SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2011 – 2013
OLEH
JOGI JORDAN SARAGI
110503239
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisi Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2011 - 2013 “ adalah benar hasil karya
tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2015 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2011 – 2013
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh free cash flow
dan kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 - 2013.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan sektor manufaktur yang terlah terdaftar di BEI. Data diambil secara sekunder yang diperoleh dari bursa efek Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan analisa regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow dan kepemilikan saham berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang. Secara parsial menunjukan bahwa free cash flow dan kepemilikan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
ABSTRACT
ANALISIS IS FREE CASH FLOW'S INFLUENCE AND
STOCK OWNERSHIP TO DEBT POLICY ON
MANUFACTURING BUSINESS AT
BEI YEAR 2011 – 2013
This research intent to test influences free cash flow and stock ownership to debt policy on manufacturing business at BEI year 2011 2013.
This observational population is corporate – firm sectorally manufacturing that most enrolled at BEI. Data was taken by ala acquired secondary of Indonesia stock exchange. dianalisis's data by use of bifilar linear regression analysis.
Result observationaling to point out that free cash flow and influential stock ownership simultan's ala to debt policy. Partially points out that free cash flow and ownership stock not mempunya influence that signifikan to debt policy.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberi rahmat, berkat, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaian skripsi ini guna memperoleh Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis telah banyak
menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,
yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua
Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Firman Syarif, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen
Penguji penulis. Terima kasih untuk bimbingan dan arahannya selama ini. Dan
Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, M.M, Ak, selaku Dosen Pembimbing serta
Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak.,CA., dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak.,
kesediaan membimbing penulis dengan perhatian dan kasih sayang yang secara
ikhlas diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
6. Kepada kedua orangtua penulis, Sahat Saragi dan Jugia Pannjaitan dan kedua
abang penulis, Juhari Setiawan Saragi dan Johannes Gunawan Saaragi serta.
Terima kasih atas segala curahan kasih sayang melalui perhatian, doa, dukungan,
dan pengorbanan yang selama ini telah diberikan, motivasi utama penulis untuk
terus berprestasi dan berusaha menjadi yang terbaik.
Segala bentuk usaha dan perjuangan telah semaksimal mungkin dilakukan
oleh penulis. Meskipun demikian, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih perlu banyak perbaikan atas segala kekurangannya yang semata-mata
merupakan keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Akhir kata, semoga
DAFTAR ISI
Halaman
PENYERTAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori .. ... . 7
2.1.1 Kebijakan Hutang ... 7
2.1.2 Free Cash Flow dan Kebijakan Hutang ... 9
2.1.3Struktur Kepemilikan Saham ... 11
2.1.3.1 Kepemilikan Manejerial ... 11
2.1.3.2 Kepemilikan Institusional ... 13
2.2 Penelitian Terdahulu ... 15
2.3 Kerangka Konseptual ... 18
2.4 Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Populasi dan Sampel ... 21
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 23
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 23
3.4.1 Kebijakan Hutang (Dependent Variable) ... 23
3.4.2 Free Cash Flow (Independent Variable) ... 23
3.4.3 Kepemilikan Saham (Independent Variable) ... 24
3.5 Teknik Analisis ... 26
3.5.1 Analisi Statistik Deskriptif ... 26
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 26
3.5.2.1 Uji Normalitas ... 26
3.5.2.2 Uji Autokorelasi ... 27
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 28
3.6.2.4 Uji Multitikolinearitas ... 29
3.5.3 Pengujian Hipotesis ... 29
3.5.3.1 Uji Regresi Parsial (Uji T) ... 29
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Statistik Deskriptif ... 32
4.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 33
4.2.1 Uji Normalitas ... 33
4.2.2 Uji Autokorelasi ... 38
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 39
4.2.4 Uji Multitikolinearitas ... 41
4.3. Analisis Regresi ... 42
4.4. Pengujian Hipotesis ... 44
4.4.1 Uji Signifikansi Simultan ... 44
4.4.2 Uji Signifikansi Parsial ... 45
4.5 Kesimpulan Hasil Penelitian ... 47
4.5.1 Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Hutang secara parsial ... 47
4.5.2 Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Hutang secara parsial ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 48
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 49
5.3 Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 17
3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 22
3.2 Defenisi Operasional Variabel ... 25
4.1 Statistik Deskriptif ... 32
4.2 Hasil Uji Normalias ... 34
4.3 Hasil Uji Normalias Pada Data Setelah Transformasi Loga- Ritma Natural ... 36
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 38
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi ... 39
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 41
4.7 Analisis Hasil Regresi ... 42
4.8 Hasil Uji F ... 44
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2011 – 2013
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh free cash flow
dan kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 - 2013.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan sektor manufaktur yang terlah terdaftar di BEI. Data diambil secara sekunder yang diperoleh dari bursa efek Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan analisa regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow dan kepemilikan saham berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang. Secara parsial menunjukan bahwa free cash flow dan kepemilikan saham tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
ABSTRACT
ANALISIS IS FREE CASH FLOW'S INFLUENCE AND
STOCK OWNERSHIP TO DEBT POLICY ON
MANUFACTURING BUSINESS AT
BEI YEAR 2011 – 2013
This research intent to test influences free cash flow and stock ownership to debt policy on manufacturing business at BEI year 2011 2013.
This observational population is corporate – firm sectorally manufacturing that most enrolled at BEI. Data was taken by ala acquired secondary of Indonesia stock exchange. dianalisis's data by use of bifilar linear regression analysis.
Result observationaling to point out that free cash flow and influential stock ownership simultan's ala to debt policy. Partially points out that free cash flow and ownership stock not mempunya influence that signifikan to debt policy.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Krisis keuangan yang terjadi didunia turut mengguncang perekonomian
dan pasar modal Indonesia. Perkembangan indeks bursa saham di dunia yang
sebelumnya menunjukkan kinerja yang baik terkoreksi turun sampai dengan level
yang tidak diperkirakan. Bagi Indonesia, hal ini mengakibatkan melemahnya
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Melemahnya IHSG yang diakibat oleh
sentimen global krisis keuangan Amerika Serikat sebenarnya memberikan hikmah
positif karena tanpa disadari ternyata kinerja IHSG selama ini relatif overvalued.
