus enca, Lanius schach, Orthotomus sepium, Picoides macei, Ploceus hypoxanthus Turnix suscitator, dan
Zosterops palpebrosus. Burung-burung yang tidak umum dijumpai di kawasan HP Dramaga, antara lain Apus affinis, Delichon dasypus, dan Nectarinia jugularis
(Lampiran 6;Lampiran 7).
PEMBAHASAN
Burung merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan penting dalam rantai makanan. Keberadaan burung pada suatu wilayah akan memberikan dampak secara positif dan negatif.
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan selama tiga periode, burung yang berhasil diidentifikasi terdapat 29 jenis, dijumpai tiga jenis burung dengan nilai frekuensi relatif tinggi, yaitu Lonchura leucogastroides (Periode I), Streptopelia chinensis (Periode II), dan Prinia familiaris
(Periode III). Menurut MacKinnon (1995)
Lonchura leucogastroides dan Streptopelia chinensis merupakan jenis yang memiliki kemampuan berkembang biak sepanjang tahun, bahkan untuk Prinia familiaris memiliki kemampuan berkembang biak setiap bulan dengan puncak bertelur dari bulan Maret sampai Juni. Selain itu, ketiga
jenis tersebut memiliki kebiasaan mengunjungi padang terbuka untuk mencari makanan. Kebiasaan tersebut didukung oleh kondisi HP Dramaga yang beberapa kawasannya merupakan padang terbuka lokasi budidaya tanaman murbei (Dephut 2002). Kebiasaan mengunjungi padang terbuka menyebabkan burung-burung tersebut memiliki nilai frekuensi relatif tinggi. Nilai frekuensi relatif suatu jenis menunjukkan keberadaan burung tersebut pada periode sensus dan dapat dijadikan dasar untuk membandingkan dengan data yang telah dikumpulkan pada waktu berbeda dengan menggunakan metode yang sama (Bibby, Martin, & Stuart 2000).
Nilai indeks rata-rata keragaman jenis burung di HP Dramaga yaitu 2.51. Nilai tersebut berada di bawah nilai indeks keragaman jenis burung di Kebun Raya Bogor dan Kampus IPB Dramaga Bogor dan nilai tersebut menunjukkan kualitas lingkungan yang rendah (Hermawan;Mulyani 2001). Nilai ini dapat digunakan untuk membandingkan satu komunitas atau kelompok populasi dengan yang lainnya, dapat menunjukkan kemantapan suatu rantai makanan, dan keragaman jenis yang lebih tinggi akan menciptakan lingkungan yang berkualitas (Odum 1998). Tingkat keragaman jenis burung dipengaruhi oleh suatu tipe habitat yang mendukung keberlangsungan hidup, baik sebagai sumber makanan atau habitat untuk perkembang biakan (Adhikerana 1997).
Adapun faktor-faktor yang mengakibatkan rendahnya indeks keragaman jenis burung di HP Dramaga, antara lain :