SKRIPSI
SILVIA PUSPITA SARI
STUDI PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA
PASIEN DIABETES TIPE 2 DENGAN GAGAL
JANTUNG
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
i
SKRIPSI
SILVIA PUSPITA SARI
STUDI PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA
PASIEN DIABETES TIPE 2 DENGAN GAGAL
JANTUNG
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN
GAGAL JANTUNG
(Penelitian Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang)
SKRIPSI
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang 2012
Oleh:
SILVIA PUSPITA SARI 08040042
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Didik Hasmono, M.S.,Apt. Dra. Lilik Yusetyani,Apt.,Sp.FRS NIP. 1195809111986011001 NIP UMM. 11407040450
iii
STUDI PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN
GAGAL JANTUNG
SKRIPSI
Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji pada Tanggal 21 Juli 2012
Oleh :
SILVIA PUSPITA SARI NIM : 08040042
Disetujui Oleh:
Penguji I Penguji II
Drs. Didik Hasmono, M.S.,Apt. Dra. Lilik Yusetyani,Apt., Sp., SPFRS NIP. 1195809111986011001 NIP UMM. 11407040450
Penguji III Penguji IV
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya bagi seluruh hamba sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kesejahteraan semoga terlimpah kepada keluarga, sahabat serta orang-orang yang beriman.
Dengan terselesaikannya skripsi yang berjudul STUDI PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN
GAGAL JANTUNG ini, perkenankanlah saya selaku penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tri Lestari Handayani M.Kep.,Sp.Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan.
2. DR. Dr. Basuki Bambang Purnomo, Sp.U selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
3. Prof. Dr. Dr. M. Istiadjid ES, SpS, Sp.BS, M.Hum selaku Ketua Komisi Etik Penelitian Kesehatan yang telah memberikan izin dan kelayakan etik sehingga penulis bisa melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
4. Sri Erna Utami, SKM,. M.Kes (MARS) selaku Kepala Bidang Rekam Medik dan Evaluasi Pelaporan di RSU Dr. Saiful Anwar Malang
5. drg. Asri Kusuma Djadi, MMR selaku Kepala Bidang Pendidikan dan Penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
6. Dra. Uswatun Chasanah M.Kes., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah.
7. Drs. Didik Hasmono, Apt. selaku pembimbing I dan Dra. Lilik Yusetyani., Apt., Sp.FRS selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan-arahan yang terbaik demi kesempurnaan skripsi ini.
v
9. Dra. Lilik Yusetyani., Apt., Sp.FRS selaku dosen wali yang senantiasa memberikan nasihat-nasihat yang bermanfaat bagi saya demi kesuksesan dalam menuntut ilmu.
10.Para Bapak Ibu Dosen Program Studi Farmasi yang telah mengajarkan kepada saya pengetahuan yang sangat bermanfaat sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.
11.Kedua Orang Tuaku Tercinta Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan doa, cinta, kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, kepercayaan, nasihat-nasihat, dukungan baik moral ataupun materi yang sangatlah bermanfaat bagi anakmu ini.
12.Keluarga tercinta kakekku, kakakku Hendra dan kedua adikku Febrina Firda dan Rendy yang telah memberikan dukungan, doa, dan kebahagiaan kepada cucu dan saudarimu ini.
13.Teman-teman seperjuangan team skripsi “Klinik” Mela, Reni, Yofrita, Ana, Jasmi, Yugo, Eka, Agustin, Damas, Maria, Finuril, Alfian, Norma, dan Sauma. Terimakasih banyak buat semangat, saran, masukan, bantuan dan kerjasamanya selama ini.
14.Sahabat – sahabatku tercinta angkatan 2008 Farmasi UMM terimakasih atas persahabatan kita selama 4 tahun ini
15.Temen-temen kos (Kia, Liby, Fika, Radiah, Atun, Lita, Qorin, Esti, Udah, Endah) makasih ya buat kebersamaan kita selama ini.
16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas bantuan, dukungan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya atas segala budi baik yang telah diberikan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kefarmasian.