Pelaku pasar harus tetap waspada di tengah sistem keuangan global yang
terkoneksi karena dampak krisis bisa berpengaruh ke negara-negara lain, termasuk
emerging markets di Asia. Pelaku pasar dan regulator harus belajar dari
pengalaman yang pernah ada. Hal ini penting bagi perusahaan-perusahaan yang
ada di Indonesia karena sebagian besar investor pasar modal Indonesia saat ini
masih didominasi oleh investor asing. Berdasarkan data dari Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI) pada ahkir 2014 kepemilikan saham investor asing di
Bursa Efek Indonesia sebesar 65 persen, sisanya 35 persen adalah kepemilikan
saham investor lokal. Peran investor asing di satu sisi membawa dampak positif
dalam meningkatkan likuiditas berupa aliran modal masuk, tetapi di sisi lain dapat
menjadi ancaman instabilitas pasar ketika pemodal asing ini keluar dan menarik
Tujuan utama perusahaan yang go public adalah meningkatkan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai
perusahaan (Sjahrial, 2007 : 12). Tujuan lain dari perusahaan yaitu mendapatkan
laba dari tahun ke tahun serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Berkaitan
dengan kelangsungan hidup perusahaan tersebut, salah satu keputusan yang
dihadapi oleh manajer adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan yaitu
suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi keuangan dan
hutang. Namun, dalam menentukan kebijakan pendanaan ini sering kali terjadi
konflik kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajer (agent) yang
disebut dengan konflik keagenan (agency cost). Konflik keduanya akan muncul
ketika manajer memiliki kepentingan yang berbeda dari pemegang saham.
Pemegang saham ingin agar keputusan manajer bertujuan untuk memaksimalkan
kekayaan mereka, tetapi terkadang manajer bertindak untuk menambah kekayaan
pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena hal
tersebut akan menambah biaya perusahaan sehingga akan menurunkan
keuntungan yang akan diterima.
Beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu pertama, dari free
cash flow, khususnya aliran kas di bawah control manajemen. Kedua,
meningkatkan pendanaan dengan hutang. Ketiga, dengan meningkatkan
kepemilikan saham oleh manajemen. Proporsi kepemilikan saham yang dimiliki
Untuk mengatasi dugaan penggunaan free cash flow oleh manajer seperti
telah diuraikan diatas, Van Greuning (2005), mengusulkan perlunya pembentukan
hutang yang disebut dengan control hypothesis (IFRS 2005 : 47). Sebagai contoh,
jika perusahaan mengeluarkan hutang baru dan menggunakan hasilnya untuk
menarik saham yang beredar atau membayar deviden. Pihak manajemen
diwajibkan mengeluarkan uang kas untuk membayar bunga dan pokok atas
pemegang saham dan para manajer, dimana para manajer ingin agar dana tersebut
digunakan untuk diinvestasikan pada proyek – proyek yang menguntungkan
karena pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi para manajer
sedangkan pemegang saham menginginkan dana tersebut dibagikan untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Teori keagenan menerangkan bahwa
kepentingan manajemen seringkali bertentangan dengan kepentingan pemegang
saham. Hal tersebut dapat terjadi karena manajer yang cenderung berusaha
mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham biasanya kurang menyukai
kepentingan pribadi manajer karena hal itu akan menambah biaya bagi perusahaan
sehingga akan menurunkan keuntungan yang akan diterima. Teori keagenan
menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham
sering kali bertentangan. Hal tersebut terjadi karena manajer cenderung berusaha
mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai
kepentingan pribadi manajer karena hal tersebut akan menambah biaya
perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang akan diterima. Akibat
cost). Agency cost dari sisi pemegang saham dapat dikurangi dengan cara
melibatkan pihak ketiga yang masuk melalui kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Gull dan Jaggi (1999) menyebutkan bahwa
free cash flow berpengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan yang positif
dengan hutang untuk perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Penelitian yang
dilakukan oleh Mahadwartha (2002) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta dengan periode pengamatan tahun 1990 sampai dengan
tahun 2000 menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan dan mempunyai arah hubungan yang negatif terhadap kebijakan
hutang. Wahidahwati (2001) menguji pengaruh kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institutionalterhadap kebijakan hutang dengan sampel 61 perusahaan
manufaktur periodepengamatan tahun 1995-1996. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional mempunyai arah
hubungan yang negatif dansignifikan terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurwahyudi dan Mardiyah
(2004), free cash flow mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang sebesar
29,3% pada tahun 2000, sedangkan pada tahun 2001, meningkat menjadi 35%,
dan sisanya dipengaruhi oleh variable lainnya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Isrina (2006), free cash flow mempunyai pengaruh terhadap
hutang dengan nilai signifikansi sebesar 0,000449 (signifikan kuat), kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang dan secara statistic 27
berengaruh positif terhadap kebijakan hutang dan tidak signifikan dengan nilai
signifikan sebesar 0,8019.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian
ini mengambil judul, Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur
Kepemilikan Saham Terhadap Kebjakan Utang pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia yang tercatat di BEI pada tahun 2011 – 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan
masalah pada penelitian ini yaitu apakah Free Cash Flow dan kepemilikan saham
berpengaruh terhadap berpengaruh secara silmultan dan parsial terhadap
kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 – 2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis secara empiris
Pengaruh Free Cash Flow, kepemilikan saham (kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional) berpengaruh secara silmultan dan parsial terhadap
kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011 – 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, yaitu :
1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini merupakan pelatihan intelektual
yang diharapkan dapat menambah akan pemahaman mengenai pengaruh
free cash flow, kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang pada
2. Bagi manejemen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusanan mengenai
penggunaan free cash flow yang tepat dan menentukan kebijakan hutang.
3. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan investasi kepada perusahaan
manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.
4. Bagi penelitan selanjutnya dan akademisi penelitian ini diharapkan dapat
melengkapai temuan – temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjaun Teori
2.1.1. Kebijakan Hutang
Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana yang
dapat berasal dari sektor dalam maupun sektor luar perusahaan yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal
dari laba ditahan. Sumber dana eksternal perusahaan berasal dari kreditur yang
merupakan hutang bagi perusahaan. Pembiayaan dengan hutang terdapat tiga
implikasi penting yaitu:
1. Dengan memperoleh dana melalui hutang membuat pemegang saham
dapat pengendalian perusahaan dengan investigasi yang terbatas.
2. Pihak kreditur melihat dana perusahaan untuk menentukan margin
pengaman, sehingga jika manajemen hanya memberikan sebagian kecil
dari total pembiayaan maka resiko perusahaan sebagai besar pada kreditur.
3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi
yang dibiayai dengan dana pinjaman dibandingkan pembiayaan bunga,
maka pengembalian modal akan lebih besar.
Hutang jangka pendek maupun jangka panjang harus dibayar kembali.
Semakin panjang periode pembayaran hutang maka semakin sedikit cabang
pembayaran kembali. Oleh karena itu semakin mudah suatu perusahaan untuk
tertentu tanpa memperhatikan keadaan posisi keuangan perusahaan beserta bunga
berkala untuk bagian hutang perlu dibayar. Kegagalan membayar pokok hutang
dan bunga akan menyebabkan proses hukum pada pemegang saham biasanya
kehilangan kendali pada perusahaan. Semakin besar proporsi hutang pada struktur
modal pada perusahaan, semakin tinggi beban tetap dan komitmen pembayaran
kembali yang ditimbulkan. Kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar
bunga dan pokok pinjaman yang jatuh tempo akan berdampak kerugian pada
kreditor meningkat.
Bagi pihak investor, Hutang mencerminkan resiko kerugian investasi,
namun diimbangi dengan potensi keuntungan dari leverage keuangan. Leverage
keuangan (financial leverage) merupakan penggunaan hutang untuk
meningkatkan laba. Leverage meningkatkan baik keberhasilan (laba) maupun
kegagalan (rugi) manejemen. Dampak hutang yang terlalu besar akan
menghambat manajer untuk mengejar target keuntungan
Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manejemen dan
kepentingan pemegang saham terjadi perselisihan. Peneltian menurut Jensen
(1992) menyatakan terdapat dua potensi konflik dalam agency cost yaitu konflik
antara pemegang saham dengan kreditur dan konflik antara pemegang saham
dengan pihak perusahaan. Hal tersebut terjadi karena manejer cenderung berusaha
mengutamakan kepentingan perusahaan yang akan menurunkan keuntungan
pemegang saham. Akibat perbedaan itulah maka terjadi konfik yang biasa disebut
dikurangi dengan cara melibatkan pihak ketiga yang masuk melalui kebijakan
hutang.
Terdapat beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu pertama,
free cash flow akan digunakan untuk kepentingan perusahaan. Kedua,
menurunkan pendanaan dengan hutang akan menurunkan konflik antara
pemegang saham dengan manejer. Ketiga, meningkatkan kepemilikan saham oleh
manejemen yang dapat mempengaruhi dalam kebijakan perusahaan.
2.1.2. Free Cash Flow
Free cash flow atau aliran kas bebas merupakan jumlah arus kas yang
tersedia bagi investor (penyedia hutang/kreditur dan penyedia ekuitas/pemilik)
setelah perusahaan memenuhi seluruh kebutuhan operasi dan mengkover dana
untuk investasi baik dalam aktiva tetap bersih maupun aktiva lancar bersih. Ketika
organisasi menghasilkan aliran kas bebas dalam jumlah besar, maka terjadi
konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer (Jensen, 1986). Manajer
ingin tetap memegang kendali atas kas tersebut, kelebihan kas tersebut cenderung
digunakan manajer untuk meningkatkan kekuasaannya melalui investasi yang
berlebihan dan pengeluaraan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama
perusahaan (excessive perquisites). Seperti membeli lukisan, peralatan kantor,
kendaraan dan tempat peristirahatan. Untuk mengatasi konflik pada arus tersebut,
pemegang saham dapat saja menetapkan kebijakan pembayaran deviden yang
tinggi. Dengan demikian dapat mengkendali arus kas bebas tidak lagi berada di
Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan maka
semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk
pertumbuhan, pembayaran hutang dan deviden. Untuk menghindari perilaku
menyimpang manajer terhadap pemanfaatan free cash flow, kebijakan hutang
menjadi salah satu solusi didalam menekan risiko penyimpangan. Hal ini sesuai
dengan hipotesis control untuk penciptaan hutang menurut Jensen dalam Keown
dkk. (2010 :162) yang menjelaskan bahwa:
Dengan penggunaan utang, pemegang saham akan menikmati control lebih besar akan manajer. Dengan adanya utang maka manajer diwajibkan untuk melunasi utang-utang itu sekaligus mengurangi banyaknya free cash flow yang bisa disalah gunakan oleh manajemen. Hal ini juga disebut sebagai hipotesis ancaman, karena manajemen bekerja dalam ancaman kegagalan keuangan, maka manajemen akan bekerja lebih efisien.
Dengan adanya hutang, maka dapat digunakan untuk mengendalikan
penggunaan free cash flow yang berlebihan oleh manejer. Selain pada pemegang
saham juga dapat menikmati kontrol yangg lebih atas dari tim manejemennya.
Misalnya, jika perusahaan menerbitkan hutang baru dan menggunakan hasilnya
untuk membeli kembali saham biasa yang teruntang maka manejemen wajib
membayar tunai untuk menutupi hutang tersebut dan dapat mengurangi jumlah
kas yang ada pada manejemen perusahaan. Dengan adanya hutang ini, manejer
akan bekerja lebih efisien agar tidak terjadi kegagalan keuangan yang akan dapat
mengurangi biaya agensi arus kas bebas.
