IDENTIFIKASI SENYAWA OBAT PIROKSIKAM DALAM
SEDIAAN PADAT OBAT TRADISIONAL DENGAN METODE
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN
SPEKTROFOTOMETRI UV
TUGAS AKHIR
OLEH :
PALUPI WIDYA NING RAHAYU
NIM 122410056
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir
berjudul “Identifikasi Senyawa Obat Piroksikam Dalam
SediaanPadatObatTradisionalDengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Dan Spektrofotometri UV”, yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Selama menyusun tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr.Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun tugas akhir
ini.
5. Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt., selaku dosen penasehat akademi yang
telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal
6. Bapak, Ibu serta seluruh StafdanPegawaiBalai Besar Pengawas Obat dan
Makanan di Medan yang telah membantu penyusun selama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL).
7. Bapak, Ibu Dosen serta seluruh Staf Pegawai Fakultas Farmasi Program
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung
kemajuan mahasiswa.
8. Teman – teman Praktek Kerja Lapangan yaitu Lestiani Lubis, Fitri Andika
Hasan, dan Dian Mithami Ritonga, serta seluruh mahasiswa Analis
Farmasi dan Makanan Angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga
kepada Ayahanda IPDA Sidik Waluyo dan Ibunda Dwi Mulyani, Adik Nurulita
Irmastuti dan Arif Wicaksono serta Nazli Kamal Pasha Purba yang selalu
memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga Tugas Akhir ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini jauh dari sempurna,
sehingga dibutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
dan kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini
dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Amiin
Medan , April 2015 Penulis,
2.2.3 Fitofarmaka ... 6
2.3 Metode Identifikasi Senyawa Obat Dalam Campuran Obat Tradisional ... 6
3.4.3.2 Spektrofotometri Ultraviolet ... 12
4.1 Hasil ... 13
4.2 Pembahasan ... 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 15
5.1 Kesimpulan ... 15
5.2 Saran ... 15
DAFTAR PUSTAKA ... 16
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data hasil Identifikasi Senyawa Obat Piroksikam Dalam
Sediaan Padat Obat Tradisional Metode Kromatografi
Lapis Tipis ... 18
Lampiran 2. Data hasil Identifikasi Senyawa Obat Piroksikam Dalam
Sediaan Padat Obat Tradisional Metode Kromatografi
Lapis Tipis ... 20
Lampiran 3. Gambar hasil Kromatogram Uji Identifikasi Senyawa Obat
Piroksikam ... 23
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Baku
Pembanding Piroksikam Dan Sampel Obat Tradisional eluen
Toluen : Asam Asetat Glasial ... 24
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Baku
Pembanding Piroksikam Dan Sampel Obat Tradisional eluen
Metanol : Benzen : Kloroform ... 26
Lampiran 6. Sampel Obat Tradisional ... 28
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
1995,piroksikam merupakan salah satu obat analgesik yang mempunyai waktu
paruh yang panjang. Piroksikam mempunyai rumus kimia C15H13N3O4S dengan
nama 4 Hidroksi -
2-metil-N-2-piridil-2H-1,2-benzoyiazin-3-karboksamida1,1-dioksida.
Pemerian serbuk hampir putih atau coklat terang atau kuning terang, tidak
berbau, bentuk monohidrad berwarna kuning. Sangat sukar larut dalam air, dalam
asam – asam encer dan sebagian besar pelarut organik. Sukar larut dalam etanol
dan dalam larutan alkali mengandung air (Ditjen POM,1995).
Obat tradisional yang diperlukan oleh masyarakat adalah obat tradisional
yang mengandung bahan atau ramuan bahan yang dapat memelihara kesehatan,
mengobati gangguan kesehatan, serta dapat memulihkan kesehatan. Bahan– bahan
ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh–tumbuhan, bahan hewan, sediaan
sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat sebagai obat
(Depkes RI, 1995).
Saat ini terjadi penyalahgunaan piroksikam yang menjadi bahan campuran
obat tradisional. Piroksikam dalam campuran jamu digunakan untuk meringankan
gejala osteoarthritis dan rheumatoid arthritis (Wilmana, 2007). Jamu yang
sakit, efek samping yang ditimbulkan dari piroksikam akan membahayakan
kesehatan misalnya memicu kebocoran pada lambung dan usus.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
246/Menkes/Per/V/1990 menyatakan bahwa jamu tidak boleh ditambahkan bahan
kimia obat . Hal tersebut ditunjukkan pada pasal 39 ayat 1 poin a, yang berbunyi,
“Industri Obat Tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional dilarang
memproduksi segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil
isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat” (Depkes RI, 1990).
Menyadari hal tersebut, bahwa kandungan senyawa kimia obat dalam
jamu dapat membahayakan para konsumen, maka penulis melakukan identifikasi
senyawa obat piroksikam dalam sediaan padat obat tradisional.
1.2 Tujuan
Tujuan dari identifikasi senyawa obat piroksikam dalam sediaan padat
obat tradisional dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan
Spektrofotometri Ultraviolet adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa
kimia obat piroksikam dalam sediaan padat obat tradisional yang diuji.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari identifikasi senyawa obat Piroksikam dalam
sediaan padat obat tradisional dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan
Spektrofotometri Ultraviolet adalah agar mengetahui bahwa obat tradisional yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Piroksikam 2.1.1 Sifat Fisikokimia
Gambar 2.1.1 : Struktur Kimia Piroksikam
Piroksikam merupakan salah satu obat analgesik yang mempunyai waktu
paruh yang panjang. Piroksikam mempunyai rumus kimia C15H13N3O4S dengan
nama 4 Hidroksi -
2-metil-N-2-piridil-2H-1,2-benzoyiazin-3-karboksamida1,1-dioksida.Piroksikam mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari
103,0% C15H13N3O4S (Ditjen POM,1995).
Pemerian serbuk hampir putih atau coklat terang atau kuning terang, tidak
berbau, bentuk monohidrad berwarna kuning. Sangat sukar larut dalam air, dalam
asam – asam encer dan sebagian besar pelarut organik. Sukar larut dalam etanol
dan dalam larutan alkali mengandung air. Edentifikasi spektrum serapan
ultraviolet larutan (1 dalam 100.000) dalam asam klorida– metanol menunjukkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada
2.1.2 Dosis
Dosis pemakaian piroksikam yaitu mulai 10 mg sampai 20 mg sehari yang
diberikan pada pasien (Wilmana, 2007). Piroksikam dapat digunakan pada anak
usia 6 tahun keatas dengan dosis lisan yang biasa adalah:
- kurang dari 15 kg/bb : 5 mg sekali sehari
- 16 sampai 25 kg/bb : 10 mg sekali sehari
- 26 sampai 45 kg/bb : 15 mg sekali sehari
- 46 kg atau lebih : 20 mg sekali sehari (Sweetman, 2009)
2.1.3 Manfaat Piroksikam
Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang
yang kurang lebih sama dengan indometasin, dengan masa kerja yang cukup
panjang. Piroksikam diserap dengan baik dalam saluran cerna, 99% obat terikat
oleh protein plasma (Siswondo dan Soekardjo, 2002).
2.1.4 Efek Samping Piroksikam
Efek samping piroksikam yaitu tukak lambung, eritema kulit, sakit kepala,
gagal ginjal akut, dan nefritis interstitial akut. Piroksikam tidak dianjurkan
diberikan kepada wanita hamil dan pasien tukak lambung. Efek pada kulit terjadi
ruam pada pasien yang memakai piroksikam (Wilmana, 2007).
2.2 Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 1994).
Sesuai dengan keputusan Kepala Badan POM RI No. 00.05.4.2411 tahun
2004, berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan
tingkatpembuktiaan khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :
2.2.1 Jamu
Bahan baku jamu berasal dari bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut, namun ada beberapa jenis jamu dinilai berbahaya
karena didalamnya terkandung bahan kimia obat (BKO). Menurut temuan Badan
Pengawas Obat dan Makanan, obat tradisional yang sering dicemari bahan kimia
obat umumnya adalah obat tradisional yang digunakan pada penyakit-penyakit
tertentu seperti Tabel berikut :
Tabel 2.2.1 Jamu yang Mengandung Bahan Kimia Obat
Kegunaan Obat Tradisional BKO yang sering ditambahkan
Pegal linu/Encok/rematik Fenilbutazon, metampiron, piroksikam, parasetamol, prednison, deksametason dan diklofenaksodium.
Pelangsing Sibutramin hidroklorida Peningkat stamina / obat kuat pria Sildenafil sitrat
Kencing manis / diabetes Glibenklamid Sesak nafas / asma Teofilin
(Yuliarti, 2008)
Sedikit berbeda dengan jamu, herbal terstandar umumnya sudah
mengalami pemprosesan, misalnya berupa ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah
diekstrak tersebut sudah diteliti khasiat dan keamananya melalui uji praklinis
(terhadap hewan) dilaboratorium. Disebut herbal terstandar, karena dalam proses
pengujiannya telah diterapkan standar kandungan bahan, proses pembuatan
ekstrak, higenitas, serta uji toksisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya
kandungan racun dalam herbal (Yuliarti, 2008).
2.2.3 Fitofarmaka
Merupakan jamu dengan kasta tertinggi karena khasiat, keamanan serta
standar proses pembuatan dan bahayanya telah diuji secara klinis, jamu berstatus
sebagai fitofarmaka juga dijual diapotek dan sering diresepkan oleh dokter
(Yuliarti, 2008).
2.3 Metode Identifikasi Senyawa Obat Dalam Campuran Obat Tradisional
Pemisahan senyawa yang hendak dianalisis menjadi fraksi tertentu dapat
dilakukan dengan kromatografi diferensiasi mikro. Yang sesuai dalam hal ini
adalah kromatografi lapis tipis yang baru sedikit digunakan. Untuk identifikasi
digunakan harga Rf dalam sistem pelarut yang berbeda atau reaksi warna sebagai
pereaksi penampak noda. Pengukuran serapan dapat dilakukan dengan berbagai
cara yang berbeda. Pada pengukuran transmisi (pengukuran cahaya tembus),
yang mengabsorbsi. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang serapan
maksimum (Schunack dkk, 1983).
2.3.1 Kromatografi Lapis Tipis
Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahan kimia obat yang terdapat
dalam sediaan obat tradisional adalah dengan menggunakan kromatografi lapis
tipis dan dilanjutkan dengan spektrofotometri ultraviolet untuk melihat
spektrumnya. Kromatografi Lapis Tipis mempunyai keuntungan yaitu metode ini
hanya memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, menggunakan waktu
yang singkat untuk menyelesaikan analisis (15-60 menit), dan memerlukan jumlah
cuplikan yang sangat sedikit (Stahl, 1985).
2.3.2 Komponen Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
2.3.2.1 Prinsip Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan
yang memisah, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal).
Setelah pelat atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan
pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan
kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus
ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985).
Penjerap yang umum ialah silika gel, aluminium oksida, selulosa dan
turunanyadan lain-lain. Fase diam yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis
merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm.
Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran
ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja kromatografi lapis tipis dalam hal
efisiensinya dan resolusinya (Rohman, 2009)
2.3.2.3 Fase Gerak
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada
gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik, dan bila
diperlukan sistem pelarut multikomponen harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum 3 komponen. Angka banding
campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume
total 100, misalnya, benzena-kloroform-asam asetat 96% (50:40:10) (Stahl, 1985).
2.3.2.4 Bejana Pemisah
Bejana harus dapat menampung pelat 200x200 mm dan harus tertutup
rapat. Untuk kromatografi dalam bejana yang jenuh, secarik kertas saring bersih
yang lebarnya 18 – 20 cm dan panjangnya 45 cm ditaruh pada dinding sebelah
dalam bejana berbentuk “U” dan dibasahi dengan pelarut pengembang (Stahl,
1985).
2.3.2.5 Penotolan Sampel
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh
mungkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis
lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan
ditotolkan lebih dari 15 μl. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan
bercak yang menyebar dan puncak ganda (Stahl, 1985).
2.3.2.6 Deteksi Bercak
Bercak pemisahan pada kromatografi lapis tipis umumnya merupakan
bercak yang tidak bewarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia
dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan
sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk
menampakkan bercak adalah dengan fluoresensi sinar ultraviolet (Rohman, 2009;
Gritter, 1991).
2.4 Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometer Ultraviolet adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi (Dachriyanus,
2004).Spektrofotometri Ultravioletdidasarkan pada interaksi sampel dengan sinar
Ultraviolet . Sinar Ultraviolet memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai
sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy
hidrogen (Day & Underwood, 1999).
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), hal-hal yang harus diperhatikan
a. Pemilihan panjang gelombang maksimum
b. Pembuatan kurva kalibrasi
c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN 3.1Tempat
Pengujian identifikasi senyawa obat piroksikam dalam sediaan padat obat
tradisional menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
spektrofotometri Ultraviolet dilakukan di laboratorium Obat Tradisional, Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang berada di Jalan Williem
Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, beaker glass, bejana,
corong, corong pisah, erlenmeyer, gelas ukur, kertas saring, labu tentukur, lemari
asam, mortil dan alu, neraca analitik, pipet volome, pipet tetes, plat kaca, spatula,
syringe, seperangkat alat kromatografi lapis tipis dan Spektrofotometri Uv-vis,
Vial.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah Asam Sitrat, Aseton, aquadest, Benzen,
Anhidrat, Metanol, Kloroform, Toluen, sampel jamu Pegal Linu, Larutan
Piroksikam BPFI.
3.4 Prosedur 3.4.1 Larutan Uji
Sejumlah satu dosis jamu yang telah diserbuk halus, dimasukkan kedalam
labu Erlenmeyer 125 ml, ditambah 50 ml air, dibasa kan dengan penambahan
larutan NaOH 0,1 N sampai pH 12 – 13, dikocok selama 30 menit dan disaring .
filtrat dimasukkan kedalam corong pisah 100 ml, dan diasamkan dengan
penambahan larutan HCL 1 N sampai pH 3 – 4, diekstrasikan 4 kali, tiap kali
dengan 25 ml eter. Ekstrak eter dikumpulkan, di- bebas airkan dengan
penambahan Natrium Sulfat Anhidrat dan diuapkan hati – hati diatas tangas air,
jauhkan dari api langsung/bebas, sampai kering. Sisa yang diperoleh dilarutakn
dalam 5 ml metanol (A).
3.4.2 Larutan Baku
Sejumlah lebih kurang 10 mg piroksikam BPFI ditimbang seksama.
Masukkan ke dalam labu tentukur 5 ml. Larutkan dan encerkan dengan etanol
hingga garis tanda (B).
3.4.3 Cara Penetapan
3.4.3.1 Kromatografi Lapis Tipis
Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah dan dilakukan kromatografi
Fase Diam : Silika gel GF254
Fase Gerak : i.Toluen– Asam asetat glasial (80 : 20)
ii.Metanol : Benzen : Kloroform ( 15 : 20 : 80)
Penjenuhan : Kertas Saring
Jarak Rambat : 15 cm
Volume Penotolan : Larutan A 10 µl dan B 10 µl
Penampak Bercak : Cahaya Ultraviolet 254 nm
3.4.3.2 Cara Spektrofotometri UV
Larutan A dan B (sesuai volume penotolan sampai diperoleh bercak uji
serta dengan bercak baku) dikromatografi lapis tipis seperti tersebut diatas.
Bercak baku dan senyawa yang mempunyai harga Rf sama ditandai dan dikerok.
Hasil kerokan dilarutkan dengan 5 ml. Larutan HCL 0,01 N dalam metanol dan
disaring. Serapan filtrat di scan pada panjang gelombang antar 200 – 400 nm.
BAB IV
HASILDAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil pengujian identifikasi senyawa obat piroksikam dalam sediaan
padat obat tradisional dengan metode kromatografi lapis tipis dan
spektrofotometri ultraviolet, diketahui bahwa obat tradisional yang diuji
mengandung senyawa obat piroksikam karena pada sampel obat tradisional yang
diuji menghasilkan harga Rf dan panjang gelombang yang mendekati harga Rf
dan panjang gelombang baku piroksikam BPFI.
Kromatogram, perhitungan Rf dan hasil pengukuran panjang gelombang
dari pengujian identifikasi senyawa obat piroksikam dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Pembahasan
Identifikasi senyawa obat piroksikam dalam sediaan padat obat tradisional
dilakukan dengan pengambilan sampel obat tradisional dan diidentifikasi senyawa
obat piroksikam menggunakan metode kromatografi lapis tipis dengan fase gerak
Metanol : Benzen : Kloroform (15:20:80) dan Toluen : Asam Asetat Glasial
panjang gelombang 330 nm. Pelarut yang digunakan adalah larutan HCL 0,01 N
dalam metanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat tradisional yang diuji
mengandung senyawa obat piroksikam dapat diketahui dari harga Rf dan panjang
gelombang sampel obat tradisonal yang mendekati harga Rf dan panjang
gelombang Piroksikam BPFI.
Edentifikasi spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 100.000) dalam
asam klorida – metanol menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pengujian identifikasi senyawa obat piroksikam dalam sediaan padat
obat tradisional dengan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri
ultraviolet menunjukkan bahwa obat tradisional yang di uji mengandung senyawa
obat piroksikam, sehingga dapat disimpulkan bahwa obat tradisional yang diuji
tidak memenuhi persyaratan KepMenKes RI.No.661/MENKES/SK/VII/1994.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk pengujian sedian obat tradisional tidak hanya pada
pengujian bahan kimia obat saja, akan tetapi pengujian – pengujian lain untuk
memenuhi persyaratan dari sediaan obat tradisional juga harus dilakukan agar
sediaan obat tradisional yang akan dipasarkan merupakan sediaan yang memenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press. Hal.1-5
Day, R.A, dan Underwood A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 290-293.
Depkes R.I. (1990). Tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan
Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Keputusan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 246/Menkes/Per/V/1990.
Depkes RI. (1994). Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta : Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 661/MENKES/SK/VII/1994.
Depkes RI. (1995). Materi Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : DEPKES RI. Hal. 685.
Egon, Stahl. (1985). Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung : Penerbit ITB. Hal. 3-17.
Gritter, Roy J , Bobbitt, Scwarting, E. A. (1991). Pengantar Kromatografi. Bandung : Penerbit ITB. Hal. 111.
Rohman, Abdul. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal. 252, 261-262.
Rohman, A., dan Gandjar, I. G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 155-157.
Siswondo dan Soekardjo. (2002). Kimia Medisinal. Jakarta: Airlangga University. Hal. 555.
Schunack, W. Dkk.(1990). Senyawa ObatBuku Pelajaran Kimia
Sweetman, Sean C. (2009). Martindale: The Complete Drug Reference. Thirty sixth edition. UK: Pharmaceutical Press. Page 117 -118.
Wilmana P. F., Gunawan S. G. 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik
Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 237.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Hasil Identifikasi Senyawa Obat Piroksikam Dalam Sediaan Padat Obat Tradisional Metode Kromatografi Lapis Tipis
Fase Diam : Silika gel GF254
Fase Gerak : Toluen– Asam asetat glasial (80 : 20)
Baku Pembanding : Piroksikam BPFI
Penjenuhan : Kertas Saring
Jarak Rambat : 15 cm
Penampak Bercak : Cahaya Ultraviolet 254 nm
Tabel 1. Data hasil identifikasi senyawa Obat Piroksikam dalam sediaan padat obat tradisional metode kromatografi lapis tipis
Lampiran 1 (lanjutan)
I.Perhitungan Rf Baku Pembanding Piroksikam BPFI
Diketahui : Tinggi Bercak = 13,3 cm
Lampiran 2
Data Hasil Identifikasi Senyawa Obat Piroksikam Dalam Sediaan Padat Obat Tradisional Metode Kromatografi Lapis Tipis
Fase Diam : Silika gel GF254
Fase Gerak : Metanol : Benzen : Kloroform ( 15 : 20 : 80)
Baku Pembanding : Piroksikam BPFI
Penjenuhan : Kertas Saring
Jarak Rambat : 15 cm
Penampak Bercak : Cahaya Ultraviolet 254 nm
Tabel 2 : Data hasil identifikasi senyawa obat piroksikam dalam sediaan padat obat tradisional metode kromatografi lapis tipis
Lampiran 2 (lanjutan)
I.Perhitungan Rf Baku Pembanding Piroksikam BPFI
Diketahui : Tinggi Bercak = 13,3 cm
Lampiran 3
Gambar Hasil Kromatogram Identifikasi Senyawa obat piroksikam pada Obat Tradisional dengan menggunakan eluen Toluen : Asam asetat glasial (80 : 20)
Keterangan :
Gambar 1-5 (kiri) : Sampel
Lampiran 3 (lanjutan)
Gambar Hasil Kromatogram Identifikasi piroksikam pada obat tradisional dengan menggunakan eluen Metanol : Benzen : Kloroform (15 : 20 : 80)
Keterangan :
Gambar 1-5 (Kiri) : Sampel
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Sampel Obat Tradisional
Nama Contoh : Obat Tradisional Jamu Pegal Linu
Komposisi : Rahmaniae glutinosa radix 24,5% , Cistanchis
herba 16,3%, Drynariae rhizome 16,3%, dan bahan
– bahan lain sampai 100%
No.Reg : POM TI. 014 502 651
No.Batch : 032013
Tanggal Kadaluarsa : 03062018
Netto : 1 botol berisi 100 tablet @ 300 mg
Pabrik : -
Pemerian
Bentuk : Tablet
Rasa : Pahit
Warna : Merah
Bau : Khas
Lampiran 7