• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Kearsipan Dalam Mengumpulkan Dokumen Di Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Kearsipan Dalam Mengumpulkan Dokumen Di Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PROSEDUR KEARSIPAN DALAM MENGUMPULKAN DOKUMEN DI KEMENTERIAN AGAMA KANTOR WILAYAH

PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH : SUCI RAMADONA

122103050

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEKRETARIATAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : SUCI RAMADONA

NIM : 122103050

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

JUDUL : PROSEDUR KEARSIPAN DALAM

MENGUMPULKAN DOKUMEN DI KEMENTERIAN

AGAMA KANTOR WILAYAH PROVINSI SUMATERA

UTARA

Medan, Juli 2015 Menyetujui Pembimbing

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

NAMA : SUCI RAMADONA

NIM : 122103050

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

JUDUL : PROSEDUR KEARSIPAN DALAM

MENGUMPULKAN DOKUMEN DI KEMENTERIAN

AGAMA KANTOR WILAYAH PROVINSI SUMATERA

UTARA

Tanggal : ……….. 2015 KETUA PROGRAM STUDI

DIPLOMA III KESEKRETARIATAN

Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM NIP. 19741012 200003 2 003

Tanggal : ………..2015 DEKAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang

telah memberikan kita iman dan islam serta kesempatan sehingga penulis mampu

menyelesaikan Tugas Akhir sebagai titik akhir dari sebuah proses pembelajaran di

Program Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara yang mudah-mudahan mendapat ridho Allah SWT. Shalawat dan salam

penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadikan

Alqur’an sebagai pedoman dan penunjuk bagi hidup dan kehidupan manusia di

muka bumi.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih kepada :

1. Prof. Subhilhar, Ph.D selaku Plt Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM, selaku Ketua Program

Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara sekaligus Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan

kesediaan waktunya untuk memberikan pengarahan dan saran dalam

penyelesaian Tugas Akhir ini.

4. Ibu Magdalena Linda Leonita Sibarani SE,MSi , selaku Sekretaris

Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

(5)

5. Seluruh Dosen pengajar dan pegawai Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,

Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis mendapatkan

informasi dan menyelesaikan urusan kampus.

6. Bapak/ibu pegawai Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

yang telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis untuk

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Terima kasih yang teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayahanda

Kisnan dan ibunda Asifah yang telah membesarkan penulis, membimbing

penulis dengan kasih sayang yang tak terhingga. Terima kasih atas do’a,

perhatian dan dukungan yang diberikan tiada hentinya. Semoga Allah

SWT membalas semua kebaikan kalian, Amin ya Allah.

8. Terima kasih spesial buat abang tersayang Agil Fahnan Saputra yang telah

menjaga dan membimbing penulis selama ini.

9. Seluruh Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Program Studi

Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

10.Terima kasih buat teman seperjuangan Program Studi Diploma III

Kesekretariatan Stambuk 2012.

11.Terima kasih untuk kedua sahabat yang telah mendukung penulis selama

ini Elly Ony Satriani dan Putri Masruro

12.Terima kasih untuk Dede Aulia Rahman yang telah memberikan dukungan

(6)

Akhir kata, penulis berharap agar upaya ini dapat mencapai maksud yang

diinginkan dan dapat menjadi tulisan yang berguna bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...4

E. Jadwal Kegiatan Penelitian ...5

F. Sistematika Penelitian ...5

BAB II PROFIL INSTANSI ...7

A. Sejarah Singkat Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara...7

B. Struktur Organisasi ...19

C. Job Description ...22

D. Jaringan Kegiatan ...23

E. Kinerja Kegiatan Terkini ...25

F. Rencana Kegiatan ...26

BAB III PEMBAHASAN ...27

(8)

Halaman

1. Fungsi dan Tujuan Arsip ... 28

2. Nilai Guna Arsip ... 29

3. Penyimpanan Arsip ... 30

4. Sistem Penyimpanan Arsip ... 32

5. Peralatan dan Perlengkapan Arsip ... 35

6. Pemeliharaan dan Pengamanan Arsip ... 36

7. Peminjaman Arsip ... 38

8. Penemuan Kembali Arsip... 38

9. Korespondensi Arsip ... 39

10.Perlindungan Arsip ... 39

11.Penyusutan Arsip ... 40

12.Pemusnahan Arsip ... 40

13.Prosedur Kearsipan ... 41

B. Prosedur Kearsipan di Kementerian Agama ... 43

1. Asas Kearsipan di Kementerian Agama ... 43

2. Peralatan dan Perlengkapan Arsip ... 44

3. Sistem Penyimpanan Arsip di Kemenag ... 44

4. Peminjaman Arsip di Kemenag ... 45

5. Penemuan Kembali Arsip di Kemenag ... 46

5. Pemeliharaan dan Pengamanan Arsip ... 46

6. Pemusnahan Arsip di Kemenag ... 47

7. Kendala yang dihadapi ... 47

8. Cara mengatasi kendala ... 48

(9)

Halaman

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL HALAMAN

1. Struktur Kanwil Kementerian Agama Provinsi 21 Sumatera Utara

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia sejak memplokamirkan kemerdekaannya mendorong

untuk melaksanakan pembangunan disegala bidang. Sebab itu bidang kearsipan

sebagai sumber ingatan, sumber informasi dan sumber sejarah untuk membantu

dalam melancarkan proses pembangunan di Indonesia.

Seperti yang diterangkan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1971

tentang ketentuan-ketentuan pokok kearsipan pada bab 1 ayat a dan b menjelaskan

bahwa arsip adalah: ayat a “naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga

negara dan badan-badan pemerintahan dalam corak apapun baik dalam keadaan

tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan.

Ayat b “naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh badan-badan swasta atau

perorangan dalam bentuk corak apapun dalam keadaan tunggal maupun

berkelompok dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.

Diperkantoran, kearsipan berperan penting dalam administrasi ialah

sebagai sumber ingatan, sumber informasi dalam rangka melaksanakan kegiatan

perencanaan, penganalisaan, perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,

pembuatan laporan pertanggung jawaban, penilaian dan alat pengendalian yang

(13)

Arsip merupakan pusat kegiatan dan alat pengawasan yang diperlukan

dalam rangka melaksanaan segala kegiatan perkantoran. Oleh sebab itu tanpa

adanya arsip, tidak mungkin seseorang dapat mengingat segala dokumen dan

catatan yang begitu kompleks, terutama dalam pengelolaan administrasi

perkantoran. Istilah ‘arsip’ akan timbul bayangan citra buruk tentang tumpukan

kertas yang kumal, penuh debu, ruangan yang kotor, serta banyak kertas yang

berserakan. Hal tersebut tidak hanya merugikan kedudukan petugas arsip tetapi

juga mengakibatkan citra terhadap pelaksanaan, pengelolaan arsip seolah-olah

menjadi kurang baik dan tidak berguna.

Dimana penataan arsip tersebut ditata menurut prosedur kearsipan yang

sesuai dengan ruang lingkup perusahaan atau menurut kebijakan perusahaan itu

sendiri. Keberhasilan dan kelancaran kerja yang dilakukan oleh bagian kearsipan

sangat ditentukan oleh sistem pengelolaan arsip yang diterapkan pada suatu kantor

atau organisasi, karena usaha kearsipan itu sendiri baik dalam hal mencatat dan

penyimpanan warkat-warkat serta menemukan kembali sewaktu-waktu diperlukan

atau dibutuhkan.

Apabila arsip yang dimiliki oleh suatu organisasi tidak ditata dengan baik

dan teratur dapat mengakibatkan arsip-arsip sulit untuk ditemukan kembali.

Apabila sewaktu-waktu diperlukan karena banyak dijumpai arsip-arsip yang

hanya ditumpuk didalam gudang sehingga cepat rusak dan apabila hal tersebut

terjadi maka segala kegiatan perkantoran tidak akan berjalan lancar karena data

(14)

ditata dengan baik maka suatu organisasi atau kantor dapat memberikan data atau

arsip sebagai informasi yang baik, lengkap dan akurat kepada orang-orang yang

membutuhkan informasi tersebut.