Malang, Juni 2012
vi
RINGKASAN
Studi Penggunaan Antidiabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Gagal Jantung
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. Epidemiologi DM Tipe 2 untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. DM dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi yaitu komplikasi akut berupa koma hipoglikemia dan hiperglikemia serta komplikasi kronis berupa mikrovaskular dan makrovaskular. Peningkatan hiperglikemia menyebabkan 2-4 resiko gagal jantung yang diakibatkan penyempitan arteri atau elastisitas arteri hilang. DM Tipe 2 dengan Gagal Jantung adalah perkembangan penyakit dari DM menuju kardiovaskular yaitu Gagal Jantung yang diakibatkan peningkatan kadar glukosa sehingga menganggu kinerja jantung. Risiko heart failure (HF) meningkat 2,4 kali lipat pada pria dan lima kali lipat pada wanita. Antidiabetes merupakan terapi yang ditujukan untuk pengendalian DM yakni Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan Insulin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan antidiabetes yang diterima pasien penderita DM tipe 2 dengan Gagal Jantung. Pengambilan sampel dilakukan secara retrospektif. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai Juni 2012 di RSU Dr. Saiful Anwar Malang di instalasi rawat inap. Sampel berupa RMK (Rekam Medik) yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 14 pasien yang memnuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Jenis antidiabetes yang paling banyak adalah insulin sebanyak 9 pasien (64,28%), kemudian diikuti dengan kombinasi insulin dan OHO sebanyak 3 pasien (21,42%). OHO tunggal sebanyak 2 pasien (14,28%). Kelompok pasien yang menerima terapi insulin yaitu insulatard sebanyak 5 pasien (35,71%) dan kombinasi insulin insulatard dengan actrapid sebanyak 4 pasien (28,57%). OHO tunggal yang digunakan adalah metformin sebayak 1 pasien (7,14%) serta kombinasi metformin dan glucobay sebanyak 1 pasien (7,14%). Pada kelompok pasien yang menerima kombinasi insulin dan OHO, terdapat 1 pasien (7,14%) mendapat kombinasi Insulatard dengan Glibenklamid, 1 pasien (7,14%) menerima kombinasi novorapid dengan metformin dan glucobay, serta 1 pasien (7,14%) menerima kombinasi actrapid, novorapid, lantus dan Amaryl untuk mengendalikan kadar glukosa darah pasien hingga mendekati atau mencapai normal. Pemberian antidiabetes disesuaikan dengan keadaan pasien.
vii
(35,71%) dan antiemetik (Metoklopramid) (28,57%) untuk memperbaiki kondisi pasien. Serta lama perawatan hingga kondisi pasien keluar rumah sakit yang membaik (92,86%) maupun yang meninggal (7,14%).
viii
ABSTRACT
The Study of Antidiabetic Utilization in Type 2 Diabetes Melitus Patient with Heart Failure
(Conducted at General Hospital Dr. Saiful Anwar Malang)
Type 2 diabetes mellitus (DM) with heart failure is the development of cardiovascular disease caused by elevated levels of glucose so that disrupt the heart's performance. Patients with DM have increased risk of heart failure by 10-15%. Antidiabetic therapy is intended to control the blood glucose levels such as Oral Hypoglycemic Drugs (OHO) and Insulin.
The aim of this study was to identify patterns of antidiabetic utilization in type 2 diabetes mellitus inpatients with heart failure. The data collected retrospectively. This study was conducted at general hospital Dr. Saiful Anwar Malang. The data sample used patient medication records which fulfilled with inclusion and exclusion criteria.
The result of this study found 14 patients fulfilled with inclusion and exclusion criteria. There were 9 patients (64,28%) received insulin, 3 patients (21,42%) received insulin and OHO combination, and 2 patients (14,28%) received OHO. In patients who received insulin therapy, there were 5 patients (35,71%) received insulatard and 4 patients (28.57%) received insulatard-actrapid combination. In patients who received OHO therapy, there were 1 patients (7,14%) received metformin and 1 patients (7,14%) received metformin-glucobay combination. Then in patients who received insulin and OHO therapy, there were 1 patients received insulatard-glibenklamid combination, 1 patients (7,14%) received novorapid, metformin-glucobay combination, and 1 patients (7,14%) received actrapid, novorapid, lantus-amaryl combination to control the patient's blood glucose to approach or reach in normal level.