Penelitian yang dilakukan oleh Gull dan Jaggi (1999) menyebutkan bahwa
dengan hutang untuk perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Tarjo dan
Jogiyanto (2003) yang menggunakan sampel 295 perusahaan manufaktur di
Indonesia dengan periode pemantauan tahun 1996 – 2000 menunjukkan bahwa
perilaku perusahaan publik di Indonesia yang memiliki penilaian negatif, ketika
free cash flow tinggi cenderung menggunakan hutang untuk kegiatan pendanaan
perusahaan.
2.1.3. Struktur Kepemilikan Saham
Dalam struktur kepemilikan saham dipercaya dapat mempengaruhi
jalannya perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja. Struktur kepemilikan
saham dapat dipaparkan dari dua pendekatan yaitu, pedekatan keagenan (agency
approach) dan pendekatan ketidakseimbangan informasi (asymmetric information
approach). Pada pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan saham
sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara
barbagai pemegang saham. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang
mekanisme struktur kepemilikan saham sebagai suatu cara untuk mengurangi
ketidakseimbangan informasi antara insider dengan outsider melalui
pengungkapan informasi di dalam pasar modal. Struktur kepemilikan saham
secara umum terbagi atas kepemilikan manejerial dan kepemilikan institusional.
2.1.3.1. Kepemilikan Manejerial (Manegerial Ownership)
Konflik keagenan akan dapat diminimalkan jika manajer sebagai salah
menselaraskan kepentingannya dengan kepentingan pemegang saham. Namun,
manejer mempunyai kecendungan untuk menggunakan hutang yang tinggi bukan
karena atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan melainkan untuk kepentingan
oportunistik mereka. Karena itu dapat berdampak melalui pemilihan proyek –
proyek berisiko tinggi. Hal ini juga menyebabkan meningkatkan beban bunga
perusahaan karena risiko kebangkrutan semakin tinggi sehingga biaya hutang
semakin tinggi. Peningkatan biaya keagenan tersebut akan berpengaruh pada
penurunan nilai perusahaan. Masalah agensi akan terjadi apabila propersi
kepemilikan manejer atas saham perusahaan kurang dari 100% maka manejer
cenderung bertindak untuk melakukan keinginan atau kepentingan dirinya dan
tidak berdasarkan untuk maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan
pendanaan.
Kepemilikan manejerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris). Pada struktur kepemilikan manejerial akan
mensejajarkan kepentingan antara manejemen dan pemegang saham, sehingga
manejer akan merasa kerugian apabila keputusan yang diperoleh salah terutama
pada keputusan mengenai hutang. Dengan manejer memiliki perusahaan tidak
mungkin akan bertindak oportunistik dan akan semakin teliti dalam menggunakan
hutang dan berusaha meminimkan biaya keagenan sehingga dapat meningkatkan
nilai perusahaan.
Wahidahwati (2001) dengan menggunakan perusahaan manufaktur antara
signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal serupa ini
berkonsisten pada penelitian oleh Moh’d et al (1998) bahwa pada kepemilikan
saham manejerial mempunyai pengaruh yang tinggi akan meningkatkan resiko
hutang yang non-diversiviable, sehingga manejer akan semakin berhati – hati
dalam menggunakan dana hutang. Rasio hutang dapat mengalami penurunan jika
terdapat peningkatan kepemilikan saham pada manajerial. Pada penelitian lain
yang membuktikan adanya kepemilikan manejerial berpengaruh siginifikan dan
memiliki arah hubungan negatif terhadapat kebijakan hutang adalah penelitian
oleh Mahadwartha (2002) dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI pada periode tahun 1990 sampai tahun 2000.
∑ ∑
2.1.3.2. Kepemilikan Instiutional (Institutional Ownership)
Kepemilikan institutiional adalah persentase kepemilikan saham oleh
investor institutional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi
maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Kepemilikan ini mewakili
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya
terhadap keberadaan manajemen. Dengan adanya peran kepentingan oleh pemilik
institutional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal
terdahap kinerja perusahaan.
Moh’d et.al (1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham antar
dapat mengurangi agency cost. Karena kepemilikan dapat mewakili sumber
kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap
keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power merupakan
sesuatu hal yang relevan. Adanya kepemilikan investor institusional dalam bentuk
perusahaan akan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
insiders. Hal yang sama disampaikan oleh Brigham (1994), yang menyatakan
bahwa kepemilikan saham oleh institusi merupakan salah satu monitoring agents
yang penting yang memainkan peranan aktif dan konsisten dalam melindungi
investasi saham yang mereka pertaruhkan dalam perusahaan. Mekanisme
monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham
Dengan semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh pihak investor
institutional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif kerena
dapat mengendalikan perilaku oportunistik yang dilakukan oleh manejer.
Konsisten dengan Fama dan Jensen (1983) yang menyatakan mekanisme
monitoring dapat dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai
oleh perusahaan, dengan demikian tidak berada dalam pengawasan CEO,
sehingga dapat melakukan monitoring dengan lebih baik. Bentuk monitoring yang
lain adalah memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan bagi insiders
dalam menjalankan usaha dan melalui RUPS (Brigham dan Gapenski, 1996).
Struktur kepemilikan institusional ditentukan dengan rumus
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian Jensen et.al (1992) yang berjudul simultineous determination of
insider ownership, debt and devidend policies, menguji pengaruh insider
ownership, dan kebijakan deviden terhadap kebijakan utang (debt to equity ratio)
pada perusahaan publik dari berbagai sektor di Amerika Serikat. Penelitian ini
menyatakan bahwa rasio utang merupakan fungsi dari insider ownership, deviden,
resiko bisnis, profitabilitas, riset dan pengembangan dan aset tetap. Teknis analisis
adalah teknik regresi berganda. Hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan
negatif antara insider ownership dengan kebijakan hutang. Hasil ini
mengindikasikan bahwa dengan peningkatan insider ownership, maka akan
mensejajarkan kepentingan pemegang saham dan manajer, sehingga kepemilikan
manajerial bisa menggantikan peranan utang dalam mengurangi agency cost.
Penelitian ini juga menemukan bahwa peningkatan insider ownership
menyebabkan penurunan dividend payout ratio.
Setiawan (2008) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional terhadap kebijakan utang perusahaan pada perusahaan non
manufaktur di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
parsial kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap kebijakan
utang. Namun secara simultan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
kebijakan utang. Arimoerti (2003) juga meneliti mengenai pengaruh struktur
kepemilikan terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang go
investor, firm size, berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Shareholder dispersion tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.
Manan (2004) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang
perusahaan pada industry keuangan yang go public di BEJ TH.1999-2002 sebuah
pendekatan agency theory. Hasil penelitian kepemilikan manajerial, dividen, stock
volatility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan utang sedangkan
kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan,
struktur asset, earning volatility berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Moh’d, Perry, dan Rimbey (1998) menemukan bahwa kepemilikan saham
oleh institusional mempunyai hubungan yang signifikan dan negatif terhadap
kebijakan utang. Adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Semakin tinggi
kepemilikan institusional, maka diharapkan pengendalian internal terhadap
perusahaan akan semakin kuat sehingga dapat mengurangi agency cost pada
perusahaan. Pengendalian ini akan membuat manajer menggunakan hutang pada
tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress
dan kebangkrutan perusahaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Manan
(2004) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan utang untuk perusahaan yang termasuk industri keuangan yang
Tabel 2.1
Rangkuman Penelitian Terdahulu
No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Kesimpulan
1 Setiawan (2008) Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan non manufaktur di bursa efek indonesia Kepemilikan institusional Kebijakan hutang kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Namun secara simultan
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap kebijakan hutang. 2 Arimoerti
(2003)
Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan utang pada perusahaan
manufaktur yang go public dibursa efek.
Struktur kepemilikan Kebijakan utang
Menunjukkan insider ownership, institusional investor, firm size,
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Shareholder dispersion
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 3 Manan (2004) Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan pada industri keuangan yang go public di BEJ TH.1999-2002
Pendekatan
agency theory
Hasil penelitian
kepemilikan manajerial, dividen, stock volatility
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan utang sedangkan kepemilikan institusi, penyebaran saham, ukuran perusahaan, pertumbuhan, struktur asset, earning volatility berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. 4 Jensen, Solberg
(1992)
Simultaneous determination of insider ownership, debt, and dividend policies
Kepemilikan saham oleh pihak internal Rasio
long termdebt
terhadap nilai buku total aktiva Rasio dividen terhadap laba operasi Hasil penelitian mendukung pernyataan bahwa keputusan keuangan dan tingkat kepemilikan internal adalah saling tergantung satu sama lain
internal berpengaruh negatif terhadap tingkat hutang dan dividen perusahaan
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dibangun untuk mengetahui pengaruh free cash flow
(X1), kepemilikan manajerial (X2), dan kepemilikan institusional (X3) sebagai
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu kebijakan hutang (Y).
kerangka konseptual penelitian ini digambarkan pada Gambar 2.1.
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)
[image:30.595.107.521.350.578.2]
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Free cash flow atau aliran kas bebas merupakan kas lebih perusahaan yang
dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan
lagi untuk modal kerja atau investasi pada asset tetap perusahaan. Pasar akan
bereaksi jika terlihat ada free cash flow yang dapat meningkatkan harapan mereka
Free Cash Flow
FCF
MOWNS
INST
mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk yang
bukan untuk kepentingan pemegang saham. Dengan kata lain, para manajer
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk
konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat
yang penuh dari kegiatan tersebut tetapi kurang mau menangggung risiko dari
biaya yang dikeluarkan. Hutang dapat digunakan untuk mengendalikan
penggunaan free cash flow yang berlebihan oleh manajer. Selain itu pemegang
saham juga akan menikmati kontrol yang lebih atas tim manajemen misalnya, jika
perusahaan menerbitkan hutang baru dan menggunakan hasilnya untuk membeli
kembali saham biasa yang terutang maka manajemen wajib membayar tunai untuk
menutupi utang ini, secara simultan mengurangi jumlah arus kas yang ada pada
manajemen untuk dipermainkan. Dengan adanya hutang ini, manajemen akan
bekerja lebih efisien agar tidak terjadi kegagalan keuangan sehingga akan
mengurangi biaya agensi arus kas bebas.
Kepemilikan manajerial adalah persentasi kepemilikan saham oleh pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara
manajemen dan pemegang saham terutama keputusan mengenai hutang. Bila
manajer ikut memiliki perusahaan serta turut dalam pengambilan keputusan
mengenai hutang diharapkan manajer tidak mungkin bertindak oportunistik lagi
dan akan semakin hati-hati dalam menggunakan hutang dan berusaha
Dengan kata lain kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh negatif dengan
kebijakan hutang perusahaan.
Kepemilikan institusional merupakan persentasi kepemilikan saham oleh
investor institusional seperti perusahaan investasi, bank maupun lembaga atau
perusahaan lain. Kepemilikan institusional akan mendorong pengawasan yang
lebih optimal sehingga dapat mengurangi perilaku opotunistik manajer. Tindakan
pengawasan yang lebih efektif diharapkan dapat mengontrol perusahaan untuk
menggunakan tingkat hutang yang lebih rendah.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan
masalah pada penelitian adalah Free Cash Flow, kepemilikan saham (kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional) berpengaruh secara silmultan dan
parsial terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan penulis adalah desain asosiatif klausal.
Menurut Syofian (2010) “desain asosiatif klausal adalah desain yang dirumuskan
untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan/pengaruh
yang menyatakan hubungan bersifat sebab dan akibat antara dua variabel atau
lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala”. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah, dianalisis, dan diproses lebih
lanjut dengan dasar teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dan tinjauan
pustaka. Metode penelitian dirancang melalui langkah – langkah penelitian dari
operasional variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data
dan diakhiri dengan rancangan pengujian hipotesis dan statistik.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 sampai tahun 2013.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan
mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih sampel penelitian sebagai berikut :
2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan
auditan secara konsiten dan lengkap dari 2011 sampai 2013.
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai ekuitas positif dalam
laporan keuangan periode 2011 sampai 2013.
4. Perusahaan manufaktur yang memiliki kepemilikan institutional dalam
periode penelitian 2011 sampai 2013.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka 27 perusahaan yang akan menjadi
objek penelitian dengan total selama 3 tahun dan observasi penelitian menjadi 81
[image:34.595.126.511.427.753.2]sampel (27 x 3) tercantum pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Daftar Nama Sampel Penelitian Tahun 2011-2013
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
1 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.
2 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 3 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 4 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk. 5 JPRS Jaya Pari Steel Tbk.
6 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 7 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk. 8 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 9 SMGR Semen Indonesia Tbk. 10 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 11 BATA Sepatu Bata Tbk.
12 BRAM Indo Kordsa Tbk.
13 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk. 14 SCCO Sumi Indo Kabel Tbk.
22 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 23 MBTO Martina Berto Tbk
24 MRAT Mustika Ratu Tbk 25 MYOR Mayora Indah Tbk 26 TCID Mandom Indonesia Tbk 27 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber : Lampiran 1
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
database Bursa Efek Indonesia yang tersedia secara online pada situ
www.idx.co.id.
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.4.1. Kebijakan Hutang (Y)
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Debt to Equity rasio yang dihitung dengan membagi total liabilities dengan total shareholder.s
equity pada tahun t. Data untuk variabel ini diperoleh dari ICMD pada
bagian summary offinancial statement. Rasio ini digunakan untuk
menggambarkan kebijakan hutang perusahaan. Secara matematis Debt to
Equity rasio diformulasikan sebagai berikut :
3.4.2. Free Cash Flow / Aliran Kas Bebas
Free cash flow adalah kas lebih perusahaan yang didistribusikan
kepada pemegang saham atau kreditor yang tidak diperlukan untuk modal
Tarjo dan Jogiyanto (2003). Free cash flow dihitung dengan menggunakan
rumus Ross et al ( 2000 ) yaitu:
Keterangan :
FCFit = Free Cash Flow
AKOit = Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t
PMit = Pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t
NWCit = Modal kerja bersih perusahaan i pada tahun t
3.4.3. Struktur Kepemilikan Saham
Struktur kepemilikan saham dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional.
- Managerial Ownership / Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan
saham yang dimiliki oleh pihak manajemen. Kepemilikan
manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang
secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris). Variabel ini diberi simbol MOWNS.
Kepemilikan manajerial akan dihitung dengan menggunakan
rumus:
- Institutional Ownership / Kepemilikan Institutional
Kepemilikan institutional diukur berdasarkan persentase
kepemilikan saham oleh investor institusi seperti perusahaan
asuransi, bank, maupun kepemilikan lembaga dan
perusahaan-perusahaan lain. Variabel ini diberi simbol INST. Kepemilikan
Institusional juga akan dihitung dengan menggunakan rumus
:
[image:37.595.93.512.403.714.2]∑ ∑
Tabel 3.2
Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Nama
Variabel
Defenisi Operasiional
Indikator Skala
Variabel independen
Free Cash Flow
Dengan pengeluaran modal dan modal kerja bersih kemudian dibagi dengan total asset
Rasio Kepemilikan Manajerial
Merupakan proporsi kepemilikan saham
oleh pihak
manajemen ∑ ∑ Rasio Kepemilikan institusional
Merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi dan perusahaan lain ∑ ∑ Rasio Variabel Dependen Kebijakan Hutang
Kebijakan utang diproksikan dalam
Debt to Equity ratio
yaitu membagi total liabilities dengan
total shareholder.s Equity
3.5. Teknik Analisis Data
Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis
regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model
yang telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut
dengan pengujian normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedasitas.
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk melihat
gambaran dari data yang menunjukan karakteristik data tersebut. Adapun analisis
yang dilakukan meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai
rata-rata (mean), dan standar deviasi data.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis
regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model
yang telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut
dengan pengujian normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedasitas.
3.5.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam
penelitian, antara variabel dependen dengan variabel independen keduanya
memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk dapat dianalisis data harus
berdistribusi normal atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas adalah
distribusi dari variabel - variabel yang akan diteliti. Jika variabel tidak
berdistribusi secara normal (menceng kekiri atau menceng kekanan) maka hasil
uji statistik akan terdegradasi.
Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji
statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik.
Secara statistik ada dua komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis.
Skewness berhubungan dengan simetris distribusi. Skewed variabel (variabel
menceng) adalah variabel yang nilai mean-nya tidak di tengah-tengah distribusi.
Sedangkan kurtosis berhubungan dengan puncak dari suatu distribusi. Jika
variabel terdistribusi secara normal maka nilai skewness dan kurtosis sama dengan
nol (Ghozali,2005). Normalitas variabel dideteksi juga dengan menggunakan uji
statistik Kolmogorov-Smirnov dengan cara melihat nilai probabilitas signifikan
yang bernilai diatas nilai 0.05 maka data berdistribusi normal dan selain itu juga
dengan metode grafik histogram data.
3.5.2.2. Uji Autokorelasi
Pada asumsi OLS didapati kesepakatan bahwa persamaan regresi yang
terbentuk tidak boleh ada autokorelasi. Uji autokorelasi merupakan korelasi antara
anggota dalam runtut waktu (time series) atau antara space data cross section
(Hakim,2004). Cara mendeteksi adanya gejala autokorelasi adalah dengan melihat
nilai Durbin-Watson (DW). Penggambilan keputusan bila menggunakan uji DW
a. Nilai DW terletak di antara du dan 4-du maka autokorelasi sama
dengan nol, dan dapat diartikan tidak ada autokorelasi. du < DW <
4-du.
b. Nilai DW terletak di bawah lower boud (dl), maka akan mempunyai
koefisien korelasi lebih besar dari nol dan memiliki autokorelasi
positif.
c. Nilai DW > (4-dl), maka koefisien korelasi kurang dari nol,
sehingga memiliki autokorelasi negatif.
d. Nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl)
atau terletak antara (4-du) dan (4-dl) sehingga hasilnya tak dapat
disimpulkan.
3.5.2.3. Uji Heteroskedastistas
Langkah ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang
kita miliki mengandung perbedaan variansi residu dari kasus pengamatan satu
kasus ke kasus pengamatan yang lainnya. Jika variansi residu dari kasus
pengamatan satu ke kasus pengamatan yang lainnya mempunyai nilai tetap maka
disebut homoskedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut
heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara nilai residu variabel dependen (SRESID) dengan nilai
prediksi (ZPRED) (Santoso, 2006). Dasar analisisnya: (a) Jika ada pola tertentu,
seperti titik - titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar
heteroskedastisitas. (b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.2.4. Uji Multitikolinearitas
Multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada
hubungan liniar diantara variabel-variabel independen yang dipakai dalam model
regresi. Akibat adanya multikoliniearitas, koefisien-koefisien regresi menjadi
tidak bisa ditaksir. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang
lebih kecil dari 0,1 atau Variance Inflation Factor yang lebih besar dari 10.
3.5.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan alat software SPSS for
window v.18.. SPSS v.18 dapat digunakan untuk melakukan analisis sebab-akibat
dengan lebih akurat karena telah dilengkapi dengan nearest neighbor analysis
yang biasadigunakan dalam ilmu interpolasi (Pratisto, 2009 ).
3.5.3.1 Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui apakah secara individu variabel
independen mempunyai pengaruh terhadap kebijakan utang, dengan asumsi
variabel independen lainnya konstan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho
ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikan t atau p value < 5%.
H
1 : free cash flow, H2 : kepemilikan manajerial, dan H3: kepemilikan
institusional. Di uji masing – masing dengan menggunakan uji –t, dalam hal ini
adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho diterima apabila t hitung < t table
3.5.3.2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (free cash
flow, struktur aset dan profitabilitas) secara bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan utang perusahaan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho
akan ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikansi F < 5 %. Data analisis dengan
model regresi berganda adalah sebagai berikut :
DER = b0 + b1FCF + b2MOWNS + b3INST +
Dimana :
DER = Kebijakan utang
b0 = Konstanta
FCF = Ratio Free cash flow
MOWNS = Ratio kepemilikan manajerial
INST = Ratio kepemilikan institusional
b1- b3 = Koefisien regresi
= standard error
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Membuat Formulasi Hipotesis:
H = b1, b2, b3 ≠ 0, free cash flow, kepemilikan menejerial dan kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang secara parsial dan
2. Menentukan Tingkat Signifikansi.
Untuk memperoleh nilai signifikansi, menggunakan taraf nyata (á) 5%.
3. Dasar pengambilan keputusan.
a. ñ-value < 0.05, maka H1 terbukti berpengaruh
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel
[image:44.595.112.518.324.468.2]independen dan variabel dependen.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FREE CASH FLOW 81 -,71 ,57 -,2350 ,25953
MANAGERIAL
OWNERSHIP
81 ,33 ,96 ,7102 ,17235
INSTITUTIONAL
OWNERSHIP
81 ,04 ,67 ,2885 ,17249
DEBT TO EQUITY RASIO 81 ,04 2,15 ,8400 ,58347
Valid N (listwise) 81
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hanya variabel FCF yang memiliki nilai
minimum negatif. Nilai negatif yang ditunjukkan pada nilai rata-rata FCF
menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan mengalami defisit FCF. Berikut ini
adalah perincian data deskriptif yang telah diolah:
Variabel FCF memiliki nilai minimum sebesar -0.71, nilai maksimum
sebesar 0.57, nilai rata-rata sebesar -0.2350, dan standar deviasi sebesar
0.25953 dengan jumlah pengamatan sebanyak 81.
Variabel MOWNS memiliki nilai minimum sebesar 0.33, nilai maksimum
Variabel INST memiliki nilai minimum sebesar 0.04, nilai maksimum
sebesar 0.67, nilai rata-rata sebesar 0.2885, dan standar deviasi sebesar
0.17249 dengan jumlah pengamatan 81.
Variabel DER memiliki nilai minimum sebesar 0.04, nilai maksimum
sebesar 2.15, nilai rata-rata sebesar 0.8400, dan standar deviasi sebesar
0.58347 dengan jumlah pengamatan 81.
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan
perbaikan terlebih dahulu.
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual
berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah
residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis.
H0 : Data residual berdistribusi normal
HA : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan
sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau HA
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 81
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,47967213
Most Extreme Differences Absolute ,116
Positive ,116
Negative -,052
Kolmogorov-Smirnov Z 1,045
Asymp. Sig. (2-tailed) ,225
Sumber: Data diolah peneliti, 2015
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.2 diperoleh besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 1.045 dan signifikan pada 0.225. Nilai siginifikansi
lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi
normal.
Selain dari angka siginifikansi Kolmogorov-Smirnov, distribusi data
normal dapat dilihat dari grafik histogram dan grafik normal p-plot. Berikut grafik
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.1
Histogram Sebelum Transformasi Logaritma
[image:47.595.153.451.436.670.2]Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.2
Dari grafik histrogram diatas, dapat dilihat bahwa grafik berbentuk
lonceng yang simetris di tengah. Hal ini menunjukan bahwa data berdistribusi
normal. Selain dari grafik histrogram, grafik normal p-plot juga menunjukan
bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari data pada grafik yang
berjalan mengikuti garis diagonal pada grafik normal p-plot.
Akibat adanya gejala multikolinearitas, peneliti menghitu logaritma
natural dari variabel MOWNS dan INST, sehingga penulis harus mencari tingkat
tingkat normalitas data yang baru. Berikut tabel Kolmogorov-Smirnov, grafik
[image:48.595.156.462.416.586.2]histogram, grafik normal p-plot :
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Pada Data Setelah Transformasi Logaritma Natural One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 81
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,45405379
Most Extreme Differences Absolute ,074
Positive ,074
Negative -,050
Kolmogorov-Smirnov Z ,663
Asymp. Sig. (2-tailed) ,772
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.3
Histogram Setelah Transformasi Logaritma
[image:49.595.151.450.413.669.2]Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.4
Angka signifikansi Kolmogorov-Smirnov tetap lebih besar dari 0,05. Hal
ini menunjukan bahwa data yang baru tetap berdistribusi normal. Grafik
histogram juga menunjukan hal yang sama dilihat dari grafik yang menyerupai
lonceng simetris di tengah. Begitu pula dengan grafik normal p-plot yang tetap
menunjukan bahwa data berdistribusi normal, dilihat dari data yang berjalan
semakin mendekat garis diagonal.
4.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi
antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi
multikolinearitas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard
error menjadi tidak terhingga. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Pada
suatu model regresi dinyatakan terjadi multikolinearitas apabila nilai tolerance <
[image:50.595.177.446.493.668.2]0.10 dan VIF > 10 (Ghozali, 2005 : 92).
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 FREE CASH FLOW ,993 1,007
MANAGERIAL
OWNERSHIP
,003 394,604
INSTITUTIONAL
OWNERSHIP
,003 394,563
Sumber: Data diolah, 2015
Dari data pada tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai
nilai VIFnya kurang dari 10. Dengan demikian variabel FCF bebas dari pengujian
asumsi
klasik yang kedua yaitu multikolinearitas. Untuk variabel MOWNS dan
INST nilai Tolerance di bawah 0.01 dan nilai VIFnya diatas 10. Hal ini
menunjukan bahwa variabel MOWNS dan INST memiliki gejala
multikolinearitas.
Akibat adanya gejala multikolinearitas antara variabel MOWNS dan
INST, penulis menghitung logaritma natural dari MOWNS dan INST. Berikut
[image:51.595.185.434.397.503.2]hasil uji multikolinearitas dengan data yang baru.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 FREE CASH FLOW ,999 1,001
LN_MOW ,188 5,317
LN_INST ,188 5,317
Sumber: Data diolah, 2015
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bawah semua variabel memiliki angka
Tolerance diatas 0.01 dan VIF di bawah 10. Hal ini menandakan bahwa data baru
tidak memiliki gejala multikolinearitas, sehingga semua variabel indipenden lolos
uji asumsi klasik kedua.
4.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam
heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur. Dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas apabila titik-titik
yang ada tidak membentuk pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah
terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.
[image:52.595.151.447.286.503.2]Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga
model regresi layak dipakai untuk memprediksi kebijakan hutang perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI berdasarkan masukan variabel independen FCF,
4.2.4. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi
antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu
periode sebelumnya dalam model regresi. Autokorelasi menunjukkan adanya
korelasi antara kesalahan pengganggu pada data yang tersusun, baik berupa data
cross sectional dan/ atau time series. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi
berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model
regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.
Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW). Dalam model regresi
tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du < dw < 4 – du. Tabel 4.6 menyajikan
[image:53.595.108.518.482.537.2]hasil uji Durbin Watson dengan menggunakan program SPSS versi 18.
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Waston
1 ,628a ,394 ,371 ,46281 1,972
Sumber: Data diolah, 2015
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson
(dw) sebesar 1.972, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan signifikansi 5%, jumlah pengamatan 81 (n), dan jumlah variabel
independen 3 (k=3), maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas
atas (du) sebesar 1.716 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1.563. Oleh karena itu,
dinyatakan bahwa 1.716 < 1.972 < 4 - 1.716 (du < dw < 4 – du). Dengan demikian
dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif.
4.3. Analisis Regresi
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa bahwa model
regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi.
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa
tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen, melalui pengaruh FCF (X1), Ln_ MOWNS (X2), Ln_INST (X3),
[image:54.595.114.551.407.559.2]terhadap DER (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,108 ,392 -,275 ,784
FREE CASH FLOW 1,233 ,199 ,548 6,183 ,000
LN_MOWNS -1,578 ,453 -,713 -3,486 ,001
LN_INST -,434 ,152 -,584 -2,855 ,006
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan penjelasan dari pengujian asumsi klasik sebelumnya, model
regresi dalam penelitian ini telah diubah menjadi model logaritma natural,
sehingga beta dan koefisien dari penelitian ini juga dalam bentuk logaritma
natural. Model regresi berdasarkan hasil analisis regresi dinyatakan dalam bentuk
Y = -0.108 + 1.233 X1 – 1.578 X2 - 0.434 X3
Kemudian model regresi tersebut akan diinterpretasikan.
β0 = -0.108
Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel FCF,
Ln_MOWNS, Ln_INST. (X1=X2=X3=0), maka Kebijakan Hutang adalah
sebesar -0.108.
β1 = 1.233
Koefisien regresi β1 ini menunjukkan bahwa setiap variabel FCF
meningkat sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan meningkat
sebesar 1.233 atau 123.3% dengan asumsi variabel independen lainnya
dianggap tetap atau sama dengan nol.
β2 = -1.578
Koefisien regresi β2 ini menunjukkan bahwa setiap variabel Ln_MOWNS
menurun sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan menurun
sebesar 1.578 atau 157.8% dengan asumsi variabel independen lainnya
dianggap tetap atau sama dengan nol.
β3 = -0.434
Koefisien regresi β3 menunjukkan bahwa setiap variabel Ln_INST
menurun sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan