• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Aktivitas Kerja Manual Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara Aktivitas Kerja Manual Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : CHINDY TANIA

120100381

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh : CHINDY TANIA

120100381

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Nyeri punggung bawah merupakan keluhan muskuloskeletal yang masih sering terjadi pada perawat akibat aktivitas kerja manual handling, yaitu melakukan kegiatan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan objek.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat. Penilaian

manual handling dan nyeri punggung bawah dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Desain penelitian menggunakan metode cross sectional yang dilakukan terhadap 73 responden di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Dari 73 responden yang dianalisis dijumpai nyeri punggung bawah sebesar 31,5% dan 68,5% yang tidak nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah paling banyak dijumpai pada perempuan sebesar 95,7%. Responden dengan aktivitas manual handling intensitas tinggi sebesar 28,8%. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas kerja

manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah (p=0,06).

Dari penelitian ini keluhan nyeri punggung bawah lebih banyak dijumpai pada perempuan. Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas manual handling dengan nyeri punggung bawah.

(5)

ABSTRACT

Low back pain is the most frequent musculosceletal complaint among nurses due to manual handling, activity that is related by lifting, lowering, pushing, pulling, carrying, and moving object.

The purpose of this study is to find out the association between manual handling and low back pain among nurses. Assessment of manual handling and low back pain was measured using questionnaire. The design of this study using cross sectional, which was performed on 73 respondents in Haji Adam Malik Hospital.

From 73 respondents analyzed, 31,5% with low back pain and 68,5% without low back pain. The most frequent low back pain was found in female (95,7%). High intensity in manual handling activity found in 28,8% respondents. There was no significant association between manual handling activity with low back pain (p=0,06).

From this study, the most low back pain complaints was found in female nurses. This study showed that manual handling activity was not significantly associated with low back pain.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan antara Aktivitas Kerja Manual Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dengan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Fasihah Irfani Fitri, Sp.S selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam memberikan masukan, arahan, dan bimbingan serta nasihat selama proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Hj. T. Kemala Intan, M.Pd selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan serta nasihat selama proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

4. dr. M. Surya Husada, Sp.KJ selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan serta nasihat selama proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

5. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama menempuh pendidikan.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan didikan yang telah diberikan.

(7)

8. Saudara kandung penulis, yaitu Irene Ester Ronauly Situmorang, A.Md., Andrey Richi Situmorang, dan Jessica Tiodhora Situmorang yang selalu mendukung penulis.

9. Sahabat-sahabat penulis yang telah memberikan saran, kritik, dan dukungan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

10. Responden yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 17 Desember 2015 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ...i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

DAFTAR SINGKATAN ...xi

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...2

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan Penelitian ...2

1.4. Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1. Anatomi Punggung Bawah ...4

2.1.1. Vertebra Lumbalis Tipikal dan Os Sacrum ...5

2.1.2. Otot-Otot Punggung ...7

2.1.3. Sendi-Sendi Columna Vertebralis di Bawah Axis ...8

2.1.4. Gerakan Columna Vertebralis ...10

2.2. Nyeri Punggung Bawah ...11

2.2.1. Definisi ...11

2.2.2. Etiologi ...11

2.2.3. Faktor Risiko ...13

2.2.4. Subtipe ...14

2.2.5. Patofisiologi ...15

2.2.6. Gejala ...17

2.2.7. Penegakkan Diagnosa ...17

2.2.8. Penatalaksanaan ...18

2.3. Ergonomi ...19

2.3.1. Definisi Ergonomi ...19

2.3.2. Aspek Ergonomi ...20

2.3.3. Definisi Manual Handling ...21

2.3.4. Klasifikasi Manual Handling ...21

2.4. Risiko dan Bahaya Manual Handling ...24

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...27

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...27

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ...27

3.3. Hipotesis ...28

BAB 4 METODE PENELITIAN ...29

4.1. Jenis Penelitian ...29

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...29

4.3. Populasi dan Sampel ...29

4.3.1. Populasi Penelitian ...29

4.3.2. Sampel Penelitian ...29

4.3.2.1. Besar Sampel ...29

4.3.2.2. Kriteria Inklusi ...30

4.3.2.3. Kriteria Eksklusi ...30

4.4. Teknik Pengumpulan Data ...30

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ...31

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...32

5.1. Hasil Penelitian ...32

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...32

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian ...32

5.1.3. Hasil Analisa Data ...34

5.2. Pembahasan ...35

5.2.1. Analisis Karakter Sampel Penelitian ...35

5.2.2. Hubungan antara Aktivitas Manual Handling dengan Nyeri Punggung Bawah ...37

5.3. Keterbatasan Penelitian ...38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...39

6.1. Kesimpulan ...39

6.2. Saran ...39

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2.1 Etiologi Nyeri Punggung Bawah ... 11

2.2 The work relatedness of low back disorders: overview of the risk factors ... 13

3.1 Definisi Operasional ... 27

5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian ... 33

5.2 Distribusi Frekuensi Nyeri Punggung Bawah ……… 34

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Tulang Belakang ... 4

Gambar 2.2 Vertebra Lumbal ... 6

Gambar 2.3 Discus Intervertebralis ... 9

Gambar 2.4 Ligamen pada Vertebra ... 10

Gambar 2.5 Compression of L5 and S1 roots by herniated disks.. 16

Gambar 2.6 Pendekatan Ergonomi ... 20

Gambar 2.7 Kegiatan Mengangkat/Menurunkan ... 22

Gambar 2.8 Kegiatan Mendorong/Menarik ... 22

Gambar 2.9 Kegiatan Memutar ... 23

Gambar 2.10 Kegiatan Membawa ... 23

Gambar 2.11 Kegiatan Menahan ... 23

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Ethical Clearence

Lampiran 3 Surat Pengantar MEU FK USU Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Lembar Penjelasan Lampiran 6 Lembar Persetujuan Lampiran 7 Kuesioner Penelitian Lampiran 8 Data Induk

(13)

DAFTAR SINGKATAN

EU-OSHA European Union information agency for occupational safety

and health

GBD Global Burden of Disease

HSE Health and Safety Executive

IHME Institute for Health Metrics and Evaluation

MMH Manual Material Handling

MSDs Musculoskeletal Disorders

OSHA Occupational Safety and Health Administration

PERDOSSI Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia RSCM Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

SPSS Statistical Package for Special Science

WHO World Health Organization

WorkCover NSW WorkCover New South Wales

(14)

ABSTRAK

Nyeri punggung bawah merupakan keluhan muskuloskeletal yang masih sering terjadi pada perawat akibat aktivitas kerja manual handling, yaitu melakukan kegiatan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan objek.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat. Penilaian

manual handling dan nyeri punggung bawah dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Desain penelitian menggunakan metode cross sectional yang dilakukan terhadap 73 responden di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Dari 73 responden yang dianalisis dijumpai nyeri punggung bawah sebesar 31,5% dan 68,5% yang tidak nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah paling banyak dijumpai pada perempuan sebesar 95,7%. Responden dengan aktivitas manual handling intensitas tinggi sebesar 28,8%. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas kerja

manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah (p=0,06).

Dari penelitian ini keluhan nyeri punggung bawah lebih banyak dijumpai pada perempuan. Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas manual handling dengan nyeri punggung bawah.

(15)

ABSTRACT

Low back pain is the most frequent musculosceletal complaint among nurses due to manual handling, activity that is related by lifting, lowering, pushing, pulling, carrying, and moving object.

The purpose of this study is to find out the association between manual handling and low back pain among nurses. Assessment of manual handling and low back pain was measured using questionnaire. The design of this study using cross sectional, which was performed on 73 respondents in Haji Adam Malik Hospital.

From 73 respondents analyzed, 31,5% with low back pain and 68,5% without low back pain. The most frequent low back pain was found in female (95,7%). High intensity in manual handling activity found in 28,8% respondents. There was no significant association between manual handling activity with low back pain (p=0,06).

From this study, the most low back pain complaints was found in female nurses. This study showed that manual handling activity was not significantly associated with low back pain.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyeri dan ketidaknyamanan dari daerah leher hingga punggung bawah merupakan keluhan yang sering dijumpai pada masyarakat luas (Holmberg & Thelin, 2006). Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi pada kehidupan sehari-hari (Tucer dkk, 2009). Menurut Burdoff et al (2003) dalam Fajrin (2009), diperkirakan 60-85% dari seluruh masyarakat di dunia ini pernah mengalami nyeri punggung bawah semasa hidupnya (lifetime prevalence).

Di dalam The Global Burden of Disease (GBD) Study 2010, studi yang dilakukan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), nyeri punggung bawah menempati urutan pertama sebagai penyebab tahun kehidupan dengan disabilitas atau Years Lived with Disability (YLDs) (Vos dkk, 2012).

Prevalensi nyeri punggung bawah di dunia berdasarkan GBD yaitu 9,4% (Hoy dkk, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002 menemukan prevalensi penderita nyeri punggung bawah sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia dan migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang juga dilakukan di 14 kota di Indonesia oleh kelompok studi nyeri PERDOSSI tahun 2002 ditemukan 18,1% penderita nyeri punggung bawah (Johannes, 2010).

(17)

Manual material handling (MMH) merupakan penyebab tersering kelelahan kerja dan nyeri punggung bawah (Canadian Centre for Occupational Health and Safety, 2013). Menurut Tarwaka (2010) dalam Primala (2012), aktivitas kerja

manual handling adalah suatu rangkaian aktivitas ataupun pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, membawa atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua tangan maupun dengan pengerahan seluruh badan.

Di dunia, prevalensi kejadian nyeri punggung bawah yang timbul akibat pekerjaan berdasarkan GBD sebesar 37% (Punnett dkk, 2005). Pada penelitian yang dilakukan oleh Murtezani dkk (2011) di Prishtina, prevalensi nyeri punggung bawah pada 430 pekerja industri sebesar 61,6%. Penelitian yang dilakukan terhadap 165 pekerja konstruksi di Arab Saudi, menunjukkan prevalensi nyeri punggung bawah sebesar 50% (Alghadir & Anwer, 2015). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan terhadap 36 paramedis (perawat dan bidan) di RSUD Leuwiliang Bogor, menunjukkan 30 sampel mengeluhkan nyeri punggung bawah dengan presentase: (1) kategori ringan 46,7% , (2) kategori sedang 40% , dan (3) kategori berat terkontrol 13,3% (Asruhi, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa nyeri punggung bawah sering dijumpai pada pekerja yang melakukan aktivitas manual handling. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara aktivitas kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di RSUP Haji Adam Malik.

1.2. Rumusan Masalah

(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi aktivitas kerja manual handling yang dilakukan oleh perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Mengetahui adanya keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. Menganalisis hubungan antara aktivitas kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk: 1. Institusi Pendidikan

Sebagai masukan untuk memberikan informasi tambahan dalam bidang ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat.

2. Masyarakat

Sebagai informasi bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap nyeri punggung bawah akibat aktivitas kerja manual handling.

3. Peneliti

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Punggung Bawah

Menurut Snell (2012), columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ektremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medulla spinalis, radix nervi spinalis, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna vertrebalis. Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra, yaitu 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bergabung membentuk os sacrum), dan 4 vertebra coccygea (tiga yang di bawah umumnya bersatu). Struktur columna ini fleksibel, karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun dari vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis. Discus intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang kolumna.

Gambar 2.1 Tulang Belakang Sumber: SpineUniverse, 2013

(20)

vertebrale, yang dilalui oleh medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya. Arcus vertebrae terdiri atas sepasang pediculus yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi arcus, dan sepasang lamina yang pipih yang melengkapi arcus pada daerah posterior (Snell, 2012)

Arcus vertebrae mempunyai tujuh processus yaitu satu processus spinosus, dua processus transversus, dan empat processus articularis. Processus spinosus atau spina, menonjol ke posterior dari pertemuan kedua lamina. Processus transversus menonjol ke lateral dari pertemuan lamina dan pediculus. Processus spinosus dan processus transversus berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat melekatnya otot dan ligamentum. Processus articularis terletak vertikal dan terdiri dari dua processus articularis superior dan dua processus articularis inferior. Processus ini menonjol dari pertemuan antara lamina dan pediculus, dan facies articularisnya diliputi oleh kartilago hialin. Kedua processus articularis superior dari sebuah arcus vertebrae bersendi dengan kedua processus articularis inferior dari arcus yang ada diatasnya, membentuk sendi sinovial (Snell, 2012).

Pediculus mempunyai lekuk pada pinggir atas dan bawahnya, membentuk incisura vertebralis superior dan inferior. Pada masing-masing sisi, incisura vertebralis superior sebuah vertebra dan incisura vertebralis inferior vertebra di atasnya membentuk foramen intervertebrale. Foramina ini pada kerangka yang bersendi berfungsi sebagai tempat lewatnya nervus spinalis dan pembuluh darah. Radix anterior dan posterior nervi spinalis bergabung di dalam foramina ini, bersama dengan pembungkus duramaternya membentuk saraf spinalis segmentalis (Snell, 2012).

2.1.1. Vertebra Lumbalis Tipikal dan Os Sacrum

Menurut Snell (2012), sebuah vertebra lumbalis tipikal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Corpus besar dan berbentuk ginjal.

2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang. 3. Lamina tebal.

(21)

5. Processus transversus panjang dan langsing.

6. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan mengarah ke belakang.

7. Facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial dan facies articularis processus articularis inferior menghadap ke lateral.

Gambar 2.2 Vertebra Lumbal Sumber: Medscape, 2014

Vertebra lumbalis tidak mempunyai facies articularis untuk bersendi dengan costa dan tidak ada foramina pada processus transversus.

Os sacrum terdiri atas lima vertebra rudimenter yang bergabung menjadi satu membentuk sebuah tulang berbentuk baji, yang cekung di anterior. Pinggir atas atau basis tulang bersendi dengan vertebara lumbalis V. Pinggir bawah yang sempit bersendi dengan os coccygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan dua os coxae untuk membentuk articulatio sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra S1 menonjol ke depan sebagai margo posterior apertura pelvis superior dan dikenal sebagai promontorium sacralis. Promontorium sacralis pada wanita penting untuk obstetrik dan digunakan pada saat menentukan ukuran pelvis (Snell, 2012).

(22)

anteriores dan posteriores nervi spinales sacrales dan coccygeales, filum terminale, dan zat fibroadiposa. Juga berisi bagian bawah spatium subarachnoideum, ke bawah sampai setinggi pinggir bawah vertebra S2. Permukaan anterior dan posterior sacrum mempunyai empat foramen pada setiap sisi, untuk tempat lewatnya rami anteriores dan posteriores empat nervi spinales sacrales bagian atas (Snell, 2012).

2.1.2. Otot-Otot Punggung

Menurut Snell (2012), otot-otot punggung dapat dibagi dalam tiga kelompok:

1. Otot-otot superficial yang berhubungan dengan cingulum membri superioris.

2. Otot-otot intermedia yang ikut menggerakkan cavea thoracis.

3. Otot-otot profunda atau postvertebralis yang terdapat pada columna vertebralis.

Otot-otot postvertebra berkembang dengan baik pada manusia dan membentuk tiang jaringan otot yang lebar dan tebal, yang menempati rongga di kanan kiri processus spinosus columna vertebralis. Processus spinosus dan processus transversus vertebrae berfungsi sebagai pengungkit yang mempermudah kerja otot. Otot-otot terpanjang terletak superficial dan berjalan dari sacrum ke angulus costae, processus transversus, dan processus spinosus vertebrae bagian atas. Otot-otot dengan panjang sedang (intermedia) berjalan miring dari processus transversus ke processus spinosus. Serabut otot yang terpendek dan terdalam berjalan diantara processus spinosus dan di antara processus transversus vertebrae yang berdekatan. Otot-otot punggung dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Snell, 2012):

 Otot-otot Superficial yang Berjalan Vertikal.

 Musculus erector spinae: musculus iliocostalis, musculus longissimus, dan musculus spinalis.

(23)

 Musculus transversospinalis: musculus semispinalis, musculi multifidi, dan musculi rotatores.

 Otot-otot Profunda: musculi interspinales dan musculi intertransversarii. Trigonum lumbalis merupakan trigonum musculare punggung, yaitu lokasi dimana pus dapat muncul dari dinding abdominal. Batas-batasnya adalah musculus latissimus dorsi, pinggir posterior musculus obliquus abdominis externus dan crista iliaca (Snell, 2012).

Otot-otot punggung terbanyak dipersarafi oleh ramus posterior nervi spinalis, tetapi beberapa otot dipersarafi oleh ramus anterior nervi spinalis. Musculi intertransversarii anteriores cervicis dipersarafi oleh ramus anterior nervi spinalis (Moore dan Agur, 2002).

2.1.3. Sendi-Sendi Columna Vertebralis di Bawah Axis

Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan dilapisi oleh lempeng tulang rawan hialin yang tipis. Di antara lempeng tulang rawan tersebut, terdapat discus intervertebralis yang tersusun dari jaringan fibrocartilago. Discus intervertebralis paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat di mana paling banyak terjadi gerakan columna vertebralis. Discus ini berperan sebagai peredam benturan bila beban pada columna vertebralis mendadak bertambah. Sayangnya daya pegas ini berangsur-angsur menghilang dengan bertambahnya usia (Snell, 2012).

Ketebalan discus intervertebralis di berbagai daerah berbeda satu dari yang lain; discus intervertebralis yang paling tebal terdapat di daerah lumbal dan yang paling tipis di daerah torakal sebelah kranial. Di daerah servikal dan daerah lumbal discus intervertebralis lebih tebal di sebelah ventral dan lebih merata ketebalannya di daerah torakal (Moore dan Argur, 2002).

(24)

terletak sedikit ke pinggir posterior daripada pinggir anterior discus. Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan yang menempel pada discus diliputi oleh cartilago hialin yang tipis (Snell, 2012).

Gambar 2.3 Discus Intervertebralis Sumber: Mayfield Clinic, 2013

Sifat setengah cair nucleus pulposus memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat menjungkit ke depan atau ke belakang di atas yang lain. Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada columna vertebralis menyebabkan nucleus pulposus yang semi cair ini menjadi gepeng dan keadaan ini diakomodasi oleh daya pegas di sekeliling anulus fibrosus. Kadang-kadang, dorongan keluar ini terlalu kuat bagi anulus, sehingga anulus menjadi robek dan nucleus pulposus keluar dan menonjol ke dalam canalis vertebralis, di mana nucleus ini dapat menekan radix nervi spinalis, nervus spinalis, atau bahkan medulla spinalis (Snell, 2012).

Ligamentum longitudinale anterius dan posterius berjalan turun sebagai sebuah pita utuh pada permukaan anterior dan posterior columna vertebralis dari cranium sampai ke sacrum. Ligamentum longitudinale anterius lebar dan melekat dengan kuat pada pinggir depan dan samping corpus vertebrae, dan pada discus intervertebralis. Ligamentum longitudinale posterius lemah dan sempit dan melekat pada pinggir posterior discus.

(25)

 Ligamentum supraspinale: berjalan di antara ujung-ujung processus spinosus yang berdekatan.

 Ligamentum interspinale: menghubungkan processus spinosus yang berdekatan.

 Ligamentum intertransversaria: berjalan di antara processus transversus yang berdekatan.

 Ligamentum flavum: menghubungkan lamina dari vertebra yang berdekatan.

Gambar 2.4 Ligamen pada Vertebra Sumber: SpineUniverse, 2014

Sendi-sendi antara corpus vertebrae dipersarafi oleh cabang kecil meningea masing-masing saraf spinal. Saraf ini berasal dari nervus spinalis pada saat saraf ini keluar dari foramen intervertebrale. Kemudian saraf ini masuk kembali ke dalam canalis vertebralis melalui foramen intervertebrale dan menyarafi meningen, ligamenta, dan discus intervertebralis. Sendi-sendi antara processus articularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari rami posteriores nervi spinales. Sendi-sendi pada setiap tingkat menerima serabut saraf dari dua nervus spinalis yang berdekatan (Snell, 2012).

2.1.4. Gerakan Columna Vertebralis

(26)

 Fleksi adalah gerakan ke depan, dan ekstensi adalah gerakan ke belakang. Keduanya dapat dilakukan dengan leluasa di daerah cervical dan lumbal, tetapi terbatas pada daerah thoracal.

 Fleksi lateral adalah melengkungnya tubuh ke salah satu sisi. Gerakan ini mudah dilakukan di daerah cervical dan lumbal, tetapi terbatas di daerah thoracal.

 Rotasi adalah gerakan memutar columna vertebralis. Gerakan ini sangat terbatas di daerah lumbal.

 Sirkumduksi adalah kombinasi dari seluruh gerakan-gerakan di atas.

Di daerah lumbal, fleksi dilakukan oleh musculus rectus abdominis dan musculi psoas. Ekstensi dilakukan oleh musculi postvertebrales. Fleksi lateral dilakukan oleh musculi postvertebrales, musculus quadratus lumborum, dan otot-otot serong dinding anterolateral abdomen. Musculus psoas mungkin ikut dalam gerakan ini. Gerakan rotasi dilakukan oleh otot-otot rotator dan otot-otot serong dinding anterolateral abdomen (Snell, 2012).

2.2. Nyeri Punggung Bawah 2.2.1. Definisi

Nyeri punggung bawah ialah perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliakal. Nyeri punggung bawah sering disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki (Harsono dan Soeharso, 2009).

2.2.2. Etiologi

Menurut Engstrom (2006), penyebab nyeri punggung bawah yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.1 Etiologi Nyeri Punggung Bawah 1. Kongenital atau

perkembangan

 Spondilolisis dan spondilolistesis  Kifoskoliosis

Spina bifida occulta

(27)

2. Trauma minor  Strain (cedera akibat peregangan yang berlebihan) atau sprain (keseleo)

3. Fraktur  Traumatik: jatuh, kecelakaan lalu lintas  Atraumatik: osteoporosis, neoplastic

infiltration, steroid eksogen 4. Herniasi diskus intervertebral

5. Degeneratif  Disk-osteophyte complex

 Gangguan pada diskus internal

Spinal stenosis with neurogenic claudication

 Penyakit sendi atlantoaxial (misalnya, artritis reumatoid)

6. Artritis  Spondilosis

Facet or sacroiliac arthropathy

 Autoimun (misalnya spondilitis ankilosa, Reiter’s syndrome)

7. Neoplasma  Metastasis, hematologis, tumor tulang primer 8. Infeksi atau inflamasi  Osteomielitis vertebral

 Abses epidural spinal  Septik diskus

 Meningitis

 Araknoiditis lumbal

9. Metabolik  Osteoporosis – hiperparatiroidisme, imobilitas

 Osteosklerosis (misalnya Paget’s disease) 10. Lainnya  Referred pain dari penyakit viseral

 Postural

 Psikiatrik, malingering, chronic pain syndromes

 Diseksi arteri vertebral

(28)

2.2.3. Faktor Risiko

Banyak artikel yang telah dipublikasikan membahas tentang faktor risiko nyeri punggung bawah dari segi fisik, psikososial, dan faktor individu. Faktor-faktor tersebut berinteraksi dalam jalan yang berbeda sehingga dapat menimbulkan nyeri punggung bawah. Dalam satu kondisi, faktor risiko psikososial mungkin menjadi kontributor utama, sementara pada kondisi yang lain faktor risiko fisik mungkin menjadi penyebab utama (Op De Beeck dan Hermans, 2000).

Ringkasan mengenai hubungan antara nyeri punggung bawah dan faktor risikonya dimuat dalam tabel di bawah. Sistem klasifikasi Bernard et al (1997) dan klasifikasi Hoogendoorn et al (2000) digunakan untuk menggolongkan kekuatan bukti dari keterkaitan kerja (work-relatedness), memeriksa kontribusi dari setiap faktor risiko fisik terhadap nyeri punggung bawah (Op De Beeck dan Hermans, 2000). Bukti dari keterkaitan tersebut diklasifikasikan sebagai berikut.  Bukti yang kuat dari keterkaitan kerja (+++) : terdapat dalam

temuan-temuan yang konsisten pada banyak studi yang berkualitas tinggi.

 Ada bukti (++) : terdapat dalam temuan-temuan yang konsisten pada satu studi yang berkualitas tinggi dan satu atau lebih studi yang berkualitas rendah, atau pada banyak studi yang berkualitas rendah.

 Bukti tidak cukup (+/0) : hanya terdapat dalam satu studi atau temuan yang tidak konsisten pada banyak studi.

Tabel 2.2 The work relatedness of low back disorders: overview of the risk factors

Category of risk factor Risk factor Evidence Physical factors

Heavy manual labour ++

Manual material handling +++

Awkward postures ++

Static work +/0

Whole-body-vibration +++

(29)

Psychosocial/work-organisational factors

Job content +/0

Work/time pressure +/0

Job control +/0

Social support +++

Job dissatisfaction +++

Individual factors

Age +/0

Socio-economic status +++

Smoking ++

Medical history +++

Gender +/0

Anthropometry +/0

Physical activity +/0

Sumber: Op De Beeck dan Hermans, 2000

2.2.4. Subtipe

Nyeri punggung bawah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut (Duthey, 2013).

1. Kronik, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama lebih dari 7-12 minggu, atau setelah masa penyembuhan atau nyeri punggung berulang yang secara intermiten memengaruhi individu selama periode waktu yang panjang.

2. Akut, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama kurang dari 12 minggu.

(30)

2.2.5. Patofisiologi

Menurut Harsono dan Soeharso (2009), salah satu karakteristik nyeri punggung bawah adalah nyeri punggung bawah miogenik, yaitu yang disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot, dan hipersensitif. Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang-ulang pada posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi otot mengurangi beban pada ligamentum dalam waktu yang wajar. Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula (Harsono dan Soeharso, 2009).

Spasme otot atau kejang otot, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba di mana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala yang khas, ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi. Akan terjadi suatu lingkaran antara nyeri, kejang atau spasme dan ketidakmampuan bergerak (Harsono dan Soeharso, 2009).

Defisiensi otot, dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang berlebihan. Tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi. Otot yang hipersensitif akan’menciptakan’ satu daerah kecil yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu (target area). Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu (trigger point). Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri punggung bawah, tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini. Titik ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit nyaman (Harsono dan Soeharso, 2009).

(31)

membungkuk, herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar saraf (yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik) (Hartwig dan Wilson, 2012).

[image:31.595.244.423.361.559.2]

Regio lumbalis merupakan bagian yang tersering mengalami herniasi nukleus pulposus. Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia; Schwartz, 1998). Selain itu, serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan herniasi nukleus pulposus melalui anulus disertai penekanan akar saraf spinalis. Umumnya herniasi paling besar kemungkinannya terjadi di daerah kolumna vertebralis tempat terjadinya transisi dari segmen yang lebih banyak bergerak ke yang kurang bergerak (hubungan lumbosakral dan servikotorakalis) (Hartwig dan Wilson, 2012).

Gambar 2.5 Compression of L5 and S1 roots by herniated disks

Sumber: Engstrom, 2006

(32)

2.2.6. Gejala

Menurut Bull dan Archard (2007), nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat keparahannya sangat dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat nyeri tersebut terjadi. Gejala-gejala nyeri punggung dapat sangat bervariasi dari satu orang ke orang yang lain. Gejala tersebut meliputi:

 sakit  kekakuan

 rasa baal (mati rasa)  kelemahan

 rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum).

Batuk atau bersin seringkali dapat memperberat nyeri punggung dengan menyebabkan spasme (kontraksi) otot punggung yang terasa sangat nyeri.

2.2.7. Penegakkan Diagnosa 1. Anamnesis

Anamnesis nyeri punggung bawah mempunyai kerangka acuan tertentu, minimal harus meliputi hal-hal sebagai berikut (Harsono dan Soeharso, 2009):

 Letak atau lokasi nyeri  Penyebaran nyeri

 Sifat nyeri, seperti ditusuk-tusuk, disayat, mendenyut, kena api, nyeri tumpul, dan sebagainya.

 Pengaruh aktivitas terhadap nyeri

 Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh  Trauma

 Proses terjadinya dan perkembangannya  Obat-obat analgetika yang pernah diminum  Kemungkinan adanya proses keganasan  Riwayat menstruasi

(33)

 Inspeksi

Mengobservasi pasien saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan bangun dari berbaring. Observasi punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak apakah ada hambatan selama melakukan gerakan.

 Palpasi dan perkusi

Palpasi dan perkusi harus dilakukan dengan hati-hati. Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paling nyeri.

 Pemeriksaan tanda vital  Pemeriksaan neurologik

Pemeriksaan neurologik menurut Harsono dan Soeharso (2009) meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk menentukan apakah sarafnya ada yang mengalami kelainan, misalnya pemeriksaan range of movement (ROM) dan

Lasegue test.

3. Pemeriksaan penunjang

Ketika nyeri yang dirasakan berat dan tidak hilang dalam waktu 6 sampai 12 minggu, diagnosis spesifik menjadi lebih penting untuk menentukan penatalaksanaannya (Ullrich, 2012). Pemeriksaan tambahannya yaitu:

X-ray

CT scan

Myelogram

MRI scan

2.2.8. Penatalaksanaan

(34)

 Istirahat. Menghentikan aktivitas selama beberapa hari akan memberikan kesempatan untuk jaringan yang cedera dan bahkan saraf agar sembuh, yang akan meringankan nyeri punggung bawah. Namun, istirahat yang berlebihan dapat melemahkan otot, sehingga otot tersebut harus berusaha untuk menyangga tulang belakang. Pasien yang tidak melakukan olahraga teratur biasanya mengalami nyeri punggung bawah berulang atau berkepanjangan.

Heat and Ice Packs membantu meringankan nyeri punggung bawah dengan mengurangi inflamasi. Kebanyakan pasien menggunakan es (ice), tetapi yang lain memilih panas (heat). Keduanya dapat digunakan bergantian.  Obat-obatan yang digunakan seperti analgesik (acetaminophen, duloxetine),

obat anti inflamatori non-steroid (aspirin, naprosyn), cyclooxygenase II inhibitors (celecoxib), muscle relaxant (cyclobenzaprine, orphenadrine, carisoprodol), opioid (oxycodone) (Hills, 2014).

2.3. Ergonomi dan Manual Handling 2.3.1. Definisi Ergonomi

Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya aturan atau hukum alam. Menurut International Ergonomics Association, ergonomi merupakan suatu disiplin ilmu mengenai pemahaman tentang interaksi antara manusia dan elemen-elemen lain dalam sebuah sistem, serta profesi yang menggunakan teori, prinsip, data, dan metode untuk mendesain, dalam rangka mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara menyeluruh.

Ergonomi pada hakikatnya berarti ilmu tentang kerja, yaitu bagaimana pekerjaan dilakukan dan bagaimana bekerja lebih baik, sehingga ergonomi sangat berguna dalam desain pelayanan atau proses. Ergonomi berbicara mengenai desain sistem terutama sistem kerja agar sesuai dengan atribut atau karakteristik manusia (to fit the job to the man) (Soedirman dan Suma’mur, 2014).

(35)
[image:35.595.115.513.175.377.2]

dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang menggunakannya (Harrianto, 2010).

Gambar 2.6 Pendekatan Ergonomi Sumber: Santoso, 2004

2.3.2. Aspek Ergonomi

Berdasarkan International Ergonomics Association, sebagai bidang ilmu yang multidisiplin, ergonomi dapat dibagi menjadi 3 area spesialisasi, yaitu sebagai berikut.

1. Physical Ergonomics, yaitu mengenai anatomi manusia, antropometri, fisiologi dan karakteristik biomekanik yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Meliputi postur saat kerja, mengangkat beban, gerakan berulang, penyakit muskuloskeletal akibat kerja, tata ruang tempat kerja, keamanan, dan kesehatan kerja.

2. Cognitive Ergonomics, yaitu mengenai proses mental, seperti persepsi, memori, pemikiran, dan respon motorik, yang semuanya memengaruhi interaksi antara manusia dan elemen lainnya di dalam sistem. Meliputi beban mental akibat kerja, pengambilan keputusan, performa keterampilan kerja, interaksi manusia-mesin, keandalan manusia, stres kerja, dan latihan yang berhubungan dengan desain manusia-sistem.

Manusia Lingkungan Tujuan: Optimasi

 Efisiensi (produktifitas)

 Kesehatan

 Keselamatan

 Aman

 Nyaman -Anatomi

(36)

3. Organizational Ergonomics, yaitu mengenai optimisasi sistem sosioteknis termasuk struktur organisasi, berbagai kebijakan dan proses. Meliputi komunikasi, manajemen sumber daya pekerja, desain kerja, desain waktu kerja, kerja tim, desain partisipasi kerja, ergonomi komunitas, kerjasama tim, paradigma kerja yang baru, virtual organizations, pola kerja jarak jauh, dan manajemen kualitas kerja.

Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah posisi tubuh (work posture) dan gerakan seluruh dan anggota badan (body and limb movements), yang menentukan besarnya pemakaian energi daan aktivitas sensorimotoris. Ilmu tentang postur kerja dan gerakan seluruh atau sebagian termasuk anggota badan disebut biomekanik (Suma’mur, 2009). Oleh karena itu, seorang tenaga kerja dapat dikatakan memenuhi persyaratan biomekanis dalam melakukan pekerjaannya, apabila postur kerja dan gerakan yang dilakukan saat bekerja sesuai dengan keadaan alami dari tubuh serta anggota badan.

2.3.3. Definisi Manual Handling

Menurut European Agency for Safety and Health at Work (EU-OSHA) tahun 2007, manual handling adalah segala kegiatan transportasi atau mengangkat beban yang dilakukan oleh satu atau lebih pekerja. Kegiatan tersebut termasuk mengangkat, menahan, meletakkan, mendorong, menarik, membawa atau memindahkan sebuah beban (Barnard, 2012). Beban dapat berupa objek bernyawa seperti manusia atau hewan, serta objek yang tidak bernyawa seperti boks, peralatan dan sebagainya. Manual handling juga dapat disebut manual material handling (MMH) (EU-OSHA, 2007).

2.3.4. Klasifikasi Manual Handling

(37)

1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering)

[image:37.595.203.421.199.336.2]

Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke empat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.

Gambar 2.7 Kegiatan Mengangkat/Menurunkan Sumber: Suhadri, 2008

2. Mendorong/Menarik (Push/Pull)

[image:37.595.181.448.459.579.2]

Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan objek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.

Gambar 2.8 Kegiatan Mendorong/Menarik Sumber: Suhadri, 2008

3. Memutar (Twisting)

(38)
[image:38.595.211.415.110.240.2]

Gambar 2.9 Kegiatan Memutar Sumber: Suhadri, 2008 4. Membawa (Carrying)

Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.

Gambar 2.10 Kegiatan Membawa Sumber: Suhadri, 2008 5. Menahan (Holding)

[image:38.595.226.359.571.697.2]

Memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis).

(39)

2.4. Risiko dan Bahaya Manual Handling

Cedera akibat manual handling bisa terjadi di mana pun manusia bekerja – di peternakan atau perkebunan dan lokasi pembangunan gedung, dalam pabrik, kantor, gudang, rumah sakit, bank, laboratorium, dan pada jasa pengiriman (Health and Safety Executive (HSE), 2012). Melakukan salah satu atau lebih kegiatan manual handling secara berulang-ulang dan terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan. Seiring berjalannya waktu, cedera punggung, bahu, tangan, pergelangan tangan, atau bagian tubuh lainnya dapat muncul. Dapat pula terjadi kerusakan otot, tendon, ligamen, saraf, dan pembuluh darah. Cedera seperti ini dikenal sebagai musculoskeletal disorders atau MSDs

(California Department of Industrial Relations, 2007).

OSHA membagi dua kelompok cedera yang disebabkan oleh kegiatan manual handling yaitu sebagai berikut.

1. Luka, memar, patah tulang dan sebagainya, akibat kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan seperti kecelakaan.

2. Kerusakan sistem muskuloskeletal tubuh (otot, tendon, ligamen, tulang, sendi, bursa, pembuluh darah dan saraf) sebagai konsekuensi selama melakukan aktivitas manual handling berulang. Cedera ini disebut penyakit muskuloskeletal (MSDs) dan dapat dibagi ke dalam tiga grup:

a. Penyakit pada leher dan ekstremitas atas (neck and upper limb disorders) b. Penyakit ektremitas bawah (lower limbs disorders)

c. Nyeri punggung dan cedera punggung (back pain and back injuries).

2.4.1. Risiko Manual Handling pada Perawat

Menurut WorkCover NSW (WorkCover New South Wales) tahun 2006,

(40)

Pada edisi pertama Guide the Health Industry Classification Project tahun 1997, dilaporkan bahwa beberapa berikut menjadi kontributor utama penyebab cedera pada perawat, yaitu manual handling pasien, stres muskular tanpa memegang objek, tergelincir, tersandung, terjatuh, manual handling troli, penggunaan dan penyetelan tempat tidur, serta mengatur kain linen dan celemek timbal (lead aprons).

Di bawah ini beberapa risiko dari manual handling pasien untuk keselamatan dan kesehatan menurut Occupational Safety and Health Branch Labour Department (2000).

1. Berat – memindahkan pasien, khususnya pasien dewasa yang memiliki keterbatasan bisa menyebabkan cedera pada tenaga kesehatan. Cedera dapat disebabkan oleh berbagai hal, contohnya pekerjaan yang terlalu keras, faktor kebugaran dan keterampilan, frekuensi, kondisi kerja, serta kondisi pasien yang sedang ditangani.

2. Jarak – semakin jauh jarak antara batang tubuh dan tangan, semakin besar efek dari berat. Oleh karena itu, jarak yang memisahkan pekerja dengan pasien dapat

menyebabkan cedera. Juga seperti, tiang infus, pagar pengaman tempat tidur,

kursi roda, dan furnitur dekat tempat tidur.

3. Postur – aktivitas mengangkat, postur yang janggal, dilakukan terpisah atau bersamaan dengan pengerahan tenaga dapat menyebabkan cedera atau penyakit. Contoh postur yang janggal adalah membungkuk lama, memutar ke samping, meraih sesuatu melewati tinggi bahu, mengangkat atau membawa dengan satu tangan.

4. Tugas yang berisiko – dengan tiga tiga faktor yaitu berat, jarak, dan postur yang janggal, memindahkan pasien dapat mengakibatkan penyakit muskuloskeletal. Yang termasuk tugas yang paling sering berisiko, yaitu:  memindahkan pasien yang sangat tergantung pada orang lain,

 memindahkan pasien yang tidak kooperatif,  mengangkat pasien dari lantai,

(41)

 memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya,

 memindahkan pasien dari kursi ke kursi (misalnya, dari atau ke kursi roda, toilet),

 memandikan pasien,

 mereposisi pasien di tempat tidur atau kursi,  menimbang pasien,

 menempatkan pispot atau mengganti alas atau bantalan inkontinensia,  mencoba menghentikan pasien yang akan terjatuh, dan

 membantu pasien dengan disabilitas untuk memasuki kendaraan.

5. Lainnya – hal-hal lain yang meningkatkan risiko keselamatan dan kesehatan saat memindahkan pasien yaitu:

 lantai yang tidak rata, basah atau licin,

 ruang tidak cukup untuk melakukan manuver,

 secara manual memnidahkan pasien dalam jarak jauh,  pencahayaan kurang,

 peralatan yang cacat atau tidak terawat,

 kelemahan genggaman tangan karena kondisi kesehatan tertentu,  kelelahan akibat aktivitas manual handling berulang,

(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah:

[image:42.595.121.504.260.323.2]

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel

Independen Definisi Cara Ukur Alat Ukur

Hasil

Ukur Skala

Manual

Handling

Suatu kegiatan transportasi yang

dilakukan oleh satu pekerja atau

lebih dengan melakukan

kegiatan pengangkatan,

penurunan, mendorong,

menarik, mengangkut, dan

memindahkan barang.

Wawancara Kuesioner ≥44= tinggi <44=

rendah

[image:42.595.107.529.405.749.2]
(43)

Variabel

Dependen Definisi Cara Ukur Alat Ukur

Hasil

Ukur Skala Nyeri

Punggung Bawah

Perasaan nyeri di daerah lumbosakral

dan sakroiliakal.

Wawancara Kuesioner ≥55= ya <55=

tidak

Ordinal

3.3. Hipotesis

(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang atau cross sectional, yaitu mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan melakukan pengukuran sesaat.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2015. Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rindu A RSUP Haji Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit rujukan di Sumatera Utara dan memiliki objek yang memadai.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Instalasi Rindu A RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.3.2 Sampel Penelitian 4.3.2.1. Besar Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dahlan, 2013):

( √ √ )

Zα = 1,96 Zβ = 0,84

P2 = 0,7 (Sikiru dan Hanifa, 2010) Q2 = 1 - P2 = 0,3

(45)

P1 = P2 + 0,2 = 0,9 Q1 = 1 - P1 = 0,1 P = (P1 + P2) / 2 = 0,8 Q = 1 - P = 0,2

( √ √ )

Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 62 orang.

4.3.2.2. Kriteria Inklusi

 Perawat yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik Medan  Perawat yang sudah bekerja minimal 1 tahun

4.3.2.3. Kriteria Eksklusi

 Perawat wanita yang sedang hamil

 Perawat yang pernah mengalami trauma tulang belakang

4.4. Teknik Pengumpulan Data

(46)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, yang terletak di Jalan Bunga Lau No. 17, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 yang menjadi pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sehingga dapat digunakan sebagai Pusat Pendidikan Klinik calon dokter dan Pendidikan Keahlian calon dokter spesialis.

RSUP Haji Adam Malik memiliki berbagai fasilitas pelayanan, diantaranya pelayanan rawat inap. Penelitian dilakukan di rawat inap Instalasi Rindu A lantai 1, 2, dan 3 RSUP Haji Adam Malik.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian

(48)
[image:48.595.119.517.131.522.2]

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik Frekuensi (n=73) Persentase (%) Jenis Kelamin

 Laki-laki  Perempuan

7 66

9,6 90,4 Usia

 ≤ 35 tahun  36-45 tahun  46-55 tahun

19 33 21 26,0 45,2 28,8 Lama Kerja

 1-5 tahun  6-10 tahun  >10 tahun

18 5 50 24,7 6,8 68,5 Manual Handling

 Tinggi  Rendah

21 52

28,8 71,2 Nyeri Punggung Bawah

 Ya  Tidak

23 50

31,5 68,5

Berdasarkan jenis kelamin, kelompok terbesar dari 73 sampel adalah perempuan yaitu sebanyak 66 orang (90,4%). Sedangkan untuk laki-laki sebanyak 7 orang (9,6%).

Sampel dalam penelitian ini adalah perawat dengan distribusi terbanyak pada usia 36-45 tahun sebesar 33 orang (45,2%). Rata-rata usia sampel adalah 39,92 dengan sampel termuda berusia 23 tahun dan sampel tertua berusia 54 tahun.

(49)

Berdasarkan tabel 5.1 didapati bahwa lebih banyak sampel yang melakukan

manual handling dengan intensitas rendah yaitu sebanyak 52 orang (71,2%). Sedangkan manual handling dengan intensitas tinggi dijumpai pada 21 orang (28,8%).

Ditinjau dari keluhan nyeri punggung bawah, diketahui bahwa mayoritas sampel tidak mengalami nyeri punggung bawah yaitu sebanyak 50 orang (68,5%). Sampel yang mengalami nyeri punggung bawah yaitu sebanyak 23 orang (31,5%).

5.1.3. Hasil Analisa Data

[image:49.595.111.521.378.641.2]

Dari data yang diperoleh dari sampel dilakukan analisis berupa distribusi frekuensi nyeri punggung bawah berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama kerja.

Tabel 5.2 Distirbusi Frekuensi Nyeri Punggung Bawah

Karakteristik Frekuensi (n=23) Persentase (%) Jenis Kelamin

 Laki-laki  Perempuan

1 22

4,3 95,7 Usia

 ≤ 35 tahun  36-45 tahun  >45 tahun

5 9 9 21,7 39,1 39,1 Lama Kerja

 1-5 tahun  6-10 tahun  >10 tahun

3 1 19 13,0 4,3 82,6

Dari tabel di atas terlihat bahwa keluhan nyeri punggung bawah lebih banyak pada perempuan yaitu sebesar 95,7% dibandingkan pada laki-laki yaitu sebesar 4,3%.

(50)

masing-masing yaitu sebesar 39,1%. Keluhan nyeri punggung bawah terendah pada kelompok usia ≤ 35 tahun yaitu sebesar 21,7%.

Dari tabel di atas keluhan nyeri punggung bawah tertinggi pada kelompok yang telah bekerja >10 tahun yaitu sebesar 82,6% dan terendah pada kelompok yang telah bekerja selama 6-10 tahun yaitu sebesar 4,3%.

Tabel 5.3 Hubungan antara Aktivitas Kerja Manual Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah

Manual Handling Nyeri Punggung Bawah Total p*

Ya Tidak

Tinggi 10 (13,7%) 11 (15,1%) 21 (28,8%) 0,06 Rendah 13 (17,8%) 39 (53,4%) 52 (71,2%)

Total 23 (31,5%) 50 (68,5%) 73 (100%) *Uji Chi Square

Dari distribusi silang manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah, ditemukan bahwa pada sampel dengan aktivitas manual handling tinggi dan memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 10 orang (13,7%). Sampel dengan aktivitas manual handling rendah dan memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 13 orang (17,8%).

Data pada tabel 5.3 diuji dengan uji Chi Square yang kemudian diperoleh nilai p sebesar 0,06. Dari hasil yang tertera, dengan nilai p > 0,05 berarti H0 diterima, yakni tidak terdapat hubungan antara aktivitas manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Analisis Karakter Sampel Penelitian

[image:50.595.109.479.280.387.2]
(51)

(2010) di Nigeria. Dari 300 sampel yang mengalami nyeri punggung bawah, didapati perawat perempuan sebanyak 204 orang (68%). Hal serupa juga ditemukan pada penelitian Dewi (2015) bahwa nyeri punggung bawah lebih banyak dijumpai pada perawat perempuan yaitu sebesar 75%. Penelitian oleh Lela & Frantz (2012) juga menemukan keluhan nyeri punggung bawah dijumpai lebih banyak pada perawat perempuan yaitu sebesar 84%. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah perawat perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Seperti pada penelitian ini, dimana jumlah perawat perempuan sebanyak 66 orang sementara perawat laki-laki hanya 7 orang.

Berdasarkan usia dapat dilihat kelompok usia terbanyak yang mengalami nyeri punggung bawah adalah kelompok usia 36-45 tahun dan >45 tahun yaitu masing-masing sebanyak 9 orang dan persentase 39,1%. Dalam penelitian Sikiru dan Hanifa (2010) juga didapati peningkatan nyeri punggung bawah seiring dengan bertambahnya usia. Sampel yang mengalami nyeri punggung bawah yaitu sebanyak 81 orang (27%) pada kelompok usia 36-45 tahun dan sebanyak 200 orang (66,7%) pada kelompok usia >46 tahun. Umami dkk (2014) dalam penelitiannya, mendapati keluhan nyeri punggung bawah pada sebagian besar responden berusia >30 tahun yaitu sebanyak 29 responden dari total 36 reponden. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Deyo dan Weinstein (2001) dalam jurnal Low Back Pain, bahwa nyeri punggung bawah lebih sering muncul antara usia 30 sampai 50 tahun dan pada usia di bawah 45 tahun lebih sering disebabkan faktor pekerjaan.

(52)

akibatnya, anulus tidak selalu dapat menahan tekanan pada nucleus pulposus. Pada usia lanjut, discus ini tipis dan kurang lentur, dan tidak dapat lagi dibedakan antara nucleus dan anulus.

Berdasarkan lama kerja, keluhan nyeri punggung bawah terbanyak dijumpai pada kelompok yang telah bekerja >10 tahun yaitu sebesar 82,6%. Hal serupa dalam penelitian Koesyanto (2013) ditemukan keluhan nyeri punggung bawah pada 20 responden dengan masa kerja berisiko yaitu ≥4 tahun. Masa kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terus-menerus akan mengakibatkan gangguan pada tubuh (Dewi, 2015)

5.2.2. Hubungan antara Aktivitas Manual Handling dengan Nyeri Punggung Bawah

Pada penelitian ini, perawat dengan aktivitas manual handling tinggi dan memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 10 orang (13,7%), dan yang tidak memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 11 orang (15,1%). Perawat dengan aktivitas manual handling rendah dan memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 13 orang (16,4%), dan yang tidak memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 39 orang (53,4%).

Setelah dilakukan uji statistik Chi Square dari tabel 5.5, hasilnya menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah dengan nilai p > 0,05 (p=0,06). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Mirsa (2014) di Bandung yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara cara mengangkat, mendorong dan memindahkan (manual handling) dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat dengan nilai p > 0,05 (p=0,331). Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Asruhi (2013) di Bogor, yang menemukan bahwa cara kerja angkut manual handling memiliki hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada paramedis dengan nilai p < 0,05 (p=0,014).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 21 sampel dengan aktivitas

(53)

bawah, sedangkan 11 sampel lainnya tidak. Kondisi ini mungkin dikarenakan aktivitas manual handling dikerjakan dengan cara yang benar, sehingga tidak menimbulkan efek nyeri punggung bawah.

Nyeri yang terjadi karena beban kerja melebihi kapasitas bekerja maupun posisi kerja yang tidak ergonomis dalam menangani pasien terutama pada saat angkat, angkut dan pemindahan pasien selama bekerja (Yogisutanti, 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yogisutanti (2010) kepada perawat, menunjukkan adanya perbedaan persepsi usaha sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan penanganan pasien (p=0,000), sehingga pelatihan penanganan pasien dapat digunakan untuk mengurangi sprain dan strain, persepsi usaha fisik dan mencegah gangguan muskuloskeletal pada perawat.

Hal tersebut juga didukung oleh European Agency for Safety and Health at Work (2007) yang menyatakan bahwa pelaksanaan metode pengangkatan dan reposisi yang tepat dapat mencapai kesuksesan dalam mengurangi cedera yang berkaitan dengan kerja serta biaya kompensasi pekerja. Sebagai tambahan, hal itu dapat menimbulkan keuntungan yang banyak, seperti mengurangi pergantian pekerja, biaya pelatihan dan administrasi, mengurangi ketidakhadiran pekerja, meningkatkan produktivitas dan memperbaiki moral pekerja.

5.3. Keterbatasan Penelitian

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan jenis kelamin, keluhan nyeri punggung bawah lebih banyak pada perempuan yaitu 22 orang (95,7%).

2. Berdasarkan usia, keluhan nyeri punggung bawah terbanyak dapat dijumpai pada 2 kelompok usia yaitu 36-45 tahun dan >45 tahun, dengan persentase masing-masing yaitu sebesar 39,1%.

3. Berdasarkan lama kerja, keluhan nyeri punggung bawah lebih banyak pada kelompok yang telah bekerja >10 tahun yaitu sebanyak 19 orang (82,6%). 4. Terdapat sebanyak 52 orang (71,2%) dengan aktivitas kerja manual

handling intensitas rendah dan 21 orang (28,8%) dengan aktivitas kerja

manual handling intensitas tinggi.

5. Terdapat sebanyak 23 orang (31,5%) dengan keluhan nyeri punggung bawah.

6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan, dengan nilai p=0,06.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri punggung bawah pada perawat.

(55)
(56)

DAFTAR PUSTAKA

Alghadir, A., dan Anwer, S., 2015. Prevalence of Musculoskeletal Pain Construction Wokers in Saudi Arabia. The Scientific World Journal: Volume 2015, Article ID 529873, 5 pages.

Asruhi, S., 2013. Hubungan Cara Kerja Angkat Angkut Manual Handling Pasien Dewasa Dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Paramedis Di RSUD

Leuwiliang Bogor. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Barnard, C., 2012. EU Employment Law. United Kingdom: Oxford University Press.

Bull, E., dan Archard, G., 2007. Simple Guide Nyeri Punggung, Terj Surapsari, J. Jakarta: Erlangga.

Canadian Centre fo Occupational Health and Safety, 2015. Available from: http://www.ccohs.ca/oshanswers/ergonomics/mmh/hlth_haz.html [Accessed 17 April 2015]

California Department of Industrial Relations, 2007. Ergonomic Guidelines for Manual Handling. Available from: http://www.cdc.gov/niosh/docs/2007-131/pdfs/2007-131.pdf [Accessed 6 Mei 2015]

Dahlan, M. S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dewi, A.K.P., 2015. Hubungan Tingkat Risiko Postur Kerja dan Karakteristik Individu dengan Tingkat Risiko Keluhan Low Back Pain pada Perawat

(57)

from: http://eprints.ums.ac.id/34268/28/Artikel%2520Publikasi.pdf [Accessed 1 November 2015]

Deyo, R.A., dan Weinstein, J.N, 2001. Low Back Pain. The New England Journal of Medicine, Vol. 344, No. 5.

Duthey, B., 2013. Background Paper 6.24 Low Back Pain. In: Kaplan, et al. 2013.

Priority Medicines for Europe and the World 2013 Update. Geneva: World Health Organization.

Engstrom, J.W., 2006. Back and Neck pain. In: Hauser, S.L., ed. Harrison’s

Neurology in Clinical Medicine. USA: McGraw Hill, 69-88.

European Agency for Safety and Health at Work, 2007. Hazards and risks associated with manual handling in the workplace. Spanyol: EU-OSHA.

Fajrin, I. , 2009. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Karena Spondylosis Lumbalis Dengan Infra Red, Transcutaneus Electrical

Nerve Stimulation, Dan Terapi Latihan William Flexion Exercise. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/6634/1/J100060053.pdf [Accessed 17 April 2015]

Harrianto, R., 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.

Harrington, J.M., dan Gill, F.S., 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja, Terj, Kuswadji, S., Edisi 3. Jakarta: EGC.

(58)

Hartwig, M.S., dan Wilson, L.M., 2012. Nyeri. In: Price, S.A., dan Wilson, L.M., ed. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC, 1063-1104.

Health and Safety Executive, 2012. Available from: http://www.hse.gov.uk/pubns/indg143.pdf [Accessed 6 Mei 2015]

Hills, E.C., 2014. Mechanical Low Back Pain Medication. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/310353-medication#1 [Accessed 6 Mei 2015]

Holmberg, S.A.C. dan Thelin, A.G. , 2006. Primary care consultation, hospital admission, sick leave and disability pension owing to neck and low back

pain: a 12-year pospective cohort study in rural population. Sweden: BMC Musculoskeletal Disorders 2006, 7:66.

Hoy, D., March, L., Brooks, P., dkk, 2014. The global burden of low back pain: estimates from the Global Burden of Disease 2010 study. London: Annals of the RheumaticDiseases The Eular Journal 2014; Volume 73:968-974.

International Ergonomics Association. Available from: http://www.iea.cc/whats/index.html [Accessed 1 Mei 2015]

Johannes, 2011. Hubungan Postur Tubuh dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada Pasien Poliklinik Neurologi di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25417 [Accessed 17 April 2015]

(59)

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2824/2880 [Accessed 1 November 2015]

Lela, M., dan Frantz, J.M, 2012. The Relationship Between Low Back Pain and Physical Activity Among Nurses in Kanombe Military Hospital. African Journal of Physiotherapy and Rehabilitation Sciences Vol 4, No 1-2.

Mayfield Clinic, 2013. Anatomy of Spine. Available from: http://www.mayfieldclinic.com/PE-AnatSpine.htm#.VWm8QVKebIW

[Accessed 5 Mei 2015]

Medscape, 2014. Lumbar Spine Anatomy. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1899031-overview#aw2aab6b3

[Acessed 5 Mei 2015]

Mirsa, Y.R., 2014. Hubungan Sikap Tubuh Saat Mengangkat, Mendorong, Dan Memindahkan (Manual Handling) Terhadap Keluhan Nyeri Punggung

Bawah Pada Perawat Unit Rumah Sakit Advent Bandung 2014. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Moore, K.L. and Agur A.M.R., 2002. Anatomi Klinis Dasar, Terj, Laksman, H. Jakarta: Hipokrates.

Murtezani, A., Ibraimi, Z., Sllamniku, S., dkk, 2011. Prevalence and Risk Factors for Low Back Pain in Industrial Workers. Plovdiv: Folia Medica The Journal of MedicalUniversity-Plovdiv; 53(3): 68-74.

(60)

Primala, A., 2012. Hubungan Aktivitas Kerja Manual Handling Dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Poduksi Sheet

Metal Di Bagan Workshop I PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia. Jakarta: Universitas Esa Unggul. Available from: http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-569-BAB_I.pdf [Accessed 16 April 2015]

Punnett, L., Prüss-Ustün, A., Nelson, D.I., dkk, 2005. Estimating the Global Burden of Low Back Pain Attributable to Combined Occupational Exposures.

Gambar

Gambar 2.1 Tulang Belakang
Gambar 2.2 Vertebra Lumbal
Gambar 2.3 Discus Intervertebralis
Gambar 2.4 Ligamen pada Vertebra
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusutan menurut akuntansi 363,912,420 - Beban penyisihan piutang ragu-ragu 5,895,607,010 - Kenikmatan, sumbangan dan representasi 995,359,642

This study is focused on the consistency of SPOT/VGT and PROBA-V GEOV1 products developed in the framework of the Copernicus Global Land Services, providing an

Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah mengetahui pengaruh jumlah anggota dan kinerja koperasi yang di lihat dari segi pendapatan dan net profit margin terhadap pembagian SHU

Pada tahun 2012, Perseroan telah memasuki babak yang baru dengan melepas saham dan menjadi perusahaan terbuka, serta mengalihkan tongkat es- tafet kepemimpinan.. Akan

[r]

Pengembangan Bidang Kajian Pusat Studi Olahraga untuk Penelitian dan Pengabdian M asa

Setelah dilakukan penelitian dan evaluasi lelang serta berdasarkan Penetapan Pemenang Lelang Nomor : B-6782/Sti.05/U-7/KS.01.7/03/2017 tanggal 27 Maret 2017, maka dengan

Atribut yang digunakan dalam klasifikasi produksi jagung terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, seperti suhu, curah hujan, luas panen, dan tinggi