ix
ABSTRAK
Studi Penggunaan Antidiabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Gagal Jantung
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 dengan Gagal Jantung merupakan perkembangan penyakit kardiovaskular yang diakibatkan peningkatan kadar glukosa sehingga menganggu kinerja jantung. Pasien DM memiliki resiko peningkatan terhadap gagal jantung 10-15%. Antidiabetes adalah terapi yang ditujukan untuk pengendalian DM yakni Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan Insulin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan antidiabetes yang diterima pasien penderita DM tipe 2 dengan Gagal Jantung. Pengambilan sampel dilakukan secara retrospektif. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai Juni 2012 di RSU Dr. Saiful Anwar Malang di instalasi rawat inap. Sampel berupa RMK (Rekam Medik) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 14 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Jenis antidiabetes yang paling banyak adalah insulin sebanyak 9 pasien (64,28%), kemudian diikuti dengan kombinasi insulin dan OHO sebanyak 3 pasien (21,42%). OHO tunggal sebanyak 2 pasien (14,28%).
Kelompok pasien yang menerima terapi insulin yaitu insulatard sebanyak 5 pasien (35,71%) dan kombinasi insulin insulatard dengan actrapid sebanyak 4 pasien (28,57%). OHO tunggal yang digunakan adalah metformin sebayak 1 pasien (7,14%) serta kombinasi metformin dan glucobay sebanyak 1 pasien (7,14%). Pada kelompok pasien yang menerima kombinasi insulin dan OHO, terdapat 1 pasien (7,14%) mendapat kombinasi Insulatard dengan Glibenklamid, 1 pasien (7,14%) menerima kombinasi novorapid dengan metformin dan glucobay, serta 1 pasien (7,14%) menerima kombinasi actrapid, novorapid, lantus dan Amaryl untuk mengendalikan kadar glukosa darah pasien hingga mendekati atau mencapai normal. Pemberian antidiabetes disesuaikan dengan keadaan pasien.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vi
ABSTRACT ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Bagi Peneliti ... 5
1.4.2 Bagi Rumah Sakit... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Diabetes Melitus... 6
2.1.1 Definisi ... 6
2.1.2 Klasifikasi ... 6
2.1.3 Epidemiologi ... 7
2.1.4 Etiologi ... 8
2.1.5 Patofisologi... 8
2.1.6 Patogenesis ... 9
2.1.7 Manifestasi Klinis ... 10
2.1.8 Komplikasi Diabetes ... 11
xi
2.1.8.2 Komplikasi Kronis ... 12
2.1.9 Faktor Resiko ... 15
2.1.10 Penatalaksanaan Terapi ... 16
2.1.10.1 Perencanaan Diet ... 17
2.1.10.2 Latihan Jasmani ... 17
2.1.10.3 Pengelolahan Farmakologi ... 18
2.2 Gagal Jantung ... 35
2.2.1 Definisi ... 35
2.2.2 Epidemiologi ... 35
2.2.3 Etiologi ... 35
2.2.4 Patofisiologi ... 36
2.2.5 Gambaran Klinis ... 38
2.2.6 Gagal Jantung Dengan Diabetes ... 39
2.2.7 Tata Laksana Terapi ... 40
2.3 Penggunaan OAD dengan Gagal Jantung ... 44
BABIII KERANGKA KONSEPTUAL ... 50
BAB IV METODE PENELITIAN ... 54
4.1 Rancangan Penelitian ... 54
4.2 Populasi dan Sampel ... 54
4.2.1 Populasi ... 54
4.2.2 Sampel ... 54
4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 54
4.2.4 Kriteria Data Eksklusi ... 54
4.3 Bahan Penelitian ... 55
4.4 Instrumen Penelitian ... 55
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 55
4.6 Definisi Operasional ... 55
4.7 Metode Pengumpulan Data ... 56
4.8 Analisa Data ... 57
BAB V HASIL PENELITIAN ... 58
5.1 Demografi Pasien ... 58
xii
5.1.2 Umur Pasien ... 58
5.1.3 Status Pasien ... 59
5.2 Komplikasi Penyerta ... 59
5.3 Penggunaan Antidiabetes pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Gagal Jantung ... 60
5.4 Hubungan Kadar Gula Darah dengan Rute Pemberian ... 63
5.5 Lama Perawatan Pasien ... 64
5.6 Kondisi KRS Pasien ... 64
BAB VI PEMBAHASAN ... 65
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
7.1 Kesimpulan ... 82
7.2 Saran ... 82
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Obat Hipoglikemik Oral di Indonesia ... 24
II.2 Karakteristik Insulin yang ada di Pasaran Indonesia ... 29
II.3 Kriteria Pengendalian Diabetes ... 30
II.4 Outcome Metformin ... 46
II.5 Studi Pengkajian OAD ... 48
V.1 Jenis Kelamin ... 58
V.2 Umur ... 58
V.3 Status Pasien ... 59
V.4 Komplikasi Penyerta ... 59
V.5 Pola Terapi Antidiabetes ... 60
V.6 Terapi Gagal Jantung ... 61
V.7 Terapi Penyerta Lain ... 62
V.8 Kadar Gula Darah dan Rute Terapi Pasien ... 63
V.9 Lama Perawatan Pasien ... 64
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Patofisiologi Diabetes ... 9
2.2. Patogenesis Dibetes ... 10
2.3. Lokasi Penyuntikan Insulin ... 28
2.4. Pengendalian Kadar Glukosa Berat Badan Lebih ... 31
2.5. Pengendalian Kadar Glukosa Berat Badan Tidak Lebih... 32
2.6. Algoritma Pengobatan ... 33
2.7. Algoritma Pencegahan ... 34
2.8. Patofisiologi ... 37
2.9. Penggunaan Metformin ... 45
3.1. Skema Kerangka Konseptual……… ... 52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Riwayat Hidup ... 85
2 Surat Pernyataan... 86
3 Nota Dinas ... 87
4 Keterangan Kalaikan Etik ... 88
5 Lembar Tabel Induk……… ... 89
6 Lembar Pengumpul Data………... 92
xvi
DAFTAR SINGKATAN
ACE-I : Angotensin Corverting Enzim Inhibitor ADA : American Diabetes Association
ADO : Antidiabetes Oral AF : Atrial Fibrilasi ALO : Acute Lung Odema
AMP : Adenosine Monophosphate ARB : Angiotensin Reseptor Bloker ARF : Acute Renal Faiure
Askes : Asuransi Kesehatan
CABG : Coronary Artery Bypass Graft
COPD : Cronic Obstructive Pulmonary Disease DKA : Diabetes Ketoasidosis
DM : Diabetes Melitus EKG : Elektrokardigram GDA : Gula Darah Acak
GDM : Gestational Diabetes Mellitus GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu GFR : Glomerular Filtration Rate HCT : Hydroclorothiazide
HF : Heart Failure
HGP : Hepatic Glucose Production
HHNC : Hyperglikemic Hyperosmolar Nonketotic Coma HNK : Hyperglycemic Non-Ketotik
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus IFG : Impairment Fasting Glucose
IGT : Impairment Glucose Tolerance JAMKESDA: Jaminan Kesehatan Daerah KRS : Keluar Rumah Sakit
xvii MRS : Masuk Rumah Sakit
NIDDM: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus NPH : Neutral Protamine Hagedorn
NYHA : New York Heart Association O2 : Oksigen
OHO : Obat Hipoglikemik/Hiperglikemik Oral PAD : Peripheral Arterial Diseases
PCOS : Polycistic Ovary Syndrome
PPARG: Peroksisom Proliferator Aktivator Reseptor Gamma PTCA : Percutaneus Transluminal Coronar
PZI : Protamine Zinc Insulin RCT : Randomized Controlled Trial RI : Resistensi Insulin
SPM : Surat Pernyataan Miskin TB : Tuberkulosis
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu TZDs : Thiazolidinediones
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Antman, Elliot M. 2007. Cardiovascular Therapeutic A Companion to
Braunwald’s Heart Disease. Third Edition. Saunder Elsevier, Canada, hal. 315-21.
Baradero, M., Dayrit, M., dan Siswadi, Y., 2009. Klien Gangguan Endokrin. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta, hal 106-13.
Camacho, P., Gharib, H., and Sizemore, G., 2007. Evidence Based Endocrinology. Second Edition. Philadelphia, USA, hal 158-70.
Dinh, W., Lankisch, M., Nickl, W., Scheyer, D., Scheffold, T., Kramer, F., Klein, R., Barroso, M., and Futh, R.., 2010. Insulin Resitance And Glycemic Abnormalities Are Associated With Deteroration of Left Ventricular Diastolic Function: a cross-sectional study. Cardiovascular Diabetology, No. 9, pp. 63.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., Well, B.G., and Posey, L.M., 2008. Pharmacotherapy. Ed. 7th, New York : Mc Graw-Hill, pp. 1238-48. Eurich, D., Alister, F., Blackburn, D., Majumdar, S., Tsuyuki, R., Varney, J., and
Johnson J., 2007. Benefits and Harm of Antidiabetic Agent in Patient With Diabetes and Heart Failure: Systematic Review. BMJ, OnlineFirst, pp. 1-10.
Gray, H.H., Dawkins K.D., Morgan, J.M., and Simpson I.A., 2005. Kardiologi Lecture. Edisi keempat. Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 80-91.
Greenstein, B., and Wood, D. 2010. At a Glance Sistem Endokrin. Edisi kedua. Penerbit Erlangga, Jakarta, hal.82-7.
Hinson, J., Raven, P., and Chew, S. 2007. The Endocrine System. Churchill Livingstone Elsevier, Europe, hal. 114-19.
Lilly, Leonard S.,2011. Pathophysiology Of Heart Disease. Ed. 5th, Philadelpia, USA, hal 216-17.
MacDonald, M., Eurich, D., Majumdar, S., Lewsey, J., Bhagra, S., Jhund, P., Petrie, M., McMurray, J., Petrie, J., and MacAlister, F.,2010. Treatment of Type 2 Diabetes and Outcomes in Patient With Heart Failure: A Nested Case-Control Study From the U.K. General Practice Research Database.
Diabetes Care Journals, No. 33, pp. 1213-18.
McCloskey B., DittkoV.P., Robertson C., Shomali M., and Youssef G., 2006.
xix
Michel, K., McMurray J, Nielsen, H., Gomis, R., Hanefeld, M., Pocock, S., Curtis, P., Jones, N., and Home, P., 2010. Heart Failure Event With Rosglitazone in Type 2 Diabetes: Data From The Record Clinical Trial.
European Heart Journal, No 31, pp. 824-831.
Molavi, B., Rassouli, N., Bagwe, S., and Rasouli, N.,2007. A review of thiazolidinediones and metformin in the treatment of type 2 diabetes with focus on cardiovascular complications. Vaskular Health and Risk Management, Vol. 3 No. 6, p 967-73.
Nesto, R., 2011. Heart failure in diabetes mellitus.
http://www.uptodate.com/contents/heart-failure-in-diabetes-mellitus. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011.
Perkeni, 2006. Konsensus Pengolahan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta, hal 9-37.
Shah, D., Fonarow G., and Horwich T., 2010. Metformin Therapy and Outcome in Patients With Advanced Systolic Heart Failure and Diabetes. J Card Fail, Vol.16(3), pp. 200–6.
Setiawan, M. dan Bahrudin, M., 2009. Buku Ajar Blok Cardiocerebrovascular. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang, hal 51. Setiawan, M., 2008. Buku Ajar Endokrin. Malang: Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang.
Silbernagl, S., and Lang F., 2007. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran ECC, Jakarta, hal 286-91.
Soegondo, S., Soewondo, P., dan Subekti I., 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Edisi kedua. Badan Penerbit FKUI, Jakarta, hal 11- 43. Soegondo, S. dan Sukardji, K., 2008. Hidup Secara Mandiri Dengan Diabetes
Melitus Kencing Manis Sakit Gula. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, hal 1-21.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin (Suyono, 2011). DM didefinisikan juga sebagai suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri, polidipsi dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥126 mg/dL atau postprandial ≥ 200 mg/dL). Bila diabetes mellitus tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat (Suherman, 2008).
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar untuk tahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM pada daerah perkotaan sebesar 14,7% dan daerah pedesaan sebesar 7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penyandang diabetes sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah pedesaan. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada perkotaan (14,7%) dan pedesaan (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah perkotaan dan 8,1 juta di daerah pedesaan (PERKENI, 2006).
2
menimbulkan komplikasi akut berupa koma hipoglikemia dan hiperglikemia, ketoasidosis dan nonketoasidosis (Boedisantoso, 2011). Komplikasi kronis adalah mikrovaskular (menyangkut pembuluh darah kecil) dan makrovaskular (menyangkut pembuluh darah besar). Komplikasi ini adalah akibat lama dan beratnya hiperglikemia. Perubahan pada pembuluh darah mengakibatkan retinopati diabetik, nefropati diabetik, neuropati perifer dan automatik, penyakit vascular perifer, penyakit serebrovaskular (stroke), serta penyakit arteri koroner (Baradero et al, 2009).
Seiring berkembangnya komplikasi DM akan meningkatkan resiko penderita untuk berkembang menjadi penyakit jantung. Penyakit jantung penyebab utama kematian penderita DM baik tipe 1 maupun 2 (Fowler, 2008). Gagal jantung merupakan komorbiditas umum pada pasien dengan DM. Pasien dengan DM memiliki peningkatan risiko terhadap gagal jantung yang disebabkan oleh peningkatan hiperglikemia. Peningkatan hiperglikemia menyebabkan 2-4 resiko gagal jantung karena hiperglikemia yang kronik dapat menyebabkan penyempitan arteri atau kehilangan elastisitas arteri (Eurich et al, 2007).
Gagal jantung (Heart Failure/HF) adalah sindrom klinis yang kompleks yang bisa diakibatkan dari gangguan jantung struktural atau fungsional yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk memenuhi atau mengeluarkan darah. Hal ini ditandai dengan gejala spesifik, seperti dispnea dan kelelahan, dan tanda-tanda, seperti yang berhubungan dengan retensi cairan. Pasien dengan DM memiliki peningkatan risiko terhadap gagal jantung, resiko relatif meningkat sebanyak 10-15% per kenaikan satu unit hemoglobin terglikasi (Eurich et al, 2007). Studi Framingham menegaskan epidemiologi hubungan antara diabetes dan heart failure (HF). Risiko heart failure (HF) meningkat 2,4 kali lipat pada pria dan lima kali lipat pada wanita (Nesto, 2011).
Pada pengendalian DM di Indonesia selain mengupayakan perubahan perilaku dan perencanaan makan juga dibutuhkan pengobatan dengan insulin yang mempunyai durasi kerja yang berbeda-beda seperti insulin kerja singkat (short acting), insulin kerja cepat (rapid acting), insulin kerja sedang (intermediate) dan
3
Indonesia digolongkan menjadi lima yakni sulfonilurea, meglitinid, biguanid, penghambat α-glikosidase dan tiazolidinedion (Suherman, 2008). Dari kelima golongan obat oral antidiabetik di atas memiliki mekanisme kerja yang berbeda, namun mekanisme insulin sensitizing agent yakni golongan thiazolidinedione dan metformin mampu menurunkan resiko kematian akibat gagal jantung dengan diabetes mellitus tipe 2 (Molavi et al, 2007).
Berdasarkan studi insulin treatment of type 2 diabetes and outcomes in patients with heart failure: a nested case-control study from the UK General Practice Research Database menyatakan bahwa kondisi fisiologis stress akan menyebabkan respon otonom yang merusak fungsi jantung karena aksi katekolamin yang merangsang peningkatan kerja jantung selain itu juga terkait dengan resistensi insulin yang meningkat dan hiperglikemia yang menyebabkan stress metabolik lebih lanjut pada jantung. Dalam studi tersebut mengatakan bahwa terapi insulin glukosa intensif dapat menurunkan resiko terhadap gagal jantung. Selain itu pada studi kasus pasien diabetes tipe 2 dengan gagal jantung tidak ditemukan adanya peningkatan mortalitas dengan adanya terapi insulin. Penggunaan insulin yang independen terkait dengan disfungsi ventrikel kiri yang secara klinis mengalami resisten insulin dan membutuhkan terapi insulin eksogen untuk mengatasi hiperglikemia simptomatik (MacDonald et al, 2010).
Berdasarkan studi heart failure event with rosglitazone in type 2 diabetes data from the record clinical trial menyatakan bahwa pengobatan yang sering
digunakan untuk komplikasi kardiomiopati diabetes adalah thiazolidinediones (TZDs). Golongan thiazolidinediones (TZDs) merupakan Peroksisom Proliferator Aktivator Reseptor Agonis (PPARG) yang meningkatkan sensitivitas insulin
dalam hati, jaringan adiposa, dan otot rangka, sehingga meningkatkan kontrol glikemik (Komadja et al, 2010).
4
lanjut dari 3 tahun pengobatan pada orang dengan DM tipe 2 dan penyakit makrovaskuler, sebelum terjadi infark miokard. Dari karakteristik pasien dengan heart failure (HF) di atas dapat menerima terapi pengobatan menggunakan obat lain seperti diuretik, β-bloker Adrenergik, ACE-inhibitor, Calcium-chanel bloker , nitrate, antiplatelet agent. Dari hasil penelitian diatas mendukung pedoman pengobatan untuk pasien heart failure (HF) menggunakan TZDs. Pada pasien heart failure (HF) yang diterapi dengan kombinasi diatas mengarah pada kesembuhan (Komadja et al, 2010).
Berdasarkan studi lain yakni metformin therapy and outcome in patient with advanced systolic heart failure and diabetes, dikatakan bahwa pemberian
obat oral antidiabetes metformin mampu memperbaiki kondisi akhir penderita gagal jantung serta menurunkan mortalitas dan angka rawat inap kembali dibandingkan dengan sulfonylurea. Studi selanjutnya mengenai keamanan pemberian metformin yakni dengan dilakukannya studi terhadap pasien gagal jantung sistolik tahap lanjut (klasifikasi New York Heart Association (NYHA) III-IV) di sebuah pusat Gagal Jantung Ahmanson-UCLA Cardiomyopathy pada 1994-2008 menunjukkan adanya peningkatan yang bermakna setelah pemantauan selama 6 bulan pada kelompok metformin, dengan perbaikan ejeksi fraksi mencapai 30+10%. Dengan menggunakan metode multivariat dengan penyesuai-an terapi menggunakpenyesuai-an ACE Inhibitor/ARB atau β-blocker, penggunaan metformin menunjukkan kecenderungan perbaikan fungsi jantung. Mekanisme kerja metformin dalam memperbaiki fungsi jantung dan survival rate diperkirakan melalui pengaruh pada aktivitas adenosine monophosphate (AMP)-activated protein kinase, sebuah enzim yang berperan sentral dalam homeostasis energi
jantung dan jaringan lainnya serta berperan pada patofisiologi kelainan kardiovaskular dan metabolik. Bukti ini menunjukkan bahwa metformin bersifat kardioprotektif tanpa dipengaruhi oleh efek antihiperglikemi. Dari studi pemberian obat oral antidiabetes metformin dapat disimpulkan bahwa pemberian obat oral antidiabetes metformin aman bagi penderita gagal jantung sistolik dibandingkan dengan kelompok non-metformin (Shah et al, 2010).
5
tipe 2 dengan gagal jantung. Dilakukan secara observasional dengan pengambilan data secara prospektif di RSU. Saiful Anwar Malang.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana pola penggunaan antidiabetes pada penderita DM tipe 2 dengan gagal jantung di RSU. Dr. Saiful Anwar Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pola penggunaan antidiabetes yang diterima pasien penderita DM tipe 2 dengan gagal jantung terkait data kinik dan data laboratorium pasien.
2. Mengkaji jenis, dosis, rute, dan frekuensi penggunaan antidibetes pada pasien penderita diabetes melitus tipe 2 dengan gagal jantung.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Mengetahui penatalaksanaan terapi pengobatan terhadap hasil terapi pada pasien DM dengan gagal jantung sehingga farmasis dapat memberikan asuhan kefarmasian dengan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
2. Studi pendahuluan dan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan dengan melakukan penelitian sejenis dengan mengikutsertakan variabel yang lain.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan baik klinisi maupun farmasis terutama berkaitan dengan pelayanan farmasi klinik pada kasus antidiabetes untuk pasien DM dengan gagal jantung.