Untuk menunjang keberhasilan penerapan sistem kearsipan yang baik dan

benar maka perlu adanya pembinaan seluruh karyawan, terutama karyawan yang

bertugas dibidang arsip mengenai masalah kearsipan. Disamping melalui jalur

pendidikan akademis, dapat pula dengan cara membaca buku tentang kearsipan,

dapat pula mengadakan penataran, lokakarya, dan lain-lain yang bertujuan menata

dan memperbaiki kembali bidang kearsipan. Dengan hal tersebut diharapkan agar

karyawan dapat mengetahui, mempelajari serta memahami kearsipan dan

penerapannya mulai dari sistem penyimpanan kearsipan yang digunakan dalam

perusahaan atau instansi itu sendiri, baik itu dalam hal prosedur penyimpanan

sampai dengan penggunaan peralatan dan perlengkapan sehingga tertib

administrasi dan kegiatan arsip mengarsip akan terwujud.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kita berusaha untuk memperbaiki

atau meningkatkan citra kearsipan, tanpa arsip maka tidak mungkin seseorang

mengingat berbagai macam dokumen dan catatn-catatan yang begitu banyak dan

beraneka ragam. Dari uraian serta penjelasan diatas serta penulis mengadakan

penelitian dilapangan, maka penulis tertarik untuk membahas prosedur kearsipan

pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Sumatera

(15)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan diatas maka

permasalahan yang penulis angkat pada tugas akhir ini adalah “Bagaimana

Prosedur Kearsipan dalam mengumpulkan dokumen di Kementerian Agama

Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara?”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah Untuk

mengetahui prosedur kearsipan pada Kementerian Agama Kantor Wilayah

Provinsi Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini dikemukakan beberapa manfaat

yaitu:

1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh

pendidikan di Diploma III Kesekretariatan dengan membuat laporan

penelitian secara ilmiah dan sistematis.

2. Dapat mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan informasi yang

diperlukan untuk meningkatkan ilmu di Diploma III Kesekretariatan.

3. Dapat melakukan pengembangan media aplikasi sistem informasi, guna

(16)

4. Untuk memperluas wawasan dan pandangan mahasiswa/i terhadap

prospek kemajuan teknologi dan perkembangan informasi.

E. Jadwal Kegiatan

Penelitian ini dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi

Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya, jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat

[image:16.595.106.519.308.487.2]

pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan

No Bulan

Kegiatan

Persiapan Pengumpulan Data

Penulisan Laporan 1 April 2015

2 Mei 2015 3 Mei 2015

Sumber : Penulis (2015)

Dalam kegiatan pengumpulan data, dilakukan penelitian selama 2 bulan

pada April dan Mei 2015 di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi

Sumatera Utara.

F. Sistematika Penelitian

Tugas Akhir ini dibagi atas 4 (empat) bab, dimana setiap babnya dibagi

atas beberapa sub bab antara lain :

(17)

Dalam bab ini dijelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian.

Bab II : PROFIL INSTANSI

Dalam bab ini dijelaskan secara ringkas Kantor Wilayah Kementerian

Agama Provinsi Sumatera Utara, struktur organisasi dan job description,

jenis kegiatan, kinerja usaha terkini dan rencana kegiatan.

Bab III : PEMBAHASAN

Dalam bab ini, dijelaskan tentang metode dan prosedur penyimpanan

arsip, metode dan prosedur pemeliharaan arsip, metode dan prosedur

penyusutan dan pemusnahan arsip.

Bab IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian yang

dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera

Utara, dan saran penulis, serta daftar pustaka yang mencantumkan semua

(18)

BAB II

PROFIL INSTANSI

A. Sejarah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Pada saat berdirinya Kementrian Agama tahun 1946, Sumatera masih

merupakan satu Provinsi dengan Gubernurnya waktu itu Mr.Tengku Moch.Hasan,

berasal dari Aceh. Jawatan Agama Sumatera oleh Pemerintah dipercayakan

kepada H.Muchtar Yahya, kedudukannya masih berada di bawah Gubernur. Pada

tahun 1946 Sumatera dibagi menjdi 3 provinsi, yakni Provinsi Sumatera Utara,

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan, H.Muchtar Yahya ditunjuk menjadi

koordinator Jawatan-jawatan agama tersebut, bertempat di Bukit Tinggi.

Kepala-Kepala Jawatan Agama di ketiga wilayah Sumatera waktu itu, Tengku

Moch,Daud Beureuh Provinsi Sumatera Utara, Nazaruddin Thoha Sumatera

Tengah dan K.Azhari Sumatera Selatan. Mereka diangkat oleh Gubernur

Sumatera Utara yang mewakili Presiden untuk mengurus Pemerintahan di

wilayahnya.

Sesudah kantor-kantor Jawatan Agama Provinsi Sumatera ada hubungan

dengan Kementrian Agama, yang berkedudukan di Yogyakarta, H.Muchtar Yahya

dipindahkan ke pusat bertindak sebagai Kepala Urusan Keagamaan Wilayah

Sumatera. Sementara itu pada tahun 1953, Provinsi Sumatera Utara merupakan

gabungan dari daerah Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli berkedudukan di

(19)

Tengku Abdul Wahab Silimeun, sedang koordinator untuk Keresidenan Sumatera

(20)

Pada tahun 1956 struktur Pemerintahan berubah lagi, Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara, sebagai gabungan dari Keresidenan Sumatera Timur dan

Tapanuli berkedudukan di Medan dan Daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa

Aceh berkedudukan di Kotaraja (Banda Aceh). Untuk memimpin Jawatan Agama

Provinsi Sumatera Utara ditunjuk K.H.Muslich dan Pimpinan Jawatan Agama

daerah istimewa Aceh tetap ditangan Tengku Wahab Silimeun. Sejak saat itulah

Jawatan Agama kedua Provinsi tersebut berdiri sendiri-sendiri dan untuk

perkembangan selanjutnya diatur berdasarkan peraturan-peratuaran yang

ditetapkan Kementerian Pusat. Sejak Provinsi Sumatera Utara berdiri sendiri,

pernah menjabat Kepala (dengan beberapa kali mengalami perubahan struktur)

adalah :

1. K.H. MUSLICH

2. H. MISKUDDIN A. HAMID

3. H.M. ARSYAD THALIB LUBIS

4. PROF.DR. T.H. YAFIZHAM, SH

5. DR.H.A. DJALIL MUHAMMAD

6. DRS.H.A. GANI

7. DRS.H.M. ADNAN HARAHAP

8. DRS.H.A. BIDAWI ZUBIR

9. DRS. NURDIN NASUTION

10. PROF.DR.H. MOHD. HATTA

11. DRS.H.Z. ARIFIN NURDIN,SH, MKn

(21)

Kiranya perlu diketahui situasi keagamaan di Keresidenan Sumatera

Timur dan Tapanuli sebelum digabung menjadi satu Jawatan Agama Provinsi

Sumatera Utara :

1. Pimpinan Keagamaan Kepresidenan Sumatera Timur pada waktu dipegang oleh

raja-raja yang jumlahnya tidak sedikit dan mempunyai daerah-daerah yang

ditaklukkannya, dengan peraturan-peraturan masing-masing sesuai dengan

kondisi masyarakat pada waktu itu. Setelah Indonesia merdeka di setiap

Keresidenan dibentuk Komite Nasional daerah Sumatera Timur, yang merupakan

Lembaga Legislatif. Badan-badan agama saat itu sudah ada, seperti Kadhi.

Sebelum terbentuknya `Dewan Agama` Partai Masyumi mempunyai inisiatif

yang membentuk Badan yang mengurus soal-soal keagamaan. Ide tersebut

diusulkan pada Sidang KNI secara aklamasi, usul tersebut diterima oleh anggota

KNI, akhirnya berdirilah Dewan Agama Keresidenan Sumatera Timur.

2. Sebelum adanya Dewan Agama di daerah Tapanuli, maslah-masalah yang

berhubungan dengan agama, ditangani oleh Kuria, didampingi oleh Kadhi,

merekalah pelaksana tugas yang berhubungan dengan masalah-masalah agama

seperti pernikahan, perceraian, pengurusan mesjid-mesjid, ibadah social dan lain

sebagainya.

Lahirnya Dewan Agama di Keresidenan Tapanuli ini, agak berbeda

dengan proses lahirnya Dewan Agama di daerah Sumatera Timur, ide dan gagasan

mula-mula lahir ditingkat Kewedanan Mandailing Tapanuli Selatan. Berita

tentang Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, disambut masyarakat

dengan penuh gembira dan rasa syukur kepada Tuhan, bahwa bangsa dan

negaranya sudah lepas dari belenggu penjajahan.Yang dirasakan akibatnya sangat

(22)

dengan tidak berperikemanusiaan oleh Belanda maka untuk memenuhi tuntutan

agama yang dipeluknya masyarakat menghendaki dibentuknya Jawatan tersendiri

yang mengurusi masalah agama.

