• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis curahan kerja rumahtangga petani lahan sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis curahan kerja rumahtangga petani lahan sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah"

Copied!
302
0
0

Teks penuh

(1)

FEMMI NOR FAHMI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis

saya yang berjudul:

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan pembimbingan

Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2009

(3)

ABSTRACT

FEMMI NOR FAHMI. Analysis of Time Allocation of Rice Farm Household in

Kabupaten Donggala Central Sulawesi Province (NUNUNG KUSNADI as a

ChairmanRITA NURMALINAas Member of the Advisory Committee).

In recent years, productivity is still low and the rice farmers' area is increasingly narrow. This is expected because the behavior of households in time allocation available tend to engage in various types of non farm activites. The consequence of this situation is to change the structure of work and time allocated to household farmers who cause a change in income. That the question is: (1) how the work flow patterns in the allocation of household farmers rice area and why the low productivity of rice? (2) whether because of job opportunities in non farm business that influence the flow of work in farming and what factors affect the flow of work, household income and expenditure farmers?. The purpose of this study are: (1) to analyze the working time allocation, income, household expenditure of farmer in the rice area, and (2) to analyze the factors that affect the working time allocation, income, and expenditure of farmer in the rice area. The research conducted in Donggala, Central Sulawesi Province in 2008 using the econometricsk model in the household model of simultaneous equations. Based on the results of research showed that non-farm activities have provided an important role for the rural economy, especially domestic rice farmer on the land in Donggala. Role not only in the contribution of income but also in the working time allocation. In terms of the working time allocation of farmer to do more non-farm activities than paddy non-farming activities. Husband working time allocation is the highest activities from members household in the farm or non farm. Meanwhile, in terms of income, the contribution of farmers' income from non-farm is greater than non-farm. Food consumption is the highest expenditure in household.

(4)

RINGKASAN

FEMMI NOR FAHMI. Analisis Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan

Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah (NUNUNG

KUSNADI sebagai Ketua dan RITA NURMALINA sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Tiap kegiatan anggota rumahtangga ditujukan untuk mencapai nilai guna yang pada akhirnya menghasilkan kesejahteraan. Rumahtangga petani menginginkan status sosial yaitu usaha untuk mendapatkan kepastian, bahwa apa yang dilakukan akan memberikan keuntungan dalam lingkungan masyarakat, Selain itu rumahtangga juga menginginkan terjaminnya penyediaan pangan pokok yang cukup dalam jangka waktu tetentu, mencukupi keperluaannya dengan jalan menjamin sumber-sumber tunai untuk belanja dan keperluan prioritas terhadap jasa-jasa atau pelayanan-pelayanan yang tidak diproduksikan sendiri, serta dapat mengakumulasikan pendapatan tunai bagi investasi demi kesejahteraan keluarganya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, produktivitas padi masih rendah dan kepemilikan lahan petani yang kian sempit. Ini diduga karena perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang tersedia cenderung ke aktivitas non usahatani. Rumahtangga pedesaan umumnya tidak hanya bekerja pada satu macam pekerjaan, mereka terlibat di berbagai macam pekerjaan yaitu usahatani, buruh/jasa, berdagang, pegawai swasta atau pegawai pemerintah. Konsekuensi dari keadaan ini adalah terjadinya perubahan struktur pekerjaan dan alokasi curahan kerja pada rumahtangga petani yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan pendapatan di daerah pedesaan. Hal yang menjadi pertanyaan adalah: (1) bagaimana pola alokasi curahan kerja di rumahtangga petani lahan sawah dan mengapa produktivitas padi rendah? (2) apakah karena adanya kesempatan kerja di non usahatani sehingga mempengaruhi curahan kerja di usahatani dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah, dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Donggala provinsi Sulawesi Tengah dengan unit analisis rumahtangga petani padi. Rumahtangga yang juga memiliki sumber pendapatan non usahatani yang dilaksanakan di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober pada

tahun 2008. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive). Jenis data

yang digunakan adalah data kerat lintang (cross section) dengan pengambilan

contoh dilakukan secarasimple random sampling, dengan responden rumahtangga

(5)

dengan metode Two-Stage Least Squares (2SLS) dengan menggunakan program

komputerStatistical Analysis System(SAS) versi 9.1.

Alokasi curahan kerja rata-rata anggota rumahtangga pada kegiatan usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kegiatan non usahatani. Begitu pula dari segi pendapatan, maka kontribusi pendapatan petani dari usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi pendapatan dari kegiatan non usahatani padi. Ada keterkaitan dalam alokasi curahan kerja keluarga antara kegiatan usahatani dan non usahatani dalam rumahtangga petani. Pada masa sibuk di usahatani maka curahan kerja lebih banyak dikerahkan pada kegiatan usahatani, tapi pada masa sepi di usahatani telah meningkatkan curahan kerja kegiatan pada non usahatani. Dengan kepemilikan lahan terbatas maka akan meningkatnya curahan kerja suami, isteri, dan anak pada non usahatani untuk meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi karena curahan kerja rumahtangga petani pada usahatani rendah. Pengeluaran total rumahtangga petani untuk konsumsi pangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pengeluaran lainnya dalam rumahtangga. Ada keterkaitan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi pangan, non pangan, dan investasi. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh maka akan meningkatkan konsumsi dan investasi terutama terhadap konsumsi pangan.

Disarankan bahwa untuk peningkatan pendapatan rumahtangga maka perlu diversifikasi dalam usahatani selain dapat meningkatkan curahan kerja di usahatani maka juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga, untuk itu diperlukan bantuan modal atau bantuan kredit untuk mempermudah rumahtangga petani dalam pengadaan sarana produksi sebagai modal usaha untuk kegiatan usahatani. Perbaikan taraf hidup (peningkatan kesejahteraan rumahtangga) petani akan meningkatkan investasi pendidikan. Investasi pendidikan untuk pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keteramplan (skill) sebagai generasi penerus pada masa yang akan datang, sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan teknologi untuk pengelolaan usahataninya. Oleh karenanya diharapkan biaya pendidikan lebih terjangkau oleh masyarakat petani dan perlunya pelatihan keterampilan di pedesaan. Perlunya penelitian lanjutan tentang sampai sejauh mana peranan suami, isteri, dan anak dalam melakukan kegiatan usahatani maupun non usahatani baik ditinjau dari segi ekonomi maupun sosial budayanya pada wilayah yang lebih padat dan luas atau pada daerah penghasil padi yang berperan sebagai lumbung padi nasional.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjuan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

(7)

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI

LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

FEMMI NOR FAHMI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Penelitian

:

Analisis

Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

Nama Mahasiswa

:

Femmi Nor Fahmi

Nomor Pokok

:

H351060171

Program Studi

:

Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

Ketua

Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi

3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Ekonomi Pertanian

(9)

Penguji Luar Komisi:

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS

Penguji Wakil Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang:

(10)
(11)

FEMMI NOR FAHMI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis

saya yang berjudul:

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan pembimbingan

Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2009

(13)

ABSTRACT

FEMMI NOR FAHMI. Analysis of Time Allocation of Rice Farm Household in

Kabupaten Donggala Central Sulawesi Province (NUNUNG KUSNADI as a

ChairmanRITA NURMALINAas Member of the Advisory Committee).

In recent years, productivity is still low and the rice farmers' area is increasingly narrow. This is expected because the behavior of households in time allocation available tend to engage in various types of non farm activites. The consequence of this situation is to change the structure of work and time allocated to household farmers who cause a change in income. That the question is: (1) how the work flow patterns in the allocation of household farmers rice area and why the low productivity of rice? (2) whether because of job opportunities in non farm business that influence the flow of work in farming and what factors affect the flow of work, household income and expenditure farmers?. The purpose of this study are: (1) to analyze the working time allocation, income, household expenditure of farmer in the rice area, and (2) to analyze the factors that affect the working time allocation, income, and expenditure of farmer in the rice area. The research conducted in Donggala, Central Sulawesi Province in 2008 using the econometricsk model in the household model of simultaneous equations. Based on the results of research showed that non-farm activities have provided an important role for the rural economy, especially domestic rice farmer on the land in Donggala. Role not only in the contribution of income but also in the working time allocation. In terms of the working time allocation of farmer to do more non-farm activities than paddy non-farming activities. Husband working time allocation is the highest activities from members household in the farm or non farm. Meanwhile, in terms of income, the contribution of farmers' income from non-farm is greater than non-farm. Food consumption is the highest expenditure in household.