Pada tahun 1946, diadakan Konfrensi Masyumi bertempat di Mandailing

Tapanuli Selatan, yang memutuskan untuk mendesak Pemerintah (Karisidenan)

membentuk Jawatan Agama, yang akan mengelola masalah-masalah agama pada

tingkat Keresidenan, Kewedanaan dan Kecamatan, yang selama ini

masalah-masalah tersebut diurusi oleh Kuria-Kuria dan dibantu oleh Kadhi-kadhi. Dalam

koferensi tersebut telah disepakati secara bulat, untuk membentuk Jawatan Agama

yang bernama `Dewan Agama`. Pada waktu itu mereka belum mengetahui berita

tentang berdirinya Kementrian Agama di Pusat. Usul tersebut oleh Residen

Tapanuli mendapat tanggapan positif, yang kemudian dibahas oleh KNI sebagai

lembaga yang berwenang, pada akhirnya disetujui pembentukannya.

Selanjutnya dewan yang baru dibentuk itu, sangat besar jasanya dalam

membantu pemerintah, melaksanakan tugasnya terutama dalam kegiatan

penerangan, karena pendekatan melalui agama lebih mudah diterima masyarakat.

Pada awal pembentukan kedua Dewan Agama di kedua Keresidenan tersebut,

struktur organisasinya masih berdiri sendiri-sendiri, belum ada hubungan dengan

Kementerian Agama Pusat. Hubungan dengan Pusat baru diadakan, setelah

diberitahu, bahwa di Pusat sudah berdiri Kementerian Agama.

1. Struktur Ketatanegaraan berubah maka kedua Keresidenan yaitu

Sumatera Timur dan Tapanuli, digabung menjadi satu Provinsi Sumatera

(23)

pelaksanannya baru bisa disesuaikan dengan Peraturan Menteri Agama

Nomor 10 Tahun 1952 dengan Susunan Organisasi sebagai berikut :

a. Jawatan Urusan Agama, terdiri atas : – Kantor Urusan Agama Provinsi;

– Kantor Urusan Agama Daerah; – Kantor Urusan Agama Kabupaten; –

Kantor Urusan Agama Kecamatan;

b. Jawatan Pendidikan Agama, terdiri atas: – Kantor Pendidikan Agama

Provinsi; – Inspeksi Wilayah; – Kantor Pendidikan Agama Kabupaten;

c. Jawatan penerangan Agama terdiri atas : – Kantor Penerangan Agama

Provinsi; – Pegawai Penerangan Agama;

d. Biro Pengadilan Agama, terdiri atas : – Mahkamah Islam Tinggi; –

Pengadilan Agama.

Biro Pengadilan Agama kemudian berubah menjadi Jawatan Peradilan

Agama (Permenag No. 10 Tahun 1962). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

nomor 1 Tahun 1963, Jawatan berubah menjadi Direktorat :

- Jawatan Urusan Agama menjadi Direktorat Urusan Agama – Jawatan

Pendidikan Agama menjadi Direktorat Pendidikan Agama – Jawatan

Penerangan Agama menjadi Direktorat Penerangan Agama – Jawatan

Peradilan Agama menjadi Direktorat Peradilan Agama.

2. Perkembangan Organisasi Departemen Agama pada tahun 1965 sampai

dengan 1974

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 91 Tahun 1967, tentang Struktur

Organisasi, Tugas dan Wewenang Instansi Departemen Agama di Daerah terdiri

(24)

a. Perwakilan Departemen Agama Provinsi2) Perwakilan Departemen

Agama Kabupaten/Kota3) Kantor Urusan Agama Kecamatan

Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :

a. Jawatan Urusan Agama, Jawatan Pendidikan Agama, Jawatan

Penerangan Agama, Jawatan Peradilan Agama dan Pengadilan Agama,

Jawatan Perguruan Tinggi Agama dan Pesantren Luhur, Jawatan Urusan

Haji, Jawatan Agama Kristen, Jawatan Agama Katholik, Jawatan Agama

Hindu dan Budha.

Perwakilan Departemen Agama Kabupaten/Kota terdiri dari :

a. Dinas Urusan Agama, Dinas Pendidikan Agama, Dinas Penerangan

Agama, Pengadilan Agama, Dinas Urusan Haji, Dinas Urusan Agama

Kristen, Dinas Urusan Agama Katholik, Dinas Urusan Agama Hindu dan

Budha.

Kantor Urusan Agama kecamatan meliputi :

a. Urusan Ketatausahaan, Keuangan dan Kepegawaian – Urusan

Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk serta Bimbingan Kesejahteraan

Keluarga – Urusan Rumah Peribadatan, Ibadah Sosial dan Urusan Haji –

Urusan Penerangan dan Penyuluhan Agama.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 53 Tahun

1971 tentang pembentukan Kantor Perwakilan Departemen Agama Provinsi serta

Kantor Departemen Agama Kabupaten dan Inspektorat Perwakilan, susunannya

terdiri dari :

(25)

2. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten

3. Kantor Urusan Agama Kecamatan

4. Urusan Pengawas adalah Inspektorat Perwakilan

Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :

1. Unsur Pimpinan adalah Kepala Perwakilan

2. Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat Perwakilan

3 Unsur Pelaksana ialah :

- Inspeksi Urusan Agama – Inspeksi Pendidikan Agama – Inspeksi

Penerangan Agama – Inspeksi Peradilan Agama.

3. Perkembangan pada tahun 1975 sampai dengan 1981

a.Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara

terdiri atas :

- Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi; – Kantor Departemen

Agama Kabupaten/Kota; – Kantor Urusan Agama Kecamatan.

b. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 (Disempurnakan)

tanggal 16 April 1975, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen

Agama Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Typologi IV, maka Kantor

Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara tediri dari :

- Bagian Tata Usaha; – Bagian Urusan Agama Islam; – Bidang Pendidikan

Agama Islam; – Bidnag Penerangan Agama Islam; – Bidang Urusan Haji;

– Pembimbing Masyarakat (Kristen) Protestan; – Pembimbing Masyarakat

(26)

Departemen Agama Kabupaten/Kota; – Kantor Urusan Agama

Kecamatan.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 45 Tahun1981

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja kantor Wilayah Departemen Agama

Provinsi Sumatera Utara termasuk pada Typologi I terdiri atas :

a. Bagian Sekretariat – Bidang Urusan Agama Islam – Bidang Penerangan

Agama Islam – Bidang Urusan Haji – Bidang Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam – Bidang Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan –

Pembimbing Masyarakat Katholik – Pembimbing Masyarakat Hindu –

Pembimbing Masyarakat Budha.

Selanjutnya terjadi perubahan struktur sesuai Keputusan Menteri Agama

Nomor 373 Tahun 2002. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kanwil Departemen

Agama Provinsi Sumatera Utara termasuk pada Typologi I.B. dengan bagan

seperti dibawah ini:

1. Struktur Typologi Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara :

a. Bagian Tata Usaha

b. Bidang Urusan Agama Islam

c. Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf

d. Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum

e. Bidang Pendidikan keagamaan, pondok pesantren, pendidikan agama

Islam pada masyarakat dan pemberdayaan mesjid

f. bidang bimbingan Masyarakat Kristen

(27)

h. Pembimbing Masyarakat Hindu

i. Pembimbing Masyarakat Budha

j. Kelompok jabatan fungsional

Tugas dan Fungsi Kanwil Departemen Agama

1. Perumusan visi, misi dan kebijakan teknis dibidang pelayanan dan bimbingan

kehidupan beragama kepada masyarakat di Provinsi.

2. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan masyarakat islam, pelayanan haji dan

umroh, pengembangan zakat dan wakaf, pendidikan dan keagamaan, pondok

pesantren, pendidikan agama islam pada masyarakat dan pemberdayaan mesjid

serta urusan agama, pendidikan agama, bimbingan masyarakat kristen, katolik,

hindu serta budha sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Perumusan kebijakan teknis dibidang pengelolaan administrasi dan informasi.

4. Pembinaan kerukunan beragama.

5. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan pengawasan program daerah,

instansi terkait lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas departemen

di provinsi.

6. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan lembaga

masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas departemen di provinsi.

Pokok-pokok kebijakan strategis Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara

1. Menciptakan iklim kondusif bagi proses pemantapan peran, fungsi dan

kedudukan agama sebagai landasan moral spiritual dalam pembangunan di

daerah Sumatera Utara.

2. Mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama sebagai

(28)

mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan

pelayanan kehidupan beragama.

3. Mengupayakan peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan agama dan

pendidikan keagamaan dengan menitikberatkan kepada peningkatan partisipasi

masyarakat.

4. Mengupayakan pemberdayaan lembaga-lembaga sosial keagamaan dan lembaga

pendidikan keagamaan untuk semakin memantapkan kehidupan beragama serta

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dalam

kehidupan beragama.

5. Mengupayakan peningkatan kualitas pemahaman penghayatan dan pengamalan

agama dan kerukunan umat beragama sebagai upaya meningkatkan harmonis

sosial dan integrasi bangsa.

6. Menata organisasi keagamaan dilingkungan Kanwil Departemen Agama Provinsi

Sumatera Utara sebagai respon terhadap adanya perubahan struktural di tingkat

pusat.

7. Meningkatan kualitas sumber daya dilingkungan Kanwil Departemen Agama

Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat meningkatkan kinerja untuk

menghasilkan output dan outcome sesuai dengan yang diharapkan.

8. Efisiensi pemanfaatan sumber daya dilingkungan Kanwil Departemen Agama

Provinsi Sumatera Utara sebagia respon terhadap berbagai keterbatasan sehingga

dapat dilakukan antisipasi kemungkinan terjadinya inefisiensi.

9. Menjalin koordinasi dan kerjasama dengan instansi-instansi baik dilingkungan

pemerintah maupun di swasta serta umat beragama.

10. Meningkatkan kehidupan kerukunan umat beragama baik intern, antar dan antara

(29)

11. Memberdayakan forum kerukunan umat beragama dalam rangka memelihara

kerukunan dan kesejahteraan.

Kondisi Ideal

1. Kadar keimanan dan ketaqwaan umat beragama yang makin tinggi mantap serta

ideal dan tata niat umat yang sedemikian kokoh sesuai dengan keyakinan dan

ajaran agama. Dengan demikian umat tidak akan mudah goyah menghadapi

berbagai ujian dan tantangan sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu dan

teknologi serta dampak negatif modernisasi.

2. Pengertian dan pemahaman umat tentang agamanya telah sedemikian matang,

luas, segar dan berkembang sehingga agama dapat lebih berperan sebagai

motivator dan dinamisator kemajuan. Sejalan dengan itu agama berperan pula

sebagai pengarah dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang

memiliki keseimbangan antara perkembangan dan kemajuan lahir serta

kesejahteraan batin.

3. Hubungan intern umat, hubungan antar umat serta hubungan antara umat

beragama sengan pemerintah telah sedemikian serasi, sehingga dalam

mengahadapi masalah nasional semua unsur dapat berpikir dan bertindak sebagai

utuh kesatuan yang utuh serta dengan tekad yang tunggal untuk mensukseskan

pembangunan.

Sementara itu pada tahun 1953, Provinsi Sumatera Utara merupakan

gabungan dari daerah Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli berkedudukan di

Kotaraja (Banda Aceh). Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh

Tengku Abdul Wahab Silimeun, sedang koordinator untuk Keresidenan Sumatera

Utara dipimpin oleh H.M. Bustami Ibrahim. Pada tahun 1956 struktur

(30)

gabungan dari Keresidenan Sumatera Timur dan Tapanuli berkedudukan di

Medan dan daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa Aceh berkedudukan di

Kotaraja (Banda Aceh).

Untuk memimpin Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara ditunjuk

K.H.Muslich dan Pimpinan Jawatan Agama daerah istimewa Aceh tetap ditangan

Tengku Wahab Silimeun. Sejak saat itulah Jawatan Agama kedua Provinsi

tersebut berdiri sendiri-sendiri dan untuk perkembangan selanjutnya diatur

berdasarkan peraturan-peraturan yang ditetapkan Kementerian Pusat.Berdasarkan

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 1 tahun 2010

(disempurnakan) tanggal 28 Januari 2010, penyebutan departemen agama berubah

menjadi kementerian agama. Sejak Provinsi Sumatera Utara berdiri sendiri, sudah

12 orang yang pernah menjabat kepala (dengan beberapa kali mengalami

perubahan struktur) yang terakhir sekarang Dra.H.Tohar Bayoangin, M.Ag.

Visi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara adalah

Terwujudnya masyarakat agamais yang berakhlak mulia, rukun dan damai.

Adapun Misi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera

Utara adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama.

2. Meningkatkatkan pemehaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan

nilai-nilai agama.

3. Memperkokoh kerukunan umat beragama.

4. Mengembangkan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan

keagamaan.

(31)

6. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang

dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya

hubungan/keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Untuk tercapainya tujuan umum dari suatu lembaga atau instansi

dibutuhkan suatu wadah untuk mengatur semua aktivitas ataupun kegiatan

lembaga/instansi tersebut. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur

organisasi. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan dapat

diterapkan, sehingga efisiensi dan efektivitas kerja dapat diwujudkan melalui

kerjasama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan lembaga/instansi dapat

dicapai. Struktur organisasi penting dalam mempengaruhi perilaku individu atau

kelompok-kelompok yang terdapat dalam sebuah organisasi. Melalui struktur

organisasi para pegawai akan tahu akan tugas, wewenang, dan tanggung jawab

sehingga para pegawai tersebut dengan sendirinya akan mengerjakan tugas yang

dibebankan kepada mereka dengan baik.

Dengan struktur organisasi yang baik Pengaturan pelaksanaan dapat

diterapkan, sehingga efektivitas dan efisiensi kerja dapat terwujud melalui

kerjasama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Suatu lembaga/instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan

perseorangan, maupun kelompok yang bersifat melaksanakan kegiatan tertentu

(32)

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI nomor 18 tahun 1975

(disempurnakan) tanggal 16 April 1975, susunan organisasi dan tata kerja

Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara termasuk typologi I terdiri atas

Bagian Sekretariat, Bidang Urusan Agama Islam, Bidang Penerangan Agama

Islam, Bidang Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan, Pembimbing

Masyarakat Khatolik, Pembimbing Masyrakat Hindu dan Pembimbing

Masyarakat Budha. Perubahan struktur terjadi kembali sesuai dengan Keputusan

Menteri Agama Republik Indonesia nomor 13 tahun 2012. Struktur Organisasi

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada

(33)
[image:33.595.115.568.99.599.2]

Sumber : Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara (2015)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

C. Job Description

(34)

a. Melakukan penyiapan urusan penyusunan rencana, program dan

anggaran di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

b. Melakukan penyiapan urusan evaluasi dan penyusunan laporan di

lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

c. Melakukan penyiapan pelaksanaan urusan keuangan di lingkungan

Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

2. Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kepegawaian mempunyai

tugas yaitu:

a. Melakukan penyiapan urusan penyusunan organisasi di lingkungan

Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

b. Melakukan penyiapan urusan penyusunan tata laksana pada Subbag

Ortala dan Kepegawaian Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

c. Melakukan penyiapan urusan pengelolaan kepegawaian di lingkungan

Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

3. Subbagian Hukum dan Kerukunan Umat Beragama mempunyai tugas

yaitu :

a. Melakukan penyiapan urusan penyusunan peraturan

perundang-undangan di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

b. Melakukan penyiapan urusan bantuan hukum di lingkungan Kanwil

Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

c. Melakukan penyiapan urusan pelaksanaan urusan kerukunan umat

beragama Serta Pelayanan Masyarakat khonghucu di lingkungan Kanwil

Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

(35)

a. Melakukan penyiapan pelaksanaan urusan pengelolaan informasi di

lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

b. Melakukan penyiapan pelaksanaan urusan hubungan masyarakat di

lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara.

5. Subbagian Umum mempunyai tugas yaitu :

a. Melakukan penyiapan pelaksanaan urusan pengelolaan ketatausahaan

pada Subbag Umum di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera

Utara.

b. Melakukan penyiapan pelaksanaan urusan rumah tangga pada

Subbag Umum di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera

Utara.

c. Melakukan penyiapan pelaksanaan urusan perlengkapan pada

Subbag Umum di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera

Utara.

D. Jaringan Kegiatan

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara adalah

instansi pemerintah yang berkedudukan di Provinsi Sumatera Utara, berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama.Kantor Wilayah

Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara melaksanakan tugas dan fungsi

Kementerian Agama dalam wilayah provinsi berdasarkan kebijakan Menteri

Agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembangunan bidang

agama sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional adalah untuk menciptakan

(36)

Yang Maha Esa, selain itu kehadiran Kantor Wilayah Kementerian Agama

Provinsi adalah memberikan jaminan hukum dan pelayanan kehidupan beragama

bagi masyarakat sesuai dengan amanah Pancasila dan Undang Undang Dasar

1945. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor

13Tahun 2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian

Agama, Dalam melaksanakan tugas tersebut, bidang Kepegawaian

menyelenggarakan fungsi:

1. Melaksanakan identifikasi dan analisis permasalahan

2. Menugaskan pelaksana untuk menyiapkan konsep bahan penyusunan tata laksana

di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara

3. Membahas bersama pelaksana mengenai konsep bahan penyusunan tata laksana

di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara

4. Menugaskan pelaksana untuk menyusun konsep bahan penyusunan tata laksana

di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara sesuai hasil

pembahasan beserta konsep surat atau nota dinasnya.