(14)

RINGKASAN

FEMMI NOR FAHMI. Analisis Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan

Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah (NUNUNG

KUSNADI sebagai Ketua dan RITA NURMALINA sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Tiap kegiatan anggota rumahtangga ditujukan untuk mencapai nilai guna yang pada akhirnya menghasilkan kesejahteraan. Rumahtangga petani menginginkan status sosial yaitu usaha untuk mendapatkan kepastian, bahwa apa yang dilakukan akan memberikan keuntungan dalam lingkungan masyarakat, Selain itu rumahtangga juga menginginkan terjaminnya penyediaan pangan pokok yang cukup dalam jangka waktu tetentu, mencukupi keperluaannya dengan jalan menjamin sumber-sumber tunai untuk belanja dan keperluan prioritas terhadap jasa-jasa atau pelayanan-pelayanan yang tidak diproduksikan sendiri, serta dapat mengakumulasikan pendapatan tunai bagi investasi demi kesejahteraan keluarganya.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, produktivitas padi masih rendah dan kepemilikan lahan petani yang kian sempit. Ini diduga karena perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang tersedia cenderung ke aktivitas non usahatani. Rumahtangga pedesaan umumnya tidak hanya bekerja pada satu macam pekerjaan, mereka terlibat di berbagai macam pekerjaan yaitu usahatani, buruh/jasa, berdagang, pegawai swasta atau pegawai pemerintah. Konsekuensi dari keadaan ini adalah terjadinya perubahan struktur pekerjaan dan alokasi curahan kerja pada rumahtangga petani yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan pendapatan di daerah pedesaan. Hal yang menjadi pertanyaan adalah: (1) bagaimana pola alokasi curahan kerja di rumahtangga petani lahan sawah dan mengapa produktivitas padi rendah? (2) apakah karena adanya kesempatan kerja di non usahatani sehingga mempengaruhi curahan kerja di usahatani dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah, dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Donggala provinsi Sulawesi Tengah dengan unit analisis rumahtangga petani padi. Rumahtangga yang juga memiliki sumber pendapatan non usahatani yang dilaksanakan di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober pada

tahun 2008. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive). Jenis data

yang digunakan adalah data kerat lintang (cross section) dengan pengambilan

contoh dilakukan secarasimple random sampling, dengan responden rumahtangga

(15)

dengan metode Two-Stage Least Squares (2SLS) dengan menggunakan program

komputerStatistical Analysis System(SAS) versi 9.1.

Alokasi curahan kerja rata-rata anggota rumahtangga pada kegiatan usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kegiatan non usahatani. Begitu pula dari segi pendapatan, maka kontribusi pendapatan petani dari usahatani padi lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi pendapatan dari kegiatan non usahatani padi. Ada keterkaitan dalam alokasi curahan kerja keluarga antara kegiatan usahatani dan non usahatani dalam rumahtangga petani. Pada masa sibuk di usahatani maka curahan kerja lebih banyak dikerahkan pada kegiatan usahatani, tapi pada masa sepi di usahatani telah meningkatkan curahan kerja kegiatan pada non usahatani. Dengan kepemilikan lahan terbatas maka akan meningkatnya curahan kerja suami, isteri, dan anak pada non usahatani untuk meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi karena curahan kerja rumahtangga petani pada usahatani rendah. Pengeluaran total rumahtangga petani untuk konsumsi pangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pengeluaran lainnya dalam rumahtangga. Ada keterkaitan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi pangan, non pangan, dan investasi. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh maka akan meningkatkan konsumsi dan investasi terutama terhadap konsumsi pangan.

Disarankan bahwa untuk peningkatan pendapatan rumahtangga maka perlu diversifikasi dalam usahatani selain dapat meningkatkan curahan kerja di usahatani maka juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga, untuk itu diperlukan bantuan modal atau bantuan kredit untuk mempermudah rumahtangga petani dalam pengadaan sarana produksi sebagai modal usaha untuk kegiatan usahatani. Perbaikan taraf hidup (peningkatan kesejahteraan rumahtangga) petani akan meningkatkan investasi pendidikan. Investasi pendidikan untuk pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keteramplan (skill) sebagai generasi penerus pada masa yang akan datang, sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan teknologi untuk pengelolaan usahataninya. Oleh karenanya diharapkan biaya pendidikan lebih terjangkau oleh masyarakat petani dan perlunya pelatihan keterampilan di pedesaan. Perlunya penelitian lanjutan tentang sampai sejauh mana peranan suami, isteri, dan anak dalam melakukan kegiatan usahatani maupun non usahatani baik ditinjau dari segi ekonomi maupun sosial budayanya pada wilayah yang lebih padat dan luas atau pada daerah penghasil padi yang berperan sebagai lumbung padi nasional.

(16)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjuan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

(17)

ANALISIS CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI

LAHAN SAWAH DI KABUPATEN DONGGALA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

FEMMI NOR FAHMI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

Judul Penelitian

:

Analisis

Curahan Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

Nama Mahasiswa

:

Femmi Nor Fahmi

Nomor Pokok

:

H351060171

Program Studi

:

Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

Ketua

Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi

3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Ekonomi Pertanian

(19)

Penguji Luar Komisi:

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS

Penguji Wakil Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang:

(20)
(21)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, terutama kesempatan dan kemampuan untuk

menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Curahan Kerja Rumahtangga Petani

Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah”. Penulisan tesis

ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Penulis menyampaikan terimakasih dan penghormatan kepada Dr. Ir.

Nunung Kusnadi, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Rita

Nurmalina, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala perhatian,

bimbingan dan waktu yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis

ini, dan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku Penguji Luar Komisi serta Dr.

Ir. Anna Fariyanti, MS yang mewakili Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

dan Pimpinan Sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan

tesis ini.

Secara khusus ucapan terima kasih dengan penuh rasa cinta dan hormat

penulis kepada: Papa Zainuddin, Mama Siti Nurhayati, Bapak mertua Usman

Koru Jumba, Ibu mertua Habiba Suhuni Mahalini (Alm) dan kepada suami yang

tercinta Mahmuddin Jumba serta yang terkasih ananda Muhammad Fahrin

Mawa’Ariddin, kakak-kakak, adik-adik, ponakan-ponakan tersayang atas segala

(22)

menyelesaikan tesis ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang

telah memberikan beasiswa dan mengizinkan penulis untuk melanjutkan studi.

2. Ketua Program Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA

beserta staf yang telah membantu penulis selama studi dan proses penyelesaian

tesis.

3. Kepala Desa Sidondo, Lolu, dan Mpanau beserta staf yang telah memberikan

informasi dan data selama penulis melaksanakan penelitian.

4. Dr. Ir. Yundy Hafizrianda, MS, Ir. Rahmat Handayana, MS, Ir. Joko, MS yang

telah memberikan bantuan dan masukan yang berharga dalam proses

penyusunan tesis ini.

5. Teman-teman Ilmu Ekonomi Pertanian 2006 atas kebersamaan dalam suka dan

duka selama perkuliahan hingga penulisan tesis ini khususnya Mbak Wie,

Mbak Aan, Wan, Mul, Ismay, Mba Trie, Mas Ris, Pak Andi, Peter, Dahya,

Desi, Wayan.

Akhir kata, tesis ini penulis persembahkan kepada pembaca sebagai

pengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkannya.

Bogor, September 2009

(23)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Baru Kalimantan Selatan pada tanggal 25

Nopember 1969, merupakan anak ke empat dari enam bersaudara dari pasangan

Bapak Zainuddin Munier dan Ibu Siti Nurhayati. Penulis menyelesaikan

pendidikan dasar di SD Negeri Centre Candrakila Pelaihari Kalimantan Selatan

tahun 1981, pada tahun 1984 menamatkan pendidikan menengah pertama di SMP

Negeri I Pelaihari Kalimantan Selatan. Pendidikan menengah atas penulis

selesaikan pada tahun 1987 dari SMA Negeri 8 Makassar Sulawesi Selatan.

Penulis selanjutnya melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(UMPTN) meneruskan pendidikan sarjana di Program Studi Budidaya Perikanan,

Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin di Makassar

pada tahun 1987. Pada tahun 1999 hingga saat ini bekerja sebagai peneliti pada

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. Tahun 2004 penulis

menikah dengan Mahmuddin Usman Jumba dan tahun 2008 dikaruniai seorang

putra tercinta Muhammad Fahrin Mawa’Ariddin. Pada tahun 2006 penulis

melanjutkan studi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan Beasiswa Pendidikan dari Badan

(24)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Curahan Kerja... 12

2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga... 15

2.3. Studi Empiris Model Ekonomi Rumahtangga ... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga ... 23

3.2. Efek Upah terhadap Alokasi Rumahtangga ... 27

3.3. Efek Pendapatan Rumahtangga terhadap Perilaku Kerja... 31

IV. METODE PENELITIAN... 36

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian... 36

4.2. Metode Pengambilan Contoh ... 36

4.3. Analisis Data ... 37

4.4. Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga ... 38

4.4.1. Blok Curahan Kerja... 38

4.4.2. Blok Biaya Produksi... 41

4.4.3. Blok Permintaan Input ... 42

(25)

4.4.5. Blok Pendapatan... 44

4.4.6. Blok Pengeluaran ... 46

4.5. Identifikasi Model dan Metoda Penggunaan Model ... 49

4.6. Definisi Operasional ... 49

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA PETANI LAHAN

SAWAH ... 52

5.1. Letak Geografis, Iklim, Kependudukan, dan Kondisi Pertanian... 52

5.2. Karakteristik Anggota Rumahtangga Petani ... 55

5.3. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani... 58

5.4. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Petani ... 64

5.5. Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani ... 65

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CURAHAN

KERJA, PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH ... 67

6.1. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani... 68

6.1.1. Curahan Kerja Suami pada Usahatani Padi... 68

6.1.2. Curahan Kerja Isteri pada Usahatani Padi... 73

6.1.3. Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani ... 75

6.1.4. Curahan Kerja Isteri pada Non Usahatani ... 77

6.1.5. Curahan Kerja Anak pada Non Usahatani... 79

6.2. Permintaan Input ... 81

6.2.1. Tenaga Kerja Luar Keluarga ... 81

6.2.2. Jumlah Benih ... 84

6.2.3. Jumlah Benih Pupuk ... 86

6.2. Produksi Padi ... 88

6.3. Pendapatan ... 90

6.3.1. Pendapatan Suami dari Non Usahatani... 90

6.3.2. Pendapatan Isteri dari Non Usahatani ... 92

6.3.3. Pendapatan Anak dari Non Usahatani ... 94

6.4. Pengeluaran Rumahtangga ... 95

6.4.1. Konsumsi Pangan... 96

(26)

6.4.2. Konsumsi Non Pangan ... 97

6.4.3. Investasi Pendidikan... 99

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

7.1. Kesimpulan ... 102

7.2. Saran... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN ... 108

(27)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten

Donggala ………...

Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi Sawah menurut Kecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2006...

Karakteristik Anggota Rumahtangga Petani Lahan Sawah di

Kabupaten Donggala Tahun 2008...

i Lokasi Curahan Kerja Rata-rata Anggota Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Tahun 2008...

Kontribusi dan Sumber Pendapatan Rata-rata Anggota

Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Tahun 2008...

Pola Pengeluaran Rata- rata Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Tahun 2008...

2 55 56 59 64 66

7. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada

Usahatani Padi ... 69

8. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada

Usahatani Padi ... 73

9. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada

Non Usahatani ... 76

10. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada

Non Usahatani ... 78

11. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Anak pada

Non Usahatani ... 81

12. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Jumlah Tenaga Kerja Luar

Keluarga pada Usahatani Padi ... 82

13. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Jumlah Benih Padi ... 84

14. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Jumlah Pupuk pada

(28)

15. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Produksi Padi ... 89

16. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Suami dari Non

Usahatani ... 91

17. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Isteri dari Non

Usahatani ... 92

18. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Anak dari Non

Usahatani ... 95

19. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Konsumsi Pangan ... 97

20. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Konsumsi Non Pangan... 99

21. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Investasi Pendidikan ... 100

(29)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.

2.

3.

Efek Upah pada Penggunaan Waktu Rumahtangga...

Efek Peningkatan Non Labor Income Pada Perilaku Kerja

Rumahtangga………...………...

Diagram Model Dasar Rumahtangga Petani .………....…

30

34

(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.

2.

Program Komputer Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi

Tengah dengan Menggunakan Statistical Analysis System (SAS)

Versi 9.1 Prosedur SYSLIN Metode Two-Stage Least Squares

(2SLS)………..

Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah ……...

109

(31)

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian sebagai prioritas utama atau titik berat pembangunan

ekonomi yang memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi sehingga dijadikan

sebagai tumpuan harapan pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan

tujuan nasional. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan refleksi dari suatu

struktur perekonomian, sehingga dapat pula dipandang sebagai salah satu aspek

penciri atau karakteristik dari suatu perekonomian (Simatupang,et al, 2003).

Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis yang akan

menyebabkan perubahan pada struktur sosial ekonomi masyarakat di wilayah

pedesaan. Diantara perubahan tersebut, perubahan kesejahteraan petani dan

masyarakat pedesaan yang terkait langsung dengan perubahan kesempatan kerja

dan kesempatan berusaha.

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan sangat penting dalam

perekonomian, yaitu (1) menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan

masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2) menyediakan bahan baku bagi

industri, (3) sebagai pasar potensial bagi produk produk yang dihasilkan oleh

industri, (4) sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi

pembangunan sektor lain, dan (5) sebagai sumber perolehan devisa (Kuznets,

1964dalam Harianto, 2007). Di samping itu, pertanian memiliki peranan penting

untuk (6) mengurangi kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan, dan (7)

menyumbang secara nyata bagi pembangunan pedesaan dan pelestarian

(32)

Potensi luas lahan sawah dengan irigasi teknis di Sulawesi Tengah sekitar

150 200 hektar, yang sudah dimanfaatkan seluas 119 200 atau hanya 79.37 persen.

Hal ini berarti bahwa masih terdapat lahan sawah yang belum dimanfaatkan

sebesar 20.63 persen, dan lahan yang belum dimanfaatkan tersebut merupakan

peluang untuk pengembangan komoditas pertanian (BPS Sulawesi Tengah, 2007).

Kabupaten Donggala bila ditinjau dari aspek pembangunan pertanian

memiliki kekayaan sumberdaya alam yang sangat potensial dan ditunjang oleh

letak yang strategis bagi pengembangan sektor pertanian. Potensi lahan pertanian

sebesar 404 965 hektar yang terdiri dari lahan sawah sebesar 32 838 hektar lahan

[image:32.612.134.506.372.449.2]

kering 359 165 hektar dan lahan pekarangan sebesar 12 962 hektar (Tabel 1).

Tabel 1. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten Donggala

No. Jenis Lahan Potensi (Ha)

Dimanfaat-kan(Ha)

Persentase (%)

Pengembangan (Ha)

Persentase (%) 1. Sawah 32 838 31 715 96 58 1.161 3 42 2. Kering 359 165 25 987 7 24 333.178 92 76 3. Pekarangan 12 962 8 522 65 75 4.440 34 25

Jumlah 404 965 66 224 16 35 338.741 83 65

Sumber : BPS Kabupaten Donggala, 2005a

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari potensi lahan pertanian

sebesar 404 965 Ha yang dimanfaatkan sebesar 66 224 hektar atau sebesar 16.35

persen. Sehingga masih terdapat peluang pengembangan lahan pertanian sebesar

338 741 hektar atau sebesar 83.65 persen melalui perluasan areal terhadap potensi

lahan yang belum dimanfaatkan tersebut. Memperhatikan potensi sumberdaya

pertanian, wilayah Kabupaten Donggala memiliki peluang besar untuk

pengembangan usahatani padi sawah karena ditunjang oleh potensi sumberdaya

(33)

komoditas yang mempunyai arti penting di sektor pertanian adalah padi karena

masih merupakan sumber penghasilan utama rumahtangga pertanian Sulawesi

Tengah.

Berdasarkan BPS Sulawesi Tengah (2003), bahwa jumlah tenaga kerja di

Sulawesi Tengah pada tahun 2002 sebesar 981 100 jiwa, bekerja di sektor

pertanian sebesar 547 748 jiwa atau sebesar 55.83 persen sedangkan yang bekerja

di sub sektor tanaman pangan dan hortikultura sebesar 80.82 persen dari jumlah

tenaga kerja di sektor pertanian. Sedangkan menurut BPS Sulawesi Tengah

(2007), bahwa penduduk yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2006

sebesar 68.87 persen sedangkan non pertanian sebesar 31.13 persen dan pada

tahun 2007 terjadi penurunan yang bekerja di sektor pertanian yaitu menjadi 59.5

persen sedangkan yang bekerja di sektor non pertanian mengalami peningkatan

menjadi 40.5 persen.

Kabupaten Donggala memiliki jumlah penduduk yang bekerja sebagai

petani sebesar 125 224 orang dan sebagai buruh diluar sektor pertanian sebesar 14

328 orang (BPS Kabupaten Donggala, 2005b). Terjadinya bermacam-macam

kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh petani salah satunya disebabkan karena

untuk mempertahankan hidupnya dan memecahkan masalah yang berkaitan

dengan tingkat pendapatan yang rendah. Pola demikian ini sering muncul di

daerah usahatani padi.

Salah satu pola kegiatan di pertanian seperti usahatani padi adalah suatu

pola yang memiliki masa sibuk dan masa senggang. Masa sibuknya pada saat

mengolah lahan dan menanam. Masa senggang pada saat menunggu panen

(34)

senggang ini maka peranan pekerjaan di luar pertanian menjadi daya tarik bagi

rumahtangga petani. Menurut Suhartini (2001) bahwa bagi yang terjun di sektor

pertanian, pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke non pertanian terjadi

karena didorong oleh adanya harapan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan sektor pertanian.

Menurut Mangkuprawira (1985) bahwa secara teori tiap anggota

rumahtangga akan menyediakan jasanya untuk bekerja jika upah yang akan

diterima cukup menarik baginya. Namun untuk kebutuhan yang mendesak

terutama pada rumahtangga miskin tidak jarang mereka menerima berapapun

upah yang ada daripada menganggur dan tidak ada penghasilan sama sekali.

Proses pengambilan keputusan dalam suatu rumahtangga akan menentukan

apakah seseorang akan bekerja mencari nafkah atau memilih pekerjaan

rumahtangga atau waktu luang.

Fenomena pencaharian kerja untuk pendapatan tambahan rumahtangga

lazim dijumpai pada masyarakat pedesaan. Hal ini menandai adanya keragaman

dalam sumber pendapatan rumahtangga. Pendapatan rumahtangga berasal dari

berbagai sumber yang selalu berubah sesuai dengan musim dan kesempatan, pasar

tenaga kerja dan waktu luang setiap harinya. Pembagian pekerjaan relatif lentur

diantara anggota rumahtangga. Konsekuensi keadaan ini yaitu terjadinya

perubahan struktur pekerjaan dan alokasi waktu kerja pada anggota rumahtangga

petani yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan struktur pendapatan

rumahtangga petani di pedesaan.

Anggota rumahtangga dalam suatu rumahtangga pertanian biasanya

(35)

dialokasikan oleh anggota rumahtangga dalam kegiatan usahatani tersebut

ditentukan oleh besarnya asset produktif yang dimiliki seperti luas lahan atau

modal produktif lainnya. Semakin besar asset yang dimiliki, semakin besar pula

jam kerja yang dialokasikan oleh anggota rumahtangga, terutama pada kegiatan

yang menyerap tenaga kerja besar seperti mengolah lahan/membajak, menanam,

menyiang, dan panen. Sedang pada saat-saat tidak sibuk, banyak anggota

rumahtangga yang mengalokasikan waktunya untuk kegiatan produktif (kegiatan

samping) baik dalam sektor pertanian maupun lainnya yang dapat memberikan

tambahan penghasilan keluarga.

Pada dasarnya rumahtangga petani padi tidak dapat dilihat hanya sebagai

penyedia kerja karena pada kenyataannya setiap rumahtangga petani dapat

menjalankan tiga peran sekaligus, yaitu sebagai penyedia tenaga kerja, produsen

dan konsumen. Keputusan curahan tenaga kerja rumahtangga baik pertanian

maupun di luar pertanian akan mempengaruhi proses produksi di pertanian.

Tujuan utama petani dalam berproduksi adalah meningkatkan taraf hidup melalui

usaha pengelolaan sumberdaya lahan, tenaga kerja dan modal, demikian juga

penghasilan petani padi baik dari pertanian maupun dari sumber lainnya akan

mempengaruhi tingkat pola pengeluaran rumahtangga.

Petani selama berperan sebagai produsen juga berperan sebagai konsumen,

suatu rumahtangga petani diasumsikan rasional dalam memaksimumkan

kepuasannya. Sebagai produsen, rumahtangga akan memproduksi lebih banyak

barang yang harganya relatif mahal dan lebih sedikit memproduksi barang yang

harganya murah. Sebagai konsumen, rumahtangga akan mengkonsumsi lebih

(36)

barang yang harganya relatif mahal. Sedangkan sebagai pemilik faktor tenaga

kerja, jika pendapatan yang diterima dari pekerjaan utama tidak mencukupi

seluruh kebutuhan rumahtangga, maka rumahtangga yang rasional akan mencari

alternatif pekerjaan lain di luar pekerjaan utamanya. Jika ada peningkatan

pendapatan dari upah, maka harga barang per satuan waktu menjadi lebih murah.

Hal ini mengakibatkan produksi rumahtangga kurang menguntungkan dan akan

terjadi pengalihan waktu untuk bekerja menjadi waktu luang. Jika penambahan

waktu luang sebesar pengurangan waktu bekerja di rumahtangga maka waktu

bekerja di pasar akan tetap. Perubahan pendapatan dan upah berpengaruh terhadap

alokasi penggunaan waktu seseorang dalam rumahtangga.

Berdasarkan uraian diatas maka menarik untuk diteliti tentang curahan

tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani pada lahan sawah

di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

1.2. Perumusan Masalah

Bertolak dari besarnya kontribusi sektor pertanian dalam kesempatan

kerja, ternyata produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian paling rendah

dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada tahun 2002 produktivitas sektor

pertanian Rp 1.69 juta per orang per bulan, tahun 2003 turun menjadi Rp 1.68 juta

per orang per bulan. Sedangkan sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan

air) mencapai angka Rp 54.94 juta per orang per bulan. Di sektor perdagangan

besar, perdagangan eceran, rumah makan dan hotel mencapai Rp 4.21 juta per

orang per bulan, dan merupakan urutan kedua terendah setelah pertanian.

Angka produktivitas tersebut mengandung arti bahwa kondisi pekerja di

(37)

pekerja di sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh terhadap

kesempatan kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut dapat

dipahami, apabila dikaitkan dengan kondisi umur, tingkat pendidikan, curahan

kerja, dan luas lahan petani (Antara, 2007).

Kabupaten Donggala memiliki jumlah rumahtangga pertanian sebesar 78

191 dan banyaknya anggota rumahtangga pertanian sebesar 341 693 orang.

Berdasarkan hasil survei pendapatan tahun 2004 menunjukkan bahwa 69.4 persen

dari penduduk usia kerja Sulawesi Tengah bekerja di bidang pertanian, dengan

kata lain mata pencaharian utama penduduk Sulawesi Tengah adalah bertani dan

pendapatan utamanya bersumber dari usahatani padi (BPS Kabupaten Donggala,

2005b

Produksi tanaman padi sawah di Kabupaten Donggala tahun 2003 sebesar

240 547 ton per hektar menurun menjadi 227 501 ton per hektar pada tahun 2004

dan pada tahun 2005 lebih menurun lagi produksinya menjadi 201 425 ton per

hektar demikian pula dengan luas panen yang juga menurun dari 52 005 hektar

tahun 2003 menjadi 44 861 hektar pada tahun 2005 (BPS Kabupaten Donggala,

2006). Salah satu penyebab semakin menurunnya produksi, diduga karena

perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang tersedia. Alokasi

waktu kerja dalam rumahtangga akan mempengaruhi tingkat produksi, pendapatan

dan pengeluaran rumahtangga. Adanya hubungan secara simultan dalam ekonomi

rumahtangga terjadi antara aktivitas produksi dan konsumsi, serta hubungannya

dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga. Begitupula dengan

produktivitas padi masih rendah dan juga menjadi permasalahan di tingkat petani

(38)

produktivitas sebesar 4,6 ton per hektar dan pada tahun 2005 turun menjadi 4.4

ton per hektar (BPS Kabupaten Donggala, 2006).

Salah satu penyebab semakin menurunnya produksi dan produkivitas,

diduga karena perilaku rumahtangga dalam mencurahkan waktu kerja yang

tersedia. Alokasi waktu kerja dalam rumahtangga akan mempengaruhi tingkat

produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga yang menyebabkan petani

tidak dapat mengandalkan pendapatannya hanya dari usahatani padi. Ini terlihat

pada data yang bersumber dari hasil survei pendapatan petani Sulawesi Tengah

tahun 2008 bahwa rata-rata pendapatan per kapita Sulawesi Tengah hanya sebesar

Rp 9 074 112.

Pada beberapa provinsi di Indonesia sebagian besar pendapatan

rumahtangga pertanian berasal dari sektor pertanian baik dari usahataninya

maupun buruh dan secara nominal pendapatan rumahtangga pertanian masih

tergolong kecil untuk hidup layak yaitu Rp 639 000–Rp 946 000 per bulan dengan

jumlah anggota rumahtangga sebesar 3–5 orang. Ini berarti bahwa pendapatan

perkapita Sulawesi Tengah masih masuk dalam kisaran tersebut sehingga petani

berusaha mencurahkan kerja bukan saja hanya pada usahataninya melainkan juga

pada usahatani atau kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatannya.

Menurut Yusdja (1985), bahwa rumahtangga pedesaan terdorong untuk

melakukan curahan tenaga kerjanya per tahun pada berbagai kegiatan baik di

sektor pertanian maupun non pertanian. Pekerjaan sebagai petani tidak menjamin

rumah tangga dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, banyak kendala yang

dihadapi, dimana petani mendapatkan penghasilan dari kegiatan produksinya.

(39)

eksternal. Rumahtangga pedesaan terdorong untuk melakukan curahan kerjanya

pertahun pada berbagai kegiatan. Menurut Sitorus (1994), seluruh kasus

rumahtangga miskin menerapkan strategi nafkah ganda yaitu tidak mengharapkan

hanya dari satu pekerjaan melainkan dari beberapa macam pekerjaan tergantung

musim dan kesempatan.

Melihat kenyataan tersebut, maka pengembangan kegiatan di dalam dan di

luar sektor pertanian perlu diberikan perhatian yang lebih besar guna

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Terlebih lagi menurut

(Susilowati et al., 2001), dengan adanya perubahan kondisi perekonomian

berdampak pada perubahan struktur ekonomi pedesaan khususnya masalah

kesempatan kerja dan pendapatan rumahtangga pedesaan. Dampak perubahan

tersebut sangat beragam antar wilayah tergantung kepada keragaman kondisi

agroekosistem dan tipe pertanian yang dikembangkan di wilayah tersebut.

Berdasarkan BPS Kabupaten Donggala (2006), bahwa dari hasil registrasi

penduduk akhir tahun 2004 diketahui jumlah penduduk Kabupaten Donggala

hanya sebesar 457 403 jiwa, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 486

316 jiwa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat

kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2004

kepadatan penduduk tercatat hanya sebesar 41 jiwa per km² dan pada tahun 2006

sebanyak 46 jiwa per km², dengan luas wilayah Kabupaten Donggala sebesar 10

471.71 km². Hal ini berarti bahwa pada wilayah Kabupten Donggala terjadi

peningkatan kepadatan penduduk.

Dengan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahun dan adanya

(40)

untuk pertanian menjadi semakin sempit, dan pemilikan lahan oleh petani juga

semakin sempit. Kondisi kepemilikan lahan yang sempit dan pemilikan modal

yang rendah di pedesaan merupakan kendala yang membatasi petani untuk meraih

pendapatan yang lebih tinggi dari usahataninya. Hal ini mengakibatkan petani

tidak dapat menggantungkan pemenuhan hidup rumahtangga dari usahataninya.

Hal inilah yang juga mendorong terjadinya alokasi curahan kerja rumahtangga

pada berbagai kegiatan, baik di sektor pertanian maupun sektor non pertanian.

Berdasarkan uraian di atas maka muncul beberapa pertanyaan: (1)

bagaimana pola alokasi curahan kerja di rumahtangga petani lahan sawah dan

mengapa produktivitas padi rendah? (2) apakah karena adanya kesempatan kerja

di non usahatani sehingga mempengaruhi curahan kerja di usahatani dan

faktor-faktor apa yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran

rumahtangga petani? Oleh karena keputusan curahan kerja berada pada lingkup

rumahtangga maka untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan pengetahuan

yang cukup tentang perilaku rumahtangga yaitu bagaimana curahan kerja,

pendapatan dan pengeluaran rumahtangga.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mempelajari perilaku

rumahtangga petani lahan sawah dalam kegiatan ekonomi di Kabupaten Donggala

Sulawesi Tengah. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga

petani lahan sawah

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan

(41)

Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang

berkaitan dengan curahan kerja, produksi, pendapatan, dan pengeluaran

rumahtangga petani lahan sawah khususnya pada usahatani padi dan non

usahatani, terutama dalam rangka meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya

manusia dan pendapatan petani agar lebih sejahtera.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah dengan unit

analisis rumahtangga petani padi. Rumahtangga yang juga memiliki sumber

pendapatan non pertanian. Penelitian mengkaji beberapa aspek kegiatan yaitu

alokasi curahan kerja, produksi, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani.

Keterbatasan penelitian ini antara lain (1) hanya meneliti kegiatan

ekonomi rumahtangga petani yaitu alokasi curahan kerja pada usahatani padi,

alokasi curahan kerja pada non usahatani, pendapatan dari usahatani padi,

pendapatan dari non usahatani dan pengeluaran rumahtangga, (2) hanya pada

usahatani padi karena kesulitan dalam mengakses data, dan (3) alokasi curahan

kerja pada non usahatani yaitu alokasi curahan kerja anggota rumahtangga pada

(42)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Curahan Kerja

Cukup banyak penelitian-penelitian terdahulu tentang curahan kerja dan

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan kerja pada kegiatan usahatani

seperti, Rochaeni dan Lakollo ( 2005) menjelaskan tentang curahan waktu kerja

pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga

pada usahatani. Curahan waktu kerja pada usahatani dibagi menjadi curahan

waktu kerja suami dan curahan waktu kerja isteri. Curahan waktu kerja suami

pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan waktu kerja suami pada usahatani

non padi, biaya tenaga kerja luar keluarga, pengeluaran total rumahtangga, umur

suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja isteri pada usahatani

dipengaruhi oleh curahan waktu kerja isteri pada non usahatani, biaya tenaga kerja

luar keluarga, pengeluaran total rumah tangga, dan jumlah anak balita.

Curahan waktu kerja pada non usahatani adalah jumlah waktu yang

dicurahkan anggota rumah tangga untuk kegiatan non usahatani. Curahan waktu

kerja pada non usahatani terdiri dari curahan waktu kerja suami dan curahan kerja

isteri, dan curahan waktu kerja anak. Curahan waktu kerja suami pada non

usahatani dipengaruhi oleh pendapatan suami pada non usahatani, curahan waktu

kerja pada usahatani, umur suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja

isteri pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan dari non usahatani, curahan

waktu kerja pada usahatani dan jumlah anak balita. Curahan waktu kerja anak

pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan anak pada non usahatani, umur

(43)

Nurmanaf (1989) dalam penelitiannya mengenai alokasi curahan kerja

rumahtangga pedesaan di Lampung menemukan bahwa curahan kerja

rumahtangga dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong yang ada pada

rumahtangga itu sendiri dan faktor penarik dari luar. Identifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi curahan kerja dibatasi pada faktor-faktor di tingkat

rumahtangga dan dirinci kedalam tiga sektor kegiatan yaitu, kegiatan usaha

pertanian, buruh pertanian dan luar pertanian. Faktor-faktor yang berpengaruh

pada curahan jam kerja rumahtangga, pendidikan, jumlah angkatan kerja

rumahtangga, luas lahan pertanian yang dimiliki, dan perbedaan agroekologi

daerah sawah dan lahan kering.

Menurut Soepriati (2006) bahwa curahan kerja untuk meningkatkan

produksi dipengaruhi oleh curahan kerja luar usaha terutama untuk tanaman padi

yang lebih banyak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Peningkatan curahan

kerja luar keluarga sangat dipengaruhi oleh besarnya upah yang diperoleh.

Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur,

pendapatan yang diharapkan. Curahan kerja pada usahatani dipengaruhi oleh

pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga

dan curahan kerja non usahatani.

Penelitian Sumaryanto (1989) menemukan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh nyata dalam penawaran tenaga kerja pada usahatani padi adalah

tingkat upah riil, luas lahan garapan, pendapatan di luar usahatani padi, status

garapan, faktor kelembagaan hubungan kerja, dan kondisi agroekosistem. Jumlah

anggota rumahtangga usia kerja, beban tanggungan dan harga gabah riil tidak

(44)

Mangkuprawira (1985) mengkaji alokasi dan kontribusi kerja anggota

keluarga di Sukabumi, Jawa Barat. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

tampak nyata alokasi suami dan istri dalam mencari nafkah dipengaruhi oleh

faktor-faktor demografis, ekonomi dan ekologi. Faktor imbalan kerja suami dan

istri berpengaruh nyata dan positif terhadap alokasi waktu suami dan istri dalam

mencari nafkah. Pola pengeluaran rumahtangga berhubungan nyata dengan

faktor-faktor pendapatan rumahtangga, pendidikan suami, tipe alokasi dan musim.

Tingkat partisipasi wanita diduga tergantung pada tiga faktor. Pertama,

dalam masyarakat yang tingkat fertilisasinya tinggi sehingga ukuran tenaga kerja

normal adalah tidak besar, wanita muda tidak berkarir dan tidak akses pada

pendidikan dan pelatihan. Kedua, jika rata-rata tingkat fertilisasi tinggi, fertilisasi

menekan aktivitas wanita. Kondisi tenaga kerja anak bisa digunakan sebagai

subtitusi bagi bentuk tenaga kerja yang lain, ini bisa timbul pada masyarakat kota

maupun desa yang berpenghasilan rendah. Pembatasan penggunaan tenaga kerja

anak, akan meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita, yang semestinya

disubtitusikan oleh tenaga kerja anak. Oleh karena itu bukan hanya dengan

menggalakkan penurunan tingkat kesuburan wanita, tetapi juga perbaikan posisi

bersaing wanita dalam pasar tenaga kerja, akan meningkatkan partisipasi tenaga

kerja wanita. Ketiga, aktivitas ekonomi wanita dibatasi oleh aktivitas

pemeliharaan anak. Hal ini juga tergantung pada ketersediaan tenaga kerja

alternatif untuk aktifitas pemeliharaan anak, terutama oportuniti biaya relatif

pemeliharaan anak terhadap pendapatan wanita (Standing, 1978)

Penyerapan tenaga kerja pada usahatani padi di Jawa Barat tanpa membedakan

(45)

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) pola hidup, (2) pemilikan aset

produktif, (3) keadaan sosial ekonomi rumahtangga, (4) tingkat upah, dan (5)

karakteristik yang melekat pada setiap anggota rumahtangga (Irawan,et al, 1988).

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, disimpulkan bahwa

curahan waktu kerja pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan

anggota rumahtangga baik pada kegiatan usahatani maupun non usahatani dan

secara umum bahwa curahan kerja suatu rumahtangga pada suatu kegiatan sangat

dipengaruhi oleh pendapatm yang diperoleh, jumlah anggota rumahtangga dan

pendapatan di luar usahatani. Sedangkan keputusan produksi dan konsumsi

rumahtangga saling terkait sehingga perlu dilakukan analisis secara simultan.

2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga

Pendapatan rumahtangga petani berasal dari berbagai sumber dengan

kontribusi masing-masingnya bervariasi antara daerah, agroekosistem, dan antara

kelompok pendapatan. Kontribusi sektor pertanian terhadap struktur pendapatan

rumahtangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya, aksesibilitas

terhadap penguasaan modal, ketrampilan dan teknologi, selain itu pula bahwa

jumlah anggota rumahtangga, luas lahan dan alokasi tenaga kerja juga dapat

mempengaruhi pendapatan rumahatangga. Sedangkan Pengeluaran rumahtangga

petani menunjukkan pola yang berbeda berdasarkan kelompok pendapatan,

agroekosistem, pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan

pengeluaran untuk investasi pendidikan. Pengeluaran untuk konsumsi pangan

tetap utama dan meningkat dengan peningkatan pendapatan.

Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumahtangga tidak hanya

(46)

tersebut melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber

pendapatan (Susilowatiet al, 2002)

Sejalan dengan hal tersebut maka Andriati (2003) menyatakan bahwa

sumber pendapatan rumahtangga petani terutama berasal dari pendapatan non

pertanian dan yang terbesar berasal dari pria. Untuk total pendapatan rumahtangga

petani per tahun, pendapatan agroekosistem dataran tinggi sedikit berbeda dari

dataran rendah karena adanya sumber pendapatan lain. Pengeluaran rumahtangga

petani menunjukkan pola yang berbeda berdasarkan kelompok pendapatan dan

agroekosistem. Pengeluaran untuk konsumsi pangan tetap utama dan meningkat

dengan peningkatan pendapatan, demikian pula pada agroekosistem dataran

rendah dan tinggi. Pengeluaran untuk konsumsi non pangan pada agroekosistem

dataran tinggi meningkat dengan peningkatan pendapatan, namun pada

agroekosistem dataran rendah konsumsi non pangan pada kelompok pendapatan

menengah lebih kecil dari kelompok pendapatan rendah. Pengeluaran untuk

investasi pada agroekosistem dataran rendah menitikberatkan pada investasi

pendidikan baik pada kelompok pendapatan tinggi, menengah, dan kelompok

pendapatan rendah. Pada agroekosistem dataran tinggi, titik berat investasi

pendidikan hanya pada kelompok pendapatan menengah. Sedang pada kelompok

pendapatan tinggi, investasi aset rumahtangga lebih diutamakan, namun kelompok

pedapatan rendah lebih mengutamakan investasi kesehatan. Berdasarkan hasil

penelitian Gunawan dan Sodikin (1990) menunjukkan bahwa pendapatan

rumahtangga petani di desa tanah kering lebih tinggi daripada daerah persawahan.

Becker (1985) menyatatakan bahwa pendapatan per jam wanita yang

(47)

kerja yang sama karena wanita yang sudah kawin mempunyai anak dan

bertanggungjawab atas pemeliharaannya. Fenomena meningkatnya partisipasi

angkatan kerja wanita disertai dengan menurunnya fertilitas. Penurunan tingkat

fertilitas berarti jumlah anak sedikit sehingga wanita mempunyai energi yang

lebih banyak dan waktu yang lebih fleksibel untuk masuk ke angkatan kerja.

Kontribusi sektor pertanian terhadap struktur pendapatan rumahtangga

pedesaan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya, aksesibilitas terhadap penguasaan

modal dan keterampilan, serta teknologi (Sudaryanto dan Syafaat 1993). Hasil

penelitian Hadi (1985), menyimpulkan bahwa beberapa faktor yang

mempengaruhi pencurahan tenaga kerja pada kegiatan di luar pertanian dan

pendapatan rumahtangga pedesaan yaitu: (1) jumlah anggota rumahtangga, (2)

jarak dari desa ke kota kabupaten terdekat, dan (3) pendapatan bersih per hari

pada kegiatan non pertanian. Alokasi tenaga kerja pedesaan pada berbagai sumber

pendapatan dimungkinkan karena tersedianya alternatif kesempatan kerja pada

berbagai bidang, terutama sektor non pertanian.

Chuzaimah (2006) menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan dan

pengeluaran petani peserta Rice Estate lebih besar dibandingkan petani non

peserta. Dimana luas lahan dan jumlah pestisida berpengaruh nyata terhadap

produksi peserta dan non peserta. Luas lahan, upah, pendapatan dari usahatani

dan usia kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap tenaga kerja keluarga pada

usahatani. Alokasi tenaga kerja di luar usahatani dan pendapatan total

berpengaruh nyata terhadap pendapatan di luar usahatani. Pendapatan total,

(48)

konsumsi pangan. Produksi tahun lalu, konsumsi pangan, dan total pendapatan

berpengaruh nyata terhadap stok peserta serta konsumsi pangan dan pendapatan

total terhadap non peserta. Pendidikan kepala keluarga berpengaruh nyata

terhadap rekreasi peserta dan pendapatan total, luas lahan dan dummy asal petani

terhadap non peserta.

Soepriati (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pola pengeluaran

rata-rata rumah tangga petani lahan sawah menunjukkan bahwa konsumsi pangan

lebih besar dari non pangan yang dipenuhi dari pendapatan non usahatani.

faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi usahatani padi, ubi jalar, dan ubi

kayu adalah kepemilikan lahan, curahan kerja keluarga dan penggunaan pupuk.

Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur,

dan pendapatan yang diharapkan. Curahan kerja pada usahatani dipengaruhi oleh

pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga

dan curahan kerja non usahatani. Pengeluaran konsumsi pangan sangat

dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan

pengeluaran untuk investasi pendidikan.

Hasil penelitian Sarasutha, et al, (2003) menunjukkan bahwa sumber

pendapatan rumahtangga petani di Sulawesi Tengah terutama berasal dari

usahatani tanaman pangan. Sedangkan dari sektor non pertanian berasal dari

dagang, usaha atau pekerja jasa, buruh bangunan, buruh industri, pegawai negeri

atau pegawai swasta, dan lain-lain. Sumber pedapatan rumahtangga petani yang

mengusahakan komoditas pangan sebagian besar 92.37 persen berasal dari sektor

(49)

pangan memberikan kontribusi terbesar 43.60 persen, kontribusi pendapatan yang

cukup besar juga didapatkan dari usahatani perkebunan 28.14 persen dan

usahatani ternak 13.92 persen.

Pengeluaran dari kelompok makanan padi-padian terhadap total

pengeluaran pangan memiliki kontribusi terbesar baik secara agregat, daerah kota,

maupun bagi rumahtangga dengan kelas pendapatan berbeda. Terdapat

kecendrungan pangsa pengeluaran kelompok padi-padian di kota lebih rendah

daripada di desa serta juga terdapat kecendrungan pangsa tersebut makin rendah

dengan makin tingginya pendapatan. Untuk kelompok ikan, daging, telur dan

susu, kacang-kacangan, buah-buahan, makanan dan minuman jadi, pangsa

pengeluaran masing-masing kelompok tersebut bagi rumahtangga di kota lebih

tinggi daripada di desa (Sarasutha,et al, 2003)

Pengeluaran rumahtangga petani yang mengusahakan komoditas pangan

sebesar 58.16 persen, merupakan pengeluaran pangan Pengeluaran terbesar untuk

makanan pokok berupa lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 40.86 persen.

Pengeluaran non pangan sebesar 41.84 persen dengan persentase terbesar

pengeluaran untuk bahan bakar dan penerangan sebesar 9.26 persen serta

pendidikan sebesar 8.65 persen. Rata-rata pengeluaran rumahtangga petani

Sulawesi Tengah sebesar 60.04 persen berupa pengeluaran pangan, sedangkan

pengeluaran untuk makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 36.82

persen. Pengeluaran non pangan sebesar 39.96 persen dengan pengeluaran

terbesar untuk bahan bakar dan penerangan sebesar 11.87 persen.

Pengeluaran rumahtangga yang mengusahakan komoditas padi sawah

(50)

berupa makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah sebesar 34.04 persen.

Pengeluaran non pangan sebesar 46.42 persen dengan pengeluaran terbesar berupa

bahan bakar dan penerangan sebesar 11.50 persen, pengeluaran lain-lain untuk

upacara keagamaan sebesar 4.96 persen (Sarasutha,et al, 2003) .

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut nampaknya bahwa sumber

pendapatan rumahtangga dapat berasal dari pendapatan disektor pertanian maupun

non pertanian, sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan

seperti jumlah anggota keluarga, alokasi tenaga kerja dan sebagainya. Sedangkan

pengeluaran konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga,

jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi pendidikan.

2.3. Studi Empiris Model Ekonomi Rumahtangga

Model ekonomi rumahtangga petani (agricultural household model)telah

dicoba diaplikasikan untuk menjelaskan perilaku ekonomi rumahtangga petani

oleh beberapa peneliti seperti, Rosalinda (2004) dalam penelitiannya yang

berjudul ”Kajian Curahan Tenaga Kerja, Produksi dan Konsumsi Rumahtangga

Petani Lahan Kering di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sukabumi

menyimpulkan bahwa orientasi petani padi gogo mengarah pada usahatani

subsisten, yang disebabkan oleh penguasaan lahan yang relatif sempit dan

minimnya sumber uang tunai untuk membeli input tunai serta harga gabah yang

tidak memadai. Penggunaan tenaga kerja keluarga pada lahan ini dipengaruhi

oleh luas areal, total pendapatan rumahtangga dan ukuran keluarga. Kegiatan

produksi dipengaruhi oleh biaya penggunaan saprotan, umur petani, dan proporsi

nilai produksi padi gogo terhadap produksi total, sedangkan konsumsi pangan

(51)

usahatani lahan sawah. Selain itu ia juga menemukan bahwa semakin besar total

pendapatan yang diterima rumahtangga petani maka semakin sedikit tenaga kerja

keluarga yang dicurahkan pada usahatani lahan gogo dan semakin besar nilai

produksi usahatani, semakin besar bagian produksi yang dikonsumsi.

Ongge (2001) dengan penelitiannya yang berjudul ”Analisis Curahan

Kerja Wanita dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumahtangga Petani di

Kabupaten Jayawijaya-Irian Jaya” menemukan bahwa pria dan wanita berada

dalam posisi yang tidak setara. Hal ini terlihat dari curahan kerja wanita yang

lebih besar dibanding pria pada kegiatan usahatani, tetap keputusan dalam

rumahtangga tetap didominasi oleh pria.

Dirgantoro (2001) dalam penelitiannya yang berjudul ”Alokasi Tenaga

Kerja dan Kaitannya dengan Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani

Sawi” menemukan bahwa secara keseluruhan kenaikan harga sawi dan upah di

luar pertanian serta kombinasi keduanya akan meningkatkan curahan tenaga kerja

rumahtangga, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani sawi.

Perilaku rumahtangga petani padi dalam kegiatan ekonomi di Jawa Barat

menunjukkan bahwa produksi padi sangat dipengaruhi oleh luas sawah garapan,

pendapatan bersih usaha padi dan curahan tenaga kerja baik laki-laki maupun

perempuan (Andriati, 2003). Data sekunder panel petani nasional Jawa Barat

dipergunakan dalam studi ini dengan menggunakan model ekonometrika yang

dianalisis secara simultan, sedangkan analisis dampak perubahan harga input dan

output usahatani dilakukan dengan metode simulasi.

Model ekonomi rumahtangga petani dengan menggunakan model simultan

(52)

dilakukan oleh Asmarantaka (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kenaikan harga output mempunyai dampak positif terhadap produksi dan

penggunaan input, terutama di desa pangan. Kenaikan harga input berdampak

negatif terhadap produksi, terutama di desa pangan padi. Hal yang sama, kenaikan

penggunaan tenaga kerja keluarga yang diiringi dengan kenaikan harga input dan

output mempunyai dampak positif terhadap produktivitas usahatani dan

pendapatan rumahtangga petani terutama di desa pangan padi. Di desa kebun,

kenaikan investasi alat-alat pertanian berdampak positif terhadap produksi kebun

dan pendapatan total.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ekonomi

rumahtangga dalam model ekonomi rumahtangga petani maka terdapat

komponen-komponen peubah yang menjadi unsur utama yang membentuk

keterkaitan perilaku ekonomi rumahtangga petani, yaitu: kegiatan produksi,

(53)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga

Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam

penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

sebagai pengambilan keputusan baik dalam kegiatan produksi maupun kegiatan

konsumsi yang hubungannya dengan alokasi waktu produktif dan non produktif

serta pendapatan rumahtangga yang diperoleh.

Menurut Becker (1976) bahwa ada dua proses dalam perilaku

rumahtangga yaitu proses produksi dan konsumsi yang mempunyai keterkaitan

sangat erat yang harus dianalis secara bersama-sama. Becker menerapkan fungsi

kepuasan sederhana dari konsumsi barang-barang dalam ekonomi rumahtangga,

sehingga fungsi kepuasan rumahtangga dikemukakan Becker sebagai berikut :

U = U (Z1, Z2, ...,Zm) ...(3.1)

dimana:

Zi = produk yang dihasilkan oleh rumahtangga (i = 1,2,…….m)

Produk yang dihasilkan oleh rumahtangga ini merupakan fungsi produksi

dari:

Zi = fi (xi, Ti) ………..………(3.2)

dimana:

xi = barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar.

Ti = waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang Z ke i

Dalam memaksimumkan kepuasannya, rumahtangga dibatasi oleh kendala

(54)

w T V I x

p i w

m

i = = +

1 ...(3.3) w c m

i T T T

T = = −

1

...(3.4)

dimana:

pi = harga barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar

Tw = waktu yang digunakan untuk bekerja

W = upah per unit Tw

V = pendapatan selain upah

Tc = jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengkonsumsi

T = jumlah waktu yang tersedia

I = Pendapatan rumahtangga

Dengan berdasarkan konsep dikemukakan oleh Strauss (1986), yang

menggunakan comparative statics untuk melihat secara terpisah antara

pendapatan dan pembelanjaan suatu rumahtangga, maka dalam penelitian ini

diasumsikan rumahtangga mengkonsumsi yaitu leisure (Xl), barang yang dibeli di

pasar (Xm) dan barang yang dihasilkan rumahtangga (Xu), sehingga fungsi utilitas

rumahtangga adalah:

U = U (Xl, Xm, Xu) ……….………...(3.5)

dimana Xuadalah barang yang dihasilkan oleh rumahtangga dari usahatani padi,

ada yang dikonsumsi dan ada yang dijual. Dalam memaksimumkan utilitasnya,

rumahtangga dibatasi oleh kendala anggaran:

Y = i

L i iX p

= 1 ………(3.6) dimana:

Y = full income rumahtangga

(55)

dalam hal ini full income sama dengan nilai dari waktu yang tersedia

ditambah dengan nilai produksi rumahtangga dikurangi nilai dari input variabel

dan nilai dari non upah seperti yang terlihat pada persamaan berikut:

Y = p T q Q qVi pLL E

N i i j M j j

L +

− +

=

=1 1

………

(3.7)

dimana:

T = waktu yang tersedia

Qj = output untuk j = 1, ………….., M

Vi = input-input variabel selain tenaga kerja, untuk i = 1, ……..,N

L = permintaan tenaga kerja

qj = harga Qj

qi = harga Vi

E = pendapatan yang bukan dari produksi rumahtangga

Untuk menghasilkan barang Qs dan semua barang yang dapat dijual di

pasar, rumahtangga menggunakan tenaga kerja (L), input variabel (V) dan input

tetap (K). Fungsi lagrangnya dapat dituliskan:

= U (Xl, Xm, Xu) +λ[pLT + (qjQu – pLL - qvV) + E – pLXL – pmXm –

puXu] + µG(Qu L, V, K) ...………...(3.8)

dimana syarat pertama yang harus dipenuhi adalah turunan pertama dari fungsi

tersebut harus sama dengan 0, sehingga turunan parsialnya sebagai berikut:

0 £ = − = ∂ ∂ L L l p U

X λ ...(3.9)

0 £ = − = ∂ ∂ m m m p U

X λ ...(3.10)

0 £ = − = ∂ ∂ u u u p U

(56)

0 ) ( ) ( £ = + − − − + − − = ∂ ∂ E X p V p X Q p L X T

pL l u u u v m m

λ ...(3.12) 0 Q £ = + = ∂ ∂ u u G p

u λ µ atau pu λGu

µ λ∂ = + ∂ u Q £ 1 ... (3.13) 0 £ = + − = ∂ ∂ L L G p

L λ µ atau pL λGL

µ λ∂ =− + ∂ L £ 1 ... (3.14) 0 £ = + = ∂ ∂ v v G p

V λ µ atau pv λGv

µ λ∂ =− + ∂ V £ 1 ... (3.15) 0 ) , , , , , , ( £ = = ∂ ∂ K V L Q Q Q Q

G s p b u

µ ...(3.16)

fungsi permintaan rumahtangga terhadapleisuredan barang diperoleh dari

persamaan (3.9) hingga (3.12) bila persamaan-persamaan tersebut diselesaikan

secara simultan. Adapun fungsi permintaan rumahtangga terhadap leisure dan

barang adalah sebagai berikut:

Da = Da (pu, pL, pv,Y); a = Xl, Xm, Xu ...(3.17)

fungsi penawar

Gambar

Tabel 1. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten Donggala
Gambar 2. Efek Peningkatan Non Labor Income pada Perilaku Kerja
Gambar 3. Diagram Model Dasar Rumahtangga Petani
Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Panaman Padi Sawah menurutKecamatan di Kabupaten Donggala Tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara berbagi informasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, dan kecukupan anggaran

Dari Gambar 10 dan 11 perubahan ukuran citra dalam hal ini besar nilai piksel dari citra yang dalam proses penyisipan dan ekstraksi dengan metode LSB berpengaruh pada

a) Alat pelajaran, adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran. Contohnya buku, alat tulis, dan alat praktik. b) Alat peraga, adalah alat bantu

belajarpun menjadi rendah sedangkan selama proses belajarnya, siswa memerlukan dorongan (motivasi) yang dapat memberikan kekuatan agar siswa mampu mencapai hasil yang

Dari hasil penelitian lapangan dan hasil analisis yang telah dituangkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang relevan diajukan dari penelitian Analisis

: Ruang Sidang Pengadilan Tata Usaha Negara Jl.. Abdulrahman Saleh Nomor

Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan yang selanjutnya disebut UNPK adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik program Paket A, Paket B,

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebaikbaiknya. BUDIYANI