5. Meneliti dan mengoreksi konsep bahan rancangan penyusunan tata laksana di

lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara beserta konsep surat/nota

dinasnya dan menyampaikannya kepada Kepala Bagian Tata Usaha.

E. Kinerja Kegiatan Terkini

Setiap instansi tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan

sesuai dengan tugas dan fungsi instansi, butuh waktu untuk mencapai itu semua,

begitu juga halnya pada bidang Kepegawaian Kantor wilayah Kementerian

(37)

terlaksana dan menghasilkan kerja yang maksimal, selektif dan efisien yang

dilandasi dengan bersikap amanah, jujur, disiplin, bertanggung jawab dan tidak

berpengaruh terhadap perbuatan KKN dan melanggar hukum yang dapat merusak

citra Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, sekaligus mampu menjadi

pengawal moral bangsa.

Untuk mendorong tercapainya hasil kerja yang maksimal diperlukan

kinerja yang bermutu berupa peningkatan kompetensi dan tanggung jawab.

Kinerja terkini yang dijalankan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi

Sumatera Utara adalah pembinaan kerukunan umat beragama, pelayanan dan

bimbingan masyarakat islam, pelayanan haji dan umrah, pelaksananaan hubungan

dengan pemerintah daerah, pengembangan zakat dan wakaf, bimbingan

masyarakat Kristen, katholik, hindu dan budha.

F. Rencana Kegiatan

Program atau rencana kegiatan dari bagian Kepegawaian di Kantor

Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

1. Penataan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Asesmen Kompetensi di Lingkungan

Kementerian Agama Angkatan I.

2. Penataan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Asesmen Kompetensi di Lingkungan

Kementerian Agama Angkatan II.

3. Penataan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Asesmen Kompetensi di Lingkungan

Kementerian Agama Angkatan III.

4. Penataan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Asesmen Kompetensi di Lingkungan

(38)

5. Penataan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Asesmen Kompetensi di Lingkungan

Kementerian Agama Angkatan V.

6. Penataan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Asesmen Kompetensi di Lingkungan

Kementerian Agama Angkatan VI.

(39)

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Prosedur & Kearsipan

Secara etismologi kata arsip berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu

archium yang artinya peti untuk menyimpan sesuatu. Semula pengertian arsip itu

memang menunjukkan tempat atau gedung tempat penyimpanan arsipnya, tetapi

perkembangan terakhir orang lebih cenderung menyebut arsip sebagai warkat itu

sendiri. Menurut (The Liang Gie 2002:18) memberikan pengertian bahwa warkat

adalah setiap catatan tertulis atau bergambar mengenai sesuatu hal atau peristiwa

yang dibuat orang untuk keperluan perekam ingatan.

Menurut (Wursanto,2003) berpendapat arsip adalah tempat menyimpan

secara teratur bahan-bahan tertulis, piagam-piagam, akte-akte,

kepustakaan-kepustakaan, daftar-daftar, dokumen-dokumen, atau peta-peta.

Menurut (Wursanto,2003) berpendapat dalam bukunya kearsipan 2,

Prosedur adalah suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap dalam

melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan, misalnya prosedur

penyimpanan arsip. Dalam kegiatan ini terdapat suatu rangkaian

ketentuan-ketentuan mengenai penyimpanan arsip antara lain meliputi: memisah-misahkan

(segregating), memadukan (assembling), mengklasifikasikan (classification),

mengindeks (indexing), mempersiapkan tunjuk silang (cross reference),

(40)

Menurut (Wursanto, 2003), kearsipan adalah proses kegiatan pengurusan

atau pengaturan arsip dengan menggunakan suatu sistem tertentu, sehingga

arsip-arsip dapat ditemukan kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu

diperlukan.

Menurut (Bashir,2007) kearsipan adalah tulisan yang dapat memberikan

keterangan tentang kejadian yang dapat memberikan keterangan-keterangan

organisasi. Untuk memperjelas mengenai pokok pengertian atau pendapat tentang

permasalahan yang penulis ambil, maka untuk itu penulis akan mengemukakan

konsep mengenai prosedur kearsipan.

1. Prosedur adalah suatu urutan-urutan atau langkah-langkah untuk

menyelesaikan pekerjaan sejak permulaan sampai selesai.

2. Kearsipan adalah suatu dokumen tulis yang mempunyai nilai historis,

disimpan dan dipelihara serta ditempatkan secara khusus untuk referensi.

Dari defenisi konsepsional yang penulis ambil diatas, maka penulis dapat

menarik kesimpulan bahwa prosedur kearsipan adalah langkah-langkah atau

aturan-aturan dalam menangani suatu kegiatan atau sekelompok bagian-bagian

yang bekerja pada dokumen tertulis yang mempunyai nilai historis dan

ditempatkan secara khusus untuk referensi.

1. Fungsi dan Tujuan Arsip

Menurut UU No.7 tahun 1971, funsgsinya arsip dibedakan atas dua yaitu

arsip dinamis dan arsip statis. Arsip dinamis adalah arsip yang masih secara

langsung digunakan dalam kegiatan-kegiatan atau aktifitas organisasi, baik sejak

(41)

dipergunakan lagi didalam fungsi-fungsi manajemen, tetapi dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan pendidikan dan penelitian, arsip statis merupakan arsip yang

memiliki nilai guna berkelanjutan (continuing value).

Menurut (Wursanto,2003), tujuan arsip yaitu :

1. Agar arsip terpelihara dengan baik, teratur dan aman.

2. Agar mudah mendapatkan kembali arsip yang dibutuhkan.

3. Untuk menghindari pemborosan waktu dan tenaga dalam mencari arsip

yang dibutuhkan.

4. Untuk menghemat tempat penyimpanan arsip.

5. Untuk menjaga kerahasiaan arsip.

6. Untuk menjaga kelestarian arsip.

2. Nilai Guna Arsip

Menurut (The Liang Gie,2007), nilai guna arsip adalah:

1. Arsip bernilai informasi

Contoh : pengumuman, pemberitahuan dan undangan.

2. Arsip bernilai administrasi

Contoh : ketentuan-ketentuan organisasi, surat keputusan, prosedur

kerja,dan uraian tugas pegawai.

3. Arsip bernilai hukum

Contoh : Akta pendirian perusahaan, akta kelahiran, akta

perkawinan, surat perjanjian , surat kuasa, dan keputusan

(42)

4. Arsip bernilai sejarah

Contoh : Laporan tahunan, notulen rapat, dan gambar foto

peristiwa.

5. Arsip bernilai ilmiah

Contoh : Hasil penelitian

6. Arsip bernilai keuangan

Contoh : Kwitansi, bon penjualan, dan laporan keuangan

7. Arsip bernilai pendidikan

Contoh : Karya ilmiah parah ahli, kurikulum, satuan pelajaran, dan

program pelajaran

8. Arsip bernilai dokumentasi

Contoh : Foto dijadikan video

3. Penyimpanan Arsip

Menurut ( Lawalata, 2012) dalam bukunya Panduan Lengkap Pekerjaan

Sekretaris, Penyimpanan arsip terbagi atas dua sistem :

1. Penyimpanan arsip secara manual (Manual System)

Sarana yang diperlukan dalam penyimpanan dan penataan surat dan arsip adalah

sebagai berikut:

a. Klasifikasi arsip, yaitu pengelompokan arsip menurut masalahnya secara

sistematis dan logis berdasarkan fungsi dan kegiatan organisasi atau

perusahaan.

b. Kode arsip, yaitu tanda pengenal masalah dari klasifikasi arsip. Kode

(43)

membedakan antara beberapa masalah yang terdapat dalam pola

klasifikasi arsip.

c. Indeks, yaitu tanda pengenal arsip untuk memudahkan menemukan

kembali arsip dengan cara mengidentifikasikan surat melalui penunjukan

d. suatu tanda pengenal yang dapat membedakan surat tersebut dengan yang

lainnya. Tanda pengenal surat harus diklasifikasikan dan merupakan

penunjuk langsung pada berkasnya.

e. Kartu tunjuk silang, yaitu kartu atau formulir yang digunakan untuk

memberikan petunjuk pada suatu dokumen yang mempunyai lebih dari

satu masalah.

2. Penyimpanan arsip secara elektronik (Electronic System)

Peralatan yang digunakan untuk menyimpan dan menemukan kembali

arsip harus menunjang terlaksananya tujuan penataan arsip, yaitu dapat

menyimpan dan menemukan kembali arsip dengan cepat dan tepat. Sejalan

dengan perkembangan teknologi informasi, telah banyak software yang berkaitan

dengan pengelolaan tata arsip secara elektronik. Penyimpanan arsip secara

elektronik adalah arsip yang dicipta dan dipelihara sebagai bukti dari transaksi,

aktivitas, dan fungsi lembaga atau individu yang ditransfer dan diolah di dalam

dan di antara sistem komputer. Penggunaan media elektronik dalam sistem

kearsipan sering disebut dengan electronic filing system yang berbasiskan pada

penggunaan komputer.

Menurut (Lawalata, 2012) dalam bukunya Panduan Lengkap Pekerjaan

(44)

a. Proses pengolahan yang cepat sehingga mempersingkat waktu pekerjaan.

b. Tingkat akurasi yang dihasilkan cukup tinggi. Informasi yang dihasilkan

akurat, sesuai dengan tujuan pengolahan data.

c. Kemudahan berinteraksi dengan penggunanya dalam menjalankan

aplikasi-aplikasi yang berbasis komputer.

Beberapa media penyimpanan arsip secara elektronis yang dapat

dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Software database atau basis data seperti Microsoft Access, MySQL,

Oracle, dan sebagainya.

2. USB flash disc, yaitu peranti penyimpanan data yang berbentuk seperti

pena dimana cara pemakaiannya dihubungkan ke port USB.

3. Memory card atau kartu memori, yaitu jenis penyimpanan data seperti

plastik tipis yang biasa digunakan pada PDA, kamera digital, ponsel, dan

sebagainya.

4. Sistem Penyimpanan Arsip (Methods of Filing)

Menurut (Amsyah, 2003:71) menyatakan bahwa, Sistem penyimpanan

adalah sistem yang dipergunakan pada penyimpanan dokumen agar kemudahan

kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan dokumen yang sudah

disimpan dapat dilakukan dengan cepat bilamana dokumen tersebut dibutuhkan.

Sistem penyimpanan surat yang dapat dipergunakan adalah sebagai

(45)

1. Kearsipan berdasarkan abjad (filing in alphabetical)

Filing in alphabetical order atau dikenal dengan sistem abjad adalah

penyelenggaraan sistem kearsipan berdasarkan abjad, disusun mulai dari

abjad A sampai Z. Sistem abjad paling banyak dipergunakan di organisasi

atau perusahaan karena merupakan sistem yang sederhana dan mudah

dalam menentukan dokumen. Melalui sistem abjad, dokumen disimpan

berdasarkan urutan abjad, kata demi kata, huruf demi huruf. Sistem abjad

yang sering digunakan yaitu berdasarkan nama orang dan nama badan.

Nama badan yaitu nama organisasi atau perusahaan. Sistem abjad dipilih

sebagai sistem penyimpanan arsip karena nama biasanya sebagai rujukan

pertama dalam pencarian dokumen sehingga dokumen-dokumen

cenderung dicari atau diminta melalui nama orang atau lembaga.

2. Kearsipan berdasarkan subjek atau kategori (filing by subject or category)

Filing by subject atau dikenal dengan sistem subjek adalah sistem

penyimpanan dokumen berdasarkan isi dari dokumen bersangkutan. Isi

dokumen sering disebut sebagai perihal, pokok masalah, permasalahan,

pokok surat, atau subjek. Sistem subjek merupakan suatu sistem

penyimpanan dokumen yang didasarkan pada isi dan kepentingan

dokumen.

3. Kearsipan berdasarkan tempat atau wilayah geografis (filing by places or

geographical order)

Filing by places or geographical order atau dikenal dengan sistem

(46)

pengelompokan menurut nama tempat. Sistem ini timbul karena adanya

kenyataan bahwa dokumen-dokumen tertentu lebih mudah dikelompokkan

menurut tempat asal pengirimannya atau nama tempat tujuan

dibandingkan dengan nama badan, individu, atau isi dokumen

bersangkutan.

4. Kearsipan berdasarkan nomor atau bilangan (filing by numbers or

numerical order)

Filing by numbers or numerical order atau dikenal dengan sistem nomor

adalah sistem penyimpanan dokumen berdasarkan kode nomor sebagai

pengganti dari nama-nama orang atau badan. Pada sistem nomor terdapat

tiga unsur yaitu file utama, indeks, dan buku nomor atau buku register.

Untuk penyimpanan suratnya diperlukan dua macam map, yaitu macam

map campuran dan individu.

5. Kearsipan berdasarkan tanggal atau kronologis (filing by dates or

chronological order)

Filing by dates or chronological order atau dikenal dengan sistem

kronologis merupakan sistem penyimpanan yang didasarkan pada urutan

waktu, yaitu tanggal, bulan, tahun, dekade, atau abad. Biasanya digunakan

untuk kantor berskala kecil yang menggunakan pencatatan dokumen

masuk dengan buku agenda.

6. Kearsipan berdasarkan warna (filing by colour)

Filing by colour atau dikenal dengan sistem warna digunakan sebagai

(47)

beberapa instansi yang menggunakannya sebagai identitas atau ciri khas

tertentu.

5. Peralatan dan Perlengkapan Arsip 1. Map arsip (folder)

Adalah lipatan kertas atau plastik tebal untuk menyimpan arsip. Macam-

macam map arsip meliputi :

a. Stofmap folio (map berdaun)

b. Snelhechter (map berpenjepit)

c. Brief Ordner (map besar berpenjepit)

d. Portapel (map bertali)

e. Hanging Folder (map gantung)

2. Sekat petunjuk (guide)

Adalah alat yang terbuat dari karton atau plastik tebal yang berfungsi

sebagai penunjuk, pembatas atau penyangga deretan folder.

3. Almari arsip (filing cabinet)

Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan arsip dalam bentuk lemari

yang terbuat dari kayu, alumunium, atau besi baja tahan karat atau api.

4. Rak arsip

Adalah almari tanpa daun pintu atau dinding pembatas untuk penyimpan

arsip yang telebih dahulu dimasukkan dalam ordner atau kotak arsip

(48)

5. Kotak atau almari kartu (Card cabinet)

Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan kartu kendali yang

penyimpanannya tidak boleh sembarangan agar mudah untuk ditemukan

kembali.

6. Berkas peringatan (Tickler File)

Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan arsip atau kartu-kartu yang

memiliki tanggal jatuh tempo.

7. Kotak arsip (file box)

Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan arsip yang terlebih dahulu

kedalam folder atau map arsip.

8. Rak sortir

Adalah alat yang digunakan untuk memisah-misahkan surat yang diterima,

diproses, dikirimkan atau untuk menggolong-golongkan arsip sebelum

disimpan.

6. Pemeliharaan dan Pengamanan Arsip

Apabila kata pemeliharaan dirangkaikan dengan kata arsip menjadi

pemeliharaan arsip dapat berarti juga proses atau cara atau perbuatan untuk

menjaga dan merawat arsip, sedangkan kata pengamanan arsip dapat berarti

perbuatan atau cara yang dilakukan agar arsip bebas dari bahaya, bebas dari

gangguan, dan terlindung dari kerusakan. Preservasi arsip “dapat diartikan sebagai

pengawetan, pemeliharaan,, penjagaan, dan perlindungan terhadap arsip. Menurut

Bellardo (1992), termasuk dalam kegiatan preservasi adalah memindahkan

(49)

media microfilm. Berdasarkan pengertian tersebut maka kegiatan pelestarian atau

preservasi arsip sebetulnya meliputi kegiatan pemeliharaan atau perawatan atau

penyimpanan dan pengamanan atau perlindungan arsip baik fisik maupun

informasi yang terekam didalamnya.

1. Menurut (Mulyono 2000:48-50) Pemeliharaan arsip secara fisik dilakukan

dengan cara :

a. Ruang tempat penyimpanan harus tetap kering (tidak lembab atau

terlalu lembab). Ruang harus cukup retang (sinar matahari harus

dapat masuk keruang penyimpanan).

b. Penggunaan racun serangga, diharapkan setiap enam bulan ruang

tempat penyimpanan disemprot DDT atau yang sejenis.

Penyemprotan harus dilakukan hati-hati agar tidak terkena

langsung pada kertas arsip.

c. Tindakan preventif (pencegahan) yaitu melarang petugas atau

siapapun membawa makanan ke ruang tempat kearsipan.

d. Memperhatikan kondisi arsip, menjaga kondisi arsip tetap prima

dengan cara membersihkan arsip dengan kemoceng maupun

dengan peralatan modern.

2. Pengamanan arsip

a. Keamanan arsip termasuk aman informasi yang terkandung

didalamnya tidak boleh diketahui orang yang tidak berhak, perlu

(50)

kegiatan peminjaman arsip. Perlu bukti pinjaman apabila arsip

dipinjam atau keluar dari ruang kearsipan.

7. Peminjaman Arsip

Menurut (Nuraida,2008) Peminjaman arsip adalah kegiatan pelayanan

pencarian arsip atau dokumen yang diperlukan oleh pimpinan oleh pihak lain, dan

menerima kembali, untuk disimpan ditempat penyimpanan semula.

Prosedur peminjaman arsip :

1. Peminjam mengajukan permohonan peminjaman arsip pada petugas.

2. Peminjam arsip mengisi blanko peminjaman dan menerima arsip yang

dibutuhkan.

3. Petugas kearsipan melakukan penagihan arsip apabila masa peminjaman

sudah habis.

4. Petugas kearsipan menerima, mencatat pengembalian, dan menyimpan

arsip ditempat penyimpanan semula.

8. Penemuan Kembali Arsip

Menurut (Bashir,2007) Apabila ada pihak lain yang meminta atau

meminjam arsip yang disimpan, petugas arsip harus menempuh langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Menanyakan jenis arsip yang disimpan

2. Menentukan kode berdasarkan nama yang telah di indeks

3. Melihat kartu indeks untuk melihat kode arsip

4. Mengambil arsip dari tempat penyimpanannya, berdasarkan kode dan

(51)

9. Korespondensi Arsip

Menurut (Lawalata, 2012) dalam bukunya Panduan Lengkap Pekerjaan

Sekretaris Semua dokumen yang berupa surat sebaiknya dikelompokkan menjadi

dua bagian yaitu sebagai berikut:

1. Incoming mail

Dokumen atau surat asli berikut duplikat atau copy dari jawaban atau

balasan untuk surat tersebut dimasukkan atau dikategorikan ke dalam

subjek dari surat tersebut. Duplikat atau copy dari surat tersebut

dimasukkan ke dalam arsip surat masuk atau correspondence in.

2. Outgoing mail

Duplikat atau copy dari surat keluar tersebut dimasukkan atau

dikategorikan berdasarkan subjek dari surat tersebut. Untuk surat balasan

yang masuk sebagai jawaban atau respons terhadap surat ini harus

dimasukkan ke dalam kategori atau subjek yang sama dengan surat keluar

tersebut, termasuk untuk semua surat yang masuk (correspondence in)

yang memiliki subjek yang sama harus dimasukkan ke dalam subjek ini.

Duplikat atau copy dari surat tersebut dimasukkan ke dalam arsip surat

keluar atau correspondence out.

10. Perlindungan Arsip

Menurut (Nuraida,2008) dalam bukunya Administrasi Perkantoran

(52)

menyimpan arsip sehingga arsip itu aman, selamat, terhindar dari bahaya,

kerusakan, dan pencurian oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

11. Penyusutan Arsip

Penyusutan arsip menurut PP No.34 Tahun 1979 ialah kegiatan

pengurangan arsip dengan cara :

1. Memindahkan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan dalam

lingkungan lembaga-lembaga Negara atau badan-badan pemerintah

masing-masing.

2. Memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

3. Menyerahkan arsip statis oleh unit kearsipan kepada arsip Nasional.

12. Pemusnahan Arsip

Menurut (Mulyono:2012:77) Memusnahkan arsip berarti menghapus

keberadaan arsip dari tempat penyimpanan. Jadi permusnahan arsip adalah

tindakan menghancurkan secara fisik arsip-arsip yang sudah berakhir fungsinya

dan sudah tidak memiliki nilai kegunaan lagi. Hanya untuk arsip yang mempunyai

nilai nasional yang tidak dimusnahkan, tetapi dikirim ke Arsip nasional untuk

disimpan dan dilestarikan untuk selama-lamanya sebagai hasil budidaya bangsa.

Pemusnahan dilaksanakan oleh penanggungjawab kearsipan dan 2 (dua)

orang saksi dari unit kerja lain. Setelah pemusnahan selesai dilaksanakan, maka

Berita Acara dan Daftar Pertelaan (Daftar Keterangan) ditandatangani oleh

(53)

Penghancuran arsip harus dilakukan secara total, sehingga hilang sama

sekali identitas arsip yang bersangkutan. Pelaksanaan permusnahan arsip dapat

dilakukan dengan 3 (tiga) cara :

1. Pembakaran arsip

Pembakaran arsip harus dilakukan dengan sempurna artinya perlu di cek

apakah kertas sudah terbakar secara sempurna (sudah jadi abu). Apabila

tidak di cek dapat terjadi masih ada kertas-kertas yang belum terbakar

yang sepintas tidak kelihatan.

2. Penghancuran arsip dengan bahan kimia

Adalah memusnahkan arsip dengan menuangkan bahan kimia diatas

tumpukan arsip. Cara ini agak berbahaya karena bahan kimia yang biasa

digunakan (biasanya soda api) dapat melukai kalau percikannya mengenai

badan.

3. Pencacahan arsip dengan mesin pencacah arsip

Cara pemusnahan arsip dengan mencacah arsip dapat dilakukan secara

bertahap, artinya tidak harus selesai pada saat itu.

13. Prosedur Kearsipan

Penyimpanan arsip (filing) dilakukan dengan beberapa tahapan, sebagai

berikut:

1. Penerimaan dokumen

Tahap pertama dimulai dengan penerimaan dokumen, file, atau surat.

Setelah menerima dokumen, file, atau surat, sekretaris harus mencatatnya

(54)

tanggal penerimaan pada dokumen, file, atau surat tersebut dengan

menggunakan stempel penanggalan (date stamp).

2. Tindakan

Tahap kedua adalah tahap pendistribusian. Sekretaris harus

mendistribusikan dokumen, file, atau surat kepada pihak tertuju atau

pimpinan. Sebaiknya sekretaris tidak menunda-nunda pendistribusian

dokumen, file, atau surat tersebut.

3. Menindaklanjuti (follow up)

Tahap ketiga adalah tahap pengecekan. Sekretaris harus memastikan

bahwasannya pimpinan telah menerima dan membaca dokumen, file, atau

surat tersebut. Bila memungkinkan sekretaris dapat juga mengingatkan

pimpinan untuk memberikan respons terhadap dokumen, file, atau surat

yang masuk tersebut.

4. Mengumpulkan dokumen yang akan diarsipkan

Tahap keempat adalah tahap pengumpulan dokumen, file, atau surat.

Setelah sekretaris memastikan dokumen, file, atau surat tersebut telah

dibaca dan direspons oleh pimpinan, sekretaris harus menaruhnya ke

dalam filing tray.

5. Melakukan pengarsipan (filing)

Tahap akhir adalah melakukan penyimpanan dokumen, file, atau surat

(filing). Sekretaris sebaiknya meluangkan waktu untuk melakukan

penyimpanan dokumen, file, atau surat di tengah-tengah kesibukannya

(55)

tinggi, jika tidak segera dibereskan dapat menyebabkan dokumen hilang

atau tercecer.

B. Prosedur Kearsipan di Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Sumber : Kantor bagian tata usaha Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera

[image:55.595.111.552.265.476.2]

Utara 2015

Gambar 2.2

1. Asas Kearsipan pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara menggunakan asas

desentralisasi yaitu tiap unit kerja menyelenggarakan kegiatan kearsipan sendiri-Proses Pengarsipan

Penerimaan Surat

Peralatan dan Perlengkapan

Penyimpanan Arsip

Peminjaman Arsip

Pemeliharaan Arsip Pemusnahan

Arsip

Penyusutan Arsip

(56)

sendiri. Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dalam kegiatan

kearsipan sudah sesuai dengan prosedur kearsipan pada umumnya.

2. Peralatan dan Perlengkapan Arsip pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Didalam sebuah kantor pasti menyediakan perlengkapan untuk

penyimpanan arsip. Selain perlengkapan utama untuk menyimpan arsip perlu juga

disediakan perlengkapan-perlengkapan dalam penyimpanan arsip, diantaranya

adalah : penyekat, map (folder), penunjuk (guide), lemari arsip.

Pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dalam

melakukan kegiatan kearsipan perlu adanya peralatan dan perlengkapan dalam

pengelolaan arsip tersebut, dengan adanya fasilitas tersebut maka dalam penataan

arsip akan tertata lebih rapi dan memudahkan arsiparis dalam pencarian arsip yang

akan digunakan.

Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dalam pengelolaan

arsip masih sangat kurang, terutama peralatan dan perlengkapan dalam melakukan

kegiatan kearsipan. Pada kantor hanya menggunakan map, guide, lemari arsip hal

ini kurang efektif. Seharusnya dalam melakukan kegiatan kearsipan harus

disediakan fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap agar lebih mudah dalam

penyimpanannya.

3. Sistem Penyimpanan Arsip pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Dibagian tata usaha Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

(57)

Sistem penyimpanan arsip Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

sudah berjalan dengan baik dan hanya terdapat kekurangan pada sumber daya

manusia yang kurang ahli dalam mengelola arsip. Hal ini mengakibatkan sekali

dalam melakukan kesalahan dalam melakukan penyimpanan arsip, sehingga tidak

terdapat pada sistem penyimpanan yang sebenarnya.

4. Peminjaman Arsip pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Dalam peminjaman arsip seharusnya menggunakan lembar peminjaman

arsip yang terdiri rangkap tiga (putih, merah dan biru). Peminjaman arsip pada

Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara belum sesuai dengan teori

yang ada, kendalanya pada saat peminjaman tidak disediakan lembar peminjaman

arsip. Hanya masih menggunakan cara manual (tidak menggunakan kartu

kendali).

Orang yang akan meminjam arsip langsung mendatangi petugas arsip,

dalam peminjaman ini tanpa ada syarat-syarat khusus, hanya menggunakan asas

kepercayaan pegawai kepada peminjam dan tidak ada batas waktu pengembalian.

Arsiparis seharusnya menyediakan kartu pinjam arsip, agar dapat diketahui

dimana arsip tersebut berada. Pelaksanaan peminjaman arsip pada Kantor

Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara belum sesuai dengan teori yang

(58)

5. Penemuan Kembali Arsip pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Arsip disimpan dengan tujuan menjaga data-data atau informasi-informasi

yang ada didalamnya agar sewaktu-waktu dibutuhkan dapat ditemukan dengan

segera. Pengelolaan arsip yang baik dan benar akan mempermudah penemuan

kembali arsip.

Pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dalam

penemuan kembali arsip yang akan digunakan masih dilakukan secara manual,

yaitu petugas arsip mencari arsip yang akan dipinjam tanpa menggunakan alat

bantu yang modern, seperti komputer, hanya melalui buku agenda dan lembar

disposisi.

6. Pemeliharaan dan Pengamanan Arsip pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dalam

melakukan pemeliharaan arsip guna untuk penjagaan arsip agar kondisi fisiknya

tidak rusak selama masih mempunyai nilai guna. Pemeliharaan arsip dapat

terlaksana dengan baik, Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

melakukan beberapa faktor agar tidak terjadi kerusakan sedapat mungkin

menggunakan kertas, pita mesin, tinta, karbon, lem dan bahan lain yang bermutu

sehingga lebih awet. Penjepit kertas yang terbuat dari plastik lebih baik daripada

yang terbuat dari logam, karena plastik anti karat.

Dalam melakukan kegiatan pemeliharaan dan pengamanan arsip pada

(59)

yang ada, sehingga tidak terdapat kendala dalam kegiatan pemeliharaan dan

pengamanan arsip.

7. Pemusnahan Arsip pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dalam

melakukan pemusnahan sudah sesuai dengan teori yang ada, arsip yang lebih dari

lima tahun dilaporkan ke Arsip Daerah beserta dilampiri berita acara, serah

terima.

8. Kendala yang Dihadapi Dalam Penanganan Kearsipan pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Dari hasil wawancara dengan salah satu pegawai di Kantor Kementerian

Agama Provinsi Sumatera Utara, mengenai kendala-kendala dalam penanganan

kearsipan adalah:

1. Ruang penyimpanan arsip masih bercampur dengan ruang kerja. Sehingga

sangat mengganggu kinerja para pegawai yang bukan menangani arsip.

2. Peminjaman arsip masih menggunakan sistem manual (tidak ada kartu

peminjaman arsip), peminjaman atau peminjaman suatu surat oleh

pimpinan yang jangka waktunya sangat lama, bahkan terkadang tidak

dikembalikan.

3. Belum adanya ahli arsip yang dimiliki oleh Kantor Kementerian Agama

(60)

4. Tata kerja peralatan kearsipan yang tidak mengikuti perkembangan ilmu

kearsipan modern sebagai akibat dari pegawai-pegawai arsip tidak cakap

dan kurangnya bimbingan.

9. Cara Mengatasi Kendala dalam Pengelolaan Arsip pada Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut maka langkah yang harus

dilakukan adalah :

1. Arsip hendaknya dipindahkan keruang penyimpanan khusus arsip, agar

dalam melakukan penyimpanan arsip tidak mengganggu proses kerja.

2. Arsiparis perlu menanyakan kepada peminjam arsip apakah arsip yang

dipinjam masih digunakan atau tidak, jika sudah tidak dipergunakan maka

petugas arsip meminta kepada peminjam agar segera dikembalikan.

3. Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara perlu menambah

arsiparis yang ahli dibidang kearsipan agar proses pengarsipan pada kantor

tidak hanya mengandalkan satu orang saja, selain itu mempermudah dalam

proses pengarsipan.

4. Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara sudah harus

menggunakan peralatan kearsipan yang modern sehingga lebih

memudahkan proses pengarsipan.

C. Analisis dan Evaluasi

Setelah dianalisi prosedur penataan arsip pada Kantor Kementerian Agama

(61)

besar telah sejalan dengan prosedur kearsipan yang dikemukakan oleh Ig

Wursanto dan pendapat para ahli yang penulis ambil. Namun walaupun demikian

perbedaan dalam volume yang kecil juga tetap terjadi. Misalnya jika Kantor

Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara kode arsip adalah kode pokok

permasalahan surat, sedangkan menurut dasar teori kode arsipnya yaitu tanggal

yang tercantum pada surat. Kesimpulan yang lain yaitu dalam melakukan

penyimpanan arsip terdapat kelebihan dan kelemahan pada kantor tersebut.

Dalam penyimpanan arsip terdapat kelebihan dan telah sesuai dengan

analisis langkah-langkah pengarsipan yaitu menyimpan semua arsip-arsip

diletakkan pada filing cabinet sehingga arsip dapat disusun dengan baik dan

resiko tercecer atau hilang dapat diminimalkan yang tentunya juga akan

memudahkan dalam pencarian arsip itu sendiri bila sewaktu-waktu

diperlukan.Selain itu arsip sebelum ditempatkan pada filing cabinet terlebih

dahulu disimpan dalam map sehingga memudahkan pegawai dalam melakukan

pencarian arsip.

Kelemahan sistem kearsipan pada Kantor Kementerian Agama Provinsi

Sumatera Utara adalah dalam sistem pelayanan arsipnya yaitu tidak adanya

pegawai khusus yang menangani masalah kearsipan tersebut. Padahal apabila ada

pegawai khusus dalam hal penyimpanan atau penataan arsip maka dapat

dilakukan lebih baik sehingga apabila sewaktu-waktu arsip tersebut diperlukan

kembali dapat ditemukan dengan cepat serta penyimpanannya dapat diatur. Oleh

karena itu dengan tidak adanya petugas khusus, maka masalah kearsipan menjadi

(62)

pegawai bagian tata usaha yang tugasnya sekaligus merangkap masalah arsip.

Selain hal tersebut, kelemahan yang lain adalah peletakan filing cabinet yang

disamakan dengan ruangan tempat bekerja pegawai, hal ini dapat mengakibatkan

ruang gerak pegawai menjadi terbatas berdampak pada proses adminstrasi

(63)
<

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
Gambar 2.2

Referensi

Dokumen terkait

(1) Penyelenggara atau pelaksana yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), Pasal 28 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dan

Pemprosesan data yang diolah dari aplikasi tersebut akan disimpan menggunakan database.Untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis menggunakan

Aplikasi ini dibuat untuk memberikan layanan on_line toko tersebut, sehingga mempermudah bagi konsumen untuk mendapatkan informasi ataupun melakukan Pemesanan Handphone kepada

Teori umum atau khusus Preskriptif yaitu teori-teori pendidikan yang bertujuan menjelaskan bagaimana seharusnya hal ikhwal pendidikan dilakukan. Selain itu teori

4.3 The set of indicators and thresholds, once approved by the National Initiative, shall be forwarded to the FSC International Center and evaluated by the Accreditation

FORMULIR PENDAFTARAN BAZAAR CONFEST 2015.. NAMA TIM

Spatial procedure was applied to the mapping of actual and expected crop yields over the demonstration region by coupling Euro-Access 2 with a set of soil and climate data, which

RKA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. RKA - SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung